Studi ini menguji pengaruh fraksi volume partikel sekam padi (0%, 10%, 20%, 30%) terhadap sifat mekanik komposit serat bambu-resin polyester tak jenuh. Hasil uji tarik menunjukkan kekuatan tarik konstan sampai 20% fraksi sekam kemudian menurun. Uji bending menunjukkan kekuatan naik sampai 20% fraksi sekam lalu menurun, sedangkan modulus bending tidak dipengaruhi. Kekuatan impak juga tidak dipengaruhi fra
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kainaji indras
The document discusses analyzing the composition of a fabric sample to determine:
1) Thread count, total threads, and fabric weight
2) Type of weave
It describes the basic theory of fabric decomposition which involves analyzing a sample to obtain data to recreate a fabric with the same composition. This includes determining the thread count, weight, thread number, type of weave, and other factors. The key aspects that must be determined first are the fabric weave which can be plain weave, twill weave, or satin weave formed by the intersection of warp and weft threads.
This document describes three main methods of shuttleless weaving: projectile, rapier, and air jet.
Projectile looms use small gripper bullets to carry the weft yarn across, but dragging the yarn can strain weak yarns. Rapier looms use rapiers, either single long rapiers or double rapiers that transfer the yarn between two rapiers. Air jet looms insert yarn using compressed air nozzles but cannot produce varied fabrics. Water jet looms use high pressure water to shoot the yarn across but are only suitable for hydrophobic fibers.
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kainaji indras
The document discusses analyzing the composition of a fabric sample to determine:
1) Thread count, total threads, and fabric weight
2) Type of weave
It describes the basic theory of fabric decomposition which involves analyzing a sample to obtain data to recreate a fabric with the same composition. This includes determining the thread count, weight, thread number, type of weave, and other factors. The key aspects that must be determined first are the fabric weave which can be plain weave, twill weave, or satin weave formed by the intersection of warp and weft threads.
This document describes three main methods of shuttleless weaving: projectile, rapier, and air jet.
Projectile looms use small gripper bullets to carry the weft yarn across, but dragging the yarn can strain weak yarns. Rapier looms use rapiers, either single long rapiers or double rapiers that transfer the yarn between two rapiers. Air jet looms insert yarn using compressed air nozzles but cannot produce varied fabrics. Water jet looms use high pressure water to shoot the yarn across but are only suitable for hydrophobic fibers.
Praktikum pemintalan benang bertujuan agar praktikan memahami proses pembuatan benang mulai dari bahan mentah hingga menjadi benang jadi melalui tahapan pembukaan, pembersihan, pengecilan, pemberian antihan, dan penggulungan. Proses pemintalan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin yang meliputi mesin blowing, carding, drawing, roving, ring spinning, dan winding.
This document provides information about the USTER HVI 1000, a high-volume instrument used to measure important cotton fiber properties. It measures 10 properties including micronaire, maturity index, short fiber index, fiber strength, elongation, moisture content, color, trash percentage and grade, and spinning consistency index. There are five global companies that manufacture these types of rapid testing machines, including USTER Technologies. The USTER HVI 1000 uses a computer system, balance, printer, and optional barcode reader or UV/NEP modules. It measures properties through airflow resistance, optical length measurement, and clamp strength testing. The results are operator independent, based on large samples, provided quickly in summarized reports.
Dokumen tersebut berisi penyelesaian soal-soal analisis ayakan tanah dan penentuan komposisi butiran tanah menurut sistem klasifikasi MIT, USDA, dan AASHTO berdasarkan data hasil uji ayakan dan kurva distribusi ukuran butiran.
Kedewasaan serat kapas ditentukan dengan menggunakan larutan NaOH 10%. Laporan praktikum menguji kehalusan dan kedewasaan serat kapas, di mana hasil uji menunjukkan bahwa kehalusan serat kapas China adalah 3,07 μg/inci yang termasuk kategori halus, sedangkan tingkat kedewasaan serat kapas tersebut adalah 85% yang tergolong baik.
Proses pengelosan bertujuan untuk mengubah bentuk gulungan benang dari cone ke cone atau streng ke cone agar sesuai dengan proses selanjutnya. Proses ini melibatkan penggulungan benang pada mesin kelos beralur spiral untuk memperbaiki mutu benang dan menyesuaikan bentuk gulungan. Langkah-langkah pengelosan meliputi penimbangan cone, penggulungan benang, dan pengukuran produksi teoritis dan nyata untuk menentukan efisiensi
Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus dilakukan untuk menentukan kualitas agregat dan kesesuaian untuk digunakan dalam pembangunan jalan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa berat jenis dan penyerapan agregat berada pada kisaran yang diijinkan standar, sehingga agregat tersebut layak digunakan sebagai bahan campuran aspal.
Laporan praktikum pembuatan kain tenun menggunakan ATBM dobby 12 kamran. Praktikum melibatkan proses perencanaan motif, pemasangan kartu dan paku dobby, serta proses pertenunan hingga menghasilkan 1 repeat motif sesuai rencana. Diskusi menyimpulkan pentingnya kesesuaian rencana, cucukan, dan pemasangan kartu-paku agar motif yang dihasilkan sesuai harapan.
The document discusses the knitting process and the knitting action of a latch needle. It describes the five steps of the knitting action: (1) run-in/rest, (2) clearing, (3) feeding, (4) knock-over/casting-off, and (5) loop pulling/holding-down. During these steps, the latch needle rises and falls to transfer loops from the old course to form a new course of plain fabric, interacting with the holding-down sinker, which holds down loops. The document also includes diagrams illustrating the path of the needle hooks through these steps.
Dokumen tersebut membahas tentang pengujian kekuatan tarik dan daya tembus udara pada kain menggunakan metode pita tiras. Pengujian kekuatan tarik pita tiras dilakukan dengan mengiris kain menjadi lebar 2,5 cm lalu ditarik hingga putus untuk mengetahui kekuatannya. Pengujian daya tembus udara digunakan untuk mengetahui laju aliran udara melalui kain dengan tekanan udara tertentu. Dokumen
The document discusses textile testing, including the objectives, reasons, and terms related to textile testing and sampling. Specifically, it covers:
- The main reasons for textile testing include quality control of raw materials and finished products, process monitoring, product development, and specification testing.
- Standardization of testing methods is important for explicit and implicit requirements of test results within and between laboratories.
- Sampling is necessary due to time and cost constraints, as many tests are destructive. Representative samples are taken from consignments, test lots, and packages.
- Factors like material variation, test method variation, operator variation, and test conditions can impact reproducibility of results, which standard test methods aim
Proses persiapan pertenunan meliputi pengelosan, penyetrengan, penggintiran, penganjian dan proses lainnya untuk mempersiapkan benang agar memiliki mutu yang baik dan bentuk gulungan yang sesuai untuk proses tenun selanjutnya. Proses ini penting untuk menghasilkan benang yang kuat dan mencegah kerusakan selama proses tenun.
This document discusses nonwoven needle punching processes. It defines nonwovens and describes the three stages of nonwoven production: web formation, web bonding, and finishing treatments. It then focuses on the needle punching process, describing how barbed needles repeatedly penetrate a fibrous web to mechanically entangle the fibers. Key aspects of needle design like needle density and stroke frequency are discussed. The principles of needle punching and how it orientates fibers are also summarized. Applications of needle punched nonwovens are then listed.
TQD-G1 is professionally applicable to the determination of air permeability of decorating materials used in cars, e.g. polyurethane, expanded plastics, PVC, leather, textiles, non-woven and other materials. Through the test, physical characteristics of the materials could be controlled to meet practical application requirements of products.
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG aji indras
1. Dokumen tersebut membahas tentang proses penganjian benang kapas, termasuk tujuan, alat dan bahan, teori dasar, komposisi dan sifat serat kapas, jenis-jenis kanji, serta bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan larutan kanji.
The document calculates production requirements and machine needs for various spinning processes. It determines that a ring frame with 1008 spindles producing 165.215 grams per spindle per shift is needed. 4.99 speed frames producing 918.436 kg per machine per shift and 4.375 draw frames producing 1069.95 kg per shift are required. 10.835 combers producing 440.912 kg per shift and 1.281 unilaps producing 3803.904 kg per shift are also needed. Additional machines include 2.7005 draw frames producing 1842.016 kg per shift and 12.228 cards producing 415.0776 kg per shift to reach a total blended ring production requirement of 15538.635 kg per day
The document discusses fractionation at combers and methods for measuring fractionating efficiency. It provides the following key points:
1. Fractionation aims to remove short fibers from long fibers with minimum loss of good fibers. The percentage of fibers removed as waste ("noil") impacts fractionating efficiency.
2. Two common methods for measuring fractionating efficiency are the Simpson & Ruppenicker method and the Parthsarathy method, which calculate indexes based on fiber length distributions in the lap, sliver, and noil.
3. Factors like waste extraction levels, feed type (forward vs. backward), mean fiber length, lap preparation, and top comb settings influence fractionating efficiency. Backward feed
Praktikum pemintalan benang bertujuan agar praktikan memahami proses pembuatan benang mulai dari bahan mentah hingga menjadi benang jadi melalui tahapan pembukaan, pembersihan, pengecilan, pemberian antihan, dan penggulungan. Proses pemintalan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin yang meliputi mesin blowing, carding, drawing, roving, ring spinning, dan winding.
This document provides information about the USTER HVI 1000, a high-volume instrument used to measure important cotton fiber properties. It measures 10 properties including micronaire, maturity index, short fiber index, fiber strength, elongation, moisture content, color, trash percentage and grade, and spinning consistency index. There are five global companies that manufacture these types of rapid testing machines, including USTER Technologies. The USTER HVI 1000 uses a computer system, balance, printer, and optional barcode reader or UV/NEP modules. It measures properties through airflow resistance, optical length measurement, and clamp strength testing. The results are operator independent, based on large samples, provided quickly in summarized reports.
Dokumen tersebut berisi penyelesaian soal-soal analisis ayakan tanah dan penentuan komposisi butiran tanah menurut sistem klasifikasi MIT, USDA, dan AASHTO berdasarkan data hasil uji ayakan dan kurva distribusi ukuran butiran.
Kedewasaan serat kapas ditentukan dengan menggunakan larutan NaOH 10%. Laporan praktikum menguji kehalusan dan kedewasaan serat kapas, di mana hasil uji menunjukkan bahwa kehalusan serat kapas China adalah 3,07 μg/inci yang termasuk kategori halus, sedangkan tingkat kedewasaan serat kapas tersebut adalah 85% yang tergolong baik.
Proses pengelosan bertujuan untuk mengubah bentuk gulungan benang dari cone ke cone atau streng ke cone agar sesuai dengan proses selanjutnya. Proses ini melibatkan penggulungan benang pada mesin kelos beralur spiral untuk memperbaiki mutu benang dan menyesuaikan bentuk gulungan. Langkah-langkah pengelosan meliputi penimbangan cone, penggulungan benang, dan pengukuran produksi teoritis dan nyata untuk menentukan efisiensi
Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus dilakukan untuk menentukan kualitas agregat dan kesesuaian untuk digunakan dalam pembangunan jalan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa berat jenis dan penyerapan agregat berada pada kisaran yang diijinkan standar, sehingga agregat tersebut layak digunakan sebagai bahan campuran aspal.
Laporan praktikum pembuatan kain tenun menggunakan ATBM dobby 12 kamran. Praktikum melibatkan proses perencanaan motif, pemasangan kartu dan paku dobby, serta proses pertenunan hingga menghasilkan 1 repeat motif sesuai rencana. Diskusi menyimpulkan pentingnya kesesuaian rencana, cucukan, dan pemasangan kartu-paku agar motif yang dihasilkan sesuai harapan.
The document discusses the knitting process and the knitting action of a latch needle. It describes the five steps of the knitting action: (1) run-in/rest, (2) clearing, (3) feeding, (4) knock-over/casting-off, and (5) loop pulling/holding-down. During these steps, the latch needle rises and falls to transfer loops from the old course to form a new course of plain fabric, interacting with the holding-down sinker, which holds down loops. The document also includes diagrams illustrating the path of the needle hooks through these steps.
Dokumen tersebut membahas tentang pengujian kekuatan tarik dan daya tembus udara pada kain menggunakan metode pita tiras. Pengujian kekuatan tarik pita tiras dilakukan dengan mengiris kain menjadi lebar 2,5 cm lalu ditarik hingga putus untuk mengetahui kekuatannya. Pengujian daya tembus udara digunakan untuk mengetahui laju aliran udara melalui kain dengan tekanan udara tertentu. Dokumen
The document discusses textile testing, including the objectives, reasons, and terms related to textile testing and sampling. Specifically, it covers:
- The main reasons for textile testing include quality control of raw materials and finished products, process monitoring, product development, and specification testing.
- Standardization of testing methods is important for explicit and implicit requirements of test results within and between laboratories.
- Sampling is necessary due to time and cost constraints, as many tests are destructive. Representative samples are taken from consignments, test lots, and packages.
- Factors like material variation, test method variation, operator variation, and test conditions can impact reproducibility of results, which standard test methods aim
Proses persiapan pertenunan meliputi pengelosan, penyetrengan, penggintiran, penganjian dan proses lainnya untuk mempersiapkan benang agar memiliki mutu yang baik dan bentuk gulungan yang sesuai untuk proses tenun selanjutnya. Proses ini penting untuk menghasilkan benang yang kuat dan mencegah kerusakan selama proses tenun.
This document discusses nonwoven needle punching processes. It defines nonwovens and describes the three stages of nonwoven production: web formation, web bonding, and finishing treatments. It then focuses on the needle punching process, describing how barbed needles repeatedly penetrate a fibrous web to mechanically entangle the fibers. Key aspects of needle design like needle density and stroke frequency are discussed. The principles of needle punching and how it orientates fibers are also summarized. Applications of needle punched nonwovens are then listed.
TQD-G1 is professionally applicable to the determination of air permeability of decorating materials used in cars, e.g. polyurethane, expanded plastics, PVC, leather, textiles, non-woven and other materials. Through the test, physical characteristics of the materials could be controlled to meet practical application requirements of products.
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG aji indras
1. Dokumen tersebut membahas tentang proses penganjian benang kapas, termasuk tujuan, alat dan bahan, teori dasar, komposisi dan sifat serat kapas, jenis-jenis kanji, serta bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan larutan kanji.
The document calculates production requirements and machine needs for various spinning processes. It determines that a ring frame with 1008 spindles producing 165.215 grams per spindle per shift is needed. 4.99 speed frames producing 918.436 kg per machine per shift and 4.375 draw frames producing 1069.95 kg per shift are required. 10.835 combers producing 440.912 kg per shift and 1.281 unilaps producing 3803.904 kg per shift are also needed. Additional machines include 2.7005 draw frames producing 1842.016 kg per shift and 12.228 cards producing 415.0776 kg per shift to reach a total blended ring production requirement of 15538.635 kg per day
The document discusses fractionation at combers and methods for measuring fractionating efficiency. It provides the following key points:
1. Fractionation aims to remove short fibers from long fibers with minimum loss of good fibers. The percentage of fibers removed as waste ("noil") impacts fractionating efficiency.
2. Two common methods for measuring fractionating efficiency are the Simpson & Ruppenicker method and the Parthsarathy method, which calculate indexes based on fiber length distributions in the lap, sliver, and noil.
3. Factors like waste extraction levels, feed type (forward vs. backward), mean fiber length, lap preparation, and top comb settings influence fractionating efficiency. Backward feed
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis serat alami dan sintetis yang digunakan sebagai bahan baku tekstil. Jenis-jenis serat alami yang dijelaskan antara lain kapas, yute, rami, flax, hemp, rosela, pelepah pisang, nenas, lidah mertua, dan enceng gondok. Sedangkan serat sintetis yang disebutkan meliputi rayon, polyester, polyuretan, nylon, dan acrylic. Dokumen juga menjelaskan
Ragam hias merupakan pola dasar yang diulang pada karya seni dan kerajinan. Ragam hias tekstil tradisional Indonesia memiliki makna dan fungsi yang beragam, seperti untuk kebutuhan sandang, alat bantu, dan ritual adat. Contoh ragam hias tekstil tradisional adalah kain tenun dan kain yang digunakan dalam upacara adat seperti ulos dan poleng.
1. The document discusses natural and synthetic dyes used for textiles, including their properties and classification.
2. It provides information on the textile dyeing process and factors involved in dye selection like colorfastness and economics.
3. The advantages of synthetic dyes are summarized as allowing varied and specific colors, faster color setting, and lower production costs.
Teks tersebut membahas tentang paduan aluminium dan sifat-sifatnya. Secara khusus membahas tentang diagram fasa dan komposisi paduan aluminium dengan unsur-unsur seperti Cu, Mg, Si, dan Mn serta pengaruh perlakuan panas terhadap struktur dan sifat mekanik paduan aluminium.
Bahan komposit terdiri dari dua komponen utama yaitu penguat dan matriks. Dokumen ini menjelaskan sejarah, klasifikasi, jenis-jenis penguat dan matriks, serta proses pembuatan bahan komposit. Bahan komposit telah digunakan sejak zaman dahulu hingga saat ini dengan berbagai keunggulan seperti kuat, ringan, dan tahan suhu tinggi.
Laporan ini membahas hasil praktikum rekayasa bahan tentang percobaan bahan keramik yang bertujuan untuk memahami proses pembuatan keramik tradisional dan menentukan kekerasannya, dengan tahapan pembuatan keramik, pengujian kekerasan menggunakan metode gores dan pantul, serta analisis hasil uji yang menunjukkan sampel 1:1 paling baik untuk uji gores dan 1:3 untuk uji pantul."
Laporan ini membahas hasil uji kekerasan logam yang dilakukan di Laboratorium Uji Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Tadulako. Uji kekerasan dilakukan menggunakan metode Brinell dan Vickers pada spesimen baja yang dirawat dengan pemanasan dan pendinginan menggunakan solar dan minyak tanah serta spesimen standar. Hasilnya menunjukkan spesimen yang dirawat dengan solar memiliki kekerasan tertinggi.
Laporan ini membahas tentang praktikum pengujian kekerasan logam yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura. Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan metode Rockwell B dan Rockwell C dengan perlakuan panas annealing pada baja. Hasilnya menunjukkan nilai kedalaman yang didapatkan lebih besar menggunakan metode Rockwell C karena proses pendinginan annealing yang menyebabkan baja menjadi lebih lunak. N
Analisis sifat mekanik dan morfologi papan komposit sekam padi dengan variasi fraksi volume sekam padi 10%, 35%, dan 50%. Hasil uji tarik menunjukkan kekuatan tertinggi pada fraksi 35% sedangkan SEM menunjukkan bentuk morfologi optimal pada fraksi ini.
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang karakteristik komposit serat tandan kelapa sawit dengan variasi besar butir filler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi besar butir filler mana yang memberikan kinerja terbaik pada komposit berdasarkan uji impak, kekerasan, bending, dan struktur mikro. Limbah tandan kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan baku komposit untuk aplikasi furniture.
Dokumen tersebut merupakan laporan penelitian tentang pengaruh panjang serat terhadap kekuatan impak komposit serat enceng gondok dengan matriks polyester. Ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu persiapan bahan, pembuatan spesimen, pengujian impak, pengambilan data, dan kesimpulan. Hasilnya menunjukkan bahwa kekuatan impak maksimum terjadi pada panjang serat 50 mm dengan nilai 0,002344 J/mm2.
[Ringkasan]
Bab 4 membahas tentang pembuatan dan pengujian komposit serat ijuk-epoksi. Pembuatan komposit meliputi pembuatan cetakan, perhitungan komposisi serat dan resin, dan pembuatan spesimen dengan variasi kandungan serat ijuk 30%, 40%, 50%, dan 60%. Pengujian impact dilakukan untuk mengetahui energi yang diserap dan kekuatan impact masing-masing spesimen. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
ANALISA STRUKTUR NANOPARTIKEL SELULOSA KULIT ROTAN SEBAGAI FILLER BIONANOKOMP...Repository Ipb
Analisis struktur nanopartikel selulosa kulit rotan menggunakan difraksi sinar-X dan analisis ukuran partikel menunjukkan bahwa partikel selulosa kulit rotan memiliki struktur kristal monoklinik dengan ukuran partikel terkecil 146,3 nm yang dihasilkan dari waktu ultrasonikasi selama 3 jam. Nanopartikel selulosa kulit rotan kemudian digunakan sebagai filler dalam bionanokomposit polipropilena yang memiliki s
Bahan kampas rem komposit dari cangkang kemiri, serat daun nanas, dan alumunium dengan komposisi 60% diuji untuk mengetahui sifat mekaniknya seperti berat jenis, kekerasan, kekuatan lentur, dan keausan untuk dibandingkan dengan standar SAE J661. Hasil pengujian menunjukkan bahwa bahan tersebut hanya memenuhi standar untuk kekuatan lentur, sedangkan untuk berat jenis, kekerasan, dan keaus
Dokumen tersebut merangkum hasil seminar yang membahas pengaruh penambahan serat polypropylene dan fly ash terhadap karakteristik beton mutu tinggi. Penelitian ini menguji nilai slump, kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitas beton dengan variasi serat polypropylene 0 kg/m3, 0,2 kg/m3, 0,4 kg/m3, dan 0,6 kg/m3 serta penambahan fly ash 10% dari berat semen. Hasilnya menunj
Studi ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan serat polypropylene (PP) terhadap kuat tekan dan tarik belah beton self compacting concrete (SCC). Serat PP ditambahkan dengan variasi 0%, 1,25%, 2,5%, 3,75%, dan 5% dari berat semen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan 1,25% serat PP meningkatkan kuat tekan dan tarik belah SCC, sedangkan penambahan lebih dari 1,25% menurunkan kuatny
Pengujian kekuatan sobek kain dengan cara lidah menggunakan alat uji kekuatan tarik. Kain dijepit pada jarak 7 cm lalu disobek dengan tarikan laju mundur 30 cm/menit untuk mengetahui daya tahan kain terhadap sobekan sepanjang arah lusi dan pakan. Hasil dianalisis untuk mengetahui kekuatan sobek kain.
Dokumen tersebut membahas pengaruh ukuran panjang serat terhadap sifat mekanik bahan komposit dengan serat sabut kelapa sebagai penguat. Peneliti menguji tiga variasi ukuran serat (seadanya, 5 cm, dan 0.5 cm) pada tiga komposisi serat dan resin (40%:60%, 50%:50%, 60%:40%) untuk mengetahui sifat lentur yang dihasilkan. Hasilnya, komposisi 60% serat dan 40% resin dengan ukuran
Dokumen tersebut membahas tentang pengujian konstruksi kain dan pengujian kekuatan sobek kain cara lidah. Terdapat beberapa tujuan pengujian seperti mampu menggambar anyaman kain, menghitung nomor benang dan tetal benang, serta mampu melakukan pengujian kekuatan sobek kain cara lidah menggunakan alat pengujian.
Similar to 10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh dengan filler partikel sekam (19)
9 potensi pasir lokal tanjung bintang pada aluminium sand casting terhadap po...Mirmanto
Green sand is one of the most important components in the process of metal casting. The sand in Indonesia region is varied level of subtlety, size of sand, and shape of sand. Green sand used in the process of metal casting is possible can affect the quality of casting product. This aims to determine the potential of Tanjung Bintang sand as green sand and the quality of the product in terms of porosity defects. The research was conducted by varying sand river from Tanjung Bintang and sand from Maringgai. Composition made varying is 100%,75%, 50%, and 25% Tanjung Bintang sand compared Maringgai sand with bentonit and water is 10% and 5% constantly .The Examine of the green sand by SNI 15-0312-1989 among other water content, clay content, Grain Finnest Number (GFN), Shape of grain. The result said aluminium casting product with 50% Tanjung Bintang sand has the lowest value of porosity, 5.08% and the higher value with 75% composition of Tanjung Bintang sand, 6.98%.
8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep...Mirmanto
Studi ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan penggunaan mesin diesel PLTD Ampenan dengan metode break even point dan analisis sensitivitas. Ada beberapa alternatif harga jual listrik ke masyarakat yang dianalisis, yaitu Rp800, Rp900, dan Rp1000 per kWh beserta besaran subsidi yang berbeda. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai investasi awal dan pendapatan. Hasilnya menunjukkan PLTD masih layak beroperasi walaupun
7 analisis perilaku aliran terhadap kinerja roda air arus bawah untuk pembang...Mirmanto
Dokumen tersebut merupakan analisis perilaku aliran air terhadap kinerja roda air untuk pembangkit listrik skala pikohidro. Penelitian ini menganalisis kecepatan aliran, putaran, torsi, dan daya roda air serta kecepatan relatif air terhadap sudu roda air dengan variasi kecepatan aliran. Hasil pengukuran awal menunjukkan kecepatan rata-rata air 2,50 m/s, putaran poros 79,78 rpm, torsi r
6 optimasi parameter permesinan terhadap waktu proses pada pemrograman cnc mi...Mirmanto
Dokumen ini membahas optimasi parameter permesinan terhadap waktu proses pada pemrograman CNC milling dengan berbasis CAD/CAM. Parameter permesinan yang dioptimalkan meliputi kecepatan potong, kecepatan pemakanan, dan kedalaman pemotongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketiga parameter tersebut terhadap waktu proses pada CNC milling."
5 pengaruh absorsi gas co2 dan h2 s dalam biogas menggunakan pasta batu apung...Mirmanto
Dokumen ini membahas pengaruh pemurnian biogas menggunakan pasta batu apung terhadap peningkatan kinerja mesin bakar. Biogas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran kuda mengandung kontaminan seperti CO2 dan H2S yang perlu dihilangkan. Pemurnian dilakukan dengan mengalirkan biogas melalui pasta batu apung dengan variasi laju aliran. Hasil pengujian menunjukkan kinerja terbaik pada putaran 4500 rpm dan laju aliran 2 L
4 pengaruh ketinggian lubang udara pada tungku pembakaran biomassa terhadap u...Mirmanto
Alternative energies, e.g. biomassa, can be utilized using combustion processes in a stove. Nevertheless, traditional stoves that are available in the market or have been used by the community for years are not effective and efficient. One thing that may affect their efficiency and effectiveness is a distance between the combustion chamber and air hole. Therefore, this research investigates experimentally the effect of the distance.The tested stoves had identical combustion room and air hole diameters, but the distance between the combustion chamber and air hole was varied 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm. The combustion chamber diameter was 13 cm and the top diameter of the stove was 19 cm. The fuel employed was coconut shell with various size of 2-4 cm and 5-10 cm. One traditional stove was also tested as a comparison. The test were conducted by heating the water in a 18 cm diameter pan from the ambient temperature to the boiling temperature (1000C). Investigated parameters showing the stove performance were boiling time, FCR, heat input, heat output, heat losses and efficiency.The results show that the fastest boiling time (472 s) and the highest FCR (0,9407 Kg/h) were resulted in the stove with the air hole distance of 40 cm and coconut shell size of 5-10 cm. In this stove, the highest heat input, heat output, heat losses occurred too. On the other hand, the highest efficiency (15,62 %) was achieved in the stove with the air hole distance of 10 cm.
2 karakterstik serapan suara komposit polyesterMirmanto
The purpose of this study is to investigate of sound absorption of coconut filter fiber composites. The research material made with coconut filter fiber as reinforcement and matrix resin unsaturated polyester (UPRs) type Yukalac BQTN 157 with 1% hardener types MEKPO (Methyl Ethyl Ketone Peroxide) and fiber treatment by 0,5% KMnO4. Production methods is poltrusion and the variations of fiber volume fraction are 20, 25 and 30% and fiber length are 5, 10 and 15 mm. Testing of sound absorption frequency are 250, 500, 1000, 2000 and 4000 Hz. The results of research show that the highest value of sound absorption coefficient is on the composites with composition of 10 mm fiber length and 30% fiber volume fraction, that is 0.550828. The values are included in the class “Sound Absorption Coefficient Class D (Extremely absorbing)” with the range 0.40 – 0.60 based on ISO standard 11654:1997.
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
Due to population growth, industry advance and rapid development, fresh and comfortable air may be difficult to get. Conditioning the air to get comfort environment may be a basic demand for people, but the prices of the device and its operation for this purpose are expensive. This research tries to solve this problem but it is just only to know the capability of the heat exchanger to transfer/ absorb heat and is not to cool the room to be below the ambient temperature. The working fluid used was clean water and the heat exchangers employed were parallel and serpentine which were made of copper pipes with a diameter of 1/4 inch and 1/2 inch (for the header). The volumetric flow rates used were 300 ml/minutes, 400 ml/minutes and 500 ml/minutes. While the heat that should be absorbed by the water from the room is 50 W, 100 W and 150 W. The results show that the effect of volumetric flow rate on heat exchanger performance and room temperature is insignificant. From the pressure drop results, the parallel pipe heat exchanger has lower pressure drops while the serpentine has higher pressure drops.
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...Mirmanto
With traditional fish drying process, most possible can cause an unhealthy working posture , such as a squatting action. As a consequence , worker will suffer a musculoskeletal disorders because of not ergonomic tools and bad working posture. Without ergonomics working procedures was found that the average of musculoskeletal complaints after working is 52.25 ± 1.03. To solve this ccomplaints, a drying chamber based ergonomics design was built in order to reduce musculoskeletal disorders. Dimensions of the drying chamber were based on anthropometric data of fish craftsmen and the material of drying chamber was by the participatory method. Test was performed on 20 samples and the result showed that the mean rate of musculoskeletal complaints after working is 38.30 ± 1.30. The ergonomic based design for drying camber application can reduce the musculoskeletal complaints up to 26.7%.
Prediction and measurement of pressure drop in microchannelsMirmanto
The document discusses the benefits of exercise for mental health. Regular physical activity can help reduce anxiety and depression and improve mood and cognitive functioning. Exercise boosts blood flow and levels of neurotransmitters and endorphins which elevate and stabilize mood.
Heat transfer coefficient in microchannelsMirmanto
This article compares two methods for calculating local flow boiling heat transfer coefficients in microchannels: using a linear pressure gradient assumption and direct pressure gradient measurement. An experiment was conducted for boiling water in three single microchannels of varying widths and depths. The local heat transfer coefficients determined by the two methods were found to be significantly different at high heat fluxes. The linear pressure distribution assumption may only be used with caution when the heat flux is below a certain threshold value that depends on the channel size.
Effect of boiling in the upatream loop on instability of flow boiling in a mi...Mirmanto
The document discusses an experiment that measured pressure fluctuations and flow reversals during flow boiling in a single microchannel. Four pressure sensors were inserted into the copper channel to measure pressure fluctuations. Tests were conducted with and without boiling occurring in the upstream loop before the test section. Results showed that pressure fluctuations and flow reversals were caused by bubble activity inside the channel. Boiling in the upstream loop was found to cause unstable flow. Flow reversal could occur when bubbles generated a temporary pressure higher than the inlet pressure. The upstream boiling affected the magnitude and duration of pressure fluctuations and flow reversals.
Defeloping flow and pressure drop in microchannelsMirmanto
Experiments were conducted to measure the pressure drop and friction factor of water flowing through three copper microchannels of different widths (0.5 mm, 1.0 mm, and 1.71 mm) but the same depth (0.39 mm) and length (62 mm). The experiments covered a Reynolds number range of 234 to 3,430. Pressure drop decreased with increasing inlet temperature, while friction factors showed little difference across test sections. Friction factors agreed reasonably well with conventional developing flow theory. Heat flux had a negligible effect on friction factor.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh dengan filler partikel sekam
1. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Budiman, Sugiman: Karakteristik sifat mekanik komposit
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 serat bambu resin polyester tak jenuh dengan partikel
76
KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT BAMBU RESIN
POLYESTER TAK JENUH DENGAN FILLER PARTIKEL SEKAM
Agus Budiman, Sugiman*
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram Nusa Tenggara Barat, Kode Pos : 83125
*Email: s.sugiman@unram.ac.id
ABSTRACT
This paper presents the effect of volume fraction of rice husks on the mechanical
properties of bamboo fiber/unsaturated polyester composites. The composite specimens were
made from bamboo fiber with fixed volume fraction of 40% and rice husk particle as filler with
volume fractions varied 0%, 10%, 20% and 30%. Matrix used was unsaturated polyester resin.
Bamboo fibers and rice husk were surface treated using alkali solution 4% (by weight) for 2
hours. The manufacturing process of composite was using hand layup method. The specimens
were tested in tension, bending and in impact loading. The results show that the addition of rice
husk particles up to volume fraction of 20% does not result in a decrease of tensile strength, but
after a volume fraction of 20%, the tensile strength tends to decrease. In bending test, the rice
husk volume fraction up to 20% increase the bending strength, but after that then it tends to
decrease. However the bending modulus seems unaffected by the volume fraction of rice husk.
Similar to the bending modulus, the impact strength is not significantly affected by the volume
fraction of rice husk.
Keywords: bamboo fiber, rice husk particles, polyester, volume fraction.
PENDAHULUAN
Bambu merupakan tanaman yang
cepat tumbuh dan mampu menyerap
karbondioksida di udara. Bambu dapat
dipanen 3-4 tahun (Amada et al., 1997).
Bambu dapat digunakan untuk material teknik
baik dalam kondisi utuh, bentuk strip dan
serat (Nayak and Mishra, 2016). Serat bambu
terdiri dari cellulose, hemicellulose dan lignin.
Kandungan celulose dan hemicelulosa dalam
bentuk holocelulosa dapat lebih dari 50%
(Jain et al., 1992). Serat bambu secara
mekanik mempunyai kekuatan tarik yang
tinggi (140-800 MPa), dan modulus elastisitas
yang tinggi (33 GPa) dengan densitas yang
rendah 0,6 – 0,8 g/cm
3
(Defoirdt et al., 2010).
Sehingga kekuatan jenis dan modulus elastis
jenis serat bambu sangat tinggi dan
sebanding dengan serat glass.
Untuk menghasilkan komposit serat
bambu yang baik, kadungan lignin dalam
serat bambu harus dihilangkan karena
menghasilkan ikatan antara serat dan matrik
yang buruk. Literatur telah melaporkan
beberapa metode perlakuan permukaan serat
bambu, baik dengan larutan alkali, kombinasi
larutan alkali, acetalisasi dan silanisasi (Lee et
al., 2009; Chen et al., 2011) dan kombinasi
larutan alkali, plasma dan ultraviolet (Ma et
al., 2011), dan metode hidrotermal (Qian et
al., 2015). Dari beberapa metode tersebut,
metode perlakuan alkali pada konsentrasi
rendah 4 - 6% selama 2 jam menghasilkan
ikatan serat/matrik yang baik, dengan teknik
yang sederhana dan relatif murah (Kumar et
al., 2012).
Hibridisasi komposit merupakan usaha
untuk meningkatkan sifat tertentu material
komposit, seperti kekakuan dan kekuatan
impaknya. Hibridisasi dapat dengan filler baik
organik dan anorganik. Untuk filler organik,
limbah pertanian seperti sekam padi
mempunyai sumber yag melimpah dan
mempunyai kandungan silika yang cukup
tinggi (96%) (Ismail et al., 1999). Literature
melaporkan penggunaan sekam padi sebagai
pengisi karet (Ismail et al., 1999), semen
(Jauberthie et al., 2003), dan polipropilen
(Siriwardena et al., 2001). Penggunaan
sekam padi untuk filler komposit serat bambu
masih jarang dilaporkan (sejauh
sepengetahuan penulis). Tujuan paper ini
adalah untuk mengetahui pengaruh fraksi
volume serbuk sekam padi pada komposit
serat bambu/polyester tak jenuh. Beberapa
pengujian yang dilakukan adalah pengujian
tarik, pengujian bending dan pengujian impak.
METODELOGI PENELITIAN
Material
Adapun material yang digunakan dalam
penelitian ini adalah serat bambu dengan
panjang serat 25 mm. Serbuk sekam padi
dengan ukuran lolos ayakan (saringan) 40
mesh. Larutan NaOH dengan konsentrasi 4%
(berat). Sedangkan sebagai matrik adalah
resin polyester tak jenuh, Yucalak 157 BQTN,
2. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Budiman, Sugiman: Karakteristik sifat mekanik komposit
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 serat bambu resin polyester tak jenuh dengan partikel
77
Fraksi volume sekam (%)
Kekuatantarik(MPa)
Stress(MPa)
Displacement (mm)
(a) (b)
Gambar 1. (a) Tipikal grafik stress-displacement, (b) Grafik hubungan kekuatantarik
komposit serat bambu polyester sekam padi
dengan katalis metil eter keton peroksida
(MEKPO).
Persiapan Spesimen
Perlakuan permukaan untuk serat
bambu dan sekam masing-masing dilakukan
dengan merendamnya (dalam tempat terpiah)
dengan larutan NaOH fraksi volume 4%
(berat) selama 2 jam pada suhu 29
o
C. Setelah
perendaman, serat dan sekam dibilas dengan
air sampai bersih (tidak berlendir), dan
kemudian dikeringkan.
Sebelum resin dan serat dicetak, pada
cetakan diolesi dengan kit black magic
(sebagai release agent) untuk memudahkan
pengambilan spesimen dari cetakan
kemudian dibiarkan kering. Setelah itu, resin
dan katalis dicampur dengan perbandingan
100:1 (berat) dalam gelas pencampur dan
diaduk sampai homogen. Serat dan sekam
dimasukan dalam ember sesuai fraksi volume
masing-masing dan diaduk agar campuran
merata. Resin dituangkan ke dalam cetakn
yang telah berisi dengan serat dan sekam.
Campuran serat, sekam dan resin kemduian
dipress dengn plat baja selama 2 jam pada
suhu kamar. Fraksi volume serat bambu
dibuat tetap sebesar 40%, sedangkan fraksi
volume sekam padi bervariasi; 0, 10%, 20%
dan 30%.
Pengujian Mekanik
Pengujian mekanik terdiri dari tiga
pengujian yaitu uji tarik, uji bending dan uji
impak. Spesimen uji tarik mengikuti standar
ASTM D3039, spesimen uji bending mengikuti
standar ASTM D790, dan spesimen uji impak
mengikuti standar ASTM D256. Pengujian
tarik menggunakan alat uji tarik universal
testing machine merk Control type (C0820/C)
dengan kapasitas 2000 kN. Pengujian
bending menggunakan alat uji bending merk
CBR Tester, sedangkan pengujian impak
menggunakan alat uji impak type RMU
Testing Equipment Serial A052. Uji scanning
elektrom microscope (SEM) dilakukan pada
permukaan patahan specimen uji tarik
menggunakan alat SEM type Zeiss EVO MA
10.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekuatan tarik
Gambar 1(a) menunjukkan tipikal kurva
stress-displacement hasil pengujian tarik
komposit serat bambu-sekam padi/polyester
tak jenuh. Terlihat kemiringan kurva daerah
linier cenderung meningkat dengan
bertambahnya fraksi volume sekam padi dari
fraksi volume 10%-30%. Hal ini menunjukkan
bahwa pada rentang fraksi volume tersebut,
meningkatnya fraksi volume sekam padi
cenderung meningkatkan kekakuan komposit.
Namun kemiringan (kekakuan) kurva stress-
displacement untuk komposit tanpa sekam
justru sama dengan pada fraksi volume 30%.
Hal ini disebabkan mungkin pada fraksi
volume 10%-30%, kekakuan disumbangkan
oleh peningkatan kekakuan matriks akibat
penambahan material sekam, sedangkan
pada tanpa sekam ikatan antara serat bambu
dengan matriks lebih baik dari penambahan
material sekam sehingga menghasilkan
kekakuan yang tinggi pula.
3. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Budiman, Sugiman: Karakteristik sifat mekanik komposit
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 serat bambu resin polyester tak jenuh dengan partikel
78
dcba
a
b
c
d
Gambar 2. Foto kegagalan spesimen uji tarik komposit serat bambu polyester untuk fraksi
volume sekam padi (a) 0%, (b) 10%, (c) 20% and (30%). Perbesaran gambar 50x
(a)
Partikel sekam
Serat bambu
(b)
Gambar 3. Foto SEM permukaan patah uji tarik komposit serat bambu/polyester (a) tanpa
sekam, (b) dengan filler sekam padi pada fraksi volume 20%.
Gambar 1(b) menunjukkan kekuatan
komposit serat bambu-sekam padi/polyester
tak jenuh dengan fraksi volume. Terlihat
bahwa kekuatan tarik cenderung konstan
sampai fraksi volume sekam 20% dan
kemudian cenderung menurun setelah fraksi
volume tersebut. Penurunan yang terjadi
pada kekuatan tarik komposit serat bambu
tersebut mungkin disebabkan oleh kandungan
partikel sekam yang ada mampu menghalangi
resin untuk berikatan secara sempurna
dengan serat bambu.
Gambar 2 menunjukkan foto komposit
serat bambu polyester dengan filler partikel
sekam padi yang telah diuji tarik. Patahan dari
setiap spesimen berbeda-beda, yang mungkin
disebabkan oleh penambahan filler sekam
padi. Untuk spesimen dengan fraksi volume
sekam 0% bentuk patahannya terlihat sedikit
serabut serat yang memanjang pada
permukaan patahan. Hal ini terjadi karena
4. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Budiman, Sugiman: Karakteristik sifat mekanik komposit
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 serat bambu resin polyester tak jenuh dengan partikel
79
Fraksi volume sekam (%)
(b) (c)
Kekuatantarik(MPa)
(a)
Moduusbending(GPa)
Fraksi volume sekam (%)
Beban(kN)
Displacement (mm)
Gambar 4. (a) Kurva beban-displacement (b) kekuatan bending, (c) Modulus bending
komposit serat bambu polyester sekam padi
serat dan resin mampu berikatan dengan
baik. Berbeda dengan fraksi volume 10%,
20% dan 30% sekam bentuk patahannya
terlihat banyak serabut serat yang pendek
pada permukaan patahan. Hal ini disebabkan
karena serat dan resin tidak mampu berikatan
dengan baik karena adanya partikel sekam
yang menghalanginya sehingga bentuk
patahan kelihatan serat tercabut antara
permukaan yang satu dengan yang lainnya,
seperti terlihat pada gambar 3.
Kekuatan Bending
Gambar 4(a) menunjukkan tipikal kurva
beban-displacement komposit serat bambu
dengan filler partikel sekam akibat beban
bending. Sebagian besar kurva menunjukkan
adanya daerah elastis dan daerah plastis.
Deformasi plastis mendominasi kurva beban-
displacement untuk semua fraksi volume
sekam. Terlihat juga bahwa komposit
langsung patah setelah beban puncak
tercapai. Sedang pada gambar 4(b) terlihat
bahwa kekuatan bending cenderung naik
sampai fraksi volume 20% sekam, kemudian
cenderung menurun setelah fraksi volume itu.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh filler
efektif sampai fraksi volume 20%, setelah itu
karena kemungkinan filler menghalangi ikatan
serat bambu dengan polyester, sehingga
menyebabkan penurunan kekuatan bending.
Pada gambar 4(c) terlihat hamburan
data sehingga pengaruh fraksi volume
terhadap modulus bending tidak signifikan.
Efek filler bersifat meningkatkan kekakuan
matrik, tetapi jika semakin banyak dapat
menghalangi ikatan serat dan matrik,
sehingga efeknya menjadi negatif. Kompetisi
efek positif peningkatan kekakuan matrik dan
efek negatif mengurangi ikatan serat dengan
matrik kemungkinan sampai fraksi volume
30% masih berimbang, sehingga
menyebabkan modulus bending yang hampir
konstan.
Gambar 5 menunjukkan kondisi
spesimen setelah pengujian bending. Untuk
fraksi volume sekam 0%, terjadi retakan pada
bagian bawah spesimen dan kemudian
menjalar ke atas tetapi tidak tegak lurus
ketebalan spesimen. Hal ini terjadi juga pada
spesimen dengan fraksi volume sekam 10%,
tetapi beban puncak lebih rendah daripada
5. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Budiman, Sugiman: Karakteristik sifat mekanik komposit
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 serat bambu resin polyester tak jenuh dengan partikel
80
patah patah patah patah
(a) (b) (c) (d)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 5. Foto kegagalan spesimen uji bending komposit serat bambu polyester untuk
fraksi volume sekam padi (a) 0%, (b) 10%, (c) 20% and (30%). Perbesaran gambar 50x
Kekuatanimpak(MPa)
Fraksi volume sekam (%)
Gambar 6. Hubungan kekuatan impak komposit serat bambu polyester sekam padi
terhadap fraksi volume sekam
spesimen fraksi volume sekam 0%. Hal
tersebut kemungkinan besar disebabkan
ketebalan spesimen yang lebih rendah
sehingga nilai inersianya lebih rendah
dibanding fraksi volume sekam 0%.
Sementara untuk fraksi volume sekam 20%
dan 30%, terjadi retakan dari bawah dan
kemudian merambat hampir tegak lurus
ketebalan spesimen. Hal ini menunjukkan
bahwa material nampak lebih getas atau
karena lemahnya ikatan antar serat dan
matrik. Pada fraksi volume sekam 30%,
terlihat terjadi fiber pulled out pada patahan
dan sebagai jembatan retak patahan
spesimen.
Kekuatan Impak
Gambar 6 menunjukkan grafik
kekuatan impak dengan fraksi volume sekam
padi komposit serat bambu/polyester tak
6. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Budiman, Sugiman: Karakteristik sifat mekanik komposit
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 serat bambu resin polyester tak jenuh dengan partikel
81
(a)
(b)
(c)
(d)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 7. Foto kegagalan spesimen uji impak komposit serat bambu polyester untuk
fraksi volume sekam padi (a) 0%, (b) 10%, (c) 20% and (30%). Perbesaran gambar 50x
jenuh. Terlihat bahwa terjadi hamburan data
yang besar untuk semua fraksi volume
sekam, sehingga pengaruh fraksi volume
sekam cenderung tidak signifikan pada
kekuatan impak.
Pada gambar 7 menunjukkan bahwa,
komposit serat bambu dengan filler partikel
sekam mempunyai patahan yang hampir
sama yaitu patah di bagian tengah dan
cenderung bersifat getas. Spesimen secara
keseluruhan mengalami patah getas di bagian
yang dikenakan beban impak. Pada beberapa
hasil pengujian impak didapatkan bahwa
kegagalan tidak selalu terjadi pada daerah
yang secara langsung terkena tumbukan,
melainkan pada bagian lain yang mengalami
cacat.
KESIMPULAN
Investigasi tentang pengaruh fraksi
volume sekam padi pada sifat mekanik
komposit serat bambu-sekam padi/polyester
tak jenuh telah dilakukan. Kekuatan tarik
cenderung konstan dengan meningkatnya
fraksi volume sekam padi sampai 20%, tetapi
setelah itu menunjukkan penurunan. Jenis
kegagalan yang terjadi pada spesimen uji
tarik yaitu patah getas. Kekuatan bending
cenderung meningkat dengan meningkatnya
fraksi volume sekam padi sampai 20%,
namun setelah itu kemudian cenderung
menurun. Fraksi volume sekam padi tidak
berpengaruh singifikan pada modulus
bending. Meningkatnya fraksi volume sekam
padi juga tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan pada kekuatan impak.
DAFTAR PUSTAKA
Amada S., Ichikawa Y., Munekata T., Nagase
Y., Shimizu K., (1997), Fiber texture and
mechanical graded structure of bambu.
Composites Part B 28, pp. 13–20.
Chen H., Miao M., Ding X., (2011), Chemical
treatments of bamboo to modify its
moisture absorption and adhesion to
vinyl ester resin in humid environment,
Journal of Composite Materials 45(14),
1533–1542.
Defoirdt N., Biswas S., De Vriese L., Tran
L.Q.N., Van Acker J., Ahsan Q.,
Gorbatikh L., Van Vuure A., Verpoest I.,
2010, Assessment of the tensile
properties of coir, bambu and jute fibre,
Composites: Part A 41, pp. 588–595.
Ismail H., Nasaruddin M.N., Ishiaku U.S.,
1999, White rice husk ash filled natural
rubber compounds: the effect of
multifunctional additive and silane
coupling agents. Polymer Testing 18,
287–298.
Jain S., Kumaru R., Jindal U.C., 1992,
Mechanical behaviour of bambu and
7. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Budiman, Sugiman: Karakteristik sifat mekanik komposit
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 serat bambu resin polyester tak jenuh dengan partikel
82
Bambu composite, Journal of Materials
Science 27, 4598-4604.
Jauberthie R., Rendell F., Tamba S., Cisse
I.K., 2003, Properties of cement—rice
husk mixture Frank Construction and
Building Materials 17, 239–243.
Kang J.T., Park S.H., Kim S.H., 2014,
Improvement in the adhesion of bambu
fiber reinforced polylactide composites,
Journal of Composite Materials 48(21),
2567–2577.
Kumar V., Kumar R., 2012, Dielectric and
mechanical properties of alkali- and
silane-treated bambu-epoxy
nanocomposites. Journal of Composite
Materials 46(24), 3089–3101.
Lee S.Y., Chun S.J., Doh G.H., Kang I.A.,
Lee S., Paik K.H., 2009, Influence of
chemical modification and filler loading
on fundamental properties of bambu
fibers reinforced polypropylene
composites Journal of Composite
Materials 43(15), 1639-1657.
Ma H., Joo C.W., 2011, Influence of surface
treatments on structural and
mechanical properties of bambu fiber-
reinforced poly(lactic acid)
biocomposites, Journal of Composite
Materials 45(23), 2455–2463.
Nayak L., Mishra S.P., 2016, Prospect of
bambu as a renewable textile fiber,
historical overview, labeling,
controversies and regulation, Fashion
and Textiles 3(2), 1-23.
Qian S., Wang H., Zarei E., Sheng K., 2015,
Effect of hydrothermal pretreatment on
the properties of moso bambu particles
reinforced polyvinyl chloride
composites. Composites Part B 82, 23-
29.
Siriwardena S., Ismail H., Ishiaku U.S., 2001,
Effect of mixing sequence in the
preparation of white rice husk ash filled
polypropylene/ethylene–propylene–
diene monomer blend, Polymer Testing
20, 105–113.