SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
P R A K T I K U M
P E N G E T A H U A N B A H A N T E K N I K
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
PBT 04
Uji Kekerasan
Disusun oleh:
Kelompok 39
Hidayatun Ni’mah ( 13.04.2.1.1.00026 )
Achmad Agung Ferrianto ( 13.04.2.1.1.00077 )
Asisten:
Siti Magfiroh ( 12.04.2.1.1.00063 )
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
2014
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik
7LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 48
RINGKASAN
Ni’mah Hidayatun,Ferrianto Achmad Agung, Program Studi
TeknikIndustri,FakultasTeknik, UniversitasTrunojoyo Madura, PBT 04 Uji
Kekerasan, Juni 2014
Pada pratikum pengetahuan bahan teknik modul 4 yaitu tentang uji kekerasan.
Uji kekerasan adalah kemampuansuatubahanterhadappembebanandalamperubahan
yang tetap. Pengujiankekerasanlogaminisecaragarisbesaradatigametodeyaitumetode
indentasi, metode gores, danmetode elastik. Pengujian indentasi diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu metode vickers, metode brinell, metode rockwell. Pada pratikum
modul 4 ini menggunakan metode rockwell. Metode rockwell yaitu
pengujiankekerasaninibertujuanuntukmenentukankekerasansuatu material
dalambentukdayatahan material terhadapindentorintan yang ditekankanpadapermukaan
material ujitersebut.
Perlakuan panas ada tiga perlakuan yaitu annealing,hardening, normalizing,
quenching, tempering. Metode rockwell mempunyai beberapa kelebihan yaitu
metoderockwelllebihcepatdanlebihsederhana,
ketikadiujikekerasantidakmenimbulkankerusakan, dapatdigunakanuntukbahan yang
sangatkeras, dapatdipakaiuntukbatugerindasampaiplastik. Kekurangan dari metode
rockwell diantaranya yaitu denganpembesarandalamnyabekastekanan yang
kecilterdapatkesalahanpengukuran yang besar, tingkatketelitianrendah,
tidakstabilapabilaterkenagoncangan, penekananbebannyatidakpraktis.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang teknik, terutama di teknik industri sangat penting mempelajari
secara baik tentang bahan-bahan karena bahan tersebut digunakan untuk berbagai
keperluan, salah satunya seperti sifat mekanik yaitu kekerasan. Pengujian
kekerasan sangat di perlukan pada suatu bahan. Pengujian kekerasan merupakan
suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui harga kekerasan dari suatu
material, dimana kekerasan dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu material
terhadap deformasi permanen oleh penekanan. Pengujian kekerasan logam ini
secara garis besar ada tiga metode yaitu penekanan, goresan, dan elastik.
Pengujian kekerasaan pada suatu bahan sangat bermanfaat dalam dunia
industri. Dengan adanya pengujian ini maka dapat mengetahui kekerasan suatu
material. Maka dapat diketahui material tersebut kuat atau getas dan apakah
material tersebut bersifat homogen atau tidak.
Pada pratikum pengetahuan bahan teknik modul empat tentang pengujian
kekerasan bertujuan untuk mengetahui angka kekerasan pada baja St-60 yaitu
dengan metode rockwell. Dan data yang telah diperoleh dicari kedalaman pada
HRB dan HRC, setelah itu dicari rata-rata.
1.2 Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan diharapkan dapat:
1. Melakukan pengujian kekerasan bahan.
2. Mengetahui angka kekerasan bahan baja St-60.
3. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan bahan.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 50
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Uji Kekerasan
Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bahan
terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Pengujian kekerasan logam ini
secara garis besar ada tiga metode yaitu penekanan, goresan, dan dinamik,
(Suwandono, 2010).
2.2 Metode Pengujian Kekerasan
Berikut ini adalah metode pengujian kekerasan:
2.2.1 Metode Gores
Metode ini tidak banyak lagi digunakan dalam dunia metalurgi dan material
lanjut, tetapi masih sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan
oleh Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material didunia ini berdasarkan
skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai
1 untuk kekerasan yang paling rendah sehingga skala 10 sebagai nilai kekerasan
tertinggi, sebagaimana dimiliki oleh intan, (Juliaptini, 2010).
2.2.2 Metode Elastik atau Pantul
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope
yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu
yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi
pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi
pantulan tersebut maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi, (Juliaptini,
2010).
2.2.3 Metode Indentasi
Menurut Juliaptini, 2010. Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan
penekanan benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi
yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun luas
area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian).
mengukur tahanan plastis dari permukaan suatu material komponen konstruksi
mesin dengan spesimen standar terhadap “penetrator”. Berdasarkan prinsip
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 51
bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Metode Brinell
Menurut Ferdiaz, 2009. Pengujian kekerasan brinell menggunakan penumbuk
(indentor/ penetrator) yang terbuat dari bola baja. Metode ini dilakukan dengan
cara bahan diindentasi dengan indentor pada permukaan benda uji dengan beban
tertentu kemudian diukur bekas penekanan yang terbentuk. Angka kekerasan
brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada
prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang diameter
jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan berikut:
.................................. (1)
Keterangan:
BHN : Angka Kekerasan Brinell (BHN)
P : Beban yang digunakan (kg)
D : Diameter bola baja (mm)
d : Diameter bekas penekanan
2. Metode Vickers
Menurut Yakub, 2013. Dalam pengujian kekerasan vickers digunakan
pyramid intan dengan sudut bidang 136o
sebagai penekan. Kekerasan vickers
ditentukan dengan membagi beban dengan luas permukaan bekas penekanan
(VHN). Besarnya beban yang digunakan pada pengujian vickers berkisar antara 1-
120 Kg. Pengujian ini banyak dilakukan pada proses penelitian, karena metode ini
dapat memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinyu untuk suatu suatu
beban tertentu, dan dapat dapat digunakan pada logam yang sangat lunak sampai
dengan bahan yang sangat keras. Jejak injakan dari penetrator yang ditimbulkan
sangat kecil sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti dan dapat
digunakan untuk pengukuran kekerasan bahan-bahan yang tipis. Sedangkan
kerugian dari penggunaan metode ini adalah kurang sesuai untuk bahan–bahan
yang kurang homogen, memerlukan waktu persiapan cukup lama dan diperlukan
permukaan benda uji yang benar-benar halus, rata serta permukaan bagian atas
dan bawah harus benar-benar sejajar karena jejak injakannya kecil.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 52
Pengukuran panjang diagonal jejak injakan telah dilakukan maka nilai kekerasan
vickers dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
VHN = .............................................................................................. (2)
Atau dapat disederhanakan menjadi :
VHN = .................................................................................................. (3)
Dengan VHN = Harga kekerasan vickers (kg/mm2)
P = Beban penekanan (Kg)
3. Metode Rockwell
Menurut Juliaptini, 2010. Pengujian kekerasan ini bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap
indentor intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Beban dan
indentor yang digunakan bervariasi tergantung pada kondisi pengujian. Berbeda
dengan pengujian brinell, indentor dan beban yang digunakan lebih kecil sehingga
menghasilkan indentasi yang lebih kecil dan lebih halus. Banyak digunakan di
industri karena prosedurnya lebih cepat. Uji kekerasan rockwell ini juga
didasarkan kepada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan tertentu
kepermukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji kekerasannya.
Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor maka yang dijadikan dasar
perhitungan nilai kekerasan rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter ataupun
diagonal bekas lekukan tetapi justru dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu.
Inilah kelainan cara rockwell dibandingkan dengan cara pengujian kekerasan
lainnya. Pengujian rockwell yang umumnya biasa dipakai ada ke jenis yaitu HRA,
HRB, dan HRC. HR itu sendiri merupakan suatu singkatan dari kekerasan
rockwell atau rockwell hardness number dan kadang-kadang disingkat dengan
huruf R saja. Tingkat skala kekerasan menurut metode rockwell adalah
berdasarkan pada jenis indentor yang digunakan pada masing-masing skala.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 53
Nilai kekerasn suatu material dirumuskan sebagai berikut:
HRB = 130-(h/0,002) ....................................................................................... (4)
HRC = 100-(h/0,002) ....................................................................................... (5)
keterangan:
HRB = Nilai kekerasan rockwell B
HRC = Nilai kekerasan rockwell C
h = Kedalaman (mm)
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Kekerasan
Menurut Sumiyanto, 2006. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi uji kekerasan:
2.3.1 Unsur Paduan pada Baja
1. Karbon (C)
Karbon merupakan unsur yang paling banyak selain besi (Fe) yang terdapat
pada sebuah baja, unsur ini berfungsi meningkatkan sifat mekanis baja eperti
kekuatan dan kekerasan yang tinggi meskipun demikian karbon dapat
menurunkan keuletan, ketangguhan, dan mampu tempa, serta berpengaruh pula
terhadap pengolahan baja selanjutnya seperti pada proses perlakuan panas, proses
pengubahan bentuk dan lainnya.
2. Mangan (Mn)
Unsur ini mempunyai sifat tahan terhadap gesekan dan tahan tekanan unsur
ini mudah berubah kekerasannya pada kondisi temperatur yang tidak tetap.
3. Silicon (Si)
Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat
menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis sehingga
baja karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuat pegas.
4. Posfor (P)
Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum 0,04 %
yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material terhadap
korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil-
kecil pada saat permesinan.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 54
5. Chromium (Cr)
Unsur ini berpengaruh pada ketahanan terhadap korosi dan nilai
kekerasannya. Selain itu unsur ini dapat pula mempermudah baja untuk
dikerjakan dengan mesin bila dilunakkan dan setelah itu dikerjakan dengan proses
perlakuan panas.
6. Nikel (Ni)
Unsur ini berpengaruh pada peningkatan nilai kekerasan, keuletan, tahan
korosi, unsur ini dapat pula mempermudah baja untuk dikerjakan dengan mesin
karena keuletannya.
7. Molibden
Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan
karbida, serta memperbaiki kekuatan baja.
2.4 Perlakuan Panas
Berikut ini adalah macam-macam perlakuan panas:
2.4.1 Annealing
Annealing dilakukan dengan memanaskanya sampai temperatur yang cukup
tinggi kemudian didinginkan perlahan-lahan dalam tungku yang dipakai untuk
melunakan. Dalam proses annealing baja harus dipanaskan melalui suhu
pengkristalan kembali untuk membebaskan tegangan–tegangan dalam baja.
Kemudian mempertahankan pemanasanya pada suhu tinggi untuk membuat
sedikit pertumbuhan butir–butiran dan suatu struktur austenit. Baja menjadi cukup
lunak sehingga dapat dikerjakan dengan mesin (Rubijanto, 2006).
2.4.2 Normalizing
Normalizing dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dengan butir yang
halus dan seragam. Proses ini dapat diartikan sebagai pemanasan dan
mempertahankan pemanasan pada suhu yang sesuai diatas batas perubahan diikuti
dengan pendinginan secara bebas didalam udara luar supaya terjadi perubahan
ukuran butiran-butiran. Hal tersebut membuat ukuran menjadi seragam dan juga
untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik dari baja tersebut. Pada proses ini baja
dipanaskan untuk membentuk struktur austenit direndam dalam keadaan panas,
dan seterusnya didinginkan secara bebas di udara. Pendinginan yang bebas akan
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 55
menghasilkan struktur yang lebih halus daripada struktur yang dihasilkan dengan
jalan annealing. Pengerjaan mesin juga akan menghasilkan permukaan yang lebih
baik (Rubijanto, 2006).
2.4.3 Hardening
Pengerasan biasanya dilakukan untuk memperoleh kekuatan yang lebih baik.
Pengerasan dilakukan dengan memanaskan baja sampai ke daerah austenit lalu
mendinginkanya dengan cepat,dengan pendinginan yang cepat ini terbentuk
martensit yang kuat. Temperatur pemanasanya, lama waktu tahan dan laju
pendinginan untuk pengerasan banyak tergantung pada komposisi kimia dari baja.
Kekerasan maksimum yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam
baja. Kekerasan yang terjadi pada benda akan tergantung pada temperatur
pemanasan, waktu tahan dan laju pendinginan yang dilakukan pada proses laku
panas, disamping juga pada harden ability baja yang dikeraskan (Rubijanto,
2006).
2.4.4 Quenching
Menurut Ferdiaz, 2009. Quenching (pengerasan) adalah suatu proses
pemanasan logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk
mendapatkan kehomogenan ini maka austenit perlu waktu pemanasan yang
cukup. Secara cepat baja dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada
kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Media
quenching dapat berupa oli, air, udara, larutan garam sesuai dengan material yang
di-quenching. Dimana kondisi sangat mempengaruhi tingkat kekerasan. Pada
quenching, proses yang paling cepat akan menghasilkan kekerasan tertinggi.
2.4.5 Tempering
Menurut Sumiyanto, 2006. Suatu proses pemenasan baja pada suhu dibawah
maka baja akan menjadi lebih kuat dan ulet tanpa kehilangan sifat kekerasannya.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 56
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Rockwell
Menurut Yakub, 2013. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan metode
rockwell:
2.5.1 Kelebihan Metode Rockwell
1. Mampu membedakan perbedaan kekerasan kecil pada baja yang diperkeras.
2. Cepat dan lebih sederhana.
3. Ketika diuji kekerasan tidak menimbulkan kerusakan.
4. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras.
5. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik.
6. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak.
2.5.2 Kekurangan Metode Rockwell
1. Bekas tekanan kecil sehingga kekerasan rata-rata tidak bisa ditentukan untuk
bahan yang tidak homogen.
2. Dengan pembesaran dalamnya bekas tekanan yang kecil terdapat kesalahan
pengukuran yang besar.
3. Tingkat ketelitian rendah.
4. Tidak stabil apabila terkena goncangan.
5. Penekanan bebannya tidak praktis.
6. Masih harus menyesuaikan skala kekerasan pengukuran kombinasi antara
penetrator yang digunakan dan beban penekanan yang dgunakan setiap
material berbeda-beda.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 57
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Peralatan
Dalam melakukan praktikum modul empat mengenai pengujian kekerasan
dibutuhkan bahan dan peralatan sebagai berikut:
3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Benda uji Baja St-60
3.1.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg.
2. Indentor intan dengan beban 150 kg.
3.2 Prosedur Pelaksanaan Pratikum
Prosedur praktikum PBT modul empat adalah sebagai berikut:
1. Pasang indentor dengan benar.
2. Tempatkan bahan uji pada landasan.
3. Tempatkan alat uji bahan pada 150 kg untuk rockwell C dan 100 kg untuk
rockweell B.
4. Tarik tuas ke no.2 lalu ke no.3.
5. Tuas pada posisi no.3, skala penunjukkan ukuran dalam posisi 0 (skala C).
6. Setelah tepat pada pada posisi 0, tarik tuas ke posisi 4.
7. Setelah jarum berhenti, tarik tuas kembali pada posisi 3/minor load.
8. Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala.
9. Catat hasil pembacaan skala.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 58
3.4 Flowchart Prosedur Pelaksanaan Praktikan
Berikut adalah gambar dari flowchart prosedur pelaksanaan praktikan:
Gambar 4.3.1 Flowchart Prosedur Pelaksanaan Praktikan
Mulai
Baja St-60
Pasang indentor dengan benar.
Tempatkan bahan uji pada landasan.
Tempatkan alat uji bahan pada 150 kg untuk
rockwell C dan 100 kg untuk rockweell B.
Tarik tuas ke no.2 lalu ke no.3.
Tuas pada posisi no.3, skala penunjukkan ukuran
dalam posisi 0 (skala C).
Setelah tepat pada pada posisi 0, tarik tuas ke posisi 4.
Setelah jarum berhenti, tarik tuas kembali pada
posisi 3/minor load.
Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala.
Angka kekerasan.
Selesai
Catat hasil pembacaan skala.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 59
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh beberapa data hasil pengamatan
sebagai berikut:
4.1.1 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan
Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa data sebagai berikut:
Nama alat : Rockwell Hardness Terster
Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS
Perlakuan panas: Annealing
Metode : Rockwell
Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg
Identor : Kerucut intan 120º
HRB Load : 100 Kg
Indentor : Steel Ball Ø 1/16”
Tabel 4.4.1 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Annealing
No
Nilai Kekerasan Rockwell B
(HRB)
Nilai Kekerasan Rockwell C
(HRC)
1 85,71202 34,496765
2 85,40799 37,834005
3 85,55874 39,734864
4 90,23398 40,632522
5 88,52213 34,16779
6 87,44349 36,178313
7 90,73729 39,749745
8 88,95516 34,67801
9 90,62484 35,473648
10 89,11808 38,627786
Rata-Rata 88,231372 37,1573448
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 60
4.1.2 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan
Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa data sebagai berikut:
Nama alat : Rockwell Hardness Terster
Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS
Perlakuan panas: Hardening
Metode : Rockwell
Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg
Identor : Kerucut intan 120º
HRB Load : 100 Kg
Indentor : Steel Ball Ø 1/16”
Tabel 4.4.2 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Hardening
No
Nilai Kekerasan Rockwell B
(HRB)
Nilai Kekerasan Rockwell C
(HRC)
1 79,123502 15,11285
2 78,013595 15,4308
3 79,790445 17,40532
4 77,570083 16,91414
5 74,260875 15,42001
6 74,185437 20,72621
7 76,714976 20,45647
8 78,635848 17,5982
9 78,738259 19,53805
10 76,517097 22,47022
Rata-Rata 77,3550117 18,107227
4.1.3 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan
Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa data sebagai berikut:
Nama alat : Rockwell Hardness Terster
Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS
Perlakuan panas: Normalizing
Metode : Rockwell
Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg
Identor : Kerucut intan 120º
HRB Load : 100 Kg
Indentor : Steel Ball Ø 1/16”
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 61
Tabel 4.4.3 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas
Normalizing
No
Nilai Kekerasan Rockwell B
(HRB)
Nilai Kekerasan Rockwell C
(HRC)
1 79,07431 23,25746
2 86,82417 23,9472
3 79,98171 26,40489
4 83,92364 27,85566
5 82,22554 23,84601
6 86,48247 25,25563
7 86,11399 27,68083
8 84,80461 26,67088
9 86,29856 23,10682
10 86,12859 23,73019
Rata-Rata 84,185759 25,175557
4.2 Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data dari hasil pengamatan, maka selanjutnya data
diolah secara manual. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai kekerasan
suatu material dirumuskan sebagai berikut:
HRB = 130 - (h/0,002)
HRC = 100 - (h/0,002)
Keterangan :
HRB : Nilai kekerasan rockwell B
HRC : Nilai kekerasan rockwell C
h : Kedalaman (mm)
Setelah mengetahui rumusnya langkah selanjutnya melakukan pengolahan
data secara manual sebagai berikut:
4.2.1 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing
Metode Rockwell B
Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan
perlakuan panas annealing metode rockwell b:
1. HRB = 130-(h/0,002) 6. HRB = 130-(h/0,002)
85,71202 = 130-(h/0,002) 87,44349 = 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130-85,71202 h/0,002 = 130-87,44349
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 62
h/0,002 = 44,28798 h/0,002 = 42,55651
h = 44,28798 x 0,002 h = 42,55651 x 0,002
h = 0,08857596 mm h = 0,08511302 mm
2. HRB = 130-(h/0,002) 7. HRB = 130-(h/0,002)
85,40799 = 130-(h/0,002) 90,73729 = 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130-85,40799 h/0,002 = 130-90,73729
h/0,002 = 44,59201 h/0,002 = 39,26271
h = 44,59201 x 0,002 h = 39,26271 x 0,002
h = 0,08918402 mm h = 0,07852542 mm
3. HRB = 130-(h/0,002) 8. HRB = 130-(h/0,002)
85,55874 = 130-(h/0,002) 88,95516 = 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130-85,55874 h/0,002 = 130-88,95516
h/0,002 = 44,44126 h/0,002 = 41,04484
h = 44,44126 x 0,002 h = 41,04484 x 0,002
h = 0,08888252 mm h = 0,08208968 mm
4. HRB = 130-(h/0,002) 9. HRB = 130-(h/0,002)
90,23398 = 130-(h/0,002) 90,62484 = 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130-90,23398 h/0,002 = 130-90,62484
h/0,002 = 39,76602 h/0,002 = 39,37516
h = 439,76602 x 0,002 h = 39,37516 x 0,002
h = 0,07953204 mm h = 0,07875032 mm
5. HRB = 130-(h/0,002) 10. HRB = 130-(h/0,002)
88,52213 = 130-(h/0,002) 89,11808 = 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130-88,52213 h/0,002 = 130-89,11808
h/0,002 = 41,47787 h/0,002 = 40,88192
h = 41,47787 x 0,002 h = 40,88192 x 0,002
h = 0,08295574 mm h = 0,08176384 mm
Rata-rata hasil h = 0,08857596 + 0,08918402 + 0,08888252 + 0,07953204
+ 0,08295574 + 0,08511302 + 0,07852542 + 0,08208968
+ 0,07875032 + 0,08176384 / 10
= 0,083537256 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 63
4.2.2 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing
Metode Rockwell C
Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan
perlakuan panas annealing metode rockwell c:
1. HRC = 100-(h/0,002) 6. HRC = 100-(h/0,002)
34,496765= 100-(h/0,002) 36,178313= 100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 34,496765 h/0,002 = 100-36,178313
h/0,002 = 65,503235 h/0,002 = 63,821687
h = 65,503235 x 0,002 h = 63,821687 x 0,002
h = 0,13100647 mm h = 0,127643374 mm
2. HRC = 100-(h/0,002) 7. HRC = 100-(h/0,002)
37,834005= 100-(h/0,002) 39,749745= 100-(h/0,002)
h/0,002 = 100-37,834005 h/0,002 = 100-39,749745
h/0,002 = 62,165995 h/0,002 = 60,250255
h = 62,165995 x 0,002 h = 60,250255 x 0,002
h = 0,12433199 mm h = 0,12050051 mm
3. HRC = 100-(h/0,002) 8. HRC = 100-(h/0,002)
39,734864= 100-(h/0,002) 34,67801 = 100-(h/0,002)
h/0,002 = 100-39,734864 h/0,002 = 100-34,67801
h/0,002 = 60,265136 h/0,002 = 65,32199
h = 60,265136 x 0,002 h = 65,32199 x 0,002
h = 0,120530272 mm h = 0,13064398 mm
4. HRC = 100-(h/0,002) 9. HRC = 100-(h/0,002)
40,632522 = 100-(h/0,002) 35,473648= 100-(h/0,002)
h/0,002 = 100-40,632522 h/0,002 = 100-35,473648
h/0,002 = 59,367478 h/0,002 = 64,526352
h = 59,367478 x 0,002 h = 64,526352 x 0,002
h = 0,118734956 mm h = 0,129052704 mm
5. HRC = 100-(h/0,002) 10. HRC = 100-(h/0,002)
34,16779 = 100-(h/0,002) 38,627786= 100-(h/0,002)
h/0,002 = 100-34,16779 h/0,002 = 100-38,627786
h/0,002 = 65,83221 h/0,002 = 59,11808
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 64
h = 65,83221 x 0,002 h = 59,11808 x 0,002
h = 0,13166442 mm h = 0,11823616 mm
Rata-rata hasil h = 0,13100647 + 0,12433199 + 0,120530272 + 0,118734956
+ 0,13166442 + 0,127643374 +0,12050051 + 0,13064398
+ 0,129052704+0,11823616 / 10
= 0,125234484 mm
4.2.3 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening
Metode Rockwell B
Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan
perlakuan panas hardening metode rockwell b:
1. HRB = 130-(h/0,002) 6. HRB = 130-(h/0,002)
79,123502= 130-(h/0,002) 74,185437= 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 79,123502 h/0,002 = 130- 74,185437
h/0,002 = 50,876498 h/0,002 = 55,814563
h = 50,876498x 0,002 h = 55,814563x 0,002
h = 0,101752996 mm h = 0,111629126 mm
2. HRB = 130-(h/0,002) 7. HRB = 130-(h/0,002)
78,013595= 130-(h/0,002) 76,714976= 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 78,013595 h/0,002 = 130- 76,714976
h/0,002 = 51,986405 h/0,002 = 53,285024
h = 51,986405x 0,002 h = 53,285024 x 0,002
h = 0,10397281 mm h = 0,106570048 mm
3. HRB = 130-(h/0,002) 8. HRB = 130-(h/0,002)
79,790445= 130-(h/0,002) 78,635848= 130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 79,790445 h/0,002 = 130- 78,635848
h/0,002 = 50,209555 h/0,002 = 51,364152
h = 51,986405x 0,002 h = 51,364152x 0,002
h = 0,10041911 mm h = 0,102728304 mm
4. HRB = 130-(h/0,002) 9. HRB = 130-(h/0,002)
77,570083= 130-(h/0,002) 78,738259=130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 77,570083 h/0,002 = 130- 78,738259
h/0,002 = 52,429917 h/0,002 = 51,261741
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 65
h = 52,429917x 0,002 h = 51,261741x 0,002
h = 0,104859834 mm h = 0,102523482 mm
5. HRB = 130-(h/0,002) 10. HRB = 130-(h/0,002)
74,260875= 130-(h/0,002) 76,517097=130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 74,260875 h/0,002 = 130- 76,517097
h/0,002 = 55,739125 h/0,002 = 53,482903
h = 55,739125x 0,002 h = 53,482903x 0,002
h = 0,11147825 mm h = 0,106965806 mm
Rata-rata hasil h = 0,101752996 + 0,10397281 + 0,10041911+ 0,104859834
+ 0,11147825 + 0,111629126 + 0,106570048 + 0,102728304
+ 0,102523482 + 0,106965806 / 10
= 0,105289977 mm
4.2.4 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening
Metode Rockwell C
Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan
perlakuan panas hardening metode rockwell c:
1. HRC = 100-(h/0,002) 6. HRC = 100-(h/0,002)
15,11285=100-(h/0,002) 20,72621 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 15,11285 h/0,002 = 100- 20,72621
h/0,002 = 84,88715 h/0,002 = 79,27379
h = 84,88715x 0,002 h = 79,27379 x 0,002
h = 0,1697743 mm h = 0,15854758 mm
2. HRC = 100-(h/0,002) 7. HRC = 100-(h/0,002)
15,4308 =100-(h/0,002) 20,45647 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 15,4308 h/0,002 = 100- 20,45647
h/0,002 = 84,5692 h/0,002 = 79,54353
h = 84,5692x 0,002 h = 79,54353x 0,002
h = 0,1691384 mm h = 0,15908706 mm
3. HRC = 100-(h/0,002) 8. HRC = 100-(h/0,002)
17,40532 =100-(h/0,002) 17,5982=100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 17,40532 h/0,002 = 100- 17,5982
h/0,002 = 82,59468 h/0,002 = 82,4018
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 66
h = 84,5692x 0,002 h = 82,4018x 0,002
h = 0,16518936 mm h = 0,1648036 mm
4. HRC = 100-(h/0,002) 9. HRC = 100-(h/0,002)
16,91414 =100-(h/0,002) 19,53805 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 16,91414 h/0,002 = 100- 19,53805
h/0,002 = 83,08586 h/0,002 = 80,46195
h = 83,08586x 0,002 h = 80,46195x 0,002
h = 0,16617172 mm h = 0,1609239 mm
5. HRC = 100-(h/0,002) 10. HRC = 100-(h/0,002)
15,42001 =100-(h/0,002) 22,47022 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 15,42001 h/0,002 = 100- 22,47022
h/0,002 = 84,57999 h/0,002 = 77,52978
h = 84,57999x 0,002 h = 77,52978x 0,002
h = 0,16915998 mm h = 0,15505956 mm
Rata-rata hasil h = 0,1697743 + 0,1691384 + 0,16518936 + 0,16617172
+ 0,16915998 + 0,15854758 + 0,15908706 + 0,1648036
+ 0,1609239 + 0,15505956 / 10
= 0,163785546 mm
4.2.5 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing
Metode Rockwell B
Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan
perlakuan panas normalizing metode rockwell b:
1. HRB = 130-(h/0,002) 6. HRB = 130-(h/0,002)
79,07431 =130-(h/0,002) 86,48247 =130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 79,07431 h/0,002 = 130- 86,48247
h/0,002 = 50,92569 h/0,002 = 43,51753
h = 50,92569x 0,002 h = 43,51753x 0,002
h = 0,10185138 mm h = 0,08703506 mm
2. HRB = 130-(h/0,002) 7. HRB = 130-(h/0,002)
86,82417 =130-(h/0,002) 86,11399 =130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 86,82417 h/0,002 = 130- 86,11399
h/0,002= 43,17583 h/0,002 = 43,88601
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 67
h = 43,17583x 0,002 h = 43,88601x 0,002
h = 0,08635166 mm h = 0,08777202 mm
3. HRB = 130-(h/0,002) 8. HRB = 130-(h/0,002)
79,98171 =130-(h/0,002) 84,80461 =130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 79,98171 h/0,002 = 130- 84,80461
h/0,002 = 50,01829 h/0,002 = 45,19539
h = 50,01829x 0,002 h = 45,19539x 0,002
h = 0,10003658 mm h = 0,09039078 mm
4. HRB = 130-(h/0,002) 9. HRB = 130-(h/0,002)
83,92364 =130-(h/0,002) 86,29856=130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 83,92364 h/0,002 = 130- 86,29856
h/0,002 = 46,07636 h/0,002 = 43,70144
h = 46,07636x 0,002 h = 51,261741x 0,002
h = 0,09215272 mm h = 0,08740288 mm
5. HRB = 130-(h/0,002) 10. HRB = 130-(h/0,002)
82,22554 =130-(h/0,002) 86,12859 =130-(h/0,002)
h/0,002 = 130- 82,22554 h/0,002 = 130- 86,12859
h/0,002 = 47,77446 h/0,002 = 43,87141
h = 47,77446x 0,002 h = 43,87141x 0,002
h = 0,09554892 mm h = 0,08774282 mm
Rata-rata hasil h = 0,10185138 + 0,08635166 + 0,10003658 + 0,09215272
+ 0,09554892 + 0,08703506 + 0,08777202 + 0,09039078
+ 0,08740288 + 0,08774282 / 10
= 0,091628482 mm
4.2.6 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing
Metode Rockwell C
Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan
perlakuan panas normalizing metode rockwell c:
1. HRC = 100-(h/0,002) 6. HRC = 100-(h/0,002)
23,25746 =100-(h/0,002) 25,25563 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 23,25746 h/0,002 = 100- 25,25563
h/0,002 = 76,74254 h/0,002 = 74,74437
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 68
h = 76,74254x 0,002 h = 74,74437x 0,002
h = 0,15348508 mm h = 0,14948874 mm
2. HRC = 100-(h/0,002) 7. HRC = 100-(h/0,002)
23,9472 =100-(h/0,002) 27,68083 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 23,9472 h/0,002 = 100- 27,68083
h/0,002 = 76,0528 h/0,002 = 72,31917
h = 76,0528x 0,002 h = 72,31917x 0,002
h = 0,1521056 mm h = 0,14463834 mm
3. HRC = 100-(h/0,002) 8. HRC = 100-(h/0,002)
26,40489 =100-(h/0,002) 26,67088 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 26,40489 h/0,002 = 100- 26,67088
h/0,002 = 73,59511 h/0,002 = 73,32912
h = 73,59511x 0,002 h = 73,32912x 0,002
h = 0,14719022 mm h = 0,14665824 mm
4. HRC = 100-(h/0,002) 9. HRC = 100-(h/0,002)
27,85566 =100-(h/0,002) 23,10682 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 27,85566 h/0,002 = 100- 23,10682
h/0,002 = 72,14434 h/0,002 = 76,89318
h = 72,14434x 0,002 h = 76,89318x 0,002
h = 0,14428868 mm h = 0,15378636 mm
5. HRC = 100-(h/0,002) 10. HRC = 100-(h/0,002)
23,84601 =100-(h/0,002) 23,73019 =100-(h/0,002)
h/0,002 = 100- 23,84601 h/0,002 = 100- 23,73019
h/0,002 = 76,15399 h/0,002 = 76,26981
h = 76,15399x 0,002 h = 76,26981x 0,002
h = 0,15230798 mm h = 0,15253962 mm
Rata-rata hasil h = 0,15348508 + 0,1521056 + 0,14719022 + 0,14428868
+ 0,15230798 + 0,14948874 + 0,14463834 + 0,14665824
+ 0,15378636 + 0,15253962 / 10
= 0,149648886 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 69
4.3 Analisa Hasil Perhitungan Kedua Metode
Setelah mengetahui hasil dari perhitungan, selanjutnya melakukan analisa
dari dua buah metode dengan perlakuan panas yang berbeda. Berikut analisanya
adalah:
4.3.1 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode
Rockwell B dengan Rockwell C dengan perlakuan panas Annealing
Berikut analisa perbandingan dua metode pada perlakuan panas annealing:
Tabel 4.4.4 Kedalaman (h) material setelah dihitung menggunakan metode rockwell b dan
rockwell c
No HRB (mm) HRC (mm)
1 0,08857596 0,13100647
2 0,08918402 0,12433199
3 0,08888252 0,120530272
4 0,07953204 0,118734956
5 0,08295574 0,13166442
6 0,08511302 0,127643374
7 0,07852542 0,12050051
8 0,08208968 0,13064398
9 0,07875032 0,129052704
10 0,08176384 0,11823616
Rata-rata 0,083537256 0,125234484
Hasil dari perhitungan nilai kekerasan material menggunakan metode
rockwell b dan rockwell c pada perlakuan panas annealing diperoleh rata-rata nilai
HRB sebesar 88,231372 dan HRC sebesar 37,1573448. Nilai HRC lebih kecil
daripada HRB karena menggunakan identor intan dan memiliki berat identor
sebesar 150 kg. Nilai rata-rata kedalaman material menggunakan metode HRB
sebesar 0,083537256 lebih kecil daripada menggunakan metode HRC sebesar
0,125234484.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 70
4.3.2 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode
Rockwell B dengan Rockwell C dengan perlakuan panas Hardening
Berikut analisa perbandingan dua metode pada perlakuan panas hardening:
Tabel 4.4.5 Kedalaman (h) material setelah dihitung menggunakan metode rockwell b dan
rockwell c
No HRB (mm) HRC (mm)
1 0,101752996 0,1697743
2 0,10397281 0,1691384
3 0,10041911 0,16518936
4 0,104859834 0,16617172
5 0,11147825 0,16915998
6 0,111629126 0,15854758
7 0,106570048 0,15908706
8 0,102728304 0,1648036
9 0,102523482 0,1609239
10 0,106965806 0,15505956
Rata-rata 0,105289977 0,163785546
Hasil dari perhitungan nilai kekerasan material menggunakan metode
rockwell b dan rockwell c pada perlakuan panas hardening diperoleh rata-rata
nilai HRB sebesar 77,3550117 dan HRC sebesar 18,107227. Nilai HRC lebih
kecil daripada HRB karena menggunakan identor intan dan memiliki berat identor
sebesar 150 kg. Nilai rata-rata kedalaman material menggunakan metode HRB
sebesar 0,105289977 lebih kecil daripada menggunakan metode HRC sebesar
0,163785546.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 71
4.3.3 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode
Rockwell B dengan Rockwell C dengan perlakuan panas Normalizing
Berikut analisa perbandingan dua metode pada perlakuan panas normalizing:
Tabel 4.4.6 Kedalaman (h) material setelah dihitung menggunakan metode rockwell b dan
rockwell c
No HRB (mm) HRC (mm)
1 0,10185138 0,15348508
2 0,08635166 0,1521056
3 0,10003658 0,14719022
4 0,09215272 0,14428868
5 0,09554892 0,15230798
6 0,08703506 0,14948874
7 0,08777202 0,14463834
8 0,09039078 0,14665824
9 0,08740288 0,15378636
10 0,08774282 0,15253962
Rata-rata 0,091628482 0,149648886
Hasil dari perhitungan nilai kekerasan material menggunakan metode
rockwell b dan rockwell c pada perlakuan panas normalizing diperoleh rata-rata
nilai HRB sebesar 84,185759 dan HRC sebesar 25,175557. Nilai HRC lebih kecil
daripada HRB karena menggunakan identor intan dan memiliki berat identor
sebesar 150 kg. Nilai rata-rata kedalaman material menggunakan metode HRB
sebesar 0,091628482lebih kecil daripada menggunakan metode HRC sebesar
0,149648886.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengujian kekerasan adalah kemampuan suatu bahan terhadap pembebanan
dalam perubahan yang tetap. Pengujian kekerasan ini biasanya dilakukan agar
dapat mengetahui kekerasan, kuat atau getas, dan homogen atau tidak suatu
material tersebut.
2. Setelah dilakukan pengujian kekerasan pada suatu material maka diperoleh
nilai kekerasaan dengan dua metode yaitu metode rockwell b dan rockwell c.
Maka diperoleh nilai kekerasan suatu material dengan perlakuan panas
normalizing mengunakan metode rockwell b sebesar 84,185759 dan rockwell c
sebesar 25,175557.
3. Perlakuan panas pada pengujian kekerasan material pada metode rockwell ada
tiga perlakuan yaitu annealing, hardening, dan normalizing. Setiap perlakuan
panas yang berbeda maka akan menghasilkan nilai kekerasan yang berbeda.
Pada perlakuan panas annealing pada material diperoleh nilai rata-rata
kedalaman dengan metode HRB sebesar 0,083537256 mm dan HRC sebesar
0,125234484 mm. Pada perlakuan panas hardening pada material diperoleh
nilai rata-rata kedalaman dengan metode HRB sebesar 0,105289977 mm dan
HRC sebesar 0,163785546 mm. Pada perlakuan panas normalizing pada
material diperoleh nilai rata-rata kedalaman dengan metode HRB sebesar
0,091628482 mm dan HRC sebesar 0,149648886 mm.
5.2 Saran
Dari pratikum yang dilakukan ada beberapa saran sebagai berikut:
1. Mohon bimbingannya untuk praktikum selanjutnya.
2. Sarana dan prasarana yang ada pada laboratorium agar lebih ditingkatkan
karena pada praktikum modul empat ini hanya mengolah datanya saja dan
tidak melakukan praktikum secara langsung.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 73
DAFTAR PUSTAKA
Juliaptini, Devinta. 2010. Analisis Sifat Mekanik dan Metalografi Baja Karbon
Rendah untuk Aplikasi Tabung Gas 3 kg. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Ferdiaz. 2009. Pengaruh Variasi Media Pendinginan Terhadap Kekerasan dan
Struktur Mikro Hasil Remelting Al-Si Berbasis Limbah Piston Bekas dengan
Perlakuan Degassing.
Nugroho, Gunawan Dwi Haryadi, 2005. Pengaruh Media Quenching Air
Tersikulasi (Circulated Water) Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan
Pada Baja AISI 1045. Rotasi Vol. 7 No.1 Januari 2005.
Rubijanto. 2006. Pengaruh Proses Pendinginan Paska Perlakuan Panas
Terhadap Uji Kekerasan (Vickers) dan Uji Tarik pada Baja Tahan Karat 304
Produksi Pengecoran Logam di Klaten. Traksi. Vol. 4. No. 1 Juni 2006.
Sumiyanto, 2006. Pengaruh Proses Hardening dan Tempering Terhadap
Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Baja Karbon Sedang Jenis SNCM 447.
Suwandono, Ahmad Farid, Hery Kuswanto. 2010. Analisis Tempering dengan
Quenching Media Oli Mesran Sae 40 Terhadap Sifat Mekanik Poros 45 C.
Yakup, Yunus, Media Nofri, 2013. Variasi Arus Listrik Terhadap Mekanik Mikro
Sambungan Las Baja Tahan Karat AISI 304. ISSN 2338-8102. Volume 1
Nomor 1 Juli-Desember 2013.

More Related Content

What's hot

Rpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk   rpp diva pendidikanRpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk   rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk rpp diva pendidikanDiva Pendidikan
 
Mata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinMata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinAhmad Ramdani
 
Menggunakan alat ukur pembanding mesin
Menggunakan alat ukur pembanding mesinMenggunakan alat ukur pembanding mesin
Menggunakan alat ukur pembanding mesinEko Supriyadi
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Mukhamad Suwardo
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Dwi Andriyanto
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanCharis Muhammad
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1frendi prasetyo
 
Intip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrik
Intip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrikIntip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrik
Intip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrikZul Abidin
 
Tinjauan prestasi mesin pada motor bakar
Tinjauan prestasi mesin pada motor bakarTinjauan prestasi mesin pada motor bakar
Tinjauan prestasi mesin pada motor bakarIr. Najamudin, MT
 

What's hot (20)

Rpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk   rpp diva pendidikanRpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk   rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 teknik pemesinan bubut xii smk rpp diva pendidikan
 
Mata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesinMata kuliah elemen mesin
Mata kuliah elemen mesin
 
Menggunakan alat ukur pembanding mesin
Menggunakan alat ukur pembanding mesinMenggunakan alat ukur pembanding mesin
Menggunakan alat ukur pembanding mesin
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
 
Materi Dasar Gambar Teknik
Materi Dasar Gambar TeknikMateri Dasar Gambar Teknik
Materi Dasar Gambar Teknik
 
Material teknik (2)
Material teknik (2)Material teknik (2)
Material teknik (2)
 
2.1,9.14 contoh soal 1
2.1,9.14  contoh soal 12.1,9.14  contoh soal 1
2.1,9.14 contoh soal 1
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1
 
Intip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrik
Intip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrikIntip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrik
Intip sekilas proses pembuatan rantai sepeda di pabrik
 
Rumus hardness test
Rumus hardness testRumus hardness test
Rumus hardness test
 
Tinjauan prestasi mesin pada motor bakar
Tinjauan prestasi mesin pada motor bakarTinjauan prestasi mesin pada motor bakar
Tinjauan prestasi mesin pada motor bakar
 
Kisi kisi soal usbn teknik pemesinan
Kisi kisi soal usbn teknik pemesinanKisi kisi soal usbn teknik pemesinan
Kisi kisi soal usbn teknik pemesinan
 
Logam non ferro
Logam non ferroLogam non ferro
Logam non ferro
 

Viewers also liked

Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian materialOmpu Kurniawan
 
Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)andrinofa
 
Laporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahanLaporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahanTri Lestari
 
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Dionisius Kristanto
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihKalih Rizki
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikBadrul Qomar
 
Lampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaLampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaXi Imam
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Septiana Nugraha
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...Mirmanto
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaaambrey
 
modul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetikmodul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetikWSKT
 

Viewers also liked (20)

Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
 
Uji vickers
Uji vickersUji vickers
Uji vickers
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian material
 
Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)
 
Laporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahanLaporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahan
 
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalih
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarik
 
Modul3_Fiberglass
Modul3_FiberglassModul3_Fiberglass
Modul3_Fiberglass
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Lampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaLampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerja
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
 
Mikrostruktur Bahan
Mikrostruktur BahanMikrostruktur Bahan
Mikrostruktur Bahan
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
 
Adm. bisnis
Adm. bisnisAdm. bisnis
Adm. bisnis
 
Laporan Uji Bahan
Laporan Uji BahanLaporan Uji Bahan
Laporan Uji Bahan
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
 
modul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetikmodul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetik
 
Makalah Sistem politik Islam
Makalah Sistem politik IslamMakalah Sistem politik Islam
Makalah Sistem politik Islam
 

Similar to Modul 4_Uji Kekerasan

Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)Mochamad Nurcholis
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Feby Aulia
 
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptxPPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptxFahrezaSitompul
 
LAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docxLAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docxSasKba
 
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)p4n71
 
Laporan pengujian
Laporan pengujianLaporan pengujian
Laporan pengujianChache Go
 
Pengetahuan Material Kel 4.pptx
Pengetahuan Material Kel 4.pptxPengetahuan Material Kel 4.pptx
Pengetahuan Material Kel 4.pptxFarhanHidayat32
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton Arnas Aidil
 
Bab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuanBab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuanEdwin Harsiga
 
Pertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptx
Pertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptxPertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptx
Pertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptxgina458018
 
modul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utmodul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utdinabihaqqi
 
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer TestPile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Testinka -chan
 

Similar to Modul 4_Uji Kekerasan (20)

Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012
 
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptxPPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
 
Pengbang redesain
Pengbang redesainPengbang redesain
Pengbang redesain
 
Alat uji kekerasaan indentasi
Alat uji kekerasaan indentasiAlat uji kekerasaan indentasi
Alat uji kekerasaan indentasi
 
Pengujian las
Pengujian lasPengujian las
Pengujian las
 
PENGUJIAN MATERIAL DT.pptx
PENGUJIAN MATERIAL DT.pptxPENGUJIAN MATERIAL DT.pptx
PENGUJIAN MATERIAL DT.pptx
 
LAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docxLAPORAN IMPAK.docx
LAPORAN IMPAK.docx
 
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
 
Laporan pengujian
Laporan pengujianLaporan pengujian
Laporan pengujian
 
Sifat material1
Sifat material1Sifat material1
Sifat material1
 
3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm
 
Pengetahuan Material Kel 4.pptx
Pengetahuan Material Kel 4.pptxPengetahuan Material Kel 4.pptx
Pengetahuan Material Kel 4.pptx
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton
 
Modul1_NDT
Modul1_NDTModul1_NDT
Modul1_NDT
 
Bab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuanBab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuan
 
Pertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptx
Pertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptxPertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptx
Pertemuan 4 - Sifat Mekanik Material.pptx
 
modul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utmodul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode ut
 
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer TestPile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
 
Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancangPondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang
 

More from Achmad Agung Ferrianto

More from Achmad Agung Ferrianto (6)

Modul2_Korosi
Modul2_KorosiModul2_Korosi
Modul2_Korosi
 
Proposal usaha online shop
Proposal usaha online shopProposal usaha online shop
Proposal usaha online shop
 
Makalah pembuatan es puter dan faktor lingkungannya
Makalah pembuatan es puter dan faktor lingkungannyaMakalah pembuatan es puter dan faktor lingkungannya
Makalah pembuatan es puter dan faktor lingkungannya
 
Kalkulasi Biaya Pesanan (Job Order Costing)
Kalkulasi Biaya Pesanan (Job Order Costing)Kalkulasi Biaya Pesanan (Job Order Costing)
Kalkulasi Biaya Pesanan (Job Order Costing)
 
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktorPendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
Pendapatan nasional keseimbangan 4 faktor
 
Makalah Pengantar Teknik Industri
Makalah Pengantar Teknik IndustriMakalah Pengantar Teknik Industri
Makalah Pengantar Teknik Industri
 

Recently uploaded

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (6)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 

Modul 4_Uji Kekerasan

  • 1. P R A K T I K U M P E N G E T A H U A N B A H A N T E K N I K TAHUN AKADEMIK 2013/2014 PBT 04 Uji Kekerasan Disusun oleh: Kelompok 39 Hidayatun Ni’mah ( 13.04.2.1.1.00026 ) Achmad Agung Ferrianto ( 13.04.2.1.1.00077 ) Asisten: Siti Magfiroh ( 12.04.2.1.1.00063 ) LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO 2014
  • 2. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik 7LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 48 RINGKASAN Ni’mah Hidayatun,Ferrianto Achmad Agung, Program Studi TeknikIndustri,FakultasTeknik, UniversitasTrunojoyo Madura, PBT 04 Uji Kekerasan, Juni 2014 Pada pratikum pengetahuan bahan teknik modul 4 yaitu tentang uji kekerasan. Uji kekerasan adalah kemampuansuatubahanterhadappembebanandalamperubahan yang tetap. Pengujiankekerasanlogaminisecaragarisbesaradatigametodeyaitumetode indentasi, metode gores, danmetode elastik. Pengujian indentasi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu metode vickers, metode brinell, metode rockwell. Pada pratikum modul 4 ini menggunakan metode rockwell. Metode rockwell yaitu pengujiankekerasaninibertujuanuntukmenentukankekerasansuatu material dalambentukdayatahan material terhadapindentorintan yang ditekankanpadapermukaan material ujitersebut. Perlakuan panas ada tiga perlakuan yaitu annealing,hardening, normalizing, quenching, tempering. Metode rockwell mempunyai beberapa kelebihan yaitu metoderockwelllebihcepatdanlebihsederhana, ketikadiujikekerasantidakmenimbulkankerusakan, dapatdigunakanuntukbahan yang sangatkeras, dapatdipakaiuntukbatugerindasampaiplastik. Kekurangan dari metode rockwell diantaranya yaitu denganpembesarandalamnyabekastekanan yang kecilterdapatkesalahanpengukuran yang besar, tingkatketelitianrendah, tidakstabilapabilaterkenagoncangan, penekananbebannyatidakpraktis.
  • 3. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 49 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang teknik, terutama di teknik industri sangat penting mempelajari secara baik tentang bahan-bahan karena bahan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya seperti sifat mekanik yaitu kekerasan. Pengujian kekerasan sangat di perlukan pada suatu bahan. Pengujian kekerasan merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui harga kekerasan dari suatu material, dimana kekerasan dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu material terhadap deformasi permanen oleh penekanan. Pengujian kekerasan logam ini secara garis besar ada tiga metode yaitu penekanan, goresan, dan elastik. Pengujian kekerasaan pada suatu bahan sangat bermanfaat dalam dunia industri. Dengan adanya pengujian ini maka dapat mengetahui kekerasan suatu material. Maka dapat diketahui material tersebut kuat atau getas dan apakah material tersebut bersifat homogen atau tidak. Pada pratikum pengetahuan bahan teknik modul empat tentang pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui angka kekerasan pada baja St-60 yaitu dengan metode rockwell. Dan data yang telah diperoleh dicari kedalaman pada HRB dan HRC, setelah itu dicari rata-rata. 1.2 Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan diharapkan dapat: 1. Melakukan pengujian kekerasan bahan. 2. Mengetahui angka kekerasan bahan baja St-60. 3. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan bahan.
  • 4. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 50 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Uji Kekerasan Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Pengujian kekerasan logam ini secara garis besar ada tiga metode yaitu penekanan, goresan, dan dinamik, (Suwandono, 2010). 2.2 Metode Pengujian Kekerasan Berikut ini adalah metode pengujian kekerasan: 2.2.1 Metode Gores Metode ini tidak banyak lagi digunakan dalam dunia metalurgi dan material lanjut, tetapi masih sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material didunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah sehingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana dimiliki oleh intan, (Juliaptini, 2010). 2.2.2 Metode Elastik atau Pantul Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi, (Juliaptini, 2010). 2.2.3 Metode Indentasi Menurut Juliaptini, 2010. Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). mengukur tahanan plastis dari permukaan suatu material komponen konstruksi mesin dengan spesimen standar terhadap “penetrator”. Berdasarkan prinsip
  • 5. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 51 bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Metode Brinell Menurut Ferdiaz, 2009. Pengujian kekerasan brinell menggunakan penumbuk (indentor/ penetrator) yang terbuat dari bola baja. Metode ini dilakukan dengan cara bahan diindentasi dengan indentor pada permukaan benda uji dengan beban tertentu kemudian diukur bekas penekanan yang terbentuk. Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang diameter jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan berikut: .................................. (1) Keterangan: BHN : Angka Kekerasan Brinell (BHN) P : Beban yang digunakan (kg) D : Diameter bola baja (mm) d : Diameter bekas penekanan 2. Metode Vickers Menurut Yakub, 2013. Dalam pengujian kekerasan vickers digunakan pyramid intan dengan sudut bidang 136o sebagai penekan. Kekerasan vickers ditentukan dengan membagi beban dengan luas permukaan bekas penekanan (VHN). Besarnya beban yang digunakan pada pengujian vickers berkisar antara 1- 120 Kg. Pengujian ini banyak dilakukan pada proses penelitian, karena metode ini dapat memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinyu untuk suatu suatu beban tertentu, dan dapat dapat digunakan pada logam yang sangat lunak sampai dengan bahan yang sangat keras. Jejak injakan dari penetrator yang ditimbulkan sangat kecil sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti dan dapat digunakan untuk pengukuran kekerasan bahan-bahan yang tipis. Sedangkan kerugian dari penggunaan metode ini adalah kurang sesuai untuk bahan–bahan yang kurang homogen, memerlukan waktu persiapan cukup lama dan diperlukan permukaan benda uji yang benar-benar halus, rata serta permukaan bagian atas dan bawah harus benar-benar sejajar karena jejak injakannya kecil.
  • 6. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 52 Pengukuran panjang diagonal jejak injakan telah dilakukan maka nilai kekerasan vickers dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : VHN = .............................................................................................. (2) Atau dapat disederhanakan menjadi : VHN = .................................................................................................. (3) Dengan VHN = Harga kekerasan vickers (kg/mm2) P = Beban penekanan (Kg) 3. Metode Rockwell Menurut Juliaptini, 2010. Pengujian kekerasan ini bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Beban dan indentor yang digunakan bervariasi tergantung pada kondisi pengujian. Berbeda dengan pengujian brinell, indentor dan beban yang digunakan lebih kecil sehingga menghasilkan indentasi yang lebih kecil dan lebih halus. Banyak digunakan di industri karena prosedurnya lebih cepat. Uji kekerasan rockwell ini juga didasarkan kepada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan tertentu kepermukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor maka yang dijadikan dasar perhitungan nilai kekerasan rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter ataupun diagonal bekas lekukan tetapi justru dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu. Inilah kelainan cara rockwell dibandingkan dengan cara pengujian kekerasan lainnya. Pengujian rockwell yang umumnya biasa dipakai ada ke jenis yaitu HRA, HRB, dan HRC. HR itu sendiri merupakan suatu singkatan dari kekerasan rockwell atau rockwell hardness number dan kadang-kadang disingkat dengan huruf R saja. Tingkat skala kekerasan menurut metode rockwell adalah berdasarkan pada jenis indentor yang digunakan pada masing-masing skala.
  • 7. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 53 Nilai kekerasn suatu material dirumuskan sebagai berikut: HRB = 130-(h/0,002) ....................................................................................... (4) HRC = 100-(h/0,002) ....................................................................................... (5) keterangan: HRB = Nilai kekerasan rockwell B HRC = Nilai kekerasan rockwell C h = Kedalaman (mm) 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Kekerasan Menurut Sumiyanto, 2006. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi uji kekerasan: 2.3.1 Unsur Paduan pada Baja 1. Karbon (C) Karbon merupakan unsur yang paling banyak selain besi (Fe) yang terdapat pada sebuah baja, unsur ini berfungsi meningkatkan sifat mekanis baja eperti kekuatan dan kekerasan yang tinggi meskipun demikian karbon dapat menurunkan keuletan, ketangguhan, dan mampu tempa, serta berpengaruh pula terhadap pengolahan baja selanjutnya seperti pada proses perlakuan panas, proses pengubahan bentuk dan lainnya. 2. Mangan (Mn) Unsur ini mempunyai sifat tahan terhadap gesekan dan tahan tekanan unsur ini mudah berubah kekerasannya pada kondisi temperatur yang tidak tetap. 3. Silicon (Si) Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis sehingga baja karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuat pegas. 4. Posfor (P) Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum 0,04 % yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material terhadap korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil- kecil pada saat permesinan.
  • 8. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 54 5. Chromium (Cr) Unsur ini berpengaruh pada ketahanan terhadap korosi dan nilai kekerasannya. Selain itu unsur ini dapat pula mempermudah baja untuk dikerjakan dengan mesin bila dilunakkan dan setelah itu dikerjakan dengan proses perlakuan panas. 6. Nikel (Ni) Unsur ini berpengaruh pada peningkatan nilai kekerasan, keuletan, tahan korosi, unsur ini dapat pula mempermudah baja untuk dikerjakan dengan mesin karena keuletannya. 7. Molibden Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan karbida, serta memperbaiki kekuatan baja. 2.4 Perlakuan Panas Berikut ini adalah macam-macam perlakuan panas: 2.4.1 Annealing Annealing dilakukan dengan memanaskanya sampai temperatur yang cukup tinggi kemudian didinginkan perlahan-lahan dalam tungku yang dipakai untuk melunakan. Dalam proses annealing baja harus dipanaskan melalui suhu pengkristalan kembali untuk membebaskan tegangan–tegangan dalam baja. Kemudian mempertahankan pemanasanya pada suhu tinggi untuk membuat sedikit pertumbuhan butir–butiran dan suatu struktur austenit. Baja menjadi cukup lunak sehingga dapat dikerjakan dengan mesin (Rubijanto, 2006). 2.4.2 Normalizing Normalizing dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dengan butir yang halus dan seragam. Proses ini dapat diartikan sebagai pemanasan dan mempertahankan pemanasan pada suhu yang sesuai diatas batas perubahan diikuti dengan pendinginan secara bebas didalam udara luar supaya terjadi perubahan ukuran butiran-butiran. Hal tersebut membuat ukuran menjadi seragam dan juga untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik dari baja tersebut. Pada proses ini baja dipanaskan untuk membentuk struktur austenit direndam dalam keadaan panas, dan seterusnya didinginkan secara bebas di udara. Pendinginan yang bebas akan
  • 9. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 55 menghasilkan struktur yang lebih halus daripada struktur yang dihasilkan dengan jalan annealing. Pengerjaan mesin juga akan menghasilkan permukaan yang lebih baik (Rubijanto, 2006). 2.4.3 Hardening Pengerasan biasanya dilakukan untuk memperoleh kekuatan yang lebih baik. Pengerasan dilakukan dengan memanaskan baja sampai ke daerah austenit lalu mendinginkanya dengan cepat,dengan pendinginan yang cepat ini terbentuk martensit yang kuat. Temperatur pemanasanya, lama waktu tahan dan laju pendinginan untuk pengerasan banyak tergantung pada komposisi kimia dari baja. Kekerasan maksimum yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja. Kekerasan yang terjadi pada benda akan tergantung pada temperatur pemanasan, waktu tahan dan laju pendinginan yang dilakukan pada proses laku panas, disamping juga pada harden ability baja yang dikeraskan (Rubijanto, 2006). 2.4.4 Quenching Menurut Ferdiaz, 2009. Quenching (pengerasan) adalah suatu proses pemanasan logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka austenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Secara cepat baja dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Media quenching dapat berupa oli, air, udara, larutan garam sesuai dengan material yang di-quenching. Dimana kondisi sangat mempengaruhi tingkat kekerasan. Pada quenching, proses yang paling cepat akan menghasilkan kekerasan tertinggi. 2.4.5 Tempering Menurut Sumiyanto, 2006. Suatu proses pemenasan baja pada suhu dibawah maka baja akan menjadi lebih kuat dan ulet tanpa kehilangan sifat kekerasannya.
  • 10. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 56 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Rockwell Menurut Yakub, 2013. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan metode rockwell: 2.5.1 Kelebihan Metode Rockwell 1. Mampu membedakan perbedaan kekerasan kecil pada baja yang diperkeras. 2. Cepat dan lebih sederhana. 3. Ketika diuji kekerasan tidak menimbulkan kerusakan. 4. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras. 5. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik. 6. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak. 2.5.2 Kekurangan Metode Rockwell 1. Bekas tekanan kecil sehingga kekerasan rata-rata tidak bisa ditentukan untuk bahan yang tidak homogen. 2. Dengan pembesaran dalamnya bekas tekanan yang kecil terdapat kesalahan pengukuran yang besar. 3. Tingkat ketelitian rendah. 4. Tidak stabil apabila terkena goncangan. 5. Penekanan bebannya tidak praktis. 6. Masih harus menyesuaikan skala kekerasan pengukuran kombinasi antara penetrator yang digunakan dan beban penekanan yang dgunakan setiap material berbeda-beda.
  • 11. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 57 BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Bahan dan Peralatan Dalam melakukan praktikum modul empat mengenai pengujian kekerasan dibutuhkan bahan dan peralatan sebagai berikut: 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1. Benda uji Baja St-60 3.1.2 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1. Indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg. 2. Indentor intan dengan beban 150 kg. 3.2 Prosedur Pelaksanaan Pratikum Prosedur praktikum PBT modul empat adalah sebagai berikut: 1. Pasang indentor dengan benar. 2. Tempatkan bahan uji pada landasan. 3. Tempatkan alat uji bahan pada 150 kg untuk rockwell C dan 100 kg untuk rockweell B. 4. Tarik tuas ke no.2 lalu ke no.3. 5. Tuas pada posisi no.3, skala penunjukkan ukuran dalam posisi 0 (skala C). 6. Setelah tepat pada pada posisi 0, tarik tuas ke posisi 4. 7. Setelah jarum berhenti, tarik tuas kembali pada posisi 3/minor load. 8. Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala. 9. Catat hasil pembacaan skala.
  • 12. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 58 3.4 Flowchart Prosedur Pelaksanaan Praktikan Berikut adalah gambar dari flowchart prosedur pelaksanaan praktikan: Gambar 4.3.1 Flowchart Prosedur Pelaksanaan Praktikan Mulai Baja St-60 Pasang indentor dengan benar. Tempatkan bahan uji pada landasan. Tempatkan alat uji bahan pada 150 kg untuk rockwell C dan 100 kg untuk rockweell B. Tarik tuas ke no.2 lalu ke no.3. Tuas pada posisi no.3, skala penunjukkan ukuran dalam posisi 0 (skala C). Setelah tepat pada pada posisi 0, tarik tuas ke posisi 4. Setelah jarum berhenti, tarik tuas kembali pada posisi 3/minor load. Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala. Angka kekerasan. Selesai Catat hasil pembacaan skala.
  • 13. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 59 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh beberapa data hasil pengamatan sebagai berikut: 4.1.1 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa data sebagai berikut: Nama alat : Rockwell Hardness Terster Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS Perlakuan panas: Annealing Metode : Rockwell Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg Identor : Kerucut intan 120º HRB Load : 100 Kg Indentor : Steel Ball Ø 1/16” Tabel 4.4.1 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Annealing No Nilai Kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai Kekerasan Rockwell C (HRC) 1 85,71202 34,496765 2 85,40799 37,834005 3 85,55874 39,734864 4 90,23398 40,632522 5 88,52213 34,16779 6 87,44349 36,178313 7 90,73729 39,749745 8 88,95516 34,67801 9 90,62484 35,473648 10 89,11808 38,627786 Rata-Rata 88,231372 37,1573448
  • 14. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 60 4.1.2 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa data sebagai berikut: Nama alat : Rockwell Hardness Terster Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS Perlakuan panas: Hardening Metode : Rockwell Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg Identor : Kerucut intan 120º HRB Load : 100 Kg Indentor : Steel Ball Ø 1/16” Tabel 4.4.2 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Hardening No Nilai Kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai Kekerasan Rockwell C (HRC) 1 79,123502 15,11285 2 78,013595 15,4308 3 79,790445 17,40532 4 77,570083 16,91414 5 74,260875 15,42001 6 74,185437 20,72621 7 76,714976 20,45647 8 78,635848 17,5982 9 78,738259 19,53805 10 76,517097 22,47022 Rata-Rata 77,3550117 18,107227 4.1.3 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa data sebagai berikut: Nama alat : Rockwell Hardness Terster Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS Perlakuan panas: Normalizing Metode : Rockwell Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg Identor : Kerucut intan 120º HRB Load : 100 Kg Indentor : Steel Ball Ø 1/16”
  • 15. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 61 Tabel 4.4.3 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Normalizing No Nilai Kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai Kekerasan Rockwell C (HRC) 1 79,07431 23,25746 2 86,82417 23,9472 3 79,98171 26,40489 4 83,92364 27,85566 5 82,22554 23,84601 6 86,48247 25,25563 7 86,11399 27,68083 8 84,80461 26,67088 9 86,29856 23,10682 10 86,12859 23,73019 Rata-Rata 84,185759 25,175557 4.2 Pengolahan Data Setelah mendapatkan data dari hasil pengamatan, maka selanjutnya data diolah secara manual. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai kekerasan suatu material dirumuskan sebagai berikut: HRB = 130 - (h/0,002) HRC = 100 - (h/0,002) Keterangan : HRB : Nilai kekerasan rockwell B HRC : Nilai kekerasan rockwell C h : Kedalaman (mm) Setelah mengetahui rumusnya langkah selanjutnya melakukan pengolahan data secara manual sebagai berikut: 4.2.1 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing Metode Rockwell B Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan perlakuan panas annealing metode rockwell b: 1. HRB = 130-(h/0,002) 6. HRB = 130-(h/0,002) 85,71202 = 130-(h/0,002) 87,44349 = 130-(h/0,002) h/0,002 = 130-85,71202 h/0,002 = 130-87,44349
  • 16. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 62 h/0,002 = 44,28798 h/0,002 = 42,55651 h = 44,28798 x 0,002 h = 42,55651 x 0,002 h = 0,08857596 mm h = 0,08511302 mm 2. HRB = 130-(h/0,002) 7. HRB = 130-(h/0,002) 85,40799 = 130-(h/0,002) 90,73729 = 130-(h/0,002) h/0,002 = 130-85,40799 h/0,002 = 130-90,73729 h/0,002 = 44,59201 h/0,002 = 39,26271 h = 44,59201 x 0,002 h = 39,26271 x 0,002 h = 0,08918402 mm h = 0,07852542 mm 3. HRB = 130-(h/0,002) 8. HRB = 130-(h/0,002) 85,55874 = 130-(h/0,002) 88,95516 = 130-(h/0,002) h/0,002 = 130-85,55874 h/0,002 = 130-88,95516 h/0,002 = 44,44126 h/0,002 = 41,04484 h = 44,44126 x 0,002 h = 41,04484 x 0,002 h = 0,08888252 mm h = 0,08208968 mm 4. HRB = 130-(h/0,002) 9. HRB = 130-(h/0,002) 90,23398 = 130-(h/0,002) 90,62484 = 130-(h/0,002) h/0,002 = 130-90,23398 h/0,002 = 130-90,62484 h/0,002 = 39,76602 h/0,002 = 39,37516 h = 439,76602 x 0,002 h = 39,37516 x 0,002 h = 0,07953204 mm h = 0,07875032 mm 5. HRB = 130-(h/0,002) 10. HRB = 130-(h/0,002) 88,52213 = 130-(h/0,002) 89,11808 = 130-(h/0,002) h/0,002 = 130-88,52213 h/0,002 = 130-89,11808 h/0,002 = 41,47787 h/0,002 = 40,88192 h = 41,47787 x 0,002 h = 40,88192 x 0,002 h = 0,08295574 mm h = 0,08176384 mm Rata-rata hasil h = 0,08857596 + 0,08918402 + 0,08888252 + 0,07953204 + 0,08295574 + 0,08511302 + 0,07852542 + 0,08208968 + 0,07875032 + 0,08176384 / 10 = 0,083537256 mm
  • 17. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 63 4.2.2 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing Metode Rockwell C Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan perlakuan panas annealing metode rockwell c: 1. HRC = 100-(h/0,002) 6. HRC = 100-(h/0,002) 34,496765= 100-(h/0,002) 36,178313= 100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 34,496765 h/0,002 = 100-36,178313 h/0,002 = 65,503235 h/0,002 = 63,821687 h = 65,503235 x 0,002 h = 63,821687 x 0,002 h = 0,13100647 mm h = 0,127643374 mm 2. HRC = 100-(h/0,002) 7. HRC = 100-(h/0,002) 37,834005= 100-(h/0,002) 39,749745= 100-(h/0,002) h/0,002 = 100-37,834005 h/0,002 = 100-39,749745 h/0,002 = 62,165995 h/0,002 = 60,250255 h = 62,165995 x 0,002 h = 60,250255 x 0,002 h = 0,12433199 mm h = 0,12050051 mm 3. HRC = 100-(h/0,002) 8. HRC = 100-(h/0,002) 39,734864= 100-(h/0,002) 34,67801 = 100-(h/0,002) h/0,002 = 100-39,734864 h/0,002 = 100-34,67801 h/0,002 = 60,265136 h/0,002 = 65,32199 h = 60,265136 x 0,002 h = 65,32199 x 0,002 h = 0,120530272 mm h = 0,13064398 mm 4. HRC = 100-(h/0,002) 9. HRC = 100-(h/0,002) 40,632522 = 100-(h/0,002) 35,473648= 100-(h/0,002) h/0,002 = 100-40,632522 h/0,002 = 100-35,473648 h/0,002 = 59,367478 h/0,002 = 64,526352 h = 59,367478 x 0,002 h = 64,526352 x 0,002 h = 0,118734956 mm h = 0,129052704 mm 5. HRC = 100-(h/0,002) 10. HRC = 100-(h/0,002) 34,16779 = 100-(h/0,002) 38,627786= 100-(h/0,002) h/0,002 = 100-34,16779 h/0,002 = 100-38,627786 h/0,002 = 65,83221 h/0,002 = 59,11808
  • 18. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 64 h = 65,83221 x 0,002 h = 59,11808 x 0,002 h = 0,13166442 mm h = 0,11823616 mm Rata-rata hasil h = 0,13100647 + 0,12433199 + 0,120530272 + 0,118734956 + 0,13166442 + 0,127643374 +0,12050051 + 0,13064398 + 0,129052704+0,11823616 / 10 = 0,125234484 mm 4.2.3 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening Metode Rockwell B Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan perlakuan panas hardening metode rockwell b: 1. HRB = 130-(h/0,002) 6. HRB = 130-(h/0,002) 79,123502= 130-(h/0,002) 74,185437= 130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 79,123502 h/0,002 = 130- 74,185437 h/0,002 = 50,876498 h/0,002 = 55,814563 h = 50,876498x 0,002 h = 55,814563x 0,002 h = 0,101752996 mm h = 0,111629126 mm 2. HRB = 130-(h/0,002) 7. HRB = 130-(h/0,002) 78,013595= 130-(h/0,002) 76,714976= 130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 78,013595 h/0,002 = 130- 76,714976 h/0,002 = 51,986405 h/0,002 = 53,285024 h = 51,986405x 0,002 h = 53,285024 x 0,002 h = 0,10397281 mm h = 0,106570048 mm 3. HRB = 130-(h/0,002) 8. HRB = 130-(h/0,002) 79,790445= 130-(h/0,002) 78,635848= 130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 79,790445 h/0,002 = 130- 78,635848 h/0,002 = 50,209555 h/0,002 = 51,364152 h = 51,986405x 0,002 h = 51,364152x 0,002 h = 0,10041911 mm h = 0,102728304 mm 4. HRB = 130-(h/0,002) 9. HRB = 130-(h/0,002) 77,570083= 130-(h/0,002) 78,738259=130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 77,570083 h/0,002 = 130- 78,738259 h/0,002 = 52,429917 h/0,002 = 51,261741
  • 19. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 65 h = 52,429917x 0,002 h = 51,261741x 0,002 h = 0,104859834 mm h = 0,102523482 mm 5. HRB = 130-(h/0,002) 10. HRB = 130-(h/0,002) 74,260875= 130-(h/0,002) 76,517097=130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 74,260875 h/0,002 = 130- 76,517097 h/0,002 = 55,739125 h/0,002 = 53,482903 h = 55,739125x 0,002 h = 53,482903x 0,002 h = 0,11147825 mm h = 0,106965806 mm Rata-rata hasil h = 0,101752996 + 0,10397281 + 0,10041911+ 0,104859834 + 0,11147825 + 0,111629126 + 0,106570048 + 0,102728304 + 0,102523482 + 0,106965806 / 10 = 0,105289977 mm 4.2.4 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening Metode Rockwell C Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan perlakuan panas hardening metode rockwell c: 1. HRC = 100-(h/0,002) 6. HRC = 100-(h/0,002) 15,11285=100-(h/0,002) 20,72621 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 15,11285 h/0,002 = 100- 20,72621 h/0,002 = 84,88715 h/0,002 = 79,27379 h = 84,88715x 0,002 h = 79,27379 x 0,002 h = 0,1697743 mm h = 0,15854758 mm 2. HRC = 100-(h/0,002) 7. HRC = 100-(h/0,002) 15,4308 =100-(h/0,002) 20,45647 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 15,4308 h/0,002 = 100- 20,45647 h/0,002 = 84,5692 h/0,002 = 79,54353 h = 84,5692x 0,002 h = 79,54353x 0,002 h = 0,1691384 mm h = 0,15908706 mm 3. HRC = 100-(h/0,002) 8. HRC = 100-(h/0,002) 17,40532 =100-(h/0,002) 17,5982=100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 17,40532 h/0,002 = 100- 17,5982 h/0,002 = 82,59468 h/0,002 = 82,4018
  • 20. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 66 h = 84,5692x 0,002 h = 82,4018x 0,002 h = 0,16518936 mm h = 0,1648036 mm 4. HRC = 100-(h/0,002) 9. HRC = 100-(h/0,002) 16,91414 =100-(h/0,002) 19,53805 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 16,91414 h/0,002 = 100- 19,53805 h/0,002 = 83,08586 h/0,002 = 80,46195 h = 83,08586x 0,002 h = 80,46195x 0,002 h = 0,16617172 mm h = 0,1609239 mm 5. HRC = 100-(h/0,002) 10. HRC = 100-(h/0,002) 15,42001 =100-(h/0,002) 22,47022 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 15,42001 h/0,002 = 100- 22,47022 h/0,002 = 84,57999 h/0,002 = 77,52978 h = 84,57999x 0,002 h = 77,52978x 0,002 h = 0,16915998 mm h = 0,15505956 mm Rata-rata hasil h = 0,1697743 + 0,1691384 + 0,16518936 + 0,16617172 + 0,16915998 + 0,15854758 + 0,15908706 + 0,1648036 + 0,1609239 + 0,15505956 / 10 = 0,163785546 mm 4.2.5 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing Metode Rockwell B Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan perlakuan panas normalizing metode rockwell b: 1. HRB = 130-(h/0,002) 6. HRB = 130-(h/0,002) 79,07431 =130-(h/0,002) 86,48247 =130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 79,07431 h/0,002 = 130- 86,48247 h/0,002 = 50,92569 h/0,002 = 43,51753 h = 50,92569x 0,002 h = 43,51753x 0,002 h = 0,10185138 mm h = 0,08703506 mm 2. HRB = 130-(h/0,002) 7. HRB = 130-(h/0,002) 86,82417 =130-(h/0,002) 86,11399 =130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 86,82417 h/0,002 = 130- 86,11399 h/0,002= 43,17583 h/0,002 = 43,88601
  • 21. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 67 h = 43,17583x 0,002 h = 43,88601x 0,002 h = 0,08635166 mm h = 0,08777202 mm 3. HRB = 130-(h/0,002) 8. HRB = 130-(h/0,002) 79,98171 =130-(h/0,002) 84,80461 =130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 79,98171 h/0,002 = 130- 84,80461 h/0,002 = 50,01829 h/0,002 = 45,19539 h = 50,01829x 0,002 h = 45,19539x 0,002 h = 0,10003658 mm h = 0,09039078 mm 4. HRB = 130-(h/0,002) 9. HRB = 130-(h/0,002) 83,92364 =130-(h/0,002) 86,29856=130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 83,92364 h/0,002 = 130- 86,29856 h/0,002 = 46,07636 h/0,002 = 43,70144 h = 46,07636x 0,002 h = 51,261741x 0,002 h = 0,09215272 mm h = 0,08740288 mm 5. HRB = 130-(h/0,002) 10. HRB = 130-(h/0,002) 82,22554 =130-(h/0,002) 86,12859 =130-(h/0,002) h/0,002 = 130- 82,22554 h/0,002 = 130- 86,12859 h/0,002 = 47,77446 h/0,002 = 43,87141 h = 47,77446x 0,002 h = 43,87141x 0,002 h = 0,09554892 mm h = 0,08774282 mm Rata-rata hasil h = 0,10185138 + 0,08635166 + 0,10003658 + 0,09215272 + 0,09554892 + 0,08703506 + 0,08777202 + 0,09039078 + 0,08740288 + 0,08774282 / 10 = 0,091628482 mm 4.2.6 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing Metode Rockwell C Berikut adalah perhitungan untuk mencari titik kedalaman (h) bahan dengan perlakuan panas normalizing metode rockwell c: 1. HRC = 100-(h/0,002) 6. HRC = 100-(h/0,002) 23,25746 =100-(h/0,002) 25,25563 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 23,25746 h/0,002 = 100- 25,25563 h/0,002 = 76,74254 h/0,002 = 74,74437
  • 22. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 68 h = 76,74254x 0,002 h = 74,74437x 0,002 h = 0,15348508 mm h = 0,14948874 mm 2. HRC = 100-(h/0,002) 7. HRC = 100-(h/0,002) 23,9472 =100-(h/0,002) 27,68083 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 23,9472 h/0,002 = 100- 27,68083 h/0,002 = 76,0528 h/0,002 = 72,31917 h = 76,0528x 0,002 h = 72,31917x 0,002 h = 0,1521056 mm h = 0,14463834 mm 3. HRC = 100-(h/0,002) 8. HRC = 100-(h/0,002) 26,40489 =100-(h/0,002) 26,67088 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 26,40489 h/0,002 = 100- 26,67088 h/0,002 = 73,59511 h/0,002 = 73,32912 h = 73,59511x 0,002 h = 73,32912x 0,002 h = 0,14719022 mm h = 0,14665824 mm 4. HRC = 100-(h/0,002) 9. HRC = 100-(h/0,002) 27,85566 =100-(h/0,002) 23,10682 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 27,85566 h/0,002 = 100- 23,10682 h/0,002 = 72,14434 h/0,002 = 76,89318 h = 72,14434x 0,002 h = 76,89318x 0,002 h = 0,14428868 mm h = 0,15378636 mm 5. HRC = 100-(h/0,002) 10. HRC = 100-(h/0,002) 23,84601 =100-(h/0,002) 23,73019 =100-(h/0,002) h/0,002 = 100- 23,84601 h/0,002 = 100- 23,73019 h/0,002 = 76,15399 h/0,002 = 76,26981 h = 76,15399x 0,002 h = 76,26981x 0,002 h = 0,15230798 mm h = 0,15253962 mm Rata-rata hasil h = 0,15348508 + 0,1521056 + 0,14719022 + 0,14428868 + 0,15230798 + 0,14948874 + 0,14463834 + 0,14665824 + 0,15378636 + 0,15253962 / 10 = 0,149648886 mm
  • 23. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 69 4.3 Analisa Hasil Perhitungan Kedua Metode Setelah mengetahui hasil dari perhitungan, selanjutnya melakukan analisa dari dua buah metode dengan perlakuan panas yang berbeda. Berikut analisanya adalah: 4.3.1 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell B dengan Rockwell C dengan perlakuan panas Annealing Berikut analisa perbandingan dua metode pada perlakuan panas annealing: Tabel 4.4.4 Kedalaman (h) material setelah dihitung menggunakan metode rockwell b dan rockwell c No HRB (mm) HRC (mm) 1 0,08857596 0,13100647 2 0,08918402 0,12433199 3 0,08888252 0,120530272 4 0,07953204 0,118734956 5 0,08295574 0,13166442 6 0,08511302 0,127643374 7 0,07852542 0,12050051 8 0,08208968 0,13064398 9 0,07875032 0,129052704 10 0,08176384 0,11823616 Rata-rata 0,083537256 0,125234484 Hasil dari perhitungan nilai kekerasan material menggunakan metode rockwell b dan rockwell c pada perlakuan panas annealing diperoleh rata-rata nilai HRB sebesar 88,231372 dan HRC sebesar 37,1573448. Nilai HRC lebih kecil daripada HRB karena menggunakan identor intan dan memiliki berat identor sebesar 150 kg. Nilai rata-rata kedalaman material menggunakan metode HRB sebesar 0,083537256 lebih kecil daripada menggunakan metode HRC sebesar 0,125234484.
  • 24. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 70 4.3.2 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell B dengan Rockwell C dengan perlakuan panas Hardening Berikut analisa perbandingan dua metode pada perlakuan panas hardening: Tabel 4.4.5 Kedalaman (h) material setelah dihitung menggunakan metode rockwell b dan rockwell c No HRB (mm) HRC (mm) 1 0,101752996 0,1697743 2 0,10397281 0,1691384 3 0,10041911 0,16518936 4 0,104859834 0,16617172 5 0,11147825 0,16915998 6 0,111629126 0,15854758 7 0,106570048 0,15908706 8 0,102728304 0,1648036 9 0,102523482 0,1609239 10 0,106965806 0,15505956 Rata-rata 0,105289977 0,163785546 Hasil dari perhitungan nilai kekerasan material menggunakan metode rockwell b dan rockwell c pada perlakuan panas hardening diperoleh rata-rata nilai HRB sebesar 77,3550117 dan HRC sebesar 18,107227. Nilai HRC lebih kecil daripada HRB karena menggunakan identor intan dan memiliki berat identor sebesar 150 kg. Nilai rata-rata kedalaman material menggunakan metode HRB sebesar 0,105289977 lebih kecil daripada menggunakan metode HRC sebesar 0,163785546.
  • 25. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 71 4.3.3 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell B dengan Rockwell C dengan perlakuan panas Normalizing Berikut analisa perbandingan dua metode pada perlakuan panas normalizing: Tabel 4.4.6 Kedalaman (h) material setelah dihitung menggunakan metode rockwell b dan rockwell c No HRB (mm) HRC (mm) 1 0,10185138 0,15348508 2 0,08635166 0,1521056 3 0,10003658 0,14719022 4 0,09215272 0,14428868 5 0,09554892 0,15230798 6 0,08703506 0,14948874 7 0,08777202 0,14463834 8 0,09039078 0,14665824 9 0,08740288 0,15378636 10 0,08774282 0,15253962 Rata-rata 0,091628482 0,149648886 Hasil dari perhitungan nilai kekerasan material menggunakan metode rockwell b dan rockwell c pada perlakuan panas normalizing diperoleh rata-rata nilai HRB sebesar 84,185759 dan HRC sebesar 25,175557. Nilai HRC lebih kecil daripada HRB karena menggunakan identor intan dan memiliki berat identor sebesar 150 kg. Nilai rata-rata kedalaman material menggunakan metode HRB sebesar 0,091628482lebih kecil daripada menggunakan metode HRC sebesar 0,149648886.
  • 26. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang dilakukan bisa disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengujian kekerasan adalah kemampuan suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Pengujian kekerasan ini biasanya dilakukan agar dapat mengetahui kekerasan, kuat atau getas, dan homogen atau tidak suatu material tersebut. 2. Setelah dilakukan pengujian kekerasan pada suatu material maka diperoleh nilai kekerasaan dengan dua metode yaitu metode rockwell b dan rockwell c. Maka diperoleh nilai kekerasan suatu material dengan perlakuan panas normalizing mengunakan metode rockwell b sebesar 84,185759 dan rockwell c sebesar 25,175557. 3. Perlakuan panas pada pengujian kekerasan material pada metode rockwell ada tiga perlakuan yaitu annealing, hardening, dan normalizing. Setiap perlakuan panas yang berbeda maka akan menghasilkan nilai kekerasan yang berbeda. Pada perlakuan panas annealing pada material diperoleh nilai rata-rata kedalaman dengan metode HRB sebesar 0,083537256 mm dan HRC sebesar 0,125234484 mm. Pada perlakuan panas hardening pada material diperoleh nilai rata-rata kedalaman dengan metode HRB sebesar 0,105289977 mm dan HRC sebesar 0,163785546 mm. Pada perlakuan panas normalizing pada material diperoleh nilai rata-rata kedalaman dengan metode HRB sebesar 0,091628482 mm dan HRC sebesar 0,149648886 mm. 5.2 Saran Dari pratikum yang dilakukan ada beberapa saran sebagai berikut: 1. Mohon bimbingannya untuk praktikum selanjutnya. 2. Sarana dan prasarana yang ada pada laboratorium agar lebih ditingkatkan karena pada praktikum modul empat ini hanya mengolah datanya saja dan tidak melakukan praktikum secara langsung.
  • 27. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4-Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 73 DAFTAR PUSTAKA Juliaptini, Devinta. 2010. Analisis Sifat Mekanik dan Metalografi Baja Karbon Rendah untuk Aplikasi Tabung Gas 3 kg. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ferdiaz. 2009. Pengaruh Variasi Media Pendinginan Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Hasil Remelting Al-Si Berbasis Limbah Piston Bekas dengan Perlakuan Degassing. Nugroho, Gunawan Dwi Haryadi, 2005. Pengaruh Media Quenching Air Tersikulasi (Circulated Water) Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045. Rotasi Vol. 7 No.1 Januari 2005. Rubijanto. 2006. Pengaruh Proses Pendinginan Paska Perlakuan Panas Terhadap Uji Kekerasan (Vickers) dan Uji Tarik pada Baja Tahan Karat 304 Produksi Pengecoran Logam di Klaten. Traksi. Vol. 4. No. 1 Juni 2006. Sumiyanto, 2006. Pengaruh Proses Hardening dan Tempering Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Baja Karbon Sedang Jenis SNCM 447. Suwandono, Ahmad Farid, Hery Kuswanto. 2010. Analisis Tempering dengan Quenching Media Oli Mesran Sae 40 Terhadap Sifat Mekanik Poros 45 C. Yakup, Yunus, Media Nofri, 2013. Variasi Arus Listrik Terhadap Mekanik Mikro Sambungan Las Baja Tahan Karat AISI 304. ISSN 2338-8102. Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2013.