With traditional fish drying process, most possible can cause an unhealthy working posture , such as a squatting action. As a consequence , worker will suffer a musculoskeletal disorders because of not ergonomic tools and bad working posture. Without ergonomics working procedures was found that the average of musculoskeletal complaints after working is 52.25 ± 1.03. To solve this ccomplaints, a drying chamber based ergonomics design was built in order to reduce musculoskeletal disorders. Dimensions of the drying chamber were based on anthropometric data of fish craftsmen and the material of drying chamber was by the participatory method. Test was performed on 20 samples and the result showed that the mean rate of musculoskeletal complaints after working is 38.30 ± 1.30. The ergonomic based design for drying camber application can reduce the musculoskeletal complaints up to 26.7%.
DenCo AMD merupakan inovasi jas dokter yang dirancang untuk mencegah gangguan muskuloskeletal. Jas ini dilengkapi dengan alat penegak tubuh dan sistem vibrasi serta inframerah yang dikendalikan oleh mikrokontroler untuk mengurangi ketegangan otot. Jas ini diharapkan dapat membantu dokter gigi dalam mencegah gangguan otot akibat posisi kerja yang statis.
[Ringkasan]
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi berupa ultrasound, modified rocabado exercise, dan traksi osilasi terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada kasus disfungsi discus temporomandibular joint. Penelitian menggunakan desain quasi eksperimen dengan 14 sampel yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Hasilnya menunjukkan bahwa ketiga intervensi tersebut dapat meningkatkan kemampuan fungsional, dengan penambahan tra
Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas
ANALISIS KEKUATAN GENGGAM SESEORANG BERDASARKAN RENTANG TANGAN DAN ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING DARI PENGANGKATAN BAN MOBIL UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO CIDERA TULANG PUNGGUNG
DenCo AMD merupakan inovasi jas dokter yang dirancang untuk mencegah gangguan muskuloskeletal. Jas ini dilengkapi dengan alat penegak tubuh dan sistem vibrasi serta inframerah yang dikendalikan oleh mikrokontroler untuk mengurangi ketegangan otot. Jas ini diharapkan dapat membantu dokter gigi dalam mencegah gangguan otot akibat posisi kerja yang statis.
[Ringkasan]
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi berupa ultrasound, modified rocabado exercise, dan traksi osilasi terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada kasus disfungsi discus temporomandibular joint. Penelitian menggunakan desain quasi eksperimen dengan 14 sampel yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Hasilnya menunjukkan bahwa ketiga intervensi tersebut dapat meningkatkan kemampuan fungsional, dengan penambahan tra
Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas
ANALISIS KEKUATAN GENGGAM SESEORANG BERDASARKAN RENTANG TANGAN DAN ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING DARI PENGANGKATAN BAN MOBIL UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO CIDERA TULANG PUNGGUNG
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannyadentalid
Dentist’s profession high risks to go through musculosceletal disorders covering the lower and upper
parts of backbone, shoulders and wrists. From various researches being done, pravalens of
musculosceletal disorders to dentists is high enough moving between 25—85%. The conditions may
happen because of the dentists position while handling patiens is not in ergonomics positions. To reduce
the early disorders happens, the dentists working position which is initially standing then improved by
sitting position, even now the four-handed treatment technics has been developed that is now largely
acceptable. Although the treatment technics with sitting position has been developed and other
measures of prevention, various reports state that the musculosceletal disorders experienced by dentists
still happens. Many factors concerned risk against the happening of this musculosceletal disorders. The
working way, the position while treating patient, the dental unit being used, and other factor such as life
style, risk factors agains the appearance of musculosceletal disorders to the dentists. In efforts to
prevent continuously the musculosceletal disorders to the dentists, it has been developed different kinds
of ergonomics. Instruments for dentists profession, starting from dental unit design, operation
instruments, up to the using visual aids, and the good and accurate working way training. In such a
manner, too. Some prevention efforts, not concerning with the instruments used, has important role to
reduce the appearance of musculosceletal disorders to the dentists.
Jurnal ini membahas analisis postur kerja pada aktivitas penanganan material secara manual di PT. Jayatama Selaras menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Penelitian mengidentifikasi 23 postur kerja, dimana 8 postur termasuk kategori berbahaya yang memerlukan perbaikan, 4 postur termasuk kategori berbahaya yang memerlukan perbaikan segera, dan 11 postur termasuk kategori berbahaya yang memerlukan perbaikan saat ini. Hasil
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)RanaAlya
Dokumen tersebut membahas tentang biomekanika dan desain tempat kerja. Biomekanika adalah studi tentang interaksi fisik antara tubuh manusia dengan lingkungan kerja untuk meningkatkan kinerja namun meminimalkan risiko cedera. Dokumen menjelaskan konsep biomekanika seperti beban eksternal dan internal, serta hubungannya dengan penyakit otot tulang. Prinsip biomekanika diterapkan untuk merancang tempat kerja agar mengurangi beban pada
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep biomekanika dan aplikasinya dalam merancang tempat kerja yang ergonomis. Konsep-konsep tersebut meliputi beban toleransi, trauma akut vs kumulatif, momen dan pengungkit, serta pengukuran sistem tuas otot. Prinsip-prinsip tersebut diterapkan untuk mengurangi beban pada bahu, leher, dan punggung selama bekerja.
Praktikum ini bertujuan untuk memahami pengaruh beban kerja terhadap tubuh dan mengukur konsumsi oksigen dan energi berdasarkan denyut jantung. Mahasiswa melakukan pengukuran denyut jantung saat mengayuh ergometer dan berjalan di treadmill pada kecepatan yang berbeda. Denyut jantung diukur setiap 30 detik selama aktivitas dan pemulihan untuk menentukan konsumsi oksigen dan energi.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan kerjanya untuk menciptakan sistem kerja yang efisien, sehat, dan nyaman. Dokumen ini menjelaskan konsep dasar ergonomi, aplikasinya seperti manual handling dan postur kerja, cara menilai risiko gangguan otot tulang, serta tanggung jawab setiap pihak untuk menerapkan prinsip-prinsip ergonomi.
Dokumen tersebut membahas tentang peran biomekanik dalam ergonomi dan penerapan prinsip biomekanika untuk mengurangi stres di tempat kerja. Dokumen tersebut menjelaskan konsep biomekanika yang relevan seperti interaksi antara tubuh dan alat kerja, serta pendekatan biomekanika untuk mengevaluasi risiko cedera di tempat kerja agar dapat meminimalkan gangguan muskuloskeletal.
1. Workstation improvement dan pemberian stretching dapat menurunkan kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal, dan meningkatkan produktivitas pada industri perak.
2. Pemberian senam berpengaruh terhadap penurunan keluhan muskuloskeletal pada lansia.
3. Pemberian stretching dan modifikasi alat kerja dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal dan kelelahan pada pekerja pembuat dodol tradisional.
4. Pemberian stretching statis dapat meningkat
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan fisioterapi pada pasien dengan kondisi calcaneus spur bilateral menggunakan modalitas ultrasound transverse friction dan hold rilex exercises untuk mengurangi nyeri, spasme otot, dan meningkatkan kekuatan otot serta aktivitas fungsional pasien. Hasil penelitian menunjukkan penurunan nyeri dan peningkatan aktivitas fungsional setelah empat kali terapi.
Basic biomechanics and workstation designHnAlfiany
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep biomekanika yang relevan dengan desain tempat kerja. Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana biomekanika mempelajari interaksi antara tubuh manusia dengan lingkungannya berdasarkan hukum-hukum mekanika, serta bagaimana pemahaman akan beban eksternal dan internal, sistem tuas, hubungan panjang-kekuatan otot, dan faktor-faktor lainnya penting untuk merancang tempat kerja yang er
Topik kedelapan perkuliahan Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi adalah tentang Biomekanika
Bagian pertama membahas mengenai konsep Biomekanika dan kegunaannya dalam Perancangan Sistem Kerja yang Ergonomis
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...Mirmanto
Studi ini menguji pengaruh fraksi volume partikel sekam padi (0%, 10%, 20%, 30%) terhadap sifat mekanik komposit serat bambu-resin polyester tak jenuh. Hasil uji tarik menunjukkan kekuatan tarik konstan sampai 20% fraksi sekam kemudian menurun. Uji bending menunjukkan kekuatan naik sampai 20% fraksi sekam lalu menurun, sedangkan modulus bending tidak dipengaruhi. Kekuatan impak juga tidak dipengaruhi fra
More Related Content
Similar to 3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannyadentalid
Dentist’s profession high risks to go through musculosceletal disorders covering the lower and upper
parts of backbone, shoulders and wrists. From various researches being done, pravalens of
musculosceletal disorders to dentists is high enough moving between 25—85%. The conditions may
happen because of the dentists position while handling patiens is not in ergonomics positions. To reduce
the early disorders happens, the dentists working position which is initially standing then improved by
sitting position, even now the four-handed treatment technics has been developed that is now largely
acceptable. Although the treatment technics with sitting position has been developed and other
measures of prevention, various reports state that the musculosceletal disorders experienced by dentists
still happens. Many factors concerned risk against the happening of this musculosceletal disorders. The
working way, the position while treating patient, the dental unit being used, and other factor such as life
style, risk factors agains the appearance of musculosceletal disorders to the dentists. In efforts to
prevent continuously the musculosceletal disorders to the dentists, it has been developed different kinds
of ergonomics. Instruments for dentists profession, starting from dental unit design, operation
instruments, up to the using visual aids, and the good and accurate working way training. In such a
manner, too. Some prevention efforts, not concerning with the instruments used, has important role to
reduce the appearance of musculosceletal disorders to the dentists.
Jurnal ini membahas analisis postur kerja pada aktivitas penanganan material secara manual di PT. Jayatama Selaras menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Penelitian mengidentifikasi 23 postur kerja, dimana 8 postur termasuk kategori berbahaya yang memerlukan perbaikan, 4 postur termasuk kategori berbahaya yang memerlukan perbaikan segera, dan 11 postur termasuk kategori berbahaya yang memerlukan perbaikan saat ini. Hasil
Basic Biomechanics and Workstation Design (chap.12)RanaAlya
Dokumen tersebut membahas tentang biomekanika dan desain tempat kerja. Biomekanika adalah studi tentang interaksi fisik antara tubuh manusia dengan lingkungan kerja untuk meningkatkan kinerja namun meminimalkan risiko cedera. Dokumen menjelaskan konsep biomekanika seperti beban eksternal dan internal, serta hubungannya dengan penyakit otot tulang. Prinsip biomekanika diterapkan untuk merancang tempat kerja agar mengurangi beban pada
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep biomekanika dan aplikasinya dalam merancang tempat kerja yang ergonomis. Konsep-konsep tersebut meliputi beban toleransi, trauma akut vs kumulatif, momen dan pengungkit, serta pengukuran sistem tuas otot. Prinsip-prinsip tersebut diterapkan untuk mengurangi beban pada bahu, leher, dan punggung selama bekerja.
Praktikum ini bertujuan untuk memahami pengaruh beban kerja terhadap tubuh dan mengukur konsumsi oksigen dan energi berdasarkan denyut jantung. Mahasiswa melakukan pengukuran denyut jantung saat mengayuh ergometer dan berjalan di treadmill pada kecepatan yang berbeda. Denyut jantung diukur setiap 30 detik selama aktivitas dan pemulihan untuk menentukan konsumsi oksigen dan energi.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan kerjanya untuk menciptakan sistem kerja yang efisien, sehat, dan nyaman. Dokumen ini menjelaskan konsep dasar ergonomi, aplikasinya seperti manual handling dan postur kerja, cara menilai risiko gangguan otot tulang, serta tanggung jawab setiap pihak untuk menerapkan prinsip-prinsip ergonomi.
Dokumen tersebut membahas tentang peran biomekanik dalam ergonomi dan penerapan prinsip biomekanika untuk mengurangi stres di tempat kerja. Dokumen tersebut menjelaskan konsep biomekanika yang relevan seperti interaksi antara tubuh dan alat kerja, serta pendekatan biomekanika untuk mengevaluasi risiko cedera di tempat kerja agar dapat meminimalkan gangguan muskuloskeletal.
1. Workstation improvement dan pemberian stretching dapat menurunkan kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal, dan meningkatkan produktivitas pada industri perak.
2. Pemberian senam berpengaruh terhadap penurunan keluhan muskuloskeletal pada lansia.
3. Pemberian stretching dan modifikasi alat kerja dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal dan kelelahan pada pekerja pembuat dodol tradisional.
4. Pemberian stretching statis dapat meningkat
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan fisioterapi pada pasien dengan kondisi calcaneus spur bilateral menggunakan modalitas ultrasound transverse friction dan hold rilex exercises untuk mengurangi nyeri, spasme otot, dan meningkatkan kekuatan otot serta aktivitas fungsional pasien. Hasil penelitian menunjukkan penurunan nyeri dan peningkatan aktivitas fungsional setelah empat kali terapi.
Basic biomechanics and workstation designHnAlfiany
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep biomekanika yang relevan dengan desain tempat kerja. Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana biomekanika mempelajari interaksi antara tubuh manusia dengan lingkungannya berdasarkan hukum-hukum mekanika, serta bagaimana pemahaman akan beban eksternal dan internal, sistem tuas, hubungan panjang-kekuatan otot, dan faktor-faktor lainnya penting untuk merancang tempat kerja yang er
Topik kedelapan perkuliahan Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi adalah tentang Biomekanika
Bagian pertama membahas mengenai konsep Biomekanika dan kegunaannya dalam Perancangan Sistem Kerja yang Ergonomis
Similar to 3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan (20)
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...Mirmanto
Studi ini menguji pengaruh fraksi volume partikel sekam padi (0%, 10%, 20%, 30%) terhadap sifat mekanik komposit serat bambu-resin polyester tak jenuh. Hasil uji tarik menunjukkan kekuatan tarik konstan sampai 20% fraksi sekam kemudian menurun. Uji bending menunjukkan kekuatan naik sampai 20% fraksi sekam lalu menurun, sedangkan modulus bending tidak dipengaruhi. Kekuatan impak juga tidak dipengaruhi fra
9 potensi pasir lokal tanjung bintang pada aluminium sand casting terhadap po...Mirmanto
Green sand is one of the most important components in the process of metal casting. The sand in Indonesia region is varied level of subtlety, size of sand, and shape of sand. Green sand used in the process of metal casting is possible can affect the quality of casting product. This aims to determine the potential of Tanjung Bintang sand as green sand and the quality of the product in terms of porosity defects. The research was conducted by varying sand river from Tanjung Bintang and sand from Maringgai. Composition made varying is 100%,75%, 50%, and 25% Tanjung Bintang sand compared Maringgai sand with bentonit and water is 10% and 5% constantly .The Examine of the green sand by SNI 15-0312-1989 among other water content, clay content, Grain Finnest Number (GFN), Shape of grain. The result said aluminium casting product with 50% Tanjung Bintang sand has the lowest value of porosity, 5.08% and the higher value with 75% composition of Tanjung Bintang sand, 6.98%.
8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep...Mirmanto
Studi ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan penggunaan mesin diesel PLTD Ampenan dengan metode break even point dan analisis sensitivitas. Ada beberapa alternatif harga jual listrik ke masyarakat yang dianalisis, yaitu Rp800, Rp900, dan Rp1000 per kWh beserta besaran subsidi yang berbeda. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai investasi awal dan pendapatan. Hasilnya menunjukkan PLTD masih layak beroperasi walaupun
7 analisis perilaku aliran terhadap kinerja roda air arus bawah untuk pembang...Mirmanto
Dokumen tersebut merupakan analisis perilaku aliran air terhadap kinerja roda air untuk pembangkit listrik skala pikohidro. Penelitian ini menganalisis kecepatan aliran, putaran, torsi, dan daya roda air serta kecepatan relatif air terhadap sudu roda air dengan variasi kecepatan aliran. Hasil pengukuran awal menunjukkan kecepatan rata-rata air 2,50 m/s, putaran poros 79,78 rpm, torsi r
6 optimasi parameter permesinan terhadap waktu proses pada pemrograman cnc mi...Mirmanto
Dokumen ini membahas optimasi parameter permesinan terhadap waktu proses pada pemrograman CNC milling dengan berbasis CAD/CAM. Parameter permesinan yang dioptimalkan meliputi kecepatan potong, kecepatan pemakanan, dan kedalaman pemotongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketiga parameter tersebut terhadap waktu proses pada CNC milling."
5 pengaruh absorsi gas co2 dan h2 s dalam biogas menggunakan pasta batu apung...Mirmanto
Dokumen ini membahas pengaruh pemurnian biogas menggunakan pasta batu apung terhadap peningkatan kinerja mesin bakar. Biogas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran kuda mengandung kontaminan seperti CO2 dan H2S yang perlu dihilangkan. Pemurnian dilakukan dengan mengalirkan biogas melalui pasta batu apung dengan variasi laju aliran. Hasil pengujian menunjukkan kinerja terbaik pada putaran 4500 rpm dan laju aliran 2 L
4 pengaruh ketinggian lubang udara pada tungku pembakaran biomassa terhadap u...Mirmanto
Alternative energies, e.g. biomassa, can be utilized using combustion processes in a stove. Nevertheless, traditional stoves that are available in the market or have been used by the community for years are not effective and efficient. One thing that may affect their efficiency and effectiveness is a distance between the combustion chamber and air hole. Therefore, this research investigates experimentally the effect of the distance.The tested stoves had identical combustion room and air hole diameters, but the distance between the combustion chamber and air hole was varied 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm. The combustion chamber diameter was 13 cm and the top diameter of the stove was 19 cm. The fuel employed was coconut shell with various size of 2-4 cm and 5-10 cm. One traditional stove was also tested as a comparison. The test were conducted by heating the water in a 18 cm diameter pan from the ambient temperature to the boiling temperature (1000C). Investigated parameters showing the stove performance were boiling time, FCR, heat input, heat output, heat losses and efficiency.The results show that the fastest boiling time (472 s) and the highest FCR (0,9407 Kg/h) were resulted in the stove with the air hole distance of 40 cm and coconut shell size of 5-10 cm. In this stove, the highest heat input, heat output, heat losses occurred too. On the other hand, the highest efficiency (15,62 %) was achieved in the stove with the air hole distance of 10 cm.
2 karakterstik serapan suara komposit polyesterMirmanto
The purpose of this study is to investigate of sound absorption of coconut filter fiber composites. The research material made with coconut filter fiber as reinforcement and matrix resin unsaturated polyester (UPRs) type Yukalac BQTN 157 with 1% hardener types MEKPO (Methyl Ethyl Ketone Peroxide) and fiber treatment by 0,5% KMnO4. Production methods is poltrusion and the variations of fiber volume fraction are 20, 25 and 30% and fiber length are 5, 10 and 15 mm. Testing of sound absorption frequency are 250, 500, 1000, 2000 and 4000 Hz. The results of research show that the highest value of sound absorption coefficient is on the composites with composition of 10 mm fiber length and 30% fiber volume fraction, that is 0.550828. The values are included in the class “Sound Absorption Coefficient Class D (Extremely absorbing)” with the range 0.40 – 0.60 based on ISO standard 11654:1997.
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
Due to population growth, industry advance and rapid development, fresh and comfortable air may be difficult to get. Conditioning the air to get comfort environment may be a basic demand for people, but the prices of the device and its operation for this purpose are expensive. This research tries to solve this problem but it is just only to know the capability of the heat exchanger to transfer/ absorb heat and is not to cool the room to be below the ambient temperature. The working fluid used was clean water and the heat exchangers employed were parallel and serpentine which were made of copper pipes with a diameter of 1/4 inch and 1/2 inch (for the header). The volumetric flow rates used were 300 ml/minutes, 400 ml/minutes and 500 ml/minutes. While the heat that should be absorbed by the water from the room is 50 W, 100 W and 150 W. The results show that the effect of volumetric flow rate on heat exchanger performance and room temperature is insignificant. From the pressure drop results, the parallel pipe heat exchanger has lower pressure drops while the serpentine has higher pressure drops.
Prediction and measurement of pressure drop in microchannelsMirmanto
The document discusses the benefits of exercise for mental health. Regular physical activity can help reduce anxiety and depression and improve mood and cognitive functioning. Exercise boosts blood flow and levels of neurotransmitters and endorphins which elevate and stabilize mood.
Heat transfer coefficient in microchannelsMirmanto
This article compares two methods for calculating local flow boiling heat transfer coefficients in microchannels: using a linear pressure gradient assumption and direct pressure gradient measurement. An experiment was conducted for boiling water in three single microchannels of varying widths and depths. The local heat transfer coefficients determined by the two methods were found to be significantly different at high heat fluxes. The linear pressure distribution assumption may only be used with caution when the heat flux is below a certain threshold value that depends on the channel size.
Effect of boiling in the upatream loop on instability of flow boiling in a mi...Mirmanto
The document discusses an experiment that measured pressure fluctuations and flow reversals during flow boiling in a single microchannel. Four pressure sensors were inserted into the copper channel to measure pressure fluctuations. Tests were conducted with and without boiling occurring in the upstream loop before the test section. Results showed that pressure fluctuations and flow reversals were caused by bubble activity inside the channel. Boiling in the upstream loop was found to cause unstable flow. Flow reversal could occur when bubbles generated a temporary pressure higher than the inlet pressure. The upstream boiling affected the magnitude and duration of pressure fluctuations and flow reversals.
Defeloping flow and pressure drop in microchannelsMirmanto
Experiments were conducted to measure the pressure drop and friction factor of water flowing through three copper microchannels of different widths (0.5 mm, 1.0 mm, and 1.71 mm) but the same depth (0.39 mm) and length (62 mm). The experiments covered a Reynolds number range of 234 to 3,430. Pressure drop decreased with increasing inlet temperature, while friction factors showed little difference across test sections. Friction factors agreed reasonably well with conventional developing flow theory. Heat flux had a negligible effect on friction factor.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
1. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
15
RANCANGAN RUANG PENGERING BERBASIS ERGONOMI
MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PERAJIN IKAN
I Gede Bawa Susana*
Teknik Mesin F.T. Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat,
83125
*Email : bawa.mech@yahoo.co.id
ABSTRACT
With traditional fish drying process, most possible can cause an unhealthy working
posture , such as a squatting action. As a consequence , worker will suffer a musculoskeletal
disorders because of not ergonomic tools and bad working posture. Without ergonomics
working procedures was found that the average of musculoskeletal complaints after working
is 52.25 ± 1.03. To solve this ccomplaints, a drying chamber based ergonomics design was built
in order to reduce musculoskeletal disorders. Dimensions of the drying chamber were based on
anthropometric data of fish craftsmen and the material of drying chamber was by the
participatory method. Test was performed on 20 samples and the result showed that the mean
rate of musculoskeletal complaints after working is 38.30 ± 1.30. The ergonomic based design
for drying camber application can reduce the musculoskeletal complaints up to 26.7%.
Keywords: ergonomics, drying, musculoskeletal
PENDAHULUAN
Proses pengeringan ikan khususnya
dalam skala rumah tangga atau home
industry masih dilakukan secara tradisional
yaitu menjemur di bawah terik matahari.
Proses penjemuran menggunakan terpal atau
anyaman bambu yang diletakkan di halaman
rumah, pinggir jalan bahkan di atas atap
rumah.
Proses pengeringan ikan secara
tradisional dilakukan dengan sikap kerja
jongkok, jongkok sambil bergeser, memutar,
dan membungkuk seperti disajikan pada
Gambar 1. Hal ini merupakan sikap kerja tidak
alamiah. Adiputra (2004) menyatakan bahwa
sikap kerja tidak alamiah menyebabkan
adanya gerakan otot yang tidak seharusnya
terjadi serta pemborosan energi, sehingga
menimbulkan risiko kelelahan dan cedera
otot.
Gambar 1. Sikap kerja pekerja mengeringkan
iKan
Sikap kerja tidak alamiah merupakan
kondisi dengan gerakan tubuh menjauhi
posisi alamiah atau posisi normal dalam
melakukan pekerjaan atau aktivitas. Sikap
kerja tidak alamiah seperti pada Gambar 1
disebabkan karakteristik alat kerja tidak
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
pekerja, jadi kurang memperhatikan prinsip-
prinsip ergonomi yang pada akhirnya
menimbulkan keluhan muskuloskeletal.
Keluhan sistem muskuloskeletal adalah
keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang
dirasakan seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
otot menerima beban statis secara berulang
dan dalam waktu lama menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan
tendon. Keluhan hingga kerusakan ini yang
diistilahkan sebagai keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Kroemer dan Grandjean,
2000). Menurut Susila (2002), keluhan
muskuloskeletal dapat terjadi hampir pada
semua jenis pekerjaan baik dalam kategori
ringan, sedang, berat, dan amat berat.
Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang dilakukan pada para wanita perajin ikan
diperoleh rerata skor keluhan muskuloskeletal
51,5±5,89. Rerata skor ini termasuk kategori
tingkat risiko sedang atau diperlukan tindakan
perbaikan (Tarwaka, 2011). Menurut
Pheasant dan Haslegrave (2006), bahwa
reaksi keluhan muskuloskeletal terjadi
sebagai dampak dari sikap kerja
membungkuk. Bridger (2003) menyatakan
Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
15
RANCANGAN RUANG PENGERING BERBASIS ERGONOMI
MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PERAJIN IKAN
I Gede Bawa Susana*
Teknik Mesin F.T. Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat,
83125
*Email : bawa.mech@yahoo.co.id
ABSTRACT
With traditional fish drying process, most possible can cause an unhealthy working
posture , such as a squatting action. As a consequence , worker will suffer a musculoskeletal
disorders because of not ergonomic tools and bad working posture. Without ergonomics
working procedures was found that the average of musculoskeletal complaints after working
is 52.25 ± 1.03. To solve this ccomplaints, a drying chamber based ergonomics design was built
in order to reduce musculoskeletal disorders. Dimensions of the drying chamber were based on
anthropometric data of fish craftsmen and the material of drying chamber was by the
participatory method. Test was performed on 20 samples and the result showed that the mean
rate of musculoskeletal complaints after working is 38.30 ± 1.30. The ergonomic based design
for drying camber application can reduce the musculoskeletal complaints up to 26.7%.
Keywords: ergonomics, drying, musculoskeletal
PENDAHULUAN
Proses pengeringan ikan khususnya
dalam skala rumah tangga atau home
industry masih dilakukan secara tradisional
yaitu menjemur di bawah terik matahari.
Proses penjemuran menggunakan terpal atau
anyaman bambu yang diletakkan di halaman
rumah, pinggir jalan bahkan di atas atap
rumah.
Proses pengeringan ikan secara
tradisional dilakukan dengan sikap kerja
jongkok, jongkok sambil bergeser, memutar,
dan membungkuk seperti disajikan pada
Gambar 1. Hal ini merupakan sikap kerja tidak
alamiah. Adiputra (2004) menyatakan bahwa
sikap kerja tidak alamiah menyebabkan
adanya gerakan otot yang tidak seharusnya
terjadi serta pemborosan energi, sehingga
menimbulkan risiko kelelahan dan cedera
otot.
Gambar 1. Sikap kerja pekerja mengeringkan
iKan
Sikap kerja tidak alamiah merupakan
kondisi dengan gerakan tubuh menjauhi
posisi alamiah atau posisi normal dalam
melakukan pekerjaan atau aktivitas. Sikap
kerja tidak alamiah seperti pada Gambar 1
disebabkan karakteristik alat kerja tidak
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
pekerja, jadi kurang memperhatikan prinsip-
prinsip ergonomi yang pada akhirnya
menimbulkan keluhan muskuloskeletal.
Keluhan sistem muskuloskeletal adalah
keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang
dirasakan seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
otot menerima beban statis secara berulang
dan dalam waktu lama menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan
tendon. Keluhan hingga kerusakan ini yang
diistilahkan sebagai keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Kroemer dan Grandjean,
2000). Menurut Susila (2002), keluhan
muskuloskeletal dapat terjadi hampir pada
semua jenis pekerjaan baik dalam kategori
ringan, sedang, berat, dan amat berat.
Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang dilakukan pada para wanita perajin ikan
diperoleh rerata skor keluhan muskuloskeletal
51,5±5,89. Rerata skor ini termasuk kategori
tingkat risiko sedang atau diperlukan tindakan
perbaikan (Tarwaka, 2011). Menurut
Pheasant dan Haslegrave (2006), bahwa
reaksi keluhan muskuloskeletal terjadi
sebagai dampak dari sikap kerja
membungkuk. Bridger (2003) menyatakan
Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
15
RANCANGAN RUANG PENGERING BERBASIS ERGONOMI
MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PERAJIN IKAN
I Gede Bawa Susana*
Teknik Mesin F.T. Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat,
83125
*Email : bawa.mech@yahoo.co.id
ABSTRACT
With traditional fish drying process, most possible can cause an unhealthy working
posture , such as a squatting action. As a consequence , worker will suffer a musculoskeletal
disorders because of not ergonomic tools and bad working posture. Without ergonomics
working procedures was found that the average of musculoskeletal complaints after working
is 52.25 ± 1.03. To solve this ccomplaints, a drying chamber based ergonomics design was built
in order to reduce musculoskeletal disorders. Dimensions of the drying chamber were based on
anthropometric data of fish craftsmen and the material of drying chamber was by the
participatory method. Test was performed on 20 samples and the result showed that the mean
rate of musculoskeletal complaints after working is 38.30 ± 1.30. The ergonomic based design
for drying camber application can reduce the musculoskeletal complaints up to 26.7%.
Keywords: ergonomics, drying, musculoskeletal
PENDAHULUAN
Proses pengeringan ikan khususnya
dalam skala rumah tangga atau home
industry masih dilakukan secara tradisional
yaitu menjemur di bawah terik matahari.
Proses penjemuran menggunakan terpal atau
anyaman bambu yang diletakkan di halaman
rumah, pinggir jalan bahkan di atas atap
rumah.
Proses pengeringan ikan secara
tradisional dilakukan dengan sikap kerja
jongkok, jongkok sambil bergeser, memutar,
dan membungkuk seperti disajikan pada
Gambar 1. Hal ini merupakan sikap kerja tidak
alamiah. Adiputra (2004) menyatakan bahwa
sikap kerja tidak alamiah menyebabkan
adanya gerakan otot yang tidak seharusnya
terjadi serta pemborosan energi, sehingga
menimbulkan risiko kelelahan dan cedera
otot.
Gambar 1. Sikap kerja pekerja mengeringkan
iKan
Sikap kerja tidak alamiah merupakan
kondisi dengan gerakan tubuh menjauhi
posisi alamiah atau posisi normal dalam
melakukan pekerjaan atau aktivitas. Sikap
kerja tidak alamiah seperti pada Gambar 1
disebabkan karakteristik alat kerja tidak
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
pekerja, jadi kurang memperhatikan prinsip-
prinsip ergonomi yang pada akhirnya
menimbulkan keluhan muskuloskeletal.
Keluhan sistem muskuloskeletal adalah
keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang
dirasakan seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
otot menerima beban statis secara berulang
dan dalam waktu lama menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan
tendon. Keluhan hingga kerusakan ini yang
diistilahkan sebagai keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Kroemer dan Grandjean,
2000). Menurut Susila (2002), keluhan
muskuloskeletal dapat terjadi hampir pada
semua jenis pekerjaan baik dalam kategori
ringan, sedang, berat, dan amat berat.
Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang dilakukan pada para wanita perajin ikan
diperoleh rerata skor keluhan muskuloskeletal
51,5±5,89. Rerata skor ini termasuk kategori
tingkat risiko sedang atau diperlukan tindakan
perbaikan (Tarwaka, 2011). Menurut
Pheasant dan Haslegrave (2006), bahwa
reaksi keluhan muskuloskeletal terjadi
sebagai dampak dari sikap kerja
membungkuk. Bridger (2003) menyatakan
2. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
16
bahwa sekitar 30% cedera otot skeletal
bagian belakang disebabkan sikap kerja
membungkuk dan memutar, sehingga ikut
terputarnya tulang belakang.
Cedera atau keluhan pada otot dan
persendian atau keluhan muskuloskeletal
sebagai akibat dari peralatan kerja dan
aktivitas fisik yang dilakukan di tempat kerja
yang tidak ergonomis. Menurut
Wignjosoebroto (2011), problematik kerja
yang sering dialami manusia seperti keluhan
muskuloskeletal akan bisa dicegah melalui
pendekatan ergonomi.
Ergonomik atau ilmu ergonomi adalah
ilmu yang mempelajari karakteristik meliputi
kemampuan atau kapabilitas, keterbatasan,
motivasi, dan tujuan manusia dalam
menentukan desain yang tepat bagi
lingkungan kerja dan kehidupan pekerja
sehari-hari (Plog dan Quinlan, 2002).
Ergonomi atau sering disebut human
engineering didefinisikan sebagai
perancangan man-machine interface
sehingga pekerja dan mesin atau produk
lainnya bisa berfungsi lebih efektif dan efisien
sebagai sistem manusia-mesin yang terpadu
(Wignjosoebroto, 2011).
Berdasarkan rekomendasi dari
Occupational Safety and Health
Administration (OSHA, 2000), tindakan
ergonomik untuk mencegah adanya sumber
penyakit melalui dua cara yaitu (1) rekayasa
teknik, seperti desain stasiun kerja dan alat
kerja; (2) rekayasa manajemen, seperti
kriteria dan organisasi kerja. Berdasarkan
pernyataan Goggins dkk. (2008) bahwa untuk
mengurangi gangguan muskuloskeletal yang
berhubungan dengan pekerjaan, maka perlu
menerapkan program ergonomi
secara komprehensif. Singh dan Arora (2010)
memaparkan bahwa untuk mencegah dan
mengurangi gangguan muskuloskeletal
dilakukan dengan merancang alat dan
peralatan dengan memperhatikan
karakteristik ergonomi.
Dalam penelitian ini untuk menurunkan
keluhan muskuloskeletal dilakukan evaluasi
dan analisis ergonomi terhadap fasilitas kerja
pengeringan ikan melalui rekayasa teknik
yaitu dengan merancang ruang pengering
berdasarkan data antropometri dan metode
partisipatori dari pekerja wanita, karena
proses pengeringan lebih didominasi oleh
wanita. Antropometri merupakan kumpulan
informasi tentang keadaan dan ciri-ciri fisik,
dimensi, dan ukuran tubuh manusia yang
diperlukan untuk mendesain sistem kerja, alat
kerja, dan lingkungan kerja agar diperoleh
suatu kondisi kerja yang aman dan nyaman.
Menurut Wignjosoebroto dkk. (2003),
antropometri adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, dan
kekuatan, serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain atau
perancangan.
Aplikasi data antopometri dalam suatu
desain dapat meliputi desain untuk orang
ekstrim (orang dengan ukuran tubuh tidak
normal meliputi orang dengan ukuran
terkecil/terpendek atau orang dengan ukuran
tertinggi/terbesar), desain untuk orang per
orang, desain untuk kisaran yang dapat diatur
(adjustable range) dengan menggunakan
persentil 5 dan persentil 95 dari populasi dan
desain untuk ukuran rerata menggunakan
data persentil 50 (Sanders dan McCormick,
1993). Hal ini dilakukan karena setiap
manusia berbeda satu dengan yang lainnya.
Data antropometri digunakan untuk
merancang tinggi rak paling bawah, rak paling
atas dalam ruang pengering, dan posisi
cerobong udara pada ruang pengering.
Partisipatori adalah semua yang akan
terlibat terhadap pemecahan masalah harus
dilibatkan sejak awal kegiatan. Masalah yang
ditangani sesuai dengan hasil kesepakatan
yang dapat diterima oleh semua pihak yang
terlibat dalam pemecahan permasalahan.
Menurut Manuaba (1999), partisipasi
merupakan terlibatnya orang secara mental
dan emosional terutama tenaga kerja ikut di
dalam seluruh fase pembuatan atau diikutkan
sejak awal dan diminta memberikan umpan
balik. Dalam hal ini pihak yang dilibatkan
adalah perajin ikan sebagai pengguna alat
kerja.
METODE PENELITIAN
Ruang pengering dirancang
berdasarkan data antropometri pekerja wanita
seperti ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Antropometri pekerja wanita untuk
rancangan ruang pengering
No Ukuran Bagian Tubuh Peruntukan
1
2
3
Tinggi tangan
menggenggam
Tinggi mata berdiri
Tinggi jangkauan
atas
Tinggi rak paling
bawah
Tinggi maksimal
rak paling atas
Tinggi
maksimal
cerobong udara
Penggunaan data antropometri dalam
mendesain suatu alat berdasarkan alur (1)
menentukan dimensi tubuh yang penting
dalam desain; (2) menetapkan populasi
3. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
17
pengguna; (3) menghitung nilai persentil
untuk setiap dimensi tubuh yang telah
ditetapkan; (4) aplikasi pada desain alat.
Tinggi tangan menggenggam (knuckle)
adalah jarak vertikal dari lantai sampai
metakarpal (jari tengah genggaman tangan).
Tinggi mata berdiri adalah jarak vertikal dari
lantai sampai sudut mata. Tinggi jangkauan
atas adalah jarak vertikal dari lantai sampai
titik tengah kepalan tangan. Dalam penelitian
ini, aplikasi data antropometri untuk
merancang ruang pengering menggunakan
persentil 5 seperti ditunjukkan pada Rumus 1.
x δ,X 651 (1)
X adalah rerata (mean) dan δ adalah
simpangan baku (standar deviasi).
Besar sampel yang digunakan dalam
pengukuran antropometri adalah 20 wanita
perajin ikan. Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental, dengan rancangan sama
subjek/Treatment by Subject Design. Sampel
yang sama digunakan dalam pengukuran
tingkat keluhan muskuloskeletal. Besar
sampel dihitung berdasarkan rumus Colton,
seperti ditunjukkan pada Rumus 2. Kesalahan
tipe I yang diterima pada α = 0,05, dan
kesalahan tipe II yang diterima pada β = 0,05
(Colton, 1985).
2
01
ZZ
n (2)
n merupakan besar sampel; Z adalah nilai
Z untuk kesalahan tipe I = α; Z adalah nilai Z
untuk kesalahan tipe II = ; 01 μμ
merupakan rata-rata perubahan yang
diharapkan; 0μ adalah rerata variabel
penelitian tanpa perlakuan (sebelum
perbaikan); 1μ adalah rerata variabel
penelitian dengan perlakuan (setelah
perbaikan); σ adalah standar deviasi; dan
ditetapkan 0,05. Sampel memiliki umur
antara 20 - 55 tahun. Rentangan umur dalam
penelitian ini sudah berdasarkan kriteria
sampel yang diambil dari populasi penelitian
yaitu memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
meliputi bersedia sebagai subjek penelitian
sampai selesai dengan menandatangani surat
persetujuan kesediaan sebagai sampel; sehat
jasmani dan rohani, serta tidak disertai cacat
fisik; jenis kelamin wanita; umur 20-55 tahun;
masa kerja minimal 6 bulan. Hal ini juga
didukung dari hasil perhitungan indeks massa
tubuh (IMT) sampel sebesar 22,16 kg/m
2
.
Hasil ini sesuai dengan ketentuan Depkes
(2003) bahwa kategori indeks massa tubuh
normal dan status gizi baik untuk wanita
adalah 17-23 kg/m
2
.
Observasi berupa pengukuran awal
sebelum bekerja dan setelah selesai bekerja
pada proses pengeringan tradisional maupun
saat menggunakan ruang pengering berbasis
ergonomi terhadap tingkat keluhan
muskuloskeletal. Washing out period (WOP)
diberikan kepada subjek atau sampel
sebelum menggunakan ruang pengering.
WOP diberikan selama satu hari untuk
menghilangkan residual/carry over effects.
Alat uji berupa antropometer yang
digunakan untuk mengukur antropometri/
dimensi tubuh pekerja yang diperlukan dalam
merancang ruang pengering seperti
ditunjukkan pada Tabel 1. Untuk mengukur
tingkat keluhan muskuloskeletal dari pekerja
digunakan metode NBM (Nordic Body Map).
Aplikasi metode Nordic Body Map
menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh
(body map). Metode ini digunakan karena
caranya sangat sederhana, mudah dipahami,
murah, dan memerlukan waktu yang sangat
singkat. Menurut David dkk.( 2008), metode
NBM sudah biasa dan secara luas digunakan
dalam penelitian ergonomi karena biaya
rendah, ada keterlibatan pekerja dan mudah
dalam pengumpulan data.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi teknis ruang pengering
Jumlah ruang pengering
Jumlah rak dalam ruang
pengering
Luas tiap rak dalam
ruang pengering
Material ruang
pengering
Material rak dalam
ruang pengering
Material pintu ruang
pengering
Material rangka ruang
pengering
Pintu ruang pengering
1 unit
6 buah
0,7505 m
2
Pelat aluminium
1,2 mm
Bambu
Kaca bening 5
mm
Aluminium
Kaca bening 5
mm dengan
rangka aluminium
Metode partisipatori dilakukan dalam
menentukan spesifikasi teknis ruang
pengering seperti pada Tabel 2. Partisipatori
merupakan masukan dari perajin ikan yang
4. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
18
dilakukan berhubungan dengan rancangan
alat agar material dalam pembuatan ruang
pengering mudah diperoleh dan mudah dalam
perawatan, serta kapasitas ruang pengering
sesuai dengan kebutuhan para perajin ikan
dalam bentuk usaha home industry.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran data antropometri
pekerja wanita meliputi rerata tinggi tangan
menggenggam 68,66 cm dengan persentil 5
adalah 67,01 cm, agar semua subjek dapat
memasukkan alas jemur ke rak paling bawah
dalam ruang pengering dengan nyaman.
Rerata tinggi mata berdiri 135,6 cm dengan
persentil 5 adalah 123,2 cm, agar semua
subjek dapat menjangkau dan mengamati
hasil jemuran pada rak paling atas di dalam
ruang pengering dengan nyaman. Rerata
tinggi jangkauan atas 180,34 cm dengan
persentil 5 adalah 170,24 cm, agar semua
subjek dapat menjangkau dan mengatur
cerobong udara pada ruang pengering. Hasil
pengukuran data antropometri pada wanita
perajin ikan berdasarkan persentil 5
menghasilkan rancangan ruang pengering
seperti disajikan pada Gambar 2. Dalam
penelitian ini rak paling atas dalam ruang
pengering digunakan 122,01 cm, hal ini
menyesuaikan dengan jarak antara rak yang
ada di dalam ruang pengering. Dengan
menggunakan rancangan ruang pengering
seperti pada Gambar 2, perajin ikan
melakukan proses pengeringan dengan cara
berdiri.
Gambar 2. Rancangan ruang pengering ikan
berbasis ergonomi
Gambar 3 menyajikan perbandingan
tingkat keluhan subjektif pada beberapa
bagian tubuh antara sebelum dan sesudah
intervensi ergonomi. Berdasarkan hasil
pengolahan data kuesioner Nordic Body Map
(NBM) memberikan gambaran terjadinya
keluhan rasa sakit pada beberapa bagian
tubuh perajin ikan seperti sakit/kaku di leher
bagian atas, sakit bahu kanan, punggung,
lengan atas kanan, pinggang, siku kanan,
lengan bawah kanan, pergelangan tangan
kanan, tangan kanan, paha, lutut, betis,
pergelangan kaki, dan kaki. Pengukuran
dilakukan berdasarkan kuesioner Nordic Body
Map (NBM) seperti disajikan pada Lampiran 1
dengan A adalah skor 1, B skor 2, C skor 3,
dan D skor 4.
Gambar 3. Perbandingan tingkat keluhan
subjektif sebelum dan sesudah intervensi
ergonomi, jenis keluhan pada lampiran 1
Proses pengeringan ikan secara
tradisional yang dilakukan sebelum intervensi
ergonomi terjadi peningkatan rerata tingkat
keluhan muskuloskeletal sebesar 74,17%,
yaitu dari 30,10±1,71 saat sebelum bekerja
menjadi 52,25±1,03 sesudah bekerja.
Peningkatan tingkat keluhan muskuloskeletal
dihitung berdasarkan keadaan sebelum
bekerja dan sesudah bekerja Tingginya
peningkatan tingkat keluhan muskuloskeletal
diakibatkan sikap kerja yang tidak alamiah.
Hal ini mengakibatkan pembebanan pada otot
terutama pinggang, punggung, leher, badan
membungkuk, bahu, lutut, yang pada akhirnya
menimbulkan kelelahan otot. Keluhan
muskuloskeletal yang terjadi pada perajin ikan
mempengaruhi kesehatan pekerja yang
berdampak pada rendahnya tingkat
produktivitas. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Zheltoukhova dkk. (2012) bahwa
dampak keluhan muskuloskeletal terhadap
kemampuan individu untuk bekerja memiliki
implikasi bagi pengeluaran untuk kesehatan
dan kesejahteraan.
Setelah dilakukan intervensi ergonomi,
peningkatan rerata tingkat keluhan
muskuloskeletal sebesar 27,67%, yaitu
sebelum bekerja sebesar 29,80±1,15 dan
sesudah bekerja sebesar 38,30±1,30. Hasil ini
5. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
19
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
rerata peningkatan keluhan muskuloskeletal
pada proses pengeringan ikan secara
tradisional. Hal ini sebagai dampak dari
penggunaan alat kerja ergonomis yang dapat
merubah sikap kerja tidak alamiah dari
pekerja. Dengan terjadinya perubahan sikap
kerja menurunkan tingkat keluhan
muskuloskeletal pekerja. Hal ini sesuai
dengan paparan Qutubuddin dkk. (2012)
bahwa dengan ergonomi dapat mengurangi
potensi kesehatan yang buruk di tempat kerja
yaitu MSDs seperti rasa sakit dan nyeri
pergelangan tangan, siku, bahu, dan
punggung.
Intervensi ergonomi yang dilakukan
melalui perbaikan alat kerja dalam penelitian
ini memberikan pengaruh terhadap terjadinya
perubahan sikap kerja dari jongkok, jongkok
sambil bergeser, dan membungkuk (Gambar
1) menjadi sikap kerja berdiri seperti
ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Sikap kerja berdiri
Hal ini dikuatkan rekomendasi dari
(OSHA, 2000) bahwa untuk mengatasi
keluhan muskuloskeletal adalah dengan
tindakan ergonomi melalui rekayasa teknik
yang dilakukan melalui substitusi yaitu
mengganti alat/bahan lama dengan
alat/bahan baru yang aman, sehingga
menyempurnakan proses produksi. Rekayasa
teknik yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu melalui rancangan ruang pengering
berbasis ergonomi terbukti mampu
menurunkan tingkat keluhan muskuloskeletal
perajin ikan.
KESIMPULAN
Penerapan ergonomi pada proses
pengeringan memberikan dampak yang
signifikan pada wanita perajin ikan.
Berdasarkan hasil pengujian dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Dimensi rancangan ruang pengering
berdasarkan data antropometri dengan
persentil 5 meliputi tinggi rak paling bawah
dalam ruang pengering adalah 67,01 cm;
tinggi rak paling atas dalam ruang
pengering adalah 122,01 cm; dan tinggi
cerobong udara adalah 170,24 cm.
2. Penerapan metode partisipatori
menghasilkan rancangan ruang pengering
dengan material yang murah, mudah
dipindahkan, dan mudah memperoleh
bahan seperti aluminium, kaca, dan
bambu. Penerapan metode ini diharapkan
perbaikan yang dilakukan menjadi lebih
sustain.
3. Tingkat keluhan muskuloskeletal menurun
sebesar 26,70% yaitu dari 52,25±1,03
sebelum intervensi ergonomi menjadi
38,30±1,30 setelah intervensi ergonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N., 2004, Ergonomi, Disampaikan
dalam Pelatihan Upaya Kesehatan
Kerja Tenaga Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Puskesmas
Propinsi Bali, Denpasar, 23-27 Maret
dan 29 Maret-2 April.
Bridger, R.S., 2003, Introduction to
Ergonomics, 2nd edition, Taylor &
Francis, London and New York.
Colton, T., 1985, Statistik Kedokteran, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
David, G., Wood, V., Li, G., Buckle, P., 2008,
The development of the quick exposure
check (QEC) for assessing exposure to
risk factors work-related
musculoskeletal disorders, Journal of
Applied Ergonomics, vol. 39, no. 1, 57-
69.
Depkes RI., 2003, Survey Indeks Massa
Tubuh (IMT) Pengumpulan Status Gizi
Orang Dewasa Berdasarkan IMT,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Goggins, R.W., Spielholz, P., Nothstein, G.L.,
2008, Estimating the effectiveness of
ergonomics interventions through case
studies: implications for predictive cost-
benefit analysis. Journal of Safety
Research, Elsevier, vol. 39, 339-344.
Kroemer, K.H.E., Grandjean, E., 2000, Fitting
the Task to the Human, A Textbook of
Occupational Ergonomics, 5
th
edition,
Taylor&Francis, Philadelphia.
Manuaba, A., 1999, Penerapan pendekatan
ergonomi partisipasi dalam
meningkatkan kinerja industri,
6. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
20
Disampaikan dalam Seminar Nasional
Ergonomi, Surabaya, 23 Nopember.
OSHA, 2000, Ergonomic: the study of work,
Occupational Safety and Health
Administration, U.S. Department of
Labor.
Pheasant, S., Haslegrave, C.M., 2006,
Bodyspace, Antropometry, Ergonomics
and the Design of Work, Taylor &
Francis London.
Plog, B.A., Quinlan, P.J., 2002, Fundamentals
of Industrial Hygiene, Fifth edition,
National Safety Council, USA.
Qutubuddin, S.M., Hebbal, S.S., Kumar,
A.C.S., 2012, Computer assisted
system for enhancing the application of
ergonomics in manufacturing systems,
International Journal of Ergonomics
(IJEG), vol. 2, no. 1, 1-11.
Sanders, M.S., McCormick, E.J., 1993,
Human Factors in Engineering and
Design, Seventh Edition, McGraw Hill
Publishing Company Ltd, New York.
Singh, S., Arora, R., 2010, Ergonomic
intervention for preventing
musculoskeletal disorders among farm
women, J Agri Sci, vol. 1, no. 2, 61-71.
Susila, IG.N., 2002, Gangguan
muskuloskeletal, Udayana Medical
Journal, vol. 33, no. 120, 90-93.
Tarwaka, 2011, Ergonomi Industri: Dasar-
dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja, Harapan
Press, Surakarta.
Wignjosoebroto, S., 2011, Ergonomi industri
dalam pendidikan terintegrasi:
pendekatan ergonomi menjawab
problematika industri, Disampaikan
dalam Acara Semiloka Linearitas
Ergonomi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana, Denpasar, 21
April.
Wignjosoebroto, S., Partiwi, S.G., Hanafi, A.,
2003, Modifikasi rancangan mesin
perontok padi dengan pendekatan
ergonomi-antropometri, Prosiding
Seminar Nasional Ergonomi,
Perhimpunan Ergonomi Indonesia (PEI)
dan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yoyakarta,
13 September.
Zheltoukhova, K., O`Dea, L., Bevan, S., 2012,
Taking the strain: the impact of
musculoskeletal disorders on work and
home life, Lancaster University.
7. Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Susana: Rancangan ruang pengering berbasis ergonomi
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin ikan
21
LAMPIRAN
Lampiran 1