1. Candi budha di Jawa Tengah
Candi-candi Buddha digunakan sebagai tempat pemujaan. Ciri candi Buddha adalah adanya
stupa dan patung Sang Buddha Gautama. Stupa adalah bangunan dari batu tempat menyimpan
patung Sang Buddha.
1. Candi Borobudur
Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk
bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai
puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang,
Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40
km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga
pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat arca
Buddha tengah duduk 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus
memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang
didalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan
mudra(sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Menurut bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya
pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Borobudur
kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan, tiap tahun umat Buddha yang dating
dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci
Waisak.
2. 2. Candi Sewu
Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi Prambanan
(hanya beberapa ratus meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini
diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 –
784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar setelah candi Borobudur,
sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi bercorak Hindu.
Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan dibuat oleh
seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai
prasyarat untuk bisa memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal karena
pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.
3. Candi Mendut
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi
dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan
seekor garuda. Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini
terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa
kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di
dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah
membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang
ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
3. 4. Candi Plaosan
Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh
Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau
Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara
(pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi
Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan
pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.
Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul
5. Candi Ngawen
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang
berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha
dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah
satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya
adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut
dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan,
candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang
Tengah pada tahun 824 M.
4. 6. Candi Pawon
Candi Pawon dibangun pada abad ke - 13 terletak 1,5 km ke arah barat dari Candi
Mendut dan ke arah timur dari Candi Borobudur, juga merupakan sebuah candi Budha. Saat
diteliti secara lengkap pada reliefnya, ternyata merupakan permulaan relief Candi Borobudur.
Banyak orang mengira Candi Pawon merupakan sebuah makam, namun setelah diteliti
ternyata merupakan tempat untuk menyimpan senjata Raja Indera yang bernama Vajranala.
Candi ini terbuat dari batu gunung berapi. Ditinjau dari seni bangunannya merupakan gabungan
seni bangunan Hindu Jawa kuno dan India. Candi Pawon terletak tepat di sumbu garis yang
menghubungkan Candi Borobudur dan Candi Mendut.
5. Candi budha di Jawa Timur
1. Candi Jago
Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang, tepatnya 22 km ke arah timur dari Kota Malang. Karena letaknya di Desa Tumpang,
candi ini sering juga disebut Candi Tumpang. Penduduk setempat menyebutnya Cungkup.
Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini yang sebenarnya adalah
Jajaghu. Dalam pupuh 41 gatra ke-4 Negarakertagama dijelaskan bahwa Raja Wisnuwardhana
yang memerintah Singasari menganut agama Syiwa Buddha, yaitu suatu aliran keagamaan yang
merupakan perpaduan antara ajaran Hindu dan Buddha. Aliran tersebut berkembang selama
masa pemerintahan Kerajaan Singasari, sebuah kerajaan yang letaknya sekitar 20 km dari Candi
Jago. Jajaghu, yang artinya adalah 'keagungan', merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut tempat suci.
Masih menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, pembangunan Candi Jago
berlangsung sejak tahun 1268 M sampai dengan tahun 1280 M, sebagai penghormatan bagi Raja
Singasari ke-4, yaitu Sri Jaya Wisnuwardhana. Walaupun dibangun pada masa pemerintahan
Kerajaan Singasari, disebut dalam kedua kitab tersebut bahwa Candi Jago selama tahun 1359 M
merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan
Majapahit. Keterkaitan Candi Jago dengan Kerajaan Singasari terlihat juga dari pahatan padma
(teratai), yang menjulur ke atas dari bonggolnya, yang menghiasi tatakan arca-arcanya. Motif
teratai semacam itu sangat populer pada masa Kerajaan Singasari. Yang perlu dicermati dalam
sejarah candi adalah adanya kebiasaan raja-raja zaman dahulu untuk memugar candi-candi yang
didirikan oleh raja-raja sebelumnya. Diduga Candi Jago juga telah mengalami pemugaran pada
tahun 1343 M atas perintah Raja Adityawarman dari Melayu yang masih memiliki hubungan
darah dengan Raja Hayam Wuruk.
Saat ini Candi Jago masih berupa reruntuhan yang belum dipugar. Keseluruhan bangunan candi
berbentuk segi empat dengan luas 23 x 14 m. Atap candi sudah hilang, sehingga tinggi bangunan
aslinya tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa tingginya mencapai 15 m.
6. 2. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Kecamatan Singosari,
Malang. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan
Kerajaan Singhasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Candi Sumberawan terletak di desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang, kurang lebih 6 Km, di sebelah Barat Laut Candi Singosari, candi ini dibuat dari batu
andesit dengan ukuran P. 6,25m L. 6,25m T. 5,23m dibangun pada ketinggian 650 mDPL, di
kaki bukit Gunung Arjuna. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di
dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi
Rawan.
Cirri-cirinya:
Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa. Pada batur candi yang tinggi terdapat
selasar, kaki candi memiliki penampil pada keempat sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa
yang terdiri atas lapik bujur sangkar, dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan Padma,
sedang bagian atas berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang.
3. Candi Tikus
Candi Tikus terletak di Mojokerto, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Candi Tikus terletak di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur. Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada
tahun 1914. Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat.
Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus. Dengan
adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M, karena
miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu. Bangunan Candi Tikus menyerupai
sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya.
7. 4. Candi Jabung
Candi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Bahan
Bangunan terbuat dari batu bata dan ukuran candi Jabung adalah panjang 13,13 meter, lebar 9,60
meter dan tinggi 16,20 meter. Candi Jabung berdiri di sebidang tanah berukuran 35 meter x 40
meter. Pemugaran secara fisik pada tahun 1983-1987, penataan lingkungan luasnya bertambah
20,042 M2 dan terletak pada ketinggian 8M diatas permukaan air laut.
Arsitektur Candi Jabung sangat menarik, mempunyai komponen berupa batur, kaki,
tubuh dan atap, pada bagian tubuh bentuknya bulat (silinder segi delapan ) berdiri diatas bagian
kaki candi yang betingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan pada bagian atapnya dagoda (stupa)
tetapi pada bagian puncak sudah runtuh dan atapnya berhias motif sulur-suluran. Di dalam bidik
candi terdapat lapik area, berdasarkan inskripsi pada pintu masuk candi Jabung didirikan pada
tahun 1276 c (saka) = 1354 Masehi masa kebesaran kerajaan Majapahit.
Candi Jabung terdiri dari bagian : batur, kaki, tubuh dan atap.
Bagian batur candi:
Batur candi berukuran panjang 13,11 meter, lebar 9,58 meter diatas batur terdapat selasar
keliling yang sempit dan terdapat beberapa panil relief yang menggambarkan kehidupan seharihari.
Bagian kaki candi:
Pada dasarnya bentuknya segi empat, bagian barat atau depan terdapat bagian yang menjorok
keluar atau bagian konstruksi yang mendukung tangga naik. Candi Jabung terdapat sebuah bilik
segi empat dengan ukuran 1.30 x 1.30 meter tanpa terdapat pintu masuk untuk memasukinya.
Bagian Tubuh Candi
Bagian tubuh candi terdapat relief manusia, rumah dan pohon-pohonan, pada sudut tenggara
terdapat relief yang menggambarkan wanita naik dipunggung seekor ikan, relief ini dalam agama
hindu menceritakan cerita Sri Tanjung pelepasan jiwa. Relif Sri Tanjung juga terdapat di candi
penataran Blitar, candi Surowono Kediri dan Gapura Bajangratu Mojokerto. Pada bagian tengah
tubuh candi melalui pintu tersebut dapat melihat bilik candi yang berukuran 2,60 x 2,58 meter
dan tinggi 5,52 meter dan pada bagian atasnya terdapat butu penutup cungkup yang berukir.
Bagian atap candi.
Bagian atap candi sudah hilang, sisa-sisanya kemungkinan besar puncaknya berbentuk stupa dan
atapnya berhias motif sulur-suluran.
8. 5. Candi Brahu
Candi Brahu terletak di Dukuh Jambu Mente, Desa
Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa Candi Brahu lebih tua
dibandingkan candi lain yang ada di sekitar Trowulan. Nama
Brahu dihubungkan diperkirakan berasal dari kata 'Wanaru'
atau 'Warahu', yaitu nama sebuah bangunan suci yang
disebutkan di dalam prasasti tembaga 'Alasantan' yang
ditemukan kira-kira 45 meter disebelah barat Candi Brahu.
Prasasti ini dibuat pada tahun 861 Saka atau, tepatnya, 9
September 939 M atas perintah Raja Mpu Sindok dari
Kahuripan. Menurut masyarakat di sekitarnya, candi ini dahulu berfungsi sebagai tempat
pembakaran jenasah raja-raja Brawijaya. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan terhadap
candi tersebut tidak menunjukkan adanya bekas-bekas abu atau mayat, karena bilik candi
sekarang sudah kosong.
Candi ini menghadap ke arah Barat, berdenah dasar persegi panjang seluas 18 x 22,5 m
dan dengan tinggi yang tersisa sampai sekarang mencapai sekitar 20 m. Kaki candi dibangun
bersusun dua. Kaki bagian bawah setinggi sekitar 2 m, mempunyai tangga di sisi barat, menuju
ke selasar selebar sekitar 1 m yang mengelilingi tubuh candi. Dari selasar pertama terdapat
tangga setinggi sekitar 2 m menuju selasar kedua. Di atas selasar kedua inilah berdiri tubuh
candi. Di sisi barat, terdapat lubang semacam pintu pada ketinggian sekitar 2 m dari selasar
kedua.
9. Candi Hindu di Jawa Tengah
Candi Hindu pada awalnya beberapa ahli menduga, sebagai tempat abu jenazah seorang raja
atau tokoh yang sangat dimuliakan dalam masyarakat pada masa lampau.
1. Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang berada di dusun
Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya
berada di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa
Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun
pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732
M (654 tahun Saka).
Ciri-cirinya:
Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat dari jenis batu
andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal
sekarang ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar yoni, patung
lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina atau Andini.
2. Candi Ijo
Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau
atau Gumuk Ijo yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut. Kompleks candi
terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus
halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur.
10. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat
bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras
didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.
3. Candi Pringapus
Candi Pringapus adalah candi di desa Pringapus, Ngadirejo, Temanggung 22 Km arah barat laut
ibu kota kabupaten Temanggung. Arca-arca berartistik Hindu yang erat kaitanya dengan Dewa
Siwa menandakan bahwa Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis. Candi tersebut
dibangun pada tahun tahun 772 C atau 850 Masehi menurut prasasti yang ditemukan di sekitar
candi ketika diadakan restorasi pada tahun 1932.
Ciri-cirinya : Candi ini merupakan Replika Mahameru, nama sebuah gunung tempat tinggal para
dewata. Hal ini terbukti dengan adanya adanya hiasan Antefiq dan Relief Hapsara-hapsari yang
menggambarkan makhluk setengah dewa.
4. Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu
yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah,
Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat lima buah candi.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu
dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Ciri-cirinya: Terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu
udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27°C).
Lokasi memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang
tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.
11. 5. Candi Dieng
Candi Dieng, Warisan Maha Karya Abad ke 7 Dari Dinasti Sanjaya ini masih bisa anda
nikmati kemegahannya di Dataran Tinggi Dieng. Dulu, hampir sebanyak 400 candi pernah
berdiri di tempat yang dijuluki negeri para Dewa ini sehingga Dieng kumpulan Candi Di Dieng
di sebut juga sebagai Kompleks Candi Hindu Jawa.
Sebagaimana pada umumnya candi-candi di Jawa, Candi Dieng memiliki corak agama
Siwa. Dari sebuah Prasasti yang ditemukan didalam kompleks, terdapat angka tahun 713 saka
atau sama dengan 809 masehi, sehingga kemungkinan besar Candi-Candi Dieng berasal dari
abad VIII-IX. Namun terdapat kemungkinan lain bahwa Candi-candi tersebut ada yang lebih tua
yaitu dari sekitar pertengahan abad VIII. Candi-candi di Dieng memiliki nama-nama tokoh
pewayangan seperti Candi Arjuna, candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa,Candi
Sembadra, Candi Bima, Candi Dwarawati,Candi Gatotkaca.
Ciri-ciri: berdenah bujur sangkar, mempunyai tiga bagian candi, yaitu kaki-tubuh-atap.
Perkecualian terdapat pada candi Semar, karena berdenah empat persegi panjang, dan atap tidak
menjulang seperti candi-candi lainnya, melainkan berbentuk padma (sisi genta). Demikian pula
di antara candi-candi tersebut, candi Bima mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan ketujuh
candi lainnya, untuk lebih jelasnya akan di deskripsikan tiga buah candi yaitu candi Arjuna,
candi Semar dan candi Bima.
6. Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter,
dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju
Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu
(utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti;
Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah
kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
12. Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini menyimpan suatu
legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku ajaran bagi anak-anak sekolah dasar. Kisah
Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara cantik bernama Roro
Jonggrang. Si putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat hanya
dalam waktu semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta merta menyetujuinya. Seribu
candi itu hampir berhasil dibangun bila akal licik sang putri tidak ikut campur.
Bandung yang kecewa lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi
arca Batari Durga di salah satu candi.
7. Candi Induk Syiwa
Candi Siwa merupakan salah satu candi yang ada di dalam komplek candi Prambanan.
Ukuran candi ini 17x17 meter dengan tinggi 47 meter, bangunan berdiri dari diatas soubsement
yang berukuran 34x34 meter. Candi Siwa lebih tinggi 5 meter dari candi Borobudur yang berada
di Magelang, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan candi Siwa ini dibagi menjadi tiga bagian
secara vertikal yaitu kaki, tubuh, dan atap. Pembagian ini yang menggambarkan dengan
kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, candi-candi itu mengalami berbagai proses
penyempurnaan bentuk dan proses adaptasi. Hal ini tampak dari bentuknya yang awal yaitu kecil
dan sederhana, seperti tampak pada tipe candi Dieng dan Gedongso, sampai kepada bentuknya
yang indah dan kolosal seperti di perlihatkan oleh candi-candi Prambanan, Borobudur dan
sebagainya. Candi Siwa merupakan candi induk dan ukuran lebih besar dari candi lainnya.
13. 8. Candi Selagriya
Candi Selagriya adalah salah satu obyek wisata sejarah dan wisata alam. Terdapat di
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Candi purbakala peninggalan masa kejayaan kerajaan
Hindu ini diperkirakan dibangun sekitar abad 8 M oleh wangsa Sanjaya. Candi ini memiliki
ketinggian kurang lebih 648 m di atas permukaan laut (dpl). Jarak sekitar 24 km dari Candi
Borobudur ke arah barat laut. Candi ini ditemukan pertama kali pada tahun 1835 oleh Hartman,
Residen Magelang pada masa penjajahan Belanda. Pas ditemukan, candi dalam keadaan porak
poranda. Banyak bagian candi yang hilang. Lalu dibentuklah tim untuk menyusun kembali sisasisa bagian candi. Candi ini terletak di kaki Bukit Sukorini dan Bukit Giyanti, lereng timur
Gunung Sumbing. Terpencil, jauh dari pemukiman penduduk. Tersembunyi di antara perbukitan.
Hal ini menunjukkan kalau candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan para pendeta Hindu.
DUlu pendeta Hindu lebih memilih tinggal di tempat terpencil.
14. Candi Hindu di Jawa Timur
1. Candi Badhut
Candi Badhut ditemukan oleh pakar arkeologi di tahun 1923. Candi yang juga disebut
Candi Liswa ini berlokasi kurang lebih 5 km dari kota Malang, tepatnya di Desa Karangbesuki,
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Badhut diduga diperkirakan dibangun
jauh sebelum masa pemerintahan Airlangga, yaitu masa dimulainya pembangunan candi-candi
lain di Jawa Timur, dan diduga merupakan candi tertua di Jawa Timur.
Sebagian ahli purbakala berpendapat bahwa Candi Badhut dibangun atas perintah Raja
Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dalam Prasasti Dinoyo (tahun 682 Caka atau 760 M), yang
ditemukan di Desa Merjosari, Malang, dijelaskan bahwa pusat Kerajaan Kanjuruhan adalah di
daerah Dinoyo. Prasasti Dinoyo sendiri saat ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Tulisan
dalam prasasti juga menceritakan tentang masa pemerintahan Raja Dewasimba dan putranya,
Sang Liswa, yang merupakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan. Kedua raja tersebut sangat
adil dan bijaksana serta dicintai rakyatnya. Konon Sang Liswa yang bergelar Raja Gajayana yang
sangat senang melucu (bahasa Jawa: mbadhut) sehingga candi yang dibangun atas perintahnya
dinamakan Candi Badhut. Walaupun terdapat dugaan semacam itu, sampai saat ini belum
ditemukan bukti kuat keterkaitan Candi Badhut dengan Raja Gajayana.
Bangunan yang terbuat dari batu andesit ini berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 m.
Batur ini sangat sederhana, tanpa hiasan relief, membentuk selasar selebar sekitar 1 m di
sekeliling tubuh candi. Di sisi kanan bagian depan batur terdapat pahatan tulisan Jawa
(hanacaraka) yang tidak jelas waktu pembuatannya. Dalam tubuh candi terdapat ruangan seluas
sekitar 5,53 x 3,67 meter2. Di tengah ruangan tersebut terdapat lingga dan yoni, yang merupakan
lambang kesuburan
15. 2. Candi Kidal
Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya sekitar 20 km ke arah timur
dari kota Malang. Candi ini dapat dikatakan merupakan candi
pemujaan yang paling tua di Jawa Timur, karena pemerintahan
Airlangga (11-12 M) dari Kerajaan Kahuripan dan raja-raja
Kerajaan Kediri (12-13 M) hanya meninggalkan Candi Belahan dan
Jalatunda yang merupakan petirtaan atau pemandian.
Candi Kidal dibangun pada 1248 M, setelah upacara pemakaman
'Cradha' untuk Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari. Tujuan
pembangunan candi ini adalah untuk mendarmakan Raja Anusapati,
agar sang raja dapat mendapat kemuliaan sebagai Syiwa
Mahadewa. Dibangun pada masa transisi dari zaman keemasan
pemerintahan kerajaan-kerajaan Jawa Tengah ke kerajaan-kerajaan
Jawa Timur, pada Candi Kidal dapat ditemui perpaduan corak candi Jawa Tengah dan candi
Jawa Timur. Sebagian pakar bahkan menyebut Candi Kidal sebagai prototipe candi Jawa
Timuran. Bangunan candi seluruhnya terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris
vertikal. Di sekeliling halaman candi terdapat susunan batu yang berfungsi sebagai pagar. Tubuh
candi berdiri diatas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m. Untuk mencapai selasar di lantai kaki
candi dibuat tangga batu tepat di depan pintu. Yang menarik, anak tangga dibuat tipis-tipis,
sehingga dari kejauhan tampak seperti bukan tangga masuk yang sesungguhnya.
3. Candi Panataran
Candi Panataran terletak di lereng barat daya
Gunung Kelud, sekitar 12 km ke arah utara dari Kota Blitar,
tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Ngleggok,
Kotamadya Blitar. Candi ini merupakan sekumpulan
bangunan kuno yang berjajar dari barat-laut ke timur
kemudian berlanjut ke tenggara, menempati lahan seluas
12.946 m2.
Dalam kitab Negarakertagama, Candi Penataran
disebut dengan nama Candi Palah. Diceritakan bahwa Raja
Hayam Wuruk (1350 - 1389 M) dari Majapahit sering mengunjungi Palah untuk memuja Hyang
Acalapati, atau yang dikenal sebagai Girindra (berarti raja gunung) dalam kepercayaan Syiwa.
Oleh karena itu, jelas bahwa Candi Palah sengaja dibangun di kawasan dengan latar belakang
Gunung Kelud, karena memang dimaksudkan sebagai tempat untuk memuja gunung. Pemujaan
terhadap Gunung Kelud bertujuan untuk menangkal bahaya dan menghindarkan diri dari petaka
yang dapat ditimbulkan oleh gunung tersebut. Berdasarkan tulisan pada sebuah batu yang
terletak sisi selatan bangunan utamanya, diduga bahwa Candi Palah dibangun pada awal abad 12
M, atas perintah Raja Srengga dari Kediri. Walaupun demikian, Candi Panataran terus
mengalami pengembangan dan perbaikan sampai dengan, bahkan sesudah, masa pemerintahan
Raja Hayam Wuruk.
16. 4. Candi Singasari
Candi Singasari terletak di Desa Candi Renggo,
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, kurang lebih 9 Km
dari kota Malang ke arah Surabaya. Candi ini juga dikenal
dengan nama Candi Cungkup atau Candi Menara, nama yang
menunjukkan bahwa Candi Singasari adalah candi yang
tertinggi pada masanya, setidaknya dibandingkan dengan
candi lain di sekelilingnya. Akan tetapi, saat ini di kawasan
Singasari hanya candi Singasari yang masih tersisa,
sedangkan candi lainnya telah lenyap tak berbekas.
Kapan tepatnya Candi Singasari didirikan masih belum diketahui, namun para ahli
purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar tahun 1300 M, sebagai persembahan untuk
menghormati Raja Kertanegara dari Singasari. Setidaknya ada dua candi di Jawa Timur yang
dibangun untuk menghormati Raja Kertanegara, yaitu Candi Jawi dan Candi Singasari.
Sebagaimana halnya Candi Jawi, Candi Singasari juga merupakan candi Syiwa. Hal ini terlihat
dari adanya beberapa arca Syiwa di halaman candi.
5. Candi Surawana
Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan
Pare, Kabupaten Kediri, sekitar 25 km arah timur laut dari Kota
Kediri. Candi yang nama sesungguhnya adalah
Wishnubhawanapura ini diperkirakan dibangun pada abad 14
untuk memuliakan Bhre Wengker, seorang raja dari Kerajaan
Wengker yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Raja Wengker ini mangkat pada tahun 1388 M. Dalam
Negarakertagama diceritakan bahwa pada tahun 1361 Raja
Hayam Wuruk dari Majapahit pernah berkunjung bahkan
menginap di Candi Surawana.
Ukuran Candi Surawana tidak terlalu besar, hanya 8 X 8 m2. Candi yang seluruhnya dibangun
menggunakan batu andesit ini merupakan candi Syiwa. Saat ini seluruh tubuh dan atap candi
telah hancur tak bersisa. Hanya kaki candi setinggi sekitar 3 m yang masih tegak di tempatnya.
Untuk naik ke selasar di atas kaki candi terdapat tangga sempit yang terletak di sisi barat.
Menilik letak tangga, dapat disimpulkan bahwa candi ini menghadap ke barat.
17. PERBEDAAN CANDI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH
JAWA TIMUR:
a. Bentuk bangunannya ramping.
b. Atapnya merupakan perpaduan tingkatan.
c. Puncaknya berbentuk kubus.
d. Gawang pintu diberi kepala kala.
e. Umur candi lebih muda.
f. Berfungsi sebagai kuburan raja-raja.
g. Menggambarkan susunan masyarakat yang federal.
h. Reliefnya timbul hanya sedikit dan lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit.
i. Letak candi di bagian belakang halaman.
j. Kebanyakan menghadap ke barat.
k. Kebanyakan terbuat dari batu bata.
l. lama pembangunan lebih panjang dari pada jateng
JAWA TENGAH:
a. Bentuk bangunannya tambun
b. Atapnya berundak-undak.
c. Puncaknya berbentuk stupa atau ratna.
d. Gawang pintu berhiasakan kalamakara.
e. Umur candi lebih tua.
f. Berfungsi sebagai tempat pemujaan.
g. Menggambarkan susunan masyarakat yang feodal.
h. Reliefnya timbul agak menonjol dari lukisannya naturalis.
i. Letak candi di tengah halaman.
j. Kebanyakan menghadap ke timur.
k. Kebanyakan terbuat dari batu hitam(andesit).
l. lama pembangunan lebih pendek daripada jatim
18. Perbedaan Candi Hindu dan Budha
no
Candi hindu
1 Fungsi candi hindu adalah candi makam
yaitu tempat memakamkan abu jenazah
raja
2 Bbangunan candi Hindu terdiri atas tiga
b)
bagian, yaitu:
(1)
Bhurloka (bagian atas candi)
melambangkan dunia fana.
(2)
Bhurvaloka
(tubuh
candi)
melambangkan dunia pembersih atau
pemurnian.
(3) Svarloka (atap candi) melambangkan
dunia para dewa.
3
4
Pada puncaknya terdapat bentuk ratna
Terdapat arca dewa trimurti
Candi budha
1.Fungsi candi budha umumnya sebagai
tempat pemujaan dewa saja
2. Bangunan candi Buddha umumnya terdiri
atas tiga tingkatan, yaitu:
Kamadhatu (bagian dasar candi):
melambangkan kehidupan manusia yang
penuh dosa.
Rupadhatu
(bagian
tengah
candi):
melambangkan kehidupan manusia di dunia
yang hanya mementingkan nafsu.
Arupadhatu
(bagian
atas
candi):
melambangkan manusia sudah mencapai
nirwana.
3. Pada puncak candi terdapat bentuk stupa
4. terdapat arca budha baik dalam kelompok
dyani budha maupun dyani bodhisatwa.
Sumber:
http://tentangindonesiadandunia.blogspot.com/2013/05/10-candi-hindu-dan-budha-diindonesia.html
http://www.kaskus.co.id/thread/50f99fb1e574b4f108000010/perbedaan-candi-jawa-timur-dancandi-jawa-tengah
http://pulau.org/wisata-indonesia/candi-candi-di-daerah-jawa-timur/
http://prezi.com/sshfcqvog11n/candi-candi-hindu-di-jawa-tengah/
http://nanpunya.wordpress.com/2009/04/01/10-candi-hindu-di-indonesia/
19. CANDI HINDU BUDHA
DI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH
Disusun Oleh : Jauhari Majid (130210302083)
PROGRAM STUDI SEJARAH NASIONAL INDONESIA I
FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
SEMESTER GASAL
2013/2014