Dokumen tersebut membahas rancangan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang mencakup 9 bab, diantaranya membahas tentang (1) ketentuan umum dan tata cara perpajakan, (2) pajak penghasilan, (3) pajak pertambahan nilai, dan (4) program pengungkapan sukarela wajib pajak.
Dokumen tersebut membahas tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang mencakup:
1. Dasar hukum BPHTB berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait.
2. Pengertian BPHTB dan objek yang dikenakan pajak.
3. Prinsip pengenaan BPHTB seperti tarif 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak, pengecualian, dan sanksi.
4. Prosedur penghitungan
Dokumen tersebut membahas contoh kasus pemotongan dan pelaporan PPh pasal 21/26 oleh PT Jaya Abadi untuk bulan Januari hingga Oktober 2014. Terdapat penghitungan PPh untuk pegawai tetap dan tidak tetap, pembuatan bukti pemotongan, penyetoran PPh yang dipotong, serta pelaporan SPT PPh melalui formulir-formulir terkait. Pada Oktober terdapat pegawai baru dan pegawai yang berhenti kerja sehingga dil
Dokumen tersebut membahas tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) sebagai identitas wajib pajak perorangan dan badan. NPWP diperlukan bagi orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan berstatus karyawan, sedangkan NPPKP diperlukan bagi pengusaha untuk melaksanakan kewajiban perpajakan seperti P
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan penggolongan pajak daerah serta retribusi daerah. Menguraikan perbedaan keduanya berdasarkan ciri-ciri yang melekat, jenis-jenis yang berlaku saat ini, serta penggolongannya berdasarkan golongan, sifat, dan lembaga pemungut.
Dokumen tersebut membahas tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang mencakup:
1. Dasar hukum BPHTB berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait.
2. Pengertian BPHTB dan objek yang dikenakan pajak.
3. Prinsip pengenaan BPHTB seperti tarif 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak, pengecualian, dan sanksi.
4. Prosedur penghitungan
Dokumen tersebut membahas contoh kasus pemotongan dan pelaporan PPh pasal 21/26 oleh PT Jaya Abadi untuk bulan Januari hingga Oktober 2014. Terdapat penghitungan PPh untuk pegawai tetap dan tidak tetap, pembuatan bukti pemotongan, penyetoran PPh yang dipotong, serta pelaporan SPT PPh melalui formulir-formulir terkait. Pada Oktober terdapat pegawai baru dan pegawai yang berhenti kerja sehingga dil
Dokumen tersebut membahas tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) sebagai identitas wajib pajak perorangan dan badan. NPWP diperlukan bagi orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan berstatus karyawan, sedangkan NPPKP diperlukan bagi pengusaha untuk melaksanakan kewajiban perpajakan seperti P
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan penggolongan pajak daerah serta retribusi daerah. Menguraikan perbedaan keduanya berdasarkan ciri-ciri yang melekat, jenis-jenis yang berlaku saat ini, serta penggolongannya berdasarkan golongan, sifat, dan lembaga pemungut.
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukuran, siapa yang harus membayar, cara penghitungan PBB menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif PBB, serta rumus untuk menghitung besaran PBB.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian internal dalam sistem informasi akuntansi. Ia menjelaskan definisi pengendalian internal menurut COSO yang terdiri dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan dan karakteristik pengendalian internal serta peran auditor dalam memahami sistem pengendalian internal perusahaan.
PPN merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap produksi dan distribusi. PPN dihitung dengan metode kredit untuk menghindari pengenaan pajak berganda. PPN bertujuan untuk mengenakan pajak pada nilai tambah barang dan jasa.
Dokumen tersebut membahas tentang PPh Pasal 21/26 yang meliputi pengertian, subjek pajak, pemotong pajak, penghasilan yang dipotong pajak, tarif pajak, dan contoh perhitungan pajak bagi pegawai tetap dan penerima pensiun.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep pajak, sistem perpajakan di Indonesia, jenis-jenis pajak, mekanisme pembayaran dan pelaporan pajak, serta reformasi pelayanan perpajakan dengan penerapan good governance. Pajak didefinisikan sebagai kontribusi kepada negara berdasarkan undang-undang yang digunakan untuk pembiayaan negara seperti gaji pegawai negeri dan pembangunan infrastruktur. S
Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi aset tetap pemerintah. Menguraikan definisi, klasifikasi, pengukuran, pengakuan, dan komponen biaya dari aset tetap seperti tanah, bangunan, peralatan dan mesin, serta konstruksi dalam pengerjaan. Juga membahas tentang penilaian kembali aset tetap yang umumnya tidak diperkenankan karena mengacu pada biaya perolehan.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan biaya berdasarkan proses produksi dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang dan FIFO. Terdapat lima tahap perhitungan biaya yang meliputi analisis arus unit produksi, penghitungan unit ekuivalen, penentuan total biaya, perhitungan biaya per unit, serta pembagian biaya ke unit yang selesai dan barang dalam proses.
Dokumen tersebut membahas tentang pelunasan pajak dalam tahun berjalan meliputi pemotongan PPh Pasal 21, pemungutan PPh Pasal 22, pemotongan PPh Pasal 23, kredit pajak luar negeri berdasarkan PPh Pasal 24, angsuran PPh Pasal 25, dan ketentuan pemotongan PPh Pasal 26 untuk Wajib Pajak Luar Negeri.
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan umum bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) mencakup objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, dasar pengenaan dan cara menghitung pajak, serta saat dan tempat pajak terutang. BPHTB dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan tarif 5% dan dasar pengenaannya adalah nilai perolehan objek pajak. Pajak ter
Go Modern - Umkm Naik Kelas Dengan PembukuanPeterPakpahan1
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode waktu dan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan arus kas. Laporan keuangan bermanfaat sebagai pertanggungjawaban, evaluasi bisnis, pengambilan keputusan dan penunjang legalitas usaha UMKM. Bagian-bagiannya meliputi neraca yang menyajikan asset, liabilitas dan ekuitas serta laporan laba rugi yang menunjuk
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mulai dari sejarah, objek yang dikenakan PBB, proses pendaftaran dan pengukuran, siapa yang harus membayar, cara penghitungan PBB menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan tarif PBB, serta rumus untuk menghitung besaran PBB.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian internal dalam sistem informasi akuntansi. Ia menjelaskan definisi pengendalian internal menurut COSO yang terdiri dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan dan karakteristik pengendalian internal serta peran auditor dalam memahami sistem pengendalian internal perusahaan.
PPN merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap produksi dan distribusi. PPN dihitung dengan metode kredit untuk menghindari pengenaan pajak berganda. PPN bertujuan untuk mengenakan pajak pada nilai tambah barang dan jasa.
Dokumen tersebut membahas tentang PPh Pasal 21/26 yang meliputi pengertian, subjek pajak, pemotong pajak, penghasilan yang dipotong pajak, tarif pajak, dan contoh perhitungan pajak bagi pegawai tetap dan penerima pensiun.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep pajak, sistem perpajakan di Indonesia, jenis-jenis pajak, mekanisme pembayaran dan pelaporan pajak, serta reformasi pelayanan perpajakan dengan penerapan good governance. Pajak didefinisikan sebagai kontribusi kepada negara berdasarkan undang-undang yang digunakan untuk pembiayaan negara seperti gaji pegawai negeri dan pembangunan infrastruktur. S
Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi aset tetap pemerintah. Menguraikan definisi, klasifikasi, pengukuran, pengakuan, dan komponen biaya dari aset tetap seperti tanah, bangunan, peralatan dan mesin, serta konstruksi dalam pengerjaan. Juga membahas tentang penilaian kembali aset tetap yang umumnya tidak diperkenankan karena mengacu pada biaya perolehan.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan biaya berdasarkan proses produksi dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang dan FIFO. Terdapat lima tahap perhitungan biaya yang meliputi analisis arus unit produksi, penghitungan unit ekuivalen, penentuan total biaya, perhitungan biaya per unit, serta pembagian biaya ke unit yang selesai dan barang dalam proses.
Dokumen tersebut membahas tentang pelunasan pajak dalam tahun berjalan meliputi pemotongan PPh Pasal 21, pemungutan PPh Pasal 22, pemotongan PPh Pasal 23, kredit pajak luar negeri berdasarkan PPh Pasal 24, angsuran PPh Pasal 25, dan ketentuan pemotongan PPh Pasal 26 untuk Wajib Pajak Luar Negeri.
Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan umum bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) mencakup objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, dasar pengenaan dan cara menghitung pajak, serta saat dan tempat pajak terutang. BPHTB dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan tarif 5% dan dasar pengenaannya adalah nilai perolehan objek pajak. Pajak ter
Go Modern - Umkm Naik Kelas Dengan PembukuanPeterPakpahan1
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode waktu dan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan arus kas. Laporan keuangan bermanfaat sebagai pertanggungjawaban, evaluasi bisnis, pengambilan keputusan dan penunjang legalitas usaha UMKM. Bagian-bagiannya meliputi neraca yang menyajikan asset, liabilitas dan ekuitas serta laporan laba rugi yang menunjuk
Undang-undang ini membahas harmonisasi peraturan perpajakan di Indonesia. Mencakup revisi ketentuan umum perpajakan, penyesuaian tarif pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai, serta pengenalan program pengungkapan sukarela dan pajak karbon. Revisi peraturan ini bertujuan meningkatkan keadilan dan kepastian hukum dalam sistem perpajakan.
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki ArdoniRiki Ardoni
Revisi UU KUP tak lepas dari kebutuhan akan peningkatan kemampuan fisikal untuk
membiayai pembangunan jangka panjang serta menjaga kesinambungan APBN.
Terlebih, selama pandemi covid-19, penerimaan perpajakan di Indonesia merosot.
Hal ini juga dialami oleh berbagai negara di seluruh dunia baik yang termasuk dalam
kategori negara maju maupun berkembang. Ada beberapa point kunci latar belakang Reformasi RUU KUP diantaranya:
1. APBN YANG SEHAT DAN BERKELANJUTAN dan
2. TAX RATIO INDONESIA RELATIF RENDAH
Undang-undang ini mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Perubahan ini dilakukan untuk memberikan keadilan dan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak serta memberikan kepastian hukum di bidang perpajakan. Perubahan mencakup pengubahan definisi istilah-istilah perpajakan dan ketentuan mengenai Surat Pemberitahuan, Surat
Undang-undang ini mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Perubahan ini dilakukan untuk memberikan keadilan dan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak serta memberikan kepastian hukum di bidang perpajakan. Perubahan mencakup pengubahan definisi istilah-istilah perpajakan dan ketentuan mengenai Surat Pemberitahuan, Surat
PP Nomor 35 Tahun 2023 mengatur tentang pajak daerah, retribusi daerah, dan strategi peningkatan pendapatan asli daerah. PP ini mengatur ketentuan umum pajak dan retribusi daerah serta memperkenalkan kebijakan opsen untuk meningkatkan sinergi antar daerah dalam pemungutan pajak."
Peraturan ini mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT), termasuk mengatur penyampaian SPT dalam bentuk dokumen elektronik untuk memenuhi kemudahan berusaha dan memberikan kepastian hukum.
Tiga hambatan utama dalam pembayaran pajak perusahaan adalah (1) kurangnya pengetahuan mengenai regulasi dan manfaat pajak, (2) rendahnya kesadaran akan pentingnya kewajiban membayar pajak, dan (3) tingkat ekonomi perusahaan yang terbatas."
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 43 /PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK ATAS LAYANAN PUBLIK TERTENTU PADA INSTANSI PEMERINTAH
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
2. www.pajak.go.id
2
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG
LINGKUP (Pasal 1)
BAB I
KETENTUAN UMUM DAN
TATA CARA PERPAJAKAN
(Pasal 2)
BAB II
PAJAK PENGHASILAN (Pasal 3)
BAB III
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(Pasal 4)
BAB IV
PROGRAM PENGUNGKAPAN
SUKARELA WP (Pasal 5-12)
BAB V
BAB VI PAJAK KARBON (Pasal 13)
BAB VII CUKAI (Pasal 14)
BAB VIII PERALIHAN (Pasal 15)
BAB IX PENUTUP (Pasal 16-19)
Sistematika UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan
4. 1. Asas
a. Keadilan
b. Kesederhanaan
c. Efisiensi
d. Kepastian hukum
e. Kemanfaatan
f. Kepentingan
nasional
2. Tujuan
a. Meningkatkan pertumbuhan dan mendukung percepatan pemulihan
perekonomian
b. Mengoptimalkan penerimaan negara
c. Mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan berkepastian hukum
d. Melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan yang
konsolidatif, dan perluasan basis pajak
e. meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak
3. Ruang Lingkup dan Pemberlakuan
a. Perubahan UU PPh → berlaku tahun pajak 2022
b. Perubahan UU PPN → berlaku mulai 1 April 2022
c. Perubahan UU KUP → berlaku mulai tanggal diundangkan
d. Program Pengungkapan Sukarela → berlaku 1 Januari s.d. 30 Juni 2022
e. Pajak Karbon → mulai berlaku 1 April 2022
f. Perubahan UU Cukai → berlaku mulai tanggal diundangkan
4
ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
6. www.pajak.go.id
6
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP ORANG PRIBADI
Untuk mengintegrasikan basis data
kependudukan dengan sistem administrasi
perpajakan dan mempermudah WP orang
pribadi melaksanakan pemenuhan kewajiban
hak dan kewajiban perpajakan
7. www.pajak.go.id
7
BESARAN SANKSI
PADA SAAT PEMERIKSAAN DAN SANKSI DALAM UPAYA HUKUM
a. Sanksi pemeriksaan dan WP tidak
menyampaikan SPT/membuat
pembukuan
b. Sanksi setelah upaya hukum namun
keputusan keberatan/pengadilan
menguatkan ketetapan DJP
Uraian KUP
lama
UU HPP
PPh kurang dibayar 50% Sanksi bunga per bulan →
suku bunga acuan + uplift
factor 20% (maks. 24 bulan)
PPh kurang dipotong 100% Sanksi bunga per bulan →
suku bunga acuan + uplift
factor 20% (maks. 24 bulan)
PPh dipotong tetapi
tidak disetor
100% 75%
PPN & PPnBM
kurang dibayar
100% 75%
Uraian KUP lama UU HPP
Keberatan 50% 30%
Banding 100% 60%
Peninjauan
Kembali
- 60%
8. www.pajak.go.id
8
PAJAK INTERNASIONAL
a. Asistensi Penagihan Pajak Global
b. Mutual Agreement Procedure (MAP)
Asistensi
Penagihan Pajak
Global
Pemberian Bantuan
Penagihan
Permintaan Bantuan
Penagihan
Pemberian Bantuan Penagihan Pajak
kepada Negara/Yurisdiksi Mitra
Permintaan Bantuan Penagihan Pajak
kepada Negara/Yurisdiksi Mitra
Prosedur persetujuan bersama (MAP) tetap
dilanjutkan meskipun sudah ada putusan
banding baik untuk materi sengketa yang sama
ataupun berbeda. Dalam hal sengketa yang
sama, putusan banding akan menjadi posisi
runding Direktorat Jenderal Pajak.
c. Konsensus Pemajakan Global
Pemerintah berwenang untuk membentuk dan/atau melaksanakan
perjanjian dan/atau kesepakatan di bidang perpajakan dengan
pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra secara bilateral
maupun multilateral dalam rangka:
a. penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan
pajak;
b. pencegahan penggerusan basis pemajakan dan pergeseran laba;
c. pertukaran informasi perpajakan;
d. bantuan penagihan pajak; dan
e. kerjasama perpajakan lainnya
9. www.pajak.go.id
9
KUASA WAJIB PAJAK
Kuasa Wajib Pajak dapat dilakukan oleh siapapun,
sepanjang memenuhi persyaratan kompetensi
menguasai bidang perpajakan. Pengecualian
syarat diberikan jika kuasa yang ditunjuk
merupakan suami, istri, atau keluarga
sedarah/semenda 2 (dua) derajat
10. Latar Belakang
Pasal Pidana di
UU HPP
Pemulihan
Kerugian pada
Pendapatan
Negara
Memberikan
Kepastian Hukum
Daluwarsa (40), Pemeriksaan Bukti
Permulaan (43A), Penghentian
Penyidikan (44A)
Wewenang Blokir/Sita Aset (44 (2)),
Ultimum Remedium (44B), Pidana
Denda Tidak Disubsider (44C),
In Absentia (44D)
ULTIMUM REMEDIUM
1. TAHAP PENYIDIKAN
2. TAHAP PERSIDANGAN
PEMBAYARAN PIDANA DENDA
1.SUKARELA
2.SITA ASET OLEH JAKSA
BLOKIR/SITA
ASET OLEH
PPNS
KONDISI SAAT INI
1. Disparitas pemahaman
daluwarsa dan pemeriksaan
bukti permulaan.
2. Ultimum remedium 44B
tidak banyak dimanfaatkan
oleh WP.
3. Pidana denda sebagian
besar disubsider pidana
kurungan.
4. Penegakan hukum pidana
pajak sebagian besar
berakhir di pemidanaan fisik
tanpa ada pemulihan KPPN.
PENEGAKAN HUKUM PIDANA PAJAK
10
11. 11
Ikhtisar Pasal Pidana UU HPP
No UU Existing UU HPP Keterangan
1 Daluwarsa penuntutan (Pasal 40) 1. Menyelaraskan daluwarsa penuntutan di Batang Tubuh dan Penjelasan.
2. Menegaskan di Penjelasan bahwa yang dimaksud penuntutan adalah penyampaian
SPDP.
Pasal 40 Mengubah Pasal 40 dan
Penjelasan
2 Pemeriksaan Bukti Permulaan (Pasal 43A) 1. Menegaskan di Batang Tubuh bahwa Pemeriksaan Bukti Permulaan dilaksanakan oleh
Penyidik Pajak.
2. Memperluas sumber Pem. Bukper di Penjelasan dari hanya kegiatan intelijen menjadi
kegiatan intelijen dan/atau kegiatan lainnya.
3. Menegaskan di Penjelasan bahwa Pem. Bukper mempunyai tujuan dan kedudukan
yang sama dengan penyelidikan dalam KUHAP.
Pasal 43A Menambah 1 ayat baru di Pasal
43A dan mengubah Penjelasan
Pasal 43A ayat (1)
3 Tidak ada wewenang sita/blokir aset
(Pasal 44 ayat (2))
Menambah wewenang Penyidik Pajak untuk melakukan pemblokiran dan/atau penyitaan
aset sebagai jaminan pemulihan kerugian pada pendapatan negara.
Pasal 44 ayat (2) Mengubah Pasal 44 ayat (2) dan
Penjelasan
4 Penghentian Penyidikan (Pasal 44A) 1. Perubahan referensi penghentian penyidikan di Pasal 44 ayat (2).
2. Menambahkan kondisi baru yang dapat dilakukan penghentian penyidikan yaitu dalam
hal WP melakukan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan 8 ayat (3).
Pasal 44A Mengubah Pasal 44A dan
penjelasan
5 Upaya menghindari pemidanaan
(ultimum remedium) hanya di Penyidikan
(Pasal 44B)
1. Sanksi Pasal 44B dibuat berlapis (1x, 3x, 4x) sesuai dengan ancaman pidana di Pasal 38
(alpa), Pasal 39 (sengaja) dan Pasal 39A (TBTS).
2. Wajib Pajak dapat melakukan upaya menghindari pemidanaan penjara sampai dengan
tahap persidangan dengan melunasi pokok dan sanksi Pasal 44B.
3. Pembayaran pokok dan sanksi Pasal 44B (proporsi) dapat diperhitungkan sebagai
pembayaran pidana denda.
Pasal 44B Mengubah Pasal 44B ayat (2)
dan Penjelasan, menambah 3
ayat baru di Pasal 44B dan
menghapus Pasal 44B ayat (3)
6 Belum diatur pidana denda tidak
disubsider
1. Pidana denda tidak dapat disubsider dan wajib dibayar terpidana.
2. Jika pidana denda tidak dibayar, jaksa melakukan penyitaan aset.
3. Jika setelah dilakukan penyitaan aset, pidana denda masih belum lunas, dapat diganti
pidana penjara tidak melebihi pidana yang diputus.
Pasal 44C Pasal baru terdiri dari 3 ayat
7 Belum diatur in absentia Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan tidak hadir, perkara tetap dapat
dilanjutkan dan diputus di pengadilan.
Pasal 44D Pasal baru terdiri dari 2 ayat
11
13. www.pajak.go.id
PAJAK ATAS NATURA 13
Pemberian natura kepada pegawai dapat
dibiayakan oleh pemberi kerja dan
merupakan penghasilan bagi pegawai.
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi penerima:
a. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai
b. Natura di daerah tertentu
c. Natura karena keharusan pekerjaaan, contoh: alat keselamatan
kerja atau seragam
d. Natura yang bersumber dari APBN/APBD/APBDes
e. Natura dengan jenis dan batasan tertentu.
14. 14
www.pajak.go.id
TARIF PPH ORANG PRIBADI
Perubahan tarif dan bracket Pajak Penghasilan orang pribadi,
agar lebih mencerminkan keadilan.
Lapisan
Tarif
UU PPh UU HPP
Rentang Penghasilan Tarif Rentang Penghasilan Tarif
I 0 - Rp50 juta 5% 0 - Rp60 juta 5%
II >Rp50 - 250 juta 15% >Rp60 - 250 juta 15%
III >Rp250 - 500 juta 25% >Rp250 - 500 juta 25%
IV >Rp500 juta 30% >Rp500 juta - 5 miliar 30%
V >Rp5 miliar 35%
15. www.pajak.go.id
TARIF PPh BADAN 15
Tarif PPh badan ditetapkan tetap menjadi 22%, yang berlaku
untuk tahun pajak 2022 dan seterusnya.
UU PPh (Perppu 1/2020 jo. UU 2/2020) UU HPP
Tahun Pajak Tarif Tahun Pajak Tarif
Tahun 2020 dan 2021 22%
Tahun 2022 20% Tahun 2022 dst. 22%
16. www.pajak.go.id
BATAS PEREDARAN BRUTO
TIDAK DIKENAI PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
16
Bagi orang pribadi pengusaha
dengan peredaran bruto
sampai Rp 500 juta setahun
tidak dikenai PPh.
18. www.pajak.go.id
18
PENGECUALIAN OBJEK PPN
DAN FASILITAS PPN
a. Pengurangan atas pengecualian dan fasilitas PPN
agar lebih mencerminkan keadilan dan tepat sasaran,
namun dengan tetap menjaga kepentingan masyarakat
dan dunia usaha.
b. Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan, jasa
pendidikan, jasa pelayanan sosial, dan beberapa jenis
jasa lainnya, diberikan fasilitas pembebasan PPN
sehingga masyarakat berpenghasilan menengah dan
kecil sama sekali tidak akan terbebani kenaikan harga
karena perubahan UU PPN.
19. www.pajak.go.id
TARIF PPN SERTA KEMUDAHAN DAN
KESEDERHANAAN PPN
19
Tarif Umum
UU PPN UU HPP
Tarif Berlaku Tarif Berlaku
10% s.d. Maret 2022 11% Mulai 1 April 2022
12% Paling lambat diberlakukan 1 Januari 2025
Tarif Khusus
Untuk kemudahan dalam pemungutan PPN, atas jenis barang/jasa tertentu
atau sektor usaha tertentu diterapkan tarif PPN ‘final’ misalnya 1%, 2% atau
3% dari peredaran usaha, yang diatur dengan PMK.
21. www.pajak.go.id
21
1. Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau
mengungkapkan kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi secara
sukarela melalui:
1) Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang
tidak atau belum sepenuhnya dilaporkan oleh peserta program
Pengampunan Pajak; dan
2) pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang
belum dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan orang pribadi
Tahun Pajak 2020.
2. Program dilaksanakan selama 6 bulan (1 Januari 2022 s.d. 30 Juni 2022)
PPS
22. www.pajak.go.id
22
3. Terdiri dari 2 kebijakan:
Keterangan Kebijakan I Kebijakan II
Subyek WP OP dan Badan peserta TA WP OP
Basis Aset Aset per 31 Desember 2015
yang belum diungkap saat TA
Aset perolehan 2016-2020
yang belum dilaporkan dalam
SPT Tahunan 2020
Tarif PPh
Final
• 11% untuk deklarasi LN
• 8% untuk aset LN repatriasi dan aset DN
• 6% untuk aset LN repatriasi dan aset DN,
yang diinvestasikan dalam
SBN/hilirisasi/renewable energy
• 18% untuk deklarasi LN
• 14% untuk aset LN repatriasi dan aset DN
• 12% untuk aset LN repatriasi dan aset DN,
yang diinvestasikan dalam
SBN/hilirisasi/renewable energy
PPS
24. PAJAK KARBON 24
a. Pajak karbon dikenakan atas pembelian barang yang
mengandung karbon atau aktivitas yang menghasilkan
emisi karbon.
b. Undang-Undang mengamanatkan pembuatan peta jalan
pajak karbon dan peta jalan pasar karbon.
c. Tarif pajak karbon ditetapkan Rp30,00 per kilogram karbon
dioksida ekuivalen (CO2e).
d. Implementasi pertama kali 1 April 2022 untuk badan yang
bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap batubara.
www.pajak.go.id
26. CUKAI 26
a. Penegasan dengan penambahan jenis Barang Kena Cukai hasil tembakau
berupa rokok elektrik.
b. Merubah prosedur penambahan pengurangan jenis Barang Kena Cukai.
c. Penegakan Hukum Pidana Cukai dengan mengedepankan Pemulihan
Kerugian Pendapatan Negara.
d. Wajib Bayar diberikan kesempatan untuk mengembalikan kerugian pada
pendapatan negara dengan membayar sanksi:
Pemulihan Kerugian
Pendapatan Negara
UU Cukai UU HPP
Saat Penelitian Belum diatur
Membayar sanksi denda sebesar 3x
nilai Cukai yang seharusnya dibayar
Saat Penyidikan
Membayar pokok Cukai +
sanksi 4x Cukai kurang dibayar
Membayar sanksi denda sebesar 4x
nilai Cukai yang seharusnya dibayar
www.pajak.go.id