PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 43 /PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK ATAS LAYANAN PUBLIK TERTENTU PADA INSTANSI PEMERINTAH
Microsoft PowerPoint by kelompok saya, tetapi sumbangan terbesar dari Fifi Yanti dan referensi dari buku akuntansi (lupa pengarangnya). Silakan membaca :)
Microsoft PowerPoint by kelompok saya, tetapi sumbangan terbesar dari Fifi Yanti dan referensi dari buku akuntansi (lupa pengarangnya). Silakan membaca :)
Presentasi Pajak Penghasilan 24 yang dibuat oleh umiatul azizah dan irma nugraheni sebagai tugas presentasi mata kuliah perpajakan. Presentasi ini berisi mengenai gambaran dari pajak penghasilan pasal 24 yang berisi mengenai pengertian dan penjelasan lainnya. Presentasi ini dibuat berdasarkan hasil dari beberapa sumber yang kami cari dari informasi yang berasal dari makalah, jurnal, maupun web browser yang tersedia di internet. Kami harap presentasi ini dapat berguna bari setiap pembaca yang mengakses informasi mengenai pph pasal 24
Download Full Version (Format MS Word DOC.): http://www.legalakses.com/contoh-contoh-surat-perjanjian-2/
Draf PERJANJIAN SEWA APARTEMEN ini berisi draf perjanjian yang mengatur tentang hubungan sewa menyewa diantara Permilik Apartemen dan Penyewa Apartemen. Draf ini di dalamnya mengatur tentang pembagian hak dan kewajiban, Ruang Lingkup, Masa Sewa, Biaya Sewa, Security Deposit, Pemeliharaan dan Perbaikan Apartemen, dan lain-lain. Draf PERJANJIAN SEWA APARTEMEN ini dapat di-download dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan hukum pengguna.
Untuk download versi lengkap (format MS Word), silahkan kunjungi: http://www.legalakses.com/perjanjian-sewa-apartemen/
Presentasi Pajak Penghasilan 24 yang dibuat oleh umiatul azizah dan irma nugraheni sebagai tugas presentasi mata kuliah perpajakan. Presentasi ini berisi mengenai gambaran dari pajak penghasilan pasal 24 yang berisi mengenai pengertian dan penjelasan lainnya. Presentasi ini dibuat berdasarkan hasil dari beberapa sumber yang kami cari dari informasi yang berasal dari makalah, jurnal, maupun web browser yang tersedia di internet. Kami harap presentasi ini dapat berguna bari setiap pembaca yang mengakses informasi mengenai pph pasal 24
Download Full Version (Format MS Word DOC.): http://www.legalakses.com/contoh-contoh-surat-perjanjian-2/
Draf PERJANJIAN SEWA APARTEMEN ini berisi draf perjanjian yang mengatur tentang hubungan sewa menyewa diantara Permilik Apartemen dan Penyewa Apartemen. Draf ini di dalamnya mengatur tentang pembagian hak dan kewajiban, Ruang Lingkup, Masa Sewa, Biaya Sewa, Security Deposit, Pemeliharaan dan Perbaikan Apartemen, dan lain-lain. Draf PERJANJIAN SEWA APARTEMEN ini dapat di-download dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan hukum pengguna.
Untuk download versi lengkap (format MS Word), silahkan kunjungi: http://www.legalakses.com/perjanjian-sewa-apartemen/
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT TahunanRoko Subagya
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
PER:20/PJ/2016 ::tentang tata cara penerbitan dan pengiriman surat keterangan...Roko Subagya
tentang tata cara penerbitan dan pengiriman surat keterangan pengampunan pajak
tentang tata cara penerbitan dan pengiriman surat keterangan pengampunan pajak
tentang tata cara penerbitan dan pengiriman surat keterangan pengampunan pajak
tentang tata cara penerbitan dan pengiriman surat keterangan pengampunan pajak
tentang tata cara penerbitan dan pengiriman surat keterangan pengampunan pajak
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191/PMK. 010/2015 TENTANG PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN BAGI PERMOHONAN YANG DIAJUKAN PADA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...Yudhi Aldriand
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 huruf a, huruf b, huruf d, dan huruf e Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...Roko Subagya
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORMULIRNYA
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORMULIRNYA
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORMULIRNYA
Permen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumdPajeg Lempung
PERATURAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN, DAN PEMBUBARAN
BADAN USAHA MILIK DESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 47 TAHUN 2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014
TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
1. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 43 /PJ/2015
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK DALAM RANGKA
PELAKSANAAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK ATAS LAYANANPUBLIK
TERTENTU PADA INSTANSI PEMERINTAH
Menimbang
Mengingat
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
a. bahwa berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015
tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun
2015, perlu dilakukan peningkatan pemantauan dan
pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
b. bahwa dalam rangka harmonisasi peraturan perundang-
undangan perlu diatur tentang tata cara pemberian informasi
mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Pemberian
KeteranganStatus Wajib Pajak Dalam Rangka Pelaksanaan
Konfirmasi Status Wajib Pajak atas Layanan Publik Tertentu
pada Instansi Pemerintah;
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana te1ah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2015 tentang
Kementerian Keuangan;
2. -2 -
Menetapkan
MEMUTUSKAN:
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG TATA
CARA PEMBERIAN KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK
DALAM RANGKA KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK ATAS
LAYANANPUBLIKTERTENTUPADAINSTANSIPEMERINTAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang KUP adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
3. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat NPWP adalah nomor
yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam me1aksanakan hakdan kewajiban perpajakannya.
4. Instansi Pemerintah adalah kementerian, lembaga pemerintah non
kementerian, pemerintah provmsi, pemerintah kabupaten Zkota, Badan
Hukum Milik Negara atau Badan Usaha Milik Negara dan instansi lainnya
yang memberikan layanan publik tertentu.
5. Konfirmasi Status Wajib Pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh Instansi
Pemerintah sebelummemberikan layanan publik tertentu untuk memperoleh
keterangan status Wajib Pajak.
6. Keterangan Status Wajib Pajak adalah informasi yang diberikan oleh Direktur
Jenderal Pajak dalam rangka pelaksanaan konfirmasi status Wajib Pajak atas
layanan publik tertentu pada Instansi Pemerintah.
7. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disingkat KPP adalah instansi
vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
3. -3 -
Pasal2
(1) Konfirmasi Status Wajib Pajak dilakukan oleh Instansi Pemerintah dalam
rangka memberikan layanan publik tertentu.
(2) Konfirmasi Status Wajib Pajak oleh Instansi Pemerintah sebagaimana
dimaksud padaayat (1) dilakukan:
a. melalui sistem informasi pada Instansi Pemerintah yang terhubung dengan
sistem informasi pada Direktorat Jenderal Pajak; atau
b. melalui aplikasi yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Pasal3
(1) Terhadap Konfirmasi Status Wajib Pajak yang dilakukan oleh Instansi
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Direktur Jenderal
Pajak dapat memberikan Keterangan Status Wajib Pajak.
(2) Keterangan Status Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
status valid atau tidak valid.
(3) Keterangan Status Wajib Pajak yang memuat status valid sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam hal Wajib Pajak memenuhi ketentuan:
a. nama Wajib Pajak dan NPWP sesuai dengan data dalam sistem informasi
Direktorat Jenderal Pajak; dan
b. telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk 2 (dua) Tahun
Pajak terakhir yang sudah menjadi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
(4) Dalam hal Wajib Pajak memperoleh Keterangan Status Wajib Pajak yang
memuat status valid sebagaimana dimaksud pada ayat (3), layanan publik
tertentu pada Instansi Pemerintah dapat diberikan.
(5) Terhadap Wajib Pajak yang tidak mernerruhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), diberikan Keterangan Status Wajib Pajak yang memuat status
tidak valid.
Pasal 4
(1) Dalam hal Konfirmasi Status Wajib Pajak oleh Instansi Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) tidak dapat dilakukan, Wajib
4. - 4-
Pajak dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan Keterangan Status
Wajib Pajak ke KPP.
(2) Terhadap Wajib Pajak yang menerima Keterangan Status Wajib Pajak yang
memuat status tidak valid sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5),
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan Keterangan
Status Wajib Pajak ke KPP dengan melampirkan Keterangan Status Wajib
Pajak yang memuat status tidak valid.
Pasa15
(1) Wajib Pajak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ke KPPyang wilayah kerjanya meliputi .tempat kedudukan Instansi Pemerintah
atau KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
langsung oleh Wajib Pajak.
Pasal6
(1) KPPmeneliti permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Dalam hal hasil penelitian atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menunjukkan bahwa Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), KPP memberikan Keterangan Status Wajib
Pajak yang memuat status valid paling lama 1 (satu) hari kerja setelah
permohonan diterima lengkap dengan menggunakan contoh format
sebagaimana terlampir pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(3) Keterangan Status Wajib Pajak yang memuat status valid sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) mempunyat kekuatan hukum yang sarna
dengan Keterangan Status Wajib Pajak yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang memberikan Keterangan Status Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Dalam hal hasil penelitian atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menunjukkan bahwa Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
5. -5 -
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), KPP mengembalikan permohonan kepada
Wajib Pajak.
Pasa17
Instansi Pemerintah dapat melakukan pengembangan sistem informasi dalam
rangka mendukung Konfirmasi Status Wajib Pajak.
Pasa18
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal <15 De-s-embe r 2015
Pit. DIREKTURJENDERAL PAJAK,
ttd
KEN DWIJUGIASTEADI
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
6. LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- /PJ/2015
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN
STATUS WAJIB PAJAK DALAM RANGKA
KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK ATAS
LAYANAN PUBLIK TERTENTU PADA INSTANSI
PEMERINTAH
A. CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK
Nomor
Hal
: •••..............•••••.••...• 1)
:Permohonan Keterangan Status Wajib Pajak
Kepada Yth.
Kepala KPP , 2)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : , , 3)
NPWP : 4)
Jabatan : 5)
Alamat : 6)
Nomor Telepon : 7)
Bertindak selaku
D Wajib Pajak
D Wakil Wajib PajakjKuasa *)
Dari Wajib Pajak
Nama : 8)
NPWP : 9)
Alamat : 10)
Merigajukan permohonan untuk memperoleh Keterangan Status Wajib Pajak
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan layanan publik tertentu dari
........................ 11) untuk layanan publik. 12).
Demikian permohonan ini kami sampaikan .
............. , 13)
...................................... 14)
*) dalam hal kuasa harus dilampirkan surat kuasa khusus
7. -2-
B. PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMOHONAN KETERANGAN STATUS
WAJIB PAJAK
Angka 1
Angka 2
Angka 3
Angka 4
Angka 5
Angka 6
Angka 7
Angka 8
Angka 9
Angka 10
Angka 11
Angka 12
Angka 13
Angka 14
Diisi sesuai dengan penomoran surat Wajib Pajak
Diisi dengan nama dan alamat KPP temp at mengajukan
permohonan Keterangan Status Wajib Pajak
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, diisi dengan nama Wajib
Pajak atau kuasa yang menandatangani surat permohonan.
Untuk Wajib Pajak Badan, diisi dengan nama wakil atau
kuasa yang menandatangani surat permohonan.
Diisi dengan NPWP dari WajibPajak, wakil atau kuasa yang
menandatangani surat permohonan.
Diisi dengan jabatan wakil yang rnenandatangani surat
permohonan. Dalam hal permohonan diajukan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi nomor 6 tidak perlu diisi.
Diisi dengan alamat dari Wajib Pajak, wakil atau kuasa yang
menandatangani surat permohonan.
Diisi dengan nomor telepon dari Wajib Pajak, wakil atau
kuasa yang menandatangani surat permohonan.
Diisi nama Wajib Pajak. Dalam halpermohonan diajukan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi nomor 8 tidak perlu diisi.
Diisi NPWP Wajib Pajak. Dalam hal permohonan diajukan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi nomor 9 tidak perlu diisi.
Diisi alamat Wajib Pajak. Dalam hal permohonan diajukan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi nomor 10 tidak perlu diisi.
Diisi nama Instansi Pemeriritah yang memberikan layanan
publik.
Diisi jenis layanan publik.
diisi dengan kota tempat, tanggal, bulan dan tahun surat
permohonan ditandatangani.
Diisi dengan nama dan tandatangan pemohon sebagaimana
tercantum dalam nomor 4.
PIt. DIREKTURJENDERAL PAJAK,
KEN DWIJUGIASTEADI
8. LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- jPJj201S
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN
STATUS WAJIB PAJAK DALAM RANGKA
KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK ATAS
LAYANANPUBLIK TERTENTU PADA
INSTANSI PEMERINTAH
A. CONTOH SURAT KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANT()~ ~Il-A),AH I).JP 1)
KANT()R PEl-A),ANAN PA.JAK 2)
JaJan .
TeJepon .
Email... ..
Keterangan Status ~ajib Pajak
Nomor: 3)
Dengan ini diberitahukan bahwa berdasarkan hasil penelitian, kami
sampaikan bahwa Wajib Pajak:
Nama : 4)
: ....•.......................•...................... 5)
: 6)
: 7)
NP~P
Alamat
Status
pada
Keterangan ini dibuat dalam rangka pemberian layanan publik tertentu
8) untuk layanan publik berupa 9) tahun
............. 10).
Demikian disampaikan, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya .
......... , 11)
a.n. Kepala Kantor,
Kepala Seksi Pelayanan
........................... 12)
NIP .
9. -2-
B. PETUNJUK PENGISIANKETERANGANSTATUSWAJIB PAJAK
Angka 1
Angka 2
Angka 3
Angka 4
Angka 5.
Angka 6
Angka 7
Angka 8
Angka 9
Angka 10
Angka 11
Angka 12
cukup jelas.
Cukup jelas.
Diisi dengan nom or Keterangan Status Wajib Pajak
Diisi dengan Nama Wajib Pajak terdaftar.
Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Diisi dengan alamat Wajib Pajak.
Diisi dengan status valid atau tidak valid
Diisi nama Instansi Pemerintah yang memberikan
layanan publik.
Diisi jenis layanan publik.
Diisi tahun Keterangan Status Wajib Pajak berlaku.
Diisi dengan kota tempat, tanggal, bulan dan tahun
Keterangan Status Wajib Pajak diterbitkan.
Diisi dengan nama, tanda tangan, dan NIP.
PIt. DIREKTURJENDERAL PAJAK,
ttd
KEN DWIJUGIASTEADI
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIS DIREKTORATJENDERAL PAJAK
u.h.
KEPALABAGIANORGANISASIDANTATALAKSANA