1. .1 Prinsip Pembelajaran
Pengertian Prinsip Pembelajaran
Prinsip dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut Larsen dan Freeman
(1986 dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the
method. Prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran.
Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode
dilihat dari segi 1) bahan yang akan dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana
siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan), 3) gurunya, dan 4) siswanya.
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6) . (http://um.ac.id)
Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir,
menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002: 6). Sedangkan menurut Brigs (dalam
Sadiman, 2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar. (http://ksupointer.com) Jadi, media merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6).
Menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005: menyatakan bahwa media pembelajaran
adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi
komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung
secara tepat guna dan berdayaguna.
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar
tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang
dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa
saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi
proses belajar”.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
2. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras.
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Read more: MEDIA PEMBELAJARAN >> Pengertian Media Pembelajaran |
belajarpsikologi.com
Read more: MEDIA PEMBELAJARAN >> Pengertian Media Pembelajaran |
belajarpsikologi.com
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran
paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma
konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan
tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi
pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu
sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi
siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah
bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak
berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau
pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber
belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut
Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah,
petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku,
modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang
sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (OHP,
perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer,
perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar,
termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber
pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan
(siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini
bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul
verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya
ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996). Adakalanya
proses penafsiran tersebut berhasil dan terkadang mengalami
3. kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya adanya hambatan psikologis (yang menyangkut
minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan
pengetahuan), hambatan fisikberupa kelelahan, keterbatasan
daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan. Faktor
lain yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa
perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan
nilai-nilai panutan), dan hambatan lingkungan yaitu hambatan
yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar
(Sadiman, dkk., 1990).
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi
selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, maka sedapat mungkin dalam
penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan
menggunakan media pembelajaran. Diharapkan dengan
pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran, proses
komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih
efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usaha-usaha
ke arah pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil
teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam
melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat
menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran,
dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih (sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan jaman). Bahkan mungkin
lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan
keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri. Oleh
karena itu, guru (pengajar) harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang
meliputi (Hamalik, 1994): (i) media sebagai alat komunikasi agar
lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (ii) fungsi media
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii) hubugan antara
metode mengajar dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau
manfaat media dalam pengajaran; (v) pemilihan dan penggunaan
media pembelajaran; (vi) berbagai jenis alat dan teknik media
pembelajaran; dan (vii) usaha inovasi dalam pengadaan media
pembelajaran.
4. Berdasarkan deskripsi di atas, maka media adalah bagian yang
sangat penting dan tidak terpisahkan dari proses pembelajaran,
terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh
karena itu, lebih jauh perlu dibahas tentang arti, posisi, fungsi,
klasifikasi, dan karakteristik beberapa jenis media, untuk
mendapatkan gambaran dan pemahaman sebelum menggunakan
atau mungkin memproduksi media pembelajaran.
ARTI, POSISI DAN FUNGSI MEDIA
PEMBELAJARAN
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang
berasal dari bahasa latinmedius, yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman,
dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan(software) dan/atau
alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam
Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi,
yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman
sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi
seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan
batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan
bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Banyak batasan tentang media, Association of Education and
Communication Technology (AECT) memberikan pengertian
tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal
ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988)
atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua
pihak utama dalam proses belajar -siswa dan isi pelajaran.
Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian
bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai
kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai
media. Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium, yang
memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu
5. sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media
komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti
istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang
dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan
alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan
dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal.
Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan
Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara
implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam
pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder,
camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan
komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut
National Education Association -NEA (dalam Sadiman, dkk.,
1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang
tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di
atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang menyangkut softwaredan hardware yang
dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber
belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar
sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas)
menjadi lebih efektif.
Posisi Media Pembelajaran
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus
belajar, seperti: enactive(pengalaman
langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar),
dan symbolic(pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan
dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi
karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan
pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses
belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa
dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman
langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara
6. langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan
kedua, iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui
gambar, foto, film atau rekaman video. Selanjutnya pada
tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat
membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan
pengalaman melihat orang mencangkok atau dengan
pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar
sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang
melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat
indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi
pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut
dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi
agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima
dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka
pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat
diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus
dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara
penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar
terjadi komunikasi yang efektif.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang
dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang
digunakan memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching
aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk
menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi
visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media
diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi
belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan adalah
alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat
visual lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru
atau orang yang membuat media tersebut kurang memperhatikan
aspek disainnya, pengembangan pembelajarannya, dan
evaluasinya.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam
teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media
pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan
7. bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran
memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan
kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi
seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan
apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin
tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya
kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka
posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi
sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini
memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut
keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Definisi MEDIA PEMBELAJARAN, Media berasal dari kata “Medium” yang
berasal dari bahasa latin “Medius” yang berarti “tengah” atau “sedang”.
Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi
(pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9).
Menurut McLuhan (dalam Sihkabuden, 1985:2) media merupakan suatu sarana
atau channel sebagai perantara antara pemberi pesan kepada penerima pesan.
Blacks dan Horalsen (dalam Sihkabuden, 1999:1) juga mempunyai pendapat
tentang media. Menurut mereka, media adalah saluran komunikasi atau medium
yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan dimana
medium itu merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara
komunitor ke komunikan. Dengan berpedoman pada pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana atau perangkat. Dalam hal
ini bisa berupa SOFTWARE ATAU HARDWARE. Perangkat lunak (software)
berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan
menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware)
sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung.
Definisi pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan
pebelajar. mssembelajarkan berarti usaha untuk membuat seseorang belajar.
Dalam upaya pembelajaran terjadi komunikasi antara pebelajar dengan guru,
pembelajar atau pengajar. Proses ini merupakan bagian proses komunikasi antar
manusia (dalam hal ini adalah antara pebelajar dan pembelajar). Dari kedua
definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
pebelajar yang menjurus kearah terjadinya proses belajar..... Baca Selengkapnya
di : HTTP://WWW.M-EDUKASI.WEB.ID/2012/04/PENGERTIAN-MEDIA-PEMBELAJARAN.
HTML
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
8. Dengan demikian, prinsip pembelajaran bahasa adalah kerangka teoretis, petunjuk-petunjuk
teoretis bagi penyusunan sebuah metode pembelajaran bahasa dalam hal :
1) pemilihan dan peyusunan bahan pembelajaran bahasa yang akan dibelajarkan;
2) pengaturan proses belajar mengajarnya: bagaimana mengajarkan dan
mempelajarinya, hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan, teknik, media, dan
sebagainya;
3) guru yang akan mengajarkannya, persyaratan yang harus dimiliki, serta aktivitas yang
harus dilaksanakan;
4) siswa yang mempelajarinya, berkenaan dengan aktivitasnya; dan
5) Hal-hal lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar.
2. Sumber Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran bersumber pada teori-teori yang berkembang pada bidang yang
relevan. Prinsip pembelajaran bahasa berarti bersumber pada teori-teori yang relevan
dengan pembelajaran bahasa, seperti: 1) teori belajar, 2) teori belajar bahasa, 3) teori
bahasa, dan 4) teori psikologi.
3. Fungsi Prinsip Pembelajaran
Istilah fungsi berasal dari bahasa Inggris function yang memiliki banyak arti di
antaranya: jabatan, kedudukan, kegiatan, dan sebagainya. Fungsi atau peran adalah
jabatan, kedudukan, atau kegiatam. Jadi, prinsip pembelajaran bahasa berfungsi sebagai
kerangka teori dan pedoman pelaksanaan bagi komponen-komponen pengajaran bahasa.
Sebagai pedoman/kerangka teori, setiap butir prinsip pengajaran bahasa memberikan
arah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pengajaran.
4. Macam-macam Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) prinsip umum dan 2)
prinsip khusus (lihat Supani, dkk. 1997/1998).
a. Prinsip umum, yaitu prinsip pembelajaran yang dapat diberlakukan/berlaku untuk
semua mata pelajaran di suatu sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum
pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
1) Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong
siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa
dalam belajar.
2) Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami, yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi
yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung, seperti
belajar menulis siswa harus menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.
3) Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi-situasi
bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.
4) Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam
berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan
lain-lain. Dengan demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut
memperhitungkan perbedaa-perbedaan itu.
b. Prinsip khusus, yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu
mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran
memiliki banyak prinsip khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia
di antaranya sebagai berikut.
1) Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa, yaitu pembelajaran bahasa merupakan
aktivitas membina siswa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai
penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai
melalui praktik berbahasa. Jadi, pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui praktik
menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran bahasa adalah aktivitas
mempelajari teori atau pengetahuan tentang bahasa.
2) Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga wahana komunikasi
dalam proses pembelajaran atau di kelas. Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-
9. mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses
pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam berkomunikasi, yaitu
dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang
topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).
3) Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai
sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
4) Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari
bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh) bahasa
pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.
a. Jenis – jenis Media pembelajaran
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan –
pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat
– sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media. Jadi
banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana
mereka memandang dan menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara.
3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).
Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media Visual dan media Audio
Visual.
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya liput luas dan serentak,
media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan tempat dan media pengajaran individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media sederhana (murah dan mudah
memperolehnya) dan media komplek.
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi), media tiga dimensi,
dan media elektronik.
10. b. Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang
tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan
tugasnya dalam menyampaikan pesan – pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa
tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama
materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan
pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan pembelajaran yang
memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar
dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu
maksudnya)
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.
4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
1) Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.
2) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.
3) Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
6) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7) Membangkitkan motivasi belajar
8) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
9) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
10) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
11) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
11. c. Prinsip – prinsip memilih media pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat
memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan
media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
1) Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah pemilihan
media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi
waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya
siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah
masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara.
Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2) Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik
dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media
pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai media
pembelajaran secara bervariasi
3) Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan
demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa
media yang dapat dibandingkan.
Selain yang telah penulis sampaikan di atas, prinsip pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto (1997 :
238) yaitu:
Tujuan, Keterpaduan (validitas),Keadaan peserta didik, Ketersediaan,Mutu teknis, Biaya
Selanjutnya yang perlu kita ingat bersama bahwa tidak ada satu mediapun yang sifatnya bisa menjelaskan
semua permasalahan atau materi pembelajaran secara tuntas.
Prinsip-prinsip Belajar
Posted on April 26, 2011 | 3 Comments
“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman “(Hamalik,
2003:36). Sedangkan menurut Morgan (Sagala, 2006:13). Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Berdasarkan Hamalik dan Morgan di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu
perubahan perilaku pada diri siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dalam proses belajar ada prinsip belajar yang harus dipegang agar kegiatan belajar tersebut
terarah dan baik. Menurut Sagala (2006:53), Prinsip-prinsip belajar sebagaimana berikut ini:
1. Law of Effect
12. 2. Spread of Effect
3. Law of Exercise
4. Law of Readiness
5. Law of Primacy
6. Law of Intencity
7. Law of Recency
8. Fenomena Kejenuhan
9. Belonging ness
Adapun pengertian prinsip belajar di atas adalah sebagai berikut:
a. Law of effect
Yaitu berupa hubungan timbal balik antara rangsang yang diberikan guru kemudian siswa
memberikan reaksi, sebaiknya suasana belajar dalam keadaan yang nyaman dan
menyenangkan, supaya siswa lebih semangat dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
b. Spread of Effect
Yaitu suatu respon yang diberikan siswa terhadap hasil pembelajaran
c. Law of Exercise
Yaitu hubungan timbal balik antara rangsang dan respon, harus sering dilatih maka hasil
belajar akan lebih optimal.
d. Law of Readiness
Yaitu suatu keadaan dimana siswa dalam keadaan siap untuk belajar sehingga proses
pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.
e. Law of Primacy
Yaitu keadaan dimana siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, sehingga siswa
merasa puas atau senang
f. Law of Intencity
Memberikan penjelasan yang lebih terperinci apabila diupayakan melalui upaya yang
dinamis.
g. Law of Recency
Yaitu sesuatu pelajaran yang baru dipelajari dan mengesankan akan lebih mudah
h. Fenomena Kejen
Yaitu suatu pelajaran bosan pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
i. Belonging ness
Keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi belajar, akan mempermudah berubahnya
tingkah laku.
Menurut Wittig (Muhibbin, 2005:114) proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Aquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi)
b. Stoge ( tahap penyimpanan informasi)
13. c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Maksud dari tiga tahapan proses di atas adalah sebagai berikut:
1. Aquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi)
Tahapan ini adalah mulainya siswa menerima pengetahuan atau informasi yang kemudian
merespon informasi atau pengetahuan tersebut, sehingga dapat menimbulkan pemahaman dan
perubahan prilaku pada diri siswa.
2. Stoge ( tahap penyimpanan informasi)
Tahapan ini adalah kelanjutan dari tahapan Acquisition, yaitu setelah siswa mendapatkan
informasi atau pengetahuan maka secara otomatis siswa tersebut akan menyampaikan
pemahaman dan perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri siswa tersebut.
3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Proses retrieval adalah proses dimana siswa tersebut merespon masalah yang dihadapi dengan
mengungkapkan dan memproduksi kembali atau dengan kata lain mengingat kembali apa
yang tersimpan dalam memori baik berupa informasi, simbol pemahaman ataupun perilaku
tertentu