SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan Kurikulum Indonesia dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi
di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang
sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan
perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam proses pembelajaran di kelas, selain dipengaruhi adanya tuntutan sesuai
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan juga seringkali diawali adanya
perubahan pandangan tentang hakekat matematika serta pembelajarannya.
Perubahan pandangan tentang hakekat matematika dapat mendorong terjadinya
perubahan substansi kurikulum. Sementara itu perubahan pandangan tentang
pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan
mengenai teori belajar baik yang bersifat umum maupun yang khusus berkaitan
dengan belajar matematika. Walaupun perubahan pembelajaran matematika saat
ini terjadi secara pelan-pelan, akan tetapi upaya-upaya untuk memperbaiki
kualitasnya sesuai perkembangan yang terjadi di dunia mulai dilakukan sekalipun
masih bersifat terbatas.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964)?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964)?
3. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964).
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964).
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika
pada kurikulum sederhana (1947-1964)
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Pendidikan Matematika pada Kurikulum Sederhana
(1947-1964)
Perkembangan kurikulum matematika sekolah, khususnya ditinjau dari
implementasi dan aspek teori belajar yang melandasinya, merupakan faktor yang
sangat menarik dalam pembicaraan tentang pendidikan matematika. Hal ini dapat
difahami sebab perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
matematika sekolah tidak terlepas dari adanya perubahan pandangan tentang
hakekat matematika dan belajar matematika. Sebagai akibatnya, tidaklah
mengherankan apabila terjadi perubahan kurikulum, maka berubah pulalah proses
pembelajaran di dalam kelas.
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri
menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata
pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu
hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi
konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika
urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat.
Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan
membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh,
pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah
kali, bagi, tambah dan kurang, maksudnya bila ada soal dengan menggunakan
operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru
kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai
tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan
untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Sementara itu cabang matematika yang diberikan di sekolah menengah pertama
adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan
geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah
4
menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan
sedikit geometri analitik bidang.
Cara pembelajaran yang diberikan secara berulang terus menerus (kontinu).
Sehingga pada akhirnya akan memberikan suatu kemampuan keterampilan
berhitung., tetapi pemahaman terhadap konsep yang sebenarnya kurang
diperhatikan.
Contoh : 1. Hafal fakta dasar perkalian lima
1 × 5 = 5 4 × 5 = 20 7 × 5 = 35
2 × 5 = 10 5 × 5 = 25 8 × 5 = 40
3 × 5 = 15 6 × 5 = 30 9 × 5 = 45
Hasil perkalian langsung dihapal tanpa dijelaskan konsep, sifat atau cara
untuk memperoleh hasil perkalian tersebut.
𝑎
𝑏
:
𝑐
𝑑
=
𝑎
𝑏
×
𝑑
𝑐
Siswa akan menghapal hasil pembagian seperti pada suku kanan tanpa
memberikan langkah untuk memperoleh hasil pembagian tersebut. Materi
pembelajaran matematika lama/berhitung tradisional dimulai dengan materi
bilangan asli beserta operasi hitungnya, bilangan cacah beserta operasi hitungnya,
bilangan rasional beserta operasi hitungnya, sampai dengan bilangan real beserta
operasi hitungnya. Bilangan yang diajarkan hanya bilangan positif sehingga jika 5
– 7, jawabannya 5 – 7 tidak dapat diselesaikan. Agar siswa terampil berhitung,
maka siswa harus hafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Hapal cara mencari akar suatu bilangan, hafal ciri-ciri bilangan habis
dibagi 2, 3, 5 dan sebagainya. Latihan hafal tersebut dilakukan berulang-ulang
dalam kegiatan pembelajaran matematika sehari-hari.
2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Kurikulum Sederhana
(1947-1964)
Perkembangan struktur program kurikulum pada awal kemerdekaan sampai
dengan masa orde lama.
5
a. Struktur program kurikulum Sekolah Dasar (SD)
Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa daerah
sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947)
Mata
Pelajaran
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 7 7 7 7
Dikelas I dan II lama
tiap jam pelajaran 30
menit. Untuk kelas III
ke-atas lama tiap jam
pelajaran 40 menit.
Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa pengantar
Bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947)
Mata
Pelajaran
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 8 7 7 7
Dikelas I dan II lama
tiap jam pelajaran 30
menit. Untuk kelas III
ke-atas lama tiap jam
pelajaran 40 menit.
Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang diselenggarakan sore
hari (Rencana Pelajaran 1947)
Mata
Pelajaran
Kelas
I II III IV
A B A B A B A B
Berhitung 5 5 5 5 9 8 8 7
6
Keterangan:
 Kelas A : Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa
Indonesia dari Kelas I.
 Kelas B : Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah
sampai kelas III.
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar
yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III
(Rencana Pendidikan 1964)
Wardhana/
Bidang Studi
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 6 6 6 6
Kelas I sampai kelas
VI lama tiap jam
pelajaran 30 menit.
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar
yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari Kelas I
(Rencana Pendidikan 1964)
Wardhana/
Bidang Studi
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 6 6 6 6
Kelas I dan II lama tiap
jam pelajaran 30 menit.
Kelas III sampai
dengan VI lama tiap
jam pelajaran 40 menit
b. Struktur program kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pada tahun 1947 untuk kelas 3 SMP diadakan deferensiasi menjadi dua
jurusan, yaitu bagian A bagi jurusan Bahasa dan Pengetahuan Sosial, dan bagian
B untuk jurusan Ilmu Pasti dan Pengetahuan Ala
7
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi SMP
(Rencana Pelajaran 1947)
Mata Pelajaran
Kelas
I II III A III B
Berhitung 4 4 2 4
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi SMP
(Rencana Pelajaran Terurai 1952)
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan harian,
ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan. Ulangan harian dan ulangan umum
catur wulan dilakukan oreh guru dan dijadikan sebagai dasar untuk pemberian
nilai dalam rapor dan penentuan kenaikan kelas, sedangkan Ujian Penghabisan
dikoordinasikan oleh rayon (karesidenan) untuk menentukan kelulusan siswa.
Bentuk soal yang digunakan adalah soal uraian (esai). Ulangan harian dan ulangan
umum catur wulan dipakai sebagai dasar untuk menentukan apakah seorang siswa
naik atau tinggal kelas. Apabila seorang siswa belum mencapai minimal nilai 6
dalam ulangan catur wulan, yang bersangkutan mengikut, ulangan perbaikan
(her).
Ujian penghabisan digunakan untuk menentukan kelulusan. Seorang siswa
SMP dapat dinyatakan lulus jika memperoleh nilai rata-rata 6 untuk semua mata
pelajaran, diperkenankan maksimal ada nilai 5 (nilai kurang) sebanyak 4 mata
pelajaran atau ekuivalennya (nilai 4 ekuivalen dengan dua nilai 5). Tidak boleh
ada nilai lebih kecil dari pada 4 (nilai 3 disebut angka mati). Ujian penghabisan
Mata Pelajaran
Kelas
I II IIIA IIIB
Berhitung dan
Aljabar
4 3 2 4
8
diselenggarakan oleh rayon dengan soal yang dibuat oleh Pusat (Inspeksi pusat
SMP, Jawatan Pengajaran, Kementrian Pengajaran dan Kebudayaan).
2.3 Kelemahan dan Kelebihan dari Pembelajaran Matematika pada
Kurikulum Sederhana (1947-1964)
a. Kekurangan pembelajaran matematika dari kurikulum 1947-1964
 Siswa tidak diajarkan untuk memahami konsep tetapi hanya dituntut
untuk menghapal langkah-langkah mengerjakannya. Rasa ingin tahu
siswa mengapa langkah-langkah pengerjaan berhitung tersebut
diabakan sehingga siswa tidak mempunyai minat untuk
mempelajarinya.
 Siswa tidak diberitahu mengapa langkah tersebut harus demikian
tanpa penjelasan. Dengan demikian berhitung lama lebih
mementingkan hapalan daripada pengertian.
 Hapalan lebih diutamakan dari pengertian.
b. Kelebihan pembelajaran atematika dari kurikulum 1947-1964
 Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu
pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung .
Pembelajaran matematika tradisional menekankan hafalan dari pada pengertian
dan lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan.
Jadwal pelajaran untuk mata pelajaran berhitung (nama lain matematika pada
kurikulum 1947-1964) lebih banyak daripada mata pelajaran yang lain dan
diajarkan di semua jenjang pendidikan baik sekolah dasar ataupun sekolah
menengah. Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan
harian, ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan.
Kelebihan dari kurikulum sederhana adalah lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain,
sementara kekurangan dari kurikulum ini yaitu Siswa tidak diajarkan untuk
memahami konsep tetapi hanya dituntut untuk menghapal langkah-langkah
mengerjakannya. Rasa ingin tahu siswa mengapa langkah-langkah pengerjaan
berhitung tersebut diabakan sehingga siswa tidak mempunyai minat untuk
mempelajarinya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2010. Sejarah Perkembangan Kurikulum SMP. Jakarta : Depdiknas
Kuswandi,Dedi. 2006. Buku Sejarah Kurikulum Pendidikan Di Indonesia.
http://www.slideshare.net/dedikuswandi/buku-sejarah-kurikulum-
pendidikan-di-indonesia?related=1 [Diakses pada tanggal 3 September
2014]
Siregar,Arya Witasari. 2012. Perkembangan Pembelajaran Matematika
(Perjalanan Kurikulum Matematika Menuju Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). http://arya-witari.blogspot.com/2012/05/perkembangan-
pembelajaran-matematika.html [Diakses pada tanggal 3 September 2014]
Soedijarto,dkk. 2010. Sejarah Pusat Kurikulum. Jurnal Pusat Kurikulum Badan
Penelititan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional edisi
2010.
Yherlanty. 2010. Kurikulum Indonesia Dari Zaman Ke Zaman.
http://yherlanti.wordpress.com/2010/08/12/kurikulum-indonesia-dari-
zaman-ke-zaman/ [Diakses pada tanggal 3 September 2014]

More Related Content

What's hot

Sejarah kurikulum matematika
Sejarah kurikulum matematikaSejarah kurikulum matematika
Sejarah kurikulum matematikaBilqisMaharani1
 
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasiSistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasiKristalina Dewi
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Perkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematikaPerkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematikarestu sri rahayu
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Ig Fandy Jayanto
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...Agung Wee-Idya
 
Rpp 6 trigonometri kd 3.7
Rpp 6 trigonometri kd 3.7Rpp 6 trigonometri kd 3.7
Rpp 6 trigonometri kd 3.7RiaSocan
 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilNailul Hasibuan
 
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013Yoollan MW
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 

What's hot (20)

Sejarah kurikulum matematika
Sejarah kurikulum matematikaSejarah kurikulum matematika
Sejarah kurikulum matematika
 
Exercise 2.3
Exercise 2.3Exercise 2.3
Exercise 2.3
 
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasiSistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
 
Ring
RingRing
Ring
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
 
Perkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematikaPerkembangan sejarah matematika
Perkembangan sejarah matematika
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
 
Rpp 6 trigonometri kd 3.7
Rpp 6 trigonometri kd 3.7Rpp 6 trigonometri kd 3.7
Rpp 6 trigonometri kd 3.7
 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
 
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 

Similar to pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana

Modul media pemb. gian nata permana
Modul media pemb. gian nata permanaModul media pemb. gian nata permana
Modul media pemb. gian nata permanaviamegawati02
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Boedi Santosa,
 
Matematika sekolah dengan pbl4c
Matematika sekolah dengan pbl4cMatematika sekolah dengan pbl4c
Matematika sekolah dengan pbl4cEnung Sumarni
 
(2) struktur kurikulum 2013
(2) struktur kurikulum 2013(2) struktur kurikulum 2013
(2) struktur kurikulum 2013muriokryan
 
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...AmalinaAzizah
 
Modul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum Merdekaindah166637
 
Bab I, II, III Poposal
Bab I, II, III PoposalBab I, II, III Poposal
Bab I, II, III Poposalmumukholisah
 
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...ikhwankmk92
 
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...ikhwankmk92
 
Kepercayaan guru-latest
Kepercayaan guru-latestKepercayaan guru-latest
Kepercayaan guru-latestintansyafika
 
Kepercayaan Guru
Kepercayaan GuruKepercayaan Guru
Kepercayaan GuruIrma Gurlz
 
Volume 1 nomor 3 tahun 2011
Volume 1 nomor 3 tahun 2011Volume 1 nomor 3 tahun 2011
Volume 1 nomor 3 tahun 2011MTs MUTULINGGA
 
RPP Statistik
RPP StatistikRPP Statistik
RPP Statistikxak1g13
 
Laporan ev pembelajaran
Laporan ev pembelajaranLaporan ev pembelajaran
Laporan ev pembelajaranNida Hilya
 

Similar to pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana (20)

Modul media pemb. gian nata permana
Modul media pemb. gian nata permanaModul media pemb. gian nata permana
Modul media pemb. gian nata permana
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
 
Matematika sekolah dengan pbl4c
Matematika sekolah dengan pbl4cMatematika sekolah dengan pbl4c
Matematika sekolah dengan pbl4c
 
(2) struktur kurikulum 2013
(2) struktur kurikulum 2013(2) struktur kurikulum 2013
(2) struktur kurikulum 2013
 
Bab iv.revisi
Bab iv.revisiBab iv.revisi
Bab iv.revisi
 
3262
32623262
3262
 
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
Pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan masalah di tingkat seko...
 
Modul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 1 BAB 1 Kurikulum Merdeka
 
Bab I, II, III Poposal
Bab I, II, III PoposalBab I, II, III Poposal
Bab I, II, III Poposal
 
Prota matematika iv
Prota matematika ivProta matematika iv
Prota matematika iv
 
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
 
Kepercayaan guru-latest
Kepercayaan guru-latestKepercayaan guru-latest
Kepercayaan guru-latest
 
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
Kepercayaan Guru Terhadap Kurikulum, Sifat, Pengajaran dan Pembelajaran Matem...
 
Kepercayaan guru-latest
Kepercayaan guru-latestKepercayaan guru-latest
Kepercayaan guru-latest
 
Kepercayaan guru
Kepercayaan guruKepercayaan guru
Kepercayaan guru
 
Kepercayaan Guru
Kepercayaan GuruKepercayaan Guru
Kepercayaan Guru
 
Volume 1 nomor 3 tahun 2011
Volume 1 nomor 3 tahun 2011Volume 1 nomor 3 tahun 2011
Volume 1 nomor 3 tahun 2011
 
RPP Statistik
RPP StatistikRPP Statistik
RPP Statistik
 
Prota pkn kelas vi
Prota pkn kelas viProta pkn kelas vi
Prota pkn kelas vi
 
Laporan ev pembelajaran
Laporan ev pembelajaranLaporan ev pembelajaran
Laporan ev pembelajaran
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan Kurikulum Indonesia dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, selain dipengaruhi adanya tuntutan sesuai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan juga seringkali diawali adanya perubahan pandangan tentang hakekat matematika serta pembelajarannya. Perubahan pandangan tentang hakekat matematika dapat mendorong terjadinya perubahan substansi kurikulum. Sementara itu perubahan pandangan tentang pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan mengenai teori belajar baik yang bersifat umum maupun yang khusus berkaitan dengan belajar matematika. Walaupun perubahan pembelajaran matematika saat ini terjadi secara pelan-pelan, akan tetapi upaya-upaya untuk memperbaiki kualitasnya sesuai perkembangan yang terjadi di dunia mulai dilakukan sekalipun masih bersifat terbatas.
  • 2. 2 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan pendidikan matematika pada kurikulum sederhana (1947-1964)? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana (1947-1964)? 3. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana (1947-1964)? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan matematika pada kurikulum sederhana (1947-1964). 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana (1947-1964). 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana (1947-1964)
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perkembangan Pendidikan Matematika pada Kurikulum Sederhana (1947-1964) Perkembangan kurikulum matematika sekolah, khususnya ditinjau dari implementasi dan aspek teori belajar yang melandasinya, merupakan faktor yang sangat menarik dalam pembicaraan tentang pendidikan matematika. Hal ini dapat difahami sebab perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran matematika sekolah tidak terlepas dari adanya perubahan pandangan tentang hakekat matematika dan belajar matematika. Sebagai akibatnya, tidaklah mengherankan apabila terjadi perubahan kurikulum, maka berubah pulalah proses pembelajaran di dalam kelas. Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya. Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang, maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut. Sementara itu cabang matematika yang diberikan di sekolah menengah pertama adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah
  • 4. 4 menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Cara pembelajaran yang diberikan secara berulang terus menerus (kontinu). Sehingga pada akhirnya akan memberikan suatu kemampuan keterampilan berhitung., tetapi pemahaman terhadap konsep yang sebenarnya kurang diperhatikan. Contoh : 1. Hafal fakta dasar perkalian lima 1 × 5 = 5 4 × 5 = 20 7 × 5 = 35 2 × 5 = 10 5 × 5 = 25 8 × 5 = 40 3 × 5 = 15 6 × 5 = 30 9 × 5 = 45 Hasil perkalian langsung dihapal tanpa dijelaskan konsep, sifat atau cara untuk memperoleh hasil perkalian tersebut. 𝑎 𝑏 : 𝑐 𝑑 = 𝑎 𝑏 × 𝑑 𝑐 Siswa akan menghapal hasil pembagian seperti pada suku kanan tanpa memberikan langkah untuk memperoleh hasil pembagian tersebut. Materi pembelajaran matematika lama/berhitung tradisional dimulai dengan materi bilangan asli beserta operasi hitungnya, bilangan cacah beserta operasi hitungnya, bilangan rasional beserta operasi hitungnya, sampai dengan bilangan real beserta operasi hitungnya. Bilangan yang diajarkan hanya bilangan positif sehingga jika 5 – 7, jawabannya 5 – 7 tidak dapat diselesaikan. Agar siswa terampil berhitung, maka siswa harus hafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Hapal cara mencari akar suatu bilangan, hafal ciri-ciri bilangan habis dibagi 2, 3, 5 dan sebagainya. Latihan hafal tersebut dilakukan berulang-ulang dalam kegiatan pembelajaran matematika sehari-hari. 2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Kurikulum Sederhana (1947-1964) Perkembangan struktur program kurikulum pada awal kemerdekaan sampai dengan masa orde lama.
  • 5. 5 a. Struktur program kurikulum Sekolah Dasar (SD) Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa daerah sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947) Mata Pelajaran Kelas Keterangan I II III IV V VI Berhitung 6 6 7 7 7 7 Dikelas I dan II lama tiap jam pelajaran 30 menit. Untuk kelas III ke-atas lama tiap jam pelajaran 40 menit. Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947) Mata Pelajaran Kelas Keterangan I II III IV V VI Berhitung 6 6 8 7 7 7 Dikelas I dan II lama tiap jam pelajaran 30 menit. Untuk kelas III ke-atas lama tiap jam pelajaran 40 menit. Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang diselenggarakan sore hari (Rencana Pelajaran 1947) Mata Pelajaran Kelas I II III IV A B A B A B A B Berhitung 5 5 5 5 9 8 8 7
  • 6. 6 Keterangan:  Kelas A : Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari Kelas I.  Kelas B : Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah sampai kelas III. Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana Pendidikan 1964) Wardhana/ Bidang Studi Kelas Keterangan I II III IV V VI Berhitung 6 6 6 6 6 6 Kelas I sampai kelas VI lama tiap jam pelajaran 30 menit. Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pendidikan 1964) Wardhana/ Bidang Studi Kelas Keterangan I II III IV V VI Berhitung 6 6 6 6 6 6 Kelas I dan II lama tiap jam pelajaran 30 menit. Kelas III sampai dengan VI lama tiap jam pelajaran 40 menit b. Struktur program kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pada tahun 1947 untuk kelas 3 SMP diadakan deferensiasi menjadi dua jurusan, yaitu bagian A bagi jurusan Bahasa dan Pengetahuan Sosial, dan bagian B untuk jurusan Ilmu Pasti dan Pengetahuan Ala
  • 7. 7 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi SMP (Rencana Pelajaran 1947) Mata Pelajaran Kelas I II III A III B Berhitung 4 4 2 4 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi SMP (Rencana Pelajaran Terurai 1952) Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan harian, ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan. Ulangan harian dan ulangan umum catur wulan dilakukan oreh guru dan dijadikan sebagai dasar untuk pemberian nilai dalam rapor dan penentuan kenaikan kelas, sedangkan Ujian Penghabisan dikoordinasikan oleh rayon (karesidenan) untuk menentukan kelulusan siswa. Bentuk soal yang digunakan adalah soal uraian (esai). Ulangan harian dan ulangan umum catur wulan dipakai sebagai dasar untuk menentukan apakah seorang siswa naik atau tinggal kelas. Apabila seorang siswa belum mencapai minimal nilai 6 dalam ulangan catur wulan, yang bersangkutan mengikut, ulangan perbaikan (her). Ujian penghabisan digunakan untuk menentukan kelulusan. Seorang siswa SMP dapat dinyatakan lulus jika memperoleh nilai rata-rata 6 untuk semua mata pelajaran, diperkenankan maksimal ada nilai 5 (nilai kurang) sebanyak 4 mata pelajaran atau ekuivalennya (nilai 4 ekuivalen dengan dua nilai 5). Tidak boleh ada nilai lebih kecil dari pada 4 (nilai 3 disebut angka mati). Ujian penghabisan Mata Pelajaran Kelas I II IIIA IIIB Berhitung dan Aljabar 4 3 2 4
  • 8. 8 diselenggarakan oleh rayon dengan soal yang dibuat oleh Pusat (Inspeksi pusat SMP, Jawatan Pengajaran, Kementrian Pengajaran dan Kebudayaan). 2.3 Kelemahan dan Kelebihan dari Pembelajaran Matematika pada Kurikulum Sederhana (1947-1964) a. Kekurangan pembelajaran matematika dari kurikulum 1947-1964  Siswa tidak diajarkan untuk memahami konsep tetapi hanya dituntut untuk menghapal langkah-langkah mengerjakannya. Rasa ingin tahu siswa mengapa langkah-langkah pengerjaan berhitung tersebut diabakan sehingga siswa tidak mempunyai minat untuk mempelajarinya.  Siswa tidak diberitahu mengapa langkah tersebut harus demikian tanpa penjelasan. Dengan demikian berhitung lama lebih mementingkan hapalan daripada pengertian.  Hapalan lebih diutamakan dari pengertian. b. Kelebihan pembelajaran atematika dari kurikulum 1947-1964  Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
  • 9. 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung . Pembelajaran matematika tradisional menekankan hafalan dari pada pengertian dan lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan. Jadwal pelajaran untuk mata pelajaran berhitung (nama lain matematika pada kurikulum 1947-1964) lebih banyak daripada mata pelajaran yang lain dan diajarkan di semua jenjang pendidikan baik sekolah dasar ataupun sekolah menengah. Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan harian, ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan. Kelebihan dari kurikulum sederhana adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, sementara kekurangan dari kurikulum ini yaitu Siswa tidak diajarkan untuk memahami konsep tetapi hanya dituntut untuk menghapal langkah-langkah mengerjakannya. Rasa ingin tahu siswa mengapa langkah-langkah pengerjaan berhitung tersebut diabakan sehingga siswa tidak mempunyai minat untuk mempelajarinya.
  • 10. 10 DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2010. Sejarah Perkembangan Kurikulum SMP. Jakarta : Depdiknas Kuswandi,Dedi. 2006. Buku Sejarah Kurikulum Pendidikan Di Indonesia. http://www.slideshare.net/dedikuswandi/buku-sejarah-kurikulum- pendidikan-di-indonesia?related=1 [Diakses pada tanggal 3 September 2014] Siregar,Arya Witasari. 2012. Perkembangan Pembelajaran Matematika (Perjalanan Kurikulum Matematika Menuju Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). http://arya-witari.blogspot.com/2012/05/perkembangan- pembelajaran-matematika.html [Diakses pada tanggal 3 September 2014] Soedijarto,dkk. 2010. Sejarah Pusat Kurikulum. Jurnal Pusat Kurikulum Badan Penelititan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional edisi 2010. Yherlanty. 2010. Kurikulum Indonesia Dari Zaman Ke Zaman. http://yherlanti.wordpress.com/2010/08/12/kurikulum-indonesia-dari- zaman-ke-zaman/ [Diakses pada tanggal 3 September 2014]