Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan pendidikan matematika dan pelaksanaan pembelajaran matematika pada kurikulum sederhana antara tahun 1947-1964 di Indonesia. Pada masa itu, pembelajaran matematika lebih menekankan pada penghafalan konsep dan cara mengerjakan soal daripada pemahaman konsep. Penilaian siswa melalui ulangan harian dan semesteran, serta ujian akhir untuk menentukan kelulusan. Dokumen ini juga membahas
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan Kurikulum Indonesia dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi
di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang
sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan
perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam proses pembelajaran di kelas, selain dipengaruhi adanya tuntutan sesuai
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan juga seringkali diawali adanya
perubahan pandangan tentang hakekat matematika serta pembelajarannya.
Perubahan pandangan tentang hakekat matematika dapat mendorong terjadinya
perubahan substansi kurikulum. Sementara itu perubahan pandangan tentang
pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan
mengenai teori belajar baik yang bersifat umum maupun yang khusus berkaitan
dengan belajar matematika. Walaupun perubahan pembelajaran matematika saat
ini terjadi secara pelan-pelan, akan tetapi upaya-upaya untuk memperbaiki
kualitasnya sesuai perkembangan yang terjadi di dunia mulai dilakukan sekalipun
masih bersifat terbatas.
2. 2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964)?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964)?
3. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964).
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika pada kurikulum
sederhana (1947-1964).
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika
pada kurikulum sederhana (1947-1964)
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Pendidikan Matematika pada Kurikulum Sederhana
(1947-1964)
Perkembangan kurikulum matematika sekolah, khususnya ditinjau dari
implementasi dan aspek teori belajar yang melandasinya, merupakan faktor yang
sangat menarik dalam pembicaraan tentang pendidikan matematika. Hal ini dapat
difahami sebab perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
matematika sekolah tidak terlepas dari adanya perubahan pandangan tentang
hakekat matematika dan belajar matematika. Sebagai akibatnya, tidaklah
mengherankan apabila terjadi perubahan kurikulum, maka berubah pulalah proses
pembelajaran di dalam kelas.
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri
menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata
pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu
hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi
konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika
urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat.
Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan
membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh,
pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah
kali, bagi, tambah dan kurang, maksudnya bila ada soal dengan menggunakan
operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru
kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai
tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan
untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Sementara itu cabang matematika yang diberikan di sekolah menengah pertama
adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan
geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah
4. 4
menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan
sedikit geometri analitik bidang.
Cara pembelajaran yang diberikan secara berulang terus menerus (kontinu).
Sehingga pada akhirnya akan memberikan suatu kemampuan keterampilan
berhitung., tetapi pemahaman terhadap konsep yang sebenarnya kurang
diperhatikan.
Contoh : 1. Hafal fakta dasar perkalian lima
1 × 5 = 5 4 × 5 = 20 7 × 5 = 35
2 × 5 = 10 5 × 5 = 25 8 × 5 = 40
3 × 5 = 15 6 × 5 = 30 9 × 5 = 45
Hasil perkalian langsung dihapal tanpa dijelaskan konsep, sifat atau cara
untuk memperoleh hasil perkalian tersebut.
𝑎
𝑏
:
𝑐
𝑑
=
𝑎
𝑏
×
𝑑
𝑐
Siswa akan menghapal hasil pembagian seperti pada suku kanan tanpa
memberikan langkah untuk memperoleh hasil pembagian tersebut. Materi
pembelajaran matematika lama/berhitung tradisional dimulai dengan materi
bilangan asli beserta operasi hitungnya, bilangan cacah beserta operasi hitungnya,
bilangan rasional beserta operasi hitungnya, sampai dengan bilangan real beserta
operasi hitungnya. Bilangan yang diajarkan hanya bilangan positif sehingga jika 5
– 7, jawabannya 5 – 7 tidak dapat diselesaikan. Agar siswa terampil berhitung,
maka siswa harus hafal fakta dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Hapal cara mencari akar suatu bilangan, hafal ciri-ciri bilangan habis
dibagi 2, 3, 5 dan sebagainya. Latihan hafal tersebut dilakukan berulang-ulang
dalam kegiatan pembelajaran matematika sehari-hari.
2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Kurikulum Sederhana
(1947-1964)
Perkembangan struktur program kurikulum pada awal kemerdekaan sampai
dengan masa orde lama.
5. 5
a. Struktur program kurikulum Sekolah Dasar (SD)
Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa daerah
sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947)
Mata
Pelajaran
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 7 7 7 7
Dikelas I dan II lama
tiap jam pelajaran 30
menit. Untuk kelas III
ke-atas lama tiap jam
pelajaran 40 menit.
Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa pengantar
Bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947)
Mata
Pelajaran
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 8 7 7 7
Dikelas I dan II lama
tiap jam pelajaran 30
menit. Untuk kelas III
ke-atas lama tiap jam
pelajaran 40 menit.
Daftar jam pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang diselenggarakan sore
hari (Rencana Pelajaran 1947)
Mata
Pelajaran
Kelas
I II III IV
A B A B A B A B
Berhitung 5 5 5 5 9 8 8 7
6. 6
Keterangan:
Kelas A : Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa
Indonesia dari Kelas I.
Kelas B : Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah
sampai kelas III.
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar
yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III
(Rencana Pendidikan 1964)
Wardhana/
Bidang Studi
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 6 6 6 6
Kelas I sampai kelas
VI lama tiap jam
pelajaran 30 menit.
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar
yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari Kelas I
(Rencana Pendidikan 1964)
Wardhana/
Bidang Studi
Kelas
Keterangan
I II III IV V VI
Berhitung 6 6 6 6 6 6
Kelas I dan II lama tiap
jam pelajaran 30 menit.
Kelas III sampai
dengan VI lama tiap
jam pelajaran 40 menit
b. Struktur program kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pada tahun 1947 untuk kelas 3 SMP diadakan deferensiasi menjadi dua
jurusan, yaitu bagian A bagi jurusan Bahasa dan Pengetahuan Sosial, dan bagian
B untuk jurusan Ilmu Pasti dan Pengetahuan Ala
7. 7
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi SMP
(Rencana Pelajaran 1947)
Mata Pelajaran
Kelas
I II III A III B
Berhitung 4 4 2 4
Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi SMP
(Rencana Pelajaran Terurai 1952)
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan harian,
ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan. Ulangan harian dan ulangan umum
catur wulan dilakukan oreh guru dan dijadikan sebagai dasar untuk pemberian
nilai dalam rapor dan penentuan kenaikan kelas, sedangkan Ujian Penghabisan
dikoordinasikan oleh rayon (karesidenan) untuk menentukan kelulusan siswa.
Bentuk soal yang digunakan adalah soal uraian (esai). Ulangan harian dan ulangan
umum catur wulan dipakai sebagai dasar untuk menentukan apakah seorang siswa
naik atau tinggal kelas. Apabila seorang siswa belum mencapai minimal nilai 6
dalam ulangan catur wulan, yang bersangkutan mengikut, ulangan perbaikan
(her).
Ujian penghabisan digunakan untuk menentukan kelulusan. Seorang siswa
SMP dapat dinyatakan lulus jika memperoleh nilai rata-rata 6 untuk semua mata
pelajaran, diperkenankan maksimal ada nilai 5 (nilai kurang) sebanyak 4 mata
pelajaran atau ekuivalennya (nilai 4 ekuivalen dengan dua nilai 5). Tidak boleh
ada nilai lebih kecil dari pada 4 (nilai 3 disebut angka mati). Ujian penghabisan
Mata Pelajaran
Kelas
I II IIIA IIIB
Berhitung dan
Aljabar
4 3 2 4
8. 8
diselenggarakan oleh rayon dengan soal yang dibuat oleh Pusat (Inspeksi pusat
SMP, Jawatan Pengajaran, Kementrian Pengajaran dan Kebudayaan).
2.3 Kelemahan dan Kelebihan dari Pembelajaran Matematika pada
Kurikulum Sederhana (1947-1964)
a. Kekurangan pembelajaran matematika dari kurikulum 1947-1964
Siswa tidak diajarkan untuk memahami konsep tetapi hanya dituntut
untuk menghapal langkah-langkah mengerjakannya. Rasa ingin tahu
siswa mengapa langkah-langkah pengerjaan berhitung tersebut
diabakan sehingga siswa tidak mempunyai minat untuk
mempelajarinya.
Siswa tidak diberitahu mengapa langkah tersebut harus demikian
tanpa penjelasan. Dengan demikian berhitung lama lebih
mementingkan hapalan daripada pengertian.
Hapalan lebih diutamakan dari pengertian.
b. Kelebihan pembelajaran atematika dari kurikulum 1947-1964
Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
9. 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu
pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung .
Pembelajaran matematika tradisional menekankan hafalan dari pada pengertian
dan lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan.
Jadwal pelajaran untuk mata pelajaran berhitung (nama lain matematika pada
kurikulum 1947-1964) lebih banyak daripada mata pelajaran yang lain dan
diajarkan di semua jenjang pendidikan baik sekolah dasar ataupun sekolah
menengah. Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan
harian, ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan.
Kelebihan dari kurikulum sederhana adalah lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain,
sementara kekurangan dari kurikulum ini yaitu Siswa tidak diajarkan untuk
memahami konsep tetapi hanya dituntut untuk menghapal langkah-langkah
mengerjakannya. Rasa ingin tahu siswa mengapa langkah-langkah pengerjaan
berhitung tersebut diabakan sehingga siswa tidak mempunyai minat untuk
mempelajarinya.
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2010. Sejarah Perkembangan Kurikulum SMP. Jakarta : Depdiknas
Kuswandi,Dedi. 2006. Buku Sejarah Kurikulum Pendidikan Di Indonesia.
http://www.slideshare.net/dedikuswandi/buku-sejarah-kurikulum-
pendidikan-di-indonesia?related=1 [Diakses pada tanggal 3 September
2014]
Siregar,Arya Witasari. 2012. Perkembangan Pembelajaran Matematika
(Perjalanan Kurikulum Matematika Menuju Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). http://arya-witari.blogspot.com/2012/05/perkembangan-
pembelajaran-matematika.html [Diakses pada tanggal 3 September 2014]
Soedijarto,dkk. 2010. Sejarah Pusat Kurikulum. Jurnal Pusat Kurikulum Badan
Penelititan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional edisi
2010.
Yherlanty. 2010. Kurikulum Indonesia Dari Zaman Ke Zaman.
http://yherlanti.wordpress.com/2010/08/12/kurikulum-indonesia-dari-
zaman-ke-zaman/ [Diakses pada tanggal 3 September 2014]