SlideShare a Scribd company logo
1 of 134
5
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. F PI AO DENGAN
POST OP SECTIO CAESAREA POD 1 a/i PANGGUL SEMPIT
DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAHKABUPATEN MUNA
KARYA TULIS ILMIAH
Dianjurkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
DISUSUN OLEH :
ULFA SARI DEWI
NIM : 11.11.894
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2014
5
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah Berjudul :
”Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F P1 A0 Dengan Post Op Sectio Caesarea
POD I a/i Panggul Sempit Di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan
penguji.
Raha, Juni 2014
Pembimbing
F ITRIA MARFI, S. Kep, Ns
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y , S. Kep, Ns
NIP. 19800212 200312 2 006
5
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
JLN. Poros Raha-Tampo KM. 6 Motewe TLP. 0403-2522954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Ini telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 16 Juni 2014
DEWAN PENGUJI
1. (..............................................)
2. (.............................................)
3. (.............................................)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan diploma III keperawatan pada akademi keperawatan
pemerintah kabupaten muna
Tanggal 16 Juni 2014
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep, Ns
NIP
5
ABSTRAK
Latar Belakang : Menurut catatan medikal record Rumah Sakit Umum daerah
Kabupaten Muna pada periode bulan Januari sampai dengan April 2014, diman
jumlah ibu hamil yang dilakukan tindakan sectio caesarea a/i panggul sempit yaitu
tercatat 5 orang, dan panggul sempit menempati urutan ke 7 dari 10 kasus terbesar
yang dirawat di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
Tujuan penulisan : Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini agar memperoleh
gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit dengan pendekatan
proses keperawatan di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Metode Telaahan : Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan
proses keperawatan dengan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Sistematika Telaahan : Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 BAB
dengan susunan sebagai berikut : BAB I Tinjauan Teoritis, BAB II Tinjauan
Kasus dan Pembahasan, BAB 4 Penutup dan Rekomendasi.
Tinjauan Kasus : Dari hasil pengkajian didapatkan 4 diagnosa keperawatan yaitu
nyeri, gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri dan resiko tinggi infeksi
Pembahasan : Mengulas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus.
Kesenjangna yang ditemukan akan dibahas berdasarkan asuhan keperawatan yaitu
tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan Asuhan
Keperawatan Ny. F P1A0 dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
Kesimpulan : Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan post op
sectio caesarea perawata harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif
dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di perlukan adanya pendokumentasian yang dicatat dalam
status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama baik dengan tim
kesehatan lainnya.
5
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F P1 A0
dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit Di Ruang Delima Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna” disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper
Pemkab Muna.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dengan berbagi pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat
mendalam kepada :
1. Bapak dr. Tutut Purwanto selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna beserta staf yang telah memberikan waktu dan kesempatan
untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan pada Rumah
Sakit yang dipimpinya
2. Ibu Santhy, S.Kep, Ns., selaku Direktur Akper Pemkab Muna yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada
Akper Pemkab Muna.
5
3. Ibu Ns. Musriani, S. Kep., M.Kes dan Ibu Dina Asminatalia, S. Kep, Ns.,
selaku penguji institusi dan penguji lahan ujian praktek di Ruang Delima
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
4. Ibu Fitria Marfi, S. Kep, Ns., selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Imliah ini dapat terselesaikan.
5. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Delima Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah memberikan petunjuk dan
nasehat serta kerjasama dalam melakukan Asuhan Keperawatan di ruangan
yang di pimpinnya.
6. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan
dukungan dan bantuan serta kerjasama dalam proses penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Klien Ny. F dan keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk
mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan Asuhan Keperawatan.
8. Orang tuaku tercinta ayahanda Mustafa, Ibunda Suarni, kakak, adik dan
seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan moril yang sangat berarti
selama mengikuti pendidikan.
9. Sahabat-sahabatku Vevianti Mafika Sari, Juliana, Dian Andriani Djiki,Samsul
Sahri, Ramlan serta rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan motivasinya
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala
bantuan dan kebaikannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu,
penulis mengharapkan adanya masukkan, baik kritik ataupun saran yang bersifat
membangun demi kesempuranaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
pahala Allah SWT. Demikian Karya Tulis Ilmiah ini penulis buat, semoga
bermanfaat bagi dunia keperawatan, Amin.
Raha, Juni 2014
Penulis
vii
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iii
ABSTRAK......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR....................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................................. ix
DAFTAR BAGAN............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR......................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................. 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan...................................... 4
C. Tujuan......................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan...................................................... 6
E. Metode Telaahan........................................................ 7
F. Waktu Pelaksanaan..................................................... 8
G. Tempat Pelaksanaan................................................... 8
H. Sistematika Penulisan................................................. 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA a/i
PANGGUL SEMPIT
A. Konsep Dasar
1. Pengertian............................................................... 11
2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita....... 12
3. Klasifikasi............................................................... 17
4. Etiologi................................................................... 19
5
5. Patofisiologi.......................................................... 20
6. Pemeriksaan Penunjang........................................ 21
7. Penatalaksanaan Medis......................................... 22
8. Komplikasi............................................................ 23
9. Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh........... 24
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit
1. Pengkajian........................................................... 35
2. Diagnosa keperawatan......................................... 48
3. Perencanaan......................................................... 50
4. Implementasi....................................................... 60
5. Evaluaasi............................................................. 60
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjuan Kasus............................................................ 62
1. Pengkajian.......................................................... 62
2. Diagnosa Keperawatan....................................... 79
3. Rencana Tindakan Keperawatan........................ 82
4. Implementasi Dan Evaluasi................................ 85
5. Catatan Perkembangan....................................... 89
B. PEMBAHASAN....................................................... 96
1. Pengkajian.......................................................... 97
2. Diagnosa Keperawatan....................................... 106
3. Perencanaan........................................................ 108
4. Implementasi...................................................... 109
5. Evaluasi.............................................................. 111
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan............................................................... 113
B. Rekomendasi............................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi Sepuluh Penyakit Terbanyak di Ruang Delima
RSUD Kabupaten Muna........................................................ 3
Tabel 2. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas.......................... 66
Tabel 3. Pola Aktivitas Sehari-hari..................................................... 73
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium.......................................... 75
Tabel 5. Analisa Data.......................................................................... 77
Tabel 6. Rencana Tindakan Keperawatan........................................... 82
Tabel 7. Implementasi Dan Evaluasi................................................... 85
Tabel 8. Catatan Perkembangan.......................................................... 89
5
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan I. Genogram III Generasi 65
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana penyuluhan
Lampiran 2 : Satuan Penyuluhan
Lampiran 3 : Materi
Lampiran 4 : Leaflet
Lampiran 5 : Lembar Konsul
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya besar bagi Bangsa Indonesia untuk meluruskan kembali arah
pembangunan nasional yang telah dilaksanakan secara terpadu disegala
bidang. Salah satu bidang dalam pembangunan adalah bidang kesehatan.
Tuntutan reformasi total tersebut muncul karena masih banyak kesimpangan
hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan. Derajat
kesehatan masih tertinggal jauh dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan merupakan modal utama pembangunan nasional.
Maka penting bagi Bangsa Indonesia untuk menerapkan paradigma baru dan
paradigma sehat yang merupakan upya untuk lebih meningkatkan kesehatan
yang bersifat preventif (Depkes RI, 2009).
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses
kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan
gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan
persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna.
Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan
pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan
persalinan dengan operasi caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau
sectio caesarea (Kompas, 2012).
5
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang bertujuan melahirkan
anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi persalinan
melalui sectio caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena
diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya sectio
caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak
pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).
Namun dewasa ini, sectio caesarea jauh lebih aman daripada dulu
berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan teknik
operasi yang lebih sempurna. Karena itu, saat ini ada kecenderungan untuk
melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat (Winkjosastro,
2005).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih
merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar
25% – 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Kompas, 2011).
Tahun 2005 AKI di Dunia 400/100.000 kelahiran hidup, di Negara
maju 9/100.000 kelahiran hidup dan di Negara berkembang 450/150.000
kelahiran hidup. Berdasarkan laporan WHO, pada tahun 2009 AKI di
Indonesia 230/100.000 kelahiran hidup, sedangkan data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 bahwa AKI sebesar 228/100.000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2011).
Dalam upaya pencapaian dan tujuan pembangunan kesehatan,
peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan
5
menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) menjadi 102/100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 dari 425/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992
(SKRT). Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait
dengan kehamilan, kelahiran dan nifas. Di Negara-negara maju, angka sectio
caesarea meningkat dari 5% pada 25 tahun yang lalu menjadi 15%
sedangkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan bahwa
terdapat 15% persalinan dilakukan melalui operasi (Depkes RI, 2011).
Menurut data rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna, daftar sepuluh penyakit terbesar di Ruang Delima yaitu :
Tabel 1.Daftar sepuluh penyakit terbesar Diruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna (Januari - April 2014).
NO Jenis Penyakit Jumlah %
1 Abortus Inkomplit 15 23,07
2 Mioma Uteri 8 12,30
3 Eklamsia 7 10,76
4 Gawat Janin 7 10,76
5 Plasenta Previa 6 9,23
6 Letak Bokong 5 7,69
7 Panggul Sempit 5 7,69
8 Serotinus 4 6,15
9 Ketuban Pecah Dini 4 6,15
10 Letak Lintang 4 6,15
Jumlah 65 100
Sumber: Medikal Record Ruang Perawatan Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna 2014.
Tabel 1. Diatas menunjukan bahwa dari 65 jumlah pasien di Ruang
Perawatan Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, penderita
penyakit sectio caesarea atas indikasi panggul sempit berjumlah 5 orang,
dengan persentase 7,69%, angka kejadian ini merupakan peringkat kedelapan
dari sepuluh penyakit terbesar yang dirawat dalam 4 bulan terakhir di Ruang
Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
5
Dari data tersebut memberikan gambaran bahwa masalah penyakit
Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit perlu mendapatkan perhatian dan
penanganan yang baik untuk lebih memahami mendalam mengenai penyakit
sectio caesarea dan penerapan proses keperawatan pada penyakit tersebut
serta dari hasil penentuan kasus pada ujian akhir program, maka penulis
menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Klien Ny. F P1 A0 dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i Panggul Sempit
di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Derah Kabupaten Muna.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan data dan informasi dari berbagai referensi yang ada,
memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa pasien dengan masalah Sectio
Caesarea a/i Panggul Sempit mempunyai resiko yang sangat luas, sehingga
membutuhkan asuhan keperawatan dengan memberikan tindakan yang
maksimal dengan harapan masalah dapat dikurangi atau diatasi. Melihat
masalah pada penyakit sectio caesarea yang cukup luas, maka dalam
penyusunan karya tulis ini penulis hanya membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Ny. F P1 A0 dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1
a/i Panggul Sempit Di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna.
5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan
keperawatan pada klien Ny. F dengan Post Op Sectio Caesarea P1 AO a/i
Panggul Sempit di ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna secara langsung dan komprehensif, meliputi aspek bio, psiko-sosio
dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif dengan kasus
Post Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah pada klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul
Sempit.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun pada klien dengan kasus Post Op
Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan
pada klien dengan kasus Post Sectio Caesaria a/i Panggul Sempit.
5
D. Manfaat
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memperoleh
manfaat yang meliputi :
1. bagi penulis
Sebagai pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan
pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dibidang keperawatan.
2. Bagi rumah sakit
Sebagai pedoman dan petunjuk dalam penerapan asuhan keperawatan bagi
tenaga perawat diruangan dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan
meningkatkan kualitas pelayananperawatan
3. Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam
mengembangkan ilmu keperawatan dan upaya yang mengindikasikan
penyempurnaan dari asuhan keperawatan yang sudah ada dan yang
ditetapkan saat ini
4. Bagi masyarakat
Dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang faktot-faktor yang
mempengaruhi terjadinya post op sectio casarea atas indikasi panggul
sempit.
5
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun
Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Observasi
Yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung meliputi bio,
psiko, sosio, dan spiritual.
2. Wawancara
Yaitu pembicaraan terarah yang umumnya diselenggarakan pada
pertemuan tatap muka baik dengan klien maupun keluarga klien dengan
tujuan untuk mengungkapkan dan memperoleh data subjektif yang akurat
dan dapat dipercaya. Wawancara ini dapat dilakukan antara perawat
dengan keluarga klien (allo anamnesa) dan klien dengan petugas
kesehatan (auto anamnesa).
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik secara
persistem pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
5
4. Study Dokumentasi
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat catatan
medik dan status pasien baik sekarang maupun yang telah lalu, dengan
tujuan untuk memperoleh data objektif yang lengkap.
5. Study Kepustakaan
Yaitu bahan penunjang dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berasal
dari buku–buku yang berhubungan dengan kasus yang dibahas, sehingga
dapat diperoleh keterangan dan dasar-dasar teori mengenai pengertian
yang bersifat definitif dalam hubungannya dengan kasus yang diambil.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 07 sampai dengan 10 Mei
2014.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 BAB dengan susunan
sebagai berikut :
BAB 1. Pendahuluan
Menjelaskan Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan,
Manfaat, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan Dan
Sistematika Telaahan.
5
BAB II. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Dengan Post Op Sectio
Caesarea A/I Panggul Sempit.
Menguraikan tentang Konsep Dasar Medic Sectio Caesarea yang terdiri
dari Pengertian, Anatomi Dan Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan
Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi,
Adaptasi fisiologi Terhadap sistem tubuh dan Tinjauan Teoritis Tentang
Asuhan Keperawatan yang Meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
BAB III. Tinjauan Kasus dan Pembahasan
Membahas tentang asuhan keperawatan pada Klien Ny. F dengan Post Op
Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna yang mencangkup Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan
Perkembangan serta pembahasan yang menguraikan tentang kesejangan
antara teori dan fakta yang ada pada tinjauan kasus, dibahas secara
sistematika mulai dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi.
BAB IV. Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab ini berisikan kesimpulan dan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan serta
rekomendasi operasional.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN POST OP SECTIO
CAESAREA a/i PANGGUL SEMPIT
A. Konsep Dasar
1. Sectio Caesarea
a. Pengertian
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang
artinya memotong.
Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang
dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk
mengeluarkan bayi (Soewarto, 2008).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010).
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gram
atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba, 2001).
Mengenai kontra indikasi perlu diketahui bahwa sectio caesarea
perlu dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan
anak. Oleh sebab itu, sectio caesarea tidak dilakukan kecuali dalam
keadaan terpaksa apabila misalnya terjadi indikasi panggul sempit, atau
apabila janin sudah meninggal dalam rahim, janin terlalu kecil untuk
5
hidup diluar kandungan, atau apabila janin terbukti menderita cacat
seperti hidrosefalus dan sebagainya.
b. Anatomi dan Fisiologi System Reproduksi Wanita
1) Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Gambar 1. Penampang alat - alat reproduksi wanita
Sumber : http:www.google.com/anatomfisiologisistemreproduksi,
2009
a) Anatomi sistem reproduksi wanita
Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ
reproduksi eksterna wanita (organ bagian luar ) dan organ
reproduksi interna wanita (organ bagian dalam).
5
(1) Organ reproduksi eksterna wanita
(a) Vulva (pukas) atau pudenda, meliputi seluruh struktur
eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai
perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia
minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum,
muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vaskular.
(b) Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang
menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah
pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir
atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus
dan paha.
(c) Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan
dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan
lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris.
(d) Labia minora (bibir-bibir kecil atau nymphae) adalah
suatu lipatan tipis dan kulit sebelah dalam bibir besar.
Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga
ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh
darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir
kecil ini dapat mengembang.
5
(e) Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh
preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis,
korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan
yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf,
sehingga sangat sensitif.
(f) Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang
dan depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di
belakang oleh perineum (fourchette).
(g) Bulbus Vestibuli sinistra et dekstra merupakan
pengumpulan vena terletak di bawah selaput lendir
vestibulum, dekat namus ossis pubis. Panjangnya 3-4
cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus
vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian
tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus
konstriktor vagina.
(h) Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Pada seorang Virgo selalu dilindungi oleh
labia minora yang baru dapat dilihat jika bibir kecil ini
dibuka. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara
(himen). Himen ini mempunyai bentuk berbeda-beda,
5
dan yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-
lubang atau yang bersekat (septum).
(i) Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya
rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum
terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma
urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).
(2) Organ reproduksi interna wanita
(a) Vagina (Liang Kemaluan/Liang Senggama)
Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang
kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung
antara. introitus vagina dan uterus. Dinding depan dan
belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-
masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm.
Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut
rugae.
(b) Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang
sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya
sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah
7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal
dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis
adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
5
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri
ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
(c) Tuba Falloppi
Tuba Falloppi terdiri atas :
1. Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di
dinding uterus.
2. Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya.
Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagai
saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
3. Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka
ke arah abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae
penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan
selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk
infundibulum seperti anemon (sejenis binatang laut).
4. Ovarium (Indung Telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur
kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovanium di
bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan.
Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari
tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar
dan tebal kira-kira 1,5 cm (Prawirohardjo, 2009).
5
2) Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat
digolongkan sebagai berikut:
a) Genetalia eksterna
Fungsi dari genetalia eksterna adalah dikhususkan untuk kopulasi
(koitus).
b) Genetalia interna
(1) Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan
darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama,
jalan lahir pada waktu persalinan.
(2) Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin
tukmbuh dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu
bersalin.
(3) Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil
konsepsi kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan
oleh gertaran rambut getar tersebut.
(4) Ovarium berfungsi sabagai saluran telur, menangkap dan
membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, yempat
terjadinya pembuahan (Prawirohardjo, 2006).
Klasifikasi Sectio Caesarea
1) Abdomen ( Sectio Caesaria Abdominalis )
Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
5
Kelebihan :
a) Mengeluarkan janin lebih cepat
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
c) Sayatan biasa di perpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri
spontan.
2) Sectio Caesaria Ismika atau Profunda atau Low Cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim.
Kelebihan :
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
c) Tumpang tindih dari peritoneal Flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
d) Perdarahan kurang
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan kurang atau lebih kecil.
Kekurangan :
a) Luka melebar ke kiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan pedarahan yang banyak.
b) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.
5
c) Sectio Caesaria Ekstra Peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
Sectio Caesaria ekstra peritonealis dahulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya infeksi nifas, dengan kemajuan terhadap terapi
infeksi, teknik ini tidak lagi dilakukan karena tekniknya sulit, juga
sering terjadi ruptur peritoneum yang tidak dapat dihidarkan.
4) Vagina ( Sectio Caesaria Vaginalis )
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat
dilakukan sebagai berikut:
a) Sayatan memanjang ( longitudinal )
b) Sayatan melintang ( transfersal )
c) Sayatan huruf T ( T- incition )
c. Etiologi
Beberapa penyebab dilakukan sectio caesarea yaitu :
1) Cephalo pelvic disproportion/ disproporsi kepala panggul yaitu
apabila bayi terlalu besar atau pintu atas panggul terlalu kecil sehingga
tidak dapat meleawati jalan lahir dengan aman, sehingga membawa
dampak serius bagi ibu dan janin.
2) Plasenta previa yaitu plaesenta melekat pada ujung bawah uterus
sehingga menutupi serviks sebagian atau seluruhnya, sehingga ketika
serviks membuka selama persalinan ibu dapat kehilangan banyak
darah, hal ini sangat berbahaya bagi ibu maupun janin.
5
3) Tumor pelvis (obstruksi jalan lahir, dapat menghalangi jalan lahir
akibatnya bayi tidak dapat dikeluarkan melalui vagina. Kelainan
tenaga atau kelainan his, misalnya pada ibu anemia sehingga kurang
kekuatan/tenaga ibu untuk mengedan dapat menjadi rintangan pada
persalinan, sehingga persalinan mengalai hambatan/kemacetan.
4) Ruptura uteri imminent (mengancam) yaitu adanya ancaman akan
terjadi ruptur uteri bila persalinan spontan. Kegagalan persalinan :
persalinan tidak majui dan tidak ada pembukaan, disebabkan serviks
yang kaku, sering terjadi pada ibu primi tua atau jalan persalinan yang
lama.
5) Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan,apabila
telah mengalami sectio caesarea atau menjalani operasi kandungan
sebelumya, ruptur uteri bisa terjadi pada rahim yang sudah pernah
mengalami operasi sectio caesarea klasik, miomektomi, misalnya ibu
dengan riwayat mioma sehingga dilakukan miomektomi (Manuaba,
2007).
d. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat diatas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dan lain-lain
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan
letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
5
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka
dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas
silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
5
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas
yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, 2002).
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan hemoglobin, dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia
dan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan
indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun,
gagal jantung kongesti
2) Urinalisis adalah analisa fisik kimia dan mikroskopik terhadap urin
berguna untuk menentukan kadar albumin/glukosa.
3) Pelvimetri : Menentukan CPD
4) USG abdomen adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ
internal otot, ukuran, struktur dan luka patologi, membuat teknik ini
berguna untuk memeriksa organ, melokalisasi plasenta, menentukan
pertumbuhan, kedudukan, persentasi janin, mengetahui usia
kehamilan, dan melihat keadaan janin.
5) Amnioskopi : Melihat kekeruhan air ketuban
6) Tes stress kontraksi atau tes nonstress : Mengkaji respon janin
terhadap gerakan/ stress dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal
(Smeltzer 2001).
5
f. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan Sectio
Caesarea yaitu sebagai berikut :
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus
tetap berkontraksi dengan kuat.
3) Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan,
pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin
25 mg.
4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai
untuk 24 jam pertama setelah pembedahan.
6) Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar
dari tempat tidur dengan bantuan orang lain.
7) Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip)
diangkat pada hari keempat setelah pembedahan.
8) Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia.
9) Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal,
sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir
(Cuningham, 2005).
5
g. Komplikasi
1) Infeksi, Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam
rongga panggul disekitarnya. Faktor-faktor predisposisi partus lama,
ketuban pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya.
2) Pendarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang
arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3) Luka kandung kemih.
4) Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga bisa terjadi ruptur
uteri pada kehamilan berikutnya.
5) Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Wiknjosastro, 2005).
h. Dampak Masalah terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Sistem
Tubuh Tertentu terhadap Kebutuhan Klien Sebagai Mahluk
Holistik
Menurut Cuningham (2006), pengaruh/adaptasi fisiologi Post Op
Sectio Caesarea terhadap system tubuh diantaranya yaitu :
1) Sistem reproduksi
a) Uterus
(1) Involusi merupakan proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan, akibatnya otot-otot polos
uterus berkontraksi pada waktu 12 jam, tinggi fundus uteri
mencapai ±1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari
mencapai ±1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari
5
kemudian, perubahan fundus uteri turun kira-kira 1-2 cm setiap
24 jam.
(2) Kontraksi uterus meningkat setelah bayi lahir, terjadi karena
hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar hipofisis
posterior.
(3) After Pains rasa nyeri setelah melahirkan lebih nyata ditempat
uterus yang teregang, menyusui dan oksitosin tambahan
biasanya meningkatkan nyeri ini karena keluarnya merangsang
kontraksi uterus.
(4) Tempat plasenta terjadi pertumbuhan endometrium, regenerasi
pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu
setelah melahirkan.
(5) Lokia, terdiri dari :
(a) Lokia rubra terdiri dari darah, sisa penebalan dinding
rahim, dan sisa-sisa pemahaman plasenta. Lochea rubra
berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3
atau ke-4.
(b) Lokia serosa mengandung cairan darah, berupa serum dan
lekosit. Lochea serosa berwarna kekuningan dan keluar
antara hari ke-5 sampai ke-9.
(c) Lokia alba terdiri dari leukosit, lendir leher rahim
(serviks), dan jaringan-jaringan mati yang lepas dalam
5
proses penyembuhan. Loshea alba berwarna putih dan
keluar selama 2-3 minggu.
b) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan, 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsentrasinya menjadi lebih padat
dan kembali ke bentuk semula.
c) Vagina dan Perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-
8 minggu setelah bayi lahir.
d) Payudara
Setelah bayi lahir terjadi penurunan konsentrasi hormone yang
menstimulasi perkembangan payudara estrogen, progesterone,
human chorionik, gonadotropin, prolaktin, dan insulin), oksitosin
merangasang refleksi let-dowm (mengalirkan) menyebabkan ejeksi
ASI.
2) Sistem Endokrin
(a) Hormon plasenta kadar estrogen dan progesterone menurun
secara signifikan dan saat terendah adalah 1 minggu post partum.
(b) Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Hipofisis dibagi menjadi dua, yaitu hipofisis anterior dan
posterior. Hipofisis anterior mengsekresi hormon prolaktin untuk
5
meningkatkan kelenjar mamae pembentukan air susu. Sedangkan
hipofisis posterior Sangat penting untuk diuretik. Oksitosin
mengkontraksi alveolus mamae sehingga membntu mengalirkan
ASI dari kelenjar mamae ke puting susu.
3) Sistem Urinarius
a) Komponen urine
BUN (Blood Urea Nitrogen), yang meningkat selama masa
pascapartum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi
selama 1-2 hari setelah wanita melahirkan .
b) Diuresis Pasca partus
Dalam 12 jam setelah melahirkan, mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun dijaringan selama hamil. Salah satu
mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa
hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama 2-3
hari pertama setelah melahirkan.
c) Uretra dan Kandung Kemih
Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan
edema, sering kali disertai daerah-daerah kecil hemorargi. Pada
pasa pacapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan dapat
menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi
sehingga mengganggu proses berkemih normal.
5
4) Sistem Pencernaan
Pada abdomen setelah melahirkan dinding perut longgar karena
direngang begitu lama, sehingga otot-otot dinding abdomen memisah,
suatu keadaan yang dinamai diastasis rektus abdominalis. Apabila
menetap, efek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi seiring
perjalanan waktu, efek tersebut menjadi kurang terlihat dan dalam
enam minggu akan pulih kembali.
5) Sistem Kardiovaskuler
Denyut nadi dan jantung meningkat setelah melahirkan karena darah
yang biasanya melintasi uretroplasma tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum. Namun, klien dengan anestesi spinal cenderung akan
mengalami hipotensi yang disebabkan melebarnya pembuluh nadi
sehingga darah berkurang. Volume darah menurun ke kadar sebelum
hamil pada 4 mingu setelah melahirkan. Hematokrit meningkat pada
hari ke 3-7 pasca partum. Leukositosis normal pada kehamilan rata-
rata sekitar 12.000 /mm³. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah
bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000 /mm. Varises
ditungkai dan disekitar anus akan mengecil dengan cepat setelah bayi
lahir.
5
6) Sistem Neurologi
Pengaruh neurologi post operasi biasanya nyeri kepala, pusing, keram
disebabkan pengaruh anestesi. Lama nyeri kepala bervariasi dari 1-3
hari sampai beberapa minggu, tergantung pada penyebab dan
efektifitas pengobatan.
7) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama masa hamil
berlangsung secara lebih baik pada masa pascapartum. Sebagian besar
wanita melakukan ambulasi 4-8 jam setelah melahirkan Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi
sendi lengkap pada minggu ke-6 – ke-8 setelah melahirkan.
8) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, serta adanya
diaforesis. Ciri yang paling khas adanya bekas luka sayatan operasi
sesar di sekitar abdomen.
9) Sistem Pernapasan
Enam jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret dijalan nafas akibat
pengaruh anastesi mensupresi pusat nafas, menyebabkan peningkatan
mukus, bunyi nafas ronchi atau vesikuler, frekuensi nafas 16-
24x/menit.
5
2. Panggul Sempit
a. Pengertian
Panggul sempit adalah suatu keadaan dimana ukuran panggul dan
kepala janin tdak sesuai sehingga terjadi persalinan macet (Purwandri,
2008).
Panggul sempit adalah keadaan dimana ukuran panggul 1-2 cm
kurang dari ukuran normal (Manuaba, 2001).
Panggul sempit adalah ketidaksesuaian antara keadaan luas pintu
panggul dengan besar bayi (terutama ketidaksesuaian antara luas pintu
panggul dengan bagian kepala bayi (Sastrawinata, 2005).
b. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi
sebagai berikut :
1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a) Panggul sempit seluruh yaitu semua ukuran kecil
b) Panggul picak yaitu ukuran muka belakang sempit, ukuran
melintang biasa.
c) Panggul sempit picak yaitu semua ukuran kecil tapi berlebiha
ukuran muka belakang.
d) Panggul corong yaitu pintu atas panggul biasa, pintu bawah
panggul sempit.
e) Panggul belah : symphyse terbuka.
5
2) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul
sempit picak dan lain-lain.
b) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang.
c) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring.
3) Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b) Sciliose didaerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit
miring.
c) Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah coxitis,
iuxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit
miring (Sastrawinata, 2005).
c) Tanda dan Gejala
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri
tanpa pengambilan tindakan yang tepat akan timbul bahaya bagi janin,
tanda dan gejalanya yaitu :
1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika
ditambah dengan infeksi intra partum
2) Adanya air ketuban bercampur mekonium yang ditelan janin sehingga
menyebabkan bahaya pada janin.
3) Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek
sampai bata-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut
5
dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebeli dan pendarahan
intra cranial (Siswosuharjo, 2010).
Klasifikasi Panggul Sempit yaitu :
1) Kesempitan pintu atas panggul (peilvic outlet)
a) Pembagian tingkat panggul sempit
(1) Tingkat I : CV = 9 – 10 cm = borderline
(2) Tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relative
(3) Tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
(4) Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
b) Pembagian menurut tindakan
(1) CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
(2) CV = 6 – 8 cm = SC primer
(3) CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
2) Kesempitan mid pelvis
Terjadi bila diameter interspinorum 9 cm. Kesempitan mid pelvis
hanya dapat dipastikan dengan rongtsen pelvinometri. Dengan
pelvimetri klinik hanya dapat dipikirkan kesempitan mid pelvis jika :
a) Spina menonjol
b) Side walls konvergent
c) Ada kesempitan outlet
Mid pelvic contractions dapat memberikan kesulitan sewaktu partus
sesudah kepala pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya
5
merupakan kontra indikasi untuk forceps karena daun forceps akan
menambah semoitnya ruangan.
3) Kesempitan outlet
Bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15
cm. Kesempitan outlet, meskipun tidak menghalangi lahirnya janin,
namun dapat menyebabkan perineal ruptur yang hebat, karena arkus
pubis sempit (Manuaba, 2007).
d) Komplikasi
1) Saat persalinan
a) Persalinan akan berlangsung lama
b) Sering dijumpai ketuban pecah dini
c) Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali
pusat menumbung.
d) Maulage kepala berlangsung lama
e) Sering terjadi interstia uterus sekunder
f) Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri
primer.
g) Infeksi intra partal
2) Pada anak
a) Infeksi intra partal
b) Kematian janin intra partal
c) Proloaps funikuli
d) Perdarahan intra kranial
5
e) Caput succedaneum dan chepalohematoma yang besar
f) Robekan pada tentorium serebri dan pendarahan otak karena
moulage yang hebat dan lama
g) Fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan
oleh karena alat-alat yang dipakai.
e) Penatalaksanaan Medis
1) Partus percobaan
CV 8,5 -10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan
berakhir dengan spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong
dengan sectio caesarea sekunder atas indikasi obsetric.
2) Tindakan sectio caesarea
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sectio Caesarea a/i
Panggul Sempit
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal
mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilakukan secara berurutan, terus-
menerus, saling berkaitan dan dinamis (Asmadi, 2008).
Tujuan proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan
keperawatan klien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan, dan hasil asuhan
5
yang diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan rencana asuhan yang
berpusat pada klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan klien, mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan
dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang diharapkan (Nursalam, 2001).
1. Pengkajian
Pengkajian yaitu tahap awal dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber.
Data yang harus didokumendasikan secara tepat dan benar, pada
dasarnya ada 2 jenis yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif
yang merupakan data riwayat kesehatan yang diperoleh dari wawancara dari
pasien dan keluarga, sedangkan data obyektif diperoleh dari pengkajian fisik
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Prihardjo, 2005).
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan terdiri dari :
1) Identitas
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien.
5
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat sebelum masuk rumah sakit
Menggambarkan kondisi kehamilan selama di rumah atau sebelum
dilakukan tindakan Sectio Caesarea.
b) Riwayatkesehatan sekarang
(1) Keluhan utama
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas
intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat
pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini.
Keluhan utama pada post op sectio caesarea a/i panggul sempit
adalah nyeri.
(2) Riwayat keluhan utama
Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta
menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit saat ini,
dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T.
P : (Paliatif/provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan
dan memperingan serta memberatkan keluhan.
Q : (Quality/kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana
rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul.
R : (Region,radition), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah
penyebaran keluhan sejauh mana.
5
S : (Scale/saverity), intensitas keluhan yang dirasakan apakah
sampai mengganggu atau tidak, dimana hal ini
menentukan waktu dan durasi
T: (Timing), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering,
apakah
berulang-ulang, dimana hal ini menentuka waktu dan
durasi (Muttaqin, 2008).
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu. Apakah klien pernah menderita
penyakit yang sama pada kehamilan sebelumnya atau ada faktor
predisposisi serta penyakit apa saja yang diderita klien. Apakah
klien mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan atau
makanan.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji dengan menggunakan genogram, adakah anggota keluarga
yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, DM,
jantung atau riwayat penyakit menular seperti hepatitis dan TBC.
e) Riwayat ginekologi dan menstruasi
1) Riwayat ginekologi
(a) Riwayat menstruasi
Usia pertama kali haid, lamanya haid, siklus haid,
banyaknya darah, keluhan, sifat darah, dan haid terakhir,
HPHT dan tafsiran kehamilan.
5
(b) Riwayat perkawinan
Usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan ke
berapa bagi klien dan suami.
(c) Riwayat keluarga berencana
Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil,waktu dan
lamaya, apakah ada masalah jenis kontrasepsi yang akan
digunakan.
2) Riwayat Obstetrik
(a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Meliputi umur kehamilan, tanggak persalinan, jenis
persalinan, tempat persalinan, berat badan anak waktu lahir,
masalah yang terjadi dan keadaan anak sekarang.
(b) Riwayat kehamilan sekarang
Meliputi usia kehamilan, keluhan selama hamil, terutama
yang dirasakan pada trisemester pertama biasanya akan
mengalami morning sickness, lesu dan sering kencing. Pada
trisemester kedua biasanya akan dirasakan gerakan anak
yang pertama kali, apakah mendapat suntikan TT (imunisasi
TT diberikan pada ibu hamil 2 kali). Perubahan berat badan
selama hamil, tempat pemeriksaan dan frekuensi. Pada
trisemester ketiga biasanya akan dirasakan keluhan pegal
pegal, sesak pada saat berbaring dan udeme pada tungkai.
5
(c) Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal, jam dan lamanya persalinan, jenis
persalinan dan jenis kelamin bayi.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien dilanjutkan sewaktu mengukur tanda-tanda vital.
b) Kesadaran
Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan
yaitu:
1) Compos mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja dapat
dibangunkan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi.
4) Delirium : keadaan kacau motorik seperti memberontak dan
tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.
5) Sopor : keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya
dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
6) Koma keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun (Priharjo, 2001).
5
c) Pemeriksaan persistem
1) Sistem pernapasan
a) Hidung
Tidak ada deviasi hidung, tidak nampak pembesaran sinus,
tidak ada polip, simetris kirir dan kanan, tidak ada nyeri
tekan dan tidak teraba adanya massa.
b) Leher
Tidak nampak atau teraba adanya pembesaran kelenjar
tiroid, limfe dan vena jugularis.
c) Dada dan paru
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada
mengikuti irama pernapasan, tidak ada nyeri tekan pada
dada, vokal fremitus getaranya seimbang kiri dan kanan,
terdengar sonor pada seluruh lapang paru, terdengar pekak di
ICS II sampai V sinistra, bunyi nafas vesikuler, irama nafas
teratur dan tidak ada bunyi nafas tambahan.
2) Sistem kardiovaskuler
Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya
peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah
dada dan pengukuran tekanan darah dengan palpasi dapat
dihitung peningkatan frekuensi nadi, adanya hipertensi
orthostatik terutama sewaktu melakukan perubahan posisi dari
5
tidur keposisi duduk atau berdiri, ada tidaknya edema,
konjungtiva pucat atau tidak.
3) Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen untuk
mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau nyeri tekan.
tujuan pengkajian ini mengetahui secara dini penyimpangan
pada sisten pencernaan.
4) Sistem muskuloskeletal
Kaji derajat Range Of Montion dari pergerakan sendi mulai dari
kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau
nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien
waktu bergerak, dan observasi adanya luka pada otot akibat
peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi otot. Selain ROM,
tonus dan kekuatan tonus harus dikaji, karena klien imobilitas
biasanya tonus dan kekuatan ototnya menurun.
5) Sistem persyarafan
a) Nervus I (Olfaktorius)
Untuk menetukan ada tidaknya gangguan terhadap fungsi
penciuman, cara pemeriksaan :
1. Tutup mata klien
2. Tutup salah satu lubang hidung
3. Berikan bau-bauan dan diminta menyebut bau apa
5
4. Cek masing-masing lubang hidung yang bau-bauan
(sebaiknya gunakan bau-bauan yang berbeda)
b) Nervus II (Opticus)
Ketajaman penglihatan dan lapang pandang, sebelum
melakukan pemeriksaan ini, periksa dahulu keadaan mata
secara fisik atau wajar. Periksa ketajaman penglihatan dengan
menggunakan shelled card atau perintakan klien untuk
membaca tulisan koran. Kalau klien berkaca mata cek 2 kali,
pertama dengan menggunakan kaca mata dan seterusnya
tanpa kaca mata.
c) Nervus III (Okulomotoris)
Berfungsi untuk pergerakkan 4 dari 6 otot ekstrinsik mata.
Dilakukan dengan cara light test pen jangan dinyalakan dulu
mulai dari samping cosensual refleks, kedua pupil beraksi
bersama-sama terhadap stimulus dan perhatikan refleks pupil,
apakah cepat atau lambat dan apakah besarnya sama antara
pupil kanan dan kiri. Perintahnya lihat kedepan ikuti cahaya.
d) Nervus IV ( Trokhlearis)
Berfungsi pada gerakkan sadar bola mata, penglihatan ke
bawah dan ke dalam, beri perintah agar klien dapat
menggerakkan bola mata nya ke bawah dan ke atas.
5
Tes akomodasi : daya akomodasi terhadap obyek misalnya
dengan memberi tulisan, dekatkan terus sampai dengan
sejauh mana klien masih dapat melihat atau membaca.
e) Nervus V (Trigeminus)
Mensuplai sensasi kornea, mukosa mulut dan hidung, kulit
muka, cara tes refleks kornea (dilakukan satu-satu).
f) Nervus VI (Abdusen)
Pergerakkan bola mata kelateral mempunyai fungsi kordinasi
untuk mempersyarafi mata sehingga tes dilakukan secara
bersamaan.
g) Nervus VII (Fasialis)
Mempersyarafi seluruh otot wajah yang mempunyai sensasi
motorik.
h) Nervus VIII (Vestibulkoklearis)
Sensoriks koklearis, mempunyai 2 bagian sensorik yaitu
auditori dan vestibular yang berperan dalam penerjemahan
suara/keseimbangan dan pendengaran.
i) Nervus IX (Glosofaringeal)
Menginarifasi otot-otot glosofaringeal untuk menelan,
mensuplai membrane mukosa faring dan mensyarafi 1/3
bagian belakang lidah.
5
j) Nervus X (Vagus)
Mengontrol proses menelan, mengontrol mukosa faring dan
tonsil.
k) Nervus XI (Asesorius)
Mempersarafi gerakkan otot travezius dan
sternokleidomastoid.
l) Nervus (Hipoglosus)
Respon untuk lidah, pergerakkan waktu menelan dan bicara.
6) Sistem perkemihan
Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi daerah abdomen bawah untuk
mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat-
alat genitourunari bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya
nyeri tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran urinnya,
lancar atau ada nyeri sewaktu miksi, serta bagaimana warna
urinnya.
7) Sistem reproduksi
Kaji 24 jam post partum, payudara lunak dan tidak nyeri tekan,
puting bebas dari area-area pecah, kemerahan dan pembesaran
payudara, fundus uteri kontraksi kuat dan terletak
diumbilikus,aliran lokea sedang dan bebas bekuan.
5
8) Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit meliputi
tekstur, kelembapan, turgor warna dan fungsi perabaan.
9) Sistem endokrin
Ada tidak pembesaran kelenjar tiroid, ekskresi urin yang
berlebihan, polidipsi, polihagi, dan keringat yang berlebihan.
10) Sistem imun
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak
pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak.
11) Sistem indra
Pada umunyaa yang perlu dikaji yaitu bentuk, kesimetrisan,
ketajaman penglihatan, lapang pandang, konjungtiva atau tidak
anemis, skelra ikterus atau tidak, adanya oedema pada
kelopakmata atau tidak, bentuk hidung, warna, adanya sekret,
atau tidak dihidung, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya nyeri
tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada hidung, bentuk
telinga, adanya oedemaatau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak.
4) Pola aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi : Kaji adanya perubahan dan masalah dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan, kehilangan
sensasi mengecap, menelan, mual dan muntah.
b) Eliminasi (BAB dan BAK) : Bagaimana pola eliminasi BAK dan
BAB apakah ada perubahan selama sakit atau tidak.
5
c) Istirahat dan tidur : Kesulitan tidur dan istirahat karena adanya
nyeri dan kejang otot.
d) Personal hygiene : Klien biasanya belum dapat melakukan aktivitas
perawatan sendiri akibat dari kelemahan perlu untuk mendapatkan
bantuan dari perawat kelurga.
e) Aktivitas gerak : Kaji adanya kehilngan sensasi atau paralise dan
kerusakan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-harinya
karena adanya kelemahan.
5) Data psikologis
a) Status emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba
klien menjadi mudah tersinggung.
b) Konsep diri
1) Body image : Sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara
sadar maupun tidak sadar, meliputi : performance, potensi
tubuh, bentuk tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran
dan bentuk tubuh.
2) Ideal : Persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan
dengan standar peribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan
dan keinginan.
3) Harga diri : Penilaian individu terhadap hasil yang dicapai,
dengan cara menganalisi seberapa jauh perilaku individu
tersebut dengan ideal diri. Aspek utama harga diri adalah
5
dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan
mendapatpenghargaan orang lain.
4) Peran : Pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan
individu berdasarkan posisinya dimasyarakat.
5) Identitas kesadaran diri: Kesadaaran akan diri pribadi yang
bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesi semua
aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh
(Sunaryo, 2004).
c) Pola koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau tertutup.
6) Data sosial
Pada data obyektif akan didapatkan ketidakmampuan, kehilangan
kemampuan berkomunikasi secara verbal, ketergantungan pada
orang lain dan sosialisasi dengan lingkungan. Pada data sujektif
ditemukan sikap klien yang sering menarik diri dari orang lain dan
lingkungan karena hanya akan membebabani orang lain.
7) Data spiritual
Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan
dengan agama yang dianut klien, dan bagaimana persepsi klien
tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas spiritual klien selama
menjalani perawatan di rumah sakit, dan siapa yang menjadi
pendorong dan memotivasi bagi kesembuhan klien.
5
8) Pemeriksaan penunjang
Mengkaji pemeriksaan darah Hb, Hematokrit, leukosit dan USG.
b. Pengelompokan data
Pengelompokan data adalah pengidentifikasian masalah
kesehatan terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Setelah dapat
dikelompokan, maka perawat dapat mengidentifikasi masalah
keperawatan klien dengan merumuskannya (Depkes RI, 2005).
c. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berfikir nasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan. Serta untuk menghasilkan suatu permasalahan yang ada
dari data yang ada.
Analisa data terdiri dari :
1) Problem (masalah), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan
suatu informasi yang diperlukan untuk dapat merumuskan suatu
diagnosis keperawatan
2) Etiologi (penyebab), keadaan ini menunjukan penyebab keadaan atau
maslah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi
keperawatan.
3) Symptom (gejala), merupakan gambaran keadaan dimana tindakan
keperawatan dapat diberikan (Carpenito, 2001).
5
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin yang berkompeten dan mengatasinya. Respon aktual dan
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis klien masa lalu dan konsultasi dengan profesional
lain, yang semuanya dikumoulkan selama proses pengkajian (Nursalam,
2001).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan sectio
caesarea yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anatesis, efek-
efek hormonal, distensi kandung kemih.
b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan peningkatan transisi atau
peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya : intervensi
pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan atau
interaksi).
c. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep
diri,transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
d. Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus
otot (diastasis rekti, kelebihan analgetik atau anasthesi,efek-efek
progesteron, dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri
perineal atau infeksi).
5
e. Gangguan pemenuhan ADL : perawatan diri berhubungan dengan efek-
efek anastesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik
f. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhungan dengan gangguan integritas
kulit akibat prosedur pembedahan (Hamilton, 2005).
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan
keperawatan yang dilaksanakan untuk mengulangi masalah dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien.
a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek-
efek hormonal, distensi kandung kemih.
Tujuan : Nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria :
Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
nyeri/ketidaknyaman dengan tepat.
1) Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
2) Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi dan Rasional
1) Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat
verbal dan non verbal seperti meringis, kaku dan grakan melindungi
atau terbatas
Rasional :
5
Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan
ketidaknyaman secara langsung. Membedakan karakteristik khusus
dari nyeri membantu membedakan nyeri pasca operasi dan terjadinya
komplikasi.
2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab
ketidaknyaman dan intervensi yang tepat.
Rasional :
Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri
berkenaan dengan ansietas dan ketakutan.
3) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :
Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta dapat
meningkatkan tekanan darah dan nadi.
4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri klien.
Rasional :
Selama 12 jam pertama pasca partum kondisi uterus kuat dan teratur
dan ini berlanjut selama dua sampai tiga hari berikutnya, meskipun
frekuensi dan intensitasnya menurunkan ketegangan area insisi dan
mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan
otot abdomen dikurangi.
5) Lakukan latihan nafas dalam, spirometri insentif dan batuk dengan
menggunakan prosedur-prosedur pembebatan dengan tepat, 30 menit
setelah pemberian analgetik.
5
Rasional :
Nafas dalam meningkatan upaya pernapasan.
b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi
atau peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya : intervensi
pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan atau
interaksi, kebanggan diri negatif)
Tujuan : Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan proses keluarga.
Kriteria :
1) Menggendong bayi bila kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
2) Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat.
3) Mulai secara aktif mengikuti tugas perawatan bayi baru lahir dengan
tepat
Intervensi dan Rasional
1) Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi,
tergantung pada kondisi klien dan bayi baru lahir, bantu sesuai
kebutuhan.
Rasional :
Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan untuk
memberikan ikatan keluarga karena ibu dan bayi secara emosional
menerima isyarat satu sama lain, yang memenuhi kedekatan dan
proses pengenalan.
2) Berikan kesempatan untuk ayah atau pasangan untuk menyentuh dan
menggendong bayi sesuai kemungkinan situasi.
5
Rasional :
Membantu memudahkan ikatan atau kedekatan antara bayi dan ayah.
3) Observasi dan catat interaksi keluarga-bayi, perhatikan perilaku yang
dianggap menandakan ikatan dan kedekatan dalam budaya tertentu.
Rasional :
Kontak mata dengan mata, penggunaaan posisi wajah, berbicara pada
suara nada tinggi dan menggendong bayi dengan dekat, ibu
menujukan pola progresif.
4) Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari
ikatan.
Rasional :
Membantu klien atau pasangan memahami makna dan pentingnya
proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.
5) Perhatikan pengungkapan perilaku yang menunjukan kekecewaan atau
kurang minat/kedekatan.
Rasional :
Kedatangan anggota keluarga baru, bahkan bila diinginkan dan
diantisipasi, memerlukan penyatuan anak yang baru kedalam kelurga
yang ada.
6) Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaan-
perasaan yang negatif tentang diri mereka dan bayi.
Rasional :
5
Konflik tidak teratasi selama proses pengenalan awal orang tua-bayi
dan mempunyai efek-efek negatif jangka panjang pada masa depan
hubungan orang tua-anak.
7) Perhatikan lingkungan sekitar kelahiran sesari, kebanggaan diri orang
tua dan persepsi tentang pengalaman kelahiran, reaksi awal mereka
terhadap bayi dan partisipasi mereka pada pengalaman kelahiran.
Rasional :
Orang tua perlu bekerja melalui hal-hal bermakna pada kejadian
penuh stress seputar kelahiran anak dan orientasikan mereka sendiri
terhadap realita sebelum mereka dapat memfokuskan pada bayi.
c. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancamaan pada konsep diri,
transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
Tujuan : Rasa aman klien terpenuhi : cemas hilang
Kriteria :
1) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan ansietas
2) Mengidentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan ansietas
3) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ketingkat yang dapat
diatasi
4) Kelihatan rileks, dapat tidur/istirahat dengan benar.
Intervensi dan Rasional
1) Kaji tingkat kecemasan klien dan sumber masalah
5
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat kecemasan ringan, sedang atau berat
sehingga memudahkan untuk menetukan intervensi.
2) Dorong klien atau pasangan untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional :
Klien akan terasa lega setelah mengungkapkan perasaannya.
3) Bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping
yang lazim dan perkembangan strategi kopnig baru jika dibutuhkan.
Rasional :
Membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru :
mengurangi perasaan ansietas
4) Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien dan bayi.
Rasional :
Khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalah
pahaman dapa meningkatkan tingkat kecemasan.
5) Mulai kontak antar klien/pasangan dengan bayi sesegera mungkin.
Rasional :
Mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penangan
bayi.
d. Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus
otot (diastasis reksti, kelebihan analgetik atau anastesi, efek-efek
progesteron, dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri
perineal atau infeksi).
5
Tujuan : Konstipasi tidak terjadi
Kriteria :
1) Mendemonstrasikan kembali motilitas usus dibuktikan oleh bising
usus aktif dan keluarnya flatus.
2) Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya optimal dalam empat
hari pasca partum.
Intervensi dan Rasional
1) Auskultasi bising usus setiap 4 jam setelah kelahiran sesaria
Rasional :
Menentukan kesiapan terhadap pemberian makan peroral dan
kemungkinan terjadinya komplikasi.
2) Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan.
Rasional :
Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus
paralitik.
3) Anjurkan cairan oral yang adekuat. Anjurkan diet makan kasar dan
buah-buahan dan sayuran dan bijinya.
Rasional :
Makanan kasar (buah, sayur khususnya kulit dan bijinya) dan
meningkatnya cairan, merangsang eliminasi dan mencegah terjadinya
kompliksai dan defekasi.
4) Anjurkaan latihan kaki dan pengencangan abdominal, tingkatkan
ambulasi dini.
5
Rasional :
Latihan kaki mengencangkan otot-oto abdomen dan memperbaiki
motilitas abdomen. Ambulasi progreif setelah 24 jam meningkatkan
peristaltik dan pengeluaran gas dan menghilangkan atau mencegah
nyeri karena gas.
5) Identifikasi aktivitas-aktivitas dimana klien dapat menggunakannya
dirumah untuk merangsang kerja usus.
Rasional :
Membantu dakam menciptakan kembali pola evakuasi normal dan
meningkatkan kemandirian.
6) Kolaborasi pemberian analgetik 30 menit sebelum ambulasi
Rasional :
Memudahkan kemampuan klien untuk ambulasi, namun narkotik bila
digunakan dapat menurunkan motalitas usus.
7) Kolaborasi pemberian pelunak feses.
Rasional :
Melunakkan feses, merangsang peristaltik dan membantu
mengemabilkkan fungsi usus.
e. Gangguan pemenuhan ADL : perawatan diri berhubungan dengan efek-
efek anastesi, penurunan kekuataan dan ketahanan, ketidaknyaman fisik.
Krietria :
1) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan perawatan diri.
5
2) Mengidentifikasi/menggunakan sumber-sumber yang tersedia
Intervensi dan Rasional :
1) Pastikan berat, durasi ketidaknyamanan. Perhatikan adanya sakit
kepala pasca spinal.
Rasional :
Nyeri berat mempengaruhi respon emosi dan perilaku sehingga klien
mungkin tidak berfokus pada aktivitas perawatan diri sampai
kebutuhan fisiknya terhadao kenyamanan terpenuhi.
2) Kaji status psikologis klien
Rasional :
Pengalaman nyeri fisik mungkin disertai dengan nyeri mental, yang
mempengaruhi keinginan klien dan motivasi untuk mendapatkan
otonomi.
3) Tentukan tipe-tipe anastesi : perhatikan adanya pesanan atau protocol
mengenai pengubahan posisi.
Rasional :
Klien yang telah menjalani anastesi spinal dapat diarahkan untuk
berbaring datar dan tanpa bantal untuk enam sampai delapan jam
setelah pemberian anastesi.
4) Ubah posisi klien setiap satu sampai 2 jam : bantu dalam latihan paru,
ambulasi dan latihan kaki.
5
Rasional :
Membantu mencegah komplikasi bedah yang dapat terjadi bila
ketidaknyamanan mempengaruhi pengubahan/aktifitas normal klien.
f. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan trauma gangguan integritas
kulit akibat prosedur pembedahan.
Kriteria :
1) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko dan
meningkatkan penyembuhan.
2) Menujukkan luka bekas dari drainage purulen dengan tanda awal
penyembuhan, uterus lunak/tidak nyeri tekan, dengan aliran dan
karakter lokhea normal.
3) Bebas dari infeksi, tidak demam, dan urine jernih kuning pucat
Intervensi dan Rasional :
1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan
pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal, dan linen
terkontaminasi dengan tepat.
Rasional :
Membantu mencegah dan membatasi penyebaran infeksi
2) Tinjau ulang Hb/Ht prenatal : perhatikan adanya kondisi yang
mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi.
Rasional :
Anemis, diabetes, dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesaria
meningkatkan resiko infeksi dan perlambatan penyembuhan.
5
3) Kaji status nutrisi klien.
Rasional :
Klien yang berat badannya 20% dibawah berat normal atau yang
anemia atau malnutrisi lebih rentan terhadap infeksi.
4) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat dan rembesan.
Rasional :
Renbesan dapat menandakan hematoma, gangguan penyatuan jaringan
atau dehisens luka, memerlikan intervensi lanjut (Hamilton, 2005).
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu klien mancapai
tujuan yang diharapakkan. Oleh, karena itu rencana tindakan ini yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalaam evaluasi,
proses perkembangan klien dinilai selam 24 jam terus menerus yang ditulis
5
dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis oleh perawat
jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya (Hidayat, 2009).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas adat subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulakn aapaakaah masalah masih tetap atau ada masalah baru.
P : perencanaan ataau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada
respon.
Hal-hal yang harys dievaluasi pada Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul
Sempit adalah :
a. Apakah perubahan proses keluarga teratasi ?
b. Apakah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi ?
c. Apakah gangguan rasa aman : cemas teratasi ?
d. Apakah infeksi tidak terjadi ?
e. Apakah eliminasi kembali lancar ?
f. Apakah klien sudah mampu melakukan aktivitas secara mandiri ?
5
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Biodata
a) Identitas klien
Nama : Ny. F
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status marial : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Tanggal masuk RS : 6 – 5 - 2014
Tanggal Pengkajian : 8 – 5 - 2014
Diagnosa medis : Post Op Sectio Caesarea POD
I a/i Panggul Sempit
No. RM : 265002
Alamat : Desa Lakopodo
5
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. L
Umur : 42 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Orang tua kandung klien
Alamat : Desa lakopodo
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakaan usia kehamilannya saat hamil yaitu 9 bulan,
klien mengatakan bahwa selama hamil jarang memeriksa
kehamilannya (+ 2 bulan sekali), tetapi pada akhir-akhir
kehamilan klien lebih sering memeriksakan kehamilannya ke
bidan dan kadang-kadang ke Rumah Sakit.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama :
2) Riwayat Keluhan Utama :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Mei 2014, klien
mengatakan nyeri pada daerah abdomen akibat luka bekas
operasi, nyeri dirasakan seperti diiris-iris menyebar didaerah
sekitar operasi terutama bila klien beraktivitas, ekspresi wajah
klien meringis bila nyeri timbul, dengan skala nyeri 8 (0-10),
nyeri berlangsung selam 3 menit, nyeri dirasakan hilang
5
timbul, nyeri bertambah bila beraktivitas dan berkurang bila
klien beristirahat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri
yaitu dengan istirahat.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami tindakan operasi
sebelumnya. Persalinan yang sekarang adalah persalinan yang
pertama bagi klien. Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit
seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, TBC, dan
klien tidak mempunyai riwayat alergi baik makanan dan obat.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, asma, hipertensi,
ataupun penyakit menular seperti TBC dan hepatitis. Tidak ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan mental.
5
Genogram III Generasi
Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
X : Meninggal
? : Tidak diketahui umurnya
: Klien
: Hubungan keluarga
---- : Tinggal serumah
Bagan 1 : Genogram III Generasi
X x XX
39? ??x ??? 42
39221618
8
21
q
1hr
5
e) Riwayat obsetri dan ginekologi
(1) Riwayat menstruasi
Klien mengatakan haid pertama (menarche) pada umur 16
tahun. Siklus haid teratur 28 hari, sifat darah cair kadang
bercampur gumpalan darah , warna merah muda, selama haid
klien merasa sakit pinggang, HPHT : 30 – 08 -2014, TP : 07
– 05 – 2014.
(2) Riwayat perkawinan
Klien mengatakan menikah pada usia 21 tahun dan suaminya
22 tahun, lamanya perkawinan 6 bulan, merupakan
perkawinan pertama bagi klien.
(3) Riwayat keluarga berencana
Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan
adalah pil KB dan klien mengatakan belum ada rencana
dalam jumlah anak.
(4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tabel 2. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Tahun
partus
Umur
Kehamilan
Jenis
partus
Penolong P/L Keterangan
- - - - - -
Keterangan: klien mengatakan persalinan yang sekarang
merupakanpersalinan yang pertama bagi klien dan
merupakan anak pertama bagi klien.
(5) Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan klien sewaktu hamil adalah morning sickness pada
trisemester 1 dimana selama hamil klien mendapat imunisasi
TT lengkap.
5
(6) Riwayat persalinan sekarang
Klien dengan P1 A0 mendapat tanda-tanda persalinan pada
tanggal 6 Mei 2014. Karena persalinan tidak berlangsung
secara normal, maka pada tanggal 7 Mei 2014, klien
dilakukan tindakan sectio caesarea selama 2 jam dengan
perdarahan ± 350 cc dengan jenis kelamin perempuan dengan
berat badan 2800 gram dan dalam keadaan baik.
3) Pemeriksaan Fisik
a) keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Compos mentis GCS :15 (M6 V5 E4)
c) Tanda-Tanda Vital :
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 88x/menit
3) Resprasi : 24x/menit
4) Suhu : 36,5ºc
d) Pemeriksaan persistem
1) Sistem pernapasan
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, dapat membedakan
bau, tidak terdapat seket pada lubang hidung, tidak terdapat
lesi pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
terdapat polip, tidak ada nyeri tekan pada hidung, pergerakkan
dada simetris kiri dan kanan, ekspansi paru simetris, pola nafas
norma 24 x/menitl, tidak ada nyeri tekan pada dada,
5
pergerakkan dada mengikuti pernapasan, suara paru terdengar
vesikuler.
2) Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat sianosis, irama
reguler, bunyi jantung terdengar S1 dan S2 dengan bunyi lup
dup, CRT (Capillary Reffile Time) kembali dalam 2 detik,
tidak terdapat peningkatan vena jugularis, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
3) Sistem pencernaan
Jumlah gigi 32 buah, tidak ada caries gigi, gusi baik, lidah
dapat membedakan rasa, pergerakkan lidah baik, nampak luka
operasi tertutup verban, bentuk insisi vertikal dengan panjang
luka 10 cm, dengan jumlah jahitan 12 jahitan, keadaan luka
masih basah, nyeri tekan sekitar luka area operasi, bising usus
8x/menit.
4) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas :
Bentuk dan ukuran kedua ekstemitas simetris antara kiri dan
kanan, tidak terdapat deformitas tulang dan sendi, tidak
terdapat adanya atrofi otot, tidak terdapat udeme pada kedua
ekstremitas, terdapat infus pada tangan kanan RL 28 tts/menit,
refleks biceps kiri dan kanan (+), trisep kiri dan kanan (+),
rangsangan nyeri (+), rangsangan suhu (+), kekuatan otot 5 5
5
Ekstremitas bawah :
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas simetris kiri dan kanan,
tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, refleks patella +/+,
refleks babinsky -/-, achiles +/+, sensasi nyeri (+), sensasi suhu
(+), kekuatan otot 4 4, nampak berhati-hati dalam bergerak,
nampak dibantu dalam beraktivitas.
5) Sistem persyarafan
a) Tes fungsi serebral
Pada saat dilakukan pengkajian, klien dalam keadaan sadar,
dengan kualitas kesadaran compos mentis, status mental
baik, bisa mengenal perawat dan orang-orang disekitarnya.
b) Tes fungsi kranial
1. Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau.
2. Nervus II (Optikus)
Fungsi penglihatan klien baik, visus 6/6, klien dapat
melihat tangan perawat yang ada di sebelah kiri dan
kanan.
3. Nervus III (Okulomotoris)
Klien dapat mebuka dan menutup matanya, refleks
pupil dapat melebar dan mengecil pada saat dirangsang
cahaya.
5
4. Nervus IV (Trochlearis)
Klien mampu menggerakkan bola matanya kesegala
arah yaitu kearah bawah, atas dan samping.
5. Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat merasakan sentuhan kertas pada pipi
sambil mata klien tertutup. Klien dapat mengatupakan
rahang dan mengunyah dengan baik.
6. Nervus VI (Abdusen)
Mata dapat digerakkan ke lateral kiri dan kanan dengan
mengikuti objek.
7. Nervus VII (Vasialis)
Klien dapat membedakan rasa manis dan asin 2/3
anterior lidah, klien dapat mengangkat alis secara
bersamaan.
8. Nervus VIII (Akustikus)
Fungsi pendengaran baik, dapat mendengar gesekan
tangan perawat dengan jarak 10 cm.
9. Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior
lidah, refleks muntah (+)
10. Nervus X (Vagus)
Refleks menelan baik.
5
11. Nervus XI (Asesorius)
Klien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri serta
melawannya ketika diberi tahanan pada kedua bahu.
12. Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakkan lidah dan menjulurkannya
kearah samping kiri, kanan, belakang dan depan.
6) Sistem perkemihan
Tidak ada udema palpebra, tidak ada distensi kandung kemih,
tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, nampak terpasang
kateter dengan jumlah urin 500 ml.
7) Sistem reproduksi
a. Payudara
Payudara simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
pembengkakan kedua payudara, nampak hiperpigmentasi
pada areola mammae dan puting susu,
b. Uterus
Pada palpasi fundus uteri teraba 2 cm di bawah pusat.
c. Vulva dan perineum
Lochea berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochia
rubra), area vulva dan perineum nampak kotor.
5
8) Sistem integumen
Warna rambut hitam, nampak kusam dan tidak rapi, distribusi
merata tidak mudah tercabut, warna kulit sawo matang, kulit
nampak kotor, turgor kulit baik dan suhu akral hangat, kuku
warna merah muda, tidak ada clubing finger, kuku nampak
kotor dan panjang, ada nyeri tekan pada luka bekas operasi.
9) Sistem endokrin
Tidak terdapat edema, kelenjar tiroid tidak teraba, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
10) Sistem imun
Klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan
maupun makanan.
11) Sistem indra
a. Indra penglihatan
Bentuk mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterus,
pupil isokor, konjungtiva merah muda, lapang pandang
normal, pergerakkan bola mata baik, fungsi penglihatan
baik.
b. Indra pendengaran
Posisi telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran
baik, lubang telinga nampak kotor, tidak ada penumpukan
serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
5
c. Indra penciuman
Hidung nampak simetris, fungsi penciuman baik
d. Indra pengecapan
Dapat membedakan rasa pahit, manis, asam, dan asin.
e. Indra peraba
Dapat merasakan sensasi panas dan nyeri.
4) Pola Aktifitas Sehari-hari
Tabel 3. Pola aktifitas sehari-hari
No Jenis aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Nutrisi
- Pola Makan
- Frekuensi
- Nafsu Makan
Nasi, lauk, sayur
3x sehari
Baik
Bubur
3x sehari
Baik
2. Cairan
- Jenis minuman
- Frekuensi
Air putih
7 sampai 8 gelas perhari
(1400 – 1800 cc)
Air putih
6 sampai 7 gelas
perhari (1200 – 1400
cc)
3. Eliminasi
BAB
- Frekuensi
- Konsistensi
BAK
- Frekuensi
- Warna
1x sehari
Padat
4-5 kali
Kuning jernih
1x sesudah operasi
Padat
4-5 kali
Kuning jernih
4. Personal hygiene
- Mandi
- Gosok gigi
- Menyisir rambut
- Memotong kuku
2x sehari
Sx sehari
Setiap kali mandi
Jika panjang
Klien mengatakan
selama di rumah sakit
klien tidak pernah
mandi, memotong
kuku dan merapikan
rambut.
5. Istirahat dan tidur
- Tidur malam
- Tidur siang
20.00 – 06.00
13.00 – 14.00
Tidak menetu
Tidak menentu
5
6. - Aktivitas Mandiri Klien mengatakan
selama di RS
kebutuhan ADL nya
dibantu oleh keluarga
dan perawat.
5) Data psikologis
a) Status emosi
Saat melakukan pengkajian emosi klien dalam keadaan stabil.
b) Konsep Diri
1) Body image
Klien mengatakan bangga pada dirinya karena telah
melahirkan anak pertamanya dengan selamat, klien
mensyukuri seluruh anggota tubuhnya dan bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Identitas
Klien merasa bangga dengan kodratnya sebagai perempuan
yang bisa mempunyai anak walaupun bersusah payah.
Penampilan klien sesuai dengan jenis kelaminnya.
3) Klien ingin cepat pulang dan merawat bayinya sendiri agar
tumbuh sehat. Klien berharap agar dapat mendidik anaknya
dengan baik, sehingga anaknya menjadi anak yang berbakti.
4) Peran diri
Klien mengatakan ingin menjadi seorang ibu yang baik dari
anak-anaknya dan berusaha untuk mewujudkan cita-cita
mereka.
5
5) Harga diri
Klien tidak mengalami harga diri rendah dengan keadaannya,
justru klien mengatakan bangga dengan dirinya karena bisa
melahirkan anak dengan selamat.
6) Data sosial
Klien tampak kooperatif dengan petugas kesehatan dan klien
bersuku Muna. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Muna. Klien tinggal bersama suaminya yang memegang peranan
sebagai pengambil keputusan. Orang yang paling berarti dalm hidup
klien adalah orang tua dan suaminya. Apabila klien mendapat
permasalahan maka klien akan mendiskusikannya dengan orang tua
dan suaminya
7) Data spiritual
Klien beragama islam, klien meyakini adanya kekuatan yang
melebihi kemampuan manusia yang merupakan sumber kekuatan
bagi dirinya, yaitu Allah SWT. Klien mengatakan taat beribadah dan
senantiasa berusaha melaksanakan kewajiban dan menjauhi
larangannya. Klien mengatakan tetap berdoa untuk kesembuhan dan
anaknya.
5
8) Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tabel 4. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Mei 2014
No Pemeriksaan hasil Nilai normal satuan
1. Hematologi
- Hemoglobin
- leukosit
- LED/BBS
8,0
12.740
50/-
12.0 – 16.0
35-47
0-15
g/dl
/mm3
Mm/1jam
9) Therapy
a. Infus RL 28tetes/menit
b. Inj. asam tranexamat 1A / IV / 8 Jam
c. Inj. Ranitidin 1A / IV / 8 Jam
d. Inj. Antrain 2ml 1A / IV / 8 Jam
e. Inj. Ceftriaxone 1gram / jam
b. Klasifikasi data
Data subyektif
1) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
2) Klien mengatakan nyerinya seperti di iris-iris
3) Klien mengatakan nyerinya hilang timbul
4) Klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktifitas.
5) Klien mengatakan berhati-hati saat bergerak karena nyeri pada area
operasi.
6) Klien mengatakan selama di rumah sakit kebutuhan ADLnya dibantu
keluarga dan perawat.
7) Klien mengatakan selama di rumah sakit belum pernah menyisir
rambut mandi dan potong kuku.
5
8) Klien mengeluh tidak nyaman di daerah genetalia.
Data obyektif :
1) Nyeri tekan pada sekitar area luka operasi
2) Skala nyeri 8 (0-10)
3) Ekspresi wajah nampak meringis
4) Klien berhati-hati dalam bergerak
5) Klien nampak dibantu dalm beraktivitas
6) Terpasang infus RL 28 tts/menit
7) Kulit nampak kotor
8) Rambut nampak kusam dan tidak rapi.
9) Kuku nampak panjang dan kotor
10) Nampak luka operasi yang tertutup verban
11) Ukuran luka 10 cm dengan 12 jahitan
12) Luka masih basah
13) Kekuatan otot 5 5
4 4
5
c. Analisa Data
Tabel 5. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. Data obyektif :
- Klien mengatakan nyeri pada
luka bekas operasi
- Klien mengatakan nyerinya
seperti diiris-iris
- Klien mengatakan nyerinya
hilang timbul
- Klien mengatakan nyeri
bertambah bila beraktifitas
Data subyektif :
- Nyeri tekan pada sekitar area
luka operasi
- Skala nyeri 8(0-10)
- Ekspresi wajah nampak
meringis
Adanya panggul sempit
Indikasi melahirkan
dengan sectio caesarea
Tindakan pembedahan
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Merangsang pengeluaran
mediator kimia
(histamine, bradikinin,
serotonin dan
prostaglandin)
Thalamus
Korteks serebri
Nyeri
Nyeri
2. Data subyektif :
- Klien mengatakan nyeri bila
beraktivitas.
Data obyektif :
- Klien berhati-hati dalam
bergerak karena nyeri pada
area operasi
- Klien nampak dibantu dalam
beraktivitas
- Terpasang infus RL 28
tts/menit
- kekuatan otot 5 5
4 4
Adanya proses
pembedahan
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Pembatasan gerak pada
pasien
Keterbatasan rentang
gerak/gangguan mobilitas
fisik
Gangguan
mobilitas fisik
5
.
3. Data subyektif :
- Klien mengatakan selama di
RS belum pernah menyisir
rambut, memotong kuku dan
mandi
- Klien mengeluh tidak
nyaman didaerah genetalia
Data obyektif :
- Aktivitas dibantu perawat dan
keluarga
- Rambut nampak kusam dan
tidak rapi
- Kuku nampak kotor dan
panjang.Kulit nampak kotor
Tindakan sectio caesarea
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Nyeri
Nyeri bertambah saat
bergerak
Keinginan melakukan
pergerakkan
Gangguan mobilitas fisik
Imobilisasi
Defisit perawatan diri
Gangguan
pemenuhan ADL :
Personal Hygiene
4. Data Subyektif :
-
Data obyektif :
- Nampak luka operasi yang
tertutup verban
- Ukuran luka 10 cm, dengan
12 jahitan
- Luka masi basah
Tindakan sectio caesarea
Terputusnya
kontinuitasjaringan
Merupakan post dientri
agen-agen penyebab
infeksi
Resiko tinggi infeksi
Resiko tinggi
infeksi
5
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringan yang
ditandai dengan :
DS :
1) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
2) Klien mengatakan nyerinya seperti diiris-iris
3) Klien mengatakan nyerinta hilang timbul
4) Klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktivitas
DO :
1) Nyeri tekan pada sekitar area luka operasi
2) Skala nyeri 8(0-10)
3) Ekspresi wajah nampak meringis
b. Gangguaan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat bekas
opersi sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
DS :
1) Klien mengatakan berhati-hati saat bergerak karean nyeri pada area
operasi
DO :
1) Klien berhati-hati dalam bergerak
2) Klien nampak dibantu dalam beraktivitas
3) Terpasang infus RL 28 tts/menit
4) Kekuatan otot 5 5
4 4
5
DO :
1) Nampak lemah
2) Nampak sulit beraktivitas
c. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan
pergerakkan tidak maksimum, ditandai dengan :
DS :
1) Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat
2) Klien mengatakan selama Di rumah sakit belum pernah mandi,
menyisir rambut dan memotong kuku
3) Klien mengeluh tidak nyaman didaerah genetalia
DO :
1) Rambut acak-acakkan dan kusam
2) Kuku nampak panjang dan kotor
3) Kulit nampak kotor
4) Aktivitas dibantu perawat dan keluarga
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi yang
ditandai dengan :
DS : -
DO :
1) Nampak luka operasi yang tertutup verban
2) Ukuran luka 10 cm dengan jahitan 10 jahitan
3) Luka masih basah.
5
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama : Ny. F Tanggal Masuk RS : 6 Mei 2014
Umur : 21 Tahun Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2014
Jenis kelamin : Perempuan No. Register : 265002
Alamat : Desa lakopodo Diagnosa : Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i
Panggul Sempit
Tabel 6. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Rencana tindakan keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan yang ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada luka
bekas operasi
- Klien mengatakan nyerinya seperti
diiris-iris
- Klien mengatakan nyerinya hilang
timbul
- Klien mengatakan nyeri bertambah
bila beraktivitas
DO:
- Nyeri tekan pada sekitar area luka
operasi
- Skala nyeri 8(0-10)
Ekspresi wajah nampak meringis
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 4 hari
nyeri hilang dengan kriteria
:
- Wajah nampak tenang
- Nyeri berkurang dari 3
menjadi 1 (0-10)
1. Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik dan beratnya.
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Ajarkan teknik relaksasi dan
distraksi.
4. Pertahankan istirahat dengan
posisi yang nyaman bagi klien.
5. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi.
1.Membantu membedakan penyebab
nyeri dan memberikan informasi
tentang kemajuan.perbaikan penyakit,
terjadinya komplikasi dan keefektifan
intervensi
2.Tanda-tanda vital dapat berubah akibat
nyeri dan merupakan indikator untuk
menilai perkembangan penyakit.
3.Teknik nafas dalam dapat mengurangi
ketegangan otot, mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri dan mengurangi
nyeri
4.Menghilangkan keteganagn abdomen
dengan posisi terlentang
5.Analgetik mengambat pengiriman
impuls nyeri ke korteks serebri
sehingga dapat mengurangi nyeri.
5
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri akibat bekas operasi
sehingga terjadi keterbatasan aktivitas
ditandai dengan :
DS :
- klien mengatakan berhati-hati saat
bergerak karena nyeri pada area
operasi.
DO :
- Klien berhati-hati dalam bergerak
- Klien nampak dibantu dalam
beraktivitas
- Terpasang infud RL 28 tts/menit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4 hari
gangguan mobilitas fisik
teratasi dengan kriteria :
- Klien dapat beraktivitas
dengan bantuan minimal.
- Klien dapat
menggerakkan anggotaa
tubuhnya.
1.Observasi tingkat kemampuan
mobilitas klien
2.Bantun klien dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari
3.Bantu klien melakukan
gerakan-gerakkan sendi secara
aktif
4.Anjurkan keluarga klien untuk
turut membantu melatih dan
memberikan motivasi pada
klien
1.Untuk menentukan tingkat aktivitas dan
baantuan yang diberikan.
2.Bantuan yang diberikan mampu
memenuhi kebutuhan aktivitasnya
3.Mempertahankan funsi sendi dan
mencegah penurunan tonus dan
kekuatan otot serta mencegah
kontraktur
4.Keterlibatan kelurga sangat dalam
memberikan dukungan moril klien
sehingga klien akan optimis dalam
keterbatasannya.
3. Gangguan pemenuhan ADL : personal
hygiene berhubungan pergerakkan
tidak maksimum yang ditandai dengan
:
DS :
- Klien mengatakan selam di rumah
sakit klien malas memperhatikan
kebersihan kuku dan rambut
- Klien mengeluh tidak nyaman pada
daerah genetalia
DO :
- Rambut tampak kusam
Kuku tampak panjang dan kotor
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selam 4 hari
gangguan pemenuhanADL :
personal hygiene
teratasidengan kriteria :
- Dapat melakukan
perwatan diri dengan
bantuan
- Rambut tampak bersih
dan rapi
- Kuku tampak bersih
1.Kaji kemampuan klien dalam
perawatan diri dengan cara
menanyakan kepada klien
apakah klien sudah dapat
merawat diri atau belum.
2.Berikan penjelasan pada klien
dan keluarga akan pentingnya
perawatan diri.
3.Bantu klien melakukan
perawatan diri.
4.Bantu klien dalam melakukan
perawatan vulva hygiene.
5.Anjurkan keluarga untuk
membantu aktivitas perawatan
diri
1.Mengetahui sejauh mana klien dapat
melakukan perawatan dirisehingga
perawat dapat membuat intervensi yang
dapat membantu dalam penentuan
selanjutnya.
2.Membantu menambah pengetahuan
klien akan pentingnya perawatan diri
selama proses penyembuhan klien
3.Membantu memenuhi kebutuhan akan
perawatan diri selama proses
penyembuhan klien.
4.Memberikan rasa aman kepada klien
5.Keterlibatan keluarga merupakkan
support bagi klien sehingga klien mau
untuk ikut serta dalam perawan diri
sampai klien bisa melakukan secara
mandiri.
5
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan adanya luka operasi yang
ditandai dengan :
DS :-
DO :
- Nampak luka operasi didaerah
abdomen yang ditutup verban
- Ukuran luka 10 cm dengan 10 jahitan
- Luka masih basah
Setelah dilakukan tindakan
keperawatn selama 4 hari
tidak ada tanda-tanda resiko
infeksi dengan kriteria :
- Luka jahitan tampak
bersih
Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi seperti tumor, rubor,
dolor, kolor, fungsiolaesa.
1.Observasi keadaan luka klien
2.Lakukan perawatan luka
dengan memperhatikan teknik
septik dan aseptik
3.Ganti baalutan setiap hari
4.Kolaborasi dalam pemberian
antibiotik
1.Untuk menentukan intervensi
selanjutya
2.Menurunkan resiko terjadinya infeksi
3.Untuk mencegah terjadinya
perkembagan mikroorganisme
4.Mempercepat proses penyembuhan
5
4. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 7. Implementasi dan Evaluasi
No.
DX
Hari/
Tanggal
Jam Implementasi Hari/
Tanggal
Jam Evaluasi
1. Rabu 08.00
08.15
08.25
6. Mengkaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya
dengan cara melihat ekspresi wajah klien dan menyakan
kepada klien seperti apa nyeri yang dirasakan.
Hasil :
Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala nyeri 8 (0-10),
tipe nyeri berat.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital dengan cara :
- Mengobservasi tekanan darah dengan manset, tensi
meter pada lengan kiri, dengan posisi klien
berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan posisi klien
berbaring terlentang ditempat tidur.
- Mengukur suhu tubuh dengan meletakkan
termometer pada aksila selama 5 menit
- Menghitung denyut nadi dengan teraba arteri
radialis selama 1 menit.
- Menghitung pernapasan dengan memperhatikan
pergerakkan klien selama 1 menit
Hasil :
TD :120/80 mmHg
N : 88x/menit
P : 24x/menit
S : 36,5 0
c
8.Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara klien disuruh
menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara
perlahan-lahan serta teknik distraksi dengan cara klien
dapat berbincang-bincang dengan keluarga ketika nyeri
dirasakan.
Rabu 13.00 S: - Klien mengatakan nyeri pada daerah
luka opearasi
- Klien mengatakan nyeri bertambah saat
bergerak
O : - Ekspresi wajah namapak meringis
- Skala 8(0-10)
- Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/menit
P : 24x/menit
S : 36,5 0
c
-
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna

More Related Content

What's hot

laporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendahlaporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendahMas Mawon
 
Bab 2 asuhan keperawatan dewasa
Bab 2 asuhan keperawatan dewasaBab 2 asuhan keperawatan dewasa
Bab 2 asuhan keperawatan dewasaRodo Pekok
 
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitasRini Ambarwati Rachmadi
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareYusuf Saktian
 
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusAsuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusheri damanik
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemiaandalizah
 
Satuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhanSatuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhandayat hida
 
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdfJurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdfmaung8
 
Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarpt.cingursapi
 
Peran perawat dalam masyarakat
Peran perawat dalam masyarakatPeran perawat dalam masyarakat
Peran perawat dalam masyarakatsahril sahril
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikFaris Andrianto
 
Sop peemberian insulin
Sop peemberian insulinSop peemberian insulin
Sop peemberian insulinDasuki Suke
 
Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitasKb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitaspjj_kemenkes
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidSri Nala
 
Lp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diriLp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diriekasafitri55
 

What's hot (20)

laporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendahlaporan pendahuluan harga diri rendah
laporan pendahuluan harga diri rendah
 
Bab 2 asuhan keperawatan dewasa
Bab 2 asuhan keperawatan dewasaBab 2 asuhan keperawatan dewasa
Bab 2 asuhan keperawatan dewasa
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusAsuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Satuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhanSatuan acara penyuluhan
Satuan acara penyuluhan
 
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdfJurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
 
Bidai
Bidai Bidai
Bidai
 
Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakar
 
Peran perawat dalam masyarakat
Peran perawat dalam masyarakatPeran perawat dalam masyarakat
Peran perawat dalam masyarakat
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Sop peemberian insulin
Sop peemberian insulinSop peemberian insulin
Sop peemberian insulin
 
Askep post partum
Askep post partumAskep post partum
Askep post partum
 
Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitasKb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Asuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan GerontikAsuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan Gerontik
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam Thypoid
 
Lp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diriLp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diri
 

Viewers also liked

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
NurseReview.Org Diabetes Mellitus
NurseReview.Org Diabetes MellitusNurseReview.Org Diabetes Mellitus
NurseReview.Org Diabetes MellitusNurse ReviewDotOrg
 
Diabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and management
Diabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and managementDiabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and management
Diabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and managementNamrata Chhabra
 
Insulin Therapy in DM
Insulin Therapy in DMInsulin Therapy in DM
Insulin Therapy in DMPk Doctors
 

Viewers also liked (8)

Plasenta previa AKPER PEMKAB MUNA
Plasenta previa AKPER PEMKAB MUNAPlasenta previa AKPER PEMKAB MUNA
Plasenta previa AKPER PEMKAB MUNA
 
Kafer akper muna
Kafer akper munaKafer akper muna
Kafer akper muna
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Materi 5 Ibu Nifas
Materi 5   Ibu Nifas Materi 5   Ibu Nifas
Materi 5 Ibu Nifas
 
NurseReview.Org Diabetes Mellitus
NurseReview.Org Diabetes MellitusNurseReview.Org Diabetes Mellitus
NurseReview.Org Diabetes Mellitus
 
Diabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and management
Diabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and managementDiabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and management
Diabetes mellitus - (Part-3) -- Laboratory diagnosis and management
 
Insulin Therapy in DM
Insulin Therapy in DMInsulin Therapy in DM
Insulin Therapy in DM
 

Similar to Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...Warnet Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaAsuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaAsuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaOperator Warnet Vast Raha
 
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan
Manajemen dan pendokumentasian  asuhan kebidananManajemen dan pendokumentasian  asuhan kebidanan
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidananOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna (20)

Halaman persetujuan akper
Halaman persetujuan akperHalaman persetujuan akper
Halaman persetujuan akper
 
Halaman persetujua1
Halaman persetujua1Halaman persetujua1
Halaman persetujua1
 
Halaman persetujua1
Halaman persetujua1Halaman persetujua1
Halaman persetujua1
 
Halaman persetujuan akper
Halaman persetujuan akperHalaman persetujuan akper
Halaman persetujuan akper
 
Halaman persetujua1
Halaman persetujua1Halaman persetujua1
Halaman persetujua1
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY“M” DENGAN ASFIKSI...
 
Karya tulis ilmiah wa hara
Karya tulis  ilmiah wa haraKarya tulis  ilmiah wa hara
Karya tulis ilmiah wa hara
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaAsuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaAsuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
 
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan
Manajemen dan pendokumentasian  asuhan kebidananManajemen dan pendokumentasian  asuhan kebidanan
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Kti mas udin
Kti mas udinKti mas udin
Kti mas udin
 
Kti mas udin
Kti mas udinKti mas udin
Kti mas udin
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti ita ariani
 
Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti ita ariani
 
Kti karmila
Kti karmilaKti karmila
Kti karmila
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna

  • 1. 5 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. F PI AO DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA POD 1 a/i PANGGUL SEMPIT DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKABUPATEN MUNA KARYA TULIS ILMIAH Dianjurkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna DISUSUN OLEH : ULFA SARI DEWI NIM : 11.11.894 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2014
  • 2. 5 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Berjudul : ”Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F P1 A0 Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Panggul Sempit Di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”. Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan penguji. Raha, Juni 2014 Pembimbing F ITRIA MARFI, S. Kep, Ns Mengetahui : Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y , S. Kep, Ns NIP. 19800212 200312 2 006
  • 3. 5 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN JLN. Poros Raha-Tampo KM. 6 Motewe TLP. 0403-2522954 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 16 Juni 2014 DEWAN PENGUJI 1. (..............................................) 2. (.............................................) 3. (.............................................) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan diploma III keperawatan pada akademi keperawatan pemerintah kabupaten muna Tanggal 16 Juni 2014 Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep, Ns NIP
  • 4. 5 ABSTRAK Latar Belakang : Menurut catatan medikal record Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Muna pada periode bulan Januari sampai dengan April 2014, diman jumlah ibu hamil yang dilakukan tindakan sectio caesarea a/i panggul sempit yaitu tercatat 5 orang, dan panggul sempit menempati urutan ke 7 dari 10 kasus terbesar yang dirawat di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. Tujuan penulisan : Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini agar memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit dengan pendekatan proses keperawatan di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Metode Telaahan : Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Sistematika Telaahan : Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 BAB dengan susunan sebagai berikut : BAB I Tinjauan Teoritis, BAB II Tinjauan Kasus dan Pembahasan, BAB 4 Penutup dan Rekomendasi. Tinjauan Kasus : Dari hasil pengkajian didapatkan 4 diagnosa keperawatan yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri dan resiko tinggi infeksi Pembahasan : Mengulas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus. Kesenjangna yang ditemukan akan dibahas berdasarkan asuhan keperawatan yaitu tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan Asuhan Keperawatan Ny. F P1A0 dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit. Kesimpulan : Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan post op sectio caesarea perawata harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan di perlukan adanya pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama baik dengan tim kesehatan lainnya.
  • 5. 5 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan baik dan tepat pada waktunya. Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F P1 A0 dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit Di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna” disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dengan berbagi pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada : 1. Bapak dr. Tutut Purwanto selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna beserta staf yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan pada Rumah Sakit yang dipimpinya 2. Ibu Santhy, S.Kep, Ns., selaku Direktur Akper Pemkab Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Akper Pemkab Muna.
  • 6. 5 3. Ibu Ns. Musriani, S. Kep., M.Kes dan Ibu Dina Asminatalia, S. Kep, Ns., selaku penguji institusi dan penguji lahan ujian praktek di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. 4. Ibu Fitria Marfi, S. Kep, Ns., selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Imliah ini dapat terselesaikan. 5. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah memberikan petunjuk dan nasehat serta kerjasama dalam melakukan Asuhan Keperawatan di ruangan yang di pimpinnya. 6. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta kerjasama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Klien Ny. F dan keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan Asuhan Keperawatan. 8. Orang tuaku tercinta ayahanda Mustafa, Ibunda Suarni, kakak, adik dan seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan moril yang sangat berarti selama mengikuti pendidikan. 9. Sahabat-sahabatku Vevianti Mafika Sari, Juliana, Dian Andriani Djiki,Samsul Sahri, Ramlan serta rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
  • 7. 5 Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis mengharapkan adanya masukkan, baik kritik ataupun saran yang bersifat membangun demi kesempuranaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala Allah SWT. Demikian Karya Tulis Ilmiah ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi dunia keperawatan, Amin. Raha, Juni 2014 Penulis vii
  • 8. 5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iii ABSTRAK......................................................................................... iv KATA PENGANTAR....................................................................... v DAFTAR ISI...................................................................................... vii DAFTAR TABEL.............................................................................. ix DAFTAR BAGAN............................................................................. x DAFTAR GAMBAR......................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................. 1 B. Ruang Lingkup Pembahasan...................................... 4 C. Tujuan......................................................................... 5 D. Manfaat Penulisan...................................................... 6 E. Metode Telaahan........................................................ 7 F. Waktu Pelaksanaan..................................................... 8 G. Tempat Pelaksanaan................................................... 8 H. Sistematika Penulisan................................................. 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA a/i PANGGUL SEMPIT A. Konsep Dasar 1. Pengertian............................................................... 11 2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita....... 12 3. Klasifikasi............................................................... 17 4. Etiologi................................................................... 19
  • 9. 5 5. Patofisiologi.......................................................... 20 6. Pemeriksaan Penunjang........................................ 21 7. Penatalaksanaan Medis......................................... 22 8. Komplikasi............................................................ 23 9. Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh........... 24 B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit 1. Pengkajian........................................................... 35 2. Diagnosa keperawatan......................................... 48 3. Perencanaan......................................................... 50 4. Implementasi....................................................... 60 5. Evaluaasi............................................................. 60 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjuan Kasus............................................................ 62 1. Pengkajian.......................................................... 62 2. Diagnosa Keperawatan....................................... 79 3. Rencana Tindakan Keperawatan........................ 82 4. Implementasi Dan Evaluasi................................ 85 5. Catatan Perkembangan....................................... 89 B. PEMBAHASAN....................................................... 96 1. Pengkajian.......................................................... 97 2. Diagnosa Keperawatan....................................... 106 3. Perencanaan........................................................ 108 4. Implementasi...................................................... 109 5. Evaluasi.............................................................. 111 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan............................................................... 113 B. Rekomendasi............................................................. 115 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
  • 10. 5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Distribusi Sepuluh Penyakit Terbanyak di Ruang Delima RSUD Kabupaten Muna........................................................ 3 Tabel 2. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas.......................... 66 Tabel 3. Pola Aktivitas Sehari-hari..................................................... 73 Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium.......................................... 75 Tabel 5. Analisa Data.......................................................................... 77 Tabel 6. Rencana Tindakan Keperawatan........................................... 82 Tabel 7. Implementasi Dan Evaluasi................................................... 85 Tabel 8. Catatan Perkembangan.......................................................... 89
  • 11. 5 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan I. Genogram III Generasi 65
  • 12. 5 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Rencana penyuluhan Lampiran 2 : Satuan Penyuluhan Lampiran 3 : Materi Lampiran 4 : Leaflet Lampiran 5 : Lembar Konsul
  • 13. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya besar bagi Bangsa Indonesia untuk meluruskan kembali arah pembangunan nasional yang telah dilaksanakan secara terpadu disegala bidang. Salah satu bidang dalam pembangunan adalah bidang kesehatan. Tuntutan reformasi total tersebut muncul karena masih banyak kesimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan. Derajat kesehatan masih tertinggal jauh dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan merupakan modal utama pembangunan nasional. Maka penting bagi Bangsa Indonesia untuk menerapkan paradigma baru dan paradigma sehat yang merupakan upya untuk lebih meningkatkan kesehatan yang bersifat preventif (Depkes RI, 2009). Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesarea (Kompas, 2012).
  • 14. 5 Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang bertujuan melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi persalinan melalui sectio caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya sectio caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005). Namun dewasa ini, sectio caesarea jauh lebih aman daripada dulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan teknik operasi yang lebih sempurna. Karena itu, saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat (Winkjosastro, 2005). Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar 25% – 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Kompas, 2011). Tahun 2005 AKI di Dunia 400/100.000 kelahiran hidup, di Negara maju 9/100.000 kelahiran hidup dan di Negara berkembang 450/150.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan WHO, pada tahun 2009 AKI di Indonesia 230/100.000 kelahiran hidup, sedangkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 bahwa AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Dalam upaya pencapaian dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan
  • 15. 5 menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas. Di Negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5% pada 25 tahun yang lalu menjadi 15% sedangkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan bahwa terdapat 15% persalinan dilakukan melalui operasi (Depkes RI, 2011). Menurut data rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, daftar sepuluh penyakit terbesar di Ruang Delima yaitu : Tabel 1.Daftar sepuluh penyakit terbesar Diruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna (Januari - April 2014). NO Jenis Penyakit Jumlah % 1 Abortus Inkomplit 15 23,07 2 Mioma Uteri 8 12,30 3 Eklamsia 7 10,76 4 Gawat Janin 7 10,76 5 Plasenta Previa 6 9,23 6 Letak Bokong 5 7,69 7 Panggul Sempit 5 7,69 8 Serotinus 4 6,15 9 Ketuban Pecah Dini 4 6,15 10 Letak Lintang 4 6,15 Jumlah 65 100 Sumber: Medikal Record Ruang Perawatan Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna 2014. Tabel 1. Diatas menunjukan bahwa dari 65 jumlah pasien di Ruang Perawatan Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, penderita penyakit sectio caesarea atas indikasi panggul sempit berjumlah 5 orang, dengan persentase 7,69%, angka kejadian ini merupakan peringkat kedelapan dari sepuluh penyakit terbesar yang dirawat dalam 4 bulan terakhir di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
  • 16. 5 Dari data tersebut memberikan gambaran bahwa masalah penyakit Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik untuk lebih memahami mendalam mengenai penyakit sectio caesarea dan penerapan proses keperawatan pada penyakit tersebut serta dari hasil penentuan kasus pada ujian akhir program, maka penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. F P1 A0 dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i Panggul Sempit di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Derah Kabupaten Muna. B. Ruang Lingkup Pembahasan Berdasarkan data dan informasi dari berbagai referensi yang ada, memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa pasien dengan masalah Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit mempunyai resiko yang sangat luas, sehingga membutuhkan asuhan keperawatan dengan memberikan tindakan yang maksimal dengan harapan masalah dapat dikurangi atau diatasi. Melihat masalah pada penyakit sectio caesarea yang cukup luas, maka dalam penyusunan karya tulis ini penulis hanya membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F P1 A0 dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i Panggul Sempit Di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
  • 17. 5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan keperawatan pada klien Ny. F dengan Post Op Sectio Caesarea P1 AO a/i Panggul Sempit di ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna secara langsung dan komprehensif, meliputi aspek bio, psiko-sosio dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif dengan kasus Post Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah pada klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit. c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun pada klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit. e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan kasus Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit. f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan kasus Post Sectio Caesaria a/i Panggul Sempit.
  • 18. 5 D. Manfaat Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yang meliputi : 1. bagi penulis Sebagai pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dibidang keperawatan. 2. Bagi rumah sakit Sebagai pedoman dan petunjuk dalam penerapan asuhan keperawatan bagi tenaga perawat diruangan dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas pelayananperawatan 3. Bagi institusi Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam mengembangkan ilmu keperawatan dan upaya yang mengindikasikan penyempurnaan dari asuhan keperawatan yang sudah ada dan yang ditetapkan saat ini 4. Bagi masyarakat Dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang faktot-faktor yang mempengaruhi terjadinya post op sectio casarea atas indikasi panggul sempit.
  • 19. 5 E. Metode Telaahan Metode yang digunakan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1. Observasi Yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung meliputi bio, psiko, sosio, dan spiritual. 2. Wawancara Yaitu pembicaraan terarah yang umumnya diselenggarakan pada pertemuan tatap muka baik dengan klien maupun keluarga klien dengan tujuan untuk mengungkapkan dan memperoleh data subjektif yang akurat dan dapat dipercaya. Wawancara ini dapat dilakukan antara perawat dengan keluarga klien (allo anamnesa) dan klien dengan petugas kesehatan (auto anamnesa). 3. Pemeriksaan Fisik Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik secara persistem pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
  • 20. 5 4. Study Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat catatan medik dan status pasien baik sekarang maupun yang telah lalu, dengan tujuan untuk memperoleh data objektif yang lengkap. 5. Study Kepustakaan Yaitu bahan penunjang dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berasal dari buku–buku yang berhubungan dengan kasus yang dibahas, sehingga dapat diperoleh keterangan dan dasar-dasar teori mengenai pengertian yang bersifat definitif dalam hubungannya dengan kasus yang diambil. F. Waktu Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 07 sampai dengan 10 Mei 2014. G. Tempat Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. H. Sistematika Penulisan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 BAB dengan susunan sebagai berikut : BAB 1. Pendahuluan Menjelaskan Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan Dan Sistematika Telaahan.
  • 21. 5 BAB II. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Dengan Post Op Sectio Caesarea A/I Panggul Sempit. Menguraikan tentang Konsep Dasar Medic Sectio Caesarea yang terdiri dari Pengertian, Anatomi Dan Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi, Adaptasi fisiologi Terhadap sistem tubuh dan Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan yang Meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. BAB III. Tinjauan Kasus dan Pembahasan Membahas tentang asuhan keperawatan pada Klien Ny. F dengan Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang mencangkup Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan Perkembangan serta pembahasan yang menguraikan tentang kesejangan antara teori dan fakta yang ada pada tinjauan kasus, dibahas secara sistematika mulai dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. BAB IV. Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini berisikan kesimpulan dan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan serta rekomendasi operasional.
  • 22. 5 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN POST OP SECTIO CAESAREA a/i PANGGUL SEMPIT A. Konsep Dasar 1. Sectio Caesarea a. Pengertian Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya memotong. Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Soewarto, 2008). Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010). Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba, 2001). Mengenai kontra indikasi perlu diketahui bahwa sectio caesarea perlu dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak. Oleh sebab itu, sectio caesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa apabila misalnya terjadi indikasi panggul sempit, atau apabila janin sudah meninggal dalam rahim, janin terlalu kecil untuk
  • 23. 5 hidup diluar kandungan, atau apabila janin terbukti menderita cacat seperti hidrosefalus dan sebagainya. b. Anatomi dan Fisiologi System Reproduksi Wanita 1) Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Gambar 1. Penampang alat - alat reproduksi wanita Sumber : http:www.google.com/anatomfisiologisistemreproduksi, 2009 a) Anatomi sistem reproduksi wanita Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi eksterna wanita (organ bagian luar ) dan organ reproduksi interna wanita (organ bagian dalam).
  • 24. 5 (1) Organ reproduksi eksterna wanita (a) Vulva (pukas) atau pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vaskular. (b) Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha. (c) Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. (d) Labia minora (bibir-bibir kecil atau nymphae) adalah suatu lipatan tipis dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
  • 25. 5 (e) Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif. (f) Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dan depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette). (g) Bulbus Vestibuli sinistra et dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. (h) Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada seorang Virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (himen). Himen ini mempunyai bentuk berbeda-beda,
  • 26. 5 dan yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang- lubang atau yang bersekat (septum). (i) Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis (Prawirohardjo, 2009). (2) Organ reproduksi interna wanita (a) Vagina (Liang Kemaluan/Liang Senggama) Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara. introitus vagina dan uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing- masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae. (b) Uterus Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
  • 27. 5 membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). (c) Tuba Falloppi Tuba Falloppi terdiri atas : 1. Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus. 2. Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya. Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi. 3. Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon (sejenis binatang laut). 4. Ovarium (Indung Telur) Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovanium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm (Prawirohardjo, 2009).
  • 28. 5 2) Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat digolongkan sebagai berikut: a) Genetalia eksterna Fungsi dari genetalia eksterna adalah dikhususkan untuk kopulasi (koitus). b) Genetalia interna (1) Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir pada waktu persalinan. (2) Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tukmbuh dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin. (3) Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh gertaran rambut getar tersebut. (4) Ovarium berfungsi sabagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, yempat terjadinya pembuahan (Prawirohardjo, 2006). Klasifikasi Sectio Caesarea 1) Abdomen ( Sectio Caesaria Abdominalis ) Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
  • 29. 5 Kelebihan : a) Mengeluarkan janin lebih cepat b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih c) Sayatan biasa di perpanjang proksimal atau distal. Kekurangan : a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik. b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan. 2) Sectio Caesaria Ismika atau Profunda atau Low Cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim. Kelebihan : a) Penjahitan luka lebih mudah b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik. c) Tumpang tindih dari peritoneal Flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum. d) Perdarahan kurang e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan kurang atau lebih kecil. Kekurangan : a) Luka melebar ke kiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan pedarahan yang banyak. b) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.
  • 30. 5 c) Sectio Caesaria Ekstra Peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. Sectio Caesaria ekstra peritonealis dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi nifas, dengan kemajuan terhadap terapi infeksi, teknik ini tidak lagi dilakukan karena tekniknya sulit, juga sering terjadi ruptur peritoneum yang tidak dapat dihidarkan. 4) Vagina ( Sectio Caesaria Vaginalis ) Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut: a) Sayatan memanjang ( longitudinal ) b) Sayatan melintang ( transfersal ) c) Sayatan huruf T ( T- incition ) c. Etiologi Beberapa penyebab dilakukan sectio caesarea yaitu : 1) Cephalo pelvic disproportion/ disproporsi kepala panggul yaitu apabila bayi terlalu besar atau pintu atas panggul terlalu kecil sehingga tidak dapat meleawati jalan lahir dengan aman, sehingga membawa dampak serius bagi ibu dan janin. 2) Plasenta previa yaitu plaesenta melekat pada ujung bawah uterus sehingga menutupi serviks sebagian atau seluruhnya, sehingga ketika serviks membuka selama persalinan ibu dapat kehilangan banyak darah, hal ini sangat berbahaya bagi ibu maupun janin.
  • 31. 5 3) Tumor pelvis (obstruksi jalan lahir, dapat menghalangi jalan lahir akibatnya bayi tidak dapat dikeluarkan melalui vagina. Kelainan tenaga atau kelainan his, misalnya pada ibu anemia sehingga kurang kekuatan/tenaga ibu untuk mengedan dapat menjadi rintangan pada persalinan, sehingga persalinan mengalai hambatan/kemacetan. 4) Ruptura uteri imminent (mengancam) yaitu adanya ancaman akan terjadi ruptur uteri bila persalinan spontan. Kegagalan persalinan : persalinan tidak majui dan tidak ada pembukaan, disebabkan serviks yang kaku, sering terjadi pada ibu primi tua atau jalan persalinan yang lama. 5) Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan,apabila telah mengalami sectio caesarea atau menjalani operasi kandungan sebelumya, ruptur uteri bisa terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi sectio caesarea klasik, miomektomi, misalnya ibu dengan riwayat mioma sehingga dilakukan miomektomi (Manuaba, 2007). d. Patofisiologi Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dan lain-lain untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
  • 32. 5 partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang- kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
  • 33. 5 aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, 2002). e. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan hemoglobin, dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal jantung kongesti 2) Urinalisis adalah analisa fisik kimia dan mikroskopik terhadap urin berguna untuk menentukan kadar albumin/glukosa. 3) Pelvimetri : Menentukan CPD 4) USG abdomen adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal otot, ukuran, struktur dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ, melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, persentasi janin, mengetahui usia kehamilan, dan melihat keadaan janin. 5) Amnioskopi : Melihat kekeruhan air ketuban 6) Tes stress kontraksi atau tes nonstress : Mengkaji respon janin terhadap gerakan/ stress dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal (Smeltzer 2001).
  • 34. 5 f. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan Sectio Caesarea yaitu sebagai berikut : 1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat. 2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat. 3) Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg. 4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam. 5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah pembedahan. 6) Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain. 7) Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat setelah pembedahan. 8) Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia. 9) Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir (Cuningham, 2005).
  • 35. 5 g. Komplikasi 1) Infeksi, Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam rongga panggul disekitarnya. Faktor-faktor predisposisi partus lama, ketuban pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya. 2) Pendarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri. 3) Luka kandung kemih. 4) Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya. 5) Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Wiknjosastro, 2005). h. Dampak Masalah terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Sistem Tubuh Tertentu terhadap Kebutuhan Klien Sebagai Mahluk Holistik Menurut Cuningham (2006), pengaruh/adaptasi fisiologi Post Op Sectio Caesarea terhadap system tubuh diantaranya yaitu : 1) Sistem reproduksi a) Uterus (1) Involusi merupakan proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, akibatnya otot-otot polos uterus berkontraksi pada waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai ±1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari mencapai ±1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari
  • 36. 5 kemudian, perubahan fundus uteri turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. (2) Kontraksi uterus meningkat setelah bayi lahir, terjadi karena hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar hipofisis posterior. (3) After Pains rasa nyeri setelah melahirkan lebih nyata ditempat uterus yang teregang, menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keluarnya merangsang kontraksi uterus. (4) Tempat plasenta terjadi pertumbuhan endometrium, regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah melahirkan. (5) Lokia, terdiri dari : (a) Lokia rubra terdiri dari darah, sisa penebalan dinding rahim, dan sisa-sisa pemahaman plasenta. Lochea rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4. (b) Lokia serosa mengandung cairan darah, berupa serum dan lekosit. Lochea serosa berwarna kekuningan dan keluar antara hari ke-5 sampai ke-9. (c) Lokia alba terdiri dari leukosit, lendir leher rahim (serviks), dan jaringan-jaringan mati yang lepas dalam
  • 37. 5 proses penyembuhan. Loshea alba berwarna putih dan keluar selama 2-3 minggu. b) Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan, 18 jam pasca partum, serviks memendek dan konsentrasinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. c) Vagina dan Perineum Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6- 8 minggu setelah bayi lahir. d) Payudara Setelah bayi lahir terjadi penurunan konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara estrogen, progesterone, human chorionik, gonadotropin, prolaktin, dan insulin), oksitosin merangasang refleksi let-dowm (mengalirkan) menyebabkan ejeksi ASI. 2) Sistem Endokrin (a) Hormon plasenta kadar estrogen dan progesterone menurun secara signifikan dan saat terendah adalah 1 minggu post partum. (b) Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium Hipofisis dibagi menjadi dua, yaitu hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior mengsekresi hormon prolaktin untuk
  • 38. 5 meningkatkan kelenjar mamae pembentukan air susu. Sedangkan hipofisis posterior Sangat penting untuk diuretik. Oksitosin mengkontraksi alveolus mamae sehingga membntu mengalirkan ASI dari kelenjar mamae ke puting susu. 3) Sistem Urinarius a) Komponen urine BUN (Blood Urea Nitrogen), yang meningkat selama masa pascapartum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi selama 1-2 hari setelah wanita melahirkan . b) Diuresis Pasca partus Dalam 12 jam setelah melahirkan, mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun dijaringan selama hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. c) Uretra dan Kandung Kemih Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, sering kali disertai daerah-daerah kecil hemorargi. Pada pasa pacapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal.
  • 39. 5 4) Sistem Pencernaan Pada abdomen setelah melahirkan dinding perut longgar karena direngang begitu lama, sehingga otot-otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rektus abdominalis. Apabila menetap, efek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi seiring perjalanan waktu, efek tersebut menjadi kurang terlihat dan dalam enam minggu akan pulih kembali. 5) Sistem Kardiovaskuler Denyut nadi dan jantung meningkat setelah melahirkan karena darah yang biasanya melintasi uretroplasma tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Namun, klien dengan anestesi spinal cenderung akan mengalami hipotensi yang disebabkan melebarnya pembuluh nadi sehingga darah berkurang. Volume darah menurun ke kadar sebelum hamil pada 4 mingu setelah melahirkan. Hematokrit meningkat pada hari ke 3-7 pasca partum. Leukositosis normal pada kehamilan rata- rata sekitar 12.000 /mm³. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000 /mm. Varises ditungkai dan disekitar anus akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir.
  • 40. 5 6) Sistem Neurologi Pengaruh neurologi post operasi biasanya nyeri kepala, pusing, keram disebabkan pengaruh anestesi. Lama nyeri kepala bervariasi dari 1-3 hari sampai beberapa minggu, tergantung pada penyebab dan efektifitas pengobatan. 7) Sistem Muskuloskeletal Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama masa hamil berlangsung secara lebih baik pada masa pascapartum. Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4-8 jam setelah melahirkan Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 – ke-8 setelah melahirkan. 8) Sistem Integumen Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, serta adanya diaforesis. Ciri yang paling khas adanya bekas luka sayatan operasi sesar di sekitar abdomen. 9) Sistem Pernapasan Enam jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret dijalan nafas akibat pengaruh anastesi mensupresi pusat nafas, menyebabkan peningkatan mukus, bunyi nafas ronchi atau vesikuler, frekuensi nafas 16- 24x/menit.
  • 41. 5 2. Panggul Sempit a. Pengertian Panggul sempit adalah suatu keadaan dimana ukuran panggul dan kepala janin tdak sesuai sehingga terjadi persalinan macet (Purwandri, 2008). Panggul sempit adalah keadaan dimana ukuran panggul 1-2 cm kurang dari ukuran normal (Manuaba, 2001). Panggul sempit adalah ketidaksesuaian antara keadaan luas pintu panggul dengan besar bayi (terutama ketidaksesuaian antara luas pintu panggul dengan bagian kepala bayi (Sastrawinata, 2005). b. Etiologi Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut : 1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan a) Panggul sempit seluruh yaitu semua ukuran kecil b) Panggul picak yaitu ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa. c) Panggul sempit picak yaitu semua ukuran kecil tapi berlebiha ukuran muka belakang. d) Panggul corong yaitu pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit. e) Panggul belah : symphyse terbuka.
  • 42. 5 2) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya a) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain. b) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang. c) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring. 3) Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang a) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong b) Sciliose didaerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit miring. c) Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah coxitis, iuxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring (Sastrawinata, 2005). c) Tanda dan Gejala Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat akan timbul bahaya bagi janin, tanda dan gejalanya yaitu : 1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah dengan infeksi intra partum 2) Adanya air ketuban bercampur mekonium yang ditelan janin sehingga menyebabkan bahaya pada janin. 3) Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai bata-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut
  • 43. 5 dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebeli dan pendarahan intra cranial (Siswosuharjo, 2010). Klasifikasi Panggul Sempit yaitu : 1) Kesempitan pintu atas panggul (peilvic outlet) a) Pembagian tingkat panggul sempit (1) Tingkat I : CV = 9 – 10 cm = borderline (2) Tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relative (3) Tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim (4) Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut) b) Pembagian menurut tindakan (1) CV = 8 – 10 cm = partus percobaan (2) CV = 6 – 8 cm = SC primer (3) CV = 6 cm = SC mutlak (absolut) 2) Kesempitan mid pelvis Terjadi bila diameter interspinorum 9 cm. Kesempitan mid pelvis hanya dapat dipastikan dengan rongtsen pelvinometri. Dengan pelvimetri klinik hanya dapat dipikirkan kesempitan mid pelvis jika : a) Spina menonjol b) Side walls konvergent c) Ada kesempitan outlet Mid pelvic contractions dapat memberikan kesulitan sewaktu partus sesudah kepala pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya
  • 44. 5 merupakan kontra indikasi untuk forceps karena daun forceps akan menambah semoitnya ruangan. 3) Kesempitan outlet Bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm. Kesempitan outlet, meskipun tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat menyebabkan perineal ruptur yang hebat, karena arkus pubis sempit (Manuaba, 2007). d) Komplikasi 1) Saat persalinan a) Persalinan akan berlangsung lama b) Sering dijumpai ketuban pecah dini c) Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung. d) Maulage kepala berlangsung lama e) Sering terjadi interstia uterus sekunder f) Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer. g) Infeksi intra partal 2) Pada anak a) Infeksi intra partal b) Kematian janin intra partal c) Proloaps funikuli d) Perdarahan intra kranial
  • 45. 5 e) Caput succedaneum dan chepalohematoma yang besar f) Robekan pada tentorium serebri dan pendarahan otak karena moulage yang hebat dan lama g) Fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-alat yang dipakai. e) Penatalaksanaan Medis 1) Partus percobaan CV 8,5 -10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan sectio caesarea sekunder atas indikasi obsetric. 2) Tindakan sectio caesarea Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010). B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilakukan secara berurutan, terus- menerus, saling berkaitan dan dinamis (Asmadi, 2008). Tujuan proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan keperawatan klien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan, dan hasil asuhan
  • 46. 5 yang diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan rencana asuhan yang berpusat pada klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien, mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang diharapkan (Nursalam, 2001). 1. Pengkajian Pengkajian yaitu tahap awal dalam proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber. Data yang harus didokumendasikan secara tepat dan benar, pada dasarnya ada 2 jenis yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yang merupakan data riwayat kesehatan yang diperoleh dari wawancara dari pasien dan keluarga, sedangkan data obyektif diperoleh dari pengkajian fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Prihardjo, 2005). a. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan terdiri dari : 1) Identitas a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor medical record. b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien.
  • 47. 5 2) Riwayat kesehatan a) Riwayat sebelum masuk rumah sakit Menggambarkan kondisi kehamilan selama di rumah atau sebelum dilakukan tindakan Sectio Caesarea. b) Riwayatkesehatan sekarang (1) Keluhan utama Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan utama pada post op sectio caesarea a/i panggul sempit adalah nyeri. (2) Riwayat keluhan utama Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit saat ini, dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T. P : (Paliatif/provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan memperingan serta memberatkan keluhan. Q : (Quality/kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul. R : (Region,radition), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan sejauh mana.
  • 48. 5 S : (Scale/saverity), intensitas keluhan yang dirasakan apakah sampai mengganggu atau tidak, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi T: (Timing), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang, dimana hal ini menentuka waktu dan durasi (Muttaqin, 2008). c) Riwayat kesehatan dahulu Pada riwayat kesehatan dahulu. Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama pada kehamilan sebelumnya atau ada faktor predisposisi serta penyakit apa saja yang diderita klien. Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan atau makanan. d) Riwayat kesehatan keluarga Kaji dengan menggunakan genogram, adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, jantung atau riwayat penyakit menular seperti hepatitis dan TBC. e) Riwayat ginekologi dan menstruasi 1) Riwayat ginekologi (a) Riwayat menstruasi Usia pertama kali haid, lamanya haid, siklus haid, banyaknya darah, keluhan, sifat darah, dan haid terakhir, HPHT dan tafsiran kehamilan.
  • 49. 5 (b) Riwayat perkawinan Usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan ke berapa bagi klien dan suami. (c) Riwayat keluarga berencana Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil,waktu dan lamaya, apakah ada masalah jenis kontrasepsi yang akan digunakan. 2) Riwayat Obstetrik (a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Meliputi umur kehamilan, tanggak persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, berat badan anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak sekarang. (b) Riwayat kehamilan sekarang Meliputi usia kehamilan, keluhan selama hamil, terutama yang dirasakan pada trisemester pertama biasanya akan mengalami morning sickness, lesu dan sering kencing. Pada trisemester kedua biasanya akan dirasakan gerakan anak yang pertama kali, apakah mendapat suntikan TT (imunisasi TT diberikan pada ibu hamil 2 kali). Perubahan berat badan selama hamil, tempat pemeriksaan dan frekuensi. Pada trisemester ketiga biasanya akan dirasakan keluhan pegal pegal, sesak pada saat berbaring dan udeme pada tungkai.
  • 50. 5 (c) Riwayat persalinan sekarang Meliputi tanggal, jam dan lamanya persalinan, jenis persalinan dan jenis kelamin bayi. 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dengan pasien dilanjutkan sewaktu mengukur tanda-tanda vital. b) Kesadaran Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan yaitu: 1) Compos mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. 2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh 3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja dapat dibangunkan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi. 4) Delirium : keadaan kacau motorik seperti memberontak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu. 5) Sopor : keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri. 6) Koma keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun (Priharjo, 2001).
  • 51. 5 c) Pemeriksaan persistem 1) Sistem pernapasan a) Hidung Tidak ada deviasi hidung, tidak nampak pembesaran sinus, tidak ada polip, simetris kirir dan kanan, tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa. b) Leher Tidak nampak atau teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis. c) Dada dan paru Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada mengikuti irama pernapasan, tidak ada nyeri tekan pada dada, vokal fremitus getaranya seimbang kiri dan kanan, terdengar sonor pada seluruh lapang paru, terdengar pekak di ICS II sampai V sinistra, bunyi nafas vesikuler, irama nafas teratur dan tidak ada bunyi nafas tambahan. 2) Sistem kardiovaskuler Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan darah dengan palpasi dapat dihitung peningkatan frekuensi nadi, adanya hipertensi orthostatik terutama sewaktu melakukan perubahan posisi dari
  • 52. 5 tidur keposisi duduk atau berdiri, ada tidaknya edema, konjungtiva pucat atau tidak. 3) Sistem pencernaan Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen untuk mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau nyeri tekan. tujuan pengkajian ini mengetahui secara dini penyimpangan pada sisten pencernaan. 4) Sistem muskuloskeletal Kaji derajat Range Of Montion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien waktu bergerak, dan observasi adanya luka pada otot akibat peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi otot. Selain ROM, tonus dan kekuatan tonus harus dikaji, karena klien imobilitas biasanya tonus dan kekuatan ototnya menurun. 5) Sistem persyarafan a) Nervus I (Olfaktorius) Untuk menetukan ada tidaknya gangguan terhadap fungsi penciuman, cara pemeriksaan : 1. Tutup mata klien 2. Tutup salah satu lubang hidung 3. Berikan bau-bauan dan diminta menyebut bau apa
  • 53. 5 4. Cek masing-masing lubang hidung yang bau-bauan (sebaiknya gunakan bau-bauan yang berbeda) b) Nervus II (Opticus) Ketajaman penglihatan dan lapang pandang, sebelum melakukan pemeriksaan ini, periksa dahulu keadaan mata secara fisik atau wajar. Periksa ketajaman penglihatan dengan menggunakan shelled card atau perintakan klien untuk membaca tulisan koran. Kalau klien berkaca mata cek 2 kali, pertama dengan menggunakan kaca mata dan seterusnya tanpa kaca mata. c) Nervus III (Okulomotoris) Berfungsi untuk pergerakkan 4 dari 6 otot ekstrinsik mata. Dilakukan dengan cara light test pen jangan dinyalakan dulu mulai dari samping cosensual refleks, kedua pupil beraksi bersama-sama terhadap stimulus dan perhatikan refleks pupil, apakah cepat atau lambat dan apakah besarnya sama antara pupil kanan dan kiri. Perintahnya lihat kedepan ikuti cahaya. d) Nervus IV ( Trokhlearis) Berfungsi pada gerakkan sadar bola mata, penglihatan ke bawah dan ke dalam, beri perintah agar klien dapat menggerakkan bola mata nya ke bawah dan ke atas.
  • 54. 5 Tes akomodasi : daya akomodasi terhadap obyek misalnya dengan memberi tulisan, dekatkan terus sampai dengan sejauh mana klien masih dapat melihat atau membaca. e) Nervus V (Trigeminus) Mensuplai sensasi kornea, mukosa mulut dan hidung, kulit muka, cara tes refleks kornea (dilakukan satu-satu). f) Nervus VI (Abdusen) Pergerakkan bola mata kelateral mempunyai fungsi kordinasi untuk mempersyarafi mata sehingga tes dilakukan secara bersamaan. g) Nervus VII (Fasialis) Mempersyarafi seluruh otot wajah yang mempunyai sensasi motorik. h) Nervus VIII (Vestibulkoklearis) Sensoriks koklearis, mempunyai 2 bagian sensorik yaitu auditori dan vestibular yang berperan dalam penerjemahan suara/keseimbangan dan pendengaran. i) Nervus IX (Glosofaringeal) Menginarifasi otot-otot glosofaringeal untuk menelan, mensuplai membrane mukosa faring dan mensyarafi 1/3 bagian belakang lidah.
  • 55. 5 j) Nervus X (Vagus) Mengontrol proses menelan, mengontrol mukosa faring dan tonsil. k) Nervus XI (Asesorius) Mempersarafi gerakkan otot travezius dan sternokleidomastoid. l) Nervus (Hipoglosus) Respon untuk lidah, pergerakkan waktu menelan dan bicara. 6) Sistem perkemihan Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan palpasi daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat- alat genitourunari bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran urinnya, lancar atau ada nyeri sewaktu miksi, serta bagaimana warna urinnya. 7) Sistem reproduksi Kaji 24 jam post partum, payudara lunak dan tidak nyeri tekan, puting bebas dari area-area pecah, kemerahan dan pembesaran payudara, fundus uteri kontraksi kuat dan terletak diumbilikus,aliran lokea sedang dan bebas bekuan.
  • 56. 5 8) Sistem integumen Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit meliputi tekstur, kelembapan, turgor warna dan fungsi perabaan. 9) Sistem endokrin Ada tidak pembesaran kelenjar tiroid, ekskresi urin yang berlebihan, polidipsi, polihagi, dan keringat yang berlebihan. 10) Sistem imun Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak. 11) Sistem indra Pada umunyaa yang perlu dikaji yaitu bentuk, kesimetrisan, ketajaman penglihatan, lapang pandang, konjungtiva atau tidak anemis, skelra ikterus atau tidak, adanya oedema pada kelopakmata atau tidak, bentuk hidung, warna, adanya sekret, atau tidak dihidung, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada hidung, bentuk telinga, adanya oedemaatau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak. 4) Pola aktivitas sehari-hari a) Nutrisi : Kaji adanya perubahan dan masalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan, kehilangan sensasi mengecap, menelan, mual dan muntah. b) Eliminasi (BAB dan BAK) : Bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB apakah ada perubahan selama sakit atau tidak.
  • 57. 5 c) Istirahat dan tidur : Kesulitan tidur dan istirahat karena adanya nyeri dan kejang otot. d) Personal hygiene : Klien biasanya belum dapat melakukan aktivitas perawatan sendiri akibat dari kelemahan perlu untuk mendapatkan bantuan dari perawat kelurga. e) Aktivitas gerak : Kaji adanya kehilngan sensasi atau paralise dan kerusakan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-harinya karena adanya kelemahan. 5) Data psikologis a) Status emosi Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung. b) Konsep diri 1) Body image : Sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi : performance, potensi tubuh, bentuk tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. 2) Ideal : Persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standar peribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan dan keinginan. 3) Harga diri : Penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisi seberapa jauh perilaku individu tersebut dengan ideal diri. Aspek utama harga diri adalah
  • 58. 5 dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapatpenghargaan orang lain. 4) Peran : Pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya dimasyarakat. 5) Identitas kesadaran diri: Kesadaaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesi semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh (Sunaryo, 2004). c) Pola koping Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau tertutup. 6) Data sosial Pada data obyektif akan didapatkan ketidakmampuan, kehilangan kemampuan berkomunikasi secara verbal, ketergantungan pada orang lain dan sosialisasi dengan lingkungan. Pada data sujektif ditemukan sikap klien yang sering menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena hanya akan membebabani orang lain. 7) Data spiritual Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien, dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas spiritual klien selama menjalani perawatan di rumah sakit, dan siapa yang menjadi pendorong dan memotivasi bagi kesembuhan klien.
  • 59. 5 8) Pemeriksaan penunjang Mengkaji pemeriksaan darah Hb, Hematokrit, leukosit dan USG. b. Pengelompokan data Pengelompokan data adalah pengidentifikasian masalah kesehatan terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Setelah dapat dikelompokan, maka perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan klien dengan merumuskannya (Depkes RI, 2005). c. Analisa Data Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir nasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Serta untuk menghasilkan suatu permasalahan yang ada dari data yang ada. Analisa data terdiri dari : 1) Problem (masalah), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan suatu informasi yang diperlukan untuk dapat merumuskan suatu diagnosis keperawatan 2) Etiologi (penyebab), keadaan ini menunjukan penyebab keadaan atau maslah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. 3) Symptom (gejala), merupakan gambaran keadaan dimana tindakan keperawatan dapat diberikan (Carpenito, 2001).
  • 60. 5 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin yang berkompeten dan mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu dan konsultasi dengan profesional lain, yang semuanya dikumoulkan selama proses pengkajian (Nursalam, 2001). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan sectio caesarea yaitu : a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anatesis, efek- efek hormonal, distensi kandung kemih. b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan peningkatan transisi atau peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya : intervensi pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan atau interaksi). c. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi. d. Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti, kelebihan analgetik atau anasthesi,efek-efek progesteron, dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri perineal atau infeksi).
  • 61. 5 e. Gangguan pemenuhan ADL : perawatan diri berhubungan dengan efek- efek anastesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik f. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhungan dengan gangguan integritas kulit akibat prosedur pembedahan (Hamilton, 2005). 3. Perencanaan Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mengulangi masalah dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek- efek hormonal, distensi kandung kemih. Tujuan : Nyeri teratasi atau terkontrol Kriteria : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri/ketidaknyaman dengan tepat. 1) Mengungkapkan berkurangnya nyeri. 2) Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi dan Rasional 1) Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis, kaku dan grakan melindungi atau terbatas Rasional :
  • 62. 5 Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyaman secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri pasca operasi dan terjadinya komplikasi. 2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyaman dan intervensi yang tepat. Rasional : Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan. 3) Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi. 4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri klien. Rasional : Selama 12 jam pertama pasca partum kondisi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut selama dua sampai tiga hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya menurunkan ketegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen dikurangi. 5) Lakukan latihan nafas dalam, spirometri insentif dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgetik.
  • 63. 5 Rasional : Nafas dalam meningkatan upaya pernapasan. b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi atau peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya : intervensi pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan atau interaksi, kebanggan diri negatif) Tujuan : Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan proses keluarga. Kriteria : 1) Menggendong bayi bila kondisi ibu dan neonatus memungkinkan 2) Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat. 3) Mulai secara aktif mengikuti tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat Intervensi dan Rasional 1) Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi klien dan bayi baru lahir, bantu sesuai kebutuhan. Rasional : Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan untuk memberikan ikatan keluarga karena ibu dan bayi secara emosional menerima isyarat satu sama lain, yang memenuhi kedekatan dan proses pengenalan. 2) Berikan kesempatan untuk ayah atau pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi sesuai kemungkinan situasi.
  • 64. 5 Rasional : Membantu memudahkan ikatan atau kedekatan antara bayi dan ayah. 3) Observasi dan catat interaksi keluarga-bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menandakan ikatan dan kedekatan dalam budaya tertentu. Rasional : Kontak mata dengan mata, penggunaaan posisi wajah, berbicara pada suara nada tinggi dan menggendong bayi dengan dekat, ibu menujukan pola progresif. 4) Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Rasional : Membantu klien atau pasangan memahami makna dan pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan. 5) Perhatikan pengungkapan perilaku yang menunjukan kekecewaan atau kurang minat/kedekatan. Rasional : Kedatangan anggota keluarga baru, bahkan bila diinginkan dan diantisipasi, memerlukan penyatuan anak yang baru kedalam kelurga yang ada. 6) Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaan- perasaan yang negatif tentang diri mereka dan bayi. Rasional :
  • 65. 5 Konflik tidak teratasi selama proses pengenalan awal orang tua-bayi dan mempunyai efek-efek negatif jangka panjang pada masa depan hubungan orang tua-anak. 7) Perhatikan lingkungan sekitar kelahiran sesari, kebanggaan diri orang tua dan persepsi tentang pengalaman kelahiran, reaksi awal mereka terhadap bayi dan partisipasi mereka pada pengalaman kelahiran. Rasional : Orang tua perlu bekerja melalui hal-hal bermakna pada kejadian penuh stress seputar kelahiran anak dan orientasikan mereka sendiri terhadap realita sebelum mereka dapat memfokuskan pada bayi. c. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancamaan pada konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi. Tujuan : Rasa aman klien terpenuhi : cemas hilang Kriteria : 1) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan ansietas 2) Mengidentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan ansietas 3) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ketingkat yang dapat diatasi 4) Kelihatan rileks, dapat tidur/istirahat dengan benar. Intervensi dan Rasional 1) Kaji tingkat kecemasan klien dan sumber masalah
  • 66. 5 Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan ringan, sedang atau berat sehingga memudahkan untuk menetukan intervensi. 2) Dorong klien atau pasangan untuk mengungkapkan perasaan. Rasional : Klien akan terasa lega setelah mengungkapkan perasaannya. 3) Bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim dan perkembangan strategi kopnig baru jika dibutuhkan. Rasional : Membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru : mengurangi perasaan ansietas 4) Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien dan bayi. Rasional : Khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalah pahaman dapa meningkatkan tingkat kecemasan. 5) Mulai kontak antar klien/pasangan dengan bayi sesegera mungkin. Rasional : Mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penangan bayi. d. Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis reksti, kelebihan analgetik atau anastesi, efek-efek progesteron, dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri perineal atau infeksi).
  • 67. 5 Tujuan : Konstipasi tidak terjadi Kriteria : 1) Mendemonstrasikan kembali motilitas usus dibuktikan oleh bising usus aktif dan keluarnya flatus. 2) Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya optimal dalam empat hari pasca partum. Intervensi dan Rasional 1) Auskultasi bising usus setiap 4 jam setelah kelahiran sesaria Rasional : Menentukan kesiapan terhadap pemberian makan peroral dan kemungkinan terjadinya komplikasi. 2) Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan. Rasional : Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus paralitik. 3) Anjurkan cairan oral yang adekuat. Anjurkan diet makan kasar dan buah-buahan dan sayuran dan bijinya. Rasional : Makanan kasar (buah, sayur khususnya kulit dan bijinya) dan meningkatnya cairan, merangsang eliminasi dan mencegah terjadinya kompliksai dan defekasi. 4) Anjurkaan latihan kaki dan pengencangan abdominal, tingkatkan ambulasi dini.
  • 68. 5 Rasional : Latihan kaki mengencangkan otot-oto abdomen dan memperbaiki motilitas abdomen. Ambulasi progreif setelah 24 jam meningkatkan peristaltik dan pengeluaran gas dan menghilangkan atau mencegah nyeri karena gas. 5) Identifikasi aktivitas-aktivitas dimana klien dapat menggunakannya dirumah untuk merangsang kerja usus. Rasional : Membantu dakam menciptakan kembali pola evakuasi normal dan meningkatkan kemandirian. 6) Kolaborasi pemberian analgetik 30 menit sebelum ambulasi Rasional : Memudahkan kemampuan klien untuk ambulasi, namun narkotik bila digunakan dapat menurunkan motalitas usus. 7) Kolaborasi pemberian pelunak feses. Rasional : Melunakkan feses, merangsang peristaltik dan membantu mengemabilkkan fungsi usus. e. Gangguan pemenuhan ADL : perawatan diri berhubungan dengan efek- efek anastesi, penurunan kekuataan dan ketahanan, ketidaknyaman fisik. Krietria : 1) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan perawatan diri.
  • 69. 5 2) Mengidentifikasi/menggunakan sumber-sumber yang tersedia Intervensi dan Rasional : 1) Pastikan berat, durasi ketidaknyamanan. Perhatikan adanya sakit kepala pasca spinal. Rasional : Nyeri berat mempengaruhi respon emosi dan perilaku sehingga klien mungkin tidak berfokus pada aktivitas perawatan diri sampai kebutuhan fisiknya terhadao kenyamanan terpenuhi. 2) Kaji status psikologis klien Rasional : Pengalaman nyeri fisik mungkin disertai dengan nyeri mental, yang mempengaruhi keinginan klien dan motivasi untuk mendapatkan otonomi. 3) Tentukan tipe-tipe anastesi : perhatikan adanya pesanan atau protocol mengenai pengubahan posisi. Rasional : Klien yang telah menjalani anastesi spinal dapat diarahkan untuk berbaring datar dan tanpa bantal untuk enam sampai delapan jam setelah pemberian anastesi. 4) Ubah posisi klien setiap satu sampai 2 jam : bantu dalam latihan paru, ambulasi dan latihan kaki.
  • 70. 5 Rasional : Membantu mencegah komplikasi bedah yang dapat terjadi bila ketidaknyamanan mempengaruhi pengubahan/aktifitas normal klien. f. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan trauma gangguan integritas kulit akibat prosedur pembedahan. Kriteria : 1) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko dan meningkatkan penyembuhan. 2) Menujukkan luka bekas dari drainage purulen dengan tanda awal penyembuhan, uterus lunak/tidak nyeri tekan, dengan aliran dan karakter lokhea normal. 3) Bebas dari infeksi, tidak demam, dan urine jernih kuning pucat Intervensi dan Rasional : 1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat. Rasional : Membantu mencegah dan membatasi penyebaran infeksi 2) Tinjau ulang Hb/Ht prenatal : perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi. Rasional : Anemis, diabetes, dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesaria meningkatkan resiko infeksi dan perlambatan penyembuhan.
  • 71. 5 3) Kaji status nutrisi klien. Rasional : Klien yang berat badannya 20% dibawah berat normal atau yang anemia atau malnutrisi lebih rentan terhadap infeksi. 4) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat dan rembesan. Rasional : Renbesan dapat menandakan hematoma, gangguan penyatuan jaringan atau dehisens luka, memerlikan intervensi lanjut (Hamilton, 2005). 4. Implementasi Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu klien mancapai tujuan yang diharapakkan. Oleh, karena itu rencana tindakan ini yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalaam evaluasi, proses perkembangan klien dinilai selam 24 jam terus menerus yang ditulis
  • 72. 5 dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya (Hidayat, 2009). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut : S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. A : Analisa ulang atas adat subyektif dan data obyektif untuk menyimpulakn aapaakaah masalah masih tetap atau ada masalah baru. P : perencanaan ataau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada respon. Hal-hal yang harys dievaluasi pada Post Op Sectio Caesarea a/i Panggul Sempit adalah : a. Apakah perubahan proses keluarga teratasi ? b. Apakah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi ? c. Apakah gangguan rasa aman : cemas teratasi ? d. Apakah infeksi tidak terjadi ? e. Apakah eliminasi kembali lancar ? f. Apakah klien sudah mampu melakukan aktivitas secara mandiri ?
  • 73. 5 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Biodata a) Identitas klien Nama : Ny. F Umur : 21 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Status marial : Menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Agama : Islam Suku/Bangsa : Muna/Indonesia Tanggal masuk RS : 6 – 5 - 2014 Tanggal Pengkajian : 8 – 5 - 2014 Diagnosa medis : Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Panggul Sempit No. RM : 265002 Alamat : Desa Lakopodo
  • 74. 5 b) Identitas penanggung jawab Nama : Tn. L Umur : 42 Tahun Jenis kelamin : laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan dengan klien : Orang tua kandung klien Alamat : Desa lakopodo 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit Klien mengatakaan usia kehamilannya saat hamil yaitu 9 bulan, klien mengatakan bahwa selama hamil jarang memeriksa kehamilannya (+ 2 bulan sekali), tetapi pada akhir-akhir kehamilan klien lebih sering memeriksakan kehamilannya ke bidan dan kadang-kadang ke Rumah Sakit. b) Riwayat Kesehatan Sekarang 1) Keluhan Utama : 2) Riwayat Keluhan Utama : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Mei 2014, klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen akibat luka bekas operasi, nyeri dirasakan seperti diiris-iris menyebar didaerah sekitar operasi terutama bila klien beraktivitas, ekspresi wajah klien meringis bila nyeri timbul, dengan skala nyeri 8 (0-10), nyeri berlangsung selam 3 menit, nyeri dirasakan hilang
  • 75. 5 timbul, nyeri bertambah bila beraktivitas dan berkurang bila klien beristirahat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu dengan istirahat. c) Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan tidak pernah mengalami tindakan operasi sebelumnya. Persalinan yang sekarang adalah persalinan yang pertama bagi klien. Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, TBC, dan klien tidak mempunyai riwayat alergi baik makanan dan obat. d) Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, asma, hipertensi, ataupun penyakit menular seperti TBC dan hepatitis. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan mental.
  • 76. 5 Genogram III Generasi Keterangan : : Laki – Laki : Perempuan X : Meninggal ? : Tidak diketahui umurnya : Klien : Hubungan keluarga ---- : Tinggal serumah Bagan 1 : Genogram III Generasi X x XX 39? ??x ??? 42 39221618 8 21 q 1hr
  • 77. 5 e) Riwayat obsetri dan ginekologi (1) Riwayat menstruasi Klien mengatakan haid pertama (menarche) pada umur 16 tahun. Siklus haid teratur 28 hari, sifat darah cair kadang bercampur gumpalan darah , warna merah muda, selama haid klien merasa sakit pinggang, HPHT : 30 – 08 -2014, TP : 07 – 05 – 2014. (2) Riwayat perkawinan Klien mengatakan menikah pada usia 21 tahun dan suaminya 22 tahun, lamanya perkawinan 6 bulan, merupakan perkawinan pertama bagi klien. (3) Riwayat keluarga berencana Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan adalah pil KB dan klien mengatakan belum ada rencana dalam jumlah anak. (4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Tabel 2. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Tahun partus Umur Kehamilan Jenis partus Penolong P/L Keterangan - - - - - - Keterangan: klien mengatakan persalinan yang sekarang merupakanpersalinan yang pertama bagi klien dan merupakan anak pertama bagi klien. (5) Riwayat kehamilan sekarang Keluhan klien sewaktu hamil adalah morning sickness pada trisemester 1 dimana selama hamil klien mendapat imunisasi TT lengkap.
  • 78. 5 (6) Riwayat persalinan sekarang Klien dengan P1 A0 mendapat tanda-tanda persalinan pada tanggal 6 Mei 2014. Karena persalinan tidak berlangsung secara normal, maka pada tanggal 7 Mei 2014, klien dilakukan tindakan sectio caesarea selama 2 jam dengan perdarahan ± 350 cc dengan jenis kelamin perempuan dengan berat badan 2800 gram dan dalam keadaan baik. 3) Pemeriksaan Fisik a) keadaan umum : Lemah b) Kesadaran : Compos mentis GCS :15 (M6 V5 E4) c) Tanda-Tanda Vital : 1) Tekanan darah : 120/80 mmHg 2) Nadi : 88x/menit 3) Resprasi : 24x/menit 4) Suhu : 36,5ºc d) Pemeriksaan persistem 1) Sistem pernapasan Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, dapat membedakan bau, tidak terdapat seket pada lubang hidung, tidak terdapat lesi pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak terdapat polip, tidak ada nyeri tekan pada hidung, pergerakkan dada simetris kiri dan kanan, ekspansi paru simetris, pola nafas norma 24 x/menitl, tidak ada nyeri tekan pada dada,
  • 79. 5 pergerakkan dada mengikuti pernapasan, suara paru terdengar vesikuler. 2) Sistem kardiovaskuler Konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat sianosis, irama reguler, bunyi jantung terdengar S1 dan S2 dengan bunyi lup dup, CRT (Capillary Reffile Time) kembali dalam 2 detik, tidak terdapat peningkatan vena jugularis, tidak ada pembesaran vena jugularis. 3) Sistem pencernaan Jumlah gigi 32 buah, tidak ada caries gigi, gusi baik, lidah dapat membedakan rasa, pergerakkan lidah baik, nampak luka operasi tertutup verban, bentuk insisi vertikal dengan panjang luka 10 cm, dengan jumlah jahitan 12 jahitan, keadaan luka masih basah, nyeri tekan sekitar luka area operasi, bising usus 8x/menit. 4) Sistem muskuloskeletal Ekstremitas atas : Bentuk dan ukuran kedua ekstemitas simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat deformitas tulang dan sendi, tidak terdapat adanya atrofi otot, tidak terdapat udeme pada kedua ekstremitas, terdapat infus pada tangan kanan RL 28 tts/menit, refleks biceps kiri dan kanan (+), trisep kiri dan kanan (+), rangsangan nyeri (+), rangsangan suhu (+), kekuatan otot 5 5
  • 80. 5 Ekstremitas bawah : Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, refleks patella +/+, refleks babinsky -/-, achiles +/+, sensasi nyeri (+), sensasi suhu (+), kekuatan otot 4 4, nampak berhati-hati dalam bergerak, nampak dibantu dalam beraktivitas. 5) Sistem persyarafan a) Tes fungsi serebral Pada saat dilakukan pengkajian, klien dalam keadaan sadar, dengan kualitas kesadaran compos mentis, status mental baik, bisa mengenal perawat dan orang-orang disekitarnya. b) Tes fungsi kranial 1. Nervus I (Olfaktorius) Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau. 2. Nervus II (Optikus) Fungsi penglihatan klien baik, visus 6/6, klien dapat melihat tangan perawat yang ada di sebelah kiri dan kanan. 3. Nervus III (Okulomotoris) Klien dapat mebuka dan menutup matanya, refleks pupil dapat melebar dan mengecil pada saat dirangsang cahaya.
  • 81. 5 4. Nervus IV (Trochlearis) Klien mampu menggerakkan bola matanya kesegala arah yaitu kearah bawah, atas dan samping. 5. Nervus V (Trigeminus) Klien dapat merasakan sentuhan kertas pada pipi sambil mata klien tertutup. Klien dapat mengatupakan rahang dan mengunyah dengan baik. 6. Nervus VI (Abdusen) Mata dapat digerakkan ke lateral kiri dan kanan dengan mengikuti objek. 7. Nervus VII (Vasialis) Klien dapat membedakan rasa manis dan asin 2/3 anterior lidah, klien dapat mengangkat alis secara bersamaan. 8. Nervus VIII (Akustikus) Fungsi pendengaran baik, dapat mendengar gesekan tangan perawat dengan jarak 10 cm. 9. Nervus IX (Glosofaringeus) Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah, refleks muntah (+) 10. Nervus X (Vagus) Refleks menelan baik.
  • 82. 5 11. Nervus XI (Asesorius) Klien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri serta melawannya ketika diberi tahanan pada kedua bahu. 12. Nervus XII (Hipoglosus) Klien dapat menggerakkan lidah dan menjulurkannya kearah samping kiri, kanan, belakang dan depan. 6) Sistem perkemihan Tidak ada udema palpebra, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, nampak terpasang kateter dengan jumlah urin 500 ml. 7) Sistem reproduksi a. Payudara Payudara simetris kiri dan kanan, tidak terdapat pembengkakan kedua payudara, nampak hiperpigmentasi pada areola mammae dan puting susu, b. Uterus Pada palpasi fundus uteri teraba 2 cm di bawah pusat. c. Vulva dan perineum Lochea berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochia rubra), area vulva dan perineum nampak kotor.
  • 83. 5 8) Sistem integumen Warna rambut hitam, nampak kusam dan tidak rapi, distribusi merata tidak mudah tercabut, warna kulit sawo matang, kulit nampak kotor, turgor kulit baik dan suhu akral hangat, kuku warna merah muda, tidak ada clubing finger, kuku nampak kotor dan panjang, ada nyeri tekan pada luka bekas operasi. 9) Sistem endokrin Tidak terdapat edema, kelenjar tiroid tidak teraba, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. 10) Sistem imun Klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun makanan. 11) Sistem indra a. Indra penglihatan Bentuk mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterus, pupil isokor, konjungtiva merah muda, lapang pandang normal, pergerakkan bola mata baik, fungsi penglihatan baik. b. Indra pendengaran Posisi telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, lubang telinga nampak kotor, tidak ada penumpukan serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
  • 84. 5 c. Indra penciuman Hidung nampak simetris, fungsi penciuman baik d. Indra pengecapan Dapat membedakan rasa pahit, manis, asam, dan asin. e. Indra peraba Dapat merasakan sensasi panas dan nyeri. 4) Pola Aktifitas Sehari-hari Tabel 3. Pola aktifitas sehari-hari No Jenis aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit 1. Nutrisi - Pola Makan - Frekuensi - Nafsu Makan Nasi, lauk, sayur 3x sehari Baik Bubur 3x sehari Baik 2. Cairan - Jenis minuman - Frekuensi Air putih 7 sampai 8 gelas perhari (1400 – 1800 cc) Air putih 6 sampai 7 gelas perhari (1200 – 1400 cc) 3. Eliminasi BAB - Frekuensi - Konsistensi BAK - Frekuensi - Warna 1x sehari Padat 4-5 kali Kuning jernih 1x sesudah operasi Padat 4-5 kali Kuning jernih 4. Personal hygiene - Mandi - Gosok gigi - Menyisir rambut - Memotong kuku 2x sehari Sx sehari Setiap kali mandi Jika panjang Klien mengatakan selama di rumah sakit klien tidak pernah mandi, memotong kuku dan merapikan rambut. 5. Istirahat dan tidur - Tidur malam - Tidur siang 20.00 – 06.00 13.00 – 14.00 Tidak menetu Tidak menentu
  • 85. 5 6. - Aktivitas Mandiri Klien mengatakan selama di RS kebutuhan ADL nya dibantu oleh keluarga dan perawat. 5) Data psikologis a) Status emosi Saat melakukan pengkajian emosi klien dalam keadaan stabil. b) Konsep Diri 1) Body image Klien mengatakan bangga pada dirinya karena telah melahirkan anak pertamanya dengan selamat, klien mensyukuri seluruh anggota tubuhnya dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Identitas Klien merasa bangga dengan kodratnya sebagai perempuan yang bisa mempunyai anak walaupun bersusah payah. Penampilan klien sesuai dengan jenis kelaminnya. 3) Klien ingin cepat pulang dan merawat bayinya sendiri agar tumbuh sehat. Klien berharap agar dapat mendidik anaknya dengan baik, sehingga anaknya menjadi anak yang berbakti. 4) Peran diri Klien mengatakan ingin menjadi seorang ibu yang baik dari anak-anaknya dan berusaha untuk mewujudkan cita-cita mereka.
  • 86. 5 5) Harga diri Klien tidak mengalami harga diri rendah dengan keadaannya, justru klien mengatakan bangga dengan dirinya karena bisa melahirkan anak dengan selamat. 6) Data sosial Klien tampak kooperatif dengan petugas kesehatan dan klien bersuku Muna. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Muna. Klien tinggal bersama suaminya yang memegang peranan sebagai pengambil keputusan. Orang yang paling berarti dalm hidup klien adalah orang tua dan suaminya. Apabila klien mendapat permasalahan maka klien akan mendiskusikannya dengan orang tua dan suaminya 7) Data spiritual Klien beragama islam, klien meyakini adanya kekuatan yang melebihi kemampuan manusia yang merupakan sumber kekuatan bagi dirinya, yaitu Allah SWT. Klien mengatakan taat beribadah dan senantiasa berusaha melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangannya. Klien mengatakan tetap berdoa untuk kesembuhan dan anaknya.
  • 87. 5 8) Data penunjang Pemeriksaan laboratorium Tabel 4. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Mei 2014 No Pemeriksaan hasil Nilai normal satuan 1. Hematologi - Hemoglobin - leukosit - LED/BBS 8,0 12.740 50/- 12.0 – 16.0 35-47 0-15 g/dl /mm3 Mm/1jam 9) Therapy a. Infus RL 28tetes/menit b. Inj. asam tranexamat 1A / IV / 8 Jam c. Inj. Ranitidin 1A / IV / 8 Jam d. Inj. Antrain 2ml 1A / IV / 8 Jam e. Inj. Ceftriaxone 1gram / jam b. Klasifikasi data Data subyektif 1) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi 2) Klien mengatakan nyerinya seperti di iris-iris 3) Klien mengatakan nyerinya hilang timbul 4) Klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktifitas. 5) Klien mengatakan berhati-hati saat bergerak karena nyeri pada area operasi. 6) Klien mengatakan selama di rumah sakit kebutuhan ADLnya dibantu keluarga dan perawat. 7) Klien mengatakan selama di rumah sakit belum pernah menyisir rambut mandi dan potong kuku.
  • 88. 5 8) Klien mengeluh tidak nyaman di daerah genetalia. Data obyektif : 1) Nyeri tekan pada sekitar area luka operasi 2) Skala nyeri 8 (0-10) 3) Ekspresi wajah nampak meringis 4) Klien berhati-hati dalam bergerak 5) Klien nampak dibantu dalm beraktivitas 6) Terpasang infus RL 28 tts/menit 7) Kulit nampak kotor 8) Rambut nampak kusam dan tidak rapi. 9) Kuku nampak panjang dan kotor 10) Nampak luka operasi yang tertutup verban 11) Ukuran luka 10 cm dengan 12 jahitan 12) Luka masih basah 13) Kekuatan otot 5 5 4 4
  • 89. 5 c. Analisa Data Tabel 5. Analisa Data No Symptom Etiologi Problem 1. Data obyektif : - Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi - Klien mengatakan nyerinya seperti diiris-iris - Klien mengatakan nyerinya hilang timbul - Klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktifitas Data subyektif : - Nyeri tekan pada sekitar area luka operasi - Skala nyeri 8(0-10) - Ekspresi wajah nampak meringis Adanya panggul sempit Indikasi melahirkan dengan sectio caesarea Tindakan pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan Merangsang pengeluaran mediator kimia (histamine, bradikinin, serotonin dan prostaglandin) Thalamus Korteks serebri Nyeri Nyeri 2. Data subyektif : - Klien mengatakan nyeri bila beraktivitas. Data obyektif : - Klien berhati-hati dalam bergerak karena nyeri pada area operasi - Klien nampak dibantu dalam beraktivitas - Terpasang infus RL 28 tts/menit - kekuatan otot 5 5 4 4 Adanya proses pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan Pembatasan gerak pada pasien Keterbatasan rentang gerak/gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik
  • 90. 5 . 3. Data subyektif : - Klien mengatakan selama di RS belum pernah menyisir rambut, memotong kuku dan mandi - Klien mengeluh tidak nyaman didaerah genetalia Data obyektif : - Aktivitas dibantu perawat dan keluarga - Rambut nampak kusam dan tidak rapi - Kuku nampak kotor dan panjang.Kulit nampak kotor Tindakan sectio caesarea Terputusnya kontinuitas jaringan Nyeri Nyeri bertambah saat bergerak Keinginan melakukan pergerakkan Gangguan mobilitas fisik Imobilisasi Defisit perawatan diri Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene 4. Data Subyektif : - Data obyektif : - Nampak luka operasi yang tertutup verban - Ukuran luka 10 cm, dengan 12 jahitan - Luka masi basah Tindakan sectio caesarea Terputusnya kontinuitasjaringan Merupakan post dientri agen-agen penyebab infeksi Resiko tinggi infeksi Resiko tinggi infeksi
  • 91. 5 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringan yang ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi 2) Klien mengatakan nyerinya seperti diiris-iris 3) Klien mengatakan nyerinta hilang timbul 4) Klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktivitas DO : 1) Nyeri tekan pada sekitar area luka operasi 2) Skala nyeri 8(0-10) 3) Ekspresi wajah nampak meringis b. Gangguaan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat bekas opersi sehingga terjadi keterbatasan aktivitas. DS : 1) Klien mengatakan berhati-hati saat bergerak karean nyeri pada area operasi DO : 1) Klien berhati-hati dalam bergerak 2) Klien nampak dibantu dalam beraktivitas 3) Terpasang infus RL 28 tts/menit 4) Kekuatan otot 5 5 4 4
  • 92. 5 DO : 1) Nampak lemah 2) Nampak sulit beraktivitas c. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan pergerakkan tidak maksimum, ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat 2) Klien mengatakan selama Di rumah sakit belum pernah mandi, menyisir rambut dan memotong kuku 3) Klien mengeluh tidak nyaman didaerah genetalia DO : 1) Rambut acak-acakkan dan kusam 2) Kuku nampak panjang dan kotor 3) Kulit nampak kotor 4) Aktivitas dibantu perawat dan keluarga d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi yang ditandai dengan : DS : - DO : 1) Nampak luka operasi yang tertutup verban 2) Ukuran luka 10 cm dengan jahitan 10 jahitan 3) Luka masih basah.
  • 93. 5 3. Rencana Tindakan Keperawatan Nama : Ny. F Tanggal Masuk RS : 6 Mei 2014 Umur : 21 Tahun Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2014 Jenis kelamin : Perempuan No. Register : 265002 Alamat : Desa lakopodo Diagnosa : Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i Panggul Sempit Tabel 6. Rencana tindakan keperawatan No Diagnosa Keperawatan Rencana tindakan keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1 2 3 4 5 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi - Klien mengatakan nyerinya seperti diiris-iris - Klien mengatakan nyerinya hilang timbul - Klien mengatakan nyeri bertambah bila beraktivitas DO: - Nyeri tekan pada sekitar area luka operasi - Skala nyeri 8(0-10) Ekspresi wajah nampak meringis Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari nyeri hilang dengan kriteria : - Wajah nampak tenang - Nyeri berkurang dari 3 menjadi 1 (0-10) 1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya. 2. Observasi tanda-tanda vital 3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi. 4. Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman bagi klien. 5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. 1.Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan.perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi 2.Tanda-tanda vital dapat berubah akibat nyeri dan merupakan indikator untuk menilai perkembangan penyakit. 3.Teknik nafas dalam dapat mengurangi ketegangan otot, mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri dan mengurangi nyeri 4.Menghilangkan keteganagn abdomen dengan posisi terlentang 5.Analgetik mengambat pengiriman impuls nyeri ke korteks serebri sehingga dapat mengurangi nyeri.
  • 94. 5 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat bekas operasi sehingga terjadi keterbatasan aktivitas ditandai dengan : DS : - klien mengatakan berhati-hati saat bergerak karena nyeri pada area operasi. DO : - Klien berhati-hati dalam bergerak - Klien nampak dibantu dalam beraktivitas - Terpasang infud RL 28 tts/menit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria : - Klien dapat beraktivitas dengan bantuan minimal. - Klien dapat menggerakkan anggotaa tubuhnya. 1.Observasi tingkat kemampuan mobilitas klien 2.Bantun klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari 3.Bantu klien melakukan gerakan-gerakkan sendi secara aktif 4.Anjurkan keluarga klien untuk turut membantu melatih dan memberikan motivasi pada klien 1.Untuk menentukan tingkat aktivitas dan baantuan yang diberikan. 2.Bantuan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan aktivitasnya 3.Mempertahankan funsi sendi dan mencegah penurunan tonus dan kekuatan otot serta mencegah kontraktur 4.Keterlibatan kelurga sangat dalam memberikan dukungan moril klien sehingga klien akan optimis dalam keterbatasannya. 3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan pergerakkan tidak maksimum yang ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan selam di rumah sakit klien malas memperhatikan kebersihan kuku dan rambut - Klien mengeluh tidak nyaman pada daerah genetalia DO : - Rambut tampak kusam Kuku tampak panjang dan kotor Setelah diberikan tindakan keperawatan selam 4 hari gangguan pemenuhanADL : personal hygiene teratasidengan kriteria : - Dapat melakukan perwatan diri dengan bantuan - Rambut tampak bersih dan rapi - Kuku tampak bersih 1.Kaji kemampuan klien dalam perawatan diri dengan cara menanyakan kepada klien apakah klien sudah dapat merawat diri atau belum. 2.Berikan penjelasan pada klien dan keluarga akan pentingnya perawatan diri. 3.Bantu klien melakukan perawatan diri. 4.Bantu klien dalam melakukan perawatan vulva hygiene. 5.Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas perawatan diri 1.Mengetahui sejauh mana klien dapat melakukan perawatan dirisehingga perawat dapat membuat intervensi yang dapat membantu dalam penentuan selanjutnya. 2.Membantu menambah pengetahuan klien akan pentingnya perawatan diri selama proses penyembuhan klien 3.Membantu memenuhi kebutuhan akan perawatan diri selama proses penyembuhan klien. 4.Memberikan rasa aman kepada klien 5.Keterlibatan keluarga merupakkan support bagi klien sehingga klien mau untuk ikut serta dalam perawan diri sampai klien bisa melakukan secara mandiri.
  • 95. 5 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi yang ditandai dengan : DS :- DO : - Nampak luka operasi didaerah abdomen yang ditutup verban - Ukuran luka 10 cm dengan 10 jahitan - Luka masih basah Setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 4 hari tidak ada tanda-tanda resiko infeksi dengan kriteria : - Luka jahitan tampak bersih Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti tumor, rubor, dolor, kolor, fungsiolaesa. 1.Observasi keadaan luka klien 2.Lakukan perawatan luka dengan memperhatikan teknik septik dan aseptik 3.Ganti baalutan setiap hari 4.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik 1.Untuk menentukan intervensi selanjutya 2.Menurunkan resiko terjadinya infeksi 3.Untuk mencegah terjadinya perkembagan mikroorganisme 4.Mempercepat proses penyembuhan
  • 96. 5 4. Implementasi dan Evaluasi Tabel 7. Implementasi dan Evaluasi No. DX Hari/ Tanggal Jam Implementasi Hari/ Tanggal Jam Evaluasi 1. Rabu 08.00 08.15 08.25 6. Mengkaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya dengan cara melihat ekspresi wajah klien dan menyakan kepada klien seperti apa nyeri yang dirasakan. Hasil : Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala nyeri 8 (0-10), tipe nyeri berat. 7. Mengobservasi tanda-tanda vital dengan cara : - Mengobservasi tekanan darah dengan manset, tensi meter pada lengan kiri, dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur. - Mengukur suhu tubuh dengan posisi klien berbaring terlentang ditempat tidur. - Mengukur suhu tubuh dengan meletakkan termometer pada aksila selama 5 menit - Menghitung denyut nadi dengan teraba arteri radialis selama 1 menit. - Menghitung pernapasan dengan memperhatikan pergerakkan klien selama 1 menit Hasil : TD :120/80 mmHg N : 88x/menit P : 24x/menit S : 36,5 0 c 8.Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara klien disuruh menarik nafas panjang kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan serta teknik distraksi dengan cara klien dapat berbincang-bincang dengan keluarga ketika nyeri dirasakan. Rabu 13.00 S: - Klien mengatakan nyeri pada daerah luka opearasi - Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak O : - Ekspresi wajah namapak meringis - Skala 8(0-10) - Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg N : 88x/menit P : 24x/menit S : 36,5 0 c - A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5