SlideShare a Scribd company logo
1 of 76
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. R DENGAN POST OP
SECTIO CAESAREA POD I a/i LETAK LINTANG DI RUANG
DELIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN MUNA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
OLEH :
NORMAYANNTI
NIM: 11.11.875
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2014
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah yang berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.
R Dengan Post Op Sectio Caesaria Hr Ke-1 a/i Letak Lintang di Ruang
Delima Rumah Sakit Umum Daerah Raha Kabupaten Muna Provinsi
SULTRA telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dalam ujian Karya
Tulis Ilmiah dihadapan tim penguji.
Raha, Juni 2014
Pembimbing
Ns. YATABA, S.Kep
Nip. 19760703 199803 1 006
Mengetahui:
Direktur Akper Pemkab Muna
Ns. SANTHY, S.Kep
Nip. 19800212 200312 2 006
ABSTRAK
3
Latar belakang, berdasarkan data Medical Record di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna periode Januari sampai dengan April 2014 Kasus dengan Letak Lintang
menempati urutan
4
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Klien Ny. R Dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i Letak Lintang
di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.
Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Muna.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas
bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun
material, oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak
2. Ibu Ns. Santhy, S.Kep., selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan di Akper Pemerintah Kabupaten
Muna.
3. Kepala Ruangan dan Clinica Instruktur beserta staf Perawatan Ruang
Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan saat pengambilan
kasus untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Ns. Yataba, S.Kep., selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk
dan pemahaman kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
5. Seluruh staf Dosen Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
yang telah memberikan dukungan serta kerja sama yang baik selama
5
mengikuti Pendidikan pada Akper Pemerintah Kabupaten Muna hingga
selesai.
6. Klien Ny. R beserta keluarganya yang telah bersedia untuk penulis jadikan
objek kasus dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dalam rangka
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Kedua orang tuaku khususnya mama dan bapak serta saudara-saudaraku
Dania, Aman, dan Hilma yang telah memberikan dorongan baik moril
maupun materil selama mengikuti pendidikan pada Akper Pemkab Muna
hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XI khususnya
kepada Pipin, Santi, Nani, Asmi, Anti, Samniah, Romi, Juli dan rekan-
rekan lain yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
selama mengikuti Pendidikan hingga Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak
dapat disebutkan satu persatu selama Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal
atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya, olehnya itu
penulis mengharapkan masukan baik kritik ataupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi Penulis, Profesi Keperawatan dan pembaca pada umumnya.
Kiranya Allah SWT meridhoi segala aktivitas kita untuk kemaslahatan.
Amin!!!!!!!
Raha, Juni 2014
Penulis
6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Pembahasan
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Telaahan
F. Waktu Pelaksanaan
G. Tempat Pelaksanaan
H. Sistematika Telaahan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
2.
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatah adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan
ilmu dan kiat meliputi bio, psiko, social spiritual yang komperhensif
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia (Nursalam, 2002).
Bidang layanan dalam keperawatan sangat luas, salah satunya
adalah bidang keperawatan maternitas. Keperawatan maternitas
merupakan layanan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur
yang meliputi masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa
nifas, masa diantara kehamilan, neonatus dan keluarga yang berfokus
kepada kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial
dengan menggunakan proses keperawatan (Mansjoer, 2002).
Peningkatan kesehatan bagi dan oleh kalangan perempuan menjadi
sangat penting dalam mencapai target MDGs (Millenium Development
Goals). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
yang menjadi indikator bidang kesehatan dalam Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) sangat di tentukan oleh kesehatan di kalangan perempuan,
dan hingga kini kondisi kesehatan masyarakat kita (terutama kaum
perempuan) masih sangat memprihatinkan. Hingga saat ini Angka
8
Kematian Ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN.
Tahun 2007 lalu Angka Kematian Ibu di Indonesia tercatat sebesar 248 per
100 ribu kelahiran hidup. Hal yang tak jauh berbeda juga dengan Angka
Kematian Bayi di tahun yang sama yang mencapai 26,9 per seribu
kelahiran hidup. Padahal dalam Millenium Development Goals ditargetkan
pada tahun 2015 nanti Angka Kematian Ibu tidak lebih dari 104 per 100
ribu (Carpenito, 2002).
Dewasa ini sectio caesarea jauh lebih aman berkat kemajuan
dalam ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti adanya antibiotik,
transfusi darah, anastesi, dan tehnik operasi yang lebih sempurna. Karena
itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar
indikasi yang cukup kuat. Operasi caesar hanya boleh dilakukan bila
plasenta menutup jalan lahir, bayi yang besar, letak bayi abnormal dan
chepalo pelvic disproporsi sehingga di khawatirkan persalinan akan macet
(Wikjosastro, 2002).
Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang
dilakukan dengan cara mengiris perut sehingga rahim seorang ibu untuk
mengeluarkan bayi akan tetapi, persalinan melalui sectio caesarea
bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus
terhadap indikasi dilakukannya maupun perawatan ibu setelah tindakan
sectio caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan
berdampak pada kematian ibu (Wikjosastro, 2002).
9
Menurut WHO (2007), menyatakan bahwa persalinan dengan
bedah caesar adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan dinegara
berkembang. Di Indonesia sendiri, presentasi operasi caesar sekitar 5%
semua proses persalinan yang ada di Indonesia. Sedangkan menurut
Bensons dan pernolls, angka kematian pada operasi caesar adalah 40-80
tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25 kali lebih
besar dibanding persalinan pervaginal. Untuk kasus karena infeksi
mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
pervaginal. Komplikasi tindakan anastesi sekitar 10% dari seluruh angka
kematian ibu. Disamping itu sumber lain mengatakan bahwa sectio
caesaria berhubungan dengan peningkatan dua kali lipat resiko mortalitas
ibu dibandingkan pada persalinan pervaginal. Kematian ibu akibat operasi
sectio itu sendiri menunjukan angka 1 per 1.000 persalinan (Depkes,
2008).
Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna, periode Januari sampai dengan April 2014 kejadian
Sectio Caesarea atas indikasi Letak Lintang dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini :
10
Tabel 1. Distribusi Persalinan Dengan Tindakan Sectio Caesarea di
Ruang Delima Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Pada Periode Januari Sampai Dengan
April 2014
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH PERSEN
1 Plasenta Previa 19 21,59
2 Ketuban Pecah Dini 17 19,31
3 Gawat Janin 15 17,04
4 Kematian Janin Dalam Lahir 13 14,77
5 Letak Lintang 9 10,22
6 Letak Sungsang 6 6,81
7 Eklamsia 4 4,54
8 Panggul Sempit 3 3,40
9 Serotinus 1 1,13
10 Letak Kaki 1 1,13
Jumlah 88 100
Sumber : Catatan Medik Diruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Periode Bulan
Januari s/d April 2014
Melihat keadaan tersebut diatas dan mengingat dampak yang
ditimbulkan pada klien, penulis tertarik untuk menyusun suatu karya tulis
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R Dengan Post
Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi ruang
lingkup masalah yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di
Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.
11
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata serta
mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post
Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang secara langsung dan
komperhensif yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual berdasarkan Ilmu dan Kiat Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara komperhensif
pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak
Lintang.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
prioritas masalah pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD
I a/i Letak Lintang.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.
e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada
klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.
f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan
pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak
Lintang.
12
D. Manfaat Penulisan
1. Pihak Rumah Sakit
a. Sebagai bahan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan studi
kasus lebih lanjut dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i
Letak Lintang.
b. Sebagai bahan perbandingan bagi perawat dalam bertugas
melaksanakan pelayanan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam
mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha penyempurnaan asuhan
keperawatan yang telah ada saat ini.
3. Profesi
Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i
Letak Lintang.
4. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan
13
pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
menyusun karya tulis ini adalah:
1. Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan
klien dan keluarga klien untuk memperoleh informasi yang akurat.
2. Observasi yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung
meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual.
3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
4. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau
informasi melalui catatan atau arsip dari medical record yang
berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien.
5. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau
buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan
kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien (Nursalam,
2002).
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 7 - 10 Mei 2014.
14
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna.
H. Sistematika Telaahan
Karya tulis ini disusun secara sistematis yang dijabarkan dalam 4
BAB yaitu sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang, Ruang Lingkup
Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode
Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang, yang
terdiri dari konsep dasar yang meliputi: Pengertian, Anatomi
Fisiologi Sistem Reproduksi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda
dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis,
Komplikasi, Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/
Pola Fungsi Sistem Tubuh Tertentu serta Tinjauan Teoritis
Asuhan Keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, Tediri dari laporan
kasus yang membahas tentang Laporan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i
Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah
15
Kabupaten Muna yang disusun berdasarkan pada proses
keperawatan yang mencakup pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta
catatan perkembangan. Serta pembahasan berisikan
perbandingan antara teori dan fakta yang ada pada tinjauan
studi kasus, dibahas secara sistematis mulai dari pengkajian
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
BAB IV : Kesimpulan dan rekomendasi, Bab ini berisikan
kesimpulan dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan studi
kasus.
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP
SECTIO CAESAREA POD I A/I LETAK LINTANG
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau
dalam persalinan dimana sumbu panjang janin melintang terhadap
sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi
oblique). Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin tidak
dapat didorong keatas tanpa merobekkan uterus (PPNI, 2009).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang
didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain bokong berada sedikit lebih tinggi dari
kepala janin sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul
(Prawirohardjo, 2003).
Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu
panjang tubuh janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu
panjang ibu (Nursalam, 2008).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa letak
lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau dalam persalinan
dimana posisi janin atau posisi sumbu panjang tubuh janin di dalam
uterus memotong atau melintang terhadap sumbu panjang tubuh ibu
17
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi
yang lain.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
a. Anatomi sistem reproduksi wanita
Alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Alat genetalia (reproduksi) bagian luar :
a) Mons veneris
b) Bibir besar (Labia Mayora)
c) Bibir kecil (Labia Minora)
d) Klitoris
e) Vestibulum
f) Hymen (Selaput Darah)
g) Kelenjar : bartholini, skene
2) Alat genetalia reproduksi bagian dalam :
a) Liang senggama (Vagina)
b) Rahim (Uterus)
c) Kedua tuba fallopi
d) Kedua indung telur
e) Parametrium jaringan ikat penyangga (Wilson, 2002).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang alat
genetalia bagian dalam dan luar telah dijabarkan secara singkat
adalah sebagai berikut:
18
1) Alat genetalia bagian luar
Gambar 1
Organ Reproduksi Interna Wanita (Wilson, 2002)
a) Mons Veneris
Di sebut juga gunung fenus merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh
rambut yang bentuknya segitiga.
b) Bibir Besar (Labia Mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong
kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk
perineum, permukaan terdiri dari:
(1) Bagian luar :
Tertutup rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
(2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak).
19
c) Bibir Kecil (Labia Minora)
Merupakan lipatan bagian dalam bibir besar tanpa rambut
di bagian atas klitoris bibir kecil bertemu membentuk
prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu
membentuk prenulum klitoridis bibir ini mengeliling
orivisium vagina.
d) Klitoris
(1) Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil.
(2) Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sensoris sehingga sangat sensitif.
(3) Analok dengan penis pada laki-laki.
e) Vestibulum
Merupakan alat reproduksi yang di batasi oleh kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris serta bagian belakang (bawah)
pertemuan kedua bibir kecil.
f) Kelenjar bartholini
(1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina
karena dapat mengeluarkan lender.
(2) Pengeluaran lender meningkat saat hubungan seks.
g) Hymen (Selaput Darah)
(1) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina
bersifat rapuh dan mudah robek.
20
(2) Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari
lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi.
(3) Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinis setelah
mendapat menstruasi.
(4) Setelah persalinan sisanya disebut karukule hymenalis.
2) Alat genetalia bagian dalam
Gambar 2
Organ Reproduksi Interna Wanita (Wilson, 2002)
a) Vagina
(1) Merupakan saluran muskulo membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva.
(2) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus lefator ani oleh
karena itu dapat di kendalikan.
(3) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum.
21
(4) Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm.
(5) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama di bagian bawah.
(6) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian
dari uterus.
(7) Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut
portio.
(8) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks
anterior, forniks posterior, forniks dekstra, dan forniks
sinistra.
(9) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan ph 4,5. Keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi, Fungsi
utama vagina:
b) Uterus
(1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis
minor di antara kandung kemih dan rectum.
(2) Dinding belakang dan dinding depan dan bagian atas
tertutup petitonium sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih.
(3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pir) dan gepeng.
22
(4) Untuk mempertahankan posisinya uterus disangan
beberapa ligamentum, jaringan ikat, dan para metrium.
(5) Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas
ukuran anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, dan
multipara 9 cm.
(6) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu
peritoneum, lapisan otot dan endometrium
(Wiknjosastro, 2002).
c) Tuba Fallopi
Tuba fallopi terdiri atas :
(1) Pars intertisialis bagian yang terdapat pada dinding
uterus.
(2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya.
(3) Pars ampularis bagian yang berbentuk sebagai saluran
agak lebar tempat konsepsi terjadi.
(4) Infundibulum bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai fimbria (Wiknjosastro, 2002).
d) Ovarium (Indung Telur)
Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri ovarium ke
arah uterus tergantung pada ligamentum
infundibulifeltikum dan melekat pada ligamentum latum
melalui mesofarium.
23
e) Para metrium
Jaringan ikat yang terdapat di antara kedua lembar
ligamentum latum disebut parametrium yang dibatasi oleh :
(1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalfing.
(2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri.
(3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
(4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari proprium.
b. Fisiologi alat reproduksi wanita
Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan sistem yang
kompleks. Pada saat puberitas sekitar umur 13-16 tahun di mulai
pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan
hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini menunjukan tanda seks
sekunder pada wanita misalnya pengeluaran darah menstruasi
pertama (menarche). Selanjutnya menarche di ikuti menstruasi
yang tidak teratur karena folikel graf belum melepaskan ovum
yang disebut ovulasi. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah
teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung lebih kurang
2-3 hari di sertai dengan ovulasi sebagai pertanda kematangan alat
reproduksi wanita. Sejak saat itu wanita memasuki masa
reproduksi aktif sampai mencapai mati haid pada umur sekitar 50
tahun. Kejadian menarche dan menstruasi di pengaruhi beberapa
faktor yang mempunyai sistem tersendiri, yaitu:
1) Sistem susunan saraf pusat dan panca indranya.
24
2) Sistem hormonal: aksishipotalamo-hipofisis-ovarial.
3) Perubahan yang terjadi pada ovarium.
4) Perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.
5) Rangsangan estrogen dan progesteron pada panca indra
langsung pada hipothalamus dan melalui perubahan emosi
(Manuaba, 2002).
3. Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari
berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu
misteri. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fiksasi kepala tidak ada karena panggul sempit, hidrosefalus,
anensefalus, plasenta previa, dan tumor-tumor pelvis.
b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil
atau sudah mati.
c. Gemelli (Kehamilan Ganda).
d. Kelainan uterus seperti arkuatus, bikornus atau septum.
e. Lumbar skoliosis.
f. Monster.
g. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh
(Prawirohardjo, 2003).
25
4. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu. Jumlah air ketuban relatif banyak sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentase kepala letak lintang atau
sungsang. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung
menyebabkan uterus beralih kedepan, sehingga menimbulkan defleksi
sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir menyebabkan
terjadinya posisi obliq atau melintang (Mochtar, 2002).
5. Tanda dan Gejala
a. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus
uteri membentang sedikit diatas umbilikus.
b. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilan.
c. Pada palpasi
1) Leopold 1 tidak di temukan bagian bayi di daerah fundus uteri.
2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka
dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
3) Leopold 3 dan 4 memberikan hasil negatif (Bobak, 2002).
6. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan USG untuk melihat keadaan janin.
26
7. Penatalaksanaan
a. Pada kehamilan
1) Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu
dianjurkan posisi lutut dada jika lebih dari 28 minggu di
lakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada
sampai persalinan.
2) Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu
posisi lutut dada jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar,
kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.
b. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada dan pembukaan
kurang dari 4 cm di coba lakuka versi luar jika pembukaan lebih
dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio
caesarea. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan sectio
caesarea. Sectio caesarea dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengertian
Sectio caesarea adalah tindakan alternative metode melahirkan
melalui tindakan pembedahan untuk melahirkan janin melalui
sayatan yang dibuat pada dinding uterus dan abdomen
(Manuaba, 2002). Operasi caesar atau sectio caesarea adalah
proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut
hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi
(Wiknjosastro, 2002).
27
2) Jenis
Sectio caesarea dapat dibagi dalam empat macam yaitu sebagai
berikut:
a) Sectio caesarea transperitoneal yaitu insisi yang dilakukan
menurut arah sayatan yaitu memanjang (vertical), sayatan
melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T inscision).
b) Sectio caesarea clasi (corporal) yaitu pembedahan yang
dilakukan apabila ada halangan transperitonial profunda
misalnya melekatnya uterus pada dinding karena sectio
caesarea sebelumnya.
c) Sectio caesarea exraperitonealis yaitu pembedahan tanpa
membuka peritoneum parietal dan cavum abdominalis
tehnik ini paling sering dilakukan.
d) Sectio caesarea hysterectomy yaitu setelah sectio caesarea
dikerjakan histerektomi.
3) Indikasi
a) Indikasi Sectio Caesarea
(1) Sebelum persalinan; infisiensi plasenta, hipoksia janin
dan fekal distress.
(2) Dalam persalinan; fekal distress, prolaps tali pusat,
batasan persalinan pada multipara lebih dari 12 jam dan
multipara selama 8 jam dan ketuban pecah premature.
28
b) Indikasi pada ibu
(1) Sebelum persalinan
(a) Foto pelvik disporpotion.
(b) Tumor uterus dan ovarium dalam kehamilan yang
menyumbat jalan lahir.
(c) Karsinoma serviks, eklampsia dan pre eklampsia.
(2) Saat persalinan
(a) Perdarahan hebat.
(b) Rupture uteri dan membran.
c) Kombinasi indikasi fetus dan ibu
(1) Perdarahan pervaginam akut disebabkan oleh plasenta
previa atau solusio plasenta premature.
(2) Letak lintang karena akan timbul retraksi progresif.
4) Komplikasi
Terdapat beberapa resiko pada janin jika dilakukan sectio
caesarea yaitu hypoxia akibat sindrom hipotensi terlentang,
depresi pernapasan akibat penggunaan anastesi dan sindrom
gagal napas karena imaturinitas pulmonal janin. Sedangkan
resiko pada ibu adalah infeksi sesudah sectio caesarea (SC),
ileus akibat peritonitis, kecelakaan anastesi dan fenomena
tromboemboli terutama pada ibu multipara dengan varikositas.
29
5) Penatalaksanaan
a) Pra sectio caesarea
(1) Persiapan fisik
Persiapan kamar operasi, pengambilan darah untuk
transfusi sebanyak 1000-2000 cc (pra operasi),
pemeriksaan laboratorium seperti Hb, leukosit, masa
perdarahan, masa pembekuan, puasa 6-8 jam, cukur
area operasi, persiapan colon, pengukuran Tanda-Tanda
Vital, pengawasan pemasangan infus dextrose 5% atau
sesuai program, pemasangan foley kateter, pemberian
obat premidikusi, informant consent serta pemeriksaan
EKG jika diperlukan.
(2) Pemeriksaan mental
Informasi akurat mengenai alasan tindakan operasi dan
perawatan pasca operasi.
b) Pasca sectio caesarea
Pemantauan Tanda-Tanda Vital, keadaan umum,
mengurangi dan mengatasi gangguan rasa nyeri akibat
opersai, perawatan luka, perawatan payudara dan perawatan
bayi.
8. Komplikasi
Meskipun letak lintang dapat di ubah menjadi presentasi kepala tetapi
kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang misalnya panggul
30
sempit, tumor pangguldan plasenta previa masih tetap dapat
menimbulkan kesulitan pada persalinan persalinan letak lintang
memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya.
a. Bagi Ibu
Bahaya yang mengancam adalah rupture uteri baik spontan atau
sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini,
dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
b. Bagi Janin
Angka kematian tinggi (25-49%), yang dapat disebabkan oleh:
1) Prolasus funiculi.
2) Trauma partus.
3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus.
4) Ketuban pecah dini (Bobak, 2002).
9. Dampak masalah terhadap perubahan struktur/pola fungsi sistem
tubuh tertentu
a. Sistem Pernapasan
Enam jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret dijalan napas
akibat pengaruh anastesi mensupresi pusat napas, menyebabkan
peningkatan mukus, bunyi napas ronchi atau vesikuler, frekuensi
napas 16-24 kali permenit.
b. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau perubahan
gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia, vibrilasi atrium
31
dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktivitas miocardial
mencakup peningkatan frekuensi jantung dan Central Venous
Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak adanya endogenous
stimulus saraf simpatis maka akan mempengaruhi penurunan
kontraktilitas ventrikel. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan CO2 dan peningkatan tekanan atrium kiri.
c. Sistem Pencernaan
Terjadi penurunan kerja peristaltik usus akibat efek anastesi, enam
jam pertama tidak diperbolehkan makan untuk mengurangi resiko
aspirasi, peristaltik lemah mempengaruhi kekuatan otot abdominal
mual dan muntah post SC jarang ditemukan karena kemajuan
dibidang anastesi. 24 jam pertama klien dapat infus intra vena
untuk memenuhi kebutuhannya, klien dipuasakan sampai bising
usus positif lakukan test feeding setelah bising usus positif.
d. Sistem Perkemihan
Anastesi dapat mengakibatkan hilangnya sensasi pada area bladder
sampai anastesi hilang, kateter dapat dilepas dari setelah 12 jam
operasi atau keesokan harinya.
e. Sistem Muskuloskeletal
Merasa tidak mampu mengerjakan sesuatu karena kelemahan fisik
dan pada saat yang sama citra tubuh ibu menjadi rusak
mengakibatkan ibu merasa sensitif dan cepat tersinggung (PPNI,
2009).
32
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang
sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok
dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dari pemecahan masalah
dan dari respon pasien terhadap penyakitnya. Digunakan untuk membantu
perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam
memecahkan masalah keperawatan. Pendekatan proses keperawatan yang
digunakan dalam asuhan keperawatan tersebut meliputi Pengkajian Data,
merumuskan Diagnosa Keperawatan, menyusun Rencana Keperawatan,
Implementasi dan Evaluasi (Carpenito, 2000). Adapun langkah-langkah
dalam proses keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yaitu tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien yang
berdasarkan pada kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001).
a. Pengumpulan data
Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat
digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan
tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari
klien, data yang berhubungan dengan klien serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan
klien seperti data tentang keluarga (Hidayat, 2004).
33
Adapun data yang dikumpulkan antara lain:
1) Identitas
a) Identitas klien
Identitas klien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin,
status, agama, suku/bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
register, dan diagnosa medik.
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, suku/bangsa, dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan
pengkajian. Pada pasien post sectio caesarea keluhan
utamanya berupa nyeri pada area abdomen yaitu luka
operasi.
b) Riwayat Keluhan Utama
Merupakan informasi mengenai hal-hal yang menyebabkan
klien mengalami keluhan hal apa saja yang mendukung dan
mengurangi, kapan, dimana dan berapa jauh keluhan
tersebut dirasakan klien. Hal tersebut dapat diuraikan
dengan metode PQRST sebagai berikut:
34
(1) Palliative/Provokatif : Apa yang menyebabkan
terjadinya nyeri pada abdomen faktor pencetusnya
adalah post op sectio caesarea a/i letak lintang.
(2) Qualitative/Quantitas : bagaimana gambaran keluhan
yang dirasakan dan sejauh mana tingkat keluhannya
seperti berdenyut, ketat, tumpul atau tusukan.
(3) Region/Radiasi : lokasi keluhan yang dirasakan dan
penyebarannya.
(4) Scale/Serverity : intensitas keluhan apakah sampai
mengganggu atau tidak. Pada kasus sectio caesarea
nyeri selalu mennganggu dengan skala 7-8 (0-10).
(5) Timing : kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa
lama kejadian ini berlangsung biasanya pada luka sectio
caesarea dirasakan secara terus-menerus.
c) Riwayat kesehatan yang lalu
Biasanya klien belum pernah menderita penyakit yang
sama atau klien tidak pernah mengalami penyakit yang
berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan
akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam pengkajian ini ditanyakan tentang hal keluarga yang
dapat mempengaruhi kehamilan langsung ataupun tidak
langsung seperti apakah dari keluarga klien yang sakit
35
terutama penyakit yang menular yang kronis karena dalam
kehamilan daya tahan ibu itu menurun bila ada penyakit
menular dapat lekas menular kepada ibu dan
mempengaruhi janin dan sectio caesarea ini biasanya tidak
tergantung dari keturunan.
e) Riwayat obstetri dan ginekologi
(1) Riwayat obstetri
(a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
yang terdiri dari tahun persalinan, umur kehamilan,
tempat pertolongan, jenis persalinan, jenis kelamin
bayi serta keadaan bayi.
(b) Riwayat kehamilan sekarang yang perlu di kaji
seberapa seringnya memeriksakan kandungan serta
menjalani imunisasi.
(c) Riwayat persalinan sekarang yang perlu di kaji
adalah lamanya persalinan, BB bayi (Mansjoer,
2000).
(2) Riwayat ginekologi
(a) Riwayat menstruasi
Yang perlu dikaji adalah usia pertama kali haid,
siklus dan lamanya haid, warna dan jumlah, HPHT
dan tafsiran kehamilan.
36
(b) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah usia saat menikah dan usia
pernikahan, pernikahan keberapa bagi klien dan
suami.
(c) Riwayat keluarga berencana
Yang perlu dikaji adalah jenis kontrasepsi yang
digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya serta
masalah selama pemakaian alat kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang akan digunakan setelah persalinan.
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : klien dengan sectio caesarea akan
mengalami kelemahan.
b) Kesadaran : pada umumnya Compos Mentis
c) Tanda-tanda vital : hal-hal yang dilakukan pada
pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien post Sectio
Caesarea biasanya tekanan darah menurun, suhu
meningkat, nadi meningkat dan pernapasan meningkat.
d) Sistem Pernapasan
Kaji tentang bentuk hidung, ada tidaknya secret pada
lubang hidung, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,
gerakan dada saat bernapas apakah simetris atau tidak,
frekuensi napas.
37
e) Sistem Indera
Yang perlu di kaji pada sistem inin adalah adanya
ketajaman penglihatan, pergerakan mata, proses
pendengaran dan kebersihan pada lubang telinga,
ketajaman penciuman dan fungsi bicara serta fungsi
pengecapan.
f) Sistem Kardiovaskuler
Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan konjungtiva,
keadaan warna bibir, ada tidaknya peninggian vena
jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan
pengukuran tekanan darah serta pengukuran nadi.
g) Sistem Pencernaan
Kaji tentang keadaan mulut, gigi, lidah dan bibir, peristaltik
usus, keadaan atau bentuk abdomen ada atau tidak adanya
massa atau nyeri tekan pada daerah abdomen.
h) Sistem Muskuloskeletal
Kaji tentang keadaan darajat Range Of Montion pada
tungkai bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang pada
waktu bergerak, serta keadaan tonus dan kekuatan otot pada
ekstremitas bagian bawah dan bagian atas.
i) Sistem Persyarafan
Kaji tentang adanya gangguan-gangguan yang terjadi pada
ke-12 sistem persyarafan.
38
j) Sistem Perkemihan
Kaji adanya keadaan yang terjadi pada kandung kemih,
warna urin, bau urin, serta pengeluaran urin.
k) Sistem Reproduksi
Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan bentuk payudara,
puting susu, ada tidaknya pengeluaran ASI serta kebersihan
pada daerah payudara, kaji adanya pengeluaran darah pada
vagina, warna darah, bau serta ada tidaknya pemasangan
kateter.
l) Sistem Integumen
Kaji tentang keadaan kulit, rambut dan kuku, turgor kulit,
pengukuran suhu serta warna kulit dan penyebaran rambut.
m) Sistem Endokrin
Yang perlu di kaji adalah tentang ada tidaknya pembesaran
kelenjar thyroid, bagaimana refleks menelan serta
pengeluaran ASI dan kontraksi.
n) Sistam Imun
Yang perlu di kaji pada sistem ini adalah tentang keadaan
kelenjar limfe, apakah mengalami pembesaran pada
kelenjar limfe.
39
4) Pola aktivitas sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di Rumah Sakit dan
pola aktivitas klien selama di rumah, terdiri atas :
a) Nutrisi : kaji adanya perubahan dan masalah dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu
makan, kehilangan sensasi pengecap, menelan, mual dan
muntah.
b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi
BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau
tidak.
c) Istrahat Tidur : kesulitan tidur dan istirahat karena adanya
nyeri dan kejang otot.
d) Personal hygiene : klien biasanya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.
e) Aktivitas gerak : kaji adanya kehilangan sensasi atau
paralise dan kerusakan dalam memenuhi kebutuhan
aktifitas sehari-harinya karena adanya kelemahan.
5) Data Psikologis
a) Status emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara
tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung.
40
b) Konsep diri
(1) Body image : klien memiliki persepsi dan merasa
bahwa bentuk tubuh dan penampilan sekarang
mengalami penurunan berbeda dengan keadaan
sebelumnya.
(2) Ideal diri : klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-
cita yang diinginkan.
(3) Harga diri : klien merasa tidak berharga lain dengan
kondisinya yang sekarang, klien merasa tidak mampu
dan tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu
memerlukan bantuan orang lain.
(4) Peran : klien merasa dengan kondisinya yang sekarang
ia tidak dapat melakukan peran yang dimilikinya baik
sebagai orang tua, istri ataupun seorang pekerja.
(5) Identitas diri : klien memandang dirinya berbeda
dengan orang lain karena kondisi badannya yang
disebabkan oleh penyakitnya.
c) Pola koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi
tertutup.
41
6) Data Sosial
Klien dengan sectio caesarea cenderung tidak mau
bersosialisasi dengan orang lain yang disebabkan oleh rasa
malu terhadap keadaannya.
7) Data Spiritual
Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya
dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana
persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas
spiritual klien selama menjalani perawatan dirumah sakit dan
siapa yang menjadi pendorong dan memotivasi bagi
kesembuhan klien.
8) Data penunjang
Kaji pemeriksaan darah Hb, Hematokrit ibu, Leukosit dan
USG.
9) Perawatan dan pengobatan
a) Terapi
Pada pasien yang post sectio caesarea biasanay diberikan
obat analgetik serta antipiuretik serta pemberian cairan
perinfus dan elektrolit harus cukup.
b) Diet
Pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan enam
sampai 10 jam post operasi berupa air putih atau teh manis.
42
Setelah cairan infus dihentikan diberikan makan bubur
saring selanjutnya secara bertahap boleh makan biasa.
c) Kateterisasi
Biasanya dilepas 12 jam post operasi atau keesokan
paginya, kemampuan selanjutnya untuk mengosongkan
vesika urinaria sebelum terjadi distensi yang berlebihan
harus dipantau.
b. Klasifikasi data
Pengelompokan data adalah pengelompokan data-data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan
atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah
dapat dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah
keperawatan klien dengan merumuskannya. Adapun data-data
yang muncul diklasifikasikan dalam data subyektif dan obyektif.
Data subyektif adalah data yang diperoleh lansung melalui
ungkapan atau keluhan dari klien sedangkan data obyektif adalah
data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengukuran
(Nursalam, 2002).
c. Analisa data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,
menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokan data serta
mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk
43
diagnosa keperawatan biasanya ditemukan data subyektif dan
obyektif (Carpenito, 2002).
Dalam analisa data mengandung 3 komponen utama yaitu :
1) Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan dimana
tindakan keperawatan dapat diberikan.
2) Etiologo (E/penyebab), keadaan ini menunjukan penyebab
keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah
terhadap terapi keperawatan.
3) Sign dan Symptom (S/tanda dan gejala), adalah ciri, tanda atau
gejala yang merupakan suatu informasi yang diperlukan untuk
dapat merumuskan suatu diagnosis keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai izin dan berkompeten dan mengatasinya. Respon
aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan catatan medis klien masa lalu dan
konsultasi dengan profesional lain yang kesemuanya dikumpulkan
selama pengkajian (Potter, 2005).
Menurut Bobak (2002), diagnosa keperawtan yang dapat
muncul pada kasus sectio caesarea a/i letak lintang antara lain :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan pembedahan.
44
b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri
terus menerus.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan
kekuatan/keterbatasan gerak dan kelemahan fisik.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
status kesehatan dan keadaan pasca operasi.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang masih
basah.
g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pendarahan.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan
keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien (Nursalam, 2001).
Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan
klien post op sectio caesarea yang ditegakan antara lain :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil :
1) Ekspresi wajah klien tidak meringis
2) Klien tidak mengeluh nyeri
45
Intervensi :
1) Pantau tingkat atau lokasi nyeri yang dirasakan klien
Rasional : membantu menentukan tingkat dan lokasi nyeri yang
dirasakan klien sehingga memudahkan intevensi selanjutnya.
2) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital dapat berubah akibat rasa nyeri dan
merupakan indikator untuk menilai perkembangan penyakit.
3) Anjurkan klien untuk nafas dalam secara teratur dan perlahan-
lahan bila nyeri muncul
Rasional : penarikan nafas dalam secara perlahan-lahan dapat
terjadi suatu relaksasi dan melancarkan aktivitas suplai O2 ke
jantung sehingga nyeri berkurang.
4) Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
Rasional : motivasi untuk mobilisasi bertahap akan
meningkatkan vaskularisasi sehingga suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan meningkat.
5) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : analgetik dapat menghambat pengiriman impuls
nyeri ke korteks serebri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.
Tujuan : kebutuhan istrahat dan tidur dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien dapat tidur dengan nyenyak
46
2) Klien tidak mudah terbangun
3) Konjungtiva tidak anemis
Intervensi :
1) Observasi pola tidur klien
Rasional : sebagai pedoman untuk intervensi selanjutnya.
2) Hindarkan prosedur yang kurang penting selama periode tidur
Rasional : dengan tindakan yang tidak penting dapat
mengganggu ketenangan tidur klien sehingga klien mudah
terbangun.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : lingkungan yang tenang dan nyaman memberikan
kemudahan pada klien untuk tidur dan istrahat.
4) Beri HE pada klien tentang manfaat istrahat dan tidur
Rasional : istrahat dan tidur dapat memulihkan stamina
sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan
dan keterbatasan gerak.
Tujuan : klien dapat melakukan perawatan diri dengan baik
Kriteria hasil :
1) Klien nampak bersih dan rapi
2) Klien dan keluarga mengerti pentingnya kebersihan diri
47
Intervensi :
1) Pantau tingkat pemahaman klien, berikan berikan penjelasan
tentang manfaat perawatan diri
Rasional : informasi sangat mempengaruhi klien sehingga klien
dapat termotivasi untuk melakukan perawatan diri.
2) Berikan bantuan kepada klien dalam melakukan perawatan diri
seperti mandi, sikat gigi, keramas dan mengganti pakaian
Rasional : membantu klien dalam melakukan perawatan diri
dan memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman.
3) Lakukan perawatan vulva hygiene
Rasional : Vulva hygiene akan mencegah berkembang biaknya
kuman-kuman yang dapat masuk ke dalam serviks.
4) Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri setiap hari
Rasional : meningkatkan tingkat kemandirian klien di dalam
merawat dirinya serta memperlancar sirkulasi darah.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : mobilitas klien dapat teratasi dengan baik
Kriteria hasil :
1) Keadaan umum baik
2) Klien dapat beraktifitas seperti semula
3) Dapat bergerak secara mandiri
Intervensi :
1) Kaji tingkat kelemahan fisik klien
48
Rasional : mengidentifikasi kemampuan intervensi yang
dibutuhkan .
2) Bantu klien dalam latihan gerak
Rasional : melakukan latihan gerak dapat menghindari
kekakuan pada otot.
3) Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam melakukan
latihan gerak
Rasional : bantuan dari keluarga dapat memotivasi klien untuk
melakukan gerak.
4) Anjurkan klien untuk menghindari aktifitas yang berlebihan
Rasional : aktivitas yang berlebihan dapat menyebabkan
kelemahan fisik serta membantu mencegah terjadinya resiko
injuri.
5) Berikan penkes pada klien dan keluarga tantang pentingnya
melakukan latihan gerak
Rasional : penkes dapat memberikan pemahaman kepada klien
dan keluarga.
e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
status kesehatan dan keadaan pasca operasi.
Tujuan : rasa cemas yang dirasakan klien dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Klien dapat menjelaskan tentang penyakitnya, prosedur
pengobatan dan perawatan
49
2) Klien nampak tenang
Intervensi :
1) Observasi perasaan klien terhadap kecemasan yang
dihadapinya
Rasional : mengetahui lebih lanjut tentang perasaan klien
sehingga memudahkan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Anjurkan pada pasangan atau keluarga untuk memberi support
Rasional : support dari pasangan dan keluarga memberi
semangat bagi ibu menjalani proses penyembuhan.
3) Berikan informasi yang tepat tentang keadaan bayi
Rasional : khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi
atau kesalahpahaman dapat meningkatkan kecemasan.
4) Anjurkan klien untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan sering berdoa
Rasional : agar klien merasa tenang dan lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka tidak
efektif.
Tujuan : tanda-tanda infeksi tidak terjadi
Kriteri hasil : tidak terjadi tanda radang, kemerahan, bengkak dan
panas.
50
Intervensi :
1) Observasi keadaan luka
Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi dini.
2) Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam setiap tindakan
Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi.
3) Lakukan perawatan luka dengan memperhatikan kesterilan
Rasional : melakukan perawatan luka untuk menjaga agar luka
tetap bersih yang mencegah terjadinya kontaminasi dengan
mikroorganisme.
4) Observasi tanda-tand vital terutama suhu
Rasional : adanya peningkatan tanda-tanda vital terutama suhu
merupakan salah satu tanda adanya infeksi.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik
Rasional : antibiotik dapat mencegah infeksi dengan cara
membunuh kuman yang masuk.
g. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran cairan pendarahan.
Tujuan : kebutuhan klien akan cairan dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Tidak ada pendarahan serta membran mukosa lembab
2) Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1) Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran cairan
51
Rasional : membantu mengevaluasi status cairan khususnya
bila dibandingkan dengan berat badan.
2) Timbang berat badan klien
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian
volume cairan dan keefektifan pengobatan.
3) Ukur tanda-tanda vital
Rasional : hipotensi dan takikardi menunjukan kekurangan
cairan.
4) Kolaborasi pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit
Rasional : menurun karena anemia, hemodilusi atau kehilangan
darah aktual.
4. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk
membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pemulihan (Nursalam, 2001).
52
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan
pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh
intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari
hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2001).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S: Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O: Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru
atau mungkin terdapat data yang kontradiksi dengan masalah yang
ada.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada
respon.
53
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Guru Honorer
Perkawinan : ke-1
Tanggal masuk RS : 6 Mei 2014
Tanggal Operasi : 6 Mei 2014
Tanggal pengkajian : 7 Mei 2014
No. Register : 26 52 02
Diagnosa Medik : SC a/i Letak Lintang
Alamat : Sidodadi
54
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Honorer
Alamat : Sidodadi
Hubungan Dengan Klien : Suami Klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama : Nyeri
(2) Riwayat Keluhan Utama :
Menurut keterangan dari klien bahwa pada saat
masuk Rumah Sakit tanggal 6 Mei 2014, menurut
hasil pemeriksaan bahwa kehamilan saat ini adalah
kehamilan dengan letak lintang sehingga klien
langsung di operasi Sectio Caesarea. Pada saat
dilakukan pengkajian tanggal 7 Mei 2014, klien
mengeluh nyeri pada daerah luka bekas operasi
yaitu pada abdomen bagian bawah, klien tampak
55
meringis pada saat timbul nyeri dengan skala nyeri
6 (0-10). Nyeri dirasakan secara hilang timbul
(Intermiten), nyeri bertambah pada saat klien
bergerak dan dirasakan ringan pada saat klien
istirahat.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut ungkapan dari klien, ini merupakan persalinan
pertama. Klien tidak mengira bahwa persalinan
pertama, janinnya mengalami letak lintang. Klien tidak
mempunyai riwayat penyakit yang memperberat selama
kehamilan seperti penyakit hipertensi serta penyakit
jantung dan klien juga tidak memiliki riwayat alergi
makanan maupun obat.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan perkembangan janin serta tidak ada
anggota yang berpenyakit keturunan seperti Diabetes
Melitus, Gangguan Jiwa dan hemophili.
3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan sekarang
56
G1 P0 A0, Ibu pertama kali memeriksakan
kehamilannya di bidan pada usia kehamilan 2
minggu kemudian mulai memeriksakan diri ke
dokter spesialis kandungan pada usia kehamilan 1
bulan sampai usia kehamilan sekarang selama ibu
hamil tidak pernah melakukan imunisasi sekalipun.
(2) Riwayat persalinan sekarang
P1 A0 tempat persalinan Rumah Sakit Umum
Daerah pada tanggal 6 Mei 2014, lamanya
persalinan sekitar 35 menit, jenis persalinan Sectio
Caesarea (SC) jenis kelamin bayi laki-laki dengan
berat badan 3000 gram dan panjang 45,3 cm.
b) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan mendapat haid pertama pada
usia 12 tahun siklusnya 30 hari, lama haid 5-7 hari,
jumlah ganti balutan 3x dalam sehari, warna darah
merah dan biasanya bercampur dengan gumpalan
darah, berbau amis. Selama haid ada keluhan nyeri
pada perut, haid pertama dan terakhir (HPHT) yaitu
4 Agustus 2013, Tafsiran persalinan tanggal 11 Mei
2014.
57
(2) Riwayat perkawinan
Klien mengatakan menikah pada usia 25 tahun dan
suaminya pada usia 29 tahun. Lamanya perkawinan
1 tahun dan merupakan perkawinan pertama bagi
klien dan suaminya.
(3) Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan sebelum hamil tidak
menggunakan alat kontrasepsi, dan setelah
melahirkan klien berencana untuk memakai KB
jenis pil.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda-Tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 24 x/menit
S : 37°C
d) Sistem integumen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, turgor kulit
baik, suhu 37°C, tampak luka yang
masih basah, bentuk kepala bulat,
penyabaran rambut merata, warna
58
rambut hitam dan bergelombang,
keadaan rambut kusam dan
berketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema
dan kulit tampak lengket.
e) Sistem pengindraan
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, sclera
tidak ikterik, gerakan bola mata baik,
refleks pupil terhadap cahaya isokor,
konjungtiva tidak anemis dan
penglihatan klien masih jelas terbukti
dengan klien dapat membaca nama
perawat dengan jarak 30 cm, pada
hidung klien dapat membedakan bau
alkohol dan minyak kayu putih, posisi
hidung simetris kiri dan kanan, tidak
ada secret, pada telinga klien masih
dapat mendengar dengan baik dengan
melakukan tes pendengaran
menggunakan garputala, posisi telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada
serumen, pada lidah klien masih bisa
membedakan rasa asin, pahit dan
59
manis, warna lidah merah mudah, pada
kulit klien masih bisa merasakan
rangsangan apabila disentuh oleh
perawat.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau masa serta
nyeri tekan pada mata, hidung, telinga.
f) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Tidak terdapat sianosis.
Palpasi : CRT <2 detik, tidak ada pembesaran
arteri karotis, frekuensi nadi 80x/menit,
konjungtiva tidak anemis, akral teraba
hangat dengan suhu 37°C, irama
jantung reguler.
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi jantung
tambahan, tekanan darah 100/70
mmHg, bunyi jantung S1 dan S2
murni.
Perkusi : Bunyi pekak pada daerah jantung.
g) Sistem pernapasan
Inspeksi : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan,
tidak ada pernapasan cuping hidung,
bentuk dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada simetris, tidak
60
terdapat retraksi dinding dada,
pergerakan dada mengikuti pernapasan,
tidak ada penggunaan otot-otot
pernapasan, napas teratur dengan
frekuensi pernapasan 24x/menit.
Palpasi : Vocal fremitus teraba sama antara kiri
dan kanan pada saat klien mengatakan
satu-satu.
Perkusi : Saat diperkusi suara paru resonan.
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi napas tambahan.
h) Sistem pencernaan
Inspeksi : Jumlah gigi masih lengkap, gigi
tampak kotor, tidak ada peradangan
pada gusi, pergerakan lidah baik,
tampak luka operasi yang tertutup
verban pada abdomen bagian bawah,
keadaan luka masih basah.
Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen dengan
skala nyeri 6 (0-10).
Auskultasi : Bising usus 8x/menit (normal 8-
12x/menit).
Perkusi : Terdengar bunyi timpani.
61
i) Sistem muskuloskeletal
(1) Ekstremitas atas
Inspeksi : Ekstremitas kiri dan kanan simetris,
tidak terdapat lesi, pada tangan kanan
terpasang infus RL 20 tetes/menit,
pergerakan baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,
Kekuatan otot 5 5 .
Perkusi : Refleks bisep +/+, refleks trisep +/+.
(2) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Ekstremitas kanan dan kiri simetris,
tidak terdapat lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,
Kekuatan otot 5 5 .
Perkusi : Refleks achiles +/+.
Refleks pattela +/+.
Refleks babynski +/+.
j) Sistem endokrin
Inspeksi : Refleks menelan baik, tidak ada
pembesaran thyroid dan para thyroid,
pengeluaran ASI tidak lancar dan
kontraksi uterus baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema.
62
k) Sistem perkemihan
Inspeksi : Terpasang kateter, warna urin kuning
pekat, volume urin 500 cc/hari.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan edema.
l) Sistem reproduksi
Inspeksi : Tidak ada edema pada perineum,
keluar darah bercampur dengan
gumpalan darah (lochia rubra), tampak
terpasang pempers pembalut 1 buah,
payudara simetris kiri dan kanan,
tampak areola mamae kurang bersih
serta produksi ASI kurang.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada payudara.
m) Sistem imun
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran pada
kelenjar limfe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
n) Sistem persyarafan
(1) Fungsi serebral
(a) Status mental
Klien dapat berorientasi dengan baik, wajah
klien nampak meringis, kekuatan otot normal,
bahasa jelas.
63
(b) Kesadaran
Compos mentis (GCS: 15), eyes 4 (dapat
membuka mata dengan spontan), motorik 6
(pergerakan baik), verbal 5 (komunikasi jelas).
(c) Bicara
Dapat mengungkapkan rasa nyeri, klien dapat
mengikuti perintah, serta bicara normal dan
jelas.
(2) Fungsi kranial
N I (Olfaktorius) : klien dapat membedakan bau.
N II (Optikus) : fungsi penglihatan klien masih baik
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
N III, N IV dan N VI (Okulomotorius, Troclearis,
Abdusen) : kontraksi pupil isokor, pergerakan
kelopak mata baik, klien dapat menggerakan mata
ke atas dan kebawah.
N V (Trigeminus) : refleks kornea klien baik.
N VII (Facialis) : perubahan mimik wajah klien
baik.
N VIII (Vestibulococlearis) : klien dapat mendengar
dengan baik.
N IX dan N X (Glosofaringeus dan Vagus) : refleks
menelan dan mengecap klien baik.
64
N XI (Aksesorius) : klien dapat mengangkat bahu.
N XII (Hipoglosus) : pergerakan lidah klien baik.
5) Pola Kegiatan Sehari-hari
Tabel.2 pola aktivitas sehari-hari
No Aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Nutrisi
- Pola makan
- Frekuensi
makan
- Jenis makanan
- Pantangan
- Keluhan
- Intake cairan /
hari
- Jenis cairan
Teratur, porsi 1
piring di habiskan
3 x sehari
Nasi, ikan, sayur
Tidak ada
Tidak ada
7 – 8 gelas / hari
Air putih dan susu
Teratur, porsi 1 piring
di habiskan
2x sehari
Bubur, telur, gabing
Tidak ada
Tidak ada
4 – 5 gelas / hari
Air putih hangat
2. Eliminasi
- Frekuensi BAK
- Warna urin
- Bau
- Keluhan
- Frekuensi BAB
- Konsistensi
- Warna feses
- Bau
- Keluhan
5 – 6 x/ hari
Kuning jernih
Khas amoniak
Tidak ada
2 x/ hari
Padat
Kuning kecoklatan
Khas feses
Tidak ada
4 – 5 x/ hari
Kuning pekat
Khas amoniak
Tidak ada
Klien belum BAB
selama 2 hari setelah
post operasi
3. Personal hygiene
- Mandi
- Cuci rambut
- Gosok gigi
- Potong kuku
- Ganti pakaian
2 x/ hari
2 x seminggu
3 x/ hari
1 x seminggu
Setiap habis mandi
Belum mandi
Belum cuci rambut
Belum pernah
1 x seminggu
Klien tampak kusam
4. Pola istrahat tidur
- Tidur siang
- Tidur malam
13.00 – 15.00
21.00 – 05.00
13.00 – 16.00
22.00 – 05.00
5. Aktivitas
- Olahraga
- Kegiatan di
waktu luang
- Jenis pekerjaan
Jalan pagi
Nonton televisi
Sebagai guru
honorer / ibu rumah
tangga
Tidak pernah
Cerita dengan
keluarga dan perawat
Tidak dapat
beraktivitas karena
nyeri
65
6) Data Psikologis
a) Status emosi
Klien tampak tidak mudah tersinggung dengan
pertanyaan-pertanyaan yang perawat ajukan kepadanya.
b) Konsep diri
(1) Body image : klien mengatakan tidak merasa malu
walaupun pada perutnya terdapat luka bekas
operasi.
(2) Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh
agar dapat berkumpul lagi bersama keluarganya.
(3) Harga diri : klien masih merasa berharga walaupun
dengan kondisinya yang sekarang, serta klien tidak
merasa cemas atas kondisinya.
(4) Peran : klien adalah sebagai ibu rumah tangga yang
baru mempunyai satu orang anak serta mengurus
suaminya.
(5) Identitas diri : klien mengatakan dirinya sama
dengan orang lain meskipun terdapat luka bekas
operasi di perutnya.
c) Pola koping
Klien tampak ceria dan terbuka dalam bercerita.
66
7) Data sosial
Klien mau diajak untuk bercerita tentang keadaan
penyakitnya, klien selalu menjawab bila di tanya serta cara
berbicara klien cukup jelas.
8) Data spiritual
Klien mengatakan dukungan dari suami dan keluarga
sangat tinggi, klien beragama islam dan klien menyarahkan
semua keadaannya saat ini kepada Allah SWT serta selama
sakit klien tidak dapat menjalankan shalat.
9) Data penunjang (pemeriksaan laboratorium tanggal 6 Mei
2014)
Tabel. 3 pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin
Leukosit
LED/BBS
7,2
8840
60/-
L : 14 – 18
5.000 - 10.000
L : 0-10
gr/Dl
mm3
mm/1 jam
10) Pengobatan dan Perawatan
a) Pengobatan
(1) IVFD RL 20 tetes/menit
(2) Zibac 1 gr/12 Jam/IV
(3) Metronidazole 1A/8Jam/Infus
(4) Asam Mefenamat 3 x 500 mg PO
(5) Metil Ergo 3 x 0,125 mg PO
(6) Lactapit 3 x 1 PO
67
(7) B/C 3 x 1 PO
(8) Stolax Supp II/Rectal
b) Perawatan
(1) Observasi TTV
(2) Perawatan luka
(3) Vulva hygiene
(4) Istrahat
(5) Ganti verban
(6) Personal hygiene
b. Klasifikasi Data
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di
abdomen
b) Klien mengatakan nyeri di rasakan secara hilang timbul
c) Klien mengatakan belum mandi setelah di operasi
d) Klien mengatakan belum pernah keramas
e) Klien mengatakan belum pernah menyikat gigi
f) Klien mengatakan tidak mampu untuk melakukan
aktifitas seperti biasa
g) Klien mengatakan belum mampu untuk berjalan dan
duduk terlalu lama
68
2) Data Objektif
a) Ekspresi wajah tampak meringis
b) Skala yang di rasakan nyeri 6 (0-10)
c) Nyeri tekan pada luka operasi
d) Tanda-tanda Vital:
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
P : 24x/menit
S : 37°C
e) Tampak luka bekas operasi pada abdomen
f) Luka masih tampak basah
g) Luka tampak di tutupi verban
h) Klien tampak lemah
i) Klien tampak dibantu keluarga dalam bergerak
j) Tampak aktivitas klien terbatas
k) Post Sectio Caesarea POD I
l) Pengeluaran lochia rubra
m) Klien tampak kusam
n) Gigi klien tampak kotor
o) Rambut tampak tidak tertata dengan rapi
69
c. Analisa Data
Tabel 4. Analisa data
No Data Penyebab Masalah
1. DS :
- Klien mengatakan
nyeri pada luka bekas
operasi di abdomen
- Klien mengatakan
nyeri di rasakan
secara hilang timbul
DO :
- Ekspresi wajah
tampak meringis
- Skala nyeri yang di
rasakan 6 (0-10)
- Nyeri tekan pada luka
operasi
- Tanda-tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
P : 24x/menit
S : 37°C
Adanya sectio
caesarea
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Merangsang
tubuh,
mengeluarkan
protagladin,
histamine,
serotonin
Impuls dikirim
ke thalamus
korteks serebri
Nyeri
dipersepsikan
Nyeri
2. DS :
- Klien mengatakan
belum mandi setelah
di operasi
- Klien mengatakan
belum pernah keramas
- Klien mengatakan
belum pernah
menyikat gigi
DO :
- Rambut tampak tidak
tertata dengan rapi
- Klien tampak kusam
- Gigi klien tampak
kotor
- Pengeluaran lochia
rubra
Indikasi sectio
caesarea
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Nyeri insisi saat
bergerak
Ketidak mampuan
untuk melakukan
aktivitas
Defisit perawatan
diri
Defisit
perawatan
diri
70
3. DS :
- Klien mengatakan
tidak mampu untuk
melakukan aktivitas
seperti biasa
- Klien mengatakan
belum mampu untuk
berjalan dan duduk
terlalu lama
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak dibantu
keluarga dalam
bergerak
- Tampak aktivitas klien
terbatas
Adanya sectio
caesarea
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Merangsang
tubuh,
mengeluarkan
protagladin,
histamine,
serotonin
Impuls dikirim
ke thalamus
korteks serebri
Nyeri
Kelemahan
fisik
Gangguan
mobilitas fisik
Gangguan
mobilitas
fisik
4. DS : -
DO :
- Tampak luka bekas
operasi pada
abdomen
- Luka masih tampak
basah
- Luka tampak
ditutupi verban
- Post Sectio Caesarea
POD I
Indikasi sectio
caesarea
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Luka tampak
basah
Tempat
perkembangan
mikro
organisme
pathogen
Resiko tinggi
terhadap
infeksi
Resiko
tinggi
infeksi
71
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan di
tandai dengan :
Data subyektif :
1) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di
abdomen
2) Klien mengatakan nyeri di rasakan secara hilang timbul
Data obyektif :
1) Ekspresi wajah tampak meringis
2) Skala nyeri yang di rasakan 6 (0-10)
3) Nyeri tekan pada luka operasi
4) Tanda-tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
P : 24x/menit
S : 37 0
C
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak
di tandai dengan :
Data subyektif :
1) Klien mengatakan belum mandi setelah di operasi
2) Klien mengatakan belum pernah keramas
3) Klien mengatakan belum pernah menyikat gigi
72
Data obyektif :
1) Rambut tampak tidak tertata dengan rapi
2) Klien tampak kusam
3) Gigi klien tampak kotor
4) Pengeluaran lochia rubra
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
di tandai dengan :
Data subyektif :
1) Klien mengatakan tidak mampu untuk melakukan aktivitas
seperti biasa
2) Klien mengatakan belum mampu untuk berjalan dan duduk
terlalu lama
Data obyektif :
1) Klien tampak lemah dan aktivitas terbatas
2) Klien tampak di bantu keluarga dalam bergerak
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang
masih basah di tandai dengan :
Data subyektif : -
Data obyektif :
1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen
2) Luka masih tampak basah
3) Luka tampak di tutupi verban
4) Post Sectio Caesarea POD I
73
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari dan melaksanakan studi melalui
pendekatan Proses Keperawatan Pada Klien Ny. R yang penulis
laksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna dari tanggal 7-10 Mei 2014 dengan mengacu pada tujuan yang ingin
dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data
yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan
fisik, studi dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakan diagnosa
keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien dan
disesuaikan dengan teori yang ada. Kemudian diprioritaskan
berdasarkan kebutuhan dasar manusia dan keluhan yang betul-betul
mengganggu atau mengancam kesehatan klien.
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana
tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
masalah Klien Pada Post Op Sectio Caesaria POD I a/i Letak Lintang
74
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan dalam
melakukan prosedur tindakan keperawatan.
4. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya
kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga serta sarana
dan prasarana yang tersedia sehingga memudahkan dalam setiap
tindakan. Selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari perawat
pembimbing sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan lancar sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk
menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu
pada tercapainya tujuan yang ditetapkan dan terarah dengan adanya
catatan perkembangan setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4
hari, semua diagnosa teratasi.
B. Rekomendasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan
Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Post OP Sectio Caesarea POD I
a/i Letak Lintang, penulis menyarankan :
1. Untuk Pihak Rumah Sakit
Rumah Sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang
komperhensif yaitu bio, psiko, sosial dan spiritual kepada klien dengan
menambah peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menunjang
75
pelaksanaan asuhan keperawatan. Selain itu juga perlu tambahan
tenaga perawat terampil yang dapat membimbing para mahasiswa
yang akan melakukan praktek keperawatan di Rumah Sakit. Perawat
agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang
komperhensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian
yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien juga diperlukan
adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk
mempercepat proses kesembuhan klien.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku
referensi yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang
penatalaksanaan perawatan Klien Dengan Sectio Caesarea POD I a/i
Letak Lintang serta menyediakan waktu yang cukup untuk
pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk
penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan datang.
3. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan
penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu Sectio
Caesarea POD I a/i Letak Lintang.
4. Bagi Penulis Sendiri
Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan
dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam
76
pemberian Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sectio Caesarea
POD I a/i Letak Lintang. Penulis jangan pernah puas dengan apa yang
telah dicapai dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tetapi perlu
belajar lebih giat lagi agar memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dimasa yang
akan datang.

More Related Content

What's hot (20)

Makalah furunkel
Makalah furunkelMakalah furunkel
Makalah furunkel
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
St elevasi miokard infark
St elevasi miokard infarkSt elevasi miokard infark
St elevasi miokard infark
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Pembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMBPembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMB
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Konsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmbKonsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmb
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 

Similar to Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea

Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...Operator Warnet Vast Raha
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...Operator Warnet Vast Raha
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...Operator Warnet Vast Raha
 
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda munaKti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda munaOperator Warnet Vast Raha
 
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda munaKti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda munaOperator Warnet Vast Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea (20)

Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
 
Karlis maya beres
Karlis maya beresKarlis maya beres
Karlis maya beres
 
Karlis maya
Karlis mayaKarlis maya
Karlis maya
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda munaKti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
 
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda munaKti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
 
Sampul
SampulSampul
Sampul
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
 
Karya tulis ilmiah wa hara
Karya tulis  ilmiah wa haraKarya tulis  ilmiah wa hara
Karya tulis ilmiah wa hara
 
Kti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwantoKti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwanto
 
Kti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwantoKti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwanto
 
Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti iksan
 
Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti iksan
 
Sc panggulsempit benar
Sc panggulsempit benarSc panggulsempit benar
Sc panggulsempit benar
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea

  • 1. 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. R DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA POD I a/i LETAK LINTANG DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna OLEH : NORMAYANNTI NIM: 11.11.875 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2014
  • 2. 2 HALAMAN PERSETUJUAN Karya tulis ilmiah yang berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R Dengan Post Op Sectio Caesaria Hr Ke-1 a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Raha Kabupaten Muna Provinsi SULTRA telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dalam ujian Karya Tulis Ilmiah dihadapan tim penguji. Raha, Juni 2014 Pembimbing Ns. YATABA, S.Kep Nip. 19760703 199803 1 006 Mengetahui: Direktur Akper Pemkab Muna Ns. SANTHY, S.Kep Nip. 19800212 200312 2 006 ABSTRAK
  • 3. 3 Latar belakang, berdasarkan data Medical Record di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna periode Januari sampai dengan April 2014 Kasus dengan Letak Lintang menempati urutan
  • 4. 4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R Dengan Post Op Sectio Caesarea POD 1 a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”. Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material, oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak 2. Ibu Ns. Santhy, S.Kep., selaku Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akper Pemerintah Kabupaten Muna. 3. Kepala Ruangan dan Clinica Instruktur beserta staf Perawatan Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan saat pengambilan kasus untuk Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Bapak Ns. Yataba, S.Kep., selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan pemahaman kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. 5. Seluruh staf Dosen Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna yang telah memberikan dukungan serta kerja sama yang baik selama
  • 5. 5 mengikuti Pendidikan pada Akper Pemerintah Kabupaten Muna hingga selesai. 6. Klien Ny. R beserta keluarganya yang telah bersedia untuk penulis jadikan objek kasus dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dalam rangka menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Kedua orang tuaku khususnya mama dan bapak serta saudara-saudaraku Dania, Aman, dan Hilma yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil selama mengikuti pendidikan pada Akper Pemkab Muna hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Rekan-rekan Mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XI khususnya kepada Pipin, Santi, Nani, Asmi, Anti, Samniah, Romi, Juli dan rekan- rekan lain yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis selama mengikuti Pendidikan hingga Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu selama Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya, olehnya itu penulis mengharapkan masukan baik kritik ataupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Penulis, Profesi Keperawatan dan pembaca pada umumnya. Kiranya Allah SWT meridhoi segala aktivitas kita untuk kemaslahatan. Amin!!!!!!! Raha, Juni 2014 Penulis
  • 6. 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup Pembahasan C. Tujuan Penulisan D. Manfaat Penulisan E. Metode Telaahan F. Waktu Pelaksanaan G. Tempat Pelaksanaan H. Sistematika Telaahan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Medik 1. Pengertian 2.
  • 7. 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatah adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat meliputi bio, psiko, social spiritual yang komperhensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia (Nursalam, 2002). Bidang layanan dalam keperawatan sangat luas, salah satunya adalah bidang keperawatan maternitas. Keperawatan maternitas merupakan layanan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang meliputi masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa nifas, masa diantara kehamilan, neonatus dan keluarga yang berfokus kepada kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan proses keperawatan (Mansjoer, 2002). Peningkatan kesehatan bagi dan oleh kalangan perempuan menjadi sangat penting dalam mencapai target MDGs (Millenium Development Goals). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi indikator bidang kesehatan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat di tentukan oleh kesehatan di kalangan perempuan, dan hingga kini kondisi kesehatan masyarakat kita (terutama kaum perempuan) masih sangat memprihatinkan. Hingga saat ini Angka
  • 8. 8 Kematian Ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN. Tahun 2007 lalu Angka Kematian Ibu di Indonesia tercatat sebesar 248 per 100 ribu kelahiran hidup. Hal yang tak jauh berbeda juga dengan Angka Kematian Bayi di tahun yang sama yang mencapai 26,9 per seribu kelahiran hidup. Padahal dalam Millenium Development Goals ditargetkan pada tahun 2015 nanti Angka Kematian Ibu tidak lebih dari 104 per 100 ribu (Carpenito, 2002). Dewasa ini sectio caesarea jauh lebih aman berkat kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti adanya antibiotik, transfusi darah, anastesi, dan tehnik operasi yang lebih sempurna. Karena itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Operasi caesar hanya boleh dilakukan bila plasenta menutup jalan lahir, bayi yang besar, letak bayi abnormal dan chepalo pelvic disproporsi sehingga di khawatirkan persalinan akan macet (Wikjosastro, 2002). Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut sehingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi akan tetapi, persalinan melalui sectio caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya maupun perawatan ibu setelah tindakan sectio caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wikjosastro, 2002).
  • 9. 9 Menurut WHO (2007), menyatakan bahwa persalinan dengan bedah caesar adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan dinegara berkembang. Di Indonesia sendiri, presentasi operasi caesar sekitar 5% semua proses persalinan yang ada di Indonesia. Sedangkan menurut Bensons dan pernolls, angka kematian pada operasi caesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginal. Untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginal. Komplikasi tindakan anastesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu. Disamping itu sumber lain mengatakan bahwa sectio caesaria berhubungan dengan peningkatan dua kali lipat resiko mortalitas ibu dibandingkan pada persalinan pervaginal. Kematian ibu akibat operasi sectio itu sendiri menunjukan angka 1 per 1.000 persalinan (Depkes, 2008). Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, periode Januari sampai dengan April 2014 kejadian Sectio Caesarea atas indikasi Letak Lintang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
  • 10. 10 Tabel 1. Distribusi Persalinan Dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang Delima Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Pada Periode Januari Sampai Dengan April 2014 NO JENIS PENYAKIT JUMLAH PERSEN 1 Plasenta Previa 19 21,59 2 Ketuban Pecah Dini 17 19,31 3 Gawat Janin 15 17,04 4 Kematian Janin Dalam Lahir 13 14,77 5 Letak Lintang 9 10,22 6 Letak Sungsang 6 6,81 7 Eklamsia 4 4,54 8 Panggul Sempit 3 3,40 9 Serotinus 1 1,13 10 Letak Kaki 1 1,13 Jumlah 88 100 Sumber : Catatan Medik Diruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Periode Bulan Januari s/d April 2014 Melihat keadaan tersebut diatas dan mengingat dampak yang ditimbulkan pada klien, penulis tertarik untuk menyusun suatu karya tulis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”. B. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.
  • 11. 11 C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata serta mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang secara langsung dan komperhensif yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual berdasarkan Ilmu dan Kiat Keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara komperhensif pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.
  • 12. 12 D. Manfaat Penulisan 1. Pihak Rumah Sakit a. Sebagai bahan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan studi kasus lebih lanjut dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. b. Sebagai bahan perbandingan bagi perawat dalam bertugas melaksanakan pelayanan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha penyempurnaan asuhan keperawatan yang telah ada saat ini. 3. Profesi Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. 4. Penulis Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. E. Metode Telaahan Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan
  • 13. 13 pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah: 1. Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien untuk memperoleh informasi yang akurat. 2. Observasi yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual. 3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 4. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau informasi melalui catatan atau arsip dari medical record yang berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien. 5. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien (Nursalam, 2002). F. Waktu Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 7 - 10 Mei 2014.
  • 14. 14 G. Tempat Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. H. Sistematika Telaahan Karya tulis ini disusun secara sistematis yang dijabarkan dalam 4 BAB yaitu sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan Sistematika Penulisan. BAB II : Tinjauan Teoritis, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang, yang terdiri dari konsep dasar yang meliputi: Pengertian, Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi, Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/ Pola Fungsi Sistem Tubuh Tertentu serta Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, Tediri dari laporan kasus yang membahas tentang Laporan Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah
  • 15. 15 Kabupaten Muna yang disusun berdasarkan pada proses keperawatan yang mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta catatan perkembangan. Serta pembahasan berisikan perbandingan antara teori dan fakta yang ada pada tinjauan studi kasus, dibahas secara sistematis mulai dari pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB IV : Kesimpulan dan rekomendasi, Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan studi kasus.
  • 16. 16 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA POD I A/I LETAK LINTANG A. Konsep Dasar Medik 1. Pengertian Letak lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau dalam persalinan dimana sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi oblique). Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin tidak dapat didorong keatas tanpa merobekkan uterus (PPNI, 2009). Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain bokong berada sedikit lebih tinggi dari kepala janin sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul (Prawirohardjo, 2003). Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu panjang ibu (Nursalam, 2008). Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa letak lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau dalam persalinan dimana posisi janin atau posisi sumbu panjang tubuh janin di dalam uterus memotong atau melintang terhadap sumbu panjang tubuh ibu
  • 17. 17 dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. 2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita a. Anatomi sistem reproduksi wanita Alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian yaitu : 1) Alat genetalia (reproduksi) bagian luar : a) Mons veneris b) Bibir besar (Labia Mayora) c) Bibir kecil (Labia Minora) d) Klitoris e) Vestibulum f) Hymen (Selaput Darah) g) Kelenjar : bartholini, skene 2) Alat genetalia reproduksi bagian dalam : a) Liang senggama (Vagina) b) Rahim (Uterus) c) Kedua tuba fallopi d) Kedua indung telur e) Parametrium jaringan ikat penyangga (Wilson, 2002). Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang alat genetalia bagian dalam dan luar telah dijabarkan secara singkat adalah sebagai berikut:
  • 18. 18 1) Alat genetalia bagian luar Gambar 1 Organ Reproduksi Interna Wanita (Wilson, 2002) a) Mons Veneris Di sebut juga gunung fenus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. b) Bibir Besar (Labia Mayora) Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari: (1) Bagian luar : Tertutup rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. (2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).
  • 19. 19 c) Bibir Kecil (Labia Minora) Merupakan lipatan bagian dalam bibir besar tanpa rambut di bagian atas klitoris bibir kecil bertemu membentuk prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk prenulum klitoridis bibir ini mengeliling orivisium vagina. d) Klitoris (1) Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. (2) Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. (3) Analok dengan penis pada laki-laki. e) Vestibulum Merupakan alat reproduksi yang di batasi oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris serta bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil. f) Kelenjar bartholini (1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina karena dapat mengeluarkan lender. (2) Pengeluaran lender meningkat saat hubungan seks. g) Hymen (Selaput Darah) (1) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek.
  • 20. 20 (2) Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi. (3) Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinis setelah mendapat menstruasi. (4) Setelah persalinan sisanya disebut karukule hymenalis. 2) Alat genetalia bagian dalam Gambar 2 Organ Reproduksi Interna Wanita (Wilson, 2002) a) Vagina (1) Merupakan saluran muskulo membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. (2) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus lefator ani oleh karena itu dapat di kendalikan. (3) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum.
  • 21. 21 (4) Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. (5) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. (6) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian dari uterus. (7) Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut portio. (8) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks anterior, forniks posterior, forniks dekstra, dan forniks sinistra. (9) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan ph 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi, Fungsi utama vagina: b) Uterus (1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. (2) Dinding belakang dan dinding depan dan bagian atas tertutup petitonium sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. (3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pir) dan gepeng.
  • 22. 22 (4) Untuk mempertahankan posisinya uterus disangan beberapa ligamentum, jaringan ikat, dan para metrium. (5) Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas ukuran anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, dan multipara 9 cm. (6) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, lapisan otot dan endometrium (Wiknjosastro, 2002). c) Tuba Fallopi Tuba fallopi terdiri atas : (1) Pars intertisialis bagian yang terdapat pada dinding uterus. (2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya. (3) Pars ampularis bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar tempat konsepsi terjadi. (4) Infundibulum bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria (Wiknjosastro, 2002). d) Ovarium (Indung Telur) Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri ovarium ke arah uterus tergantung pada ligamentum infundibulifeltikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesofarium.
  • 23. 23 e) Para metrium Jaringan ikat yang terdapat di antara kedua lembar ligamentum latum disebut parametrium yang dibatasi oleh : (1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalfing. (2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri. (3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium. (4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari proprium. b. Fisiologi alat reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan sistem yang kompleks. Pada saat puberitas sekitar umur 13-16 tahun di mulai pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini menunjukan tanda seks sekunder pada wanita misalnya pengeluaran darah menstruasi pertama (menarche). Selanjutnya menarche di ikuti menstruasi yang tidak teratur karena folikel graf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung lebih kurang 2-3 hari di sertai dengan ovulasi sebagai pertanda kematangan alat reproduksi wanita. Sejak saat itu wanita memasuki masa reproduksi aktif sampai mencapai mati haid pada umur sekitar 50 tahun. Kejadian menarche dan menstruasi di pengaruhi beberapa faktor yang mempunyai sistem tersendiri, yaitu: 1) Sistem susunan saraf pusat dan panca indranya.
  • 24. 24 2) Sistem hormonal: aksishipotalamo-hipofisis-ovarial. 3) Perubahan yang terjadi pada ovarium. 4) Perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir. 5) Rangsangan estrogen dan progesteron pada panca indra langsung pada hipothalamus dan melalui perubahan emosi (Manuaba, 2002). 3. Etiologi Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Fiksasi kepala tidak ada karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor-tumor pelvis. b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil atau sudah mati. c. Gemelli (Kehamilan Ganda). d. Kelainan uterus seperti arkuatus, bikornus atau septum. e. Lumbar skoliosis. f. Monster. g. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh (Prawirohardjo, 2003).
  • 25. 25 4. Patofisiologi Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu. Jumlah air ketuban relatif banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentase kepala letak lintang atau sungsang. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih kedepan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang (Mochtar, 2002). 5. Tanda dan Gejala a. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri membentang sedikit diatas umbilikus. b. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan. c. Pada palpasi 1) Leopold 1 tidak di temukan bagian bayi di daerah fundus uteri. 2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. 3) Leopold 3 dan 4 memberikan hasil negatif (Bobak, 2002). 6. Pemeriksaan penunjang Dilakukan USG untuk melihat keadaan janin.
  • 26. 26 7. Penatalaksanaan a. Pada kehamilan 1) Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada jika lebih dari 28 minggu di lakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. 2) Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan. b. Pada persalinan Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada dan pembukaan kurang dari 4 cm di coba lakuka versi luar jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesarea. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan sectio caesarea. Sectio caesarea dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pengertian Sectio caesarea adalah tindakan alternative metode melahirkan melalui tindakan pembedahan untuk melahirkan janin melalui sayatan yang dibuat pada dinding uterus dan abdomen (Manuaba, 2002). Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Wiknjosastro, 2002).
  • 27. 27 2) Jenis Sectio caesarea dapat dibagi dalam empat macam yaitu sebagai berikut: a) Sectio caesarea transperitoneal yaitu insisi yang dilakukan menurut arah sayatan yaitu memanjang (vertical), sayatan melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T inscision). b) Sectio caesarea clasi (corporal) yaitu pembedahan yang dilakukan apabila ada halangan transperitonial profunda misalnya melekatnya uterus pada dinding karena sectio caesarea sebelumnya. c) Sectio caesarea exraperitonealis yaitu pembedahan tanpa membuka peritoneum parietal dan cavum abdominalis tehnik ini paling sering dilakukan. d) Sectio caesarea hysterectomy yaitu setelah sectio caesarea dikerjakan histerektomi. 3) Indikasi a) Indikasi Sectio Caesarea (1) Sebelum persalinan; infisiensi plasenta, hipoksia janin dan fekal distress. (2) Dalam persalinan; fekal distress, prolaps tali pusat, batasan persalinan pada multipara lebih dari 12 jam dan multipara selama 8 jam dan ketuban pecah premature.
  • 28. 28 b) Indikasi pada ibu (1) Sebelum persalinan (a) Foto pelvik disporpotion. (b) Tumor uterus dan ovarium dalam kehamilan yang menyumbat jalan lahir. (c) Karsinoma serviks, eklampsia dan pre eklampsia. (2) Saat persalinan (a) Perdarahan hebat. (b) Rupture uteri dan membran. c) Kombinasi indikasi fetus dan ibu (1) Perdarahan pervaginam akut disebabkan oleh plasenta previa atau solusio plasenta premature. (2) Letak lintang karena akan timbul retraksi progresif. 4) Komplikasi Terdapat beberapa resiko pada janin jika dilakukan sectio caesarea yaitu hypoxia akibat sindrom hipotensi terlentang, depresi pernapasan akibat penggunaan anastesi dan sindrom gagal napas karena imaturinitas pulmonal janin. Sedangkan resiko pada ibu adalah infeksi sesudah sectio caesarea (SC), ileus akibat peritonitis, kecelakaan anastesi dan fenomena tromboemboli terutama pada ibu multipara dengan varikositas.
  • 29. 29 5) Penatalaksanaan a) Pra sectio caesarea (1) Persiapan fisik Persiapan kamar operasi, pengambilan darah untuk transfusi sebanyak 1000-2000 cc (pra operasi), pemeriksaan laboratorium seperti Hb, leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan, puasa 6-8 jam, cukur area operasi, persiapan colon, pengukuran Tanda-Tanda Vital, pengawasan pemasangan infus dextrose 5% atau sesuai program, pemasangan foley kateter, pemberian obat premidikusi, informant consent serta pemeriksaan EKG jika diperlukan. (2) Pemeriksaan mental Informasi akurat mengenai alasan tindakan operasi dan perawatan pasca operasi. b) Pasca sectio caesarea Pemantauan Tanda-Tanda Vital, keadaan umum, mengurangi dan mengatasi gangguan rasa nyeri akibat opersai, perawatan luka, perawatan payudara dan perawatan bayi. 8. Komplikasi Meskipun letak lintang dapat di ubah menjadi presentasi kepala tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang misalnya panggul
  • 30. 30 sempit, tumor pangguldan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya. a. Bagi Ibu Bahaya yang mengancam adalah rupture uteri baik spontan atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum. b. Bagi Janin Angka kematian tinggi (25-49%), yang dapat disebabkan oleh: 1) Prolasus funiculi. 2) Trauma partus. 3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus. 4) Ketuban pecah dini (Bobak, 2002). 9. Dampak masalah terhadap perubahan struktur/pola fungsi sistem tubuh tertentu a. Sistem Pernapasan Enam jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret dijalan napas akibat pengaruh anastesi mensupresi pusat napas, menyebabkan peningkatan mukus, bunyi napas ronchi atau vesikuler, frekuensi napas 16-24 kali permenit. b. Sistem Kardiovaskuler Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau perubahan gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia, vibrilasi atrium
  • 31. 31 dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktivitas miocardial mencakup peningkatan frekuensi jantung dan Central Venous Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak adanya endogenous stimulus saraf simpatis maka akan mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan CO2 dan peningkatan tekanan atrium kiri. c. Sistem Pencernaan Terjadi penurunan kerja peristaltik usus akibat efek anastesi, enam jam pertama tidak diperbolehkan makan untuk mengurangi resiko aspirasi, peristaltik lemah mempengaruhi kekuatan otot abdominal mual dan muntah post SC jarang ditemukan karena kemajuan dibidang anastesi. 24 jam pertama klien dapat infus intra vena untuk memenuhi kebutuhannya, klien dipuasakan sampai bising usus positif lakukan test feeding setelah bising usus positif. d. Sistem Perkemihan Anastesi dapat mengakibatkan hilangnya sensasi pada area bladder sampai anastesi hilang, kateter dapat dilepas dari setelah 12 jam operasi atau keesokan harinya. e. Sistem Muskuloskeletal Merasa tidak mampu mengerjakan sesuatu karena kelemahan fisik dan pada saat yang sama citra tubuh ibu menjadi rusak mengakibatkan ibu merasa sensitif dan cepat tersinggung (PPNI, 2009).
  • 32. 32 B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dari pemecahan masalah dan dari respon pasien terhadap penyakitnya. Digunakan untuk membantu perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan. Pendekatan proses keperawatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan tersebut meliputi Pengkajian Data, merumuskan Diagnosa Keperawatan, menyusun Rencana Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi (Carpenito, 2000). Adapun langkah-langkah dalam proses keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian Pengkajian yaitu tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien yang berdasarkan pada kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001). a. Pengumpulan data Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari klien, data yang berhubungan dengan klien serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan klien seperti data tentang keluarga (Hidayat, 2004).
  • 33. 33 Adapun data yang dikumpulkan antara lain: 1) Identitas a) Identitas klien Identitas klien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku/bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnosa medik. b) Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, suku/bangsa, dan hubungan dengan klien. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang a) Keluhan utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian. Pada pasien post sectio caesarea keluhan utamanya berupa nyeri pada area abdomen yaitu luka operasi. b) Riwayat Keluhan Utama Merupakan informasi mengenai hal-hal yang menyebabkan klien mengalami keluhan hal apa saja yang mendukung dan mengurangi, kapan, dimana dan berapa jauh keluhan tersebut dirasakan klien. Hal tersebut dapat diuraikan dengan metode PQRST sebagai berikut:
  • 34. 34 (1) Palliative/Provokatif : Apa yang menyebabkan terjadinya nyeri pada abdomen faktor pencetusnya adalah post op sectio caesarea a/i letak lintang. (2) Qualitative/Quantitas : bagaimana gambaran keluhan yang dirasakan dan sejauh mana tingkat keluhannya seperti berdenyut, ketat, tumpul atau tusukan. (3) Region/Radiasi : lokasi keluhan yang dirasakan dan penyebarannya. (4) Scale/Serverity : intensitas keluhan apakah sampai mengganggu atau tidak. Pada kasus sectio caesarea nyeri selalu mennganggu dengan skala 7-8 (0-10). (5) Timing : kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa lama kejadian ini berlangsung biasanya pada luka sectio caesarea dirasakan secara terus-menerus. c) Riwayat kesehatan yang lalu Biasanya klien belum pernah menderita penyakit yang sama atau klien tidak pernah mengalami penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang. d) Riwayat kesehatan keluarga Dalam pengkajian ini ditanyakan tentang hal keluarga yang dapat mempengaruhi kehamilan langsung ataupun tidak langsung seperti apakah dari keluarga klien yang sakit
  • 35. 35 terutama penyakit yang menular yang kronis karena dalam kehamilan daya tahan ibu itu menurun bila ada penyakit menular dapat lekas menular kepada ibu dan mempengaruhi janin dan sectio caesarea ini biasanya tidak tergantung dari keturunan. e) Riwayat obstetri dan ginekologi (1) Riwayat obstetri (a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu yang terdiri dari tahun persalinan, umur kehamilan, tempat pertolongan, jenis persalinan, jenis kelamin bayi serta keadaan bayi. (b) Riwayat kehamilan sekarang yang perlu di kaji seberapa seringnya memeriksakan kandungan serta menjalani imunisasi. (c) Riwayat persalinan sekarang yang perlu di kaji adalah lamanya persalinan, BB bayi (Mansjoer, 2000). (2) Riwayat ginekologi (a) Riwayat menstruasi Yang perlu dikaji adalah usia pertama kali haid, siklus dan lamanya haid, warna dan jumlah, HPHT dan tafsiran kehamilan.
  • 36. 36 (b) Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan keberapa bagi klien dan suami. (c) Riwayat keluarga berencana Yang perlu dikaji adalah jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya serta masalah selama pemakaian alat kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang akan digunakan setelah persalinan. 3) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum : klien dengan sectio caesarea akan mengalami kelemahan. b) Kesadaran : pada umumnya Compos Mentis c) Tanda-tanda vital : hal-hal yang dilakukan pada pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien post Sectio Caesarea biasanya tekanan darah menurun, suhu meningkat, nadi meningkat dan pernapasan meningkat. d) Sistem Pernapasan Kaji tentang bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang hidung, ada tidaknya pernapasan cuping hidung, gerakan dada saat bernapas apakah simetris atau tidak, frekuensi napas.
  • 37. 37 e) Sistem Indera Yang perlu di kaji pada sistem inin adalah adanya ketajaman penglihatan, pergerakan mata, proses pendengaran dan kebersihan pada lubang telinga, ketajaman penciuman dan fungsi bicara serta fungsi pengecapan. f) Sistem Kardiovaskuler Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan konjungtiva, keadaan warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan darah serta pengukuran nadi. g) Sistem Pencernaan Kaji tentang keadaan mulut, gigi, lidah dan bibir, peristaltik usus, keadaan atau bentuk abdomen ada atau tidak adanya massa atau nyeri tekan pada daerah abdomen. h) Sistem Muskuloskeletal Kaji tentang keadaan darajat Range Of Montion pada tungkai bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang pada waktu bergerak, serta keadaan tonus dan kekuatan otot pada ekstremitas bagian bawah dan bagian atas. i) Sistem Persyarafan Kaji tentang adanya gangguan-gangguan yang terjadi pada ke-12 sistem persyarafan.
  • 38. 38 j) Sistem Perkemihan Kaji adanya keadaan yang terjadi pada kandung kemih, warna urin, bau urin, serta pengeluaran urin. k) Sistem Reproduksi Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan bentuk payudara, puting susu, ada tidaknya pengeluaran ASI serta kebersihan pada daerah payudara, kaji adanya pengeluaran darah pada vagina, warna darah, bau serta ada tidaknya pemasangan kateter. l) Sistem Integumen Kaji tentang keadaan kulit, rambut dan kuku, turgor kulit, pengukuran suhu serta warna kulit dan penyebaran rambut. m) Sistem Endokrin Yang perlu di kaji adalah tentang ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid, bagaimana refleks menelan serta pengeluaran ASI dan kontraksi. n) Sistam Imun Yang perlu di kaji pada sistem ini adalah tentang keadaan kelenjar limfe, apakah mengalami pembesaran pada kelenjar limfe.
  • 39. 39 4) Pola aktivitas sehari-hari Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di Rumah Sakit dan pola aktivitas klien selama di rumah, terdiri atas : a) Nutrisi : kaji adanya perubahan dan masalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan, kehilangan sensasi pengecap, menelan, mual dan muntah. b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. c) Istrahat Tidur : kesulitan tidur dan istirahat karena adanya nyeri dan kejang otot. d) Personal hygiene : klien biasanya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. e) Aktivitas gerak : kaji adanya kehilangan sensasi atau paralise dan kerusakan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-harinya karena adanya kelemahan. 5) Data Psikologis a) Status emosi Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung.
  • 40. 40 b) Konsep diri (1) Body image : klien memiliki persepsi dan merasa bahwa bentuk tubuh dan penampilan sekarang mengalami penurunan berbeda dengan keadaan sebelumnya. (2) Ideal diri : klien merasa tidak dapat mewujudkan cita- cita yang diinginkan. (3) Harga diri : klien merasa tidak berharga lain dengan kondisinya yang sekarang, klien merasa tidak mampu dan tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu memerlukan bantuan orang lain. (4) Peran : klien merasa dengan kondisinya yang sekarang ia tidak dapat melakukan peran yang dimilikinya baik sebagai orang tua, istri ataupun seorang pekerja. (5) Identitas diri : klien memandang dirinya berbeda dengan orang lain karena kondisi badannya yang disebabkan oleh penyakitnya. c) Pola koping Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi tertutup.
  • 41. 41 6) Data Sosial Klien dengan sectio caesarea cenderung tidak mau bersosialisasi dengan orang lain yang disebabkan oleh rasa malu terhadap keadaannya. 7) Data Spiritual Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas spiritual klien selama menjalani perawatan dirumah sakit dan siapa yang menjadi pendorong dan memotivasi bagi kesembuhan klien. 8) Data penunjang Kaji pemeriksaan darah Hb, Hematokrit ibu, Leukosit dan USG. 9) Perawatan dan pengobatan a) Terapi Pada pasien yang post sectio caesarea biasanay diberikan obat analgetik serta antipiuretik serta pemberian cairan perinfus dan elektrolit harus cukup. b) Diet Pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan enam sampai 10 jam post operasi berupa air putih atau teh manis.
  • 42. 42 Setelah cairan infus dihentikan diberikan makan bubur saring selanjutnya secara bertahap boleh makan biasa. c) Kateterisasi Biasanya dilepas 12 jam post operasi atau keesokan paginya, kemampuan selanjutnya untuk mengosongkan vesika urinaria sebelum terjadi distensi yang berlebihan harus dipantau. b. Klasifikasi data Pengelompokan data adalah pengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah dapat dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan klien dengan merumuskannya. Adapun data-data yang muncul diklasifikasikan dalam data subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah data yang diperoleh lansung melalui ungkapan atau keluhan dari klien sedangkan data obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengukuran (Nursalam, 2002). c. Analisa data Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokan data serta mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk
  • 43. 43 diagnosa keperawatan biasanya ditemukan data subyektif dan obyektif (Carpenito, 2002). Dalam analisa data mengandung 3 komponen utama yaitu : 1) Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. 2) Etiologo (E/penyebab), keadaan ini menunjukan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. 3) Sign dan Symptom (S/tanda dan gejala), adalah ciri, tanda atau gejala yang merupakan suatu informasi yang diperlukan untuk dapat merumuskan suatu diagnosis keperawatan. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten dan mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan catatan medis klien masa lalu dan konsultasi dengan profesional lain yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter, 2005). Menurut Bobak (2002), diagnosa keperawtan yang dapat muncul pada kasus sectio caesarea a/i letak lintang antara lain : a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan.
  • 44. 44 b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri terus menerus. c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan/keterbatasan gerak dan kelemahan fisik. d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang status kesehatan dan keadaan pasca operasi. f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang masih basah. g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan. 3. Perencanaan Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Nursalam, 2001). Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan klien post op sectio caesarea yang ditegakan antara lain : a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang/ teratasi. Kriteria hasil : 1) Ekspresi wajah klien tidak meringis 2) Klien tidak mengeluh nyeri
  • 45. 45 Intervensi : 1) Pantau tingkat atau lokasi nyeri yang dirasakan klien Rasional : membantu menentukan tingkat dan lokasi nyeri yang dirasakan klien sehingga memudahkan intevensi selanjutnya. 2) Observasi tanda-tanda vital Rasional : tanda-tanda vital dapat berubah akibat rasa nyeri dan merupakan indikator untuk menilai perkembangan penyakit. 3) Anjurkan klien untuk nafas dalam secara teratur dan perlahan- lahan bila nyeri muncul Rasional : penarikan nafas dalam secara perlahan-lahan dapat terjadi suatu relaksasi dan melancarkan aktivitas suplai O2 ke jantung sehingga nyeri berkurang. 4) Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap Rasional : motivasi untuk mobilisasi bertahap akan meningkatkan vaskularisasi sehingga suplai O2 dan nutrisi ke jaringan meningkat. 5) Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : analgetik dapat menghambat pengiriman impuls nyeri ke korteks serebri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri. Tujuan : kebutuhan istrahat dan tidur dapat terpenuhi Kriteria hasil : 1) Klien dapat tidur dengan nyenyak
  • 46. 46 2) Klien tidak mudah terbangun 3) Konjungtiva tidak anemis Intervensi : 1) Observasi pola tidur klien Rasional : sebagai pedoman untuk intervensi selanjutnya. 2) Hindarkan prosedur yang kurang penting selama periode tidur Rasional : dengan tindakan yang tidak penting dapat mengganggu ketenangan tidur klien sehingga klien mudah terbangun. 3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman Rasional : lingkungan yang tenang dan nyaman memberikan kemudahan pada klien untuk tidur dan istrahat. 4) Beri HE pada klien tentang manfaat istrahat dan tidur Rasional : istrahat dan tidur dapat memulihkan stamina sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik. c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan keterbatasan gerak. Tujuan : klien dapat melakukan perawatan diri dengan baik Kriteria hasil : 1) Klien nampak bersih dan rapi 2) Klien dan keluarga mengerti pentingnya kebersihan diri
  • 47. 47 Intervensi : 1) Pantau tingkat pemahaman klien, berikan berikan penjelasan tentang manfaat perawatan diri Rasional : informasi sangat mempengaruhi klien sehingga klien dapat termotivasi untuk melakukan perawatan diri. 2) Berikan bantuan kepada klien dalam melakukan perawatan diri seperti mandi, sikat gigi, keramas dan mengganti pakaian Rasional : membantu klien dalam melakukan perawatan diri dan memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman. 3) Lakukan perawatan vulva hygiene Rasional : Vulva hygiene akan mencegah berkembang biaknya kuman-kuman yang dapat masuk ke dalam serviks. 4) Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri setiap hari Rasional : meningkatkan tingkat kemandirian klien di dalam merawat dirinya serta memperlancar sirkulasi darah. d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : mobilitas klien dapat teratasi dengan baik Kriteria hasil : 1) Keadaan umum baik 2) Klien dapat beraktifitas seperti semula 3) Dapat bergerak secara mandiri Intervensi : 1) Kaji tingkat kelemahan fisik klien
  • 48. 48 Rasional : mengidentifikasi kemampuan intervensi yang dibutuhkan . 2) Bantu klien dalam latihan gerak Rasional : melakukan latihan gerak dapat menghindari kekakuan pada otot. 3) Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam melakukan latihan gerak Rasional : bantuan dari keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan gerak. 4) Anjurkan klien untuk menghindari aktifitas yang berlebihan Rasional : aktivitas yang berlebihan dapat menyebabkan kelemahan fisik serta membantu mencegah terjadinya resiko injuri. 5) Berikan penkes pada klien dan keluarga tantang pentingnya melakukan latihan gerak Rasional : penkes dapat memberikan pemahaman kepada klien dan keluarga. e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang status kesehatan dan keadaan pasca operasi. Tujuan : rasa cemas yang dirasakan klien dapat teratasi Kriteria hasil : 1) Klien dapat menjelaskan tentang penyakitnya, prosedur pengobatan dan perawatan
  • 49. 49 2) Klien nampak tenang Intervensi : 1) Observasi perasaan klien terhadap kecemasan yang dihadapinya Rasional : mengetahui lebih lanjut tentang perasaan klien sehingga memudahkan untuk menentukan intervensi selanjutnya. 2) Anjurkan pada pasangan atau keluarga untuk memberi support Rasional : support dari pasangan dan keluarga memberi semangat bagi ibu menjalani proses penyembuhan. 3) Berikan informasi yang tepat tentang keadaan bayi Rasional : khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan kecemasan. 4) Anjurkan klien untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sering berdoa Rasional : agar klien merasa tenang dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka tidak efektif. Tujuan : tanda-tanda infeksi tidak terjadi Kriteri hasil : tidak terjadi tanda radang, kemerahan, bengkak dan panas.
  • 50. 50 Intervensi : 1) Observasi keadaan luka Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi dini. 2) Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam setiap tindakan Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi. 3) Lakukan perawatan luka dengan memperhatikan kesterilan Rasional : melakukan perawatan luka untuk menjaga agar luka tetap bersih yang mencegah terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme. 4) Observasi tanda-tand vital terutama suhu Rasional : adanya peningkatan tanda-tanda vital terutama suhu merupakan salah satu tanda adanya infeksi. 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik Rasional : antibiotik dapat mencegah infeksi dengan cara membunuh kuman yang masuk. g. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan pendarahan. Tujuan : kebutuhan klien akan cairan dapat terpenuhi Kriteria hasil : 1) Tidak ada pendarahan serta membran mukosa lembab 2) Tanda-tanda vital stabil Intervensi : 1) Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran cairan
  • 51. 51 Rasional : membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. 2) Timbang berat badan klien Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan. 3) Ukur tanda-tanda vital Rasional : hipotensi dan takikardi menunjukan kekurangan cairan. 4) Kolaborasi pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit Rasional : menurun karena anemia, hemodilusi atau kehilangan darah aktual. 4. Implementasi Pelaksanaan/implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan (Nursalam, 2001).
  • 52. 52 5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut : S: Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. O: Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. A: Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru atau mungkin terdapat data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada respon.
  • 53. 53 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kasus 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Biodata a) Identitas Klien Nama : Ny. R Umur : 26 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status perkawinan : Kawin Agama : Islam Suku/Bangsa : Muna/Indonesia Pendidikan terakhir : S1 Pekerjaan : Guru Honorer Perkawinan : ke-1 Tanggal masuk RS : 6 Mei 2014 Tanggal Operasi : 6 Mei 2014 Tanggal pengkajian : 7 Mei 2014 No. Register : 26 52 02 Diagnosa Medik : SC a/i Letak Lintang Alamat : Sidodadi
  • 54. 54 b) Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. R Umur : 30 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Suku/Bangsa : Muna/Indonesia Pendidikan Terakhir : S1 Pekerjaan : Honorer Alamat : Sidodadi Hubungan Dengan Klien : Suami Klien 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Keluhan Utama : Nyeri (2) Riwayat Keluhan Utama : Menurut keterangan dari klien bahwa pada saat masuk Rumah Sakit tanggal 6 Mei 2014, menurut hasil pemeriksaan bahwa kehamilan saat ini adalah kehamilan dengan letak lintang sehingga klien langsung di operasi Sectio Caesarea. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 7 Mei 2014, klien mengeluh nyeri pada daerah luka bekas operasi yaitu pada abdomen bagian bawah, klien tampak
  • 55. 55 meringis pada saat timbul nyeri dengan skala nyeri 6 (0-10). Nyeri dirasakan secara hilang timbul (Intermiten), nyeri bertambah pada saat klien bergerak dan dirasakan ringan pada saat klien istirahat. b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu Menurut ungkapan dari klien, ini merupakan persalinan pertama. Klien tidak mengira bahwa persalinan pertama, janinnya mengalami letak lintang. Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang memperberat selama kehamilan seperti penyakit hipertensi serta penyakit jantung dan klien juga tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan janin serta tidak ada anggota yang berpenyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, Gangguan Jiwa dan hemophili. 3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi a) Riwayat Obstetri (1) Riwayat kehamilan sekarang
  • 56. 56 G1 P0 A0, Ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya di bidan pada usia kehamilan 2 minggu kemudian mulai memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan pada usia kehamilan 1 bulan sampai usia kehamilan sekarang selama ibu hamil tidak pernah melakukan imunisasi sekalipun. (2) Riwayat persalinan sekarang P1 A0 tempat persalinan Rumah Sakit Umum Daerah pada tanggal 6 Mei 2014, lamanya persalinan sekitar 35 menit, jenis persalinan Sectio Caesarea (SC) jenis kelamin bayi laki-laki dengan berat badan 3000 gram dan panjang 45,3 cm. b) Riwayat Ginekologi (1) Riwayat Menstruasi Klien mengatakan mendapat haid pertama pada usia 12 tahun siklusnya 30 hari, lama haid 5-7 hari, jumlah ganti balutan 3x dalam sehari, warna darah merah dan biasanya bercampur dengan gumpalan darah, berbau amis. Selama haid ada keluhan nyeri pada perut, haid pertama dan terakhir (HPHT) yaitu 4 Agustus 2013, Tafsiran persalinan tanggal 11 Mei 2014.
  • 57. 57 (2) Riwayat perkawinan Klien mengatakan menikah pada usia 25 tahun dan suaminya pada usia 29 tahun. Lamanya perkawinan 1 tahun dan merupakan perkawinan pertama bagi klien dan suaminya. (3) Riwayat Keluarga Berencana Klien mengatakan sebelum hamil tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan setelah melahirkan klien berencana untuk memakai KB jenis pil. 4) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum : Lemah b) Kesadaran : Compos Mentis c) Tanda-Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg N : 80 x/menit R : 24 x/menit S : 37°C d) Sistem integumen Inspeksi : Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, suhu 37°C, tampak luka yang masih basah, bentuk kepala bulat, penyabaran rambut merata, warna
  • 58. 58 rambut hitam dan bergelombang, keadaan rambut kusam dan berketombe. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema dan kulit tampak lengket. e) Sistem pengindraan Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik, refleks pupil terhadap cahaya isokor, konjungtiva tidak anemis dan penglihatan klien masih jelas terbukti dengan klien dapat membaca nama perawat dengan jarak 30 cm, pada hidung klien dapat membedakan bau alkohol dan minyak kayu putih, posisi hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, pada telinga klien masih dapat mendengar dengan baik dengan melakukan tes pendengaran menggunakan garputala, posisi telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pada lidah klien masih bisa membedakan rasa asin, pahit dan
  • 59. 59 manis, warna lidah merah mudah, pada kulit klien masih bisa merasakan rangsangan apabila disentuh oleh perawat. Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau masa serta nyeri tekan pada mata, hidung, telinga. f) Sistem kardiovaskuler Inspeksi : Tidak terdapat sianosis. Palpasi : CRT <2 detik, tidak ada pembesaran arteri karotis, frekuensi nadi 80x/menit, konjungtiva tidak anemis, akral teraba hangat dengan suhu 37°C, irama jantung reguler. Auskultasi : Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, tekanan darah 100/70 mmHg, bunyi jantung S1 dan S2 murni. Perkusi : Bunyi pekak pada daerah jantung. g) Sistem pernapasan Inspeksi : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris, tidak
  • 60. 60 terdapat retraksi dinding dada, pergerakan dada mengikuti pernapasan, tidak ada penggunaan otot-otot pernapasan, napas teratur dengan frekuensi pernapasan 24x/menit. Palpasi : Vocal fremitus teraba sama antara kiri dan kanan pada saat klien mengatakan satu-satu. Perkusi : Saat diperkusi suara paru resonan. Auskultasi : Tidak terdengar bunyi napas tambahan. h) Sistem pencernaan Inspeksi : Jumlah gigi masih lengkap, gigi tampak kotor, tidak ada peradangan pada gusi, pergerakan lidah baik, tampak luka operasi yang tertutup verban pada abdomen bagian bawah, keadaan luka masih basah. Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen dengan skala nyeri 6 (0-10). Auskultasi : Bising usus 8x/menit (normal 8- 12x/menit). Perkusi : Terdengar bunyi timpani.
  • 61. 61 i) Sistem muskuloskeletal (1) Ekstremitas atas Inspeksi : Ekstremitas kiri dan kanan simetris, tidak terdapat lesi, pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit, pergerakan baik. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, Kekuatan otot 5 5 . Perkusi : Refleks bisep +/+, refleks trisep +/+. (2) Ekstremitas bawah Inspeksi : Ekstremitas kanan dan kiri simetris, tidak terdapat lesi. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, Kekuatan otot 5 5 . Perkusi : Refleks achiles +/+. Refleks pattela +/+. Refleks babynski +/+. j) Sistem endokrin Inspeksi : Refleks menelan baik, tidak ada pembesaran thyroid dan para thyroid, pengeluaran ASI tidak lancar dan kontraksi uterus baik. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema.
  • 62. 62 k) Sistem perkemihan Inspeksi : Terpasang kateter, warna urin kuning pekat, volume urin 500 cc/hari. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan edema. l) Sistem reproduksi Inspeksi : Tidak ada edema pada perineum, keluar darah bercampur dengan gumpalan darah (lochia rubra), tampak terpasang pempers pembalut 1 buah, payudara simetris kiri dan kanan, tampak areola mamae kurang bersih serta produksi ASI kurang. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada payudara. m) Sistem imun Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar limfe. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. n) Sistem persyarafan (1) Fungsi serebral (a) Status mental Klien dapat berorientasi dengan baik, wajah klien nampak meringis, kekuatan otot normal, bahasa jelas.
  • 63. 63 (b) Kesadaran Compos mentis (GCS: 15), eyes 4 (dapat membuka mata dengan spontan), motorik 6 (pergerakan baik), verbal 5 (komunikasi jelas). (c) Bicara Dapat mengungkapkan rasa nyeri, klien dapat mengikuti perintah, serta bicara normal dan jelas. (2) Fungsi kranial N I (Olfaktorius) : klien dapat membedakan bau. N II (Optikus) : fungsi penglihatan klien masih baik dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. N III, N IV dan N VI (Okulomotorius, Troclearis, Abdusen) : kontraksi pupil isokor, pergerakan kelopak mata baik, klien dapat menggerakan mata ke atas dan kebawah. N V (Trigeminus) : refleks kornea klien baik. N VII (Facialis) : perubahan mimik wajah klien baik. N VIII (Vestibulococlearis) : klien dapat mendengar dengan baik. N IX dan N X (Glosofaringeus dan Vagus) : refleks menelan dan mengecap klien baik.
  • 64. 64 N XI (Aksesorius) : klien dapat mengangkat bahu. N XII (Hipoglosus) : pergerakan lidah klien baik. 5) Pola Kegiatan Sehari-hari Tabel.2 pola aktivitas sehari-hari No Aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit 1. Nutrisi - Pola makan - Frekuensi makan - Jenis makanan - Pantangan - Keluhan - Intake cairan / hari - Jenis cairan Teratur, porsi 1 piring di habiskan 3 x sehari Nasi, ikan, sayur Tidak ada Tidak ada 7 – 8 gelas / hari Air putih dan susu Teratur, porsi 1 piring di habiskan 2x sehari Bubur, telur, gabing Tidak ada Tidak ada 4 – 5 gelas / hari Air putih hangat 2. Eliminasi - Frekuensi BAK - Warna urin - Bau - Keluhan - Frekuensi BAB - Konsistensi - Warna feses - Bau - Keluhan 5 – 6 x/ hari Kuning jernih Khas amoniak Tidak ada 2 x/ hari Padat Kuning kecoklatan Khas feses Tidak ada 4 – 5 x/ hari Kuning pekat Khas amoniak Tidak ada Klien belum BAB selama 2 hari setelah post operasi 3. Personal hygiene - Mandi - Cuci rambut - Gosok gigi - Potong kuku - Ganti pakaian 2 x/ hari 2 x seminggu 3 x/ hari 1 x seminggu Setiap habis mandi Belum mandi Belum cuci rambut Belum pernah 1 x seminggu Klien tampak kusam 4. Pola istrahat tidur - Tidur siang - Tidur malam 13.00 – 15.00 21.00 – 05.00 13.00 – 16.00 22.00 – 05.00 5. Aktivitas - Olahraga - Kegiatan di waktu luang - Jenis pekerjaan Jalan pagi Nonton televisi Sebagai guru honorer / ibu rumah tangga Tidak pernah Cerita dengan keluarga dan perawat Tidak dapat beraktivitas karena nyeri
  • 65. 65 6) Data Psikologis a) Status emosi Klien tampak tidak mudah tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan yang perawat ajukan kepadanya. b) Konsep diri (1) Body image : klien mengatakan tidak merasa malu walaupun pada perutnya terdapat luka bekas operasi. (2) Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh agar dapat berkumpul lagi bersama keluarganya. (3) Harga diri : klien masih merasa berharga walaupun dengan kondisinya yang sekarang, serta klien tidak merasa cemas atas kondisinya. (4) Peran : klien adalah sebagai ibu rumah tangga yang baru mempunyai satu orang anak serta mengurus suaminya. (5) Identitas diri : klien mengatakan dirinya sama dengan orang lain meskipun terdapat luka bekas operasi di perutnya. c) Pola koping Klien tampak ceria dan terbuka dalam bercerita.
  • 66. 66 7) Data sosial Klien mau diajak untuk bercerita tentang keadaan penyakitnya, klien selalu menjawab bila di tanya serta cara berbicara klien cukup jelas. 8) Data spiritual Klien mengatakan dukungan dari suami dan keluarga sangat tinggi, klien beragama islam dan klien menyarahkan semua keadaannya saat ini kepada Allah SWT serta selama sakit klien tidak dapat menjalankan shalat. 9) Data penunjang (pemeriksaan laboratorium tanggal 6 Mei 2014) Tabel. 3 pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Hemoglobin Leukosit LED/BBS 7,2 8840 60/- L : 14 – 18 5.000 - 10.000 L : 0-10 gr/Dl mm3 mm/1 jam 10) Pengobatan dan Perawatan a) Pengobatan (1) IVFD RL 20 tetes/menit (2) Zibac 1 gr/12 Jam/IV (3) Metronidazole 1A/8Jam/Infus (4) Asam Mefenamat 3 x 500 mg PO (5) Metil Ergo 3 x 0,125 mg PO (6) Lactapit 3 x 1 PO
  • 67. 67 (7) B/C 3 x 1 PO (8) Stolax Supp II/Rectal b) Perawatan (1) Observasi TTV (2) Perawatan luka (3) Vulva hygiene (4) Istrahat (5) Ganti verban (6) Personal hygiene b. Klasifikasi Data 1) Data Subjektif a) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di abdomen b) Klien mengatakan nyeri di rasakan secara hilang timbul c) Klien mengatakan belum mandi setelah di operasi d) Klien mengatakan belum pernah keramas e) Klien mengatakan belum pernah menyikat gigi f) Klien mengatakan tidak mampu untuk melakukan aktifitas seperti biasa g) Klien mengatakan belum mampu untuk berjalan dan duduk terlalu lama
  • 68. 68 2) Data Objektif a) Ekspresi wajah tampak meringis b) Skala yang di rasakan nyeri 6 (0-10) c) Nyeri tekan pada luka operasi d) Tanda-tanda Vital: TD : 100/70 mmHg N : 80x/menit P : 24x/menit S : 37°C e) Tampak luka bekas operasi pada abdomen f) Luka masih tampak basah g) Luka tampak di tutupi verban h) Klien tampak lemah i) Klien tampak dibantu keluarga dalam bergerak j) Tampak aktivitas klien terbatas k) Post Sectio Caesarea POD I l) Pengeluaran lochia rubra m) Klien tampak kusam n) Gigi klien tampak kotor o) Rambut tampak tidak tertata dengan rapi
  • 69. 69 c. Analisa Data Tabel 4. Analisa data No Data Penyebab Masalah 1. DS : - Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di abdomen - Klien mengatakan nyeri di rasakan secara hilang timbul DO : - Ekspresi wajah tampak meringis - Skala nyeri yang di rasakan 6 (0-10) - Nyeri tekan pada luka operasi - Tanda-tanda Vital : TD : 100/70 mmHg N : 80x/menit P : 24x/menit S : 37°C Adanya sectio caesarea Terputusnya kontinuitas jaringan Merangsang tubuh, mengeluarkan protagladin, histamine, serotonin Impuls dikirim ke thalamus korteks serebri Nyeri dipersepsikan Nyeri 2. DS : - Klien mengatakan belum mandi setelah di operasi - Klien mengatakan belum pernah keramas - Klien mengatakan belum pernah menyikat gigi DO : - Rambut tampak tidak tertata dengan rapi - Klien tampak kusam - Gigi klien tampak kotor - Pengeluaran lochia rubra Indikasi sectio caesarea Terputusnya kontinuitas jaringan Nyeri insisi saat bergerak Ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri
  • 70. 70 3. DS : - Klien mengatakan tidak mampu untuk melakukan aktivitas seperti biasa - Klien mengatakan belum mampu untuk berjalan dan duduk terlalu lama DO : - Klien tampak lemah - Klien tampak dibantu keluarga dalam bergerak - Tampak aktivitas klien terbatas Adanya sectio caesarea Terputusnya kontinuitas jaringan Merangsang tubuh, mengeluarkan protagladin, histamine, serotonin Impuls dikirim ke thalamus korteks serebri Nyeri Kelemahan fisik Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik 4. DS : - DO : - Tampak luka bekas operasi pada abdomen - Luka masih tampak basah - Luka tampak ditutupi verban - Post Sectio Caesarea POD I Indikasi sectio caesarea Terputusnya kontinuitas jaringan Luka tampak basah Tempat perkembangan mikro organisme pathogen Resiko tinggi terhadap infeksi Resiko tinggi infeksi
  • 71. 71 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan di tandai dengan : Data subyektif : 1) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di abdomen 2) Klien mengatakan nyeri di rasakan secara hilang timbul Data obyektif : 1) Ekspresi wajah tampak meringis 2) Skala nyeri yang di rasakan 6 (0-10) 3) Nyeri tekan pada luka operasi 4) Tanda-tanda Vital : TD : 100/70 mmHg N : 80x/menit P : 24x/menit S : 37 0 C b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak di tandai dengan : Data subyektif : 1) Klien mengatakan belum mandi setelah di operasi 2) Klien mengatakan belum pernah keramas 3) Klien mengatakan belum pernah menyikat gigi
  • 72. 72 Data obyektif : 1) Rambut tampak tidak tertata dengan rapi 2) Klien tampak kusam 3) Gigi klien tampak kotor 4) Pengeluaran lochia rubra c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan : Data subyektif : 1) Klien mengatakan tidak mampu untuk melakukan aktivitas seperti biasa 2) Klien mengatakan belum mampu untuk berjalan dan duduk terlalu lama Data obyektif : 1) Klien tampak lemah dan aktivitas terbatas 2) Klien tampak di bantu keluarga dalam bergerak d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang masih basah di tandai dengan : Data subyektif : - Data obyektif : 1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen 2) Luka masih tampak basah 3) Luka tampak di tutupi verban 4) Post Sectio Caesarea POD I
  • 73. 73 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah penulis mempelajari dan melaksanakan studi melalui pendekatan Proses Keperawatan Pada Klien Ny. R yang penulis laksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dari tanggal 7-10 Mei 2014 dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan : 1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan. 2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakan diagnosa keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien dan disesuaikan dengan teori yang ada. Kemudian diprioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia dan keluhan yang betul-betul mengganggu atau mengancam kesehatan klien. 3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah Klien Pada Post Op Sectio Caesaria POD I a/i Letak Lintang
  • 74. 74 berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan. 4. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga serta sarana dan prasarana yang tersedia sehingga memudahkan dalam setiap tindakan. Selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari perawat pembimbing sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan dan terarah dengan adanya catatan perkembangan setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 hari, semua diagnosa teratasi. B. Rekomendasi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Post OP Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang, penulis menyarankan : 1. Untuk Pihak Rumah Sakit Rumah Sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komperhensif yaitu bio, psiko, sosial dan spiritual kepada klien dengan menambah peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menunjang
  • 75. 75 pelaksanaan asuhan keperawatan. Selain itu juga perlu tambahan tenaga perawat terampil yang dapat membimbing para mahasiswa yang akan melakukan praktek keperawatan di Rumah Sakit. Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang komperhensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien juga diperlukan adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat proses kesembuhan klien. 2. Untuk Institusi Pendidikan Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang penatalaksanaan perawatan Klien Dengan Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang serta menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan datang. 3. Bagi Profesi Sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. 4. Bagi Penulis Sendiri Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam
  • 76. 76 pemberian Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang. Penulis jangan pernah puas dengan apa yang telah dicapai dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tetapi perlu belajar lebih giat lagi agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dimasa yang akan datang.