SlideShare a Scribd company logo
1 of 170
Download to read offline
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH
(5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA
GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
IRHAM
NIM : 13.1
DISUSUN OLEH :
LISRAWATI
NIM : 13.13.1112
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH
(5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA
GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
IRHAM
NIM : 13.1
DISUSUN OLEH :
LISRAWATI
NIM : 13.13.1112
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH
(5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA
GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
IRHAM
NIM : 13.1
DISUSUN OLEH :
LISRAWATI
NIM : 13.13.1112
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :
“Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5 Tahun) dengan
Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan dewan
penguji.
Raha, Juni 2016
Pembimbing
ASMALIA, S.Kep.,Ns., M.Kes
NIP.
Mengetahui,
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 2 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................)
3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 2 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 2 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................)
3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 2 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 2 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................)
3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 2 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iv
ABSTRAK
Latar Belakang, berdasarkan hasil medical record di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai dengan Desember
2015, pasien dengan Marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit terbesar, namun
menempati urutan kelima belas dengan jumlah penderita 9 orang (0,65%) tetapi sangat
memprihatinkan sehingga memerlukan penanganan yang serius.
Tujuan, dari Karya Tulis Ilmiah ini untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas dan
pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan kepada anak dengan Marasmus
secara komprehensif mencakup bio, psiko, social dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat
keperawatan.
Metode, yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan
berdasarkan pendekatan suatu proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Hasil, setelah 4 hari di laksanakan tindakan keperawatan di mulai dari tanggal 01 sampai dengan
04 Maret 2016, dari hasil pengkajian didapatkan ada 8 diagnosa keperawatan yaitu kekurangan
volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, kecemasan keluarga, resiko kerusakan
integritas kulit dan resiko infeksi. Dari hasil evaluasi keperawatan, dari 8 masalah yang ditemukan
ada 3 diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu yaitu kekurangan volume cairan, defisit perawatan
diri dan kecemasan keluarga dan 5 diagnosa yang belum teratasi yaitu perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, intoleransi aktivitas, resiko
kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi, namun sudah ada kemajuan. Hal ini terjadi karena
beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda - beda dalam proses
penyembuhan.
Kesimpulan, tercapainya penyembuhan dari penyakit diperlukan evaluasi secara berkelanjutan
dan terarah dengan adanya catatan perkembangan serta pengelolaan asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif serta kerja sama antara perawat, klien, orang
tua, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak S Usia
Pra Sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan program Diploma III
Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Dalam
penyusunan studi kasus ini penulis banyak mendapat hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, yang terhormat
kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarsari, MARS Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
pada Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna yang
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes Selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Harnia, S.Kep,Ns selaku penguji praktek klinik di Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
5. Ibu Iis Suhaeni AMK, Sebagai CI serta semua staf ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung,
vi
yang telah memberikan arahan dan masukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien Anak S untuk penyusunan laporan studi kasus ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan
bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Klien Anak S dan nenek klien yang telah bersedia bekerja sama dengan
penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan.
8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak La Kae (Alm) dan Ibu Wa
Ngkurami yang tercinta yang telah mengasuh, memberikan motivasi serta
pengorbanan materi yang tidak terhingga selama penulis mengikuti
pendidikan dan Saudaraku Bapak Rui, S.pd & Pratu Kopasus Syariflan yang
telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril maupun materil selama
mengikuti pendidikan.
9. Spesial untuk teman-temanku di Akper Pemkab Muna khususnya Irham,
Erwin, Nur khalida, Majid, Irna dewi, Lm. Sarifudin, Ld. Ganirudin, Lm.
Safar, Isra wati, Tika yuslindah, Rismawati, Ramlawati, Juni, Samlin, Siti
Alwarti dan rekan-rekan akper pemkab muna.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan
Karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan
keperawatan anak dengan Marasmus dan Semoga Allah SWT memberikan
imbalan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikannya dalam mewujudkan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Raha, Juni 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..... I
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..... Ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. Iii
ABSTRAK………………………………………………………….…………. Iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. V
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. Vii
DAFTAR TABEL ……………….…………………………………………… X
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………
MOTTO………………………………………………………………………..
Xii
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………..……………….…………………...
B. Ruang Lingkup Pembahasan ………………….………………….………..
C. Tujuan ...................……………………........................................................
D. Manfaat .........................................................................................................
E. Metode Telaahan ..........................................................................................
F. Waktu Pelaksanaan .......................................................................................
G. Tempat Pelaksanaan ...................................................................................
H. Sistematika Telaahan.....................................................................................
1
5
5
6
7
8
8
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK M
DENGAN MALFORMASI ANOREKTAL (MAR)
A. Konsep Dasar ............................…………………………………………...
1. Pengertian …………………………………………………………….
2. Anatomi Fisiologi sistem pencernaan…….......………………………
11
11
12
viii
3. Etiologi ……………………………………………………………….
4. Patofisiologi …………………………………………………………..
5. Tanda dan Gejala ……………………………………………………..
6. Klasifikasi …………………………………………………………….
7. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………
8. Penatalaksanaan Medis .………………………………………………
9. Komplikasi …………………………………………………………...
10. Penyimpangan KDM …………………………………………………
B. Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan ...........……………………...
1. Pengkajian …………………………………………………………...
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….
3. Perencanaan ..…………………………………………………………
4. Implementasi ……………………………………………………........
5. Evaluasi ……………………………………………………………...
26
27
28
29
30
31
35
36
37
37
55
56
61
62
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus …………………………………………………..................
1. Pengkajian ……………………………………………………………
a. Pengumpulan data ………………………………………….……
b. Klasifikasi data …………………………………………………..
c. Analisa data ………………………………………………….......
d. Prioritas Masalah .………………………………………………..
2. Diagnosa keperawatan ………………………………………………..
3. Perencanaan...............................………………………………………
4. Implementasi dan evaluasi ……………………………………….......
5. Catatan perkembangan ………………………………………………
B. Pembahasan
1. Pengkajian …………………………………………………………...
2. Diagnosa keperawatan ……………………………………………….
63
63
63
82
84
88
92
97
103
112
125
125
127
ix
3. Perencanaan …………………………………………………….........
4. Implementasi ………………………………………………………...
5. Evaluasi ……………………………………………………………...
130
132
134
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
135
137
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Rekomendasi ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Gedung Kemuning Lantai I Ruang
Kenanga ………………………………………………………………..
Kecukupan Energi dan Protein yang Dianjurkan ……………………...
Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan ………………………………...
Pengukuran Antropometri Usia 0-60 Bulan ……………………………
Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori…………………………….
Intervensi dan Rasional Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh ………………………………..
Intervensi dan Rasional Kerusakan Integritas Kulit …………………
Intervensi dan Rasional Keterlambatan Pertumbuhan dan
Perkembangan………………………………………………………
Intervensi dan Rasional Defisiensi Pengetahuan …………………….
Intervensi dan Rasional Resiko Infeksi ……………………………..
Pola Perubahan Nutrisi ………………………………………………
Pola Aktivitas Sehari – hari ………………………………………….
Hasil Pemeriksaan Laboratorium …………………………………….
Analisa Data ……………………………………………………………
Rencana Asuhan Keperawatan ……………………………………….
Implementasi dan Evaluasi ……………………………………………..
4
30
42
46
47
57
58
59
60
61
71
79
81
84
97
103
xi
17 Catatan Perkembangan ………………………………………………… 112
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Anatomi Sistem Pencernaan …………………………………………….. 12
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
1. Penyimpangan KDM ……………………………………………………. 36
2. Genogram 3 Generasi ………………………………………………….... 68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
:
:
:
:
:
Rencana penyuluhan
Satuan acara penyuluhan
Materi penyuluhan
Leaflet
Lembar konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya. Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan harus
didukung oleh pelayanan kesehatan yang komprehensif, termasuk pelayanan
keperawatan (KemenKes RI, 2015).
Sistem layanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan individu dan masyarakat. Layanan kesehatan terdepan bukan
semata berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Dalam sistem ini, kita tidak lagi menekankan upaya
kuratif, melainkan upaya promotif dan preventif. Salah satu masalah
kesehatan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan pelayanan yang
baik adalah peningkatan angka kematian balita yang disebabkan kebutuhan
gizi yang tidak terpenuhi / malnutrisi diantaranya marasmus (Asmadi, 2008).
2
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Marasmus ini dapat menyebabkan perubahan berat badan menjadi
kurus, turgor kulit jelek, kulit keriput tampak seperti orang tua, ubun-ubun
besar dan cekung, perut buncit dan diare sehingga akan berdampak pada
malnutrisi kronik, hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan mudah terkena penyakit infeksi. Dampak yang
lebih serius dari marasmus ini adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak baik fisik maupun mental sehingga anak mengalami
penurunan kecerdasan dan terjadi atropi otot karena hilangnya lapisan
subkutan. Jika hal ini tidak segera ditangani maka dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian balita (Hidayat, 2012).
Angka kesakitan dan kematian gizi buruk atau malnutrisi pada balita
relatif sering terjadi. Data WHO menunjukkan bahwa insiden kejadian Gizi
buruk akut atau malnutrisi terdapat 49 % dari 10,4 juta kematian yang terjadi
pada anak di bawah lima tahun di negara berkembang. Kasus kekurangan gizi
tercatat 50 % anak –anak di Asia. Menurut UNICEF tahun 2008, ada sekitar
40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Pada
tahun 2013 di Amerika Serikat terdapat 1,7 juta diantara 19 juta anak usia di
bawah lima tahun (balita) menderita gizi buruk (Puspitawati & Sulistyarini,
2013).
3
Angka prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia
masih tinggi. Hasil Riskesdas menunjukkan adanya peningkatan prevalensi
balita gizi kurang dan buruk secara nasional, prevalensi berat dan kurang
pada tahun 2013 adalah 19,6 %, terdiri 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi
kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007
(18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Mencuatnya kembali
mengenai balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukan
sistem surveilans dan penanggulangan dari berbagai instansi belum optimal.
Pasien – pasien yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi status gizi buruk
juga semakin meningkat (Liansyah, 2015).
Insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat
mondok di rumah sakit masih tinggi diantaranya 935 (38%) penderita
malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU dr. Pirngadi Medan
yang terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk
yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Angka kejadian marasmus
yang dirawat di Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan di
RSU di dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena
marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta
terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Liansyah, 2015).
4
Adapun distribusi 10 penyakit terbesar yang dirawat di Ruang
Kenanga Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Distribusi 10 Penyakit Terbesar yang dirawat di Ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
pada Periode Januari sampai dengan Desember 2015
No Penyakit Jumlah Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
15
Chemotherapy session for neoplasm
Bronchopneumonia unspecified
Other prophylactic chemoterapi
Bacterial sepsis of newborn
Aplastic anemia, unspecified
Acute lymphoblastic leukimia
Typhoid lever (infection due to salmonella thypi )
Pateut ductus arteriosus
Dengue haemorrhagis lever
Very low Birth Weight ( VLBW )
Marasmus
671
190
110
62
61
59
55
54
53
42
9
49,44
14,01
8,10
4,56
4,49
4,34
4,05
3,97
3,91
3,09
0,65
Jumlah 1366 100%
Sumber : Medical Record Di Ruang Kenanga Gedung Kemunin Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Januari sampai dengan Desember 2015
Dari tabel I. di atas terlihat bahwa dari 1.366 jumlah pasien di Ruang
Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung,
penderita penyakit marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit
terbesar tetapi terdapat pada urutan ke lima belas (15) dengan jumlah
penderita sebanyak 9 orang (0,65 %), namun sangat memprihatinkan
sehingga memerlukan penanganan yang serius.
Melihat keadaan diatas penulis tertarik untuk menulis karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5
Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai
I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
5
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang
lingkup masalah yang di bahas yaitu “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra
sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning
Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” meliputi
Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana tindakan, Implementasi,
Evaluasi dan Catatan Perkembangan.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran yang jelas dan pengalaman secara nyata dalam
melakukan asuhan keperawatan pada Anak S Usia Pra sekolah (5 Tahun)
dengan Marasmus secara komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko,
sosial dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif meliputi aspek
bio, psiko, sosial dan spritual yang dimulai dengan pengumpulan data,
analisa data pada Anak dengan Marasmus.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah pada anak dengan Marasmus.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan permasalahan
yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan pada anak dengan
Marasmus.
6
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan pada anak dengan Marasmus.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada anak dengan Marasmus.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak
dengan Marasmus.
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Adapun manfaat yang diharapkan kepada pihak rumah sakit bahwa dengan
adanya Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan Sebagai bahan masukan
bagi pihak rumah sakit khususnya perawat dalam penerapanan asuhan
keperawatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus maupun untuk bahan penelitian
lebih lanjut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan menjadi bahan masukan dalam mempelajari asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus khususnya dalam pelaksanaan
perkuliahan dan dalam proses pendidikan.
3. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan bagi rekan–rekan sejawat dalam melakukan
penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu asuhan
keperawatan anak dengan Marasmus.
7
4. Bagi Penulis
Sebagai acuan berfikir dalam melaksanakan asuhan keperawatan &
Menambah wawasan dan keterampilan dalam penerapan proses asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus.
E. Metode Telaahan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis
Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien serta
tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat yang
mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
2. Observasi
Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko, sosial,
kultural dan spiritual.
3. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara
head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga dapat dijadikan
data objektif yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
8
4. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status klien
yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang berhubungan
dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu untuk dijadikan salah
satu dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dan bahan – bahan bacaan dari berbagai buku-
buku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk
mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien
(Nursalam, 2013).
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 04 Maret
2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Kenanga Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Untuk memahami apa yang ada dalam Karya Tulis ini, maka penulis
menguraikan dalam beberapa bab dan sub bab dengan susunan sebagai
berikut :
9
BAB I : Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang,
Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode
Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan, dan
Sistematika Telaahan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak dengan
Marasmus, bab ini menguraikan tentang konsep dasar yang
meliputi Pengertian, Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan,
Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Klasifikasi,
Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi,
Penyimpangan KDM dan Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan
Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini berisikan laporan
kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan Pada Anak
S usia pra sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang
Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung dan Pembahasan berisikan ulasan naratif dari setiap
tahapan keperawatan secara tinjauan teoritis yang dilakukan serta
perbandingan antara teori dan kasus nyata terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
catatan perkembangan yang tersusun secara sistematis
berdasarkan tahapan proses keperawatan.
10
BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan Kesimpulan
dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap
masalah yang ditemukan.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN MARASMUS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang
berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa
faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh
terhadap terjadinya marasmus (Nurarif & Kusuma, 2015).
Marasmus atau Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan karena kurang asupan energi dan protein juga mikronutrien
dalam jangka waktu lama dan disebabkan oleh factor langsung dan tidak
langsung (Depkes, 2003 dikutip dalam Sari, 2013).
Marasmus atau lebih dikenal dengan malnutrisi energi protein
adalah suatu keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori (Hidayat,
2012).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein yang
dibutuhkan oleh tubuh.
12
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan
Sumber : (Smeltzer & Bare, 2002).
Saluran pencernaaan makanan merupakan saluran yang
menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh
tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari
mulut/oris sampai anus (Syaifuddin, 2006).
Secara sistematis sistem pencernaan terdiri dari sistem
pencernaan atas dan sistem pencernaan bawah.
13
1) Sistem pencernaan bagian atas
a) Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan
yang terdiri atas dua bagian yaitu :
(1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang
diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
(2) Bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisi-
sisinya oleh tulang maxilaris, palatum, mandibularis serta
di sebelah belakang bersambung dengan awal faring
(Syaifuddin, 2006).
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-
lapis, di bawahnya terletak kelenja-kelenjar halus yang
mengeluarkan lendir. Kemudian selaput ini kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf
sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di
sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot
orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut (Syaifuddin,
2006).
Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :
(a) Palatum durun (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-
tajuk palatum dan sebelah depan tulang maxilaris dan
lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum.
14
(b) Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,
terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. Setelah
makanan dicerna dimulut maka makanan tersebut ditelan
dengan gerakan membentuk makanan menjadi sebuah
bolus dengan bantuan gigi, lidah dan kelenjar ludah
melalui belakang mulut masuk ke dalam faring
(Syaifuddin, 2006).
b) Faring
Faring (tekak) Merupakan penghubung antara rongga
mulut dan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi (Syaifuddin, 2006).
Setelah makanan masuk ke faring maka palatum lunak
naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh
kontraksi otot-ototnya dan otot konstriktor faring menangkap
makanan dan mendorongnya masuk ke esophagus, pada saat
ini pernapasan berhenti, jika tidak maka akan tersedak
(Syaifuddin, 2006).
c) Esophagus
Esophagus merupakan sebuah tabung berotot atau
saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
15
panjangnya 20-25 cm, dimulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak dibawah lambung. Esofagus berdinding empat lapis.
Lapisan dinding dari dalam ke luar yaitu lapisan selaput lendir
(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler
dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak
dibelakang trakea dan didepan tulang punggung, setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dengan lambung (Syaifuddin, 2006).
d) Lambung
Lambung (gaster) merupakan kantong besar yang
terletak di bawah rusuk terakhir sebelah kiri. Lambung
menerima makanan dari esophagus melalui erifisium kardia
dan bekerja sebagai penimbun sementara. Lambung terdiri atas
tiga bagian, yaitu kardiak (berdekatan dengan hati)
berhubungan dengan esophagus, fundus (tengah) dan pylorus
yang memiliki empat lapisan, yaitu Lapisan peritoneal, Lapisan
berotot, Lapisan submukosa dan Lapisan mukosa.
Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan
sekret yaitu getah lambung. Di dalam getah lambung terdapat
beberapa enzim pencernaan penting yaitu :
(1) Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton
(2) Renin adalah membekukan susu dan membentuk kasein
dan karsinogen yang dapat larut
16
(3) Lipase berfungsi untuk memecahkan lemak (Syaifuddin,
2006).
2) Sistem pencernaan bagian bawah
a) Usus halus
Usus halus atau intestinum minora adalah bagian dari
sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan
berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaaan dan absorbsi hasil
pencenaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa
terletak sebelah dalam, lapisan otot melingkar atau sirkuler,
lapisan otot memanjang atau longitudinal dan lapisan serosa
terletak sebelah luar).
Usus halus terdiri dari :
(1) Duodenum atau usus 12 jari
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz. Duodenum panjangnya
sekitar 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke
kiri. Pada duodenum terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Di duodenum juga terdapat
getah pankreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu :
(a) Amilase berfungsi mencerna hidrat arang menjadi
disakarida.
17
(b) Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin
dan asam lemak.
(c) Tripsin mengubah protein dan pepton menjadi
golongan polipeptida (Syaifuddin, 2006).
(2) Yeyenum
Panjangnya sekitar 7 meter, dalam Yeyenum berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Di dalam yeyenum,
makanan masih mengalami pencernaan secara kimiawi
oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh dinding usus,
sehingga menjadi bubur yang sangat lembut dan encer
(Syaifuddin, 2006).
(3) Ileum
Panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah
duodenum dan yeyenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Dinding usus halus menghasilkan getah usus yang
mengandung beberapa enzim, yaitu :
(a) Enterokinase berfungsi untuk mengubah enzim
tripsinogen yang dihasilkan pancreas menjadi tripsin.
(b) Erepsin berfungsi untuk menyempurnakan pencernaan
protein dengan mengubah polipeptida menjadi
berbagai asam amino.
(c) Intertase berfungsi untuk bekerja atas gula
18
(d) Lactase berfungsi untuk membelah lactose menjadi
glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa dalam
hati.
(e) Maltose berfungsi untuk mengubah maltose menjadi
dekstrose.
(f) Sukrosa berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi
monosakarida (Syaifuddin, 2006).
b) Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 1
/2
meter, lebarnya 5-6 cm dan merupakan sambungan dari usus
halus mulai dari katub ilekolik atau ileoseikal yaitu tempat
makanan lewat. Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan
masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus
besar. Reflex ini menyebabkan defekasi atau buang air besar
(Syaifuddin, 2006).
Kolon sebagai kantong yang mekar dan terdapat
apendiks vernivormis atau umbai cacing. Sekum terletak di
daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari
sini kolon naik melalui daerah kanan lumbal yang disebut
asendens. Di bawah hati, berbelok pada tempat yang disebut
flexura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrium
dan umbilical sebagai kolon tranversum di bawah limfe ia
membelok sebagai flexura sienalis dan berjalan melalui daerah
19
kanan lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka
terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan dibentuk
kolon sigmoid atau kolon pelvis dan kemudian masuk ke
pelvis besar menjadi rectum (Syaifuddin, 2006).
Struktur kolon terdiri atas empat lapisan dinding yang
sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding
berotot tersusun dalam 3 jalur yang memberi rupa berkerut-
kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dan
tidak memiliki vili, dalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar
tubular dalam usus dan dilapisi oleh epithelium silinder yang
memuat sel cangkir (Syaifuddin, 2006).
Struktur rektum serupa yang ada pada kolon tepi
dinding yang berotot tebal dan membran mukosanya memuat
lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni.
Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam anus
ini terdapat otot interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus
berubah sifatnya. Lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu:
Selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan Jaringan ikat (Syaifuddin, 2006).
Fungsi usus besar yaitu :
(1) Absorbsi air, garam dan lemak
(2) Sebagai populasi bakteri
(3) Defekasi (Syaifuddin, 2006).
20
c) Hati
Hati atau hepar merupakan organ yang paling besar di
dalam tubuh kita. Warnanya coklat dan beratnya kira-kira 1 ½
kg. letaknya pada bagian atas dalam rongga abdomen sebelah
kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama
permukaan yaitu
(1) Permukaan atas berbentuk cembung terletak di bawah
diafragma
(2) Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fisura
tranfersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri
dibagian atas hati. Hati dibagi empat belahan yaitu lobus kanan,
lobus kiri, lobus kuadrata dan lobus quadratus. Hati
mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan
vena porta. Setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati
(hematosit) yang berfungsi menyerap nutrient, oksigen dan
racun dari darah (Syaifuddin, 2006).
Fungsi hati antara lain :
(1) Metabolisme karbohidrat
(a) Gikolisis : pembentukan glukosa menjadi glikogen
(b) Glikogenolisis : pembentukan glikogen menjadi
glukosa
21
(c) Glukoneogenesis : pembentukan glukosa bukan dari
karbohidrat, tetapi dari protein dan lemak.
(2) Metabolisme protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam
amino yang tidak dibutuhkan menjadi urea yang
dikeluarkan dari sel hati kedalam darah dan disekresikan
oleh ginjal dalam bentuk urine.
(3) Metabolisme lemak
Lemak diubah menjadi asam lemak dan giserol selain itu
asam lemak dibawah menuju hati dalam darah porta dari
usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel kecil yang
dapat digunakan dalam proses metabolik (Syaifuddin,
2006).
Selain fungsi hati sebagai regulator hampir semua
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh seperti metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, hati juga berfungsi sebagai
tempat sintesa (pengeluaran) dari berbagai bagian protein,
pembekuan darah, urea dan zat-zat lain yang sangat vital bagi
tubuh. Yang paling penting dari organ ini adalah biang detoks
atau penyaring dan pengeluaran racun yang masuk ke dalam
tubuh. Selain fungsi tersebut, hati juga mengeluarkan beberapa
enzim, dua diantaranya adalah SGOT dan SGPT ke dalam
darah. Ketika sel hati mengalami kerusakan akibat sesuatu baik
22
virus atau gangguan lain, maka akan terjadi pengeluaran enzim
SGPT dari dalam sel hati ke darah sehingga terjadi
peningkatan (Syaifuddin, 2006).
d) Kandung empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong organ
berbentuk terong dan merupakan membran berotot, letaknya
dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai
pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3.
Lapisan empedu terdiri dari lapisan luar serosa/parietal, lapisan
otot bergaris, lapisan dalam mukosa/viseral disebut juga
membran mukosa. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu :
(1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
(2) Berperan dalam pembuangan limbah dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolesterol (Syaifuddin, 2006).
(3) Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang
strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya
kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke
limpa, dan beratnya rata- rata 60-90 gram. Pankreas terbentang
pada vertebra lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
23
Fungsi pankreas yaitu :
(1) Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi
enzim dan elektrolit.
(2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk pulau langerhans, yang bersama-sama
membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin.
(3) Fungsi sekresi ekternal, cairan pankreas dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan
makanan di intestinum.
(4) Fungsi sekresi internal, sekresi yang di hasilkan oleh
pulau-pulau langerhands sendiri langsung dialirkan ke
dalam peredaran darah (Syaifuddin, 2006).
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Untuk melakukan fungsinya, semua sel memerlukan nutrien.
Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat selulosa.
1) Pencernaan oral
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah,
dimana makanan dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan
dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan atau bahkan
melihat, mencium dan mencicipi makanan dapat menyebabkan
reflex saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan
makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada
24
kecepatan kira-kira 1,5 liter setiap hari. Saliva mengandung enzim
ptyalin atau amilase saliva yang dimulai pencernaan zat pati, juga
mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat
dikunyah, sehingga memudahkan menelan (Smeltzer & Bare, 2002).
2) Menelan
Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh
pusat menelan dimedula oblongata dari sistem saraf pusat. Saat
makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan
mencegah aspirasi makanan ke dalam paru-paru. Menelan
mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas,
yang berakhir sebagai aktivitas refleks. Otot halus di dinding
esophagus berkontraksi dalam urutan irama dari esophagus ke arah
lambung untuk mendorong lobus makanan masuk lambung.
Akhirnya sfingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah
reflex isi lambung ke dalam esofagus (Smeltzer & Bare, 2002).
3) Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, mempunyai
PH rendah, memperoleh keasamannya dari asam hiklorida yang
disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi kelenjar asam yaitu :
a) Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih mudah
diabsrobsi.
b) Untuk membantu distruksi kebanyakan bakteri pencernaan
25
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang
penting untuk memulai pencernaan protein. Faktor intrinsik disekresi
oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi dengan Vitamin
B12 dalam diet, sehingga Vitamin dapat diabsorbsi di dalam ileum.
Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi
lambung kearah pylorus Karena partikel makanan besar tidak dapat
melewati spingter pilorus, partikel ini di aduk kembali ke korpus
lambung untuk dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil.
Peristaltik dalam lambung dan kontraksi spingter pilorus
memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus
halus pada kecepatan yang memungkinkan absorpsi nutrien efisisen
(Smeltzer & Bare, 2002).
4) Kerja usus halus
Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus
halus. Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran
gelombang yang menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan
dalam gerakan mengaduk. Peristaltik usus mendorong isi usus
tersebut kearah kolon (Smeltzer & Bare, 2002).
5) Kerja usus besar (Kolon)
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati
ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal
kolon melalui katub ileosekal. Katup ini secara normal tertutup,
membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus.
26
Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolon dengan
perlahan sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan
reabsorbsi efisiensi terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari
makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya
kira-kira 12 jam (Smeltzer & Bare, 2002).
6) Defekasi
Sebagian besar rektum tidak berisi feses, hal ini karena
adanya spingter yang lemah ± 20 cm dari anus pada perbatasan
antara kolon sigmoid dan rektum serta sudut tajam yang menambah
resistensi pengisian rektum. Bila terjadi pergerakan massa ke
rektum, kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus akan timbul
keinginan defekasi (Smeltzer & Bare, 2002).
3. Etiologi
Marasmus atau gizi buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
a. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan
dalam asupan makanan.
b. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada
hubungan orang tua anak yang terganggu misalnya pemberian yang
tidak efektif atau malformasi bawaan.
c. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan
terjadinya malnutrisi.
27
d. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosial ekonomi,
pendidikan dan pengetahuan ibu yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi. umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula
disebabkan oleh diare kronik malabsorbsi protein, hilangnya protein
air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun dan penyakit hati
(Nurarif & Kusuma, 2015).
4. Patofisiologi
Kekurangan energi protein dan kalori (KEP) adalah manifestasi
dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari
yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga
disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut
malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi,
yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan
serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila
kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit
utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan
pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi
meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan meningkatnya kehilangan
nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi
berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi
penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat
kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.
Jika terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
28
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif.
Dengan demikian, pada Kekurangan energi protein dan kalori dapat terjadi
gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum,
penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh (Hidayat,
2012).
5. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik dari marasmus adalah sebagai berikut :
a. Anak cengeng, rewel dan tidak bergairah
b. Diare kronis atau persisten
c. Mata besar dan dalam dan Ubun-ubun cekung
d. Akral dingin dan tampak sianosis
e. Wajah seperti orang tua
f. Rambut tipis, jarang dan kusam
g. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
h. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot
i. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput, dan
turgor kulit jelek.
j. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
k. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun
l. Vena superfisialis tampak lebih jelas
m. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
n. Anoreksia (Nurarif & Kusuma, 2015).
29
6. Klasifikasi
Klasifikasi gizi buruk atau KEP adalah sebagai berikut :
a. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk. Pada marasmus awalnya pertumbuhan yang
kurang dan atrofi otot serta menghilangnya lemak di bawah kulit tanpa
adanya edema.
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat yang ditandai dengan adanya edema
diseluruh tubuh terutama kaki, tangan atau anggota badan lain.
c. Marasmik – Kwashiorkor
Tipe marasmik kwashiorkor merupakan gabungan beberapa gejala
klinik kwashiorkor dan marasmus yang disertai dengan edema yang
tidak mencolok (Liansyah, 2015).
Seorang anak balita dikatakan Kekurangan Energi Protein (KEP)
apabila tingkat konsumsi energi dan protein < 80 % AKG.
30
Kecukupan energi protein untuk anak balita perorang perhari
menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini :
Tabel 2. Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan
Umur Energi (Kkal) Protein (gr)
0 - 6 bulan 550 10
7 – 12 bulan 650 16
1 – 3 tahun 1000 25
4 – 6 tahun 1550 39
Sumber : (Depkes 2005, dikutip dalam Sari, 2013)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Mengukur TB dan BB
c. Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter)
d. Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah
kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung
(kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm
pada wanita (Nurarif & Kusuma, 2015).
e. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
f. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, elektrolit, Hb dan Ht.
31
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan marasmus mengikuti 10 langkah utama
penatalaksanaan gizi buruk yaitu sebagai berikut :
a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak
sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
sering atau cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi
masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hiportemia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36 0
c Pada
keadaan ini harus di hangatkan dengan cara ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu di tutupi selimut atau dengan
membungkus anak dengan slimut tebal dan meletakan lampu di
dekatnya. Selama masa penghangatan di lakukan pengukuran suhu anak
pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan
stabil tetap di bungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar tidak
jatuh kembali pada kaadaan hipotermia.
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering di jumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi ada riwayat, anak sangat kehausan, mata cekung, tangan dan
kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan :
32
(1) Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap ½ jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3
sendok makan ) setiap 30 menit dengan sendok makan.
(2) Jika tidak ada personal untuk anak dengan KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat
minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5 % dan
Nacl perbandingan 1 : 1
d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit pada semua
KEP berat atau gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektolit di
antaranya :
(1) Kelebihan natrium (Na) tubuh walaupun kadar Na plasma rendah.
(2) Defisiensi kalium dan Magnesium (Mg).
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan
untuk pemulihan keseimbangan elektrolit di perlukan waktu
minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam atau
rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang di
encerkan 2 x ( dengan Pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan
50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan
makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan
lumat.
33
e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi.
Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara
rutin di berikan antibiotik spektrum luas.
f. Pemberian makanan, balita KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 Fase :
(1) Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati- hati
karena keadaan faal anak yang sangat lemah dan kapasitas
homeostatis berkurang, pemberian makanan harus dimulai segera
setelah anak di rawat sehingga energi protein cukup untuk
memenuhi metabolisme basal saja, formula khusus seperti
formula WHO. 75/ modifikasi/ modisko ½ yang dilanjutkan dan
jadwal pemberian makanan harus di susun agar dapat mencapai
prinsip tersebut dengan persaratan sebagai berikut : porsi kecil,
sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkl/ kilogram
perhari, protein 1-1,5 gram/ kilogram bb/ hari, cairan 130
ml/kg/bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg/bb/ hari), bila anak
mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula.
(2) Fase transisi (minggu II)
(a) Pemberian makanan pada fase transisi di berikan secara
perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung yang dapat
34
terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak.
(b) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0,9 –
1,0 gr/ 100). Dengan formula khusus lanjutan (energi 100
kkal dan protein 2,9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 24 jam.
Modifikasi bubur/ makanan keluarga dapat digunakan asal
kandungan energi dan protein sama.
(c) Naikan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya hanya tercapai jumlah 30 ml/ kg
bb/kali pemberian (200 ml/ kg bb/hari).
(3) Fase rehabilitasi (minggu III-VII)
(a) Formula WHO – F 135/ Pengganti/ modisko ½ dengan
jumlah tidak terbatas dan sering.
(b) Energi : 150-220 kkal/kg bb/hari.
(c) Protein : 4-6 kg/ kkal/kg bb/ hari.
(d) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah
dengan makanan formula karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh kejar.
(e) Secara perlahan di perkenalkan makanan keluarga.
g. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro dengan berikan
setiap hari :
(1) Tambahan multivitamin lain
35
(2) Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi
folat/ sirup besi.
(3) Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat
dosisi tunggal.
(4) Vitamin A oral 1 kali.
(5) Dosis tambahan disesuaikan dengan buku pedoman pemberian
kapsul vitamin A.
h. Berikan stimulasi dan dukungan emosional
i. Persiapan untuk tidak lanjut
Bila BB anak sudah berada digaris warna kuning anak dapat dirawat
dirumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan, puskesmas/ bidan di desa
(Nurarif & Kusuma, 2015).
9. Komplikasi
a. Infeksi tuberculosis
b. Malnutrisi kronik
c. Gangguan tumbuh kembang.
d. Hipoglikemia
e. Hipotermia
f. Dehidrasi
g. Gangguan keseimbangan elektrolit (Liansyah, 2015).
36
11. Penyimpangan KDM
Malabsorbsi, infeksi dan kegagalan melakukan sintesis protein
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi kalori dan protein Perubahan status kesehatan
Fungsi saluran cerna terganggu kurang pengetahuan
tentang gizi seimbang
Hiperperistaltik
Defisiensi pengetahuan
Daya tahan tubuh Hilangnya lemak Penyerapan makanan
menurun dibantalan kulit di usus menurun Malnutrisi
Keadaan umum lemah Turgor kulit menurun Diare Asam amino esensial
dan keriput menurun dan produksi
Portal of entry Distensi abdomen albumin menurun
Kerusakan integritas
Resiko infeksi kulit Peningkatan asam lambung Atropi/pengecilan otot
Anoreksia Keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan
Ketidakseimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
tubuh
Bagan 1. Penyimpangan KDM
(Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015)
37
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode untuk menerapkan suatu konsep dalam
praktik keperawatan. Hal ini disebut suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu. Teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Nursalam, 2013).
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
(implementasi), evaluasi dan catatan perkembangan (Nursalam, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013).
Adapun tahap-tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Data subjektif ini diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi klien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya sedangkan
data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat.
Yang termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah,
adanya edema dan berat badan (Nursalam, 2013).
38
Adapun data yang dapat dikumpulkan yaitu :
1) Biodata
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, tanggal masuk Rumah Sakit dan tanggal pengkajian,
nomor medrek, diagnosa medik dan alamat (Wong, 2004).
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat (Wong, 2004).
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan alasan
utama individu mencari bantuan profesional kesehatan (Wong,
2004).
(2) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menonjol yang dirasakan oleh
klien dan merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit
(keluhan utama saat MRS) atau keluhan utama saat dilakukan
pengkajian oleh beberapa waktu atau hari setelah klien MRS.
Pada umumnya anak dengan marasmus keluhan yang paling
dirasakan oleh klien adalah gangguan pertumbuhan (berat
39
badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai,
sering diare dan keluhan lain yang menunjukan terjadinya
kekurangan gizi (Wong, 2004).
(3) Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama klien dijadikan dasar untuk menggali kondisi
klien saat ini dengan menggunakan format PQRST, sebagai
petunjuk untuk mempermudah mengingat langkah-langkah
pengumpulan data.
(a) Paliative/Provokatif (P) : Apa penyebab keluhan tersebut,
Faktor apa saja yang memperberat atau mengurangi
keluhan. Biasanya penyebab diare pada anak dengan
marasmus adalah kekurangan energi protein.
(b) Quality/Quantity (Q) : Bagaimana keluhan tersebut
dirasakan, apakah terlihat, terdengar. Seberapa sering
keluhan itu dirasakan. Keluhan biasanya dirasakan terus
menerus.
(c) Region/Radiasi (R) : Lokasi keluhan tersebut dirasakan,
apakah penyebarannya juga ke area lain. Biasanya pada
anak dengan marasmus ini dirasakan bagian abdomen.
(d) Severity/scale (S) : Severity of scale, Intensitas keluhan
yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak.
Pada klien dengan marasmus tidak mempunyai skala.
40
(e) Timming (T) : Kapan keluhan tersebut mulai muncul/
dirasakan, seberapa sering keluhan tersebut muncul?
apakah munculnya secara tiba-tiba atau bertahap. Biasanya
keluhan dirasakan bertambah pada saat klien bergerak atau
beraktivitas dan berkurang saat klien istrahat/tidur
(Asmadi, 2008).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Riwayat Antenatal Care (ANC)
Yang perlu diketahui yaitu Kesehatan ibu selama hamil, berapa
kali dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, tempat
pemeriksaan, keluhan selama hamil, imunisasi TT berapa kali,
nutrisi selama ibu hamil, lamanya hamil dan kebiasaan atau
perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin seperti : kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi obat - obatan secara sembarang
(Wong, 2004).
(2) Riwayat Intranatal Care (INC)
Yang perlu diketahui yaitu tempat persalinan, penolong
persalinan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan
persalinan, berat badan lahir, dan komplikasi waktu lahir
(Wong, 2004).
41
(3) Riwayat Post Natal Care (PNC)
Yang perlu diketahui yaitu keadaan bayi lahir awal, berat badan
dan panjang badan, penilaian APGAR Skor (warna, sianosis,
pucat, ikhterik), demam, kesulitan menghisap, kesulitan
pemberian makan atau ASI (Wong, 2004).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu dikaji adalah silsilah keluarga, pendidikan dan
pekerjaan keluarga, penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan
atau penyakit menular lainnya dalam keluarga dengan
menggunakan genogram keluarga tiga generasi (Wong, 2004).
d) Riwayat Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi
dimulai sejak lahir hingga umur 1 (satu) tahun seperti BCG
diberikan 1 kali pada saat usia lahir bayi 0-11 bulan, DPT diberikan
sebanyak 3 kali pada saat usia bayi 2-11 bulan, hepatitis B
diberikan 3 kali pada usia 0-11 bulan, polio diberikan sebanyak 4
kali pada saat usia bayi 0-11 bulan dan campak diberikan 1 kali saat
usia anak 9-11 bulan (Depkes, 2000 dikutip dalam Hidayat, 2012).
e) Riwayat Tumbuh Kembang
(1) Pertumbuhan Fisik Anak
Hal yang perlu diketahui yaitu berat badan selama sakit (berat
badan selama sakit biasanya menurun disebabkan oleh
42
kekurangan energi protein, panjang badan, jumlah gigi, lingkar
kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada. Biasanya pada
anak dengan marasmus terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (Wong, 2004).
(2) Perkembangan Anak
Tabel 3. Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan
No Umur
(Bulan)
Motorik Kasar Motorik Halus
1. I Dapat memutar kepala dari
satu sisi kesisi lain bila
telungkup.
Refleks menggenggam kuat
2. 2 Bila telungkup, dapat
mengangkat kepala hampir 45
derajat dari meja.
Tangan sering terbuka dan
releks menggenggam
menghilang.
3. 3 Mampu mengangkat kepala
dan bahu dari posisi telungkup
sampai 45-90 derajat dari
meja.
Menggenggam tangan
sendiri dan menarik selimut
atau pakaian.
4. 4 Mampu duduk tegak bila
disangga dan berguling dari
telungkup kesisi lain.
Menggenggam objek dengan
kedua tangan dan dapat
memasukkan objek ke mulut
5. 5 Dapat membalik dari posisi
telungkup ke telentang dan
bila telentang, menempatkan
kaki ke mulut.
Mampu menggenggam
objek secara volunter dan
memainkan jari-jari kaki.
6. 6 Berguling dari telungkup ke
telentang
Memegang botol dan
menggenggam kaki lalu
menarik ke mulut.
7. 7 Bila digendong dalam posisi
berdiri, meloncat secara aktif.
Memindahkan objek dari
satu tangan ke tangan lain.
8. 8 Duduk dengan mantap tanpa
sokongan
Mulai menggenggam dengan
menggunakan jari telunjuk.
9. 9 Menarik badan ke posisi
berdiri dan berdiri
berpegangan pada perabot
Menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk dalam
menggenggam kasar.
10. 10 Saat berdiri, mengangkat salah
satu kaki untuk melangkah
Mulai menggenggam objek
dengan tangan
11. 11 Bila duduk, berputar untuk
meraih objek dan berjalan
memegang perabot
Memiliki genggaman lebih
erat.
12. 12 Berjalan dengan satu tangan
dipegang dan dapat duduk dari
posisi berdiri tanpa bantuan
Melepaska kotak kedalam
cangkir.
43
13. 15 Berjalan tanpa bantuan dan
memanjat tangga.
Membangun menara dari
dua kotak dan mencoret-
coret secara spontan
14. 18 Berlari secara kikuk, sering
jatuh dan melompat ditempat
dengan kedua kaki
Membangun menara tiga
sampai empat kotak dan
mengatur sendok tanpa
memutar.
15. 24 Berlari dengan seimbang dan
menendang bola tanpa
gangguan keseimbangan
Membangun menara dengan
enam sampai tujuh kotak
16. 30 Melompat dengan kedua kaki
dan berdiri pada satu kaki.
Membangun menara dengan
delapan kotak.
17. 36 Mengendarai sepeda roda tiga Membangun menara dari 9
atau 10 kotak
18. 48 Melompat dan meloncat pada
satu kaki dan berjalan,
menangkap bola dan menuruni
tangga dengan kaki bergantian
Menggunakan gunting
dengan baik untuk
memotong gambar
mengikuti garis.
19. 60 Meloncat dan melompat pada
kaki bergantian melompat dari
ketinggian 12 inci dan
bertumpu pada ibu jari kaki.
Mengikat tali sepatu,
menggunakan gunting, alat
sederhana atau pensil
dengan sangat baik & dapat
meniru gambar segitiga.
Sumber : (Wong, 2004)
f) Riwayat Nutrisi
yang perlu ditanyakan adalah riwayat pemberian ASI, pemberian
susu formula, pemberian makanan tambahan dan pola perubahan
nutrisi tiap tahapan usia (Wong, 2004).
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2013). Adapun
yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dilanjutkan
sewaktu mengukur tanda-tanda vital.
44
b) Kesadaran
Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan
yaitu :
(1) Komposmentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekeliling.
(2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri tetapi jatuh tidur lagi.
(4) Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat memberontak,
berteriak dan tak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.
(5) Supor/semikoma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma,
reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
(6) Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri apapun (Nurarif &
Kusuma, 2015).
GCS (Glasgow Coma Score) yaitu skala yang digunakan
untuk menilai tingkat kesadaran atau respon utama klien terhadap
lingkungannya yaitu membuka mata, mengucap kata dan
melakukan gerakan (Muttaqin, 2008).
45
Eye (Buka Mata)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
Spontan
Berdasarkan suara
Dengan rangsangan nyeri
Tidak ada respon
Respon verbal
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
:
Senyum, orientasi terhadap obyek
Menangis tetapi dapat ditenangkan
Menangis dan tidak dapat ditenangkan
Mengerang dan agitatif
Tidak memberi respon
Respon Motorik
(6)
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
:
:
Mengikuti perintah/aktif
Melokalisir rangsang nyeri
Menjauhi rangsangan nyeri
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak memberi respons (Nurarif & Kusuma, 2015)
c) Tanda-Tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu tekanan
darah, nadi, suhu dan pernapasan. Biasanya anak dengan marasmus
TTV lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat (Wong, 2004).
46
d) Pemeriksaan Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui ukuran–ukuran fisik anak (berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada) dengan
menggunakan alat ukur sesuai usia dan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4. Pengukuran Antropometri Usia 0 - 60 Bulan
No.
Umur
(Bulan)
BB (kg) TB (cm) LK (cm)
LILA
(cm)
LID
A
(cm)
1. 0 2,5-4,0 48-52 32-38 9,5-13,5 30-38
2. 1 3,0-4,3 49,8-54,6 34-41 - -
3. 2 3,6-5,2 52,8-58,1 36-42,5 - -
4. 3 4,2-6,0 55,5-61,1 37,5-44 - -
5. 4 4,7-6,7 57,8-63,7 38,5-45 - -
6. 5 5,3-7,3 59,8-65,9 39,5-45,5 - -
7. 6 5,8-7,8 61,6-67,8 40-46 14,75 -
8. 7 6,2-8,3 63,2-69,5 40,5-47 14,75 -
9. 8 6,6-8,8 64,6-71,0 41-47,5 14,75 -
10. 9 7,0-9,2 66,0-72,3 41,5-48 15,10 -
11. 10 7,3-9,5 67,2-73,6 41-48 15,10 -
12. 11 7,6-9,9 68,5-74,9 42,5-49 15,10 -
13. 12 7,8-10,2 69,6-76,1 43-49,5 16,00 -
14. 15 8,4-10,9 72,9-79,4, 44-50 - -
15. 17 8,9-11,5 75,9-82,4 44,5-50,5 - -
16. 24 9,9-12,3 79,2-85,6 45-51 16,25 -
17. 29 10,8-13,5 83,7-90,4 45,5-52,5 - -
18. 36 11,7-14,6 87,8-94,9 46-53 16,50 -
19. 41 12,5-15,7 91,5-99,1 46,5-53,5 - -
20. 48 13,2-16,7 96,4-102,9 47-53,8 16,75 -
21. 53 13,8-17,7 99,7-106,6 47,5-53,8 - -
22. 60 14,5-18,7 102,7-109,9 47,8-54 17,00 -
Sumber: (Djitowiyono, 2010)
untuk menentukan BB Ideal Balita (0-5 tahun) dengan
menggunakan rumus Berat Badan Ideal (BBI) :
(Umur (tahun) X 2) + 8 = 2n + 8
47
Keterangan :
n = umur
2 dan 8 = nilai konstanta (Depkes, 1973 dikutip dalam Nursalam, 2008).
Tabel 5. Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori
No.
Umur
(Tahun)
Kategori
Normal Kurus Sangat Kurus
1. 1 7,8-10,2 6,1-7,7 < 6,0
2. 2 9,9-12,3 7,6-9,8 < 7,5
3. 3 11,7-14,6 8,8-11,6 < 8,7
4. 4 13,2-16,7 10,0-13,1 < 9,9
5. 5 14,5-18,7 10,9-14,4 < 11,0
Sumber : (Djitowiyono, 2010)
Selain menggunakan rumus Berat badan ideal (BBI) tersebut,
dapat juga menggunakan rumus sebagai berikut :
BB
BMI =
(TB)2
Keterangan :
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (m)
Interprestasi status gizi berdasarkan kategori IMT / BMI
menurut Kemenkes RI (2003) :
(1) Kategori kurus jika nilai IMT/BMI < 18,0
(2) Kategori normal jika nilai IMT/BMI berada diantara 18,5 - 25,0
(3) Kategori gemuk (obesitas) jika nilai IMT/BMI > 25,0
48
e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
(1) Sistem Integument
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu warna kulit dan
distribusi rambut, adanya pembengkakan atau tidak dan turgor
kulit. Biasanya anak dengan marasmus kulit kering, turgor kulit
jelek, wajah nampak seperti orang tua, akral teraba dingin dan
mengendor disebabkan karena kehilangan banyak lemak di
bawah kulit dan otot-ototnya terjadi atropi serta rambut tampak
kering dan mudah rontok, kusam, jarang dan depigmentasi
(Engel, 2009).
(2) Sistem Pernapasan
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk dada simetris
atau tidak, pergerakan dada, frekuensi pernafasan, bunyi napas,
taktil fremitus, vokal resonan, perkusi paru, kembang kempis
paru dan adanya pembengkakan atau tidak. Biasanya pada anak
dengan marasmus terjadi gangguan sistem pernapasan yaitu
batuk, sesak napas dan ada bunyi napas tambahan (ronchi)
(Engel, 2009).
(3) Sistem Kardiovaskuler
Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah
konjungtiva anemis atau tidak, adanya peningkatan vena
49
jugularis, bunyi jantung, adanya peningkatan TD atau tidak dan
bunyi perkusi jantung (Udjianti, 2010).
(4) Sistem Pencernaan
Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah
bentuk mulut dan abdomen simetris atau tidak, warna kulit,
terdapat peradangan atau lesi pada mulut dan gusi, jumlah gigi,
adanya stomatitis, keadaan lidah, adanya pembengkakan,
frekuensi bising usus, bunyi perkusi abdomen dan terdapat
nyeri tekan. Biasanya pada anak dengan marasmus perut
tampak buncit, terjadi hepatomegali dan bising usus meningkat
bila terjadi diare (Wong, 2004).
(5) Sistem Pengindraan
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu kesimetrisan, ketajaman
penglihatan, lapang pandang, konjungtiva anemis atau tidak,
sklera icterus, bentuk hidung, adanya sekret pada hidung atau
tidak, bentuk telinga, adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya
tidak ada kelainan/gangguan pada sistem pengindraan (Engel,
2009).
(6) Sistem Persarafan
Pengkajian neurologi meliputi fungsi serebral yaitu kesadaran
dan status mental, fungsi saraf kranial, fungsi motorik dan
fungsi sensorik (Muttaqin, 2008).
50
(7) Sistem Muskuloskeletal
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk kesimetrisan,
kekuatan otot dan pergerakan. Biasanya pada anak dengan
marasmus terjadi atrofi otot hingga tulang-tulang terlihat lebih
jelas karena kurangnya asupan energi protein sehingga terjadi
kelemahan otot (Engel, 2009).
(8) Sistem Endokrin
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan para tiroid atau tidak, refleks menelan dan
adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya tidak ada kelainan pada
sistem endokrin (Engel, 2009).
(9) Sistem Perkemihan
Pada umumnya yang perlu dikaji adalah fungsi eliminasi klien
apakah terjadi perubahan pola eliminasi atau tidak. Biasanya
tidak ada kelainan pada sistem perkemihan (Engel, 2009).
(10)Sistem Reproduksi
Meliputi fungsi alat reproduksi normal ataupun tidak. Biasanya
tidak ada kelainan pada sistem reproduksi (Engel, 2009).
(11)Sistem Imun
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu daya tahan tubuh klien
apakah menurun atau masih dalam keadaan stabil. Biasanya
anak dengan marasmus terjadi penurunan daya tahan tubuh
51
yang disebabkan kurangnya asupan kalori dan protein (Engel,
2009).
4) Pola Aktifitas Sehari-hari
Yang perlu dikaji dalam kegiatan sehari-hari adalah :
a) Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makan klien apakah
ada perubahan sebelum dan selama di rumah sakit, riwayat
pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, nafsu makan
biasanya berkurang, kaji apakah ada mual/muntah dan keadaan
umum lemah (Wong, 2004).
b) Eliminasi
BAB dan BAK biasanya tidak terjadi gangguan.
c) Istirahat tidur
Biasanya istirahat tidur klien terganggu, tidak merasa segar setelah
tidur, tidur tampak tidak nyenyak akibat diare (Wong, 2004).
d) Personal hygiene
Bagaimana kebiasaan mandi klien, perawatan rambut, potong kuku,
gosok gigi, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak.
Pasien dengan marasmus biasanya belum dapat melakukan personal
hygiene sendiri seperti biasanya karena kelemahan otot sehingga
memerlukan bantuan dari orang-orang terdekat (Wong, 2004).
52
e) Aktivitas & olahraga
Kaji kemampuan klien beraktifitas sebelum sakit dan sesudah sakit.
Aktivitas biasanya belum bisa dilakukan oleh klien akibat
kelemahan yang dirasakan (Wong, 2004).
5) Data Psikologis
a) Status Emosi : dapat dijumpai ketidakstabilan emosi klien dan
keluarga.
b) Pola Koping : hal apa saja yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalahnya adakah tindakan yang maladaptif (Nursalam, 2008).
6) Data Sosial
Mencakup orang yang terdekat dengan klien, hubungan dan pola
interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat. Biasanya pada anak
terjadi penarikan diri dari interaksi sosialnya atau hubungan
interpersonal akibat ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Nursalam,
2008).
7) Data Spritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme keluarga
terhadap kesembuhan anak (Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2008).
8) Reaksi Hospitalisasi
a) Pemahaman orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat di
rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya
tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya
53
terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit serta prosedur
pengobatan
b) Pemahaman anak tentang rumah sakit dan rawat inap (Nursalam,
2008).
9) Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada malformasi anorektal (anus imperforata)
adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan fisik
b) Mengukur TB dan BB
c) Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter)
d) Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah
kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka
lengkung (kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50%
dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-
laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
e) Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak) (Nurarif & Kusuma, 2015).
54
10)Pengobatan & Perawatan
a) Pengobatan
(1) Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
(2) Pemberian multivitamin
(3) Pemberian zinc jika terjadi diare
(4) Pemberian cairan glukosa/RL 5 % dan Nacl (Nurarif &
Kusuma, 2015).
b) Perawatan
(1) Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perseorangan.
(2) Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi.
(3) Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas.
(4) Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein
(5) Pemberian imunisasi
(6) Penyuluhan /pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
(7) Pemantauan (surveilance) yang teratur pada anak balita di
daerah yang endemis kurang gizi dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.
55
b. Klasifikasi/ Pengelompokan Data
Klasifikasi/pengelompokan data adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan yang terdiri dari data subjektif dan data objektif.
Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis yang
terdiri dari :
1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan- keluhan
pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain.
2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur oleh
seorang perawat (Nursalam, 2013).
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,
menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokan data serta
mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa
keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan data objektif. Analisa
data terdiri dari PES (Problem, Etiologi, Symptom) (Asmadi, 2008).
d. Prioritas Masalah
Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai dengan kriteria
prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi
yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).
56
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2013).
Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnosis
keperawatan aktual, diagnosis keperawatan risiko dan diagnosis keperawatan
potensial (Asmadi, 2008).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
marasmus berdasarkan ( Nurarif dan Kusuma, 2015). adalah sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi.
d. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi,diet,perawatan,dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
57
3. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan yang
meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan digunakan untuk
penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari perencanaan adalah
menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan respon klien terhadap
masalah kesehatan baik yang aktual, risiko, maupun potensial (Nursalam,
2013).
Adapun contoh rencana keperawatan untuk klien dengan marasmus
berdasarkan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
Tujuan : kebutuhan nutrisi menjadi adekuat
Kriteria hasil :
1) Nafsu makan meningkat
2) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg)
3) Porsi makan dihabiskan
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
58
Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
No Intervensi Rasional
1)
2)
3)
4)
5)
Kaji tingkat kebutuhan nutrisi
klien
Monitor bising usus
Timbang berat badan pasien
setiap hari
Catat dan monitor adanya
anoreksia, kelemahan umum,
nyeri abdomen munculnya mual
dan muntah
Kolaborasi dengan ahli gizi
1) Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
klien sehingga dapat menentukan
intervensi selanjutnya.
2) Bising usus hiperaktif mencerminkan
peningkatan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi
absorbsi.
3) Indikator kebutuhan nutrisi atau
pemasukan yang adekuat.
4) Peningkatan aktifitas adrenergic dapat
menyebabkan gangguan sekresi insulin
atau terjadi resisten yang mengakibatkan
hiperglikemia, polidipsi, poliuria,
perubahan kecepatan dan kedalaman
pernapasan (tanda asidosis metabolic).
5) Bermanfaat untuk menentukan kegunaan
atau kebutuhan kalori dengan tepat
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
Tujuan : Tidak akan terjadi kerusakan pada kulit
Kriteria hasil :
1) Turgor kulit baik
2) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami.
3) Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, temperature,
hidrasi dan pigmentasi) dan tidak ada luka.
Tabel 7. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit
No Intervensi Rasional
1) Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakayan yang
longgar
1) Menghindari dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit
2) Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
2) Mencegah terjadinya kerusakan pada
kulit.
59
3) Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien setiap dua jam sekali)
3) Baring yang sering akan mengakibatkan
penekanan pada kulit dan mengurangi
stress pada titik yang tertekan
4) Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada daerah
yang tertekan
4) Dengan mengoleskan lation akan dapat
menjaga kebersihann kulit dan
kenyamanann pada kulit
5) Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
5) Mandi dapat menjaga kebersihan kulit
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi
Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan anak baik
Kriteria hasil :
1) Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
2) Kematangan fisik yaitu tinggi badan dan berat badan sesuai usia.
3) Status nutrisi seimbang
4) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg).
Tabel 8. Intervensi dan Rasional : Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan
No Intervensi Rasional
1) Kaji faktor penyebab gangguan
perkembangan anak
1) Agar tindakan yang dilakukan slebih
tepat dan akurat
2) Mendorong asupan makanan dan
cairan tinggi kalium yang sesuai
2) Membantu dalam proses penyembuhan
3) Berikan pasien makanan yang
tinggi kalori dan tinggi protein
serta makanan dan minuman
bergizi yang mudah dikonsumsi.
3) Agar perkembangan mental anak tidak
mengalami pemberhentian atau
kemunduran
4) Kolaborasi dengan ahli gizi,
jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang di butuhkan untuk
persyaratan gizi yang sesuai.
4) Untuk mengevaluasi asupan nutrisi
5) Berikan perawatan yang konsisten 5) Dengan perawatan yang baik maka
dapat mempercepat kesembuhan
berbagai macam penyakit
60
6) Pantau kecenderungan kenaikan
dan penurunan berat badan
6) Untuk mengetahui peningkatan berat
badan
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
d. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Dapat mengetahui dan mengerti penyakit yang di alami
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyaki, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melakasanakan prosedur yang di jelaskan
secara benar
3) Menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat atau tim kesehatan.
Tabel 9. Intervensi dan Rasional : Defisiensi Pengetahuan
No Intervensi Rasional
1)
2)
3)
4)
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan pada kesehatan
dengan cara yang tepat.
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin di perlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang atau
proses pengontrolan penyakit.
Berikan pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
gambarkan tanda & gejala yang
biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat.
Diskusikan pilihan terapi serta
penanganan.
1) Evaluasi cepat dan intervensi terhadap
terjadinya infeksi menurunkan resiko
komplikasi lebih serius.
2) Memberikan dasar pengetahuan di mana
pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
3) Dapat melakukan pendidikan kesehatan
sesuai dengan tingkat pengetahuan klien
sehingga dapat mengidentifikasi
terjadinya penyakit serta penanganan
lebih dini.
4) Klien lebih nyaman dalam menerima
terapi yang diberikan.
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
61
e. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah leukosit dalam batas normal
Tabel 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Infeksi
No. Intervensi Rasional
1)
2)
3)
4)
5)
Anjurkan pada keluarga dan
pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien.
Dorong keseimbangan istrahat
adekuat dengan aktifitas sedang
dan tingkatkan masukan nutrisi
adekuat
Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi dalam pemberian
obat antibiotik.
Batasi pengunjung
1) Menurunkan resiko kontaminasi silang
2) Memudahkan proses penyembuhan
dan meningkatkan tahanan alamiah
3) Untuk menambah pengetahuan pasien
dan keluarga tentang penyakit yang
dialami
4) Antibiotik dapat berguna secara
profilaktik untuk mencegah infeksi.
5) Mencegah kontaminasi silang dari
pengunjung
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
4. Implementasi
Implementasi adalah Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan (Nursalam, 2013).
62
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap implementasi,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada perencanaan (Asmadi, 2008).
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan efektivitas asuhan
keperawatan untuk mencegah atau mengobati respon klien terhadap prosedur
kesehatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir (Nursalam, 2013).
63
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : An. S
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal masuk Rumah Sakit : 28 Februari 2016
Tanggal Pengkajian : 1 Maret 2016
Diagnosa Medik : Marasmus
Nomor Medrek : 0001517483
Alamat : Majalaya
64
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Majalaya
Hub dengan klien : Nenek klien
c) Identitas Saudara Kandung
Nama : An. M
Umur : 7 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Hub dengan klien : Kakak klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah sakit :
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek
klien mengatakan sejak 3 hari sebelum klien masuk rumah
sakit cucunya BAB lebih dari 3 (tiga) kali sehari. Usaha yang
65
dilakukan nenek klien untuk mengatasi keluhan tersebut adalah
dengan memberikan oralit tetapi keluhan tidak teratasi. Melihat
kondisi cucunya saat itu yang masih BAB lebih dari 3 (tiga)
kali sehari dan berbaring lemah, nenek klien berinisiatif
membawa klien di RSUD Majalaya namun tidak mempunyai
biaya untuk pengobatan klien sehingga meminta bantuan pada
tetangganya untuk membantu pengobatan klien, namun tidak
ada perubahan dan pada tanggal 28 Februari 2016, nenek klien
dan tetangganya membawa klien di Rumah Sakit dr. Hasan
Sadikin Bandung untuk dilakukan perawatan.
(2) Keluhan Utama : BAB lebih dari 3 kali sehari
(3) Riwayat keluhan utama :
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek
klien mengatakan cucunya BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi feses cair, berbusa dan berampas serta berwarna
kehijauan dan penyebabnya tidak diketahui. Keluhan yang
menyertai yaitu lemah.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Riwayat Antenatal Care (ANC)
(a) Nenek klien mengatakan Ibu klien melakukan perawatan
kehamilan sejak usia 3 (tiga) bulan.
(b) Nenek Klien mengatakan Ibu klien memeriksakan
kehamilannya 2 bulan sekali sejak usia kehamilan 3 bulan.
66
(c) Tempat pemeriksaan kehamilan di Puskesmas
(d) Nenek klien mengatakan keluhan Ibu klien selama hamil
yaitu mengidam, mual dan muntah.
(e) Nenek klien mengatakan pola makan Ibu klien selama
hamil cukup baik.
(f) Lamanya hamil 9 bulan 6 hari
(g) Nenek klien mengatakan selama hamil ibu klien belum
pernah dirawat di rumah sakit.
(2) Riwayat Intranatal Care (INC)
(a) Nenek klien mengatakan bahwa ibu klien melahirkan
anaknya di rumah sendiri.
(b) Nenek klien mengatakan proses kelahiran klien ditolong
oleh bidan.
(c) Nenek klien mengatakan proses persalinan ibu klien normal
dan lamanya partus + 1 jam.
(d) Jenis pertolongan persalinan spontan
(e) Nenek klien mengatakan klien lahir tanpa ada penyulit/
komplikasi selama melahirkan.
(3) Riwayat Post Natal Care (PNC)
(a) Nenek klien mengatakan keadaan klien waktu lahir baik
dan sehat.
(b) Nenek klien mengatakan BB klien waktu lahir adalah 2.700
gr (2,7 kg) dan panjang badan 48 cm.
67
(c) APGAR score tidak di ketahui.
(d) Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan
imunisasi.
(e) Nenek klien mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan dan tidak ada riwayat keracunan.
(f) Nenek klien mengatakan cucunya tidak mempunyai riwayat
alergi baik terhadap makanan, minuman maupun obat –
obatan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
(2) Nenek klien mengatakan bahwa kedua orang tua klien
pendidikannya SD dan bekerja merantau.
(3) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit malnutrisi seperti marasmus, kwashiorkor
dan penyakit malnutrisi lainnya.
G I
G II
G III
Bagan 1. Genogram 3 Generasi
? ?
35
??
25
? ?
5
65
7
x
? x
5
68
Keterangan :
: Laki – laki : Tinggal serumah
: Perempuan X : Meninggal
? : Usia tidak diketahui : Hubungan pernikahan
: Klien : Garis Keturunan
d) Riwayat Imunisasi
Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan
imunisasi.
e) Riwayat Tumbuh Kembang
(1) Pertumbuhan Fisik Anak
(a) Berat badan saat lahir 2.700 gr (2,7 kg)
(b) Berat badan saat ini 9 kg
(c) Panjang badan saat lahir 48 cm
(d) Panjang badan saat ini 72 cm
(e) Usia mulai tumbuh gigi 6 bulan.
(2) Perkembangan Anak
(a) Mampu mengangkat kepala dan bahu : 5 bulan
(b) Berguling : 8 bulan
(c) Duduk dengan mantap tanpa sokongan : 11 bulan
(d) Mulai menggenggam objek dengan tangan : 12 bulan
(e) Duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan : 14 bulan
(f) Berjalan tanpa bantuan dan memanjat tangga : 17 bulan
(g) Berlari secara kikuk : 21 bulan
69
(h) Berlari dengan seimbang dan menendang bola tanpa
gangguan keseimbangan : 27 bulan
(i) Melompat dengan kedua kaki : 32 bulan
(j) Mengendarai sepeda roda tiga kotak : 40 bulan
(k) Menuruni tangga dengan kaki bergantian : 52 bulan
(l) Meloncat dan melompat : 64 bulan
Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan
perkembangan klien lambat dan tidak sesuai dengan
perkembangan anak seusianya. Nenek klien juga mengatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan klien berbeda dengan
tahapan perkembangan saudaranya. Nampak pertumbuhan dan
perkembangan terganggu.
f) Riwayat Nutrisi
(1) Riwayat Pemberian ASI
(a) Pertama kali disusui : setelah lahir
(b) Waktu pemberian : tidak menentu
(c) Cara pemberian : berbaring disisi bayi atau dengan
cara duduk memangku bayi
(d) Lamanya pemberian: 1 bulan
(2) Pemberian Susu Formula
(a) Alasan pemberian : anak sudah tidak menyusui dengan
ASI.
(b) Jumlah pemberian : 400-500 ml / hari
(c) Cara pemberian : menggunakan dot
70
(3) Pemberian Makanan Tambahan
(a) Pertama kali di berikan pada usia 1 bulan
(b) Jenis makanan tambahan adalah SUN
(4) Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Tabel 11. Pola Perubahan Nutrisi
No. Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1.
2.
3.
4.
0 bulan
1 bulan
11 bulan
25 bulan
ASI
Susu formula + SUN
Susu + menu keluarga
Susu (kadang-kadang) + air
putih + menu keluarga
(Nasi, ikan dan sayur) tapi
jarang sampai sekarang.
1 bulan
10 bulan
24 bulan
Sampai sekarang
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
c) Tanda-Tanda Vital :
(1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
(2) Nadi : 98x/menit
(3) Suhu badan : 36,6 °C
(4) Pernapasan : 28 x/menit
d) Pemeriksaan Antropometri
(1) Tinggi badan : 72 cm
(2) Berat badan : 9 kg
(3) Lingkar kepala : 48 cm
(4) Lingkar lengan atas : 11 cm
(5) Lingkar perut : 42 cm
71
BMI : BB
(TB)2
9 = 9 = 17, 36
(72)2
0,5184
BMI : 17,36 kg/m (kurus)
e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
(1) Sistem Integument
Rambut nampak tipis, jarang, kaku dan kemerahan seperti
rambut jagung, rambut nampak kusam dan berminyak serta
distribusi rambut tidak merata, wajah nampak seperti orang
tua, warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti
orang tua dan turgor kulit jelek, tidak ada nyeri tekan, kulit
teraba lengket dan akral teraba hangat dengan suhu 36,60
c,
fungsi peraba klien baik dimana klien dapat membedakan
sensasi panas, dingin, tajam dan kasar.
(2) Sistem Pernapasan
Bentuk dada normal, perbandingan antara diameter anterior
posterior dengan diameter transversal 1 : 2, tidak terdapat
adanya retraksi dinding dada, tidak terdapat penggunaan otot-
otot bantu pernapasan, irama napas reguler, frekuensi napas 28
x/menit, tidak terdapat adanya nyeri dada dan pembengkakan
pada dada, ekspansi paru simetris, perkusi paru terdengar
resonan, bunyi napas vesikuler dan tidak ada bunyi suara
nafas tambahan seperti ronchi atau wheezing.
72
(3) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat
peningkatan vena jugularis (JVP), CRT > 3 detik, nadi karotis
teraba, nampak ictus kordis dan teraba pada ICS V garis
midklavikula kiri, perkusi jantung pekak, auskultasi terdengar
bunyi jantung Lup (S1) terdengar pada ICS 4 & 5 garis
midklavikula kiri dan bunyi jantung Dup (S2) terdengar pada
ICS 2 daerah parasternal kanan dan kiri dan tidak ada bunyi
jantung tambahan/mur-mur.
(4) Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, tidak ada lesi atau peradangan, gigi
nampak kotor, tidak ada karies, tidak ada stomatitis, tidak ada
perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap, lidah bersih dan
berwarna merah, pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan
faring merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks
menelan baik dimana klien tidak mengalami kesulitan
menelan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien dapat
merasakan rasa manis, asin, asam dan pahit, abdomen nampak
buncit, klien nampak kurus, bising usus 7 x/menit, perkusi
abdomen hipertimpani pada daerah epigastrium, tidak teraba
adanya pembesaran hati dan limpa dan tidak terdapat nyeri
tekan pada abdomen.
73
(5) Sistem Pengindraan
(a) Mata
Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat membuka dan
menutup, mata nampak cekung, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, refleks pupil (+) dan isokor, klien
dapat menggerakan bola mata kesegala arah seperti
kebawah, atas dan dalam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada peningkatan TIO, fungsi
penglihatan baik dimana klien dapat melihat papan nama
perawat dan menyebut warnanya dengan jarak 30 cm.
(b) Telinga
Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi pada
telinga, tidak ada serumen, perdarahan atau peradangan
pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan dan
pembengkakan pada telinga, fungsi pendengaran klien
baik dimana klien dapat mendengar suara gesekan rambut.
(c) Hidung
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
sekret, tidak ada epitaksis/perdarahan pada hidung, tidak
ada pembengkakan dan nyeri tekan, fungsi penciuman
klien baik dimana klien dapat membedakan antara bau
parfum dan minyak gosok.
74
(d) Mulut
Mukosa bibir kering, gigi nampak kotor, tidak ada lesi
atau peradangan, tidak ada karies, tidak ada stomatitis,
tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap,
lidah bersih dan berwarna merah, pergerakan lidah
kesegala arah, palatum dan faring merah muda dan lunak,
tidak ada sianosis, refleks menelan baik dimana ketika
klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak mengalami
kesulitan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien
dapat merasakan rasa manis, asin, dan pahit.
(e) Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti
orang tua dan turgor kulit jelek, kulit teraba lengket dan
akral teraba hangat dengan suhu 36,60
c, fungsi peraba
klien baik dimana klien dapat membedakan sensasi panas,
dingin, tajam dan kasar.
(6) Sistem Persarafan
(a) Fungsi Serebral
i. Status mental : orientasi klien terhadap orang, tempat
dan waktu baik dibuktikan dengan klien mengenal
neneknya dan klien mampu menyebutkan tempat
klien berada sekarang.
ii. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
75
iii. Bicara : baik klien dapat menyebutkan dua benda
yang ditunjukan yaitu pulpen dan jam tangan dan
klien dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
(b) Sistem Saraf Kranial
i. N I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman klien baik dimana klien dapat
membedakan antara bau parfum dan minyak gosok.
ii. N II (Optikus)
Fungsi penglihatan klien baik dimana klien dapat
melihat papan nama perawat dan menyebut warnanya
dengan jarak 30 cm.
iii. N III, N IV, N VI (Okulomotorius, Troklearis,
Abdusen).
Kontraksi pupil : isokor (miosis), mata nampak
cekung dan gerakan kelopak mata baik dimana
kelopak mata klien dapat membuka dan menutup,
klien dapat menggerakan bola mata kesegala arah
seperti kebawah, atas dan dalam.
iv. N V (Trigeminus)
Klien dapat membedakan sensasi halus dan kasar,
tidak ada gangguan dalam mengunyah dan tidak
terjadi paralisis pada otot wajah.
76
v. N VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi, keadaan alis simetris
dan dapat mengangkat alis.
vi. N III (Akustikus/Auditorius)
Fungsi pendengaran klien baik dimana klien dapat
mendengar suara gesekan rambut dan klien dapat
mendengar suara dan melakukan perintah.
vii. N IX (Glosofaringeus)
Refleks menelan dan refleks muntah baik dimana
ketika klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak
mengalami kesulitan.
viii. N X (Vagus)
Klien dapat membuka mulut dan dapat berbicara
dengan jelas.
ix. N XI (Asesorius)
Klien dapat memalingkan/menoleh ke kiri dan ke
kanan serta klien dapat mengangkat bahu.
x. N XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakan lidahnya ke samping/segala
arah.
(c) Fungsi sensorik
Klien dapat berespon terhadap rangsangan nyeri dan suhu.
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus
AsuhanMarasmus

More Related Content

What's hot (15)

Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Kti dahlia
Kti dahliaKti dahlia
Kti dahlia
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
 
Kti dwi
Kti dwiKti dwi
Kti dwi
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti fidartin
Kti fidartinKti fidartin
Kti fidartin
 
Kti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataKti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramata
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti hasriani
Kti hasrianiKti hasriani
Kti hasriani
 
Kti nur fitrianingsih akbid paramata
Kti nur fitrianingsih akbid paramataKti nur fitrianingsih akbid paramata
Kti nur fitrianingsih akbid paramata
 

Viewers also liked

English for Carers: Polite introductions in the nursing home
English for Carers: Polite introductions in the nursing homeEnglish for Carers: Polite introductions in the nursing home
English for Carers: Polite introductions in the nursing homeVirginia Allum
 
English for nursing i – ii
English for nursing i – iiEnglish for nursing i – ii
English for nursing i – iiJuan Sánchez
 
Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)
Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)
Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)Andy Nuriyanto
 
WRITING : NURSING ASSESSMENT
 WRITING : NURSING ASSESSMENT WRITING : NURSING ASSESSMENT
WRITING : NURSING ASSESSMENTpjj_kemenkes
 
Bahasa inggris I semester 3 Keperawatan
Bahasa inggris I semester 3 KeperawatanBahasa inggris I semester 3 Keperawatan
Bahasa inggris I semester 3 Keperawatanpjj_kemenkes
 
Check your english_vocabulary_for_medicine
Check your english_vocabulary_for_medicineCheck your english_vocabulary_for_medicine
Check your english_vocabulary_for_medicineElizabeth Hb
 
HANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISH
HANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISHHANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISH
HANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISHUtai Sukviwatsirikul
 
Cambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and Students
Cambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and StudentsCambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and Students
Cambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and StudentsMikepFive
 
English for The Professional Nurse
English for The Professional NurseEnglish for The Professional Nurse
English for The Professional NurseVanda Eva
 

Viewers also liked (18)

English for Carers: Polite introductions in the nursing home
English for Carers: Polite introductions in the nursing homeEnglish for Carers: Polite introductions in the nursing home
English for Carers: Polite introductions in the nursing home
 
Rpp bahasa inggris
Rpp bahasa inggrisRpp bahasa inggris
Rpp bahasa inggris
 
B.inggris 2
B.inggris 2B.inggris 2
B.inggris 2
 
Topic3 1
Topic3 1Topic3 1
Topic3 1
 
B.inggris 1
B.inggris 1B.inggris 1
B.inggris 1
 
B.inggris 1
B.inggris 1B.inggris 1
B.inggris 1
 
Topic2 2
Topic2 2Topic2 2
Topic2 2
 
Topic 2 1
Topic 2 1Topic 2 1
Topic 2 1
 
English for nursing i – ii
English for nursing i – iiEnglish for nursing i – ii
English for nursing i – ii
 
Sap bahasa inggris AKPER PEMKAB MUNA
Sap  bahasa inggris AKPER PEMKAB MUNA Sap  bahasa inggris AKPER PEMKAB MUNA
Sap bahasa inggris AKPER PEMKAB MUNA
 
Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)
Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)
Modul English 1 (BABAK 2 - NURSING ASSESSMENT - WRITING)
 
WRITING : NURSING ASSESSMENT
 WRITING : NURSING ASSESSMENT WRITING : NURSING ASSESSMENT
WRITING : NURSING ASSESSMENT
 
Bahasa inggris I semester 3 Keperawatan
Bahasa inggris I semester 3 KeperawatanBahasa inggris I semester 3 Keperawatan
Bahasa inggris I semester 3 Keperawatan
 
Check your english_vocabulary_for_medicine
Check your english_vocabulary_for_medicineCheck your english_vocabulary_for_medicine
Check your english_vocabulary_for_medicine
 
HANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISH
HANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISHHANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISH
HANDBOOK OF MEDICAL CONVERSATION ENGLISH
 
Cambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and Students
Cambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and StudentsCambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and Students
Cambridge Medical English - Medical English for Doctors, Nurses and Students
 
Professional english in_use_medicine
Professional english in_use_medicineProfessional english in_use_medicine
Professional english in_use_medicine
 
English for The Professional Nurse
English for The Professional NurseEnglish for The Professional Nurse
English for The Professional Nurse
 

Similar to AsuhanMarasmus

MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...Warnet Raha
 

Similar to AsuhanMarasmus (20)

Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti iksan
 
Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti iksan
 
Kti la ode safar
Kti la ode safarKti la ode safar
Kti la ode safar
 
Kti wa runia
Kti wa runiaKti wa runia
Kti wa runia
 
Kti AKPER wa runia
Kti AKPER  wa runiaKti AKPER  wa runia
Kti AKPER wa runia
 
Kti fidartin
Kti fidartinKti fidartin
Kti fidartin
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
 
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Kti mirda akbid paramata alumni  2015Kti mirda akbid paramata alumni  2015
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H DENGAN PERDAR...
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti ita ariani
 
Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti ita ariani
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024DarmiePootwo
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptnugrohoaditya12334
 
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan PerusahaanMateri Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan PerusahaanAlexSakthi
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxvickrygaluh59
 
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialInvestment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialValenciaAnggie
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptxerlyndakasim2
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxFORTRESS
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptxerlyndakasim2
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercayaunikbetslotbankmaybank
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptxFORTRESS
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYALex PRTOTO
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelHaseebBashir5
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangRadhialKautsar
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)DenniPratama2
 

Recently uploaded (20)

WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
 
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan PerusahaanMateri Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
 
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialInvestment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
 

AsuhanMarasmus

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH (5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna IRHAM NIM : 13.1 DISUSUN OLEH : LISRAWATI NIM : 13.13.1112 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH (5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna IRHAM NIM : 13.1 DISUSUN OLEH : LISRAWATI NIM : 13.13.1112 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH (5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna IRHAM NIM : 13.1 DISUSUN OLEH : LISRAWATI NIM : 13.13.1112 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016
  • 2. ii HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini berjudul : “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. Telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan dewan penguji. Raha, Juni 2016 Pembimbing ASMALIA, S.Kep.,Ns., M.Kes NIP. Mengetahui, Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep NIP. 19800212 200312 2 006
  • 3. iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Pada Tanggal 2 Juli 2016 DEWAN PENGUJI 1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ ) 2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................) 3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ ) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemkab Muna Raha, 2 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 19800212 200312 2 006 iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Pada Tanggal 2 Juli 2016 DEWAN PENGUJI 1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ ) 2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................) 3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ ) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemkab Muna Raha, 2 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 19800212 200312 2 006 iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Pada Tanggal 2 Juli 2016 DEWAN PENGUJI 1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ ) 2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................) 3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ ) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemkab Muna Raha, 2 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 19800212 200312 2 006
  • 4. iv ABSTRAK Latar Belakang, berdasarkan hasil medical record di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai dengan Desember 2015, pasien dengan Marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit terbesar, namun menempati urutan kelima belas dengan jumlah penderita 9 orang (0,65%) tetapi sangat memprihatinkan sehingga memerlukan penanganan yang serius. Tujuan, dari Karya Tulis Ilmiah ini untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas dan pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan kepada anak dengan Marasmus secara komprehensif mencakup bio, psiko, social dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat keperawatan. Metode, yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan berdasarkan pendekatan suatu proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Hasil, setelah 4 hari di laksanakan tindakan keperawatan di mulai dari tanggal 01 sampai dengan 04 Maret 2016, dari hasil pengkajian didapatkan ada 8 diagnosa keperawatan yaitu kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, kecemasan keluarga, resiko kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi. Dari hasil evaluasi keperawatan, dari 8 masalah yang ditemukan ada 3 diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu yaitu kekurangan volume cairan, defisit perawatan diri dan kecemasan keluarga dan 5 diagnosa yang belum teratasi yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, intoleransi aktivitas, resiko kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi, namun sudah ada kemajuan. Hal ini terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda - beda dalam proses penyembuhan. Kesimpulan, tercapainya penyembuhan dari penyakit diperlukan evaluasi secara berkelanjutan dan terarah dengan adanya catatan perkembangan serta pengelolaan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif serta kerja sama antara perawat, klien, orang tua, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
  • 5. v KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Dalam penyusunan studi kasus ini penulis banyak mendapat hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, yang terhormat kepada : 1. Ibu dr. Ayi Djembarsari, MARS Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan pada Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akper Pemkab Muna. 3. Ibu Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes Selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Ibu Harnia, S.Kep,Ns selaku penguji praktek klinik di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. 5. Ibu Iis Suhaeni AMK, Sebagai CI serta semua staf ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung,
  • 6. vi yang telah memberikan arahan dan masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Anak S untuk penyusunan laporan studi kasus ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 7. Klien Anak S dan nenek klien yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan. 8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak La Kae (Alm) dan Ibu Wa Ngkurami yang tercinta yang telah mengasuh, memberikan motivasi serta pengorbanan materi yang tidak terhingga selama penulis mengikuti pendidikan dan Saudaraku Bapak Rui, S.pd & Pratu Kopasus Syariflan yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril maupun materil selama mengikuti pendidikan. 9. Spesial untuk teman-temanku di Akper Pemkab Muna khususnya Irham, Erwin, Nur khalida, Majid, Irna dewi, Lm. Sarifudin, Ld. Ganirudin, Lm. Safar, Isra wati, Tika yuslindah, Rismawati, Ramlawati, Juni, Samlin, Siti Alwarti dan rekan-rekan akper pemkab muna. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Demikian dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan anak dengan Marasmus dan Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikannya dalam mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini. Raha, Juni 2016 Penulis
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..... I HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..... Ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. Iii ABSTRAK………………………………………………………….…………. Iv KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. V DAFTAR ISI …………………………………………………………………. Vii DAFTAR TABEL ……………….…………………………………………… X DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… DAFTAR BAGAN …………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… MOTTO……………………………………………………………………….. Xii xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………..……………….…………………... B. Ruang Lingkup Pembahasan ………………….………………….……….. C. Tujuan ...................……………………........................................................ D. Manfaat ......................................................................................................... E. Metode Telaahan .......................................................................................... F. Waktu Pelaksanaan ....................................................................................... G. Tempat Pelaksanaan ................................................................................... H. Sistematika Telaahan..................................................................................... 1 5 5 6 7 8 8 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK M DENGAN MALFORMASI ANOREKTAL (MAR) A. Konsep Dasar ............................…………………………………………... 1. Pengertian ……………………………………………………………. 2. Anatomi Fisiologi sistem pencernaan…….......……………………… 11 11 12
  • 8. viii 3. Etiologi ………………………………………………………………. 4. Patofisiologi ………………………………………………………….. 5. Tanda dan Gejala …………………………………………………….. 6. Klasifikasi ……………………………………………………………. 7. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………… 8. Penatalaksanaan Medis .……………………………………………… 9. Komplikasi …………………………………………………………... 10. Penyimpangan KDM ………………………………………………… B. Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan ...........……………………... 1. Pengkajian …………………………………………………………... 2. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………. 3. Perencanaan ..………………………………………………………… 4. Implementasi ……………………………………………………........ 5. Evaluasi ……………………………………………………………... 26 27 28 29 30 31 35 36 37 37 55 56 61 62 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kasus ………………………………………………….................. 1. Pengkajian …………………………………………………………… a. Pengumpulan data ………………………………………….…… b. Klasifikasi data ………………………………………………….. c. Analisa data …………………………………………………....... d. Prioritas Masalah .……………………………………………….. 2. Diagnosa keperawatan ……………………………………………….. 3. Perencanaan...............................……………………………………… 4. Implementasi dan evaluasi ………………………………………....... 5. Catatan perkembangan ……………………………………………… B. Pembahasan 1. Pengkajian …………………………………………………………... 2. Diagnosa keperawatan ………………………………………………. 63 63 63 82 84 88 92 97 103 112 125 125 127
  • 9. ix 3. Perencanaan ……………………………………………………......... 4. Implementasi ………………………………………………………... 5. Evaluasi ……………………………………………………………... 130 132 134 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 135 137 A. Kesimpulan ................................................................................................. B. Rekomendasi ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
  • 10. x DAFTAR TABEL Halaman 1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Gedung Kemuning Lantai I Ruang Kenanga ……………………………………………………………….. Kecukupan Energi dan Protein yang Dianjurkan ……………………... Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan ………………………………... Pengukuran Antropometri Usia 0-60 Bulan …………………………… Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori……………………………. Intervensi dan Rasional Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh ……………………………….. Intervensi dan Rasional Kerusakan Integritas Kulit ………………… Intervensi dan Rasional Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan……………………………………………………… Intervensi dan Rasional Defisiensi Pengetahuan ……………………. Intervensi dan Rasional Resiko Infeksi …………………………….. Pola Perubahan Nutrisi ……………………………………………… Pola Aktivitas Sehari – hari …………………………………………. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ……………………………………. Analisa Data …………………………………………………………… Rencana Asuhan Keperawatan ………………………………………. Implementasi dan Evaluasi …………………………………………….. 4 30 42 46 47 57 58 59 60 61 71 79 81 84 97 103
  • 11. xi 17 Catatan Perkembangan ………………………………………………… 112
  • 12. xii DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Anatomi Sistem Pencernaan …………………………………………….. 12
  • 13. xiii DAFTAR BAGAN Halaman 1. Penyimpangan KDM ……………………………………………………. 36 2. Genogram 3 Generasi ………………………………………………….... 68
  • 14. xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 : : : : : Rencana penyuluhan Satuan acara penyuluhan Materi penyuluhan Leaflet Lembar konsultasi
  • 15. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan harus didukung oleh pelayanan kesehatan yang komprehensif, termasuk pelayanan keperawatan (KemenKes RI, 2015). Sistem layanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan individu dan masyarakat. Layanan kesehatan terdepan bukan semata berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Dalam sistem ini, kita tidak lagi menekankan upaya kuratif, melainkan upaya promotif dan preventif. Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan pelayanan yang baik adalah peningkatan angka kematian balita yang disebabkan kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi / malnutrisi diantaranya marasmus (Asmadi, 2008).
  • 16. 2 Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Marasmus ini dapat menyebabkan perubahan berat badan menjadi kurus, turgor kulit jelek, kulit keriput tampak seperti orang tua, ubun-ubun besar dan cekung, perut buncit dan diare sehingga akan berdampak pada malnutrisi kronik, hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan mudah terkena penyakit infeksi. Dampak yang lebih serius dari marasmus ini adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik maupun mental sehingga anak mengalami penurunan kecerdasan dan terjadi atropi otot karena hilangnya lapisan subkutan. Jika hal ini tidak segera ditangani maka dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian balita (Hidayat, 2012). Angka kesakitan dan kematian gizi buruk atau malnutrisi pada balita relatif sering terjadi. Data WHO menunjukkan bahwa insiden kejadian Gizi buruk akut atau malnutrisi terdapat 49 % dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak di bawah lima tahun di negara berkembang. Kasus kekurangan gizi tercatat 50 % anak –anak di Asia. Menurut UNICEF tahun 2008, ada sekitar 40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Pada tahun 2013 di Amerika Serikat terdapat 1,7 juta diantara 19 juta anak usia di bawah lima tahun (balita) menderita gizi buruk (Puspitawati & Sulistyarini, 2013).
  • 17. 3 Angka prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Hasil Riskesdas menunjukkan adanya peningkatan prevalensi balita gizi kurang dan buruk secara nasional, prevalensi berat dan kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 %, terdiri 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Mencuatnya kembali mengenai balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukan sistem surveilans dan penanggulangan dari berbagai instansi belum optimal. Pasien – pasien yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi status gizi buruk juga semakin meningkat (Liansyah, 2015). Insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi diantaranya 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU dr. Pirngadi Medan yang terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Angka kejadian marasmus yang dirawat di Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan di RSU di dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Liansyah, 2015).
  • 18. 4 Adapun distribusi 10 penyakit terbesar yang dirawat di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Distribusi 10 Penyakit Terbesar yang dirawat di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung pada Periode Januari sampai dengan Desember 2015 No Penyakit Jumlah Presentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 Chemotherapy session for neoplasm Bronchopneumonia unspecified Other prophylactic chemoterapi Bacterial sepsis of newborn Aplastic anemia, unspecified Acute lymphoblastic leukimia Typhoid lever (infection due to salmonella thypi ) Pateut ductus arteriosus Dengue haemorrhagis lever Very low Birth Weight ( VLBW ) Marasmus 671 190 110 62 61 59 55 54 53 42 9 49,44 14,01 8,10 4,56 4,49 4,34 4,05 3,97 3,91 3,09 0,65 Jumlah 1366 100% Sumber : Medical Record Di Ruang Kenanga Gedung Kemunin Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Januari sampai dengan Desember 2015 Dari tabel I. di atas terlihat bahwa dari 1.366 jumlah pasien di Ruang Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, penderita penyakit marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit terbesar tetapi terdapat pada urutan ke lima belas (15) dengan jumlah penderita sebanyak 9 orang (0,65 %), namun sangat memprihatinkan sehingga memerlukan penanganan yang serius. Melihat keadaan diatas penulis tertarik untuk menulis karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
  • 19. 5 B. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah yang di bahas yaitu “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana tindakan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan Perkembangan. C. Tujuan 1. Tujuan umum Memperoleh gambaran yang jelas dan pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada Anak S Usia Pra sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus secara komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat keperawatan. 2. Tujuan khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spritual yang dimulai dengan pengumpulan data, analisa data pada Anak dengan Marasmus. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah pada anak dengan Marasmus. c. Mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan pada anak dengan Marasmus.
  • 20. 6 d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan pada anak dengan Marasmus. e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak dengan Marasmus. f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan Marasmus. D. Manfaat 1. Bagi Rumah Sakit Adapun manfaat yang diharapkan kepada pihak rumah sakit bahwa dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit khususnya perawat dalam penerapanan asuhan keperawatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada anak dengan Marasmus maupun untuk bahan penelitian lebih lanjut. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan menjadi bahan masukan dalam mempelajari asuhan keperawatan pada anak dengan Marasmus khususnya dalam pelaksanaan perkuliahan dan dalam proses pendidikan. 3. Bagi Profesi Sebagai bahan masukan bagi rekan–rekan sejawat dalam melakukan penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu asuhan keperawatan anak dengan Marasmus.
  • 21. 7 4. Bagi Penulis Sebagai acuan berfikir dalam melaksanakan asuhan keperawatan & Menambah wawasan dan keterampilan dalam penerapan proses asuhan keperawatan pada anak dengan Marasmus. E. Metode Telaahan Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Wawancara Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak. 2. Observasi Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual. 3. Pemeriksaan Fisik Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga dapat dijadikan data objektif yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
  • 22. 8 4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status klien yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu untuk dijadikan salah satu dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 5. Studi Kepustakaan Mengumpulkan informasi dan bahan – bahan bacaan dari berbagai buku- buku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien (Nursalam, 2013). F. Waktu Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 04 Maret 2016. G. Tempat Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. H. Sistematika Telaahan Untuk memahami apa yang ada dalam Karya Tulis ini, maka penulis menguraikan dalam beberapa bab dan sub bab dengan susunan sebagai berikut :
  • 23. 9 BAB I : Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan, dan Sistematika Telaahan. BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak dengan Marasmus, bab ini menguraikan tentang konsep dasar yang meliputi Pengertian, Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Klasifikasi, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi, Penyimpangan KDM dan Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini berisikan laporan kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan Pada Anak S usia pra sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dan Pembahasan berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan keperawatan secara tinjauan teoritis yang dilakukan serta perbandingan antara teori dan kasus nyata terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan perkembangan yang tersusun secara sistematis berdasarkan tahapan proses keperawatan.
  • 24. 10 BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan Kesimpulan dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap masalah yang ditemukan.
  • 25. 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MARASMUS A. Konsep Dasar 1. Pengertian Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus (Nurarif & Kusuma, 2015). Marasmus atau Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kurang asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama dan disebabkan oleh factor langsung dan tidak langsung (Depkes, 2003 dikutip dalam Sari, 2013). Marasmus atau lebih dikenal dengan malnutrisi energi protein adalah suatu keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori (Hidayat, 2012). Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat badan yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh.
  • 26. 12 2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan a. Anatomi Sistem Pencernaan Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan Sumber : (Smeltzer & Bare, 2002). Saluran pencernaaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut/oris sampai anus (Syaifuddin, 2006). Secara sistematis sistem pencernaan terdiri dari sistem pencernaan atas dan sistem pencernaan bawah.
  • 27. 13 1) Sistem pencernaan bagian atas a) Mulut Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian yaitu : (1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi. (2) Bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisi- sisinya oleh tulang maxilaris, palatum, mandibularis serta di sebelah belakang bersambung dengan awal faring (Syaifuddin, 2006). Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis- lapis, di bawahnya terletak kelenja-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Kemudian selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut (Syaifuddin, 2006). Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu : (a) Palatum durun (palatum keras) yang tersusun atas tajuk- tajuk palatum dan sebelah depan tulang maxilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum.
  • 28. 14 (b) Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. Setelah makanan dicerna dimulut maka makanan tersebut ditelan dengan gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan gigi, lidah dan kelenjar ludah melalui belakang mulut masuk ke dalam faring (Syaifuddin, 2006). b) Faring Faring (tekak) Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi (Syaifuddin, 2006). Setelah makanan masuk ke faring maka palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi otot-ototnya dan otot konstriktor faring menangkap makanan dan mendorongnya masuk ke esophagus, pada saat ini pernapasan berhenti, jika tidak maka akan tersedak (Syaifuddin, 2006). c) Esophagus Esophagus merupakan sebuah tabung berotot atau saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
  • 29. 15 panjangnya 20-25 cm, dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung. Esofagus berdinding empat lapis. Lapisan dinding dari dalam ke luar yaitu lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung (Syaifuddin, 2006). d) Lambung Lambung (gaster) merupakan kantong besar yang terletak di bawah rusuk terakhir sebelah kiri. Lambung menerima makanan dari esophagus melalui erifisium kardia dan bekerja sebagai penimbun sementara. Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu kardiak (berdekatan dengan hati) berhubungan dengan esophagus, fundus (tengah) dan pylorus yang memiliki empat lapisan, yaitu Lapisan peritoneal, Lapisan berotot, Lapisan submukosa dan Lapisan mukosa. Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan sekret yaitu getah lambung. Di dalam getah lambung terdapat beberapa enzim pencernaan penting yaitu : (1) Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton (2) Renin adalah membekukan susu dan membentuk kasein dan karsinogen yang dapat larut
  • 30. 16 (3) Lipase berfungsi untuk memecahkan lemak (Syaifuddin, 2006). 2) Sistem pencernaan bagian bawah a) Usus halus Usus halus atau intestinum minora adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaaan dan absorbsi hasil pencenaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa terletak sebelah dalam, lapisan otot melingkar atau sirkuler, lapisan otot memanjang atau longitudinal dan lapisan serosa terletak sebelah luar). Usus halus terdiri dari : (1) Duodenum atau usus 12 jari Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Duodenum panjangnya sekitar 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada duodenum terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Di duodenum juga terdapat getah pankreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu : (a) Amilase berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida.
  • 31. 17 (b) Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak. (c) Tripsin mengubah protein dan pepton menjadi golongan polipeptida (Syaifuddin, 2006). (2) Yeyenum Panjangnya sekitar 7 meter, dalam Yeyenum berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Di dalam yeyenum, makanan masih mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh dinding usus, sehingga menjadi bubur yang sangat lembut dan encer (Syaifuddin, 2006). (3) Ileum Panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan yeyenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Dinding usus halus menghasilkan getah usus yang mengandung beberapa enzim, yaitu : (a) Enterokinase berfungsi untuk mengubah enzim tripsinogen yang dihasilkan pancreas menjadi tripsin. (b) Erepsin berfungsi untuk menyempurnakan pencernaan protein dengan mengubah polipeptida menjadi berbagai asam amino. (c) Intertase berfungsi untuk bekerja atas gula
  • 32. 18 (d) Lactase berfungsi untuk membelah lactose menjadi glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa dalam hati. (e) Maltose berfungsi untuk mengubah maltose menjadi dekstrose. (f) Sukrosa berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi monosakarida (Syaifuddin, 2006). b) Usus besar Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 1 /2 meter, lebarnya 5-6 cm dan merupakan sambungan dari usus halus mulai dari katub ilekolik atau ileoseikal yaitu tempat makanan lewat. Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Reflex ini menyebabkan defekasi atau buang air besar (Syaifuddin, 2006). Kolon sebagai kantong yang mekar dan terdapat apendiks vernivormis atau umbai cacing. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sini kolon naik melalui daerah kanan lumbal yang disebut asendens. Di bawah hati, berbelok pada tempat yang disebut flexura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilical sebagai kolon tranversum di bawah limfe ia membelok sebagai flexura sienalis dan berjalan melalui daerah
  • 33. 19 kanan lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoid atau kolon pelvis dan kemudian masuk ke pelvis besar menjadi rectum (Syaifuddin, 2006). Struktur kolon terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam 3 jalur yang memberi rupa berkerut- kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dan tidak memiliki vili, dalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubular dalam usus dan dilapisi oleh epithelium silinder yang memuat sel cangkir (Syaifuddin, 2006). Struktur rektum serupa yang ada pada kolon tepi dinding yang berotot tebal dan membran mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam anus ini terdapat otot interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya. Lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu: Selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan Jaringan ikat (Syaifuddin, 2006). Fungsi usus besar yaitu : (1) Absorbsi air, garam dan lemak (2) Sebagai populasi bakteri (3) Defekasi (Syaifuddin, 2006).
  • 34. 20 c) Hati Hati atau hepar merupakan organ yang paling besar di dalam tubuh kita. Warnanya coklat dan beratnya kira-kira 1 ½ kg. letaknya pada bagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama permukaan yaitu (1) Permukaan atas berbentuk cembung terletak di bawah diafragma (2) Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fisura tranfersus. Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati. Hati dibagi empat belahan yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus kuadrata dan lobus quadratus. Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta. Setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati (hematosit) yang berfungsi menyerap nutrient, oksigen dan racun dari darah (Syaifuddin, 2006). Fungsi hati antara lain : (1) Metabolisme karbohidrat (a) Gikolisis : pembentukan glukosa menjadi glikogen (b) Glikogenolisis : pembentukan glikogen menjadi glukosa
  • 35. 21 (c) Glukoneogenesis : pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat, tetapi dari protein dan lemak. (2) Metabolisme protein Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yang tidak dibutuhkan menjadi urea yang dikeluarkan dari sel hati kedalam darah dan disekresikan oleh ginjal dalam bentuk urine. (3) Metabolisme lemak Lemak diubah menjadi asam lemak dan giserol selain itu asam lemak dibawah menuju hati dalam darah porta dari usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel kecil yang dapat digunakan dalam proses metabolik (Syaifuddin, 2006). Selain fungsi hati sebagai regulator hampir semua metabolisme yang terjadi di dalam tubuh seperti metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, hati juga berfungsi sebagai tempat sintesa (pengeluaran) dari berbagai bagian protein, pembekuan darah, urea dan zat-zat lain yang sangat vital bagi tubuh. Yang paling penting dari organ ini adalah biang detoks atau penyaring dan pengeluaran racun yang masuk ke dalam tubuh. Selain fungsi tersebut, hati juga mengeluarkan beberapa enzim, dua diantaranya adalah SGOT dan SGPT ke dalam darah. Ketika sel hati mengalami kerusakan akibat sesuatu baik
  • 36. 22 virus atau gangguan lain, maka akan terjadi pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel hati ke darah sehingga terjadi peningkatan (Syaifuddin, 2006). d) Kandung empedu Kandung empedu adalah sebuah kantong organ berbentuk terong dan merupakan membran berotot, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3. Lapisan empedu terdiri dari lapisan luar serosa/parietal, lapisan otot bergaris, lapisan dalam mukosa/viseral disebut juga membran mukosa. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu : (1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak. (2) Berperan dalam pembuangan limbah dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol (Syaifuddin, 2006). (3) Pankreas Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limpa, dan beratnya rata- rata 60-90 gram. Pankreas terbentang pada vertebra lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
  • 37. 23 Fungsi pankreas yaitu : (1) Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit. (2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin. (3) Fungsi sekresi ekternal, cairan pankreas dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum. (4) Fungsi sekresi internal, sekresi yang di hasilkan oleh pulau-pulau langerhands sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah (Syaifuddin, 2006). b. Fisiologi Sistem Pencernaan Untuk melakukan fungsinya, semua sel memerlukan nutrien. Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat selulosa. 1) Pencernaan oral Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah, dimana makanan dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan atau bahkan melihat, mencium dan mencicipi makanan dapat menyebabkan reflex saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada
  • 38. 24 kecepatan kira-kira 1,5 liter setiap hari. Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase saliva yang dimulai pencernaan zat pati, juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan (Smeltzer & Bare, 2002). 2) Menelan Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat menelan dimedula oblongata dari sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan mencegah aspirasi makanan ke dalam paru-paru. Menelan mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas refleks. Otot halus di dinding esophagus berkontraksi dalam urutan irama dari esophagus ke arah lambung untuk mendorong lobus makanan masuk lambung. Akhirnya sfingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah reflex isi lambung ke dalam esofagus (Smeltzer & Bare, 2002). 3) Kerja lambung Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, mempunyai PH rendah, memperoleh keasamannya dari asam hiklorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi kelenjar asam yaitu : a) Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih mudah diabsrobsi. b) Untuk membantu distruksi kebanyakan bakteri pencernaan
  • 39. 25 Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai pencernaan protein. Faktor intrinsik disekresi oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi dengan Vitamin B12 dalam diet, sehingga Vitamin dapat diabsorbsi di dalam ileum. Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambung kearah pylorus Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati spingter pilorus, partikel ini di aduk kembali ke korpus lambung untuk dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil. Peristaltik dalam lambung dan kontraksi spingter pilorus memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus pada kecepatan yang memungkinkan absorpsi nutrien efisisen (Smeltzer & Bare, 2002). 4) Kerja usus halus Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus. Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan dalam gerakan mengaduk. Peristaltik usus mendorong isi usus tersebut kearah kolon (Smeltzer & Bare, 2002). 5) Kerja usus besar (Kolon) Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katub ileosekal. Katup ini secara normal tertutup, membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus.
  • 40. 26 Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolon dengan perlahan sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi efisiensi terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya kira-kira 12 jam (Smeltzer & Bare, 2002). 6) Defekasi Sebagian besar rektum tidak berisi feses, hal ini karena adanya spingter yang lemah ± 20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rektum serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rektum. Bila terjadi pergerakan massa ke rektum, kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi (Smeltzer & Bare, 2002). 3. Etiologi Marasmus atau gizi buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam asupan makanan. b. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan orang tua anak yang terganggu misalnya pemberian yang tidak efektif atau malformasi bawaan. c. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi.
  • 41. 27 d. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahuan ibu yang berperan terhadap kejadian malnutrisi. umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorbsi protein, hilangnya protein air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun dan penyakit hati (Nurarif & Kusuma, 2015). 4. Patofisiologi Kekurangan energi protein dan kalori (KEP) adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Jika terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
  • 42. 28 meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif. Dengan demikian, pada Kekurangan energi protein dan kalori dapat terjadi gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh (Hidayat, 2012). 5. Tanda dan Gejala Manifestasi klinik dari marasmus adalah sebagai berikut : a. Anak cengeng, rewel dan tidak bergairah b. Diare kronis atau persisten c. Mata besar dan dalam dan Ubun-ubun cekung d. Akral dingin dan tampak sianosis e. Wajah seperti orang tua f. Rambut tipis, jarang dan kusam g. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu h. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot i. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput, dan turgor kulit jelek. j. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas k. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun l. Vena superfisialis tampak lebih jelas m. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol n. Anoreksia (Nurarif & Kusuma, 2015).
  • 43. 29 6. Klasifikasi Klasifikasi gizi buruk atau KEP adalah sebagai berikut : a. Marasmus Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Pada marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi otot serta menghilangnya lemak di bawah kulit tanpa adanya edema. b. Kwashiorkor Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun asupan protein yang inadekuat yang ditandai dengan adanya edema diseluruh tubuh terutama kaki, tangan atau anggota badan lain. c. Marasmik – Kwashiorkor Tipe marasmik kwashiorkor merupakan gabungan beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus yang disertai dengan edema yang tidak mencolok (Liansyah, 2015). Seorang anak balita dikatakan Kekurangan Energi Protein (KEP) apabila tingkat konsumsi energi dan protein < 80 % AKG.
  • 44. 30 Kecukupan energi protein untuk anak balita perorang perhari menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini : Tabel 2. Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan Umur Energi (Kkal) Protein (gr) 0 - 6 bulan 550 10 7 – 12 bulan 650 16 1 – 3 tahun 1000 25 4 – 6 tahun 1550 39 Sumber : (Depkes 2005, dikutip dalam Sari, 2013) 7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan fisik b. Mengukur TB dan BB c. Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) d. Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita (Nurarif & Kusuma, 2015). e. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak). f. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, elektrolit, Hb dan Ht.
  • 45. 31 8. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan marasmus mengikuti 10 langkah utama penatalaksanaan gizi buruk yaitu sebagai berikut : a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan sering atau cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia Hiportemia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36 0 c Pada keadaan ini harus di hangatkan dengan cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu di tutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan slimut tebal dan meletakan lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan di lakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap di bungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada kaadaan hipotermia. c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan Tanda klinis yang sering di jumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi ada riwayat, anak sangat kehausan, mata cekung, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama. Tindakan yang dapat dilakukan :
  • 46. 32 (1) Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap ½ jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan ) setiap 30 menit dengan sendok makan. (2) Jika tidak ada personal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5 % dan Nacl perbandingan 1 : 1 d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit pada semua KEP berat atau gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektolit di antaranya : (1) Kelebihan natrium (Na) tubuh walaupun kadar Na plasma rendah. (2) Defisiensi kalium dan Magnesium (Mg). Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk pemulihan keseimbangan elektrolit di perlukan waktu minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam atau rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang di encerkan 2 x ( dengan Pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat.
  • 47. 33 e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi. Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin di berikan antibiotik spektrum luas. f. Pemberian makanan, balita KEP berat Pemberian diet KEP berat dibagi 3 Fase : (1) Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) Pada fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati- hati karena keadaan faal anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatis berkurang, pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak di rawat sehingga energi protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja, formula khusus seperti formula WHO. 75/ modifikasi/ modisko ½ yang dilanjutkan dan jadwal pemberian makanan harus di susun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persaratan sebagai berikut : porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkl/ kilogram perhari, protein 1-1,5 gram/ kilogram bb/ hari, cairan 130 ml/kg/bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg/bb/ hari), bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula. (2) Fase transisi (minggu II) (a) Pemberian makanan pada fase transisi di berikan secara perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung yang dapat
  • 48. 34 terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak. (b) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0,9 – 1,0 gr/ 100). Dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 24 jam. Modifikasi bubur/ makanan keluarga dapat digunakan asal kandungan energi dan protein sama. (c) Naikan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya hanya tercapai jumlah 30 ml/ kg bb/kali pemberian (200 ml/ kg bb/hari). (3) Fase rehabilitasi (minggu III-VII) (a) Formula WHO – F 135/ Pengganti/ modisko ½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering. (b) Energi : 150-220 kkal/kg bb/hari. (c) Protein : 4-6 kg/ kkal/kg bb/ hari. (d) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar. (e) Secara perlahan di perkenalkan makanan keluarga. g. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro dengan berikan setiap hari : (1) Tambahan multivitamin lain
  • 49. 35 (2) Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/ sirup besi. (3) Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosisi tunggal. (4) Vitamin A oral 1 kali. (5) Dosis tambahan disesuaikan dengan buku pedoman pemberian kapsul vitamin A. h. Berikan stimulasi dan dukungan emosional i. Persiapan untuk tidak lanjut Bila BB anak sudah berada digaris warna kuning anak dapat dirawat dirumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan, puskesmas/ bidan di desa (Nurarif & Kusuma, 2015). 9. Komplikasi a. Infeksi tuberculosis b. Malnutrisi kronik c. Gangguan tumbuh kembang. d. Hipoglikemia e. Hipotermia f. Dehidrasi g. Gangguan keseimbangan elektrolit (Liansyah, 2015).
  • 50. 36 11. Penyimpangan KDM Malabsorbsi, infeksi dan kegagalan melakukan sintesis protein Intake kurang dari kebutuhan Defisiensi kalori dan protein Perubahan status kesehatan Fungsi saluran cerna terganggu kurang pengetahuan tentang gizi seimbang Hiperperistaltik Defisiensi pengetahuan Daya tahan tubuh Hilangnya lemak Penyerapan makanan menurun dibantalan kulit di usus menurun Malnutrisi Keadaan umum lemah Turgor kulit menurun Diare Asam amino esensial dan keriput menurun dan produksi Portal of entry Distensi abdomen albumin menurun Kerusakan integritas Resiko infeksi kulit Peningkatan asam lambung Atropi/pengecilan otot Anoreksia Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh Bagan 1. Penyimpangan KDM (Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015)
  • 51. 37 B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan Proses keperawatan adalah metode untuk menerapkan suatu konsep dalam praktik keperawatan. Hal ini disebut suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu. Teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Nursalam, 2013). Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan (implementasi), evaluasi dan catatan perkembangan (Nursalam, 2013). 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013). Adapun tahap-tahap pengkajian adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan Data Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif ini diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat. Yang termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah, adanya edema dan berat badan (Nursalam, 2013).
  • 52. 38 Adapun data yang dapat dikumpulkan yaitu : 1) Biodata a) Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk Rumah Sakit dan tanggal pengkajian, nomor medrek, diagnosa medik dan alamat (Wong, 2004). b) Identitas Penanggung Jawab Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat (Wong, 2004). 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan alasan utama individu mencari bantuan profesional kesehatan (Wong, 2004). (2) Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menonjol yang dirasakan oleh klien dan merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit (keluhan utama saat MRS) atau keluhan utama saat dilakukan pengkajian oleh beberapa waktu atau hari setelah klien MRS. Pada umumnya anak dengan marasmus keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah gangguan pertumbuhan (berat
  • 53. 39 badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukan terjadinya kekurangan gizi (Wong, 2004). (3) Riwayat Keluhan Utama Keluhan utama klien dijadikan dasar untuk menggali kondisi klien saat ini dengan menggunakan format PQRST, sebagai petunjuk untuk mempermudah mengingat langkah-langkah pengumpulan data. (a) Paliative/Provokatif (P) : Apa penyebab keluhan tersebut, Faktor apa saja yang memperberat atau mengurangi keluhan. Biasanya penyebab diare pada anak dengan marasmus adalah kekurangan energi protein. (b) Quality/Quantity (Q) : Bagaimana keluhan tersebut dirasakan, apakah terlihat, terdengar. Seberapa sering keluhan itu dirasakan. Keluhan biasanya dirasakan terus menerus. (c) Region/Radiasi (R) : Lokasi keluhan tersebut dirasakan, apakah penyebarannya juga ke area lain. Biasanya pada anak dengan marasmus ini dirasakan bagian abdomen. (d) Severity/scale (S) : Severity of scale, Intensitas keluhan yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak. Pada klien dengan marasmus tidak mempunyai skala.
  • 54. 40 (e) Timming (T) : Kapan keluhan tersebut mulai muncul/ dirasakan, seberapa sering keluhan tersebut muncul? apakah munculnya secara tiba-tiba atau bertahap. Biasanya keluhan dirasakan bertambah pada saat klien bergerak atau beraktivitas dan berkurang saat klien istrahat/tidur (Asmadi, 2008). b) Riwayat Kesehatan Dahulu (1) Riwayat Antenatal Care (ANC) Yang perlu diketahui yaitu Kesehatan ibu selama hamil, berapa kali dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, tempat pemeriksaan, keluhan selama hamil, imunisasi TT berapa kali, nutrisi selama ibu hamil, lamanya hamil dan kebiasaan atau perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi perkembangan dan pertumbuhan janin seperti : kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat - obatan secara sembarang (Wong, 2004). (2) Riwayat Intranatal Care (INC) Yang perlu diketahui yaitu tempat persalinan, penolong persalinan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan persalinan, berat badan lahir, dan komplikasi waktu lahir (Wong, 2004).
  • 55. 41 (3) Riwayat Post Natal Care (PNC) Yang perlu diketahui yaitu keadaan bayi lahir awal, berat badan dan panjang badan, penilaian APGAR Skor (warna, sianosis, pucat, ikhterik), demam, kesulitan menghisap, kesulitan pemberian makan atau ASI (Wong, 2004). c) Riwayat Kesehatan Keluarga Yang perlu dikaji adalah silsilah keluarga, pendidikan dan pekerjaan keluarga, penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan atau penyakit menular lainnya dalam keluarga dengan menggunakan genogram keluarga tiga generasi (Wong, 2004). d) Riwayat Imunisasi Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi dimulai sejak lahir hingga umur 1 (satu) tahun seperti BCG diberikan 1 kali pada saat usia lahir bayi 0-11 bulan, DPT diberikan sebanyak 3 kali pada saat usia bayi 2-11 bulan, hepatitis B diberikan 3 kali pada usia 0-11 bulan, polio diberikan sebanyak 4 kali pada saat usia bayi 0-11 bulan dan campak diberikan 1 kali saat usia anak 9-11 bulan (Depkes, 2000 dikutip dalam Hidayat, 2012). e) Riwayat Tumbuh Kembang (1) Pertumbuhan Fisik Anak Hal yang perlu diketahui yaitu berat badan selama sakit (berat badan selama sakit biasanya menurun disebabkan oleh
  • 56. 42 kekurangan energi protein, panjang badan, jumlah gigi, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada. Biasanya pada anak dengan marasmus terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Wong, 2004). (2) Perkembangan Anak Tabel 3. Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan No Umur (Bulan) Motorik Kasar Motorik Halus 1. I Dapat memutar kepala dari satu sisi kesisi lain bila telungkup. Refleks menggenggam kuat 2. 2 Bila telungkup, dapat mengangkat kepala hampir 45 derajat dari meja. Tangan sering terbuka dan releks menggenggam menghilang. 3. 3 Mampu mengangkat kepala dan bahu dari posisi telungkup sampai 45-90 derajat dari meja. Menggenggam tangan sendiri dan menarik selimut atau pakaian. 4. 4 Mampu duduk tegak bila disangga dan berguling dari telungkup kesisi lain. Menggenggam objek dengan kedua tangan dan dapat memasukkan objek ke mulut 5. 5 Dapat membalik dari posisi telungkup ke telentang dan bila telentang, menempatkan kaki ke mulut. Mampu menggenggam objek secara volunter dan memainkan jari-jari kaki. 6. 6 Berguling dari telungkup ke telentang Memegang botol dan menggenggam kaki lalu menarik ke mulut. 7. 7 Bila digendong dalam posisi berdiri, meloncat secara aktif. Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain. 8. 8 Duduk dengan mantap tanpa sokongan Mulai menggenggam dengan menggunakan jari telunjuk. 9. 9 Menarik badan ke posisi berdiri dan berdiri berpegangan pada perabot Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dalam menggenggam kasar. 10. 10 Saat berdiri, mengangkat salah satu kaki untuk melangkah Mulai menggenggam objek dengan tangan 11. 11 Bila duduk, berputar untuk meraih objek dan berjalan memegang perabot Memiliki genggaman lebih erat. 12. 12 Berjalan dengan satu tangan dipegang dan dapat duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan Melepaska kotak kedalam cangkir.
  • 57. 43 13. 15 Berjalan tanpa bantuan dan memanjat tangga. Membangun menara dari dua kotak dan mencoret- coret secara spontan 14. 18 Berlari secara kikuk, sering jatuh dan melompat ditempat dengan kedua kaki Membangun menara tiga sampai empat kotak dan mengatur sendok tanpa memutar. 15. 24 Berlari dengan seimbang dan menendang bola tanpa gangguan keseimbangan Membangun menara dengan enam sampai tujuh kotak 16. 30 Melompat dengan kedua kaki dan berdiri pada satu kaki. Membangun menara dengan delapan kotak. 17. 36 Mengendarai sepeda roda tiga Membangun menara dari 9 atau 10 kotak 18. 48 Melompat dan meloncat pada satu kaki dan berjalan, menangkap bola dan menuruni tangga dengan kaki bergantian Menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis. 19. 60 Meloncat dan melompat pada kaki bergantian melompat dari ketinggian 12 inci dan bertumpu pada ibu jari kaki. Mengikat tali sepatu, menggunakan gunting, alat sederhana atau pensil dengan sangat baik & dapat meniru gambar segitiga. Sumber : (Wong, 2004) f) Riwayat Nutrisi yang perlu ditanyakan adalah riwayat pemberian ASI, pemberian susu formula, pemberian makanan tambahan dan pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia (Wong, 2004). 3) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2013). Adapun yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik yaitu : a) Keadaan Umum Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dilanjutkan sewaktu mengukur tanda-tanda vital.
  • 58. 44 b) Kesadaran Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan yaitu : (1) Komposmentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekeliling. (2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. (3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri tetapi jatuh tidur lagi. (4) Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat memberontak, berteriak dan tak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu. (5) Supor/semikoma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri. (6) Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri apapun (Nurarif & Kusuma, 2015). GCS (Glasgow Coma Score) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran atau respon utama klien terhadap lingkungannya yaitu membuka mata, mengucap kata dan melakukan gerakan (Muttaqin, 2008).
  • 59. 45 Eye (Buka Mata) (4) (3) (2) (1) : : : : Spontan Berdasarkan suara Dengan rangsangan nyeri Tidak ada respon Respon verbal (5) (4) (3) (2) (1) : : : : : Senyum, orientasi terhadap obyek Menangis tetapi dapat ditenangkan Menangis dan tidak dapat ditenangkan Mengerang dan agitatif Tidak memberi respon Respon Motorik (6) (5) (4) (3) (2) (1) : : : : : : Mengikuti perintah/aktif Melokalisir rangsang nyeri Menjauhi rangsangan nyeri Fleksi abnormal Ekstensi abnormal Tidak memberi respons (Nurarif & Kusuma, 2015) c) Tanda-Tanda vital Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. Biasanya anak dengan marasmus TTV lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat (Wong, 2004).
  • 60. 46 d) Pemeriksaan Antropometri Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran–ukuran fisik anak (berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada) dengan menggunakan alat ukur sesuai usia dan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Pengukuran Antropometri Usia 0 - 60 Bulan No. Umur (Bulan) BB (kg) TB (cm) LK (cm) LILA (cm) LID A (cm) 1. 0 2,5-4,0 48-52 32-38 9,5-13,5 30-38 2. 1 3,0-4,3 49,8-54,6 34-41 - - 3. 2 3,6-5,2 52,8-58,1 36-42,5 - - 4. 3 4,2-6,0 55,5-61,1 37,5-44 - - 5. 4 4,7-6,7 57,8-63,7 38,5-45 - - 6. 5 5,3-7,3 59,8-65,9 39,5-45,5 - - 7. 6 5,8-7,8 61,6-67,8 40-46 14,75 - 8. 7 6,2-8,3 63,2-69,5 40,5-47 14,75 - 9. 8 6,6-8,8 64,6-71,0 41-47,5 14,75 - 10. 9 7,0-9,2 66,0-72,3 41,5-48 15,10 - 11. 10 7,3-9,5 67,2-73,6 41-48 15,10 - 12. 11 7,6-9,9 68,5-74,9 42,5-49 15,10 - 13. 12 7,8-10,2 69,6-76,1 43-49,5 16,00 - 14. 15 8,4-10,9 72,9-79,4, 44-50 - - 15. 17 8,9-11,5 75,9-82,4 44,5-50,5 - - 16. 24 9,9-12,3 79,2-85,6 45-51 16,25 - 17. 29 10,8-13,5 83,7-90,4 45,5-52,5 - - 18. 36 11,7-14,6 87,8-94,9 46-53 16,50 - 19. 41 12,5-15,7 91,5-99,1 46,5-53,5 - - 20. 48 13,2-16,7 96,4-102,9 47-53,8 16,75 - 21. 53 13,8-17,7 99,7-106,6 47,5-53,8 - - 22. 60 14,5-18,7 102,7-109,9 47,8-54 17,00 - Sumber: (Djitowiyono, 2010) untuk menentukan BB Ideal Balita (0-5 tahun) dengan menggunakan rumus Berat Badan Ideal (BBI) : (Umur (tahun) X 2) + 8 = 2n + 8
  • 61. 47 Keterangan : n = umur 2 dan 8 = nilai konstanta (Depkes, 1973 dikutip dalam Nursalam, 2008). Tabel 5. Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori No. Umur (Tahun) Kategori Normal Kurus Sangat Kurus 1. 1 7,8-10,2 6,1-7,7 < 6,0 2. 2 9,9-12,3 7,6-9,8 < 7,5 3. 3 11,7-14,6 8,8-11,6 < 8,7 4. 4 13,2-16,7 10,0-13,1 < 9,9 5. 5 14,5-18,7 10,9-14,4 < 11,0 Sumber : (Djitowiyono, 2010) Selain menggunakan rumus Berat badan ideal (BBI) tersebut, dapat juga menggunakan rumus sebagai berikut : BB BMI = (TB)2 Keterangan : BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (m) Interprestasi status gizi berdasarkan kategori IMT / BMI menurut Kemenkes RI (2003) : (1) Kategori kurus jika nilai IMT/BMI < 18,0 (2) Kategori normal jika nilai IMT/BMI berada diantara 18,5 - 25,0 (3) Kategori gemuk (obesitas) jika nilai IMT/BMI > 25,0
  • 62. 48 e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem (1) Sistem Integument Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu warna kulit dan distribusi rambut, adanya pembengkakan atau tidak dan turgor kulit. Biasanya anak dengan marasmus kulit kering, turgor kulit jelek, wajah nampak seperti orang tua, akral teraba dingin dan mengendor disebabkan karena kehilangan banyak lemak di bawah kulit dan otot-ototnya terjadi atropi serta rambut tampak kering dan mudah rontok, kusam, jarang dan depigmentasi (Engel, 2009). (2) Sistem Pernapasan Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk dada simetris atau tidak, pergerakan dada, frekuensi pernafasan, bunyi napas, taktil fremitus, vokal resonan, perkusi paru, kembang kempis paru dan adanya pembengkakan atau tidak. Biasanya pada anak dengan marasmus terjadi gangguan sistem pernapasan yaitu batuk, sesak napas dan ada bunyi napas tambahan (ronchi) (Engel, 2009). (3) Sistem Kardiovaskuler Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah konjungtiva anemis atau tidak, adanya peningkatan vena
  • 63. 49 jugularis, bunyi jantung, adanya peningkatan TD atau tidak dan bunyi perkusi jantung (Udjianti, 2010). (4) Sistem Pencernaan Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah bentuk mulut dan abdomen simetris atau tidak, warna kulit, terdapat peradangan atau lesi pada mulut dan gusi, jumlah gigi, adanya stomatitis, keadaan lidah, adanya pembengkakan, frekuensi bising usus, bunyi perkusi abdomen dan terdapat nyeri tekan. Biasanya pada anak dengan marasmus perut tampak buncit, terjadi hepatomegali dan bising usus meningkat bila terjadi diare (Wong, 2004). (5) Sistem Pengindraan Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu kesimetrisan, ketajaman penglihatan, lapang pandang, konjungtiva anemis atau tidak, sklera icterus, bentuk hidung, adanya sekret pada hidung atau tidak, bentuk telinga, adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya tidak ada kelainan/gangguan pada sistem pengindraan (Engel, 2009). (6) Sistem Persarafan Pengkajian neurologi meliputi fungsi serebral yaitu kesadaran dan status mental, fungsi saraf kranial, fungsi motorik dan fungsi sensorik (Muttaqin, 2008).
  • 64. 50 (7) Sistem Muskuloskeletal Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk kesimetrisan, kekuatan otot dan pergerakan. Biasanya pada anak dengan marasmus terjadi atrofi otot hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas karena kurangnya asupan energi protein sehingga terjadi kelemahan otot (Engel, 2009). (8) Sistem Endokrin Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu adanya pembesaran kelenjar tiroid dan para tiroid atau tidak, refleks menelan dan adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem endokrin (Engel, 2009). (9) Sistem Perkemihan Pada umumnya yang perlu dikaji adalah fungsi eliminasi klien apakah terjadi perubahan pola eliminasi atau tidak. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem perkemihan (Engel, 2009). (10)Sistem Reproduksi Meliputi fungsi alat reproduksi normal ataupun tidak. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem reproduksi (Engel, 2009). (11)Sistem Imun Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu daya tahan tubuh klien apakah menurun atau masih dalam keadaan stabil. Biasanya anak dengan marasmus terjadi penurunan daya tahan tubuh
  • 65. 51 yang disebabkan kurangnya asupan kalori dan protein (Engel, 2009). 4) Pola Aktifitas Sehari-hari Yang perlu dikaji dalam kegiatan sehari-hari adalah : a) Nutrisi Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makan klien apakah ada perubahan sebelum dan selama di rumah sakit, riwayat pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, nafsu makan biasanya berkurang, kaji apakah ada mual/muntah dan keadaan umum lemah (Wong, 2004). b) Eliminasi BAB dan BAK biasanya tidak terjadi gangguan. c) Istirahat tidur Biasanya istirahat tidur klien terganggu, tidak merasa segar setelah tidur, tidur tampak tidak nyenyak akibat diare (Wong, 2004). d) Personal hygiene Bagaimana kebiasaan mandi klien, perawatan rambut, potong kuku, gosok gigi, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Pasien dengan marasmus biasanya belum dapat melakukan personal hygiene sendiri seperti biasanya karena kelemahan otot sehingga memerlukan bantuan dari orang-orang terdekat (Wong, 2004).
  • 66. 52 e) Aktivitas & olahraga Kaji kemampuan klien beraktifitas sebelum sakit dan sesudah sakit. Aktivitas biasanya belum bisa dilakukan oleh klien akibat kelemahan yang dirasakan (Wong, 2004). 5) Data Psikologis a) Status Emosi : dapat dijumpai ketidakstabilan emosi klien dan keluarga. b) Pola Koping : hal apa saja yang dilakukan klien dalam mengatasi masalahnya adakah tindakan yang maladaptif (Nursalam, 2008). 6) Data Sosial Mencakup orang yang terdekat dengan klien, hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat. Biasanya pada anak terjadi penarikan diri dari interaksi sosialnya atau hubungan interpersonal akibat ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Nursalam, 2008). 7) Data Spritual Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme keluarga terhadap kesembuhan anak (Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2008). 8) Reaksi Hospitalisasi a) Pemahaman orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat di rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya
  • 67. 53 terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit serta prosedur pengobatan b) Pemahaman anak tentang rumah sakit dan rawat inap (Nursalam, 2008). 9) Data Penunjang Pemeriksaan penunjang pada malformasi anorektal (anus imperforata) adalah sebagai berikut : a) Pemeriksaan fisik b) Mengukur TB dan BB c) Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) d) Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki- laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita. e) Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak) (Nurarif & Kusuma, 2015).
  • 68. 54 10)Pengobatan & Perawatan a) Pengobatan (1) Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi (2) Pemberian multivitamin (3) Pemberian zinc jika terjadi diare (4) Pemberian cairan glukosa/RL 5 % dan Nacl (Nurarif & Kusuma, 2015). b) Perawatan (1) Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perseorangan. (2) Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. (3) Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas. (4) Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (5) Pemberian imunisasi (6) Penyuluhan /pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang. (7) Pemantauan (surveilance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
  • 69. 55 b. Klasifikasi/ Pengelompokan Data Klasifikasi/pengelompokan data adalah mengidentifikasi masalah kesehatan yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis yang terdiri dari : 1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan- keluhan pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain. 2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur oleh seorang perawat (Nursalam, 2013). c. Analisa Data Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokan data serta mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan data objektif. Analisa data terdiri dari PES (Problem, Etiologi, Symptom) (Asmadi, 2008). d. Prioritas Masalah Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai dengan kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi yaitu : 1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien 2) Masalah aktual 3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).
  • 70. 56 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2013). Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnosis keperawatan aktual, diagnosis keperawatan risiko dan diagnosis keperawatan potensial (Asmadi, 2008). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan marasmus berdasarkan ( Nurarif dan Kusuma, 2015). adalah sebagai berikut : a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang. b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi. c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan malnutrisi. d. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi,diet,perawatan,dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. e. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
  • 71. 57 3. Perencanaan Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan yang meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan digunakan untuk penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari perencanaan adalah menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatan baik yang aktual, risiko, maupun potensial (Nursalam, 2013). Adapun contoh rencana keperawatan untuk klien dengan marasmus berdasarkan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dapat diuraikan sebagai berikut : a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang. Tujuan : kebutuhan nutrisi menjadi adekuat Kriteria hasil : 1) Nafsu makan meningkat 2) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg) 3) Porsi makan dihabiskan 4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
  • 72. 58 Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh No Intervensi Rasional 1) 2) 3) 4) 5) Kaji tingkat kebutuhan nutrisi klien Monitor bising usus Timbang berat badan pasien setiap hari Catat dan monitor adanya anoreksia, kelemahan umum, nyeri abdomen munculnya mual dan muntah Kolaborasi dengan ahli gizi 1) Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya. 2) Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorbsi. 3) Indikator kebutuhan nutrisi atau pemasukan yang adekuat. 4) Peningkatan aktifitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin atau terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsi, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan (tanda asidosis metabolic). 5) Bermanfaat untuk menentukan kegunaan atau kebutuhan kalori dengan tepat Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC- NOC b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi Tujuan : Tidak akan terjadi kerusakan pada kulit Kriteria hasil : 1) Turgor kulit baik 2) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami. 3) Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, temperature, hidrasi dan pigmentasi) dan tidak ada luka. Tabel 7. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit No Intervensi Rasional 1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakayan yang longgar 1) Menghindari dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit 2) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 2) Mencegah terjadinya kerusakan pada kulit.
  • 73. 59 3) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali) 3) Baring yang sering akan mengakibatkan penekanan pada kulit dan mengurangi stress pada titik yang tertekan 4) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan 4) Dengan mengoleskan lation akan dapat menjaga kebersihann kulit dan kenyamanann pada kulit 5) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat 5) Mandi dapat menjaga kebersihan kulit Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC- NOC c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan malnutrisi Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan anak baik Kriteria hasil : 1) Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya 2) Kematangan fisik yaitu tinggi badan dan berat badan sesuai usia. 3) Status nutrisi seimbang 4) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg). Tabel 8. Intervensi dan Rasional : Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan No Intervensi Rasional 1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak 1) Agar tindakan yang dilakukan slebih tepat dan akurat 2) Mendorong asupan makanan dan cairan tinggi kalium yang sesuai 2) Membantu dalam proses penyembuhan 3) Berikan pasien makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein serta makanan dan minuman bergizi yang mudah dikonsumsi. 3) Agar perkembangan mental anak tidak mengalami pemberhentian atau kemunduran 4) Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah kalori dan jenis nutrisi yang di butuhkan untuk persyaratan gizi yang sesuai. 4) Untuk mengevaluasi asupan nutrisi 5) Berikan perawatan yang konsisten 5) Dengan perawatan yang baik maka dapat mempercepat kesembuhan berbagai macam penyakit
  • 74. 60 6) Pantau kecenderungan kenaikan dan penurunan berat badan 6) Untuk mengetahui peningkatan berat badan Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC- NOC d. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Dapat mengetahui dan mengerti penyakit yang di alami Kriteria hasil : 1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyaki, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2) Pasien dan keluarga mampu melakasanakan prosedur yang di jelaskan secara benar 3) Menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat atau tim kesehatan. Tabel 9. Intervensi dan Rasional : Defisiensi Pengetahuan No Intervensi Rasional 1) 2) 3) 4) Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan pada kesehatan dengan cara yang tepat. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin di perlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang atau proses pengontrolan penyakit. Berikan pengetahuan pasien tentang proses penyakit gambarkan tanda & gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat. Diskusikan pilihan terapi serta penanganan. 1) Evaluasi cepat dan intervensi terhadap terjadinya infeksi menurunkan resiko komplikasi lebih serius. 2) Memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. 3) Dapat melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan tingkat pengetahuan klien sehingga dapat mengidentifikasi terjadinya penyakit serta penanganan lebih dini. 4) Klien lebih nyaman dalam menerima terapi yang diberikan. Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
  • 75. 61 e. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun Tujuan : Tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : 1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3) Jumlah leukosit dalam batas normal Tabel 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Infeksi No. Intervensi Rasional 1) 2) 3) 4) 5) Anjurkan pada keluarga dan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Dorong keseimbangan istrahat adekuat dengan aktifitas sedang dan tingkatkan masukan nutrisi adekuat Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik. Batasi pengunjung 1) Menurunkan resiko kontaminasi silang 2) Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah 3) Untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang dialami 4) Antibiotik dapat berguna secara profilaktik untuk mencegah infeksi. 5) Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC- NOC 4. Implementasi Implementasi adalah Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).
  • 76. 62 Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam, 2013). 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada perencanaan (Asmadi, 2008). Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan efektivitas asuhan keperawatan untuk mencegah atau mengobati respon klien terhadap prosedur kesehatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan : a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir (Nursalam, 2013).
  • 77. 63 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kasus 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Biodata a) Identitas Klien Nama : An. S Umur : 5 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : - Pekerjaan : - Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Tanggal masuk Rumah Sakit : 28 Februari 2016 Tanggal Pengkajian : 1 Maret 2016 Diagnosa Medik : Marasmus Nomor Medrek : 0001517483 Alamat : Majalaya
  • 78. 64 b) Identitas penanggung jawab Nama : Ny. S Umur : 65 tahun Agama : Islam Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Alamat : Majalaya Hub dengan klien : Nenek klien c) Identitas Saudara Kandung Nama : An. M Umur : 7 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SD Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Hub dengan klien : Kakak klien 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah sakit : Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek klien mengatakan sejak 3 hari sebelum klien masuk rumah sakit cucunya BAB lebih dari 3 (tiga) kali sehari. Usaha yang
  • 79. 65 dilakukan nenek klien untuk mengatasi keluhan tersebut adalah dengan memberikan oralit tetapi keluhan tidak teratasi. Melihat kondisi cucunya saat itu yang masih BAB lebih dari 3 (tiga) kali sehari dan berbaring lemah, nenek klien berinisiatif membawa klien di RSUD Majalaya namun tidak mempunyai biaya untuk pengobatan klien sehingga meminta bantuan pada tetangganya untuk membantu pengobatan klien, namun tidak ada perubahan dan pada tanggal 28 Februari 2016, nenek klien dan tetangganya membawa klien di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung untuk dilakukan perawatan. (2) Keluhan Utama : BAB lebih dari 3 kali sehari (3) Riwayat keluhan utama : Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek klien mengatakan cucunya BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair, berbusa dan berampas serta berwarna kehijauan dan penyebabnya tidak diketahui. Keluhan yang menyertai yaitu lemah. b) Riwayat Kesehatan Dahulu (1) Riwayat Antenatal Care (ANC) (a) Nenek klien mengatakan Ibu klien melakukan perawatan kehamilan sejak usia 3 (tiga) bulan. (b) Nenek Klien mengatakan Ibu klien memeriksakan kehamilannya 2 bulan sekali sejak usia kehamilan 3 bulan.
  • 80. 66 (c) Tempat pemeriksaan kehamilan di Puskesmas (d) Nenek klien mengatakan keluhan Ibu klien selama hamil yaitu mengidam, mual dan muntah. (e) Nenek klien mengatakan pola makan Ibu klien selama hamil cukup baik. (f) Lamanya hamil 9 bulan 6 hari (g) Nenek klien mengatakan selama hamil ibu klien belum pernah dirawat di rumah sakit. (2) Riwayat Intranatal Care (INC) (a) Nenek klien mengatakan bahwa ibu klien melahirkan anaknya di rumah sendiri. (b) Nenek klien mengatakan proses kelahiran klien ditolong oleh bidan. (c) Nenek klien mengatakan proses persalinan ibu klien normal dan lamanya partus + 1 jam. (d) Jenis pertolongan persalinan spontan (e) Nenek klien mengatakan klien lahir tanpa ada penyulit/ komplikasi selama melahirkan. (3) Riwayat Post Natal Care (PNC) (a) Nenek klien mengatakan keadaan klien waktu lahir baik dan sehat. (b) Nenek klien mengatakan BB klien waktu lahir adalah 2.700 gr (2,7 kg) dan panjang badan 48 cm.
  • 81. 67 (c) APGAR score tidak di ketahui. (d) Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan imunisasi. (e) Nenek klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan dan tidak ada riwayat keracunan. (f) Nenek klien mengatakan cucunya tidak mempunyai riwayat alergi baik terhadap makanan, minuman maupun obat – obatan. c) Riwayat Kesehatan Keluarga (1) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama dengan klien. (2) Nenek klien mengatakan bahwa kedua orang tua klien pendidikannya SD dan bekerja merantau. (3) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit malnutrisi seperti marasmus, kwashiorkor dan penyakit malnutrisi lainnya. G I G II G III Bagan 1. Genogram 3 Generasi ? ? 35 ?? 25 ? ? 5 65 7 x ? x 5
  • 82. 68 Keterangan : : Laki – laki : Tinggal serumah : Perempuan X : Meninggal ? : Usia tidak diketahui : Hubungan pernikahan : Klien : Garis Keturunan d) Riwayat Imunisasi Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan imunisasi. e) Riwayat Tumbuh Kembang (1) Pertumbuhan Fisik Anak (a) Berat badan saat lahir 2.700 gr (2,7 kg) (b) Berat badan saat ini 9 kg (c) Panjang badan saat lahir 48 cm (d) Panjang badan saat ini 72 cm (e) Usia mulai tumbuh gigi 6 bulan. (2) Perkembangan Anak (a) Mampu mengangkat kepala dan bahu : 5 bulan (b) Berguling : 8 bulan (c) Duduk dengan mantap tanpa sokongan : 11 bulan (d) Mulai menggenggam objek dengan tangan : 12 bulan (e) Duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan : 14 bulan (f) Berjalan tanpa bantuan dan memanjat tangga : 17 bulan (g) Berlari secara kikuk : 21 bulan
  • 83. 69 (h) Berlari dengan seimbang dan menendang bola tanpa gangguan keseimbangan : 27 bulan (i) Melompat dengan kedua kaki : 32 bulan (j) Mengendarai sepeda roda tiga kotak : 40 bulan (k) Menuruni tangga dengan kaki bergantian : 52 bulan (l) Meloncat dan melompat : 64 bulan Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan klien lambat dan tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Nenek klien juga mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan klien berbeda dengan tahapan perkembangan saudaranya. Nampak pertumbuhan dan perkembangan terganggu. f) Riwayat Nutrisi (1) Riwayat Pemberian ASI (a) Pertama kali disusui : setelah lahir (b) Waktu pemberian : tidak menentu (c) Cara pemberian : berbaring disisi bayi atau dengan cara duduk memangku bayi (d) Lamanya pemberian: 1 bulan (2) Pemberian Susu Formula (a) Alasan pemberian : anak sudah tidak menyusui dengan ASI. (b) Jumlah pemberian : 400-500 ml / hari (c) Cara pemberian : menggunakan dot
  • 84. 70 (3) Pemberian Makanan Tambahan (a) Pertama kali di berikan pada usia 1 bulan (b) Jenis makanan tambahan adalah SUN (4) Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini Tabel 11. Pola Perubahan Nutrisi No. Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian 1. 2. 3. 4. 0 bulan 1 bulan 11 bulan 25 bulan ASI Susu formula + SUN Susu + menu keluarga Susu (kadang-kadang) + air putih + menu keluarga (Nasi, ikan dan sayur) tapi jarang sampai sekarang. 1 bulan 10 bulan 24 bulan Sampai sekarang 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum : Lemah b) Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6) c) Tanda-Tanda Vital : (1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg (2) Nadi : 98x/menit (3) Suhu badan : 36,6 °C (4) Pernapasan : 28 x/menit d) Pemeriksaan Antropometri (1) Tinggi badan : 72 cm (2) Berat badan : 9 kg (3) Lingkar kepala : 48 cm (4) Lingkar lengan atas : 11 cm (5) Lingkar perut : 42 cm
  • 85. 71 BMI : BB (TB)2 9 = 9 = 17, 36 (72)2 0,5184 BMI : 17,36 kg/m (kurus) e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem (1) Sistem Integument Rambut nampak tipis, jarang, kaku dan kemerahan seperti rambut jagung, rambut nampak kusam dan berminyak serta distribusi rambut tidak merata, wajah nampak seperti orang tua, warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti orang tua dan turgor kulit jelek, tidak ada nyeri tekan, kulit teraba lengket dan akral teraba hangat dengan suhu 36,60 c, fungsi peraba klien baik dimana klien dapat membedakan sensasi panas, dingin, tajam dan kasar. (2) Sistem Pernapasan Bentuk dada normal, perbandingan antara diameter anterior posterior dengan diameter transversal 1 : 2, tidak terdapat adanya retraksi dinding dada, tidak terdapat penggunaan otot- otot bantu pernapasan, irama napas reguler, frekuensi napas 28 x/menit, tidak terdapat adanya nyeri dada dan pembengkakan pada dada, ekspansi paru simetris, perkusi paru terdengar resonan, bunyi napas vesikuler dan tidak ada bunyi suara nafas tambahan seperti ronchi atau wheezing.
  • 86. 72 (3) Sistem Kardiovaskuler Konjungtiva anemis, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat peningkatan vena jugularis (JVP), CRT > 3 detik, nadi karotis teraba, nampak ictus kordis dan teraba pada ICS V garis midklavikula kiri, perkusi jantung pekak, auskultasi terdengar bunyi jantung Lup (S1) terdengar pada ICS 4 & 5 garis midklavikula kiri dan bunyi jantung Dup (S2) terdengar pada ICS 2 daerah parasternal kanan dan kiri dan tidak ada bunyi jantung tambahan/mur-mur. (4) Sistem Pencernaan Mukosa bibir kering, tidak ada lesi atau peradangan, gigi nampak kotor, tidak ada karies, tidak ada stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap, lidah bersih dan berwarna merah, pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan faring merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks menelan baik dimana klien tidak mengalami kesulitan menelan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien dapat merasakan rasa manis, asin, asam dan pahit, abdomen nampak buncit, klien nampak kurus, bising usus 7 x/menit, perkusi abdomen hipertimpani pada daerah epigastrium, tidak teraba adanya pembesaran hati dan limpa dan tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen.
  • 87. 73 (5) Sistem Pengindraan (a) Mata Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat membuka dan menutup, mata nampak cekung, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, refleks pupil (+) dan isokor, klien dapat menggerakan bola mata kesegala arah seperti kebawah, atas dan dalam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan dan tidak ada peningkatan TIO, fungsi penglihatan baik dimana klien dapat melihat papan nama perawat dan menyebut warnanya dengan jarak 30 cm. (b) Telinga Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada serumen, perdarahan atau peradangan pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan pada telinga, fungsi pendengaran klien baik dimana klien dapat mendengar suara gesekan rambut. (c) Hidung Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat sekret, tidak ada epitaksis/perdarahan pada hidung, tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan, fungsi penciuman klien baik dimana klien dapat membedakan antara bau parfum dan minyak gosok.
  • 88. 74 (d) Mulut Mukosa bibir kering, gigi nampak kotor, tidak ada lesi atau peradangan, tidak ada karies, tidak ada stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap, lidah bersih dan berwarna merah, pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan faring merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks menelan baik dimana ketika klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak mengalami kesulitan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien dapat merasakan rasa manis, asin, dan pahit. (e) Kulit Warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti orang tua dan turgor kulit jelek, kulit teraba lengket dan akral teraba hangat dengan suhu 36,60 c, fungsi peraba klien baik dimana klien dapat membedakan sensasi panas, dingin, tajam dan kasar. (6) Sistem Persarafan (a) Fungsi Serebral i. Status mental : orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik dibuktikan dengan klien mengenal neneknya dan klien mampu menyebutkan tempat klien berada sekarang. ii. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
  • 89. 75 iii. Bicara : baik klien dapat menyebutkan dua benda yang ditunjukan yaitu pulpen dan jam tangan dan klien dapat menjawab pertanyaan dengan benar. (b) Sistem Saraf Kranial i. N I (Olfaktorius) Fungsi penciuman klien baik dimana klien dapat membedakan antara bau parfum dan minyak gosok. ii. N II (Optikus) Fungsi penglihatan klien baik dimana klien dapat melihat papan nama perawat dan menyebut warnanya dengan jarak 30 cm. iii. N III, N IV, N VI (Okulomotorius, Troklearis, Abdusen). Kontraksi pupil : isokor (miosis), mata nampak cekung dan gerakan kelopak mata baik dimana kelopak mata klien dapat membuka dan menutup, klien dapat menggerakan bola mata kesegala arah seperti kebawah, atas dan dalam. iv. N V (Trigeminus) Klien dapat membedakan sensasi halus dan kasar, tidak ada gangguan dalam mengunyah dan tidak terjadi paralisis pada otot wajah.
  • 90. 76 v. N VII (Facialis) Klien dapat mengerutkan dahi, keadaan alis simetris dan dapat mengangkat alis. vi. N III (Akustikus/Auditorius) Fungsi pendengaran klien baik dimana klien dapat mendengar suara gesekan rambut dan klien dapat mendengar suara dan melakukan perintah. vii. N IX (Glosofaringeus) Refleks menelan dan refleks muntah baik dimana ketika klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak mengalami kesulitan. viii. N X (Vagus) Klien dapat membuka mulut dan dapat berbicara dengan jelas. ix. N XI (Asesorius) Klien dapat memalingkan/menoleh ke kiri dan ke kanan serta klien dapat mengangkat bahu. x. N XII (Hipoglosus) Klien dapat menggerakan lidahnya ke samping/segala arah. (c) Fungsi sensorik Klien dapat berespon terhadap rangsangan nyeri dan suhu.