Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan keperawatan anak berusia pra sekolah dengan diagnosis marasmus di ruang rawat inap rumah sakit. Tulisan ini menjelaskan latar belakang, tujuan, metode dan hasil evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan selama 4 hari.
1. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH
(5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA
GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
IRHAM
NIM : 13.1
DISUSUN OLEH :
LISRAWATI
NIM : 13.13.1112
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH
(5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA
GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
IRHAM
NIM : 13.1
DISUSUN OLEH :
LISRAWATI
NIM : 13.13.1112
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S USIA PRA SEKOLAH
(5 TAHUN) DENGAN MARASMUS DI RUANG KENANGA
GEDUNG KEMUNING LANTAI I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
IRHAM
NIM : 13.1
DISUSUN OLEH :
LISRAWATI
NIM : 13.13.1112
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
2. ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :
“Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5 Tahun) dengan
Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan dewan
penguji.
Raha, Juni 2016
Pembimbing
ASMALIA, S.Kep.,Ns., M.Kes
NIP.
Mengetahui,
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
3. iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 2 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................)
3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 2 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 2 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................)
3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 2 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 2 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
2. Santhy, S.Kep.,Ns., M.Kep (................................)
3. Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns., M.Kes (................................ )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 2 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
4. iv
ABSTRAK
Latar Belakang, berdasarkan hasil medical record di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai I
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai dengan Desember
2015, pasien dengan Marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit terbesar, namun
menempati urutan kelima belas dengan jumlah penderita 9 orang (0,65%) tetapi sangat
memprihatinkan sehingga memerlukan penanganan yang serius.
Tujuan, dari Karya Tulis Ilmiah ini untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas dan
pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan kepada anak dengan Marasmus
secara komprehensif mencakup bio, psiko, social dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat
keperawatan.
Metode, yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan
berdasarkan pendekatan suatu proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Hasil, setelah 4 hari di laksanakan tindakan keperawatan di mulai dari tanggal 01 sampai dengan
04 Maret 2016, dari hasil pengkajian didapatkan ada 8 diagnosa keperawatan yaitu kekurangan
volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, kecemasan keluarga, resiko kerusakan
integritas kulit dan resiko infeksi. Dari hasil evaluasi keperawatan, dari 8 masalah yang ditemukan
ada 3 diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu yaitu kekurangan volume cairan, defisit perawatan
diri dan kecemasan keluarga dan 5 diagnosa yang belum teratasi yaitu perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, intoleransi aktivitas, resiko
kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi, namun sudah ada kemajuan. Hal ini terjadi karena
beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda - beda dalam proses
penyembuhan.
Kesimpulan, tercapainya penyembuhan dari penyakit diperlukan evaluasi secara berkelanjutan
dan terarah dengan adanya catatan perkembangan serta pengelolaan asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif serta kerja sama antara perawat, klien, orang
tua, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
5. v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak S Usia
Pra Sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan program Diploma III
Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Dalam
penyusunan studi kasus ini penulis banyak mendapat hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, yang terhormat
kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarsari, MARS Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
pada Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna yang
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Asmalia, S.Kep.,Ns., M.Kes Selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Harnia, S.Kep,Ns selaku penguji praktek klinik di Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
5. Ibu Iis Suhaeni AMK, Sebagai CI serta semua staf ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung,
6. vi
yang telah memberikan arahan dan masukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien Anak S untuk penyusunan laporan studi kasus ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan
bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Klien Anak S dan nenek klien yang telah bersedia bekerja sama dengan
penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan.
8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak La Kae (Alm) dan Ibu Wa
Ngkurami yang tercinta yang telah mengasuh, memberikan motivasi serta
pengorbanan materi yang tidak terhingga selama penulis mengikuti
pendidikan dan Saudaraku Bapak Rui, S.pd & Pratu Kopasus Syariflan yang
telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril maupun materil selama
mengikuti pendidikan.
9. Spesial untuk teman-temanku di Akper Pemkab Muna khususnya Irham,
Erwin, Nur khalida, Majid, Irna dewi, Lm. Sarifudin, Ld. Ganirudin, Lm.
Safar, Isra wati, Tika yuslindah, Rismawati, Ramlawati, Juni, Samlin, Siti
Alwarti dan rekan-rekan akper pemkab muna.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan
Karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan
keperawatan anak dengan Marasmus dan Semoga Allah SWT memberikan
imbalan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikannya dalam mewujudkan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Raha, Juni 2016
Penulis
7. vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..... I
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..... Ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. Iii
ABSTRAK………………………………………………………….…………. Iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. V
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. Vii
DAFTAR TABEL ……………….…………………………………………… X
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………
MOTTO………………………………………………………………………..
Xii
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………..……………….…………………...
B. Ruang Lingkup Pembahasan ………………….………………….………..
C. Tujuan ...................……………………........................................................
D. Manfaat .........................................................................................................
E. Metode Telaahan ..........................................................................................
F. Waktu Pelaksanaan .......................................................................................
G. Tempat Pelaksanaan ...................................................................................
H. Sistematika Telaahan.....................................................................................
1
5
5
6
7
8
8
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK M
DENGAN MALFORMASI ANOREKTAL (MAR)
A. Konsep Dasar ............................…………………………………………...
1. Pengertian …………………………………………………………….
2. Anatomi Fisiologi sistem pencernaan…….......………………………
11
11
12
8. viii
3. Etiologi ……………………………………………………………….
4. Patofisiologi …………………………………………………………..
5. Tanda dan Gejala ……………………………………………………..
6. Klasifikasi …………………………………………………………….
7. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………
8. Penatalaksanaan Medis .………………………………………………
9. Komplikasi …………………………………………………………...
10. Penyimpangan KDM …………………………………………………
B. Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan ...........……………………...
1. Pengkajian …………………………………………………………...
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….
3. Perencanaan ..…………………………………………………………
4. Implementasi ……………………………………………………........
5. Evaluasi ……………………………………………………………...
26
27
28
29
30
31
35
36
37
37
55
56
61
62
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus …………………………………………………..................
1. Pengkajian ……………………………………………………………
a. Pengumpulan data ………………………………………….……
b. Klasifikasi data …………………………………………………..
c. Analisa data ………………………………………………….......
d. Prioritas Masalah .………………………………………………..
2. Diagnosa keperawatan ………………………………………………..
3. Perencanaan...............................………………………………………
4. Implementasi dan evaluasi ……………………………………….......
5. Catatan perkembangan ………………………………………………
B. Pembahasan
1. Pengkajian …………………………………………………………...
2. Diagnosa keperawatan ……………………………………………….
63
63
63
82
84
88
92
97
103
112
125
125
127
9. ix
3. Perencanaan …………………………………………………….........
4. Implementasi ………………………………………………………...
5. Evaluasi ……………………………………………………………...
130
132
134
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
135
137
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Rekomendasi ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
10. x
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Gedung Kemuning Lantai I Ruang
Kenanga ………………………………………………………………..
Kecukupan Energi dan Protein yang Dianjurkan ……………………...
Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan ………………………………...
Pengukuran Antropometri Usia 0-60 Bulan ……………………………
Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori…………………………….
Intervensi dan Rasional Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh ………………………………..
Intervensi dan Rasional Kerusakan Integritas Kulit …………………
Intervensi dan Rasional Keterlambatan Pertumbuhan dan
Perkembangan………………………………………………………
Intervensi dan Rasional Defisiensi Pengetahuan …………………….
Intervensi dan Rasional Resiko Infeksi ……………………………..
Pola Perubahan Nutrisi ………………………………………………
Pola Aktivitas Sehari – hari ………………………………………….
Hasil Pemeriksaan Laboratorium …………………………………….
Analisa Data ……………………………………………………………
Rencana Asuhan Keperawatan ……………………………………….
Implementasi dan Evaluasi ……………………………………………..
4
30
42
46
47
57
58
59
60
61
71
79
81
84
97
103
14. xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
:
:
:
:
:
Rencana penyuluhan
Satuan acara penyuluhan
Materi penyuluhan
Leaflet
Lembar konsultasi
15. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya. Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan harus
didukung oleh pelayanan kesehatan yang komprehensif, termasuk pelayanan
keperawatan (KemenKes RI, 2015).
Sistem layanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan individu dan masyarakat. Layanan kesehatan terdepan bukan
semata berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Dalam sistem ini, kita tidak lagi menekankan upaya
kuratif, melainkan upaya promotif dan preventif. Salah satu masalah
kesehatan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan pelayanan yang
baik adalah peningkatan angka kematian balita yang disebabkan kebutuhan
gizi yang tidak terpenuhi / malnutrisi diantaranya marasmus (Asmadi, 2008).
16. 2
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Marasmus ini dapat menyebabkan perubahan berat badan menjadi
kurus, turgor kulit jelek, kulit keriput tampak seperti orang tua, ubun-ubun
besar dan cekung, perut buncit dan diare sehingga akan berdampak pada
malnutrisi kronik, hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan mudah terkena penyakit infeksi. Dampak yang
lebih serius dari marasmus ini adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak baik fisik maupun mental sehingga anak mengalami
penurunan kecerdasan dan terjadi atropi otot karena hilangnya lapisan
subkutan. Jika hal ini tidak segera ditangani maka dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian balita (Hidayat, 2012).
Angka kesakitan dan kematian gizi buruk atau malnutrisi pada balita
relatif sering terjadi. Data WHO menunjukkan bahwa insiden kejadian Gizi
buruk akut atau malnutrisi terdapat 49 % dari 10,4 juta kematian yang terjadi
pada anak di bawah lima tahun di negara berkembang. Kasus kekurangan gizi
tercatat 50 % anak –anak di Asia. Menurut UNICEF tahun 2008, ada sekitar
40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Pada
tahun 2013 di Amerika Serikat terdapat 1,7 juta diantara 19 juta anak usia di
bawah lima tahun (balita) menderita gizi buruk (Puspitawati & Sulistyarini,
2013).
17. 3
Angka prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia
masih tinggi. Hasil Riskesdas menunjukkan adanya peningkatan prevalensi
balita gizi kurang dan buruk secara nasional, prevalensi berat dan kurang
pada tahun 2013 adalah 19,6 %, terdiri 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi
kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007
(18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Mencuatnya kembali
mengenai balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukan
sistem surveilans dan penanggulangan dari berbagai instansi belum optimal.
Pasien – pasien yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi status gizi buruk
juga semakin meningkat (Liansyah, 2015).
Insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat
mondok di rumah sakit masih tinggi diantaranya 935 (38%) penderita
malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU dr. Pirngadi Medan
yang terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk
yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Angka kejadian marasmus
yang dirawat di Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan di
RSU di dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena
marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta
terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Liansyah, 2015).
18. 4
Adapun distribusi 10 penyakit terbesar yang dirawat di Ruang
Kenanga Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Distribusi 10 Penyakit Terbesar yang dirawat di Ruang Kenanga Gedung
Kemuning Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
pada Periode Januari sampai dengan Desember 2015
No Penyakit Jumlah Presentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
15
Chemotherapy session for neoplasm
Bronchopneumonia unspecified
Other prophylactic chemoterapi
Bacterial sepsis of newborn
Aplastic anemia, unspecified
Acute lymphoblastic leukimia
Typhoid lever (infection due to salmonella thypi )
Pateut ductus arteriosus
Dengue haemorrhagis lever
Very low Birth Weight ( VLBW )
Marasmus
671
190
110
62
61
59
55
54
53
42
9
49,44
14,01
8,10
4,56
4,49
4,34
4,05
3,97
3,91
3,09
0,65
Jumlah 1366 100%
Sumber : Medical Record Di Ruang Kenanga Gedung Kemunin Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Januari sampai dengan Desember 2015
Dari tabel I. di atas terlihat bahwa dari 1.366 jumlah pasien di Ruang
Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung,
penderita penyakit marasmus tidak terdapat dalam kategori 10 penyakit
terbesar tetapi terdapat pada urutan ke lima belas (15) dengan jumlah
penderita sebanyak 9 orang (0,65 %), namun sangat memprihatinkan
sehingga memerlukan penanganan yang serius.
Melihat keadaan diatas penulis tertarik untuk menulis karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra Sekolah (5
Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning Lantai
I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
19. 5
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang
lingkup masalah yang di bahas yaitu “Asuhan Keperawatan Anak S Usia Pra
sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang Kenanga Gedung Kemuning
Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” meliputi
Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana tindakan, Implementasi,
Evaluasi dan Catatan Perkembangan.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran yang jelas dan pengalaman secara nyata dalam
melakukan asuhan keperawatan pada Anak S Usia Pra sekolah (5 Tahun)
dengan Marasmus secara komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko,
sosial dan spiritual berdasarkan ilmu & kiat keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif meliputi aspek
bio, psiko, sosial dan spritual yang dimulai dengan pengumpulan data,
analisa data pada Anak dengan Marasmus.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah pada anak dengan Marasmus.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan permasalahan
yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan pada anak dengan
Marasmus.
20. 6
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan pada anak dengan Marasmus.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada anak dengan Marasmus.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak
dengan Marasmus.
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Adapun manfaat yang diharapkan kepada pihak rumah sakit bahwa dengan
adanya Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan Sebagai bahan masukan
bagi pihak rumah sakit khususnya perawat dalam penerapanan asuhan
keperawatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus maupun untuk bahan penelitian
lebih lanjut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan menjadi bahan masukan dalam mempelajari asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus khususnya dalam pelaksanaan
perkuliahan dan dalam proses pendidikan.
3. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan bagi rekan–rekan sejawat dalam melakukan
penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu asuhan
keperawatan anak dengan Marasmus.
21. 7
4. Bagi Penulis
Sebagai acuan berfikir dalam melaksanakan asuhan keperawatan &
Menambah wawasan dan keterampilan dalam penerapan proses asuhan
keperawatan pada anak dengan Marasmus.
E. Metode Telaahan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis
Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien serta
tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat yang
mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
2. Observasi
Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko, sosial,
kultural dan spiritual.
3. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara
head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga dapat dijadikan
data objektif yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
22. 8
4. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status klien
yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang berhubungan
dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu untuk dijadikan salah
satu dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dan bahan – bahan bacaan dari berbagai buku-
buku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk
mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien
(Nursalam, 2013).
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 04 Maret
2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Kenanga Lantai I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Untuk memahami apa yang ada dalam Karya Tulis ini, maka penulis
menguraikan dalam beberapa bab dan sub bab dengan susunan sebagai
berikut :
23. 9
BAB I : Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang,
Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode
Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan, dan
Sistematika Telaahan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak dengan
Marasmus, bab ini menguraikan tentang konsep dasar yang
meliputi Pengertian, Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan,
Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Klasifikasi,
Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis, Komplikasi,
Penyimpangan KDM dan Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan
Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini berisikan laporan
kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan Pada Anak
S usia pra sekolah (5 Tahun) dengan Marasmus di Ruang
Kenanga Lantai I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung dan Pembahasan berisikan ulasan naratif dari setiap
tahapan keperawatan secara tinjauan teoritis yang dilakukan serta
perbandingan antara teori dan kasus nyata terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
catatan perkembangan yang tersusun secara sistematis
berdasarkan tahapan proses keperawatan.
24. 10
BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan Kesimpulan
dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap
masalah yang ditemukan.
25. 11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN MARASMUS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori dan protein yang
berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa
faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh
terhadap terjadinya marasmus (Nurarif & Kusuma, 2015).
Marasmus atau Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan karena kurang asupan energi dan protein juga mikronutrien
dalam jangka waktu lama dan disebabkan oleh factor langsung dan tidak
langsung (Depkes, 2003 dikutip dalam Sari, 2013).
Marasmus atau lebih dikenal dengan malnutrisi energi protein
adalah suatu keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori (Hidayat,
2012).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein yang
dibutuhkan oleh tubuh.
26. 12
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan
Sumber : (Smeltzer & Bare, 2002).
Saluran pencernaaan makanan merupakan saluran yang
menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh
tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari
mulut/oris sampai anus (Syaifuddin, 2006).
Secara sistematis sistem pencernaan terdiri dari sistem
pencernaan atas dan sistem pencernaan bawah.
27. 13
1) Sistem pencernaan bagian atas
a) Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan
yang terdiri atas dua bagian yaitu :
(1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang
diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
(2) Bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisi-
sisinya oleh tulang maxilaris, palatum, mandibularis serta
di sebelah belakang bersambung dengan awal faring
(Syaifuddin, 2006).
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-
lapis, di bawahnya terletak kelenja-kelenjar halus yang
mengeluarkan lendir. Kemudian selaput ini kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf
sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di
sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot
orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut (Syaifuddin,
2006).
Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :
(a) Palatum durun (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-
tajuk palatum dan sebelah depan tulang maxilaris dan
lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum.
28. 14
(b) Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,
terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. Setelah
makanan dicerna dimulut maka makanan tersebut ditelan
dengan gerakan membentuk makanan menjadi sebuah
bolus dengan bantuan gigi, lidah dan kelenjar ludah
melalui belakang mulut masuk ke dalam faring
(Syaifuddin, 2006).
b) Faring
Faring (tekak) Merupakan penghubung antara rongga
mulut dan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi (Syaifuddin, 2006).
Setelah makanan masuk ke faring maka palatum lunak
naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh
kontraksi otot-ototnya dan otot konstriktor faring menangkap
makanan dan mendorongnya masuk ke esophagus, pada saat
ini pernapasan berhenti, jika tidak maka akan tersedak
(Syaifuddin, 2006).
c) Esophagus
Esophagus merupakan sebuah tabung berotot atau
saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
29. 15
panjangnya 20-25 cm, dimulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak dibawah lambung. Esofagus berdinding empat lapis.
Lapisan dinding dari dalam ke luar yaitu lapisan selaput lendir
(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler
dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak
dibelakang trakea dan didepan tulang punggung, setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dengan lambung (Syaifuddin, 2006).
d) Lambung
Lambung (gaster) merupakan kantong besar yang
terletak di bawah rusuk terakhir sebelah kiri. Lambung
menerima makanan dari esophagus melalui erifisium kardia
dan bekerja sebagai penimbun sementara. Lambung terdiri atas
tiga bagian, yaitu kardiak (berdekatan dengan hati)
berhubungan dengan esophagus, fundus (tengah) dan pylorus
yang memiliki empat lapisan, yaitu Lapisan peritoneal, Lapisan
berotot, Lapisan submukosa dan Lapisan mukosa.
Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan
sekret yaitu getah lambung. Di dalam getah lambung terdapat
beberapa enzim pencernaan penting yaitu :
(1) Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton
(2) Renin adalah membekukan susu dan membentuk kasein
dan karsinogen yang dapat larut
30. 16
(3) Lipase berfungsi untuk memecahkan lemak (Syaifuddin,
2006).
2) Sistem pencernaan bagian bawah
a) Usus halus
Usus halus atau intestinum minora adalah bagian dari
sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan
berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaaan dan absorbsi hasil
pencenaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa
terletak sebelah dalam, lapisan otot melingkar atau sirkuler,
lapisan otot memanjang atau longitudinal dan lapisan serosa
terletak sebelah luar).
Usus halus terdiri dari :
(1) Duodenum atau usus 12 jari
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz. Duodenum panjangnya
sekitar 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke
kiri. Pada duodenum terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Di duodenum juga terdapat
getah pankreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu :
(a) Amilase berfungsi mencerna hidrat arang menjadi
disakarida.
31. 17
(b) Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin
dan asam lemak.
(c) Tripsin mengubah protein dan pepton menjadi
golongan polipeptida (Syaifuddin, 2006).
(2) Yeyenum
Panjangnya sekitar 7 meter, dalam Yeyenum berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Di dalam yeyenum,
makanan masih mengalami pencernaan secara kimiawi
oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh dinding usus,
sehingga menjadi bubur yang sangat lembut dan encer
(Syaifuddin, 2006).
(3) Ileum
Panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah
duodenum dan yeyenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Dinding usus halus menghasilkan getah usus yang
mengandung beberapa enzim, yaitu :
(a) Enterokinase berfungsi untuk mengubah enzim
tripsinogen yang dihasilkan pancreas menjadi tripsin.
(b) Erepsin berfungsi untuk menyempurnakan pencernaan
protein dengan mengubah polipeptida menjadi
berbagai asam amino.
(c) Intertase berfungsi untuk bekerja atas gula
32. 18
(d) Lactase berfungsi untuk membelah lactose menjadi
glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa dalam
hati.
(e) Maltose berfungsi untuk mengubah maltose menjadi
dekstrose.
(f) Sukrosa berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi
monosakarida (Syaifuddin, 2006).
b) Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 1
/2
meter, lebarnya 5-6 cm dan merupakan sambungan dari usus
halus mulai dari katub ilekolik atau ileoseikal yaitu tempat
makanan lewat. Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan
masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus
besar. Reflex ini menyebabkan defekasi atau buang air besar
(Syaifuddin, 2006).
Kolon sebagai kantong yang mekar dan terdapat
apendiks vernivormis atau umbai cacing. Sekum terletak di
daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari
sini kolon naik melalui daerah kanan lumbal yang disebut
asendens. Di bawah hati, berbelok pada tempat yang disebut
flexura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrium
dan umbilical sebagai kolon tranversum di bawah limfe ia
membelok sebagai flexura sienalis dan berjalan melalui daerah
33. 19
kanan lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka
terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan dibentuk
kolon sigmoid atau kolon pelvis dan kemudian masuk ke
pelvis besar menjadi rectum (Syaifuddin, 2006).
Struktur kolon terdiri atas empat lapisan dinding yang
sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding
berotot tersusun dalam 3 jalur yang memberi rupa berkerut-
kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dan
tidak memiliki vili, dalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar
tubular dalam usus dan dilapisi oleh epithelium silinder yang
memuat sel cangkir (Syaifuddin, 2006).
Struktur rektum serupa yang ada pada kolon tepi
dinding yang berotot tebal dan membran mukosanya memuat
lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni.
Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam anus
ini terdapat otot interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus
berubah sifatnya. Lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu:
Selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan Jaringan ikat (Syaifuddin, 2006).
Fungsi usus besar yaitu :
(1) Absorbsi air, garam dan lemak
(2) Sebagai populasi bakteri
(3) Defekasi (Syaifuddin, 2006).
34. 20
c) Hati
Hati atau hepar merupakan organ yang paling besar di
dalam tubuh kita. Warnanya coklat dan beratnya kira-kira 1 ½
kg. letaknya pada bagian atas dalam rongga abdomen sebelah
kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama
permukaan yaitu
(1) Permukaan atas berbentuk cembung terletak di bawah
diafragma
(2) Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fisura
tranfersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri
dibagian atas hati. Hati dibagi empat belahan yaitu lobus kanan,
lobus kiri, lobus kuadrata dan lobus quadratus. Hati
mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan
vena porta. Setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati
(hematosit) yang berfungsi menyerap nutrient, oksigen dan
racun dari darah (Syaifuddin, 2006).
Fungsi hati antara lain :
(1) Metabolisme karbohidrat
(a) Gikolisis : pembentukan glukosa menjadi glikogen
(b) Glikogenolisis : pembentukan glikogen menjadi
glukosa
35. 21
(c) Glukoneogenesis : pembentukan glukosa bukan dari
karbohidrat, tetapi dari protein dan lemak.
(2) Metabolisme protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam
amino yang tidak dibutuhkan menjadi urea yang
dikeluarkan dari sel hati kedalam darah dan disekresikan
oleh ginjal dalam bentuk urine.
(3) Metabolisme lemak
Lemak diubah menjadi asam lemak dan giserol selain itu
asam lemak dibawah menuju hati dalam darah porta dari
usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel kecil yang
dapat digunakan dalam proses metabolik (Syaifuddin,
2006).
Selain fungsi hati sebagai regulator hampir semua
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh seperti metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, hati juga berfungsi sebagai
tempat sintesa (pengeluaran) dari berbagai bagian protein,
pembekuan darah, urea dan zat-zat lain yang sangat vital bagi
tubuh. Yang paling penting dari organ ini adalah biang detoks
atau penyaring dan pengeluaran racun yang masuk ke dalam
tubuh. Selain fungsi tersebut, hati juga mengeluarkan beberapa
enzim, dua diantaranya adalah SGOT dan SGPT ke dalam
darah. Ketika sel hati mengalami kerusakan akibat sesuatu baik
36. 22
virus atau gangguan lain, maka akan terjadi pengeluaran enzim
SGPT dari dalam sel hati ke darah sehingga terjadi
peningkatan (Syaifuddin, 2006).
d) Kandung empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong organ
berbentuk terong dan merupakan membran berotot, letaknya
dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai
pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3.
Lapisan empedu terdiri dari lapisan luar serosa/parietal, lapisan
otot bergaris, lapisan dalam mukosa/viseral disebut juga
membran mukosa. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu :
(1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
(2) Berperan dalam pembuangan limbah dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolesterol (Syaifuddin, 2006).
(3) Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang
strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya
kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke
limpa, dan beratnya rata- rata 60-90 gram. Pankreas terbentang
pada vertebra lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
37. 23
Fungsi pankreas yaitu :
(1) Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi
enzim dan elektrolit.
(2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk pulau langerhans, yang bersama-sama
membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin.
(3) Fungsi sekresi ekternal, cairan pankreas dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan
makanan di intestinum.
(4) Fungsi sekresi internal, sekresi yang di hasilkan oleh
pulau-pulau langerhands sendiri langsung dialirkan ke
dalam peredaran darah (Syaifuddin, 2006).
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Untuk melakukan fungsinya, semua sel memerlukan nutrien.
Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat selulosa.
1) Pencernaan oral
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah,
dimana makanan dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan
dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan atau bahkan
melihat, mencium dan mencicipi makanan dapat menyebabkan
reflex saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan
makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada
38. 24
kecepatan kira-kira 1,5 liter setiap hari. Saliva mengandung enzim
ptyalin atau amilase saliva yang dimulai pencernaan zat pati, juga
mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat
dikunyah, sehingga memudahkan menelan (Smeltzer & Bare, 2002).
2) Menelan
Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh
pusat menelan dimedula oblongata dari sistem saraf pusat. Saat
makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan
mencegah aspirasi makanan ke dalam paru-paru. Menelan
mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas,
yang berakhir sebagai aktivitas refleks. Otot halus di dinding
esophagus berkontraksi dalam urutan irama dari esophagus ke arah
lambung untuk mendorong lobus makanan masuk lambung.
Akhirnya sfingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah
reflex isi lambung ke dalam esofagus (Smeltzer & Bare, 2002).
3) Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, mempunyai
PH rendah, memperoleh keasamannya dari asam hiklorida yang
disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi kelenjar asam yaitu :
a) Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih mudah
diabsrobsi.
b) Untuk membantu distruksi kebanyakan bakteri pencernaan
39. 25
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang
penting untuk memulai pencernaan protein. Faktor intrinsik disekresi
oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi dengan Vitamin
B12 dalam diet, sehingga Vitamin dapat diabsorbsi di dalam ileum.
Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi
lambung kearah pylorus Karena partikel makanan besar tidak dapat
melewati spingter pilorus, partikel ini di aduk kembali ke korpus
lambung untuk dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil.
Peristaltik dalam lambung dan kontraksi spingter pilorus
memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus
halus pada kecepatan yang memungkinkan absorpsi nutrien efisisen
(Smeltzer & Bare, 2002).
4) Kerja usus halus
Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus
halus. Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran
gelombang yang menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan
dalam gerakan mengaduk. Peristaltik usus mendorong isi usus
tersebut kearah kolon (Smeltzer & Bare, 2002).
5) Kerja usus besar (Kolon)
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati
ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal
kolon melalui katub ileosekal. Katup ini secara normal tertutup,
membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus.
40. 26
Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolon dengan
perlahan sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan
reabsorbsi efisiensi terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari
makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya
kira-kira 12 jam (Smeltzer & Bare, 2002).
6) Defekasi
Sebagian besar rektum tidak berisi feses, hal ini karena
adanya spingter yang lemah ± 20 cm dari anus pada perbatasan
antara kolon sigmoid dan rektum serta sudut tajam yang menambah
resistensi pengisian rektum. Bila terjadi pergerakan massa ke
rektum, kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus akan timbul
keinginan defekasi (Smeltzer & Bare, 2002).
3. Etiologi
Marasmus atau gizi buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
a. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan
dalam asupan makanan.
b. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada
hubungan orang tua anak yang terganggu misalnya pemberian yang
tidak efektif atau malformasi bawaan.
c. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan
terjadinya malnutrisi.
41. 27
d. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosial ekonomi,
pendidikan dan pengetahuan ibu yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi. umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula
disebabkan oleh diare kronik malabsorbsi protein, hilangnya protein
air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun dan penyakit hati
(Nurarif & Kusuma, 2015).
4. Patofisiologi
Kekurangan energi protein dan kalori (KEP) adalah manifestasi
dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari
yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga
disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut
malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi,
yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan
serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila
kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit
utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan
pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi
meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan meningkatnya kehilangan
nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi
berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi
penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat
kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.
Jika terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
42. 28
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif.
Dengan demikian, pada Kekurangan energi protein dan kalori dapat terjadi
gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum,
penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh (Hidayat,
2012).
5. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik dari marasmus adalah sebagai berikut :
a. Anak cengeng, rewel dan tidak bergairah
b. Diare kronis atau persisten
c. Mata besar dan dalam dan Ubun-ubun cekung
d. Akral dingin dan tampak sianosis
e. Wajah seperti orang tua
f. Rambut tipis, jarang dan kusam
g. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
h. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot
i. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput, dan
turgor kulit jelek.
j. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
k. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun
l. Vena superfisialis tampak lebih jelas
m. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
n. Anoreksia (Nurarif & Kusuma, 2015).
43. 29
6. Klasifikasi
Klasifikasi gizi buruk atau KEP adalah sebagai berikut :
a. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk. Pada marasmus awalnya pertumbuhan yang
kurang dan atrofi otot serta menghilangnya lemak di bawah kulit tanpa
adanya edema.
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat yang ditandai dengan adanya edema
diseluruh tubuh terutama kaki, tangan atau anggota badan lain.
c. Marasmik – Kwashiorkor
Tipe marasmik kwashiorkor merupakan gabungan beberapa gejala
klinik kwashiorkor dan marasmus yang disertai dengan edema yang
tidak mencolok (Liansyah, 2015).
Seorang anak balita dikatakan Kekurangan Energi Protein (KEP)
apabila tingkat konsumsi energi dan protein < 80 % AKG.
44. 30
Kecukupan energi protein untuk anak balita perorang perhari
menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini :
Tabel 2. Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan
Umur Energi (Kkal) Protein (gr)
0 - 6 bulan 550 10
7 – 12 bulan 650 16
1 – 3 tahun 1000 25
4 – 6 tahun 1550 39
Sumber : (Depkes 2005, dikutip dalam Sari, 2013)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Mengukur TB dan BB
c. Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter)
d. Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah
kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung
(kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm
pada wanita (Nurarif & Kusuma, 2015).
e. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
f. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, elektrolit, Hb dan Ht.
45. 31
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan marasmus mengikuti 10 langkah utama
penatalaksanaan gizi buruk yaitu sebagai berikut :
a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak
sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
sering atau cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi
masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hiportemia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36 0
c Pada
keadaan ini harus di hangatkan dengan cara ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu di tutupi selimut atau dengan
membungkus anak dengan slimut tebal dan meletakan lampu di
dekatnya. Selama masa penghangatan di lakukan pengukuran suhu anak
pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan
stabil tetap di bungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar tidak
jatuh kembali pada kaadaan hipotermia.
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering di jumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi ada riwayat, anak sangat kehausan, mata cekung, tangan dan
kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan :
46. 32
(1) Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap ½ jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3
sendok makan ) setiap 30 menit dengan sendok makan.
(2) Jika tidak ada personal untuk anak dengan KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat
minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5 % dan
Nacl perbandingan 1 : 1
d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit pada semua
KEP berat atau gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektolit di
antaranya :
(1) Kelebihan natrium (Na) tubuh walaupun kadar Na plasma rendah.
(2) Defisiensi kalium dan Magnesium (Mg).
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan
untuk pemulihan keseimbangan elektrolit di perlukan waktu
minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam atau
rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang di
encerkan 2 x ( dengan Pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan
50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan
makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan
lumat.
47. 33
e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi.
Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara
rutin di berikan antibiotik spektrum luas.
f. Pemberian makanan, balita KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 Fase :
(1) Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati- hati
karena keadaan faal anak yang sangat lemah dan kapasitas
homeostatis berkurang, pemberian makanan harus dimulai segera
setelah anak di rawat sehingga energi protein cukup untuk
memenuhi metabolisme basal saja, formula khusus seperti
formula WHO. 75/ modifikasi/ modisko ½ yang dilanjutkan dan
jadwal pemberian makanan harus di susun agar dapat mencapai
prinsip tersebut dengan persaratan sebagai berikut : porsi kecil,
sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkl/ kilogram
perhari, protein 1-1,5 gram/ kilogram bb/ hari, cairan 130
ml/kg/bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg/bb/ hari), bila anak
mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula.
(2) Fase transisi (minggu II)
(a) Pemberian makanan pada fase transisi di berikan secara
perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung yang dapat
48. 34
terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak.
(b) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0,9 –
1,0 gr/ 100). Dengan formula khusus lanjutan (energi 100
kkal dan protein 2,9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 24 jam.
Modifikasi bubur/ makanan keluarga dapat digunakan asal
kandungan energi dan protein sama.
(c) Naikan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya hanya tercapai jumlah 30 ml/ kg
bb/kali pemberian (200 ml/ kg bb/hari).
(3) Fase rehabilitasi (minggu III-VII)
(a) Formula WHO – F 135/ Pengganti/ modisko ½ dengan
jumlah tidak terbatas dan sering.
(b) Energi : 150-220 kkal/kg bb/hari.
(c) Protein : 4-6 kg/ kkal/kg bb/ hari.
(d) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah
dengan makanan formula karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh kejar.
(e) Secara perlahan di perkenalkan makanan keluarga.
g. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro dengan berikan
setiap hari :
(1) Tambahan multivitamin lain
49. 35
(2) Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi
folat/ sirup besi.
(3) Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat
dosisi tunggal.
(4) Vitamin A oral 1 kali.
(5) Dosis tambahan disesuaikan dengan buku pedoman pemberian
kapsul vitamin A.
h. Berikan stimulasi dan dukungan emosional
i. Persiapan untuk tidak lanjut
Bila BB anak sudah berada digaris warna kuning anak dapat dirawat
dirumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan, puskesmas/ bidan di desa
(Nurarif & Kusuma, 2015).
9. Komplikasi
a. Infeksi tuberculosis
b. Malnutrisi kronik
c. Gangguan tumbuh kembang.
d. Hipoglikemia
e. Hipotermia
f. Dehidrasi
g. Gangguan keseimbangan elektrolit (Liansyah, 2015).
50. 36
11. Penyimpangan KDM
Malabsorbsi, infeksi dan kegagalan melakukan sintesis protein
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi kalori dan protein Perubahan status kesehatan
Fungsi saluran cerna terganggu kurang pengetahuan
tentang gizi seimbang
Hiperperistaltik
Defisiensi pengetahuan
Daya tahan tubuh Hilangnya lemak Penyerapan makanan
menurun dibantalan kulit di usus menurun Malnutrisi
Keadaan umum lemah Turgor kulit menurun Diare Asam amino esensial
dan keriput menurun dan produksi
Portal of entry Distensi abdomen albumin menurun
Kerusakan integritas
Resiko infeksi kulit Peningkatan asam lambung Atropi/pengecilan otot
Anoreksia Keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan
Ketidakseimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
tubuh
Bagan 1. Penyimpangan KDM
(Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015)
51. 37
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode untuk menerapkan suatu konsep dalam
praktik keperawatan. Hal ini disebut suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu. Teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Nursalam, 2013).
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
(implementasi), evaluasi dan catatan perkembangan (Nursalam, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013).
Adapun tahap-tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Data subjektif ini diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi klien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya sedangkan
data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat.
Yang termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah,
adanya edema dan berat badan (Nursalam, 2013).
52. 38
Adapun data yang dapat dikumpulkan yaitu :
1) Biodata
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, tanggal masuk Rumah Sakit dan tanggal pengkajian,
nomor medrek, diagnosa medik dan alamat (Wong, 2004).
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat (Wong, 2004).
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan alasan
utama individu mencari bantuan profesional kesehatan (Wong,
2004).
(2) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menonjol yang dirasakan oleh
klien dan merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit
(keluhan utama saat MRS) atau keluhan utama saat dilakukan
pengkajian oleh beberapa waktu atau hari setelah klien MRS.
Pada umumnya anak dengan marasmus keluhan yang paling
dirasakan oleh klien adalah gangguan pertumbuhan (berat
53. 39
badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai,
sering diare dan keluhan lain yang menunjukan terjadinya
kekurangan gizi (Wong, 2004).
(3) Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama klien dijadikan dasar untuk menggali kondisi
klien saat ini dengan menggunakan format PQRST, sebagai
petunjuk untuk mempermudah mengingat langkah-langkah
pengumpulan data.
(a) Paliative/Provokatif (P) : Apa penyebab keluhan tersebut,
Faktor apa saja yang memperberat atau mengurangi
keluhan. Biasanya penyebab diare pada anak dengan
marasmus adalah kekurangan energi protein.
(b) Quality/Quantity (Q) : Bagaimana keluhan tersebut
dirasakan, apakah terlihat, terdengar. Seberapa sering
keluhan itu dirasakan. Keluhan biasanya dirasakan terus
menerus.
(c) Region/Radiasi (R) : Lokasi keluhan tersebut dirasakan,
apakah penyebarannya juga ke area lain. Biasanya pada
anak dengan marasmus ini dirasakan bagian abdomen.
(d) Severity/scale (S) : Severity of scale, Intensitas keluhan
yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak.
Pada klien dengan marasmus tidak mempunyai skala.
54. 40
(e) Timming (T) : Kapan keluhan tersebut mulai muncul/
dirasakan, seberapa sering keluhan tersebut muncul?
apakah munculnya secara tiba-tiba atau bertahap. Biasanya
keluhan dirasakan bertambah pada saat klien bergerak atau
beraktivitas dan berkurang saat klien istrahat/tidur
(Asmadi, 2008).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Riwayat Antenatal Care (ANC)
Yang perlu diketahui yaitu Kesehatan ibu selama hamil, berapa
kali dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, tempat
pemeriksaan, keluhan selama hamil, imunisasi TT berapa kali,
nutrisi selama ibu hamil, lamanya hamil dan kebiasaan atau
perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin seperti : kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi obat - obatan secara sembarang
(Wong, 2004).
(2) Riwayat Intranatal Care (INC)
Yang perlu diketahui yaitu tempat persalinan, penolong
persalinan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan
persalinan, berat badan lahir, dan komplikasi waktu lahir
(Wong, 2004).
55. 41
(3) Riwayat Post Natal Care (PNC)
Yang perlu diketahui yaitu keadaan bayi lahir awal, berat badan
dan panjang badan, penilaian APGAR Skor (warna, sianosis,
pucat, ikhterik), demam, kesulitan menghisap, kesulitan
pemberian makan atau ASI (Wong, 2004).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu dikaji adalah silsilah keluarga, pendidikan dan
pekerjaan keluarga, penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan
atau penyakit menular lainnya dalam keluarga dengan
menggunakan genogram keluarga tiga generasi (Wong, 2004).
d) Riwayat Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi
dimulai sejak lahir hingga umur 1 (satu) tahun seperti BCG
diberikan 1 kali pada saat usia lahir bayi 0-11 bulan, DPT diberikan
sebanyak 3 kali pada saat usia bayi 2-11 bulan, hepatitis B
diberikan 3 kali pada usia 0-11 bulan, polio diberikan sebanyak 4
kali pada saat usia bayi 0-11 bulan dan campak diberikan 1 kali saat
usia anak 9-11 bulan (Depkes, 2000 dikutip dalam Hidayat, 2012).
e) Riwayat Tumbuh Kembang
(1) Pertumbuhan Fisik Anak
Hal yang perlu diketahui yaitu berat badan selama sakit (berat
badan selama sakit biasanya menurun disebabkan oleh
56. 42
kekurangan energi protein, panjang badan, jumlah gigi, lingkar
kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada. Biasanya pada
anak dengan marasmus terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (Wong, 2004).
(2) Perkembangan Anak
Tabel 3. Perkembangan Anak Usia 0-60 Bulan
No Umur
(Bulan)
Motorik Kasar Motorik Halus
1. I Dapat memutar kepala dari
satu sisi kesisi lain bila
telungkup.
Refleks menggenggam kuat
2. 2 Bila telungkup, dapat
mengangkat kepala hampir 45
derajat dari meja.
Tangan sering terbuka dan
releks menggenggam
menghilang.
3. 3 Mampu mengangkat kepala
dan bahu dari posisi telungkup
sampai 45-90 derajat dari
meja.
Menggenggam tangan
sendiri dan menarik selimut
atau pakaian.
4. 4 Mampu duduk tegak bila
disangga dan berguling dari
telungkup kesisi lain.
Menggenggam objek dengan
kedua tangan dan dapat
memasukkan objek ke mulut
5. 5 Dapat membalik dari posisi
telungkup ke telentang dan
bila telentang, menempatkan
kaki ke mulut.
Mampu menggenggam
objek secara volunter dan
memainkan jari-jari kaki.
6. 6 Berguling dari telungkup ke
telentang
Memegang botol dan
menggenggam kaki lalu
menarik ke mulut.
7. 7 Bila digendong dalam posisi
berdiri, meloncat secara aktif.
Memindahkan objek dari
satu tangan ke tangan lain.
8. 8 Duduk dengan mantap tanpa
sokongan
Mulai menggenggam dengan
menggunakan jari telunjuk.
9. 9 Menarik badan ke posisi
berdiri dan berdiri
berpegangan pada perabot
Menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk dalam
menggenggam kasar.
10. 10 Saat berdiri, mengangkat salah
satu kaki untuk melangkah
Mulai menggenggam objek
dengan tangan
11. 11 Bila duduk, berputar untuk
meraih objek dan berjalan
memegang perabot
Memiliki genggaman lebih
erat.
12. 12 Berjalan dengan satu tangan
dipegang dan dapat duduk dari
posisi berdiri tanpa bantuan
Melepaska kotak kedalam
cangkir.
57. 43
13. 15 Berjalan tanpa bantuan dan
memanjat tangga.
Membangun menara dari
dua kotak dan mencoret-
coret secara spontan
14. 18 Berlari secara kikuk, sering
jatuh dan melompat ditempat
dengan kedua kaki
Membangun menara tiga
sampai empat kotak dan
mengatur sendok tanpa
memutar.
15. 24 Berlari dengan seimbang dan
menendang bola tanpa
gangguan keseimbangan
Membangun menara dengan
enam sampai tujuh kotak
16. 30 Melompat dengan kedua kaki
dan berdiri pada satu kaki.
Membangun menara dengan
delapan kotak.
17. 36 Mengendarai sepeda roda tiga Membangun menara dari 9
atau 10 kotak
18. 48 Melompat dan meloncat pada
satu kaki dan berjalan,
menangkap bola dan menuruni
tangga dengan kaki bergantian
Menggunakan gunting
dengan baik untuk
memotong gambar
mengikuti garis.
19. 60 Meloncat dan melompat pada
kaki bergantian melompat dari
ketinggian 12 inci dan
bertumpu pada ibu jari kaki.
Mengikat tali sepatu,
menggunakan gunting, alat
sederhana atau pensil
dengan sangat baik & dapat
meniru gambar segitiga.
Sumber : (Wong, 2004)
f) Riwayat Nutrisi
yang perlu ditanyakan adalah riwayat pemberian ASI, pemberian
susu formula, pemberian makanan tambahan dan pola perubahan
nutrisi tiap tahapan usia (Wong, 2004).
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2013). Adapun
yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dilanjutkan
sewaktu mengukur tanda-tanda vital.
58. 44
b) Kesadaran
Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan
yaitu :
(1) Komposmentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekeliling.
(2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri tetapi jatuh tidur lagi.
(4) Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat memberontak,
berteriak dan tak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.
(5) Supor/semikoma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma,
reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
(6) Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri apapun (Nurarif &
Kusuma, 2015).
GCS (Glasgow Coma Score) yaitu skala yang digunakan
untuk menilai tingkat kesadaran atau respon utama klien terhadap
lingkungannya yaitu membuka mata, mengucap kata dan
melakukan gerakan (Muttaqin, 2008).
59. 45
Eye (Buka Mata)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
Spontan
Berdasarkan suara
Dengan rangsangan nyeri
Tidak ada respon
Respon verbal
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
:
Senyum, orientasi terhadap obyek
Menangis tetapi dapat ditenangkan
Menangis dan tidak dapat ditenangkan
Mengerang dan agitatif
Tidak memberi respon
Respon Motorik
(6)
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
:
:
Mengikuti perintah/aktif
Melokalisir rangsang nyeri
Menjauhi rangsangan nyeri
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak memberi respons (Nurarif & Kusuma, 2015)
c) Tanda-Tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu tekanan
darah, nadi, suhu dan pernapasan. Biasanya anak dengan marasmus
TTV lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat (Wong, 2004).
60. 46
d) Pemeriksaan Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui ukuran–ukuran fisik anak (berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar dada) dengan
menggunakan alat ukur sesuai usia dan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4. Pengukuran Antropometri Usia 0 - 60 Bulan
No.
Umur
(Bulan)
BB (kg) TB (cm) LK (cm)
LILA
(cm)
LID
A
(cm)
1. 0 2,5-4,0 48-52 32-38 9,5-13,5 30-38
2. 1 3,0-4,3 49,8-54,6 34-41 - -
3. 2 3,6-5,2 52,8-58,1 36-42,5 - -
4. 3 4,2-6,0 55,5-61,1 37,5-44 - -
5. 4 4,7-6,7 57,8-63,7 38,5-45 - -
6. 5 5,3-7,3 59,8-65,9 39,5-45,5 - -
7. 6 5,8-7,8 61,6-67,8 40-46 14,75 -
8. 7 6,2-8,3 63,2-69,5 40,5-47 14,75 -
9. 8 6,6-8,8 64,6-71,0 41-47,5 14,75 -
10. 9 7,0-9,2 66,0-72,3 41,5-48 15,10 -
11. 10 7,3-9,5 67,2-73,6 41-48 15,10 -
12. 11 7,6-9,9 68,5-74,9 42,5-49 15,10 -
13. 12 7,8-10,2 69,6-76,1 43-49,5 16,00 -
14. 15 8,4-10,9 72,9-79,4, 44-50 - -
15. 17 8,9-11,5 75,9-82,4 44,5-50,5 - -
16. 24 9,9-12,3 79,2-85,6 45-51 16,25 -
17. 29 10,8-13,5 83,7-90,4 45,5-52,5 - -
18. 36 11,7-14,6 87,8-94,9 46-53 16,50 -
19. 41 12,5-15,7 91,5-99,1 46,5-53,5 - -
20. 48 13,2-16,7 96,4-102,9 47-53,8 16,75 -
21. 53 13,8-17,7 99,7-106,6 47,5-53,8 - -
22. 60 14,5-18,7 102,7-109,9 47,8-54 17,00 -
Sumber: (Djitowiyono, 2010)
untuk menentukan BB Ideal Balita (0-5 tahun) dengan
menggunakan rumus Berat Badan Ideal (BBI) :
(Umur (tahun) X 2) + 8 = 2n + 8
61. 47
Keterangan :
n = umur
2 dan 8 = nilai konstanta (Depkes, 1973 dikutip dalam Nursalam, 2008).
Tabel 5. Berat Badan Ideal (BBI) dalam Kategori
No.
Umur
(Tahun)
Kategori
Normal Kurus Sangat Kurus
1. 1 7,8-10,2 6,1-7,7 < 6,0
2. 2 9,9-12,3 7,6-9,8 < 7,5
3. 3 11,7-14,6 8,8-11,6 < 8,7
4. 4 13,2-16,7 10,0-13,1 < 9,9
5. 5 14,5-18,7 10,9-14,4 < 11,0
Sumber : (Djitowiyono, 2010)
Selain menggunakan rumus Berat badan ideal (BBI) tersebut,
dapat juga menggunakan rumus sebagai berikut :
BB
BMI =
(TB)2
Keterangan :
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (m)
Interprestasi status gizi berdasarkan kategori IMT / BMI
menurut Kemenkes RI (2003) :
(1) Kategori kurus jika nilai IMT/BMI < 18,0
(2) Kategori normal jika nilai IMT/BMI berada diantara 18,5 - 25,0
(3) Kategori gemuk (obesitas) jika nilai IMT/BMI > 25,0
62. 48
e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
(1) Sistem Integument
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu warna kulit dan
distribusi rambut, adanya pembengkakan atau tidak dan turgor
kulit. Biasanya anak dengan marasmus kulit kering, turgor kulit
jelek, wajah nampak seperti orang tua, akral teraba dingin dan
mengendor disebabkan karena kehilangan banyak lemak di
bawah kulit dan otot-ototnya terjadi atropi serta rambut tampak
kering dan mudah rontok, kusam, jarang dan depigmentasi
(Engel, 2009).
(2) Sistem Pernapasan
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk dada simetris
atau tidak, pergerakan dada, frekuensi pernafasan, bunyi napas,
taktil fremitus, vokal resonan, perkusi paru, kembang kempis
paru dan adanya pembengkakan atau tidak. Biasanya pada anak
dengan marasmus terjadi gangguan sistem pernapasan yaitu
batuk, sesak napas dan ada bunyi napas tambahan (ronchi)
(Engel, 2009).
(3) Sistem Kardiovaskuler
Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah
konjungtiva anemis atau tidak, adanya peningkatan vena
63. 49
jugularis, bunyi jantung, adanya peningkatan TD atau tidak dan
bunyi perkusi jantung (Udjianti, 2010).
(4) Sistem Pencernaan
Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah
bentuk mulut dan abdomen simetris atau tidak, warna kulit,
terdapat peradangan atau lesi pada mulut dan gusi, jumlah gigi,
adanya stomatitis, keadaan lidah, adanya pembengkakan,
frekuensi bising usus, bunyi perkusi abdomen dan terdapat
nyeri tekan. Biasanya pada anak dengan marasmus perut
tampak buncit, terjadi hepatomegali dan bising usus meningkat
bila terjadi diare (Wong, 2004).
(5) Sistem Pengindraan
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu kesimetrisan, ketajaman
penglihatan, lapang pandang, konjungtiva anemis atau tidak,
sklera icterus, bentuk hidung, adanya sekret pada hidung atau
tidak, bentuk telinga, adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya
tidak ada kelainan/gangguan pada sistem pengindraan (Engel,
2009).
(6) Sistem Persarafan
Pengkajian neurologi meliputi fungsi serebral yaitu kesadaran
dan status mental, fungsi saraf kranial, fungsi motorik dan
fungsi sensorik (Muttaqin, 2008).
64. 50
(7) Sistem Muskuloskeletal
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk kesimetrisan,
kekuatan otot dan pergerakan. Biasanya pada anak dengan
marasmus terjadi atrofi otot hingga tulang-tulang terlihat lebih
jelas karena kurangnya asupan energi protein sehingga terjadi
kelemahan otot (Engel, 2009).
(8) Sistem Endokrin
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan para tiroid atau tidak, refleks menelan dan
adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya tidak ada kelainan pada
sistem endokrin (Engel, 2009).
(9) Sistem Perkemihan
Pada umumnya yang perlu dikaji adalah fungsi eliminasi klien
apakah terjadi perubahan pola eliminasi atau tidak. Biasanya
tidak ada kelainan pada sistem perkemihan (Engel, 2009).
(10)Sistem Reproduksi
Meliputi fungsi alat reproduksi normal ataupun tidak. Biasanya
tidak ada kelainan pada sistem reproduksi (Engel, 2009).
(11)Sistem Imun
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu daya tahan tubuh klien
apakah menurun atau masih dalam keadaan stabil. Biasanya
anak dengan marasmus terjadi penurunan daya tahan tubuh
65. 51
yang disebabkan kurangnya asupan kalori dan protein (Engel,
2009).
4) Pola Aktifitas Sehari-hari
Yang perlu dikaji dalam kegiatan sehari-hari adalah :
a) Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makan klien apakah
ada perubahan sebelum dan selama di rumah sakit, riwayat
pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, nafsu makan
biasanya berkurang, kaji apakah ada mual/muntah dan keadaan
umum lemah (Wong, 2004).
b) Eliminasi
BAB dan BAK biasanya tidak terjadi gangguan.
c) Istirahat tidur
Biasanya istirahat tidur klien terganggu, tidak merasa segar setelah
tidur, tidur tampak tidak nyenyak akibat diare (Wong, 2004).
d) Personal hygiene
Bagaimana kebiasaan mandi klien, perawatan rambut, potong kuku,
gosok gigi, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak.
Pasien dengan marasmus biasanya belum dapat melakukan personal
hygiene sendiri seperti biasanya karena kelemahan otot sehingga
memerlukan bantuan dari orang-orang terdekat (Wong, 2004).
66. 52
e) Aktivitas & olahraga
Kaji kemampuan klien beraktifitas sebelum sakit dan sesudah sakit.
Aktivitas biasanya belum bisa dilakukan oleh klien akibat
kelemahan yang dirasakan (Wong, 2004).
5) Data Psikologis
a) Status Emosi : dapat dijumpai ketidakstabilan emosi klien dan
keluarga.
b) Pola Koping : hal apa saja yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalahnya adakah tindakan yang maladaptif (Nursalam, 2008).
6) Data Sosial
Mencakup orang yang terdekat dengan klien, hubungan dan pola
interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat. Biasanya pada anak
terjadi penarikan diri dari interaksi sosialnya atau hubungan
interpersonal akibat ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Nursalam,
2008).
7) Data Spritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme keluarga
terhadap kesembuhan anak (Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2008).
8) Reaksi Hospitalisasi
a) Pemahaman orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat di
rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya
tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya
67. 53
terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit serta prosedur
pengobatan
b) Pemahaman anak tentang rumah sakit dan rawat inap (Nursalam,
2008).
9) Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada malformasi anorektal (anus imperforata)
adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan fisik
b) Mengukur TB dan BB
c) Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter)
d) Mengukur ketebalan lipatan kulit kelengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi, sehingga lapisan lemak dibawah
kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka
lengkung (kapiler) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50%
dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-
laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
e) Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak) (Nurarif & Kusuma, 2015).
68. 54
10)Pengobatan & Perawatan
a) Pengobatan
(1) Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
(2) Pemberian multivitamin
(3) Pemberian zinc jika terjadi diare
(4) Pemberian cairan glukosa/RL 5 % dan Nacl (Nurarif &
Kusuma, 2015).
b) Perawatan
(1) Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perseorangan.
(2) Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi.
(3) Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas.
(4) Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein
(5) Pemberian imunisasi
(6) Penyuluhan /pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
(7) Pemantauan (surveilance) yang teratur pada anak balita di
daerah yang endemis kurang gizi dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.
69. 55
b. Klasifikasi/ Pengelompokan Data
Klasifikasi/pengelompokan data adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan yang terdiri dari data subjektif dan data objektif.
Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis yang
terdiri dari :
1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan- keluhan
pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain.
2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur oleh
seorang perawat (Nursalam, 2013).
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,
menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokan data serta
mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa
keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan data objektif. Analisa
data terdiri dari PES (Problem, Etiologi, Symptom) (Asmadi, 2008).
d. Prioritas Masalah
Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai dengan kriteria
prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi
yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).
70. 56
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2013).
Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnosis
keperawatan aktual, diagnosis keperawatan risiko dan diagnosis keperawatan
potensial (Asmadi, 2008).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
marasmus berdasarkan ( Nurarif dan Kusuma, 2015). adalah sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi.
d. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi,diet,perawatan,dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
71. 57
3. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan yang
meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan digunakan untuk
penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari perencanaan adalah
menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan respon klien terhadap
masalah kesehatan baik yang aktual, risiko, maupun potensial (Nursalam,
2013).
Adapun contoh rencana keperawatan untuk klien dengan marasmus
berdasarkan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
Tujuan : kebutuhan nutrisi menjadi adekuat
Kriteria hasil :
1) Nafsu makan meningkat
2) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg)
3) Porsi makan dihabiskan
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
72. 58
Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
No Intervensi Rasional
1)
2)
3)
4)
5)
Kaji tingkat kebutuhan nutrisi
klien
Monitor bising usus
Timbang berat badan pasien
setiap hari
Catat dan monitor adanya
anoreksia, kelemahan umum,
nyeri abdomen munculnya mual
dan muntah
Kolaborasi dengan ahli gizi
1) Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
klien sehingga dapat menentukan
intervensi selanjutnya.
2) Bising usus hiperaktif mencerminkan
peningkatan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi
absorbsi.
3) Indikator kebutuhan nutrisi atau
pemasukan yang adekuat.
4) Peningkatan aktifitas adrenergic dapat
menyebabkan gangguan sekresi insulin
atau terjadi resisten yang mengakibatkan
hiperglikemia, polidipsi, poliuria,
perubahan kecepatan dan kedalaman
pernapasan (tanda asidosis metabolic).
5) Bermanfaat untuk menentukan kegunaan
atau kebutuhan kalori dengan tepat
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
Tujuan : Tidak akan terjadi kerusakan pada kulit
Kriteria hasil :
1) Turgor kulit baik
2) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami.
3) Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, temperature,
hidrasi dan pigmentasi) dan tidak ada luka.
Tabel 7. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit
No Intervensi Rasional
1) Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakayan yang
longgar
1) Menghindari dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit
2) Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
2) Mencegah terjadinya kerusakan pada
kulit.
73. 59
3) Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien setiap dua jam sekali)
3) Baring yang sering akan mengakibatkan
penekanan pada kulit dan mengurangi
stress pada titik yang tertekan
4) Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada daerah
yang tertekan
4) Dengan mengoleskan lation akan dapat
menjaga kebersihann kulit dan
kenyamanann pada kulit
5) Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
5) Mandi dapat menjaga kebersihan kulit
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
malnutrisi
Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan anak baik
Kriteria hasil :
1) Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
2) Kematangan fisik yaitu tinggi badan dan berat badan sesuai usia.
3) Status nutrisi seimbang
4) Berat badan dalam batas normal (14-18 kg).
Tabel 8. Intervensi dan Rasional : Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan
No Intervensi Rasional
1) Kaji faktor penyebab gangguan
perkembangan anak
1) Agar tindakan yang dilakukan slebih
tepat dan akurat
2) Mendorong asupan makanan dan
cairan tinggi kalium yang sesuai
2) Membantu dalam proses penyembuhan
3) Berikan pasien makanan yang
tinggi kalori dan tinggi protein
serta makanan dan minuman
bergizi yang mudah dikonsumsi.
3) Agar perkembangan mental anak tidak
mengalami pemberhentian atau
kemunduran
4) Kolaborasi dengan ahli gizi,
jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang di butuhkan untuk
persyaratan gizi yang sesuai.
4) Untuk mengevaluasi asupan nutrisi
5) Berikan perawatan yang konsisten 5) Dengan perawatan yang baik maka
dapat mempercepat kesembuhan
berbagai macam penyakit
74. 60
6) Pantau kecenderungan kenaikan
dan penurunan berat badan
6) Untuk mengetahui peningkatan berat
badan
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
d. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Dapat mengetahui dan mengerti penyakit yang di alami
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyaki, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melakasanakan prosedur yang di jelaskan
secara benar
3) Menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat atau tim kesehatan.
Tabel 9. Intervensi dan Rasional : Defisiensi Pengetahuan
No Intervensi Rasional
1)
2)
3)
4)
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan pada kesehatan
dengan cara yang tepat.
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin di perlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang atau
proses pengontrolan penyakit.
Berikan pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
gambarkan tanda & gejala yang
biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat.
Diskusikan pilihan terapi serta
penanganan.
1) Evaluasi cepat dan intervensi terhadap
terjadinya infeksi menurunkan resiko
komplikasi lebih serius.
2) Memberikan dasar pengetahuan di mana
pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
3) Dapat melakukan pendidikan kesehatan
sesuai dengan tingkat pengetahuan klien
sehingga dapat mengidentifikasi
terjadinya penyakit serta penanganan
lebih dini.
4) Klien lebih nyaman dalam menerima
terapi yang diberikan.
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
75. 61
e. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah leukosit dalam batas normal
Tabel 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Infeksi
No. Intervensi Rasional
1)
2)
3)
4)
5)
Anjurkan pada keluarga dan
pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien.
Dorong keseimbangan istrahat
adekuat dengan aktifitas sedang
dan tingkatkan masukan nutrisi
adekuat
Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi dalam pemberian
obat antibiotik.
Batasi pengunjung
1) Menurunkan resiko kontaminasi silang
2) Memudahkan proses penyembuhan
dan meningkatkan tahanan alamiah
3) Untuk menambah pengetahuan pasien
dan keluarga tentang penyakit yang
dialami
4) Antibiotik dapat berguna secara
profilaktik untuk mencegah infeksi.
5) Mencegah kontaminasi silang dari
pengunjung
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC- NOC
4. Implementasi
Implementasi adalah Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan (Nursalam, 2013).
76. 62
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap implementasi,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada perencanaan (Asmadi, 2008).
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan efektivitas asuhan
keperawatan untuk mencegah atau mengobati respon klien terhadap prosedur
kesehatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir (Nursalam, 2013).
77. 63
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : An. S
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal masuk Rumah Sakit : 28 Februari 2016
Tanggal Pengkajian : 1 Maret 2016
Diagnosa Medik : Marasmus
Nomor Medrek : 0001517483
Alamat : Majalaya
78. 64
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Majalaya
Hub dengan klien : Nenek klien
c) Identitas Saudara Kandung
Nama : An. M
Umur : 7 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Hub dengan klien : Kakak klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah sakit :
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek
klien mengatakan sejak 3 hari sebelum klien masuk rumah
sakit cucunya BAB lebih dari 3 (tiga) kali sehari. Usaha yang
79. 65
dilakukan nenek klien untuk mengatasi keluhan tersebut adalah
dengan memberikan oralit tetapi keluhan tidak teratasi. Melihat
kondisi cucunya saat itu yang masih BAB lebih dari 3 (tiga)
kali sehari dan berbaring lemah, nenek klien berinisiatif
membawa klien di RSUD Majalaya namun tidak mempunyai
biaya untuk pengobatan klien sehingga meminta bantuan pada
tetangganya untuk membantu pengobatan klien, namun tidak
ada perubahan dan pada tanggal 28 Februari 2016, nenek klien
dan tetangganya membawa klien di Rumah Sakit dr. Hasan
Sadikin Bandung untuk dilakukan perawatan.
(2) Keluhan Utama : BAB lebih dari 3 kali sehari
(3) Riwayat keluhan utama :
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 Maret 2016, nenek
klien mengatakan cucunya BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi feses cair, berbusa dan berampas serta berwarna
kehijauan dan penyebabnya tidak diketahui. Keluhan yang
menyertai yaitu lemah.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Riwayat Antenatal Care (ANC)
(a) Nenek klien mengatakan Ibu klien melakukan perawatan
kehamilan sejak usia 3 (tiga) bulan.
(b) Nenek Klien mengatakan Ibu klien memeriksakan
kehamilannya 2 bulan sekali sejak usia kehamilan 3 bulan.
80. 66
(c) Tempat pemeriksaan kehamilan di Puskesmas
(d) Nenek klien mengatakan keluhan Ibu klien selama hamil
yaitu mengidam, mual dan muntah.
(e) Nenek klien mengatakan pola makan Ibu klien selama
hamil cukup baik.
(f) Lamanya hamil 9 bulan 6 hari
(g) Nenek klien mengatakan selama hamil ibu klien belum
pernah dirawat di rumah sakit.
(2) Riwayat Intranatal Care (INC)
(a) Nenek klien mengatakan bahwa ibu klien melahirkan
anaknya di rumah sendiri.
(b) Nenek klien mengatakan proses kelahiran klien ditolong
oleh bidan.
(c) Nenek klien mengatakan proses persalinan ibu klien normal
dan lamanya partus + 1 jam.
(d) Jenis pertolongan persalinan spontan
(e) Nenek klien mengatakan klien lahir tanpa ada penyulit/
komplikasi selama melahirkan.
(3) Riwayat Post Natal Care (PNC)
(a) Nenek klien mengatakan keadaan klien waktu lahir baik
dan sehat.
(b) Nenek klien mengatakan BB klien waktu lahir adalah 2.700
gr (2,7 kg) dan panjang badan 48 cm.
81. 67
(c) APGAR score tidak di ketahui.
(d) Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan
imunisasi.
(e) Nenek klien mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan dan tidak ada riwayat keracunan.
(f) Nenek klien mengatakan cucunya tidak mempunyai riwayat
alergi baik terhadap makanan, minuman maupun obat –
obatan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
(2) Nenek klien mengatakan bahwa kedua orang tua klien
pendidikannya SD dan bekerja merantau.
(3) Nenek klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit malnutrisi seperti marasmus, kwashiorkor
dan penyakit malnutrisi lainnya.
G I
G II
G III
Bagan 1. Genogram 3 Generasi
? ?
35
??
25
? ?
5
65
7
x
? x
5
82. 68
Keterangan :
: Laki – laki : Tinggal serumah
: Perempuan X : Meninggal
? : Usia tidak diketahui : Hubungan pernikahan
: Klien : Garis Keturunan
d) Riwayat Imunisasi
Nenek klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan
imunisasi.
e) Riwayat Tumbuh Kembang
(1) Pertumbuhan Fisik Anak
(a) Berat badan saat lahir 2.700 gr (2,7 kg)
(b) Berat badan saat ini 9 kg
(c) Panjang badan saat lahir 48 cm
(d) Panjang badan saat ini 72 cm
(e) Usia mulai tumbuh gigi 6 bulan.
(2) Perkembangan Anak
(a) Mampu mengangkat kepala dan bahu : 5 bulan
(b) Berguling : 8 bulan
(c) Duduk dengan mantap tanpa sokongan : 11 bulan
(d) Mulai menggenggam objek dengan tangan : 12 bulan
(e) Duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan : 14 bulan
(f) Berjalan tanpa bantuan dan memanjat tangga : 17 bulan
(g) Berlari secara kikuk : 21 bulan
83. 69
(h) Berlari dengan seimbang dan menendang bola tanpa
gangguan keseimbangan : 27 bulan
(i) Melompat dengan kedua kaki : 32 bulan
(j) Mengendarai sepeda roda tiga kotak : 40 bulan
(k) Menuruni tangga dengan kaki bergantian : 52 bulan
(l) Meloncat dan melompat : 64 bulan
Nenek klien mengatakan pertumbuhan dan
perkembangan klien lambat dan tidak sesuai dengan
perkembangan anak seusianya. Nenek klien juga mengatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan klien berbeda dengan
tahapan perkembangan saudaranya. Nampak pertumbuhan dan
perkembangan terganggu.
f) Riwayat Nutrisi
(1) Riwayat Pemberian ASI
(a) Pertama kali disusui : setelah lahir
(b) Waktu pemberian : tidak menentu
(c) Cara pemberian : berbaring disisi bayi atau dengan
cara duduk memangku bayi
(d) Lamanya pemberian: 1 bulan
(2) Pemberian Susu Formula
(a) Alasan pemberian : anak sudah tidak menyusui dengan
ASI.
(b) Jumlah pemberian : 400-500 ml / hari
(c) Cara pemberian : menggunakan dot
84. 70
(3) Pemberian Makanan Tambahan
(a) Pertama kali di berikan pada usia 1 bulan
(b) Jenis makanan tambahan adalah SUN
(4) Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Tabel 11. Pola Perubahan Nutrisi
No. Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1.
2.
3.
4.
0 bulan
1 bulan
11 bulan
25 bulan
ASI
Susu formula + SUN
Susu + menu keluarga
Susu (kadang-kadang) + air
putih + menu keluarga
(Nasi, ikan dan sayur) tapi
jarang sampai sekarang.
1 bulan
10 bulan
24 bulan
Sampai sekarang
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
c) Tanda-Tanda Vital :
(1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
(2) Nadi : 98x/menit
(3) Suhu badan : 36,6 °C
(4) Pernapasan : 28 x/menit
d) Pemeriksaan Antropometri
(1) Tinggi badan : 72 cm
(2) Berat badan : 9 kg
(3) Lingkar kepala : 48 cm
(4) Lingkar lengan atas : 11 cm
(5) Lingkar perut : 42 cm
85. 71
BMI : BB
(TB)2
9 = 9 = 17, 36
(72)2
0,5184
BMI : 17,36 kg/m (kurus)
e) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
(1) Sistem Integument
Rambut nampak tipis, jarang, kaku dan kemerahan seperti
rambut jagung, rambut nampak kusam dan berminyak serta
distribusi rambut tidak merata, wajah nampak seperti orang
tua, warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti
orang tua dan turgor kulit jelek, tidak ada nyeri tekan, kulit
teraba lengket dan akral teraba hangat dengan suhu 36,60
c,
fungsi peraba klien baik dimana klien dapat membedakan
sensasi panas, dingin, tajam dan kasar.
(2) Sistem Pernapasan
Bentuk dada normal, perbandingan antara diameter anterior
posterior dengan diameter transversal 1 : 2, tidak terdapat
adanya retraksi dinding dada, tidak terdapat penggunaan otot-
otot bantu pernapasan, irama napas reguler, frekuensi napas 28
x/menit, tidak terdapat adanya nyeri dada dan pembengkakan
pada dada, ekspansi paru simetris, perkusi paru terdengar
resonan, bunyi napas vesikuler dan tidak ada bunyi suara
nafas tambahan seperti ronchi atau wheezing.
86. 72
(3) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat
peningkatan vena jugularis (JVP), CRT > 3 detik, nadi karotis
teraba, nampak ictus kordis dan teraba pada ICS V garis
midklavikula kiri, perkusi jantung pekak, auskultasi terdengar
bunyi jantung Lup (S1) terdengar pada ICS 4 & 5 garis
midklavikula kiri dan bunyi jantung Dup (S2) terdengar pada
ICS 2 daerah parasternal kanan dan kiri dan tidak ada bunyi
jantung tambahan/mur-mur.
(4) Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, tidak ada lesi atau peradangan, gigi
nampak kotor, tidak ada karies, tidak ada stomatitis, tidak ada
perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap, lidah bersih dan
berwarna merah, pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan
faring merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks
menelan baik dimana klien tidak mengalami kesulitan
menelan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien dapat
merasakan rasa manis, asin, asam dan pahit, abdomen nampak
buncit, klien nampak kurus, bising usus 7 x/menit, perkusi
abdomen hipertimpani pada daerah epigastrium, tidak teraba
adanya pembesaran hati dan limpa dan tidak terdapat nyeri
tekan pada abdomen.
87. 73
(5) Sistem Pengindraan
(a) Mata
Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat membuka dan
menutup, mata nampak cekung, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, refleks pupil (+) dan isokor, klien
dapat menggerakan bola mata kesegala arah seperti
kebawah, atas dan dalam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada peningkatan TIO, fungsi
penglihatan baik dimana klien dapat melihat papan nama
perawat dan menyebut warnanya dengan jarak 30 cm.
(b) Telinga
Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi pada
telinga, tidak ada serumen, perdarahan atau peradangan
pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan dan
pembengkakan pada telinga, fungsi pendengaran klien
baik dimana klien dapat mendengar suara gesekan rambut.
(c) Hidung
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
sekret, tidak ada epitaksis/perdarahan pada hidung, tidak
ada pembengkakan dan nyeri tekan, fungsi penciuman
klien baik dimana klien dapat membedakan antara bau
parfum dan minyak gosok.
88. 74
(d) Mulut
Mukosa bibir kering, gigi nampak kotor, tidak ada lesi
atau peradangan, tidak ada karies, tidak ada stomatitis,
tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi belum lengkap,
lidah bersih dan berwarna merah, pergerakan lidah
kesegala arah, palatum dan faring merah muda dan lunak,
tidak ada sianosis, refleks menelan baik dimana ketika
klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak mengalami
kesulitan, fungsi pengecapan klien baik dimana klien
dapat merasakan rasa manis, asin, dan pahit.
(e) Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit nampak keriput seperti
orang tua dan turgor kulit jelek, kulit teraba lengket dan
akral teraba hangat dengan suhu 36,60
c, fungsi peraba
klien baik dimana klien dapat membedakan sensasi panas,
dingin, tajam dan kasar.
(6) Sistem Persarafan
(a) Fungsi Serebral
i. Status mental : orientasi klien terhadap orang, tempat
dan waktu baik dibuktikan dengan klien mengenal
neneknya dan klien mampu menyebutkan tempat
klien berada sekarang.
ii. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
89. 75
iii. Bicara : baik klien dapat menyebutkan dua benda
yang ditunjukan yaitu pulpen dan jam tangan dan
klien dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
(b) Sistem Saraf Kranial
i. N I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman klien baik dimana klien dapat
membedakan antara bau parfum dan minyak gosok.
ii. N II (Optikus)
Fungsi penglihatan klien baik dimana klien dapat
melihat papan nama perawat dan menyebut warnanya
dengan jarak 30 cm.
iii. N III, N IV, N VI (Okulomotorius, Troklearis,
Abdusen).
Kontraksi pupil : isokor (miosis), mata nampak
cekung dan gerakan kelopak mata baik dimana
kelopak mata klien dapat membuka dan menutup,
klien dapat menggerakan bola mata kesegala arah
seperti kebawah, atas dan dalam.
iv. N V (Trigeminus)
Klien dapat membedakan sensasi halus dan kasar,
tidak ada gangguan dalam mengunyah dan tidak
terjadi paralisis pada otot wajah.
90. 76
v. N VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi, keadaan alis simetris
dan dapat mengangkat alis.
vi. N III (Akustikus/Auditorius)
Fungsi pendengaran klien baik dimana klien dapat
mendengar suara gesekan rambut dan klien dapat
mendengar suara dan melakukan perintah.
vii. N IX (Glosofaringeus)
Refleks menelan dan refleks muntah baik dimana
ketika klien dianjurkan untuk menelan, klien tidak
mengalami kesulitan.
viii. N X (Vagus)
Klien dapat membuka mulut dan dapat berbicara
dengan jelas.
ix. N XI (Asesorius)
Klien dapat memalingkan/menoleh ke kiri dan ke
kanan serta klien dapat mengangkat bahu.
x. N XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakan lidahnya ke samping/segala
arah.
(c) Fungsi sensorik
Klien dapat berespon terhadap rangsangan nyeri dan suhu.