1. KRITIK SASTRA NOVEL
“SANG PEMIMPI”
Sang pemimpi, Memang sangat tepat judul yang diberikan pengarang terhadap novel ini,
karena novel ini membuat kita akan percaya pada kekuatan mimpi. Novel sang pemimpi
merupakan sebuah pemaparan kisah yang menggugah dan mampu membuat kita sebgai
pembaca percaya akan kekuatan mimpi dan sebuah pengorbanan. Novel yang memiliki
Ending yang sangat mengesankan. Dan novel yng memiliki alur yang bagus dan menarik.
Tema cerita yang sederhana tapi terbungkus kalimat-kalimat yang penuh makna. Dalam
novelnya yang kedua tersebut penulis yang mengemasnya dengan bahasa yang sederhana,
imajinatif, namun tetap memperhatikan kualitas isi dan penuh dengan bahasa yang imajinatif.
Sudah banyak orang yang menyampaikan bahwa pencapaian-pencapaian luar biasa yang
berhasil dicatatkan oleh umat manusia berasal dari mimpi yang dibuat. Tetapi disini tentu kita
harus memandang mimpi di sini sebagai sebuah keinginan yang ingin dicapai atau disebut
dengan cita-cita. Bukan sebuah mimpi yang terkadang hanya menjadi bunga tidur. Lewat
novel ini juga penulis mampu menciptakan kata-kata yang menggugah jiwa.
Andrea hirata juga menyebutkan bahwa sikap pesimis dan tidak mau mencoba merupakan
racun yang akan menggrogoti mimpi kita untuk menggapai cita-cita. Karena hal tersebut akan
menambah keterpurukan pemikiran kita terhadap apa yang telah kita mimpikan.
“Meskipun kau penuhi celengan sebesar kuda sungguhan, sahabatku Jimbron, tak kan pernah
uang-uang receh itu mampu membiayaimu sekolah ke Perancis…., demikian kata hatiku. Dan
dengarlah itu, kawan. Siratan kalimat sinis dari orang pesimis. Ia adalah hantu yang beracun.
Sikap itu mengekstrapolasi sebuah kurva yang turun kebawah dan akan terus turun kebawah
dan telah nembuatku menjadi pribadi yang gelap dan picik. Seyogyanya sikap buruk yang
berbuah keburukan: pesimistis menimbulkan sinis, lalu iri, lalu dengki, lalu mungkin fitnah.
Dan dengarlah ini, Kawan, akibat nyata sikap buruk itu. (Halaman 147)
Dalam novel sang pemimpi ini Andrea Hirata sebagai penulis, menyampaikan bahwa kita
harus berani untuk bermimpi, hal ini disampaikan nya dengan kemampuan bertuturnya dan
dengan contoh yang penulis gambarkan lewat tokoh yang ada dalam novel tersebut. Tokoh
Arai yang sejak kecil telah menjadi yatim piatu justru digambarkan oleh penulis menjadi
tokoh yang mengajarkan kepada Ikal untuk terus bermimpi. Sungguh sangat membangkitkan
2. semangat ketika Arai menasehati Ikal ketika Ikal melorot drastis rankingnya. Dapat kita kutip
dari perkataan arai kepada ikal.“Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa
kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpimimpi itu!!”(halm. 153)
Dalam novel ini penulis juga menegaskan kepada kita pembaca bahwa kita harus memiliki
mimpi untuk mencapai sebuah keinginan, hal ini digambarkan penulis lewat kata-kata Arai
kepada Ikal dalam kutipan. “Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati....”(halm. 153)
Novel Sang pemimpi mampu untuk menyalakan api mimpi-mimpiku yang telah kupendam
dengan berbagai realitas yang ada. Ternyata memang benar bahwa, Terkadang realitas adalah
racun bagi sebuah optimisme (Sang Pemimpi). Dengan segala kenyataan yang ada terkadang
mampu membuat rasa optimisme pada diri kita padam begitu saja. Setelah membaca novel
ini, aku merasa perlu untuk menyajikan sebuah mimpi untuk memotipasi hidup Karena tidak
ada hal yang tidak mungkin jika kita berani untuk bermimpi dan berusaha. Namun dalam
novel Sang Pemimpi ini banyak sekali mengguinakan kata yang berasal dari bahasa inggris
dan bahasa daerah, saya sendiri sebagai seorang pembaca yang masih minim sekali
pengetahuan terhadap istilah-istilah yang dingunakan tersebut tidak mengetahui dan tidak
mengerti arti istilah-istilah yang digunakan tersebut, misalnya seperti kata-kata, punchbag,
hupo, ngambat, capo, peregasan. Istilah-istilah tersebut dalam novel Sang Pemimpi ini tidak
disertai penjelasang sehingga sebagai pembaca saya tidak mengetahui makna dari istilah yang
digunakan.