SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005
ISBN : 979-95025-6-7

KAJIAN PENGGUNAAN CAIRAN BIJI MAHONI DAN BROTOWALI
DALAM PENGENDALIAN ULAT TRITIP ( Plutella xylostella) PADA
TANAMAN KUBIS
Sitti Nuraeni 1) , Abdul Fattah
1)
2)

2)

, dan Mariadi

3)

dan 3) Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari
Balai Pengkajian Teknologi Petanian Sulawesi Selatan

ABSTRAK
Pada Era perdagangan bebas, persaingan kualitas produk semakin ketat, dengan demikian, mau tak mau peningkatan
kualitas semakin perlu ditingkatkan. Peningkatan kualitas yang berkaitan dengan penggunaan bahan kimia perlu
dikurangi atau dengan kata lain pemasaran produk yang bebas pestisida semakin penting untuk ditingkatkan. Untuk
mencapai hal tersebut, salah satu cara adalah memanfaatkan bahan alami sebagai bahan industri termasuk untuk bahan
pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penelitian ini dilaksanakan di Anduonohu, Kecamatan
Poasia, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara dari bulan Mei sampai Agustus 2004 dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keefektifan perasan biji mahoni dan perasan brotowali terhadap tingkat serangan hama Plutella xylostella pada
kubis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
yang diteliti adalah : P0 = Kontrol (tanpa pengendalian), P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air, P2 = Cairan biji
mahoni 50 ml/liter air, P3 = Cairan perasan brotowali 25 ml/liter air, P4 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter air, P5 =
Cairan perasan brotowali 25 ml/liter air + cairan biji mahoni 25 ml/liter air, dan P6 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter
air + cairan biji mahoni 50 ml/liter air. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa penggunaan bahan alami mahoni dan
brotowali sangat efektif dalam pengendalian P. xylostella terutama pada umur tanaman 31 HST sampai 55 HST dengan
tingkat keefektifan sekitar 4,28 - 23,72%. Dosis cairan perasan yang paling efektif dalam pengendalian P.xylostella
adalah pemberian cairan perasan 50 ml/liter air + 50 ml brotowali/l air dengan tingkat keefektifan sekitar 8,72 – 27,60%.
Kata kunci : Tanaman kubis, biji mahoni, brotowali, Plutella xylostella, intensitas serangan

PENDAHULUAN
Sayuran
merupakan
sumber
vitamin dan mineral yang berfungsi untuk
mengatur metabolisme dalam tubuh
sehingga dapat meningkatkan ketahanan
tubuh terhadap serangan penyakit. Selain
itu sayuran juga berguna untuk membantu
proses
pencernaan
dan
dapat
meningkatkan kecerdasan anak.
Kubis
merupakan
tanaman
sayuran yang mengadung karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Kubis dapat
dikomsumsi dalam bentuk sayur atau
lalapan (Pracaya,1993).
Di Sulawesi Tenggara, kebutuhan
sayur terutama kubis dari tahun ketahun
semakin meningkat. Pada Tahun 2003,
kebutuhan sayuran kubis mencapai 750
ton, sementara produksi kubis hanya
mencapai 450 ton (Dinas Tanaman

Pangan dan Hortikultura, 2003). Untuk
memenuhi kebutuhan kubis tersebut,
pedagang mendatangkan dari Sulawesi
Selatan seperti dari Malino dan Enrekang.
Potensi
untuk
pengembangan
kubis di Sulawesi Tenggara cukup tinggi,
hal ini terlihat dari ketersediaan lahan
sekitar 650-950 ha. Sementara yang
ditanami kubis baru mencapai 170-250 ha
(Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura,
2003). Produksi rata-rata kubis di Sulawesi
Tenggara baru mencapai 1,40 – 2,30 t/ha,
sementara produksi yang dicapai dari hasil
penelitian mencapai 4-5 t/ha.
Salah satu penyebab rendahnya
produksi yang dicapai pada tanaman kubis
di Sulawesi Tenggara disebabkan adalah
tingginya
serangan
hama
Plutella
xylostella. Hama tersebut merupakan
salah satu hama utama kubis yang
memakan daun. Menurut Kalsoven (1981),

155
Sitti Nuraeni et al. : Kajian Penggunaan Cairan Biji Mahoni dan Brotowali

hama
kupu-kupu
dewasa
dapat
menghasilkan telur sebanyak 180-320 per
ekor. Upaya untuk pengendalian hama
tersebut, petani masih lebih banyak
menggunakan
insektisida.
Hal
ini
disebabkan disamping mudah dilakukan
juga hasil langsung dapat dilihat
dibandingkan dengan cara pengendalian
lainnya. Penggunaaan insektitida tersebut
bukan hanya di pertanaman, tetapi juga
sampai di tempat penyimpanan. Hal ini
dapat
membahayakan
kesehatan
komsumen terutama pada
insektisida
yang tingkat residunya tinggi dan tidak
mudah larut dalam air. Selain itu,
penggunaan insektisida juga dapat
menimbulkan resistensi, resurgensi, dan
timbulnya hama-hama sekunder serta
keracunan pada organisme lain (Untung,
1993).
Untuk mengantisipasi hal tersebut,
makan diperlukan teknologi penggunaan
bahan alami dalam pengendalian hama
dan penyakit. Salah satu bahan alami
yang potensial untuk dijadikan insektisida
nabati adalah biji mahoni dan brotowali.
Menurut
Setiawan
(2002),
mahoni
mengandung saponin dan flavonida.
Selanjutnya hasil penelitian Litbang
Kehutanan (1993), eksrat kulit buah
mahoni mengandung senyawa HCH
(heksaklorosiklo-heksana)
yang
merupakan
insektisida
organoklorida.
Sedangkan batang brotowali mengandung
zat pahit piroretin, alkaloid, berberin, dan
kolombin (Wijayakusuma, 1993).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah menggunakan
bahan seperti biji mahoni, brotowali, bibit
kubis var kk-cros, pupuk kandang, pupuk
urea, larva Plutella xylostella, serta alat
blender, timbangan, dan saringan.
Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
yang diteliti adalah :

P0 = Kontrol (tanpa pengendalian)
P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/l
Air
P2 = Cairan biji mahoni 50 ml/l air
P3 = Cairan perasan brotowali 25 ml/l
air
P4 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter
air
P5 = Cairan perasan brotowali 25 ml/liter
air + cairan biji mahoni 25 ml/liter air
P6 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter
air + cairan biji mahoni 50 ml/liter air
a. Pembuatan Cairan Biji Mahoni dan
Brotowali
Biji mahoni yang telah dibersihkan
ditimbang sebanyak 50 gram selanjutnya
diblender. Kemudian direndam selama 24
jam dengan air satu liter, selanjutnya
disaring untuk mendapatkan cairan
perasaan untuk perlakuan. Sedangkan
untuk mendapatakn cairan brotowali,
prosesnya sama dengan pembuatan biji
mahoni yaitu tanaman brotowali yang telah
dibersihkan
ditimbang
(50
gram),
kemudian
dipotong-potong
kecil
selanjutnya diblender dan direndam air (1
liter) selama 24 jam.
b. Pelaksanaan di Lapangan
Benih kubis disemaikan pada
tanah yang dicampur dengan pupuk
kandang. Bibit kubis ditanam pada plot
yang berukuran 2 m x 2 m pada umur 4
minggu setelah semai atau setelah
mencapai
4 – 6 daun dengan
menggunakan jarak tanam 50 cm x 50 cm.
Pupuk kandang sebanyak 5 t/ha
diaplikasikan sebagai pupuk dasar.
Sedangkan penggunaan pupuk urea
sebanyak 200 kg/ha diaplikasikan pada
umur 25 hari setelah tanam (HST).
Aplikasi perlakuan mulai dilakukan pada
umur tanaman mencapai 10 HST dengan
interval penyemprotan 6 hari sampai
panen. Pengamatan dilakukan setiap 3
hari setelah aplikasi atau pada umur 13,
19, 25, 31, 37, 43, 49, dan 55 HST.

156
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005
ISBN : 979-95025-6-7

Intensitas Serangan dihitung berdasarkan
rumus :
∑ (nxv)
I = ------------- x 100%
ZxN
I = Intensitas serangan
n = Jumlah daun yang diamati dari
kategori kerusakan
v = Nilai skala dari tiap ketegori
Z = Nilai skala tertinggi dalam kategori
kerusakan
N = Jumlah daun yang diamati.
Penilaian kerusakan berdasarkan atas
pemberian skor skala untuk setiap kategori
kerusakan (x) yaitu :
0 = tidak ada kerusakan
1 = x < 25%
2 = 25%≤ x < 50%
3 = 50%≤ x < 75%
4 = x ≥75%
c. Analisis Data
Hasil
pengamatan
dianalisis
dengan
menggunakan
sidik
ragam
sedangkan untuk mengetahui perbedaan
antara perlakuan digunakan uji Duncan
(DMRT) 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Tabel 1 terlihat bahwa,
intensitas serangan P. xylostella pada
umur tanaman 13 HST terendah
ditemukan pada pemberian
cairan

perasan biji mahoni 25 ml/liter air
(10,51%), namun tidak berbeda nyata
dengan pemberian cairan perasan mahoni
50 ml/l air +brotowali 50 ml/l air (12,42%)
dan kontrol (13,05%). Sedangkan tertinggi
ditemukan pada pemberian
cairan
perasan mahoni 25 ml/l air + brotowali 25
ml/ l air (19,79%) dan cairan perasan biji
brotowali 25 ml/liter air (19,23%). Pada
umur tanaman 19 HST, intensitas
serangan terendah ditemukan pada
pemberian cairan perasan biji mahoni 25
ml/l air (10,58%), kemudian disusul
pemberian cairan perasan mahoni 50 ml/l
air + brotowali 50 ml/l air (13,02%) dan
cairan perasan mahoni 50 ml/l air
(13,88%). Sedangkan tertinggi ditemukan
pada pemberian cairan perasan brotowali
25 ml/l air (18,25%). Pada umur tanaman
25 HST, intensitas serangan terendah juga
ditemukan pada pemberian cairan perasan
biji mahoni 25 ml/l air (10,72%), namun
tidak berbeda nyata dengan pemberian
cairan biji mahon 50 ml/l air + brotowali 50
ml/l air (12,89%). Sedangkan tertinggi
ditemukan
pada
kontrol
(18,69%).
Penggunaan cairan perasan biji mahoni
dan cairan brotowali pada umur tanaman
13 HST tidak memberian pengaruh yang
berbeda nyata dengan kontrol. Sedangkan
pemberian kedua bahan tersebut pada 19
HST dan 25 HST pemberian mahoni
terpengaruh nyata dibanding dengan
kontrol.

Tabel 1. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur
tanaman 13, 19, dan 25 HST
Intensitas serangan (%) berbagai umur tanaman
13 HST
19 HST
25 HST
P0 = Kontrol (tanpa pengendalian)
13,05 bc
16,87 ab
18,69 a
P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air
10,51 c
10,58 d
10,72 c
P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air
12,30 b
13,88 bcd
14,45 b
P3 = Cairan perasan brotowali 25 ml/liter air
19,23 a
18,35 a
18,10 a
P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air
15,11 b
14,96 bc
15,92 ab
P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air
19,79 a
19,20 a
18, 07 a
P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air
12,42 bc
13,02 cd
12,89 cb
Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut
Uji Duncan pada taraf 5 %.
Perlakuan

157
Sitti Nuraeni et al. : Kajian Penggunaan Cairan Biji Mahoni dan Brotowali

Pada umur tanaman 31 HST,
intensitas serangan terendah ditemukan
pada pemberian cairan perasan biji
mahoni 25 ml/liter air (11,55%), namun
tidak berbeda nyata dengan pemberian
cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air
(13,75%). Sedangkan intensitas serangan
tertinggi ditemukan pada kontrol (21,56%)
(Tabel 2). Pada umur tanaman 37 HST,
intensitas serangan terendah ditemukan
pada pemberian cairan
perasan biji
mahoni 25 ml/liter air (11,66%), Cairan
perasan biji mahoni 50 ml/l air + brotowali
50 ml/ l air (12,30%), cairan perasan biji

brotowali 50 ml/liter air (12,61%), dan
pemberian cairan perasan biji mahoni 50
ml/liter air (13,08%). Sedangkan tertinggi
ditemukan pada kontrol (25,20%). Pada
umur tanaman 43 HST, intensitas
serangan terendah ditemukan pada
pemberian cairan perasan biji mahoni 25
ml/liter air (11,83%) dan cairan perasan
biji brotowali 50 ml/liter air (11,75%),
namun tidak berbeda nyata dengan
pemberian cairan perasan biji mahoni 50
ml/liter air (12,62%). Sedangkan tertinggi
ditemukan pada kontrol (30,08%) (Tabel
2).

Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur
tanaman 31, 37, dan 43 HST

Perlakuan
P0 = Kontrol (tanpa pengendalian)
P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air
P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air
P3 = Cairan perasan biji brotowali 25 ml/liter air
P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air
P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air
P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air

Intensitas serangan (%) berbagai umur
tanaman
31 HST
37 HST
43 HST
21,56 a
25,20 a
30,08 a
11,55 d
11,66 c
11,83 d
13,75 cd
13,08 c
12,62 cd
17,28 b
16,68 b
15,85 bc
15,24 bc
12,61 c
11,75 d
17,25 b
16,81 b
16,65 b
12,84 cb
12,30 c
12,92 cd

Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji
Duncan pada taraf 5 %.

Pada Tabel 3, terlihat bahwa pada
umur tanaman 49 HST, intensitas
serangan terendah ditemukan pada
pemberian cairan perasan mahoni +
brotowali 50 ml/ l air (10,58%), P1 =
Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air
(11,50%), cairan perasan biji mahoni 50
ml/liter air (12,03%), dan pemberian cairan
perasan biji brotowali 50 ml/liter air
(12,09%), sedangkan tertinggi ditemukan
pada kontrol (34,05%). Pada umur

tanaman 55 HST, intensitas serangan
terendah ditemukan pada pemberian
cairan perasan mahoni 50 ml/liter air +
brotowali 50 ml/ l air (10,96%) dan
pemberian cairan perasan biji brotowali 50
ml/liter air (11,51%), namun tidak berbeda
nyata dengan pemberian cairan perasan
biji mahoni 25 ml/liter air (11,75%) dan
pemberian cairan perasan biji mahoni 50
ml/liter air (11,90%).

158
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005
ISBN : 979-95025-6-7

Tabel 3. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur
tanaman 49 dan 55 HST

Perlakuan
P0 = Kontrol
P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air
P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air
P3 = Cairan perasan biji brotowali 25 ml/liter air
P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air
P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air
P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air

Intensitas serangan (%) pada
berbagai umur tanaman
49 HST
55 HST
34,05 a
38,56 a
11,50 c
11,75 cd
12,03 c
11,90 cd
14,74 b
13,78 bc
12,09 c
11,51 d
15,76 b
14,84 b
10,58 c
10,96 d

Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %.

KESIMPULAN
1. Penggunaan bahan alami mahoni dan
brotowali dengan interval 6 hari mulai
umur tanaman 10 HST tampak mulai
efektif
dalam
pengendalian
P.
xylostella pada aplikasi keempat (28
HST) sampai kedelapan (52 HST)
yang diamati pada umur 31 HST
sampai 55 HST dengan tingkat
keefektifan sekitar 4,28 - 23,72%
2. Dosis cairan perasan yang paling
efektif
dalam
pengendalian
P.xylostella adalah pemberian cairan
perasan 50 ml/liter air + 50 ml
brotowali/l
air
dengan
tingkat
keefektifan sekitar 8,72 – 27,60%.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Provinsi
Sulawesi
Tenggara. 2003. Pengolahan Data
Statistik Pertanian Tanaman Pangan

(Tanaman Padi,
Hortikultura).

Palawija,

dan

Kalshoven. 1981. Pests of Crops in
Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta
Litbang
Kehutanan.
1993.
Proyek
Pengembangan dan Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam.
Pracaya. 1993.
Tanaman.
Jakarta.

Hama dan Penyakit
Penebar
Swadaya.

Setiawan. 2002. Sentra Pengembangan
dan
Penerapan
Pengobatan
Tradisional. Jakarta.
Untung, K. 1993. Pengantar Analisis
Pengelolaan Hama Terpadu. Andi
Offset. Yogyakarta.
Wijayakusuma. 1993. Tanaman Berhasiat
di Indonesia.
Pustaka Kartini.
Jakarta.

159
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005
ISBN : 979-95025-6-7

Tabel 3. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur
tanaman 49 dan 55 HST

Perlakuan
P0 = Kontrol
P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air
P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air
P3 = Cairan perasan biji brotowali 25 ml/liter air
P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air
P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air
P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air

Intensitas serangan (%) pada
berbagai umur tanaman
49 HST
55 HST
34,05 a
38,56 a
11,50 c
11,75 cd
12,03 c
11,90 cd
14,74 b
13,78 bc
12,09 c
11,51 d
15,76 b
14,84 b
10,58 c
10,96 d

Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %.

KESIMPULAN
1. Penggunaan bahan alami mahoni dan
brotowali dengan interval 6 hari mulai
umur tanaman 10 HST tampak mulai
efektif
dalam
pengendalian
P.
xylostella pada aplikasi keempat (28
HST) sampai kedelapan (52 HST)
yang diamati pada umur 31 HST
sampai 55 HST dengan tingkat
keefektifan sekitar 4,28 - 23,72%
2. Dosis cairan perasan yang paling
efektif
dalam
pengendalian
P.xylostella adalah pemberian cairan
perasan 50 ml/liter air + 50 ml
brotowali/l
air
dengan
tingkat
keefektifan sekitar 8,72 – 27,60%.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Provinsi
Sulawesi
Tenggara. 2003. Pengolahan Data
Statistik Pertanian Tanaman Pangan

(Tanaman Padi,
Hortikultura).

Palawija,

dan

Kalshoven. 1981. Pests of Crops in
Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta
Litbang
Kehutanan.
1993.
Proyek
Pengembangan dan Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam.
Pracaya. 1993.
Tanaman.
Jakarta.

Hama dan Penyakit
Penebar
Swadaya.

Setiawan. 2002. Sentra Pengembangan
dan
Penerapan
Pengobatan
Tradisional. Jakarta.
Untung, K. 1993. Pengantar Analisis
Pengelolaan Hama Terpadu. Andi
Offset. Yogyakarta.
Wijayakusuma. 1993. Tanaman Berhasiat
di Indonesia.
Pustaka Kartini.
Jakarta.

159

More Related Content

What's hot

Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...Biology Education
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiDesti Diana Putri
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 
MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF
MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIFMAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF
MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIFHasanuddin University
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaOperator Warnet Vast Raha
 
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayamPengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayamIgnazio Hadi Saragih
 
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...f' yagami
 
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopatiLaporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopatiGoogle
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaTidar University
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 

What's hot (18)

Laporan Mini riset
Laporan Mini risetLaporan Mini riset
Laporan Mini riset
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
630 1400-1-sm
630 1400-1-sm630 1400-1-sm
630 1400-1-sm
 
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
 
Artkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahuArtkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahu
 
pkm
pkm pkm
pkm
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayati
 
Laporan Allelopati
Laporan AllelopatiLaporan Allelopati
Laporan Allelopati
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF
MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIFMAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF
MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayamPengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
 
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
 
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopatiLaporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 

Viewers also liked

Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...
Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...
Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...Verina Ingram
 
Manual eFollowup
Manual eFollowupManual eFollowup
Manual eFollowupeFollowup
 
Pengaruh cahaya terhadap
Pengaruh cahaya terhadapPengaruh cahaya terhadap
Pengaruh cahaya terhadapSiti Fatimah
 
Chris Anderson - Lo gratis
Chris Anderson - Lo gratisChris Anderson - Lo gratis
Chris Anderson - Lo gratisGisella Buzzi
 

Viewers also liked (7)

Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...
Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...
Guiding conservation and sustainable use through a national Prunus africana M...
 
Ciberbullyng (1)
Ciberbullyng (1)Ciberbullyng (1)
Ciberbullyng (1)
 
Manual eFollowup
Manual eFollowupManual eFollowup
Manual eFollowup
 
8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal
 
22.perda pengelolaan wilayah_pesisir
22.perda pengelolaan wilayah_pesisir22.perda pengelolaan wilayah_pesisir
22.perda pengelolaan wilayah_pesisir
 
Pengaruh cahaya terhadap
Pengaruh cahaya terhadapPengaruh cahaya terhadap
Pengaruh cahaya terhadap
 
Chris Anderson - Lo gratis
Chris Anderson - Lo gratisChris Anderson - Lo gratis
Chris Anderson - Lo gratis
 

Similar to 25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni

25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeniOperator Warnet Vast Raha
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanAbd Wahid
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxkaekae27
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...Repository Ipb
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianf' yagami
 
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelaixie_yeuw_jack
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...MarcelinoNovianto
 
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi BakteriEfektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi BakteriBBAP takalar
 
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfperan_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfMapriRudiansyah
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmkWinda Lita
 
Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)
Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)
Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)Malikul Mulki
 
Teknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramTeknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramNur Haida
 
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdfazhari80
 
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdfMuhammadSarif8
 

Similar to 25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni (20)

25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
 
Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawan
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanian
 
Faeida0 15-21
Faeida0 15-21Faeida0 15-21
Faeida0 15-21
 
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
 
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi BakteriEfektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
Efektivitas UV Sederhana dalam mereduksi Populasi Bakteri
 
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfperan_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmk
 
Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)
Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)
Laporan Kompetisi intra dan ekstra spesies(LIMITED EDITION)
 
Teknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramTeknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur Tiram
 
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
 
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni

  • 1. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7 KAJIAN PENGGUNAAN CAIRAN BIJI MAHONI DAN BROTOWALI DALAM PENGENDALIAN ULAT TRITIP ( Plutella xylostella) PADA TANAMAN KUBIS Sitti Nuraeni 1) , Abdul Fattah 1) 2) 2) , dan Mariadi 3) dan 3) Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari Balai Pengkajian Teknologi Petanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pada Era perdagangan bebas, persaingan kualitas produk semakin ketat, dengan demikian, mau tak mau peningkatan kualitas semakin perlu ditingkatkan. Peningkatan kualitas yang berkaitan dengan penggunaan bahan kimia perlu dikurangi atau dengan kata lain pemasaran produk yang bebas pestisida semakin penting untuk ditingkatkan. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu cara adalah memanfaatkan bahan alami sebagai bahan industri termasuk untuk bahan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penelitian ini dilaksanakan di Anduonohu, Kecamatan Poasia, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara dari bulan Mei sampai Agustus 2004 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan perasan biji mahoni dan perasan brotowali terhadap tingkat serangan hama Plutella xylostella pada kubis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diteliti adalah : P0 = Kontrol (tanpa pengendalian), P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air, P2 = Cairan biji mahoni 50 ml/liter air, P3 = Cairan perasan brotowali 25 ml/liter air, P4 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter air, P5 = Cairan perasan brotowali 25 ml/liter air + cairan biji mahoni 25 ml/liter air, dan P6 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter air + cairan biji mahoni 50 ml/liter air. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa penggunaan bahan alami mahoni dan brotowali sangat efektif dalam pengendalian P. xylostella terutama pada umur tanaman 31 HST sampai 55 HST dengan tingkat keefektifan sekitar 4,28 - 23,72%. Dosis cairan perasan yang paling efektif dalam pengendalian P.xylostella adalah pemberian cairan perasan 50 ml/liter air + 50 ml brotowali/l air dengan tingkat keefektifan sekitar 8,72 – 27,60%. Kata kunci : Tanaman kubis, biji mahoni, brotowali, Plutella xylostella, intensitas serangan PENDAHULUAN Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang berfungsi untuk mengatur metabolisme dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit. Selain itu sayuran juga berguna untuk membantu proses pencernaan dan dapat meningkatkan kecerdasan anak. Kubis merupakan tanaman sayuran yang mengadung karbohidrat, vitamin, dan mineral. Kubis dapat dikomsumsi dalam bentuk sayur atau lalapan (Pracaya,1993). Di Sulawesi Tenggara, kebutuhan sayur terutama kubis dari tahun ketahun semakin meningkat. Pada Tahun 2003, kebutuhan sayuran kubis mencapai 750 ton, sementara produksi kubis hanya mencapai 450 ton (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2003). Untuk memenuhi kebutuhan kubis tersebut, pedagang mendatangkan dari Sulawesi Selatan seperti dari Malino dan Enrekang. Potensi untuk pengembangan kubis di Sulawesi Tenggara cukup tinggi, hal ini terlihat dari ketersediaan lahan sekitar 650-950 ha. Sementara yang ditanami kubis baru mencapai 170-250 ha (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2003). Produksi rata-rata kubis di Sulawesi Tenggara baru mencapai 1,40 – 2,30 t/ha, sementara produksi yang dicapai dari hasil penelitian mencapai 4-5 t/ha. Salah satu penyebab rendahnya produksi yang dicapai pada tanaman kubis di Sulawesi Tenggara disebabkan adalah tingginya serangan hama Plutella xylostella. Hama tersebut merupakan salah satu hama utama kubis yang memakan daun. Menurut Kalsoven (1981), 155
  • 2. Sitti Nuraeni et al. : Kajian Penggunaan Cairan Biji Mahoni dan Brotowali hama kupu-kupu dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 180-320 per ekor. Upaya untuk pengendalian hama tersebut, petani masih lebih banyak menggunakan insektisida. Hal ini disebabkan disamping mudah dilakukan juga hasil langsung dapat dilihat dibandingkan dengan cara pengendalian lainnya. Penggunaaan insektitida tersebut bukan hanya di pertanaman, tetapi juga sampai di tempat penyimpanan. Hal ini dapat membahayakan kesehatan komsumen terutama pada insektisida yang tingkat residunya tinggi dan tidak mudah larut dalam air. Selain itu, penggunaan insektisida juga dapat menimbulkan resistensi, resurgensi, dan timbulnya hama-hama sekunder serta keracunan pada organisme lain (Untung, 1993). Untuk mengantisipasi hal tersebut, makan diperlukan teknologi penggunaan bahan alami dalam pengendalian hama dan penyakit. Salah satu bahan alami yang potensial untuk dijadikan insektisida nabati adalah biji mahoni dan brotowali. Menurut Setiawan (2002), mahoni mengandung saponin dan flavonida. Selanjutnya hasil penelitian Litbang Kehutanan (1993), eksrat kulit buah mahoni mengandung senyawa HCH (heksaklorosiklo-heksana) yang merupakan insektisida organoklorida. Sedangkan batang brotowali mengandung zat pahit piroretin, alkaloid, berberin, dan kolombin (Wijayakusuma, 1993). BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah menggunakan bahan seperti biji mahoni, brotowali, bibit kubis var kk-cros, pupuk kandang, pupuk urea, larva Plutella xylostella, serta alat blender, timbangan, dan saringan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diteliti adalah : P0 = Kontrol (tanpa pengendalian) P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/l Air P2 = Cairan biji mahoni 50 ml/l air P3 = Cairan perasan brotowali 25 ml/l air P4 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter air P5 = Cairan perasan brotowali 25 ml/liter air + cairan biji mahoni 25 ml/liter air P6 = Cairan perasan brotowali 50 ml/liter air + cairan biji mahoni 50 ml/liter air a. Pembuatan Cairan Biji Mahoni dan Brotowali Biji mahoni yang telah dibersihkan ditimbang sebanyak 50 gram selanjutnya diblender. Kemudian direndam selama 24 jam dengan air satu liter, selanjutnya disaring untuk mendapatkan cairan perasaan untuk perlakuan. Sedangkan untuk mendapatakn cairan brotowali, prosesnya sama dengan pembuatan biji mahoni yaitu tanaman brotowali yang telah dibersihkan ditimbang (50 gram), kemudian dipotong-potong kecil selanjutnya diblender dan direndam air (1 liter) selama 24 jam. b. Pelaksanaan di Lapangan Benih kubis disemaikan pada tanah yang dicampur dengan pupuk kandang. Bibit kubis ditanam pada plot yang berukuran 2 m x 2 m pada umur 4 minggu setelah semai atau setelah mencapai 4 – 6 daun dengan menggunakan jarak tanam 50 cm x 50 cm. Pupuk kandang sebanyak 5 t/ha diaplikasikan sebagai pupuk dasar. Sedangkan penggunaan pupuk urea sebanyak 200 kg/ha diaplikasikan pada umur 25 hari setelah tanam (HST). Aplikasi perlakuan mulai dilakukan pada umur tanaman mencapai 10 HST dengan interval penyemprotan 6 hari sampai panen. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari setelah aplikasi atau pada umur 13, 19, 25, 31, 37, 43, 49, dan 55 HST. 156
  • 3. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7 Intensitas Serangan dihitung berdasarkan rumus : ∑ (nxv) I = ------------- x 100% ZxN I = Intensitas serangan n = Jumlah daun yang diamati dari kategori kerusakan v = Nilai skala dari tiap ketegori Z = Nilai skala tertinggi dalam kategori kerusakan N = Jumlah daun yang diamati. Penilaian kerusakan berdasarkan atas pemberian skor skala untuk setiap kategori kerusakan (x) yaitu : 0 = tidak ada kerusakan 1 = x < 25% 2 = 25%≤ x < 50% 3 = 50%≤ x < 75% 4 = x ≥75% c. Analisis Data Hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam sedangkan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan digunakan uji Duncan (DMRT) 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 1 terlihat bahwa, intensitas serangan P. xylostella pada umur tanaman 13 HST terendah ditemukan pada pemberian cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air (10,51%), namun tidak berbeda nyata dengan pemberian cairan perasan mahoni 50 ml/l air +brotowali 50 ml/l air (12,42%) dan kontrol (13,05%). Sedangkan tertinggi ditemukan pada pemberian cairan perasan mahoni 25 ml/l air + brotowali 25 ml/ l air (19,79%) dan cairan perasan biji brotowali 25 ml/liter air (19,23%). Pada umur tanaman 19 HST, intensitas serangan terendah ditemukan pada pemberian cairan perasan biji mahoni 25 ml/l air (10,58%), kemudian disusul pemberian cairan perasan mahoni 50 ml/l air + brotowali 50 ml/l air (13,02%) dan cairan perasan mahoni 50 ml/l air (13,88%). Sedangkan tertinggi ditemukan pada pemberian cairan perasan brotowali 25 ml/l air (18,25%). Pada umur tanaman 25 HST, intensitas serangan terendah juga ditemukan pada pemberian cairan perasan biji mahoni 25 ml/l air (10,72%), namun tidak berbeda nyata dengan pemberian cairan biji mahon 50 ml/l air + brotowali 50 ml/l air (12,89%). Sedangkan tertinggi ditemukan pada kontrol (18,69%). Penggunaan cairan perasan biji mahoni dan cairan brotowali pada umur tanaman 13 HST tidak memberian pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol. Sedangkan pemberian kedua bahan tersebut pada 19 HST dan 25 HST pemberian mahoni terpengaruh nyata dibanding dengan kontrol. Tabel 1. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur tanaman 13, 19, dan 25 HST Intensitas serangan (%) berbagai umur tanaman 13 HST 19 HST 25 HST P0 = Kontrol (tanpa pengendalian) 13,05 bc 16,87 ab 18,69 a P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air 10,51 c 10,58 d 10,72 c P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air 12,30 b 13,88 bcd 14,45 b P3 = Cairan perasan brotowali 25 ml/liter air 19,23 a 18,35 a 18,10 a P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air 15,11 b 14,96 bc 15,92 ab P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air 19,79 a 19,20 a 18, 07 a P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air 12,42 bc 13,02 cd 12,89 cb Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %. Perlakuan 157
  • 4. Sitti Nuraeni et al. : Kajian Penggunaan Cairan Biji Mahoni dan Brotowali Pada umur tanaman 31 HST, intensitas serangan terendah ditemukan pada pemberian cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air (11,55%), namun tidak berbeda nyata dengan pemberian cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air (13,75%). Sedangkan intensitas serangan tertinggi ditemukan pada kontrol (21,56%) (Tabel 2). Pada umur tanaman 37 HST, intensitas serangan terendah ditemukan pada pemberian cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air (11,66%), Cairan perasan biji mahoni 50 ml/l air + brotowali 50 ml/ l air (12,30%), cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air (12,61%), dan pemberian cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air (13,08%). Sedangkan tertinggi ditemukan pada kontrol (25,20%). Pada umur tanaman 43 HST, intensitas serangan terendah ditemukan pada pemberian cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air (11,83%) dan cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air (11,75%), namun tidak berbeda nyata dengan pemberian cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air (12,62%). Sedangkan tertinggi ditemukan pada kontrol (30,08%) (Tabel 2). Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur tanaman 31, 37, dan 43 HST Perlakuan P0 = Kontrol (tanpa pengendalian) P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air P3 = Cairan perasan biji brotowali 25 ml/liter air P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air Intensitas serangan (%) berbagai umur tanaman 31 HST 37 HST 43 HST 21,56 a 25,20 a 30,08 a 11,55 d 11,66 c 11,83 d 13,75 cd 13,08 c 12,62 cd 17,28 b 16,68 b 15,85 bc 15,24 bc 12,61 c 11,75 d 17,25 b 16,81 b 16,65 b 12,84 cb 12,30 c 12,92 cd Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %. Pada Tabel 3, terlihat bahwa pada umur tanaman 49 HST, intensitas serangan terendah ditemukan pada pemberian cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air (10,58%), P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air (11,50%), cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air (12,03%), dan pemberian cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air (12,09%), sedangkan tertinggi ditemukan pada kontrol (34,05%). Pada umur tanaman 55 HST, intensitas serangan terendah ditemukan pada pemberian cairan perasan mahoni 50 ml/liter air + brotowali 50 ml/ l air (10,96%) dan pemberian cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air (11,51%), namun tidak berbeda nyata dengan pemberian cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air (11,75%) dan pemberian cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air (11,90%). 158
  • 5. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7 Tabel 3. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur tanaman 49 dan 55 HST Perlakuan P0 = Kontrol P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air P3 = Cairan perasan biji brotowali 25 ml/liter air P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air Intensitas serangan (%) pada berbagai umur tanaman 49 HST 55 HST 34,05 a 38,56 a 11,50 c 11,75 cd 12,03 c 11,90 cd 14,74 b 13,78 bc 12,09 c 11,51 d 15,76 b 14,84 b 10,58 c 10,96 d Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %. KESIMPULAN 1. Penggunaan bahan alami mahoni dan brotowali dengan interval 6 hari mulai umur tanaman 10 HST tampak mulai efektif dalam pengendalian P. xylostella pada aplikasi keempat (28 HST) sampai kedelapan (52 HST) yang diamati pada umur 31 HST sampai 55 HST dengan tingkat keefektifan sekitar 4,28 - 23,72% 2. Dosis cairan perasan yang paling efektif dalam pengendalian P.xylostella adalah pemberian cairan perasan 50 ml/liter air + 50 ml brotowali/l air dengan tingkat keefektifan sekitar 8,72 – 27,60%. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara. 2003. Pengolahan Data Statistik Pertanian Tanaman Pangan (Tanaman Padi, Hortikultura). Palawija, dan Kalshoven. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta Litbang Kehutanan. 1993. Proyek Pengembangan dan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Pracaya. 1993. Tanaman. Jakarta. Hama dan Penyakit Penebar Swadaya. Setiawan. 2002. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional. Jakarta. Untung, K. 1993. Pengantar Analisis Pengelolaan Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta. Wijayakusuma. 1993. Tanaman Berhasiat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta. 159
  • 6. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7 Tabel 3. Rata-rata intensitas serangan ulat P. xylostella terhadap tanaman kubis pada umur tanaman 49 dan 55 HST Perlakuan P0 = Kontrol P1 = Cairan perasan biji mahoni 25 ml/liter air P2 = Cairan perasan biji mahoni 50 ml/liter air P3 = Cairan perasan biji brotowali 25 ml/liter air P4 = Cairan perasan biji brotowali 50 ml/liter air P5 = Cairan perasan mahoni + brotowali 25 ml/ l air P6 = Cairan perasan mahoni + brotowali 50 ml/ l air Intensitas serangan (%) pada berbagai umur tanaman 49 HST 55 HST 34,05 a 38,56 a 11,50 c 11,75 cd 12,03 c 11,90 cd 14,74 b 13,78 bc 12,09 c 11,51 d 15,76 b 14,84 b 10,58 c 10,96 d Angka rata-rata dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5 %. KESIMPULAN 1. Penggunaan bahan alami mahoni dan brotowali dengan interval 6 hari mulai umur tanaman 10 HST tampak mulai efektif dalam pengendalian P. xylostella pada aplikasi keempat (28 HST) sampai kedelapan (52 HST) yang diamati pada umur 31 HST sampai 55 HST dengan tingkat keefektifan sekitar 4,28 - 23,72% 2. Dosis cairan perasan yang paling efektif dalam pengendalian P.xylostella adalah pemberian cairan perasan 50 ml/liter air + 50 ml brotowali/l air dengan tingkat keefektifan sekitar 8,72 – 27,60%. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara. 2003. Pengolahan Data Statistik Pertanian Tanaman Pangan (Tanaman Padi, Hortikultura). Palawija, dan Kalshoven. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta Litbang Kehutanan. 1993. Proyek Pengembangan dan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Pracaya. 1993. Tanaman. Jakarta. Hama dan Penyakit Penebar Swadaya. Setiawan. 2002. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional. Jakarta. Untung, K. 1993. Pengantar Analisis Pengelolaan Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta. Wijayakusuma. 1993. Tanaman Berhasiat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta. 159