SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
1.1 Latar Belakang 
Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur dunia, negara yangbagian 
pulau-pulaunya termasuk dalam garis khatulistiwa berbatasan dengan dua benua danjuga dua 
samudra dikatakan oleh dunia sebagai tempat yang strategis untuk melakukankegiatan agraris 
dan maritim sehingga tumbuhan-tumbuhan yang dapat memakmurkan dapattumbuh subur 
disana. Karena terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki beragamcorak kebudayaan 
yang dimiliki oleh para penduduknya mulai dari bagia timur sampaidengan bagian barat. 
Beragam kebudayaan tersebut semakin bercorak lagi dengan kedatangan para pedagang-pedagang 
asing yang datang dari Asia dan Eropa, adanyakemungkinan perubahan sosial 
dapat terjadi di Indonesia, baik secara paksa ataupun kebudayaan tersebut dapat diterima oleh 
masyarakat. 
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosila budaya di 
masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memrlukan 
beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran 
masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang 
disebut dinamik sosial (social dynamic). 
1.2. Permasalahan 
2.1 Proses Perubahan Sosial Budaya 
2.2 Perubahan dan Fenomena Sosial di jakarta 
2.3 Pembangunan Sosial Di Jakarta
BAB II 
PEMBAHASAN 
2 
2.1. Proses Perubahan Sosial Budaya 
Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi (internalization) , sosialisasi 
(socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan 
(cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang 
sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada difusi 
(diffusion) yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa 
di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh 
warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). 
Akhirnya ada proses pemabahruan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan 
penemuan baru (discovery dan invention) 
1. PROSES BELAJAR KEBUDAYAAN SENDIRI 
Proses internalisasi, adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai 
saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar 
untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. 
Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas 
dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis. 
Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai 
kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari 
sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami 
proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan 
kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat 
menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan 
dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah 
individu.individu-individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, 
sosialisasi atau enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam 
menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya. 
2. PROSES EVOLUSI SOSIAL 
Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat dianalisa 
secara mendetail(makroskopik) tetapi dapat dilihat secara keseluruhan, dengan hanya 
memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi(makroskopik). Proses evolusi 
sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, 
dalam antropologi disebut ”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap 
proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama 
dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat. 
Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang 
dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep 
yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma, 
pandangan-pandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) 
kebudayaan sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling 
berinteraksi (yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan 
dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat 
diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya. 
3. PROSES DIFUSI 
Penyebaran manusia. Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia yang 
pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang telah 
menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-beda. 
Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta 
adaptasi fisik dan sosial budaya, yang berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya. 
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok 
manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses 
penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah satu 
objek penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi diakronik. Proses difusi dari 
unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah 
dari suatu tempat ketempat lajn dimuka bumi. 
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok 
manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang 
sengaja dibawa oleh individu- individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut. 
Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur-unsur 
kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai 
kelompok yang berbeda. 
4. AKULTURASI DAN ASIMILASI 
Akulturasi. Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan 
tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur 
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan 
hilangnya kepribadian kebudayaan itu. 
3
Kalau masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan masalah, 
yaitu : 
· Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu 
4 
proses akulturasi dalam suatu masyarakat. 
· Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima 
oleh suatu masyarakat. 
· Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau 
diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing. 
· Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima 
unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam 
menerimanya. 
· Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat 
akulturasi. 
Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan 
beberapa hal, yaitu : 
· Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai. 
· Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing. 
· Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam 
kebudayaan penerima. 
· Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh. 
· Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing. 
Asimilasi. Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan 
latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga 
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah 
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. 
Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif saja belum 
tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati 
antara kedua golongan. 
5. PEMBARUAN (INOVASI) 
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan 
modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga 
terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu 
berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial 
yang melalui tahap discovery dan invension. 
Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu 
untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan 
dalam kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) sistem perangsang
bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, 
dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat 
kekurangan-kekurangan yang ada di sekelilingnya. 
Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya ialah 
bahwa dalam proses inovasi para individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses 
evolusi para individu itu pasif, bahkan seringkali negatif. 
2.2 Perubahan Dan Fenomena Sosial 
Logis sekali kalau contoh-contoh penerimaan per-ubahan paling besar bila unsurperubahan 
itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri.Ini dapatmerupakan 
usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis dengan revolusiteknologi yang 
melanda seluruh dunia, meskipun dampak perubahan itu mungkin terasadalam masyarakat 
seluruhnya.Perubahan peranan wanita di Afrika, atau sebenamya juga diAmerika Serikat, 
dapat dianggap sebagai contoh perubahan seperti itu.Akan tetapi,perubahan sering 
dipaksakan dari luar kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melaluipenaklukan. 
Perubahan kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan sepertiyang telah 
dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa. Bentuk-bentuk 
perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme. Penaklukan, pemberontakandan 
revolusi. Kolonilasme dan penaklukan biasanya ditandai oleh kemenangan militer 
negarapenjajah/penakluk dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke 
tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan 
yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial 
dibatasi 
dan dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung 
mengisolasikanindividu dan merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa 
melaluikolonialisme dan penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. 
Politikkolonilalisme dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda, Portugal, Inggris, 
Perancis,Spanyol dan Amerika serikat.Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara 
penjajahsampai sekarang masih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan. 
Unsur-unsur bahasa, agama, system politik negara kolonial dapat ditemukan di negara 
bekasjajahannya. 
Apabila kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaansecara paksa 
yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul daridalam masyarakat 
itu sendiri.Pemberontakan dan revolusi muncul karena kondisi-kondisiyang dianggap kurang 
menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa berupa 
ketidakadilan dalam distribusi (kekayaan/material dan kekuasaan),munculnya perasaan benci 
pada kelompok yang dianggap sebagai penindas dan hilangnyakepercayaan penguasa. 
Menurut Haviland (1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetustimbulnya 
5
pemberontakan dan revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabatyang 
kedudukan-nya mantap, sering sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitankeuangan, 
pemecatan menteri yang popular, atau perubahan kebijakan yang popular, (2)Bahaya 
terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai.Di Perancis dan Rusia, golonganpenduduk 
(golongan profesi dan pekerja di kota-kota) yang nasib ekonominya mengalamiperbaikan 
sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan yang tidak terduga-duga, sepertitajamnya 
kenaikan pangan dan pengangguran, (3) Ketidaktegasan pemerintah, sepertikebijaksanaan 
yang tidak konsisten. Pemerintah yang demikian itu kelihatannya sepertidikendalikan dan 
tidak mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan dari kelascendekiawan. Kehilangan 
seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di Perencis danRusia menyebab-kan 
pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang menyebabkanmereka kehilangan 
popularitas di lingkungan cendekiawan, (5) Pemimpin atau kelompokpemimpin yang 
memiliki kharisma cukup besar untuk menggerakkan sebagian besar rakyat,melawan 
pemerintah. 
Kelima kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis 
perubahankebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada 
tahun 1997-1998 (masa reformasi).Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet serta kroninya 
sudahkehilangan kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap gagal membenahi 
persoalanekonomi politik yang terjadi.Tingkat inflasi yang tinggi, korupsi, kolusi dan 
nepotisme yangmerajalela mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara. Rakyat 
semakin tidak percayadengan rezim orde baru. Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai 
mencabut dukungannyaserta menuntut untuk segera mundur. Munculnya pemimpin-pemimpin 
informal yangkharismatik, seperti Amin Rais, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, 
Hamengkubuwono Xyang memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan rakyat. Dimotori 
oleh gerakan mahasiswadan didukung oleh pemimpin karismatik, akhirnya terjadilah 
perubahan besar-besaran diIndonesia yang diawali dengan mundurnya Soeharto dari jabatan 
Presiden pada 21 Mei 1998 
Salah satu produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan 
dandigunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan 
"praktis”.Dengandemikian, tidak salah bila antropologi Inggris sering dipandang sebagai 
"hamba" politikkolonial negara tersebut, karena mereka umumnya dipaksa menyediakan 
informasi yangberguna untuk tetap mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di 
daerah jajahannya.Di Amerika Serikat, para ahli antropologi dari abad-19 sangat 
mendambakan kegunaandisiplin mereka, dan tidak jarang mereka turun tangan membantu 
orang-orang IndianAmerika, tempat mereka bekerja. Awal abad ini, karya Franz Boas, yang 
hampir seorang dirimelatih satu generasi ahli antropologi di Amerika Serikat, telah 
membantu pemerintah untukmengubah politik imigrasi negara tersebut.Dalam tahun 1930-an 
para ahli antropologimenanggapi sejumlah studi yang dilakukan di lingkungan industri dan 
6
lembaga-lembagalainnya, untuk tujuan-tujuan terapan.Timbulnya Perang Dunia II timbullah 
pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi kolonial di luar perbatasan nenua 
Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh pegawai-pegawai yang telah 
mendapatlatihan di bidang antropologi. 
Timbulnya kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu jugadisebabkan 
oleh pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur pendudukanAmerika 
Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk memadu 
kebudayaan kolonial dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil mungkin, 
jugatelah berhasil.Meskipun banyak di antara studi itu diakui memang untuk kepentingan 
sandimiliter, akan tetapi itu semua juga bermanfaat untuk program pengembangan 
ilmu pengetahuan. 
Akan tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentanghubungan 
antara bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidakmengandung 
pengertian antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan samasekali.Pertemuan antara 
kolonialis dengan penduduk pribumi di beberapa tempat seringmengakibatkan kematian 
besar-besaran, kesengsaraan yang memilukan, dan keruntuhankomunitas atau yang lebih 
dikenal sebagai "kerusakan kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti 
di atas yang ditandai dengan terjadinya khaos atauketidakstabilan sosial dan kecemasan 
setiap individu, sering diikuti dengan terjadinyapendudukan kolonial.Ini samasekali tidak 
berarti, bahwa masyarakat tradisional itu tidakmengenal bentrokan sebelum berhubungan 
dengan peradaban lain, tetapi berarti bahwapertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi 
melalui lembaga-lembaga kebudayaanya. 
Kebudayaan asli pada awal-awal terjadinya pendudu-kan umumnya berantakan,karena 
lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan ataupertentangan 
diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak diperbolehkan olehpara penguasa 
kolonial untuk menangani perubahan baru yang cepat dan tidak padatempatnya dalam 
konteks sistem tradisional itu.Perubahan yang terlalu cepat dalam sistemnilai, misalnya, 
menyebabkan bagian-bagian lain dari kebudayaan menjadi ketinggalan. 
Kadang-kadang penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yangbesar 
dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana mereka menemukan dan melakukan cara-cara 
yang kreatif dan cerdik untuk mengkounternya.Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand 
yang berada di bawah pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu 
ketikamemperkenalkan sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada 
masyarakatTrobriand yang menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk 
berusahadan sepakat untuk membendung masuknya permainan Inggris secara utuh 
denganmenjadikannya sebagai suatu pertandingan yang benar-benar bersifat 
Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai dengan bentuk aslinya di Inggris.Cr 
icket ala Trobriand 
7
yang kreatif ini disejajarkan dengan kegiatan-kegiatan yang khas, yang tetap 
mempertahankanpentingnya pandangan-pandangan pokok dalam kebudayaan pribumi 
itu.Semua orang yangberkepentingan dengan permainan itu kelihatan gembira dan bangga, 
dan para pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan siapakah diantara mereka itu 
mampu mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda persiapan untuk bermain, 
nyanyian tim yangmembawakan lagu-lagu yang bernada "kasar", tari-tarian rombongan yang 
saling memberisemangat, tidak dapat diragukan lagi, bahwa setiap pemain bermain demi 
kepentingannyasendiri, demi kemasyhuran timnya, dan demi ratusan gadis-gadis cantik yang 
biasanyamenonton pertandingan itu. 
Kasus-kasus akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari kemenangan 
militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan parapenakluk, yang 
tidak mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka kuasai.Rakyatpribumi, yang 
tidak mampu menolak perubahan-perubahan yang dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan 
tradisional mereka di bidan sosial, agama dan ekonomi juga turut dibatasi, sehinggamereka 
dengan terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikanindividu 
dan mengoyak-koyak integrasi sosialnya.Sistem perbudakan di Amerika Serikatpada masa 
kolonialnya, merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi penjelasantentang 
masalah hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah "inferioritas rasial."Perlu juga 
saya kemukakan di sini, bahwa sistem perbudakan yang terjadi di Amerika padaawalnya 
tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negarabagian, 
seperti di daerah-daerah perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerahpantai 
Amerika Selatan hingga ke bagian tenggara Amerika Serikat.Masaah-masalah rasialyang 
diwarisi Amerika Serikat dari zaman perbudakan itu juga terdapat di daerah-daerahAmerika 
yang pernah menjalankan praktek-praktek perbudakan. 
2.2 Perubahan sosial yang terjadi di jakarta 
Ribuan mata, beberapa bulan lalu, tertuju pada lautan laskar berjubah putih yang membanjiri 
Stadion Utama Senayan Jakarta dalam sebuah perhelatan tabligh akbar. Laskar berjubah putih 
itu tergabung di dalam kekuatan besar yang bernama Laskar Jihad. Di dalam tabligh akbar 
tersebut mereka meneriakkan kegetiran atas tragedi yang sedang menimpa umat Islam di 
Maluku, dan secara tegas mereka menyatakan kesiapan untuk terjun ke medan pertempuran 
di sana. Mereka juga "menyerang" Presiden Abdurrahman Wahid yang mereka anggap telah 
gagal mengemban tugas sebagai pemimpin umat Islam dan membiarkan negerinya terjebak 
dalam permainan konspirasi Barat dengan Zionis Israel. Beberapa kali kelompok semacam, 
bahkan yang berintikan mahasiswa, dengan memakai berbagai atribut khas mereka, turun ke 
jalan-jalan berdemonstrasi menentang berbagai kebijakan Gus Dur, seperti usulan pencabutan 
TAP MPR tentang pelarangan PKI. 
8
Belakangan mereka juga memprotes keras rencana kehadiran delegasi Israel di dalam 
Konferensi Parlemen se-Dunia di Jakarta dan bertekad untuk memblokir mereka di bandara 
dan tempat-tempat strategis lainnya; hal yang sebagian dipicu oleh penyerangan Israel yang 
didukung oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat, atas umat Islam 
Palestina. Di kota yang sama hari-hari ini hampir tiap minggu kelompok Front Pembela Islam 
melakukan razia. Mereka mendatangi kafe-kafe, diskotik-diskotik, kasino-kasino, dan 
tempat-tempat lainnya yang mereka tuduh sebagai sarang maksiat dan membubarkan 
kegiatan di dalamnya tanpa bisa dirintangi secara berarti oleh petugas-petugas keamanan. 
Razia-razia ini tidak jarang diwarnai oleh aksi-aksi pengrusakan dan penghancuran. Isyarat 
tentang meningkatnya keberadaan kelompok yang menyebut diri mereka sebagai laskar di 
panggung nasional bahkan secara jelas terlihat awal Agustus lalu dalam Kongres Nasional 
Mujahidin pertama yang mengangkat tema "Penegakan Syariat Islam di Indonesia". Dalam 
kongres tersebut terdapat kurang lebih dua ribu peserta yang mewakili berbagai kelompok 
yang saat ini tengah menarik perhatian publik, seperti Laskar Santri, Laskar Mujahidin, 
Kompi Badar, Brigade Taliban, dan Pasukan Komando Mujahidin. Beberapa tokoh penting 
datang ke kongres tersebut, semisal Deliar Noer, Mansyur Suryanegara, Syahirul Alim, dan 
Alawi Muhammad. Selama tiga hari mereka mendiskusikan satu tema sentral dengan 
kesimpulan bahwa penegakan syariat Islam adalah hal yang mutlak untuk mengatasi berbagai 
krisis dan kerusakan yang terjadi saat ini. Fenomena gerakan-gerakan yang membawa muatan 
agama ini mencuat sejak terjadinya krisis multi-dimensi di negeri ini yang berakibat, di 
antaranya, lengsernya rezim Soeharto. Sejak saat itu, keberadaan mereka di panggung politik 
kenegaraan menjadi semakin tampak dan meningkat, baik secara kualitatif maupun 
kuantitatif. Aksi-aksi mereka dibalut oleh rasa kekhawatiran yang mendalam terhadap 
terjerambabnya Islam ke dalam bayang-bayang Barat sekuler, yang mereka yakini tengah 
menjalankan agenda untuk menghancurkan umat Islam dengan berbagai cara. 
Gerakan-gerakan semacam itu, yang dalam penelitian ini akan disebut sebagai radikalisme 
agama, mempunyai landasan ideologis yang relatif konservatif; namun, secara politik radikal 
dan militan. Mereka mengklaim tengah menghidupkan kembali jalan Salafi, Manhaj Salafi, 
dan berjuang mengembalikan supremasi syariat Islam untuk membawa umat Islam keluar 
dari lilitan krisis. Laskar Jihad, misalnya, dinaungi oleh sebuah organisasi yang berlabel 
Forum Komunikasi Ahlu Sunnah Wal-Jama'ah. Sementara laskar-laskar yang lain sebagian 
besar berafiliasi ke pesantren-pesantren atau komunitas-komunitas keagamaan yang bergiat 
di dalam alur faham keagamaan yang relatif sama. Namun demikian, mereka tidak segan-segan 
untuk mengacung-acungkan senjata dan meneriakkan "Allahu Akbar" untuk membela 
Islam yang, menurut mereka, tengah terjepit. Sebagai ibukota negara, Jakarta adalah kota di 
mana kehadiran gerakan radikalisme agama paling dirasakan. Ia menjadi tempat di mana 
aksi-aksi besar gerakan tersebut dipusatkan. Ia juga menjadi saksi di mana aksi-aksi 
kekerasan dari gerakan semacam itu terjadi. 
9
Dari aspek politik, gaung dari aksi-aksi yang dijalankan di Jakarta memang terbukti jauh 
lebih efektif daripada kota manapun di Indonesia, karena Jakarta merupakan pusat 
pemerintahan, pusat kegiatan bisnis, dan lain-lainnya. Hal ini terutama didukung oleh 
peliputan mass-media yang terpusat di Jakarta. Di samping itu, Jakarta adalah kota yang 
paling menikmati dan sekaligus merasakan dampak dari proses modernisasi dan 
pembangunan. Maka, dengan sendirinya masyarakat Jakarta menjadi masyarakat yang 
langsung dan paling efektif bersentuhan dengan kedua proses itu. Fenomena radikalisme 
agama jelas tidak bisa dilepaskan dari arus deras modernisasi dan pembangunan yang 
dijalankan negara dalam rentang tiga puluh tahun terakhir. Sementara kolonisasi internal dari 
negara dan penetrasi rasionalitas ekonomi dan administrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, 
dalam konteks modernisasi dan pembangunan itu, terus berlangsung. Negara tidak 
memberikan ruang yang cukup bagi seluruh segmen masyarakat untuk mengekspresikan diri 
dan kepentingan-kepentingan mereka. Ekspresi Islam politik, misalnya, cenderung 
dimarginalisasi dan dihambat karena dianggap akan dapat mengganggu jalannya proses 
modernisasi dan model pembangunan yang diterapkan. Sebagai konsekuensinya, muncul 
kekecewaan dan rasa ketidakberdayaan yang mendalam dari berbagai segmen masyarakat. 
Hal semacam ini turut dipercepat oleh meningkatnya proses globalisasi, ketika intensifikasi 
hubungan sosial seluruh dunia telah mengaburkan batas-batas geografis, sosial, dan politik di 
mana ketergantungan pada tatanan global dan intervensi lintas-budaya menjadi tidak 
terelakkan. 
Proses ini mau tidak mau telah menyebabkan banyak orang merasakan kehilangan kontrol 
atas kehidupan mereka. Ketika rasa kekecewaan dan ketidakberdayaan itu semakin 
meningkat dalam ketersumbatan ruang partisipasi masyarakat di bawah hegemoni negara, 
suatu perlawanan untuk merebut kembali ruang partisipasi itu tidak bisa dielakan. Dengan 
berusaha merebut ruang partisipasi itu, rasionalitas komunikatif bisa dihadirkan kembali ke 
ruang publik. Sementara itu, dalam konstelasi global, ketika nation-states modern tidak 
mampu mengintegrasikan seluruh kekuatan masyarakat melalui kesejahteraan ekonomi dan 
pemuka-pemuka agama melalui imbalan resmi terhadap kekuatan religius mereka, 
perlawanan seringkali mengambil bentuk seruan untuk kembali kepada identitas dasar, di 
mana massa yang tersingkirkan dan bagian-bagian masyarakat lainnya yang tidak puas bisa 
merekonstruksi makna dan interpretasi baru terhadap kehidupan sosial sebagai alternatif 
terhadap tatanan yang ada. Namun demikian, sejalan dengan meningkatnya proses 
modernisasi dan globalisasi, kebijakan marginalisasi Islam politik tampaknya tidaklah bisa 
dipertahankan terus-menerus oleh negara. Ada saat-saat ketika negara mengalami apa yang 
disebut krisis legitimasi, yang semakin meluas sejak awal 1990-an. Krisis itu terjadi terutama 
ketika janji-janji modernisasi dan pembangunan gagal dipenuhi oleh negara. Untuk mencegah 
meluasnya krisis legitimasi itu, negara harus mencari pilar-pilar dukungan dan strategi baru. 
Di antaranya, negara menjalankan jurus yang oleh Olivier Roy, seorang ilmuwan politik 
10
Perancis, disebut "Islamisasi konservatif" (conservative Islamisation), yang terutama 
diarahkan pada penonjolan simbol-simbol agama di dalam wacana publik dan kenegaraan 
serta mengakomodasi kekuatan-kekuatan sosial-politik keagamaan. Bermunculanlah 
organisasi-organisasi, isntitusi-institusi dan berbagai hal lainnya yang bersimbolkan Islam. 
ICMI dibiarkan berkibar. Bank syariah didirikan di mana-mana sebagaimana halnya mesjid-mesjid 
atas sponsor negara. Seketika terjadi pembalikan arah kesejarahan negara, dari 
sebelumnya berwajah sekuler, di mana pemerintahan dan militer dikuasai oleh elite-elite 
nasionalis "merah-putih", menjadi berwarna hijau, ketika banyak tokoh Islam naik ke 
panggung politik nasional. 
Di belakang proyek Islamisasi konservatif yang dijalankan negara saat itu, terdapat banyak 
kelompok yang menaruh harapan dan kemudian mengafiliasikan diri ke dalamnya, atau 
paling tidak, merasa tengah menapaki arah yang sama. Hal semacam ini dipandang oleh 
banyak kalangan sebagai hal yang sangat menjanjikan. Umat Islam yang selama ini dipaksa 
bermain di pinggiran dan tidak diberikan banyak kesempatan dalam konstelasi politik 
nasional, menemukan jalan untuk menaiki panggung politik, sosial, dan ekonomi nasional. 
Kelompok-kelompok yang menaruh harapan tersebut datang dari berbagai segmen kekuatan 
masyarakat. Mereka meyakini bahwa kini adalah waktu yang tepat untuk mengendalikan 
panggung negara. Ke dalam barisan ini agaknya juga terdapat kelompok-kelompok yang 
sebelum pertengahan 1980-an aktif menentang negara dan berjuang menyuarakan pendirian 
negara Islam. Pada saat tertentu mereka bersikap keras menentang negara, dengan 
mengobarkan teror, seperti gerakan Komando Jihad, pembajakan pesawat garuda, dan 
pemboman Borobodur. Tetapi mereka sama sekali tidak berkutik menghadapi tindakan 
represif dari negara. Puncak ketidakberdayaan itu terjadi ketika pemerintah memaksa seluruh 
kekuatan sosial politik untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas. Untuk beberapa 
saat setelah itu, perlawanan terhadap negara benar-benar surut. Kalaupun mereka bertahan, 
mereka harus aktif di bawah tanah atau menyembunyikan wajah mereka yang sesungguhnya. 
Ketika krisis terjadi, apa yang menjadi tujuan kelompok-kelompok yang berafiliasi ke dalam 
gelombang besar Islamisasi sebagaimana digambarkan di atas, seketika menjadi buyar. 
Banyak sub-segmen yang terdapat di dalamnya kehilangan harapan dan mengalami rasa 
frustasi yang mendalam. Jalan yang sudah dirintis oleh mereka telah berbelok arah secara 
drastis. Harapan untuk secara perlahan-lahan mengambil alih kendali politik nasional 
menemukan jalan buntu. Sekalipun pemilu terakhir telah berusaha untuk mengakomodasi 
seluruh kekuatan sosial-politik masyarakat melalui saluran yang semestinya, tetapi tidak 
semua pihak merasa puas dan mendapatkan ruang keterwakilan mereka di panggung politik 
yang ada. Mereka merasa terpinggirkan kembali di dalam arus besar reformasi yang telah 
membawa Gus Dur ke kursi kepresidenan. Gerakan radikalisme agama yang kini tengah 
menyeruak bisa dipandang sebagai perlawanan terhadap hegemoni negara dari segmen 
masyarakat yang termarginalisasi dan terekslusi di dalam arus besar perubahan politik, sosial, 
11
dan ekonomi. Atau tepatnya, segmen masyarakat yang harapan-harapan mereka pernah 
dilambungkan tetapi seketika menjadi terhenti dengan terjadinya krisis multi-dimensi yang 
menimpa negeri ini. Tujuannya tidak lain adalah untuk membuat suara-suara mereka yang 
marginal bisa terdengar di ruang publik, sehingga jaringan makna yang telah hilang dalam 
relasi kekuasaan yang hegemonik bisa mereka rebut kembali. Karena hegemoni bekerja 
melalui wacana, maka gerakan radikalisme agama seringkali juga membuat wacana 
tandingan, di antaranya dengan mengeritik ungkapan politik nasional sekuler dan 
menawarkan alternatif terhadapnya. Roy telah menemukan fenomena serupa di banyak 
negara Islam belakangan ini, yang disebutnya sebagai gejala "neo-fundamentalisme radikal" 
(radical neo-fundamentalis). Gejala ini didefinisikannya sebagai sebuah gerakan yang 
berusaha mengislamkan masyarakat dari level grass-root melalui penerapan hukum Islam 
tanpa harus diformat dalam sebuah negara Islam. Ini terjadi sebagai akibat dari kegagalan 
"Islamisme", gerakan Islam politik modern yang mengklaim berjuang untuk menciptakan 
kembali sebuah masyarakat Islam yang sejati, tidak sekedar dengan mendesakkan berlakunya 
syariat Islam, tetapi dengan menciptakan sebuah tatanan yang Islami melalui aksi-aksi politik 
yang kadang-kadang revolusioner dan militan. Para pendukungnya melihat Islam tidak 
sekedar agama, tetapi ideologi politik yang harus diintegrasikan ke dalam seluruh aspek 
kehidupan masyarakat. Sekalipun Islamisme telah menemui kegagalan sejak 1980-an, tetapi 
penentangan-penentangan dan kritisismenya terhadap negara, menurut Roy, berhasil 
memaksa yang terakhir untuk mengintrodusir kebijakan Islamisasi konservatif-simbolik. 
Kebijakan semacam ini ternyata tidaklah berhasil mengubur Islamisme, bahkan telah 
memperluas konstituen-konstituen dan pendukung-pendukungnya. Ia hanya membungkam 
gerakan itu untuk sementara, tapi tidak pernah bisa menguburnya. Meskipun satu hal, bahwa 
target mereka semula untuk mendirikan negara Islam telah berlalu. Bagi mereka yang paling 
penting syariat Islam harus ditegakkan. Dan inilah yang mesti tetap diperjuangkan. Beberapa 
ciri yang ditunjukkan Roy mengenai gerakan neo-fundamentalisme radikal ini adalah, yang 
pertama, mereka mengkombinasikan jihad politik dan militansi terhadap segala hal yang 
beraroma Barat-sekuler dengan definisi Islam yang sangat konservatif. Mereka sangat 
menentang musik, seni dan hiburan, serta kehadiran perempuan dalam ruang publik. 
Yang kedua, gerakan ini bersifat supra-nasional. Terdapat jaringan internasional di mana para 
aktor gerakan ini dilatih dan dibekali dengan berbagai keterampilan militansi, di samping 
disediakan dana untuk mendukung aksi-aksi mereka dalam ranah nasional masing-masing. 
Yang ketiga, gerakan ini berusaha keras menunjukkan kegagalan "nation-state", yang diklaim 
terjepit di antara solidaritas kebangsaan dan globalisasi. 
12
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan kemajuan danpeningkatan 
kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat secara obyektif merupakan hasiltali temali 
antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu.. Perjalanan panjang 
dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat manusia menelusuri 
hakikatkehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang pesat hidup. Ruang gerak 
perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil seperti keluarga sampai 
pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan kekuatan kelembagaan dalam 
masyarakat. 
Perubahan sosial adalah suatu proses yang luas,lengkap yang mencakup suatu tatanan 
kehidupan manusia. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi 
pendidikan yang berlangsung. Sebagai bagian dari pranata sosial, tentunya pendidikan akan 
ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. 
Sebaliknya, pendidikansebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala 
pengetahuan tentunya menjadiagen penting yang ikut menentukan perubahan sosial 
masyarakat ke depan. 
B. SARAN 
makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya membangun 
sangat kami harapkan. 
13
DAFTAR PUSTAKA 
 Astrid S.Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, TK.Bica Cipta, 1979 
 Burhanuddin Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus 
 Tekhnologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: fajarinterpratama Offset, 2006 
 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: 
14 
Balai Pustaka, 1995 
 Dahana O.P. dan Bhatnagar P.P. Education And Comunication For Defelopmen, New 
Delhi: Oxford & IBH Publishing Co, 1980
KATA PENGANTAR 
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat 
menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan 
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga 
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, 
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku 
umatnya. 
Makalah ini penulis membahas mengenai “PERUBAHAN SOSIAL DAN 
PEMBANGUNAN YANG TERJADI DI JAKARTA”, dengan makalah ini penulis 
mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih 
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. 
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. 
15 
Raha, Agustus 2013 
Penyusun
DAFTAR ISI 
Kata Pengantar......................................................................................................... i 
Daftar Isi................................................................................................................. ii 
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1 
BAB II PEMBAHASAN.... ................................................................................... 2 
2.1 Proses Perubahan Sosial Budaya................................................................. 2 
2.2 Perubahan Dan Fenomena Sosial................................................................. 2 
2.3 Perubahan Sosial yang terjadi di Jakarta.................................................... 8 
BAB II PENUTUP................................................................................................... 13 
A. Kesimpulan.................................................................................................. 13 
B. Saran............................................................................................................. 13 
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 14 
16
MAKALAH 
PERUBAHAN SOSIAL 
DAN PEMBANGUNAN 
YANG TERJADI DI JAKARTA 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : ZAMRIA 
JURUSAN : GEOGRAFI 
SEMESTER : II 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 
KELAS RAHA 
2013 
17

More Related Content

What's hot

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAAkadusyifa .
 
Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)
Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)
Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)caturprasetyo11tgb1
 
PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum
PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum
PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum Rosyida Fatma
 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanadinugroho wisnu
 
Perlawanan kerajaan makasar
Perlawanan kerajaan makasarPerlawanan kerajaan makasar
Perlawanan kerajaan makasarcanisius75
 
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiArtikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiIswi Haniffah
 
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARARAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARANamaku Merah
 
Materi Sejarah Kelas XII - Disintegrasi Bangsa
Materi Sejarah Kelas XII - Disintegrasi BangsaMateri Sejarah Kelas XII - Disintegrasi Bangsa
Materi Sejarah Kelas XII - Disintegrasi BangsaAmira A
 
10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swasta
10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swasta10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swasta
10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swastaSMA Negeri 9 KERINCI
 
Sejarah kedatangan bangsa spanyol
Sejarah kedatangan bangsa spanyolSejarah kedatangan bangsa spanyol
Sejarah kedatangan bangsa spanyollisna nurmala
 
Proses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfur
Proses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfurProses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfur
Proses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfurputrisagut
 
Kelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigen
Kelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigenKelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigen
Kelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigenMuhammad Nanda
 
LAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
LAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLITLAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
LAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLITNesha Mutiara
 
Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"
Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"
Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"Eva Rahma Indriyani
 
TEORI-TEORI TENTANG MASUKNYA HINDU BUDHA
TEORI-TEORI TENTANG  MASUKNYA HINDU BUDHATEORI-TEORI TENTANG  MASUKNYA HINDU BUDHA
TEORI-TEORI TENTANG MASUKNYA HINDU BUDHAMbah Roshadi
 

What's hot (20)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
 
Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)
Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)
Latih uji kompetensi (hal. 102 si kelas xii)
 
Osmosis kentang
Osmosis kentangOsmosis kentang
Osmosis kentang
 
Perlawanan Goa
Perlawanan GoaPerlawanan Goa
Perlawanan Goa
 
PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum
PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum
PPKN – Peran Advokat dalam Penegakan Hukum
 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutan
 
Perlawanan kerajaan makasar
Perlawanan kerajaan makasarPerlawanan kerajaan makasar
Perlawanan kerajaan makasar
 
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiArtikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
 
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARARAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
RAHMAD ISLAM BAGI NUSANTARA
 
Materi Sejarah Kelas XII - Disintegrasi Bangsa
Materi Sejarah Kelas XII - Disintegrasi BangsaMateri Sejarah Kelas XII - Disintegrasi Bangsa
Materi Sejarah Kelas XII - Disintegrasi Bangsa
 
10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swasta
10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swasta10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swasta
10. berlakunya sistem tanam paksa dan usaha swasta
 
Ppt bali
Ppt baliPpt bali
Ppt bali
 
Sejarah kedatangan bangsa spanyol
Sejarah kedatangan bangsa spanyolSejarah kedatangan bangsa spanyol
Sejarah kedatangan bangsa spanyol
 
Deklarasi Juanda sabrina.pptx
Deklarasi Juanda sabrina.pptxDeklarasi Juanda sabrina.pptx
Deklarasi Juanda sabrina.pptx
 
Proses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfur
Proses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfurProses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfur
Proses pembuatan oksigen, nitrogen, dan sulfur
 
Kelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigen
Kelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigenKelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigen
Kelimpahan unsur karbon, nitrogen, dan oksigen
 
LAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
LAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLITLAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
LAPORAN PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
 
Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"
Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"
Kimia Unsur Golongan Alkali "Sifat,Kelimpahan ,Kegunaan dan prosesPembuatan"
 
TEORI-TEORI TENTANG MASUKNYA HINDU BUDHA
TEORI-TEORI TENTANG  MASUKNYA HINDU BUDHATEORI-TEORI TENTANG  MASUKNYA HINDU BUDHA
TEORI-TEORI TENTANG MASUKNYA HINDU BUDHA
 
Perlawanan maluku
Perlawanan malukuPerlawanan maluku
Perlawanan maluku
 

Viewers also liked

Justin alexander 4 c
Justin alexander 4 cJustin alexander 4 c
Justin alexander 4 cjustin2123
 
Secretele bucatariei vegetariene
Secretele bucatariei vegetarieneSecretele bucatariei vegetariene
Secretele bucatariei vegetarieneVASILE Viorel
 
Blaga risipei se deda florarul (sc)
Blaga   risipei se deda florarul (sc)Blaga   risipei se deda florarul (sc)
Blaga risipei se deda florarul (sc)VASILE Viorel
 
SA_ESA_flyer (1)
SA_ESA_flyer (1)SA_ESA_flyer (1)
SA_ESA_flyer (1)Danny Lynch
 
10 porunci pentru un profan
10 porunci pentru un profan10 porunci pentru un profan
10 porunci pentru un profanVASILE Viorel
 
Surat sponser bowling
Surat sponser bowlingSurat sponser bowling
Surat sponser bowlingNurul Syuhada
 
L'addicció a les xarxes socials
L'addicció a les xarxes socialsL'addicció a les xarxes socials
L'addicció a les xarxes socialslpb1155
 
Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...
Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...
Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...BANCO SANTANDER
 
Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...
Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...
Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...BANCO SANTANDER
 

Viewers also liked (11)

Justin alexander 4 c
Justin alexander 4 cJustin alexander 4 c
Justin alexander 4 c
 
Secretele bucatariei vegetariene
Secretele bucatariei vegetarieneSecretele bucatariei vegetariene
Secretele bucatariei vegetariene
 
Blaga risipei se deda florarul (sc)
Blaga   risipei se deda florarul (sc)Blaga   risipei se deda florarul (sc)
Blaga risipei se deda florarul (sc)
 
SA_ESA_flyer (1)
SA_ESA_flyer (1)SA_ESA_flyer (1)
SA_ESA_flyer (1)
 
Google.drive
Google.driveGoogle.drive
Google.drive
 
10 porunci pentru un profan
10 porunci pentru un profan10 porunci pentru un profan
10 porunci pentru un profan
 
Surat sponser bowling
Surat sponser bowlingSurat sponser bowling
Surat sponser bowling
 
L'addicció a les xarxes socials
L'addicció a les xarxes socialsL'addicció a les xarxes socials
L'addicció a les xarxes socials
 
Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...
Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...
Banco Santander presenta en Puerto Rico la tercera edición de su Programa W30...
 
Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...
Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...
Emilio Botín inaugura el III Encuentro Internacional de Rectores Universia an...
 
Historia del cacao_y_chocolate
Historia del cacao_y_chocolateHistoria del cacao_y_chocolate
Historia del cacao_y_chocolate
 

Similar to Makalah perubahan sosial di dki

Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptxKelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptxCiciliaKimberlyOldyS
 
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaanDinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaanfendy18
 
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)Muslimin B. Putra
 
DESA SADU SOREANG
DESA SADU SOREANGDESA SADU SOREANG
DESA SADU SOREANGLenni Nay
 
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASI
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASIANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASI
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASINur Arifaizal Basri
 
Dinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. ivDinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. ivridwanrezy
 
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017Muchlis Soleiman
 
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASIGERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASIUniversity Of Cenderawasih
 
faktor penyebab perubahan sosial budaya.pptx
faktor penyebab perubahan sosial budaya.pptxfaktor penyebab perubahan sosial budaya.pptx
faktor penyebab perubahan sosial budaya.pptxSatriyaRafioPasha
 
PPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptx
PPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptxPPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptx
PPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptxSabithaWibowo
 
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSA
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSAPERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSA
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSAriritifani
 
ANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptx
ANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptxANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptx
ANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptxkididjupri
 
Pengaruh penemuan baru (discovery)
Pengaruh penemuan baru (discovery)Pengaruh penemuan baru (discovery)
Pengaruh penemuan baru (discovery)Namaku Merah
 

Similar to Makalah perubahan sosial di dki (20)

Makalah perubahan sosial di dki
Makalah perubahan sosial di dkiMakalah perubahan sosial di dki
Makalah perubahan sosial di dki
 
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptxKelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
 
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaanDinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
 
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)
 
Bab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Bab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAANBab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Bab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
 
DESA SADU SOREANG
DESA SADU SOREANGDESA SADU SOREANG
DESA SADU SOREANG
 
DESA SADU
DESA SADUDESA SADU
DESA SADU
 
sample
samplesample
sample
 
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASI
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASIANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASI
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASI
 
Dinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. ivDinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. iv
 
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
 
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASIGERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
 
Slide-LSE-LSE-Slide-4.ppt
Slide-LSE-LSE-Slide-4.pptSlide-LSE-LSE-Slide-4.ppt
Slide-LSE-LSE-Slide-4.ppt
 
faktor penyebab perubahan sosial budaya.pptx
faktor penyebab perubahan sosial budaya.pptxfaktor penyebab perubahan sosial budaya.pptx
faktor penyebab perubahan sosial budaya.pptx
 
Bahan tugas
Bahan tugasBahan tugas
Bahan tugas
 
PPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptx
PPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptxPPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptx
PPT BAB 6 Dinamika Masyarakat & Kebudayaan .pptx
 
Antropologi -Dinamika Kebudayaan-
Antropologi -Dinamika Kebudayaan-Antropologi -Dinamika Kebudayaan-
Antropologi -Dinamika Kebudayaan-
 
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSA
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSAPERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSA
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSA
 
ANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptx
ANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptxANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptx
ANTROPOLOGI KESEHATAN 6.pptx
 
Pengaruh penemuan baru (discovery)
Pengaruh penemuan baru (discovery)Pengaruh penemuan baru (discovery)
Pengaruh penemuan baru (discovery)
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah perubahan sosial di dki

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur dunia, negara yangbagian pulau-pulaunya termasuk dalam garis khatulistiwa berbatasan dengan dua benua danjuga dua samudra dikatakan oleh dunia sebagai tempat yang strategis untuk melakukankegiatan agraris dan maritim sehingga tumbuhan-tumbuhan yang dapat memakmurkan dapattumbuh subur disana. Karena terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki beragamcorak kebudayaan yang dimiliki oleh para penduduknya mulai dari bagia timur sampaidengan bagian barat. Beragam kebudayaan tersebut semakin bercorak lagi dengan kedatangan para pedagang-pedagang asing yang datang dari Asia dan Eropa, adanyakemungkinan perubahan sosial dapat terjadi di Indonesia, baik secara paksa ataupun kebudayaan tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosila budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memrlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic). 1.2. Permasalahan 2.1 Proses Perubahan Sosial Budaya 2.2 Perubahan dan Fenomena Sosial di jakarta 2.3 Pembangunan Sosial Di Jakarta
  • 2. BAB II PEMBAHASAN 2 2.1. Proses Perubahan Sosial Budaya Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi (internalization) , sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan (cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada difusi (diffusion) yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pemabahruan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention) 1. PROSES BELAJAR KEBUDAYAAN SENDIRI Proses internalisasi, adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis. Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah individu.individu-individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi atau enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya. 2. PROSES EVOLUSI SOSIAL Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat dianalisa secara mendetail(makroskopik) tetapi dapat dilihat secara keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi(makroskopik). Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut ”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
  • 3. Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat. Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) kebudayaan sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya. 3. PROSES DIFUSI Penyebaran manusia. Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia yang pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang telah menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-beda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya, yang berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah satu objek penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi diakronik. Proses difusi dari unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah dari suatu tempat ketempat lajn dimuka bumi. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu- individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut. Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang berbeda. 4. AKULTURASI DAN ASIMILASI Akulturasi. Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu. 3
  • 4. Kalau masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan masalah, yaitu : · Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu 4 proses akulturasi dalam suatu masyarakat. · Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima oleh suatu masyarakat. · Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing. · Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam menerimanya. · Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat akulturasi. Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa hal, yaitu : · Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai. · Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing. · Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima. · Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh. · Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing. Asimilasi. Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif saja belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati antara kedua golongan. 5. PEMBARUAN (INOVASI) Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap discovery dan invension. Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) sistem perangsang
  • 5. bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi para individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses evolusi para individu itu pasif, bahkan seringkali negatif. 2.2 Perubahan Dan Fenomena Sosial Logis sekali kalau contoh-contoh penerimaan per-ubahan paling besar bila unsurperubahan itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri.Ini dapatmerupakan usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis dengan revolusiteknologi yang melanda seluruh dunia, meskipun dampak perubahan itu mungkin terasadalam masyarakat seluruhnya.Perubahan peranan wanita di Afrika, atau sebenamya juga diAmerika Serikat, dapat dianggap sebagai contoh perubahan seperti itu.Akan tetapi,perubahan sering dipaksakan dari luar kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melaluipenaklukan. Perubahan kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan sepertiyang telah dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa. Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme. Penaklukan, pemberontakandan revolusi. Kolonilasme dan penaklukan biasanya ditandai oleh kemenangan militer negarapenjajah/penakluk dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial dibatasi dan dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikanindividu dan merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa melaluikolonialisme dan penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Politikkolonilalisme dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda, Portugal, Inggris, Perancis,Spanyol dan Amerika serikat.Tidak mengherankan jika unsur-unsur budaya negara penjajahsampai sekarang masih ditemukan dan diterapkan di negara-negara bekas jajahan. Unsur-unsur bahasa, agama, system politik negara kolonial dapat ditemukan di negara bekasjajahannya. Apabila kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaansecara paksa yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul daridalam masyarakat itu sendiri.Pemberontakan dan revolusi muncul karena kondisi-kondisiyang dianggap kurang menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa berupa ketidakadilan dalam distribusi (kekayaan/material dan kekuasaan),munculnya perasaan benci pada kelompok yang dianggap sebagai penindas dan hilangnyakepercayaan penguasa. Menurut Haviland (1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetustimbulnya 5
  • 6. pemberontakan dan revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabatyang kedudukan-nya mantap, sering sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitankeuangan, pemecatan menteri yang popular, atau perubahan kebijakan yang popular, (2)Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai.Di Perancis dan Rusia, golonganpenduduk (golongan profesi dan pekerja di kota-kota) yang nasib ekonominya mengalamiperbaikan sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan yang tidak terduga-duga, sepertitajamnya kenaikan pangan dan pengangguran, (3) Ketidaktegasan pemerintah, sepertikebijaksanaan yang tidak konsisten. Pemerintah yang demikian itu kelihatannya sepertidikendalikan dan tidak mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan dari kelascendekiawan. Kehilangan seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di Perencis danRusia menyebab-kan pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang menyebabkanmereka kehilangan popularitas di lingkungan cendekiawan, (5) Pemimpin atau kelompokpemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk menggerakkan sebagian besar rakyat,melawan pemerintah. Kelima kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis perubahankebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 (masa reformasi).Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet serta kroninya sudahkehilangan kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap gagal membenahi persoalanekonomi politik yang terjadi.Tingkat inflasi yang tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme yangmerajalela mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara. Rakyat semakin tidak percayadengan rezim orde baru. Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai mencabut dukungannyaserta menuntut untuk segera mundur. Munculnya pemimpin-pemimpin informal yangkharismatik, seperti Amin Rais, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Hamengkubuwono Xyang memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan rakyat. Dimotori oleh gerakan mahasiswadan didukung oleh pemimpin karismatik, akhirnya terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang diawali dengan mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998 Salah satu produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan dandigunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan "praktis”.Dengandemikian, tidak salah bila antropologi Inggris sering dipandang sebagai "hamba" politikkolonial negara tersebut, karena mereka umumnya dipaksa menyediakan informasi yangberguna untuk tetap mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di daerah jajahannya.Di Amerika Serikat, para ahli antropologi dari abad-19 sangat mendambakan kegunaandisiplin mereka, dan tidak jarang mereka turun tangan membantu orang-orang IndianAmerika, tempat mereka bekerja. Awal abad ini, karya Franz Boas, yang hampir seorang dirimelatih satu generasi ahli antropologi di Amerika Serikat, telah membantu pemerintah untukmengubah politik imigrasi negara tersebut.Dalam tahun 1930-an para ahli antropologimenanggapi sejumlah studi yang dilakukan di lingkungan industri dan 6
  • 7. lembaga-lembagalainnya, untuk tujuan-tujuan terapan.Timbulnya Perang Dunia II timbullah pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi kolonial di luar perbatasan nenua Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh pegawai-pegawai yang telah mendapatlatihan di bidang antropologi. Timbulnya kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu jugadisebabkan oleh pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur pendudukanAmerika Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk memadu kebudayaan kolonial dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil mungkin, jugatelah berhasil.Meskipun banyak di antara studi itu diakui memang untuk kepentingan sandimiliter, akan tetapi itu semua juga bermanfaat untuk program pengembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentanghubungan antara bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidakmengandung pengertian antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan samasekali.Pertemuan antara kolonialis dengan penduduk pribumi di beberapa tempat seringmengakibatkan kematian besar-besaran, kesengsaraan yang memilukan, dan keruntuhankomunitas atau yang lebih dikenal sebagai "kerusakan kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti di atas yang ditandai dengan terjadinya khaos atauketidakstabilan sosial dan kecemasan setiap individu, sering diikuti dengan terjadinyapendudukan kolonial.Ini samasekali tidak berarti, bahwa masyarakat tradisional itu tidakmengenal bentrokan sebelum berhubungan dengan peradaban lain, tetapi berarti bahwapertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi melalui lembaga-lembaga kebudayaanya. Kebudayaan asli pada awal-awal terjadinya pendudu-kan umumnya berantakan,karena lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan ataupertentangan diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak diperbolehkan olehpara penguasa kolonial untuk menangani perubahan baru yang cepat dan tidak padatempatnya dalam konteks sistem tradisional itu.Perubahan yang terlalu cepat dalam sistemnilai, misalnya, menyebabkan bagian-bagian lain dari kebudayaan menjadi ketinggalan. Kadang-kadang penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yangbesar dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana mereka menemukan dan melakukan cara-cara yang kreatif dan cerdik untuk mengkounternya.Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand yang berada di bawah pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu ketikamemperkenalkan sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada masyarakatTrobriand yang menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk berusahadan sepakat untuk membendung masuknya permainan Inggris secara utuh denganmenjadikannya sebagai suatu pertandingan yang benar-benar bersifat Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai dengan bentuk aslinya di Inggris.Cr icket ala Trobriand 7
  • 8. yang kreatif ini disejajarkan dengan kegiatan-kegiatan yang khas, yang tetap mempertahankanpentingnya pandangan-pandangan pokok dalam kebudayaan pribumi itu.Semua orang yangberkepentingan dengan permainan itu kelihatan gembira dan bangga, dan para pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan siapakah diantara mereka itu mampu mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda persiapan untuk bermain, nyanyian tim yangmembawakan lagu-lagu yang bernada "kasar", tari-tarian rombongan yang saling memberisemangat, tidak dapat diragukan lagi, bahwa setiap pemain bermain demi kepentingannyasendiri, demi kemasyhuran timnya, dan demi ratusan gadis-gadis cantik yang biasanyamenonton pertandingan itu. Kasus-kasus akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari kemenangan militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan parapenakluk, yang tidak mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka kuasai.Rakyatpribumi, yang tidak mampu menolak perubahan-perubahan yang dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan tradisional mereka di bidan sosial, agama dan ekonomi juga turut dibatasi, sehinggamereka dengan terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikanindividu dan mengoyak-koyak integrasi sosialnya.Sistem perbudakan di Amerika Serikatpada masa kolonialnya, merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi penjelasantentang masalah hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah "inferioritas rasial."Perlu juga saya kemukakan di sini, bahwa sistem perbudakan yang terjadi di Amerika padaawalnya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negarabagian, seperti di daerah-daerah perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerahpantai Amerika Selatan hingga ke bagian tenggara Amerika Serikat.Masaah-masalah rasialyang diwarisi Amerika Serikat dari zaman perbudakan itu juga terdapat di daerah-daerahAmerika yang pernah menjalankan praktek-praktek perbudakan. 2.2 Perubahan sosial yang terjadi di jakarta Ribuan mata, beberapa bulan lalu, tertuju pada lautan laskar berjubah putih yang membanjiri Stadion Utama Senayan Jakarta dalam sebuah perhelatan tabligh akbar. Laskar berjubah putih itu tergabung di dalam kekuatan besar yang bernama Laskar Jihad. Di dalam tabligh akbar tersebut mereka meneriakkan kegetiran atas tragedi yang sedang menimpa umat Islam di Maluku, dan secara tegas mereka menyatakan kesiapan untuk terjun ke medan pertempuran di sana. Mereka juga "menyerang" Presiden Abdurrahman Wahid yang mereka anggap telah gagal mengemban tugas sebagai pemimpin umat Islam dan membiarkan negerinya terjebak dalam permainan konspirasi Barat dengan Zionis Israel. Beberapa kali kelompok semacam, bahkan yang berintikan mahasiswa, dengan memakai berbagai atribut khas mereka, turun ke jalan-jalan berdemonstrasi menentang berbagai kebijakan Gus Dur, seperti usulan pencabutan TAP MPR tentang pelarangan PKI. 8
  • 9. Belakangan mereka juga memprotes keras rencana kehadiran delegasi Israel di dalam Konferensi Parlemen se-Dunia di Jakarta dan bertekad untuk memblokir mereka di bandara dan tempat-tempat strategis lainnya; hal yang sebagian dipicu oleh penyerangan Israel yang didukung oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat, atas umat Islam Palestina. Di kota yang sama hari-hari ini hampir tiap minggu kelompok Front Pembela Islam melakukan razia. Mereka mendatangi kafe-kafe, diskotik-diskotik, kasino-kasino, dan tempat-tempat lainnya yang mereka tuduh sebagai sarang maksiat dan membubarkan kegiatan di dalamnya tanpa bisa dirintangi secara berarti oleh petugas-petugas keamanan. Razia-razia ini tidak jarang diwarnai oleh aksi-aksi pengrusakan dan penghancuran. Isyarat tentang meningkatnya keberadaan kelompok yang menyebut diri mereka sebagai laskar di panggung nasional bahkan secara jelas terlihat awal Agustus lalu dalam Kongres Nasional Mujahidin pertama yang mengangkat tema "Penegakan Syariat Islam di Indonesia". Dalam kongres tersebut terdapat kurang lebih dua ribu peserta yang mewakili berbagai kelompok yang saat ini tengah menarik perhatian publik, seperti Laskar Santri, Laskar Mujahidin, Kompi Badar, Brigade Taliban, dan Pasukan Komando Mujahidin. Beberapa tokoh penting datang ke kongres tersebut, semisal Deliar Noer, Mansyur Suryanegara, Syahirul Alim, dan Alawi Muhammad. Selama tiga hari mereka mendiskusikan satu tema sentral dengan kesimpulan bahwa penegakan syariat Islam adalah hal yang mutlak untuk mengatasi berbagai krisis dan kerusakan yang terjadi saat ini. Fenomena gerakan-gerakan yang membawa muatan agama ini mencuat sejak terjadinya krisis multi-dimensi di negeri ini yang berakibat, di antaranya, lengsernya rezim Soeharto. Sejak saat itu, keberadaan mereka di panggung politik kenegaraan menjadi semakin tampak dan meningkat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Aksi-aksi mereka dibalut oleh rasa kekhawatiran yang mendalam terhadap terjerambabnya Islam ke dalam bayang-bayang Barat sekuler, yang mereka yakini tengah menjalankan agenda untuk menghancurkan umat Islam dengan berbagai cara. Gerakan-gerakan semacam itu, yang dalam penelitian ini akan disebut sebagai radikalisme agama, mempunyai landasan ideologis yang relatif konservatif; namun, secara politik radikal dan militan. Mereka mengklaim tengah menghidupkan kembali jalan Salafi, Manhaj Salafi, dan berjuang mengembalikan supremasi syariat Islam untuk membawa umat Islam keluar dari lilitan krisis. Laskar Jihad, misalnya, dinaungi oleh sebuah organisasi yang berlabel Forum Komunikasi Ahlu Sunnah Wal-Jama'ah. Sementara laskar-laskar yang lain sebagian besar berafiliasi ke pesantren-pesantren atau komunitas-komunitas keagamaan yang bergiat di dalam alur faham keagamaan yang relatif sama. Namun demikian, mereka tidak segan-segan untuk mengacung-acungkan senjata dan meneriakkan "Allahu Akbar" untuk membela Islam yang, menurut mereka, tengah terjepit. Sebagai ibukota negara, Jakarta adalah kota di mana kehadiran gerakan radikalisme agama paling dirasakan. Ia menjadi tempat di mana aksi-aksi besar gerakan tersebut dipusatkan. Ia juga menjadi saksi di mana aksi-aksi kekerasan dari gerakan semacam itu terjadi. 9
  • 10. Dari aspek politik, gaung dari aksi-aksi yang dijalankan di Jakarta memang terbukti jauh lebih efektif daripada kota manapun di Indonesia, karena Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pusat kegiatan bisnis, dan lain-lainnya. Hal ini terutama didukung oleh peliputan mass-media yang terpusat di Jakarta. Di samping itu, Jakarta adalah kota yang paling menikmati dan sekaligus merasakan dampak dari proses modernisasi dan pembangunan. Maka, dengan sendirinya masyarakat Jakarta menjadi masyarakat yang langsung dan paling efektif bersentuhan dengan kedua proses itu. Fenomena radikalisme agama jelas tidak bisa dilepaskan dari arus deras modernisasi dan pembangunan yang dijalankan negara dalam rentang tiga puluh tahun terakhir. Sementara kolonisasi internal dari negara dan penetrasi rasionalitas ekonomi dan administrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, dalam konteks modernisasi dan pembangunan itu, terus berlangsung. Negara tidak memberikan ruang yang cukup bagi seluruh segmen masyarakat untuk mengekspresikan diri dan kepentingan-kepentingan mereka. Ekspresi Islam politik, misalnya, cenderung dimarginalisasi dan dihambat karena dianggap akan dapat mengganggu jalannya proses modernisasi dan model pembangunan yang diterapkan. Sebagai konsekuensinya, muncul kekecewaan dan rasa ketidakberdayaan yang mendalam dari berbagai segmen masyarakat. Hal semacam ini turut dipercepat oleh meningkatnya proses globalisasi, ketika intensifikasi hubungan sosial seluruh dunia telah mengaburkan batas-batas geografis, sosial, dan politik di mana ketergantungan pada tatanan global dan intervensi lintas-budaya menjadi tidak terelakkan. Proses ini mau tidak mau telah menyebabkan banyak orang merasakan kehilangan kontrol atas kehidupan mereka. Ketika rasa kekecewaan dan ketidakberdayaan itu semakin meningkat dalam ketersumbatan ruang partisipasi masyarakat di bawah hegemoni negara, suatu perlawanan untuk merebut kembali ruang partisipasi itu tidak bisa dielakan. Dengan berusaha merebut ruang partisipasi itu, rasionalitas komunikatif bisa dihadirkan kembali ke ruang publik. Sementara itu, dalam konstelasi global, ketika nation-states modern tidak mampu mengintegrasikan seluruh kekuatan masyarakat melalui kesejahteraan ekonomi dan pemuka-pemuka agama melalui imbalan resmi terhadap kekuatan religius mereka, perlawanan seringkali mengambil bentuk seruan untuk kembali kepada identitas dasar, di mana massa yang tersingkirkan dan bagian-bagian masyarakat lainnya yang tidak puas bisa merekonstruksi makna dan interpretasi baru terhadap kehidupan sosial sebagai alternatif terhadap tatanan yang ada. Namun demikian, sejalan dengan meningkatnya proses modernisasi dan globalisasi, kebijakan marginalisasi Islam politik tampaknya tidaklah bisa dipertahankan terus-menerus oleh negara. Ada saat-saat ketika negara mengalami apa yang disebut krisis legitimasi, yang semakin meluas sejak awal 1990-an. Krisis itu terjadi terutama ketika janji-janji modernisasi dan pembangunan gagal dipenuhi oleh negara. Untuk mencegah meluasnya krisis legitimasi itu, negara harus mencari pilar-pilar dukungan dan strategi baru. Di antaranya, negara menjalankan jurus yang oleh Olivier Roy, seorang ilmuwan politik 10
  • 11. Perancis, disebut "Islamisasi konservatif" (conservative Islamisation), yang terutama diarahkan pada penonjolan simbol-simbol agama di dalam wacana publik dan kenegaraan serta mengakomodasi kekuatan-kekuatan sosial-politik keagamaan. Bermunculanlah organisasi-organisasi, isntitusi-institusi dan berbagai hal lainnya yang bersimbolkan Islam. ICMI dibiarkan berkibar. Bank syariah didirikan di mana-mana sebagaimana halnya mesjid-mesjid atas sponsor negara. Seketika terjadi pembalikan arah kesejarahan negara, dari sebelumnya berwajah sekuler, di mana pemerintahan dan militer dikuasai oleh elite-elite nasionalis "merah-putih", menjadi berwarna hijau, ketika banyak tokoh Islam naik ke panggung politik nasional. Di belakang proyek Islamisasi konservatif yang dijalankan negara saat itu, terdapat banyak kelompok yang menaruh harapan dan kemudian mengafiliasikan diri ke dalamnya, atau paling tidak, merasa tengah menapaki arah yang sama. Hal semacam ini dipandang oleh banyak kalangan sebagai hal yang sangat menjanjikan. Umat Islam yang selama ini dipaksa bermain di pinggiran dan tidak diberikan banyak kesempatan dalam konstelasi politik nasional, menemukan jalan untuk menaiki panggung politik, sosial, dan ekonomi nasional. Kelompok-kelompok yang menaruh harapan tersebut datang dari berbagai segmen kekuatan masyarakat. Mereka meyakini bahwa kini adalah waktu yang tepat untuk mengendalikan panggung negara. Ke dalam barisan ini agaknya juga terdapat kelompok-kelompok yang sebelum pertengahan 1980-an aktif menentang negara dan berjuang menyuarakan pendirian negara Islam. Pada saat tertentu mereka bersikap keras menentang negara, dengan mengobarkan teror, seperti gerakan Komando Jihad, pembajakan pesawat garuda, dan pemboman Borobodur. Tetapi mereka sama sekali tidak berkutik menghadapi tindakan represif dari negara. Puncak ketidakberdayaan itu terjadi ketika pemerintah memaksa seluruh kekuatan sosial politik untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas. Untuk beberapa saat setelah itu, perlawanan terhadap negara benar-benar surut. Kalaupun mereka bertahan, mereka harus aktif di bawah tanah atau menyembunyikan wajah mereka yang sesungguhnya. Ketika krisis terjadi, apa yang menjadi tujuan kelompok-kelompok yang berafiliasi ke dalam gelombang besar Islamisasi sebagaimana digambarkan di atas, seketika menjadi buyar. Banyak sub-segmen yang terdapat di dalamnya kehilangan harapan dan mengalami rasa frustasi yang mendalam. Jalan yang sudah dirintis oleh mereka telah berbelok arah secara drastis. Harapan untuk secara perlahan-lahan mengambil alih kendali politik nasional menemukan jalan buntu. Sekalipun pemilu terakhir telah berusaha untuk mengakomodasi seluruh kekuatan sosial-politik masyarakat melalui saluran yang semestinya, tetapi tidak semua pihak merasa puas dan mendapatkan ruang keterwakilan mereka di panggung politik yang ada. Mereka merasa terpinggirkan kembali di dalam arus besar reformasi yang telah membawa Gus Dur ke kursi kepresidenan. Gerakan radikalisme agama yang kini tengah menyeruak bisa dipandang sebagai perlawanan terhadap hegemoni negara dari segmen masyarakat yang termarginalisasi dan terekslusi di dalam arus besar perubahan politik, sosial, 11
  • 12. dan ekonomi. Atau tepatnya, segmen masyarakat yang harapan-harapan mereka pernah dilambungkan tetapi seketika menjadi terhenti dengan terjadinya krisis multi-dimensi yang menimpa negeri ini. Tujuannya tidak lain adalah untuk membuat suara-suara mereka yang marginal bisa terdengar di ruang publik, sehingga jaringan makna yang telah hilang dalam relasi kekuasaan yang hegemonik bisa mereka rebut kembali. Karena hegemoni bekerja melalui wacana, maka gerakan radikalisme agama seringkali juga membuat wacana tandingan, di antaranya dengan mengeritik ungkapan politik nasional sekuler dan menawarkan alternatif terhadapnya. Roy telah menemukan fenomena serupa di banyak negara Islam belakangan ini, yang disebutnya sebagai gejala "neo-fundamentalisme radikal" (radical neo-fundamentalis). Gejala ini didefinisikannya sebagai sebuah gerakan yang berusaha mengislamkan masyarakat dari level grass-root melalui penerapan hukum Islam tanpa harus diformat dalam sebuah negara Islam. Ini terjadi sebagai akibat dari kegagalan "Islamisme", gerakan Islam politik modern yang mengklaim berjuang untuk menciptakan kembali sebuah masyarakat Islam yang sejati, tidak sekedar dengan mendesakkan berlakunya syariat Islam, tetapi dengan menciptakan sebuah tatanan yang Islami melalui aksi-aksi politik yang kadang-kadang revolusioner dan militan. Para pendukungnya melihat Islam tidak sekedar agama, tetapi ideologi politik yang harus diintegrasikan ke dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sekalipun Islamisme telah menemui kegagalan sejak 1980-an, tetapi penentangan-penentangan dan kritisismenya terhadap negara, menurut Roy, berhasil memaksa yang terakhir untuk mengintrodusir kebijakan Islamisasi konservatif-simbolik. Kebijakan semacam ini ternyata tidaklah berhasil mengubur Islamisme, bahkan telah memperluas konstituen-konstituen dan pendukung-pendukungnya. Ia hanya membungkam gerakan itu untuk sementara, tapi tidak pernah bisa menguburnya. Meskipun satu hal, bahwa target mereka semula untuk mendirikan negara Islam telah berlalu. Bagi mereka yang paling penting syariat Islam harus ditegakkan. Dan inilah yang mesti tetap diperjuangkan. Beberapa ciri yang ditunjukkan Roy mengenai gerakan neo-fundamentalisme radikal ini adalah, yang pertama, mereka mengkombinasikan jihad politik dan militansi terhadap segala hal yang beraroma Barat-sekuler dengan definisi Islam yang sangat konservatif. Mereka sangat menentang musik, seni dan hiburan, serta kehadiran perempuan dalam ruang publik. Yang kedua, gerakan ini bersifat supra-nasional. Terdapat jaringan internasional di mana para aktor gerakan ini dilatih dan dibekali dengan berbagai keterampilan militansi, di samping disediakan dana untuk mendukung aksi-aksi mereka dalam ranah nasional masing-masing. Yang ketiga, gerakan ini berusaha keras menunjukkan kegagalan "nation-state", yang diklaim terjepit di antara solidaritas kebangsaan dan globalisasi. 12
  • 13. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan kemajuan danpeningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat secara obyektif merupakan hasiltali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu.. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat manusia menelusuri hakikatkehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang pesat hidup. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan kekuatan kelembagaan dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah suatu proses yang luas,lengkap yang mencakup suatu tatanan kehidupan manusia. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi pendidikan yang berlangsung. Sebagai bagian dari pranata sosial, tentunya pendidikan akan ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya, pendidikansebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadiagen penting yang ikut menentukan perubahan sosial masyarakat ke depan. B. SARAN makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. 13
  • 14. DAFTAR PUSTAKA  Astrid S.Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, TK.Bica Cipta, 1979  Burhanuddin Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus  Tekhnologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: fajarinterpratama Offset, 2006  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: 14 Balai Pustaka, 1995  Dahana O.P. dan Bhatnagar P.P. Education And Comunication For Defelopmen, New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co, 1980
  • 15. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Makalah ini penulis membahas mengenai “PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN YANG TERJADI DI JAKARTA”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. 15 Raha, Agustus 2013 Penyusun
  • 16. DAFTAR ISI Kata Pengantar......................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN.... ................................................................................... 2 2.1 Proses Perubahan Sosial Budaya................................................................. 2 2.2 Perubahan Dan Fenomena Sosial................................................................. 2 2.3 Perubahan Sosial yang terjadi di Jakarta.................................................... 8 BAB II PENUTUP................................................................................................... 13 A. Kesimpulan.................................................................................................. 13 B. Saran............................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 14 16
  • 17. MAKALAH PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN YANG TERJADI DI JAKARTA DISUSUN OLEH : NAMA : ZAMRIA JURUSAN : GEOGRAFI SEMESTER : II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI KELAS RAHA 2013 17