Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat. Folklor memiliki ciri-ciri seperti penyebaran secara lisan, bersifat tradisional, berkembang dalam berbagai versi, bersifat anonim, dan menjadi milik bersama masyarakat tertentu. Jenis-jenis folklor antara lain folklor lisan
1. BAB I
PEDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional tumbu dan berkembang
sejalan dengan petumbuhan dan perkembangan masyarakat pendukung nya oleh karena
itu ,sebagian dari masyaakat nasional kebudayaan daera perlu di jaga di lestarikan agar
kebudayaan tersebut tidak mengalami kepunahan sehinggga kebudayaan daera dapat
sejalan dengan perkembangan zaman . Eksitensi satra sebagai bagian dari kebudayaan itu
merajuk pada kemampuan nya dalam merangkum misii humanis yang mengarah pada
memanusiakan manusia. metode dalam pendekatannya yang spesifik dengan
mengutamakan unsur etika dan etika berbahasa ,mamp menarik minat dari berbagai
kalangan untuk mengarunginya ,selain itu berkaitan tersebut di sebabkan oleh kodrat
manusia yang selalu mencintai keindahan dalam berbahasa .
dalam hal ini para ahli menyimpulkan bahwa manusia homofabulan ( makhluk bersastra )
Melalui media berbahasa sastra dapat leluasa membentangkan segala sendi dan peri
kehidupan maisi nusia secara luas dan dalam . tuangan pengalaman dalam satra itu berisi
citra kemanusian cinta kasi dan ajaran lainnya yang sangat beguna bagi manusia dalam
kehidupannya . bahkan para misi tertentu sastra berguna sangat berguna bagi kehidupan
manusia dan juga dapat mengembang fungsi sebagai kehidupan manusia dan juga sebagai
kehidupan yang sifatnya intelektual,
pendidikan rohani serta hal-hal sifatnya personal maupun sosial.
Masyrakat muna misalnya ,mempunyai sistim adat istiadat tertentuyang di junjung tinggi
masyarakatnya.sistim adat istiadat tersebut mengandung muatan sastra yang sangat tinggi
dengan mana dan nilai –nilai etika yang cukup berharga bagi masyarakat muna, setiap
anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang ada.
1.2 MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakangdiatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini apa makna kaago-ago dalam bahasa muna(analisis makna kaago-ago dalam
bahasa muna di desa lapokainse kec. Kusambi kab. Muna ?
2. 1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.2.1 TUJUAN
Penelitian ini b ertujuan untuk mendikripsikan makna kaago-ago dalam bahasa muna
(analisis makna kaago-ago dalam bahasa muna )di desa lapokainse kec. kusambi kab
muna.
1.2.2 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
1.bahan pembinaan dan pengembangan adat istiadat daerah sekaligus menjadi penopang
bagi pembinaaan dan pengembangan bahasa nasional bahasa indonesia terut ama
mengenai kebudayaan nasional
2.bahan banding bagi penelitian yang sejenis baik dalam objek yang sama atau pun dengan
objek yang berbeda utamanya yang berhubungan dengan makna kaago-ago dalam bahasa
muna ( analisis kaago-ago dalam bahasa muna).
3.bahan ajar bagi pembelajaran muatan lokal di sekolah khusus nya pembelajaran bahasa
dan sastra daera muna sulawesi tenggara.
1.4 RUANG LINGKUP
Mengingat masyarakat muna yang mendiami wilaya kabupaten muna terhadap ragam
diagog maka yang menjadi ruang lingkup penelitian ini di batasi pada makna makna
ungkapan yang di gunakan dalam proses upacara kaago-ago.
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KESUSASTRAAN
Kata’ kesusastraan ’’berasal dari kata susastra yang memperoleh konfiks ’ke-an .dalam hal
ini konfiks ke-an mengandung makna tentang atau hal kata susatra terdiri atas kata dasar
sastra tulisan yang mendapa awalan kehormatan ’su’yang berarti baik atau indah .dengan
demikian secara etimologi kata kesusatraan berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan
yang inda bentuknya dan mulia isinya (Nursisto,2000:01) Menurut efendi dalam badudu
(1975:5)kesusastraan yaituciptaan manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat
menimbulkan rasa bagus .karya seni merupakan ciptaan manusia dengan bahasa sebagai
edianya ,merupakan perpaduan yang harmonis yaitu antara isi (menarik dan baik )dengan
bahasa (indah ,bagus,susunan dan bagaimana cara mengungkapkanya ).
Kesusastraan adalah isi dan bentuknya sangat serius berupa ungkapan pengalaman jiwa
manusia yang di timbah dari kehidupan kemudian di reka dan di susun dengan bahasa yang
indah sebagai sarana sehinggamencapai syarat estetis yang tinggi(zaidan,2000:196)
2.2 Tradisi Lisan
Dalam kerangka besar corpus terdapat filsafat sejara,nilai –niai moral etika hukum adat
istaiadat,struktur dan organisasi sosial ,sastra dan estetika.selain itu teks lisan juga menuat
ilmu pengetahuan dengan metodenya masyarakat etik mandar mengetahui cara
pemanfaatan sumerdaya yang berkesinambungan .mereka mengetahui manfaat dan
makna tumbu-tumbuhan .tradisi lisan menjelaskan secara pasti pola pola ke pemilikan dan
pngusaan.atas laut dan sumber daya alam Tradisi lisan dengan demikian mengubungkan
generasi yang satu ke generasi yang lainnya
2.3.pengertian foklor
Foklor merupakan hazana sastra lama .sastra lama ini berkembangsetelah wiliom john
thoms ,seorang ahli kebudayaan antik dari inggris mengemukakan artikel dalam majalah
atheaneum no. 982 tanggal 22 agustus 1846. Secara etimologi foklor artinya kolektif ,ciri-ciri
pengenalan fisik atau kebudayaan yang sama dalam masyarakat sedangkan lore
merupakan tradisi dari folk . menurut pendapat Alan dalam Danan jaja (1997:1)foklor adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pegenalan fisik ,sosial dan kebudayaan sehingga
dapat di bedakan dari kelompok –kelompok lainnya .
4. Arti foklor secara keseluruhan pendapat Danadjaja (1997:2) sebagian kebudayaansuatu
kolektif dan tersebar dan di wariskan turun temurun ,di antara kolektif macam apa saja
secara tradisional dalam fersi yang berbeda ,baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
di sertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu mengingat (mnemonic device).
Menurut pendapat soeryawan (1984:21)foklor adalah bentuk kesenian yang lahir dan
menyebar di kalangan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan ungkapan
pengalaman dan penghayatan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan
ungkapan pengalaman dan penghayatan manusia yang khas ialah dalam bentuknya yang
estetis –artistis ,karena dalam pelaksanaan hubungan yang omunikatif ,seni
mengungkapkannya melalui bentuk- bentuk etetis yang di pilih .Pendpat suryana (1978:1)
folor merupakan bagian dari persendian cerita yang telah lama hidup dalam tradisi suatu
msyarakat. Sedangkan menurut pendapat Isakar Dalan H.U.pikiran rakyat (22 januari
1996)foklor adalah kajian kebudayaan rakyaat jelata baik unsur materi maupun unsur non
materi . kajian tersebut kepada masalah kepecayaan rakyat bahasa rakyat
(dialog)kesusatraan rakyat nyanyian dan musik rakyat , tarian dan drama rakyat ,
kesenian rakyat,serta pakayan rakyat
2.4 ciri –ciri foklor
Kedudukan foklor dalam kebudayaan lainnya tentu saja berbeda . ciri-ciri yaitu sebagai
berikut
A. penyebaran dan pewarisan biasanya di lakukan secara lisan ,yakni di sebarkan
melalui ebarkan melalui tutur kata dari mulut kemulut .
B. foklor bersifat tradisional yakni di sebarkandalam bentuk relatif tepat dalam bentuk
standar
C. veklor ada ( exis)dalam dalam versi-versi bahkan verion –varion yang berbeda .hal
ini di akibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut kemulut (lisan ) biasanya
olehcara penyebaran nya dari mulut kemulut (lisan )biasanya bukan melalui
cetakan atau rekaman sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses
intarpolasi (interpolatio)
D. Foklor bersifat anonim , yaitu nama ciptaan nya sudah tidak di ketahui orang lagi .
E. Foklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola dan selalu menggunakan
kata-kata klise
F. Foklor mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik , pelipur lara,protes sosial sosial ,
dan proyeksi keinginan terpendam
G. Foklor bersifat pralogis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum .ciri pengenalan ini teruma berlaku bagi foklor lisan dan sebagian lisan
5. H. Foklor menjadi milik bersama (colloctive) dari kolektif tertentu . hal ini sudah tentu di
akibatkan karena pencipta yang pertama sudah tidak di ketahui lagi sehingga setiap
anggota kolektif yang bersangkutan sangutan merasa memilikinya
I. Foklor pada umumnya brsifat polos dan lugu , sehingga sering kali kelihatanya kasar
,terlalu spontan .hal ini dapat di mengerti apa bila mengingat bahwa banyak fklor
merupakan proyeeksi emosi manusia yang paling jujur prestasinya .
Folklor merupakan pengindonesiaan kata “Folklore” yang mulanya dari bahasa
Inggris yang majemuk yaitu “folk” dan “lore”. Pengertian Folk adalah sekelompok
orang (entitas) yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagai pengenal fisik, sosial, dan
kebudayaan. Dengan pengenal fisik tersebut, maka kelompok itu dapat dibedakan
dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan
kebudayaan itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, bahasa, mata
pencaharian, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, ciri pengenal yang
lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu
kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua
generasi, yang telah mereka akui sebagai milik bersama. Dengan adanya ciri
pengenal itu, mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri.
Kata “lore” lebih merupakan tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang
diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat
atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian
folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara
tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak
isyarat atau alat pembantu pengingat.
Dengan begitu, folklore itu sendiri mempunyai ciri-ciri tertentu pula yaitu :
(http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/pengertian-ciri-ciri-jenis-jenis-dan.html)
1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui
tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
2. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk
standar.
3. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya
secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk
dasarnya tetap bertahan.
4. Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
5. Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut
sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya
dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).
6. 6. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna
sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan
terpendam.
7. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika
umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
8. Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
9. Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar
atau malah terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi
(cerminan) emosi manusia yang jujur.
Folklore berfungsi sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan
suatu kolektif (kelompok tertentu), dan dapat sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan
lembaga-lembaga kebudayaan. Selain itu folklore juga berfungsi sebagai alat pendidik anak
maupun sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi anggota kolektifnya.
Jenis-jenis Folklor
a. Folklor
b. lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
1. bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
2. ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
3. pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
4. sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
5. cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu:
mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra
Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana
serta Layonsari dari Bali;
6. nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.
b.sebagian lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
1. kepercayaan dan takhayul;
2. permainan dan hiburan rakyat setempat;
3. teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
4. tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
5. adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
6. upacara tradisional seperti tingkeban, tu
7. 7. run tanah, dan temu manten;
8. pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat
.c. foklor Bukan Lisan
Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:
1. arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di
Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;
2. seni kerajinan tangan tradisional,
3. pakaian tradisional;
4. obat-obatan rakyat;
5. alat-alat musik tradisional;
6. peralatan dan senjata yang khas tradisional;
7. makanan dan minuman khas daerah.
Jadi, folklor itu sendiri bukan hanya sekedar pesta seni dan pertunjukan musik. Kehidupan
sehari-hari yang dijalankan sebuah kelompok masyarakat itu sendirilah yang dapat
dikatakan Folklor. Bokor Folklore Festival 2012 adalah pesta rakyat seni dan pertunjukan
musik yang akan dilaksanakan di Desa Bokor Kec. Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan
Meranti, pada tanggal 20 s.d. 22 Juni 2012. Festival kali ini, merupakan lanjutan dari Fiesta
Bokor Riviera 2011 yang diusahakan pelaksanaannya bersamaan dengan musim buah-buahan.
Seperti kagiatan yang pertama, Festival Seni dan Pertunjukan Musik ini akan
dijamu dengan buah-buahan tropika seperti Durian, cempedak, Manggis dan sebagainya.
Pertunjukan seni dilakukan oleh para penggiat seni dari Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan
Riau, dan selain itu Festival ini juga akan dihadiri oleh grup musik tradisi dari berbagai
negara. Saat ini 4 kelompok musik dari 4 negara sudah bersedia untuk hadir di helat
tersebut. Sebagai langkah awal memulai persiapan pekerjaan demi pekerjaan menanti
menunggu tangan yang penuh dedikasi untuk merancang dan menyajikan event Seni dan
Wisata di desa Bokor Kec. Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Fiesta Bokor
Riviera 2011 menjadi pembelajaran yang berharga untuk menapak langkah kedepan,
kesalahan-kesalahan dimasa itu tentu tidak harus terulang kembali. Optimisme yang
tergambar pada goresan Logo helat ini mesti meresap kedalam jiwa para panitia pelaksana,
masayarkat Desa Bokor sampai ke Pemkab Kepulauan Meranti. Ini adalah ajang
mempromosikan daerah ini, menunjukkan kepada dunia bahwa ada deretan Kepulauan
Meranti yang berbudaya, memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia,
walaupun baru berdiri namun siap untuk mensejajarkan diri. Harapan-harapan ini tergambar
jelas dari goresan Cik Siti atau lebih di kenal didunia Fesbukan dengan Anje Mello. Mari kita
berikan apa yang kita bisa untuk daerah ini, selamat bertugas rekan-rekan Panitia, Semoga
Allah SWT memberikan kekuatan fisik dan mental untuk kita semua
8. 2.4 pengertian kaago-ago .
Kaago ago merupakan suatu secara ritual dilaksanakan oleh masyarakat kabupaten muna
setiap membuka lahan baru untuk perkebunan. Kaago- ago mempunyai kekuatan simbolis
sekali gus sebagai wujud dan ekspresi jiwa mereka dengan menjalin hubungan dengan
menghuni dunia gaib .
Pelaksanaan acara kaago ago mempunyai kandungan nilai dan makna bagi kehidupan
masarakat .nilai – nilai tersebut berupa baik buruk,perinta dan larangan yang di anggap
sebagai suatu nilai yang dapat menberikan kemaslahatan bagi masyarakat .nilai –nilai
berupa nilai –nilai religius yang mengajak masyarakat untuk taat kepada perinta allah dan
nabi ,serta ancaman terhadap melanggar aturan yang berlaku serta nilai gotong royong
yang di jujung tinggi oleh masyarakat dalam setiap sendi kehidupan khususnya di bidang
pertanian mulai dari pengolahan sampai dengan panen ,di samping itu juga kaago-ago
sebagai media masyarakat untuk komunikasi berbagai masalah yan di hadapi .saat ini
kaago –ago mulai terancam punah oleh karena royong di masyarakat. harus tetap di
pertahankanatau di lestarikan seiring dengan lunturnya ilai religius dan nilai gotong
2.5 proses pelaksanaan kaago –ago
Acara kaago-ago dilaksanakan setelah membersikan lahan dan telah siap untuk di tanami
tanaman .sebelum pelaksanaan kaago –ago terlebih dahulu diadakan pertemuan untuk
menentukan hari pelaksanaan yang di pimpin oleh masyarakat yang dituangkan ke dalam
lokasi hamparan lahan itu. Dalam musyawara itu di peroleh kesepakatan kapan
pelaksanaannya yakni hari yang baik .pemilihan hari yangbaikdi maksudkan agar pelaksaan
acara tidak mendapat hambatan. Sebelum pelaksanaan masyarakat mempersiapkan
kelengkapan berupa alat-alat pertanian seperti parang , pacul, tembilan, sabit
,kampak,bahan pelaksanaan (telur ayam kampung yang sudah di rebus 1 butir ,air ,dan
kayu yang sudah druncingkan ,bendera (tombi),nasi,tembakau ,daun siri,pinang dan kapu
siri.
Pelaksanaan kaago –ago yang di pimpin ,dukun kebun,mula-mula mencap kayu ( kalomuno
wite )yang sudah di runcingkan sedalam –dalamnya .sehingga membentuk sebuah lubang
yang di gunakan untuk memasukan telur ayam lalu di siram dengan air sebanyak –
banyaknya menyediakan sesajian berupa telur, nasi , rokok,siri, kelapa muda.yang di
sajikan di atas para – para yang terbuat dari bambu selanjutnya parika (dukun kebun
)memotong ayam sebagai korban kemudian melafalkan mantra (doa pembuka )sebagai
berikut
9. E. waompu lahataala fosakarino lima fosakarino ghaghe
Asalo tulumi omuru bhe odadi konae amago- magoemo tora wite ini
Neago- ago omputo lahata’ala
Neago –ago tumbuno tumbu
Lahae sosumoba sobano lakuno
Somodaino neati newite aini
Naorepu,naosaka,naeghefi-ghefi ,naeghabu-ghabu
Natumumbulao fotuno newite morani
Notundae barangka ,tongkuno ,peropa ,baluwo,dete katapi
Neago-ago ali,neago-ago muhamadhi.
Setelah itu di lanjutkan dengan mengelilingi kebun ( kapalikono galu)oleh parka seraya
berdoa agar penghuni dunia gaib tidak mengganggu mereka selama menempati kebun
tesebut .setelah itu doa dengan tujuan agar petani yang ber kebun di lokasi tersebut
terhindar dari bahaya, bencana atau waba penyakit yang akan menimpa mereka,sehingga
mereka dapat hidup bahagia. aman dan damai setelah selesai pembacaan doa di lanjutkan
dengan makan bersama dan seterusnya mencari waktu yang baik untuk menanam.
2.7 Makna Simbolis Kaago-Ago
Kalombuno Wite, dilakukan dengan tujuan untuk memnculkan humus tanah supaya
tanaman menjadi subur. Kalombuno wite mengandung makna bahwa manusia berasal dari
tanah, hidup dari tanah dan akan kembali ke tanah. Tanah menjadi sumber kehidupan bagi
manusia harus dipelihara, dan sebagai wujud terma kasih terhadap tanah maka ditanamkan
telur dan disirami air sebanya-banyaknya. Kapalikino galu bertujuan agar roh ghaib berupa
setan dan jin jahat pergi jauh dari lokasi perkebunan itu, atau agar tidak menggangu mereka
selama menempati lokasi itu. Di samping itu, parika mendoakan supaya selamat jauh dari
bala. Pariaka dianggap mampu melakukan komunikasi dengan mahluk ghaib, dan
memberitahu kepada mereka untuk meninggalkan lokasi perkebunan itu.
Tombi (Bendera) sebagai pertanda bahwa kebun itu akan digunakan oleh manusia dalam
mencari hidup dengan usaha bertani. Ini juga melambangkan perjanjian dengan penghuni
alam ghaib di sekitar lahan. Bendera ditantanp dengan menyatakan rentang waktu
mengenai lamanya kebun itu akan diolah oleh petani. Nasi, telur, pinang, rokok dan sirih,
merupakan sajian yang diperuntukan kepada mahluk ghaib. Hal ini masyarakat
beranggapan sama dengan manusia yang setiap saat makan, minum, merokok untuk
mahluk ghaib laki-laki dan makan sirih untuk mahluk ghaib perempuan. Hal ini menunjukan
adanya komunikasi yang erat antara masyarakat dengan mahluk gaib .
10. 2.8 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kaago-Ago
a. Nilai Religius
Nilai ini tumbuh bersamaan dengan keyakinan masyarakat tentang kandungan alam
semesta. Masyarakat percaya dan pekah terhadap kekuatan supranatural. Bahkan,
masyarakat berpikir bahwa keberadaanya di dunia ini tidak berarti apa-apa tanpa
mmpercayai kekuatan ghaib. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam ghaib.
Acara kaago-ago merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjebatani kehidupan manusia
dengan alam ghaib. Dalam acara kaago-ago, kita dituntuk senantiasa berakhlak mulia, tidak
boleh melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehidupan beragama dan norma-norma
yang dianut masyarakat secara turun-temurun. perlaksananya semua hal di atas
dalam acara kaago-ago memiliki beberapa pantangan yang bernilai religious antara lain (1)
Para petani yang berkebun di lokasi tersebut tidak boleh berbuat hal-hal yang tidakk
senonoh, seperti berzina dan perbuatan lain yang dilarang agama; (2) tidak boleh mencuri
dan memukul binatang apalagi membunuhnya. Apabila hal ini dilanggar maka orang atau
kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berkah, tetapi akan mendapatkan bencara
seperti serangan hama babi, tikus dan sebagainya. Dalam teks batata (doa) menunjukan
adanya permohonan kepada Allah swt. agar mereka selamat, hasil melimpah, tenang dan
damai serta ancaman barang siapa yang meranggar akan hancur binasa.
b. Nilai Gotong-Royong dan kebersamaan
Dalam acara kaago-ago di samping nilai-nilai religious juga tumbuh nilai gotong-royong dan
kebersamaan. Nilai ini sudah menjadi ciri khas masyarakat petani. Nilai ini tampak pada saat
pengolahan lahan, penananaman hingga saat panen, termasuk dalam pelaksanaan acara.
Masyarakat saling membantu antara satu dengan yang lain dari proses awal berkebun
sampai panen termasuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan pertanian dan
perkebunan selalu dimusyawarahkan, misalnya serangan wabah penyakit tanaman. Acara
kaago-ago juga merupakan media yang efektif bagi petani untuk saling tukar pikiran. Untuk
terlaksananya semua hal diatas dalam acara kaago-ago memiliki beberapa antangan yang
bernilai religius antara lain (1)para petani berkebun di lokasi tersebut tidak boleh mencuri
ddan memukul binatang apa lagi membunuhnya .apa bila hal ini di langgar maka orang atau
kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berka tetapi akan mendapatkan bencana
seperti serangan hama babi ,tikus dan sebagainya. Dalam tes batata (doa)menunjukan
adanya permohonan kepada allah swt agar mereka selamat hasil melimpa,tenang dan
damai .serta ancaman barang sapa yang melanggar akan hancur binasa.
11. c.Nilai Gotong Royang Dan Kebersamaan
Dalam acara kaago –ago di samping nilai –nilai relegius juga tumbu nilai gotong royong dan
kebersamaan .nilai ini suda menjadi ciri khas masyarakat petani .termasuk dalam
pelaksanaan acara .masyarakat salinga membantu antara satu sama lain dari proses awal
kebun sampai panen temasuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan pertanian
dan perkebunan selalu di musyawarakan ,mialnya serangan waba penyakit tanaman .acara
kaago-ago merupakan media yang efektif bagi petan untuk saling tukarpikiran .
12. BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kaago-Ago
a. Nilai Religius
Nilai ini tumbuh bersamaan dengan keyakinan masyarakat tentang kandungan alam
semesta. Masyarakat percaya dan pekah terhadap kekuatan supranatural. Bahkan,
masyarakat berpikir bahwa keberadaanya di dunia ini tidak berarti apa-apa tanpa
mmpercayai kekuatan ghaib. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam
ghaib. Acara kaago-ago merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjebatani
kehidupan manusia dengan alam ghaib. Dalam acara kaago-ago, kita dituntuk
senantiasa berakhlak mulia, tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak sesuai
dengan kehidupan beragama dan norma-norma yang dianut masyarakat secara
turun-temurun. perlaksananya semua hal di atas dalam acara kaago-ago memiliki
beberapa pantangan yang bernilai religious antara lain (1) Para petani yang
berkebun di lokasi tersebut tidak boleh berbuat hal-hal yang tidakk senonoh, seperti
berzina dan perbuatan lain yang dilarang agama; (2) tidak boleh mencuri dan
memukul binatang apalagi membunuhnya. Apabila hal ini dilanggar maka orang atau
kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berkah, tetapi akan mendapatkan
bencara seperti serangan hama babi, tikus dan sebagainya. Dalam teks batata (doa)
menunjukan adanya permohonan kepada Allah swt. agar mereka selamat, hasil
melimpah, tenang dan damai serta ancaman barang siapa yang meranggar akan
hancur binasa.
b. Nilai Gotong-Royong dan kebersamaan
Dalam acara kaago-ago di samping nilai-nilai religious juga tumbuh nilai gotong-royong
dan kebersamaan. Nilai ini sudah menjadi ciri khas masyarakat petani. Nilai
ini tampak pada saat pengolahan lahan, penananaman hingga saat panen, termasuk
dalam pelaksanaan acara. Masyarakat saling membantu antara satu dengan yang
lain dari proses awal berkebun sampai panen termasuk menghadapi masalah yang
berhubungan dengan pertanian dan perkebunan selalu dimusyawarahkan, misalnya
serangan wabah penyakit tanaman. Acara kaago-ago juga merupakan media yang
efektif bagi petani untuk saling tukar pikiran. Untuk terlaksananya semua hal diatas
dalam acara kaago-ago memiliki beberapa antangan yang bernilai religius antara lain
(1)para petani berkebun di lokasi tersebut tidak boleh mencuri ddan memukul
13. binatang apa lagi membunuhnya .apa bila hal ini di langgar maka orang atau kebun
yang bersangkutan tidak akan membawa berka tetapi akan mendapatkan bencana
seperti serangan hama babi ,tikus dan sebagainya. Dalam tes batata
(doa)menunjukan adanya permohonan kepada allah swt agar mereka selamat hasil
melimpa,tenang dan damai .serta ancaman barang sapa yang melanggar akan
hancur binasa.
c.Nilai Gotong Royang Dan Kebersamaan
Dalam acara kaago –ago di samping nilai –nilai relegius juga tumbu nilai gotong
royong dan kebersamaan .nilai ini suda menjadi ciri khas masyarakat petani
.termasuk dalam pelaksanaan acara .masyarakat salinga membantu antara satu
sama lain dari proses awal kebun sampai panen temasuk menghadapi masalah yang
berhubungan dengan pertanian dan perkebunan selalu di musyawarakan ,mialnya
serangan waba penyakit tanaman .acara kaago-ago merupakan media yang efektif
bagi petan untuk saling tukarpikiran .
2. SARAN
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
14. DAFTAR PUSTAKA
1. Danjaja.james .1986.foklor indonesia .ilmu gosip.dongeng dan lain –lain jakarta PN
Grafiti pers
2. Ardika . 1 wayan .2007 .”kebudayaan lokal multikultural dan politik identitas dalam
relaksi hubungan
3. Antar etnis .antara kearifan lokal dengan warga cina dan bali “dalam jurnal lembaga
kebudayaan
.UMM.Edisi maret tahun 2007.
4. Aris, laode 2010 kaago-ago (ritual pemecahan penyakit dalam masyarakat muna
)tesis di program pasca
5. Sarjana universitas gaja mada .tidak di terbitkan .
Endraswara ,suwardi.2003 .metodologi penelitiankebudayaan . yogyakarta .gadja
mada universitas press
15. TUGAS : MATA KULIAH SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
MAKNA KAAGO-AGO BAGI MASYARAKAT
PETANI DI KABUPATEN MUNA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. LA MAEMUDI (KETUA)
2. ALIMUDIN (ANGGOTA)
3. LA IDI (ANGGOTA)
4. MUSTAMIN
5. LA ODE INDRA
6. JABALNUR
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2013
16. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Kesusatraan............................................................................... 3
2.2 Tradisi Lisan................................................................................................. 3
2.3 Pengertian faklor........................................................ ................................. 3
2.4 Ciri-Ciri Faklor.............................................................................................. 4
2.5 Proses Pelaksanaan Kaago-Ago............................................................... 8
2.6 Makna Simbolis Ka Ago-Ago...................................................................... 9
BAB III PENUTUP................................................................................................. 12
1. Kesimpulan................................................................................................. 12
2. Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14
17. KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“ MAKNA KA AGO-AGO BAGI MASYARAKAT PETANI DI MUNA ”
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Raha, Juli 2013
"Penulis"