SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN POST OP
LAPARATOMI EKSPLORASI a/i
ILEUS OBSTRUKSIPARSIAL
A Konsep Dasar Medis
1 Pengertian
Ileus obstruktif adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal. Obstruski usus dapat akut atau kronis, parsial
atau total (komplit), keparahannya tergantung pada usus yang terkena,
derajat dimana lumen tersumbat dan khususnya derajat dimana sirkulasi
darah dalam dinding usus terganggu (Price, 2006).
Ileus obstruksi adalah kerusakan parsial atau komplit ke arah depan
dari isi usus. Obstruksi pada ileus sering terjadi karena mempunyai
segmen yang paling sempit (Prierce, 2006).
Ileus obstruksi adalah keadaan dimana usus terjadi sumbatan
mencagah aliran normal dari usus melalui saluran usus yang dapat
bersifatt parsial atau komplit ( Smeltzer dan Bare, 2002).
1
2 Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
a Anatomi sistem
pencernaan
Gambar .1 Anatomi Sistem Pencernaan
Sumber : (Corwin, 2001)
1 Oris (mulut)
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri
dari 2 (dua) bagian yaitu :
a Bagian luar, yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
b Bagian dalam atau rongga mulut yaitu : rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan
mandibularis disebelah belakang dengan faring.
2 Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan (oesophagus). Di dalam lengkungan faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
2
banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi. Disini terletak persimpangan antara jalan napas dan jalan
makan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung di
depan ruas tulang belakang.
3 Oesophagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan rongga mulut
dengan lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai
masuk kardiak di bawah lambung. Esophagus terletak di belakang
trachea dan di depan tulang punggung setelah melalui thoraks
menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung.
4 Gaster (lambung)
Gaster (lambung) merupakan bagian dari saluran yang
dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster.
Lambung terdiri dari bagian atas fundus berhubungan dengan
esophagus melalui orifisium pilori, terletak dibawah diafragma di
depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus.
Bagian lambung terdiri fundus ventriuli, korpus ventriuli, pylorus,
kurvatura minor, kurvatura mayor, dan osteum kadiakum.
5 Intestinum minor (usus halus)
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pylorus sampai katup ileosekal panjangnya kira-
kira 6 meter. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
3
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm,
tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang
sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum.
Pembagiaan ini didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan
perbedaan fungsinya. Deudenum panjangnya sekitar 25 cm mulai
dari pylorus sampai jejenum. Pemisahan dedenum dan jejenum
ditandai oleh ligamentum treitz kira-kira 2/5 dari sisi usus halus
adalah jejenum dan 3/5 bagian terminalnya adalah ileum. jejenum
terletak diregio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum
cenderung terletak di regio abdominalis sebelah kanan. Masuknya
kimus kedalam usus halus diatur oleh spinter pylorus sedangkan
pengeluaran zat yang telah dicernakan kedalam usus besar diatur
oleh katup ileosekal dimana katup ini juga mencengah refluks isi
usus besar kedalam usus halus.
Otot yang meliputi usus halus mempunyai dua lapisan yaitu
lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis
dan lapisan dalam berupa serabut-serabut sirkular. Penataan
demikin membantu gerakan peristaltik usus halus. Lapisan
supmukosa terdiri atas jaringan penyambung sedangkan lapisan
mukosa bagian dalam tebal, banyak mengandung pembuluh darah
dan kelenjar.
4
Arteria mesentrika superior dicabangkan dari aorta tepat
dibawah arteri siliaka memperdarahi seluruh usus halus kecuali
deodenum yang diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis dan
cabangnya arteri pankrea-tiduodenalis superior. Darah
dikembalikan lewat vena mesentrika superior yang menyatuh
dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf
otonom rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan
pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat
pergerakan usus. Serabut-serabut sensoris sistem simpatis
mengahantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis
mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsif, yang menimbulkan
fungsi motorik, berjalan melalui pleksus auerbach yang terletak
dalam lapisan muskularis dan pleksus meissner dilapisan
submukosa.
6 Intestinum mayor (usus besar)
Panjang 1 ½ meter, lebarnya 5 – 6 cm, lapisan-lapisan usus
besar dari dalam keluar. Intestinum mayor terdiri dari :
a Seikum, dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing,
panjangnya 6 cm.
b Colon asendens, panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen
sebelah kanan membujur keatas dari ileum ke bawah hati di
5
bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut
fleksura hepatica dilanjutkan sebagai colon tranversum.
c Apendiks (usus buntu) bagian dari usus besar yang muncul
seperti corong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang
sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa
isi usus.
d Colon tranversum, panjangnya 38 cm, membujur dari colon
asendens sampai colon desendens berada di bawah abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri
terdapat fleksura lienalis.
e Colon desendens panjangnya 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari
fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan colon sigmoid.
f Colon sigmoid merupakan lanjutan dari colon desendens
terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya
menyerupai huruf sehubungan dengan ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum.
g Rektum terletak di bawah colon sigmoid yang menghubungkan
intestium mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di
depan os sacrum dan os koksigeus.
h Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar) terletak
didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter :
6
(1 Sfingter ani internus (sebelah kiri), bekerja tidak menurut
kehendak
(2 Sfingter levaton ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
(3 Sfingter ani eksternus (sebelah bawah) bekerja menurut
kehendak (Guiton & Hall, 2007).
b Fisiologi Sistem Pencernaan
Untuk melakukan fungsinya semua sel memerlukan nutrient,
nutrient harus di turunkan dari masukan makanan yang terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat selulosa
dan bahan sayuran lain yang tidak bernilai nutrisi. Fungsi utama
pencernaan dari saluran gastrointestinal yang berhubungan dengan
memberikan kebutuhan tubuh :
1 Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk
dicerna.
2 Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil ke
dalam aliran darah.
3 Mengeliminasi makanan yang tidak di cerna dan terabsorbsi dan
produk sisa lain dari tubuh.
Saat makanan di dorong melalui saluran gastrointestinal, makanan
mengalami kontak dengan sekresi yang membantu dalam
pencernaan, penyerapan atau eliminasi dari saluran gastrointestinal.
Proses fisiologi pencernaan terdiri dari :
1 Pencernaan oral
7
Proses pencernaan di mulai dari aktivitas mengunyah, di
mana makan di pecah ke dalam partikel kecil yang dapat di
telan dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan
atau bahkan melihat, mencium atau mencicipi makanan dapat
menyebabkan reflex saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang
kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui
kelenjar saliva pada kecepatan kira-kira 1,5 liter setiap hari.
Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase saliva, yang di
mulai pencernaan zat pati, juga mengandung mukus yang
membantu melumasi makanan saat di kunyah, sehingga
memudahkan menelan (Guyton & Hall ).
2 Menelan
Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang di atur
oleh pusat penelan di medula oblongata dari sistem syaraf
pusat. Saat makanan di telan, epiglottis bergerak menutup
lubang trachea dan mencegah aspirasi makanan ke dalam paru-
paru. Menelan mengakibatkan bolus makanan berjalan ke
dalam esophagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas reflex.
Otot halus di dinding esfagus berkontraksi dalam urutan irama
dari esophagus kearah lambung untuk mendorong bolus
makanan sepanjang saluran. Selama proses peristaltic
esophagus, spingter esophagus bawah rileks dan
memungkinkan bolus makanan masuk lambung. Akhirnya
8
spingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah
refluks isi lambung ke dalam esophagus (Smeltzer dan Bare,
2002).
3 Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam
mempunyai pH terendah satu, memperoleh keasamannya dari
asam hidroklorida yang di sekresikan oleh kelenjar lambung.
Fungsi sekresi asam yaitu :
a Untuk memecah makanan menjadi komponen yang di
absorbs.
b Untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting
untuk memulai pencernaan protein. Factor intrinsic juga di
sekresi oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi
dengan vitamin B12 dalam diet, sehingga vitamin dapat
diabsorbsi dalam ileum.
Kontraksi peristaltic dari dalam lambung mendorong isi
lambung kearah pylorus. Karena partikel makanan tidak dapat
melewati spingter pylorus, partikel ini diaduk kembali ke
korpus lambung untuk dihancurkan menjadi partikel yang lebih
kecil.
9
Peristaltic di dalam lambung dan kontraksi spingter pylorus
memungkinkan makanan dicerna sebagai untuk masuk ke usus
halus (Smeltzer dan Bare, 2002).
4 Kerja usus halus
Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus
halus. Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran
gelombang yang menggerakan isi usus ke belakang dan
kedepan dalam gerak mengaduk. Peristaltic usus mendorong isi
usus halus tersebut kearah kolon (Smeltzer dan Bare, 2001).
5 Kerja kolon
Dalam empat jam setelah makan materi sisa residu
melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati
bagian proksimal kolon melalui katup ileosekal. Aktivitas
peristaltic yang lemah menggerakkan isi kolon dengan perlahan
sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan
reabsorbsi efisien terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari
makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus,
biasanya kira-kira 12 jam (Smeltzer dan Bare, 2002).
6 Defekasi
Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot
rektum dan merilekskan spingter anal interna yang biasanya
10
tertutup. Spingter internal di control oleh sistem saraf otonom,
spingter eksternal di bawah control sadar dari korteks cerebral.
Selama defekasi spingter anal eksternal secara volunter rileks
untuk memungkinkan isi kolon keluar. Secara normal spingter
anal eksternaldipertahankan pada status tonus. Oleh karena itu
defekasi terlihat menjadi reflex spinal yang dapat secara
volunteer dihambat dengan mempertahankan spingter anal
tertutup. Kontraksi otot abdomen memudahkan pengosongan
kolon (Smeltzer dan Bare 2002).
3& Etiologi
Obstruksi mekanik mempengaruhi kekuatan dinding usus. Beberapa
penyebab obstruksi usus sebagai berikut :
a& Adhesi : Jaringan sikatrik melingkar diatas segmen usus,
menyebabkan usus terpuntir dan tertekan.
b& Hernia : Hernia dapat menyebabkan obstruksi ketika batang usus
terperangkap didalam defek tersebut.
c& Invaginasi : Masuknya satu segmen usus kedalam usus itu sendiri.
Lebih sering ditemukan pada anak-anak.
d& Volvulus : Adalah usus besar melintir terhadap dirinya sendiri,
menyumbat lumen usus proksimal oleh distal.
e& Tumor : Secara bertahap menghambat lumen usus besar. Kanker
menjadi penyebab 80 % obstruksi usus besar.
11
f& Askariasis : Kebanyakan cacing askariasis ahidup di usus halus bagian
jejenum.
g& Benda-benda asing seperti batu empedu dan kelainan kongenital
merupakan penyebab obstruksi pada anak dan bayi (Smeltzer dan
Bare, 2002)
4& Patofisiologi
Secara normal 7 – 8 liter cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus
dan kebanyakan direabsorbsi. Bila usus tersumbat, cairan ini sebagian
tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang
menyebabkan pengurangan besar dalam volume darah sirkulasi,
mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik, dan penurunan aliran darah
ginjal dan serebral. Karena cairan hilang tetapi sel darah tidak, maka
hematokrit dan hemoglobin meningkat, jadi meningkatkan potensial
terhadap gangguan oklusif vaskuler seperti trombosis koroner, serebral,
dan mesentrika.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara bertumpuk pada bagian
proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadi
lebih cepat dan tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit
dan secara normal lebih aktif. Volume besar sekresi dari usus halus
menambah distensi. Sekresi satu-satunya yang bermakna dari usus besar
adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat
usus berusaha untuk mendorong material melalui area tersumbat. Dalam
12
beberapa jam peningkatan peristaltik berakhir dan usus menjadi palksis,
sehingga mengurangi tekanan dalam lumen dan memperlambat proses
yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus
mengurangi kemampuan absorpsinya, peningkatan retensi cairan masih
tetap berlanjut. Segera tekanan intraluminal menurunkan aliran balik vena,
yang meningkatkan tekanan vena, kongesti, dan kerapuhan pembuluh
darah. Proses ini pada waktunya, meningkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstravasasi kedalam lumen usus ke rongga
peritoneal. Peningkatan tekanan didalam dinding usus segera meperlambat
aliran darah arteri yang menyebabkan nekrosis, dan pada beberapa kasus,
toksemia dan peritonitis.
Strangulasi usus mengakibatkan penurunan suplai darah arterial. Nekrosis
dan perforasi dapat mendorong isi usus kedalam rongga peritoneal,
menyebabkan peritonitis. Bakteri berproliperasi kedalam usus yang
terstrangulasi dan dapat membentuk endotoksin. Bila endotoksin
dilepaskan ke rongga peritoneal atau sirkulasi sistemik terdapat kolaps
sirkulasi cepat dengan syok endotoksik, menunjukkan laju mortalitas
tinggi pada kondisi ini ( Syaifudin, 2006).
5& Manifestasi klinis
a& Gejala-gejala awal adalah nyeri kram, seperti gerakan bergelombang
dan kolik pada usus, mungkin mengeluarkan darah atau mukus tetapi
tidak ada massa faeces, terjadi muntah.
13
b& Gelombang peristaltik menjadi sangat keras dan menjadi berlawanan
arah, sehingga mengeluarkan isi usus kearah mulut, jika terjadi
obstruksi komplet.
c& Jika obstruksinya terjadi pada ileum maka akan terjadi muntah fekal.
d& Dehidrasi menyebabkan haus yang berlebihan, rasa mengantuk,
maleise umum dan sakit.
e& Lidah dan membran mukosa menjadi kotor, abdomen menjadi distensi
(makin rendah obstruksi terjadi pada saluran gastrointestinal, maka
makin kentara distensi yang terjadi).
f& Jika tidak diatasi, akan terjadi syok karena dehidrasi atau kehilangan
volume plasma (Smeltzer dan Bare, 2002).
6& Pemeriksaan penunjang
a& Pemeriksaan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi
yaitu obstruksi mekanik usus halus ditandai oleh udara dalam usus
halus, tetapi tidak pada colon. Sedangkan obstruksi colon ditandai oleh
gas diselurh colon, tetapi sedikit atau tidak ada gas dalam usus halus.
b& Test serum darah akan menunjukkan perubahan dari keadaan normal
(hemokonsentrasi) ketika terjadi dehidrasi. Akan terdapat penurunan
sodium dan potasium dan peningkatan dalam hematokrit, bikarbonat,
serum dan nitrogen ureum darah (BUN) (Brunner dan Suddarth, 2002).
7& Penatalaksanaan
14
a& Dekompresi usus melalui selang nasogastrik atau selang usus halus
untuk memecahkan obstruksi.
b& Jika usus terobstruksi sempurna, kemungkinan terjadi strangulata maka
diperlukan intervensi pembedahan. Tindakan pembedahan tergantung
pada penyebab obstruksi. Adapun penatalaksanaan bedah abdomen
sebagai berikut :
a& Pra operasi
b& Puasa dan cairan parenteral
c& Selang nasogastrik disambungkan pada penghisap rendah dan
intermitten
d& Terapi antibiotik
1& Pembedahan
Pembedahan untuk memperbaiki formasi dari usus.
Salah satu pembedahan yang sering dilakukan adalah operasi
laparatomy.
a& Pengertian laparatomy
Tindakan pembedahan perut sampai dengan membuka selaput
perut.
b& Tehnik-tehnik
Ada 4 tehnik tindakan laparatomy :
(1& Midline incision
15
(2& Paramedian yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5
cm),
panjang (12,5 cm).
(3& Transverse upper abdomen incision yaitu insisi di bagian
atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenoktomi.
(4& Transverse lower abdomen incision yaitu insisi melintang
di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka,
misalnya operasi appendectomy.
c& Indikasi
(1) Trauma abdomen (tumpul dan tajam).
(2) Peritonitis
(3) Perdarahan saluran cerna.
(4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
(5) Massa pada abdomen
d& Komplikasi
Komplikasi yang dapat setelah post operasi laparatomy adalah
infeksi pada peritoneum, usus dan luka operasi (Masajats,
2009)
2& Pasca operasi
a& Puasa
b& Cairan parenteral (terdiri dari NGT)
16
c& Cairan nasogastrik yang keluar digantikan dengan cairan
parenteral
d& Selang nasogastrik disambungkan pada penghisap rendah dan
intermitten atau selang sump pada penghisap rendah dan
kontinyu
e& Tentukan larutan irigasi selang nasogastrik
f& Berikan makanan peroral dan semakin ditingkatkan dari
pemberian cairan jernih sampai diet yang teratur sesuai usia
g& Spirometer intensif
h& Tentukan jenis perawatan luka
i& Tingkatkan dan lepas drain pentose
j& Antibiotik, analgetik dan antipiuretik (Smeltzer dan Bare,
2002).
8& Komplikasi
a& Nekrosis usus
b& Perforasi usus
c& Sepsis
d& Gangguan elektrolit
e& Malnutrisi
17
B&Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op
Laparatomi Eksplorasi a/i Ileus Obstruksi
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan melalui tahap pengkajian (assessment), perencanaan
(planning), pelaksanaan (implementasi), evaluasi, dan keterampilan
professional tenaga keperawatan (Hidayat, 2009).
1& Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan
ketelitian dalam mengenal masalah klien sehingga memberi arah kepada
tindakan keperawatan. Tahapan-tahapan dalam pengkajian adalah sebagai
berikut (Asmadi, 2008) :
a& Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data-data
yang di gunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang di
butuhkan tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan cultural
dari klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data
tentang factor-faktor yang mempengaruhi atauyang berhubungan
dengan klien seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada
18
(Hidayat, 2009). Adapun data yang di kumpulkan adalah sebagai
berikut :
1& Biodata
Biodata adalah pengumpulan data tentang identifikasi pasien
dan keluarga (penanggung jawab) yang mencakup: nama, umur,
jenis kelamin, agama, suku/bangsa, status perkawinan, alamat,
pekerjaan, pendidikan, hubungan pasien dengan penanggungjawab.
2& Riwayat Kesehatan
a& Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan
pengkajian, sehingga klien minta pertolongan. Pada umumnya
klien dengan post op laparatomi eksplorasi a/i ileus obstruksi
keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah nyeri.
b& Riwayat keluhan utama
Mengambarkan keadaan kesehatan klien sejak keluhan
pertama kali dirasakan hingga saat dilakukan pengkajian
dengan menggunakan anlisa metode PQRST.
(1& Paliatif/profokatif, merupakan apa yang menyebabkan
klien merasa nyeri, pada klien post op laparatomy
eksplorasi a/i ileus obstruksi nyeri di rasakan karena
adanya luka operasi.
19
(2& Qualitative/quantitative, merupakan seberapa berat
keluhan tersebut dirasakan, pada klien post op laparatomy
eksplorasi a/i ileus obstruksi. Keluhan biasanya dirasakan
pada saat mengganti balutan atau bergerak.
(3& Region/radiasi, merupakan lokasi keluhan, pada klien
post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi biasanya
nyeri dirasakan di abdomen sebelah kanan.
(4& Skala merupakan intensitas keluhan yang dirasakan,
apakah sampai mengganggu atau tidak. Skala nyeri 0-10
dapat di klasifikasikan sebagai berikut : Ringan (1-3),
sedang (4-6), Berat (7-8), dan sangat berat (9-10). Adapun
skala nyeri pada post op laparatomi dapat berkisar pada
skala 6-8.
(5& Timming, merupakan waktu keluhan di rasakan, kapan
keluhan tersbut mulai dirasakan, lamanya keluhan,
frekuensi keluhan, apakah terjadi secara mendadak atau
terus-menerus. Biasanya keluhan pada klien post op
laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi adalah hilang
timbul, pada saat menggerakan badan.
c& Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pernahkah klien menderita
penyakit yang sama atau apakah klien pernah mengalami
20
penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang
memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan.
d Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu di tanyakan adalah apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit ileus obstruksi, apakah ada
riwayat penyakit keturunan dalam keluarga dan genogram 3
generasi.
3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik di mulai dari melihat keadaan umum.
Pemeriksaan tanda-tanda vital, pengkajian sistem tubuh dengan
teknik pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
terhadap sebagian sistem tubuh.
Secara umum data yang dapat dikumpulkan pada klien
dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi adalah
sebagai berikut :
a Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tanda-
tanda vital tekanan darah, denyut nadi, pernapasan biasanya
meningkat oleh karena adanya nyeri sedangkan suhu badan
dalam batasan normal.
b Pemeriksaan fisik umum yaitu secara persistem. Untuk
pemeriksaan persistem yang di kaji adalah :
(1 Sistem pernapasan
21
Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus
obstruksi ditemukan adanya kelaianan pada sistem
pernapasan.
(2 Kardiovaskuler
Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus
obstruksi tidak ditemukan adanya kelainan sistem
kardiovaskluer.
(3 Sistem pencernaan
Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus
obstruksi ditemukan data peristaltic usus menurun, adanya
nyeri tekan luka laparatomy pada daerah abdomen, fungsi
menelan dan mengunyah baik.
(4 Sistem musckuloskeletal
Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus
obstruksi yang perlu di kaji adalah range of montion dari
pergerkan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak
bawah. Ketidaknyamanan atau nyeri yang di laporkan klien
waktu bergerak. Toleransi klien waktu bergerak dan
observasi adanya luka pada otot akibat terbuka. Selaian
ROM tonus otot dan kekuatan otot di kaji karena klien
immobilitas biasanya tonus dan kekuatan otot menurun.
(5 Sistem integument
22
Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi
didapat adanya luka pada kuadran kanan bawah akibat dari
tindakan operasi, peningkatan suhu tubuh akibat dampak
infeksi sistemik dan dapat terjadi defisit perawatan diri
akibat kelemahan.
(6 Sistem endokrin
Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi
sistem endokrin bisanya tidak mengalami gangguan.
(7 Sistem perkemihan
Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obtsruksi
sistem perkemihan dapat terjadi retensi urine dan karena
keterbatasan aktivitas sehingga harus dipasang dower
kateter.
(8 Sistem persarafan
Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obtsruksi
pengkajian pada sistem persarafan tidak didapatkan adanya
kelainan-kalaianan dengan GCS 15.
4 Pola aktivitas sehari-hari
a Pola nutrisi
Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi biasanya
kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan
rasa/penyimpangan rasa, dan penurunan berat badan.
b Eliminasi
23
Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus
obstruksi di dapatkan data pasase kemerahan, faeses seperti
jelli (darah dan mukus), muntah dan produksi urine menurun.
c Aktivitas
Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus
obstruksi biasanya di dapatkan keluhan kelelahan otot,
malaise, dan samnolen oleh karena tindakan operasi dan
bedrest yang lama.
d Istrahat dan tidur
Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus
obstruksi ditemukan keluhan susah tidur oleh karena klien
memikirkan kondisi penyakitnya.
e Personal hygiene
Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus
obstruksi, klien mengalami hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene oleh karena tindakan operasi dan
keadaan klien yang masih lemah.
5 Pola interaksi social
Meliputi siapa yang dekat dengan klien, organisasi sosial yang
pernah di ikuti, serta pemacahan masalah dalam keluarga.
6 Keadaan psikologis
Setiap orang yang menderita suatu penyakit pasti mengalami
gangguan psikologis baik itu sendiri maupun keluarga.
24
7 Riwayat spiritual
Hal-hal yang perlu di kaji bagaimana pelaksanaan ibadah selama
dan sesudah masuk RS.
8 Penatalaksaan pengobatan
Adapun pengobatan dari post op laparatomi dapat berupa
pemberian antibiotik, analgetik, maupun pemberian terapi cairan
dll.
9 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostic terdiri dari beberapa pemeriksaan di
antaranya radiologi, laboratorium, USG.
b Klasifikasi data
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di hadapi klien yang terdiri
dari data subyektif dan obyektif.
c Analisa data
Kemampuan untuk mengkaitkan dan menghubungkan data tersebut
dengan kemampuan kognitif, sehingga di ketahui masalah yang
sedanga di hadapi oleh klien.
2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respn
insane (status atau perubahan pola interaksi baik actual maupun potensial),
individu atau kelompok yang perawat dapat membuat pernyataan resmi
srta memasang intervensi yang pasti demi kelestarian kesehatan atau
25
mengurangi, menghikangkan serta mencagah perubahan-perubahan terjadi
(Carpenito, 2002)
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data maka kemungkinan
diagnose keperaweatan yang akan timbul adalah (Doenges, 2002) :
a Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
b Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
c Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pembatasan pasca operasi (puasa)
d Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan tindakan bedah.
e Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan
keterbatasan gerak.
f Defisit perawatan diri kurang berhubungan keterbatasan gerak dan
kelemahan.
g Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya luka
operasi.
h Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap
penyakit
3 Perencanaan
Rencana keperawatan merupakan suatu metode komunikasi tentang
asuhan keperawatan kepada klien dan merupakan suatu acuan setelah
merumuskan diagnose keperawatan dengan tujuan mencegah,
26
menghilangkan dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada
diagnose keperawatan.
Dari diagnose tersebut di atas dapat di buat suatu rencana keperawatan
sebagai beikut :
a Nyeri akut berhubungan dengan terp;utusnya kontinuitas jaringan
1 Tujuan
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks, mampu
tidur/istrahat dengan tepat
2 Intervensi
a Kaji nyeri, catat lokasi karakteristik, beratnya (skala 0-10),
selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat
b Observasi tanda-tanda vital
c Ajarkan tehnik relaksasi dan anjurkan untuk melakukan
relaksasi nafas dalam bila nyeri muncul
d Pertahankan istrahat dengan posisi semi fowler
e Anjurkan ambulasi dini
f Berikan aktivitas hiburan
g Pertahankan puasa
h Berikan analgetik sesuai indikasi
3 Rasional
27
a Berguna dalam keefktifan obat, kemajuan penyembuhan,
perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya
abses / peritonitis
b Tanda-tanda vital dapat berubah akibat rasa nyeri dan
merupakan indicator untuk menilai perkembangan penyakit
c Tehnik napas dalam dapat mengalihkan perhatian klien dari
rasa nyeri
d Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan dengan posisi terlentang
e Meningkatkan normalisasi fungsi organ, merangsang
peristaltic dan kelancaran flatus, menurunkan
ketidaknyamanan abdomen
f Focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
g Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dini
dan irigasi gaster / muntah
h Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain contoh ambulasi, dan batuk
b Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
1 Tujuan
Merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan
28
2 Intervensi
a Lakukan pengkajian status nutrisi dengan seksama
b Auskultasi bising usus
c Berikan makanan parenteral/enteral bila diindikasikan
d Kolaborasi dengan ahli diet
3 Rasional
a Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu
memilih intervensi
b Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk
memulai makan
c Pada kelemahan tidak toleran terhadap makanan oral
d Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam
perubahan pencernaan dan fungsi usus
c Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pembatasan pasca operasi (puasa)
1 Tujuan
Mempertahankan keseimbangan cairan di buktikan oleh
kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil,
dan secara individual pengeluaran urine adekuat
2 Intervensi:
a Kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
29
b Awasi masukan dan pengeluaran, catat warna urine/kosentrasi,
berat jenis
c Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus
d Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan
peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai dengan
toleransi
e Pertahankan gaster/usus.
f Berikan cairan IV dan elektrolit
3 Rasional :
a Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
b Penurunan pengeluaran urine pekat dengan peningkatan berat
jenis di duga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan
c Indicator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan
peroral
d Meningkatkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan
kehilangan cairan
e Selang NGT biasanya dimasukan pada preoperasi dan
dipertahankan pada fase segera pasca operasi untuk
dekompresi usus, meningkatkan istrahat usus, mencegah
muntah
f Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan
menghasilkan sejumlah cairan yang dapat menurunkan volume
sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia
30
d Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan tindakan bedah
1 Tujuan
Klien dapat berkemih dengan baik
2 Intervensi
a Kaji haluaran urin dan sistem kateter
b Bantu pasien memilih posisi normal untuk berkemih
c Perhatikan waktu dan jumlah berkemih
d Anjurkan pasien untuk berkemih bila kandung kemih terasa
penuh
e Anjurkan pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi
3 Rasional
a Retensi dapat terjadi karena edema area bedah dan spasme
kandung kemih
b Mendorong posase urine dan meningkatkan rasa normalitas
c Mengetahui jumlah dan pola berkemih
d Mencegah retensi urine
e Mempertahankan hidrasi adukuat dan perfusi ginjal
e Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak,
kelemahan
1 Tujuan
Mempertahankan aktivitas yang adekuat
2 Intervensi
a) Kaji keterbatasan aktivitas
31
b) Ubah posisi secara sering bila tirah baring
c) Bantu dalam latihan rentang gerak
d) Buat rencana program aktiviti dengan masukan dari pasien
3 Rasional
a Mempengaruhi pilihan intervensi
b Munurunkan ketidaknyamanan, mempertahankan kekuatan
otot
c Mempertahankan kelenturan sendi
d Meningkatkan energi pasien
f Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak,
kelemahan
1 Tujuan
Klien berpartisipasi dalam perawatan diri
2 Intervensi
a Tentukan kemampuan pasien dalam perawatan diri
b Berikan bantuan dengan aktivitas yang di perlukan.
c Anjurkan tehnik penghematan energy
3 Rasional
a Kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan
kebutuhan
b Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan
kemandirian pasien
32
c Menghemat energi, menurunkan kelelahan dan
meningkatkan kemampuan
g Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya luka
operasi
1 Tujuan
Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda
infeksi /inflamasi dan demam
2 Intervensi
a Awasi tanda-tanda vital
b Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka
aseptic
c Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka (bila
di masukan)
d Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat
e Berikan antibiotic sesuai indikasi
3 Rasional
a Dugaan adanya infeksi / terjadinya sepsis, abses peritonitis
b Menurunkan risiko penyebaran bakteri
c Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi
33
d Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan
emosi, membantu menurunkan ansietas
e Mungkin diberikan secara profilkatif atau menurunkan jumlah
organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya)
h Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap
penyakit
1 Tujuan :
a Memberikan informasi tentang manajemen yang tepat
sesuai dengan kondisi klien.
2 Kriteria evaluasi :
a Pasien mengungkapkan proses penyakit, faktor-faktor
penyebab.
b Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan.
3 Intervensi :
a Kaji pengetahuan pasien/tanyakan proses sakit dan harapan
pasien
b Jelaskan dan anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
secara teratur
c Identifikasi tanda-tanda terjadinya komplikasi
d Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup
4 Rasional :
34
a Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memimih cara
untuk komunikasi yang tepat
b Kurang aktivitas dapat membuat klien menjadi rileks
c Mendeteksi secara dini, komplikasi yang serius dan
berulangnya penyakit
d Membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang
terjadi dengan dirinya
4 Implementasi
Pelaksanaan adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
di susun dan di tujukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien ( Nursalam, 2001).
5 Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan ukuran dari keberhasilan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Adapun hasil yang di
harapkan pada perawatan ileus obstruksi adalah klien dan keluarga dapat
mengidentifikasi ileus obstuksi, mengidentifikasi faktor ileus obstuksi
35
dan adanya perencanaan untuk mencegah risiko yang dapat di ubah dan
menguraikan rencana perawatan selanjutnya (Hidayat, 2001).
Adapun hasil yang di harapkan pada perawatan klien dengan post
operasi laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi adalah :
a Nyeri hilang atau terkontrol, tampak rileks dan mampu istrahat
dengan tepat.
b Mempertahankan keseimbangan cairan di buktikan oleh
kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda vital
baik, dan secara individual haluaran urine adekuat.
c Memahami proses penyakit, pengobatan, potensial komplikasi dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
d Pola eliminasi kembali normal.
e Klien dapat beraktivitas dengan sempurna.
f Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
g Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda-tanda
infeksi/inflamasi dan demam.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah
baru.
36
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon (Hidayat, 2001).
37

More Related Content

What's hot

Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusiaAnatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusiahanissa mutiarani
 
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinalSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinalOperator Warnet Vast Raha
 
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxxAsam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxxantodangede
 
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAnatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAhmad Haerudin
 
anatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaananatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaansakura huriah
 
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINALMakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINALikhsan saputra
 
Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3 Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3 Dedi Kun
 
(2) Anatomi & fisiologi sistem pencernaan
(2) Anatomi &  fisiologi sistem pencernaan(2) Anatomi &  fisiologi sistem pencernaan
(2) Anatomi & fisiologi sistem pencernaanMoh. Wildan
 
Fungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinalFungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinalikhsan saputra
 
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaananatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaanKampus-Sakinah
 
Anatomi Fisiologi Saluran Cerna
Anatomi Fisiologi Saluran CernaAnatomi Fisiologi Saluran Cerna
Anatomi Fisiologi Saluran CernaFithri Kurniati
 
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di AnatomiDuglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Anatomi fisiologi-pencernaan2
Anatomi fisiologi-pencernaan2Anatomi fisiologi-pencernaan2
Anatomi fisiologi-pencernaan2Nike Amidaya
 

What's hot (17)

Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusiaAnatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia
 
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinalSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
 
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxxAsam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
Asam lambung-dan-maag-dhyan fixxxx
 
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAnatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
 
anatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaananatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaan
 
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINALMakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
MakALAH FUNGSI GASTROINTESTINAL
 
Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3 Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3
 
(2) Anatomi & fisiologi sistem pencernaan
(2) Anatomi &  fisiologi sistem pencernaan(2) Anatomi &  fisiologi sistem pencernaan
(2) Anatomi & fisiologi sistem pencernaan
 
Fungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinalFungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal
 
Askep ge anak
Askep ge anakAskep ge anak
Askep ge anak
 
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaananatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
 
Anatomi Fisiologi Saluran Cerna
Anatomi Fisiologi Saluran CernaAnatomi Fisiologi Saluran Cerna
Anatomi Fisiologi Saluran Cerna
 
Makalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologiMakalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologi
 
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di AnatomiDuglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
 
Sistem pencernaan
Sistem pencernaanSistem pencernaan
Sistem pencernaan
 
Anatomi fisiologi-pencernaan2
Anatomi fisiologi-pencernaan2Anatomi fisiologi-pencernaan2
Anatomi fisiologi-pencernaan2
 
2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan
 

Viewers also liked

Makalah cara mencegah pemanasan global iqbal tando
Makalah cara mencegah pemanasan global iqbal tandoMakalah cara mencegah pemanasan global iqbal tando
Makalah cara mencegah pemanasan global iqbal tandoSeptian Muna Barakati
 
Makalah bahasa inggris diabetes melitus
Makalah bahasa inggris diabetes melitusMakalah bahasa inggris diabetes melitus
Makalah bahasa inggris diabetes melitusSeptian Muna Barakati
 
Makalah industrialisasi di indonesia
Makalah industrialisasi di indonesiaMakalah industrialisasi di indonesia
Makalah industrialisasi di indonesiaSeptian Muna Barakati
 
Makalah bahaya pemanasan global hernawati
Makalah bahaya pemanasan global hernawatiMakalah bahaya pemanasan global hernawati
Makalah bahaya pemanasan global hernawatiSeptian Muna Barakati
 
Makalah bahaya pemanasan global sutamin
Makalah bahaya pemanasan global sutaminMakalah bahaya pemanasan global sutamin
Makalah bahaya pemanasan global sutaminSeptian Muna Barakati
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatSeptian Muna Barakati
 
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?Kantar
 

Viewers also liked (20)

Makalah bela negara
Makalah bela negaraMakalah bela negara
Makalah bela negara
 
Makalah cara mencegah pemanasan global iqbal tando
Makalah cara mencegah pemanasan global iqbal tandoMakalah cara mencegah pemanasan global iqbal tando
Makalah cara mencegah pemanasan global iqbal tando
 
Makalah bahasa inggris diabetes melitus
Makalah bahasa inggris diabetes melitusMakalah bahasa inggris diabetes melitus
Makalah bahasa inggris diabetes melitus
 
Makalah industrialisasi di indonesia
Makalah industrialisasi di indonesiaMakalah industrialisasi di indonesia
Makalah industrialisasi di indonesia
 
Makalah bisnis franchise
Makalah bisnis franchiseMakalah bisnis franchise
Makalah bisnis franchise
 
Makalah basis data
Makalah basis dataMakalah basis data
Makalah basis data
 
Makalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawatiMakalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawati
 
Makalah bahasa narkoba
Makalah bahasa narkobaMakalah bahasa narkoba
Makalah bahasa narkoba
 
Makalah bahaya pemanasan global hernawati
Makalah bahaya pemanasan global hernawatiMakalah bahaya pemanasan global hernawati
Makalah bahaya pemanasan global hernawati
 
Makalah batu bara
Makalah batu baraMakalah batu bara
Makalah batu bara
 
Makalah bahaya pemanasan global sutamin
Makalah bahaya pemanasan global sutaminMakalah bahaya pemanasan global sutamin
Makalah bahaya pemanasan global sutamin
 
Bab iv. ikhsan
Bab iv. ikhsanBab iv. ikhsan
Bab iv. ikhsan
 
Makalah ikatan hidrogen
Makalah ikatan hidrogenMakalah ikatan hidrogen
Makalah ikatan hidrogen
 
Makalah imunogobulin siti aisa
Makalah imunogobulin siti aisaMakalah imunogobulin siti aisa
Makalah imunogobulin siti aisa
 
Copy of pembahasan
Copy of pembahasanCopy of pembahasan
Copy of pembahasan
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah ikatan hidrogen kimia
Makalah ikatan hidrogen kimiaMakalah ikatan hidrogen kimia
Makalah ikatan hidrogen kimia
 
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
 

Similar to Bab ii1 ican

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinalSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinalOperator Warnet Vast Raha
 
Laporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarahLaporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarahAulia Amani
 
Laporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusLaporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusSujana Pkm
 
anatomi dan fungsi sitem pencernaan manusia
anatomi dan fungsi sitem pencernaan manusiaanatomi dan fungsi sitem pencernaan manusia
anatomi dan fungsi sitem pencernaan manusianataningtyas1987
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptAnisaYuni20
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptx
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptxAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptx
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptxssuser32283f
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptKikiSupriatna1
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptSinarLombokJava
 
1 refarat-ileus-paralitik
 1 refarat-ileus-paralitik 1 refarat-ileus-paralitik
1 refarat-ileus-paralitikBaiturrahmah
 
tugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatan
tugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatantugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatan
tugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatanAnna Samsudin
 
Organ pencernaan
Organ pencernaanOrgan pencernaan
Organ pencernaan05011995
 
PPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptx
PPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptxPPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptx
PPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptxnovimahartikasari
 
Sistem pencernaan-pada-manusia1
Sistem pencernaan-pada-manusia1Sistem pencernaan-pada-manusia1
Sistem pencernaan-pada-manusia1Alicia Bonita
 
Sistem Pencernaan manusia
Sistem Pencernaan manusiaSistem Pencernaan manusia
Sistem Pencernaan manusiaHrdnt
 

Similar to Bab ii1 ican (20)

Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
Bab ii ikhsan glukosa cod.scr--
 
Dispep AKPER PEMDA MUNA
Dispep AKPER PEMDA MUNA Dispep AKPER PEMDA MUNA
Dispep AKPER PEMDA MUNA
 
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinalSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
 
Laporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarahLaporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarah
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Laporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusLaporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileus
 
anatomi dan fungsi sitem pencernaan manusia
anatomi dan fungsi sitem pencernaan manusiaanatomi dan fungsi sitem pencernaan manusia
anatomi dan fungsi sitem pencernaan manusia
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptx
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptxAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptx
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptx
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-6.ppt
 
1 refarat-ileus-paralitik
 1 refarat-ileus-paralitik 1 refarat-ileus-paralitik
1 refarat-ileus-paralitik
 
tugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatan
tugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatantugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatan
tugas niki pencernaan.docx asuhan keperawatan
 
Tgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaanTgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaan
 
Tgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaanTgas sistem pncernaan
Tgas sistem pncernaan
 
Makalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologiMakalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologi
 
Organ pencernaan
Organ pencernaanOrgan pencernaan
Organ pencernaan
 
PPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptx
PPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptxPPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptx
PPT_SISTEM_PENCERNAAN (1).pptx
 
Sistem pencernaan-pada-manusia1
Sistem pencernaan-pada-manusia1Sistem pencernaan-pada-manusia1
Sistem pencernaan-pada-manusia1
 
Sistem Pencernaan manusia
Sistem Pencernaan manusiaSistem Pencernaan manusia
Sistem Pencernaan manusia
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 

Recently uploaded (14)

VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 

Bab ii1 ican

  • 1. BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN POST OP LAPARATOMI EKSPLORASI a/i ILEUS OBSTRUKSIPARSIAL A Konsep Dasar Medis 1 Pengertian Ileus obstruktif adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal. Obstruski usus dapat akut atau kronis, parsial atau total (komplit), keparahannya tergantung pada usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat dan khususnya derajat dimana sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu (Price, 2006). Ileus obstruksi adalah kerusakan parsial atau komplit ke arah depan dari isi usus. Obstruksi pada ileus sering terjadi karena mempunyai segmen yang paling sempit (Prierce, 2006). Ileus obstruksi adalah keadaan dimana usus terjadi sumbatan mencagah aliran normal dari usus melalui saluran usus yang dapat bersifatt parsial atau komplit ( Smeltzer dan Bare, 2002). 1
  • 2. 2 Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan a Anatomi sistem pencernaan Gambar .1 Anatomi Sistem Pencernaan Sumber : (Corwin, 2001) 1 Oris (mulut) Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu : a Bagian luar, yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi b Bagian dalam atau rongga mulut yaitu : rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang dengan faring. 2 Faring (tekak) Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (oesophagus). Di dalam lengkungan faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang 2
  • 3. banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak persimpangan antara jalan napas dan jalan makan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung di depan ruas tulang belakang. 3 Oesophagus (kerongkongan) Merupakan saluran yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai masuk kardiak di bawah lambung. Esophagus terletak di belakang trachea dan di depan tulang punggung setelah melalui thoraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. 4 Gaster (lambung) Gaster (lambung) merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilori, terletak dibawah diafragma di depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus. Bagian lambung terdiri fundus ventriuli, korpus ventriuli, pylorus, kurvatura minor, kurvatura mayor, dan osteum kadiakum. 5 Intestinum minor (usus halus) Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ileosekal panjangnya kira- kira 6 meter. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga 3
  • 4. abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Pembagiaan ini didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan perbedaan fungsinya. Deudenum panjangnya sekitar 25 cm mulai dari pylorus sampai jejenum. Pemisahan dedenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz kira-kira 2/5 dari sisi usus halus adalah jejenum dan 3/5 bagian terminalnya adalah ileum. jejenum terletak diregio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di regio abdominalis sebelah kanan. Masuknya kimus kedalam usus halus diatur oleh spinter pylorus sedangkan pengeluaran zat yang telah dicernakan kedalam usus besar diatur oleh katup ileosekal dimana katup ini juga mencengah refluks isi usus besar kedalam usus halus. Otot yang meliputi usus halus mempunyai dua lapisan yaitu lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam berupa serabut-serabut sirkular. Penataan demikin membantu gerakan peristaltik usus halus. Lapisan supmukosa terdiri atas jaringan penyambung sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal, banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar. 4
  • 5. Arteria mesentrika superior dicabangkan dari aorta tepat dibawah arteri siliaka memperdarahi seluruh usus halus kecuali deodenum yang diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis dan cabangnya arteri pankrea-tiduodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesentrika superior yang menyatuh dengan vena lienalis membentuk vena porta. Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut sensoris sistem simpatis mengahantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsif, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis dan pleksus meissner dilapisan submukosa. 6 Intestinum mayor (usus besar) Panjang 1 ½ meter, lebarnya 5 – 6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar. Intestinum mayor terdiri dari : a Seikum, dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. b Colon asendens, panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dari ileum ke bawah hati di 5
  • 6. bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica dilanjutkan sebagai colon tranversum. c Apendiks (usus buntu) bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. d Colon tranversum, panjangnya 38 cm, membujur dari colon asendens sampai colon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis. e Colon desendens panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid. f Colon sigmoid merupakan lanjutan dari colon desendens terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf sehubungan dengan ujung bawahnya berhubungan dengan rektum. g Rektum terletak di bawah colon sigmoid yang menghubungkan intestium mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigeus. h Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar) terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter : 6
  • 7. (1 Sfingter ani internus (sebelah kiri), bekerja tidak menurut kehendak (2 Sfingter levaton ani, bekerja juga tidak menurut kehendak (3 Sfingter ani eksternus (sebelah bawah) bekerja menurut kehendak (Guiton & Hall, 2007). b Fisiologi Sistem Pencernaan Untuk melakukan fungsinya semua sel memerlukan nutrient, nutrient harus di turunkan dari masukan makanan yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat selulosa dan bahan sayuran lain yang tidak bernilai nutrisi. Fungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yang berhubungan dengan memberikan kebutuhan tubuh : 1 Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk dicerna. 2 Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil ke dalam aliran darah. 3 Mengeliminasi makanan yang tidak di cerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh. Saat makanan di dorong melalui saluran gastrointestinal, makanan mengalami kontak dengan sekresi yang membantu dalam pencernaan, penyerapan atau eliminasi dari saluran gastrointestinal. Proses fisiologi pencernaan terdiri dari : 1 Pencernaan oral 7
  • 8. Proses pencernaan di mulai dari aktivitas mengunyah, di mana makan di pecah ke dalam partikel kecil yang dapat di telan dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan atau bahkan melihat, mencium atau mencicipi makanan dapat menyebabkan reflex saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada kecepatan kira-kira 1,5 liter setiap hari. Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase saliva, yang di mulai pencernaan zat pati, juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat di kunyah, sehingga memudahkan menelan (Guyton & Hall ). 2 Menelan Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang di atur oleh pusat penelan di medula oblongata dari sistem syaraf pusat. Saat makanan di telan, epiglottis bergerak menutup lubang trachea dan mencegah aspirasi makanan ke dalam paru- paru. Menelan mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas reflex. Otot halus di dinding esfagus berkontraksi dalam urutan irama dari esophagus kearah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses peristaltic esophagus, spingter esophagus bawah rileks dan memungkinkan bolus makanan masuk lambung. Akhirnya 8
  • 9. spingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam esophagus (Smeltzer dan Bare, 2002). 3 Kerja lambung Lambung mensekresi cairan yang sangat asam mempunyai pH terendah satu, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida yang di sekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam yaitu : a Untuk memecah makanan menjadi komponen yang di absorbs. b Untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan. Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai pencernaan protein. Factor intrinsic juga di sekresi oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi dengan vitamin B12 dalam diet, sehingga vitamin dapat diabsorbsi dalam ileum. Kontraksi peristaltic dari dalam lambung mendorong isi lambung kearah pylorus. Karena partikel makanan tidak dapat melewati spingter pylorus, partikel ini diaduk kembali ke korpus lambung untuk dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil. 9
  • 10. Peristaltic di dalam lambung dan kontraksi spingter pylorus memungkinkan makanan dicerna sebagai untuk masuk ke usus halus (Smeltzer dan Bare, 2002). 4 Kerja usus halus Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus. Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakan isi usus ke belakang dan kedepan dalam gerak mengaduk. Peristaltic usus mendorong isi usus halus tersebut kearah kolon (Smeltzer dan Bare, 2001). 5 Kerja kolon Dalam empat jam setelah makan materi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup ileosekal. Aktivitas peristaltic yang lemah menggerakkan isi kolon dengan perlahan sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi efisien terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya kira-kira 12 jam (Smeltzer dan Bare, 2002). 6 Defekasi Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot rektum dan merilekskan spingter anal interna yang biasanya 10
  • 11. tertutup. Spingter internal di control oleh sistem saraf otonom, spingter eksternal di bawah control sadar dari korteks cerebral. Selama defekasi spingter anal eksternal secara volunter rileks untuk memungkinkan isi kolon keluar. Secara normal spingter anal eksternaldipertahankan pada status tonus. Oleh karena itu defekasi terlihat menjadi reflex spinal yang dapat secara volunteer dihambat dengan mempertahankan spingter anal tertutup. Kontraksi otot abdomen memudahkan pengosongan kolon (Smeltzer dan Bare 2002). 3& Etiologi Obstruksi mekanik mempengaruhi kekuatan dinding usus. Beberapa penyebab obstruksi usus sebagai berikut : a& Adhesi : Jaringan sikatrik melingkar diatas segmen usus, menyebabkan usus terpuntir dan tertekan. b& Hernia : Hernia dapat menyebabkan obstruksi ketika batang usus terperangkap didalam defek tersebut. c& Invaginasi : Masuknya satu segmen usus kedalam usus itu sendiri. Lebih sering ditemukan pada anak-anak. d& Volvulus : Adalah usus besar melintir terhadap dirinya sendiri, menyumbat lumen usus proksimal oleh distal. e& Tumor : Secara bertahap menghambat lumen usus besar. Kanker menjadi penyebab 80 % obstruksi usus besar. 11
  • 12. f& Askariasis : Kebanyakan cacing askariasis ahidup di usus halus bagian jejenum. g& Benda-benda asing seperti batu empedu dan kelainan kongenital merupakan penyebab obstruksi pada anak dan bayi (Smeltzer dan Bare, 2002) 4& Patofisiologi Secara normal 7 – 8 liter cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan direabsorbsi. Bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan besar dalam volume darah sirkulasi, mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik, dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral. Karena cairan hilang tetapi sel darah tidak, maka hematokrit dan hemoglobin meningkat, jadi meningkatkan potensial terhadap gangguan oklusif vaskuler seperti trombosis koroner, serebral, dan mesentrika. Pada awitan obstruksi, cairan dan udara bertumpuk pada bagian proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadi lebih cepat dan tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif. Volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi. Sekresi satu-satunya yang bermakna dari usus besar adalah mukus. Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk mendorong material melalui area tersumbat. Dalam 12
  • 13. beberapa jam peningkatan peristaltik berakhir dan usus menjadi palksis, sehingga mengurangi tekanan dalam lumen dan memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi kemampuan absorpsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut. Segera tekanan intraluminal menurunkan aliran balik vena, yang meningkatkan tekanan vena, kongesti, dan kerapuhan pembuluh darah. Proses ini pada waktunya, meningkatkan permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstravasasi kedalam lumen usus ke rongga peritoneal. Peningkatan tekanan didalam dinding usus segera meperlambat aliran darah arteri yang menyebabkan nekrosis, dan pada beberapa kasus, toksemia dan peritonitis. Strangulasi usus mengakibatkan penurunan suplai darah arterial. Nekrosis dan perforasi dapat mendorong isi usus kedalam rongga peritoneal, menyebabkan peritonitis. Bakteri berproliperasi kedalam usus yang terstrangulasi dan dapat membentuk endotoksin. Bila endotoksin dilepaskan ke rongga peritoneal atau sirkulasi sistemik terdapat kolaps sirkulasi cepat dengan syok endotoksik, menunjukkan laju mortalitas tinggi pada kondisi ini ( Syaifudin, 2006). 5& Manifestasi klinis a& Gejala-gejala awal adalah nyeri kram, seperti gerakan bergelombang dan kolik pada usus, mungkin mengeluarkan darah atau mukus tetapi tidak ada massa faeces, terjadi muntah. 13
  • 14. b& Gelombang peristaltik menjadi sangat keras dan menjadi berlawanan arah, sehingga mengeluarkan isi usus kearah mulut, jika terjadi obstruksi komplet. c& Jika obstruksinya terjadi pada ileum maka akan terjadi muntah fekal. d& Dehidrasi menyebabkan haus yang berlebihan, rasa mengantuk, maleise umum dan sakit. e& Lidah dan membran mukosa menjadi kotor, abdomen menjadi distensi (makin rendah obstruksi terjadi pada saluran gastrointestinal, maka makin kentara distensi yang terjadi). f& Jika tidak diatasi, akan terjadi syok karena dehidrasi atau kehilangan volume plasma (Smeltzer dan Bare, 2002). 6& Pemeriksaan penunjang a& Pemeriksaan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi yaitu obstruksi mekanik usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak pada colon. Sedangkan obstruksi colon ditandai oleh gas diselurh colon, tetapi sedikit atau tidak ada gas dalam usus halus. b& Test serum darah akan menunjukkan perubahan dari keadaan normal (hemokonsentrasi) ketika terjadi dehidrasi. Akan terdapat penurunan sodium dan potasium dan peningkatan dalam hematokrit, bikarbonat, serum dan nitrogen ureum darah (BUN) (Brunner dan Suddarth, 2002). 7& Penatalaksanaan 14
  • 15. a& Dekompresi usus melalui selang nasogastrik atau selang usus halus untuk memecahkan obstruksi. b& Jika usus terobstruksi sempurna, kemungkinan terjadi strangulata maka diperlukan intervensi pembedahan. Tindakan pembedahan tergantung pada penyebab obstruksi. Adapun penatalaksanaan bedah abdomen sebagai berikut : a& Pra operasi b& Puasa dan cairan parenteral c& Selang nasogastrik disambungkan pada penghisap rendah dan intermitten d& Terapi antibiotik 1& Pembedahan Pembedahan untuk memperbaiki formasi dari usus. Salah satu pembedahan yang sering dilakukan adalah operasi laparatomy. a& Pengertian laparatomy Tindakan pembedahan perut sampai dengan membuka selaput perut. b& Tehnik-tehnik Ada 4 tehnik tindakan laparatomy : (1& Midline incision 15
  • 16. (2& Paramedian yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm). (3& Transverse upper abdomen incision yaitu insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenoktomi. (4& Transverse lower abdomen incision yaitu insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya operasi appendectomy. c& Indikasi (1) Trauma abdomen (tumpul dan tajam). (2) Peritonitis (3) Perdarahan saluran cerna. (4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar. (5) Massa pada abdomen d& Komplikasi Komplikasi yang dapat setelah post operasi laparatomy adalah infeksi pada peritoneum, usus dan luka operasi (Masajats, 2009) 2& Pasca operasi a& Puasa b& Cairan parenteral (terdiri dari NGT) 16
  • 17. c& Cairan nasogastrik yang keluar digantikan dengan cairan parenteral d& Selang nasogastrik disambungkan pada penghisap rendah dan intermitten atau selang sump pada penghisap rendah dan kontinyu e& Tentukan larutan irigasi selang nasogastrik f& Berikan makanan peroral dan semakin ditingkatkan dari pemberian cairan jernih sampai diet yang teratur sesuai usia g& Spirometer intensif h& Tentukan jenis perawatan luka i& Tingkatkan dan lepas drain pentose j& Antibiotik, analgetik dan antipiuretik (Smeltzer dan Bare, 2002). 8& Komplikasi a& Nekrosis usus b& Perforasi usus c& Sepsis d& Gangguan elektrolit e& Malnutrisi 17
  • 18. B&Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Op Laparatomi Eksplorasi a/i Ileus Obstruksi Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan melalui tahap pengkajian (assessment), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementasi), evaluasi, dan keterampilan professional tenaga keperawatan (Hidayat, 2009). 1& Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam mengenal masalah klien sehingga memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahapan-tahapan dalam pengkajian adalah sebagai berikut (Asmadi, 2008) : a& Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data-data yang di gunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang di butuhkan tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan cultural dari klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data tentang factor-faktor yang mempengaruhi atauyang berhubungan dengan klien seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada 18
  • 19. (Hidayat, 2009). Adapun data yang di kumpulkan adalah sebagai berikut : 1& Biodata Biodata adalah pengumpulan data tentang identifikasi pasien dan keluarga (penanggung jawab) yang mencakup: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, pekerjaan, pendidikan, hubungan pasien dengan penanggungjawab. 2& Riwayat Kesehatan a& Keluhan utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian, sehingga klien minta pertolongan. Pada umumnya klien dengan post op laparatomi eksplorasi a/i ileus obstruksi keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah nyeri. b& Riwayat keluhan utama Mengambarkan keadaan kesehatan klien sejak keluhan pertama kali dirasakan hingga saat dilakukan pengkajian dengan menggunakan anlisa metode PQRST. (1& Paliatif/profokatif, merupakan apa yang menyebabkan klien merasa nyeri, pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi nyeri di rasakan karena adanya luka operasi. 19
  • 20. (2& Qualitative/quantitative, merupakan seberapa berat keluhan tersebut dirasakan, pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi. Keluhan biasanya dirasakan pada saat mengganti balutan atau bergerak. (3& Region/radiasi, merupakan lokasi keluhan, pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi biasanya nyeri dirasakan di abdomen sebelah kanan. (4& Skala merupakan intensitas keluhan yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak. Skala nyeri 0-10 dapat di klasifikasikan sebagai berikut : Ringan (1-3), sedang (4-6), Berat (7-8), dan sangat berat (9-10). Adapun skala nyeri pada post op laparatomi dapat berkisar pada skala 6-8. (5& Timming, merupakan waktu keluhan di rasakan, kapan keluhan tersbut mulai dirasakan, lamanya keluhan, frekuensi keluhan, apakah terjadi secara mendadak atau terus-menerus. Biasanya keluhan pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi adalah hilang timbul, pada saat menggerakan badan. c& Riwayat kesehatan dahulu Pada riwayat kesehatan dahulu pernahkah klien menderita penyakit yang sama atau apakah klien pernah mengalami 20
  • 21. penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan. d Riwayat kesehatan keluarga Yang perlu di tanyakan adalah apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit ileus obstruksi, apakah ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga dan genogram 3 generasi. 3 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik di mulai dari melihat keadaan umum. Pemeriksaan tanda-tanda vital, pengkajian sistem tubuh dengan teknik pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi terhadap sebagian sistem tubuh. Secara umum data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi adalah sebagai berikut : a Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tanda- tanda vital tekanan darah, denyut nadi, pernapasan biasanya meningkat oleh karena adanya nyeri sedangkan suhu badan dalam batasan normal. b Pemeriksaan fisik umum yaitu secara persistem. Untuk pemeriksaan persistem yang di kaji adalah : (1 Sistem pernapasan 21
  • 22. Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi ditemukan adanya kelaianan pada sistem pernapasan. (2 Kardiovaskuler Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi tidak ditemukan adanya kelainan sistem kardiovaskluer. (3 Sistem pencernaan Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi ditemukan data peristaltic usus menurun, adanya nyeri tekan luka laparatomy pada daerah abdomen, fungsi menelan dan mengunyah baik. (4 Sistem musckuloskeletal Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi yang perlu di kaji adalah range of montion dari pergerkan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah. Ketidaknyamanan atau nyeri yang di laporkan klien waktu bergerak. Toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat terbuka. Selaian ROM tonus otot dan kekuatan otot di kaji karena klien immobilitas biasanya tonus dan kekuatan otot menurun. (5 Sistem integument 22
  • 23. Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi didapat adanya luka pada kuadran kanan bawah akibat dari tindakan operasi, peningkatan suhu tubuh akibat dampak infeksi sistemik dan dapat terjadi defisit perawatan diri akibat kelemahan. (6 Sistem endokrin Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi sistem endokrin bisanya tidak mengalami gangguan. (7 Sistem perkemihan Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obtsruksi sistem perkemihan dapat terjadi retensi urine dan karena keterbatasan aktivitas sehingga harus dipasang dower kateter. (8 Sistem persarafan Pada klien post op laparatomy eksplorasi a/i ileus obtsruksi pengkajian pada sistem persarafan tidak didapatkan adanya kelainan-kalaianan dengan GCS 15. 4 Pola aktivitas sehari-hari a Pola nutrisi Pada klien dengan post op laparatomy eksplorasi biasanya kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan rasa/penyimpangan rasa, dan penurunan berat badan. b Eliminasi 23
  • 24. Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus obstruksi di dapatkan data pasase kemerahan, faeses seperti jelli (darah dan mukus), muntah dan produksi urine menurun. c Aktivitas Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus obstruksi biasanya di dapatkan keluhan kelelahan otot, malaise, dan samnolen oleh karena tindakan operasi dan bedrest yang lama. d Istrahat dan tidur Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus obstruksi ditemukan keluhan susah tidur oleh karena klien memikirkan kondisi penyakitnya. e Personal hygiene Pada klien dengan post op laparatomy aksplorasi a/i ileus obstruksi, klien mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene oleh karena tindakan operasi dan keadaan klien yang masih lemah. 5 Pola interaksi social Meliputi siapa yang dekat dengan klien, organisasi sosial yang pernah di ikuti, serta pemacahan masalah dalam keluarga. 6 Keadaan psikologis Setiap orang yang menderita suatu penyakit pasti mengalami gangguan psikologis baik itu sendiri maupun keluarga. 24
  • 25. 7 Riwayat spiritual Hal-hal yang perlu di kaji bagaimana pelaksanaan ibadah selama dan sesudah masuk RS. 8 Penatalaksaan pengobatan Adapun pengobatan dari post op laparatomi dapat berupa pemberian antibiotik, analgetik, maupun pemberian terapi cairan dll. 9 Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostic terdiri dari beberapa pemeriksaan di antaranya radiologi, laboratorium, USG. b Klasifikasi data Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di hadapi klien yang terdiri dari data subyektif dan obyektif. c Analisa data Kemampuan untuk mengkaitkan dan menghubungkan data tersebut dengan kemampuan kognitif, sehingga di ketahui masalah yang sedanga di hadapi oleh klien. 2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respn insane (status atau perubahan pola interaksi baik actual maupun potensial), individu atau kelompok yang perawat dapat membuat pernyataan resmi srta memasang intervensi yang pasti demi kelestarian kesehatan atau 25
  • 26. mengurangi, menghikangkan serta mencagah perubahan-perubahan terjadi (Carpenito, 2002) Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data maka kemungkinan diagnose keperaweatan yang akan timbul adalah (Doenges, 2002) : a Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. b Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. c Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (puasa) d Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan tindakan bedah. e Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan keterbatasan gerak. f Defisit perawatan diri kurang berhubungan keterbatasan gerak dan kelemahan. g Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi. h Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit 3 Perencanaan Rencana keperawatan merupakan suatu metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien dan merupakan suatu acuan setelah merumuskan diagnose keperawatan dengan tujuan mencegah, 26
  • 27. menghilangkan dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada diagnose keperawatan. Dari diagnose tersebut di atas dapat di buat suatu rencana keperawatan sebagai beikut : a Nyeri akut berhubungan dengan terp;utusnya kontinuitas jaringan 1 Tujuan Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks, mampu tidur/istrahat dengan tepat 2 Intervensi a Kaji nyeri, catat lokasi karakteristik, beratnya (skala 0-10), selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat b Observasi tanda-tanda vital c Ajarkan tehnik relaksasi dan anjurkan untuk melakukan relaksasi nafas dalam bila nyeri muncul d Pertahankan istrahat dengan posisi semi fowler e Anjurkan ambulasi dini f Berikan aktivitas hiburan g Pertahankan puasa h Berikan analgetik sesuai indikasi 3 Rasional 27
  • 28. a Berguna dalam keefktifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses / peritonitis b Tanda-tanda vital dapat berubah akibat rasa nyeri dan merupakan indicator untuk menilai perkembangan penyakit c Tehnik napas dalam dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri d Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan dengan posisi terlentang e Meningkatkan normalisasi fungsi organ, merangsang peristaltic dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen f Focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping g Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dini dan irigasi gaster / muntah h Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain contoh ambulasi, dan batuk b Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 1 Tujuan Merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan 28
  • 29. 2 Intervensi a Lakukan pengkajian status nutrisi dengan seksama b Auskultasi bising usus c Berikan makanan parenteral/enteral bila diindikasikan d Kolaborasi dengan ahli diet 3 Rasional a Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi b Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk memulai makan c Pada kelemahan tidak toleran terhadap makanan oral d Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus c Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (puasa) 1 Tujuan Mempertahankan keseimbangan cairan di buktikan oleh kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara individual pengeluaran urine adekuat 2 Intervensi: a Kaji turgor kulit dan pengisian kapiler 29
  • 30. b Awasi masukan dan pengeluaran, catat warna urine/kosentrasi, berat jenis c Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus d Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai dengan toleransi e Pertahankan gaster/usus. f Berikan cairan IV dan elektrolit 3 Rasional : a Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler b Penurunan pengeluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis di duga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan c Indicator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan peroral d Meningkatkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan e Selang NGT biasanya dimasukan pada preoperasi dan dipertahankan pada fase segera pasca operasi untuk dekompresi usus, meningkatkan istrahat usus, mencegah muntah f Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumlah cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia 30
  • 31. d Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan tindakan bedah 1 Tujuan Klien dapat berkemih dengan baik 2 Intervensi a Kaji haluaran urin dan sistem kateter b Bantu pasien memilih posisi normal untuk berkemih c Perhatikan waktu dan jumlah berkemih d Anjurkan pasien untuk berkemih bila kandung kemih terasa penuh e Anjurkan pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi 3 Rasional a Retensi dapat terjadi karena edema area bedah dan spasme kandung kemih b Mendorong posase urine dan meningkatkan rasa normalitas c Mengetahui jumlah dan pola berkemih d Mencegah retensi urine e Mempertahankan hidrasi adukuat dan perfusi ginjal e Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak, kelemahan 1 Tujuan Mempertahankan aktivitas yang adekuat 2 Intervensi a) Kaji keterbatasan aktivitas 31
  • 32. b) Ubah posisi secara sering bila tirah baring c) Bantu dalam latihan rentang gerak d) Buat rencana program aktiviti dengan masukan dari pasien 3 Rasional a Mempengaruhi pilihan intervensi b Munurunkan ketidaknyamanan, mempertahankan kekuatan otot c Mempertahankan kelenturan sendi d Meningkatkan energi pasien f Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak, kelemahan 1 Tujuan Klien berpartisipasi dalam perawatan diri 2 Intervensi a Tentukan kemampuan pasien dalam perawatan diri b Berikan bantuan dengan aktivitas yang di perlukan. c Anjurkan tehnik penghematan energy 3 Rasional a Kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan kebutuhan b Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian pasien 32
  • 33. c Menghemat energi, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kemampuan g Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi 1 Tujuan Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi /inflamasi dan demam 2 Intervensi a Awasi tanda-tanda vital b Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic c Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka (bila di masukan) d Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat e Berikan antibiotic sesuai indikasi 3 Rasional a Dugaan adanya infeksi / terjadinya sepsis, abses peritonitis b Menurunkan risiko penyebaran bakteri c Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi 33
  • 34. d Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas e Mungkin diberikan secara profilkatif atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) h Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit 1 Tujuan : a Memberikan informasi tentang manajemen yang tepat sesuai dengan kondisi klien. 2 Kriteria evaluasi : a Pasien mengungkapkan proses penyakit, faktor-faktor penyebab. b Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan. 3 Intervensi : a Kaji pengetahuan pasien/tanyakan proses sakit dan harapan pasien b Jelaskan dan anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara teratur c Identifikasi tanda-tanda terjadinya komplikasi d Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup 4 Rasional : 34
  • 35. a Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memimih cara untuk komunikasi yang tepat b Kurang aktivitas dapat membuat klien menjadi rileks c Mendeteksi secara dini, komplikasi yang serius dan berulangnya penyakit d Membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang terjadi dengan dirinya 4 Implementasi Pelaksanaan adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien ( Nursalam, 2001). 5 Evaluasi Evaluasi adalah merupakan ukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Adapun hasil yang di harapkan pada perawatan ileus obstruksi adalah klien dan keluarga dapat mengidentifikasi ileus obstuksi, mengidentifikasi faktor ileus obstuksi 35
  • 36. dan adanya perencanaan untuk mencegah risiko yang dapat di ubah dan menguraikan rencana perawatan selanjutnya (Hidayat, 2001). Adapun hasil yang di harapkan pada perawatan klien dengan post operasi laparatomy eksplorasi a/i ileus obstruksi adalah : a Nyeri hilang atau terkontrol, tampak rileks dan mampu istrahat dengan tepat. b Mempertahankan keseimbangan cairan di buktikan oleh kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, dan secara individual haluaran urine adekuat. c Memahami proses penyakit, pengobatan, potensial komplikasi dan berpartisipasi dalam program pengobatan. d Pola eliminasi kembali normal. e Klien dapat beraktivitas dengan sempurna. f Kebutuhan perawatan diri terpenuhi. g Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda-tanda infeksi/inflamasi dan demam. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut : S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru. 36
  • 37. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon (Hidayat, 2001). 37