SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh 
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat 
selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, 
khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat 
menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, 
semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat 
melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat. 
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah 
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini 
sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien 
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. 
Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang 
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian 
sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. 
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan 
proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya, perawatan 
menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi perawatan tersebut 
hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak 
sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat 
kematian. 
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani). 
Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga gizi 
rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, 
and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan 
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis 
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian 
khusus (Hawari, 1977)
B. Tujuan 
1. Tujuan umum 
Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan 
globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien 
menjelang dan saat kematian. 
2. Tujuan khusus 
a. Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan 
dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan 
b. Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural 
c. Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat 
kematian 
d. Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila dihadapkan 
pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien 
e. Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul maut sesuai dengan standart 
keperawatan 
C. Rumusan masalah 
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu: 
“ Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat kematian dan 
hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut dilihat dari proses 
transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan.
BAB II 
LANDASAN TEORI 
A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan 
1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan 
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti kebudayaan 
terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang 
diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986) 
Wujud-wujud kebudayaan antara lain : 
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan 
2. Kompleks aktivitas atau tindakan 
3. Benda-benda hasil karya manusia 
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat 
dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. 
Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan 
dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari 
oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. 
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam 
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan 
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi 
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya. 
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada 
perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat 
atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger 
(1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa 
dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. 
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan 
menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan 
spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi
dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring 
diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena 
universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat 
lainnya. 
2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural 
Konsep dalam transcultural nursing adalah : 
a. Budaya 
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk 
dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 
b. Nilai budaya 
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada 
suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan 
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan 
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan 
d. Etnosentris 
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap 
budayanya adalah yang terbaik 
e. Etnis 
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut cirri-ciri dan 
kebiasaan yang lazim 
f. Ras 
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras 
umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid. 
g. Etnografi: Ilmu budaya 
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan 
kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
h. Care 
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga 
dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial 
untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia 
i. Caring 
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, 
keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan 
kondisi kehidupan manusia 
j. Culture care 
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk 
membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk 
mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai 
kematian dengan damai 
k. Cultural imposition 
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena 
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. 
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, 
konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep 
sentral keperawatan yaitu : 
Manusia 
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma yang 
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) 
manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia 
berada (Geiger and Davidhizar, 1995). 
Sehat 
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya, 
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat 
diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin 
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995). 
Lingkungan 
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, 
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana 
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan 
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah 
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir 
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah 
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke 
dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan 
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk 
dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat 
hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. 
Keperawatan 
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan 
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan 
memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan 
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan 
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991). 
3. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya 
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang 
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. 
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu: 
Cara I : Mempertahankan budaya 
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. 
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang 
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, 
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
Cara II : Negosiasi budaya 
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi 
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat 
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien 
sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber 
protein hewani yang lain. 
Cara III : Restrukturisasi budaya 
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. 
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. 
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan 
yang dianut. 
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan 
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). 
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan 
berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan 
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, 
pelaksanaan dan evaluasi. 
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai 
dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). 
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu: 
1. Faktor teknologi (technological factors) 
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran 
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, 
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien 
memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi 
untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini. 
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para 
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas 
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: 
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara 
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. 
3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors ) 
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan 
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan 
hubungan klien dengan kepala keluarga. 
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways ) 
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di 
anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan 
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan 
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang 
dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan 
membersihkan diri. 
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) 
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi 
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu 
dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah 
anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. 
6. Faktor ekonomi (economical factors) 
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk 
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: 
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber 
lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 
7. Faktor pendidikan ( educational factors ) 
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat 
ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah 
yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis 
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya 
sehingga tidak terulang kembali. 
Prinsip-prinsip pengkajian budaya: 
a. Jangan menggunakan asumsi. 
b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus. 
c. Menerima dan memahami metode komunikasi. 
d. Menghargai perbedaan individual. 
e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. 
f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi. 
4. Instrumen Pengkajian Budaya 
Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, 
diantaranya: 
a. Sunrise model (Leininger) 
Yang terdiri dari komponen: 
1) Faktor teknbologi (Technological Factors) 
- Persepsi sehat-sakit 
- Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan 
- Alasan mencari bantuan/pertolongan medis 
- Alasan memilih pengobatan alternative 
- Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan 
2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) 
- Agama yang dianut 
- Status pernikahan
- Cara pandang terhadap penyebab penyakit 
- Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan 
3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) 
- Nama lengkap & nama panggilan 
- Umur & tempat lahir,jenis kelamin 
- Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga 
- Pengambilan keputusan dalam keluarga 
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) 
- Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas 
- Bahasa yang digunakan 
- Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan 
- Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari 
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) 
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi 
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi: 
- Peraturan dan kebijakan jam berkunjung 
- Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu 
- Cara pembayaran 
6) Faktor ekonomi (Economical Factors) 
- Pekerjaan 
- Tabungan yang dimiliki oleh keluarga 
- Sumber biaya pengobatan 
- Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll. 
- Patungan antar anggota keluarga
7) Faktor Pendidikan (Educational Factors) 
- Tingkat pendidikan klien 
- Jenis pendidikan 
- Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif 
- Pengetahuan tentang sehat-sakit 
b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar 
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian 
keperawatan transkultural model ini meliputi: 
1) Komunikasi (Communication) 
Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan bahasa 
non verbal,penggunaan ‘diam’ 
2) Space (ruang gerak) 
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan 
pergerakan tubuh. 
3) Orientasi social (social orientastion) 
Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan dan kegiatan 
social keagamaan. 
4) Waktu (time) 
Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan 
social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang. 
5) Kontrol lingkungan (environmental control) 
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit. 
6) Variasi biologis (Biological variation) 
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan 
genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit 
tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.
c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle 
Komponen-komponenya meliputi: 
1) Identitas budaya 
2) Ethnohistory 
3) Nilai-nilai budaya 
4) Hubungan kekeluargaan 
5) Kepercayaan agama dan spiritual 
6) Kode etik dan moral 
7) Pendidikan 
8) Politik 
9) Status ekonomi dan social 
10) Kebiasaan dan gaya hidup 
11) Faktor/sifat-sifat bawaan 
12) Kecenderungan individu 
13) Profesi dan organisasi budaya 
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien, 
Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non 
verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan 
klien. 
5. Diagnosa keperawatan 
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, 
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). 
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural 
yaitu : 
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur 
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 
6. Perencanaan dan Pelaksanaan 
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang 
tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan 
adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 
1995). 
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu 
: 
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan 
kesehatan, 
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan 
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. 
a. Cultural care preservation/maintenance 
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat 
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat 
b. Cultural careaccomodation/negotiation 
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien 
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan 
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan 
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik. 
c. Cultual care repartening/reconstruction 
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya 
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok 
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu 
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien 
dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan 
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, 
yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya 
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak 
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman 
budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang 
bersifat terapeutik. 
7. Evaluasi 
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang 
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai 
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan 
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan 
latar belakang budaya klien. 
B. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN 
Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi keluaraga dan pasien 
yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi penderitaan dan mengintervensi pada 
saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan kualitas hidup. 
Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju kematian berjalan 
melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu. 
Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa: 
1. Peningkatan kenyamanan 
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology society 
and the American Nurses Association,1974) 
Hal hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan 
a. Kontrol nyeri 
Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengatasi rasa nyeri,karena 
nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas 
dan fungsi psikologis.
b. Ketakutan 
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa ketakutan terhadap 
gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang setiap saat yang dapat membuat 
sagala aktifitas terganggu. 
c. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit. 
Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti rasa 
nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu 
mengurangi penyebaran penyakit. 
d. Higiene personal 
Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar klien merasa segar 
dan nyaman. 
2. Pemeliharaan Kemandirian 
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat perawatan dan 
memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar klien menjelang ajal 
menginginkan sebanyak mungkin mapan diri. 
Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada juga 
perawatan dirumah atau perawatan hospice. 
1. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit 
Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan kebebasan sesuai 
kemampuan. 
Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit : 
Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan 
Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk 
memberikan rasa kontrol klien 
Perawat tidak boleh memaksakan bantuan 
Perawat memberikan dorongan kepada keluarga untuk memberikan kebebasan klien membuat 
keputusan. 
2. Pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice)
Adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien sakit terminal 
untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang proses 
menjelang ajal. 
Menurut Pitorak (1985) mengambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut : 
o Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah administrasi rumah 
sakit 
o Kontrol gejala (fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ). 
o Pelayanan yang diarahkan dokter 
o Perawtan interdisiplin ilmu 
o Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu 
o Klien dan keluarga sebagai unit perawatan 
o Tindak lanjut kehilangan karena kematian 
o Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim 
o Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada 
kemampuan untuk membayar. 
3. Pencegahan Kesepian dan isolasi 
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori perawat menintervensi kualitas lingkungan. 
Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah kesepian dan isolasi 
a. Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien lain) tidak perlu ruangan 
tersendiri, kecuali pada keadaan kritis atau tidak sadar. 
b. libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien, agar klien merasa diperhatikan. 
c. Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan stimulus yang bermakna. 
d. memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau surat dari anggota 
keluarga. 
e. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian 
f. Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemani klien.
Peningkatan ketenangan spiritual 
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjung rohani. Perawat 
dapat memberikan dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika 
kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan keyakinan yang 
berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan 
mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan, perawat dan 
keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, 
mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien. 
Dukungan untuk keluarga yang berduka 
dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa kedalam situasi duka 
berkepanjangan. 
Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan 
1. perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap 
berada dengan klien menjelang ajal. 
2. mengembangkan hubungan suportif. 
3. menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga 
4. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan. 
PERAWATAN SETELAH KEMATIAN 
perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah kematian karena 
hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase sakit. Dengan demikian perawat 
mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien dengan martabat dan sensitivitas. 
Peran perawat : 
1. perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin 
2. perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien 
3. perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien 
4. perawat harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu keluarga yang berduka 
B. Perawatan Menjelang serta Saat Kematian
Proses keperawatan menjelang perawatan merupakan proses penting dalam melakukan perawatan 
terhadap klien. Kegiatan ini dilakukan bertujuan 15 
untuk (1) menghilangkan atau megurangi rasa kesendirian, takut, dan depresi, (2) 
mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna, dan (3) membantu kenyamanan fisik klien. 
Pada saat kondisi terminal, perawat dan keluarga sangat berperan penting dalam proses kegiatan 
ini. Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan 
proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. 
2.3.1 Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian 
Menurut Kubler–Ross (1969) dalam buku “On Death and Dying” tahapan respon klien terhadap 
proses kematian adalah: 
a. Penolakan (denial) 
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau sedang terjadi. 
Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu yang tidak diharapkan. 
b. Marah (anger) 
Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah ini 
terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang secara normal 
tidak menimbulkan kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak berdaya. 
c. Tawar – Menawar (bargaining) 
Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa lalu. 
Klien mencoba untuk melakukan tawar-menawar dengan tuhan dengan cara diam atau dinyatakan 
secara terbuka. 
d. Kesedihan Mendalam (depression) 
Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan 
siapapun dan apapun. 
e. Menerima (acceptable) 
Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan kedamaian 
dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.
2.3.2 Asuhan Keperawatan 
Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan psikologis: 
a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan dukungan pada klien 
pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi di Indonesia pada kondisi terminal ini, 
klien dianggap membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah perawat memberikan 
dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa kepada klien. 
b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini, perawat 
lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga klien pun tidak cemas 
melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut. 
c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi sendiri dalam 
menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak pihak keluarga yang datang 
untuk memberikan semangat atau motivasi kepada klien. Perawat lebih berfungsi untuk 
memberikan arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya ketika klien menghadapi 
respon respon tersebut. 
d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat hanyalah 
mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta membantu memotivasi keluarga 
klien. 
Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut. Klien dalam 
kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan spiritual dari 
keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila keluarga tersebut 
mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih memilih untuk berdoa di 
sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang kuasa. Ada pula adat kebiasaan 
tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah klien, klien langsung dibawa pulang ketika 
keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi terminal. 17 
Gejala-gelala pada saat kondisi terminal: 
a. Nafsu makan berkurang 
b. Lesu 
c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh secara 
normal sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru
d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas klien makin 
lama makin berkurang 
e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi 
f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan. 
Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara medis 
kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) 
mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. 
Seperti itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga pasien 
berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju perjalan yang sangat panjang. 
Proses proses perawatan pun akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan 
kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien, pihak 
rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.

More Related Content

What's hot

Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatanMakalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Iyounk Mandalahi
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Didik Nurkantoro
 
Trend dan issue dalam keperawatan
Trend dan issue dalam keperawatanTrend dan issue dalam keperawatan
Trend dan issue dalam keperawatan
octo zulkarnain
 

What's hot (20)

Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatan
 
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontikKonsep legal dan etik keperawatan gerontik
Konsep legal dan etik keperawatan gerontik
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatan
 
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatanMakalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
 
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsipContoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
Contoh kasus dilema etik dan pembahasan pendekatan nilai dan prinsip
 
Proses Keperawatan: Tahap evaluasi
Proses Keperawatan: Tahap evaluasiProses Keperawatan: Tahap evaluasi
Proses Keperawatan: Tahap evaluasi
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Kul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi KesehatanKul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi Kesehatan
 
Transkultural nursing
Transkultural nursingTranskultural nursing
Transkultural nursing
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
 
Trend dan issue dalam keperawatan
Trend dan issue dalam keperawatanTrend dan issue dalam keperawatan
Trend dan issue dalam keperawatan
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Kepemimpinan Dalam Keperawatan " KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN"
Kepemimpinan Dalam Keperawatan " KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN  DALAM KEPERAWATAN"Kepemimpinan Dalam Keperawatan " KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN  DALAM KEPERAWATAN"
Kepemimpinan Dalam Keperawatan " KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN"
 
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasaKomunikasi terapeutik pada pasien dewasa
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terima
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Pembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMBPembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMB
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
Kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan dasar manusia Kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan dasar manusia
 

Similar to makalah perspektif transkultural dalam keperawatan

Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Warnet Raha
 
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptxTEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
FifiRahmadita
 
Pertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursingPertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursing
nersariana
 
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.pptIlmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
OrielArdian
 
Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2
rakye-psik
 
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadiTeori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadi
RIDWANABADI3
 
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatanimplikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
ary Camba
 

Similar to makalah perspektif transkultural dalam keperawatan (20)

Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
 
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budayaMakalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya
 
Perspektif dan prinsip keperawatan
Perspektif dan prinsip keperawatanPerspektif dan prinsip keperawatan
Perspektif dan prinsip keperawatan
 
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptxPROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.pptx
 
Culture care leninger.pptx
Culture care leninger.pptxCulture care leninger.pptx
Culture care leninger.pptx
 
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptxTEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
TEORI CULTURE CARE LEININGER.pptx
 
Pertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursingPertemuan 8 transkultural nursing
Pertemuan 8 transkultural nursing
 
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptxKel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
Kel.4 Psiko Sosial Budaya-1.pptx
 
Makalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatanMakalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatan
 
Makalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatanMakalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatan
 
Makalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatanMakalah prinsip etika keperawatan
Makalah prinsip etika keperawatan
 
Falsafah & Paradigma Keperawatan.ppt
Falsafah & Paradigma Keperawatan.pptFalsafah & Paradigma Keperawatan.ppt
Falsafah & Paradigma Keperawatan.ppt
 
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
 
Falsafah dan paradigma keperawatan
Falsafah dan paradigma keperawatanFalsafah dan paradigma keperawatan
Falsafah dan paradigma keperawatan
 
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptxPPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
PPT ANTROPOLOGI KESEHATAN PERTEMUAN 14&15.pptx
 
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.pptIlmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
Ilmu-Dasar-Keperawatan-2-Pertemuan-1.ppt
 
Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2
 
Konsep kebidanan
Konsep kebidananKonsep kebidanan
Konsep kebidanan
 
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadiTeori madeleine leininger a.n ridwan abadi
Teori madeleine leininger a.n ridwan abadi
 
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatanimplikasi transcultural dalam praktek keperawatan
implikasi transcultural dalam praktek keperawatan
 

Recently uploaded

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 

makalah perspektif transkultural dalam keperawatan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat. Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya, perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat kematian. Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani). Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977)
  • 2. B. Tujuan 1. Tujuan umum Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat kematian. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan b. Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural c. Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat kematian d. Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila dihadapkan pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien e. Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul maut sesuai dengan standart keperawatan C. Rumusan masalah Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu: “ Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat kematian dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut dilihat dari proses transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan.
  • 3. BAB II LANDASAN TEORI A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan 1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986) Wujud-wujud kebudayaan antara lain : 1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan 2. Kompleks aktivitas atau tindakan 3. Benda-benda hasil karya manusia Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya. Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi
  • 4. dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. 2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural nursing adalah : a. Budaya Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. b. Nilai budaya Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan d. Etnosentris Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap budayanya adalah yang terbaik e. Etnis Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim f. Ras Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid. g. Etnografi: Ilmu budaya Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
  • 5. h. Care Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia i. Caring Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia j. Culture care Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai k. Cultural imposition Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu : Manusia Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
  • 6. konteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995). Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991). 3. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu: Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
  • 7. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu: 1. Faktor teknologi (technological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini. 2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
  • 8. Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. 3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors ) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways ) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri. 5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 7. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
  • 9. kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi. 4. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya: a. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen: 1) Faktor teknbologi (Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih pengobatan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan 2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) - Agama yang dianut - Status pernikahan
  • 10. - Cara pandang terhadap penyebab penyakit - Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan 3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) - Nama lengkap & nama panggilan - Umur & tempat lahir,jenis kelamin - Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga - Pengambilan keputusan dalam keluarga 4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang digunakan - Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari 5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi: - Peraturan dan kebijakan jam berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu - Cara pembayaran 6) Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan - Tabungan yang dimiliki oleh keluarga - Sumber biaya pengobatan - Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar anggota keluarga
  • 11. 7) Faktor Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien - Jenis pendidikan - Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif - Pengetahuan tentang sehat-sakit b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi: 1) Komunikasi (Communication) Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan ‘diam’ 2) Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh. 3) Orientasi social (social orientastion) Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan. 4) Waktu (time) Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang. 5) Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit. 6) Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.
  • 12. c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponen-komponenya meliputi: 1) Identitas budaya 2) Ethnohistory 3) Nilai-nilai budaya 4) Hubungan kekeluargaan 5) Kepercayaan agama dan spiritual 6) Kode etik dan moral 7) Pendidikan 8) Politik 9) Status ekonomi dan social 10) Kebiasaan dan gaya hidup 11) Faktor/sifat-sifat bawaan 12) Kecenderungan individu 13) Profesi dan organisasi budaya Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien. 5. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
  • 13. c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 6. Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. a. Cultural care preservation/maintenance 1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat 2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat b. Cultural careaccomodation/negotiation 1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan 3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik. c. Cultual care repartening/reconstruction 1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya 2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok 3) Gunakan pihak ketiga bila perlu 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
  • 14. 5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. 7. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. B. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan kualitas hidup. Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu. Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa: 1. Peningkatan kenyamanan Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology society and the American Nurses Association,1974) Hal hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan a. Kontrol nyeri Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis.
  • 15. b. Ketakutan Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu. c. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit. Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit. d. Higiene personal Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman. 2. Pemeliharaan Kemandirian Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri. Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada juga perawatan dirumah atau perawatan hospice. 1. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan kebebasan sesuai kemampuan. Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit : Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien Perawat tidak boleh memaksakan bantuan Perawat memberikan dorongan kepada keluarga untuk memberikan kebebasan klien membuat keputusan. 2. Pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice)
  • 16. Adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Menurut Pitorak (1985) mengambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut : o Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah administrasi rumah sakit o Kontrol gejala (fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ). o Pelayanan yang diarahkan dokter o Perawtan interdisiplin ilmu o Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu o Klien dan keluarga sebagai unit perawatan o Tindak lanjut kehilangan karena kematian o Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim o Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar. 3. Pencegahan Kesepian dan isolasi Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori perawat menintervensi kualitas lingkungan. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah kesepian dan isolasi a. Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien lain) tidak perlu ruangan tersendiri, kecuali pada keadaan kritis atau tidak sadar. b. libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien, agar klien merasa diperhatikan. c. Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan stimulus yang bermakna. d. memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau surat dari anggota keluarga. e. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian f. Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemani klien.
  • 17. Peningkatan ketenangan spiritual Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjung rohani. Perawat dapat memberikan dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan, perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien. Dukungan untuk keluarga yang berduka dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa kedalam situasi duka berkepanjangan. Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan 1. perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal. 2. mengembangkan hubungan suportif. 3. menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga 4. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan. PERAWATAN SETELAH KEMATIAN perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah kematian karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase sakit. Dengan demikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien dengan martabat dan sensitivitas. Peran perawat : 1. perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin 2. perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien 3. perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien 4. perawat harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu keluarga yang berduka B. Perawatan Menjelang serta Saat Kematian
  • 18. Proses keperawatan menjelang perawatan merupakan proses penting dalam melakukan perawatan terhadap klien. Kegiatan ini dilakukan bertujuan 15 untuk (1) menghilangkan atau megurangi rasa kesendirian, takut, dan depresi, (2) mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna, dan (3) membantu kenyamanan fisik klien. Pada saat kondisi terminal, perawat dan keluarga sangat berperan penting dalam proses kegiatan ini. Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. 2.3.1 Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian Menurut Kubler–Ross (1969) dalam buku “On Death and Dying” tahapan respon klien terhadap proses kematian adalah: a. Penolakan (denial) Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau sedang terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu yang tidak diharapkan. b. Marah (anger) Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah ini terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak berdaya. c. Tawar – Menawar (bargaining) Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa lalu. Klien mencoba untuk melakukan tawar-menawar dengan tuhan dengan cara diam atau dinyatakan secara terbuka. d. Kesedihan Mendalam (depression) Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan siapapun dan apapun. e. Menerima (acceptable) Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan kedamaian dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.
  • 19. 2.3.2 Asuhan Keperawatan Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan psikologis: a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan dukungan pada klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi di Indonesia pada kondisi terminal ini, klien dianggap membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah perawat memberikan dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa kepada klien. b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini, perawat lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga klien pun tidak cemas melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut. c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi sendiri dalam menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak pihak keluarga yang datang untuk memberikan semangat atau motivasi kepada klien. Perawat lebih berfungsi untuk memberikan arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya ketika klien menghadapi respon respon tersebut. d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta membantu memotivasi keluarga klien. Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut. Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih memilih untuk berdoa di sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang kuasa. Ada pula adat kebiasaan tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah klien, klien langsung dibawa pulang ketika keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi terminal. 17 Gejala-gelala pada saat kondisi terminal: a. Nafsu makan berkurang b. Lesu c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh secara normal sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru
  • 20. d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas klien makin lama makin berkurang e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan. Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Seperti itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga pasien berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju perjalan yang sangat panjang. Proses proses perawatan pun akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien, pihak rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.