Dalam kajian fonemik bunyi bahasa diperhatikan statusnya sebagai pembeda makna. Sehingga, kajian fonemik ini masih terlibat dalam kajian morfologi.
Sebagai bentuk linguistik terkecil yang membedakan makna, wujud fonem tidak hanya berupa bunyi-bunyi segmental (baik vokal maupun konsonan), tetapi bisa juga berupa unsur-unsur suprasegmental (baik nada, tekanan, durasi, maupun jeda).
Berikut akan dibahas mengenai analisis dan perubahan fonem. Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-fonem suatu bahasa.
2. Fonemik
Dalam kajian fonemik bunyi bahasa diperhatikan statusnya sebagai
pembeda makna. Sehingga, kajian fonemik ini masih terlibat dalam kajian
morfologi.
Sebagai bentuk linguistik terkecil yang membedakan makna, wujud fonem
tidak hanya berupa bunyi-bunyi segmental (baik vokal maupun konsonan),
tetapi bisa juga berupa unsur-unsur suprasegmental (baik nada, tekanan,
durasi, maupun jeda).
3. Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok
pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk
menganalisis fonem-fonem suatu bahasa.
—Dasar-dasar Analisis Fonem
4. Pokok-pokok Pikiran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung dipengaruhi oleh lingkungannya
2. Sistem Bunyi Suatu Bahasa Berkecenderungan Bersifat Simetris.
Kesimetrisan sistem bunyi ini bisa dilihat pada bunyi-bunyi bahasa Indonesia berikut.Selain
ada bunyi hambat bilabial[p]dan [b], juga ada nasal bilabial[m]. Selain ada bunyi hambat
dental[t] dan [d],juga ada bahasa nasal dental [n].
5. 3. Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung berfluktuasi
Gejala fluktuasi bunyi ini sering dilakukan penutur bahasa, tetapi dalam batas-batas wajar, yaitu
tidak sampai membedakan makna. Contoh: 5 Untuk makna yang sama, selain [papaya] juga
diucapkan [pәpaya], [sәkadar] juga diucapkan [sәkәdar].
4. Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras apabila
berdistribusi komplementer dan/atau bervariasi bebas.
Tidak berkontras adalah tidak membedakan makna. Contoh: Bunyi [k] dan [?] adalah bunyi yang
mempunyai kesamaan fonetis. Dalam bahasa indonesia, kedua bunyi itu saling
mengekslusifkan. Bunyi [k] tak pernah menduduki posisi [?] dan bunyi [?] tak pernah menduduki
posisi [k].
6. 5. Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan ke dalam fonem yang
berbeda apabila berkontras dalam lingkungan yang sama atau mirip.
7. Prosedur Analisis Fonem
1. Mencatat korpus data setepat mungkin dalam transkripsi fonetis
2. Mencatat bunyi yang ada dalam korpus data ke dalam peta bunyi
3. Memasangkan Bunyi-Bunyi yang Dicurigai karena Mempunyai Kesamaan Fonetis
4. Mencatat Bunyi-Bunyi Selebihnya Karena Tidak Mempunyai Kesamaaan Fonetis.
5. Mencatat Bunyi-Bunyi yang Berdistribusi Komplementer
6. Mencatat Bunyi-bunyi yang Bervariasi Bebas
7. Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang sama (identis).
8. Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang mirip (analogis)
9. Mencatat bunyi-bunyi yang berubah karena lingkunganya.
10. Mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis, condong menyebar secara
simetris.
11. Mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi
12. Mencatat bunyi-bunyi selebihnya sebagi fonem tersendiri
8. Perubahan Fonem
1. Akibat Adanya Koartikulasi
Koartikulasi atau artikulasi sertaan atau artikulasi kedua adalah proses artikulasi lain yang
menyertai terjadinya artikulasi utama, artikulasi primer atau artikulasi pertama. Berikut
prosesproses dari koartikulasi :
a) Labialisasi adalah proses pelabialan atau pembulatan bentuk bibir ketika artikulasi
pertama berlangsung. Selain bunyi labial, bunyi lain dapat dilabialisasikan.
b) Retrofleksi adalah proses penarikan ujung lidah melengkung ke arah palatum (langit-
langit keras) sewaktu artikulasi pertama berlangsung sehingga terdengar bunyi [r].
c) Palatalisasi adalah proses pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras
(palatum) sewaktu artikulator pertama berlangsung
d) Velarisasi adalah proses pengangkatan pangkal lidah (dorsum) ke arah langit-langit
lunak (velum) ketika artikulasi pertama berlangsung.
9. e) Faringalisasi adalah proses penyempitan rongga kerongkongan ketika artikulasi
sedang berlangsung dengan cara menaikkan laring, mengangkat uvular (ujung
langit-langit lunak) serta dengan menarik belakang lidah (dorsum) ke arah dinding
faring.
f) Glotalisasi adalah proses penyertaan bunyi hambat pada glotis (glotis tertutup rapat)
sewaktu artikulasi pertama berlangsung.
2. Akibat Pengaruh Bunyi Lingkungan
Akibat pengaruh bunyi lingkungan maksudnya adanya bunyi yang berada sebelum atau
sesudah bunyi utama, akan terjadi dua peristiwa perubahan, yaitu :
a) Asimilasi adalah perubahan bunyi secara fonetis akibat pengaruh yang berada
sebelum atau sesudahnya, sehingga bunyi menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri
yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
b) Disimilasi adalah perubahan dua buah bunyi yang sama diubah menjadi dua buah
bunyi yang berbeda atau tidak sama.
10. 3. Akibat Distribusi
Perubahan yang disebabkan atau dipengaruhi oleh posisi atau letak suatu bunyi dalam satu
satuan ujaran. Sehingga akan terjadi perubahan bunyi yang disebut dengan : aspirasi,
pelepasan, pemanduan, harmonisasi vocal, netralisasi.
4. Akibat proses morfologi
Perubahan bunyi akibat adanya proses morfologi, yang sering disebut juga dengan
morfofonemik atau morfofonologi. Dalam proses ini terjadi beberapa peristiwa, yaitu :
a. Pemunculan fonem adalah hadirnya sebuah fonem yang sebelumnya tidak ada akibat
dari terjadinya proses morfologi
b. Pelepasan fonem adalah peristiwa hilangnya fonem akibat proses morfologi.
c. Peluluhan fonem adalah proses luluhnya sebuah fonem, lalu menayatu pada fonem
berikutnya.
d. Pergeseran fonem adalah berubahnya posisi sebuah fonem dari satu silabel ke dalam
silabel berikutnya apabila diberi sufiks (-an).
e. Perubahan fonem adalah proses berubahnya sebuah fonem menjadi fonem yang lain
karena menghindari adanya dua bunyi yang sama atau disebut juga dengan disimilasi.
11. 5. Akibat Perkembangan Sejarah
Perubahan bunyi di sini tidak berkaitan dengan kajian fonologi, melainkan dengan
pemakaian sejumlah unsur leksikal di dalam masyarakat dan budaya. Perubahan yang
berkenaan dengan perkembangan sejarah pemakaian bahasa ini, antara lain :
a. Kontraksi atau penyingkatan adalah proses menghilangkan sebuah bunyi atau lebih
pada sebuah unsur leksikal.
b. Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi
dua bentuk kata yang bersaing.
c. Diftongisasi adalah proses perubahan vokal tunggal menjadi vokal rangkap secara
berurutan.
d. Monoftongisasi adalah proses perubahan dua buah vokal atau gugus vokal menjadi
sebuah vokal.
e. Anaftiksis adalah proses penambahan bunyi vokal di antara dua konsonan dalam
sebuah kata atau penambahan sebuah konsonan pada sebuah kata tertentu.