Banten Girang merupakan situs bersejarah di Banten yang menyimpan peninggalan masa kerajaan Hindu-Budha dan Islam pertama di Banten. Terdapat punden berundak, gua, makam tokoh sejarah, dan benda-benda bersejarah lainnya. Namun situs bersejarah ini kini membutuhkan perhatian pemerintah untuk pelestarian dan perbaikan fasilitas.
2. APA ITU SITUS SEJARAH
BANTEN GIRANG?
Situs Banten Girang merupakan salah satu
situs sejarah yang berada di provinsi Banten.
Situs ini terletak di Kampung Telaya, Desa
Sempu, Kecamatan Serang, Kabupaten Serang.
3. Apa saja yang ada disana?
Terdapat beberapa peninggalan sejarah yang
terdapat di situs ini. Seperti punden berundak,
gua, pedang, keris, gerabah, uang dan benda-
benda kepurbakalaan lainnya. Disana juga
terdapat makam tokoh Mas Ju dan Mas Jong.
4. Ini adalah mushola
sekaligus musium
peninggalan peninggalan
sejarah di banten girang.
Didalamnya juga terdapat
makam mas jong dan mas
ju
Adalah bapak Abdul Hasan
beliau adalah juru kunci
sekaligus pengurus situs
banten girang semenjak
berumur 12 tahun
5. Punden berundak itu berada
tak jauh dari tepi sungai
Cibanten yang konon pada
zaman dahulu bisa dilayari
sepanjang dari teluk Banten
sampai ke Banten Girang.
Tinggi punden berundak itu
sekitar 5 meter dari
permukaan tanah, bila
dipandang dari dasar sungai
yang cukup tinggi.
6. Di Banten Girang juga terdapat sebuah
gua yang didalamnya terdapat tiga ruang
kamar, gua tersebut merupakan tempat
Prabu Pucuk umum bersemedi.
7.
8.
9.
10. SEJARAH BANTEN
GIRANG
Jaman pra sejarah
• Indikasi masuknya peradaban Hindu-Budha
ke Daerah Banten terjadi pada abad kelima,
yang mengakhiri zaman prasejarah ke zaman
sejarah Hindu-Budha. Hal ini dibuktikan
dengan temuan sebuah prasasti tertulis di
daerah Munjul, Kabupaten Pandeglang yang
terindikasi berasal dari kerajaan Taruma,
Jawa Barat. Prasasti lainnya yang berkaitan
ialah ditemukannya dua potong prasasti kecil
di situs Banten Girang.
11. Zaman hindu-budha
• Banten Girang merupakan awal kerajaan Banten
yang sebelumnya mendapat kebelakangan nama
pada saat itu yaitu kerajaan Sunda Wahanten.
Pendiri kerjaan ini ialah Prabu Jaya Bupati yang
disebut juga Prabu Saka Domas. Prabu Jaya
Bupati berasal dari keturunan kerajaan Mataram
pada zaman Hindu, yang tidak mendapat
kesempatan untuk mengabdi dikerajaan Mataram
Kuno. Prabu Jaya Bupati mendirikan kerajaan
Sunda di Banten Girang pada tahun 932 sampai
tahun 1016, dengan luas wilayah kekuasaan
meliputi Jawa Barat dengan perbatasannya
Cipamali.
12. Masa Kerajaan Sunda Pajajaran
• Pada tahun 1016 Prabu Jaya Bupati
memindahkan pusat pemerintahannya ke
daerah Cilaceh Sukabumi karena khawatir
akan adanya penyerbuan yang akan
dilancarkan oleh kerajaan Sriwijaya terhadap
kerajaan Tatar Sunda di Banten Girang,
mengingat usia Prabu Jaya Bupati yang
sudah tua pada saat itu, ketika Prabu Jaya
Bupati berada di pengungsian berhasil
mendirikan kerajaan Surawisesa. Pada tahun
1357 kerajaan Surawisesa di pegang oleh
Prabu Baduga Sir Maharaja, keraton
Surawisesa disebut kerajaan Pajajaran.
• Penamaan Pajaran untuk kerajaan Sunda,
sesungguhnya berasal dari penamaan
keraton Sri Bama – Punta – Naryana –
Madura – Suradipati yang bentuknya
sebangun dan berjajar oleh karena keraton
tersebut berada di kota Pakuan masyarakat
sering menyebutkan Pakuan pajajaran.
Berdasarkan cerita pantun dan babab,
kerajaan Sunda lebih di kenal dengan
sebutkan pajajaran, sedangkan berdasarkan
sumber-sumber Portugis, nama resmi
kenegaraan tetap menggunakan sebutan
kerajaan Sunda
13. Sri Baduga Maharaja mempunyai seorang putra yang dijadikannya sebagai penerus tahta
kerajaan, karena putra Sri Baduga masih kecil, mata akhirnya kerajaan tersebut di pimpinan oleh
Praih Bunisora pada tahun 1352-1371. Namun, setelah putra Sri Baduga Maharaja sudah cukup
usia, kerajaan tersebut akhirnya dipimpin oleh putra raja Baduga pada tahun 1371, yang bernama
Nuskala waktu kencana, dan akhirnya dengan pertimbangan Raja Niskala Wastu Kencana, Namun,
setelah putra Sri Baduga Maharaja sudah cukup usia, kerajaan tersebut akhirnya dipimpin oleh
putra raja Baduga pada tahun 1371, yang bernama Nuskala waktu kencana, dan akhirnya dengan
pertimbangan Raja Niskala Wastu Kencana, kerajaan padjajaran di pendidikan di Galuh, yang
disebut kerajaan Galuh Pakuan, kemudian digantikan oleh Putra raja yang bernama Taba’an
karena raja taba’an menikah dengan orang Islam, maka tokoh-tokoh masyarakat kerajaan Sunda
Galuh Pakuan hampir semua kecewa atas perilaku keluhurnya, sehingga digantikan oleh Prabu
Jaya Dewata atau disebut juga Prabu Pucuk Umum.
14. • Banten girang pada
saat itu menjadi
pusat pemerintahan
dari kerajaan banten
pada masa hindu -
budha
Gunung pulosari adalah
tempat atau kiblat bagi
agama hindu dan tempat
yang sakral.
15. MASUKNYA ISLAM KE
BANTEN GIRANG
Sebelum Sri Baduga Maharaja lahir dikerajaan Sunda sudah ada penganut agama Islam,
tokoh tersebut adalah Bratalegawa Putera Mangkubumi Bunisora Suradipati. Bratalegawa
adalah adik Curidewata alias Ki Gedeng Kasmaya, raja Cirebon Cairung, Bratalegawa lahir
tahun 1350 M. Bratalegewa menikah dengan wanita masuk dari Gujarat. Walaupun berbeda
agama ia tetap hidup rukun dengan saudara-saudaranya. Setelah kerajaan Galuh Pakuan
(Pajajaran) dipundah ke Banten Girang bekas kerajaan Sunda tertua. Pada suatu saat, ajar
yang sebagai Patih kerajaan Dewata agar adiknya yang bernama Ajarju untuk diangkat
menjadi tumenggung, karena melihat adiknya yang cukup lama mengabdi kepada rajanya
Prabu Jaya Girang, yang dinamakan Pajajaran Banten dibantu oleh wakil putihnya putihnya
yang bernama Ajar Ju.
16. Pada suatu ketika terjadi konflik intern didalam
kerajaan, sehingga Ajarjong keluar dari kerajaan
Pajajaran Banten, kemudian Ajar Jong pergi
mengabdi dikerajaan Islam Jawa Demak,
sehingga mengenal orang-orang penting
dikerajaan Islam Demak. Diantara Sultan
Trenggono dan Syariat hidayatulah untuk
menguasai kerajaan pengajaran Banten untuk
menjadi penganut agama Islam.
17. Selanjutnya Lukman Hakim (arkeolog) memandang adanya
fase-fase kehidupan di Banten Girang yang meliputi :
1) Fase I : Fase subordinasi Pakuan-Pajajaran dimana gua dijadikan pusat upacara keagamaan
bercorak Hiduistik (Hindu – Budha);
2) Fase II : Fase pendudukan/administrasi politik Islam masa Maulana Hasanuddin;
3) Fase III : Fase surutnya Banten Girang karena pusat administrasi politik dipindahkan ke
Banten lama di pesisir, tetapi Banten Girang masih tetap digunakan bahkan sampai masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1652 – 1671), sultan Banten kelima.
4) Fase IV : Fase akhir, ketika Banten Lama sudah diancurkan oleh Daendels pada tahun 1815,
dimana diduga frekuensi penggunaan Banten Girang semakin menurun.
5) Fase resen, okupasi lanjut oleh penduduk Banten Girang masa sekarang yang digunakan
untuk lahan pertanian dan lahan pemukiman.
18. Keadaan Banten Girang saat ini
Kurangnya perhatian dari pemerintah
membuat situs bersejarah ini menjadi kurang
terawat. Munculnya bau tidak sedap di
sekitar mushala.
Selain itu tempat penyimpanan benda
bersejarah juga terlihat kotor dan Banyak
sekali debu yang menandakan jarangnya
benda tersebut dibersihkan
19. KESIMPULAN
- Banten Girang merupakan kerajaan Islam pertama di Banten, yang
awalnya merupakan kerajaan Hindu Budha.
- Kerajaan tersebut merupakan kerajaan yang subur makmur
sehingga dapat berhubungan dengan kerajaan di Jawa.
- Banten Girang banyak bukti-bukti penunggalan dan terdapat
makam-makam, seperti Ki Mas Jong, Agus Jo, sehingga banyak
peziarah yang berkunjung di situs Banten Girang.