3. Letak Geografi
Kerajaan Buleleng adalah kerjaan yang terletak di Bali
bagian utara. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu-
Budha tertua di Bali dan berkembang sekitar abad IX-XI
M. Kerajaan Buleleng diperintah oleh Dinasti
Warmadewa. Kerajaan ini terletak di pinggir pantai
sehingga menyebabkan kerajaan tersebut sering
disinggahi kapal-kapal dagang.
4. Prasasti Blanjong (914 M)
Prasasti Blanjong ditulis dalam huruf pranagari menggunakan Bahasa
Bali Kuno dan huruf kawi menggunakan Bahasa Sanskerta. Prasasti
Blanjong dibuat oleh Raja Sri Kesariwarmadewa. Prasasti ini
menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari Dinasti Warmadewa.
01
Sumber Sejarah
02 Kitab Kuno atau Sastra Kuno
Sumber sejarah yang berupa Kitab Kuno, misalnya Kitab Raja
Puranan (terutama untuk mengatur masa pemerintahan Dinasti
Warmadewa), Kitab Makamandana (kitab undang-undang pada
masa pemerintahan Jaya Pongus), dan Kitab udana Jawa.
03 Bangunan Candi
Kompleks Candi Gunung kawi (Tampak Siring) merupakan
makam dari raja-raja Bali yang dibangu n pada saat
pemerintahan Raja Anak Wungsu.
5. Berdasarkan isi Prasasti Blanjong diduga raja yang
pertama memerintah di Bali adalah Sri Kesari
Warmadewa. Pada prasasti itu disebutkan kata
"walidwipa" yabg merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Sri
Kesari Warmadewa diduga berasal dari Sriwijaya,
memperhatikan gelarnya yang menggunakan
"Warmadewa", menduga bahwa ia keturunan Kerajaan
Sriwijaya.
Raja-raja pengganti Sri Kesari Warmadewa :
1. Sang Ratu Sri Ugrasena (915-942 M); 2. Sang Ratu Aji
Tabendra Warmadewa (955-967 M); 3. Jayasingha
Wamadewa (960-975 M); 4. Janasadhu Warmadewa (975-
983 M); 5. Sri maharaja Sri Wijaya Mahadewei (983 M) 6.
Dharma Udayana Warmadewa (989-1011 M); 7. Marakata
(1011-1022 M); 8. Raja anak Wungsu (1049-1077 M)
6. Kehidupan social masyarakat Buleleng sebagai bagian dari wilayah kerajaan
Dinasti Warmadewa diperkirakan tidak begitu jauh dari keadaan masyarakat
zaman sekarang. Pada Masa Pemerintahan Udayana masyarakat hidup
berkelompok dan Sebagian besar penduduk tersebut bermata pencaharian
sebgai petani.
Agama Hindu yang diperkirakan masuk Bali bersamaan dengan agama
Buddha juga sangat memengaruhi kehidupan masyarakat. Bahkan Hindu dan
Buddha berakulturasi di bali hingga disebut Siwa-Buddha (zaman Udayana).
Pada awal perkembangan Hindu di Bali system kemasyarakatannya juga
dibedakan dalam beberapa kasta. Untuk masyarakat yang berada di luar kasta
disebut budak/njaba. Raja-raja Dinasti warmadewa memperlihatkan sikap
toleransi yang tinggi. Raja memberi izin badi para biksu untuk mendirikan
tempat pertapaan. Sikap yang memeperlihatkan adanya system social
kemasyarakatan yang sudah berlangsung dan tertata baik.
Kehidupan Sosial
7. Kegiatan ekonomi masyarakat buleleng bertumpu pada sektor
pertanian. Bukti adanya kegiatan pertanian terdapat pada Prasasti
Bulian yang menyebuat adanya istilah sawah, gaga (ladang), kewbun
(kewbun), dsb. Jenis tanaman yang dikenal saat itu adalah padi, kelapa,
enau, keladi, bawang, dan kemiri.
Disisi lain, umumnya puri berada di dekat Pelabuhan yang mendorong
terjadinya perdagangan dengan tempat lain. Komoditas perdagangan
dari Buleleng, diantaranya kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang.
Sistem perdgangan yang digunakan pada saat itu adalah barterdan ada
juga yang menggunkan uang sebai alat tukarnya.
Kehidupan Ekonomi
8. Peninggalan
Pura Penegil Dharma
Pura Penegil Dharma dibuat pada 915 M yang merupakan
komplek Pura yang luasnya 1,5 hektar. Pura Penegil Dharma
tersusun dari sebongkah batu hitam yang sudah tua dan
sangat kuno. Namun batu hitam ini ternyata memiliki
sesuatu yang cukup magis dan religius.
.
Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul diketahui didirikan sejak tahun
967 M oleh Raja Sri Candrabhaya Warmadewa.
Pura Tirta Empul sendiri memiliki arti air dari
tanah, dimana air dari Tirta Empul memang
menyembul keluar.
9. Peninggalan
.
Prasasti Blanjong
Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M), dan dikeluarkan oleh
seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa.
Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, Desa
Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Bentuknya
berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris tengah 62
cm. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf;
yaitu huruf Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali
Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan bahasa
Sanskerta.
.
Prasasti Blanjong
Pada Prasasti Penempahan di baris pertama tertulis bulan
Phalguna, hanya tahunnya saja yang tidak terbaca. Di baris
kedua menyebutkan nama Raja Sri Kaisari, di baris ketiga
menyebutkan musuh-musuh sang raja. Di baris ke empat
berisikan ungkapan Kadya-kadaya maka Iki di tuggalan.
Prasasti Penempahan dipercaya berasal dari masa Bali Klas
dimana budayanya dahulu adalah Hindu Budha.