Teknologi informasi dan komunikasi, termasuk internet dan media sosial, memiliki dampak positif dan negatif. Media sosial sering digunakan untuk menyebarkan konten negatif seperti pornografi dan ujaran kebencian. Guru harus memandu siswa untuk menggunakan internet dan media sosial secara bertanggung jawab dengan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran, bukan dengan melarangnya.
1. Bijak Memanfaatkan Internet dan Media Sosial
Rosid Tamami,S.Pd*)
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) atau teknologi berbasis komputer dan seluler (mobile) saat ini begitu luar biasa. Pengguna internet di indonesia sampai tahun 2014 mencapai 82 juta orang (kominfo.go.id) dari jumlah pengguna internet tersebut sebagian besar hanya memanfaatkan media sosial (facebook dan twitter). Penggunaan media sosial terutama facebook saat ini tidak lagi melihat strata sosial mulai dari anak-anak sampai orang tua sudah sangat akrab dengan media ini yang bisa dengan mudah dan murah diakses baik menggunakan perangkat komputer maupun seluler dan Iindonesia menduduki peringkat keempat pengguna facebook setelah USA, Brazil dan India.
Teknologi apapun bentuknya selalu mempunyai dua sisi yang berlawanan yaitu sisi positif dan negatif seperti halnya sebuah pisau akan sangat berbeda jika dipegang oleh seorang pembunuh dan jika dipegang oleh seorang cheef. Begitu pula internet dan seluruh kontennya termasuk media sosial banyak sekali efek buruk dan tak terhingga pula manfaat yang dapat diperoleh. Kalau diuraikan diantara dampak negatif internet dan media sosial adalah penyebaran kebencian, pornografi, kekerasan seksual, penipuan dan banyak yang lainnya tapi manfaatnya pun tak terhingga banyaknya jika digali dan dimanfaatkan dengan benar.
Beberapa waktu lalu masih kita ingat ketika ada seseorang yang menggumpulkan foto telanjang dari beberapa siswi SMP disurabaya dengan akun palsu sebagai seorang dokter sampai terkumpul sebanyak 10.236 foto untuk disebarluaskan (http://news.detik.com/read/2014/04/16/150338/2557028/10/polisi-sita-10-ribu-foto-bugil- anak-dari-manajer-pelaku-pedofilia) sungguh membuat cemas dan sangat memprihatinkan, kemudian yang masih hangat adalah kasus florence sihombing yang menghebohkan dengan menulis kalimat penghinaan di akun path dan membuat marah warga jogjakarta.
Dua contoh kasus “penyimpangan” penggunaan internet dan media sosial tersebut sebenarnya hanyalah puncak sebuah gunung es, masih banyak sekali kasus-kasus lain baik serupa maupun berbeda yang tidak terekspose media maupun penegak hukum. Kasus ini sedikit menunjukkan pada kita bahwa tidak semua pengguna media sosial mengerti dampak dan konsekuensi dari apa yang diperbuatnya baik itu mengunggah foto maupun menulis status. Berdasar dua contoh kasus tersebut maka pengguna media sosial terutama anak-anak dan remaja (pelajar) harus menjadi prioritas pendampingan, sekolah (guru) harus menjadi pioner dalam pendampingan dan bimbingan penggunaan media sosial yang sehat dan bertanggung jawab.
Untuk bisa melakukan proses pembinaan dan pendampingan mau tidak mau, suka tidak suka maka guru harus terlebih dahulu menguasai bahkan akrab menggunakan internet dan media sosial, guru tidak boleh membenci bahkan alergi dengan menggunakan media sosial. Selama ini banyak sekolah (guru) yang mengambil sikap konfrontasi menghadapi siswa yang dianggap “menyimpang” karena akrab dengan media sosial dengan cara melarang siswa membawa HP dan melakukan razia terhada siswa yang membawa HP.
2. Kegiatan melarang dan merazia siswa membawa HP kesekolah sebenarnya bukan sesuatu yang buruk, hal itu sah-sah saja untuk menanggulangi dampak buruk pemanfaatan internet dan media sosial. Tindakan sekolah yang melakukan razia/sweeping HP seringkali menemukan banyak penyimpangan penggunaan internet dan media sosial salah satunya adalah pornografi. Tindakan razia ini merupakan tindakan kuratif yang belum teruji benar apakah dapat mengurangi dampak buruk pemanfaatan internet dan media sosial oleh siswa.
Kegiatan yang belum banyak dilakukan guru adalah mengintegrasikan penggunaan internet dan media sosial kedalam kegiatan belajar siswa. Dengan menggunakan media sosial sebagai salah satu wahana belajar maka guru bisa melakukan beberapa hal sekaligus yaitu pendampingan pemanfaatan internet dan media sosial secara sehat dan bertanggung jawab sekaligus menunjukkan bahwa ternyata lebih banyak manfaat yang bisa diambil dari penggunaan media sosial dan siswa diajak untuk memilih hal baik dan buruk dari internet.
Banyak media sosial yang bisa dimanfaatkan oleh guru baik aplikasi yang bersifat komersil, semacam facebook dan twitter ataupun aplikasi non komersil semacam edmodo, quipper dan yang lain. Dengan lebih mengoptimalkan penggunaan internet dan media sosial kedalam kegiatan belajar siswa maka dampak buruk teknologi informasi dan komunikasi akan semakin terkurangi, bukan dengan melarangnya, karena larangan justru semakin membuat remaja tidak tahu pemanfaatan internet dan media sosial sehingga mereka terjebak menggunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat saja.
*Penulis adalah Alumni FKIP UJ
Aktif menulis di
http://rosidtamami.wordpress.com/
http://guraru.org/