Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan matematika inklusif, perbedaan dengan pembelajaran matematika biasa, dan perubahan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan pendidikan matematika inklusif. Beberapa poin kuncinya adalah definisi pendidikan matematika inklusif, perbedaan model pembelajaran yang disesuaikan dengan siswa, dan modifikasi kurikulum dan prasarana sekolah untuk mengakomodasi siswa berkebutuhan khusus
2. A. URGENSI PENDIDIKAN
MATEMATIKA INKLUSIF
Pengertian matematika menurut James dalam kamus
matematika yang ditulisnya menyatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
saling berhubungan satu sama lain yang terbagi
dalam 3 bidang antara lain : aljabar, analisis dan
geometri.
pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas
yang disengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi
yang diarahkan untuk tercapai tujuan melalui
kegiatan penalaran.
3. Lanjutan....
Jadi pengertian Pendidikan Matematika Inklusif
adalah proses penciptaan lingkungan yang
dirancang
untuk
mendorong,
menggiatkan,
mendukung dan memungkinkan terjadinya anak
berkebutuhan khusus belajar matematika sehingga
terjadi perubahan prilaku atau keterampilan
matematika anak berkebutuhan khusus kearah yang
lebih baik.
4. B. PERBEDAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BIASA
DENGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA INKLUSIF
Pendidikan matematika di sekolah reguler tentu saja
berbeda dengan pendidikan matematika di sekolah
inklusif. Jika pada pendidikan matematika di kelas
regular guru hanya dibebankan untuk mengajar
anak-anak yang normal namun, pada kelas inklusif
selain harus mengajar anak normal guru juga harus
mengajar anak yang memiliki kebutuhan khusus.
5. Lanjutan...
Perbedaan yang lain yaitu pada pembelajaran
matematika biasa guru bisa menggunakan model
belajar apapun untuk menyampaikan materi yang
akan diajarkan. Tetapi dalam pembelajaran
matematika inklusif model yang digunakan
untuk menyampaikan materi kepada para siswa
harus disesuaikan dengan kebutuhan dari masingmasing siswa yang kemudian digabungkan dan
kemudian diambil metode yang dapat melayani
semua kebutuhan para siswa baik siswa yang
normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus.
6. C. Perubahan Yang Diperlukan Untuk
Menjadi Pendidikan Matematika Inklusif.
Untuk menjadi sekolah inklusif ada beberapa hal yang harus
disesuaikan antara lain :
Modifikasi dan pengembangan kurikulum dilakukan terhadap:
1. alokasi waktu
Modifikasi alokasi waktu disesuaikan dengan kecepatan siswa
dalam memahami materi.
2. isi/materi kurikulum
Modifikasi materi kurikulum disesuaikan pada tingkat
intelegensi anak peserta didik.
3. Proses belajar-mengajar
Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (visual,
auditoris, kinestesis) dalam proses belajar mengajar
7. Lanjutan.....
4.
sarana prasarana
pada sekolah inklusif, sekolah tersebut harus
mempunyai beberapa sarana dan prasarana yang
bisa diakses oleh anak berkebutuhan khusus.
Contohnya: papan hitungan yang disebut dengan
“cubaritme” atau “reken plank”
5. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas bisa dengan mengatur tempat
duduk, menyesuaikan terhadap situasi kelas, dll.
8. TANTANGAN
Tantangan yang bersifat makro
Gagasan Pendidikan Inklusif belum menjadi bagian
dari sistem pendidikan nasional pendidikan
nasional
Belum konsisten antara gagasan dengan apa yang
dilakukan. Lihat UU sisdiknas, UU perlindungan
anak.
9. Tantangan yang besifat mikro
Budaya sekolah yang masih menganut keseragaman
Sikap dan penerimaan warga sekolah terhadap
perbedaan belum sekolah terhadap perbedaan
belum optimal
Guru belum banyak yang terbiasa bekerja dalam tim
10. Hambatan
Pelaksanaan pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus masih menghadapi banyak
kendala, baik dari sisi kebijakan maupun penerimaan masyarakat.antara lain :
Kurikulum pendidikan nasional belum sesuai
dengan keadaan dengan anak yang berkebutuan
khusus
Kurangnya pemahaman guru dan sekolah terhadap
anak berkebutuhan khusus
Banyak guru yang masih belum memahami program
inklusi
Kurangnya Sumber Daya Manusia (DSM)
pendamping khusus anak ABK
11. Lanjutan.....
Banyak orangtua yang enggan mengirim anak yang
berkebutuhan khusus ke sekolah biasa karena
khawatir akan mendapat penolakan atau
diskriminasi.
Kurangnya dukungan dari lingkungan positif bagi
pendidikan inklusi
Rendahnya Paradikma masyarakat terhadap
pendidikan inklusif