SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Nama : Risdawati Hutabarat
NPM : 1215031064
11.5 ANALISIS KOMPLEKS GELOMBANG SINUSOID
Fungsi kosinus selalu dipilih untuk mempresentasikan sinusoid secara umum. Berikut
ini adalah analisis kompleks mengenai gelombang sinusoid. Sebelum kitamulai
menaganalisis kompleks gelombang sinusoid, hal pertama yang dilakukan adalah
menyatakan gelombang-gelombang yaitu sinusoid kedalam bentuk fungsi-fungsi
komplek. Dengan begitu prosess menganalisis dapat dilakukan dengan mudah dan akan
mendapatkan gambararan mengenaifase yang terakumulassi pada sinyal-sinyal yang
terjadi melalui berbagai mekanisme. Dalam proses menganalisis ini biasanya akan
terjadi permasalahan dimana dua gelomban sinusoid atau lebih harus digabungkan agar
membentuk sebuah gelombang resultan. Nah untuk memudahkan menyelesaikan
masalah ini adalah dengan analisis kompleks
Apabila kita ingin menyatakan fungsi-fungsi sinusoid kedalam bentuk kompleks maka
akan tidak jauh dengan yang namanya identitas Euler. Dimana dapat dinyakan pada
persamaan berikut
e±jx
= cos (x) ± j sin (x) (pers. 32)
Dari persamaan Euler diatas, maka kita dapat menentukan berapa nilai dari fungsi
kosinus dan fungsi sinus secara berturut-turut, sebagai bagian riil dan bagian imajiner
dari bilangan eksponen kompleks euler.
Berikut ini adalah persamaan untuk medapatkan nilai dari fungsi kosinus dan fungsi
sinus yaitu :
Cos(x) = Re | e±jx
| =
1
2
(ejx
+ e-jx
) =
1
2
ejx
+ k.k. (pers. 33a)
Sin (x) = ±Im | e±jx
| =
1
2 𝑗
(ejx
- e-jx
) =
1
2 𝑗
ejx
+ k.k. (pers. 33b)
Dari persamaan diatass diketahui bahwa j = √−1 dan k.k adalah singkatan dari
konjugasi kompleks dari suku yang muncul sebelumnya pada persamaan. Bilangan
konjugat dibentuk dengan mengubah tanda semua bilangan j yang muncull pada suku
terkait.
Dari persamaan 33a diatas yaitu untuk mencari fungsi cos(x) , fungsi ini dapat kita
terapkan pada persamaan sebelumnya yaitu pada persamaan untuk mencari nilai
tegangan maka akan didapatkan sebuah persamaan baru yaitu :
V (z,t) = |VO| cos | ωt ± βz + ϕ | =
1
2
(|Vo | ejϕ
) e±jβz
e
jωt
+ k.k (pers. 34)
Dari persamaan 34 diatas bahwa apabila dilihat pada persamaan itu tersusun atas
besaran-besaran fase sehingga kita dapat mengidentifikasikan amplitudo kompleks dari
gelombang tegangan yaitu Vo = (|Vo | ejϕ
). Dimana terdapat sebuah symbol tunggal
(pada kasus ini yaitu Vo) akan dinotasikan sebagai symbol untuk amplitude dari
gelombang tegangan dan arus, namun sebelumnya harus dipahami bahwa amplitude ini
secara umum adalah sebuah besaran kompleks yaitu magnitude dan fasse.
Kemudian dari persamaan (34) diatas kita akan menurunkan dua definisi baru yaitu
untuk memperoleh tegangan kompleks sesaat dan tegangan fasor .
Berikut ini adalah tegangan kompleks sesaat yang dituliskan dalam persamaan :
Vc (z,t) = Vo e±jβz
ejωt
(pers. 35)
Setelah itu didapatkan pula tegangan fasor yang diperoleh dengan menanggalkan factor
ejωt
dari persamaan tegangan kompleks sesaat diatass yang akan menghasilkan :
Vs (z) = V0 e±jβz
Namun ada yang perlu diperhatikan bahwa tegangan fasor hanya dapat difenisikan di
dalam kondisi steady-state sinusoid yang artinya adalah bahwa Vo tidak bergantung
pada waktu. Namun kita sering berasumsi akan hal tersebut karena sebuah amplitude
yang berubah terhadap waktu mengimplikasikan adanya beberapa komponen frekuensi
di dalam sinyal. Pada kesempatan ini kita hanya membicarakan tentang gelombang
frekuensi tunggal disini. Pengejawantahan dari tegangan fasor adalah bahwa kita secara
efektif mengamsumsikan bahwa waktu sama sekali berhenti dan kita mengamati sebuah
gelombang yang diam atau dengan kata lain stasioner di dalam ruang pada titik waktu
yaitu t = 0. Dengan demikian proses menganalisis fase-fase relative sinyal diberbagai
titik pada saluran dan ddengan menggabungkan beberapa gelombang untuk membentuk
gelombang baru yang akan menjadi relative mudah apabila berbentuk fasor. Namun hal
ini dapat diterapkan bila semua sinyal yang terkait telah memiliki frekuensi yang sama.
Dengan demikian maka dari definisi yang ada pada (35) dan (36) maka tegangan riil
sesaat dapat diturunkan persamaannya dari persamaan (34) menjadi :
V (z,t) = |VO| cos | ωt ± βz + ϕ | = Re |Vc (z,t) | =
1
2
Vc + k.k (Pers. 37a)
Atau apabila menggunakan tegangan fasor :
V (z,t) = |VO| cos | ωt ± βz + ϕ | = Re [ Vs (z) ejωt
] =
1
2
Vs (z) ejωt
+ k.k (37b)
Dengan demikian maka akan diperoleh kembali gelombang tegangan sinusoid riil
dengan mengalikan tegangan fasor dengan factor ejωt
yang berarti dengan memasukkan
factor kebergantungan terhadap waktu.
11.6 PERSAMAAN-PERSAMAAN SALURAN TRANSMISI DAN SOLUSINYA
DALAM BENTUK FASOR.
Pada subbab sebelumnya terdapat beberapa persamaan yang telah diperoleh, maka dari
persamaan-persamaan yang telah diperoleh tersebut maka kita kita dapat
menerapkannya kedalam persamaan saluran transmisi, yang berawal dari persamaan
gelombang umum, dimana persamaan tersebut dituliskan kembali dalam bentuk
tegangan riil sesaat V (z,t) sebagai berikut :
Ə2
V / Əz2
= LC (Ə2
V / Ət2
) + (LG + RC) ƏV/ Ət + RGV (38)
Kemudian adalah menyulihkan V(z,t) dengan bentuk persamaan pada sisi paling kanan
persamaan 37b yaitu
1
2
Vs (z) ejωt
+ k.k , konjugat kompleks (k.k) akan membentuk
persamaan redundan terpisah. Kemudian operator Ə/ Ət akan sama dengan
mengalikannya dengan factor jω, setelah mengsubtitusikan operator Ə/ Ət kedalam
factor jω maka semua turunan terhadap waktu yang terjadi adalah factor ejω
akan
hilang. Kemudian akan didapatkan sebuah persamaan gelombang dengan suku-suku
berupa tegangan fasor.
Ə2
Vs /dz2
= -ω2
LC Vs + jω (LG + RC) Vs+ RG Vs (39)
Persamaan 39 diatass dapat disederhanakan lagi kedalam bentuk yaitu :
Ə2
Vs /dz2
= (R + jωL) (G + jωC) Vs = γ2
Vs (40)
↓ ↓
Z Y
Dari persamaan (40) diatas z, y diindikasikan pada persamaan ini secara berturut-turut
merepresentasikan impedansi seri netto dan admitansi shunt netto pada saluran transmisi
–kedua besaran diukur dalam basis persatuan jarak. Konstanta propagasi untuk saluran
ini didefinisikan sebagai :
γ = √(𝑅 + jωL)(G + jωC) = √𝑍𝑌 = α + jβ (41)
Namun interpertasi untuk suku-suku persamaan ini akan diberikan pada subbab
berikutnya yaitu pada subbab 11.7 nanti, jadi solusi untuk persamaan (40) adalah :
Vs(z)= V+
o e-γz
+ V-
o e+γz
(42a)
Ketika persamaan gelombang untuk tegangan didapatkan maka persamaan gelombang
untuk aruspun dapat didapatkan karena persamaannya memiliki bentuk yang identik
pada persaamaan (40)
Is(z) = I+
o e-γz
+ I-
o e+γz
(42b)
Setelah Diketahui hubungan antara tegangan dan arus kini kita dapat menuliskan
persamaan arus sinusoid , karena telah diindikasikan oleh kedua persamaan sang
telegrafis yaitu pada persamaan (5) dan (8) yaitu pada subbab 11.2 sebelumnya.
Ί (z,t) = |Io| cos (ωt +βz + ᶓ ) =
1
2
(|Io|eJᶓ
) e±jβz
ejωt
+ k.k =
1
2
Is(z) ejωt
+ k.k (43)
Kemudian menyulihkan sisi paling kanan dari persamaan (37b) dan (43) kedalam (5)
dan (8) akan mengubah persamaan (5 dan 8) akan menjadi :
Ə 𝑉
Ə𝑧
= - (RΊ + L
ƏΊ
Ə𝑡
) →
𝑑 𝑉𝑠
𝑑𝑧
= - (R + jωL) Is = -Z Is (44a)
Ə Ί
Ə𝑧
= - (GV + C
Ə𝑉
Ə𝑡
) →
𝑑 𝐼𝑠
𝑑𝑧
= - (G + jωC) Vs = -Y Vs (44b)
Kemudian menyulihkan persamaan (42a) dan (42b) kedalam salah satu dari persamaan
(44a) untuk mendapatkan :
-γ V+
o e-γz
+ γV-
o eγz
= -Z (I+
o e-γz
+ I-
o eγz
) (45)
Langkah berikutnya adalah menyamakan koefisien-koefisien dari suku-suku e –γz
dan
eγz
pada kedua sisi persamaan diataas, kemudian menurunkan persamaan umum untuk
impedansi karakteristik saluran transmisi :
Z0 = V+
o / I+
o = - V-
o / I-
o = Z/γ = Z/√𝑍𝑌 = √
𝑍
𝑌
(46)
Kemudian menyulihkan bentuk-bentuk Z dan Y yang telah diindikasikan pada (40)
kedalam persamaan tersebut. Maka akan didapatkan impedansi karakteristik sebagai
fungsi dari parameter-parameter saluran transmisi yaitu :
Z0 = √
𝑅+ jωL
𝐺+ jωC
= | Z0| ejθ
(47)
Setelah memperhatikan persamaan tegangan dan arus yang telah dituliskan pada
persamaan (37b) dan (43) secara berturut-turut maka kita akan mengetahui bahwa fase
dari impedansi karakteristik adalah θ = ϕ - ᶓ

More Related Content

What's hot

Modul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonModul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonbernadsihotang
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Nanda Reda
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copyMahammad Khadafi
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleks Bilangan kompleks
Bilangan kompleks UIN Arraniry
 
Laporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikLaporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikAzhar Affandi
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordNurochmah Nurdin
 
Persamaan gelombang
Persamaan gelombangPersamaan gelombang
Persamaan gelombang240297
 
Iterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelIterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelNur Fadzri
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docxSaya Kamu
 
Dimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensiDimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensiFransisca Vivin
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
gerbang logika dan transistor
gerbang logika dan transistor gerbang logika dan transistor
gerbang logika dan transistor staffpengajar
 
Teori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrik
Teori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrikTeori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrik
Teori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrikjayamartha
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2sinta novita
 
Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2
Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2
Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2Hanarsp
 
Kimia unsur golongan 1A & 2A
Kimia unsur golongan 1A & 2AKimia unsur golongan 1A & 2A
Kimia unsur golongan 1A & 2AJoko Nugroho
 
Power Point Materi Hidrolisis Garam
Power Point Materi Hidrolisis GaramPower Point Materi Hidrolisis Garam
Power Point Materi Hidrolisis Garamditanovia
 

What's hot (20)

Modul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-nortonModul 10-teorema-norton
Modul 10-teorema-norton
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleks Bilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
Laporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikLaporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrik
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
 
Persamaan gelombang
Persamaan gelombangPersamaan gelombang
Persamaan gelombang
 
Iterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelIterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidel
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
 
Dimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensiDimensi dan analisis dimensi
Dimensi dan analisis dimensi
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
gerbang logika dan transistor
gerbang logika dan transistor gerbang logika dan transistor
gerbang logika dan transistor
 
Teori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrik
Teori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrikTeori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrik
Teori Medan Elektromagnet (9 - 12) medan_potensial_potensiallistrik
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
 
Difraksi gelombang
Difraksi gelombangDifraksi gelombang
Difraksi gelombang
 
Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2
Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2
Materi Fisika Atom SMA XII Semester 2
 
Kimia unsur golongan 1A & 2A
Kimia unsur golongan 1A & 2AKimia unsur golongan 1A & 2A
Kimia unsur golongan 1A & 2A
 
Power Point Materi Hidrolisis Garam
Power Point Materi Hidrolisis GaramPower Point Materi Hidrolisis Garam
Power Point Materi Hidrolisis Garam
 

Similar to Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid

Similar to Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid (20)

Mekanika (fungsi hamilton)
Mekanika (fungsi hamilton)Mekanika (fungsi hamilton)
Mekanika (fungsi hamilton)
 
1. Pendahuluan RL.pptx
1. Pendahuluan RL.pptx1. Pendahuluan RL.pptx
1. Pendahuluan RL.pptx
 
Ii Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik FasorIi Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik Fasor
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogen
 
Matlab 8
Matlab 8Matlab 8
Matlab 8
 
Arus bolakbalik
Arus bolakbalikArus bolakbalik
Arus bolakbalik
 
UMPTN Fisika 2002 regional III Kode 721
UMPTN Fisika 2002 regional  III Kode 721UMPTN Fisika 2002 regional  III Kode 721
UMPTN Fisika 2002 regional III Kode 721
 
Gelombang
GelombangGelombang
Gelombang
 
Standing Waves
Standing WavesStanding Waves
Standing Waves
 
02 listrik statis 2
02 listrik statis 202 listrik statis 2
02 listrik statis 2
 
Tegangan
TeganganTegangan
Tegangan
 
Model matematika suspensi motor
Model matematika suspensi motorModel matematika suspensi motor
Model matematika suspensi motor
 
Pemisahan variabel
Pemisahan variabelPemisahan variabel
Pemisahan variabel
 
Solusi prov-2009
Solusi prov-2009Solusi prov-2009
Solusi prov-2009
 
1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger
 
UMPTN Fisika 1997 Rayon B Kode 58
UMPTN Fisika 1997 Rayon B Kode 58UMPTN Fisika 1997 Rayon B Kode 58
UMPTN Fisika 1997 Rayon B Kode 58
 
Arus bolakbalik
Arus bolakbalikArus bolakbalik
Arus bolakbalik
 
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
 
Gelombang Berjalan
Gelombang BerjalanGelombang Berjalan
Gelombang Berjalan
 

More from Risdawati Hutabarat

Impedansi Antena Oleh Risdawati Hutabarat
Impedansi Antena Oleh  Risdawati HutabaratImpedansi Antena Oleh  Risdawati Hutabarat
Impedansi Antena Oleh Risdawati HutabaratRisdawati Hutabarat
 
Designed Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using Webcam
Designed Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using WebcamDesigned Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using Webcam
Designed Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using WebcamRisdawati Hutabarat
 
Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560
Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560
Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560Risdawati Hutabarat
 
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)Risdawati Hutabarat
 
Enkapsulasi dalam Komunikasi Data
Enkapsulasi dalam Komunikasi DataEnkapsulasi dalam Komunikasi Data
Enkapsulasi dalam Komunikasi DataRisdawati Hutabarat
 
Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...
Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...
Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...Risdawati Hutabarat
 
Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)
Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)
Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)Risdawati Hutabarat
 
3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)
3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)
3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)Risdawati Hutabarat
 
MAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT DENGAN BEBAN RESISTIF
MAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT  DENGAN BEBAN RESISTIFMAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT  DENGAN BEBAN RESISTIF
MAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT DENGAN BEBAN RESISTIFRisdawati Hutabarat
 
Macam-macam tipe Earth Tester dan Spesifikasinya
 Macam-macam tipe Earth Tester dan Spesifikasinya Macam-macam tipe Earth Tester dan Spesifikasinya
Macam-macam tipe Earth Tester dan SpesifikasinyaRisdawati Hutabarat
 
PKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan Kepribadian
PKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan KepribadianPKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan Kepribadian
PKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan KepribadianRisdawati Hutabarat
 

More from Risdawati Hutabarat (20)

Impedansi Antena Oleh Risdawati Hutabarat
Impedansi Antena Oleh  Risdawati HutabaratImpedansi Antena Oleh  Risdawati Hutabarat
Impedansi Antena Oleh Risdawati Hutabarat
 
Designed Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using Webcam
Designed Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using WebcamDesigned Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using Webcam
Designed Sorting Conveyor with Recognition Shape Pattern and Colour Using Webcam
 
Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560
Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560
Prototype Jemuran Otomatis Berbasis Arduino Mega 2560
 
Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2
 
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
 
Enkapsulasi dalam Komunikasi Data
Enkapsulasi dalam Komunikasi DataEnkapsulasi dalam Komunikasi Data
Enkapsulasi dalam Komunikasi Data
 
Propagasi Gelombang Langit
 Propagasi Gelombang Langit Propagasi Gelombang Langit
Propagasi Gelombang Langit
 
Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...
Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...
Soal dan Penyelesaian Bab 16 Efek Frekuensi (Electronics Principles Seventh E...
 
Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)
Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)
Tugas teknik optimasi (Employee Scheduling)
 
3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)
3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)
3 Jenis Model (pemodelan dan simulasi)
 
Makalah Kutub Empat
Makalah Kutub Empat Makalah Kutub Empat
Makalah Kutub Empat
 
MAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT DENGAN BEBAN RESISTIF
MAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT  DENGAN BEBAN RESISTIFMAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT  DENGAN BEBAN RESISTIF
MAKALAH APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT DENGAN BEBAN RESISTIF
 
Makalah Motor DC
Makalah Motor DCMakalah Motor DC
Makalah Motor DC
 
Paper Generator AC
Paper Generator ACPaper Generator AC
Paper Generator AC
 
Macam-macam tipe Earth Tester dan Spesifikasinya
 Macam-macam tipe Earth Tester dan Spesifikasinya Macam-macam tipe Earth Tester dan Spesifikasinya
Macam-macam tipe Earth Tester dan Spesifikasinya
 
Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter
 
PKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan Kepribadian
PKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan KepribadianPKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan Kepribadian
PKn sebagai MPK Matakuliah Pengembangan Kepribadian
 
Pkn sebagai mpk
Pkn sebagai mpkPkn sebagai mpk
Pkn sebagai mpk
 
Jembatan Wheatstone
Jembatan WheatstoneJembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone
 
Resonansi Bunyi
Resonansi BunyiResonansi Bunyi
Resonansi Bunyi
 

Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid

  • 1. Nama : Risdawati Hutabarat NPM : 1215031064 11.5 ANALISIS KOMPLEKS GELOMBANG SINUSOID Fungsi kosinus selalu dipilih untuk mempresentasikan sinusoid secara umum. Berikut ini adalah analisis kompleks mengenai gelombang sinusoid. Sebelum kitamulai menaganalisis kompleks gelombang sinusoid, hal pertama yang dilakukan adalah menyatakan gelombang-gelombang yaitu sinusoid kedalam bentuk fungsi-fungsi komplek. Dengan begitu prosess menganalisis dapat dilakukan dengan mudah dan akan mendapatkan gambararan mengenaifase yang terakumulassi pada sinyal-sinyal yang terjadi melalui berbagai mekanisme. Dalam proses menganalisis ini biasanya akan terjadi permasalahan dimana dua gelomban sinusoid atau lebih harus digabungkan agar membentuk sebuah gelombang resultan. Nah untuk memudahkan menyelesaikan masalah ini adalah dengan analisis kompleks Apabila kita ingin menyatakan fungsi-fungsi sinusoid kedalam bentuk kompleks maka akan tidak jauh dengan yang namanya identitas Euler. Dimana dapat dinyakan pada persamaan berikut e±jx = cos (x) ± j sin (x) (pers. 32) Dari persamaan Euler diatas, maka kita dapat menentukan berapa nilai dari fungsi kosinus dan fungsi sinus secara berturut-turut, sebagai bagian riil dan bagian imajiner dari bilangan eksponen kompleks euler. Berikut ini adalah persamaan untuk medapatkan nilai dari fungsi kosinus dan fungsi sinus yaitu : Cos(x) = Re | e±jx | = 1 2 (ejx + e-jx ) = 1 2 ejx + k.k. (pers. 33a) Sin (x) = ±Im | e±jx | = 1 2 𝑗 (ejx - e-jx ) = 1 2 𝑗 ejx + k.k. (pers. 33b) Dari persamaan diatass diketahui bahwa j = √−1 dan k.k adalah singkatan dari konjugasi kompleks dari suku yang muncul sebelumnya pada persamaan. Bilangan konjugat dibentuk dengan mengubah tanda semua bilangan j yang muncull pada suku terkait. Dari persamaan 33a diatas yaitu untuk mencari fungsi cos(x) , fungsi ini dapat kita terapkan pada persamaan sebelumnya yaitu pada persamaan untuk mencari nilai tegangan maka akan didapatkan sebuah persamaan baru yaitu : V (z,t) = |VO| cos | ωt ± βz + ϕ | = 1 2 (|Vo | ejϕ ) e±jβz e jωt + k.k (pers. 34)
  • 2. Dari persamaan 34 diatas bahwa apabila dilihat pada persamaan itu tersusun atas besaran-besaran fase sehingga kita dapat mengidentifikasikan amplitudo kompleks dari gelombang tegangan yaitu Vo = (|Vo | ejϕ ). Dimana terdapat sebuah symbol tunggal (pada kasus ini yaitu Vo) akan dinotasikan sebagai symbol untuk amplitude dari gelombang tegangan dan arus, namun sebelumnya harus dipahami bahwa amplitude ini secara umum adalah sebuah besaran kompleks yaitu magnitude dan fasse. Kemudian dari persamaan (34) diatas kita akan menurunkan dua definisi baru yaitu untuk memperoleh tegangan kompleks sesaat dan tegangan fasor . Berikut ini adalah tegangan kompleks sesaat yang dituliskan dalam persamaan : Vc (z,t) = Vo e±jβz ejωt (pers. 35) Setelah itu didapatkan pula tegangan fasor yang diperoleh dengan menanggalkan factor ejωt dari persamaan tegangan kompleks sesaat diatass yang akan menghasilkan : Vs (z) = V0 e±jβz Namun ada yang perlu diperhatikan bahwa tegangan fasor hanya dapat difenisikan di dalam kondisi steady-state sinusoid yang artinya adalah bahwa Vo tidak bergantung pada waktu. Namun kita sering berasumsi akan hal tersebut karena sebuah amplitude yang berubah terhadap waktu mengimplikasikan adanya beberapa komponen frekuensi di dalam sinyal. Pada kesempatan ini kita hanya membicarakan tentang gelombang frekuensi tunggal disini. Pengejawantahan dari tegangan fasor adalah bahwa kita secara efektif mengamsumsikan bahwa waktu sama sekali berhenti dan kita mengamati sebuah gelombang yang diam atau dengan kata lain stasioner di dalam ruang pada titik waktu yaitu t = 0. Dengan demikian proses menganalisis fase-fase relative sinyal diberbagai titik pada saluran dan ddengan menggabungkan beberapa gelombang untuk membentuk gelombang baru yang akan menjadi relative mudah apabila berbentuk fasor. Namun hal ini dapat diterapkan bila semua sinyal yang terkait telah memiliki frekuensi yang sama. Dengan demikian maka dari definisi yang ada pada (35) dan (36) maka tegangan riil sesaat dapat diturunkan persamaannya dari persamaan (34) menjadi : V (z,t) = |VO| cos | ωt ± βz + ϕ | = Re |Vc (z,t) | = 1 2 Vc + k.k (Pers. 37a) Atau apabila menggunakan tegangan fasor : V (z,t) = |VO| cos | ωt ± βz + ϕ | = Re [ Vs (z) ejωt ] = 1 2 Vs (z) ejωt + k.k (37b) Dengan demikian maka akan diperoleh kembali gelombang tegangan sinusoid riil dengan mengalikan tegangan fasor dengan factor ejωt yang berarti dengan memasukkan factor kebergantungan terhadap waktu.
  • 3. 11.6 PERSAMAAN-PERSAMAAN SALURAN TRANSMISI DAN SOLUSINYA DALAM BENTUK FASOR. Pada subbab sebelumnya terdapat beberapa persamaan yang telah diperoleh, maka dari persamaan-persamaan yang telah diperoleh tersebut maka kita kita dapat menerapkannya kedalam persamaan saluran transmisi, yang berawal dari persamaan gelombang umum, dimana persamaan tersebut dituliskan kembali dalam bentuk tegangan riil sesaat V (z,t) sebagai berikut : Ə2 V / Əz2 = LC (Ə2 V / Ət2 ) + (LG + RC) ƏV/ Ət + RGV (38) Kemudian adalah menyulihkan V(z,t) dengan bentuk persamaan pada sisi paling kanan persamaan 37b yaitu 1 2 Vs (z) ejωt + k.k , konjugat kompleks (k.k) akan membentuk persamaan redundan terpisah. Kemudian operator Ə/ Ət akan sama dengan mengalikannya dengan factor jω, setelah mengsubtitusikan operator Ə/ Ət kedalam factor jω maka semua turunan terhadap waktu yang terjadi adalah factor ejω akan hilang. Kemudian akan didapatkan sebuah persamaan gelombang dengan suku-suku berupa tegangan fasor. Ə2 Vs /dz2 = -ω2 LC Vs + jω (LG + RC) Vs+ RG Vs (39) Persamaan 39 diatass dapat disederhanakan lagi kedalam bentuk yaitu : Ə2 Vs /dz2 = (R + jωL) (G + jωC) Vs = γ2 Vs (40) ↓ ↓ Z Y Dari persamaan (40) diatas z, y diindikasikan pada persamaan ini secara berturut-turut merepresentasikan impedansi seri netto dan admitansi shunt netto pada saluran transmisi –kedua besaran diukur dalam basis persatuan jarak. Konstanta propagasi untuk saluran ini didefinisikan sebagai : γ = √(𝑅 + jωL)(G + jωC) = √𝑍𝑌 = α + jβ (41) Namun interpertasi untuk suku-suku persamaan ini akan diberikan pada subbab berikutnya yaitu pada subbab 11.7 nanti, jadi solusi untuk persamaan (40) adalah : Vs(z)= V+ o e-γz + V- o e+γz (42a) Ketika persamaan gelombang untuk tegangan didapatkan maka persamaan gelombang untuk aruspun dapat didapatkan karena persamaannya memiliki bentuk yang identik pada persaamaan (40) Is(z) = I+ o e-γz + I- o e+γz (42b)
  • 4. Setelah Diketahui hubungan antara tegangan dan arus kini kita dapat menuliskan persamaan arus sinusoid , karena telah diindikasikan oleh kedua persamaan sang telegrafis yaitu pada persamaan (5) dan (8) yaitu pada subbab 11.2 sebelumnya. Ί (z,t) = |Io| cos (ωt +βz + ᶓ ) = 1 2 (|Io|eJᶓ ) e±jβz ejωt + k.k = 1 2 Is(z) ejωt + k.k (43) Kemudian menyulihkan sisi paling kanan dari persamaan (37b) dan (43) kedalam (5) dan (8) akan mengubah persamaan (5 dan 8) akan menjadi : Ə 𝑉 Ə𝑧 = - (RΊ + L ƏΊ Ə𝑡 ) → 𝑑 𝑉𝑠 𝑑𝑧 = - (R + jωL) Is = -Z Is (44a) Ə Ί Ə𝑧 = - (GV + C Ə𝑉 Ə𝑡 ) → 𝑑 𝐼𝑠 𝑑𝑧 = - (G + jωC) Vs = -Y Vs (44b) Kemudian menyulihkan persamaan (42a) dan (42b) kedalam salah satu dari persamaan (44a) untuk mendapatkan : -γ V+ o e-γz + γV- o eγz = -Z (I+ o e-γz + I- o eγz ) (45) Langkah berikutnya adalah menyamakan koefisien-koefisien dari suku-suku e –γz dan eγz pada kedua sisi persamaan diataas, kemudian menurunkan persamaan umum untuk impedansi karakteristik saluran transmisi : Z0 = V+ o / I+ o = - V- o / I- o = Z/γ = Z/√𝑍𝑌 = √ 𝑍 𝑌 (46) Kemudian menyulihkan bentuk-bentuk Z dan Y yang telah diindikasikan pada (40) kedalam persamaan tersebut. Maka akan didapatkan impedansi karakteristik sebagai fungsi dari parameter-parameter saluran transmisi yaitu : Z0 = √ 𝑅+ jωL 𝐺+ jωC = | Z0| ejθ (47) Setelah memperhatikan persamaan tegangan dan arus yang telah dituliskan pada persamaan (37b) dan (43) secara berturut-turut maka kita akan mengetahui bahwa fase dari impedansi karakteristik adalah θ = ϕ - ᶓ