SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Latar Belakang
Semakin canggih teknologi semakin terbuka pula peluang melakukan tindak kejahatan tidak
terkecuali di dunia perbankan. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapatnya perubahan
(pergeseran) wajah pelaku kejahatan di Indonesia, yang disebabkan oleh perkembangan
pembangunan nasional kita. Pergeseran dimaksud adalah tentang kejahatan yang dilakukan
oleh korporasi. Pelaku kejahatan di sini bukanlah manusia, tetapi merupakan suatu kesatuan
yang disamakan dengan manusia seperti berbagai kejahatan perbankan menyangkut
cybercrime salah satunya adalah pencurian data kartu kredit (fraud). Motif kejahatan ini
dinilai karena adanya faktor pekerjaan dan adanya peluang atau kesempatan untuk
memperdayai korban hingga bersedia memberikan kartu kredit miliknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang
Tindak Pidana Kejahatan Siber Dalam Bidang Perbankan.
UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan
Pasal 47 ayat 2
”Anggota dewan komisaris, direksi,
pegawai bank atau pihak yang terafiliasi
lainnya yang dengan sengaja
memberikan keterangan yang wajib
dirahasiakan menurut pasal 40, diancam
dengan pidana sekurang-kurangnya 2
tahun dan paling lama 4 tahun serta
denda sekurang-kurangnya 4 milyara
dan paling banyak 8 milyar
Das Solen Das Sein
Gugatan Penggugat pada kasus
pencurian data nasabah yang
terjadi pada Bank Permata Tbk
yang mengakibatkan kerugian
penggugat di tolak oleh hakim
seluruhnya karena dinyatakan
Error in Persona
Putusan No.
92/Pdt.G/2015/PN/Jkt. Sel.
Kesenjangan
Fungsi pengawasan pada bank tidak berjalan sebagaimana mestinya serta tidak
adanya penerapan prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh perbankan dan
tidak terdapatnya aturan yang spesifik mengenai perlindungan konsumen
perbankan dan juga pertanggung jawaban perbankan dalam hal terdapat tindak
pidana yang terjadi akibat adanya perbuatan melanggar hukum oleh karyawan
dan/atau pimpinan suatu perbankan
1. Bagaimana definisi kejahatan perbankan?
2. Bagaimana upaya pencegahan tindak pidana siber dalam bidang
perbankan?
3. Bagaimana pertanggung jawaban pidana bagi pelaku tindak pidana
pencurian data Perbankan?
Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Definisi Kejahatan Perbankan
Kejahatan di bidang perbankan adalah kejahatan apapun yang menyangkut perbankan,
misalnya seseorang merampok bank adalah kejahatan di bidang perbankan, begitu pula
pengalihan rekening secara tidak sah adalah kejahatan di bidang perbankan. Sedangkan
kejahatan perbankan adalah bentuk perbuatan yang telah diciptakan oleh undang-undang
perbankan yang merupakan larangan dan keharusan, misalnya larangan mendirikan bank gelap
dan pembocoran rahasia bank dan juga penerapan prinsip kehati-hatian pada bank.
Tindak pidana perbankan mengandung pengertian tindak pidana itu semata-mata dilakukan
oleh bank atau orang bank, sedangkan tindak pidana di bidang perbankan tampaknya lebih
netral dan lebih luas karena dapat mencakup tindak pidana yang dilakukan oleh orang di luar
dan di dalam bank
PEMBAHASAN
Beberapa perbuatan pidana yang bisa dikategorikan sebagai kejahatan perbankan
dan telah diatur dalam perundang-undangan ialah seperti berikut:
1. Dalam KUHP Buku II Bab X tentang Pemalsuan Mata Uang dan Uang
Kertas, yaitu Pasal 244, 245, 246, 249, dan 250.
2. Dalam UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No 10 Tahun 1998:
a. Tindak pidana berkaitan dengan perizinan (Pasal 46)
b. Tindak pidana berkaitan dengan rahasia bank (Pasal 47 dan 47a)
c. Tindak pidana berkaitan dengan pengawasan bank (Pasal 48)
d. Tindak pidana berkaitan dengan kegiatan usaha bank (Pasal 49)
e. Tindak pidana berkaitan dengan pihak terafiliasi (Pasal 50)
f. Tindak pidana berkaitan dengan pemegang saham (Pasal 50a)
3. Tindak pidana yang diatur dalam UU Tentang Bank Sentral
PEMBAHASAN
Pengaturan tindak pidana cyber diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”). Sama halnya
seperti Convention on Cybercrimes, UU ITE juga tidak memberikan definisi
mengenai cybercrimes, tetapi membaginya menjadi beberapa pengelompokkan
yang mengacu pada Convention on Cybercrimes:
1. Tindak pidana yang berhubungan dengan aktivitas illegal, yaitu:
a.Distribusi atau penyebaran transmisi, dapat diakses konten illegal, yaitu:
1) Kesusilaan (Pasal 27 ayat [1] UU ITE)
2) Perjudian (Pasal 27 ayat [2] UU ITE)
3) Penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat [3] UU ITE)
4) Pemerasan atau pengancaman (Pasal 27 ayat [4] UU ITE)
PEMBAHASAN
4) Berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen (Pasal 28 ayat [1] UU
ITE)
5) Menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA (Pasal 28 ayat [2] UU ITE);
6) Mengirimkan informasi yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang
ditujukan secara pribadi (Pasal 29 UU ITE)
b. Dengan cara apapun melakukan akses illegal (Pasal 30 UU ITE)
c. Intersepsi illegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem
elektronik (Pasal 31 UU ITE)
2. Tindak pidana yang berhubungan dengan gangguan (interferensi), yaitu:
a. Gangguan terhadap Informasi atau Dokumen Elektronik (data interference - Pasal
32 UU ITE)
b. Gangguan terhadap Sistem Elektronik (system interference – Pasal 33 UU ITE)
PEMBAHASAN
3. Tindak pidana memfasilitas perbuatan yang dilarang (Pasal 34 UU ITE)
4. Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik (Pasal 35 UU ITE)
5. Tindak pidana tambahan (accesoir Pasal 36 UU ITE)
6. Perberatan – perberatan terhadap ancaman pidana (Pasal 52 UU ITE)
Dapat diketahui selain mengatur tindak pidana cyber materil, UU ITE mengatur tindak
pidana cyber formil, khususnya dalam bidang penyidikan. Pasal 42 UU ITE mengatur
bahwa penyidikan terhadap tindak pidana dalam UU ITE dilakukan berdasarkan ketentuan
dalam UndangUndang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) dan
ketentuan dalam UU ITE. Artinya, ketentuan penyidikan dalam KUHAP tetap berlaku
sepanjang tidak diatur lain dalam UU ITE.
PEMBAHASAN
B. Upaya Pencegahan Tindak Pidana Siber dalam Bidang Perbankan
Adapun terdapat beberapa kendala dalam penanganan tindak pidana perbankan,
yaitu:
1. Belum adanya kesamaan pandang tentang penggunaan dokumen fotokopi
sebagai barang bukti dan dalam menetapkan undang-undang atau ketentuan
yang dilanggar dalam tindak pidana bank
2. Tingkat pemahaman para penegak hukum terhadap kegiatan/operasional
perbankan yang berbeda-beda dan belum merata serta lemahnya
koordinasi dalam penanganan kasus perbankan;
3. Belum efektifnya tindak lanjut penanganan kasus yang telah diserahkan
oleh Bank Indonesia kepada penyidik;
4. Terdapat beberapa kasus yang sulit diungkapkan modus operandinya yang
antara lain disebabkan oleh pesatnya kemajuan atau perkembangan
teknologi informasi.
PEMBAHASAN
Pencegahan dan penanggulangan tindak pidana dalam kerangka kebijakan
kriminal dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu penal (penal policy) dan non
penal (non penal policy).
1. Penal Policiy lebih ditekankan pada upaya represif dari penegak hukum
yang didahului dengan ketersediaan undang-undangnya. Penal policy
menjadi tugas polisi, jaksa, hakim, dan tentunya Bank Indonesia dalam hal
pelanggaran administrasi.
2. Non Penal Policy menjadi tugas dari aparat penegak hukum, bank
Indonesia, bank pemerintah maupun swasta dan masyarakat.
3. Meningkatkan fungsi pengawasan internal dengan mendirikan divisi yang
secara berkala melakukan kagiatan monitoring dengan menerapkan prinsip
360” sehinga dapat meminimalis upaya kejahatan yang dilakukan oleh
karyawan bank yang melalui jabatannya
PEMBAHASAN
Secara spesifik, menyebutkan bahwa dalam rangka penegakan hukum dan pencegahan kejahatan perbankan, maka
langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
1. Perlunya peningkatan kemampuan penyidik dalam bidang akunting dan
keuangan;
2. Sistem pengawasan dari pihak bank yang efektif dan ini bisa dilakukan
kalau rekruitmen pegawai lebih menekankan kepada mental idiologi;
3. Perlunya kewenangan penyidik dalam rangka menjalankan tugasnya, bukan
hanya sekadar menyangkut rahasia bank;
4. Perlunya pembaharuan perundangundangan dalam bidang ekonomi, in casu undang-undang perbankan
PEMBAHASAN
C. Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian Data Nasabah Perbankan
Pertanggungjawaban pidana adalah tanggung jawab seseorang secara pidana atas perbuatan yang melawan atau
melanggar hukum, di mana dalam ketentuan hukum tersebut memuat sanksi pidana. Pemberian hukuman sangat erat
kaitanya dengan pertanggungjawaban pidana di mana orang yang dihukum harus mampu mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana harus sesuai dengan asas hukum pidana tentang pertanggungjawaban
pidana yang berbunyi tidak di pidana jika tidak ada kesalahan (geen straf zonder schuld actus non facit reum nisi
mens sist rea)
PEMBAHASAN
Tindakan penyelidikan merupakan awal pemerikasaan perkara sebelum dilaksanakan penyidikan tindak pidana.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan untuk mencari dan menemukan sebuah peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penyelidikan dilaksanakan untuk mencari
serta menemukan suatu peristiwa, apakah merupakan perbuatan pidana atau bukan, apabila merupakan perbuatan
pidana dilanjutkan dengan tindakan penyidikan
PEMBAHASAN
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya.90 Dengan demikian penyidikan merupakan tindakan dari penyidik yang
bertujuan untuk menemukan kebenaran materil sehingga perkara pidana tersebut menjadi jelas. Apabila penyidikan
telah selesai, maka penyidik wajib menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
PEMBAHASAN
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.
Berdasarkan Pasal 183 KUHAP, Indonesia menganut sistem negatif wettelijk, di mana tiada seorang juga dapat
dihadapkan di depan pengadilan selain daripada yang ditentukan baginya oleh undang-undang, dan tiada seorang
juga dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang,
mendapat keyakinan, bahwa seorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang
dituduhkan atas dirinya
Kesimpulan
Kejahatan perbankan merupakan ancaman serius terhadap tingkat kesehatan bank dan sekaligus tingkat
kepercayaan masyarakat, oleh karena itu upaya untuk mencegah dan menanggulanginya perlu dilakukan secara dini.
Kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan perbankan perlu dilakukan, mengingat karakteristik yang
khas pada kegiatan perbankan.
Pencegahan dan penanggulangan kejahatan perbankan tak dapat diserahkan hanya kepada salah satu pihak
saja dalam penegakan hukum, sehingga bukan hanya penyebab kausatif atau simptomatik yang terselesaikan, akan
tetapi penyebab yang bersifat komprehensif dan dapat di atasi secara bersama-sama. Pemerintah dalam hal ini aparat
hukum yang berwenang harus dapat memberi tindakan yang tegas dan hukuman yang berat serta kewajiban bagi
pelaku untuk mengganti semua kerugian yang dialami bank maupun nasabah bank yang bersangkutan dengan
demikian bagi pelaku yang terbukti bersalah melakukan pembobolan bank akan menyadari kesalahannya dan akan
berdampak bagi pihak-pihak lain untuk tidak akan melakukan kejahatan serupa.
Saran
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini maka saran atau rekomendasi yang dapat penulis berikan yaitu agar aparat
yang berwenang menambah wawasannya di bidang IT, agar dapat menangkap pelaku cybercrime di sektor
perbankan. Selain itu pemerintah diharapkan dapat memberikan tindakan tegas pelaku cybercrime dan hukuman
yang berat serta kewajiban mengganti kerugian yang dialami oleh para korban.
PPT Cybercrime - Revisi.pptx

More Related Content

Similar to PPT Cybercrime - Revisi.pptx

Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...Teuku Alvin Putra Rezalino
 
6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...
6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...
6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...angelaregife
 
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalSituasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalDamar Juniarto
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...
Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...
Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...risnadica
 
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...SMPScienceMutiaraIns
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosAndy Susanto
 
Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005gaga sihab
 
Budapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWare
Budapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWareBudapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWare
Budapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWareRahmat Inggi
 
Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...
Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...
Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...AS_Ramadhandy
 
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalahTm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalahWennaSustiany
 
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...Muhammad Rafi Kambara
 

Similar to PPT Cybercrime - Revisi.pptx (20)

Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
 
Uu 25 2003 Pjls
Uu 25 2003 PjlsUu 25 2003 Pjls
Uu 25 2003 Pjls
 
PPT Kelompok 13.pdf
PPT Kelompok 13.pdfPPT Kelompok 13.pdf
PPT Kelompok 13.pdf
 
6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...
6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...
6, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, tindak pid...
 
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalSituasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
 
Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...
Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...
Hbl 6, risna dwi cahyani, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, universita...
 
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
 
Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005
 
Cyber Law
Cyber LawCyber Law
Cyber Law
 
Cyber Law
Cyber LawCyber Law
Cyber Law
 
Budapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWare
Budapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWareBudapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWare
Budapest Convention on Cybercrime and Digital Geneva Convention on CyberWare
 
Pidana peencurian
Pidana peencurianPidana peencurian
Pidana peencurian
 
Cyberlaw 2
Cyberlaw 2Cyberlaw 2
Cyberlaw 2
 
Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...
Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...
Hbl,ahmad syauqi ramadhandy, hapzi ali, pencucian uang, universitas mercu bua...
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalahTm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
 
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
 

Recently uploaded

BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 

Recently uploaded (12)

BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 

PPT Cybercrime - Revisi.pptx

  • 1. Latar Belakang Semakin canggih teknologi semakin terbuka pula peluang melakukan tindak kejahatan tidak terkecuali di dunia perbankan. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapatnya perubahan (pergeseran) wajah pelaku kejahatan di Indonesia, yang disebabkan oleh perkembangan pembangunan nasional kita. Pergeseran dimaksud adalah tentang kejahatan yang dilakukan oleh korporasi. Pelaku kejahatan di sini bukanlah manusia, tetapi merupakan suatu kesatuan yang disamakan dengan manusia seperti berbagai kejahatan perbankan menyangkut cybercrime salah satunya adalah pencurian data kartu kredit (fraud). Motif kejahatan ini dinilai karena adanya faktor pekerjaan dan adanya peluang atau kesempatan untuk memperdayai korban hingga bersedia memberikan kartu kredit miliknya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang Tindak Pidana Kejahatan Siber Dalam Bidang Perbankan.
  • 2. UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 47 ayat 2 ”Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak yang terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut pasal 40, diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 4 tahun serta denda sekurang-kurangnya 4 milyara dan paling banyak 8 milyar Das Solen Das Sein Gugatan Penggugat pada kasus pencurian data nasabah yang terjadi pada Bank Permata Tbk yang mengakibatkan kerugian penggugat di tolak oleh hakim seluruhnya karena dinyatakan Error in Persona Putusan No. 92/Pdt.G/2015/PN/Jkt. Sel.
  • 3. Kesenjangan Fungsi pengawasan pada bank tidak berjalan sebagaimana mestinya serta tidak adanya penerapan prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh perbankan dan tidak terdapatnya aturan yang spesifik mengenai perlindungan konsumen perbankan dan juga pertanggung jawaban perbankan dalam hal terdapat tindak pidana yang terjadi akibat adanya perbuatan melanggar hukum oleh karyawan dan/atau pimpinan suatu perbankan
  • 4. 1. Bagaimana definisi kejahatan perbankan? 2. Bagaimana upaya pencegahan tindak pidana siber dalam bidang perbankan? 3. Bagaimana pertanggung jawaban pidana bagi pelaku tindak pidana pencurian data Perbankan? Rumusan Masalah
  • 5. PEMBAHASAN A. Definisi Kejahatan Perbankan Kejahatan di bidang perbankan adalah kejahatan apapun yang menyangkut perbankan, misalnya seseorang merampok bank adalah kejahatan di bidang perbankan, begitu pula pengalihan rekening secara tidak sah adalah kejahatan di bidang perbankan. Sedangkan kejahatan perbankan adalah bentuk perbuatan yang telah diciptakan oleh undang-undang perbankan yang merupakan larangan dan keharusan, misalnya larangan mendirikan bank gelap dan pembocoran rahasia bank dan juga penerapan prinsip kehati-hatian pada bank. Tindak pidana perbankan mengandung pengertian tindak pidana itu semata-mata dilakukan oleh bank atau orang bank, sedangkan tindak pidana di bidang perbankan tampaknya lebih netral dan lebih luas karena dapat mencakup tindak pidana yang dilakukan oleh orang di luar dan di dalam bank
  • 6. PEMBAHASAN Beberapa perbuatan pidana yang bisa dikategorikan sebagai kejahatan perbankan dan telah diatur dalam perundang-undangan ialah seperti berikut: 1. Dalam KUHP Buku II Bab X tentang Pemalsuan Mata Uang dan Uang Kertas, yaitu Pasal 244, 245, 246, 249, dan 250. 2. Dalam UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No 10 Tahun 1998: a. Tindak pidana berkaitan dengan perizinan (Pasal 46) b. Tindak pidana berkaitan dengan rahasia bank (Pasal 47 dan 47a) c. Tindak pidana berkaitan dengan pengawasan bank (Pasal 48) d. Tindak pidana berkaitan dengan kegiatan usaha bank (Pasal 49) e. Tindak pidana berkaitan dengan pihak terafiliasi (Pasal 50) f. Tindak pidana berkaitan dengan pemegang saham (Pasal 50a) 3. Tindak pidana yang diatur dalam UU Tentang Bank Sentral
  • 7. PEMBAHASAN Pengaturan tindak pidana cyber diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”). Sama halnya seperti Convention on Cybercrimes, UU ITE juga tidak memberikan definisi mengenai cybercrimes, tetapi membaginya menjadi beberapa pengelompokkan yang mengacu pada Convention on Cybercrimes: 1. Tindak pidana yang berhubungan dengan aktivitas illegal, yaitu: a.Distribusi atau penyebaran transmisi, dapat diakses konten illegal, yaitu: 1) Kesusilaan (Pasal 27 ayat [1] UU ITE) 2) Perjudian (Pasal 27 ayat [2] UU ITE) 3) Penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat [3] UU ITE) 4) Pemerasan atau pengancaman (Pasal 27 ayat [4] UU ITE)
  • 8. PEMBAHASAN 4) Berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen (Pasal 28 ayat [1] UU ITE) 5) Menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA (Pasal 28 ayat [2] UU ITE); 6) Mengirimkan informasi yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi (Pasal 29 UU ITE) b. Dengan cara apapun melakukan akses illegal (Pasal 30 UU ITE) c. Intersepsi illegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik (Pasal 31 UU ITE) 2. Tindak pidana yang berhubungan dengan gangguan (interferensi), yaitu: a. Gangguan terhadap Informasi atau Dokumen Elektronik (data interference - Pasal 32 UU ITE) b. Gangguan terhadap Sistem Elektronik (system interference – Pasal 33 UU ITE)
  • 9. PEMBAHASAN 3. Tindak pidana memfasilitas perbuatan yang dilarang (Pasal 34 UU ITE) 4. Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik (Pasal 35 UU ITE) 5. Tindak pidana tambahan (accesoir Pasal 36 UU ITE) 6. Perberatan – perberatan terhadap ancaman pidana (Pasal 52 UU ITE) Dapat diketahui selain mengatur tindak pidana cyber materil, UU ITE mengatur tindak pidana cyber formil, khususnya dalam bidang penyidikan. Pasal 42 UU ITE mengatur bahwa penyidikan terhadap tindak pidana dalam UU ITE dilakukan berdasarkan ketentuan dalam UndangUndang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) dan ketentuan dalam UU ITE. Artinya, ketentuan penyidikan dalam KUHAP tetap berlaku sepanjang tidak diatur lain dalam UU ITE.
  • 10. PEMBAHASAN B. Upaya Pencegahan Tindak Pidana Siber dalam Bidang Perbankan Adapun terdapat beberapa kendala dalam penanganan tindak pidana perbankan, yaitu: 1. Belum adanya kesamaan pandang tentang penggunaan dokumen fotokopi sebagai barang bukti dan dalam menetapkan undang-undang atau ketentuan yang dilanggar dalam tindak pidana bank 2. Tingkat pemahaman para penegak hukum terhadap kegiatan/operasional perbankan yang berbeda-beda dan belum merata serta lemahnya koordinasi dalam penanganan kasus perbankan; 3. Belum efektifnya tindak lanjut penanganan kasus yang telah diserahkan oleh Bank Indonesia kepada penyidik; 4. Terdapat beberapa kasus yang sulit diungkapkan modus operandinya yang antara lain disebabkan oleh pesatnya kemajuan atau perkembangan teknologi informasi.
  • 11. PEMBAHASAN Pencegahan dan penanggulangan tindak pidana dalam kerangka kebijakan kriminal dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu penal (penal policy) dan non penal (non penal policy). 1. Penal Policiy lebih ditekankan pada upaya represif dari penegak hukum yang didahului dengan ketersediaan undang-undangnya. Penal policy menjadi tugas polisi, jaksa, hakim, dan tentunya Bank Indonesia dalam hal pelanggaran administrasi. 2. Non Penal Policy menjadi tugas dari aparat penegak hukum, bank Indonesia, bank pemerintah maupun swasta dan masyarakat. 3. Meningkatkan fungsi pengawasan internal dengan mendirikan divisi yang secara berkala melakukan kagiatan monitoring dengan menerapkan prinsip 360” sehinga dapat meminimalis upaya kejahatan yang dilakukan oleh karyawan bank yang melalui jabatannya
  • 12. PEMBAHASAN Secara spesifik, menyebutkan bahwa dalam rangka penegakan hukum dan pencegahan kejahatan perbankan, maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah: 1. Perlunya peningkatan kemampuan penyidik dalam bidang akunting dan keuangan; 2. Sistem pengawasan dari pihak bank yang efektif dan ini bisa dilakukan kalau rekruitmen pegawai lebih menekankan kepada mental idiologi; 3. Perlunya kewenangan penyidik dalam rangka menjalankan tugasnya, bukan hanya sekadar menyangkut rahasia bank; 4. Perlunya pembaharuan perundangundangan dalam bidang ekonomi, in casu undang-undang perbankan
  • 13. PEMBAHASAN C. Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian Data Nasabah Perbankan Pertanggungjawaban pidana adalah tanggung jawab seseorang secara pidana atas perbuatan yang melawan atau melanggar hukum, di mana dalam ketentuan hukum tersebut memuat sanksi pidana. Pemberian hukuman sangat erat kaitanya dengan pertanggungjawaban pidana di mana orang yang dihukum harus mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana harus sesuai dengan asas hukum pidana tentang pertanggungjawaban pidana yang berbunyi tidak di pidana jika tidak ada kesalahan (geen straf zonder schuld actus non facit reum nisi mens sist rea)
  • 14. PEMBAHASAN Tindakan penyelidikan merupakan awal pemerikasaan perkara sebelum dilaksanakan penyidikan tindak pidana. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan untuk mencari dan menemukan sebuah peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penyelidikan dilaksanakan untuk mencari serta menemukan suatu peristiwa, apakah merupakan perbuatan pidana atau bukan, apabila merupakan perbuatan pidana dilanjutkan dengan tindakan penyidikan
  • 15. PEMBAHASAN Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.90 Dengan demikian penyidikan merupakan tindakan dari penyidik yang bertujuan untuk menemukan kebenaran materil sehingga perkara pidana tersebut menjadi jelas. Apabila penyidikan telah selesai, maka penyidik wajib menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
  • 16. PEMBAHASAN Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Berdasarkan Pasal 183 KUHAP, Indonesia menganut sistem negatif wettelijk, di mana tiada seorang juga dapat dihadapkan di depan pengadilan selain daripada yang ditentukan baginya oleh undang-undang, dan tiada seorang juga dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan, bahwa seorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya
  • 17. Kesimpulan Kejahatan perbankan merupakan ancaman serius terhadap tingkat kesehatan bank dan sekaligus tingkat kepercayaan masyarakat, oleh karena itu upaya untuk mencegah dan menanggulanginya perlu dilakukan secara dini. Kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan perbankan perlu dilakukan, mengingat karakteristik yang khas pada kegiatan perbankan. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan perbankan tak dapat diserahkan hanya kepada salah satu pihak saja dalam penegakan hukum, sehingga bukan hanya penyebab kausatif atau simptomatik yang terselesaikan, akan tetapi penyebab yang bersifat komprehensif dan dapat di atasi secara bersama-sama. Pemerintah dalam hal ini aparat hukum yang berwenang harus dapat memberi tindakan yang tegas dan hukuman yang berat serta kewajiban bagi pelaku untuk mengganti semua kerugian yang dialami bank maupun nasabah bank yang bersangkutan dengan demikian bagi pelaku yang terbukti bersalah melakukan pembobolan bank akan menyadari kesalahannya dan akan berdampak bagi pihak-pihak lain untuk tidak akan melakukan kejahatan serupa.
  • 18. Saran Berdasarkan hasil penulisan makalah ini maka saran atau rekomendasi yang dapat penulis berikan yaitu agar aparat yang berwenang menambah wawasannya di bidang IT, agar dapat menangkap pelaku cybercrime di sektor perbankan. Selain itu pemerintah diharapkan dapat memberikan tindakan tegas pelaku cybercrime dan hukuman yang berat serta kewajiban mengganti kerugian yang dialami oleh para korban.