Dokumen tersebut membahas tentang metodologi penelitian, yang mencakup relevansi metodologi penelitian bagi perguruan tinggi, hasrat ingin tahu manusia dalam hubungannya dengan penelitian dan ilmu pengetahuan, pendekatan dalam memperoleh kebenaran melalui pendekatan ilmiah dan non ilmiah, serta karakteristik kegiatan penelitian yang ilmiah.
2. Brief Contents of Research Method
• Pengantar (Tatap Muka I)
– Relevansi Metodologi Penelitian Bagi Perguruan Tinggi
– Hasrat Ingin Tahu Manusia Dalam Hubungan Dengan Penelitian
Dan Ilmu Pengetahuan
– Klasifikasi Ilmu Dari Sudut Pandang Filasafat Ilmu , dan
– Klasifikasi Ilmu Dari Sudut Pandang Fungsi dan Kegunaan Ilmu
– Pendekatan Dalam Memperoleh Kebenaran
– Pendekatan Ilmiah dan Penelitian
– Karakteristik Ilmiah Kegiatan Penelitian
– Pertimbangan Awal Kegiatan Penelitian
– Tugas Individu /Kelompok
• Sistematika Penulisan TESIS
– Panduan Program MM UNSRAT (Tatap Muka II)
3. Brief Contents of Research Method
• Route Map Masalah Penelitian (Tatap Muka III)
– Latar Belakang Masalah
• Issue Gap; Empirical Gap; Research Gap; Theory Gap
– Rumusan Masalah
– Tujuan
• Tujuan Umum & Tujuan Khusus
– Manfaat Penelitian
• Manfaat Akademik & Manfaat Praktis
• Tinjauan Pustaka (Tatap Muka IV)
– Landasan Teori
– Penelitian Terdahulu
– Keterkaitan Antar Variabel
• Kerangka Konseptual dan Hipotesa
4. • Tolong ANDA bayangkan, pekerjaan apa yang
paling Eeuunaaaaaak baget di dunia ini ?
Energizer
7. Relevansi Metodologi Penelitian
Bagi Perguruan Tinggi
• Secara umum bahwa perguruan tinggi di Indonesia
menggemban tiga tugas (Tri Dharma), yaitu
(1) darma pendidikan,
(2) darma penelitian, dan
(3) darma pengabdian kepada masyarakat.
• Tenaga edukatif (pengajar) termasuk mahasiswa sebagai
unsur utama dalam kegiatan akademis di kampus,
sekaligus berperan sebagai penggemban ketiga darma
tersebut.
– Setiap tenaga pengajar (dosen) maupun mahasiswa harus
memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam melaksanakan
ketiga darma perguruan tinggi, seiring dengan perkembangan
ilmu dan teknologi dan berbagai perubahan yang terjadi.
8. Hasrat Ingin Tahu Manusia Dalam Hubungan Dengan
Penelitian Dan Ilmu Pengetahuan
• Ilmu pengetahuan berawal pada kekaguman
manusia akan alam yang dihadapannya, baik
alam besar (macro-cosmos) maupun alam
kecil (micra-cosmos).
• Manusia sebagai animal rational secara
kodratik dibekali hasrat ingin tahu, dimana
sifat ingin tahu telah ada sejak kanak-kanak.
9. • Pertanyaan seperti “ini apa? atau itu apa?” merupakan sifat
alamiah Mc untuk mencari tahu akan sesuatu hal.
• Dalam masa perkembangan selanjutnya muncul pula
pertanyaan-pertanyaan seperti “mengapa begini? atau
mengapa begitu?”, dan sampai pada pertanyaan “mengapa
hal itu terjadi? dan bagaimana memecahkannya?”.
• Bentuk-bentuk pertanyaan seperti ini, hadir sepanjang
kehidupan sejarah peradaban manusia sampai saat ini.
– Mc berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan
yang dihadapinya, dan dari dorongan hasrat ingin tahu,
untuk mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang
dipertanyakannya, yaitu kebenaran.
Hasrat Ingin Tahu Manusia Dalam Hubungan Dengan
Penelitian Dan Ilmu Pengetahuan
10. • Penelitian adalah pencaharian atas sesuatu
secara sistematis dengan penekanan bahwa
pencarian ini dilakukan terhadap masalah-
masalah yang dapat dipecahkan (Parsons,
1946 dalam Nazir, 2003).
• Penelitian adalah sesuatu pencarian fakta
menurut metode objektif yang jelas untuk
menemukan hubungan antara fakta dan
menghasilkan dalil atau hukum (John, 1949
dalam Nazir, 2003).
Hasrat Ingin Tahu Manusia Dalam Hubungan Dengan
Penelitian Dan Ilmu Pengetahuan
11. • Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin
tahu manusia dalam taraf keilmuan.
– Dengan hasrat ingin tahu manusia, yang kuat dan
tidak pernah padam memacu kegiatan penelitian,
yang berakhir pada upaya pengembangan ilmu.
• Ilmu adalah pengertian yang bersifat umum dan
sistematik, pengetahuan dari mana dapat
disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-
kkaidah yang umum.
– Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur
menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis.
Hasrat Ingin Tahu Manusia Dalam Hubungan Dengan
Penelitian Dan Ilmu Pengetahuan
12. Klasifikasi Ilmu Dari Sudut Pandang
Filasafat Ilmu
• Pengetahuan tentang ontologi, yaitu tentang apanya
yang dipelajari.
– Apakah mempelajari sesuatu wujud yang nyata atau tidak,
atau meliputi bidang ilmu apa yang dikembangkan.
• Pengetahuan tentang epistimologi, yaitu
pengetahuan tentang bagaimana cara
mempelajarinya.
– Peranan metode penelitian sangat penting
(epistimologinya pengetahuan).
• Pengetahuan tentang aksiologi, yaitu pengetahuan
yang membahas mengenai tujuan/kegunaan
pengetahuan tersebut.
– Pembahasan tentang bagaimana manfaat suatu
pengetahuan yang akan dan sedang dipelajari.
13. • Etika, Agama dan Moral; suatu pengetahuan yang membahas tentang
permasalahan dari aspek baik dan buruk.
– Pengetahuan melihat sesuatu dan menilai apabila suatu pengetahuan
mengatakan sesuatu baik atau buruk.
• Estetika dan Seni; suatu pengetahuan yang membahas permasalahan dari
aspek keindahan dan kejelekan.
– Pengetahuan dari sudut estetika dan seni sangat bersifat subjektif, dimana
masing-masing individu akan memberikan penilaian yang berbeda-beda.
• Logika dan Ratio; suatu pengetahuan dari hasil pemikiran atas
pembahasan suatu masalah dari aspek benar dan salah.
– Dengan ratio, sesuatu yang dikatakan benar harus dapat dibuktikan
kebenarannya, demikian pula jika mengatakan salah harus dapat menujukan
titik kesalahannya.
– Ratio merupakan pengetahuan hasil pemikiran yang bersifat objektif dan
dapat diterima oleh setiap individu; dimana aspek inilah yang menjadi
telaahan ilmu, yaitu untuk mencari kebenaran.
Klasifikasi Ilmu Dari Sudut Pandang Fungsi
dan Kegunaan Ilmu
15. Kebenaran Ilmiah:
koheren, korespondensi, pragmatis
• Kebenaran Koheren; suatu pernyataaan dianggap
benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten
dengan pernyatan sebelumnya yang dianggap benar.
– Misalnya, semua mahluk hidup butuh makan, dan karena
itu Mr. “X” akan lapar dan membutuhkan makan, sebab dia
adalah mahluk hidup, demikian juga dengan binatang dan
tumbuhan.
• Pernyataan kebenaran ini akan tetap berlaku untuk
waktu-waktu mendatang selagi Mr. “X” sebagai mahluk
hidup. Hal dipercaya karena di masa lalu setiap mahluk
hidup membutuhkan makanan.
16. Kebenaran Ilmiah:
koheren, korespondensi, pragmatis
• Kebenaran Korespondensi; suatu pernyataaan benar,
jika materi pengetahuan yang terkandung dalam
pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai
korespondensi dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut.
– Misalnya, “Andai” pegawai Bank BNI. Pernyataan ini benar
dikarenakan terdapat hubungan atau keterkaitan
(korespondensi) antara “Andai” yang berstatus pegawai
dengan BNI tempatnya bekerja, dengan bukti kartu
pegawai dan kontrak kerja, dan sejenisnya.
• Pernyataan kebenaran ini akan tetap berlaku sampai
sejauhmana status kepegawaian “Andai” berakhir,
dikarenakan pensiun, berhenti, atau diberhentikan.
17. Kebenaran Ilmiah:
koheren, korespondensi, pragmatis
• Kebenaran Pragmatis; suatu pernyataaan benar, karena
memiliki sifat fungsional dalam kehidupan praktis.
– Misalnya, pohon kina (daun sampai akarnya) secara kebetulan
ditemukan warga sebagai obat malaria, ketika pohon ini roboh
dan membentang dialiran sungai tempat warga mengambil air
minum. Pada waktu yang bersamaan, warga desa sedang
dilanda wabah malaria. Pada beberapa hari kemudian warga
desa ini terbebas dari penyakit malaria. Kenyataan ini membawa
pada satu kesimpulan bahwa pohon yang terbentang di sungai
adalah obat bagi penyakit malaria.
• Akhirnya, pernyataan kebenaran ini yang mengandung
manfaat diteliti dan menghasilkan kesimpulan yang sama.
18. Pendekatan Dalam Memperoleh Kebenaran
• Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau memperoleh
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya adalah
pengetahuan yang benar.
– Pengetahuan yang benar atau kebenaran, diperoleh melalui
pendekatan non-ilmiah maupun pendekatan ilmiah.
• Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya cara-cara atau
langkah-langkah tertentu dengan metode dan mekanisme
tertentu agar dapat diperoleh pengetahuan yang benar.
– Dalam kenyataanya, tidak semua orang (peneliti) melewati
tertib pendekatan ilmiah untuk sampai pada pengetahuan yang
benar mengenai hal yang dipertanyakannya.
– Bahkan dikalangan masyarakat luas banyak menggunakan
pendekatan non-ilmiah untuk memenuhi hasrat ingin tahu atau
untuk memperoleh suatu kebenaran yang dipertanyakannya.
19. • Pendekatan Non-Ilmiah
– Penemuan Kebetulan
– Coba – Coba (Spekulatif)
– Prasangka
– Akal Sehat (Common Sense)
– Intuisi, dan Wahyu
– Pendapat Otoritas Ilmiah dan Pikiran Kritis
• Pendekatan Ilmiah
– Pendekatan ilmiah menghasilkan kebenaran ilmiah, yaitu
pengetahuan yang kebenaranya terbuka untuk diuji
kembali atau diteliti melalui kegiatan penelitian.
Pendekatan Dalam Memperoleh Kebenaran
20. • Pengetahuan berdasarkan pendekatan ilmiah diperoleh
melalui penelitian ilmiah dan dibangun diatas teori tertentu.
– Teori berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang
sistimetik dan terkontrol berdasar atas data empiris.
– Teori dapat diuji (test). Artinya, jika penelitian ulang dilakukan orang
lain menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama
akan diperoleh hasil yang ajeg (consistent), yaitu hasil yang sama.
• Langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol telah
terpolakan dan, sampai batas tertentu diakui umum.
– Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi
hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh
keyakinan pribadi, bias dan perasaan.
Pendekatan Ilmiah dan Penelitian
21. • Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah
dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Kegiatan
ilmiah merupakan suatu proses berpikir ilmiah yang bersifat
skeptik, analitik dan kritik.
– Berpikir skeptik; suatu cara berpikir yang didasarkan pada
bukti atau fakta untuk mendukung setiap pernyataan
tertentu.
– Berpikir analitik; suatu cara berpikir yang didasarkan pada
daya analisis untuk membedakan mana yang relavan
ataupun yang utama terhadap setiap pertanyaan dan
persoalan yang dihadapinya.
– Berpikir kritis; suatu cara berpikir yang didasarkan pada
logika akal sehat (common sense) dan bertindak objektif.
Pendekatan Ilmiah dan Penelitian
22. • Proses berpikir ilmiah menjadi dasar
pelaksanaan penelitian dengan karakteristik
kerja ilmiah yaitu:
– Bertujuan
– Sistematik
– Terkendali
– Objektif, dan
– Tahan Uji
Karakteristik Ilmiah Kegiatan Penelitian
23. • Memiliki Tujuan. Kegiatan penelitian tidak lepas dari kerangka
tujuan pemecahan permasalahan. Tujuan penelitian adalah
mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan
serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat
digunakan untuk pemecahan masalah.
• Sistematik. Langkah-langkah penelitian yang ditempuh harus
terencana secara baik dan mengikuti metodologi yang benar.
• Terkendali. Dalam batas-batas tertentu peneliti harus dapat
menetukan fenomena-fenomena yang akan diamatinya dan
memisahkan dari fenomena lain yang dapat mengganggu.
Karakteristik Ilmiah Kegiatan Penelitian
24. • Objektif. Pengamatan yang dilakukan dan kesimpulan yang
diambl tidak dibenarkan didasari oleh subjektivitas
pandangan pribadi dan pengaruh kepentingan tertentu.
• Tahan uji. Kesimpulan penelitian merupakan hasil telaah yang
didasari oleh teori yang solid dan metode yang benar,
sehingga terdapat replikasi penelitian akan sampai pada
kesimpulan yang sama; namun demikian tidak berarti bahwa
kesimpulan suatu penelitian harus digeneralisasikan. Hasil
penelitian dapat diuji dan akan menghasilkan kesimpulan
yang sama.
Karakteristik Ilmiah Kegiatan Penelitian
25. • Penetapan Masalah
– Masalah terkait dengan berbagai aspek. Kemampuan mengidentifikasi
sejumlah masalah dan memilih satu atau beberapa batasan masalah diantara
sekian masalah menjadi pertimbangan utama.
• Setelah masalah diperoleh, pemilihan masalah dari sejumlah masalah
yang teridentifikasi berkaitan dengan topik atau isue strategis yang akan
diteliti, dengan pertimbangan;
– minat peneliti terhadap topik yang akan dipilih
– ketersediaan sumber referensi
– ketersediaan sumber daya dan kemampuan peneliti
– Duplikasi
• Penetapan Topik sebaiknya dalam bentuk kalimat pernyataan (dapat pula
berbentuk pertanyaan), jelas, singkat dan tepat (12 kata), mencakup
variabel-variabel penelitian, serta menggambarkan keseluruhan isi dan
kegiatan penelitian.
Pertimbangan Awal Kegiatan Penelitian
26. • Pertimbangan lainnya, bahwa penelitian memiliki ciri
khas, diantaranya (Crawford, 1928)
– Penelitian berkisar masalah yang ingin dipecahkan;
– Memperhatikan aspek orisinalitas;
– Didasarkan pada hasrat ingin tahu;
– Didasarkan pada suatu asumsi (dugaan);
– Hasil dapat digeneralisasi;
– Mengandung aspek sebab akibat;
– Penggunaan ukuran yang akurat;
– Penggunaan teknik yang tepat dan dipahami.
Pertimbangan Awal Kegiatan Penelitian
27. Tugas Individu /Kelompok
• Setiap mahasiswa menetapkan satu masalah
dalam kegiatan operasional BNI.
• Masalah yang ditetapkan, selanjutnya
identifikasi sejumlah penyebab masalah
tersebut.
• Berdasarkan sejumlah masalah yang
teridentifikasi, pilihlah satu atau beberapa
sumber masalah sebagai masalah penelitian.
• Tetapkan topik yang relevan.
28. Sistematika Penulisan TESIS
Program MM UNSRAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
29. Sistematika Penulisan TESIS
Program MM UNSRAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.2. Penelitian Terdahulu
2.3. Keterkaitan Antar Variabel
31. Sistematika Penulisan TESIS
Program MM UNSRAT
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
4.2. Jenis dan Sumber Data
4.3. Populasi, Besaran Sampel, dan Teknik Sampling
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.5. Definisi Operasional Variabel
4.6. Teknik Analisis
32. Sistematika Penulisan TESIS
Program MM UNSRAT
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Obyek Penelitian
5.1.2. Deskripsi Responden
5.1.3. Deskripsi Variabel Penelitian
5.1.4. Deskripsi Hasil Analisis
5.2. Pembahasan
5.3. Implikasi Managerial
36. Route Map Masalah Penelitian
EMPIRICAL GAP:
Permasalahan bersumber dari
fenomena organisasi
(data lapangan)
RESEARCH GAP:
Permasalahan bersumber
dari beberapa hasil penelitian
sebelumnya
THEORY GAP:
Permasalahan bersumber
dari satu atau beberapa teori
ISSUE GAP:
Permasalahan bersumber
dari peristiwa-peristiwa aktual
lingkungan eksternal
Tujuan & Manfaat
Penelitian
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Masalah
Penelitian:
37. ISSUE GAP:
Permasalahan bersumber
dari peristiwa-peristiwa aktual
lingkungan eksternal
• Penerapan PP 53 tentang DISIPLIN
PNS
• Kelangkaan BBM, Krisis Energi,
Indonesia Non OPEC
• Pemberlakuan ACFTA 2010 dan
Masyarakat Ekonomi ASEAN
• MDGs, Kemiskinan, Kesehatan,
Pendidikan
• Pemanasan Global, Green Concept,
Sustainability Management
Program
• Krisis Moneter, Krisis Keuangan
Global
• Paradigma Birokrat Entrepreneur
• dll
38.
39. Batasan Masalah
(Issue Gap)
Rumusan Masalah
1. Bagaimana daya saing Indonesia dan
negara-negara ASEAN lainnya atas
penerapan ACFTA?
2. Apakah kualitas layanan berpengaruh
terhadap kinerja pemasaran dan daya saing
perbankan?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
kinerja pemasaran dan daya saing
perbankan?
4. Apakah penetapan bebas bea masuk
mempengaruhi kinerja keuangan sektor
informal penerima kredit perbankan?
Implementasi dan Dampak
Penerapan ACFTA bagi MEA
40. 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
TW1 TW2 TW3 TW4
PENJUALAN
TAHUN 2002
Sumber: Prof. Augusty Ferdinand, DBA
EMPIRICAL GAP:
Permasalahan bersumber dari
fenomena organisasi
(data lapangan)
41.
42.
43. Batasan Masalah
(Empirical Gap)
Rumusan Masalah
1. Mengapa terjadi penurunan penjualan?
2. Mengapa penurunan penjualan
berkepanjangan?
3. Bagaimana menghindari penurunan
penjualan?
4. Bagaimana menghindari penurunan yang
berkepanjangan?
5. Apa penyebab terjadinya titik balik
penurunan?
6. Dan Lainnya dipikirkan
lagi……………………Misalnya:
Terjadi penurunan penjualan
yang berkepanjangan selama
tahun 2002
Sumber: Prof. Augusty Ferdinand, DBA
44. Berdasarkan Analisis SWOT
(Mintzberg, 1994) bahwa kajian
terhadap ancaman lingkungan adalah
penting untuk merencanakan kinerja
organisasi.
Penelitian Ferdinand (2002)
menemukan bahwa tidak ada bukti
adanya pengaruh yang signifikan
antara kemampuan adaptasi ancaman
lingkungan terhadap kinerja
pemasaran.
Oleh karena itu sebuah penelitian
empirik lebih lanjut dibutuhkan untuk
meneliti kontroversi ini.
Sumber: Prof. Augusty Ferdinand, DBA
RESEARCH GAP:
Permasalahan bersumber
dari beberapa hasil penelitian
sebelumnya
45.
46. Batasan Masalah
(Research Gap)
Rumusan Masalah
1. Mengapa Adaptasi ancaman
tidak selalu berpengaruh
2. Apa saja kharakteristik
adaptasi yang berpengaruh
3. Apa saja kharakteristik
adaptasi yang tidak
berpengaruh
4. Dan lainnya dipikirkan
lagi………………Misalnya:
Terdapat Kontroversi
pandangan Mengenai pengaruh
adaptasi ancaman
lingkungan
Sumber: Prof. Augusty Ferdinand, DBA
47. Research Gap
• Apakah X1 Berpengaruh Terhadap Y?
• Apakah X1 Berpengaruh Terhadap Z
• Apakah X2 Berpengaruh Terhadap Y?
• Apakah X2 Berpengaruh Terhadap Z?
• Apakah Y Berpengaruh Terhadap Z?
48. Teori Keunggulan Komparatif
Heckscher - Ohlin telah gagal
menjelaskan perubahan-perubahan
penting dalam posisi ekspor Amerika
dan Jepang selama periode tahun
1970 – 1980 an (Dudley dan Moenius,
2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mencari
jawaban apa yang menyebabkan Teori
Keunggulan Komparatif dari
Heckscher – Ohlin tidak berlaku dalam
menjelaskan kinerja ekspor Amerika
dan Jepang.
Sumber: Prof. Augusty Ferdinand, DBA
THEORY GAP:
Permasalahan bersumber
dari satu atau beberapa teori
49. Batasan Masalah
(Theory Gap)
Rumusan Masalah
1.Mengapa teori ini gagal?
2.Apa prasyarat yang
dibutuhkan?
3.Bagaimana mekanisme
peranan teori ini?
4.Dan lainnya dipikirkan
lagi……………………………..
Gagalnya teori Heckscher-Ohlin
Menjelaskan kinerja Ekspor
Negara Industri
Sumber: Prof. Augusty Ferdinand, DBA
52. Latar Belakang Masalah
• Penguraian latar belakang permasalahaan
dimaksudkan untuk mengantarkan dan
menjelaskan mengenai latar belakang mengapa
sesuatu dianggap sebagai permasalahaan,
fenomena apakah yang tampak atau yangterjadi
di lapangan sehingga harus diteliti.
• Pada dasarnya permasalahaan diuraikan sebagai
suatu kondisi kesenjangan atau ketidaksesuaian
antara apa yang seharusnya terjadi (das sollen-
what should be) dan apa sesungguhnya terjadi
(das sein-what is happening).
53. • Pada uraian latar belakang sangat baik bila peneliti
menguraikan alasan mengapa topik atau permasalahan
yang diangkat adalah penting untuk diteliti.
– Hal ini akan membantu peneliti dalam memetakan
permasalahan yang diteliti sebagai sesuatu yang tidak
dapat ditunda dan untuk memenuhi aspek kekinian.
– Peneliti dapat menjelaskan aspek kekinian dan urgensinya
penelitian dengan menyertakan beberapa data atau
pendukung terkait dengan permasalahan atau topik yang
diteliti.
– Penyajian data atau fakta yang relevan dimaksudkan untuk
mendukung pentingnya permasalahaan yang akan diteliti.
Latar Belakang Masalah
54. • Penguraian latar belakang harus berangkat
dari latar belakang yang bersifat umum, yaitu
berada dalam kerangka pemikiran yang luas
dengan mengaitkan topik penelitian pada hal-
hal yang akan diteliti menuju ke pokok
permasalahaan.
– Walaupun berangkat dari kerangka referensi yang
luas, uraian latar belakang permasalahaan harus
secara sistematik membatasi permasalahaan yang
hendak diteliti.
Latar Belakang Masalah
57. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
• Uraian Tinjauan Pustaka (25% dari
keseluruhan tulisan), dengan sistematika:
2.1. Landasan Teori
2.2. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
2.3. Keterkaitan Antar Konsep
58. Landasan Teori
• Pada bagian ini diawali dengan teori-teori yang
relevan sebagai gran teori dari keseluruhan variabel
yang akan diteliti.
• Sub Bab berikutnya akan menguraikan satu per satu
variabel yang diteliti.
• Uraian pada Sub Bab terdiri dari 2 bagian utama,
yaitu:
– Definisi dan indikator pengukur , dan
– Dalam riset keuangan indikator pengukur diganti dengan
formula untuk mengukur variabel keuangan yang diteliti.
59. CONTOH
2.1. Landasan Teori
Di bawah ini adalah ringkasan dari studi yang dilakukan Kaihatu
(2008) untuk menjelaskan gran teori dari perilaku peran ekstra karyawan
(extra-role), kualitas layanan maupun loyalitas pelanggan.
2.1.1. Teori Peran Dalam Dyadic Interaction (Interaksi Face To Face):
The Service Encounter (Salomon et al., 1986)
Teori ini merupakan dasar dari Teori Service Marketing
bahwahubungan langsung antar orang, antara pembeli dan penjual atau
antara klien dan provider merupakan kunci dari kesuksesan usaha-usaha
pemasaran di bidang jasa. Berdasarkan teori ini menyatakan bahwa dalam
suatu ”pure service situation”, dimana bukan tangible objek yang
diperdagangkan, maka kepuasan pelanggan dan repeat patronage akan
ditentukan oleh kualitas personal saja. Jadi kualitas personal yang menjadi
faktor utama dalam suatu pure service situation, kualitas ini ditentukan oleh
kualitas dari dyadic interaction oleh personal tersebut.
Teori ini menyatakan …
60. CONTOH
2.1. Landasan Teori
Di bawah ini adalah ringkasan dari studi yang dilakukan Kaihatu
(2008) untuk menjelaskan gran teori dari perilaku peran ekstra karyawan
(extra-role), kualitas layanan maupun loyalitas pelanggan.
2.1.1. Teori Peran Dalam Dyadic Interaction (Interaksi Face To Face):
The Service Encounter (Salomon et al., 1986)
Teori ini merupakan dasar ….
Teori ini menyatakan bahwa service encounter adalah human
interaction dan service encounter adalah role performance. Dalam teori
peran, manusia menjadi sentral atau pusat dari bisnis jasa. Dalam hubungan
dengan perilaku peran ekstra karyawan, teori ini menerangkan bahwa
peran yang dimainkan oleh karyawan (baik in-role atau extra-role) adalah
dua peran yang penting dalam bisnis jasa, yaitu loyalitas maupun kualitas
layanan itu sendiri. Jadi kesuksesan proses penyampaian jasa yang
diberikan oleh penyedia jasa akan tergantung pada peran dan perilaku
karyawan atau anggota organisasi.
61. CONTOH
2.1.2. Beberapa Catatan Mengenai ....(Variabel dan Pengukuran Variabel)
2.1.2.1. Kepercayaan
Chu (2003) mendefenisikan trust sebagai one party’s
belief in the reliability and integrity of an exchange partner
and dependability. If there is no trust, it may be that no long
term relationship is possible. Jadi, kepercayaan dapat
didefinisikan sebagai sifat percaya yang didasari pada
integritas dan reliabilitas serta ketergantungan antara
konsumen dengan penyedia jasa.
Morgan dan Hunt (1994) mendefinisikan kepercayaan
sebagai keinginan untuk tetap mempertahankan pertukaran
karena dipercaya. Inti dari kepercayaan yaitu keyakinan.
Keyakinan ini timbul karena keduabelah pihak percaya bahwa
keduanya akan bersifat dapat dipercaya, memiliki integritas
tinggi, konsisten, kompeten, adil, bertanggungjawab, suka
membantu dan sifat positif lainnya.
62. CONTOH
Chu (2003) mengukur trust dengan menggunakan
pendapat dari Garbarino and Johnson (1999) dan menambah 5
item yang diadopsi dari Bruner et al., (2001), yaitu:
1). I can always trust the service of the store I am using to be
good (Garbarino and Johnson, 1999).
2). The store I am using is a reliable one (Garbarino and
Johnson, 1999).
3). The quality of the service of the store I am using is
consistently high (Garbarino and Johnson, 1999).
4). I am always sure that the outcomes of the service
represents a valuable one (Garbarino and Johnson, 1999).
5). I have complete faith in the integrity of employees in this
store (Bruner et al., 2001).
63. CONTOH
Anderson dan Srinivasan (2003) mengunakan indikator
dari trust dengan mengadopsi dari Dodds et al., (1991) and
Sirohi et al., (1998) yaitu:
1). The performance of this web-sites meets my expectation.
2). This web-sites can be counted on to successfully complete
the transaction.
3). I can trust the performance of this web-sites to be good.
4). This web site is reliable for online shopping.
2.1.2.2. Kepuasan Konsumen
2.1.2.3. Loyaitas Pelanggan
64. Penelitian Terdahulu
• Penelitian terdahulu (sebelumnya) akan menguraikan
ringkasan hasil-hasil penelitian yang akan menjadi
acuan bagi penelitian yang sedang dilakukan.
• Pada bagian akhir uraian akan diakhiri dengan
sebuah mapping of research dalam bentuk tabel.
Peneliti juga harus menjelaskan tabel tsb mengenai
posisi kajian yang sedang diteliti dibandingkan
dengan penelitian-penelitian terdahulu (persamaan
dan perbedaan).
• Jumlah penelitian terdahulu bervariasi tergantung
apakah semua konsep telah terwakili.
65. • Tabel mapping of research akan berisikan ringkasan
penelitian terdahulu, seperti:
– Tujuan Penelitiannya
– Variabel Penelitian
– Jenis Penelitian
– Obyek Penelitian, Responden (Informan), dan Teknik
Sampling
– Teknik Pengumpulan data, dan
– Metode Analisis
– Temuan, Kesimpulan, dan Rekomendasi
– dan lain-lain yang relevan dan penting untuk dikemukakan
Penelitian Terdahulu
66. 2.2. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
CONTOH
Secara empiris dalam studi ini
mengacu pada beberapa hasil studi
sebelumnya yang relevan, diantaranya
seperti studi dari Lee et al. (2006); Testa
(2001); Utomo (2002), dan studi dari
Brown III and Gaylor (2006). Relevansi
dari studi-studi sebelumnya dengan tesis
ini, yaitu menyangkut ......., ......., .......,
......., (sebut variabel yang akan diteliti) ......., ........
67. 2.2.1. Penelitian Lee et al. (2006)
CONTOH
Lee et al. (2006) dalam studinya
berjudul “What factors influence
customer-oriented prosocial of customer-
contact employees?”, menggunakan
sample chief executive officers dari 301
hotel (tourism hotels) di Korea Selatan
sebagai responden. Klasifikasi hotel
terdiri dari five-star hotels sebanyak 43
hotel, four-star hotels sebanyak 63 hotel,
dan three-star hotels sebanyak 195 hotel).
68. CONTOH
Teknik analisis menggunakan teknik
Structural Equation Modeling. Keseluruhan
skala pengukuran adalah seven-point scoring
format. Untuk mengukur customer-contact
employees yang meliputi pengukuran
mengenai persepsi para pekerja mengenai role-
prescribed customer service dan extra-role
customer service menggunakan model
Customer-Oriented Prosocial Behavior
(Bettencourt and Brown (1997).
69. CONTOH
Lee et al. (2006) dalam studinya
menemukan hubungan penting antara
organizational personnel empowerment,
service training dan service reward dengan
prosocial behavior, yaitu perilaku formal atau
role-prescribed customer service dan perilaku
peran ekstra atau extra-role customer service
yang ditunjukkan oleh chief executive officers
dari 301 hotel di Korea Selatan.
71. CONTOH
No
Peneliti
(Tahun)
Tujuan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Teknik
Analisis
Hasil
Penelitian
1. Lee, et al., (2006). Menganalisis hubungan
struktural pemberdayaan,
service training, service
reward, terhadap job
attitudes (seperti
customer-oriented
prosocial behavior of
employees.
Pemberdayaan
Service training
Service reward
Role-prescibed
customer service
Extra-role customer
service
Menggunakan Structural
equation analysis.
Sampel penelitian
menggunakan karyawan
hotel di Korea.
3. Pemberdayaan
signifikan
terhadap ... dan
extra- role
customer
service.
2. Testa (2001)
3. Utomo (2002)
4.
5.
10. Lengkong (2012)
Tabel 2.1.
Mapping of Research (2006)
72. Hubungan Antar Variabel
• Sebuah penelitian yang baik, selain berlandaskan pada
landasan teori dan definisinya, haruslah menguraikan
keterkaitan antar variabel maupun teori yang dipakai.
• Prinsipnya, secara logika bahwa konsep-konsep
ataupun teori yang digunakan tidaklah berdiri sendiri,
melainkan memiliki keterkaitan yang telah dibuktikan
sebelumya. Keterkaitan antar konsep dalam sebuah
penelitian asosiatif atau bersifat eksplanatif merupakan
harga mati. Khusus pada jenis penelitian eksplorasi
malahan kemandirian sebuah konsep atau teori yang
harus ditonjolkan untuk mendapatkan konsep-konsep
lainnya yang mungkin memiliki keterkaitan dengan
konsep yang diteliti.
73. CONTOH
2.3. Hubungan Antar Variabel
2.3.1. Perilaku Peran Ekstra Karyawan dan Loyalitas
Pelanggan
Cameron et al. (2004), customer are more effectively
served and are more loyal to organization when employee
encounter positive experience at work such as various form of
virtuousness (to be more helpful-prosocial behavior to their
customer). Semakin efektif layanan bagi pelanggan maka
semakin loyal pelanggan kepada organisasi. Hal ini terjadi
ketika karyawan mengalami pengalaman menyenangkan dari
sikapnya yang suka membantu, diterima pelanggan.
2.3.2. …. Sesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian ….
74. CONTOH
3.1. Kerangka Konseptual
Dasar penyusunan kerangka konseptual adalah
kerangka proses berpikir, yang dimaksudkan untuk
memberikan tuntunan berpikir deduktif maupun
induktif. Analisis deduktif didasarkan pada kajian-kajian
teoritik untuk menganalisis permasalahan studi dari
hal-hal yang bersifat umum kearah hal-hal yang bersifat
khusus, sedangkan analisis induktif didasarkan pada
kajian-kajian empirik untuk menganalisis permasalahan
studi dari hal-hal yang bersifat khusus kearah hal-hal
yang bersifat umum.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
75. CONTOH
Berdasarkan kajian teoritik dengan pendekatan deduktif
dan kajian empirik dengan pendekatan induktif yang saling
berhubungan dan saling melengkapi, dimaksudkan untuk
menetapkan variabel-variabel studi, yaitu: servicescape,
perilaku peran ekstra karyawan, kualitas komunikasi
karyawan, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan, yang
selanjutnya disusunlah hipotesis. Hipotesis merupakan
jawaban sementara atas rumusan masalah yang perlu dikaji
kebenarannya melalui uji statistik. Pengujian hipotesis
menghasilkan beberapa kesimpulan disertasi yang diharapkan
menghasilkan temuan-temuan teoritik yang mendukung atau
menolak keberadaan suatu teori yang sudah ada, atau
mengembangkan suatu teori yang baru untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Manajemen,
maupun menghasilkan temuan-temuan empirik untuk
pengambilan keputusan-keputusan secara praktis.
76. CONTOH
Dasar penyusunan kerangka konseptual diawali
dari pemikiran bahwa servicescape memiliki
pengaruh baik secara langsung maupun secara tidak
langsung terhadap loyalitas. Servicescape memiliki
pengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan
dikarenakan dalam industri jasa seperti hotel,
servicescape atau lingkungan fisik buatan manusia
merupakan sarana atau tempat transaksi jasa
tersebut berlangsung, yang memiliki pengaruh
terhadap niat berperilaku pelanggan (Wakefield and
Blodgett, 1996). Servicescape yang disediakan
perusahaan dengan menarik dan artistik akan
menghasilkan image positif dan akan meningkatkan
evaluasi positif pelanggan, dalam bentuk kepuasan.
77. CONTOH
Servicescape memiliki pengaruh secara tidak
langsung terhadap loyalitas pelanggan melalui
kepuasan pelanggan dikarenakan dalam industri jasa
seperti hotel, semakin menarik dan artistik
servicescape atau fasilitas fisik yang disediakan pihak
hotel akan membuat pelanggan merasa puas dan
senang dalam menerima layanan hotel, sehingga
akan memicu terciptanya kepuasan pelanggan
(Wakefield and Blodgett, 1996). Servicescape yang
lengkap, menarik dan memiliki nilai artistik akan
membuat pelanggan merasa senang dan puas.
79. CONTOHPemberdayaan
(X1)
Perilaku Peran Ekstra
(Y4)
H1
H3
H2
S
H6
H4
X1.3 Determinasi Diri
X1.4 Pengaruh
X1.1 Bermakna
X1.2 Kompetensi
Y3.1 Tanpa Pamrih
Y3.2 Bersikap Sportif
Y3.3 Disiplin Pada Waktu
Y3.4 Keterlibatan Diri
Y3.5 Inisiatif
Kerangka Konseptual
Komitmen Organisasi
(Y2)
Y2.2 Komitmen Normatif
Y2.3 Komitmen Kontinuan
Y2.1 Komitmen Afektif
Kepuasan Kerja
(Y1)
Y1.2 Kompensasi
Y1.3 Pengawasan
Y1.1 Pengakuan
Y1.4 Tantangan Pekerjaan
Y1.5 Kondisi KerjaX1.5 Peng. Keputusan
X1.6 Akses Y1.6 Rekan Kerja
S
S
S
H5
S
S
80. CONTOH
Kerangka Konseptual
Karakteristik
Pekerjaan
(X1)
Kepemimpinan
Transformasional
(X2)
Peluang Promosi
(X3)
Kepuasan Kerja
(Y1)
Komitmen Organisasi
(Y2)
Turnover Intention
(Y3)
Keanekaragaman
Tugas (X1.1)
Identitas
Tugas (X1.2)
Keberartian
Tugas (X1.3)
Otonomi
(X1.4)
Umpan Balik
(X1.5)
Status
Sosial (X3.1)
Wewenang
(X3.2)
Tanggung Jawab
(X3.3)
Penghasilan
(X3.4)
Pengakuan
(Y1.1)
Kompensasi
(Y1.2)
Pengawasan
(Y1.3)
Keinginan Meninggalkan
Organisasi (Y3.1)
Keinginan Mencari
Pekerjaan Baru (Y3.2)
Pengaruh
Individual (X2.1)
Motivasi
Inspiratif (X2.2)
Stimulasi
Intelektual (X2.3)
Pertimbangan
Individual (X2.4)
Affective Commitment
(Y2.1)
Continuan Commitment
(Y2.2)
Normative Commitment
(Y2.3)
84. Kualitas Komunikasi Personal
(X3)
• Easy (X3.1)
• Accuracy (X3.2)
• Superior Information (X3.3)
• Ekspresi (X3.4)
• Bahasa Tubuh (X3.5)
Indikator pengukuran
85. Kepuasan Konsumen (Y1)
• Persis seperti yang saya butuhkan (Y1.1)
• Telah bertindak dengan benar (Y1.2)
• Jasa terbaik (Y1.3)
• Pembanding (Y1.4)
• Bijaksana (Y1.5)
Indikator pengukuran
86. Loyalitas Konsumen
(Y2)
• Say positive things about them (Y2.1)
• Recommend them to other customers (Y2.2)
• Remain loyal to them sebagai (Y2.3)
• Spend more money with them (Y2.4)
Indikator pengukuran
87. CONTOH
Konsentrasi Kepemilikan
Saham (X1)
Pertumbuhan
Perusahaan
(Y2)
Resiko Sistimatis
Perusahaan
(X2)
Likuiditas Saham
(X3)
Struktur Modal
(Y1)
Nilai Perusahaan
Manufaktur
(Y4)
Diversifikasi Usaha
(X4) Arus Kas Bebas
(Y3)
H1a
H4aH2a
H4e
H1c
H1d
H4d
H4b
H4g
H3d
H2d
H3c
H4c
H1b
H4f
H3a
H2b
H3b
H2c
KERANGKA KONSEPTUAL
88. CONTOH
Konsentrasi Kepemilikan
Saham (X1)
Pertumbuhan
Perusahaan
(Y2)
Resiko Sistimatis
Perusahaan
(X2)
Likuiditas Saham
(X3)
Struktur Modal
(Y1)
Nilai Perusahaan
Manufaktur (Y4)
Diversifikasi Usaha
(X4) Arus Kas Bebas
(Y3)
+β4
+ψ5
H1a
H4aH2a
H4e
H1c
H1d
H4d
H4b
H4g
H3d
H2d
H3c
H4c
H1b
H4f
H3a
H2b
H3b
H2c
+α4
+α3
+α2
+α1
+β1
+β2
+β3
+δ4
+δ3
+δ1
+δ2
+ψ1
+ψ7
+ψ6
+ψ2
+ψ4
KERANGKA KONSEPTUAL
90. CONTOH
Karakteristik
Pekerjaan
(X1)
Kepemimpinan
Transformasional
(X2)
Peluang Promosi
(X3)
Kepuasan Kerja
(Y1)
Komitmen Organisasi
(Y2)
Turnover Intention
(Y3)
Keanekaragaman
Tugas (X1.1)
Identitas
Tugas (X1.2)
Keberartian
Tugas (X1.3)
Otonomi
(X1.4)
Umpan Balik
(X1.5)
Status
Sosial (X3.1)
Wewenang
(X3.2)
Tanggung Jawab
(X3.3)
Penghasilan
(X3.4)
Pengakuan
(Y1.1)
Kompensasi
(Y1.2)
Pengawasan
(Y1.3)
Keinginan Meninggalkan
Organisasi (Y3.1)
Keinginan Mencari
Pekerjaan Baru (Y3.2)
Pengaruh
Individual (X2.1)
Motivasi
Inspiratif (X2.2)
Stimulasi
Intelektual (X2.3)
Pertimbangan
Individual (X2.4)
Affective Commitment
(Y2.1)
Continuan Commitment
(Y2.2)
Normative Commitment
(Y2.3)
Penghasilan
(X3.4)
0,064
0,521
0,148
0,128
0,319
0,127
0,238
-0,557
-0,461
-0,648
-0,249
-0,299
91. 3.2. Hipotesis
1. Servicescape berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
2. Servicescape berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
3. Perilaku peran ekstra karyawan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan.
4. Perilaku peran ekstra karyawan berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan.
5. Kualitas komunikasi karyawan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan.
6. Kualitas komunikasi karyawan berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan.
7. Kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
pelanggan.
92. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
Data Dibutuhkan
(Variabel Penelitian)
Jenis Data
Metode
Pengumpulan Data
Data BEI, BPS, Pubikasi,
Instansi Terkait
Sekunder, Eksternal Dokumentasi
Laporan Keuangan PT ‘X’ Sekunder, Internal Dokumentasi
Tanggapan Konsumen,
Respon Layanan Publik,
Persepsi Karyawan
Primer
NOIR
Angket, Wawancara
Pola Kehidupan Suatu
Masyarakat
Kategorik, Kualitatif,
Nominal, Ordinal
Pengamatan,
Wawancara, Focus
Group
93. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
Data Dibutuhkan
(Variabel Penelitian)
Jenis Data
Metode
Pengumpulan Data
Bagaimana Kepuasan Nasabah Bank “X”
94. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Data Yang Dibutuhkan:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
95. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Jenis Data:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
96. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Metode Pengumpulan Data:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
97. Tabel Kebutuhan Data, Jenis, Teknik dan
Prosedur Pengumpulan Data
Data Dibutuhkan
(Variabel Penelitian)
Jenis Data
Teknik dan Prosedur
Pengumpulan Data
Berapa Tarif Relevan Untuk
Pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan di Kota Manado
98. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Data Yang Dibutuhkan:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
99. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Jenis Data:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
100. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Metode Pengumpulan Data:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
102. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Data Yang Dibutuhkan:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
103. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Jenis Data:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
104. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
• Metode Pengumpulan Data:
– 1
– 2
– 3
– 4
– 5
– 6
105. Pokok Bahasan (a)
• Metode Penelitian
–Jenis Penelitian
–Jenis Data
–Metode Pengumpulan Data
–Populasi dan Sampel
–Definisi Operasional Variabel
–Teknik Analisis
106. Pokok Bahasan (b)
• Hasil Penelitian dan Pembahasan
– Deskripsi Obyek (jika ada)
– Deskripsi Responden (jika ada)
– Deskripsi Variabel
– Deskripsi Hasil
– Pembahasan
• Temuan dan Implikasi Manajerial
• Keterbatasan, dan
• Penelitian Selanjutnya
107. Pokok Bahasan (c)
• Kesimpulan dan Saran
–Kesimpulan Teoritik
–Kesimpulan Integratif
–Saran Praktik
108. • Bila SAUDARA/I diperhadapkan dengan
beberapa judul proposal penelitian yang
diajukan oleh mahasiswa/i, adakah
pertanyaan:
–Apakah jenis penelitian dari proposal usulan
anda (mahasiswa/i) ?.
109. Beberapa contoh judul penelitian:
• Pengaruh Perdagangan Bebas ACFTA terhadap
Potensi Pembiayaan Daerah Di Kalimantan-Sulampua
(BI Cabang Manado, 2010).
• Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Tingkat
Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pengangguran Melalui Investasi Swasta Dan Ekspor
Di Sulawesi Utara (Vekie A. Rumate, 2009).
110. • Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham, Resiko Sistematis
Perusahaan, Likuiditas Saham Dan Diversifikasi Usaha
Terhadap Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Arus
Kas Bebas Dan Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Go Public
Di Indonesia (Parengkuan Tommy, 2009).
• Analisis Value Enhancment Role Dan Komitmen Pejabat Dan
Pengelola Keuangan Terhadap Pelaksanaan Standar Akuntansi
Pemerintahan Dalam Rangka Meningkatkan Good
Governance Dan Kinerja Pada Pemerintah Propinsi Jawa Timur
(Diah Ekaningtias, 2010).
• Analisis Penetapan Tarif Pajak Hiburan, dan Dampaknya
Terhadap PAD Kota Manado.
Beberapa contoh judul penelitian:
111. • Pengaruh Budaya Organisasi, Teknologi Informasi,
Intensitas Persaingan, Strategi Bersaing, Dan Inovasi
Terhadap Kinerja Perusahaan Perhotelan Di Sulawesi
Utara (Bernhard Tewal, 2009).
• Pengaruh Kebanggaan, Kepercayaan, Kualitas
Layanan dan Nilai Konsumen Terhadap Kepuasan dan
Perilaku Membeli Ulang Wanita Karir Pada Pasar
Swalayan Di Manado (Altje L. Tumbel, 2009).
Beberapa contoh judul penelitian:
112. 1. Jenis Penelitian
Tujuan Metode Eksplanasi Analisis
• Dasar
• Terapan
Survey
Ex Post
Facto
Eksperimen
Naturalistik
Policy
Research
Action
Research
Evaluasi
Sejarah
Deskripsi
Komparatif
Asosiatif
Kuantitatif
Kualitatif
Gabungan
Masa Lalu
Masa Sekarang
Masa Depan
113. Menurut Tujuan
• Penelitian Dasar
– Perhatian utama terletak pada kesinambungan
integritas dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
• Penelitian Terapan
– Perhatian utama terletak pada aplikasi kegunaan
penelitian (memecahkan masalah praktis).
– Dalam kasus bisnis, penelitian ini berguna untuk
memecahkan masalah yang dihadapi manajer,
seperti penjualan tidak sesuai yang diharapkan.
114. Menurut Metode (a)
• Penelitian Survey
– Penelitian yang mengambil sampel dari populasi
dengan menggunakan kuesioner.
• Penelitan Ex Post Facto
– Penelitian terhadap peristiwa yang telah terjadi
untuk mengetahui penyebab suatu masalah.
• Penelitan Eksperimen
– Penelitian yang menggunakan kelompok kontrol
115. Menurut Metode (b)
• Penelitian Naturalistik
– Pengukapan sebuah fenomena yang sementara
berlangsung secara alamiah.
• Policy Research
– Bertujuan untuk pengambilan kebijakan.
• Action Research
– Bertujuan untuk mengubah suatu situasi dan perilaku.
• Penelitian Sejarah
– Untuk merekronstruksi peristiwa masa lalu dengan
menekankan pada waktu terjadinya peristiwa tsb.
116. Menurut Eksplanasi
• Penelitian Deskriptif
– Untuk menjelaskan sebuah peristiwa dalam bentuk
uraian, tabel, gambar, dan grafik mengenai satu atau
beberapa variabel tanpa membandingkan atau
menghubungkan variabel-variabel tersebut.
• Penelitian Komparatif
– Bertujuan untuk membandingkan dua atau lebih
variabel yang diteliti.
• Penelitian Asosiatif
– Bertujuan untuk mengetahui hubungan/pengaruh
antara dua atau lebih variabel.
117. Menurut Analisis
• Analisis Kuantitatif
– Penelitian yang menekankan hasil perhitungan
dalam bentuk angka atau kuantum.
• Analisis Kualitatif
– Penelitian bersifat deskriptif secara tertulis
maupun lisan dari obyek yang diamati.
• Analisis Gabungan
118. • Apakah uraian mengenai jenis penelitian
penting dikemukakan dalam sebuah laporan
penelitian ?.
• Selanjutnya, dimanakah Saudara menemukan
penjelasan mengenai jenis penelitian ?.
119. BAB III
3.1. Jenis Penelitian
Studi ini ditinjau dari tingkat eksplanasinya
termasuk jenis penelitian asosiatif, dan ditinjau dari
pendekatan analisisnya diklasifikasikan ke dalam
metode kuantitatif. Menurut Anzwar (1998:5) studi
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
menekankan analisisnya pada data-data numerikal
(angka) yang diolah dengan metode statistika. Lebih
lanjut, dikatakan bahwa pendekatan kuantitatif
dilakukan pada studi inferensial (dalam rangka
pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan
hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan
hipotesis nihil (Anzwar, 1998:5).
120. Metode kuantitatif digunakan dengan pertimbangan
yang melandasi, yaitu studi ini berbentuk paradigma jalur,
dengan teknik analisis statistik yang dinamakan Structural
Equation Modeling (SEM). Menurut Hair et al. (2002:67)
dengan menggunakan SEM memungkinkan dilakukannya
analisis terhadap serangkaian hubungan secara simultan
sehingga memberikan efisiensi secara statistik.
Menurut Sugiyono (2002:11) studi asosiatif
merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar dua variabel atau lebih. Pada jenis
penelitian ini, asosiatif dimaksudkan untuk menguji
pengaruh variabel X dan W terhadap Z melalui Y. …dstnya.
NEXT…
121. • Bila jenis penelitian mahasiswa… … (misal
asosiatif atau survei), maka jenis data apa
yang diperlukan mahasiswa ?.
122. 2. Jenis Data
• Berdasarkan SUMBER
– Data Primer dan Sekunder
• Berdasarkan JENIS
– Data Numerik (kuantitatif) dan Kategorik (Kualitatif)
• Berdasarkan PENGUKURAN
– Data Diskrit dan Kontinyu
• Berdasarkan KETERSEDIAAN
– Data Internal dan Eksternal
• Berdasarkan SKALA
– Nominal, Ordinal, Interval, dan Rasio
123. Berdasarkan SUMBER
• Data Primer
– Data yang didapatkan atau dikumpulkan sendiri.
– Misalnya : dengan melakukan wawancara,
observasi atau pengukuran di lapangan.
• Data Sekunder
– Data yang didapatkan atau dikumpulkan dari
pihak lain (penyedia data).
– Misalnya: BPS, BEI, dll.
124. Berdasarkan JENIS
• Data Numerik (kuantitatif)
– Data dinyatakan dalam besaran numerik (angka).
– Misalnya: PDRB, Inflasi, dll.
• Data Kategorik (Kualitatif)
– Data diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu.
– Misalnya: Kategori Usaha (besar, sedang,kecil), dll.
• Catatan:
– Statistika mensyaratkan bentuk data numerik.
– Data kategorik terlebih dahulu harus diubah ke bentuk numerik
dengan memberi bobot pada setiap kategori.
125. Berdasarkan PENGUKURAN
• Data Diskrit
– Data yang dinyatakan dalam bilangan cacah.
– Misalnya: Banyak produk yang gagal: 128 unit
Banyak kesalahan yang dibuat: 77 kesalahan/halaman
program. Banyak pengunjung website: 24
orang/menit, dll.
• Data Kontinyu
– Data yang dinyatakan dalam bilangan pecahan.
Misalnya: Waktu produksi = 58.15 menit, Biaya
produksi = $396.49 Volume: 250 ml, Berat: 42.12 gr,
Jarak: 67.49 km, dll.
126. Berdasarkan KETERSEDIAAN
• Data Internal
– Data yang berasal dari obyek penelitian, baik
berupa informasi yang siap di analisis maupun
data mentah yang harus diolah.
– Misalnya: Data penjualan perusahaan
• Data Eksternal
– Data yang bukan berasal dari obyek penelitian.
– Misalnya: Data BPS, SUSENAS, BEI, dll
127. Berdasarkan Skala Pengukuran
• Berdasarkan Skala Pengukuran
– Nominal, Ordinal, Interval, dan Rasio
Membedakan Tingkatan Jarak Nol MutlakSkala
Nominal
Ordinal
Interval
Rasio
128. Data Nominal
• Data diperoleh dengan tujuan kategorisasi
obyek atau subyek yang diteliti.
• Angka atau huruf hanya bersifat kategori
untuk membedakan (dapat dibolak balik),
tidak mengandung tingkatan dan
jarak/interval.
• Contoh: gender (L/P), jenis pekerjaan, status
(menikah/bujang), dll.
129. Data Ordinal
• Selain melakukan kategorisasi, data dapat
diurutkan berdasarkan tingkatan.
• Bersifat tingkatan (urutan), tetapi jarak
(interval) antar kategori tidak ada/tidak sama.
• Misalnya: Sangat Puas
Puas
Kurang Puas
Tidak Puas
130. Data Interval
• Memiliki sifat seperti pada data nominal dan
ordinal.
• Jarak satu kategori dengan kategori lainnya
jelas, namun antar jarak/interval satu dengan
lainnya tidak dapat dibandingkan.
131. Data Interval (contoh 1)
• Below are the attributes used by many customers to
select a restaurant. Give rangking for each attribute
from 1 for the attribute that you consider as the
most important, to 7 for the attribute that you
consider as the least important, when you select a
restaurant.
Price …….
Service Speed …….
Location …….
Consistency of Food …….
Food Variation …….
Staff Friendliness …….
Portion Size …….
132. Data Interval (contoh 2)
• From the range 1 to 5 below, give rating on
the lates fast-food restaurant you visited,
where 1 for extremely unsatisfying to 5
extremely satisfying:
Price
Service Speed
Consistency of Food
Food Variation
Staff Friendliness
Unsatisfying Satisfying
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
133. Data Rasio
• Data yang memiliki sifat seperti pada data
nominal, ordinal, dan interval.
– Contoh: Umur, Pendapatan, Pengeluaran, dll.
• Data ini dapat dibandingkan secara absolut
– Pengeluaran/Bulan Ami sebesar Rp. 3 Juta, dan
Ima Rp. 6 Juta.
– Bila dibandingkan maka pengeluaran/bulan Ima
adalah 2x lebih besar dari Ami.
• Data ini memiliki angka nol mutlak.
NEXT…
134. • Bila data yang diperlukan telah diinventaris,
bagaimana mahasiswa/i memperoleh data
yang diperlukan ?.
135. 3. Metode Pengumpulan Data
• Pengamatan Langsung: check list, video dan
kamera
• Eksperimen
• In-depth interview: tape recorder dan buku
catatan
• Kuisioner (Angket): daftar Pertanyaan
• Focus Group: diskusi dengan beberapa informan
dalam kelompok kecil
• Dokumentasi: arsip, catatan, laporan.
• Dll.
136. • Bila jenis data telah diketahui, dan metode
pengumpulan data telah ditetapkan, maka
selanjutnya, dimanakah Saudara menemukan
penjelasan mengenai jenis dan metode
pengumpulan data ?.
137. BAB III
3.1. Jenis Penelitian (Rancangan Penelitian)
3.2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya adalah
termasuk jenis data primer, yaitu data mengenai tanggapan/respon
pelanggan atas beberapa atribut produk, pelayanan, dan harga.
Ditinjau dari skala pengukuran, jenis data yang dibutuhkan
adalah data nominal dan interval. Data nominal mengenai identitas
pelanggan, dan data interval mengenai nilai atau skor tanggapan
pelanggan.
Untuk mendapatkan data mengenai tanggapan pelanggan,
pada penelitian ini akan menggunakan kuisioner. Informasi (data)
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain …
(sebutkan sumber data dan metode pengambilan data tersebut)
138. BAB III
3.1. Jenis Penelitian (Rancangan Penelitian)
3.2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini berdasarkan
sumbernya termasuk jenis data sekunder, dan
berdasarkan ketersedian data termasuk data eksternal.
Data yang dimaksud, yaitu Sulut Dalam Angka,
SUSENAS. Data ini diperoleh dari BPS Sulut melalui
metode dokumentasi.
Untuk mendapatkan data lainnya, peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa pimpinan
SKPD SULUT, antara lain, dinas kesehatan dan dinas
pedidikan.
139. Pertimbangan Pemilihan Metode
Pengumpulan Data
• Judul, Masalah, Tujuan penelitian
– Pada judul, masalah, dan tujuan penelitian
terkandung jenis dan macam variabel yang di teliti,
sehingga atas dasar variabel tersebut di rancang
instrumen yang sesuai.
• Jumlah sampel penelitian
– Apabila jumlah sampelnya besar, tentu saja peneliti
tidak mampu menggunakan metoda wawancara atau
observasi. Metoda angket mungkin yang lebih tepat
dengan instrumen angket.
140. • Lokasi penelitian
– Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas, akan
lebih efektif jika menggunakan metoda angket.
• Tenaga pengumpul data
– Apabila tenaga pengumpul data banyak, dan responden
sedikit, maka dapat menggunakan wawancara atau
observasi. Tetapi jika tenaga pengumpul data kurang,
sebaiknya di pakai angket.
• Biaya dan waktu
– Apabila biaya dan waktu yang tersedia terbatas, sebaiknya
digunakan kuesioner atau angket.
Pertimbangan Pemilihan Metode
Pengumpulan Data
141. • Jenis data yang dikumpulkan
– Jika ingin mengorek data yang lebih dalam,
metoda wawancara dengan instrumen kuesioner
atau alat perekam.
• Dalam prakteknya, metoda pengumpulan data
dan instrumen pengumpul data yang di pakai
dalam suatu penelitian tidaklah tunggal tetapi
kombinasi dari beberapa metoda dan jenis
instrumen sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Pertimbangan Pemilihan Metode
Pengumpulan Data
142. Tabel Kebutuhan Data, Jenis dan
Metode Pengumpulan Data
Data Dibutuhkan
(Variabel Penelitian)
Jenis Data
Metode
Pengumpulan Data
Data BEI, BPS, Pubikasi,
Instansi Terkait
Sekunder, Eksternal Dokumentasi
Laporan Keuangan PT ‘X’ Sekunder, Internal Dokumentasi
Tanggapan Konsumen,
Respon Layanan Publik,
Persepsi Karyawan
Primer
NOIR
Angket, Wawancara
Pola Kehidupan Suatu
Masyarakat
Kategorik, Kualitatif,
Nominal, Ordinal
Pengamatan,
Wawancara, Focus
Group
143. • Pengadaan Instrumen
– Apabila instrumen penelitian sudah tersedia,
peneliti dapat mempergunakannya untuk
pengumpulan data. Tetapi apabila instrumen
tersebut belum tersedia maka peneliti harus dapat
menyusun sendiri, dan melakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Pertimbangan Pemilihan Metode
Pengumpulan Data
144. • Selanjutnya, …
– siapakah unit analisis, populasi (populasi target
dan akses) ?, dan
– apa obyek dan subyek penelitian ini ?,
–siapakah respondennya (informan) atau
sumber informasi (data)?,
–teknik apa yang tepat untuk pengambilan
sampel?
145. 4. Populasi dan Sampel
• Populasi dan Unit Analisis
• Obyek dan Subyek Penelitian
• Responden (Informan)
• Sampel dan Teknik Sampel
146. Populasi
• Sekumpulan obyek, orang, atau keadaan yang paling
tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama
(Furqon, 2001:135).
• Sekumpulan obyek, orang, atau keadaan yang menjadi
perhatian peneliti dan akan digunakan oleh peneliti
untuk menggeneralisasikan hasil penelitiannya
(Fraenkel, 1990:84).
• Wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2003:55).
147. Populasi
• Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi,
karena satu orang mempunyai berbagai karateristik,
misalnya kepemimpinan , kepribadian, dan ciri-ciri
lainnya.
– Misalnya: penelitian mengenai kepribadian dan gaya
kepemimpinan seorang manajer atau kepala daerah, maka
yang menjadi samapel adalah semua karateristik yang
dimiliki manajer atau kelapa daerah tersebut.
• Dalam bidang kedokteran satu orang sering bertindak
sebagai populasi.
– Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi.
– Untuk pemeriksaan darah, cukup mengambil beberapa
tetes darah yang ada pada orang tersebut.
148. Sampel
• Idealnya, suatu penelitian dilakukan terhadap
populasi (sensus).
• Umumnya dalam penelitian survei, dapat
dilakuan pada sebagian dari unsur-unsur (unit
analisis) populasi yang akan diteliti.
• Penelitian pada sebagian dari unsur-unsur
populasi dinamakan sampel.
• Agar dapat dilakukan generalisasi, sampel harus
benar-benar dapat mewakili populasi.
• Karena itu, harus diperhatikan besaran sampel
dan teknik pengambilan sampel.
149. Sampel
• Besaran sampel dan teknik pengambilan
sampel sangat terkait dengan besaran jumlah
populasi: apakah finit (definite) atau infinit
(indefinite).
• Populasi finit adalah jumlah populasi yang
anggotanya dapat dihitung atau terbatas.
• Populasi infinit adalah jumlah populasi yang
anggotanya terlalu banyak atau tak
teridentifikasi dan tak dapat dihitung.
151. Pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan
hotel berbintang di Manado
• Untuk melaksanakan penelitian, seorang peneliti
membutuhkan informasi atau data.
• Sumber informasi (reponden/informan) berasal
dari:
• manajemen hotel
• karyawan
• konsumen atau pelanggan, dan
• pemerintah Kota Manado.
152. Sumber Informasi
• Manajemen hotel: pihak yang menetapkan
kebijakan hotel.
• Karyawan: pihak yang mengimplementasikan
bentuk layanan yang memuaskan konsumen.
• Konsumen atau pelanggan: pihak yang
merasakan layanan pihak hotel.
• Pemerintah Kota Surabaya: pihak yang membut
peraturan daerah mengenai perhotelan.
153. Responden # Subjek
• Pelanggan yang merupakan tempat variabel
melekat (kepuasan dan loyalitas) adalah
subjek penelitian.
• Pelanggan adalah responden karena dapat
memberikan informasi yang diperlukan.
• Pelanggan adalah sumber informasi karena
daripadanya dapat diperoleh data penelitian.
154. • Manajemen hotel, karyawan, dan pemerintah
kota surabaya bukan subjek penelitian, karena
bukan tempat variabel yang diteliti berada.
• Manajemen hotel, karyawan, dan pemerintah
kota surabaya merupakan responden karena
dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan, sekaligus sebagai sumber data.
Responden # Subjek
155. • Bila dalam judul yang muncul nama hotel “X”,
berarti pemerintah kota surabaya bukan
sebagai responden maupun sebagai sumber
data penelitian.
• Sumber data lainnya dapat berasal dari BPS,
Kantor Pariwisata Kota Surabaya, PHRI, dll.
Responden # Subjek
156. • Sumber-sumber informasi dinamakan
responden penelitian (pada penelitian
kualitatif atau alternatif disebut informan).
• Responden penelitian adalah sumber
informasi yang diperlukan dalam sebuah
penelitian.
• Subjek dan objek penelitian ini disebut
satuan analisis (units of analysis) atau
unsur-unsur populasi.
Responden Sumber Informasi
157. • Subjek Penelitian: benda, hal atau orang
tempat data untuk variabel penelitian
melekat, dan yang dipermasalahkan.
• Responden Penelitian: orang yang dapat
merespons, memberikan informasi tentang
data penelitian.
• Sumber Informasi (Data): benda, hal atau
orang tempat peneliti mengamati,
membaca, atau bertanya tentang data.
Responden Sumber Informasi
158. Subjek, Objek Penelitian dan
Unit Analisis
• Dalam sebuah penelitian, subjek dapat lebih dari
satu. Misalnya, kepuasan kerja karyawan dan
manajer terhadap kinerja organisasi pada hotel
“X”.
• Unit analisis (unsur populasi) adalah satuan dari
obyek dan subjek yang dianalisis.
• Bila subjek penelitian adalah manajer hotel,
berarti unit analisisnya adalah manajer dan hotel.
• Tempat dimana subjek penelitian berada
dinamakan objek penelitian.
159. Besaran Sampel
• Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan
ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan
100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah
anggota populasi itu sendiri.
• Keberadaan sampel diperlukan untuk menutupi
kendala waktu, tenaga, dan dana.
• Makin besar jumlah sampel mendekati populasi,
maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya.
160. • Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi yang
dikembangkan Isaac dan Michael.
– Misalnya: populasi sebanyak 200 orang sebagai subjek
penelitian dengan tingkat kesalahan 1% sebanyak 154
orang (Sugiyono, 2004).
• Untuk SEM, menurut Hair et al. (2002:23) bahwa
ukuran sampel yang sesuai adalah minimal 100-200.
Besaran Sampel
161. Populasi Tidak Diketahui
• Penentuan Jumlah Sampel :
– Jumlah anggota sampel dapat dihitung berdasarkan
formula Zikmund :
• dimana :
n = jumlah sampel ;
Z = jumlah sampel yang sudah distandardisasi sesuai
derajat keyakinan ;
S = deviasi standar sampel atau estimasi deviasi
standar populasi;
E = tingkat kesalahan yang ditolerir.
n = (ZS)2
E
162. • Contoh : seorang peneliti, yang mempelajari
pengeluaran para wanita membeli produk kosmetik,
menginginkan derajat kepercayaan 95 % (berarti nilai
Z = 1,96), perkiraan deviasi standar $ 29 (S), dan
rentang kesalahan (E) kurang dari $ 2.
n = [(1,96)(29)]2
2
808=
n = (ZS)2
E
Populasi Tidak Diketahui
163. • Penentuan Jumlah Sampel :
– Jumlah anggota sampel dapat dihitung berdasarkan formula
Slovin:
N = n/N(d)2 + 1
– n = sampel;
– N = populasi;
– d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
• Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan
tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
• N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
Populasi Diketahui
164. Subjek Penelitian, Populasi, dan Sampel
• Total keseluruhan dari subjek penelitian
adalah populasi.
• Jumlah tertentu yang memiliki karakteristik
tertentu sebagai representatif dari populasi
disebut sampel.
• Teknik sampling adalah teknik untuk
pengambilan sampel penelitian.
165. • Jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan penting
manakala jenis penelitian yang dilakukan menggunakan
analisis kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, besaran sampel
bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan
kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya
akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
• Selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang
perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat
keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan
tenaga yang tersedia (Singarimbun dan Effendy, 1989).
Pertimbangan Besaran Sampel
166. • Selain tingkat kesalahan, yang perlu dipertimbangankan yaitu,
(1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu,
dan tenaga yang tersedia (Singarimbun dan Effendy, 1989).
• Makin tidak seragam karakter setiap elemen populasi, makin
banyak sampel yang harus diambil. Jika rencana analisisnya
mendetail maka jumlah sampelnya pun harus banyak.
Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen
terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud
mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat
pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya
harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU,
dan seterusnya.
Pertimbangan Besaran Sampel
167. • Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian
ada 400 buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang
harus diambil menjadi sampel agar hasilnya mewakili
populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak mudah. Ada
yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000,
sampel sekitar 10 % sudah cukup, tetapi jika ukuran
populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%, dan
kalau ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%.
• Menurut Gay dan Diehl (1992)
– Penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi,
– Penelitian korelasional, paling sedikit 30 sampel,
– Penelitian perbandingan kausal, 30 sampe per kelompok, dan
– Penelitian eksperimen 15 sampel per kelompok
Pertimbangan Besaran Sampel
168. Pertimbangan Besaran Sampel
• Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah
antara 30 – 500.
• Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan
multivariate (mis.korelasi, regresi ganda) maka jumlah
anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel
yang diteliti. Mis. Variabel penelitiannya ada 5
(independen+dependen) maka jumlah anggota sampel
= 10 X 5 = 50.
• Untuk penelitian eksperimen yang sederhana yang
menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing
antara 10 -20 (Roscoe dalam Sugiyono (2006:101).
169. • Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992) memberikan
pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut:
– Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
– Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel
(laki/perempuan, SD?SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum
subsampel harus 30
– Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi
multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih
besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis.
– Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan
pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d
20 elemen.
Pertimbangan Besaran Sampel
170. • Champion (1981) mengatakan bahwa sebagian besar uji
statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel.
Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif
jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau
dari 120 s/d 250. Bahkan jika sampelnya di atas 500, tidak
direkomendasikan untuk menerapkan uji statistik. (Penjelasan
tentang ini dapat dibaca di Bab 7 dan 8 buku Basic Statistics
for Social Research, Second Edition).
• Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992)
membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah
sampel sebagai berikut (Lihat Tabel) .
Pertimbangan Besaran Sampel
172. 5. Teknik Pengambilan Sampel
Sampling Techniques The Indefinite
Population
The Define
Population
Non Probability
Sampling Techniques
Probability
Sampling Techniques
Simple Random Systematic
Stratified Cluster
Convenience Judgmental
Quato Snowball
174. Convenience Sampling (a)
• Dengan teknik ini, peneliti berusaha memperoleh
data sampel dari elemen-elemen yang convenience,
yaitu mudah ditemui, dikenal, dan mau bekerjasama.
• Pertimbagan utama teknik ini adalah akses ke
sumber informasi (subyek penelitian)
• Dalam kasus tertentu, teknik ini juga dinamakan
accidental sampling,yaitu sampel yang dipilih secara
kebetulan (accedentally).
175. • Cross the mall sampling juga masuk kategori
convenience sampling, yaitu sampel diperoleh secara
kebetulan di beberapa tempat tertentu dimana
populasi berada, seperti mal (pusat pembelanjaan).
• Kelemahan dari convenience sampling terletak pada
derajad keterwakilan sampel atas populasi.
• Kesimpulan yang dibuat tidak dapat digeneralisasi.
Convenience Sampling (b)
176. • Consecutive sampling
– Pada cara ini semua subjek yang datang dan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukan dalam
penelitian sampai jumlah yg diperlukan terpenuhi.
– Cara ini merupakan jenis non probability sampling
yang paling baik dan sering digunakan di klinik
salon, nasabah bank, tamu hotel, dll.
Convenience Sampling (b)
177. Jugmental Sampling
• Elemen populasi dipilih berdasarkan
pertimbangan peneliti.
• Peneliti dituntut untuk mampu menilai
kriteria-kriteria (persyaratan) pertimbangan
yang tepat untuk sebuah sampel sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
• Teknik ini juga dinamakan purposive sampling.
178. Quota Sampling
• Pada tahap pertama, peneliti menentukan jumlah sampel dari suatu
populasi.
• Pada tahap kedua, peneliti mengklasifikasikan sampel berdasarkan
kebutuhan penelitian (control category atau kuota), dan menetapkan
quota pada masing-masing klasifikasi.
• Responden dipilih berdasarkan klasifikasi sampel sampai pada jumlah
sampel yang ditentukan.
• Proporsi sampel yang terambil harus sesuai kuota dari masing-masing
klasifikasi yang telah ditetapkan.
• Cara ini dipergunakan kalau peneliti memahami benar karakteristik
elemen populasi (termasuk situasi daerah) dimana penelitian akan
dilakukan.
179. • Jumlah pembaca Manado Post tidak diketahui, dan
berdasarkan informasi setiap hari + 200.000 orang
pembaca dari 50 .000 eksemplar yang terbit. Peneliti
menetapkan 10 % dari total pembaca sebagai sampel.
Quota Sampling
Klasifikasi Sex Sampel (%) Jumlah Sampel
Pria 55 1100
Wanita 45 900
Klasifikasi Pendapatan Sampel (%) Jumlah Sampel
< Rp. 2 Juta 15 300
Rp. 2-5 Juta 60 1200
> 5 Juta 25 500
180. Snawball Sampling
• Tahap pertama, peneliti memilih salah satu
sampel (awal). Setelah diwawancari, sampel awal
diminta untuk menunjuk (merekomendasikan)
orang lain yang memenuhi syarat untuk target
populasi berikutnya.
• Demikian seterusnya sampai pada jumlah sampel
tertentu terpenuhi.
• Peneliti dapat memastikan jumlah sampel telah
terpenuhi dengan mempertimbangkan
kecukupan informasi yang dibutuhkan.
182. Simple Random Sampling
• Bila elemen populasi diketahui.
• Setiap elemen memiliki peluang yang sama untuk
terpilih sebagai sampel.
• Secara sederhana dapat dilakukan seperti
pengambilan undian, namun sebelumnya peneliti
harus menetapkan besaran sampelnya.
• Umumnya peneliti menggunakan menggunakan
kerangka sampel atau tabel random.
183. • Dalam kasus tertentu, teknik ini sulit diterapkan,
terutama target populasinya dalam jumlah besar
dan tersebar secara geografis.
• Jadi, bila populasi kita penduduk Desa
Bojongsalam, maka kita harus memiliki daftar
penduduk Desa Bojongsalam yang lengkap, kita
harus menomori setiap orang dari 1 sampai N.
Berdasarkan kerangka sampling, ditarik sejumlah
orang, yang nanti menjadi sampel.
Simple Random Sampling
184. Systematic Sampling
• Pada tahap pertama peneliti membuat kerangka
sampel dengan mengurutkan semua target populasi
(sejumlah populasi yang diketahui), katakanlah 1000
orang, dan besaran sampel sebesar 400 (Tabel Isaac &
Michael).
• Tahap kedua, peneliti menetapkan interval dari nomor
urut target populasi, misal 8 secara acak.
• Tahap ketiga, peneliti mengambil secara acak salah satu
nomor urut misal terambil 5, dan seterusnya
mengambil elemen sampel berikutnya berdasarkan
interval yang telah ditetapkan, yaitu: 5, 13,21,29,37,
dstnya sampai pada jumlah sampel sebesar 500.
186. Stratified Sampling
• Teknik ini dipakai bila target populasi berstrata
atau menyebar (merata atau tidak merata) pada
masing-masing kelompok/bagian/wilayah.
• Pada kasus tertetu peneliti sendiri yang
mengklasifikasikan atau mengelompokkannya.
• Setelah besaran sampel diketahui peneliti
mengambil sampel secara random pada masing-
masing kelompok, baik secara proporsional atau
tidak.
187. • Sampling berstrata, seperti ditunjukkan namanya,
melibatkan pembagian populasi dalam kelas, kategori,
atau kelompok yang disebut strata. Karakteristik strata
boleh jadi kota, daerah, suku bangsa, jenis kelamin,
status, usia, dan sebagainya.
• Ada dua jenis sampel strata: proporsional dan
disproporsional.
• Dalam sampel strata proporsional, dari setiap strata
diambil sampel yang sebanding dengan besar setiap
strata, sebaliknya disproporsional tidak.
Stratified Sampling
188. Stratified Sampling (contoh)
Target Populasi Klasifikasi I Klasifikasi II Klasifikasi III
• Elemen dalam tiap klasifikasi memiliki ciri yang homogen.
• Tiap klasifikasi (I, II, dan III) memiliki ciri yang heterogen.
• Tiap klasifikasi harus diambil sampel yang mewakili klasifikasinya tersebut.
Sampel
189. Stratified Sampling (contoh)
Target Populasi Klasifikasi I Klasifikasi II Klasifikasi III
• Elemen dalam tiap klasifikasi memiliki ciri yang homogen.
• Tiap klasifikasi (I, II, dan III) memiliki ciri yang heterogen.
• Tiap klasifikasi harus diambil sampel yang mewakili klasifikasinya tersebut.
Sampel
190. Suku Bangsa Populasi
% Dalam
Populasi
Pecahan
Sampel
Sampel
% Dalam
Sampel
Jawa 10.000 40% 0,10 1.000
Sundah 8.000 32% 0,10 800
Minang 5.000 20% 0,10 500
Batak 2.000 8% 0,10 200
25.000 100% 2.500
40%
32%
20%
8%
100%
Stratified Sampling (contoh)
• Ditentukan jumlah sampel 2.500 dari jumlah populasi 25.000 atau
10 % dari total populasi.
• Pecahan sampling untuk setiap strata adalah 2.500/25.000 = 0,10.
• Sampel setiap strata (suku bangsa) secara proporsional.
191. Suku Bangsa Populasi
% Dalam
Populasi
Pecahan
Sampel
Sampel
Jawa 10.000 40% 0,063 625
Sundah 8.000 32% 0,078 625
Minang 5.000 20% 0,125 625
Batak 2.000 8% 0,313 625
25.000 100% 2.500
Stratified Sampling (contoh)
• Besaran sampel untuk setiap strata dibagi rata pada setiap strata
sebesar 625. Pecahan sampel berbeda pada setiap strata, mis:
Jawa 625/10.000 = 0,063.
• Sampel setiap strata (suku bangsa) secara disproporsional.
192. Departemen PT. ABC Proporsional
MSDM 100
Produksi 800
Keuangan 10
Pemasaran 90
1.000
Stratified Sampling (contoh)
• Jika populasi diketahui, misal 1.000 karyawan PT. ABC.
• Berdasarkan Tabel Krejcie dan Morgan (1970), N = 1000 maka
jumlah sampel = 278.
• Jika penyebaran sampel yang tidak merata, dan karena itu
sebaiknya sampel diambil secara disproporsional
(100/1.000) x 278
(800/1.000) x 278
(10/1.000) x 278
(90/1.000) x 278
Sampel
27,8
222,4
2,78
25,20
278
193. Cluster Sampling
• Pertama, populasi harus dibagi dalam klaster
(umumnya adalah wilayah suatu daerah ).
• Kebalikan dari stratified sampling, elemen
dalam cluster (klasifikasi) harus heterogen,
sebaliknya antar cluster harus homogen.
• Peneliti dapat memilih satu atau beberapa
klaster (daerah) tertentu untuk pengambilan
sampel. Jadi tidak mengharuskan semua
klaster atau daerah.
194. Target Populasi Daerah I Daerah II Daerah III
Cluster Sampling (contoh)
• Tiap kluster atau daerah, elemen memiliki ciri yang heterogen.
• Antar daerah (klaster) memiliki ciri yang homogen.
• Peneliti dapat memilih satu atau beberapa daerah sebagai klaster untuk
pengambilan sampel.
Sampel
195. Cluster Sampling
Cluster
Sampling
One-Stage Sampling: pilih salah
satu atau beberapa klaster, kemudian
semua elemen dalam klaster dijadikan
sampel
Two-Stage Sampling: pilih salah
satu atau beberapa klaster, kemudian
sampel diambil secara random pada
klaster terpilih.
Multi-Stage Sampling: salah satu
atau beberapa klaster dibagi lagi dalam
beberapa klasifikasi , selanjutnya sampel
diambil secara random
196. • Misalnya, kita ingin meneliti anak-anak SD Kota
Manado. Tidak mungkin kita menghimpun semua
anak SD dalam daftar. Selain mungkin daftar itu
akan terlalu panjang, data tentang itu sukar
diperoleh.
• Bila daftar nama anak SD sukar kita buat,
kelompok anak berdasarkan nama sekolahnya
mudah kita buat. Kelompok anak itu disebut
klaster yang dapat berupa sekolah, kelas,
kecamatan, desa, RW, RT, dsb.
Cluster Sampling
197. • Bila klaster itu bersifat geografis, sampling klaster
dapat dilakukan satu tahap (single stage).
Misalnya, kita ingin meneliti penduduk Desa
Bojongsalam. Desa ini terdiri dari 12 RK. Dari
daftar RK, kita pilih secara random 3 RK.
• Semua penduduk pada 3 RK itu kita jadikan
sampel. Bila pada setiap RK kita memilih hanya 4
RT saja secara random, kita melakukan sampel
klaster banyak tahap (multistage).
Cluster Sampling
198. 6. Definisi Operasional Variabel
• Variabel harus didefinisikan secara operasional
agar lebih mudah dicari hubungannya antara
satu variable dengan lainnya dan
pengukurannya.
• Tanpa operasionalisasi variable, peneliti akan
mengalami kesulitan dalam menentukan
pengukuran hubungan antar variable yang
masih bersifat konseptual.
199. Operasionalisasi Variabel
• Definisi operasional ialah suatu definisi yang
didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan
atau “mengubah konsep-konsep yang berupa
konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang
dapat diamati dan yang dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain”
200. • mengidentifikasi criteria yang dapat
diobservasi yang sedang didefinisikan;
• menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek
mungkin mempunyai lebih dari satu definisi
operasional;
• mengetahui bahwa definisi operasional
bersifat unik dalam situasi dimana definisi
tersebut harus digunakan.
Manfaat Operasionalisasi Variabel
201. Cara-Cara Menyusun Definisi
Operasional
• Definisi operasional Tipe A dapat disusun
didasarkan pada kegiatan/prosedur yang
harus dilakukan, sehingga menyebabkan
gejala atau keadaan yang didefinisikan
menjadi nyata atau dapat terjadi.
• Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai
keadaan yang dihasilkan dengan
menempatkan dua orang atau lebih pada
situasi dimana masing-masing orang
mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya
satu orang yang akan dapat mencapainya.
202. • Definisi operasional Tipe B dapat disusun
didasarkan pada bagaimana obyek tertentu
yang didefinisikan dapat
dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang
diperoleh dari karaktersitik tertentu.
• Contoh: “kecerdasan (orang cerdas)” dapat
didefinisikan sebagai seorang yang
mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
Cara-Cara Menyusun Definisi
Operasional
203. • Definisi operasional Tipe C dapat disusun
didasarkan pada penampakan seperti apa obyek
atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa
saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik
tertentu.
• Contoh: “kecerdasan (orang cerdas)” dapat
didefinisikan sebagai orang yang mempunyai
ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing,
kemampuan berpikir baik, sistematis dan
mempunyai kemampuan menghitung secara
cepat.
Cara-Cara Menyusun Definisi
Operasional
204. Tabel Variabel Penelitian, Indikator,
dan Pertanyaan
Variabel Penelitian Indikator Pertanyaan
Niat Berperilaku (Y)
Y1.1
Y1.11
Y1.12
Y1.13
Manfaat Produk (X1) X1.1
X1.11
X1.12
X1.13
Y1.2 Seperti Di Atas
Harga Produk (X2) Seperti Di Atas Seperti Di Atas
X1.14
206. Pengantar
• Pada penelitian di bidang ilmu sosial seperti
manajemen, variabel-variabel penelitiannya
dirumuskan sebagai suatu variabel laten atau
unobserved (konstruk), yaitu:
– variabel yang tidak dapat diukur secara langsung,
tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi yang
diamati atau indikator-indikator yang diamati.
• Biasanya indikator yang diamati dengan
menggunakan kuisioner atau angket yang
bertujuan untuk mengetahui pendapat
responden mengenai sesuatu hal.
207. • Skala Data yang sering dipakai dalam
penyusunan kuisioner adalah skala ordinal
atau sering disebut Skala LIKERT, yaitu skala
yang berisi lima tingkatan preferensi jawaban;
1 (Sangat Tidak Setuju)
2 (Tidak Setuju)
3 (Ragu-Ragu atau Netral)
4 (Setuju)
5 (Sangat Setuju)
Pengantar
208. • Uji Reliabilitas
– Alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawabannya adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
• Repeated Measure (pengukuran ulang)
• One Shot with Alpha Cronbach > 0.60
• Dilakukan pada pra penelitian 10-30% TOTAL POPULASI
• Kuisioner dapat diperlihatkan pada ujian proposal disertai
hasil pengujian reliabilitas (termasuk validitas)
• Pertanyaan jangan membingungkan dan bermakna ganda
Pengantar
209. • Uji Validitas
– Untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner.
Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
diukur.
– Mis. Mengukur kecantikan seorang gadis, maka
pertanyaannya/pernyataan:
• Kecantikan dapat dilihat dari pintar memasak (X)
• Kecantikan dapat dilihat dari hewan kesayangannya (X)
• Kecantikan dapat dilihat dari ....................................()
• Justifikasi dengan menggunakan teori atau instrumen
pengukuran yang telah teruji.
Pengantar
210. BAB IV
METODE ANALISIS
4.1. Jenis Penelitian
4.2. Jenis Data
4.3. Metode Pengumpulan Data
4.4. Populasi, Besaran Sampel, dan Teknik Sampling
4.5. Definisi Operasional Variabel
4.6. Pengujian Instrumen Penelitian
4.6.1. Uji Validitas
4.6.2. Uji Reliabilitas
211. 4.6.1. Pengujian Validitas
Hasil pengujian validitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Tabel 4.x menunjukkan seluruh variabel penelitian memiliki
nilai correlation sperman signifikan. Hal ini berarti kuisioner yang
digunakan sebagai instrumen pengukur variabel adalah valid.
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Correlations Keterangan
Gaji
Insentif
Bonus
Penerangan
Temperatur
Kebersihan
IQ
SQ
EMQ
Otonomi
Kesempatan
Keterlibatan
Sosial
Esteem
Aktualisasi
212. 4.6.1. Pengujian Validitas
Hasil pengujian validitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Correlations
GAJI
INSEN
TIF BONUS
KEPUA
SAN
GAJI Pearson
Correlation
1 .521** .526** .788**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
INSENT
IF
Pearson
Correlation
.521** 1 .693** .874**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
BONUS Pearson
Correlation
.526** .693** 1 .883**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
KEPUA
SAN
Pearson
Correlation
.788** .874** .883** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Correlations Keterangan
Gaji 0.788
Insentif 0.874
Bonus 0.883
Penerangan
Temperatur
Kebersihan
IQ
SQ
EMQ
Otonomi
Kesempatan
Keterlibatan
Sosial
Esteem
Aktualisasi
213. 4.6.1. Pengujian Validitas
Hasil pengujian validitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Correlations
PENER
ANGAN
TEMPE
RATUR
KEBER
SIHAN
LING_K
ERJA
PENERAN
GAN
Pearson
Correlation
1 .163 .146 .642**
Sig. (2-
tailed)
.163 .211 .000
N 75 75 75 75
TEMPERA
TUR
Pearson
Correlation
.163 1 .593** .771**
Sig. (2-
tailed)
.163 .000 .000
N 75 75 75 75
KEBERSIH
AN
Pearson
Correlation
.146 .593** 1 .775**
Sig. (2-
tailed)
.211 .000 .000
N 75 75 75 75
LING_KER
JA
Pearson
Correlation
.642** .771** .775** 1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Correlations Keterangan
Gaji 0.788
Insentif 0.874
Bonus 0.883
Penerangan 0.642
Temperatur 0.771
Kebersihan 0.775
IQ
SQ
EMQ
Otonomi
Kesempatan
Keterlibatan
Sosial
Esteem
Aktualisasi
214. 4.6.1. Pengujian Validitas
Hasil pengujian validitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Correlations
IQ SQ EMQ
KECERDA
SAN
IQ Pearson
Correlation
1 .427** .432** .745**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
SQ Pearson
Correlation
.427** 1 .459** .836**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
EMQ Pearson
Correlation
.432** .459** 1 .786**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
KECERDASA
N
Pearson
Correlation
.745** .836** .786** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Correlations Keterangan
Gaji 0.788
Insentif 0.874
Bonus 0.883
Penerangan 0.642
Temperatur 0.771
Kebersihan 0.775
IQ 0.745
SQ 0.836
EMQ 0.786
Otonomi
Kesempatan
Keterlibatan
Sosial
Esteem
Aktualisasi
215. 4.6.2. Pengujian Validitas
Hasil pengujian validitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Correlations
OTONO
MI
KESEMP
ATAN
KETERLI
BATAN
PEMBER
DAYAAN
OTONOMI Pearson
Correlation
1 .430** .581** .776**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
KESEMPATA
N
Pearson
Correlation
.430** 1 .418** .783**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
KETERLIBA
TAN
Pearson
Correlation
.581** .418** 1 .851**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
PEMBERDA
YAAN
Pearson
Correlation
.776** .783** .851** 1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Correlations Keterangan
Gaji 0.788
Insentif 0.874
Bonus 0.883
Penerangan 0.642
Temperatur 0.771
Kebersihan 0.775
IQ 0.745
SQ 0.836
EMQ 0.786
Otonomi 0.776
Kesempatan 0.783
Keterlibatan 0.851
Sosial
Esteem
Aktualisasi
216. 4.6.2. Pengujian Validitas
Hasil pengujian validitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Correlations
SOSI
AL
ESTEE
M
AKTUAL
ISASI
MOTI
VASI
SOSIAL Pearson
Correlation
1 .595** .727** .896**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
ESTEEM Pearson
Correlation
.595** 1 .575** .803**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
AKTUALISA
SI
Pearson
Correlation
.727** .575** 1 .903**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
MOTIVASI Pearson
Correlation
.896** .803** .903** 1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
N 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Correlations Keterangan
Gaji 0.788
Insentif 0.874
Bonus 0.883
Penerangan 0.642
Temperatur 0.771
Kebersihan 0.775
IQ 0.745
SQ 0.836
EMQ 0.786
Otonomi 0.776
Kesempatan 0.783
Keterlibatan 0.851
Sosial 0.898
Esteem 0.803
Aktualisasi 0.903
217. 4.6.2. Pengujian Validitas
Hasil pengujian validitas pada 75 responden, selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.x berikut.
Tabel 4.x menunjukkan seluruh variabel penelitian memiliki nilai pearson
correlation signifikan. Hal ini berarti kuisioner yang digunakan sebagai instrumen
pengukur variabel adalah valid.
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Correlations Keterangan
Gaji 0.788 Signifikan/Valid
Insentif 0.874 Signifikan/Valid
Bonus 0.883 Signifikan/Valid
Penerangan 0.642 Signifikan/Valid
Temperatur 0.771 Signifikan/Valid
Kebersihan 0.775 Signifikan/Valid
IQ 0.745 Signifikan/Valid
SQ 0.836 Signifikan/Valid
EMQ 0.786 Signifikan/Valid
Otonomi 0.776 Signifikan/Valid
Kesempatan 0.783 Signifikan/Valid
Keterlibatan 0.851 Signifikan/Valid
Sosial 0.898 Signifikan/Valid
Esteem 0.803 Signifikan/Valid
Aktualisasi 0.903 Signifikan/Valid
218. 4.6.2. Pengujian Reliabilitas
Hasil pengujian reliabilitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
.....................................................
Tabel 4.x
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel
Nilai Alfa
Cronbach
Keterangan
Kepuasan Kerja ... ... ... ... ... ...
Lingkungan Kerja ... ... ... ... ... ...
Kecerdasan Karyawan ... ... ... ... ... ...
Pembedayaan Karyawan ... ... ... ... ... ...
Motivasi Kerja ... ... ... ... ... ...
219. Tabel 4.x
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel
Nilai Alfa
Cronbach
Keterangan
Kepuasan Kerja 0.806 Reliabel
Lingkungan Kerja 0.563 Reliabel
Kecerdasan Karyawan 0.702 Reliabel
Pembedayaan Karyawan 0.732 Reliabel
Motivasi Kerja 0.838 Reliabel
4.6.2. Pengujian Reliabilitas
Hasil pengujian reliabilitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardize
d Items
N of
Items
.807 .806 3
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha
Based on
Standardize
d Items
N of
Items
.542 .563 3
Reliability Statistics
Cronbach'
s Alpha
Cronbach's
Alpha
Based on
Standardiz
ed Items
N of
Items
.692 .702 3
Reliability Statistics
Cronbach'
s Alpha
Cronbach'
s Alpha
Based on
Standardi
zed Items
N of
Items
.704 .732 3
Reliability Statistics
Cronbach'
s Alpha
Cronbach'
s Alpha
Based on
Standardiz
ed Items
N of
Items
.833 .838 3
220. Tabel 4.x
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel
Nilai Alfa
Cronbach
Keterangan
Kepuasan Kerja 0.806 Reliabel
Lingkungan Kerja 0.563 Reliabel
Kecerdasan Karyawan 0.702 Reliabel
Pembedayaan Karyawan 0.732 Reliabel
Motivasi Kerja 0.838 Reliabel
4.6.2. Pengujian Reliabilitas
Hasil pengujian reliabilitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Tabel 4.x menunjukkan terdapat satu variabel yaitu lingkungan kerja
memiliki nilai Alpha Cronbach kurang dari 0.60. Berdasarkan nilai
tersebut, berarti kuisioner yang digunakan sebagai instrumen pengukur
variabel adalah tidak reliabel atau inkonsisten.
221. Tabel 4.x
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel
Nilai Alfa
Cronbach
Keterangan
Kepuasan Kerja 0.806 Reliabel
Lingkungan Kerja 0.563 Reliabel
Kecerdasan Karyawan 0.702 Reliabel
Pembedayaan Karyawan 0.732 Reliabel
Motivasi Kerja 0.838 Reliabel
4.6.2. Pengujian Reliabilitas
Hasil pengujian reliabilitas pada 75 responden, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.x berikut.
Tabel 4.x menunjukkan seluruh variabel penelitian memiliki nilai
Alpha Cronbach > 0.60. Berdasarkan nilai tersebut, berarti kuisioner yang
digunakan sebagai instrumen pengukur variabel adalah reliabel atau
konsisten.
Asumsi > 0.60
223. BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Obyek Penelitian
5.2. Deskripsi Responden
5.3. Deskripsi Variabel
5.4. Deskripsi Hasil Analisis Regresi Berganda
5.4.1. Koefisien Korelasi Berganda (R)
5.4.2. Koefisien Determinasi (R2)
5.4.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
5.4.4. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
5.4.5. Uji Asumsi Klasik
224. 5.4.1. Koefisien Korelasi Berganda (R)
Koefisien korelasi berganda (R) menunjukkan keeratan hubungan antara
variabel bebas secara serentak (simultan) terhadap variabel terikat.
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai R sebesar 0.537. Nilai korelasi
ini dapat dikatakan terdapat hubungan antara pemberdayaan, kepuasan, dan
kecerdasan dengan motivasi kerja sekalipun hubungannya tidak kuat (kurang
dari 0.60).
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .537a .288 .274 2.40320 1.589
a. Predictors: (Constant), PEMBERDAYAAN (X4), KEPUASAN (X1),
KECERDASAN (X3)
b. Dependent Variable: MOTIVASI (Y1)
5.4.2. Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil menunjukkan nilai
koefisien determinasi (R2Adjusted ) sebesar 0.274. Nilai ini jauh dari angka 1,
yang berarti model regresi kurang baik. Sekalipun demikian analisis regresi
dapat dilanjutkan dengan melihat asumsi klasik.
225. 5.4.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji signifikansi Uji F menunjukkan pengaruh variabel-variabel
bebas terhdap variabel terikat secara simultan. Hasil menunjukkan
bahwa nilai Uji F sebesar 19.732 adalah signifikan, dengan demikian
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pemberdayaan,
kepuasan, dan kecerdasan terhadap motivasi kerja.
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 341.870 3 113.957 19.732 .000a
Residual 843.203 146 5.775
Total 1185.073 149
a. Predictors: (Constant), PEMBERDAYAAN (X4), KEPUASAN (X1),
KECERDASAN (X3)
b. Dependent Variable: MOTIVASI (Y1)
226. 5.4.4. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh kepuasan (X1),
kecerdasan (X3), dan pemberdayaan (X4) terhadap motivasi kerja.
Hasil analisis menghasilkan persamaan regresi , yaitu:
Y = b0+b1X1+b2X2+ b4X4 + ei
Y = 1.699 – 0.014X1 + 0.322X2 + 0.510 X4 + ei
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.699 1.311 1.296 .197
KEPUASAN (X1) -.014 .106 -.011 -.132 .896 .757 1.322
KECERDASAN (X3) .322 .113 .242 2.850 .005 .673 1.485
PEMBERDAYAAN (X4) .510 .122 .369 4.176 .000 .623 1.606
a. Dependent Variable: MOTIVASI (Y1)
227. Y = 1.699 – 0.014X1 + 0.322X2 + 0.510 X4 + ei
Nilai koefisien regresi kepuasan kerja sebesar -0.014. Tanda negatif
menunjukkan arah berlawanan dengan motivasi kerja. Artinya,
peningkatan kepuasan kerja karyawan tidak serta merta meningkatkan
motivasi kerja, namun justru sebaliknya akan mengurangi motivasi
karyawan untuk bekerja, sebesar nilai koefisien regresi yaitu 0.014.
Semakin karyawan dipuaskan justru motivasi mereka untuk bekerja
semakin berkurang. Berdasarkan hasil pengujian Uji t menunjukkan
pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap motivasi kerja tidak
signifikan atau hipotesa (ha) ditolak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
probabilitas atau signifikansi sebesar 0.896.
Peningkatan kepuasan kerja karyawan melalui peningkatan gaji,
insentif, dan bonus yang bersifat ekstrinsik ternyata tidak baik bagi
motivasi mereka dalam bekerja. Penting juga memikirkan cara lain
meningkatkan kepuasan kerja yang berorientasi pada pekerjaan dan
kepuasan secara intrinsik, seperti penghargaan, pengakuan.
228. Y = 1.699 – 0.014X1 + 0.322X2 + 0.510 X4 + ei
Nilai koefisien regresi kecerdasan karyawan sebesar 0.322.
Tanda positif menunjukkan arah yang sama dengan motivasi kerja.
Artinya, peningkatan kecerdasan karyawan akan meningkatkan
motivasi kerja mereka, sebesar nilai koefisien regresi yaitu 0.322.
Semakin cerdas karyawan mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan, semakin termotivasi mereka untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Berdasarkan hasil pengujian Uji t menunjukkan
pengaruh kecerdasan karyawan terhadap motivasi kerja signifikan
atau hipotesa (ha) diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
probabilitas atau signifikansi sebesar 0.005.
Karyawan yang memiliki intelektual, spriritual, dan emosional
yang baik akan tercermin dari cara mereka bekerja. Mereka akan
menunjukkan perilaku dan sikap kerja yang baik pula. Kecerdasan
akan mengurangi pengerjaan pekerjaan berulang-ulang sehingga
tindak membosankan, sebaliknya selalu termotivasi untuk bekerja.
229. Y = 1.699 – 0.014X1 + 0.322X2 + 0.510 X4 + ei
Nilai koefisien regresi pemberdayaan karyawan sebesar 0.510.
Tanda positif menunjukkan arah yang sama dengan motivasi kerja.
Artinya, peningkatan pemberdayaan karyawan akan meningkatkan
motivasi kerja mereka, sebesar nilai koefisien regresi yaitu 0.510.
Karyawan semakin diberdayakan, semakin termotivasi mereka
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Berdasarkan hasil
pengujian Uji t menunjukkan pengaruh pemberdayaan karyawan
terhadap motivasi kerja signifikan atau hipotesa (ha) diterima. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas atau signifikansi sebesar
0.000.
Pemberdayaan merupakan hal yang paling pokok (dominan)
dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan. Karyawan yang
merasa diberdayakan dengan adanya otonomi, kesempatan, dan
keterlibatan akan lebih termotivasi untuk bekerja.
230. 5.4.5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik, diantaranya uji multikolineritas, Uji Heteroskedasitas,
dan uji autokorelasi.
Uji Multikolineritas
Pengujian multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Deteksi ada
tidaknya multikolineritas dengan melihat variance inflation factor (VIF)
< 10 atau tolerance < 0.10, atau dengan melihat matriks korelasi > 0.90.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.699 1.311 1.296 .197
KEPUASAN (X1) -.014 .106 -.011 -.132 .896 .757 1.322
KECERDASAN (X3) .322 .113 .242 2.850 .005 .673 1.485
PEMBERDAYAAN (X4) .510 .122 .369 4.176 .000 .623 1.606
a. Dependent Variable: MOTIVASI (Y1)