SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL PEMERINTAH
    TERHADAP KINERJA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL INDONESIA
 
                       Ir. Darwin, M.Sc dan Ramadhani Pratama Guna, S.T
                                  Jurusan Teknik Industri – ITB

                                             ABSTRAK

        Kondisi perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi perindustrian Indonesia.
Sedangkan jumlah mayoritas industri Indonesia terdiri dari industri berskala mikro dan kecil. Begitu
pula dengan tenaga kerja yang ada di skala industri tersebut. Tenaga kerja yang bekerja pada industri
skala mikro dan kecil merupakan jumlah mayoritas di antara skala industri lainnya. Oleh sebab itu,
industri mikro dan kecil merupakan industri yang cukup berpengaruh terhadap hidup masyarakat
Indonesia. Berbagai kebijakan makro ekonomi terutama fiskal telah berdampak kepada industri mikro
dan kecil. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain kenaikan dan penurunan harga BBM bersubsidi,
harga Tarif Dasar Listrik (TDL), ataupun pengaturan tarif pajak yang dikenakan seperti Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
        Penelitian ini memfokuskan pembahasan kepada dampak yang dirasakan industri mikro dan kecil
atas kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah dengan pendekatan sistem dinamis. Berdasarkan hasil
4 (empat) skenario kebijakan, pengurangan subsidi BBM menyebabkan pengaruh utamanya pada jumlah
industri mikro dan kecil yang semakin menurun, serta tenaga kerja yang bekerja pada IMK yang juga
semakin menurun. Sementara itu, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyebabkan penurunan
pada tingkat produktivitas IMK, namun masih berada dalam kondisi wajar. Adapun kenaikan alokasi
APBN untuk Kementerian Perindustrian dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan jumlah
industri mikro dan kecil, namun meningkatkan aliran modal yang diberikan kepada IMK oleh lembaga
keuangan dan pemodal lainnya

Kata kunci: Perekonomian, industri mikro dan kecil, kebijakan fiskal, sistem dinamis, model industri
mikro dan kecil.

1. PENDAHULUAN                                                 Sejak tahun 1967 hingga 2004 struktur
         Situasi dunia ke depan dihadapkan pada       perekonomian Indonesia mengalami perubahan
berbagai      tantangan    ekonomi.    Semakin        yang signifikan. Departemen Perindustrian RI
terbatasnya energi minyak bumi dan kemajuan           tahun 2009 melaporkan bahwa perlahan-lahan
teknologi menjadikan daya saing mutu produk           kontribusi sektor industri terhadap PDB semakin
tidak bisa bertahan lama. Ditambah lagi dengan        meningkat hingga dari 7.3% hingga 28.1%.
liberalisasi perdagangan yang akan dihadapi,          Sebaliknya, sektor pertanian menurun dan
membuat bangsa ini harus mempunyai daya               pertambangan cenderung konstan. Indonesia
saing produknya agar bisa ekspansi dan                mulai lepas landas dari negara agraris menjadi
mempunyai kekuatan untuk berkembang lebih             negara      industri.   Kini      industri-industri
jauh.                                                 berkembang di Indonesia, baik yang investasi
                                                      asing, ataupun investasi dalam negeri. Beberapa
industri yang menjadi unggulan Indonesia saat        dari Badan Pusat Statistik RI menunjukkan
itu adalah tekstil, garmen, alas kaki, rotan, dan    bahwa hanya industri barang kayu dan hasil
lainnya.                                             hutan yang menunjukkan gejala pertumbuhan,
         Namun sejak 2004 hingga 2009,               yaitu terus menanjak dari -2,07% sampai 2,44%.
kontribusi sektor industri terhadap PDB semakin      Industri alat angkut, mesin, dan peralatan
menunjukkan tren penurunan. Departemen               mengalami pertumbuhan konstan, yaitu sekitar
Perindustrian RI melaporkan bahwa kontribusi         9,7% dalam beberapa tahun terakhir. Sisanya
sektor industri terhadap PDB menurun dari            mengalami pertumbuhan minus.
28,1% menjadi 27,34%. Tidak hanya itu, sektor                 Perkembangan Impor nasional selama
industri semakin menunjukkan pertumbuhan             tiga tahun terakhir juga mengalami peningkatan
minus, dari 6,38% di tahun 2004, menjadi             yang tinggi. Total impor Indonesia pada tahun
4,60%; 4,59%; 4,67%; 3,66%; dan 2,31% pada           2007 sebesar US$ 74.473,43 juta atau meningkat
tahun 2009. Melihat kenyataan ini, banyak            21,96% dari tahun 2006 dan pada tahun 2008
pengamat ekonomi mengindikasikan terjadinya          pertumbuhan impor meningkat sebesar 73,48%
“deindustrialisasi”. Hal ini juga ditunjukkan        dengan nilai sebesar US$ 129.197,31 juta.
dengan penurunan kapasitas terpasang industri        Kondisi ini menunjukkan terjadi peningkatan
dari 80% menjadi 60%, penurunan jumlah unit          impor sebesar 3,32 kali. Pada 2010 defisit
usaha industri skala sedang dan besar, dan           perdagangan Indonesia dengan China sudah
penurunan signifikan dari indeks produksi            mencapai US$5,3 miliar. Data itu menunjukkan
industri sedang dan besar.                           begitu derasnya arus barang dan jasa dari China
         Deindustrialisasi yang terjadi semakin      yang masuk ke Indonesia, mulai dari yang kecil
diperparah dengan sejumlah perdagangan bebas         seperti peniti hingga barang yang sesungguhnya
yang diikuti oleh Indonesia, seperti ASEAN –         sudah banyak di negeri ini. Berdasar data Badan
China Free Trade Agreement (ACFTA),                  Pusat Statistik (BPS), selama Februari 2011
Indonesia – Japan Economic Partnership               perdagangan Indonesia dengan China juga
Agreement (IJ-EPA), dan lainnya. Industri kita       mencatat defisit US$ 324,5 juta. Defisit neraca
ibarat menghadapi lawan berat semacam China          perdagangan nonmigas dengan China pada
dan Jepang yang perindustriannya sudah sangat        periode Januari-Oktober 2010 mencapai US$ 5,3
mumpuni.        United      Nations     Industrial   miliar. Angka itu mengalami peningkatan
Development          Organization       (UNIDO)      sebesar US$ 1,4 miliar dibandingkan periode
melaporkan bahwa China menduduki posisi              yang sama tahun 2009 senilai US$ 3,9 miliar.
pertama dalam kinerja industri di Asia Timur                  Sektor industri adalah sektor yang
dan Tenggara, sedangkan Indonesia pada urutan        sangat penting bagi perekonomian. Ibarat sebuah
ke-38. Tidak hanya itu, pertumbuhan nilai            kendaraan, sektor industri adalah motornya.
ekspor dan impor Indonesia dalam lima tahun          Untuk menciptakan daya saing bangsa dan
terakhir tercatat 11,50% berbanding 24,47%.          kemerataan kesejahteraan, perindustrian yang
         Memang tidak semua cabang industri          mumpuni menjadi syarat mutlak. Terlebih lagi
mengalami deindustrialisasi. Namun, gejala           untuk industri mikro dan kecil yang selama ini
umum menunjukkan bahwa walaupun tidak                menjadi tulang punggung perekonomian rakyat
semua,        industri      yang      mengalami      banyak. Hal ini dikarenakan industri besar
deindustrialisasi jauh lebih banyak dibandingkan     banyak yang merupakan investasi asing
yang tidak mengalami deindustrialisasi. Data
sehingga tidak murni dari masyarakat Indonesia                             4.  Subsistem Konsumsi Barang Industri.
sendiri.                                                                   5.  Subsistem Tenaga Kerja.
                                                                           6.  Subsistem Lembaga Keuangan.
2. MODEL                                                                   7.  Subsistem       Kementerian      Keuangan
    Berdasarkan analisis terhadap kondisi                                      (Kemenkeu).
eksisting industri mikro dan kecil dan untuk                               8. Subsistem      Kementerian     Perindustrian
memudahkan penelitian ini, dilakukanlah                                        (Kemenperin).
pembagian subsistem. Sistem industri mikro dan                                 Untuk mempermudah analisis sistem,
kecil serta hubungannya dengan sistem                                      dilakukan pembuatan tabel interaksi antar
perekonomian makro nasional dibagi menjadi                                 subsistem. Tabel ini menggambarkan interaksi
delapan subsistem, yaitu:                                                  antar subsistem, yang meliputi interaksi
1. Subsistem Produksi Bahan Baku dan Barang                                material, perintah (order), uang, tenaga kerja,
    Modal.                                                                 kapital, dan informasi. Berikut tabel interaksi
2. Subsistem Produksi Barang Industri.                                     antar subsistem.
3. Subsistem Distribusi Barang Industri.

                                              Tabel 1 Interaksi Antar Subsistem
                         Prod. 
                        Bahan       Produksi     Distribusi    Konsumsi 
                                                                                Tenaga      Lembaga 
       DariKe         Baku dan      Barang        Barang        Barang                                 Kemenkeu    Kemenperin 
                                                                                 Kerja      Keuangan 
                        Barang      Industri      Industri      Industri 
                        Modal 
     Prod. Bahan                    Material                                                                  
      Baku dan                                                                                                       Perintah 
    Barang Modal                     Kapital                                                                  

       Produksi          Uang                                                               Perintah 
                                                  Material                      Perintah                  Uang       Perintah 
    Barang Industri    Perintah                                                               Uang 

      Distribusi                    Perintah                                                Perintah                       
                                                               Material                                   Uang 
    Barang Industri                   Uang                                                    Uang                         

      Konsumsi                                    Perintah                      Tenaga      Perintah                       
                                                                                                          Uang 
    Barang Industri                                Uang                          Kerja        Uang                         
     Tenaga Kerja                   Produksi                   Perintah                                                    
      Lembaga 
                                      Uang         Uang          Uang                                     Uang             
      Keuangan 
     Kementerian 
                                    Informasi                                                                          Uang 
      Keuangan 
                       Perintah     Perintah                                                      
    Kementerian 
                       Informasi    Informasi                  Perintah         Perintah                Perintah           
    Perindustrian 
                         Uang         Uang                                                        


        Setelah dilakukan analisis berdasarkan                             diagram subsistem industri mikro dan kecil
kondisi nyata dan dengan bantuan Tabel 1                                   adalah sebagai berikut:
Interaksi Antar Subsistem, penggambaran
 
                       Gambar 1 Diagram Subsistem Industri Mikro dan Kecil

        Sistem industri mikro dan kecil ini         dalam ataupun luar negeri sama-sama
terdiri dari delapan subsistem yang saling          membutuhkan waktu. Sehingga, tantangan bagi
berinteraksi.     Interaksi     ini    kemudian     industri mikro dan kecil, yang manajerialnya
menjadikannya sebuah sistem keseluruhan yang        tidak semapan industri menengah dan besar,
salin berkaitan. Bentuk interaksinya pun            adalah menentukan waktu pemesanan yang tepat
bermacam-macam, seperti interaksi material          agar tidak mengganggu siklus produksi. Dalam
(barang), order (perintah, pesanan), uang, tenaga   penelitian ini, diasumsikan bahwa delay rata-rata
kerja, kapital, dan informasi. Hal ini menjadi      dalam pengiriman bahan baku ke produsen
langkah awal untuk membantu penelitian ke           adalah 0,25 tahun (3 bulan). Hal ini dikarenakan
tahap berikutnya.                                   pemasok bahan baku industri mikro dan kecil
                                                    adalah industri mikro dan kecil juga. Sehingga
Subsistem Produksi Bahan Baku dan Barang            manajerial yang kurang mapan berpengaruh pula
Modal                                               pada tingkat pengiriman bahan baku.
         Sebagai industri sekunder, industri-                Sedangkan pada barang modal (kapital),
industri yang tercakup dalam industri mikro dan     sebagian besar sudah tersedia di Indonesia. Hal
kecil tentu memiliki rantai produksi yang jelas.    ini dikarenakan industri mikro dan kecil belum
Hal ini diawali dari kebutuhan akan bahan baku      memerlukan teknologi yang sangat tinggi dalam
sebagai bahan dasar sebuah barang produksi.         mengolah bahan bakunya. Sehingga mesin-
Bahan baku ini didapatkan dari dalam ataupun        mesin sederhana cenderung mudah didapatkan
luar negeri (impor). Pengiriman bahan baku dari     di Indonesia. Penelitian ini mengasumsikan
bahwa kecepatan rata-rata industri mikro dan         Kekurangan kapasitas akan menyebabkan
kecil dalam mengakuisisi kapital adalah 1 tahun      terbentuknya usaha-usaha dagang baru, baik itu
(12 bulan).                                          skala mikro, kecil, menengah, ataupun
                                                     koperasi.Sedangkan menurunnya permintaan
Subsistem Produksi Barang Industri                   konsumen ataupun supply dari Subsistem
        Bahan baku yang telah diolah, barang         Produksi akan menyebabkan berkurangnya unit
kapital yang telah diakuisisi, ditambah dengan       usaha dagang.
produktivitas tenaga kerja, serta pemanfaatan                Selain itu, perlu diperhatikan kapasitas
sumber daya lainnya akan menghasilkan produk         modal dari subsistem ini. Hal ini untuk
dengan tingkat efektivitas dan efisiensi tertenu.    menunjang peningkatan kapasitas distribusi
Waktu proses pengolahan ini bervariasi antara        susbsistem. Oleh karena itulah, aliran modal
satu industri dengan industri lainnya. Namun,        pada sektor ini juga penting untuk dipelajari.
diasumsikan bahwa waktu rata-rata yang
diperlukan industri mikro dan kecil untuk            Subsistem KonsumsiBarang Industri
mengolah menjadi barang jadi adalah 0.019                    Subsistem ini mempelajari variabel-
tahun (1 pekan). Sehingga pada model nanti,          variabel yang mempengaruhi tingkat permintaan
kecepatan ini tidak akan berpengaruh signifikan,     konsumen terhadap barang industri. Beberapa
jika dibandingkan dengan periode analisis yang       variabel yang dipelajari adalah tingkat upah rata-
diukur dengan satuan tahun.                          rata agregat, tingkat inflasi, jumlah penduduk
        Subsistem produksi ini menggambarkan         produktif, dan tingkat permodalan dari lembaga
keterhubungan         variabel-variabel       yang   keuangan      untuk      membiayai      konsumsi
berpegaruh       dalam       proses      produksi.   masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan adalah
Keberpengaruhan        ini    dilihat     terutama   bahwa seiring jumlah penduduk yang selalu
berdasarkan waktu dan biaya (cost). Subsistem        meningkat dari waktu ke waktu, kebutuhan akan
ini menghubungkan antara Subsistem Bahan             barang semakin besar. Inilah yang menjadi
Baku dan Barang Modal dengan Subsistem               faktor penarik utama bagi permintaan (demand)
Distribusi Barang Industri. Sehingga nantinya        pada Subsistem Distribusi, yang pada akhirnya
variabel yang mempengaruhi permintaan                berpengaruh juga pada Subsistem Produksi.
(demand) dan penawaran (supply) adalah                       Subsistem ini juga menjadi sumber
permintaan dari distributor dan tingkat produksi     tenaga kerja. Hal ini dikarenakan konsumsi yang
agregat dari industri mikro dan kecil ini.           berasal dari subsistem ini adalah konsumsi
                                                     rumah tangga, baik itu rumah tangga keluarga,
Subsistem Distribusi Barang Industri                 perusahaan, atau bahkan pemerintah sendiri.
         Saat permintaan barang diajukan oleh        Untuk dapat terus memenuhi kebutuhannya akan
distributor, saat itu pula Subsistem Distribusi      barang industri, manusia ini kemudian bekerja
Barang Industri bekerja. Variabel-variabel yang      untuk memperoleh sumber daya yang bisa ia
mempengaruhi permintaan (demand) dan                 manfaatkan untuk memperoleh barang yang
penawaran (supply) dalam Subsistem Distribusi        dibutuhkannya.
tentunya adalah permintaan konsumen dari
Subsistem Konsumsi Barang Industri. Seperti          Subsistem Tenaga Kerja
halnya Subsistem Produksi, subsistem ini juga                Subsistem ini mempelajari variabel-
mempunyai kapasitas penyaluran barang.               variabel yang mempengaruhi tingkat kebutuhan
tenaga kerja untuk industri mikro dan kecil.         bermula dari sini. Sehingga, posisi penelitian ini
Subsistem ini juga mempelajari pengaruh              ada pada Subsistem Kementerian Keuangan,
variabel-variabel yang berkaitan di dalamnya,        yang melihat seluruh subsistem lainnya dengan
terhadap tingkat upah rata-rata agregat tenaga       kacamata fiskal. Subsistem ini mempelajari
kerja yang bekerja di industri mikro dan kecil.      variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
Tingkat upah inilah yang akan memberikan             kebijakan fiskal yang diterapkan, terutama yang
pengaruh pada kebutuhan barang industri pada         berkaitan pada industri mikro dan kecil. Adapun
Subsistem Konsumsi.                                  contoh kebijakan-kebijakan tersebut adalah
         Pada Subsistem Tenaga Kerja inipun          kebijakan tarif pajak, kebijakan subsidi, dan
terjadi permintaan (demand) dan penawaran            kebijakan alokasi APBN untuk kementerian lain.
(suppy) tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja        Dalam hal ini, yang juga dipelajari adalah
timbul seiring dengan meningkatnya jumlah            kebijakan alokasi APBN untuk Kementerian
industri mikro dan kecil, ataupun meningkatnya       Perindustrian.
kapasitas industri mikro dan kecil. Sedangkan                 Tidak hanya itu, subsistem ini juga
sisi penawaran (supply) dipengaruhi oleh             mempelajari kebijakan fiskal lainnya, terutama
perpindahan tenaga kerja dari satu perusahaan        mengenai belanja modal, belanja barang, belanja
ke perusahaan lainnya, pengangguran yang             pegawai, ataupun pembayaran bunga hutang.
terakumulasi dari tahun-tahun berikutnya, dan        Dampak-dampak yang dipelajari adalah pada
kelulusan calon tenaga kerja dari lembaga-           fleksibiltas APBN, defisit atau surplus kas
lembaga pendidikan.                                  negara, dan lainnya.

Subsistem Lembaga Keuangan                           Subsistem Kementerian Perindustrian
         Subsistem       Lembaga        Keuangan              Subsistem Kementerian Perindustrian
mempelajari variabel-variabel yang berpengaruh       mempelajari pengaruh variabel-variabel yang
kepada pembentukan modal untuk subsistem             berhubungan terhadap kebijakan alokasi
lainnya. Subsistem-subsistem yang dipengaruhi        anggaran pada program. Program-program ini
ini adalah Subsistem Produksi, Subsistem             dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian.
Distribusi, dan Subsistem Konsumsi. Semakin          Program-program ini ada yang bersifat umum
tinggi aliran modal kepada industri mikro dan        untuk industri secara keseluruhan baik itu mikro,
kecil, hal ini akan semakin menambah kapasitas       kecil, menengah, dan besar. Namun, ada juga
produksi industri kecil dan mikro, serta kapasitas   program yang dikhususkan untuk industri mikro
distribusi Subsistem Distribusi untuk memenuhi       dan kecil. Meskipun program ini ada yang
kebutuhan-kebutuhan masyarakat atas barang           bersifat    umum      untuk    industri    secara
industri. Aliran modal ini dipengaruhi oleh          keseluruhan, namun keberpengaruhan program
berbagai variabel. Variabel yang mempengaruhi        ini terhadap industri mikro dan kecil harus tetap
antara lain prospek pendapatan, dan pengajuan        dipelajari.
akan modal itu sendiri.
                                                     3. PERILAKU MODEL
Subsistem Kementerian Keuangan                               Setelah perancangan model selesai, hal
        Subsistem ini menjadi subsistem kunci        yang harus dilakukan adalah mempelajari
bagi penelitian ini. Hal ini dikarenakan             perilaku model. Variabel yang perlu dipelajari
kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah
adalah variabel yang menjadi ukuran                  kondisi global, melihat tren simulasi ini, ada
performansi model secara keseluruhan.                kemungkinan jumlah tenaga kerja yang
         Setelah dilakukan simulasi pada model       terpengaruh oleh krisis global. Kenaikan harga
dasar, disimpulkan bahwa ada kenaikan jumlah         minyak dunia yang sangat tinggi pada 2008
industri mikro dan kecil pada rentang 2009 –         menyebabkan pemerintah menaikkan harga
2011. Hal ini didukung dengan situasi ekonomi        BBM bersubsidi. Hal ini menyebabkan
dan politik yang stabil di Indonesia ketika era      pertumbuhan tidak signifikan pada IMK, dan
tersebut. Pada tahun 2009 terjadi tiga kali          diiringi dengan pengetatan kapasitas produksi.
penurunan harga BBM bersubsidi, sehingga hal         Harga produksi yang dipengaruhi oleh
ini membawa kemudahan pada IMK untuk                 pengeluaran untuk upah tenaga kerja harus
berkembang. Hal ini juga menunjukkan bahwa           dihemat dengan mengurangi tenaga kerja itu
keberadaan industri mikro dan kecil tidak terlalu    sendiri.
terpengaruh oleh kondisi krisis ekonomi global                Seiring dengan penurunan IMK pada
yang terjadi pada rentang 2008 – 2010. Begitu        rentang 2011 – 2013, jumlah tenaga kerja IMK
pula dengan kondisi politik yang cukup stabil        juga mengalami penurunan yang cukup drastis.
pada rentang 2009 – 2011 meskipun ada pemilu         Jumlah ini mencapai titik terbawah pada 2013
legislatif dan pemilu presiden. Namun pada           dengan jumlah pekerja IMK 5.458.777 orang.
kenyataannya kedua pemilu ini berjalan dengan        Menjelang 2014, jumlah tenaga kerja ini akan
normal.                                              meningkat. Penulis memperkirakan hal ini
         Jika kebijakan fiskal tetap dipertahankan   terjadi seiring dengan tumbuhnya ekspektasi
seperti kondisi sekarang ini dan tidak mengalami     masyarakat atas kepemimpinan yang baru,
perubahan signifikan, model menunjukkan              sehingga membawa optimisme. Namun hal ini
bahwa tahun 2013 merupakan tahun awal                hanya bersifat sementara karena terjadi
lonjakan signifikan bagi IMK hingga tahun            penurunan jumlah tenaga kerja kembali pada
2018. Pada titik tertinggi ini, jumlah IMK           rentang 2015 – 2016. Barulah dalam rentang
mencapai 3.233.104 unit. Namun, jumlah IMK           2016 hingga 2020, jumlah pekerja pada IMK
akan kembali mengalami penurunan yang tidak          mengalami tren peningkatan.
terlalu signifikan pada rentang 2018 – 2020.                  Krisis global dan kenaikan harga
Peneliti belum bisa memperkirakan apa                minyak dunia pada sekitar 2008 – 2009
penyebab tren mature pada 2015 – 2018 dan            membuat pemerintah menaikkan harga BBM
penurunan IMK pada tahun 2018 – 2020. Hal            bersubsidi. Hal ini membawa dampak pada
yang sudah direncanakan oleh pemerintah              menurunnya produktivitas IMK dibanding pada
adalah mengurangi subsidi BBM secara bertahap        titik puncak tahun 2006. Namun tingkat
hingga 2014 harga BBM bersubsidi sudah bisa          produktivitas ini semakin meningkat seiring
dilepas kepada harga pasar. Dengan kata lain,        dengan situasi politik dan ekonomi yang terjadi
subsidi untuk BBM dicabut secara penuh tahun         pada 2009. Harga BBM bersubsidi yang
2014.                                                diturunkan tiga kali oleh pemerintah membawa
         Seperti halnya tren pada jumlah IMK,        kemudahan tersendiri pada IMK untuk
jumlah tenaga kerja mulai meningkat lagi dalam       meningkatkan produktivitasnya.
rentang 2009 – 2011 setelah mengalami tren                    Meskipun jumlah IMK menurun pada
penurunan pada 2008 – 2009. Meskipun                 rentang 2011 – 2013, hal ini tidak berlaku pada
keberadaan IMK tidak terlalu dipengaruhi oleh        produktivitas IMK. Tingkat produktivitas ini
menunjukkan tren meningkat secara terus                            secara drastis, dan jumlah ini terus meningkat
menerus hingga 2020. Hal yang dapat                                hingga 2020. Hal ini diakibatkan banyaknya
diperkirakan adalah bahwa IMK yang masih                           permintaan penambahan modal untuk menjaga
bertahan pada rentang 2011 – 2013 mengetatkan                      nilai produkivitas IMK karena kenaikan harga
tingkat produktivitasnya pada titik yang tinggi.                   BBM bersubsidi yang cukup tinggi. Hal ini
Sehingga nilai produksi tetap terjaga untuk tetap                  wajar karena salah satu variabel yang
naik seiring berjalannya waktu.                                    mempengaruhi kebijakan mengalirkan modal
         Pada rentang 2005 – 2007, penyaluran                      kepada IMK adalah tingkat permintaan modal
modal kepada IMK merupakan titik terendah.                         itu sendiri. Adapun nilai detail dari kriteria
Sedangkan pada rentang waktu 2007 – 2009                           performansi yang dijelaskan tersebut disajikan
modal yang disalurkan kepada IMK bertambah                         dalam tabel 2 berikut.

                      Tabel 2 Hasil Simulasi Dasar Semua Kriteria Performansi

                              Jumlah 
                                               Jumlah                 Tingkat           Aliran Modal ke 
                              Industri 
                   Tahun                     Tenaga Kerja          Produktivitas            IMK (juta 
                             Mikro dan 
                                               (orang)             (juta rupiah)             rupiah) 
                             Kecil (unit) 
                    2005       2,661,434            7,434,662           136,655,250              29,545,683  
                    2006       2,662,168            7,142,974           217,611,826              26,668,734  
                    2007       2,661,272            7,135,247           176,342,217              28,706,662  
                    2008       2,660,261            7,305,010           180,093,461              38,111,427  
                    2009       2,660,661            6,586,975           183,440,376              39,930,279  
                    2010       2,664,472            7,265,475           184,881,455              44,436,532  
                    2011       2,668,239            7,467,230           188,014,233              55,460,469  
                    2012       2,662,289            7,155,583           190,654,381              65,775,525  
                    2013       2,643,978            5,458,778           194,111,635              74,175,059  
                    2014       2,888,661            5,567,100           197,024,887              81,115,463  
                    2015       3,195,213            7,264,151           201,010,912              88,832,382  
                    2016       3,208,118            6,391,656           203,782,695              95,023,195  
                    2017       3,220,650            6,575,971           208,276,442           100,196,625  
                    2018       3,233,104            6,432,618           210,797,921           104,754,767  
                    2019       3,219,792            6,402,067           214,394,386           109,339,969  
                    2020       3,182,019            7,313,158           214,437,881           112,097,046  


        Dalam tabel 2, variabel yang                               juga bertambahnya jumlah IMK. Adapun hal
menunjukkan jumlah uang mempunyai satuan                           utama yang mempengaruhi hal ini adalah
juta rupiah seperti tingkat produktivitas dan                      kenaikan jumlah penduduk Indonesia tiap
aliran modal untuk IMK. Sedangkan jumlah                           tahunnya, yang berdampak pada semakin
IMK bersatuan unit. Adapun untuk Jumlah                            meningkatnya permintaan akan barang dan jasa.
tenaga kerja bersatuan orang.
        Tingkat produksi IMK semakin                               4. PERENCANAAN KEBIJAKAN
bertambah seiring dengan berjalannya waktu dan
Pada bagian ini akan ditetapkan            1. Pengurangan tarif Pajak Pertambahan Nilai
mengenai kebijakan yang akan dilakukan dan               (PPN) dari 10% menjadi 5%. Sebagai
dampaknya terhadap industri mikro dan kecil,             kompensasi dari berkurangnya potensi
terutama terkait dengan kriteria performansi.            penerimaan APBN, skenario ini diiringi
Kebijakan yang akan dirancang terlebih dahulu            dengan penurunan subsidi energi dari
melihat arah pengembangan sektor industri yang           kondisi sekarang 18% APBN menjadi 10%
telah ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian          APBN.
RI.                                                 2. Pengurangan tarif Pajak Penghasilan (PPh)
         Penelitian ini sejak awal dirancang agar        Badan dari 28% menjadi 10%. Sebagai
rentang kebijakan yang dilakukan luas, sehingga          kompensasi dari berkurangnya potensi
banyak skenario kebijakan yang akan tercipta.            penerimaan APBN, skenario ini diiringi
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan bisa                  dengan penurunan subsidi energi dari
berasal dari Kementerian Keuangan dan juga               kondisi sekarang 18% APBN menjadi 10%
Kementerian Perindustrian. Namun, karena                 APBN.
keterbatasan sumber daya yang ada pada peneliti     3. Penambahan subsidi energi dari kondisi
(seperti waktu, tenaga, uang), penelitian ini            sekarang 18% APBN menjadi 20% APBN.
hanya akan menyiapkan 4 (empat) skenario                 Sebagai kompensasi dari bertambahnya
kebijakan.                                               beban APBN, alokasi anggaran untuk
         Telah dibahas bahwa pasca krisis,               Kementerian Perindustrian dikurangi dari
pemerintah mengharapkan kondisi perindustrian            0.15%APBN (sekarang) menjadi 0.1%
agar bangkit kembali. Sehingga hal kunci yang            APBN, dan tarif Pajak Pertambahan Nilai
menjadi indikator adalah produktivitas industri          (PPN) dinaikkan dari 10% (sekarang)
itu sendiri, terutama industri mikro dan kecil.          menjadi 15%.
Jika produktivitas industri meningkat, kebutuhan    4. Alokasi anggaran untuk Kementerian
akan kapasitas produksi semakin lama semakin             Perindustrian ditambah dari 0.15% menjadi
besar. Dampak yang akan terjadi yaitu dua hal:           0.35%     APBN.     Sebagai     kompensasi
bertambahnya jumlah IMK untuk menyiasati                 bertambahnya beban APBN, tarif Pajak
kebutuhan kapasitas produksi, atau peningkatan           Pertambahan Nilai (PPN) ditingkatkan dari
kapasitas produksi tiap industri kecil dan mikro         10% (sekarang) menjadi 12%.
tersebut. Namun, apapun yang terjadi di antara               Rentang waktu dilakukannya simulasi
dua hal ini, tetap akan berpengaruh pada            adalah tahun 2012 – 2020. Pada rentang waktu
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja. Hal ini        itu, diasumsikan tidak ada gejolak perekonomian
dikarenakan tenaga kerja merupakan salah satu       dan politik yang mempengaruhi relevansi model
faktor yang mempengaruhi produktivitas.             ini secara signifikan. Juga kepemimpinan
Adapun       hal-hal      yang     mempengaruhi     pemerintah ke depan dapat terus melanjutkan
produktivitas industri selain tenaga kerja adalah   skenario kebijakan ini. Adapun skenario tersebut
penguasaan kapital, harga bahan baku, dan harga     jika dirangkum dalam tabel adalah sebagai
energi.                                             berikut:
         Berdasarkan analisis ini, peneliti
menetapkan 4 (empat) alternatif kebijakan.
Adapun empat alternatif ini adalah:
 
                       Tabel 3 Skenario Kebijakan yang Akan Disimulasikan
                                                                          Alokasi 
                                          Subsidi 
                                                      Tarif               Untuk 
                            Instrumen     Energi               Tarif 
                                                      PPh               Kemenperin 
                            Kebijakan    Terhadap              PPN 
                                                     Badan               Terhadap 
                                           APBN 
                                                                           APBN 
                           Eksisting          18%      28%      10%          0.15% 
                           Skenario 1         10%      28%       5%          0.15% 
                           Skenario 2         10%      10%      10%          0.15% 
                           Skenario 3         20%      28%      15%          0.10% 
                           Skenario 4         18%      28%      12%          0.35% 
 
5. HASIL DAN ANALISIS PERANCANGAN
KEBIJAKAN
        Berdasarkan skenario kebijakan yang
telah dirancang, simulasi dilakukan dengan
mengukur kriteria performansi ketika diterapkan
kebijakan dalam skenario-skenario yang ada.
Adapun skenario pertama adalah menurunkan
subsidi energi dan menurunkan tarif PPN.
Skenario kedua adalah menurunkan subsidi
energi dan menurunkan tarif PPh Badan.
                                                                                                           
Skenario ketiga adalah menaikkan subsidi BBM,
menaikkan tarif PPN, dan menurunkan alokasi                     Gambar 2 Jumlah IMK Untuk Semua
                                                                            Skenario
anggaran untuk Kementerian Perindustrian.
Skenario keempat adalah menaikkan tarif PPN
dan menaikkan alokasi anggaran untuk
Kementerian Perindustrian menjadi 0.35%.
        Berdasarkan pada simulasi yang
dilakukan dari mulai simulasi model dasar,
Skenario 1, Skenario 2, Skenario 3, dan
Skenario 4, instrumen kebijakan yang sangat
berpengaruh pada hasil simulasi adalah besar
subsidi   energi,    alokasi   APBN        untuk
Kementerian Perindustrian, dan besar tarif Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Sedangkan set                                                                 
                                                           Gambar 3 Tingkat Produktivitas IMK Untuk
instrumen kebijakan PPh Badan tidak terlalu                            Semua Skenario
berpengaruh pada hasil simulasi. Adapun
penggabungan secara total dari simulasi ini
adalah sebagai berikut.
 
                                                      
  Gambar 4 Tingkat Aliran Modal Kepada                           Gambar 5 Jumlah Tenaga Kerja IMK Untuk
      IMK Untuk Semua Skenario                                               Semua Skenario

                                                                        Adapun hasil dari semua skenario
                                                                kebijakan yang dilakukan, disajikan dalam
                                                                bentuk tabel sebagai berikut:

                           Tabel 4 Perbandingan Hasil Simulasi (sesuai satuan)


                                          Alokasi
                Subsidi                   Untuk      Rata-rata       Rata-rata
                          Tarif                                                        Rata-rata       Rata-rata
  Instrumen     Energi            Tarif   Kemenpe    Jumlah          Tingkat
                          PPh                                                          Aliran Modal    Tenaga Kerja
  Kebijakan     Thd               PPN     rin        IMK             Produktivitas
                          Badan                                                        (Juta Rupiah)   (Orang)
                APBN                      Terhadap   (Unit)          (Juta Rupiah)
                                          APBN


   Eksisting     18%       28%     10%     0.15%         2.880.770    193.845.622,38   68.385.613,54   6.806.165,38
   Skenario 1     10%      28%      5%     0.15%         2.880.372    193.680.483,94   68.734.715,43   6.948.242,81
   Skenario 2     10%      10%     10%     0.15%         2.884.659    191.438.078,38   68.098.096,46   2.879.945,31
   Skenario 3     20%      28%     15%     0.10%         2.881.397    194.302.496,69   68.269.366,10   6.623.393,63
   Skenario 4     18%      28%     12%     0.35%         2.871.897    191.240.496,06   68.681.665,06   5.063.482,75



         Tabel 4 di atas menggambarkan bahwa                    skenario 1. Begitu juga dengan rata-rata jumlah
rata-rata jumlah IMK tertinggi dicapai dengan                   tenaga kerja pada IMK, jumlah tertinggi dicapai
skenario 2. Adapun untuk rata-rata tingkat                      pada skenario 1. Untuk lebih mempertajam
produktivitas    tertinggi   dicapai   dengan                   analisis, berikut perbandingan hasil simulasi,
menerapkan skenario 3. Untuk rata-rata aliran                   yang disajikan dalam persentase kenaikan
modal kepada IMK tertinggi dicapai dengan                       ataupun penurunan kriteria performansi.
Tabel 5 Perbandingan Hasil Simulasi (dalam persen)

                                          Alokasi
               Subsidi                                  Rata-
                          Tarif           Untuk                    Rata-rata
  Instrumen    Energi             Tarif                 rata                        Rata-rata      Rata-rata
                          PPh             Kemenperin               Tingkat
  Kebijakan    Terhadap           PPN                   Jumlah                      Aliran Modal   Tenaga Kerja
                          Badan           Terhadap                 Produktivitas
               APBN                                     IMK
                                          APBN

  Eksisting    18%        28%     10%     0.15%        Acuan       Acuan            Acuan          Acuan
  Skenario 1   10%        28%     5%      0.15%        -0.01%      -0.09%           0.51%          2%
  Skenario 2   10%        10%     10%     0.15%        0.13%       -1.24%           -0.42%         -58%
  Skenario 3   20%        28%     15%     0.10%        0.02%       0.24%            -0.17%         -3%
  Skenario 4   18%        28%     12%     0.35%        -0.31%      -1.34%           0.43%          -26%



         Berdasarkan penggambaran dan analisis                          Berdasarkan pambahasan terutama pada
yang telah dilakukan dari skenario yang telah                  Bab IV, V, dan VI didapatkan kesimpulan
disimulasikan, dapat disimpulkan bahwa ada dua                 mengenai sistem industri mikro dan kecil
skenario yang menghasilkan dampak rata-rata                    nasional:
optimal, yaitu Skenario 1 dan Skenario 3. Hal ini              1. Faktor-faktor yang berpengaruh kepada
didasarkan pada dua hal, yaitu banyaknya                           industri mikro dan kecil adalah permintaan
kriteria    performansi     yang     mengalami                     konsumen (baik dalam maupun luar negeri),
peningkatan; dan tingkat siginifikansi dari                        jumlah industri mikro dan kecil, jumlah
kenaikan      ataupun     penurunan      kriteria                  tenaga kerja industri mikro dan kecil, rata-
performansi.                                                       rata upah tenaga kerja industri mikro dan
         Kunci    keunggulan     yang      harus                   kecil, pembentukan modal ke industri kecil
diperhatikan adalah bahwa Skenario 1 unggul                        dan mikro, ketersediaan barang kapital,
dalam aliran modal dan rata-rata jumlah tenaga                     harga bahan baku dan ketersediaannya,
kerja dibanding Skenario 3. Namun, Skenario 3                      harga barang secara agregat, besar pajak dan
unggul dalam menyebabkan peningkatan jumlah                        insentif dari pemerintah, besar subsidi energi
IMK dan produktivitasnya dibandingkan                              (listrik dan BBM) dari pemerintah, dan
Skenario 1. Sehingga, penulis menyarankan                          besar alokasi anggaran untuk program-
untuk kedepannya bagi pemerintah terutama                          program dalam bidang ekonomi dan
Menteri Keuangan untuk menaikkan subsidi                           perindustrian.
sebesar 2% atau mempertahankannya. Sebagai                     2. Model simulasi dinamis industri mikro dan
kompensasi atas beban APBN, Menteri                                kecil terdiri dari Model Pembentukan
Keuangan dapat menaikkan tarif Pajak                               Barang       Modal      (Kapital),      Model
Pertambahan Nilai pada level kenaikan sekitar                      Ketersediaan     Bahan       Baku,      Model
1% - 5%. Jika masih perlu menghemat                                Pembentukan Harga Agregat, Model
pengeluaran, bisa disiasati dengan menurunkan                      Pembentukan Jumlah dan Produktivitas
proporsi anggaran Kementerian Perindustrian                        IMK, Model Pembentukan Permintaan
atau anggaran untuk sektor ekonomi menjadi                         Konsumen, Model Upah Agregat Tenaga
sebesar 0.10% APBN.                                                Kerja IMK, Model Pembentukan Jumlah
                                                                   Tenaga Kerja IMK, Model Pembentukan
6. KESIMPULAN DAN SARAN                                            Modal ke IMK, Model Besaran Pajak dan
Insentif, Model Perhitungan Subsidi BBM,                           energi    pemerintah,    kebijakan   Pajak
   dan Model Perhitungan Kebijakan Program.                           Pertambahan Nilai (PPN), dan besar alokasi
3. Kebijakan      pemerintah    yang    cukup                         APBN untuk Kementerian Perindustrian.
   berpengaruh pada model yang dibahas                                Berdasarkan hasil 4 (empat) skenario
   dalam penelitian ini adalah besar subsidi                          kebijakan, pengurangan subsidi BBM
   energi (listrik dan BBM), besar Pajak                              menyebabkan pengaruh utamanya pada
   Pertambahan Nilai (PPN), dan besar alokasi                         jumlah industri mikro dan kecil yang
   APBN untuk Kementerian Perindustrian.                              semakin menurun, serta produktivitas IMK
4. Performansi        sistem       pengelolaan                        yang juga semakin menurun. Sementara itu,
   perindustrian nasional khususnya industri                          kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
   mikro dan kecil sangat dipengaruhi oleh                            menyebabkan penurunan pada rata-rata
   kondisi-kondisi dalam negeri. Adapun                               aliran modal dan jumlah tenaga kerja pada
   kondisi global tidak berpengaruh kepada                            IMK. Adapun kenaikan alokasi APBN untuk
   industri mikro dan kecil, kecuali kondisi                          Kementerian        Perindustrian     dapat
   global tersebut memberikan pengaruh pada                           menyebabkan penurunan produktivitas,
   kebijakan pemerintah. Sehingga kebijakan                           jumlah tenaga kerja, dan jumlah industri
   pemerintahlah      yang      mempengaruhi                          mikro dan kecil, namun meningkatkan aliran
   performansi industri mikro dan kecil ini.                          modal yang diberikan kepada IMK oleh
   Seperti yang terjadi pada 2008 dan 2009                            lembaga keuangan dan pemodal lainnya.
   mengenai pengaturan subsidi BBM.                                   Adapun hasil secara lengkap, disajikan
5. Performansi sistem industri mikro dan kecil                        dalam tabel berikut.
   paling dipengaruhi oleh kebijakan subsidi


                                    Tabel 6 Hasil Simulasi Skenario Kebijakan

                                              Alokasi
                 Subsidi                                    Rata-
                            Tarif             Untuk                    Rata-rata
    Instrumen    Energi               Tarif                 rata                       Rata-rata      Rata-rata
                            PPh               Kemenperin               Tingkat
    Kebijakan    Terhadap             PPN                   Jumlah                     Aliran Modal   Tenaga Kerja
                            Badan             Terhadap                 Produktivitas
                 APBN                                       IMK
                                              APBN

    Eksisting    18%        28%       10%     0.15%        Acuan       Acuan           Acuan          Acuan
    Skenario 1   10%        28%       5%      0.15%        -0.01%      -0.09%          0.51%          2%
    Skenario 2   10%        10%       10%     0.15%        0.13%       -1.24%          -0.42%         -58%
    Skenario 3   20%        28%       15%     0.10%        0.02%       0.24%           -0.17%         -3%
    Skenario 4   18%        28%       12%     0.35%        -0.31%      -1.34%          0.43%          -26%

 
         Setelah mempelajari berbagai fenomena                        selain menghasilkan kondisi IMK yang
dan dampak yang terjadi pada penelitian ini,                          paling optimal, namun juga sehat untuk
serta untuk mengembangkan penelitian lebih                            APBN.
lanjut, peneliti menyarankan:                                      2. Penelitian lebih lanjut juga difokuskan pada
1. Penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan                         dampak-dampak lebih rinci yang disebabkan
    industri mikro dan kecil nasional difokuskan                      oleh        program kerja Kementerian
    pada penemuan skenario kebijakan yang                             Perindustrian dan kementerian yang terkait
seperti Program Peningkatan Produktivitas     Forrester, J.W., 1969. Urban Dynamics.
     Tenaga Kerja, Program Pengembangan                  Massachusetts: The MIT Press.
     Iklim Usaha, Program Perlindungan Tenaga      Giyanti,     I.,    2004.    Kajian   Kebijakan
     Kerja, dan lain sebagainya.                            Makroekonomi       Untuk    Mendukung
3. Penelitian lebih lanjut juga difokuskan pada             Pertumbuhan        Industri     Dengan
     persebaran jumlah dan produktivitas IMK,               Pendekatan Model Sistem Dinamis
     agar pemerataan pertumbuhan ekonomi bisa               (Studi Kasus Industri Pada KBLI 251).
     lebih diperluas.                                       Tugas Akhir. Institut Teknologi
         Pemerintah        agar     menghindari             Bandung.
pengurangan subsidi energi (listrik dan BBM).      Haryani, E., 2000. Evaluasi Produktivitas
Lebih baik agar dipertahankan atau semakin                  Tenaga Kerja dan Faktor-Faktor yang
ditingkatkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan               Mempengaruhinya (Studi Kasus di PT.
kebutuhan kepada energi meningkat seiring                   Multy Garmenjaya). Tesis. Institut
dengan meningkatnya jumlah penduduk.                        Teknologi Bandung.
Adapun untuk menyiasati beban APBN,                Law, A.M., and Kelton, W.D., 2000. Simulation
pemerintah dapat menaikkan Pajak Pertambahan                Modeling and Analysis. New York:
Nilai (PPN) ataupun mengurangi alokasi atas                 McGraw-Hill, Inc.
pengeluaran-pengeluaran yang menurut UUD           Manetsch, T.J., and Park, G.L., 1977. Systems
1945 tidak lebih diprioritaskan ketimbang                   Analysis     and    Simulations    with
pemenuhan energi bagi masyarakat.                           Application to Economic and Social
                                                            Systems (Part I and II). Michigan:
DAFTAR PUSTAKA                                              Michigan State University.
Daellenbach, H.G., 1995. Systems and Decision      Masri, M., 2010. Analisis Pengaruh Kebijakan
        Making: a Management Science                        Fiskal Regional Terhadap Inflasi di
        Approach.New          Jersey:      John             Provinsi Nusa Tenggara Timur (Periode
        Wiley&Sons, Inc.                                    2001 – 2008). Tesis. Universitas
Departemen Perindustrian, 2009. Laporan                     Diponegoro.
        Pengembangan         Sektor     Industri   Mursiti, 2008. Pengembangan Model Kebijakan
        Departemen Perindustrian Tahun 2004                 Industri Komponen Otomotif. Tesis.
        – 2009 [online]. Jakarta: Departemen                Institut Teknologi Bandung.
        Perindustrian.       Didapat       dari:   Partowidagdo,        W.,     2010.     Mengenal
        http://www.kemenperin.go.id/ind/publik              Pembangunan dan Analisis Kebijakan.
        asi/laporan_sektor_industri/2004-                   Bandung: Program Pascasarjana Studi
        2009.pdf [Akses 4 Juli 2011].                       Pembangunan ITB.
Eriyatno, 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan          Parinussa, J. R., 1999. Pengaruh Investasi
        Mutu dan Efektivitas Manajemen (Jilid               Pemerintah, Investasi Asing (FDI), dan
        1). Bogor: IPB Press.                               Sumber Daya Manusia Terhadap
Forrester, J.W., 1961. Industrial Dynamics.                 Peningkatan Produktivitas Industri
      Massachusetts: The MIT Press.                         Pengolahan di Indonesia. Tesis. Institut
Forrester, J.W., 1968. Principles of Systems.               Teknologi Bandung.
      Cambridge: Wright Allen Press, Inc.
Rahmaputro, S., 2008. Kebijakan Sistem                    Citronella Di Jawa Barat. 17 (2). 11 –
        Logistik Beras Nasional. Tugas Akhir.             32.
        Institut Teknologi Bandung.                Warfield, J.N., 1990. A Science of Generic
Richardson, G.P., and Pugh, A.L., 1981.                     Design:       Managing        Complexity
        Introduction to System Dynamics                     Through Systems Design (Vol. I & II).
        Modeling          with       DYNAMO.                USA: Intersystems Publication.
        Massachusetts: The MIT Press.              __________, 2010. Soal Penolakan Kenaikan
Rumekso, S., 2010. SBY: Target Pertumbuhan                  TDL Awal 2011. Rakyat Merdeka, 1
        Ekonomi 7-7,7% di 2014 [online].                    Oktober, h.15.
        Surabaya.          Didapat         dari:   __________, Data Pokok APBN 2006 – 2012.
        http://www.surya.co.id/2010/08/16/sby-              Kementerian       Keuangan       Republik
        target-pertumbuhan-ekonomi-7-77-di-                 Indonesia. Jakarta: 2012.
        2014.html [Akses 4 Oktober 2010].           __________, Data Pokok APBN 2005 – 2011.
Samuelson, P.A., and Nordbaus, W. D., 1992.                 Kementerian       Keuangan       Republik
        Macroeconomics. 14th ed. New York:                  Indonesia. Jakarta: 2011.
        McGraw-Hill, Inc.                          __________, Data Strategis BPS 2011. Badan
Sekaran, U., and Bougie, R., 2010. Research                 Pusat Statistik. Jakarta: 2011.
        Methods for Business: a Skill-Building     __________, Kerangka Ekonomi Makro dan
        Aprroach. 5th ed. United Kingdom:                   Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun
        John Wiley & Sons Ltd.                              2011. Kementerian Keuangan Republik
Suha, F.R., 2001. Analisis Pengaruh Kebijakan               Indonesia. Jakarta: 2010.
        Ekonomi Makro Terhadap Pertumbuhan         __________, Kerangka Ekonomi Makro dan
        Sektor Manufaktur di Indonesia. Tugas               Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun
        Akhir. Institut Teknologi Bandung.                  2012. Kementerian Keuangan Republik
Sumantri, J., 2011. Ekspor Naik, Defisit dengan             Indonesia. Jakarta: 2011.
        China Tetap Tinggi [online]. Jakarta.      __________,         Perkembangan         Beberapa
        Didapat                            dari:            Indikator     Utama       Sosial-Ekonomi
        http://www.mediaindonesia.com/read/20               Indonesia. Badan Pusat Statistik.
        11/01/05/193241/4/2/Ekspor-Naik-                    Jakarta: 2010.
        Defisit-dengan-China-Tetap-Tinggi          __________,         Perkembangan         Beberapa
        [Akses 11 Juli 2011].                               Indikator     Utama       Sosial-Ekonomi
Sushil, 1993. Systems Dynamics: a Practical                 Indonesia. Badan Pusat Statistik.
        Approach to Managerial Problems.                    Jakarta: 2011.
        New Delhi: Willey Eastern Limited.         __________, Perkembangan Sektor Minyak dan
Sutarto, 2008. Pengembangan Model Kebijakan                 Gas Bumi Nasional Periode November
        Sektor Industri Komponen Elektronika                – Desember 2010. ReforMiner
        (KBLI 321) dengan Pendekatan                        Institute. Jakarta: 2011.
        Dinamika Sistem. Tesis. Institut           __________, Rincian Anggaran Belanja
        Teknologi Bandung.                                  Pemerintah Pusat Tahun 2010 Menurut
Taroepratjeka, H., dan Widiarto., 1984.                     Program, Kegiatan dan Jenis Belanja.
        Penggunaan Fungsi Produksi Cobb-                    Kementerian       Keuangan       Republik
        Douglass pada Analisis Sistem Produksi              Indonesia. Jakarta: 2010.
_________, Statistik Ekonomi dan Keuangan    __________, Statistik Minyak Bumi. Direktorat
       Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta:          Jenderal Migas Kementerian ESDM.
       2012.                                        Jakarta: 2012.
                                             _________, Statistik Perbankan Indonesia.
                                             Bank      Indonesia.      Jakarta:     2012.
 

More Related Content

What's hot

(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
ithaisma
 
Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012
wardayadi007
 
Bab 5 ekonomi makro dan mikro
Bab 5 ekonomi makro dan mikroBab 5 ekonomi makro dan mikro
Bab 5 ekonomi makro dan mikro
kawidian_putri
 
Rangkuman kesimpulan ekonomi mikro
Rangkuman kesimpulan ekonomi mikroRangkuman kesimpulan ekonomi mikro
Rangkuman kesimpulan ekonomi mikro
Retna Rindayani
 
Mikro dan-makro
Mikro dan-makroMikro dan-makro
Mikro dan-makro
Arul Jhaya
 
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologiMemperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Iffa Tabahati
 
Pengertian ilmu ekonomi
Pengertian ilmu ekonomiPengertian ilmu ekonomi
Pengertian ilmu ekonomi
Wahyu Nurse
 
Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1
Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1
Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1
PT. Radio Muara Utama Jaya
 
Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016
Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016 Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016
Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016
Ruhilatul Ilma
 
Bab 1 pengenalan (2)
Bab 1 pengenalan (2)Bab 1 pengenalan (2)
Bab 1 pengenalan (2)
Fareha Mansor
 

What's hot (20)

(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
(Pert. 1) pengertian, rung lingkup, dan pendapatan nasional
 
Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012
 
Bab 5 ekonomi makro dan mikro
Bab 5 ekonomi makro dan mikroBab 5 ekonomi makro dan mikro
Bab 5 ekonomi makro dan mikro
 
Bab 2 trend semasa dalam perniagaan
Bab 2 trend semasa dalam perniagaanBab 2 trend semasa dalam perniagaan
Bab 2 trend semasa dalam perniagaan
 
Tugas belajar II
Tugas belajar IITugas belajar II
Tugas belajar II
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Rangkuman kesimpulan ekonomi mikro
Rangkuman kesimpulan ekonomi mikroRangkuman kesimpulan ekonomi mikro
Rangkuman kesimpulan ekonomi mikro
 
Mikro dan-makro
Mikro dan-makroMikro dan-makro
Mikro dan-makro
 
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologiMemperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
 
Pengertian ilmu ekonomi
Pengertian ilmu ekonomiPengertian ilmu ekonomi
Pengertian ilmu ekonomi
 
Ekonomi makro dan mikro
Ekonomi makro dan mikroEkonomi makro dan mikro
Ekonomi makro dan mikro
 
Ekonomi
EkonomiEkonomi
Ekonomi
 
Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia
 
Ekonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makroEkonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makro
 
Makalah Mikroe dan makroe
Makalah Mikroe dan makroeMakalah Mikroe dan makroe
Makalah Mikroe dan makroe
 
Pengenalan ilmu ekonomi stpm
Pengenalan ilmu ekonomi stpmPengenalan ilmu ekonomi stpm
Pengenalan ilmu ekonomi stpm
 
Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1
Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1
Ringkasan materi ekonomi kelas 1 sma semester 1
 
Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016
Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016 Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016
Analisis Makro dan Mikro Ekonomi Ruhilatul Ilma 434334032018016
 
Bab 1 pengenalan (2)
Bab 1 pengenalan (2)Bab 1 pengenalan (2)
Bab 1 pengenalan (2)
 
Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan Struktur EkonomiPerubahan Struktur Ekonomi
Perubahan Struktur Ekonomi
 

Viewers also liked

Analisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskalAnalisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskal
Arief H
 
paper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskalpaper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskal
Mulyadi Yusuf
 
Cba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publikCba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publik
Arief H
 

Viewers also liked (20)

Analisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskalAnalisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskal
 
Kebijakan fiskal , kebijakan moneter , kebijakan penawaran
Kebijakan fiskal , kebijakan moneter , kebijakan penawaranKebijakan fiskal , kebijakan moneter , kebijakan penawaran
Kebijakan fiskal , kebijakan moneter , kebijakan penawaran
 
paper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskalpaper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskal
 
Analisis dampak-kebijakan-1422852872
Analisis dampak-kebijakan-1422852872Analisis dampak-kebijakan-1422852872
Analisis dampak-kebijakan-1422852872
 
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan FiskalBab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
 
Re-Investment Allowance, Investment Tax Credit, and the Reality of Corporate ...
Re-Investment Allowance, Investment Tax Credit, and the Reality of Corporate ...Re-Investment Allowance, Investment Tax Credit, and the Reality of Corporate ...
Re-Investment Allowance, Investment Tax Credit, and the Reality of Corporate ...
 
Section 12i
Section 12i Section 12i
Section 12i
 
Jurnal Geografi Pertanian
Jurnal Geografi PertanianJurnal Geografi Pertanian
Jurnal Geografi Pertanian
 
Cba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publikCba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publik
 
Kebijakan Tarif
Kebijakan TarifKebijakan Tarif
Kebijakan Tarif
 
RKPD Tahun 2015
RKPD Tahun 2015RKPD Tahun 2015
RKPD Tahun 2015
 
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
 
Kebijakan Moneter
Kebijakan MoneterKebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
 
Data pokok polewali mandar 2013
Data pokok polewali mandar 2013Data pokok polewali mandar 2013
Data pokok polewali mandar 2013
 
RKPD Kota Singkawang 2015
RKPD Kota Singkawang 2015RKPD Kota Singkawang 2015
RKPD Kota Singkawang 2015
 
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
 
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...
 
Makalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomiMakalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomi
 
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal (SMA kelas XI semester II)
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal (SMA kelas XI semester II)Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal (SMA kelas XI semester II)
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal (SMA kelas XI semester II)
 

Similar to [Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro dan kecil indonesia

Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
novri7
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
novri7
 

Similar to [Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro dan kecil indonesia (20)

Makalah masalah industrialisasi
Makalah  masalah industrialisasiMakalah  masalah industrialisasi
Makalah masalah industrialisasi
 
Makalah masalah industrialisasi
Makalah  masalah industrialisasiMakalah  masalah industrialisasi
Makalah masalah industrialisasi
 
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKMSejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
 
Sos industri
Sos industriSos industri
Sos industri
 
Makalah masalah industrialisasi
Makalah  masalah industrialisasiMakalah  masalah industrialisasi
Makalah masalah industrialisasi
 
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
 
Foreign Direct Investment (FDI) dan Iklim investasi di Indonesia
Foreign Direct Investment (FDI) dan  Iklim investasi di IndonesiaForeign Direct Investment (FDI) dan  Iklim investasi di Indonesia
Foreign Direct Investment (FDI) dan Iklim investasi di Indonesia
 
Makalah masalah industrialisasi
Makalah  masalah industrialisasiMakalah  masalah industrialisasi
Makalah masalah industrialisasi
 
Presentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKMPresentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKM
 
Kajian mp3ei
Kajian mp3eiKajian mp3ei
Kajian mp3ei
 
KELOMPOK 4 SOSIOLOGI.pptx
KELOMPOK 4 SOSIOLOGI.pptxKELOMPOK 4 SOSIOLOGI.pptx
KELOMPOK 4 SOSIOLOGI.pptx
 
Bisnis Internasional, 5, Anissa NS, Hapzi Ali, Kekuatan Ekonomi dan Sosioekon...
Bisnis Internasional, 5, Anissa NS, Hapzi Ali, Kekuatan Ekonomi dan Sosioekon...Bisnis Internasional, 5, Anissa NS, Hapzi Ali, Kekuatan Ekonomi dan Sosioekon...
Bisnis Internasional, 5, Anissa NS, Hapzi Ali, Kekuatan Ekonomi dan Sosioekon...
 
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
 
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi NasionalPengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
 
273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf
 
8
88
8
 
PAPER Digitalisasi UMKM dan Pertumbuhan Ekonomi.docx
PAPER Digitalisasi UMKM dan Pertumbuhan Ekonomi.docxPAPER Digitalisasi UMKM dan Pertumbuhan Ekonomi.docx
PAPER Digitalisasi UMKM dan Pertumbuhan Ekonomi.docx
 
9. industrialisasi dan perkembangan sektor industri 5 v abdul hadi (11140742)
9. industrialisasi dan perkembangan sektor industri 5 v abdul hadi (11140742)9. industrialisasi dan perkembangan sektor industri 5 v abdul hadi (11140742)
9. industrialisasi dan perkembangan sektor industri 5 v abdul hadi (11140742)
 

More from Ramadhani Pratama

Model pengelolaan bantaran sungai perkotaan
Model pengelolaan bantaran sungai perkotaanModel pengelolaan bantaran sungai perkotaan
Model pengelolaan bantaran sungai perkotaan
Ramadhani Pratama
 
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di PerkotaanTata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Ramadhani Pratama
 
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etikaMahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Ramadhani Pratama
 
Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011 Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011
Ramadhani Pratama
 
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Ramadhani Pratama
 
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandungDraft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Ramadhani Pratama
 
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
Ramadhani Pratama
 
RUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fixRUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fix
Ramadhani Pratama
 
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
Ramadhani Pratama
 

More from Ramadhani Pratama (17)

Model pengelolaan bantaran sungai perkotaan
Model pengelolaan bantaran sungai perkotaanModel pengelolaan bantaran sungai perkotaan
Model pengelolaan bantaran sungai perkotaan
 
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di PerkotaanTata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
 
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etikaMahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
 
Iues 2012 essay form
Iues 2012 essay formIues 2012 essay form
Iues 2012 essay form
 
Media media ldk
Media media ldkMedia media ldk
Media media ldk
 
Syiar Media dan Komunitas
Syiar Media dan KomunitasSyiar Media dan Komunitas
Syiar Media dan Komunitas
 
Draft RUU PT 4 April 2012
Draft RUU PT 4 April 2012Draft RUU PT 4 April 2012
Draft RUU PT 4 April 2012
 
Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003
 
Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011 Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011
 
Rakornas Solo
Rakornas SoloRakornas Solo
Rakornas Solo
 
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
 
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandungDraft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
 
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
 
RUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fixRUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fix
 
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
 
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
 
Roadmap gerakan politik km itb
Roadmap gerakan politik km itbRoadmap gerakan politik km itb
Roadmap gerakan politik km itb
 

[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro dan kecil indonesia

  • 1. ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL PEMERINTAH TERHADAP KINERJA INDUSTRI MIKRO DAN KECIL INDONESIA   Ir. Darwin, M.Sc dan Ramadhani Pratama Guna, S.T Jurusan Teknik Industri – ITB ABSTRAK Kondisi perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi perindustrian Indonesia. Sedangkan jumlah mayoritas industri Indonesia terdiri dari industri berskala mikro dan kecil. Begitu pula dengan tenaga kerja yang ada di skala industri tersebut. Tenaga kerja yang bekerja pada industri skala mikro dan kecil merupakan jumlah mayoritas di antara skala industri lainnya. Oleh sebab itu, industri mikro dan kecil merupakan industri yang cukup berpengaruh terhadap hidup masyarakat Indonesia. Berbagai kebijakan makro ekonomi terutama fiskal telah berdampak kepada industri mikro dan kecil. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain kenaikan dan penurunan harga BBM bersubsidi, harga Tarif Dasar Listrik (TDL), ataupun pengaturan tarif pajak yang dikenakan seperti Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Penelitian ini memfokuskan pembahasan kepada dampak yang dirasakan industri mikro dan kecil atas kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah dengan pendekatan sistem dinamis. Berdasarkan hasil 4 (empat) skenario kebijakan, pengurangan subsidi BBM menyebabkan pengaruh utamanya pada jumlah industri mikro dan kecil yang semakin menurun, serta tenaga kerja yang bekerja pada IMK yang juga semakin menurun. Sementara itu, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyebabkan penurunan pada tingkat produktivitas IMK, namun masih berada dalam kondisi wajar. Adapun kenaikan alokasi APBN untuk Kementerian Perindustrian dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan jumlah industri mikro dan kecil, namun meningkatkan aliran modal yang diberikan kepada IMK oleh lembaga keuangan dan pemodal lainnya Kata kunci: Perekonomian, industri mikro dan kecil, kebijakan fiskal, sistem dinamis, model industri mikro dan kecil. 1. PENDAHULUAN Sejak tahun 1967 hingga 2004 struktur Situasi dunia ke depan dihadapkan pada perekonomian Indonesia mengalami perubahan berbagai tantangan ekonomi. Semakin yang signifikan. Departemen Perindustrian RI terbatasnya energi minyak bumi dan kemajuan tahun 2009 melaporkan bahwa perlahan-lahan teknologi menjadikan daya saing mutu produk kontribusi sektor industri terhadap PDB semakin tidak bisa bertahan lama. Ditambah lagi dengan meningkat hingga dari 7.3% hingga 28.1%. liberalisasi perdagangan yang akan dihadapi, Sebaliknya, sektor pertanian menurun dan membuat bangsa ini harus mempunyai daya pertambangan cenderung konstan. Indonesia saing produknya agar bisa ekspansi dan mulai lepas landas dari negara agraris menjadi mempunyai kekuatan untuk berkembang lebih negara industri. Kini industri-industri jauh. berkembang di Indonesia, baik yang investasi asing, ataupun investasi dalam negeri. Beberapa
  • 2. industri yang menjadi unggulan Indonesia saat dari Badan Pusat Statistik RI menunjukkan itu adalah tekstil, garmen, alas kaki, rotan, dan bahwa hanya industri barang kayu dan hasil lainnya. hutan yang menunjukkan gejala pertumbuhan, Namun sejak 2004 hingga 2009, yaitu terus menanjak dari -2,07% sampai 2,44%. kontribusi sektor industri terhadap PDB semakin Industri alat angkut, mesin, dan peralatan menunjukkan tren penurunan. Departemen mengalami pertumbuhan konstan, yaitu sekitar Perindustrian RI melaporkan bahwa kontribusi 9,7% dalam beberapa tahun terakhir. Sisanya sektor industri terhadap PDB menurun dari mengalami pertumbuhan minus. 28,1% menjadi 27,34%. Tidak hanya itu, sektor Perkembangan Impor nasional selama industri semakin menunjukkan pertumbuhan tiga tahun terakhir juga mengalami peningkatan minus, dari 6,38% di tahun 2004, menjadi yang tinggi. Total impor Indonesia pada tahun 4,60%; 4,59%; 4,67%; 3,66%; dan 2,31% pada 2007 sebesar US$ 74.473,43 juta atau meningkat tahun 2009. Melihat kenyataan ini, banyak 21,96% dari tahun 2006 dan pada tahun 2008 pengamat ekonomi mengindikasikan terjadinya pertumbuhan impor meningkat sebesar 73,48% “deindustrialisasi”. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai sebesar US$ 129.197,31 juta. dengan penurunan kapasitas terpasang industri Kondisi ini menunjukkan terjadi peningkatan dari 80% menjadi 60%, penurunan jumlah unit impor sebesar 3,32 kali. Pada 2010 defisit usaha industri skala sedang dan besar, dan perdagangan Indonesia dengan China sudah penurunan signifikan dari indeks produksi mencapai US$5,3 miliar. Data itu menunjukkan industri sedang dan besar. begitu derasnya arus barang dan jasa dari China Deindustrialisasi yang terjadi semakin yang masuk ke Indonesia, mulai dari yang kecil diperparah dengan sejumlah perdagangan bebas seperti peniti hingga barang yang sesungguhnya yang diikuti oleh Indonesia, seperti ASEAN – sudah banyak di negeri ini. Berdasar data Badan China Free Trade Agreement (ACFTA), Pusat Statistik (BPS), selama Februari 2011 Indonesia – Japan Economic Partnership perdagangan Indonesia dengan China juga Agreement (IJ-EPA), dan lainnya. Industri kita mencatat defisit US$ 324,5 juta. Defisit neraca ibarat menghadapi lawan berat semacam China perdagangan nonmigas dengan China pada dan Jepang yang perindustriannya sudah sangat periode Januari-Oktober 2010 mencapai US$ 5,3 mumpuni. United Nations Industrial miliar. Angka itu mengalami peningkatan Development Organization (UNIDO) sebesar US$ 1,4 miliar dibandingkan periode melaporkan bahwa China menduduki posisi yang sama tahun 2009 senilai US$ 3,9 miliar. pertama dalam kinerja industri di Asia Timur Sektor industri adalah sektor yang dan Tenggara, sedangkan Indonesia pada urutan sangat penting bagi perekonomian. Ibarat sebuah ke-38. Tidak hanya itu, pertumbuhan nilai kendaraan, sektor industri adalah motornya. ekspor dan impor Indonesia dalam lima tahun Untuk menciptakan daya saing bangsa dan terakhir tercatat 11,50% berbanding 24,47%. kemerataan kesejahteraan, perindustrian yang Memang tidak semua cabang industri mumpuni menjadi syarat mutlak. Terlebih lagi mengalami deindustrialisasi. Namun, gejala untuk industri mikro dan kecil yang selama ini umum menunjukkan bahwa walaupun tidak menjadi tulang punggung perekonomian rakyat semua, industri yang mengalami banyak. Hal ini dikarenakan industri besar deindustrialisasi jauh lebih banyak dibandingkan banyak yang merupakan investasi asing yang tidak mengalami deindustrialisasi. Data
  • 3. sehingga tidak murni dari masyarakat Indonesia 4. Subsistem Konsumsi Barang Industri. sendiri. 5. Subsistem Tenaga Kerja. 6. Subsistem Lembaga Keuangan. 2. MODEL 7. Subsistem Kementerian Keuangan Berdasarkan analisis terhadap kondisi (Kemenkeu). eksisting industri mikro dan kecil dan untuk 8. Subsistem Kementerian Perindustrian memudahkan penelitian ini, dilakukanlah (Kemenperin). pembagian subsistem. Sistem industri mikro dan Untuk mempermudah analisis sistem, kecil serta hubungannya dengan sistem dilakukan pembuatan tabel interaksi antar perekonomian makro nasional dibagi menjadi subsistem. Tabel ini menggambarkan interaksi delapan subsistem, yaitu: antar subsistem, yang meliputi interaksi 1. Subsistem Produksi Bahan Baku dan Barang material, perintah (order), uang, tenaga kerja, Modal. kapital, dan informasi. Berikut tabel interaksi 2. Subsistem Produksi Barang Industri. antar subsistem. 3. Subsistem Distribusi Barang Industri. Tabel 1 Interaksi Antar Subsistem Prod.  Bahan  Produksi  Distribusi  Konsumsi  Tenaga  Lembaga  DariKe  Baku dan  Barang  Barang  Barang  Kemenkeu  Kemenperin  Kerja  Keuangan  Barang  Industri  Industri  Industri  Modal  Prod. Bahan  Material                 Baku dan     Perintah  Barang Modal  Kapital                 Produksi  Uang     Perintah     Material  Perintah  Uang  Perintah  Barang Industri  Perintah     Uang  Distribusi     Perintah     Perintah        Material  Uang  Barang Industri     Uang     Uang     Konsumsi        Perintah  Tenaga  Perintah        Uang  Barang Industri        Uang  Kerja  Uang     Tenaga Kerja     Produksi     Perintah              Lembaga     Uang  Uang  Uang        Uang     Keuangan  Kementerian     Informasi                 Uang  Keuangan  Perintah  Perintah        Kementerian  Informasi  Informasi     Perintah  Perintah     Perintah     Perindustrian  Uang  Uang        Setelah dilakukan analisis berdasarkan diagram subsistem industri mikro dan kecil kondisi nyata dan dengan bantuan Tabel 1 adalah sebagai berikut: Interaksi Antar Subsistem, penggambaran
  • 4.   Gambar 1 Diagram Subsistem Industri Mikro dan Kecil Sistem industri mikro dan kecil ini dalam ataupun luar negeri sama-sama terdiri dari delapan subsistem yang saling membutuhkan waktu. Sehingga, tantangan bagi berinteraksi. Interaksi ini kemudian industri mikro dan kecil, yang manajerialnya menjadikannya sebuah sistem keseluruhan yang tidak semapan industri menengah dan besar, salin berkaitan. Bentuk interaksinya pun adalah menentukan waktu pemesanan yang tepat bermacam-macam, seperti interaksi material agar tidak mengganggu siklus produksi. Dalam (barang), order (perintah, pesanan), uang, tenaga penelitian ini, diasumsikan bahwa delay rata-rata kerja, kapital, dan informasi. Hal ini menjadi dalam pengiriman bahan baku ke produsen langkah awal untuk membantu penelitian ke adalah 0,25 tahun (3 bulan). Hal ini dikarenakan tahap berikutnya. pemasok bahan baku industri mikro dan kecil adalah industri mikro dan kecil juga. Sehingga Subsistem Produksi Bahan Baku dan Barang manajerial yang kurang mapan berpengaruh pula Modal pada tingkat pengiriman bahan baku. Sebagai industri sekunder, industri- Sedangkan pada barang modal (kapital), industri yang tercakup dalam industri mikro dan sebagian besar sudah tersedia di Indonesia. Hal kecil tentu memiliki rantai produksi yang jelas. ini dikarenakan industri mikro dan kecil belum Hal ini diawali dari kebutuhan akan bahan baku memerlukan teknologi yang sangat tinggi dalam sebagai bahan dasar sebuah barang produksi. mengolah bahan bakunya. Sehingga mesin- Bahan baku ini didapatkan dari dalam ataupun mesin sederhana cenderung mudah didapatkan luar negeri (impor). Pengiriman bahan baku dari di Indonesia. Penelitian ini mengasumsikan
  • 5. bahwa kecepatan rata-rata industri mikro dan Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kecil dalam mengakuisisi kapital adalah 1 tahun terbentuknya usaha-usaha dagang baru, baik itu (12 bulan). skala mikro, kecil, menengah, ataupun koperasi.Sedangkan menurunnya permintaan Subsistem Produksi Barang Industri konsumen ataupun supply dari Subsistem Bahan baku yang telah diolah, barang Produksi akan menyebabkan berkurangnya unit kapital yang telah diakuisisi, ditambah dengan usaha dagang. produktivitas tenaga kerja, serta pemanfaatan Selain itu, perlu diperhatikan kapasitas sumber daya lainnya akan menghasilkan produk modal dari subsistem ini. Hal ini untuk dengan tingkat efektivitas dan efisiensi tertenu. menunjang peningkatan kapasitas distribusi Waktu proses pengolahan ini bervariasi antara susbsistem. Oleh karena itulah, aliran modal satu industri dengan industri lainnya. Namun, pada sektor ini juga penting untuk dipelajari. diasumsikan bahwa waktu rata-rata yang diperlukan industri mikro dan kecil untuk Subsistem KonsumsiBarang Industri mengolah menjadi barang jadi adalah 0.019 Subsistem ini mempelajari variabel- tahun (1 pekan). Sehingga pada model nanti, variabel yang mempengaruhi tingkat permintaan kecepatan ini tidak akan berpengaruh signifikan, konsumen terhadap barang industri. Beberapa jika dibandingkan dengan periode analisis yang variabel yang dipelajari adalah tingkat upah rata- diukur dengan satuan tahun. rata agregat, tingkat inflasi, jumlah penduduk Subsistem produksi ini menggambarkan produktif, dan tingkat permodalan dari lembaga keterhubungan variabel-variabel yang keuangan untuk membiayai konsumsi berpegaruh dalam proses produksi. masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan adalah Keberpengaruhan ini dilihat terutama bahwa seiring jumlah penduduk yang selalu berdasarkan waktu dan biaya (cost). Subsistem meningkat dari waktu ke waktu, kebutuhan akan ini menghubungkan antara Subsistem Bahan barang semakin besar. Inilah yang menjadi Baku dan Barang Modal dengan Subsistem faktor penarik utama bagi permintaan (demand) Distribusi Barang Industri. Sehingga nantinya pada Subsistem Distribusi, yang pada akhirnya variabel yang mempengaruhi permintaan berpengaruh juga pada Subsistem Produksi. (demand) dan penawaran (supply) adalah Subsistem ini juga menjadi sumber permintaan dari distributor dan tingkat produksi tenaga kerja. Hal ini dikarenakan konsumsi yang agregat dari industri mikro dan kecil ini. berasal dari subsistem ini adalah konsumsi rumah tangga, baik itu rumah tangga keluarga, Subsistem Distribusi Barang Industri perusahaan, atau bahkan pemerintah sendiri. Saat permintaan barang diajukan oleh Untuk dapat terus memenuhi kebutuhannya akan distributor, saat itu pula Subsistem Distribusi barang industri, manusia ini kemudian bekerja Barang Industri bekerja. Variabel-variabel yang untuk memperoleh sumber daya yang bisa ia mempengaruhi permintaan (demand) dan manfaatkan untuk memperoleh barang yang penawaran (supply) dalam Subsistem Distribusi dibutuhkannya. tentunya adalah permintaan konsumen dari Subsistem Konsumsi Barang Industri. Seperti Subsistem Tenaga Kerja halnya Subsistem Produksi, subsistem ini juga Subsistem ini mempelajari variabel- mempunyai kapasitas penyaluran barang. variabel yang mempengaruhi tingkat kebutuhan
  • 6. tenaga kerja untuk industri mikro dan kecil. bermula dari sini. Sehingga, posisi penelitian ini Subsistem ini juga mempelajari pengaruh ada pada Subsistem Kementerian Keuangan, variabel-variabel yang berkaitan di dalamnya, yang melihat seluruh subsistem lainnya dengan terhadap tingkat upah rata-rata agregat tenaga kacamata fiskal. Subsistem ini mempelajari kerja yang bekerja di industri mikro dan kecil. variabel-variabel yang dapat mempengaruhi Tingkat upah inilah yang akan memberikan kebijakan fiskal yang diterapkan, terutama yang pengaruh pada kebutuhan barang industri pada berkaitan pada industri mikro dan kecil. Adapun Subsistem Konsumsi. contoh kebijakan-kebijakan tersebut adalah Pada Subsistem Tenaga Kerja inipun kebijakan tarif pajak, kebijakan subsidi, dan terjadi permintaan (demand) dan penawaran kebijakan alokasi APBN untuk kementerian lain. (suppy) tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja Dalam hal ini, yang juga dipelajari adalah timbul seiring dengan meningkatnya jumlah kebijakan alokasi APBN untuk Kementerian industri mikro dan kecil, ataupun meningkatnya Perindustrian. kapasitas industri mikro dan kecil. Sedangkan Tidak hanya itu, subsistem ini juga sisi penawaran (supply) dipengaruhi oleh mempelajari kebijakan fiskal lainnya, terutama perpindahan tenaga kerja dari satu perusahaan mengenai belanja modal, belanja barang, belanja ke perusahaan lainnya, pengangguran yang pegawai, ataupun pembayaran bunga hutang. terakumulasi dari tahun-tahun berikutnya, dan Dampak-dampak yang dipelajari adalah pada kelulusan calon tenaga kerja dari lembaga- fleksibiltas APBN, defisit atau surplus kas lembaga pendidikan. negara, dan lainnya. Subsistem Lembaga Keuangan Subsistem Kementerian Perindustrian Subsistem Lembaga Keuangan Subsistem Kementerian Perindustrian mempelajari variabel-variabel yang berpengaruh mempelajari pengaruh variabel-variabel yang kepada pembentukan modal untuk subsistem berhubungan terhadap kebijakan alokasi lainnya. Subsistem-subsistem yang dipengaruhi anggaran pada program. Program-program ini ini adalah Subsistem Produksi, Subsistem dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian. Distribusi, dan Subsistem Konsumsi. Semakin Program-program ini ada yang bersifat umum tinggi aliran modal kepada industri mikro dan untuk industri secara keseluruhan baik itu mikro, kecil, hal ini akan semakin menambah kapasitas kecil, menengah, dan besar. Namun, ada juga produksi industri kecil dan mikro, serta kapasitas program yang dikhususkan untuk industri mikro distribusi Subsistem Distribusi untuk memenuhi dan kecil. Meskipun program ini ada yang kebutuhan-kebutuhan masyarakat atas barang bersifat umum untuk industri secara industri. Aliran modal ini dipengaruhi oleh keseluruhan, namun keberpengaruhan program berbagai variabel. Variabel yang mempengaruhi ini terhadap industri mikro dan kecil harus tetap antara lain prospek pendapatan, dan pengajuan dipelajari. akan modal itu sendiri. 3. PERILAKU MODEL Subsistem Kementerian Keuangan Setelah perancangan model selesai, hal Subsistem ini menjadi subsistem kunci yang harus dilakukan adalah mempelajari bagi penelitian ini. Hal ini dikarenakan perilaku model. Variabel yang perlu dipelajari kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah
  • 7. adalah variabel yang menjadi ukuran kondisi global, melihat tren simulasi ini, ada performansi model secara keseluruhan. kemungkinan jumlah tenaga kerja yang Setelah dilakukan simulasi pada model terpengaruh oleh krisis global. Kenaikan harga dasar, disimpulkan bahwa ada kenaikan jumlah minyak dunia yang sangat tinggi pada 2008 industri mikro dan kecil pada rentang 2009 – menyebabkan pemerintah menaikkan harga 2011. Hal ini didukung dengan situasi ekonomi BBM bersubsidi. Hal ini menyebabkan dan politik yang stabil di Indonesia ketika era pertumbuhan tidak signifikan pada IMK, dan tersebut. Pada tahun 2009 terjadi tiga kali diiringi dengan pengetatan kapasitas produksi. penurunan harga BBM bersubsidi, sehingga hal Harga produksi yang dipengaruhi oleh ini membawa kemudahan pada IMK untuk pengeluaran untuk upah tenaga kerja harus berkembang. Hal ini juga menunjukkan bahwa dihemat dengan mengurangi tenaga kerja itu keberadaan industri mikro dan kecil tidak terlalu sendiri. terpengaruh oleh kondisi krisis ekonomi global Seiring dengan penurunan IMK pada yang terjadi pada rentang 2008 – 2010. Begitu rentang 2011 – 2013, jumlah tenaga kerja IMK pula dengan kondisi politik yang cukup stabil juga mengalami penurunan yang cukup drastis. pada rentang 2009 – 2011 meskipun ada pemilu Jumlah ini mencapai titik terbawah pada 2013 legislatif dan pemilu presiden. Namun pada dengan jumlah pekerja IMK 5.458.777 orang. kenyataannya kedua pemilu ini berjalan dengan Menjelang 2014, jumlah tenaga kerja ini akan normal. meningkat. Penulis memperkirakan hal ini Jika kebijakan fiskal tetap dipertahankan terjadi seiring dengan tumbuhnya ekspektasi seperti kondisi sekarang ini dan tidak mengalami masyarakat atas kepemimpinan yang baru, perubahan signifikan, model menunjukkan sehingga membawa optimisme. Namun hal ini bahwa tahun 2013 merupakan tahun awal hanya bersifat sementara karena terjadi lonjakan signifikan bagi IMK hingga tahun penurunan jumlah tenaga kerja kembali pada 2018. Pada titik tertinggi ini, jumlah IMK rentang 2015 – 2016. Barulah dalam rentang mencapai 3.233.104 unit. Namun, jumlah IMK 2016 hingga 2020, jumlah pekerja pada IMK akan kembali mengalami penurunan yang tidak mengalami tren peningkatan. terlalu signifikan pada rentang 2018 – 2020. Krisis global dan kenaikan harga Peneliti belum bisa memperkirakan apa minyak dunia pada sekitar 2008 – 2009 penyebab tren mature pada 2015 – 2018 dan membuat pemerintah menaikkan harga BBM penurunan IMK pada tahun 2018 – 2020. Hal bersubsidi. Hal ini membawa dampak pada yang sudah direncanakan oleh pemerintah menurunnya produktivitas IMK dibanding pada adalah mengurangi subsidi BBM secara bertahap titik puncak tahun 2006. Namun tingkat hingga 2014 harga BBM bersubsidi sudah bisa produktivitas ini semakin meningkat seiring dilepas kepada harga pasar. Dengan kata lain, dengan situasi politik dan ekonomi yang terjadi subsidi untuk BBM dicabut secara penuh tahun pada 2009. Harga BBM bersubsidi yang 2014. diturunkan tiga kali oleh pemerintah membawa Seperti halnya tren pada jumlah IMK, kemudahan tersendiri pada IMK untuk jumlah tenaga kerja mulai meningkat lagi dalam meningkatkan produktivitasnya. rentang 2009 – 2011 setelah mengalami tren Meskipun jumlah IMK menurun pada penurunan pada 2008 – 2009. Meskipun rentang 2011 – 2013, hal ini tidak berlaku pada keberadaan IMK tidak terlalu dipengaruhi oleh produktivitas IMK. Tingkat produktivitas ini
  • 8. menunjukkan tren meningkat secara terus secara drastis, dan jumlah ini terus meningkat menerus hingga 2020. Hal yang dapat hingga 2020. Hal ini diakibatkan banyaknya diperkirakan adalah bahwa IMK yang masih permintaan penambahan modal untuk menjaga bertahan pada rentang 2011 – 2013 mengetatkan nilai produkivitas IMK karena kenaikan harga tingkat produktivitasnya pada titik yang tinggi. BBM bersubsidi yang cukup tinggi. Hal ini Sehingga nilai produksi tetap terjaga untuk tetap wajar karena salah satu variabel yang naik seiring berjalannya waktu. mempengaruhi kebijakan mengalirkan modal Pada rentang 2005 – 2007, penyaluran kepada IMK adalah tingkat permintaan modal modal kepada IMK merupakan titik terendah. itu sendiri. Adapun nilai detail dari kriteria Sedangkan pada rentang waktu 2007 – 2009 performansi yang dijelaskan tersebut disajikan modal yang disalurkan kepada IMK bertambah dalam tabel 2 berikut. Tabel 2 Hasil Simulasi Dasar Semua Kriteria Performansi Jumlah  Jumlah  Tingkat  Aliran Modal ke  Industri  Tahun  Tenaga Kerja  Produktivitas  IMK (juta  Mikro dan  (orang)  (juta rupiah)  rupiah)  Kecil (unit)  2005       2,661,434          7,434,662         136,655,250            29,545,683   2006       2,662,168          7,142,974         217,611,826            26,668,734   2007       2,661,272          7,135,247         176,342,217            28,706,662   2008       2,660,261          7,305,010         180,093,461            38,111,427   2009       2,660,661          6,586,975         183,440,376            39,930,279   2010       2,664,472          7,265,475         184,881,455            44,436,532   2011       2,668,239          7,467,230         188,014,233            55,460,469   2012       2,662,289          7,155,583         190,654,381            65,775,525   2013       2,643,978          5,458,778         194,111,635            74,175,059   2014       2,888,661          5,567,100         197,024,887            81,115,463   2015       3,195,213          7,264,151         201,010,912            88,832,382   2016       3,208,118          6,391,656         203,782,695            95,023,195   2017       3,220,650          6,575,971         208,276,442         100,196,625   2018       3,233,104          6,432,618         210,797,921         104,754,767   2019       3,219,792          6,402,067         214,394,386         109,339,969   2020       3,182,019          7,313,158         214,437,881         112,097,046   Dalam tabel 2, variabel yang juga bertambahnya jumlah IMK. Adapun hal menunjukkan jumlah uang mempunyai satuan utama yang mempengaruhi hal ini adalah juta rupiah seperti tingkat produktivitas dan kenaikan jumlah penduduk Indonesia tiap aliran modal untuk IMK. Sedangkan jumlah tahunnya, yang berdampak pada semakin IMK bersatuan unit. Adapun untuk Jumlah meningkatnya permintaan akan barang dan jasa. tenaga kerja bersatuan orang. Tingkat produksi IMK semakin 4. PERENCANAAN KEBIJAKAN bertambah seiring dengan berjalannya waktu dan
  • 9. Pada bagian ini akan ditetapkan 1. Pengurangan tarif Pajak Pertambahan Nilai mengenai kebijakan yang akan dilakukan dan (PPN) dari 10% menjadi 5%. Sebagai dampaknya terhadap industri mikro dan kecil, kompensasi dari berkurangnya potensi terutama terkait dengan kriteria performansi. penerimaan APBN, skenario ini diiringi Kebijakan yang akan dirancang terlebih dahulu dengan penurunan subsidi energi dari melihat arah pengembangan sektor industri yang kondisi sekarang 18% APBN menjadi 10% telah ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian APBN. RI. 2. Pengurangan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Penelitian ini sejak awal dirancang agar Badan dari 28% menjadi 10%. Sebagai rentang kebijakan yang dilakukan luas, sehingga kompensasi dari berkurangnya potensi banyak skenario kebijakan yang akan tercipta. penerimaan APBN, skenario ini diiringi Kebijakan-kebijakan yang dilakukan bisa dengan penurunan subsidi energi dari berasal dari Kementerian Keuangan dan juga kondisi sekarang 18% APBN menjadi 10% Kementerian Perindustrian. Namun, karena APBN. keterbatasan sumber daya yang ada pada peneliti 3. Penambahan subsidi energi dari kondisi (seperti waktu, tenaga, uang), penelitian ini sekarang 18% APBN menjadi 20% APBN. hanya akan menyiapkan 4 (empat) skenario Sebagai kompensasi dari bertambahnya kebijakan. beban APBN, alokasi anggaran untuk Telah dibahas bahwa pasca krisis, Kementerian Perindustrian dikurangi dari pemerintah mengharapkan kondisi perindustrian 0.15%APBN (sekarang) menjadi 0.1% agar bangkit kembali. Sehingga hal kunci yang APBN, dan tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi indikator adalah produktivitas industri (PPN) dinaikkan dari 10% (sekarang) itu sendiri, terutama industri mikro dan kecil. menjadi 15%. Jika produktivitas industri meningkat, kebutuhan 4. Alokasi anggaran untuk Kementerian akan kapasitas produksi semakin lama semakin Perindustrian ditambah dari 0.15% menjadi besar. Dampak yang akan terjadi yaitu dua hal: 0.35% APBN. Sebagai kompensasi bertambahnya jumlah IMK untuk menyiasati bertambahnya beban APBN, tarif Pajak kebutuhan kapasitas produksi, atau peningkatan Pertambahan Nilai (PPN) ditingkatkan dari kapasitas produksi tiap industri kecil dan mikro 10% (sekarang) menjadi 12%. tersebut. Namun, apapun yang terjadi di antara Rentang waktu dilakukannya simulasi dua hal ini, tetap akan berpengaruh pada adalah tahun 2012 – 2020. Pada rentang waktu pertumbuhan penyerapan tenaga kerja. Hal ini itu, diasumsikan tidak ada gejolak perekonomian dikarenakan tenaga kerja merupakan salah satu dan politik yang mempengaruhi relevansi model faktor yang mempengaruhi produktivitas. ini secara signifikan. Juga kepemimpinan Adapun hal-hal yang mempengaruhi pemerintah ke depan dapat terus melanjutkan produktivitas industri selain tenaga kerja adalah skenario kebijakan ini. Adapun skenario tersebut penguasaan kapital, harga bahan baku, dan harga jika dirangkum dalam tabel adalah sebagai energi. berikut: Berdasarkan analisis ini, peneliti menetapkan 4 (empat) alternatif kebijakan. Adapun empat alternatif ini adalah:
  • 10.   Tabel 3 Skenario Kebijakan yang Akan Disimulasikan Alokasi  Subsidi  Tarif  Untuk  Instrumen  Energi  Tarif  PPh  Kemenperin  Kebijakan  Terhadap  PPN  Badan  Terhadap  APBN  APBN  Eksisting  18%  28%  10%  0.15%  Skenario 1  10%  28%  5%  0.15%  Skenario 2  10%  10%  10%  0.15%  Skenario 3  20%  28%  15%  0.10%  Skenario 4  18%  28%  12%  0.35%    5. HASIL DAN ANALISIS PERANCANGAN KEBIJAKAN Berdasarkan skenario kebijakan yang telah dirancang, simulasi dilakukan dengan mengukur kriteria performansi ketika diterapkan kebijakan dalam skenario-skenario yang ada. Adapun skenario pertama adalah menurunkan subsidi energi dan menurunkan tarif PPN. Skenario kedua adalah menurunkan subsidi energi dan menurunkan tarif PPh Badan.   Skenario ketiga adalah menaikkan subsidi BBM, menaikkan tarif PPN, dan menurunkan alokasi Gambar 2 Jumlah IMK Untuk Semua Skenario anggaran untuk Kementerian Perindustrian. Skenario keempat adalah menaikkan tarif PPN dan menaikkan alokasi anggaran untuk Kementerian Perindustrian menjadi 0.35%. Berdasarkan pada simulasi yang dilakukan dari mulai simulasi model dasar, Skenario 1, Skenario 2, Skenario 3, dan Skenario 4, instrumen kebijakan yang sangat berpengaruh pada hasil simulasi adalah besar subsidi energi, alokasi APBN untuk Kementerian Perindustrian, dan besar tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sedangkan set   Gambar 3 Tingkat Produktivitas IMK Untuk instrumen kebijakan PPh Badan tidak terlalu Semua Skenario berpengaruh pada hasil simulasi. Adapun penggabungan secara total dari simulasi ini adalah sebagai berikut.
  • 11.     Gambar 4 Tingkat Aliran Modal Kepada Gambar 5 Jumlah Tenaga Kerja IMK Untuk IMK Untuk Semua Skenario Semua Skenario Adapun hasil dari semua skenario kebijakan yang dilakukan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4 Perbandingan Hasil Simulasi (sesuai satuan) Alokasi Subsidi Untuk Rata-rata Rata-rata Tarif Rata-rata Rata-rata Instrumen Energi Tarif Kemenpe Jumlah Tingkat PPh Aliran Modal Tenaga Kerja Kebijakan Thd PPN rin IMK Produktivitas Badan (Juta Rupiah) (Orang) APBN Terhadap (Unit) (Juta Rupiah) APBN Eksisting 18% 28% 10% 0.15% 2.880.770 193.845.622,38 68.385.613,54 6.806.165,38 Skenario 1 10% 28% 5% 0.15% 2.880.372 193.680.483,94 68.734.715,43 6.948.242,81 Skenario 2 10% 10% 10% 0.15% 2.884.659 191.438.078,38 68.098.096,46 2.879.945,31 Skenario 3 20% 28% 15% 0.10% 2.881.397 194.302.496,69 68.269.366,10 6.623.393,63 Skenario 4 18% 28% 12% 0.35% 2.871.897 191.240.496,06 68.681.665,06 5.063.482,75 Tabel 4 di atas menggambarkan bahwa skenario 1. Begitu juga dengan rata-rata jumlah rata-rata jumlah IMK tertinggi dicapai dengan tenaga kerja pada IMK, jumlah tertinggi dicapai skenario 2. Adapun untuk rata-rata tingkat pada skenario 1. Untuk lebih mempertajam produktivitas tertinggi dicapai dengan analisis, berikut perbandingan hasil simulasi, menerapkan skenario 3. Untuk rata-rata aliran yang disajikan dalam persentase kenaikan modal kepada IMK tertinggi dicapai dengan ataupun penurunan kriteria performansi.
  • 12. Tabel 5 Perbandingan Hasil Simulasi (dalam persen) Alokasi Subsidi Rata- Tarif Untuk Rata-rata Instrumen Energi Tarif rata Rata-rata Rata-rata PPh Kemenperin Tingkat Kebijakan Terhadap PPN Jumlah Aliran Modal Tenaga Kerja Badan Terhadap Produktivitas APBN IMK APBN Eksisting 18% 28% 10% 0.15% Acuan Acuan Acuan Acuan Skenario 1 10% 28% 5% 0.15% -0.01% -0.09% 0.51% 2% Skenario 2 10% 10% 10% 0.15% 0.13% -1.24% -0.42% -58% Skenario 3 20% 28% 15% 0.10% 0.02% 0.24% -0.17% -3% Skenario 4 18% 28% 12% 0.35% -0.31% -1.34% 0.43% -26% Berdasarkan penggambaran dan analisis Berdasarkan pambahasan terutama pada yang telah dilakukan dari skenario yang telah Bab IV, V, dan VI didapatkan kesimpulan disimulasikan, dapat disimpulkan bahwa ada dua mengenai sistem industri mikro dan kecil skenario yang menghasilkan dampak rata-rata nasional: optimal, yaitu Skenario 1 dan Skenario 3. Hal ini 1. Faktor-faktor yang berpengaruh kepada didasarkan pada dua hal, yaitu banyaknya industri mikro dan kecil adalah permintaan kriteria performansi yang mengalami konsumen (baik dalam maupun luar negeri), peningkatan; dan tingkat siginifikansi dari jumlah industri mikro dan kecil, jumlah kenaikan ataupun penurunan kriteria tenaga kerja industri mikro dan kecil, rata- performansi. rata upah tenaga kerja industri mikro dan Kunci keunggulan yang harus kecil, pembentukan modal ke industri kecil diperhatikan adalah bahwa Skenario 1 unggul dan mikro, ketersediaan barang kapital, dalam aliran modal dan rata-rata jumlah tenaga harga bahan baku dan ketersediaannya, kerja dibanding Skenario 3. Namun, Skenario 3 harga barang secara agregat, besar pajak dan unggul dalam menyebabkan peningkatan jumlah insentif dari pemerintah, besar subsidi energi IMK dan produktivitasnya dibandingkan (listrik dan BBM) dari pemerintah, dan Skenario 1. Sehingga, penulis menyarankan besar alokasi anggaran untuk program- untuk kedepannya bagi pemerintah terutama program dalam bidang ekonomi dan Menteri Keuangan untuk menaikkan subsidi perindustrian. sebesar 2% atau mempertahankannya. Sebagai 2. Model simulasi dinamis industri mikro dan kompensasi atas beban APBN, Menteri kecil terdiri dari Model Pembentukan Keuangan dapat menaikkan tarif Pajak Barang Modal (Kapital), Model Pertambahan Nilai pada level kenaikan sekitar Ketersediaan Bahan Baku, Model 1% - 5%. Jika masih perlu menghemat Pembentukan Harga Agregat, Model pengeluaran, bisa disiasati dengan menurunkan Pembentukan Jumlah dan Produktivitas proporsi anggaran Kementerian Perindustrian IMK, Model Pembentukan Permintaan atau anggaran untuk sektor ekonomi menjadi Konsumen, Model Upah Agregat Tenaga sebesar 0.10% APBN. Kerja IMK, Model Pembentukan Jumlah Tenaga Kerja IMK, Model Pembentukan 6. KESIMPULAN DAN SARAN Modal ke IMK, Model Besaran Pajak dan
  • 13. Insentif, Model Perhitungan Subsidi BBM, energi pemerintah, kebijakan Pajak dan Model Perhitungan Kebijakan Program. Pertambahan Nilai (PPN), dan besar alokasi 3. Kebijakan pemerintah yang cukup APBN untuk Kementerian Perindustrian. berpengaruh pada model yang dibahas Berdasarkan hasil 4 (empat) skenario dalam penelitian ini adalah besar subsidi kebijakan, pengurangan subsidi BBM energi (listrik dan BBM), besar Pajak menyebabkan pengaruh utamanya pada Pertambahan Nilai (PPN), dan besar alokasi jumlah industri mikro dan kecil yang APBN untuk Kementerian Perindustrian. semakin menurun, serta produktivitas IMK 4. Performansi sistem pengelolaan yang juga semakin menurun. Sementara itu, perindustrian nasional khususnya industri kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mikro dan kecil sangat dipengaruhi oleh menyebabkan penurunan pada rata-rata kondisi-kondisi dalam negeri. Adapun aliran modal dan jumlah tenaga kerja pada kondisi global tidak berpengaruh kepada IMK. Adapun kenaikan alokasi APBN untuk industri mikro dan kecil, kecuali kondisi Kementerian Perindustrian dapat global tersebut memberikan pengaruh pada menyebabkan penurunan produktivitas, kebijakan pemerintah. Sehingga kebijakan jumlah tenaga kerja, dan jumlah industri pemerintahlah yang mempengaruhi mikro dan kecil, namun meningkatkan aliran performansi industri mikro dan kecil ini. modal yang diberikan kepada IMK oleh Seperti yang terjadi pada 2008 dan 2009 lembaga keuangan dan pemodal lainnya. mengenai pengaturan subsidi BBM. Adapun hasil secara lengkap, disajikan 5. Performansi sistem industri mikro dan kecil dalam tabel berikut. paling dipengaruhi oleh kebijakan subsidi Tabel 6 Hasil Simulasi Skenario Kebijakan Alokasi Subsidi Rata- Tarif Untuk Rata-rata Instrumen Energi Tarif rata Rata-rata Rata-rata PPh Kemenperin Tingkat Kebijakan Terhadap PPN Jumlah Aliran Modal Tenaga Kerja Badan Terhadap Produktivitas APBN IMK APBN Eksisting 18% 28% 10% 0.15% Acuan Acuan Acuan Acuan Skenario 1 10% 28% 5% 0.15% -0.01% -0.09% 0.51% 2% Skenario 2 10% 10% 10% 0.15% 0.13% -1.24% -0.42% -58% Skenario 3 20% 28% 15% 0.10% 0.02% 0.24% -0.17% -3% Skenario 4 18% 28% 12% 0.35% -0.31% -1.34% 0.43% -26%   Setelah mempelajari berbagai fenomena selain menghasilkan kondisi IMK yang dan dampak yang terjadi pada penelitian ini, paling optimal, namun juga sehat untuk serta untuk mengembangkan penelitian lebih APBN. lanjut, peneliti menyarankan: 2. Penelitian lebih lanjut juga difokuskan pada 1. Penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan dampak-dampak lebih rinci yang disebabkan industri mikro dan kecil nasional difokuskan oleh program kerja Kementerian pada penemuan skenario kebijakan yang Perindustrian dan kementerian yang terkait
  • 14. seperti Program Peningkatan Produktivitas Forrester, J.W., 1969. Urban Dynamics. Tenaga Kerja, Program Pengembangan Massachusetts: The MIT Press. Iklim Usaha, Program Perlindungan Tenaga Giyanti, I., 2004. Kajian Kebijakan Kerja, dan lain sebagainya. Makroekonomi Untuk Mendukung 3. Penelitian lebih lanjut juga difokuskan pada Pertumbuhan Industri Dengan persebaran jumlah dan produktivitas IMK, Pendekatan Model Sistem Dinamis agar pemerataan pertumbuhan ekonomi bisa (Studi Kasus Industri Pada KBLI 251). lebih diperluas. Tugas Akhir. Institut Teknologi Pemerintah agar menghindari Bandung. pengurangan subsidi energi (listrik dan BBM). Haryani, E., 2000. Evaluasi Produktivitas Lebih baik agar dipertahankan atau semakin Tenaga Kerja dan Faktor-Faktor yang ditingkatkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan Mempengaruhinya (Studi Kasus di PT. kebutuhan kepada energi meningkat seiring Multy Garmenjaya). Tesis. Institut dengan meningkatnya jumlah penduduk. Teknologi Bandung. Adapun untuk menyiasati beban APBN, Law, A.M., and Kelton, W.D., 2000. Simulation pemerintah dapat menaikkan Pajak Pertambahan Modeling and Analysis. New York: Nilai (PPN) ataupun mengurangi alokasi atas McGraw-Hill, Inc. pengeluaran-pengeluaran yang menurut UUD Manetsch, T.J., and Park, G.L., 1977. Systems 1945 tidak lebih diprioritaskan ketimbang Analysis and Simulations with pemenuhan energi bagi masyarakat. Application to Economic and Social Systems (Part I and II). Michigan: DAFTAR PUSTAKA Michigan State University. Daellenbach, H.G., 1995. Systems and Decision Masri, M., 2010. Analisis Pengaruh Kebijakan Making: a Management Science Fiskal Regional Terhadap Inflasi di Approach.New Jersey: John Provinsi Nusa Tenggara Timur (Periode Wiley&Sons, Inc. 2001 – 2008). Tesis. Universitas Departemen Perindustrian, 2009. Laporan Diponegoro. Pengembangan Sektor Industri Mursiti, 2008. Pengembangan Model Kebijakan Departemen Perindustrian Tahun 2004 Industri Komponen Otomotif. Tesis. – 2009 [online]. Jakarta: Departemen Institut Teknologi Bandung. Perindustrian. Didapat dari: Partowidagdo, W., 2010. Mengenal http://www.kemenperin.go.id/ind/publik Pembangunan dan Analisis Kebijakan. asi/laporan_sektor_industri/2004- Bandung: Program Pascasarjana Studi 2009.pdf [Akses 4 Juli 2011]. Pembangunan ITB. Eriyatno, 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Parinussa, J. R., 1999. Pengaruh Investasi Mutu dan Efektivitas Manajemen (Jilid Pemerintah, Investasi Asing (FDI), dan 1). Bogor: IPB Press. Sumber Daya Manusia Terhadap Forrester, J.W., 1961. Industrial Dynamics. Peningkatan Produktivitas Industri Massachusetts: The MIT Press. Pengolahan di Indonesia. Tesis. Institut Forrester, J.W., 1968. Principles of Systems. Teknologi Bandung. Cambridge: Wright Allen Press, Inc.
  • 15. Rahmaputro, S., 2008. Kebijakan Sistem Citronella Di Jawa Barat. 17 (2). 11 – Logistik Beras Nasional. Tugas Akhir. 32. Institut Teknologi Bandung. Warfield, J.N., 1990. A Science of Generic Richardson, G.P., and Pugh, A.L., 1981. Design: Managing Complexity Introduction to System Dynamics Through Systems Design (Vol. I & II). Modeling with DYNAMO. USA: Intersystems Publication. Massachusetts: The MIT Press. __________, 2010. Soal Penolakan Kenaikan Rumekso, S., 2010. SBY: Target Pertumbuhan TDL Awal 2011. Rakyat Merdeka, 1 Ekonomi 7-7,7% di 2014 [online]. Oktober, h.15. Surabaya. Didapat dari: __________, Data Pokok APBN 2006 – 2012. http://www.surya.co.id/2010/08/16/sby- Kementerian Keuangan Republik target-pertumbuhan-ekonomi-7-77-di- Indonesia. Jakarta: 2012. 2014.html [Akses 4 Oktober 2010]. __________, Data Pokok APBN 2005 – 2011. Samuelson, P.A., and Nordbaus, W. D., 1992. Kementerian Keuangan Republik Macroeconomics. 14th ed. New York: Indonesia. Jakarta: 2011. McGraw-Hill, Inc. __________, Data Strategis BPS 2011. Badan Sekaran, U., and Bougie, R., 2010. Research Pusat Statistik. Jakarta: 2011. Methods for Business: a Skill-Building __________, Kerangka Ekonomi Makro dan Aprroach. 5th ed. United Kingdom: Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun John Wiley & Sons Ltd. 2011. Kementerian Keuangan Republik Suha, F.R., 2001. Analisis Pengaruh Kebijakan Indonesia. Jakarta: 2010. Ekonomi Makro Terhadap Pertumbuhan __________, Kerangka Ekonomi Makro dan Sektor Manufaktur di Indonesia. Tugas Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun Akhir. Institut Teknologi Bandung. 2012. Kementerian Keuangan Republik Sumantri, J., 2011. Ekspor Naik, Defisit dengan Indonesia. Jakarta: 2011. China Tetap Tinggi [online]. Jakarta. __________, Perkembangan Beberapa Didapat dari: Indikator Utama Sosial-Ekonomi http://www.mediaindonesia.com/read/20 Indonesia. Badan Pusat Statistik. 11/01/05/193241/4/2/Ekspor-Naik- Jakarta: 2010. Defisit-dengan-China-Tetap-Tinggi __________, Perkembangan Beberapa [Akses 11 Juli 2011]. Indikator Utama Sosial-Ekonomi Sushil, 1993. Systems Dynamics: a Practical Indonesia. Badan Pusat Statistik. Approach to Managerial Problems. Jakarta: 2011. New Delhi: Willey Eastern Limited. __________, Perkembangan Sektor Minyak dan Sutarto, 2008. Pengembangan Model Kebijakan Gas Bumi Nasional Periode November Sektor Industri Komponen Elektronika – Desember 2010. ReforMiner (KBLI 321) dengan Pendekatan Institute. Jakarta: 2011. Dinamika Sistem. Tesis. Institut __________, Rincian Anggaran Belanja Teknologi Bandung. Pemerintah Pusat Tahun 2010 Menurut Taroepratjeka, H., dan Widiarto., 1984. Program, Kegiatan dan Jenis Belanja. Penggunaan Fungsi Produksi Cobb- Kementerian Keuangan Republik Douglass pada Analisis Sistem Produksi Indonesia. Jakarta: 2010.
  • 16. _________, Statistik Ekonomi dan Keuangan __________, Statistik Minyak Bumi. Direktorat Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta: Jenderal Migas Kementerian ESDM. 2012. Jakarta: 2012. _________, Statistik Perbankan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta: 2012.