Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar K3 yang mencakup pengertian keselamatan dan kesehatan, prinsip-prinsip K3 menurut ILO dan WHO, serta undang-undang terkait K3 di Indonesia."
1. Dasar dasar K3
Keselamatan (Safety)
1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan
(control of accident loss)
2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak
bisa diterima (the ability to identify and
eliminate unacceptable risks)
3. Pengertian Dasar
ILO/WHO
Joint Safety and Health Committee
Occupational Health and Safety
is the promotion and maintenance of the highest degree of physical,
mental and social well-being of all workers in all occupations; the
prevention among workers of departures from health caused by
their working conditions; the protection of workers in their
employment from risks resulting from factors adverse to health; the
placing and maintenance of the worker in an occupational
environment adapted to his physiological and psychological
equipment and to summarize the adaptation of work to man and
each man to his job.
4. Pengertian Dasar
OSHA
(Occupational Safety and Health Administration, USA)
Occupational Health and Safety
concerns the application of scientific principles in understanding
the nature of risk to the safety of people and property in both
industrial and non industrial environments. It is multi-disciplinary
profession based upon physics, chemistry, biology and the
behavioral sciences with applications in manufacturing, transport,
storage, and handling of hazardous materials and domestic and
recreational activities.
5. ILO dalam resolusinya menyatakan ada 3 prinsip dasar K3,
yaitu :
1. Work should take place in a safe and healthy working
environment
2. Conditions of work should be consistent with workers
well-being and human dignity
3. Work should offer real possibilities for personal
achievement, self-fulfillments and service to society
Points of concern
1. Penerapan prinsip-prinsip sains (application of scientific principles)
2. Pemahaman pola resiko (understanding the nature of risk)
3. Ruang lingkup ilmuan K3 cukup luas baik didalam maupun diluar
industri
4. K3 merupakan multidisiplin profesi
5. Ilmu-ilmu dasar yang terlibat dalam keilmuan K3 adalah fisik, kimia,
biologi, dan ilmu-ilmu perilaku
6. Area garapan: industri, transportasi, penyimpanan dan pengelolaan
material, domestik dan kegiatan lainnya seperti rekreasi
6. 6
Pengurus Psl 2
Pengusaha Psl 3
Syarat-syarat
Keselamatan Kerja
Psl 3, Psl 4
Undang – Undang
Keselamatan Kerja
Psl 18
Undang – Undang Keselamatan Kerja
Ruang Lingkup
Psl 2 (1), (2) & (3)
UU No. 1 Tahun 1970
11 Bab, 18 Psl
Undang – Undangan
Tentang
Keselamatan Kerja
VR. 1910
• UUD 45 Pasal 27 ayat 2
• UU No. 14 Thaun 1969
UU No. 13 Tahun 2003
Psl 13
kewajiban
Psl 7
Psl 8
Psl 9
Psl 11
Psl 14
Pgws
Psl 5
Direktur 1(4)
PP1(5)
AK31(6)
P2K3
Psl10 Psl 16
Pelanggaran
Psl 15
Psl 17
Tujuan
Penerapan
Undang2
Berlaku di Tempat Kerja
Pasal 1
7. DASAR HUKUM - 1
Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Khusus PP 50 Th 2012; Per.Men ;
Kep Men,
Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945
Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan
UU No.1 Tahun 1970
8. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan
UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai
ketenagakerjaan
Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak
bagi kemanusiaan
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi
norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja,
pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja
DASAR HUKUM
10. • Management
Commitment
• Condition of
Employment
• Fear/Discipline
• Rules/Procedures
• Supervisor Control,
Emphasis, and Goals
• Value All People
• Training
• Personal Knowledge,
Commitment, and
Standards
• Internalization
• Personal Value
• Care for Self
• Practice, Habits
• Individual Recognition
• Help Others Conform
• Others’ Keeper
• Networking Contributor
• Care for Others
• Organizational Pride
Dependent Independent
Reactive
• Safety by Natural
Instinct
• Compliance is the
Goal
• Delegated to Safety
Manager
• Lack of Management
Involvement
Interdependent
SMK3 MEMBANGUN BUDAYA K3
Engineering
Control
OSH – Mgt
System
Behavioral
Safety
11. PENCAPAIAN
1. Penghargaan Emas
Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan 85-100 %
dari kriteria audit
2. Penghargaan Perak
Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan 60-84 %
dari kriteria audit
3. Tindakan Pembinaan
Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan 0-59 %
dari kriteria audit
12. 1. Teguran
2. Peringatan Tertulis
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pembekuan kegiatan usaha
5. Pembatalan persetujuan
6. Pembatalan pendaftaran
7. Penghentian sementara, sebahagian atau
seluruh alat produksi
8. Pencabutan ijin
Sanksi Adminsitrasi sesuai Pasal 190 UU No.13 Th 2003
berupa Sanksi Administratif yaitu :
14. TAHAP PELAKSANAAN SMK3 (Model)
PERBAIKAN
BERKELANJUTAN
Komitmen Manajemen
Keteladanan
Peran dan Tanggung jawab
Penilaian Awal
Peraturan Perundangan,
Pedoman & Standar
Tujuan dan Sasaran
Program kerja
Implementasi 13
Elemen SMK3
Audit Internal dan
Eksternal
Pelaporan
PEMERIKSAAN &
TINDAKAN KOREKSI
KEBIJAKAN K3
PERENCANAAN
VISI, MISI &
TUJUAN
PENERAPAN
PENELAAHAN
MANAJEMEN
15. Product
Continual improvement of the quality management system
Customers
(and other
interested
parties)
Requirements
Management
responsibility
Resource
management
Measurement,
analysis and
improvement
Product
realisation
Output
Satisfaction
Input
Source: BS EN ISO 9001:2000
Key:
Value adding activity
information flow
Customers
(and other
interested
parties)
16. Kelembagaan K3
• Dewan K3 Nasiomal
• Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
• Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Asosiasi Ahli K3 Konstruksi
• Asosiasi Ahli Keselamatan Kerja
• Asosiasi Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
• Asosiasi Perusahaan Inspeksi Teknik Indonesia
• Lembaga Keselamatan da Kesehatan Kerja
• Himpunan Hygiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja
• Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia
• Ikatan Dokter Okupasi Indonesia
• Konsil Nasional K3 Indonesia
18. PENGAWASAN
• UU No. 13/2003
• UU No. 01/1970
• Permen No. 03/1984
Personil
Tata laksana/
Prosedur
Kelembagaan
dan Sarana
Mekanisme
• Pem. Pertama
• Pem. Berkala
• Pem. Khusus
• Pem. Ulang
• Organisasi
• Peraturan
• Standar
• Pedoman
• Peralatan
inspeksi
• Laboratorium uji
• Rencana kerja
• Pemberitahuan pem.
• Pem. Lapangan
• Konfirmasi temuan
• Tindakan hukum
• Laporan
• Kebutuhan
• Rekruitmen
• Diklat
• Penempatan
Sistem Pengawasan K3
19. 1. Pembangunan dan
Pemeliharaan Komitmen
2. Pendokumentasian
Strategi
3. Peninjauan Ulang Desain
dan Kontrak
4. Pengendalian Dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan Bekerja
Berdasarkan SMK3
7. Standar Pemantauan
8. Pelaporan dan Perbaikan
9. Pengelolaan material dan
perpindahannya
10. Pengumpulan dan
penggunaan data
11. Audit SMK3
12. Pengembangan
ketrampilan dan
Kemampuan
Elemen Audit
1. Penetapan
Kebijakan K3
2. Perencanaan
Penerapan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran,
Pemantauan,
dan
Evaluasi
Kinerja
K3
5. Peninjauan
secara
teratur untuk
meningkatkan
kinerja K3
secara
berkesinambunga
n
Prinsip Dasar 1. Komitmen dan kebijakan
1.1 Kepemimpinan dan
komitmen
1.2 Initial Review
1.3 Kebijakan K3
2. Perencanaan
2.1 Perenc ident bhy, penilaian
resiko dan pengend resiko
2.2 Per. per uu dan persyart
lainnya
2.3 Tujuan dan sasaran
2.4 Indikator kinerja
2.5 Perenc awal dan
perencanaan
kegiatan yg berlangsung
3. Penerapan
3.1 Jaminan kemampuan
3.2 Kegiatan pendukung
3.3 Ident SB, penilaian dan
pengendalian resiko
4.Pengukuran dan evaluasi
4.1 Inspeksi dan pengujian
4.2 Audit SMK3
4.3 Tindakan perbaikan dan
pencegahan
5. Tinjauan ulang dan
peningkatan pihak mgt
Pedoman
Penerapan
20. 20
Membangun Budaya K3
• Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan
bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
• Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan
kerja, baik di darat, di dalam tanah, permukaan air, di
dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
21. 21
4 TAHAPAN DALAM MEMBANGUN BUDAYA K3
Tahapan Pertama: Reactive atau Natural Instincts, perlu
K3 setelah terjadi kecelakaan. Pada tahap ini zero
accident tidak mungkin dicapai.
Tahapan kedua: Dependent, melaksanakan K3 karena
disuruh atau diawasi. Pada tahap ini zero accident sulit
dicapai.
Tahapan ketiga: Independent, melaksanakan K3 hanya
untuk kepentingan diri kita sendiri. Pada tahap ini ada
kesempatan zero accident dicapai.
Tahapan keempat: Interdependent, melaksanakan K3
bukan hanya utk diri sendiri, tetapi saling mengingatkan/
memperhatikan apabila ada sesama pekerja ada yang
lupa/lalai dalam menerapkan budaya K3. Pada tahap ini
terbuka lebar zero accident dapat dicapai.
22. 22
PERKEMBANGAN PENANGANAN K3
KET
ERA SEBELUM REV.
INDUSTRI
SESUDAH REV.
INDUSTRI
ZAMAN MODERN
PERANAN AHLI
K3
PROGRAM &
TEKNIK K3
KONSEP
- SEBAB
- INSIDEN
TIDAK ADA INSPEKTUR K3 INSPEKTUR K3
- LOSS
CONTROL
ADV/
MANAGER
- SAFETY ENG.
- AHLI ERG
- ANALISA
SISTEM
- ANALISA
RESIKO
- ANALISA
BAHAYA
- PENAKARAN
RESIKO
- SAFETY ENG.
- FTA, HAZOPS
- LOSS
CONTROL &
SAFETY
MGT
- LOS PREV.
- SYSTEM
SAFETY
- HUMAN
FACT
- DIKLAT
KELOMPOK
(1920-1950)
- DIKLAT INDIV.
(1950-1960)
- PERAT. &
PENGAWASAN
- MACHINE
GUARDING
- SAFETY
DEVICES
- SATNDAR KK
BELUM
TERORGANISIR
NASIB
(ACT OF GOD)
UNSAFE
CONDITION
UNSAFE
ACTS
LACK OF
CONTROL
MGT
LACK OF
SYSTEM
REV.
INDUSTRI
1900
WORK
COMPESATION LAW
(EROPA & AS)
1930
HEINRICH
TEORI DOMINO
1960 1980
1910
VR …
AUDIT K3
UU NO 1 TH 1970
23. “HAZARD”
Adalah sumber bahaya potensial yang
dapat menyebabkan kerusakan
(harm).
Hazard dapat berupa bahan-
bahan kimia, bagian-bagian mesin,
bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja.
24. Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus
dilakukan Identifikasi Bahaya agar kita dapat
mengetahui potensi bahaya dalam setiap
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Identifikasi Bahaya seharusnya dilakukan
bersama antara pemilik pekerjaan,pengawas
pekerjaan ( dari dalam dan dari luar ),Safety
Departement.
Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang
sudah baku seperti Check List, JSA, JSO,What If,
Hazops,Hira,Hazid dll.
Semua hasil identifikasi Bahaya harus dicatat
didokumentasikan dengan baik dan dijadikan
sebagai pedoman dalam melakukan setiap
kegiatan.
Identifikasi Bahaya
25. DEFINISI ACCIDENT
Suatu kejadian yang tidak
diinginkan berakibat cedera
pada manusia, kerusakan
barang, gangguan terhadap
pekerjaan dan pencemaran
lingkungan.
26. Tiga Penyebab Dasar
Kecelakaan
Kurangnya Manajemen Keselamatan
Faktor Perorangan
Faktor Lingkungan
Tindakan
Tak Aman
Kondisi Tak
Aman
Kontak energi dan
bahan yang berbahaya
yang tidak terencana
Penyebab Dasar
Penyebab Tidak Langsung
KECELAKAAN
Luka Pribadi
Kerusakan Material
27. Logika terjadinya kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan
mata rantai sebab-akibat (Domino Squen)
Kerugian
Kejadian
Penyebab
Langsung
Penyebab
Dasar
Kekurangan
Kontrol
28. ( H.W. HEINRICH, 1931)
Lingkungan Kesalahan
Manusia Tindakan
Tak Aman/
Kondisi Tak
Aman
Lingkungan Manusia Kecelakaan Cedera
Bahaya
29. PERKEMBANGAN
1949 : GORDON
1967 : HADDON
1970 : Frank Bird JR
1972 : Wigglesworth
1976 : Bird and Loftus
1978 : Petersen
1980 : Johnson
1985 : Bird and German
30. ( FRANK BIRD JR, 1970 )
Kehilangan
kendali Penyebab
Dasar
Penyebab
Langsung
Kejadian /
kecelakaan
Cedera /
Kerusakan
Kehilangan
kendali
Asal Kontak Kerugian
Gejala
31. ( ILCI model - Bird & German, 1985 )
Program
yang tidak
memadai
Tidak sesuai
Standard
Kepatuhan
yang tidak
memadai
Faktor
Perorangan
Faktor
Pekerjaan
Tindakan
kurang
lancar
Kondisi
kurang
lancar
Hubungan
dengan
energi
atau zat
Orang
Material
Proses
Kehilangan
Kendali
Penyebab
Dasar
Kejadian Kerugian
Penyebab
Langsung
34. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
INSIDEN
STRUCK AGAINST menabrak/bentur benda diam/bergerak
STRUCK BY terpukul/tabrak oleh benda bergerak
FALL TO jatuh dari tempat yang lebih tinggi
FALL ON jatuh di tempat yang datar
CAUGHT IN tusuk, jepit, cubit benda runcing
CAUGHT ON terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar
CAUGHT BETWEEN terpotong, hancur, remuk
CONTACT WITH listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
OVERSTRESS terlalu berat, cepat, tinggi, besar
EQUIPMENT FAILURE kegagalan mesin, peralatan
EVIRONMENTAL RELEASE masalah pencemaran
35. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
SEBAB
LANGSUNG
PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK
APD KURANG, TIDAK LAYAK
PERALATAN RUSAK
RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
SISTEM PERINGATAN KURANG
BAHAYA KEBAKARAN
KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
KEBISINGAN
TERPAPAR RADIASI
TEMPERATUR EXTRIM
PENERANGAN TIDAK LAYAK
VENTILASI TIDAK LAYAK
LINGKUNGAN TIDAK AMAN
OPERASI TANPA OTORISASI
GAGAL MEMPERINGATKAN
GAGAL MENGAMANKAN
KECEPATAN TIDAK LAYAK
MEMBUAT ALAT PENGAMAN
TIDAK BERFUNGSI
PAKAI ALAT RUSAK
PAKAI APD TIDAK LAYAK
PEMUATAN TIDAK LAYAK
PENEMPATAN TIDAK LAYAK
MENGANGKAT TIDAK LAYAK
POSISI TIDAK AMAN
SERVIS ALAT BEROPERASI
BERCANDA, MAIN-MAIN
MABOK ALKOHOL, OBAT
GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR
36. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
SEBAB
DASAR
PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN
ENGINEERING
PENGADAAN (PURCHASING)
KURANG PERALATAN
MAINTENANCE
STANDAR KERJA
SALAH PAKAI/SALAH
MENGGUNAKAN
KEMAMPUAN FISIK ATAU
PHISIOLOGI TIDAK LAYAK
KEMAMPUAN MENTAL TIDAK LAYAK
STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI
STRESS MENTAL
KURANG PENGETAHUAN
KURANG KEAHLIAN
MOTIVASI TIDAK LAYAK
40. “RISK”
Resiko adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.
Kerugian atau Keuntungan
Untuk menentukan resiko membutuhkan
perhitungan antara konsekuensi/ dampak
yang mungkin timbul dan probabilitas,
yang biasanya disebut sebagai
tingkat resiko (level of risk).
41. RISK ANALYSIS
Adalah perkiraan kuantitatif dengan
teknik matematik menggabungkan
konsekuensi dan frekuensi insiden
The development of a quantitative estimate
of risk based on mathematical techniques
for combining estimates of incident
consequences and frequencies.
42. RISK ASSESSMENT
Adalah proses menganalisa tingkat Resiko,
pertimbangan Tingkat Bahaya, dan
mengevaluasi apakah Sumber Bahaya dapat
dikendalikan, memperhitungkan segala
kemungkinan yang terjadi di tempat kerja.
43. proses mengidentifikasi sumber bahaya,
penilaian resiko, dan
tindakan untuk menghilangkan serta
mengurangi resiko secara terus
menerus.
RISK MANAGEMENT
Dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah meliputi :
44. FOUR STEPS TO RISK
MANAGEMENT
Identikasi potensi bahaya
Penaksiran resiko
Tindakan pengendalian
Apakah dapat diterima?
1
2
3
4
45. Resiko diukur dan diberi peringkat :
• Rendah
• Medium
• Tinggi
Klasifikasi Impact Resiko
Personnel Safety and Health Risks
Process Safety Impacts
Environmental Impacts
Klasifikasi Resiko
46. Sifat Pekerjaan
Lokasi Kerja
Potensi bahaya di tempat kerja
Potensi/kualifikasi kontraktor
Pekerjaan simultan
Lamanya pekerjaan
Pengalaman dan keahlian
kontraktor
Penentuan Faktor Resiko
47. Adalah pelaksanaan metode-metode untuk
menganalisa tingkat resiko, mempertimbangkan
resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger)
dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat
dikendalikan secara memadai serta mengambil
langkah-langkah yang tepat.
51. Faktor-faktor yg mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja
Beban
kerja
Lingkungan
kerja
Kapasitas kerja
-Fisik
-Mental
- Ketrampilan
- Kesegaran jasmani & rohani
- Status kesehatan/gizi
- usia
- Jenis kelamin
- Ukuran tubuh
-Fisik
-Kimia
-Biologi
-Ergonomi
-Psikologi
52. Promotif:
- Rikes TK
- Pembinaan
- Gerakan O.R
- Tdk merokok
- Gizi seimbang
- Ergonomi
- Pengendalian
lingk.kerja
- Higiene sanitasi
Preventif:
- Rikes TK
- Imunisasi
- APD
- Rotasi
- Pengurangan
waktu kerja
Kuratif :
Pengobatan
- P3K
- Rawat jalan
- Rawat inap
Rehabilitatif:
- Alat bantu
- Protese
- Mutasi
- Kompensasi
Pelayanan Kesehatan Kerja
Secara Komprehensif
NAB
m
c
s
53. KEWAJIBAN PENGURUS PERUSAHAAN
DALAM BIDANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
1. MEMERIKSAKAN KESEHATAN BADAN, KONDISI
MENTAL DAN KEMAMPUAN FISIK TENAGA KERJA
(ps.8)
2. MENUNJUKKAN DAN MENJELASKAN KEPADA SETIAP
TENAGA KERJA BARU TENTANG (ps.9) :
Kondisi dan bahaya di tempat kerja
Alat pengaman/pelindung yang
diharuskan di tempat kerja
Alat Pelindung Diri
Cara dan sikap kerja yang aman
54. 3. MENYELENGGARAKAN PEMBINAAN K3
4. MENTAATI SEMUA SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN K3 YANG
BERLAKU BIDANG KESEHATAN KERJA
5. MELAPORKAN SETIAP KEJADIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
6. MENYELENGGARAKAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA BIDANG
KESEHATAN KERJA
1. MEMBERIKAN KETERANGAN YANG BENAR BILA DIMINTA OLEH PEGAWAI
PENGAWAS DAN AHLI K3
2. MEMENUHI DAN MENTAATI SEMUA SYARAT K3 YANG DIWAJIBKAN (BIDANG
KESEHATAN KERJA)
3. MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
4. MENDAPATKAN PEMBINAAN KESEHATAN KERJA
5. MENDAPATKAN KOMPENSASI KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.
KEWAJIBAN PENGURUS PERUSAHAAN
DALAM BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
55. HAZARD CONTROL
Prinsip Dasar Pengendalian Kecelakaan
Risk assessment,
identifikasi &
analisa potensi
bahaya
Tindakan &
Pengendalian
bahaya
56. 56
Data dilaporkan
dan tercatat
Piramida Kecelakaan
Kematian/ Kec.Serius
Kecelakaan Ringan
Kerusakan Properti
Nyaris Celaka
• Perbuatan &
Kondisi Tidak
Aman
• Bahaya
Kecelakaan Kerja
* Industrial Accident
* Community Accident
Teori Frank Bird
57. Penyelidikan Kecelakaan
Dilaksanakan dengan memenuhi kriteria sebagai berikut :
Siapa yang mendapat luka / kecelakaan
Kapan kecelakaan terjadi
Dimana kecelakaan terjadi
(on the job atau off the job)
Apa yang terjadi & apa faktor-faktor
pendukungnya
Kenapa kecelakaan itu terjadi
(kronologis)
Hasilnya
Tindakan perbaikan
58.
59. Analisa HIRA( Hazard Identification and Risk Assesment ) adalah : Identifikasi bahaya
dan kajian resiko kegiatan dalam proses operasi dan produksi, dipilah pilah menjadi
kegiatan yang lebih kecil dan spesifik. Datanya diambil dari kegiatan harian dan aktifitas
yang spesifik.
Analisa HAZID( Hazard Identification ) : proses pengidentifikasian terhadap bahaya yang
mungkin terjadi secara umum pada fasilitas operasi pabrik / Industri. Datanya meliputi
seluruh bagian operasi pabrik baik berupa proses utama maupun operasi penunjangnya.
Analisa HAZOP (Hazard and Operability Study ): identifikasi keselamatan, bahaya dan
masalah operasi yang berkembang yang secara langsung mengancam keselamatan
pekerja produksi / penyebab masalah operasi, menentukan keseriusan dampak masalah
yang teridentifikasi.
Identifikasi secara keteknikan dan SOP- pengamanan operasi dan penyelamatan (
Safeguard ) yang sebelumnya telah dibuat,Evaluasi kelayakan Teknik (Engineering) dan
SOP Pengamanan /penyelamatan ( Safeguard ) dan Rekomendasi SOP pengamanan
60. DEFINISI
Kesempatan untuk terjadinya cedera/kerugian
dari suatu bahaya, atau kombinasi dari
kemungkinan dan akibat risiko
Mempunyai 2 dimensi/parameter yaitu
Probability dan Konsekuensi
Risiko = Probability x Konsekuensi
Risiko = Prob x Hazard x Konsentrasi x lama
Risiko/Risk
61. “RISK”
Resiko adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.
Untuk menentukan resiko membutuhkan
perhitungan antara konsekuensi/ dampak
yang mungkin timbul dan probabilitas,
yang biasanya disebut sebagai
tingkat resiko (level of risk).
62. PENANGANAN RISIKO
Bila suatu risiko tidak dapat diterima maka harus
dilakukan upaya penanganan risiko agar tidak
menimbulkan kecelakaan/kerugian. Bentuk tindakan
penanganan risiko dapat dilakukan sebagai berikut :
☻ Hindari risiko
☻ Kurangi/minimalkan risiko
☻ Transfer risiko
☻ Terima risiko
65. Hirarki Pengendalian Risiko K3
☻ Eliminasi
Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
☻ Substitusi
Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk
pasta
Proses menyapu diganti dengan vakum
Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
Proses pengecatan spray diganti dengan
pencelupan
☻ Rekayasa Teknik
Pemasangan alat pelindung mesin (mechin
guarding)
Pemasangan general dan local ventilation
Pemasangan alat sensor otomatis
66. Hirarki Pengendalian Risiko K3
☻ Pengendalian Administratif
Pemisahan lokasi
Pergantian shift kerja
Pembentukan sistem kerja
Pelatihan karyawan
Pengendalian Organisasi
- Pembentukan Organisasi yang efektif
☻ Alat Pelindung Diri
Helmet
Safety Shoes
Ear plug/muff
Safety goggles
67. PENYEBAB KECELAKAAN
(De Reamer Theory)
IMMEDIATE
CAUSES
1.PERBUATAN
BERBAHAYA
(Unsafe Acts)
2.KONDISI
BERBAHAYA
(Unsafe Conditions)
CONTRIBUTING
CAUSES
1.Manajemen
dan Supervisi
2.Kondisi Mental
Pekerja
3. Kondisi Fisik
Pekerja
AKIBAT
KECELAKAAN
-Cidera
-Kerusakan Asset
-Kerusakan Lingkungan
-Berpengaruh thd :
-Produktivitas, Kualitas,
Effisiensi Biaya, Loss
KASUS
KECELAKAAN
KASUS
KECELAKAAN
68. Profil dari Karyawan yang Kemungkinan Besar
Melakukan Tindak Kekerasan
Sumber: Mathis & Jackson (2006)
•Frustasi
•Sejarah penyerangan
•Obsesi/dendam
•Penyendiri
•Stress
•Kemarahan
•Kerja merupakan
satu-satunya aktivitas
utama
Intimidasi
Perubahan
Perilaku
Marah karena
Ketidakadilan
kecil
Ancaman
Verbal
Menyalahkan
Orang lain
Konflik
Dengan
Orang lain
70. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan, teknik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap
rekayasa
• Penyelenggaraan pengawasan & pemantauan
pelaksanaan K3
STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tingkat
kemajuan pelaksanaan K3
Menurut ILO
(International Labour Organization)
71. INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi
tempat kerja masih memenuhi ketentuan &
persyaratan K3
RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS &
STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tingkat
kemajuan bidang K3 sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik & teknologi
PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi Tenaga Kerja
PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bidang K3,
bukan melalui penerapan & pemaksaan melalui
sanksi-sanksi
72. ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan
pencegahan kec dgn pembayaran premi yg
lebih rendah terhdp peusahaan yang
memenuhi syarat K3
PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA
• Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat
kerja dlm upaya memenuhi syarat-syarat K3
di tempat kerja
75. 75
METODE IDENTIFIKASI BAHAYA
1. SISTEM MONITORING / CHECKLIST
2. SAFETY REVIEW
3. PRELEMINARY HAZARD ANALYSIS (PHA)
4. HAZARD OPERABILITY STUDIES (HAZOPS)
5. FAULT TREE ANALYSIS (FTA)
6. INSPEKSI
7. HUMAN ERROR ANALYSIS
8. DAN LAIN-LAIN SEPERTI JSA, JSO
PEMILIHAN METODE TERGANTUNG :
1. MAKSUD & TUJUAN IDENTIFIKASI
2. KAPAN / PADA TAHAPAN APA
3. INFORMASI YANG DIPERLUKAN
4. KEBUTUHAN TENAGA KERJA
5. WAKTU DAN BIAYA
76. 76
METODE IDENTIFIKASI BAHAYA
TUJUAN : - IDENTIFIKASI COMMON HAZARD
- IDENTIFIKASI KESESUAIAN STANDAR PROSEDUR
DIGUNAKAN PADA : - DESAIN, CONSTRUCTION, START UP
OPERASI, SHUT DOWN
HASIL : - UMUM YES OR NO
UNTUK : PERALATAN
MATERIAL
PROSEDUR
77. 77
PRELIMNARY HAZARD ANALYSIS
(PHA)
TUJUAN : IDENTIFIKASI AWAL SEBAGAI INFORMASI
TAHAP FINAL DESIGN
KAPAN : SEBELUM TAHAP DESIGN
HASIL : DAFTAR RESIKO BAHAYA BERKAITAN DENGAN
DESIGN DETAIL
SDM : 1 ATAU 2 ORANG INSINYUR (SAFETY BACKGROUND)
OBYEK : 1. BAHAN BAKU
BAHAN ½ JADI
BAHAN JADI
2. PERALATAN 4. FASILITAS
3. OPERASI 5. ALAT PENGAMAN
78. 78
INSPECTION
TUJUAN : - MEMPEROLEH GAMBARAN INTEGRITAS INSTALASI
- INVESTIGASI KERUSAKAN
- BANTUAN MANAJEMEN
- PERTIMBANGAN AWAL & PERIODIK BAGI SAFETY
LINGKUP : - PROSES
- SPARE PART & MATERIAL
- MODIFIKASI, REPAIR
- PERLUASAN INSTALASI
- EVALUASI SUPPLIER
TAHAPAN : DESIGN, CONSTRUSTION, STARTUP & OPERATION,
SHUTDOWN
SYARAT INSPECTOR : - PUNYA BACKGROUND THEORY
- PUNYA PENGALAMAN & DAYA ANALISIS
- PENGUASAAN STANDAR & PERATURAN
- MAMPU MENJELASKAN
79. Hierarki Pengendalian Resiko
1. Eliminasi Eliminasi sumber Bahaya Tempat kerja/pekerjaan aman,
mengurangi bahaya K3
2.Substitusi Substitusi Alat/Mesin/ Material tempat kerja/pekerjaan aman,
mengurangi bahaya K3
3.Engineering Modifikasi/Perancangan
alat/Mesin/Tempat kerja yg lebih
aman
tempat kerja/pekerjaan aman,
mengurangi bahaya K3
4.Administrasi Prosedur,aturan, tata
kerja,pelatihan,durasi kerja,tanda
bahaya, rambu, poster,label dll.
Tenaga Kerja aman ,mengurangi
paparan bahaya
5.Organisasi Pengaturan organisasi yg
berkaitan dg bidang K3
Tenaga Kerja aman ,mengurangi
paparan bahaya
6. Alat Pelindung Diri Alat Pelindung diri T Kerja Tenaga Kerja aman ,mengurangi
paparan bahaya
80. Matriks Resiko
Frekwensi
Kejadian
KEPARAHAN
Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Sangat Sering Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim
Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim
Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Sangat Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
81. Penanggung Jawab Manajemen
Resiko
Matriks Resiko :
Rendah
Perlu Aturan/Prosedur/Rambu - Supervisor Unit Kerja
/ Petugas K3LH
Sedang Perlu Tindakan Langsung -Supervisor Unit Kerja
Tinggi
Perlu Perencanaan Pengendalian- Manager/ Kepala Divisi Unit
Kerja dan Unit terkait
Ekstrim
Perlu Perhatian Manajemen Atas- Manager /General ManagerUnit
Kerja dan Unit terkait serta Direksi.
82. Pengendalian Resiko/Bahaya dg. cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan
, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya.
Dan pada urutan hierarki setelahnya,tingkat keefektifan, kehandalan
proteksi menurun spt diilustrasikan pada gambar di diatas.
83. “ Allahhumma Antas Salam Wa Minkas Salam
Fahayyina Robbana Bis Salam “
Artinya :
Ya Allah Engkau pemberi KESELAMATAN dan dari-
Mu KESELAMATAN, maka hidupkanlah kami ya
Allah dengan KESELAMATAN.
83
DOA KESELAMATAN KEHIDUPAN MANUSIA
84. PREVENTION OF MAJOR
INDUSTRIAL ACCIDENTS
ILO CODE OF PRACTISE
Geneva, International Labour Orgasnization, 1991
ISBN 92-2-107101-4
Keselamatan Kerja 84
85. ILO CODE OF PRACTISE
Peraturan/standar ILO berupa panduan praktis yang ditetapkan di
industri dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan-kecelakaan
besar seiring dengan kenaikan produksi, penyimpanan dan
penggunaan bahan berbahaya
Tujuan panduan praktis adalah untuk memberikan arahan tentang
pengaturan administasi, hukum dan sistem teknis untuk
pengendalian instalasi bersiko tinggi yang dilakukan dengan
memberikan perlindungan kepada pekerja, masyarakat dan
lingkungan dengan mencegah terjadinya kecelakan besar yang
mungkin terjadi dan meminimalisasikan dampak dari kecelakaan
tersebut
Penerapan panduan praktis dilakukan pada instalasi beresiko
tinggi yang diidentifikasikan dengan keberadaan zat-zat
berbahaya yang membutuhkan perhatian tinggi.
Keselamatan Kerja 85
86. ILO CODE OF PRACTISE
Instalasi beresiko tinggi berdasarkan jenis dan kuantitasnya
menurut panduan praktis:
Industri kimia dan petrokimia
Industri penyulingan minyak
Instalasi penyimpanan gas alam cair (LNG)
Instalasi penyimpanan gas dan cairan yang mudah terbakar
Gudang bahan-bahan kimia
Instalasi penyulingan air bersih dengan menggunakan klorin
Industri Pupuk dan Pestisida
Instalasi beresiko tinggi berdasarkan jenis dan kuantitasnya diluar
cakupan panduan praktis:
Instalasi Nuklir
Pangkalan Militer (instalasi biologi, nuklir dan kimia serta pusat
persenjataaan)
Keselamatan Kerja 86
87. ILO CODE OF PRACTISE
Instalasi beresiko tinggi adalah instalasi industri permanen atau
sementara, yang menyimpan, memproses atau memproduksi zat-
zat berbahaya dalam bentuk dan jumlah tertentu menurut
peraturan yang berlaku yang berpotensi menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan besar.
Identifikasi bahan berbahaya menurut jenis dan tingkat kuantitas
ambang terjadinya kecelakaan besar
Bahan kimia sangat beracun : methyl isocyanate, phosgene
Bahan kimia beracun: acrylonitrile, ammonia, chlorine, sulphur
dioxide, hydrogen sulphide, hydrogen cyanide, carbon
disulphide, hydrogen fluoride, hydrogen chloride, sulphur
trioxide
Gas dan cairan mudah terbakar
Bahan peledak: ammonium nitrate, nitroglycerine, C4, PETN,
TNT
Keselamatan Kerja 87
88. ILO CODE OF PRACTISE
Alur informasi pada instalasi beresiko tinggi
Manajemen keseluruhan instalasi beresiko tinggi harus
melaporkan secara rinci aktifitasnya kepada pihak yang
berwenang
Laporan keselamatan kerja instalsi beresiko tinggi harus
disiapkan oleh manajemen dan berisi informasi teknis tentang
disain dan cara kerja instalasi, penjelasan rinci manajemen
keselamatan kerja dalam instalasi, informasi tentang bahaya
dari instalasi secara sistematis, teridentifikasi dan
terdokumentasi serta informasi tentang bahaya kecelakaan
dan ketentuan keadaan darurat yang akan mengurangi
dampak dari kecelakaan yang akan terjadi.
Semua informasi khususnya yang berkenaan dengan instalasi
beresiko tinggi harus disediakan bagi para pihak yang
berkepentingan.
Informasi keselamatan kerja yang tepat khususnya pada
instalasi beresiko tinggi dikomunikasikan melalui pelatihan
kepada pekerja, dan dapat digunakan untuk persiapan
pekerjaan dan pengendalian dalam keadaan darurat.
Keselamatan Kerja 88
89. ILO CODE OF PRACTISE
Audit Instalasi beresiko tinggi
Instalasi beresiko tinggi diaudit oleh manajemen audit yang
ditunjuk pemegang otoritas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di wilayah instalasi itu berada
Audit mencakup identifikasi kejadian tidak terkendali yang
memicu timbulnya kebakaran, ledakan atau terlepasnya zat-zat
beracun
Audit mencakup estimasi potensi bahaya sebagai konsekuensi
dari ledakan, kebakaran maupun terlepasnya zat-zat beracun
Audit mempertimbangkan potensi efek lanjutan yang terjadi
pada instalasi beresiko tinggi lainnya yang ada disekitarnya
Audit mempertimbangkan kesesuaian pengukuran
keselamatan kerja yang digunakan dalam identifikasi
kemungkinan terjadinya bahaya untuk menjamin validitas hasil
audit itu sendiri
Audit memperhitungkan analisa resiko secara menyeluruh dari
keterkaitan antara kecelakaan besar yang mungkin timbul
dengan letak instalasi beresiko tinggi itu sendiri.
Keselamatan Kerja 89
90. ILO CODE OF PRACTISE
Manajemen pengendalian resiko kecelakaan dan pengamanan pada
instalasi beresiko tinggi meliputi:
Disain, fabrikasi dan penginstalasian pabrik yang aman, termasuk
penggunaan komponen peralatan bermutu tinggi
Pemeliharaan pabrik secara rutin
Pengoperasian pabrik sesuai prosedur yang berlaku
Pengelolaan keselamatan lingkungan kerja secara baik
Inspeksi secara rutin terhadap keseluruhan instalasi yang diikuti
dengan perbaikan atau penggantian komponen peralatan yang
dibutuhkan
Pengawasan rutin terhadap keamanan dan sistem pendukungnya
Ketersediaan dan inspeksi rutin peralatan keselamatan kerja yang
dapat digunakan dalam kondisi darurat
Analisa bahaya dan resiko yang terjadi akibat kerusakan komponen
peralatan, pengoperasian instalasi yang abnormal, faktor kesalahan
manusia dan manajemen, pengaruh kecelakaan yang terjadi di sekitar
instalasi, bencana alam, tindakan kejahatan dan sabotase
Analisa komprehensif terhadap modifikasi peralatan dan instalasi baru
Penyebaran informasi dan pelatihan keselamatan kerja bagi setiap
pekerja pada instalasi tersebut
Penyebaran informasi secara berkala kepada masyarakat yang tinggal
atau bekerja di sekitar lokasi instalasi industri
Keselamatan Kerja 90
91. ILO CODE OF PRACTISE
Analisa Bahaya dan Resiko meliputi:
Identifikasi bahan beracun, reaktif dan eksplosif yang
disimpan, diproses atau diproduksi
Identifikasi kegagalan potensial yang dapat menyebabkan
kondisi pengoperasian abnormal dan menimbulkan
kecelakaan
Analisa konsekuensi dari kecelakaan yang terjadi terhadap
pekerja dan masyarakat sekitar
Tindakan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan
Keselamatan Kerja 91
92. ILO CODE OF PRACTISE
HAZOP (an example of Hazard and Risk Analysis)
Identifikasi penyimpangan/deviasi yang terjadi pada
pengoperasian suatu instalasi industri dan kegagalan
operasinya yang menimbulkan keadaan tidak terkendali
Dilakukan pada tahap perencanaan untuk instalasi
industri baru
Dilakukan sebelum melakukan modifikasi peralatan atau
penambahan instalasi baru dari instalasi industri lama
Analisa sistematis terhadap kondisi kritis disain
instalasi industri, pengaruhnya dan penyimpangan
potensial yang terjadi serta potensi bahayanya
Dilakukan oleh kelompok para ahli dari multi disiplin
ilmu dan dipimpin oleh spesials keselamatan kerja yang
berpengalaman atau oleh konsultan pelatihan khusus
Keselamatan Kerja 92
93. ILO CODE OF PRACTISE
Perencanaan Keadaan Darurat
Bertujuan untuk melokalisasi bahaya dan meminimalisasi dampaknya
Identifikasi jenis-jenis kecelakaan yang potensial
On site emergency
Perencanaan keadaan darurat didasarkan pada konsekuensi yang timbul dari
kecelakaan besar yang potensial
Penanganan keadaan darurat dilakukan tenaga penanggulangan kecelakaan dalam
jumlah yang cukup
Perencanaan keadan darurat merupakan uji dan pengidentifikasian kelemahan instalasi
industri yang akan secepatnya diperbaiki
Antisipasi bahaya dengan memperhatikan: kekerapan terjadinya kecelakaan, hubungan
dengan pihak berwenang di luar lokasi, prosedur menghidupkan tanda bahaya,
komunikasi internal dan eksternal instalasi serta lokasi dan pola pengaturan dari pusat
pengelola gawat darurat
Fasilitas penanganan keadaan darurat: telepon, radio dan alat komunikasi internal-
eksternal yang memadai, peta yang menunjukan keberadaan bahan berbahaya, alat
penunjuk arah dan pengukur kecepatan angin, alat penyelamatan diri, daftar lengkap
pekerja, ...
Off site emergency
Perencanaan disiapkan oleh dan merupakan otoritas yang kompeten yang diatur melalui
kebijakan, peraturan atau perundangan.
Perencanaan ini merupakan antisipasi dari bahaya dalam skala besar dan
penanganannya terkait dengan otoritas lokal penanggulangan kecelakaan
Perencanaan didasarkan pada informasi atas konsekuensi yang timbul dari kecelakaan
besar yang potensial
Keselamatan Kerja 93
94. ILO CODE OF PRACTISE
Konsultan Keselamatan Kerja
Tugas dan wewenang:
Membuat analisa bahaya dan resiko serta mempersiapkan
laporan keselamatan kerja bekerjasama dengan manajemen
audit
Menetapkan garis besar disain dan operasi instalasi industri
yang aman, serta pengaplikasiannya dalam desain peralatan,
proses kendali, pengoperasian secara manual, ...
Menganalisa konsekuensi dari kecelakan potensial dengan
permodel dampak potensialnya
Menetapkan penanganan keadaan darurat on site dan
perencanaan keadaan darurat off site
Melakukan pelatihan pada pekerja
Keselamatan Kerja 94