SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin
Praktik Okupasi Terapis sudah tidak sesuai dengan
perkembangan kebijakan tenaga kesehatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi
Terapis;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-undang ...
-2-
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 603);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK
OKUPASI TERAPIS.
BAB I ...
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Okupasi Terapis adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan
okupasi terapi sesuai ketentuan dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Okupasi Terapi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada
pasien/klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang
mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan
menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan
kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari,
produktivitas dan pemanfaatan waktu luang.
3. Gangguan Area Kinerja Okupasional adalah gangguan pada aktivitas
kehidupan sehari-hari, produktivitas, dan pemanfaatan waktu luang.
4. Gangguan Komponen Kerja Okupasional adalah gangguan pada
fungsi sensorik, persepsi, motorik, kognitif, interpersonal, dan
spiritual.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
6. Surat Tanda Registrasi Okupasi Terapis yang selanjutnya disingkat
STROT adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada
Okupasi Terapis yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Surat Izin Praktik Okupasi Terapis yang selanjutnya disingkat SIPOT
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri.
8. Surat Izin Kerja Okupasi Terapis yang selanjutnya disingkat SIKOT
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pekerjaan Okupasi Terapi pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
9. Standar Profesi Okupasi Terapis adalah batasan kemampuan
minimal yang harus dimiliki/dikuasai oleh Okupasi Terapis untuk
dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik Okupasi Terapi secara
profesional yang diatur oleh Organisasi Profesi.
Menteri ...
-4-
10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
11. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat MTKI
adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.
12. Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi yang selanjutnya disingkat MTKP
adalah lembaga yang membantu pelaksanaan tugas MTKI.
13. Organisasi Profesi adalah Ikatan Okupasi Terapis Indonesia.
Pasal 2
Dalam Peraturan Menteri ini diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan oleh Okupasi Terapis dalam
melaksanakan pekerjaan dan praktik pelayanan Okupasi Terapi.
BAB II
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Kualifikasi Okupasi Terapis
Pasal 3
Dalam menjalankan pekerjaan dan praktiknya, Okupasi Terapis minimal
berijazah Diploma Tiga Okupasi Terapi.
Bagian Kedua
Sertifikat Kompetensi dan STROT
Pasal 4
(1) Okupasi Terapis untuk dapat melakukan pekerjaan dan praktiknya
harus memiliki STROT.
(2) Untuk dapat memperoleh STROT sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Okupasi Terapis harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STROT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI
dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) STROT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Contoh STROT ...
-5-
(5) Contoh STROT sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 5
STROT yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Bagian Ketiga
SIPOT dan SIKOT
Pasal 6
Pekerjaan dan praktik Okupasi Terapis dapat dilakukan secara mandiri
dan/atau di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pasal 7
(1) Okupasi Terapis yang melakukan praktik pelayanan Okupasi Terapi
secara mandiri wajib memiliki SIPOT.
(2) Okupasi Terapis yang melakukan pekerjaannya di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib memiliki SIKOT.
Pasal 8
(1) SIPOT atau SIKOT diberikan kepada Okupasi Terapis yang telah
memiliki STROT.
(2) SIPOT atau SIKOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
(3) SIPOT atau SIKOT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku
untuk 1 (satu) tempat.
Pasal 9
(1) Untuk memperoleh SIPOT atau SIKOT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Okupasi Terapis harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. fotokopi STROT;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;
d. surat pernyataan ...
-6-
d. surat pernyataan mempunyai tempat kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau tempat praktik pelayanan Okupasi Terapi secara
mandiri;
e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga)
lembar berlatar belakang merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau
pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Apabila SIPOT atau SIKOT dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
(3) Contoh surat permohonan memperoleh SIPOT atau SIKOT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II
terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Contoh SIPOT atau SIKOT sebagaimana tercantum dalam Formulir
III dan Formulir IV terlampir yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 10
(1) Okupasi Terapis warga negara asing dapat mengajukan permohonan
memperoleh SIKOT setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1);
b. melakukan evaluasi dan memiliki surat izin kerja dan izin tinggal
serta persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
c. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
(2) Okupasi Terapis Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri dapat
mengajukan permohonan memperoleh SIPOT atau SIKOT setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1); dan
b. melakukan evaluasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 11
(1) SIPOT atau SIKOT berlaku sepanjang STROT masih berlaku dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
(2) Okupasi Terapis ...
-7-
(2) Okupasi Terapis yang akan memperbaharui SIPOT atau SIKOT harus
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
dan ayat (2).
Pasal 12
(1) Okupasi Terapis hanya dapat melakukan pekerjaan dan/atau
praktik paling banyak di 2 (dua) tempat kerja/praktik.
(2) Permohonan SIPOT atau SIKOT kedua dapat dilakukan dengan
menunjukan bahwa yang bersangkutan telah memiliki SIPOT atau
SIKOT pertama.
(3) Dalam keadaan tertentu berdasarkan kebutuhan pelayanan
kesehatan dan jumlah Okupasi Terapis, pemerintah daerah
kabupaten/kota setempat dapat memberikan SIKOT kepada Okupasi
Terapis sebagai tempat pelayanan Okupasi Terapi yang ketiga.
(4) Untuk mengajukan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Okupasi Terapis selain harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, harus juga melampirkan:
a. SIPOT atau SIKOT yang pertama dan kedua;
b. Surat persetujuan atasan langsung bagi Okupasi Terapis yang
bekerja pada instansi/Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan
c. surat rekomendasi dari dinas kesehatan provinsi setempat.
BAB III
PELAKSANAAN PELAYANAN OKUPASI TERAPIS
Pasal 13
(1) Okupasi Terapis yang memiliki SIKOT dapat melakukan pelayanan
Okupasi Terapi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa:
a. puskesmas;
b. klinik;
c. rumah sakit; dan
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
(2) Okupasi Terapis yang memiliki SIPOT dapat melakukan praktik
pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri.
Pasal 14
(1) Okupasi Terapis yang melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi secara
mandiri harus memenuhi persyaratan paling sedikit:
a. memiliki tempat pekerjaan yang memenuhi syarat kesehatan;
b. memiliki ...
-8-
b. memiliki perlengkapan untuk tindakan okupasi terapi sesuai
dengan standar pelayanan; dan
c. memiliki perlengkapan administrasi termasuk catatan tindakan
okupasi terapi dan formulir rujukan.
(2) Okupasi Terapis dalam menjalankan pekerjaan kunjungan rumah
sekurang-kurangnya memiliki perlengkapan untuk tindakan Okupasi
Terapi dan catatan tindakan Okupasi Terapi.
Pasal 15
(1) Dalam melaksanakan praktiknya, Okupasi Terapis dapat menerima
pasien/klien langsung atau berdasarkan rujukan dari tenaga medis.
(2) Kewenangan untuk menerima pasien/klien langsung hanya dapat
dilakukan untuk pelayanan Okupasi Terapi yang meliputi upaya
pelayanan promotif dan preventif.
(3) Kewenangan untuk menerima pasien/klien rujukan dari tenaga
medis meliputi deteksi dini, penyembuhan dan pemulihan dalam
intervensi Okupasi Terapis pada Gangguan Area Kinerja Okupasional
dan Gangguan Komponen Kinerja Okupasional.
(4) Okupasi Terapis dalam melaksanakan pekerjaan Okupasi Terapi
meliputi:
a. pelayanan diagnostik Okupasi Terapi;
b. intervensi/terapi;
c. rujukan;
d. advokasi/advis;
e. pelatihan; dan/atau
f. penelitian dan pengembangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 16
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mengizinkan Okupasi
Terapis yang tidak memiliki SIKOT untuk melakukan pelayanan Okupasi
Terapi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebut.
Pasal 17
(1) Pelayanan Okupasi Terapi ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
(2) Okupasi Terapis ...
-9-
(2) Okupasi Terapis dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi
berwenang untuk melakukan pelayanan Okupasi Terapi yang
meliputi pengembangan, pemeliharaan, dan pemulihan aktivitas
kegiatan sehari-hari, produktivitas, pemanfaatan waktu luang,
memfungsikan peralatan adaptif dan alat bantu fungsional.
(3) Kewenangan Okupasi Terapis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional
untuk kelompok kasus musculoskeletal;
b. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional
untuk kelompok kasus neuromuscular;
c. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional
untuk kelompok kasus kardiopulmonal;
d. melakukan tindakan stimulasi kinerja okupasional untuk
kelompok kasus tumbuh kembang anak;
e. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional
untuk anak dengan gangguan mental;
f. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional
pada kasus gangguan jiwa/psikososial;
g. melakukan tindakan terapi pada gangguan komponen kinerja
okupasional dengan menggunakan sensori integrasi;
h. melakukan tindakan terapi pada gangguan komponen kinerja
okupasional dengan menggunakan snoezelen;
i. melakukan tindakan terapi pada gangguan keterampilan pra
akademik pada kasus tumbuh kembang;
j. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional
pada kelompok kasus terminal;
k. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional
pada kasus ketergantungan NAPZA;
l. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasinal
pada kasus geriatri;
m. mendesain, membuat dan memfungsikan alat bantu fungsional;
dan
n. mendesain dan memodifikasi lingkungan sesuai dengan
kebutuhan pasien/klien.
Pasal 18
(1) Dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi, Okupasi Terapis
wajib melakukan pencatatatan.
(2) Pencatatan ...
-10-
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpan
selama 5 (lima) tahun.
Pasal 19
Dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi, Okupasi Terapis
mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan
Okupasi Terapi sesuai Standar Profesi Okupasi Terapis;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien
dan/atau keluarganya;
c. melaksanakan pelayanan sesuai dengan kompetensi;
d. menerima imbalan jasa profesi; dan
e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 20
Dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi, Okupasi Terapis
mempunyai kewajiban:
a. menghormati hak pasien/klien;
b. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
c. menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan
pelayanan yang dibutuhkan dalam lingkup tindakan Okupasi Terapi;
e. meminta persetujuan tindakan Okupasi Terapi yang akan dilakukan;
f. membantu program Pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat; dan
g. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional Okupasi Terapis.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
(1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, MTKI, dan MTKP melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pekerjaan dan praktik Okupasi Terapis dengan
mengikutsertakan Organisasi Profesi.
(2) Pembinaan ...
-11-
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh
Okupasi Terapis.
Pasal 22
(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Okupasi
Terapis yang bekerja dan berhenti bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melaporkan Okupasi
Terapis yang bekerja di daerahnya setiap 1 (satu) tahun kepada
kepala dinas kesehatan provinsi.
Pasal 23
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, Menteri, pemerintah daerah provinsi atau kepala
dinas kesehatan provinsi dan pemerintah daerah kabupaten
kota/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat memberikan
tindakan administratif kepada Okupasi Terapis yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan pekerjaan dan
praktik Okupasi Terapis dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. pencabutan SIPOT dan/atau SIKOT.
Pasal 24
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dapat merekomendasikan pencabutan STROT
kepada MTKI terhadap Okupasi Terapis yang melakukan pekerjaan
dan praktik Okupasi Terapi tanpa memiliki SIPOT atau SIKOT.
(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas
kabupaten/kota dapat mengenakan sanksi teguran lisan, teguran
tertulis sampai dengan pencabutan izin Fasilitas Pelayanan
Kesehatan kepada pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
mempekerjakan Okupasi Terapis yang tidak memiliki SIKOT.
BAB V ...
-12-
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
Okupasi Terapis yang telah memiliki SIOT berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin
Praktik Okupasi Terapis dinyatakan telah memiliki STROT sampai
dengan masa berlakunya berakhir dan harus menyesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
Pasal 26
(1) Okupasi Terapis yang bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
telah memiliki SIPOT berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik
Okupasi Terapis dinyatakan telah memiliki SIKOT berdasarkan
Peraturan Menteri ini sampai dengan masa berlakunya berakhir.
(2) Okupasi Terapis yang melaksanakan praktik pelayanan Okupasi
Terapi secara mandiri dan telah memiliki SIPOT berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007
tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis, SIPOT yang
bersangkutan masih tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya
berakhir.
(3) Okupasi Terapis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus memperbaharui SIPOT atau SIKOT berdasarkan Peraturan
Menteri ini apabila masa berlaku STROT yang bersangkutan telah
habis jangka waktunya.
Pasal 27
Standar Profesi Okupasi Terapis yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Menteri ini dan belum ditetapkan yang baru oleh Organisasi Profesi.
BAB VI ...
-13-
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007
tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis; dan
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 571/Menkes/SK/VI/2008
tentang Standar Profesi Okupasi Terapis,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Maret 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 April 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 656
Formulir I
Contoh Surat Tanda Registrasi Okupasi Terapis
MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
(THE INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD)
SURAT TANDA REGISTRASI OKUPASI TERAPIS
REGISTRATION CERTIFICATE OF OCCUPATIONAL THERAPIST
NOMOR REGISTRASI :
REGISTRATION NUMBER
NAMA :
NAME
TEMPAT/TANGGAL LAHIR :
PLACE/DATE OF BIRTH
JENIS KELAMIN :
SEX
NOMOR IJAZAH :
CERTIFICATE NUMBER
TANGGAL LULUS :
DATE OF GRADUATION
PERGURUAN TINGGI :
UNIVERSITY
KOMPETENSI :
COMPETENCE
NOMOR SERTIFIKAT KOMPETENSI:
COMPETENCE CERTIFICATION NUMBER
STR BERLAKU SAMPAI : (sesuai pemberlakuan sertifikat kompetensi)
VALID UNTIL
……………………201…
a.n.Menteri Kesehatan
KETUA MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
CHAIRMAN OF INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD
(.................................................................)
PAS FOTO
CAP/
STAMP
MTKI
Formulir II
Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik
Okupasi Terapis (SIPOT)/ Surat
Izin Kerja Okupasi Terapis (SIKOT)
Kepada Yth,
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota..............
Di
.....................................
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama Lengkap : ..................................................................................
Alamat : ..................................................................................
Tempat/Tanggal lahir : ..................................................................................
Jenis Kelamin : ..................................................................................
Tahun Lulusan : ..................................................................................
Nomor STROT : ..................................................................................
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin
Praktik Okupsi Terapis (SIPOT)/Surat Izin Kerja Okupasi Terapis (SIKOT) pada
................. (sebut nama fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat praktik,
dan alamat).
Sebagai bahan pertimbangan bersama ini dilampirkan:
a. Fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. Fotokopi STROT;
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai Surat Izin Praktik;
d. Surat pernyataan mempunyai tempat kerja di fasilitas pelayanan
kesehatan atau tempat praktik pelayanan secara mandiri;
e. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
berlatar belakang merah;
f. Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat
yang ditunjuk;
g. Rekomendasi dari IOTI; dan
h. SIPOT atau SIKOT pertama/kedua (untuk permohonan SIPOT atau SIKOT
yang kedua/ketiga).
Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
........................................201.....
Yang memohon,
( ................................................)
Formulir III
KOP DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ...*
SURAT IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS (SIKOT)
Nomor ...
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ... tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis, yang bertanda tangan di bawah ini,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ... memberikan izin praktik kepada:
(Nama Lengkap)
Tempat/tanggal lahir : ...................................................................................
Alamat : …................................................................................
Nomor STROT : ...................................................................................
Untuk menjalankan praktik sebagai Okupasi Terapis di … (tempat dan alamat
lengkap tempat praktik).
Surat Izin Praktik Okupasi Terapis (SIPOT) ini berlaku sampai dengan tanggal
... (sesuai pemberlakuan STROT).
Dikeluarkan di ...................................................
Pada tanggal ......................................................
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota .................
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ..........
(.............................)
Keterangan : *) Jika izin diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ...;
2. Ketua Ikatan Okupasi Terapis Indonesia (IOTI) Daerah ...; dan
3. Pertinggal.
Pas Foto
4X6
Formulir IV
KOP DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ...*
SURAT IZIN KERJA OKUPASI TERAPIS (SIKOT)
Nomor ...
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ... tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis, yang bertanda tangan di bawah ini,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ... memberikan izin kerja kepada:
(Nama Lengkap)
Tempat/tanggal lahir : ...................................................................................
Alamat : …................................................................................
Nomor STROT : ...................................................................................
Untuk menjalankan pekerjaan sebagai Okupasi Terapis di … (tempat dan
alamat lengkap Fasilitas Pelayanan Kesehatan).
Surat Izin Kerja Okupasi Terapis (SIKOT) ini berlaku sampai dengan tanggal ...
(sesuai pemberlakuan STROT).
Dikeluarkan di ...................................................
Pada tanggal ......................................................
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota .................
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ..........
(.............................)
Keterangan : *) Jika izin diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ...;
2. Ketua Ikatan Okupasi Terapis Indonesia (IOTI) Daerah ...; dan
3. Pertinggal.
Pas Foto
4X6

More Related Content

What's hot

Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatanEtika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehataniyandri tiluk wahyono
 
Spo rekam medik
Spo rekam medikSpo rekam medik
Spo rekam medikkhusnuleza
 
Sk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpSk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpistirizky1
 
PRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptxDikimaulana21
 
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayananDraft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayananrsd kol abundjani
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemMarwiati Najwa
 
Peran dan Fungsi Verifikator Internal
Peran dan Fungsi Verifikator InternalPeran dan Fungsi Verifikator Internal
Peran dan Fungsi Verifikator InternalDokter Tekno
 
#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...
#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...
#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...ssuserc5d1e9
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
 
User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2Dokter Tekno
 
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adjiEtika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adjiAnjang Kusuma Netra
 
Paparan kredensial 23 agustus 2022.ppt
Paparan kredensial 23 agustus 2022.pptPaparan kredensial 23 agustus 2022.ppt
Paparan kredensial 23 agustus 2022.pptPatenPisan1
 
Sistem informasi rumah sakit
Sistem informasi rumah sakitSistem informasi rumah sakit
Sistem informasi rumah sakitJoni Iswanto
 
Laporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam MedisLaporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam Medishalimah uminur
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasCahya
 
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS  SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS Zakiah dr
 
(3) konvensi tanda baca
(3) konvensi tanda baca(3) konvensi tanda baca
(3) konvensi tanda bacaImelda Wijaya
 
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokterhubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokterLetitia Kale
 
Perspektif Keperawatan Gawat Darurat
Perspektif Keperawatan Gawat DaruratPerspektif Keperawatan Gawat Darurat
Perspektif Keperawatan Gawat DaruratArif WR
 

What's hot (20)

Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatanEtika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
Etika profesi perekam medis dan informasi kesehatan
 
Spo rekam medik
Spo rekam medikSpo rekam medik
Spo rekam medik
 
Sk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpSk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkp
 
PRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA SIMRS ( Rabu 06 mei 2022).pptx
 
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayananDraft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistem
 
Peran dan Fungsi Verifikator Internal
Peran dan Fungsi Verifikator InternalPeran dan Fungsi Verifikator Internal
Peran dan Fungsi Verifikator Internal
 
#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...
#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...
#2 TATA LAKSANA PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK,LAB,UTD,TPMDDAN ...
 
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratAspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat Darurat
 
User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2
 
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adjiEtika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
 
Paparan kredensial 23 agustus 2022.ppt
Paparan kredensial 23 agustus 2022.pptPaparan kredensial 23 agustus 2022.ppt
Paparan kredensial 23 agustus 2022.ppt
 
Sistem informasi rumah sakit
Sistem informasi rumah sakitSistem informasi rumah sakit
Sistem informasi rumah sakit
 
Laporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam MedisLaporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam Medis
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS  SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
 
(3) konvensi tanda baca
(3) konvensi tanda baca(3) konvensi tanda baca
(3) konvensi tanda baca
 
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokterhubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
 
Penjelasan capaian KBK 2022.ppt
Penjelasan capaian KBK 2022.pptPenjelasan capaian KBK 2022.ppt
Penjelasan capaian KBK 2022.ppt
 
Perspektif Keperawatan Gawat Darurat
Perspektif Keperawatan Gawat DaruratPerspektif Keperawatan Gawat Darurat
Perspektif Keperawatan Gawat Darurat
 

Viewers also liked

Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swastaKmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swastafahrur1922
 
Contoh surat kesanggupan mengikuti program ppsp
Contoh surat kesanggupan mengikuti program ppspContoh surat kesanggupan mengikuti program ppsp
Contoh surat kesanggupan mengikuti program ppspinfosanitasi
 
Surat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihan
Surat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihanSurat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihan
Surat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihanOperator Warnet Vast Raha
 
Uu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatan
Uu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatanUu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatan
Uu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatanUlfah Hanum
 
Surat Keterangan On The Job Training
Surat Keterangan On The Job TrainingSurat Keterangan On The Job Training
Surat Keterangan On The Job TrainingCombat Dirgantara
 
KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007
KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007
KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007Martindra K
 
Plpg surat pernyataan
Plpg surat pernyataanPlpg surat pernyataan
Plpg surat pernyataanJamik Anik
 
Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...
Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...
Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...Helmy's Oellweis
 
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianPmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianppidkemenkes
 
STANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIANSTANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIANPipit Ike
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizippidkemenkes
 
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...Sainal Edi Kamal
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianAdelina Hutauruk
 
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Iskandar Taran
 
10 contoh surat pernyataan terbaru
10 contoh surat pernyataan terbaru10 contoh surat pernyataan terbaru
10 contoh surat pernyataan terbaruAndika Andika
 
PerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah SakitPerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah SakitTyo SBS
 

Viewers also liked (17)

surat surat Sipa
surat surat Sipasurat surat Sipa
surat surat Sipa
 
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swastaKmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
Kmk no. 04 ttg laboratorium kesehatan swasta
 
Contoh surat kesanggupan mengikuti program ppsp
Contoh surat kesanggupan mengikuti program ppspContoh surat kesanggupan mengikuti program ppsp
Contoh surat kesanggupan mengikuti program ppsp
 
Surat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihan
Surat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihanSurat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihan
Surat keterangan melaksanakan bimbingan dan pelatihan
 
Uu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatan
Uu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatanUu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatan
Uu no. 36 th 2014 ttg tenaga kesehatan
 
Surat Keterangan On The Job Training
Surat Keterangan On The Job TrainingSurat Keterangan On The Job Training
Surat Keterangan On The Job Training
 
KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007
KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007
KEMENKES no. 375 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER 2007
 
Plpg surat pernyataan
Plpg surat pernyataanPlpg surat pernyataan
Plpg surat pernyataan
 
Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...
Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...
Surat pernyataan bersedia mengikuti kerja ikatan dinas selama waktu yang tela...
 
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianPmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
 
STANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIANSTANDAR PROFESI SANITARIAN
STANDAR PROFESI SANITARIAN
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
 
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
 
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
 
10 contoh surat pernyataan terbaru
10 contoh surat pernyataan terbaru10 contoh surat pernyataan terbaru
10 contoh surat pernyataan terbaru
 
PerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah SakitPerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PerMenKes No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
 

Similar to MENKES23

Peraturan menteri kesehatan republik indonesia
Peraturan menteri kesehatan republik indonesiaPeraturan menteri kesehatan republik indonesia
Peraturan menteri kesehatan republik indonesiaM taufik Hidayat
 
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga KesehatanPermenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga KesehatanSainal Edi Kamal
 
Permenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatan
Permenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatanPermenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatan
Permenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatanNs.Heri Saputro
 
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanPmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanTewel Grunge
 
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_Azizah Dewi
 
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanPmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanliyalugitasari
 
Permenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan MulutPermenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan MulutDental Therapist
 
Permenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan MulutPermenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan MulutDental Therapist
 
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga SanitarianPMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga SanitarianUFDK
 
Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011ADIJM
 
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...Riska Wasita
 
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...Ulfah Hanum
 
Praktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdf
Praktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdfPraktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdf
Praktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdfNauraRania2
 

Similar to MENKES23 (20)

Peraturan menteri kesehatan republik indonesia
Peraturan menteri kesehatan republik indonesiaPeraturan menteri kesehatan republik indonesia
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia
 
Permenkes 26 tahun 2013
Permenkes 26 tahun 2013Permenkes 26 tahun 2013
Permenkes 26 tahun 2013
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga KesehatanPermenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
 
Bn473 2013
Bn473 2013Bn473 2013
Bn473 2013
 
Permenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatan
Permenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatanPermenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatan
Permenkes no 17 ttg perubahan 148 ijin praktek keperawatan
 
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanPmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
 
Draft str okkk
Draft str okkkDraft str okkk
Draft str okkk
 
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
 
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanPmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
 
Permenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan MulutPermenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Penyelengaaran praktik terapis Gigi dan Mulut
 
Permenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan MulutPermenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan Mulut
Permenkes 20/2016 Tentang Izin dan Penyelenggaraa Praktik Terapis Gigi dan Mulut
 
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga SanitarianPMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
 
Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011
 
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
 
uu perawat
uu perawatuu perawat
uu perawat
 
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
 
Praktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdf
Praktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdfPraktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdf
Praktek Tenaga Kesehatan (Persyaratan).pdf
 

More from ppidkemenkes

More from ppidkemenkes (20)

Mediakom 44
Mediakom 44Mediakom 44
Mediakom 44
 
Mediakom 43
Mediakom 43Mediakom 43
Mediakom 43
 
Mediakom 42
Mediakom 42Mediakom 42
Mediakom 42
 
Mediakom 41
Mediakom 41Mediakom 41
Mediakom 41
 
Info kita_juli
Info kita_juliInfo kita_juli
Info kita_juli
 
Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013
 
Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013
 
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
 
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
 
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsPmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
 
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganPmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maret
 
Mediakom39
Mediakom39Mediakom39
Mediakom39
 
Mediakom38
Mediakom38Mediakom38
Mediakom38
 
Mediakom37
Mediakom37Mediakom37
Mediakom37
 
Mediakom36
Mediakom36Mediakom36
Mediakom36
 
Mediakom35
Mediakom35Mediakom35
Mediakom35
 
Mediakom34
Mediakom34Mediakom34
Mediakom34
 
Mediakom40
Mediakom40Mediakom40
Mediakom40
 
Mediakom 32
Mediakom 32Mediakom 32
Mediakom 32
 

MENKES23

  • 1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebijakan tenaga kesehatan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-undang ...
  • 2. -2- 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585); 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 603); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS. BAB I ...
  • 3. -3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Okupasi Terapis adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan okupasi terapi sesuai ketentuan dengan peraturan perundang- undangan. 2. Okupasi Terapi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada pasien/klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang. 3. Gangguan Area Kinerja Okupasional adalah gangguan pada aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas, dan pemanfaatan waktu luang. 4. Gangguan Komponen Kerja Okupasional adalah gangguan pada fungsi sensorik, persepsi, motorik, kognitif, interpersonal, dan spiritual. 5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. 6. Surat Tanda Registrasi Okupasi Terapis yang selanjutnya disingkat STROT adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Okupasi Terapis yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 7. Surat Izin Praktik Okupasi Terapis yang selanjutnya disingkat SIPOT adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri. 8. Surat Izin Kerja Okupasi Terapis yang selanjutnya disingkat SIKOT adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan Okupasi Terapi pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 9. Standar Profesi Okupasi Terapis adalah batasan kemampuan minimal yang harus dimiliki/dikuasai oleh Okupasi Terapis untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik Okupasi Terapi secara profesional yang diatur oleh Organisasi Profesi. Menteri ...
  • 4. -4- 10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. 11. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat MTKI adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan. 12. Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi yang selanjutnya disingkat MTKP adalah lembaga yang membantu pelaksanaan tugas MTKI. 13. Organisasi Profesi adalah Ikatan Okupasi Terapis Indonesia. Pasal 2 Dalam Peraturan Menteri ini diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan oleh Okupasi Terapis dalam melaksanakan pekerjaan dan praktik pelayanan Okupasi Terapi. BAB II PERIZINAN Bagian Kesatu Kualifikasi Okupasi Terapis Pasal 3 Dalam menjalankan pekerjaan dan praktiknya, Okupasi Terapis minimal berijazah Diploma Tiga Okupasi Terapi. Bagian Kedua Sertifikat Kompetensi dan STROT Pasal 4 (1) Okupasi Terapis untuk dapat melakukan pekerjaan dan praktiknya harus memiliki STROT. (2) Untuk dapat memperoleh STROT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Okupasi Terapis harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) STROT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun. (4) STROT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Contoh STROT ...
  • 5. -5- (5) Contoh STROT sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 5 STROT yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Bagian Ketiga SIPOT dan SIKOT Pasal 6 Pekerjaan dan praktik Okupasi Terapis dapat dilakukan secara mandiri dan/atau di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pasal 7 (1) Okupasi Terapis yang melakukan praktik pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri wajib memiliki SIPOT. (2) Okupasi Terapis yang melakukan pekerjaannya di Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memiliki SIKOT. Pasal 8 (1) SIPOT atau SIKOT diberikan kepada Okupasi Terapis yang telah memiliki STROT. (2) SIPOT atau SIKOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. (3) SIPOT atau SIKOT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk 1 (satu) tempat. Pasal 9 (1) Untuk memperoleh SIPOT atau SIKOT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Okupasi Terapis harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan: a. fotokopi ijazah yang dilegalisir; b. fotokopi STROT; c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik; d. surat pernyataan ...
  • 6. -6- d. surat pernyataan mempunyai tempat kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau tempat praktik pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri; e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar berlatar belakang merah; f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk; dan g. rekomendasi dari Organisasi Profesi. (2) Apabila SIPOT atau SIKOT dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan. (3) Contoh surat permohonan memperoleh SIPOT atau SIKOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (4) Contoh SIPOT atau SIKOT sebagaimana tercantum dalam Formulir III dan Formulir IV terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 10 (1) Okupasi Terapis warga negara asing dapat mengajukan permohonan memperoleh SIKOT setelah: a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); b. melakukan evaluasi dan memiliki surat izin kerja dan izin tinggal serta persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia. (2) Okupasi Terapis Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri dapat mengajukan permohonan memperoleh SIPOT atau SIKOT setelah: a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); dan b. melakukan evaluasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 (1) SIPOT atau SIKOT berlaku sepanjang STROT masih berlaku dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. (2) Okupasi Terapis ...
  • 7. -7- (2) Okupasi Terapis yang akan memperbaharui SIPOT atau SIKOT harus mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2). Pasal 12 (1) Okupasi Terapis hanya dapat melakukan pekerjaan dan/atau praktik paling banyak di 2 (dua) tempat kerja/praktik. (2) Permohonan SIPOT atau SIKOT kedua dapat dilakukan dengan menunjukan bahwa yang bersangkutan telah memiliki SIPOT atau SIKOT pertama. (3) Dalam keadaan tertentu berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan dan jumlah Okupasi Terapis, pemerintah daerah kabupaten/kota setempat dapat memberikan SIKOT kepada Okupasi Terapis sebagai tempat pelayanan Okupasi Terapi yang ketiga. (4) Untuk mengajukan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Okupasi Terapis selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, harus juga melampirkan: a. SIPOT atau SIKOT yang pertama dan kedua; b. Surat persetujuan atasan langsung bagi Okupasi Terapis yang bekerja pada instansi/Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan c. surat rekomendasi dari dinas kesehatan provinsi setempat. BAB III PELAKSANAAN PELAYANAN OKUPASI TERAPIS Pasal 13 (1) Okupasi Terapis yang memiliki SIKOT dapat melakukan pelayanan Okupasi Terapi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa: a. puskesmas; b. klinik; c. rumah sakit; dan d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. (2) Okupasi Terapis yang memiliki SIPOT dapat melakukan praktik pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri. Pasal 14 (1) Okupasi Terapis yang melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri harus memenuhi persyaratan paling sedikit: a. memiliki tempat pekerjaan yang memenuhi syarat kesehatan; b. memiliki ...
  • 8. -8- b. memiliki perlengkapan untuk tindakan okupasi terapi sesuai dengan standar pelayanan; dan c. memiliki perlengkapan administrasi termasuk catatan tindakan okupasi terapi dan formulir rujukan. (2) Okupasi Terapis dalam menjalankan pekerjaan kunjungan rumah sekurang-kurangnya memiliki perlengkapan untuk tindakan Okupasi Terapi dan catatan tindakan Okupasi Terapi. Pasal 15 (1) Dalam melaksanakan praktiknya, Okupasi Terapis dapat menerima pasien/klien langsung atau berdasarkan rujukan dari tenaga medis. (2) Kewenangan untuk menerima pasien/klien langsung hanya dapat dilakukan untuk pelayanan Okupasi Terapi yang meliputi upaya pelayanan promotif dan preventif. (3) Kewenangan untuk menerima pasien/klien rujukan dari tenaga medis meliputi deteksi dini, penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi Okupasi Terapis pada Gangguan Area Kinerja Okupasional dan Gangguan Komponen Kinerja Okupasional. (4) Okupasi Terapis dalam melaksanakan pekerjaan Okupasi Terapi meliputi: a. pelayanan diagnostik Okupasi Terapi; b. intervensi/terapi; c. rujukan; d. advokasi/advis; e. pelatihan; dan/atau f. penelitian dan pengembangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 16 Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mengizinkan Okupasi Terapis yang tidak memiliki SIKOT untuk melakukan pelayanan Okupasi Terapi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebut. Pasal 17 (1) Pelayanan Okupasi Terapi ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. (2) Okupasi Terapis ...
  • 9. -9- (2) Okupasi Terapis dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi berwenang untuk melakukan pelayanan Okupasi Terapi yang meliputi pengembangan, pemeliharaan, dan pemulihan aktivitas kegiatan sehari-hari, produktivitas, pemanfaatan waktu luang, memfungsikan peralatan adaptif dan alat bantu fungsional. (3) Kewenangan Okupasi Terapis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional untuk kelompok kasus musculoskeletal; b. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional untuk kelompok kasus neuromuscular; c. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional untuk kelompok kasus kardiopulmonal; d. melakukan tindakan stimulasi kinerja okupasional untuk kelompok kasus tumbuh kembang anak; e. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional untuk anak dengan gangguan mental; f. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional pada kasus gangguan jiwa/psikososial; g. melakukan tindakan terapi pada gangguan komponen kinerja okupasional dengan menggunakan sensori integrasi; h. melakukan tindakan terapi pada gangguan komponen kinerja okupasional dengan menggunakan snoezelen; i. melakukan tindakan terapi pada gangguan keterampilan pra akademik pada kasus tumbuh kembang; j. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional pada kelompok kasus terminal; k. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasional pada kasus ketergantungan NAPZA; l. melakukan tindakan terapi pada gangguan kinerja okupasinal pada kasus geriatri; m. mendesain, membuat dan memfungsikan alat bantu fungsional; dan n. mendesain dan memodifikasi lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasien/klien. Pasal 18 (1) Dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi, Okupasi Terapis wajib melakukan pencatatatan. (2) Pencatatan ...
  • 10. -10- (2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpan selama 5 (lima) tahun. Pasal 19 Dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi, Okupasi Terapis mempunyai hak: a. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi sesuai Standar Profesi Okupasi Terapis; b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien dan/atau keluarganya; c. melaksanakan pelayanan sesuai dengan kompetensi; d. menerima imbalan jasa profesi; dan e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 Dalam melaksanakan pelayanan Okupasi Terapi, Okupasi Terapis mempunyai kewajiban: a. menghormati hak pasien/klien; b. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani; c. menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan dalam lingkup tindakan Okupasi Terapi; e. meminta persetujuan tindakan Okupasi Terapi yang akan dilakukan; f. membantu program Pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; dan g. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional Okupasi Terapis. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 21 (1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, MTKI, dan MTKP melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pekerjaan dan praktik Okupasi Terapis dengan mengikutsertakan Organisasi Profesi. (2) Pembinaan ...
  • 11. -11- (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh Okupasi Terapis. Pasal 22 (1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Okupasi Terapis yang bekerja dan berhenti bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi. (2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melaporkan Okupasi Terapis yang bekerja di daerahnya setiap 1 (satu) tahun kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Pasal 23 (1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Menteri, pemerintah daerah provinsi atau kepala dinas kesehatan provinsi dan pemerintah daerah kabupaten kota/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat memberikan tindakan administratif kepada Okupasi Terapis yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan pekerjaan dan praktik Okupasi Terapis dalam Peraturan Menteri ini. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan/atau c. pencabutan SIPOT dan/atau SIKOT. Pasal 24 (1) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat merekomendasikan pencabutan STROT kepada MTKI terhadap Okupasi Terapis yang melakukan pekerjaan dan praktik Okupasi Terapi tanpa memiliki SIPOT atau SIKOT. (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kabupaten/kota dapat mengenakan sanksi teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin Fasilitas Pelayanan Kesehatan kepada pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang mempekerjakan Okupasi Terapis yang tidak memiliki SIKOT. BAB V ...
  • 12. -12- BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 Okupasi Terapis yang telah memiliki SIOT berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis dinyatakan telah memiliki STROT sampai dengan masa berlakunya berakhir dan harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Pasal 26 (1) Okupasi Terapis yang bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang telah memiliki SIPOT berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis dinyatakan telah memiliki SIKOT berdasarkan Peraturan Menteri ini sampai dengan masa berlakunya berakhir. (2) Okupasi Terapis yang melaksanakan praktik pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri dan telah memiliki SIPOT berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis, SIPOT yang bersangkutan masih tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir. (3) Okupasi Terapis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus memperbaharui SIPOT atau SIKOT berdasarkan Peraturan Menteri ini apabila masa berlaku STROT yang bersangkutan telah habis jangka waktunya. Pasal 27 Standar Profesi Okupasi Terapis yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini dan belum ditetapkan yang baru oleh Organisasi Profesi. BAB VI ...
  • 13. -13- BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis; dan b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 571/Menkes/SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Okupasi Terapis, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 29 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2013 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd NAFSIAH MBOI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 April 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 656
  • 14. Formulir I Contoh Surat Tanda Registrasi Okupasi Terapis MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA (THE INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD) SURAT TANDA REGISTRASI OKUPASI TERAPIS REGISTRATION CERTIFICATE OF OCCUPATIONAL THERAPIST NOMOR REGISTRASI : REGISTRATION NUMBER NAMA : NAME TEMPAT/TANGGAL LAHIR : PLACE/DATE OF BIRTH JENIS KELAMIN : SEX NOMOR IJAZAH : CERTIFICATE NUMBER TANGGAL LULUS : DATE OF GRADUATION PERGURUAN TINGGI : UNIVERSITY KOMPETENSI : COMPETENCE NOMOR SERTIFIKAT KOMPETENSI: COMPETENCE CERTIFICATION NUMBER STR BERLAKU SAMPAI : (sesuai pemberlakuan sertifikat kompetensi) VALID UNTIL ……………………201… a.n.Menteri Kesehatan KETUA MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA CHAIRMAN OF INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD (.................................................................) PAS FOTO CAP/ STAMP MTKI
  • 15. Formulir II Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik Okupasi Terapis (SIPOT)/ Surat Izin Kerja Okupasi Terapis (SIKOT) Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.............. Di ..................................... Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap : .................................................................................. Alamat : .................................................................................. Tempat/Tanggal lahir : .................................................................................. Jenis Kelamin : .................................................................................. Tahun Lulusan : .................................................................................. Nomor STROT : .................................................................................. Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Okupsi Terapis (SIPOT)/Surat Izin Kerja Okupasi Terapis (SIKOT) pada ................. (sebut nama fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat praktik, dan alamat). Sebagai bahan pertimbangan bersama ini dilampirkan: a. Fotokopi ijazah yang dilegalisir; b. Fotokopi STROT; c. Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai Surat Izin Praktik; d. Surat pernyataan mempunyai tempat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat praktik pelayanan secara mandiri; e. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar berlatar belakang merah; f. Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk; g. Rekomendasi dari IOTI; dan h. SIPOT atau SIKOT pertama/kedua (untuk permohonan SIPOT atau SIKOT yang kedua/ketiga). Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih. ........................................201..... Yang memohon, ( ................................................)
  • 16. Formulir III KOP DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ...* SURAT IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS (SIKOT) Nomor ... Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ... tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis, yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ... memberikan izin praktik kepada: (Nama Lengkap) Tempat/tanggal lahir : ................................................................................... Alamat : …................................................................................ Nomor STROT : ................................................................................... Untuk menjalankan praktik sebagai Okupasi Terapis di … (tempat dan alamat lengkap tempat praktik). Surat Izin Praktik Okupasi Terapis (SIPOT) ini berlaku sampai dengan tanggal ... (sesuai pemberlakuan STROT). Dikeluarkan di ................................................... Pada tanggal ...................................................... Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ................. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota .......... (.............................) Keterangan : *) Jika izin diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ...; 2. Ketua Ikatan Okupasi Terapis Indonesia (IOTI) Daerah ...; dan 3. Pertinggal. Pas Foto 4X6
  • 17. Formulir IV KOP DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ...* SURAT IZIN KERJA OKUPASI TERAPIS (SIKOT) Nomor ... Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ... tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis, yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ... memberikan izin kerja kepada: (Nama Lengkap) Tempat/tanggal lahir : ................................................................................... Alamat : …................................................................................ Nomor STROT : ................................................................................... Untuk menjalankan pekerjaan sebagai Okupasi Terapis di … (tempat dan alamat lengkap Fasilitas Pelayanan Kesehatan). Surat Izin Kerja Okupasi Terapis (SIKOT) ini berlaku sampai dengan tanggal ... (sesuai pemberlakuan STROT). Dikeluarkan di ................................................... Pada tanggal ...................................................... Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ................. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota .......... (.............................) Keterangan : *) Jika izin diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ...; 2. Ketua Ikatan Okupasi Terapis Indonesia (IOTI) Daerah ...; dan 3. Pertinggal. Pas Foto 4X6