SlideShare a Scribd company logo
1 of 72
Download to read offline
No.32/OKTOBER/2011 Mediakom 69
70 Mediakom No.32/OKTOBER/2011	
LENTERA
ETALASE
No.32/OKTOBER/2011 Mediakom 3
D
Jamu, obat tradisional rakyat Indonesia.
Mereka sudah menggunakan secara turun
temurun, dari generasi ke generasi berikutnya.
Entah kapan dan siapa yang mengawalinya.
Kini, jamu telah merevolusi diri menjadi lebih
moderen dalam penyajiannya. Awalnya, jamu disajikan
dalam bentuk cair, dengan rasa pahit yang khas . Memang,
beberapa jamu untuk penyakit tertentu, terasa sangat
pahit, sehingga ada sebagian masyarakat yang tidak
tahan dengan rasa tersebut. Seperti jamu sambiloto untuk
penyakit gula darah (diabet). Tapi, seiring perkembangan
ilmu dan teknologi, sekarang sudah ada dalam bentuk
kapsul. Rasa pahit, tak terasa lagi.
Jamu tersebut, selain menyembuhkan penyakit,
juga menambah kebugaran tubuh. Ada ribuan jenis
tanaman obat tradisional dapat hidup dan tumbuh di
bumi Indonesia. Semua jenis tanaman obat itu dengan
kombinasi ramuan tertentu dapat menyembuhkan banyak
jenis penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan
oleh perilaku hidup yang tidak sehat atau penyakit tidak
menular. Dampak jamu sebagai obat terhadap penyakit,
tidak langsung, butuh waktu sampai tiga minggu, bahkan
satu bulan. Kelebihan jamu, tidak berefek negatif terhadap
kesehatan. Wajar, bila dr. Siti Mahfudzah, Kepala Puskesmas
Colomadu 1 Jateng memilih “obatku jamu”.
Kini, Kementerian Kesehatan melalui Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Taman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Jawa Tengah, terus
mengembangkan budidaya tanaman obat, bekerjasama
dengan petani. Mengembangkan laboratorium, untuk
menguji kualitas manfaat, mutu dan keamanan jamu.
Juga terus melakukan penelitian untuk memperoleh bibit
unggul berkhasiat tinggi. Bila ini terus dikembangkan
dan mendapat dukungan semua pihak, tak menutup
kemungkinan jamu akan menjadi penggerak ekanomi
masyarakat, sekaligus menyehatkan, tanpa harus impor
bahan baku jamu dari luar negeri. Secara lebih lengkap
pembaca dapat menyimak rubrik media utama.
Selain jamu, Mediakom juga mengetengahkan berbagai
informasi menarik tentang dunia vektor, deklarasi bebas
buang air sembarangan, Kemenkes mendapat predikat
terbaik dalam pelayanan informasi publik dan kisah
kepahlawanan, layak jadi teladan dalam bekerja. Tak
ketinggalan rubrik potret dan lentera yang dikemas dalam
bahasa sederhana. Selamat membaca...!§
drg. Murti Utami, MPH
Mediakom
Redaksi menerima naskah dari pembaca, dapat dikirim ke alamat email redaksi
Obatku Jamu
Susunan Redaksi
Penanggung Jawab : drg. Murti Utami, MPH
Redaktur : Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
Editor/Penyunting : Mulyadi, SKM, M.Kes, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Busroni S.IP,
Mety Setiowati, SKM, Aji Muhawarman, ST
Desain Grafis dan Fotografer : Drg. Anitasari, M, Resti Kiantini, SKM, M.Kes, Dewi Indah Sari, SE, MM, Sri Wahyuni, S.Sos, MM,
Giri Inayah, S.Sos., Wayang Mas Jendra, S.Sn
Sekretariat : Waspodo Purwanto, Endang Retnowaty, Dodi Sukmana, S.I.Kom, Okto Rusdianto, ST, Yan Zefrial
Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107,
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950
Telepon : 021-5201590; 021-52907416-9 Fax : 021- 5223002; 021-52960661 Email: info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id
Call Center: 021-500567
DAFTAR
ISI
4 Mediakom No.32/oktober/2011	
3	 ETALASE
6	 INFO SEHAT
6	Kesehatan jemaah haji
7	KURANGI KEBIASAAN MAKAN BERLEBIH
8	 SURAT PEMBACA
9	 STOPPRESS
9	Kementerian Kesehatan raih 		
	 predikat terbaik Keterbukaan 		
	Informasi Publik
10	MENGABARKAN KETERBUKAAN
12	Kiprah Kemenkes di TMMD Kubar
14	 MEDIA UTAMA
14	Membudayakan Minum Jamu
16	Memberdayakan bisnis petani jamu
18	Mencetak Dokter Jamu
20	MENGURANGI KETERGANTUNGAN 		
	IMPOR BAHAN BAKU OBAT
23	Ayo Wisata Jamu
26	PEMBUKTIAN ILMIAH UNTUK 		
	MENJAMIN MUTU DAN KHASIAT JAMU
31	APA KATA DOKTER JAMU?
34	 RAGAM
34	RS Dr.Soetomo Surabaya buka 		
	Poliklinik Obat Tradisional
35	Badan Litbangkes : SUATU CATATAN
	
	SAMPAI
	
	
	
	
	
	ACEH
	A
	A
	
	D
	
	D
No.32/oktober/2011 Mediakom 5
38	
38	
41	
42	
42	 deklarasi stop buang air
besar 		 sembarangan
46	
49	
49	
54	
59	 Aceh Tabuh Genderang
Lawan 			
62	
62	
66	
	
	
	
68	
70	
	 UNTUK RAKYAT
	SAMPAI DIMANA RPP TEMBAKAU?
	 KOLOM
	 NASIONAL
deklarasi stop buang air besar
sembarangan
salatiga miliki pusat duver
	 DAERAH
	ACEH: Menuju Aceh Darussalam
	Aceh Merangkul Keswa
	Aceh Tabuh Genderang Lawan 	
Malaria
	 POTRET
	Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
	 SIAPA DIA
	Dik Doank
irene kharisma
Nurul arifin
	 RESENSI BUKU
	 LENTERA
INFO SEHAT
6 Mediakom No.32/oktober/2011	
Kesehatan bukan segalanya tapi
tanpa kesehatan segalanya tidak akan
pernah ada.
Haji merupakan rukun Islam yang
ke 5 (lima). Haji adalah perlehatan
akbar yang berlangsung rutin (tiap
tahun) di kota Makkah dan Masya’ir
Al muqoddasah (Arafah. Muzdalifah,
Mina)
Haji merupakan aktifitas ibadah
yang didasari oleh “Napak Tilas” dari
apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim
as dan keluarganya dan tata caranya
dicontohkan melalui Nabi Muhammad
saw.
Kita perlu mempersiapkan
kesehatan karena: di tanah suci
perbedaan Geografi (iklim, keadaan
alam), saat ini musin dingin (-50
C
s/d 100
C), Madinah lebih dingin dari
Mekkah. Kelembaban udara sangat
rendah 300
C s/d 400
C (di Indonesia
900
C). Perbedaan Waktu (kalau 4 jam),
maka jam biologispun berubah seperti
jam tidur, BAB dan lain sebagainya),
Perbedaan situasi dan konsidi (dalam
Kesehatan
jemaah haji
waktu bersamaan berada dalam 1
tempat, melakukan kegiatan yang
sama), Perbedaan Sosio-Kultural antar
bangsa.
Haji merupakan ibadah Rukun yang
cukup berat (dibanding ibadah lain),
karena melibatkan beberapa aspek
yaitu fisik, psikis (mental), finansial,
sosial dan pengetahuan.
Misalnya untuk kesehatan harus
ada pengelompokan risiko tinggi yang
bertujuan untuk memudahkan para
petugas kesehatan dalam pengelolaan
kesehatan jamaah haji.
Yang harus dilakykan bagi orang
yang sudah mempunyai penyakit
yaitu: Konsultasi rutin dari sekarang
(dokter pribadi, Puskesmas, RS), Harus
tahu obat-obatan yang wajib dibawa
dengan dosis dan jumlahnya. Biasakan
hidup sehat dengan gaya hidup dan
kebiasaan, bila perlu membawa surat
pengantar dari dokter yang merawat
untuk dokter kloter.
Tips sehat pada saat melaksnaakan
haji, adalah: Siapkan mental (Zero
Mind Process), keluar pemondokan
seperlunya/ibadah, jangan terlalu
memaksakaan diri, biasakan memakai
masker (tempat-tempat keramaian),
minum air yang banyak (min 4 liter/
hari) hindari minum es/minum dingin
( bagi yang bermasalah), selektif
terhadap makanan (gizi, pantangan,
alergi), jangan menahan buang air,
jika ada gejala sakit, segera datangi
petugas kesehatan. § YN
Persiapan peralatan
-----------------------------------------------
Jaket/mantel, sweter, kain ihrom
yang tebal, paying, kacamata hitam,
masker (musin dingin)
Bawa vitamin, food suplement
seperlunya
Penyakit yang yang sering
terjadi saat menjalankan
ibadah haji di tanah suci
-----------------------------------------------
• Saluran pernapasan
• Saluran pencernaan
• Rehidrasi
• Kardiovaskuler
• Cerebrovaskuler
• Neoropsikiatrik
• Penyakit menular
• Endokrin
• Penyakit kulit, ginjal, hati (lever) dll.
ILI ( Influenza Like Illness)
sering terjadi, dengan ciri-ciri
seperti
-----------------------------------------------
•	Infeksi saluran pernapasan atas
yang disebabkan oleh virus dengan
gejala mirip influenza
•	Batuk kering, demam (38,5 C)
menggigil, pegal-pegal, nyeri otot
dan persendian, sakit kepala, sakit
tenggorokan , hilangnya nafsu
makan
•	Tidak seperti pilek biasa, tidak
disertai dengan hidung tersumbat
atau berair
•	Segera temui tenaga medis,
petugas haji lainnya
•	Minum yang banyak, makan cukup
(buah) food Suplement (vitamin C
dosis tinggi)
No.32/oktober/2011 Mediakom 7
Berapa banyak resolusi sehat
yang Anda buat tahun ini? Daripada
terbebani dengan banyak target kenapa
tidak mencoba melakukan yang paling
gampang. Mulailah hindari makanan
yang berlebih.
Bukan lagi rahasia umum, kalau
kebiasaan makan berlebihan bisa
menimbulkan risiko penyakit seperti
diabetes, obesitas atau penyakit
kardiovaskular.
Tapi kenyataannya, mengubah
pola makan tidaklah mudah. Aktifitas
sehari-hari yang banyak menyita waktu
sering kali membuat seseorang tidak
sempat memilih dan mengatur berapa
makanan yang sudah dikonsumsi.
Tanpa disadari, makanan yang masuk
berlebihan dan banyak mengandung
kolesterol.
Memasuki waktu istirahat siang
di kantor misalnya, kadang menjadi
dilema dalam memilih menu makan
yang akan dikonsumsi. Begitu banyak
pilihan makanan yang disajikan setiap
rumah makan yang dekat dengan
kantor, tapi jarang sekali tersedia
makanan yang benar-benar sehat,
sayuran misalnya.
Kalau sudah begini jangan kaget
jika kadar kolesterol (lemak jahat)
meningkat gara-gara kebiasaan makan
makanan yang berlebihan dan kurang
serat. Ancaman penyakit jantung
koroner 2 kali lebih besar terhadap
orang-orang yang mempunyai kadar
kolesterol 200-240 mg% dibanding
dengan yang kadar kolesterolnya di
bawah 200 mg%. Bahkan ancaman
tersebut akan meningkat menjadi 4
kali lebih besar apabila kadar kolesterol
mencapai di atas 300 mg%.
Para pakar kesehatan tidak melarang
makan enak asalkan setelah makan
diimbangi dengan aktivitas fisik.§
AM, dari berbagai sumber
KURANGI KEBIASAAN
MAKAN BERLEBIH
5. Jangan makan
terlalu cepat karena
dengan makan cepat
orang cenderung
mengonsumsi makanan
lebih banyak dibanding
orang yang makan
dengan santai.
1. Membiasakan
sarapan karena makan
pagi sangat penting
untuk mengurangi rasa
kelaparan di siang hari
yang memicu orang
makan banyak.
Mulailah mengurangi porsi makan yang besar
dengan kebiasaan berikut
2. Disela-sela makan 3
kali sehari, Anda masih
bisa menyelingi dengan
makan buah sebagai
ganti makanan gorengan
atau yang manis-manis.
3. Hindari stres karena bisa memicu
seseorang makan tanpa terkontrol
6. Usahakan tidak
makan berat 1-2 jam
sebelum tidur.
4. Kurangi so-
dium dan banyaklah
minum air putih.
Sodium tak hanya
ada pada makanan
yang asin tapi ma-
kanan kaleng juga
banyak mengandung
sodium yang malah
mengikat air dalam
tubuh dan membuat
perut terlihat lebih
bergelambir.
SURAT PEMBACA
8 Mediakom No.32/OKTOBER/2011	
Redaksi Mediakom telah menetapkan
10 (sepuluh) orang pemenang dengan
3 buah jawaban sebagai berikut :
JAWABAN
1.	 Anak  Sehat, Kreatif dan
Berakhlak Mulia.
2.	 Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
3.	 Disebut perokok pasif. Perokok
pasif sama bahkan dua kali
berisiko terhadap kesehatan.
Pemenang Kuis :
1.	 Mansur TP, SKM, M.Kes
	 Kepala Puskesmas Balocci
	 KEPULAUAN SULAWESI SELATAN 	
No HP : 085656863xxx
2. 	Javed S Mataputung
	 Puskesmas Cijagang Kecamatan
Cikalong Kulon Kab. Cianjur
	 No HP : 081586562xxx
3.	 Mikindarti, SKM
	 Perum. Trias Estate Blok. H10/35
RT. 006/010 Bekasi – Jawa Barat 	
No HP : 081387843xxx
4.	 drg. Dedi Dumayanto
	 Puskesmas Tanjung Marulak
	 Kec. Rambutan, Kota Tebing
Tinggi – Sumatera Utara 20615
	 No HP : 081260651xxx
5.	 Tamrin Togatorop, S.Kep,.Ns
	 Jl. Emas No. 13 Salak
	 Provinsi Sumatera Utara 22272
	 No HP : 085261888xxx /
085373773xxx
6. 	Birman Mukron
	 Jl. Pahlawan XII Desa Petaling,
Kec. Mendo Barat, Kab. Bangka
	 Provinsi Bangka Belitung 33173
	 No HP : 081367425xxx
7. 	Regina, A.Md
	 RSUD Harapan Insan Sendawar
	 Sendawar – Kuta Barat 75576
	 No HP : 085250432xxx
8. 	Ahmad Taufik Azis, SKM
	 Dinas Kesehatan Kabupaten
Sidenreng Rappang
	 Provinsi Sulawesi Selatan 91611
	 No HP : 081355691xxx
9.	 Delri Soni, SKM, MKM
	 Puskesmas Air Santok
	 Kota Pariaman- Sumatera Barat
No HP : 081374877xxx
10. drg. Rosnaniar
	 Puskesmas Kampung Baqa
	 Samarinda Seberang
	 Kalimantan Timur
	 No HP : 08125843xxx
MediaKuis
1.	 Sebutkan salah satu tujuan saintifikasi jamu?
2.	 Kementerian Kesehatan RI memiliki unit
penelitian dan pengembangan khusus jamu yang
di sebut B2P2TOOT, apa kepanjangan B2P2TOOT?
dan dimana lokasinya?
3.	 Apa nama Klinik Saintifikasi Jamu milik B2P2TOOT    
Tawangmangu?
Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata
lengkap (nama, alamat, kota/kabupaten, provinsi, kode
pos dan no telp yang mudah dihubungi).
Jawaban dapat dikirim melalui :
Email 	 : kontak@depkes.go.id
Fax 	 : 021 - 52907421
Pos 	 : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes
		 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9,
		 Jakarta Selatan
Jawaban diterima redaksi paling lambat minggu
keempat (terakhir) bulan November 2011.
Nama pemenang akan
diumumkan di Majalah
Mediakom edisi XXXIII
Desember 2011.
10 Pemenang MediaKuis
masing-masing akan
mendapat T-Shirt unik dari
Mediakom.
Hadiah pemenang akan
dikirim melalui pos.
Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar
Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.
PERTANYAAN:
Kami akan menunaikan haji tahun 2011
ini (1432 H). Sesuai dengan ketentuan yang
ada kami diwajibkan untuk pemeriksaan
kesehatan termasuk imunisasi meningitis.
Apakah memang kami diharuskan
membayar untuk imunisasi tersebut yang
katanya digratiskan oleh Pemerintah. Kami
dan saudara-saudara kami di daerah lain
yang akan menunaikan ibadah haji juga
dikenakan biaya antara Rp 230 ribu – Rp 280
ribu untuk kepentingan imunisasi tersebut.
Kami sudah membayar biaya haji sesuai
dengan ketentuan Pemerintah, namun kami
masih dibebani biaya imunisasi meningitis
tersebut. Kami menanyakan apakah
imunisasi itu memang gratis atau ada
pungutan oleh oknum kesehatan di daerah?
Dari seorang Calon Haji
Di Daerah
JAWABAN:
Sesuai UU Nomor 13 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah
berkewajiban melakukan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan bagi jamaah
haji. Tugas perlindungan tersebut diperkuat
dengan Nota Diplomatik Kerajaan Arab Saudi
No. 558/PK/VI/06/61 yang menyatakan
setiap calon jamaah haji harus diberikan
imunisasi meningitis meningococcus untuk
mendapatkan visa.
Kementerian Kesehatan telah meng­
alokasikan dana untuk pengadaan dan
distribusi vaksin meningitis meningo­coccus
pada 33 Dinas Kesehatan Provinsi di seluruh
Indonesia sesuai data kuota calon jamaah
haji per provinsi dari Kemen­terian Agama.
Kementerian Kesehatan telah membuat surat
edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota yang menyatakan
pelaksanaan vaksinasi meningitis meningo-
coccus ACW 123Y bagi calon jamaah haji
2011 tidak dikenakan biaya (gratis).
Kementerian Kesehatan juga telah
melakukan sosialisasi melalui media tentang
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
pelaksanaan bagi calon jamaah haji di Pus-
kesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota.
Mengenai biaya yang dibebankan sebesar
Rp 230-280 ribu, biaya tersebut bukan untuk
biaya imunisasi karena imunisasi diberikan
gratis. Biaya tersebut merupakan kewenangan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai Pe-
raturan Daerah (Perda) setempat untuk biaya
pemeriksaan kesehatan penunjang sesuai
dengan indikasi medik dan biaya vaksinasi in-
fluenza. Vaksinasi influenza sangat disarankan
namun bukan program yang diwajibkan oleh
Pemerintah. Vaksinasi influenza akan dikena-
kan biaya sesuai dengan ketentuan Perda
Kabupaten/Kota setempat.
Demikian jawaban kami dan semoga
Anda dapat menunaikan ibadah haji dengan
baik dan menjadi haji yang mabrur. Amin..
PTRC Kemenkes
(kode lokal setempat) 500567
PENETAPAN PEMENANG MEDIA KUIS
EDISI 31 AGUSTUS 2011
No.32/oktober/2011 Mediakom 9
omisi Informasi
Pusat (KIP Pusat)
memberikan piagam
penghargaan bagi
10 badan publik
terbaik dalam memberikan pelayanan
informasi melalui situs. Acara
pemberian penghargaan tersebut
disampaikan Ketua Komisi Informasi
Pusat, Abdul Rahman Ma’mun pada
diskusi publik memperingati hari “Hak
untuk Tahu” (International Right to
Know Day) yang diperingati setiap
tanggal 28 September.
Diskusi Publik mengambil tema
“Respon Badan Publik pasca 1,5 tahun
diberlakunya UU no.14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik”,
sebagai implemantasi UU No 14 tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, yang berlaku sejak tahun 2010.
Adapun 10 badan publik yang
memperoleh penghargaan yakni;
1) Kementerian Komunikasi dan
Informatika, skor 68.0, 2) Kementerian
Keuangan, skor 62, 3) Dewan
Perwakilan Rakyat, skor 57, 4)
Kementerian Perhubungan, skor 57.0,
5) Kementerian Pekerjaan Umum,
skor 53.9, 6) Mahkamah Agung, skor
51.0, 7) Kementerian Pertanian, skor
51.0, 8) Kejaksaan Agung skor, 50.6, 9)
Kementerian Kesehatan,  skor 50.2,
10) Kementerian Kehuatanan, skor
49.4.
Penilaian Penghargaan ini dilakukan
berdasarkan 4 (empat) kriteria, yaitu :
informasi terkait badan publik (profile,
dsb), informasi terkait kegiatan
dan kinerja badan publik, informasi
mengenai laporan keuangan dan
informasi lain yang diatur dalam
peraturan perundang—undangan.
Hak untuk tahu adalah hak asasi
setiap warga negara telah dijamin
konstitusi, tercantum pada pasal 28f
UUD 1945, “setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh
Kementerian Kesehatan raih
predikat terbaik Keterbukaan
Informasi Publik
stoppress
informasi terpenuhi sejak berlakunya
UU KIP.
Namun demikian, meskipun ada
Undang-undang Nomor 14 tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (UU KIP), keterbukaan tidak
bisa dimaknai sebebas-bebasnya.
Masyarakat harus tetap dalam koridor
memperoleh informasi sejalan dengan
aturan main yang ada. Dalam UU KIP
disebutkan ada prosedur dan syarat
untuk menjaga keterbukaan informasi
publik.
Disamping itu, hendaknya badan
publik memaknai keterbukaan
informasi publik lebih dari
kewajiban, melainkan kebutuhan
dari setiap badan publik karena
dengan menjalankan UU KIP, badan
publik dapat mengekspos atau
memberitahukan kepada publik apa
yang sudah dikerjakan dan yang belum
dikerjakan sehingga menjadi jelas.§
Dyah
K
informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia”.
Ketua Komisi Informasi Pusat, Abdul
Rahman Ma’mun mengatakan “Hari
Hak untuk Tahu” yang diperingati
setiap tahun sekali harus dijadikan
sebagai momentum refleksi atas
jaminan hak memperoleh informasi.
Sejauhmana hak publik mendapatkan
dr. Murti Utami, MPH (empat dari
kanan) menerima penghargaan dari KIP
mewakili Kemenkes.
stoppress
10 Mediakom No.32/oktober/2011	
agi Kementerian
Kesehatan,
penghargaan
ini merupakan
sebuah kebanggaan
tersendiri,
mengingat upaya yang dilakukan
dalam mewujudkan struktur PPID
ini memakan waktu yang cukup
lama. Kemenkes selama ini dengan
sangat intensif mendorong seluruh
jajarannya untuk menjalankan filosofi
keterbukaan informasi publik. Oleh
karena itu, pada tahun 2010, Struktur
PPID telah disahkan melalui keputusan
Menteri Kesehatan RI.
B
Struktur PPID Kemenkes terdiri atas
PPID Pembina (Menteri Kesehatan),
PPID Utama (Sekretaris Jenderal), dan
PPID Pelaksana yaitu para Sesditjen/
Sesbadan dan PPID Pelaksana Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Unit
Utama, serta Pusat Komunikasi Publik
selaku PPID Pelaksana Sekretariat
No.32/oktober/2011 Mediakom 11
MENGABARKAN
KETERBUKAAN
Jenderal. Dalam pelaksanaan tugasnya,
PPID Utama dan PPID Pelaksana
dibantu oleh para pelaksana tugas
kehumasan atau penyedia informasi di
unitnya masing-masing.
Hal ini merupakan bentuk
komitmen yang patut dibanggakan
bagi para pejabat di lingkungan
Kementerian Kesehatan, khususnya
para pejabat eselon 1 dan 2. Di
beberapa badan publik lain, pejabat
tinggi (eselon 1 dan 2) masih belum
bersedia menjadi PPID Utama, karena
khawatir jika harus menghadapi
masalah sengketa informasi dengan
masyarakat. Tingkat keresahan para
pejabat publik masih begitu tinggi,
sehingga menyebabkan terhambatnya
pembentukan struktur PPID yang
mempengaruhi terlambatnya
implementasi UU KIP.
Tentu saja PPID Kemenkes juga
masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam memberikan
pelayanan informasinya kepada publik.
Keterbatasan tersebut antara lain
bervariasinya sikap Satker Kemenkes
yang masih harus diberikan pengertian
mengenai pentingnya pemberian
informasi kepada masyarakat.
Tingkat penolakan sebagian Satker
terhadap UU KIP masih cukup besar,
diperkirakan karena kekhawatiran
pihak terkait mengenai data yang
diminta. Misalkan RKAKL, DIPA,
atau Laporan Keuangan, yang bagi
sebagian Satker adalah merupakan
dokumen yang perlu dirahasiakan.
Sekalipun, menurut UU KIP dan Surat
Edaran Komisi Informasi, dokumen itu
merupakan informasi terbuka.
Untuk itu PPID Kemenkes terus
menerus melakukan pembenahan
secara internal terkait pelayanan
informasi publik kepada masyarakat.
Dengan niat baik untuk memberikan
pelayanan informasi yang terbaik,
khususnya di bidang kesehatan bagi
masyarakat Indonesia, diharapkan
pelaksanaan UU KIP dapat dijalankan
tanpa hambatan yang berarti di masa
depan. DIS
Pojok Informasi Kemenkes
stoppress
12 Mediakom No.32/oktober/2011	
ada hari Senin,
10 Oktober 2011,
dilakukan upacara
pembukaan
Tentara Manunggal
Membangun Desa
(TMMD) ke-87, di Lapangan Linggar
Amer, Kec. Linggang Bigung, Kutai
Barat, Kalimantan Timur. Bertindak
selaku inspektur upacara Kasad Jend.
TNI Pramono Edhie Wibowo. Dihadiri
sejumlah undangan antara lain
Gubernur Kaltim, Bupati Kutai Barat,
Dirjen BUK mewakili Menkes, dan
juga perwakilan dari Kemendiknas,
Kemenpu, Kemenpora, Kemendagri
dan Kemenkop UKM. Upacara diikuti
para anggota TNI peserta TMMD,
Polisi, Satpol PP, Pramuka dan pelajar.
Dalam upacara pembukaan TMMD,
Dirjen BUK Kemenkes, dr. Supriatoro,
Sp.P mewakili Menkes menyerahkan
bantuan berupa RS Bergerak untuk
TNI dengan penempatan di wilayah
Sintang, Kalbar yang berbatasan
dengan Malaysia, Ambulans, dan
obat-obatan untuk bakti TMMD.
Disamping itu, diserahkan juga
bantuan Kemenkes untuk Propinsi
Kaltim, berupa Puskesmasling air
untuk wilayah pedalaman Kaltim dan
ambulan darat untuk Puskesmas di
perbatasan Malaysia.
Sasaran fisik TMMD di Kubar antara
P
lain melakukan pembuatan jalan di
Kampung Linggang Amer, rehabilitasi
SDN 7 Kampung Mancong, Tanjung Isuy,
rehabilitasi gereja katolik di Kampung
Long Apari, pembuatan saluran irigasi di
Kampung Saka Tada, pembuatan MCK di
Kampung Tanjung Haur, serta semenisasi
di Kampung Gunung Rampah.
Sementara untuk kegiatan nonfisik,
dilakukan penyuluhan kesadaran
berbangsa dan negara, pembinaan
UKM, Lalu Lintas, Kesehatan dan juga
bakti sosial kesehatan.
Kegiatan lain yakni bakti sosial
kesehatan, meliputi operasi katarak
gratis yang diikuti sekitar 100 warga
miskin, khitanan massal yang diikuti
No.32/oktober/2011 Mediakom 13
Kiprah Kemenkes
di TMMD Kubar
sekitar 200 anak dan pemeriksaan
kesehatan gratis, yang berlokasi di
lapangan Linggar Amer. Disamping itu
TNI bekerja sama dengan Kemenkes
menggelar operasi bibir sumbing yang
berlokasi di RS AD di Balikpapan.
Kegiatan TMMD 87 bertujuan
memperkokoh kesatuan dan
persatuan bangsa dan mempercepat
pembangunan desa. Dipilihnya Kab.
Kubar sebagai tempat pembukaan
TMMD, karena kabupaten itu
merupakan daerah perbatasan yang
perlu mendapatkan perhatian. TMMD
sendiri serentak dilakukan di 61
kabupaten/kota, 81 kecamatan, 162
kelurahan/desa di Indonesia.§ Teguh
TNI bersama Kemenkes menggelar bakti sosial
MEDIA UTAMA
14 Mediakom No.32/oktober/2011	
MEDIA UTAMA
S
aya mempunyai
penyakit darah
tinggi. Jika sedang
kambuh, akan
mempengaruhi
kegiatan sehari-hari, seperti
susah tidur dan sakit kepala.
Berobat ke dokter, kemudian
diberi obat penurun tekanan
darah, tetapi saya menjadi
ketergantungan. Jika obat habis,
maka tekanan darah segara naik.
Atas saran dari seorang relasi,
saya menggunakan jamu dari
Klinik Saintifikasi Jamu. Setelah
menjalani selama 6 bulan,
saya merasakan kemajuan
dan tekanan darah cenderung
stabil. Disamping itu, menurut
saya jamu mempunyai efek
samping yang sedikit, Tutur Joko
Daryanto (56 th), Kemunung
Rt 4 / Rw 02, Ngaryonyoso,
Karanganyar.
Ditengah meroketnya
harga obat, bagi orang miskin
menjadi takut untuk berobat
ke pelayanan kesehatan.
Apalagi untuk penyakit tertentu
seperti darah tinggi, dapat
menyebabkan ketergantungan
dan berdampak negatif pada
kesehatan tubuh lainnya.
Untuk itu, jamu layak menjadi
alternatif.
Mengapa harus jamu?
Menurut Indah Yuning
Prapti, SKM, M.Kes, Kepala
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Taman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TO-OT)
Tawangmangu, Jamu sebagai
salah satu alternatif untuk
memelihara kesehatan dan
kebugaran tubuh. Disamping
secara turun temurun dari dulu
nenek moyang mencontohkan
memelihara kesehatan dengan
jamu. Termasuk juga untuk
mengobati. Budaya ini sebagai
modal untuk mengembangkan
jamu yang selama ini mulai
terlupakan.
“Sesungguhnya Indonesia
ini memiliki kekayaan yang luar
biasa, namun belum terangkat
secara ilmiah, artinya belum
terdokumentasi dengan baik.
Selama ini hanya dari mulut ke
mulut, yang menyebakan tidak
semua orang dapat membaca”
tutur Indah.
Selain itu, Indonesia
mempunyai 1248 suku dan
sub suku dengan kearifan lokal
ramuan-ramuan. Kekayaan
yang luar biasa ini semestinya
dapat menggugah kembali
penggunaan jamu sebagai
alternatif pelayanan kesehatan.
Ternyata, jamu bukan hanya
bermanfaat untuk kesehatan,
Membudayakan
Minum Jamu
No.32/oktober/2011 Mediakom 15
tapi juga mendorong
perekonomian mikro masyarakat
dari rumah tangga dan suatu
saat akan menjadi arus utama
perekonomian. “ Tahun
2009 Pak SBY pernah bilang
bahwa jamu ini bisa menjadi
arus utama perekonomian
Indonesia”, ujar Indah.
Sekedar contoh; di
Tawangmangu saja, selama ini
petani lebih suka menanam
yang cepat menghasilkan uang
seperti menanam kol, daun
bawang, dll. Dua bulan daun
bawang sudah dapat dijual, tapi
harganya berapa? Kadang sekilo
cuma Rp 500,-. Kalau lagi bagus
bisa dapat 4000, kalau hujan Rp
500,- saja. Ternyata tanaman
obat seperti jahe, dalam 6 bulan
sudah panen dengan harga
mulai Rp 120.000-Rp 125.000
per kilo. Dulu jahe itu paling
hanya Rp 20.000,-.
Karena masyarakat dan
industri membutuhkan dalam
jumlah besar, sehingga jahe
menjadi salah satu komoditi
yang menjanjikan. Untuk hal ini,
masyarakat ini perlu mendapat
informasi. “Kadang-kadang
masyarakat sebelum melakukan
sesuatu pasti menanyakan
untung saya apa? ”, kata Indah.
Menurut Indah, sebagian
besar masyarakat tidak sabar
menunggu 8-9 bulan, padahal
tanaman jenis purwoceng,
1 Kg kering mencapai Rp 1
juta rupiah lebih. Selama ini
purwoceng hanya tumbuh
dipegunungan Dieng, ternyata
di Tawangmangu dapat tumbuh
juga. Kalau banyak masyarakat
menanam, kemungkinan
harganya jatuh. Untuk itu perlu
dibentuk konsorsium bahan
baku yang menjamin pembeli
dari Pemerintah, seperti bulog.
Kepala Badan B2P2TO-OT
ini juga menceritakan khasiat
Stevia. Tanaman jamu untuk
pemanis alami non kalori.
Berbeda dengan pemanis
yang di supermarket. Itu
terbuat dari jagung dan masih
menyisakan kalorinya. “Waktu
itu saya ditantang pak Presiden,
mengapa tidak memproduksi
secara luas, supaya dapat
membantu penderita Diabetes.
Padahal hasil Riset kesehatan
dasar menunjukkan prevalensi
diabetes tinggi. Bahkan sekarang
usia yang terkena diabetes
semakin muda, seperti remaja”,
ungkap Indah.
Atas dasar tantangan itu,
belakangan ini Kementerian
Kesehatan, dari Badan Litbang
sudah kerjasama dengan
Indofarma untuk pemandirian
bahan baku artemisinin. Selama
masih ini impor dari Vietnam
dan India untuk anti malaria.
Apalagi Malaria sekarang
prevalensinya masih tinggi.
Artinya Kementerian Kesehatan
telah mengambil tindakan
nyata, dari pada terus impor,
sedikit demi sedikit mengurangi
ketergantungan.
Kepala B2P2TO-OT
Tawangmangu, terus mendekati
petani agar tetap sabar
menanam jamu. Ia membina
dengan mengadakan pertemuan
sekali setiap dua bulan,
memberikan benih, terkadang
hadiah dan melakukan berbagai
pendekatan dari hati ke hati.
Ibu dua anak ini berharap, kelak
petani dapat meningkat taraf
hidupnya, termasuk bersedia
menjual hasil panen jamunya ke
Klinik Jamu Tawangmangu. Tapi
apa dikata, setelah panen jamu,
ada saja petani yang menjual
hasil panen ke tempat lain,
padahal hanya mengejar selisih
harga Rp 50,-/ kg. Hal ini bukan
untuk dikeluhkan atau disesali.
Justru menjadi pendorong untuk
membina petani lebih baik lagi.
“Dengan kesungguhan
dan kesabaran untuk terus
membina. Sekarang Al-
hamdulillah, semua petani
sudah memahami maksud
dan tujuan pimbinaan yang
dilakukan selama ini”. Ujar
Indah.
Berbagai upaya telah
dilakukan, mulai dari penyediaan
bibit obat, pembinaan petani,
pengembangan laboratorium,
Klinik Jamu, penelitian dan
sosialisasi maaf jamu. Disamping
itu juga telah melakukan
kerjasama dengan pabrik
obat dan berbagai pihak
terkait, guna melestarikan
budaya minum jamu, sebagai
pemeliharaan kesehatan yang
mudah dan murah. Bila ini terus
membudaya, maka jamu akan
menjadi tuan rumah di negeri
sendiri.§ Pra
MEDIA UTAMA
16 Mediakom No.32/oktober/2011	
P
etani kecil itu serba kecil.
Mulai dari ladang, rumah,
modal, pengetahuan dan
keterampilan bertaninya
juga kecil. Karena semua
kecil menyebabkan serba sulit. Mereka
akan beranjak bangkit bila ada pihak
lain yang ikhlas membantu. Mengapa
harus ikhlas? Karena membantu orang
sulit itu lebih sulit dibanding membantu
orang yang mampu. Sebab itu selain
ikhlas juga harus sabar, agar petani
kecil yang kesulitan dapat menikmati
“kemudahan dalam hidup”.
Harsono, PNS yang telah mengabdi
30 tahun membina petani kecil
merasakan sulit dan getirnya petani
sayur. Modal besar, tapi tak sebanding
dengan harga jual hasilnya. “Apalagi
bila sedang panen raya, seperti kol,
wortel, harga jatuh. Tidak sebanding
dengan tenaga memanennya, bahkan
dikasihpun saya tidak mau”, ujar
Harsono.
Untuk memberdayakan petani
kecil ini, Ia sejak tahun 1995 telah
mengarahkan petani menanam jamu,
khususnya stevia. Harga tinggi dan
pembeli tersedia yakni pabrik jamu
sidomuncul. Tapi mulai tahun 2005
Stevia terkena virus tak menemukan
terapinya, sekalipun para ahli pertanian
sudah turun tangan. Akhirnya petani
tanam sayuran kembali dan sering rugi
lagi.
Rupanya Harsono tak putus asa,
tahun 2009 meneruskan hobi lama
menghimpun petani menanam
Memberdayakan
bisnis petani jamu
sangkoba, kumis kucing dan jamu
lainnya. Secara berkala, 2 bulan
sekali Ia mengumpulkan kurang
lebih 30 petani di Aula Balai Besar
Penelitian dan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu,
Karanganyar Jawa Tengah. Bersama
tenaga ahli pertanian, biologi dan
farmasi memberi penyuluhan tentang
keuntungan menanam jamu. Mengatur
jenis jamu yang di tanam, menjelaskan
cara menaman, merawat, memanen
dan mengolah pasca panen.
Diantara perawatan jamu yang harus
mendapat perhatian yakni tanaman
jamu tidak boleh dipupuk dengan
menggunakan pupuk kimia atau obat
kimia. Misal ada ulat yang memakan
daun, maka ulat itu harus dibasmi,
tanpa obat kimia.
“Untuk meringankan petani,
B2P2TO-OT telah menyiapkan benih
jamu. Petani cukup menyiapkan lahan
kemudian menanam, merawat, panen
berulang kali dan menjual ke klinik jamu
dengan harga yang pantas. Tak perlu
beli bibit dan khawatir harga jatuh.
Insya Allah lebih untung dari pada
tanam sayur”, ujar Harsono.
Bagaimana menghitungnya ?
Misal: lahan 200 meter, memerlukan
modal 250 ribu untuk membeli mulsa
( plastik penutup lahan agar tidak
mudah tumbuh gulma) dan pupuk
kandang 200 ribu. Lahan kerjakan
sendiri agar lebih hemat. Kemudian
tanam jamu tempuyeng, setiap 2 bulan
panen. Jadi setahun 6 kali panen.
Panen pertama rata-rata 100 kg.
Harga per kg Rp 1500,-. Panen kedua,
ketiga dan seterusnya akan meningkat
produksinya, mungkin 125 kg atau 150
kg dan seterusnya. Bila rata-rata 100
kg/ panen, maka setahun 600 kg. Total
penjualan 600 kg x Rp 1500,- minimal
Rp 900.000,- Modal Rp 450.000. Jadi
keuntungan minimal Rp 450.000,-.
Akan lebih untung lagi, bila ditanam
secara tumpang sari dengan Sangkoba.
Artinya, pada lahan tersebut, selain
ditanam Tempuyeng, juga ditanam
Sangkoba yang panen setiap 40 hari.
No.32/oktober/2011 Mediakom 17
Rata-rata produksi 100 kg/ panen,
harga Rp 1500/ kg. Bila setahun
6 kali panen saja akan mendapat
hasil Rp 900.000,-. Tanpa modal
mengolah lahan dan membeli plastik.
Sebab Sangkoba cara memanennya
dicabut bersama akarnya. Kemudian
ditanam lagi dengan menyebarkan
benih kembali, lalu panen dan begitu
seterusnya.
Awalnya memang sulit, sebab petani
mempunyai sifat pragmatis, memilih
yang mudah dan cepat, tapi tidak
menghitung secara cermat. Setelah
mendapat penjelasan yang berulang-
ulang, akhirnya mereka memilih
menanam jamu, sebab lebih untung,
ujar Harsono.
Kini, para petani itu tetap setia
menanam jamu dan menjualnya ke
klinik jamu B2P2TO-OT. Secara perlahan
mereka mulai merasa ada tempat
mengadu, bertanya dan bercengkerama
tentang jamu. Seiring dengan perbaikan
infrastruktur, kebijakan bahan baku,
cakupan pengguna jamu, lambat laun
akan memberdayakan masyarakat
petani jamu untuk hidup lebih layak
dan lebih sehat.
Sekalipun produk bahan baku
sudah diperoleh dari petani jamu, tapi
baru mencukupi untuk Klinik Jamu
B2P2TO-OT, belum mampu mencukupi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang
lain. Jawa Tengah saja masih kurang
apalagi untuk mememuhi kebutuhan
luar Jawa tengah. Sementara animo
masyarakat untuk menggunakan jamu
semakin meningkat, bukan hanya Jawa
Tengah, tapi juga di luar Jawa Tengah,
ujar dr. Danang Pengelola Klinik Jamu
B2P2TO-OT Tawangmangu.
Berdasarkan informasi di atas, jelas
akan membutuhkan bahan baku jamu
terstandar secara besar. Masih banyak
peluang bagi petani untuk menanam
jamu dan pengusaha memproduksi
jamu. Jadi dengan besarnya animo
masyarakat menggunakan jamu, maka
peluang bisnis tanaman jamu cukup
menjanjikan. Anda berminat menanam
jamu?§ Pra
Harsono, salah
satu petani Jamu
di Tawangmangu
Ladang tanaman
obat milik petani
di Tawangmangu
MEDIA UTAMA
18 Mediakom No.32/oktober/2011	
A
lwan Efendi, kakek
berumur 76 tahun, pernah
terkena serangan stroke
tahun 2008. Akibatnya
sering kejang otot dan
kram pada kaki kiri, pegal disekujur
tubuh sebelah kiri dan kesulitan untuk
berjalan. Setelah minum jamu selama
Mencetak
Dokter
Jamu
4 bulan kesehatannya membaik, tidak
lagi mengalami kejang otot, jarang
kram dan berjalan lebih lancar. Hal ini
disampaikan kakek dari Nambangan,
Selogiri, Wonogiri ini kepada Klinik
Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu
beberapa waktu yang lalu.
Masih banyak kisah sukses
pengguna jamu, tapi tak semua
orang menyakini, sehingga mau
menggunakan jamu. Keraguan seperti
ini tentu hal yang wajar. Sebab bagi
kalangan medis, selain bukti testimoni,
juga masih memerlukan bukti ilmiah.
Nah untuk menjawab keraguan, maka
diperlukan penelitian jamu berbasis
pelayanan. Bagaimana kisahnya...?
Saat ini umumnya, tenaga
dokter konvensional memahami
medis ala Barat, sama sekali belum
mengenal pengobatan ala Timur,
misalnya menggunakan jamu.
Seperti yang dilakukan pada Klinik
Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu
dan Griya Sehat Kabupaten Kendal.
Agar dokter konvensional memiliki
pemahaman yang utuh tentang jamu,
harus mengikuti Diklat jamu yang
diselenggarakan Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan RI.
“Saya sebagai dokter konvensional
awalnya ragu dan skeptis tentang
jamu, tapi setelah mengikuti pelatihan
saintifikasi jamu selama 50 jam dan
melaksanakan penelitian berbasis
pelayanan menjadi yakin, bila jamu
mempunyai khasiat, manfaat dan
aman”, ujar dr. Supriadi peserta Diklat
jamu angkatan pertama.
Kini, sudah tiga angkatan Diklat
jamu dengan total alumni 90 dokter.
Mereka telah memperoleh materi
tentang aspek legal, metologi
penelitian, diagnostik, farmakodinamik
dan praktek lapangan dari Dewan
dosen kepakaran masing-masing.
Untuk praktek lapangan peserta
mendapat pengalaman baru
bagaimana cara menanan jamu,
merawat tanaman jamu, memanen
dan mengolah pasca panen, uji
laboratorium, formulasi ramuan
dan pelayanan pada Klinik Jamu
dr. Danang Ardiyanto,
kepala Klinik Jamu
B2P2TO-OT
No.32/oktober/2011 Mediakom 19
Tawangmangu.
Menurut dr. Danang Ardiyanto
Anggota Dewan Dosen Praktek
Lapangan, setelah lulus Diklat jamu,
para dokter akan mendapat sertifikat
kelulusan dari Badan Litbangkes,
Sertifikat Kopetensi dari Ikatan Dokter
Indonesia ( IDI) Pusat, Surat Bukti
Registrasi (SBR) dari Dinas Kesehatan
Provinsi setempat dan Surat Tugas (ST)
dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
setempat. Khusus SBR mempunyai
masa berlaku 5 tahun dan ST masa
berlakunya satu tahun.
Untuk lima tahun ke depan Badan
Litbangkes mencanangkan 25 formula
penelitian. Untuk tahun 2011 ditetapkan
4 formula penelitian yakni Kolesterol,
Diabet, Asam Urat dan Darah Tinggi.
Ke empat formula tersebut didasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh dokter seluruh Indonesia yang
menghasilkan 4 besar penyakit, seperti
disebutkan di atas.
Dalam formula penelitian juga telah
ditetapkan berbagai aturan sehingga
hasil penelitian tidak bias. “Untuk
itu, bahan telah distandarisasi oleh
Klinik Jamu Tawangmangu, kemudian
didistribusikan ke 18 puskesmas
penyelenggara penelitian jamu
berbasis pelayanan”, kata dr. Danang.
Dari seluruh puskesmas
penyelenggara penelitian telah
diperoleh target 500 sampel dengan
125 sampel Kolesterol, 125 sampel
Diabet, 125 sampel Asam Urat dan 125
sampel Darah Tinggi. Seluruh pasien
yang menjadi sampel penelitian tidak
dikenakan biaya, bahkan mendapat
biaya bahan kontak Rp 50.000 setiap
kunjungan ke puskesmas.
Menurut dr. Danang, saat ini
sudah terbentuk kelompok kerja yang
membicarakan body of knowledge
tentang jamu. Sehingga dapat
dibuktikan bahwa jamu, selain dapat
menyembuhkan penyakit juga dapat
meningkatkan kebugaran tubuh.
Hasil seluruh penelitian jamu
berbasis pelayanan rencana akan
di Launching pada saat pertemuan
pengobatan tradisional Asia, akhir
Oktober 2011 di Tawangmangu, yang
akan di hadiri peserta dari Negara
Asean dan Presiden RI, kata Kepala
B2P2TO-OT Tawangmangu Indah
Yuning Prapti, SKM,M.Kes.
Sekalipun demikian, masih banyak
tantangan menghadang didepan
mata, seperti mewujudkan animo
masyarakat akan kebutuhan jamu.
Sementara kamampuan penyediaan
bahan baku dan dokter jamu yang
masih terbatas. Sedangkan Kemeterian
Pertanian masih fokus pada
penyediaan tanaman pangan. Untuk
itu dibutuhkan kerjasama semua
pihak, baik lintas program maupun
lintas sektor untuk memenuhi animo
masyarakat akan jamu yang semakin
besar. Mampukah?§ Pra
Indah Yuning
Prapti, SKM,M.Kes.
Kepala B2P2TO-OT
Tawangmangu. Sedang
menyaksikan tanaman
obat pasca panen.
MEDIA UTAMA
20 Mediakom No.32/oktober/2011	
J
amu merupakan warisan
nenek moyang sebagai
salah satu alternative untuk
memelihara kesehatan secara
turun temurun sebelum
kemudian untuk mengobati penyakit.
Merupakan salah satu modal untuk
mengembangkan jamu yang selama
ini mulai terlupakan. Filosofi yang
lain sesunggunya di Indonesia
memiliki kekayaan yang luar biasa
namun belum terangkat secara
ilmiah, belum terdokumentasi dengan
baik. Selama ini informasi khasiat
jamu hanya dari mulut ke mulut, ujar
Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes,
Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT) kepada
Mediakom.
Sekitar 30 ribu tanaman obat
tumbuh subur di Indonesia dan
sekitar 9 ribu diantaranya dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Sayang
sekali, sangat sedikit pemanfaatan
MENGURANGI
KETERGANTUNGAN
IMPOR BAHAN BAKU
OBAT
jamu berdasarkan kajian ilmiah
(evidence based).
Di Indonesia juga mempunyai
banyak kearifan lokal ramuan obat
tradisional. Di Jawa Tengah untuk
mengobati malaria menggunakan
ramuan daun johar dicampur
kwalot/buah Makassar. Di Manado
menggunakan buah sirih dicampur
miama, sedangkan di Nusa Tenggara
Timur menggunakan brotowali.
“Untuk mengekplorasi kearifan
lokal ramuan obat tradisional tersebut,
pada tahun 2012 Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan cq Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) akan menyelenggarakan
riset khusus Nasional tanaman obat
berbasis komunitas”, Indah Yuning
Prapti menambahkan.
Tetapi di balik itu, masih banyak
dibutuhkan riset-riset untuk
menunjang pengembangan obat
tradisional. Misalnya riset tentang
bagaimana budidaya tanaman
obat yang memenuhi standar good
agricultural practices (GAP), sehingga
menghasilkan tanaman obat yang
terstandar. Dengan demikian ditanam
di mana pun, hasilnya sama. Hal ini
perlu karena ada jenis tanaman obat
tertentu yang hanya bisa ditanam di
tempat itu saja, sedangkan ditempat
lain tidak bisa. Contohnya, pasak bumi,
hanya tumbuh subur di Kalimantan.
Purwoceng (bahan baku obat untuk
meningkatkan stamina) hanya bisa
tumbuh subur di dataran tinggi Dieng
dan Tawangmangu.
Selain itu, penelitian juga perlu
diarahkan seperti halnya pada obat
konvensional. Misalnya pada kasus
orang alergi terhadap meniran, harus
dilakukan penelitian untuk mencari
tanaman obat yang khasiatnya sejenis,
ujar Indah Yuning Prapti.
Menurut Kepala B2P2TOOT, masih
banyak tantangan yang dihadapi untuk
pengembangan obat tradisional di
No.32/oktober/2011 Mediakom 21
Indonesia.
Tanaman obat belum terstandar,
solusinya harus dilakukan kerja sama
dengan Pemda dan para petani untuk
menanam tanaman obat. Memang
tidak mudah tetapi harus dimulai
dalam skala kecil dahulu (small scale)
dahulu. Begitu petani merasakan
untung menanam tanaman obat
bila dibandingkan dengan menanam
sayuran , maka mereka mau
menanam tetapi juga harus ada yang
menampung/membeli. Sedangkan
Pemda terus melakukan pembinaan
agar hasil tanaman obat para petani
terstandar dengan baik.
Riset untuk mendukung
khasiat, keamanan dan mutu perlu
ditingkatkan, misalnya dilakukan
secara terpadu dengan lembaga riset
yang lain. Tidak cukup kalau hanya
dilakukan Badan Litbangkes Kemenkes.
Contoh, untuk standarisasi sambiloto
dan rempah-rempah harus dilakukan
Balai Tanaman Obat Tradisional
Kementerian Pertanian (Kementan).
Saat ini peluang itu sudah terbuka,
karena secara ex opisio Kepala
B2P2TOOT menjadi Sekjen Kelompok
Kerja Tanaman Obat Asli Indonesia
yang keanggotaannya adalah pakar
masing-masing lembaga.
Regulasi dalam pelayanan
kesehatan untuk memanfaatkan
jamu. Regulasinya di Rumah Sakit
ada instalasi tenaga farmasi dan
tenaganya, tetapi jamu belum masuk
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN),
mestinya harus mempunyai Daftar
Jamu Esensial Nasional (DJEN). Jadi
kalau sudah ada DJEN, dokter pun mau
meresepkan jamu.
Pengembangan dokter Saintifikasi
Jamu, sekarang baru 90 dokter yang
telah mendapat pelatihan Saintifikasi
Jamu, padahal Puskesmas di seluruh
Indonesia saat ini jumlahnya sudah
mencapai 9.005 unit.
Perlu dikembangkan Fakultas atau
Diploma Obat Tradisional. Pada bulan
Oktober ini kalau tidak ada halangan,
Poltekkes Solo akan membuka D3
Herbal. Kemudian ada S2 Herbal di
MIPA-UI, tetapi pesertanya bukan
dokter. Sedangkan di China, sudah ada
Fakultas Kedokteran yang memberikan
mata pelajaran Pengobatan
Tradisional. Setelah menyelesaikan
Sarjana Kedokteran, dibagi dua
jurusan yaitu Sarjana Kedokteran
Konvensional dan Sarjana Kedokteran
Tradisional
Mengurangi ketergantungan
bahan baku
Ternyata tanaman obat itu
promising untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat. Contohnya
jahe, beberapa bulan yang lalu
harganya 125 ribu rupiah per kg
kering, padahal sebelumnya harganya
paling tinggi 20 ribu rupiah. Hal
ini terjadi karena masyarakat dan
industri membutuhkan jahe yang
luar biasa banyak sehingga jahe
MEDIA UTAMA
22 Mediakom No.32/oktober/2011	
merupakan komoditi yang sangat
menjanjikan. Namun masyarakat
perlu diberikan sosialisasi. Kadang-
kadang petani tidak tahu apa
untungnya menanam jahe. Inilah
pentingnya pembinaan oleh instansi
terkait di bidang pertanian. Satu
contoh lagi Purwoceng, tanaman yang
hanya tumbuh subur di dataran tinggi
Dieng, tetapi di Tawangmangu juga
bisa hidup. Harga per kilogram kering
bisa mencapai satu – satu setengah
juta rupiah, tetapi petani tidak sabar
karena waktu panenya lama, 9 bulan.
Contoh lain, misalnya stevia
(pemanis non kalori) memang
tanaman introduksi (tanaman
dari Negara lain ) tetapi dapat
diadaptasikan di Tawangmangu.
Petani sudah bersedia menanam
stevia dan sudah ada industri yang
membeli, tetapi jumlahnya masih
kurang.
Stevia digunakan untuk mengobati
diabetes, ini penting karena diabetes
menurut Riskesdas 2010 kasusnya di
Indonesia cukup tinggi. Bahkan umur
penderitanya semakin muda, sehingga
stevia mempunya pasar sendiri yang
bagus, daripada impor aspartame
dari Amerika. Baru-baru ini Badan
Litbangkes bekerjasama dengan PT
Indofarma untuk kemandirian bahan
baku artemisinin yaitu bahan baku
obat anti malaria, yang selama masih
impor dari Vietnam dan India. Malaria
di Indonesia prevalensinya cukup
tinggi.
Sehingga dengan budidaya
artemisinin, dapat mengurangi impor
sedikit demi sedikit, walaupun untuk
itu diperlukan modal terlebih dahulu.
Di samping itu, masih dibutuhkan
lahan ribuan hektar untuk melayani
kebutuhan industry karena malaria
juga masih endemis di Indonesia.
Tiga manfaat
Tanaman obat tradisional
mempunya 3 pathway (kemanfaatan).
Satu untuk bahan baku obat modern
setelah diisolasi. Kedua, masyarakat
Indonesia hampir 90% suka ramuan
jamu. Jamu itu untuk pemeliharaan
kesehatan (promotif dan preventif),
sesuai dengan prioritas Kementerian
Kesehatan. Kalau minum jamu beras
kencur, kunyit asem dan jahe sudah
menjadi tradisi seperti minum kopi
atau teh , bisa dibayangkan dimana-
mana akan berdiri pabrik minuman
tradisional. Dengan demikian,
kebutuhan akan bahan baku jamu
tersebut akan meningkat tajam,
sehingga petani tidak tergantung pada
tanaman pangan saja.
Ketiga, fox tradisional medicine
seperti jamu gendong perlu
dilestarikan. Kendati sudah ada
Saintifikasi Jamu yang sudah ilmiah,
jamu gendong tidak boleh dilupakan.
Perlu pembinaan kepada penjual jamu
gendong,agar dapat menghasilkan
jamu gendong yang berkhasiat dan
aman.
Macam-macam Istilah.
Mungkin juga jamu belum popular
karena macam-macam istilah yang
digunakan. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) memakai istilah Herbal
Medicine, ASEAN menggunakan istilah
Tradisional Medicine, tetapi Indonesia
menggunakan istilah jamu. Tradisional
Medicine Indonesia is Jamu, kata
Indah Yuning Prapti. “ Siapa pun, kalo
kita halo-halo ke luar negeri sudah
menggunakan istilah jamu. Orang luar
negeri juga sudah tahu, kalau jamu
itu dari Indonesia. Kalau dulu hampir
diklaim kepunyaan Malaysia”, ujar
Kepala B2P2TOOT.
Persiapan ASEAN Conference
Internasional Tradisional
Medicine.
Tugas Indonesia dalam International
Conference ASEAN Traditional
Medicine, ada dua. Pertama, adalah
sebagai model integrasi pelayanan
jamu dalam system pelayanan
formal. Jadi Indonesia menjadi model
Integrited tradisional medicine in to
health care system. Kedua, menjadi
model medicional plan garden
kebun tanaman obat, yaitu integrasi
kebun tanaman obat, pemberdayaan
masyarakat, proses produksi jamu dan
pelayanan jamu di klinik Saintifikasi
Jamu “Hortus Medicus”.
Kebun penelitian, kebun produksi,
Etalase Tanaman Obat , laboratorium
dan klinik sudah siap. Model
pemberdayaan rumah tangga dalam
menanam tanaman obat juga sudah
siap sesuai dengan kemampuannya.
Bahkan ada kampung tanaman
obat berorientasi Saintifikasi Jamu.
B2P2TOOT telah bekerja sama dengan
kelompok tani mengembangkan
tanaman obat. Benih disediakan
B2P2TTOT, setelah panen hasilnya
harus dijual ke B2P2TOOT, ini juga
sudah berjalan.§
Jamu siap digunakan
No.32/oktober/2011 Mediakom 23
S
erombongan ibu-ibu PKK Colomadu, berkaos biru, tampak
sumringah dan berkali-kali berdecak kagum “iki apik
banget” dengan logat jawa yang medok. Mengomentari
setiap menyaksikan bunga nan indah, pohon yang lucu dan
tanaman yang tertata rapi. Terkadang mereka terbengong
khusu’ mendengarkan penjelasan pemandu wisata jamu. Sampai teman
dibelakang menepuk pundak “ Heh ayo jalan, bengong saja”.
Sementara Kepala B2P2TO-OT, Indah Prapti Yuning melihat dari
kejauhan, gerak girik para wisatawan jamu yang sedang berada di
Etalase Taman Obat. Apalagi saat mereka tertawa ria, sambil bergaya
diatas jembatan buatan. Ada nenek yang bergaya seperti remaja, lalu
berteriak foto dong... foto dong...pret...
pret, suara tustel berbunyi, horee... teriak
mereka gembira. Tukang batupun asik
mengerjakan jembatan yang masih setengah
jadi. “Bagaimana kalau jembatan itu runtuh,
kasihan sama ibu-ibunya”, kata Indah sambil
terheran-heran.
Ternyata, keheranan Indah belum usai.
Ada buah tanaman yang sudah mulai matang
juga raib, setelah berlalunya para wisatawan
jamu tersebut. Maklum buah tersebut
warnanya merah unik dan rasanya manis,
tentu sangat menggemaskan. Setiap orang
yang memandang pasti ingin mencobanya.
Wajar, bila serombongan ibu-ibu PKK pun
akhirnya juga mencoba.he..he..he..manis
lho..
Ayo
Wisata
Jamu
Ibu-ibu PKK
Colomadu sedang
menyimak
penjelasan pemandu
wisata jamu.
MEDIA UTAMA
24 Mediakom No.32/oktober/2011	
Setelah capek berkeliling dan
berfoto ria, mereka berobat ke Klinik
Jamu. Ada yang berobat untuk dirinya,
tapi ada yang membeli jamu untuk
orang tua dan saudara. “ Wisata ke
kebun jamu membuat sehat mata
untuk memandang, sehat tubuh dapat
membeli jamu yang murah dan sehat
pula hatinya, mengagumi ciptaan
Yang Maha Kuasa”, kata salah seorang
peserta wisata.
Kebun koleksi seluas 3 hektar
yang dirintis sejak tahun 1948
itu berada persis di pinggir jalan
raya, berketinggian 1200 meter
dari permukaan laut, di kawasan
No.32/oktober/2011 Mediakom 25
Tawangmangu. Lebih dari 950 species
tanaman terkoleksi, termasuk koleksi
dari luar negeri dengan tampilan nan
elok, artistik dan menarik.” Rasanya
ingin berlama-lama menikmati”,
kataku dalam hati.
Selain etalase jamu, masih banyak
tempat wisata jamu yang siap
menyejukkan mata dan mengurai
kekaguman. Yakni Tlogo Dlingo,
pegunungan seluas 13 hektar berada
di lereng gunung Lawu dengan
ketinggian 1700-1800 meter di atas
permukaan laut. Berpanorama cantik,
perpaduan bukit dan lemah yang
serasi. Sangat cocok untuk tanaman
jamu dataran tinggi dan tanaman obat
Gunung Lawu. Tersedia pula track dan
areal outbond.
Pertengahan September 2011,
merupakan kesempatan ke dua kalinya
mengunjungi Tlogo Dlingo. Ternyata
sedang bagus-bagusnya. Seluruh
bukit sedang penuh tanaman jamu
yang siap panen. Apalagi Artemesia
annua, tanaman obat anti malaria
tumbuh subur memenuhi lereng bukit.
Untuk menikmati tanaman ini, dapat
mengitari jalan setapak yang terbuat
dari batako merah tersusun rapi dan
bersih.
Pada puncak bukit, ditanami jamu
bernama purwoceng. Sejenis tanaman
jamu yang dapat meningkatkan
stamina. Bentuknya kecil dan pendek.
Ia hannya tumbuh di Tlogo Dlingo
Tawangmangu dan pegunungan Dieng.
Siap panen setelah berumur 7-8 bulan.
Harga jual 1kg kering Rp 1.500.000,-.
Selain mengunjungi kebun jamu,
wisatawan dapat pula mengunjungi
Klinik Jamu, sekaligus berobat,
konsultasi dengan dokter jamu
dan mendapat ramuan jamu asli,
berkhasit, penuh manfaat. Dapat
juga menikmati wisata ilmiah dengan
mengunjungi instalasi benih dan
pembibitan jamu, isntalasi adaptasi
dan pelestarian, instalasi pasca panen,
laboratorium sistematika tumbuhan,
laboratorium hama dan penyakit
tanaman, laboratorium Galenika dan
laboratoriun penelitian jamu lainnya.
Wisatawan juga dapat mengenali
berbagai macam jenis jamu yang
disajikan secara audio visual dalam
mini teater, membeli berbagai
perelengkapan rumah tangga seperti
minyak atsiri, jamu instan, lilin
aromaterapi, sabun, lulur, mangir dan
lain-lain. Harga ditanggung murah,
meriah dan berhasiat.
Bagi yang berminat untuk
berwisata dapat mengunjungi Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisonal
( B2P2TO-OT) Tawangmangu. Jalan
Raya Lawu No. 11 Tawangmangu
Karangannyar, Jateng. Tlp.0271-
697010 atau wesite:www.b2p2toot.
litbang.depkes.go.id.§ Pra
Karyawan B2P2TO-
OT sedang merawat
tanaman obat.
MEDIA UTAMA
26 Mediakom No.32/oktober/2011	
D
i tengah-tengah kesulitan,
pasti ada kemudahan.
Pepatah ini lebih tepat
untuk menggambarkan
kondisi Indonesia dalam
menghadapi sulitnya bahan baku
obat dan gempuran obat tadisional
asing ke Indonesia. Saat ini hampir
95 persen bahan baku obat masih
diimpor, sementara obat tradisional
dari China dan Malaysia membanjiri
pasar Indonesia. Akibatnya, pasar obat
tradisional Indonesia makin terjepit dan
harga obat Indonesia semakin mahal.
Kondisi ini bertambah parah,
karena pemanfaatan jamu belum bisa
diterima luas di kalangan medis karena
minimnya hasil-hasil penelitian yang
mendukung data/informasi efektivitas
dan keamanan jamu.
Padahal Indonesia merupakan
salah satu Negara penghasil tanaman
PEMBUKTIAN
ILMIAH UNTUK
MENJAMIN
MUTU DAN
KHASIAT JAMU
obat terbesar di dunia karena 30 ribu
tanaman obat tumbuh subur di tanah
air.
Di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional (B2P2TTOT)
Tawangmangu dengan lahan sekitar 15
hektar, memiliki sedikitnya 950 spesies
tanaman berkhasiat obat. Baik untuk
bahan baku obat tradisional maupun
bahan baku obat modern. Tetapi
di balik kedigdayaan tanaman obat,
obat tradisional khususnya jamu yang
merupakan warisan nenek moyang
sejak beratus-ratus tahun yang lalu
belum mampu menjadi tuan di negeri
sendiri.
Dengan penduduk 230 juta jiwa,
Indonesia adalah pangsa pasar obat
yang besar. Indonesia harus bangkit
memanfaatkan tanaman obat yang
melimpah ruah ini untuk kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Kepala B2P2TOOT Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan,
Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes,
terdapat beberapa kendala mengapa
obat tradisional Indonesia belum
berkembang seperti yang diharapkan.
Pertama, tenaga medis yang memiliki
keahlian mendiagnosis pasien belum
percaya terhadap khasiat jamu karena
minimnya data/informasi pendukung
tentang efektivitas dan keamanan
jamu. Tetapi hal ini bukan kesalahan
tenaga medis, karena di bangku kuliah
mereka hanya mendapatkan pelajaran
kedokteran barat (baca : konvensional).
Kedokteran konvensional umumnya,
dalam mengobati pasien berdasarkan
bukti-bukti ilmiah. Sementara, khasiat
dan mutu obat tradisional masih
berdasarkan bukti-bukti emperis.
Kedua, tanaman obat belum menjadi
Karyawan mengolah
jamu pasca panen.
No.32/oktober/2011 Mediakom 27
prioritas pengembangan, karena masih
fokus pada tanaman pangan. Sehingga
petani tanaman obat seolah-olah tidak
mempunyai masa depan yang cerah,
secerah petani tanaman pangan.
Petani tanaman obat tradisional tidak
bergairah, produksinya tidak mencukupi
kebutuhan pasar dan mutunya pun
belum terstandar.
Saintifikasi Jamu
Di tengah-tengah kebutuhan obat
yang semakin meningkat dan potensi
tanaman obat yang dimiliki Indonesia,
jamu harus masuk dalam pelayanan
kesehatan formal. Juga dalam rangka
mengantisipasi persaingan global di
bidang jamu dan tersedianya jamu yang
aman, memiliki khasiat nyata dan teruji
secara ilmiah, Kementerian Kesehatan
membuat terobosan baru. Terobosan
baru itu namanya Santifikasi Jamu
yang diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 003/
MENKES/PER/I/2010. Tetapi terobosan
yang diinisiasi Kementerian Kesehatan
ini belum cukup, kata Indah Yuning
Prapti menambahkan. Tidak cukup
kalau hanya dilaksanakan di B2P2TOOT
Tawangmangu saja, tetapi juga harus
dikembangkan di daerah-daerah lain,
karena tiap-tiap daerah mempunyai
kearifan lokal tanaman obat yang luar
biasa banyaknya. Selain itu, kebijakan
ini juga harus didukung oleh instansi-
instansi terkait lainnya dan masyarakat
pada umumnya. Instansi-instansi terkait
tersebut antara lain Kementerian
Pertanian, Kementerian Keuangan,
Kementerian Riset dan Teknologi,
Pemerintah Daerah, dunia usaha dan
masyarakat pada umumnya.
Saintifikasi Jamu adalah pembuktian
ilmiah jamu melalui penelitian berbasis
pelayanan kesehatan. Salah satu
program terobosan ini pada tanggal
6 Januari 2010 Menteri Kesehatan dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,Dr.
PH meluncurkan Program Saintifikasi
Jamu bersamaan dengan pencanangan
Pencatatan Kematian di 8 provinsi
bertempat di Kendal Jawa Tengah.
Dalam rangka pembinaan dan
peningkatan Saintifikasi Jamu, Menkes
juga telah mengeluarkan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1334/MENKES/
SK/IX/2010 tentang Komisi Nasional
(Komnas) Saintifikasi Jamu. Anggota
Komnas Saintifikasi Jamu terdiri unsur
Kementerian Kesehatan, Perguruan
Tinggi, Organisasi Profesi (Ikatan
Dokter Indonesia, Ikatan Apoteker
Indonesia dan Majelis Kehormatan
Etik Kedokteran Gigi), Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Gabungan
Pengusaha Jamu dan Rumah Sakit.
Komnas Saintifikasi Jamu antara lain
mempunyai tugas menyusun pedoman
nasional pelaksanaan saintifikasi
jamu. Mengusulkan kepada Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Litbangkes) bahan jamu,
khususnya segi budi daya, formulasi,
distribusi dan mutu serta kemanan
yang layak digunakan untuk penelitian.
Melakukan koordinasi dengan peneliti,
lembaga penelitian dan universitas
serta organisasi profesi dalam dan luar
negeri, pemerintah maupun sawsta
di bidang produksi jamu. Membentuk
jejaring dan membantu peneliti dokter
dan dokter gigi serta tenaga kesehatan
lainnya yang melakukan praktik jamu
dalam seluruh aspek penelitiannya.
Membentuk forum antar tenaga
kesehatan dalam saintifikasi jamu.
Melakukan pendidikan berkelanjutan
meliputi pembentukan dewan dosen,
penentuan dan pelaksanaan silabus dan
kurikulum serta sertifikasi kompetensi.
Memberikan rekomendasi perbaikan
dan berkelanjutan program Saintifikasi
Jamu kepada Menteri, dan lain-lain.
Indah Yuning Prapti yang juga
menjabat Anggota Bidang Pra
Pelayanan (Ketersediaan, Kontiunitas
Bahan Uji dan Distribusi Komnas Jamu
kepada Mediakom di Tawangmangu
baru-baru ini mengatakan , dalam
Saintifikasi Jamu semua jamu yang
dibutuhkan dalam penelitian disediakan
oleh B2P2TTOT secara gratis, meliputi
empat formula yaitu jamu untuk
darah tinggi, diabetes, asam urat
dan kolesterol. Hasil dari penelitian
dokter Saintifikasi Jamu ini menurut
rencana akan dilaunching pada akhir
Oktober atau awal November 2011
MEDIA UTAMA
28 Mediakom No.32/oktober/2011	
bersamaan dengan diselenggarakannya
ASEAN Traditional Medicine di
Solo, Jawa Tengah. Dikatakan, kalau
untuk memenuhi kebutuhan jamu
di sarana kesehatan formal di Jawa
Tengah, B2P2TOOT masih mampu
menyediakannya. Namun kalau
penggunaan jamu untuk pengobatan
di fasilitas kesehatan formal akan
diperluas ke seluruh tanah air, maka
perlu dikembangkan sentra-sentra
pengembangan obat tradisional di
daerah-daerah. Untuk itulah dukungan
dan peran serta lintas sektor lain
termasuk swasta sangat diperlukan,
karena untuk masalah penyediaan
bahan baku jamu yang notabene
berasal dari tanaman bukan tugas
pokok dan fungsinya Kementerian
Kesehatan.
Pihak Kementerian Kesehatan sudah
melakukan audiensi ke Kementerian
Pertanian tentang bagaimana
upaya-upaya yang perlu dilakukan
untuk penyediaan bahan baku jamu.
Sementara ini Kementerian Pertanian
masih fokus pada tanaman pangan,
sedangkan tanaman obat belum
menjadi prioritas. Karena Kemenkes
berinisiatif menggalakkan penggunaan
jamu , maka mau tidak mau, suka tidak
suka Kemenkes melalui B2P2TOOT
Tawangmangu menyiapkan bahan baku
tanaman obat ini.
Untuk ke depan, ada wacana yang
membahas wadah semacam Badan
Urusan Logistik Jamu , yaitu semacam
badan penyangga yang menampung
dan membeli bahan baku jamu untuk
keperluan nasional, sehingga petani-
petani mau menanam bahan baku
obat tradisional sehingga secara tidak
langsung pendapatan para petani
meningkat dan kebutuhan bahan obat
dapat terpenuhi.
dr. Danang Ardiyanto, salah seorang
anggota Dewan Dosen Saintifikasi Jamu
di B2P2TOOT, mengatakan “karena
konsep Saintikikasi Jamu masih dalam
ranah penelitian, dibutuhkan multi
senter atau banyak tempat untuk
melakukan penelitian penggunaan
jamu secara bersama-sama”.
Sebelum melakukan penelitian,
para dokter Puskesmas Karang Anyar
dan Kendal yang akan melakukan
penelitian diberikan pendidikan dan
pelatihan (Diklat) Saintifikasi Jamu .
Saat ini B2P2TOOT telah melakukan
3 kali pelatihan Santifikasi Jamu pada
masing-masing angkatan diikuti
30 dokter. “ Jadi sekarang sudah
mempunyai 90 dokter yang telah
dilatih Santifikasi Jamu”, tambah dr.
Danang.
Sedangkan untuk melakukan
pelayanan, diperlukan koordinasi
dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
sebagai wadah organisasi para dokter.
Bahkan telah ditandatangani MoU atau
Kesepakatan Bersama antara Komnas
Saintifikasi Jamu dengan Ketua Umum
IDI dr. Prijo Sidipratomo,Sp. Rad (K). Hal
ini diperlukan karena sesuai Undang
Undang Praktik Kedokteran bahwa
dokter dalam memberikan sesuatu
khususnya obat kepada pasien harus
berdasarkan golden standar. Jadi harus
berdasarkan evidencebase medicine,
padahal untuk jamu belum banyak
bukti-bukti pendukung ilmiahnya.
Justru melalui Saintifikasi Jamu ini
tujuannya untuk mendapatkan bukti-
bukti ilmiah tersebut. Tetapi dokter
juga perlu diberikan perlindungan
dalam memberikan pelayanan kepada
pasien agar tidak dituduh melakukan
malpraktik.
Setelah mengikuti pelatihan, dokter-
dokter tersebut memperoleh surat
kompetensi dari IDI sebagai persyaratan
untuk memperoleh Surat Bukti
Registrasi (SBR) yang dikeluarkan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi. Jadi SBR
adalah surat ijin bagi dokter Saintifikasi
Jamu untuk menjalankan penelitian
penggunaan jamu kepada pasien di
Puskesmas.
Kemudian dengan SBR, ditambah
Surat Tanda Registrasi yang telah
dimiliki dokter mengajukan ijin ke
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota untuk mendapatkan surat
tugas. Jadi dokter Saintifikasi Jamu
mempunyai dua surat ijin praktik, yaitu
Surat Ijin Praktik yang dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota berdasarkan Surat Tanda
Tenaga kesehatan
mengolah jamu dalam
kemasan khusus.
No.32/oktober/2011 Mediakom 29
Registrasi (STR) yang dikeluarkan Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) untuk
menjalankan praktek konvensional, dan
Surat Tugas berdasarkan SBR dan Surat
Kompetensi yang dikeluarkan IDI untuk
menjalankan praktik Saintifikasi Jamu.
Menurut dr. Danang, berdasarkan
laporan para dokter peneliti Saintifikasi
Jamu hampir 80 persen pasien ingin
melanjutkan pengobatan dengan jamu.
Hal ini menjadi penting,karena animo
masyarakat sangat besar terhadap
jamu. Tetapi ada beberapa hambatan
bagaimana penyediaan bahan baku
selanjutnya bila jamu akan digulirkan
secara luas ke seluruh Indonesia. Tidak
mungkin B2P2TTOT Tawangmangu
mengampu semuanya.
Menurut dr. Danang, materi
pelatihan dibagi dalam beberapa blok,
pertama medico etiko legal, kedua
tentang penelitiannya karena mereka
dokter umum sehingga perlu dilatih
untuk melakukan penelitian. Kemudian,
blok diagnosis, karena dalam
Saintifikasi Jamu akan memberikan
sentuhan yang berbeda dibandingkan
dengan pengobatan konvensional.
Jadi penilaiannya lebih mendalam.
Kemudian blok terapi, dasarnya karena
mereka dokter umum pendidikannya
western medicine untuk memberikan
jamu harus diberikan pengetahuan,
filosofi jamu dan sebagainya.
Pengajarnya adalah dewan dosen
yang merupakan kumpulan dari
pakar-pakar dari seluruh Indonesia,
berbadasarkan blok. Untuk blok etiko
medico legal meliputi masalah hukum,
perijinan dan sebagainya dari Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK).
Blok penelitian, selain dari Badan
Litbangkes, juga dari Universitas-
universitas seperti FK UGM, IDI, FK-
Unair, dan lain-lain.
Untuk diagnosis menggunakan
jamu, yang diukur dengan penggunaan
jamu selain efikasi/ manfaat
penyembuhan sakitnya, juga
bagaimana meningkatkan kebugaran,
sehingga ke depan akan terbentuk
mengenai ilmu jamu. Contohnya,
diagnosis masuk angin. Di kedokteran
konvensional tidak ada, tetapi kalau
ditanyakan kepada pasien yaitu
sekumpulan gejala seperti kembung,
diare, dan panas tenggorokan. Untuk
itu BBTTOT sedang membentuk
working grup untuk membangun bodi
of knowledge mengenai jamu.
Empat formula
Pada tahun ini, Saintifikasi Jamu
yang dijalankan meliputi 4 formula/
jamu yaitu jamu untuk hipertensi,
Diabetes Melitus, asam urat dan
hiperkolesterol. Sebelum dilakukan
pemilihan 4 formula sudah dilakukan
penelitian oleh Badan Litbangkes tahun
lalu. Karena Saintifikasi Jamu dalam
ranah penelitian, otomatis bahan
yang digunakan harus terstandar.
Semua bahan, semua perlakukan,
pengukuran harus terstandar. Bahan-
bahannya pun yang terstandar
harus dan berasal dari satu tempat
yaitu B2P2TOOT Tawagmangu. Jadi
teknis pelaksanaannya, semua bahan
sudah diracik/diramu di B2P2TOOT
Tawangmangu, sudah dikemas,
kemudian didistribusikan ke seluruh
dokter-dokter Saintifikasi Jamu.
Jadi dokter Saintifikasi Jamu dalam
meberikan obat tidak meracik sendiri,
karena sudah diramu oleh B2P2TOOT.
Dokter tinggal menjaring pasiennya,
kemudian melakukan penilaian
berdasarkan kriteria yang ditentukan
dalam protocol yaitu kriteria formula,
kemudian kriteria inklusi, berisi subyek
penelitian yang dijaring itu apa saja,
misalkan untuk hipertensi yang djaring
adalah yang tensinya ringan dulu
Karyawan klinik
melayani resep jamu
MEDIA UTAMA
30 Mediakom No.32/oktober/2011	
saja, yang berat dan sedang tidak
dimasukkan . Kemudian dari segi usia,
kriterianya agak ketat. Misal, orang
hamil tidak dimasukkan dulu. Jadi
mengambil sample yang risikonya
rendah. Selama penelitian tidak
boleh menggunakan obat-obat yang
lain, agar tidak bias manfaatnya,
mengetahui kesembuhan pasien
karena jamu atau obat yang lain. Juga
diatur bagaimana menjamin keamanan
jamunya, melalui pengukuran fungsi
hati dan , fungsi ginjal sebelum dan
sesudah meminum jamu.
Karena ini ranah penelitian, pasien
tidak mengeluarkan biaya sedikit pun.
Baik untuk jamunya, maupun untuk
pemeriksaan penunjangnya serta biaya
konsultasinya juga gratis. Bahkan
pasien mendapat bahan kontak, artinya
pasien mendapat uang transport Rp 50
ribu setiap kunjungan.
Tim Pusat B2P2TOOT setiap dua
minggu sekali melakukan monitor/
evaluasi dengan melakukan kunjungan
ke dokter-dokter Saintifikasi Jamu.
Kemudian pada pertengahan
Agustus 2011 dilakukan pertemuan
untuk melakukan monitoring untuk
semua dokter Saintifikasi Jamu. Dari
hasil evaluasi tersebut, dilaporkan
hambatan utamanya adalah rasa jamu.
Keluhan terutama untuk jamu DM
karena rasanya pahit. Tetapi secara
teknis pelaksanaan tidak ada kesulitan
yang berarti. Justru yang menjadi
penting adalah, bagaimana setelah
penelitian ini selesai. Di satu sisi pasien
masih ingin melanjutkan pengobatan
jamu, di sisi lain masa penelitiannya
hanya satu bulan. Karena setelah satu
bulan, ternyata masih banyak pasien
yang ingin melanjutkan pengobatan
jamu. “ Hampir 80 persen ingin
melanjutkan”, ujar dr. Danang.
Hak Kekayaan Intelektual
Saintifikasi Jamu tahap pertama
sudah selesai dilakukan. Hasilnya
berupa efektivitas jamu dalam
mengobati 4 penyakit akan
diumumkan pada akhir Oktober atau
awal November 2011 bersamaan
diselenggarakannya ASEAN Conference
Internatioanl Traditional Medecine
di Solo, Jawa Tengah. Tetapi dari hasil
evaluasi yang dilaksanakan pada
Agustus 2011, animo masyarakat
terhadap jamu tinggi, lebih dari
80 responden ingin melanjutkan
pengobatan dengan jamu, karena
badannya lebih segar, buang air besar
lebih lancar dibandingkan sebelumnya
dan lain-lain. Hal ini membuktikan
bahwa jamu memberikan manfaat
baik dalam menjaga dan meningkatkan
kesehatan maupun untuk mengobati
berbagai penyakit. Sebagai awal
program ada kendala yang dihadapi,
tetapi kendala-kendala tersebut
relative dapat diatasi. Kendala-kendala
yang belum terpecahkan, menjadi
masukan berharga untuk dilakukan
perbaikan guna penyempurnaan
penelitian-penelitian selanjutnya.
Keberhasilan Saintifikasi Jamu adalah
buah perjuangan panjang yang dirintis
Kementerian Kesehatan bersama
para mitranya. Karena itu Saintifikasi
Jamu adalah keberhasilan masyarakat
Indonesia dalam memajukan dan
menyejahterakan rakyat Indonesia.
Agar hasil kerja keras ini tidak
disalahgunakan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab, sudah
saatnya semua proses Saintifikasi
Jamu didokumentasikan dan bahan
serta hasilnya didaftarkan sebagai Hak
Kekayaan Intelektual Indonesia. Jangan
sampai di kemudian hari, bahan baku
obat Asli Indonesia dan hasil penelitian
Jamu dipatenkan oleh industri apalagi
Negara lain.§ Smd
Pelayanan
resep jamu
No.32/oktober/2011 Mediakom 31
Dr. Siti
Mahfudzah
Kepala Puskes Colomadu 1,
alumnus FK UNS Tahun 2003
--------------------------------------------------
Ikut pelatihan dokter Saintifikasi
Jamu angkatan ke-2, akhir
September sampai awal Oktober
2010 selama 50 jam atau satu
minggu. Dalam pelatihan dibekali
dengan teori penelitian, dilanjutkan
dengan ilmu tentang jamu di Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) Tawangmangu termasuk
kunjungan ke kebun tanaman obat,
etalase tanaman obat, sekaligus ke
Klinik Saintifikasi Jamu B2P2TOOT di
Tawangmangu.
Ketika mengikuti pelatihan dr.
Siti sedang mengandung. Sosialisasi
Saintifikasi Jamu kepada responden
dan penjaringan pasien baru
dilakukan usai cuti melahirkan.
Semua respondennya yang berjumlah
12 orang, responnya bagus.
Respondennya terdiri dari PNS
maupun pasien-pasien yang sudah
kenal baik. Awalnya, Jamu yang akan
digunakan untuk penelitian dipajang
M
enkes dr. Endang
Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr. PH, pada
tanggal 6 Januari 2010
di Kendal, Jawa Tengah
mencanangkan Saintifikasi Jamu.
Tujuannya memberikan landasan
ilmiah (evidence based) penggunaan
jamu secara emperis melalui penelitian
berbasis pelayanan kesehatan.
Mendorong terbentuknya jejaring
dokter atau dokter gigi dan tenaga
kesehatan lainnya sebagai peneliti
dalam upaya preventif, promotif,
rehabilitative dan paliatif melalui
penggunaan jamu. Meningkatnya
kegiatan penelitian kualitatif terhadap
pasien dengan penggunaan jamu.
Meningkatkan penyediaan jamu yang
aman, memiliki khasiat nyata yang
teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan
secara luas baik untuk pengobatan
sendiri maupun dalam fasilitas
pelayanan kesehatan.
Untuk mengetahui bagaimana para
dokter melakukan penelitian tentang
khasiat jamu dan bagaimana respon
responden dalam Saintifikasi Jamu,
Mediakom berbincang-bincang dengan
tiga peneliti Saintifikasi Jamu. Berikut
petikannya.
APA
KATA
DOKTER
JAMU?
MEDIA UTAMA
32 Mediakom No.32/oktober/2011	
di Puskesmas, sehingga menarik
perhatian beberapa pasien. “Bu niki
nopo to bu, saya mau bu”, ujar dr. Siti
menirukan pasiennya. Wah ini jamu dari
Klinik Hortus Medicus Tawangmangu .
Untuk penelitian terhadap 12 pasien.
Nanti kalau ada penelitian lagi, saya
usahakan, jawab dr. Siti.
Sebelum dilakukan penelitian, para
pasien dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu. Tetapi pasien yang menjadi
sasaran penelitian menginfokan ke
para tetangga secara “getok tular”.
Sehingg banyak pasien yang meminta
jamu. Kemudian saya informasikan
bahwa di Klinik Saintifikasi Jamu
“Hortus Medicus” milik B2P2TOOT
Tawangmangu sudah melayani
pengobatan dengan jamu.
Di tempat saya bertugas, Desa
Siaga-nya berjalan baik, dan Bu
Lurah sebagai Ketua PKK sangat aktif,
bahkan pernah mengajak piknik kader
PKK ke B2P2TOOT Tawangmangu.
Pada kesempatan tersebut juga
dimanfaatkan untuk berobat di klinik
Saintifikasi Jamu. Mereka bangga,
kendati harus merogoh kocek 20 ribu
rupiah untuk biaya sekali berobat.
Saya kebetulan juga konsumen
jamu, setiap melahirkan saya pakai
jamu, dan sekarang saya juga pakai
jamu untuk pelancar ASI. Hasilnya,
subhanalloh aman-aman saja dan saya
pernah gunakan yang pelancar ASI
ekstrak dari pabrikan ternnyata hasilnya
sama dengan yang digunakan untuk
penelitian, ujar dr. Siti.
Dr. Siti menceritakan, dalam
penelitian ada 1 pasien yang gagal
bukan karena jamu tetapi karena tidak
patuh dalam mengkumsi makanan.
Pasien yang dimaksud menderita
sakit gula, mestinya diet tetapi justru
, minum es cendol, es degan, tahu
bacem dan sebagainya. Akibatnya
pernah sampai muntah-muntah.
Ada satu lagi pasen PNS yang
menderita Diabetes Melitus (DM).
Selain minum jamu yang disediakan
juga dikonsultasikan ke ahli gizi.
Sebelum minum jamu, gula darahnya
348, setelah diobati dengan jamu
selama satu bulan gula darahnya turun
menjadi 156.
Semua pasien menyatakan rasa enak
di badan “seger”, meskipun kadang-
kadang, gulanya turunnya sedikit. Ada
satu pasien ibu-ibu, ketika ditanya
“pripun Bu kok mboten kontrol malih”(
bagaimana bu, kok tidak kontrol lagi?).
Kulo pun sekeco e bu (saya udah enak
bu), ujar dr. Siti menirukan pasiennya.
Biasanya kalau sakit DM seluruh
badannya sakit semua (neoropati),
tetapi setelah minum satu minggu
sudah merasa tidurnya enak,
kesemutannya berkurang. Satu lagi
pasien yang sudah sepuh, ketika
ditanya “ pripun mbah “? Jawabannya,
kulo mbucale (buang air besar) lancar,
padahal sebelum minum jamu buang
air besarnya tidak lancar, kata dr. Siti
menceritakan pengalamannya.
Dari semua formula, jamu untuk
DM rasanya paling pahit karena
merupakan campuran sambiloto dan
brotowali, kata para responden. Untuk
menghilangkan rasa pahit itu, kadang-
kadang pasien prustasi, akhirnya ada
yang ngemut gula,sehingga waktu
diperiksa gula darahnya naik lagi.
Tetapi jamu untuk kolesterol, asam
urat dan hipertensi umumnya bagus.
“Pasien saya sebelum pengobatan, gula
darahnya 180 dan 160 tetapi karena
kontrolnya baik, penurunnya signifikan”,
ujar dr. Siti. Jadi setelah penelitian
ini perlu tindak lanjut. Dari 12 pasien
tingkat keberhasilnya sekitar 85 persen
Dr. Siti menyarankan untuk
ke depan, Saintifikasi Jamu
membutuhkan dukungan semua
pihak, tidak bisa hanya dilakukan
Kementerian Kesehatan saja. Contoh,
penyediaan bahan baku obat, kalau
hanya dari B2P2TOOT Tawangmangu
tidak mencukupi, juga distribusinya ke
Puskesmas memerlukan dukungan.§
Dr. Supardi
Alumnus FK UMY Yogyakarta.,
Tahun 2002, PTT 1,5 thn di
Puskesmas Jatioso . Karanganyar.
Sekarang Kepala Puskesmas
Tawang Mangu, sejak 2006.
--------------------------------------------------
Seperti rekannya dr. Siti, pelatihan
Saintifikasi Jamu yang diikuti dr.
Supardi. Setelah pelatihan, dengan
motivasi, dukungan dan niat baik dari
Badan Litbangkes, saya tergugah
untuk ikut berperan dalam Saintifikasi
Jamu menuju kemandirian bangsa.
Indonesia mempunyai potensi tanaman
obat yang luar biasa kalau digali dan
ditekuni tetapi kelanjutannya perlu
dukungan semua pihak. Saya sebagai
dokter yang langsung berhubungan
dengan masyarakat, mengharapkan
para pengambil kebijakan meneruskan
penelitian ini untuk kemandirian
bangsa.
Empat penyakit yang menjadi sasaran
penelitian merata diderita masyarakat
berpenghasilan rendah maupun yang
ekonominya mapan. Dari keempat
formula tersebut respon pasien cukup
baik. Tetapi yang perlu diinformasikan
kepada mereka bahwa minum jamu
tidak seperti minum obat kimia, jamu
efeknya baru kelihatan setelah rata-rata
pengobatan minggu ke-3. Bahkan untuk
hipertensi pada minggu ke-4. Pada
minggu ke-3 tensinya masih fluktuatif,
tetapi setelah minggu ke-4 tensinya
sudah normal. “Dari pengalaman
ini mungkin sebaiknya penelitian
diperpanjng menjadi 3-4 bulan. Kalau
pengobatan baru berjalan satu sampai
dua minggu penurunannya baru
No.32/oktober/2011 Mediakom 33
dr. ItaKusumawati, M.Kes
Kepala Puskesmas Jenawi,
Alumnus FK UNS tahun 2000
----------------------------------------------------------------------------------
Awalnya para dokter Puskesmas di Kabupaten
Karanganyar direkrut B2P2TOOT Tawangmangu untuk
mengikuti program pelatihan Saintifikasi Jamu. Setelah
dilatih, kemudian diberikan bekal untuk melakukan
penelitian jamu berbasis pelayanan kesehatan. Menjadi
dokter Saintifikasi Jamu sangat menarik, karena harus
membandingkan sesuatu yang di bangku kuliah tidak
diterimanya yaitu jamu, ujarnya memulai percakapan.
Kebetulan, saya bertugas di daerah cukup terpencil
yaitu , di Puskesmas Gunung Lawu. Pasien yang
dijadikan obyek penelitian rata-rata 50-60 persen sudah
pernah menggunakan jamu. Jadi sosialisasi pengobatan
menggunakan jamu, tidak mengalami kesulitan. Baik
jamu untuk sekedar menjaga stamina seperti jahe, beras
kencur maupun jamu untuk terapi itu sendiri. Dalam proses
penelitian, banyak sekali liku-likunya, dr. Ita menambahkan.
Tetapi yang menarik, ada seorang pasien yang akhirnya
gagal terapi dalam pengertian drop out. Hanya karena “
kendil yang digunakan untuk merebus jamu” pecah sampai
ketiga kalinya. Akhirnya dia melapor “ sampun lah bu ,
kulo mboten usah melanjutkan saja”. Kejadian ini sudah
disampaikan sebagai masukan kepada Tim, untuk kedepan
selain jamu juga harus dipersiapkan kualinya.
Pihak B2P2TOOT sudah menyediakan paket jamu dalam
tas-tas, untuk satu minggu. Satu tas isinya 7 kantong, satu
kantong untuk sehari. Secara pribadi, Saintifikasi Jamu itu
positif . “Saya merasa ini suatu terobosan. Sebetulnya, kita
lihat dari segi masyarakat mereka butuh juga. Kalau pun
tidak diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan, mereka
akan mencari sendiri”, ujar dr. Ita.
Tetapi itu pengalaman emperis. Akan lebih bagus
lagi, kalau jamu diberikan oleh tim medis, distandarisasi,
dosisnya sudah diukur, juga sudah dicoba keamanannya dan
sebagainya. Dari segi masyarakat itu senang sekali. Kalau
dari kami (dokter), satu terobosan karena jamu itu memang
untuk penyakit-penyakit generatif. Lebih kepada yang
secara medis pun, contoh DM tidak ada obatnya. Jadi obat
DM adalah untuk mempertahankan kadar gula dalam posisi
terkontrol. Kalau menggunakan obat modern dalam jangka
waktu lama akan berefek pada ginjal dan sebagainya.
Tetapi dengan terapi jamu sangat efektif, karena tidak
berdampak negative, dr. Ita menambahkan.
Antusiasme
pasien itu
luar biasa.
Kendati pasien-
pasien yang
menjadi obyek
penelitian hanya
mendapatkan
jamu satu bulan.
Tetapi mereka
mengatakan,
Bu saya merasa
enak, gula saya
terkontrol, badan
saya jadi enteng.
Saya minta lagi.
Saudara saya
juga minta.
Ada juga yang
adiknya minta,
dr. Ita menirukan
pasiennya.
Menghadapi
banyaknya
permintaan
jamu, dr. Ita
awalnya bingung,
iki piye carane yo, kita kan hanya dijatah satu bulan.
Untuk mengatasi hal itu, dr. Ita berkoordinasi dengan
B2P2TOOT dan mereka dapat menyediakan jamu. 90
persen mereka ingin melanjutkan pengobatan dengan
jamu. Dari B2P2TOOT sudah menyatakan kesediaannya
untuk menyediakan bahan bakunya, tetapi karena di luar
penelitiana harus bayar. Mereka umumnya mau membayar.
Bahkan berapa pun mereka mau membayar. Lalu ada
kesepakatan dengan B2P2TOOT, karena di Klinik Saintifikasi
Jamu Hortus Medicus sekali berobat pasien membayar 20
ribu rupiah, maka pasien lanjutan juga dikenakan hal yang
sama.
Di Karanganyar sudah ada 18 dokter menjadi peneliti
Saintifikasi Jamu. Jadi seluruh kecamatan . Hasilnya
sudah disampaikan, secara umum 85 persen mengalami
perbaikan. Keluhan dari pasien, ada beberapa yang bersifat
mual, tetapi bisa diatasi dengan memberikan obat anti
mual. Ada pula pasien yang mual, tetapi setelah jamunya
ditambah madu, tidak mual lagi. Ada juga yang memakai
Antasit.§ Smd
sedikit”, ujar dr. Supardi.
Kendati penelitian sudah selesai,
ada beberapa pasien yang minta jamu
lagi karena kebugarannya meningkat,
badan lebih enteng, lebih nyaman,
makan lebih lahap dan sebagainya.
Ini yang tidak terdapat pada obat
konvensional, karena memang obat
konvensional satu obat untuk penyakit
itu tetapi untuk jamu ada beberapa
zat untuk mengatasi penyakit lain, dr.
Supardi menambahkan.
Dr. Supardi mengarapankan ke
depan kalau jamu dikembangkan
dengan baik, yang jelas potensinya
luar biasa dan sumber dayanya
lumayan banyak, maka pengobatan
jamu berbasis penelitian ini harus
berlanjut. Lebih ditingkatkan dan lebih
bersemangat terutama para pengambil
kebijakan.§
RAGAM
34 Mediakom No.32/oktober/2011	
umah sakit Dr.
Soeomo Surabaya,
telah membuka
poliklinik obat
tradisional. Pasien
yang berobat,
di tawarkan menggunakan obat
tradisional. Bila berkenan, pasien di
rujuk ke poli pengobatan tradisional.
Pasien di observasi dahulu oleh dokter,
kemudian mendapat obat racikan
tradisional sesuai dengan penyakit
yang diderita.
Selain itu, poli pengobatan
tradisional juga menyediakan
akupuntur, message (pijit) dengan
harga yang terjangkau. Poliklinik obat
R
RS Dr.Soetomo Surabaya buka
Poliklinik Obat Tradisional
tradisional RS.Dr.Soetomo bukan
hanya melayani resep obat tradisional,
tapi juga mengunakan sentuhan
kain batik sebagai ornament jendela,
bad, bantal dan aroma terapi harum
semerbak dalam ruangan.
Kehadiran poliklinik ini sungguh
menguntungkan. Masyarakat jadi
mempunyai pilihan untuk berobat.
Selain harga obat tradisional lebih
murah, khasiatnya pun manjur.
Kehadiran obat tradisional untuk
melengkapi obat modern.
Menurut dr. Arijanto Jonosewojo,
SpPD, kepala poliklinik pengobatan
tradisonal RS Dr. Soetomo, sejak
dibuka poliklinik obat tradisional
(POT), rumah sakit menggunakan
istilah sistem dua pintu. Ketika pasien
datang berobat, setelah dilakukan
diagnosis serta diketahui penyakitnya,
pasien akan ditawari, apakah akan
memanfaatkan pengobatan tradisional
atau pengobatan modern. Diharapkan
dengan penggunaan obat tradisonal di
rumah sakit, kelak akan menjadi tuan
rumah di negeri sendiri, serta menjadi
tamu terhormat di mancanegara.
Awalnya, POT tidak berjalan dengan
mulus, banyak yang meragukan
pengobatan tradisional ini. Setelah
beberapa tahun beroperasi dan
didukung penelitian tentang
manfaat obat tradisional, misal jahe,
temulawak, daun sambiloto dan
sebagainya. Kemudian para dokter
mendukung obat tradisional ini, kata
dr. Arijanto.
Sekalipun demikian, diagnosis
penyakit pasien tetap menggunakan
sarana teknologi kedokteran modern,
misalnya hasil laboratorium atau
rontgen. Seperti menggunakan
pengobatan modern.“Yang terpenting
dalam pengobatan tradisional juga
harus mengetahui secara jelas sakit
pasien melalaui diagnosis awal”
tambah dr. Arjianto.
Obat tradisional, juga sama dengan
obat modern bahwa ada jamu-
jamu tertentu yang sifatnya hanya
menghilangkan rasa sakit, tapi tidak
bisa mengobati sumber sakitnya.
Untuk itu, fungsi diagnosis sangat
penting, sehingga pengobatan tepat
sasaran.
“kehadiran obat tradisional fungsi
dan keberadaannya untuk saling
melengkapi obat-obat modern.
Banyak penyakit-penyakit tertentu
yang sampai saat ini belum ditemukan
obatnya oleh teknik pengobatan
modern, namun bisa disembuhkan
dengan obat tradisional”, ujar dr.
Arjianto.§ YN
dr. Arijanto
Jonosewojo, SpPD,
kepala poliklinik
pengobatan
tradisonal RS Dr.
Soetomo
No.32oktober/2011 Mediakom 35
itbang, sulit
berkembang. Begitu
pesimisnya seseorang
membuat joke dengan
institusi penelitian
dan pengembangan.
Semestinya, Litbangkes memang
menjadi lokomotif. Ia menjadi
penggerak, pendorong dan penarik
gerbong pembangunan kesehatan.
Ia juga memberi arah dan landasan
perencanaan pembangunan kesehatan.
Nah, seperti apakah cita-cita mulia
Badan Litbangkes yang bervisi lokomotif,
legitimator dan pengawal pembangunan
kesehatan ?
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan merupakan, unit yang
punya tanggung jawab mengelola
litbang bagi kebutuhan pembangunan
kesehatan Indonesia melalui Kemenkes.
Secara sederhana, Badan Litbangkes
harus mengelola litbang yang dapat
menjadi dasar perencanaan dan
pengorganisasian pembangunan
kesehatan (riset prasyarat), mengelola
litbang yang menjadi dasar dalam
pelaksanaan dan monev pembangunan
kesehatan (riset evaluasi), dan
mengelola pengembangan hasil riset.
Dalam mengelola visi, perlu
perencanaan yang baik, benar, efektif
dan efisien. Perencanaan secara
sederhana dimulai dari penetapan
rencana stratejik dan kebijakan
Kemenkes, sampai dengan implementasi
di Badan Litbangkes. Mulai dari
formulasi dan penetapan agenda
litbangkes. Dilanjutkan formulasi
protokol sampai dengan menyusun
rencana diseminasi dan utilisasi hasil
litbangkes.
L
PERANAN PERENCANAAN
Secara umum peran perencanaan
meliputi; Pertama, Penetapkan tujuan,
sasaran dan prioritas. Penetapan sasaran
dan prioritas untuk mencapai tujuan
yang ditentukan dalam rencana. Dalam
menyusun rencana, hal yang harus
dilakukan lebih dahulu harus mendapat
prioritas tertinggi. Pola prioritas tidak
kaku artinya dapat diubah sesuai dengan
dinamika atau kebutuhan.
Kedua, mobilisasi sumber. Suatu
rencana harus menetapkan pembiayaan
yang akan menjadi dasar mobilisasi
sumber-sumber yang perlu. Ada
beraneka ragam sumber eksternal dan
internal yang dapat di gunakan untuk
membiayai suatu rencana. Selain itu,
rencana harus menentukan kebijakan
dan piranti untuk memobilisasi
sumber yang dapat memenuhi
pembiayaan rencana dengan sudah
memperhitungkan segala kemungkinan.
Ketiga, administrasi yang efisien dan
tidak korup. Administrasi yang kuat,
efisien dan tidak korup adalah syarat
mutlak keberhasilan perencanaan.
Namun di sinilah sering ditemukan
kekurangan pengelola sehingga
dibutuhkan tenaga administrasi yang
cakap dengan tugas utama untuk
meyiapkan laporan kelayakan yang baik
mengenai rencana yang diusulkan.
Keempat, keseimbangan dalam
rencana. Suatu rencana harus menjamin
keseimbangan yang tepat dalam banyak
hal, kalau tidak akan muncul kelangkaan
atau surplus pada waktu rencana
dilaksanakan. Harus ada keseimbangan
antara dana yang dimiliki dan investasi
atau pembelanjaan, antara ketersediaan
dan permintaan, antara kebutuhan aset
manusia dan penyebarluasannya, dll.
Kelima, hemat struktur dan kaya
fungsi. Setiap usaha harus dibuat
berdampak positif dalam administrasi,
khususnya dalam pengembangan
unit-unit. Serta dukungan internal dan
eksternal merupakan faktor penting bagi
keberhasilan perencanaan. Perencanaan
memerlukan dukungan luas dari
lingkungan pembuat rencana dan
penerima rencana. Perencanaan harus
di atas kepentingan golongan/elemen
tertentu tetapi pada saat yang sama
harus mendapatkan persetujuan semua
golongan/elemen.
PERENCANAAN LITBANGKES
Badan Litbangkes sebagai unit
utama Kemenkes bertanggung jawab
mengelola litbangkes, seyogyanya
merencanakan litbangkes dengan
penggunaan sumber atau aset yang
dominan. Porsi kegiatan dan anggaran
litbangkes ideal adalah lebih besar
daripada kegiatan dan anggaran
rutin penggajian, pemeliharaan dan
operasional.
Proses perencanaan litbangkes
dalam implementasi dapat dibagi dua
jenis, meliputi 1) perencanaan mikro,
yaitu bagaimana litbangkes dapat
dilaksanakan sesuai kaidah ilmiah
dan etik, dan 2) perencanaan makro,
yaitu bagaimana litbangkes dapat
dimanfaatkan. Kedua jenis perencanaan
litbangkes ini harus dilakukan secara
pararel dan berkesinambungan.
Proses ideal perencanaan litbangkes
dimulai setelah ada agenda litbangkes.
Agenda litbangkes bila dipahami akan
memunculkan ide yang dilanjutkan
dengan memformulasikan protokol
Badan Litbangkes:
SUATU CATATAN
Nagiot Cansalony Tambunan, SKM, ME
Kasubbag Program, Sekretariat Badan Litbangkes, Kemenkes
RAGAM
36 Mediakom No.32/oktober/2011	
litbangkes (rencana konkrit litbangkes),
menyiapkan instrumen dan bahan
pendukung, menyusun orientasi hasil,
dan mengidentifikasi institusi sasaran
manfaat, sampai dengan menyusun
kebutuhan anggaran dan biaya.
Kualitas dari proses tersebut harus
dijaga, karena itu diperlukan mekanisme
yang bisa menyempurnakan protokol
dan menyusun rencana anggaran dan
biaya yang mengakomodasi protokol.
Mekanisme ini dikenal dengan seminar
protokol. Seminar ini harus melibatkan
pihak program teknis kesehatan dan
ilmuwan. Dalam hal ilmuwan, adalah
yang memiliki keahlian atau kepakaran
sesuai substansi dan juga ilmuwan yang
memiliki keahlian atau kepakaran yang
terkait substansi (beyond health).
Mekanisme di atas selalu ada di
Badan Litbangkes, mulai dari seminar
melibatkan Dewan Riset Nasional pada
periode-periode awal Badan Litbangkes,
seminar yang dikelola Panitia Pembina
Ilmiah (PPI) Badan Litbangkes dengan
seleksi in dan out, seminar internal
di satuan kerja dengan melibatkan
universitas, juga seminar yang dikelola
oleh Sekretariat dengan melibatkan
Komisi Ilmiah, Pengelola Program
Teknis Kesehatan, dan Universitas.
Tujuan seminar adalah sama, untuk
menyediakan rencana litbangkes
yang sesuai kaidah ilmiah, etik dan
bermanfaat.
Dengan semua pengalaman dan
kondisi mekanisme penjaminan
kualitas proses perencanaan litbangkes,
tentu perlu dinilai bagaimanakah
kualitas perencanaan litbangkes yang
sudah berjalan? Hal ini perlu karena
litbangkes dikelola untuk memberikan
bukti prasyarat dan evaluasi dalam
pengelolaan program teknis Kemenkes.
Berdasarkan peran perencanaan
secara umum di atas, dapat dibuat
daftar tilik untuk menilai hal tersebut,
yaitu:
Tujuan: Apakah tujuan sudah relevan
dan bermanfaat bagi program teknis
Kemenkes? Bagaimanakah prospek
pencapaian tujuan dengan rencana
tahapan implementasi?
Penetapan Sasaran dan Prioritas,
terkait tujuan litbangkes:
Apakah sasaran yang ingin dicapai
dalam tujuan sudah menyangkut hal
umum dan khusus dan dinyatakan
secara tegas?
Bagaimanakah prospek untuk
menentukan sasaran bisa dicapai?
Apakah alat ukur atau indikator sudah
tersedia?
Mobilisasi Sumber:
Apakah rencana sudah berhasil
mengidentifikasi sumber-sumber
internal dan eksternal (al. dana,
keahlian/kepakaran, lab, referensi, dll)?
Apakah rencana sudah
mengakomodasi kerjasama dengan
institusi lain terkait pengembangan
jejaring atau kemitraan berdasarkan
identifikasi sumber? Bagaimana
rencana mobilisasi sumber (al. dana,
keahlian/kepakaran, lab, dll) dalam hal
profesionalisme dan akuntabilitas?
Administrasi yang Efisien dan Tidak
Korup:
Apakah kelengkapan dokumen
rencana sudah layak sebagai protokol?
Apakah kebutuhan anggaran dan
biaya sudah memenuhi prinsip-prinsip
aturan keuangan yang berlaku?
Bagaimana penerjemahan kebutuhan
substansi dalam rencana anggaran dan
biaya?
Keseimbangan dalam Rencana:
Apakah rencana sudah mendukung
implementasi tugas dan fungsi?
Apakah permintaan dana dinilai layak
sesuai volume dan substansi?
Apakah penggunaan aset manusia
sudah sesuai dengan kebutuhan
protokol?
Bagaimana pengelolaan sumber daya
yang dimiliki dengan rencana kebutuhan
dalam protokol?
Hemat Struktur dan Kaya Fungsi:
Litbangkes harus memanfaatkan
sumber yang dimiliki Badan Litbangkes
dengan tidak menimbulkan ongkos
tambahan, al. pembentukan tim yang
melaksanakan tugas yang sudah menjadi
tugas unit kerja tertentu, atau unit
kerja yang melakukan tugas unit dari
organisasi lain
Kemitraan tidak membebani
anggaran Badan Litbangkes karena
prinsip win-win solution atau kesetaraan
Dukungan:
Apakah sudah relevan dengan agenda
litbangkes?
Apakah sudah mengakomodasi
kebutuhan Kemenkes?
Apakah sudah mendapat dukungan
dari peer group di lingkungan litbang dan
iptek?
Apakah protokol sudah diproses di
internal dan direkomendasikan oleh
reviewer peer group?
KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan publik yang dipahami dan
bermanfaat, sebagai salah satu indikator
yang menggambarkan keberhasilan
dari proses diseminasi dan utilisasi hasil
litbangkes, bisa tercapai melalui translasi
hasil litbangkes ke dalam rencana aksi
program atau kegiatan teknis Kemenkes.
Seperti diketahui, output dari litbang
Pertemuan
jaringan
Litbangkes.
No.32oktober/2011 Mediakom 37
adalah berbentuk laporan hasil, set
data, usulan HKI, HKI, publikasi dan opsi
kebijakan.
Namun dalam artikel ini lebih
ditekankan pada opsi kebijakan,
karena diharapkan ada manfaat hasil
litbangkes terhadap masyarakat
melalui implementasi kebijakan
publik, yang sebenarnya merupakan
bentuk kontribusi ideal litbang
terhadap pembangunan sesuai alasan
pembentukan pada awal Pelita II.
Translasi dalam hal ini akan
menghasilkan makalah dari hasil
litbangkes untuk pengambil/pembuat/
perumus kebijakan di Kemenkes.
Mengadopsi dari artikel Menjembatani
Penelitian dan Kebijakan, berikut adalah
beberapa upaya dalam menghasilkan
makalah tersebut, yaitu:
Menyediakan makalah kebijakan
dan makalah pembekalan kebijakan.
Makalah kebijakan ditujukan secara
khusus untuk menampilkan bukti-bukti
sebagai penyokong informasi bagi
suatu kebijakan. Makalah pembekalan
kebijakan ditulis dengan tujuan yang
sama, hanya saja lebih pendek (sekitar
1-6 halaman)
Menyediakan kriteria untuk menilai
makalah kebijakan dan makalah
pembekalan kebijakan. Tiga komponen
inti yang menandakan kualitas makalah
adalah: (i) menjelaskan inti persoalan
ii) memberikan pilihan solusi, termasuk
juga solusi yang dipilih oleh penulis
makalah; dan (iii) memuat kebijakan
yang direkomendasikan
Evaluasi meliputi ketiga komponen
inti tersebut, dijabarkan sebagai berikut:
Apakah klaim atas sesuatu disertai
oleh bukti yang mendukung? Apakah
argumen disampaikan dengan saling
berkaitan (koheren), contoh terkait:
Kejelasan sub-judul dan nomor.
Misalnya bagian awal jangan hanya
diberi label ‘Pendahuluan’; tapi harus
disertai penjelasan singkat tentang label
tersebut
Kalimat pembuka dari setiap
bagian membawa pada argumen yang
ingin disampaikan. Kalimat pertama
atau terakhir dari setiap paragraf
menunjukkan hal paling penting.
Penyampaian secara efektif dan mudah
dimengerti. Isi tulisan yang koheren.
Hal-hal tersebut memiliki satu
kesamaan tujuan, yaitu untuk
memungkinkan seseorang membaca
makalah secara sekilas namun masih
dapat menyerap keseluruhan argumen
yang disampaikan.
Apakah opsi kebijakan dipaparkan
dan dibandingkan sejelas mungkin?
Apakah ada penekanan lebih lanjut
terhadap opsi kebijakan yang
direkomendasikan?
Dalam elemen opsi kebijakan,
penasehat kebijakan perlu menunjukkan
keahlian yang dimiliki dan memberikan
argumen yang mendukung opsi
kebijakan yang dia rekomendasikan.
Ilmu kebijakan berorientasi pada
masalah dan tujuan yang ingin dicapai,
karena itu makalah kebijakan harus
membuktikan bahwa rekomendasi
yang diberikan merupakan suatu solusi
praktis atas isu yang diangkat, dengan
demikian memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi pembuatan kebijakan
dan komunitas kebijakan.
Bagaimana bagian penutup dan
rekomendasi merangkum keseluruhan
makalah secara jelas bagi para pembaca/
pengguna? Berikut daftar uji terkait:
Apakah bagian ini menyimpulkan
bagian utama dari studi yang dilakukan?
Apakah rekomendasi diberikan secara
logis dalam beberapa bagian serta
dipaparkan dengan jelas?
Apakah rekomendasi telah ditulis
secara efektif?
Apakah bagian penutup benar-benar
telah membuat pembaca/pengguna
merasa bahwa makalah tersebut telah
komplit?
Visi Lokomotif Pembangunan
Kesehatan menuntut Badan Litbangkes
mampu menyediakan arah dan acuan
untuk digunakan dalam mengelola
program atau kegiatan teknis Kemenkes.
Visi Legitimator Pembangunan
Kesehatan menuntut Badan Litbangkes
mampu memberikan bukti untuk
manajemen program atau kegiatan
teknis Kemenkes. Visi Pengawal
Pembangunan Kesehatan menuntut
Badan Litbangkes mampu memberikan
gambaran dinamika dan stratejik untuk
mencapai tujuan program atau kegiatan
teknis Kemenkes.
Dalam mencapai visi, Badan
Litbangkes harus mampu memberikan
data dasar, data mengenai hambatan
dan penerapan intervensi utama, data
kelayakan (hasil riset prasyarat); data
mengenai monitoring, evaluasi, dampak
dan manfaat (hasil riset evaluasi); dan
mengembangkan pendekatan baru,
efektivitas, dan peningkatan layanan
(hasil pengembangan, perekayasaan,
inovasi, dan invensi).
Perencanaan litbangkes yang
baik dan benar, efektif dan efisien
berpengaruh pada pembuatan
kebijakan pembangunan kesehatan oleh
Kemenkes. Semoga dengan catatan ini,
proses translasi hasil litbangkes menjadi
rencana aksi program dan kegiatan
teknis Kemenkes berjalan dengan
mekanisme yang tepat, sehingga asupan
kebijakan dari makalah kebijakan dan
makalah pembekalan kebijakan dapat
dipahami oleh pembuat, pembaca dan
pengguna makalah.§
Pertemuan
perencanaan
penelitian.
38 Mediakom No.32/oktober/2011	
untuk rakyat
erokoklah, asal tak
mengganggu orang
lain. Karena orang
lain juga punya
hak untuk tidak
terganggu asap
rokok. Perokok dan bukan perokok
terus berdebat, berargumen
menurut cara pandangnya sendiri,
sampai terasa tak berujung. Untuk
itu perlu aturan yang mengatur
keduanya, agar mendapat keadilan
untuk menikmati hidup. Sayang,
aturan itu belum terwujud.
Jalan panjang masih harus terus
ditempuh. Sebagian menanyakan
seperti lagunya Ting ting, sampai
dimana..dimana...dimana ?
Sejarah rokok dimulai saat
warga asli benua Amerika (Maya,
Aztec dan Indian) mengisap
tembakau pipa atau mengunyah
tembakau sejak 1000 sebelum
masehi. Tradisi membakar
tembakau kemudian dimulai untuk
menunjukkan persahabatan dan
M
SAMPAI DIMANA
RPP TEMBAKAU?
persaudaraan saat beberapa suku yang
berbeda berkumpul, serta sebagai
ritual pengobatan. Kru Columbus
membawa tembakau beserta tradisi
mengunyah dan membakar lewat
pipa ini ke “peradaban” di Inggris.
Namun demikian, seorang diplomat
dan petualang Perancis-lah yang justru
paling berperan dalam menyebarkan
popularitas rokok di seantero Eropa,
orang ini adalah Jean Nicot, darimana
istilah Nikotin (dari Nicot) berasal.
Setelah permintaan tembakau
meningkat di Eropa, budi daya
tembakau mulai dipelajari dengan
serius terutama tembakau Virginia
yang ditanam di Amerika. John
Rolfe adalah orang pertama yang
berhasil menanam tembakau dalam
skala besar, yang kemudian diikuti
oleh perdagangan dan pengiriman
tembakau dari AS ke Eropa. Secara
ilmiah, buku petunjuk bertanam
tembakau pertama kali diterbitkan di
Inggris pada tahun 1855.
Di Indonesia, Haji Jamahri dari
Kudus adalah orang yang pertama
kali meramu tembakau dengan
cengkeh pada tahun 1880. Tujuan awal
Jamahri adalah mencari obat penyakit
asma yang dideritanya, namun pada
akhirnya rokok racikan Jamahri
menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah
sebutan khas untuk menamai rokok
asal Indonesia, istilah ini berasal
dari bunyi rokok saat disedot yang
diakibatkan oleh letupan cengkeh
(kretek..kretek..).
Dari anggapan sebagai obat
penyembuh, lambang persahabatan
dan persaudaraan, rokok kemudian
berkembang menjadi simbol
kejantanan pria. Hal ini ditandai sejak
dijadikannya rokok sebagai ransum
wajib setiap prajurit saat Perang Dunia
Pertama.
Simbol rokok sebagai kejantanan
lelaki makin menguat sejak iklan
Marlboro Man. Iklan ini juga menjadi
simbol kebangkitan Philip Morris
sebagai produsen rokok terbesar di
dunia dengan bendera Marlboro.
Dengan iklan ini, Marlboro mengubah
image dari rokoknya perempuan
menjadi rokok laki-laki sejati.
Industri rokok mulai redup sejak
1964, sejak persatuan dokter bedah
Amerika mengeluarkan pernyataan
rokok mengakibatkan kanker paru-
paru. Iklan rokok di televisi mulai
dilarang sejak 1965 (Inggris) dan 1970
(Amerika). Peringatan kesehatan di
kemasan rokok mulai muncul sejak
1970, dan makin diperkuat dengan
peringatan melalui gambar.
Merokok ditempat umum mulai
dilarang pada tahun 1987 larangan
merokok di penerbangan, tahun 1993
larangan merokok ditempat publik
mulai dikenal di Amerika dan Inggris,
berlanjut dengan tahun 2003 saat
New York, London & Irlandia mulai
memberlakukan larangan merokok di
semua tempat tertutup. Tahun 1998
eksekutif perusahaan rokok terbesar
di Amerika mengeluarkan pengakuan
bahwa nikotin adalah candu, tuntutan
legal terhadap perusahaan rokok
mengakibatkan ganti rugi yang
mencapai 250 Triliun Dollar Amerika.
MASALAH AKIBAT ROKOK DI
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32
Mediakom 32

More Related Content

What's hot

Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdhaPembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdhaMahzar Wahyudi
 
Perilaku cerdik membangun generasi sehat
Perilaku cerdik membangun generasi sehatPerilaku cerdik membangun generasi sehat
Perilaku cerdik membangun generasi sehatRamlah Al Baseri
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih irmayani
Makalah pola hidup sehat  dan bersih irmayaniMakalah pola hidup sehat  dan bersih irmayani
Makalah pola hidup sehat dan bersih irmayaniSeptian Muna Barakati
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih ilawati
Makalah pola hidup sehat  dan bersih ilawatiMakalah pola hidup sehat  dan bersih ilawati
Makalah pola hidup sehat dan bersih ilawatiSeptian Muna Barakati
 
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes SurakartaPelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes SurakartaYunita Dipra
 
Satuan acara penyuluhan_cerdik
Satuan acara penyuluhan_cerdikSatuan acara penyuluhan_cerdik
Satuan acara penyuluhan_cerdikLelenFitri
 
Buku panduan Kader TB Paru
Buku panduan Kader TB ParuBuku panduan Kader TB Paru
Buku panduan Kader TB Paruhanglaho
 
Pelatihan kader usila puskesmas bungah
Pelatihan kader usila puskesmas bungahPelatihan kader usila puskesmas bungah
Pelatihan kader usila puskesmas bungahpuspitasari_whardani
 
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017Ditjen P2P Kemenkes
 
BUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA - PKK.pdf
BUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA -  PKK.pdfBUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA -  PKK.pdf
BUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA - PKK.pdfImPutri
 
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014Ditjen P2P Kemenkes
 
Pelatihan Kader TBC Tingkat Puskesmas
Pelatihan Kader TBC Tingkat PuskesmasPelatihan Kader TBC Tingkat Puskesmas
Pelatihan Kader TBC Tingkat PuskesmasDynReNagha
 
Diagnosa penyakit
Diagnosa penyakitDiagnosa penyakit
Diagnosa penyakitarieww
 
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca strokeHome visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca strokeUlfa Diya
 

What's hot (20)

Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdhaPembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha
 
Pedoman ART 2011
Pedoman ART 2011Pedoman ART 2011
Pedoman ART 2011
 
Perilaku cerdik membangun generasi sehat
Perilaku cerdik membangun generasi sehatPerilaku cerdik membangun generasi sehat
Perilaku cerdik membangun generasi sehat
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih
Makalah pola hidup sehat  dan bersihMakalah pola hidup sehat  dan bersih
Makalah pola hidup sehat dan bersih
 
Perilaku hidup bersih dan sehat
Perilaku hidup bersih dan sehatPerilaku hidup bersih dan sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih irmayani
Makalah pola hidup sehat  dan bersih irmayaniMakalah pola hidup sehat  dan bersih irmayani
Makalah pola hidup sehat dan bersih irmayani
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih ilawati
Makalah pola hidup sehat  dan bersih ilawatiMakalah pola hidup sehat  dan bersih ilawati
Makalah pola hidup sehat dan bersih ilawati
 
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes SurakartaPelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
Pelayanan Usia Lanjut Poltekkes Surakarta
 
Satuan acara penyuluhan_cerdik
Satuan acara penyuluhan_cerdikSatuan acara penyuluhan_cerdik
Satuan acara penyuluhan_cerdik
 
Buku panduan Kader TB Paru
Buku panduan Kader TB ParuBuku panduan Kader TB Paru
Buku panduan Kader TB Paru
 
Pelatihan kader usila puskesmas bungah
Pelatihan kader usila puskesmas bungahPelatihan kader usila puskesmas bungah
Pelatihan kader usila puskesmas bungah
 
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
 
BUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA - PKK.pdf
BUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA -  PKK.pdfBUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA -  PKK.pdf
BUKU PANDUAN KUSTA FRAMBUSIA - PKK.pdf
 
Kata pengantar
Kata pengantar Kata pengantar
Kata pengantar
 
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
 
Pelatihan Kader TBC Tingkat Puskesmas
Pelatihan Kader TBC Tingkat PuskesmasPelatihan Kader TBC Tingkat Puskesmas
Pelatihan Kader TBC Tingkat Puskesmas
 
Diagnosa penyakit
Diagnosa penyakitDiagnosa penyakit
Diagnosa penyakit
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih asni
Makalah pola hidup sehat  dan bersih asniMakalah pola hidup sehat  dan bersih asni
Makalah pola hidup sehat dan bersih asni
 
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca strokeHome visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
 
Makalah hidup sehat
Makalah hidup sehatMakalah hidup sehat
Makalah hidup sehat
 

Similar to Mediakom 32

Gaya hidup sihat
Gaya hidup sihatGaya hidup sihat
Gaya hidup sihatone piece
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia produktif
Andrew hidayat tetap sehat di usia produktifAndrew hidayat tetap sehat di usia produktif
Andrew hidayat tetap sehat di usia produktifAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapanAndrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapanAndrew Hidayat
 
Cth karangan gaya hidup sihat 1
Cth karangan gaya hidup sihat 1Cth karangan gaya hidup sihat 1
Cth karangan gaya hidup sihat 1ramlahcm69
 
Amalan membentuk gaya hidup sihat
Amalan membentuk gaya hidup sihatAmalan membentuk gaya hidup sihat
Amalan membentuk gaya hidup sihatnoor hasikim
 
24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptx
24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptx24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptx
24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptxUunRatriantari1
 
Ceramah gaya hidup SIHAT kospen
Ceramah gaya hidup SIHAT kospenCeramah gaya hidup SIHAT kospen
Ceramah gaya hidup SIHAT kospenDaniel Ds Farhan
 
5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikan
5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikan5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikan
5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikanOperator Warnet Vast Raha
 
Budaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkungan
Budaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkunganBudaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkungan
Budaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkunganRadenmas Pardisupardi
 
Definisi kesihatan
Definisi kesihatanDefinisi kesihatan
Definisi kesihatanraniastudio
 
Pola hidup-sehat-160216190608
Pola hidup-sehat-160216190608Pola hidup-sehat-160216190608
Pola hidup-sehat-160216190608Christian Atanila
 

Similar to Mediakom 32 (20)

Gaya hidup sihat
Gaya hidup sihatGaya hidup sihat
Gaya hidup sihat
 
Mediakom 33
Mediakom 33Mediakom 33
Mediakom 33
 
Phbs sekolah
Phbs sekolahPhbs sekolah
Phbs sekolah
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia produktif
Andrew hidayat tetap sehat di usia produktifAndrew hidayat tetap sehat di usia produktif
Andrew hidayat tetap sehat di usia produktif
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapanAndrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
 
Cth karangan gaya hidup sihat 1
Cth karangan gaya hidup sihat 1Cth karangan gaya hidup sihat 1
Cth karangan gaya hidup sihat 1
 
Pola hidup sehat2
Pola hidup sehat2Pola hidup sehat2
Pola hidup sehat2
 
Pola hidup sehat2
Pola hidup sehat2Pola hidup sehat2
Pola hidup sehat2
 
Amalan membentuk gaya hidup sihat
Amalan membentuk gaya hidup sihatAmalan membentuk gaya hidup sihat
Amalan membentuk gaya hidup sihat
 
24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptx
24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptx24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptx
24 Agustus Jabfung Ahli Star Prof.pptx
 
Abecell
AbecellAbecell
Abecell
 
Ceramah gaya hidup SIHAT kospen
Ceramah gaya hidup SIHAT kospenCeramah gaya hidup SIHAT kospen
Ceramah gaya hidup SIHAT kospen
 
5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikan
5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikan5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikan
5 kebiasaan sehat menangkal penyakit mematikan
 
Budaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkungan
Budaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkunganBudaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkungan
Budaya hidup sehat = sehat kesehatan pribadi-kesehatan lingkungan
 
Definisi kesihatan
Definisi kesihatanDefinisi kesihatan
Definisi kesihatan
 
Pola hidup sehat
Pola hidup sehatPola hidup sehat
Pola hidup sehat
 
Pola hidup sehat
Pola hidup sehatPola hidup sehat
Pola hidup sehat
 
Pola hidup-sehat-160216190608
Pola hidup-sehat-160216190608Pola hidup-sehat-160216190608
Pola hidup-sehat-160216190608
 
Pola hidup sehat
Pola hidup sehatPola hidup sehat
Pola hidup sehat
 
Pola hidup sehat
Pola hidup sehatPola hidup sehat
Pola hidup sehat
 

More from ppidkemenkes

Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013ppidkemenkes
 
Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013ppidkemenkes
 
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011ppidkemenkes
 
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012ppidkemenkes
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizippidkemenkes
 
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsPmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsppidkemenkes
 
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganPmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganppidkemenkes
 
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapisPmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapisppidkemenkes
 
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetisPmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetisppidkemenkes
 
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianPmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianppidkemenkes
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maretppidkemenkes
 

More from ppidkemenkes (20)

Mediakom 44
Mediakom 44Mediakom 44
Mediakom 44
 
Mediakom 43
Mediakom 43Mediakom 43
Mediakom 43
 
Mediakom 42
Mediakom 42Mediakom 42
Mediakom 42
 
Mediakom 41
Mediakom 41Mediakom 41
Mediakom 41
 
Info kita_juli
Info kita_juliInfo kita_juli
Info kita_juli
 
Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013
 
Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013
 
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
 
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
 
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsPmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
 
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganPmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
 
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapisPmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
 
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetisPmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
 
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianPmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maret
 
Mediakom39
Mediakom39Mediakom39
Mediakom39
 
Mediakom38
Mediakom38Mediakom38
Mediakom38
 
Mediakom37
Mediakom37Mediakom37
Mediakom37
 
Mediakom36
Mediakom36Mediakom36
Mediakom36
 

Mediakom 32

  • 3. ETALASE No.32/OKTOBER/2011 Mediakom 3 D Jamu, obat tradisional rakyat Indonesia. Mereka sudah menggunakan secara turun temurun, dari generasi ke generasi berikutnya. Entah kapan dan siapa yang mengawalinya. Kini, jamu telah merevolusi diri menjadi lebih moderen dalam penyajiannya. Awalnya, jamu disajikan dalam bentuk cair, dengan rasa pahit yang khas . Memang, beberapa jamu untuk penyakit tertentu, terasa sangat pahit, sehingga ada sebagian masyarakat yang tidak tahan dengan rasa tersebut. Seperti jamu sambiloto untuk penyakit gula darah (diabet). Tapi, seiring perkembangan ilmu dan teknologi, sekarang sudah ada dalam bentuk kapsul. Rasa pahit, tak terasa lagi. Jamu tersebut, selain menyembuhkan penyakit, juga menambah kebugaran tubuh. Ada ribuan jenis tanaman obat tradisional dapat hidup dan tumbuh di bumi Indonesia. Semua jenis tanaman obat itu dengan kombinasi ramuan tertentu dapat menyembuhkan banyak jenis penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak sehat atau penyakit tidak menular. Dampak jamu sebagai obat terhadap penyakit, tidak langsung, butuh waktu sampai tiga minggu, bahkan satu bulan. Kelebihan jamu, tidak berefek negatif terhadap kesehatan. Wajar, bila dr. Siti Mahfudzah, Kepala Puskesmas Colomadu 1 Jateng memilih “obatku jamu”. Kini, Kementerian Kesehatan melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Taman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Jawa Tengah, terus mengembangkan budidaya tanaman obat, bekerjasama dengan petani. Mengembangkan laboratorium, untuk menguji kualitas manfaat, mutu dan keamanan jamu. Juga terus melakukan penelitian untuk memperoleh bibit unggul berkhasiat tinggi. Bila ini terus dikembangkan dan mendapat dukungan semua pihak, tak menutup kemungkinan jamu akan menjadi penggerak ekanomi masyarakat, sekaligus menyehatkan, tanpa harus impor bahan baku jamu dari luar negeri. Secara lebih lengkap pembaca dapat menyimak rubrik media utama. Selain jamu, Mediakom juga mengetengahkan berbagai informasi menarik tentang dunia vektor, deklarasi bebas buang air sembarangan, Kemenkes mendapat predikat terbaik dalam pelayanan informasi publik dan kisah kepahlawanan, layak jadi teladan dalam bekerja. Tak ketinggalan rubrik potret dan lentera yang dikemas dalam bahasa sederhana. Selamat membaca...!§ drg. Murti Utami, MPH Mediakom Redaksi menerima naskah dari pembaca, dapat dikirim ke alamat email redaksi Obatku Jamu Susunan Redaksi Penanggung Jawab : drg. Murti Utami, MPH Redaktur : Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Editor/Penyunting : Mulyadi, SKM, M.Kes, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Busroni S.IP, Mety Setiowati, SKM, Aji Muhawarman, ST Desain Grafis dan Fotografer : Drg. Anitasari, M, Resti Kiantini, SKM, M.Kes, Dewi Indah Sari, SE, MM, Sri Wahyuni, S.Sos, MM, Giri Inayah, S.Sos., Wayang Mas Jendra, S.Sn Sekretariat : Waspodo Purwanto, Endang Retnowaty, Dodi Sukmana, S.I.Kom, Okto Rusdianto, ST, Yan Zefrial Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107, Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 Telepon : 021-5201590; 021-52907416-9 Fax : 021- 5223002; 021-52960661 Email: info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id Call Center: 021-500567
  • 4. DAFTAR ISI 4 Mediakom No.32/oktober/2011 3 ETALASE 6 INFO SEHAT 6 Kesehatan jemaah haji 7 KURANGI KEBIASAAN MAKAN BERLEBIH 8 SURAT PEMBACA 9 STOPPRESS 9 Kementerian Kesehatan raih predikat terbaik Keterbukaan Informasi Publik 10 MENGABARKAN KETERBUKAAN 12 Kiprah Kemenkes di TMMD Kubar 14 MEDIA UTAMA 14 Membudayakan Minum Jamu 16 Memberdayakan bisnis petani jamu 18 Mencetak Dokter Jamu 20 MENGURANGI KETERGANTUNGAN IMPOR BAHAN BAKU OBAT 23 Ayo Wisata Jamu 26 PEMBUKTIAN ILMIAH UNTUK MENJAMIN MUTU DAN KHASIAT JAMU 31 APA KATA DOKTER JAMU? 34 RAGAM 34 RS Dr.Soetomo Surabaya buka Poliklinik Obat Tradisional 35 Badan Litbangkes : SUATU CATATAN SAMPAI ACEH A A D D
  • 5. No.32/oktober/2011 Mediakom 5 38 38 41 42 42 deklarasi stop buang air besar sembarangan 46 49 49 54 59 Aceh Tabuh Genderang Lawan 62 62 66 68 70 UNTUK RAKYAT SAMPAI DIMANA RPP TEMBAKAU? KOLOM NASIONAL deklarasi stop buang air besar sembarangan salatiga miliki pusat duver DAERAH ACEH: Menuju Aceh Darussalam Aceh Merangkul Keswa Aceh Tabuh Genderang Lawan Malaria POTRET Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS SIAPA DIA Dik Doank irene kharisma Nurul arifin RESENSI BUKU LENTERA
  • 6. INFO SEHAT 6 Mediakom No.32/oktober/2011 Kesehatan bukan segalanya tapi tanpa kesehatan segalanya tidak akan pernah ada. Haji merupakan rukun Islam yang ke 5 (lima). Haji adalah perlehatan akbar yang berlangsung rutin (tiap tahun) di kota Makkah dan Masya’ir Al muqoddasah (Arafah. Muzdalifah, Mina) Haji merupakan aktifitas ibadah yang didasari oleh “Napak Tilas” dari apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya dan tata caranya dicontohkan melalui Nabi Muhammad saw. Kita perlu mempersiapkan kesehatan karena: di tanah suci perbedaan Geografi (iklim, keadaan alam), saat ini musin dingin (-50 C s/d 100 C), Madinah lebih dingin dari Mekkah. Kelembaban udara sangat rendah 300 C s/d 400 C (di Indonesia 900 C). Perbedaan Waktu (kalau 4 jam), maka jam biologispun berubah seperti jam tidur, BAB dan lain sebagainya), Perbedaan situasi dan konsidi (dalam Kesehatan jemaah haji waktu bersamaan berada dalam 1 tempat, melakukan kegiatan yang sama), Perbedaan Sosio-Kultural antar bangsa. Haji merupakan ibadah Rukun yang cukup berat (dibanding ibadah lain), karena melibatkan beberapa aspek yaitu fisik, psikis (mental), finansial, sosial dan pengetahuan. Misalnya untuk kesehatan harus ada pengelompokan risiko tinggi yang bertujuan untuk memudahkan para petugas kesehatan dalam pengelolaan kesehatan jamaah haji. Yang harus dilakykan bagi orang yang sudah mempunyai penyakit yaitu: Konsultasi rutin dari sekarang (dokter pribadi, Puskesmas, RS), Harus tahu obat-obatan yang wajib dibawa dengan dosis dan jumlahnya. Biasakan hidup sehat dengan gaya hidup dan kebiasaan, bila perlu membawa surat pengantar dari dokter yang merawat untuk dokter kloter. Tips sehat pada saat melaksnaakan haji, adalah: Siapkan mental (Zero Mind Process), keluar pemondokan seperlunya/ibadah, jangan terlalu memaksakaan diri, biasakan memakai masker (tempat-tempat keramaian), minum air yang banyak (min 4 liter/ hari) hindari minum es/minum dingin ( bagi yang bermasalah), selektif terhadap makanan (gizi, pantangan, alergi), jangan menahan buang air, jika ada gejala sakit, segera datangi petugas kesehatan. § YN Persiapan peralatan ----------------------------------------------- Jaket/mantel, sweter, kain ihrom yang tebal, paying, kacamata hitam, masker (musin dingin) Bawa vitamin, food suplement seperlunya Penyakit yang yang sering terjadi saat menjalankan ibadah haji di tanah suci ----------------------------------------------- • Saluran pernapasan • Saluran pencernaan • Rehidrasi • Kardiovaskuler • Cerebrovaskuler • Neoropsikiatrik • Penyakit menular • Endokrin • Penyakit kulit, ginjal, hati (lever) dll. ILI ( Influenza Like Illness) sering terjadi, dengan ciri-ciri seperti ----------------------------------------------- • Infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus dengan gejala mirip influenza • Batuk kering, demam (38,5 C) menggigil, pegal-pegal, nyeri otot dan persendian, sakit kepala, sakit tenggorokan , hilangnya nafsu makan • Tidak seperti pilek biasa, tidak disertai dengan hidung tersumbat atau berair • Segera temui tenaga medis, petugas haji lainnya • Minum yang banyak, makan cukup (buah) food Suplement (vitamin C dosis tinggi)
  • 7. No.32/oktober/2011 Mediakom 7 Berapa banyak resolusi sehat yang Anda buat tahun ini? Daripada terbebani dengan banyak target kenapa tidak mencoba melakukan yang paling gampang. Mulailah hindari makanan yang berlebih. Bukan lagi rahasia umum, kalau kebiasaan makan berlebihan bisa menimbulkan risiko penyakit seperti diabetes, obesitas atau penyakit kardiovaskular. Tapi kenyataannya, mengubah pola makan tidaklah mudah. Aktifitas sehari-hari yang banyak menyita waktu sering kali membuat seseorang tidak sempat memilih dan mengatur berapa makanan yang sudah dikonsumsi. Tanpa disadari, makanan yang masuk berlebihan dan banyak mengandung kolesterol. Memasuki waktu istirahat siang di kantor misalnya, kadang menjadi dilema dalam memilih menu makan yang akan dikonsumsi. Begitu banyak pilihan makanan yang disajikan setiap rumah makan yang dekat dengan kantor, tapi jarang sekali tersedia makanan yang benar-benar sehat, sayuran misalnya. Kalau sudah begini jangan kaget jika kadar kolesterol (lemak jahat) meningkat gara-gara kebiasaan makan makanan yang berlebihan dan kurang serat. Ancaman penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar terhadap orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol 200-240 mg% dibanding dengan yang kadar kolesterolnya di bawah 200 mg%. Bahkan ancaman tersebut akan meningkat menjadi 4 kali lebih besar apabila kadar kolesterol mencapai di atas 300 mg%. Para pakar kesehatan tidak melarang makan enak asalkan setelah makan diimbangi dengan aktivitas fisik.§ AM, dari berbagai sumber KURANGI KEBIASAAN MAKAN BERLEBIH 5. Jangan makan terlalu cepat karena dengan makan cepat orang cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak dibanding orang yang makan dengan santai. 1. Membiasakan sarapan karena makan pagi sangat penting untuk mengurangi rasa kelaparan di siang hari yang memicu orang makan banyak. Mulailah mengurangi porsi makan yang besar dengan kebiasaan berikut 2. Disela-sela makan 3 kali sehari, Anda masih bisa menyelingi dengan makan buah sebagai ganti makanan gorengan atau yang manis-manis. 3. Hindari stres karena bisa memicu seseorang makan tanpa terkontrol 6. Usahakan tidak makan berat 1-2 jam sebelum tidur. 4. Kurangi so- dium dan banyaklah minum air putih. Sodium tak hanya ada pada makanan yang asin tapi ma- kanan kaleng juga banyak mengandung sodium yang malah mengikat air dalam tubuh dan membuat perut terlihat lebih bergelambir.
  • 8. SURAT PEMBACA 8 Mediakom No.32/OKTOBER/2011 Redaksi Mediakom telah menetapkan 10 (sepuluh) orang pemenang dengan 3 buah jawaban sebagai berikut : JAWABAN 1. Anak Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia. 2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 3. Disebut perokok pasif. Perokok pasif sama bahkan dua kali berisiko terhadap kesehatan. Pemenang Kuis : 1. Mansur TP, SKM, M.Kes Kepala Puskesmas Balocci KEPULAUAN SULAWESI SELATAN No HP : 085656863xxx 2. Javed S Mataputung Puskesmas Cijagang Kecamatan Cikalong Kulon Kab. Cianjur No HP : 081586562xxx 3. Mikindarti, SKM Perum. Trias Estate Blok. H10/35 RT. 006/010 Bekasi – Jawa Barat No HP : 081387843xxx 4. drg. Dedi Dumayanto Puskesmas Tanjung Marulak Kec. Rambutan, Kota Tebing Tinggi – Sumatera Utara 20615 No HP : 081260651xxx 5. Tamrin Togatorop, S.Kep,.Ns Jl. Emas No. 13 Salak Provinsi Sumatera Utara 22272 No HP : 085261888xxx / 085373773xxx 6. Birman Mukron Jl. Pahlawan XII Desa Petaling, Kec. Mendo Barat, Kab. Bangka Provinsi Bangka Belitung 33173 No HP : 081367425xxx 7. Regina, A.Md RSUD Harapan Insan Sendawar Sendawar – Kuta Barat 75576 No HP : 085250432xxx 8. Ahmad Taufik Azis, SKM Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan 91611 No HP : 081355691xxx 9. Delri Soni, SKM, MKM Puskesmas Air Santok Kota Pariaman- Sumatera Barat No HP : 081374877xxx 10. drg. Rosnaniar Puskesmas Kampung Baqa Samarinda Seberang Kalimantan Timur No HP : 08125843xxx MediaKuis 1. Sebutkan salah satu tujuan saintifikasi jamu? 2. Kementerian Kesehatan RI memiliki unit penelitian dan pengembangan khusus jamu yang di sebut B2P2TOOT, apa kepanjangan B2P2TOOT? dan dimana lokasinya? 3. Apa nama Klinik Saintifikasi Jamu milik B2P2TOOT Tawangmangu? Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi). Jawaban dapat dikirim melalui : Email : kontak@depkes.go.id Fax : 021 - 52907421 Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan Jawaban diterima redaksi paling lambat minggu keempat (terakhir) bulan November 2011. Nama pemenang akan diumumkan di Majalah Mediakom edisi XXXIII Desember 2011. 10 Pemenang MediaKuis masing-masing akan mendapat T-Shirt unik dari Mediakom. Hadiah pemenang akan dikirim melalui pos. Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI. PERTANYAAN: Kami akan menunaikan haji tahun 2011 ini (1432 H). Sesuai dengan ketentuan yang ada kami diwajibkan untuk pemeriksaan kesehatan termasuk imunisasi meningitis. Apakah memang kami diharuskan membayar untuk imunisasi tersebut yang katanya digratiskan oleh Pemerintah. Kami dan saudara-saudara kami di daerah lain yang akan menunaikan ibadah haji juga dikenakan biaya antara Rp 230 ribu – Rp 280 ribu untuk kepentingan imunisasi tersebut. Kami sudah membayar biaya haji sesuai dengan ketentuan Pemerintah, namun kami masih dibebani biaya imunisasi meningitis tersebut. Kami menanyakan apakah imunisasi itu memang gratis atau ada pungutan oleh oknum kesehatan di daerah? Dari seorang Calon Haji Di Daerah JAWABAN: Sesuai UU Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan bagi jamaah haji. Tugas perlindungan tersebut diperkuat dengan Nota Diplomatik Kerajaan Arab Saudi No. 558/PK/VI/06/61 yang menyatakan setiap calon jamaah haji harus diberikan imunisasi meningitis meningococcus untuk mendapatkan visa. Kementerian Kesehatan telah meng­ alokasikan dana untuk pengadaan dan distribusi vaksin meningitis meningo­coccus pada 33 Dinas Kesehatan Provinsi di seluruh Indonesia sesuai data kuota calon jamaah haji per provinsi dari Kemen­terian Agama. Kementerian Kesehatan telah membuat surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang menyatakan pelaksanaan vaksinasi meningitis meningo- coccus ACW 123Y bagi calon jamaah haji 2011 tidak dikenakan biaya (gratis). Kementerian Kesehatan juga telah melakukan sosialisasi melalui media tentang pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelaksanaan bagi calon jamaah haji di Pus- kesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Mengenai biaya yang dibebankan sebesar Rp 230-280 ribu, biaya tersebut bukan untuk biaya imunisasi karena imunisasi diberikan gratis. Biaya tersebut merupakan kewenangan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai Pe- raturan Daerah (Perda) setempat untuk biaya pemeriksaan kesehatan penunjang sesuai dengan indikasi medik dan biaya vaksinasi in- fluenza. Vaksinasi influenza sangat disarankan namun bukan program yang diwajibkan oleh Pemerintah. Vaksinasi influenza akan dikena- kan biaya sesuai dengan ketentuan Perda Kabupaten/Kota setempat. Demikian jawaban kami dan semoga Anda dapat menunaikan ibadah haji dengan baik dan menjadi haji yang mabrur. Amin.. PTRC Kemenkes (kode lokal setempat) 500567 PENETAPAN PEMENANG MEDIA KUIS EDISI 31 AGUSTUS 2011
  • 9. No.32/oktober/2011 Mediakom 9 omisi Informasi Pusat (KIP Pusat) memberikan piagam penghargaan bagi 10 badan publik terbaik dalam memberikan pelayanan informasi melalui situs. Acara pemberian penghargaan tersebut disampaikan Ketua Komisi Informasi Pusat, Abdul Rahman Ma’mun pada diskusi publik memperingati hari “Hak untuk Tahu” (International Right to Know Day) yang diperingati setiap tanggal 28 September. Diskusi Publik mengambil tema “Respon Badan Publik pasca 1,5 tahun diberlakunya UU no.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”, sebagai implemantasi UU No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang berlaku sejak tahun 2010. Adapun 10 badan publik yang memperoleh penghargaan yakni; 1) Kementerian Komunikasi dan Informatika, skor 68.0, 2) Kementerian Keuangan, skor 62, 3) Dewan Perwakilan Rakyat, skor 57, 4) Kementerian Perhubungan, skor 57.0, 5) Kementerian Pekerjaan Umum, skor 53.9, 6) Mahkamah Agung, skor 51.0, 7) Kementerian Pertanian, skor 51.0, 8) Kejaksaan Agung skor, 50.6, 9) Kementerian Kesehatan,  skor 50.2, 10) Kementerian Kehuatanan, skor 49.4. Penilaian Penghargaan ini dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria, yaitu : informasi terkait badan publik (profile, dsb), informasi terkait kegiatan dan kinerja badan publik, informasi mengenai laporan keuangan dan informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang—undangan. Hak untuk tahu adalah hak asasi setiap warga negara telah dijamin konstitusi, tercantum pada pasal 28f UUD 1945, “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh Kementerian Kesehatan raih predikat terbaik Keterbukaan Informasi Publik stoppress informasi terpenuhi sejak berlakunya UU KIP. Namun demikian, meskipun ada Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), keterbukaan tidak bisa dimaknai sebebas-bebasnya. Masyarakat harus tetap dalam koridor memperoleh informasi sejalan dengan aturan main yang ada. Dalam UU KIP disebutkan ada prosedur dan syarat untuk menjaga keterbukaan informasi publik. Disamping itu, hendaknya badan publik memaknai keterbukaan informasi publik lebih dari kewajiban, melainkan kebutuhan dari setiap badan publik karena dengan menjalankan UU KIP, badan publik dapat mengekspos atau memberitahukan kepada publik apa yang sudah dikerjakan dan yang belum dikerjakan sehingga menjadi jelas.§ Dyah K informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. Ketua Komisi Informasi Pusat, Abdul Rahman Ma’mun mengatakan “Hari Hak untuk Tahu” yang diperingati setiap tahun sekali harus dijadikan sebagai momentum refleksi atas jaminan hak memperoleh informasi. Sejauhmana hak publik mendapatkan dr. Murti Utami, MPH (empat dari kanan) menerima penghargaan dari KIP mewakili Kemenkes.
  • 10. stoppress 10 Mediakom No.32/oktober/2011 agi Kementerian Kesehatan, penghargaan ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, mengingat upaya yang dilakukan dalam mewujudkan struktur PPID ini memakan waktu yang cukup lama. Kemenkes selama ini dengan sangat intensif mendorong seluruh jajarannya untuk menjalankan filosofi keterbukaan informasi publik. Oleh karena itu, pada tahun 2010, Struktur PPID telah disahkan melalui keputusan Menteri Kesehatan RI. B Struktur PPID Kemenkes terdiri atas PPID Pembina (Menteri Kesehatan), PPID Utama (Sekretaris Jenderal), dan PPID Pelaksana yaitu para Sesditjen/ Sesbadan dan PPID Pelaksana Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Unit Utama, serta Pusat Komunikasi Publik selaku PPID Pelaksana Sekretariat
  • 11. No.32/oktober/2011 Mediakom 11 MENGABARKAN KETERBUKAAN Jenderal. Dalam pelaksanaan tugasnya, PPID Utama dan PPID Pelaksana dibantu oleh para pelaksana tugas kehumasan atau penyedia informasi di unitnya masing-masing. Hal ini merupakan bentuk komitmen yang patut dibanggakan bagi para pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan, khususnya para pejabat eselon 1 dan 2. Di beberapa badan publik lain, pejabat tinggi (eselon 1 dan 2) masih belum bersedia menjadi PPID Utama, karena khawatir jika harus menghadapi masalah sengketa informasi dengan masyarakat. Tingkat keresahan para pejabat publik masih begitu tinggi, sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan struktur PPID yang mempengaruhi terlambatnya implementasi UU KIP. Tentu saja PPID Kemenkes juga masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam memberikan pelayanan informasinya kepada publik. Keterbatasan tersebut antara lain bervariasinya sikap Satker Kemenkes yang masih harus diberikan pengertian mengenai pentingnya pemberian informasi kepada masyarakat. Tingkat penolakan sebagian Satker terhadap UU KIP masih cukup besar, diperkirakan karena kekhawatiran pihak terkait mengenai data yang diminta. Misalkan RKAKL, DIPA, atau Laporan Keuangan, yang bagi sebagian Satker adalah merupakan dokumen yang perlu dirahasiakan. Sekalipun, menurut UU KIP dan Surat Edaran Komisi Informasi, dokumen itu merupakan informasi terbuka. Untuk itu PPID Kemenkes terus menerus melakukan pembenahan secara internal terkait pelayanan informasi publik kepada masyarakat. Dengan niat baik untuk memberikan pelayanan informasi yang terbaik, khususnya di bidang kesehatan bagi masyarakat Indonesia, diharapkan pelaksanaan UU KIP dapat dijalankan tanpa hambatan yang berarti di masa depan. DIS Pojok Informasi Kemenkes
  • 12. stoppress 12 Mediakom No.32/oktober/2011 ada hari Senin, 10 Oktober 2011, dilakukan upacara pembukaan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-87, di Lapangan Linggar Amer, Kec. Linggang Bigung, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bertindak selaku inspektur upacara Kasad Jend. TNI Pramono Edhie Wibowo. Dihadiri sejumlah undangan antara lain Gubernur Kaltim, Bupati Kutai Barat, Dirjen BUK mewakili Menkes, dan juga perwakilan dari Kemendiknas, Kemenpu, Kemenpora, Kemendagri dan Kemenkop UKM. Upacara diikuti para anggota TNI peserta TMMD, Polisi, Satpol PP, Pramuka dan pelajar. Dalam upacara pembukaan TMMD, Dirjen BUK Kemenkes, dr. Supriatoro, Sp.P mewakili Menkes menyerahkan bantuan berupa RS Bergerak untuk TNI dengan penempatan di wilayah Sintang, Kalbar yang berbatasan dengan Malaysia, Ambulans, dan obat-obatan untuk bakti TMMD. Disamping itu, diserahkan juga bantuan Kemenkes untuk Propinsi Kaltim, berupa Puskesmasling air untuk wilayah pedalaman Kaltim dan ambulan darat untuk Puskesmas di perbatasan Malaysia. Sasaran fisik TMMD di Kubar antara P lain melakukan pembuatan jalan di Kampung Linggang Amer, rehabilitasi SDN 7 Kampung Mancong, Tanjung Isuy, rehabilitasi gereja katolik di Kampung Long Apari, pembuatan saluran irigasi di Kampung Saka Tada, pembuatan MCK di Kampung Tanjung Haur, serta semenisasi di Kampung Gunung Rampah. Sementara untuk kegiatan nonfisik, dilakukan penyuluhan kesadaran berbangsa dan negara, pembinaan UKM, Lalu Lintas, Kesehatan dan juga bakti sosial kesehatan. Kegiatan lain yakni bakti sosial kesehatan, meliputi operasi katarak gratis yang diikuti sekitar 100 warga miskin, khitanan massal yang diikuti
  • 13. No.32/oktober/2011 Mediakom 13 Kiprah Kemenkes di TMMD Kubar sekitar 200 anak dan pemeriksaan kesehatan gratis, yang berlokasi di lapangan Linggar Amer. Disamping itu TNI bekerja sama dengan Kemenkes menggelar operasi bibir sumbing yang berlokasi di RS AD di Balikpapan. Kegiatan TMMD 87 bertujuan memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dan mempercepat pembangunan desa. Dipilihnya Kab. Kubar sebagai tempat pembukaan TMMD, karena kabupaten itu merupakan daerah perbatasan yang perlu mendapatkan perhatian. TMMD sendiri serentak dilakukan di 61 kabupaten/kota, 81 kecamatan, 162 kelurahan/desa di Indonesia.§ Teguh TNI bersama Kemenkes menggelar bakti sosial
  • 14. MEDIA UTAMA 14 Mediakom No.32/oktober/2011 MEDIA UTAMA S aya mempunyai penyakit darah tinggi. Jika sedang kambuh, akan mempengaruhi kegiatan sehari-hari, seperti susah tidur dan sakit kepala. Berobat ke dokter, kemudian diberi obat penurun tekanan darah, tetapi saya menjadi ketergantungan. Jika obat habis, maka tekanan darah segara naik. Atas saran dari seorang relasi, saya menggunakan jamu dari Klinik Saintifikasi Jamu. Setelah menjalani selama 6 bulan, saya merasakan kemajuan dan tekanan darah cenderung stabil. Disamping itu, menurut saya jamu mempunyai efek samping yang sedikit, Tutur Joko Daryanto (56 th), Kemunung Rt 4 / Rw 02, Ngaryonyoso, Karanganyar. Ditengah meroketnya harga obat, bagi orang miskin menjadi takut untuk berobat ke pelayanan kesehatan. Apalagi untuk penyakit tertentu seperti darah tinggi, dapat menyebabkan ketergantungan dan berdampak negatif pada kesehatan tubuh lainnya. Untuk itu, jamu layak menjadi alternatif. Mengapa harus jamu? Menurut Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Taman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Jamu sebagai salah satu alternatif untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Disamping secara turun temurun dari dulu nenek moyang mencontohkan memelihara kesehatan dengan jamu. Termasuk juga untuk mengobati. Budaya ini sebagai modal untuk mengembangkan jamu yang selama ini mulai terlupakan. “Sesungguhnya Indonesia ini memiliki kekayaan yang luar biasa, namun belum terangkat secara ilmiah, artinya belum terdokumentasi dengan baik. Selama ini hanya dari mulut ke mulut, yang menyebakan tidak semua orang dapat membaca” tutur Indah. Selain itu, Indonesia mempunyai 1248 suku dan sub suku dengan kearifan lokal ramuan-ramuan. Kekayaan yang luar biasa ini semestinya dapat menggugah kembali penggunaan jamu sebagai alternatif pelayanan kesehatan. Ternyata, jamu bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan, Membudayakan Minum Jamu
  • 15. No.32/oktober/2011 Mediakom 15 tapi juga mendorong perekonomian mikro masyarakat dari rumah tangga dan suatu saat akan menjadi arus utama perekonomian. “ Tahun 2009 Pak SBY pernah bilang bahwa jamu ini bisa menjadi arus utama perekonomian Indonesia”, ujar Indah. Sekedar contoh; di Tawangmangu saja, selama ini petani lebih suka menanam yang cepat menghasilkan uang seperti menanam kol, daun bawang, dll. Dua bulan daun bawang sudah dapat dijual, tapi harganya berapa? Kadang sekilo cuma Rp 500,-. Kalau lagi bagus bisa dapat 4000, kalau hujan Rp 500,- saja. Ternyata tanaman obat seperti jahe, dalam 6 bulan sudah panen dengan harga mulai Rp 120.000-Rp 125.000 per kilo. Dulu jahe itu paling hanya Rp 20.000,-. Karena masyarakat dan industri membutuhkan dalam jumlah besar, sehingga jahe menjadi salah satu komoditi yang menjanjikan. Untuk hal ini, masyarakat ini perlu mendapat informasi. “Kadang-kadang masyarakat sebelum melakukan sesuatu pasti menanyakan untung saya apa? ”, kata Indah. Menurut Indah, sebagian besar masyarakat tidak sabar menunggu 8-9 bulan, padahal tanaman jenis purwoceng, 1 Kg kering mencapai Rp 1 juta rupiah lebih. Selama ini purwoceng hanya tumbuh dipegunungan Dieng, ternyata di Tawangmangu dapat tumbuh juga. Kalau banyak masyarakat menanam, kemungkinan harganya jatuh. Untuk itu perlu dibentuk konsorsium bahan baku yang menjamin pembeli dari Pemerintah, seperti bulog. Kepala Badan B2P2TO-OT ini juga menceritakan khasiat Stevia. Tanaman jamu untuk pemanis alami non kalori. Berbeda dengan pemanis yang di supermarket. Itu terbuat dari jagung dan masih menyisakan kalorinya. “Waktu itu saya ditantang pak Presiden, mengapa tidak memproduksi secara luas, supaya dapat membantu penderita Diabetes. Padahal hasil Riset kesehatan dasar menunjukkan prevalensi diabetes tinggi. Bahkan sekarang usia yang terkena diabetes semakin muda, seperti remaja”, ungkap Indah. Atas dasar tantangan itu, belakangan ini Kementerian Kesehatan, dari Badan Litbang sudah kerjasama dengan Indofarma untuk pemandirian bahan baku artemisinin. Selama masih ini impor dari Vietnam dan India untuk anti malaria. Apalagi Malaria sekarang prevalensinya masih tinggi. Artinya Kementerian Kesehatan telah mengambil tindakan nyata, dari pada terus impor, sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan. Kepala B2P2TO-OT Tawangmangu, terus mendekati petani agar tetap sabar menanam jamu. Ia membina dengan mengadakan pertemuan sekali setiap dua bulan, memberikan benih, terkadang hadiah dan melakukan berbagai pendekatan dari hati ke hati. Ibu dua anak ini berharap, kelak petani dapat meningkat taraf hidupnya, termasuk bersedia menjual hasil panen jamunya ke Klinik Jamu Tawangmangu. Tapi apa dikata, setelah panen jamu, ada saja petani yang menjual hasil panen ke tempat lain, padahal hanya mengejar selisih harga Rp 50,-/ kg. Hal ini bukan untuk dikeluhkan atau disesali. Justru menjadi pendorong untuk membina petani lebih baik lagi. “Dengan kesungguhan dan kesabaran untuk terus membina. Sekarang Al- hamdulillah, semua petani sudah memahami maksud dan tujuan pimbinaan yang dilakukan selama ini”. Ujar Indah. Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari penyediaan bibit obat, pembinaan petani, pengembangan laboratorium, Klinik Jamu, penelitian dan sosialisasi maaf jamu. Disamping itu juga telah melakukan kerjasama dengan pabrik obat dan berbagai pihak terkait, guna melestarikan budaya minum jamu, sebagai pemeliharaan kesehatan yang mudah dan murah. Bila ini terus membudaya, maka jamu akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.§ Pra
  • 16. MEDIA UTAMA 16 Mediakom No.32/oktober/2011 P etani kecil itu serba kecil. Mulai dari ladang, rumah, modal, pengetahuan dan keterampilan bertaninya juga kecil. Karena semua kecil menyebabkan serba sulit. Mereka akan beranjak bangkit bila ada pihak lain yang ikhlas membantu. Mengapa harus ikhlas? Karena membantu orang sulit itu lebih sulit dibanding membantu orang yang mampu. Sebab itu selain ikhlas juga harus sabar, agar petani kecil yang kesulitan dapat menikmati “kemudahan dalam hidup”. Harsono, PNS yang telah mengabdi 30 tahun membina petani kecil merasakan sulit dan getirnya petani sayur. Modal besar, tapi tak sebanding dengan harga jual hasilnya. “Apalagi bila sedang panen raya, seperti kol, wortel, harga jatuh. Tidak sebanding dengan tenaga memanennya, bahkan dikasihpun saya tidak mau”, ujar Harsono. Untuk memberdayakan petani kecil ini, Ia sejak tahun 1995 telah mengarahkan petani menanam jamu, khususnya stevia. Harga tinggi dan pembeli tersedia yakni pabrik jamu sidomuncul. Tapi mulai tahun 2005 Stevia terkena virus tak menemukan terapinya, sekalipun para ahli pertanian sudah turun tangan. Akhirnya petani tanam sayuran kembali dan sering rugi lagi. Rupanya Harsono tak putus asa, tahun 2009 meneruskan hobi lama menghimpun petani menanam Memberdayakan bisnis petani jamu sangkoba, kumis kucing dan jamu lainnya. Secara berkala, 2 bulan sekali Ia mengumpulkan kurang lebih 30 petani di Aula Balai Besar Penelitian dan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah. Bersama tenaga ahli pertanian, biologi dan farmasi memberi penyuluhan tentang keuntungan menanam jamu. Mengatur jenis jamu yang di tanam, menjelaskan cara menaman, merawat, memanen dan mengolah pasca panen. Diantara perawatan jamu yang harus mendapat perhatian yakni tanaman jamu tidak boleh dipupuk dengan menggunakan pupuk kimia atau obat kimia. Misal ada ulat yang memakan daun, maka ulat itu harus dibasmi, tanpa obat kimia. “Untuk meringankan petani, B2P2TO-OT telah menyiapkan benih jamu. Petani cukup menyiapkan lahan kemudian menanam, merawat, panen berulang kali dan menjual ke klinik jamu dengan harga yang pantas. Tak perlu beli bibit dan khawatir harga jatuh. Insya Allah lebih untung dari pada tanam sayur”, ujar Harsono. Bagaimana menghitungnya ? Misal: lahan 200 meter, memerlukan modal 250 ribu untuk membeli mulsa ( plastik penutup lahan agar tidak mudah tumbuh gulma) dan pupuk kandang 200 ribu. Lahan kerjakan sendiri agar lebih hemat. Kemudian tanam jamu tempuyeng, setiap 2 bulan panen. Jadi setahun 6 kali panen. Panen pertama rata-rata 100 kg. Harga per kg Rp 1500,-. Panen kedua, ketiga dan seterusnya akan meningkat produksinya, mungkin 125 kg atau 150 kg dan seterusnya. Bila rata-rata 100 kg/ panen, maka setahun 600 kg. Total penjualan 600 kg x Rp 1500,- minimal Rp 900.000,- Modal Rp 450.000. Jadi keuntungan minimal Rp 450.000,-. Akan lebih untung lagi, bila ditanam secara tumpang sari dengan Sangkoba. Artinya, pada lahan tersebut, selain ditanam Tempuyeng, juga ditanam Sangkoba yang panen setiap 40 hari.
  • 17. No.32/oktober/2011 Mediakom 17 Rata-rata produksi 100 kg/ panen, harga Rp 1500/ kg. Bila setahun 6 kali panen saja akan mendapat hasil Rp 900.000,-. Tanpa modal mengolah lahan dan membeli plastik. Sebab Sangkoba cara memanennya dicabut bersama akarnya. Kemudian ditanam lagi dengan menyebarkan benih kembali, lalu panen dan begitu seterusnya. Awalnya memang sulit, sebab petani mempunyai sifat pragmatis, memilih yang mudah dan cepat, tapi tidak menghitung secara cermat. Setelah mendapat penjelasan yang berulang- ulang, akhirnya mereka memilih menanam jamu, sebab lebih untung, ujar Harsono. Kini, para petani itu tetap setia menanam jamu dan menjualnya ke klinik jamu B2P2TO-OT. Secara perlahan mereka mulai merasa ada tempat mengadu, bertanya dan bercengkerama tentang jamu. Seiring dengan perbaikan infrastruktur, kebijakan bahan baku, cakupan pengguna jamu, lambat laun akan memberdayakan masyarakat petani jamu untuk hidup lebih layak dan lebih sehat. Sekalipun produk bahan baku sudah diperoleh dari petani jamu, tapi baru mencukupi untuk Klinik Jamu B2P2TO-OT, belum mampu mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan yang lain. Jawa Tengah saja masih kurang apalagi untuk mememuhi kebutuhan luar Jawa tengah. Sementara animo masyarakat untuk menggunakan jamu semakin meningkat, bukan hanya Jawa Tengah, tapi juga di luar Jawa Tengah, ujar dr. Danang Pengelola Klinik Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu. Berdasarkan informasi di atas, jelas akan membutuhkan bahan baku jamu terstandar secara besar. Masih banyak peluang bagi petani untuk menanam jamu dan pengusaha memproduksi jamu. Jadi dengan besarnya animo masyarakat menggunakan jamu, maka peluang bisnis tanaman jamu cukup menjanjikan. Anda berminat menanam jamu?§ Pra Harsono, salah satu petani Jamu di Tawangmangu Ladang tanaman obat milik petani di Tawangmangu
  • 18. MEDIA UTAMA 18 Mediakom No.32/oktober/2011 A lwan Efendi, kakek berumur 76 tahun, pernah terkena serangan stroke tahun 2008. Akibatnya sering kejang otot dan kram pada kaki kiri, pegal disekujur tubuh sebelah kiri dan kesulitan untuk berjalan. Setelah minum jamu selama Mencetak Dokter Jamu 4 bulan kesehatannya membaik, tidak lagi mengalami kejang otot, jarang kram dan berjalan lebih lancar. Hal ini disampaikan kakek dari Nambangan, Selogiri, Wonogiri ini kepada Klinik Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu beberapa waktu yang lalu. Masih banyak kisah sukses pengguna jamu, tapi tak semua orang menyakini, sehingga mau menggunakan jamu. Keraguan seperti ini tentu hal yang wajar. Sebab bagi kalangan medis, selain bukti testimoni, juga masih memerlukan bukti ilmiah. Nah untuk menjawab keraguan, maka diperlukan penelitian jamu berbasis pelayanan. Bagaimana kisahnya...? Saat ini umumnya, tenaga dokter konvensional memahami medis ala Barat, sama sekali belum mengenal pengobatan ala Timur, misalnya menggunakan jamu. Seperti yang dilakukan pada Klinik Jamu B2P2TO-OT Tawangmangu dan Griya Sehat Kabupaten Kendal. Agar dokter konvensional memiliki pemahaman yang utuh tentang jamu, harus mengikuti Diklat jamu yang diselenggarakan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. “Saya sebagai dokter konvensional awalnya ragu dan skeptis tentang jamu, tapi setelah mengikuti pelatihan saintifikasi jamu selama 50 jam dan melaksanakan penelitian berbasis pelayanan menjadi yakin, bila jamu mempunyai khasiat, manfaat dan aman”, ujar dr. Supriadi peserta Diklat jamu angkatan pertama. Kini, sudah tiga angkatan Diklat jamu dengan total alumni 90 dokter. Mereka telah memperoleh materi tentang aspek legal, metologi penelitian, diagnostik, farmakodinamik dan praktek lapangan dari Dewan dosen kepakaran masing-masing. Untuk praktek lapangan peserta mendapat pengalaman baru bagaimana cara menanan jamu, merawat tanaman jamu, memanen dan mengolah pasca panen, uji laboratorium, formulasi ramuan dan pelayanan pada Klinik Jamu dr. Danang Ardiyanto, kepala Klinik Jamu B2P2TO-OT
  • 19. No.32/oktober/2011 Mediakom 19 Tawangmangu. Menurut dr. Danang Ardiyanto Anggota Dewan Dosen Praktek Lapangan, setelah lulus Diklat jamu, para dokter akan mendapat sertifikat kelulusan dari Badan Litbangkes, Sertifikat Kopetensi dari Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Pusat, Surat Bukti Registrasi (SBR) dari Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan Surat Tugas (ST) dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat. Khusus SBR mempunyai masa berlaku 5 tahun dan ST masa berlakunya satu tahun. Untuk lima tahun ke depan Badan Litbangkes mencanangkan 25 formula penelitian. Untuk tahun 2011 ditetapkan 4 formula penelitian yakni Kolesterol, Diabet, Asam Urat dan Darah Tinggi. Ke empat formula tersebut didasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh dokter seluruh Indonesia yang menghasilkan 4 besar penyakit, seperti disebutkan di atas. Dalam formula penelitian juga telah ditetapkan berbagai aturan sehingga hasil penelitian tidak bias. “Untuk itu, bahan telah distandarisasi oleh Klinik Jamu Tawangmangu, kemudian didistribusikan ke 18 puskesmas penyelenggara penelitian jamu berbasis pelayanan”, kata dr. Danang. Dari seluruh puskesmas penyelenggara penelitian telah diperoleh target 500 sampel dengan 125 sampel Kolesterol, 125 sampel Diabet, 125 sampel Asam Urat dan 125 sampel Darah Tinggi. Seluruh pasien yang menjadi sampel penelitian tidak dikenakan biaya, bahkan mendapat biaya bahan kontak Rp 50.000 setiap kunjungan ke puskesmas. Menurut dr. Danang, saat ini sudah terbentuk kelompok kerja yang membicarakan body of knowledge tentang jamu. Sehingga dapat dibuktikan bahwa jamu, selain dapat menyembuhkan penyakit juga dapat meningkatkan kebugaran tubuh. Hasil seluruh penelitian jamu berbasis pelayanan rencana akan di Launching pada saat pertemuan pengobatan tradisional Asia, akhir Oktober 2011 di Tawangmangu, yang akan di hadiri peserta dari Negara Asean dan Presiden RI, kata Kepala B2P2TO-OT Tawangmangu Indah Yuning Prapti, SKM,M.Kes. Sekalipun demikian, masih banyak tantangan menghadang didepan mata, seperti mewujudkan animo masyarakat akan kebutuhan jamu. Sementara kamampuan penyediaan bahan baku dan dokter jamu yang masih terbatas. Sedangkan Kemeterian Pertanian masih fokus pada penyediaan tanaman pangan. Untuk itu dibutuhkan kerjasama semua pihak, baik lintas program maupun lintas sektor untuk memenuhi animo masyarakat akan jamu yang semakin besar. Mampukah?§ Pra Indah Yuning Prapti, SKM,M.Kes. Kepala B2P2TO-OT Tawangmangu. Sedang menyaksikan tanaman obat pasca panen.
  • 20. MEDIA UTAMA 20 Mediakom No.32/oktober/2011 J amu merupakan warisan nenek moyang sebagai salah satu alternative untuk memelihara kesehatan secara turun temurun sebelum kemudian untuk mengobati penyakit. Merupakan salah satu modal untuk mengembangkan jamu yang selama ini mulai terlupakan. Filosofi yang lain sesunggunya di Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa namun belum terangkat secara ilmiah, belum terdokumentasi dengan baik. Selama ini informasi khasiat jamu hanya dari mulut ke mulut, ujar Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) kepada Mediakom. Sekitar 30 ribu tanaman obat tumbuh subur di Indonesia dan sekitar 9 ribu diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Sayang sekali, sangat sedikit pemanfaatan MENGURANGI KETERGANTUNGAN IMPOR BAHAN BAKU OBAT jamu berdasarkan kajian ilmiah (evidence based). Di Indonesia juga mempunyai banyak kearifan lokal ramuan obat tradisional. Di Jawa Tengah untuk mengobati malaria menggunakan ramuan daun johar dicampur kwalot/buah Makassar. Di Manado menggunakan buah sirih dicampur miama, sedangkan di Nusa Tenggara Timur menggunakan brotowali. “Untuk mengekplorasi kearifan lokal ramuan obat tradisional tersebut, pada tahun 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan cq Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) akan menyelenggarakan riset khusus Nasional tanaman obat berbasis komunitas”, Indah Yuning Prapti menambahkan. Tetapi di balik itu, masih banyak dibutuhkan riset-riset untuk menunjang pengembangan obat tradisional. Misalnya riset tentang bagaimana budidaya tanaman obat yang memenuhi standar good agricultural practices (GAP), sehingga menghasilkan tanaman obat yang terstandar. Dengan demikian ditanam di mana pun, hasilnya sama. Hal ini perlu karena ada jenis tanaman obat tertentu yang hanya bisa ditanam di tempat itu saja, sedangkan ditempat lain tidak bisa. Contohnya, pasak bumi, hanya tumbuh subur di Kalimantan. Purwoceng (bahan baku obat untuk meningkatkan stamina) hanya bisa tumbuh subur di dataran tinggi Dieng dan Tawangmangu. Selain itu, penelitian juga perlu diarahkan seperti halnya pada obat konvensional. Misalnya pada kasus orang alergi terhadap meniran, harus dilakukan penelitian untuk mencari tanaman obat yang khasiatnya sejenis, ujar Indah Yuning Prapti. Menurut Kepala B2P2TOOT, masih banyak tantangan yang dihadapi untuk pengembangan obat tradisional di
  • 21. No.32/oktober/2011 Mediakom 21 Indonesia. Tanaman obat belum terstandar, solusinya harus dilakukan kerja sama dengan Pemda dan para petani untuk menanam tanaman obat. Memang tidak mudah tetapi harus dimulai dalam skala kecil dahulu (small scale) dahulu. Begitu petani merasakan untung menanam tanaman obat bila dibandingkan dengan menanam sayuran , maka mereka mau menanam tetapi juga harus ada yang menampung/membeli. Sedangkan Pemda terus melakukan pembinaan agar hasil tanaman obat para petani terstandar dengan baik. Riset untuk mendukung khasiat, keamanan dan mutu perlu ditingkatkan, misalnya dilakukan secara terpadu dengan lembaga riset yang lain. Tidak cukup kalau hanya dilakukan Badan Litbangkes Kemenkes. Contoh, untuk standarisasi sambiloto dan rempah-rempah harus dilakukan Balai Tanaman Obat Tradisional Kementerian Pertanian (Kementan). Saat ini peluang itu sudah terbuka, karena secara ex opisio Kepala B2P2TOOT menjadi Sekjen Kelompok Kerja Tanaman Obat Asli Indonesia yang keanggotaannya adalah pakar masing-masing lembaga. Regulasi dalam pelayanan kesehatan untuk memanfaatkan jamu. Regulasinya di Rumah Sakit ada instalasi tenaga farmasi dan tenaganya, tetapi jamu belum masuk Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), mestinya harus mempunyai Daftar Jamu Esensial Nasional (DJEN). Jadi kalau sudah ada DJEN, dokter pun mau meresepkan jamu. Pengembangan dokter Saintifikasi Jamu, sekarang baru 90 dokter yang telah mendapat pelatihan Saintifikasi Jamu, padahal Puskesmas di seluruh Indonesia saat ini jumlahnya sudah mencapai 9.005 unit. Perlu dikembangkan Fakultas atau Diploma Obat Tradisional. Pada bulan Oktober ini kalau tidak ada halangan, Poltekkes Solo akan membuka D3 Herbal. Kemudian ada S2 Herbal di MIPA-UI, tetapi pesertanya bukan dokter. Sedangkan di China, sudah ada Fakultas Kedokteran yang memberikan mata pelajaran Pengobatan Tradisional. Setelah menyelesaikan Sarjana Kedokteran, dibagi dua jurusan yaitu Sarjana Kedokteran Konvensional dan Sarjana Kedokteran Tradisional Mengurangi ketergantungan bahan baku Ternyata tanaman obat itu promising untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Contohnya jahe, beberapa bulan yang lalu harganya 125 ribu rupiah per kg kering, padahal sebelumnya harganya paling tinggi 20 ribu rupiah. Hal ini terjadi karena masyarakat dan industri membutuhkan jahe yang luar biasa banyak sehingga jahe
  • 22. MEDIA UTAMA 22 Mediakom No.32/oktober/2011 merupakan komoditi yang sangat menjanjikan. Namun masyarakat perlu diberikan sosialisasi. Kadang- kadang petani tidak tahu apa untungnya menanam jahe. Inilah pentingnya pembinaan oleh instansi terkait di bidang pertanian. Satu contoh lagi Purwoceng, tanaman yang hanya tumbuh subur di dataran tinggi Dieng, tetapi di Tawangmangu juga bisa hidup. Harga per kilogram kering bisa mencapai satu – satu setengah juta rupiah, tetapi petani tidak sabar karena waktu panenya lama, 9 bulan. Contoh lain, misalnya stevia (pemanis non kalori) memang tanaman introduksi (tanaman dari Negara lain ) tetapi dapat diadaptasikan di Tawangmangu. Petani sudah bersedia menanam stevia dan sudah ada industri yang membeli, tetapi jumlahnya masih kurang. Stevia digunakan untuk mengobati diabetes, ini penting karena diabetes menurut Riskesdas 2010 kasusnya di Indonesia cukup tinggi. Bahkan umur penderitanya semakin muda, sehingga stevia mempunya pasar sendiri yang bagus, daripada impor aspartame dari Amerika. Baru-baru ini Badan Litbangkes bekerjasama dengan PT Indofarma untuk kemandirian bahan baku artemisinin yaitu bahan baku obat anti malaria, yang selama masih impor dari Vietnam dan India. Malaria di Indonesia prevalensinya cukup tinggi. Sehingga dengan budidaya artemisinin, dapat mengurangi impor sedikit demi sedikit, walaupun untuk itu diperlukan modal terlebih dahulu. Di samping itu, masih dibutuhkan lahan ribuan hektar untuk melayani kebutuhan industry karena malaria juga masih endemis di Indonesia. Tiga manfaat Tanaman obat tradisional mempunya 3 pathway (kemanfaatan). Satu untuk bahan baku obat modern setelah diisolasi. Kedua, masyarakat Indonesia hampir 90% suka ramuan jamu. Jamu itu untuk pemeliharaan kesehatan (promotif dan preventif), sesuai dengan prioritas Kementerian Kesehatan. Kalau minum jamu beras kencur, kunyit asem dan jahe sudah menjadi tradisi seperti minum kopi atau teh , bisa dibayangkan dimana- mana akan berdiri pabrik minuman tradisional. Dengan demikian, kebutuhan akan bahan baku jamu tersebut akan meningkat tajam, sehingga petani tidak tergantung pada tanaman pangan saja. Ketiga, fox tradisional medicine seperti jamu gendong perlu dilestarikan. Kendati sudah ada Saintifikasi Jamu yang sudah ilmiah, jamu gendong tidak boleh dilupakan. Perlu pembinaan kepada penjual jamu gendong,agar dapat menghasilkan jamu gendong yang berkhasiat dan aman. Macam-macam Istilah. Mungkin juga jamu belum popular karena macam-macam istilah yang digunakan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memakai istilah Herbal Medicine, ASEAN menggunakan istilah Tradisional Medicine, tetapi Indonesia menggunakan istilah jamu. Tradisional Medicine Indonesia is Jamu, kata Indah Yuning Prapti. “ Siapa pun, kalo kita halo-halo ke luar negeri sudah menggunakan istilah jamu. Orang luar negeri juga sudah tahu, kalau jamu itu dari Indonesia. Kalau dulu hampir diklaim kepunyaan Malaysia”, ujar Kepala B2P2TOOT. Persiapan ASEAN Conference Internasional Tradisional Medicine. Tugas Indonesia dalam International Conference ASEAN Traditional Medicine, ada dua. Pertama, adalah sebagai model integrasi pelayanan jamu dalam system pelayanan formal. Jadi Indonesia menjadi model Integrited tradisional medicine in to health care system. Kedua, menjadi model medicional plan garden kebun tanaman obat, yaitu integrasi kebun tanaman obat, pemberdayaan masyarakat, proses produksi jamu dan pelayanan jamu di klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus”. Kebun penelitian, kebun produksi, Etalase Tanaman Obat , laboratorium dan klinik sudah siap. Model pemberdayaan rumah tangga dalam menanam tanaman obat juga sudah siap sesuai dengan kemampuannya. Bahkan ada kampung tanaman obat berorientasi Saintifikasi Jamu. B2P2TOOT telah bekerja sama dengan kelompok tani mengembangkan tanaman obat. Benih disediakan B2P2TTOT, setelah panen hasilnya harus dijual ke B2P2TOOT, ini juga sudah berjalan.§ Jamu siap digunakan
  • 23. No.32/oktober/2011 Mediakom 23 S erombongan ibu-ibu PKK Colomadu, berkaos biru, tampak sumringah dan berkali-kali berdecak kagum “iki apik banget” dengan logat jawa yang medok. Mengomentari setiap menyaksikan bunga nan indah, pohon yang lucu dan tanaman yang tertata rapi. Terkadang mereka terbengong khusu’ mendengarkan penjelasan pemandu wisata jamu. Sampai teman dibelakang menepuk pundak “ Heh ayo jalan, bengong saja”. Sementara Kepala B2P2TO-OT, Indah Prapti Yuning melihat dari kejauhan, gerak girik para wisatawan jamu yang sedang berada di Etalase Taman Obat. Apalagi saat mereka tertawa ria, sambil bergaya diatas jembatan buatan. Ada nenek yang bergaya seperti remaja, lalu berteriak foto dong... foto dong...pret... pret, suara tustel berbunyi, horee... teriak mereka gembira. Tukang batupun asik mengerjakan jembatan yang masih setengah jadi. “Bagaimana kalau jembatan itu runtuh, kasihan sama ibu-ibunya”, kata Indah sambil terheran-heran. Ternyata, keheranan Indah belum usai. Ada buah tanaman yang sudah mulai matang juga raib, setelah berlalunya para wisatawan jamu tersebut. Maklum buah tersebut warnanya merah unik dan rasanya manis, tentu sangat menggemaskan. Setiap orang yang memandang pasti ingin mencobanya. Wajar, bila serombongan ibu-ibu PKK pun akhirnya juga mencoba.he..he..he..manis lho.. Ayo Wisata Jamu Ibu-ibu PKK Colomadu sedang menyimak penjelasan pemandu wisata jamu.
  • 24. MEDIA UTAMA 24 Mediakom No.32/oktober/2011 Setelah capek berkeliling dan berfoto ria, mereka berobat ke Klinik Jamu. Ada yang berobat untuk dirinya, tapi ada yang membeli jamu untuk orang tua dan saudara. “ Wisata ke kebun jamu membuat sehat mata untuk memandang, sehat tubuh dapat membeli jamu yang murah dan sehat pula hatinya, mengagumi ciptaan Yang Maha Kuasa”, kata salah seorang peserta wisata. Kebun koleksi seluas 3 hektar yang dirintis sejak tahun 1948 itu berada persis di pinggir jalan raya, berketinggian 1200 meter dari permukaan laut, di kawasan
  • 25. No.32/oktober/2011 Mediakom 25 Tawangmangu. Lebih dari 950 species tanaman terkoleksi, termasuk koleksi dari luar negeri dengan tampilan nan elok, artistik dan menarik.” Rasanya ingin berlama-lama menikmati”, kataku dalam hati. Selain etalase jamu, masih banyak tempat wisata jamu yang siap menyejukkan mata dan mengurai kekaguman. Yakni Tlogo Dlingo, pegunungan seluas 13 hektar berada di lereng gunung Lawu dengan ketinggian 1700-1800 meter di atas permukaan laut. Berpanorama cantik, perpaduan bukit dan lemah yang serasi. Sangat cocok untuk tanaman jamu dataran tinggi dan tanaman obat Gunung Lawu. Tersedia pula track dan areal outbond. Pertengahan September 2011, merupakan kesempatan ke dua kalinya mengunjungi Tlogo Dlingo. Ternyata sedang bagus-bagusnya. Seluruh bukit sedang penuh tanaman jamu yang siap panen. Apalagi Artemesia annua, tanaman obat anti malaria tumbuh subur memenuhi lereng bukit. Untuk menikmati tanaman ini, dapat mengitari jalan setapak yang terbuat dari batako merah tersusun rapi dan bersih. Pada puncak bukit, ditanami jamu bernama purwoceng. Sejenis tanaman jamu yang dapat meningkatkan stamina. Bentuknya kecil dan pendek. Ia hannya tumbuh di Tlogo Dlingo Tawangmangu dan pegunungan Dieng. Siap panen setelah berumur 7-8 bulan. Harga jual 1kg kering Rp 1.500.000,-. Selain mengunjungi kebun jamu, wisatawan dapat pula mengunjungi Klinik Jamu, sekaligus berobat, konsultasi dengan dokter jamu dan mendapat ramuan jamu asli, berkhasit, penuh manfaat. Dapat juga menikmati wisata ilmiah dengan mengunjungi instalasi benih dan pembibitan jamu, isntalasi adaptasi dan pelestarian, instalasi pasca panen, laboratorium sistematika tumbuhan, laboratorium hama dan penyakit tanaman, laboratorium Galenika dan laboratoriun penelitian jamu lainnya. Wisatawan juga dapat mengenali berbagai macam jenis jamu yang disajikan secara audio visual dalam mini teater, membeli berbagai perelengkapan rumah tangga seperti minyak atsiri, jamu instan, lilin aromaterapi, sabun, lulur, mangir dan lain-lain. Harga ditanggung murah, meriah dan berhasiat. Bagi yang berminat untuk berwisata dapat mengunjungi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal ( B2P2TO-OT) Tawangmangu. Jalan Raya Lawu No. 11 Tawangmangu Karangannyar, Jateng. Tlp.0271- 697010 atau wesite:www.b2p2toot. litbang.depkes.go.id.§ Pra Karyawan B2P2TO- OT sedang merawat tanaman obat.
  • 26. MEDIA UTAMA 26 Mediakom No.32/oktober/2011 D i tengah-tengah kesulitan, pasti ada kemudahan. Pepatah ini lebih tepat untuk menggambarkan kondisi Indonesia dalam menghadapi sulitnya bahan baku obat dan gempuran obat tadisional asing ke Indonesia. Saat ini hampir 95 persen bahan baku obat masih diimpor, sementara obat tradisional dari China dan Malaysia membanjiri pasar Indonesia. Akibatnya, pasar obat tradisional Indonesia makin terjepit dan harga obat Indonesia semakin mahal. Kondisi ini bertambah parah, karena pemanfaatan jamu belum bisa diterima luas di kalangan medis karena minimnya hasil-hasil penelitian yang mendukung data/informasi efektivitas dan keamanan jamu. Padahal Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil tanaman PEMBUKTIAN ILMIAH UNTUK MENJAMIN MUTU DAN KHASIAT JAMU obat terbesar di dunia karena 30 ribu tanaman obat tumbuh subur di tanah air. Di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TTOT) Tawangmangu dengan lahan sekitar 15 hektar, memiliki sedikitnya 950 spesies tanaman berkhasiat obat. Baik untuk bahan baku obat tradisional maupun bahan baku obat modern. Tetapi di balik kedigdayaan tanaman obat, obat tradisional khususnya jamu yang merupakan warisan nenek moyang sejak beratus-ratus tahun yang lalu belum mampu menjadi tuan di negeri sendiri. Dengan penduduk 230 juta jiwa, Indonesia adalah pangsa pasar obat yang besar. Indonesia harus bangkit memanfaatkan tanaman obat yang melimpah ruah ini untuk kesejahteraan masyarakat. Menurut Kepala B2P2TOOT Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes, terdapat beberapa kendala mengapa obat tradisional Indonesia belum berkembang seperti yang diharapkan. Pertama, tenaga medis yang memiliki keahlian mendiagnosis pasien belum percaya terhadap khasiat jamu karena minimnya data/informasi pendukung tentang efektivitas dan keamanan jamu. Tetapi hal ini bukan kesalahan tenaga medis, karena di bangku kuliah mereka hanya mendapatkan pelajaran kedokteran barat (baca : konvensional). Kedokteran konvensional umumnya, dalam mengobati pasien berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Sementara, khasiat dan mutu obat tradisional masih berdasarkan bukti-bukti emperis. Kedua, tanaman obat belum menjadi Karyawan mengolah jamu pasca panen.
  • 27. No.32/oktober/2011 Mediakom 27 prioritas pengembangan, karena masih fokus pada tanaman pangan. Sehingga petani tanaman obat seolah-olah tidak mempunyai masa depan yang cerah, secerah petani tanaman pangan. Petani tanaman obat tradisional tidak bergairah, produksinya tidak mencukupi kebutuhan pasar dan mutunya pun belum terstandar. Saintifikasi Jamu Di tengah-tengah kebutuhan obat yang semakin meningkat dan potensi tanaman obat yang dimiliki Indonesia, jamu harus masuk dalam pelayanan kesehatan formal. Juga dalam rangka mengantisipasi persaingan global di bidang jamu dan tersedianya jamu yang aman, memiliki khasiat nyata dan teruji secara ilmiah, Kementerian Kesehatan membuat terobosan baru. Terobosan baru itu namanya Santifikasi Jamu yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 003/ MENKES/PER/I/2010. Tetapi terobosan yang diinisiasi Kementerian Kesehatan ini belum cukup, kata Indah Yuning Prapti menambahkan. Tidak cukup kalau hanya dilaksanakan di B2P2TOOT Tawangmangu saja, tetapi juga harus dikembangkan di daerah-daerah lain, karena tiap-tiap daerah mempunyai kearifan lokal tanaman obat yang luar biasa banyaknya. Selain itu, kebijakan ini juga harus didukung oleh instansi- instansi terkait lainnya dan masyarakat pada umumnya. Instansi-instansi terkait tersebut antara lain Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Riset dan Teknologi, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu program terobosan ini pada tanggal 6 Januari 2010 Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,Dr. PH meluncurkan Program Saintifikasi Jamu bersamaan dengan pencanangan Pencatatan Kematian di 8 provinsi bertempat di Kendal Jawa Tengah. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan Saintifikasi Jamu, Menkes juga telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1334/MENKES/ SK/IX/2010 tentang Komisi Nasional (Komnas) Saintifikasi Jamu. Anggota Komnas Saintifikasi Jamu terdiri unsur Kementerian Kesehatan, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi (Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi), Badan Pengawas Obat dan Makanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Gabungan Pengusaha Jamu dan Rumah Sakit. Komnas Saintifikasi Jamu antara lain mempunyai tugas menyusun pedoman nasional pelaksanaan saintifikasi jamu. Mengusulkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) bahan jamu, khususnya segi budi daya, formulasi, distribusi dan mutu serta kemanan yang layak digunakan untuk penelitian. Melakukan koordinasi dengan peneliti, lembaga penelitian dan universitas serta organisasi profesi dalam dan luar negeri, pemerintah maupun sawsta di bidang produksi jamu. Membentuk jejaring dan membantu peneliti dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya yang melakukan praktik jamu dalam seluruh aspek penelitiannya. Membentuk forum antar tenaga kesehatan dalam saintifikasi jamu. Melakukan pendidikan berkelanjutan meliputi pembentukan dewan dosen, penentuan dan pelaksanaan silabus dan kurikulum serta sertifikasi kompetensi. Memberikan rekomendasi perbaikan dan berkelanjutan program Saintifikasi Jamu kepada Menteri, dan lain-lain. Indah Yuning Prapti yang juga menjabat Anggota Bidang Pra Pelayanan (Ketersediaan, Kontiunitas Bahan Uji dan Distribusi Komnas Jamu kepada Mediakom di Tawangmangu baru-baru ini mengatakan , dalam Saintifikasi Jamu semua jamu yang dibutuhkan dalam penelitian disediakan oleh B2P2TTOT secara gratis, meliputi empat formula yaitu jamu untuk darah tinggi, diabetes, asam urat dan kolesterol. Hasil dari penelitian dokter Saintifikasi Jamu ini menurut rencana akan dilaunching pada akhir Oktober atau awal November 2011
  • 28. MEDIA UTAMA 28 Mediakom No.32/oktober/2011 bersamaan dengan diselenggarakannya ASEAN Traditional Medicine di Solo, Jawa Tengah. Dikatakan, kalau untuk memenuhi kebutuhan jamu di sarana kesehatan formal di Jawa Tengah, B2P2TOOT masih mampu menyediakannya. Namun kalau penggunaan jamu untuk pengobatan di fasilitas kesehatan formal akan diperluas ke seluruh tanah air, maka perlu dikembangkan sentra-sentra pengembangan obat tradisional di daerah-daerah. Untuk itulah dukungan dan peran serta lintas sektor lain termasuk swasta sangat diperlukan, karena untuk masalah penyediaan bahan baku jamu yang notabene berasal dari tanaman bukan tugas pokok dan fungsinya Kementerian Kesehatan. Pihak Kementerian Kesehatan sudah melakukan audiensi ke Kementerian Pertanian tentang bagaimana upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk penyediaan bahan baku jamu. Sementara ini Kementerian Pertanian masih fokus pada tanaman pangan, sedangkan tanaman obat belum menjadi prioritas. Karena Kemenkes berinisiatif menggalakkan penggunaan jamu , maka mau tidak mau, suka tidak suka Kemenkes melalui B2P2TOOT Tawangmangu menyiapkan bahan baku tanaman obat ini. Untuk ke depan, ada wacana yang membahas wadah semacam Badan Urusan Logistik Jamu , yaitu semacam badan penyangga yang menampung dan membeli bahan baku jamu untuk keperluan nasional, sehingga petani- petani mau menanam bahan baku obat tradisional sehingga secara tidak langsung pendapatan para petani meningkat dan kebutuhan bahan obat dapat terpenuhi. dr. Danang Ardiyanto, salah seorang anggota Dewan Dosen Saintifikasi Jamu di B2P2TOOT, mengatakan “karena konsep Saintikikasi Jamu masih dalam ranah penelitian, dibutuhkan multi senter atau banyak tempat untuk melakukan penelitian penggunaan jamu secara bersama-sama”. Sebelum melakukan penelitian, para dokter Puskesmas Karang Anyar dan Kendal yang akan melakukan penelitian diberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat) Saintifikasi Jamu . Saat ini B2P2TOOT telah melakukan 3 kali pelatihan Santifikasi Jamu pada masing-masing angkatan diikuti 30 dokter. “ Jadi sekarang sudah mempunyai 90 dokter yang telah dilatih Santifikasi Jamu”, tambah dr. Danang. Sedangkan untuk melakukan pelayanan, diperlukan koordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai wadah organisasi para dokter. Bahkan telah ditandatangani MoU atau Kesepakatan Bersama antara Komnas Saintifikasi Jamu dengan Ketua Umum IDI dr. Prijo Sidipratomo,Sp. Rad (K). Hal ini diperlukan karena sesuai Undang Undang Praktik Kedokteran bahwa dokter dalam memberikan sesuatu khususnya obat kepada pasien harus berdasarkan golden standar. Jadi harus berdasarkan evidencebase medicine, padahal untuk jamu belum banyak bukti-bukti pendukung ilmiahnya. Justru melalui Saintifikasi Jamu ini tujuannya untuk mendapatkan bukti- bukti ilmiah tersebut. Tetapi dokter juga perlu diberikan perlindungan dalam memberikan pelayanan kepada pasien agar tidak dituduh melakukan malpraktik. Setelah mengikuti pelatihan, dokter- dokter tersebut memperoleh surat kompetensi dari IDI sebagai persyaratan untuk memperoleh Surat Bukti Registrasi (SBR) yang dikeluarkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Jadi SBR adalah surat ijin bagi dokter Saintifikasi Jamu untuk menjalankan penelitian penggunaan jamu kepada pasien di Puskesmas. Kemudian dengan SBR, ditambah Surat Tanda Registrasi yang telah dimiliki dokter mengajukan ijin ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota untuk mendapatkan surat tugas. Jadi dokter Saintifikasi Jamu mempunyai dua surat ijin praktik, yaitu Surat Ijin Praktik yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota berdasarkan Surat Tanda Tenaga kesehatan mengolah jamu dalam kemasan khusus.
  • 29. No.32/oktober/2011 Mediakom 29 Registrasi (STR) yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk menjalankan praktek konvensional, dan Surat Tugas berdasarkan SBR dan Surat Kompetensi yang dikeluarkan IDI untuk menjalankan praktik Saintifikasi Jamu. Menurut dr. Danang, berdasarkan laporan para dokter peneliti Saintifikasi Jamu hampir 80 persen pasien ingin melanjutkan pengobatan dengan jamu. Hal ini menjadi penting,karena animo masyarakat sangat besar terhadap jamu. Tetapi ada beberapa hambatan bagaimana penyediaan bahan baku selanjutnya bila jamu akan digulirkan secara luas ke seluruh Indonesia. Tidak mungkin B2P2TTOT Tawangmangu mengampu semuanya. Menurut dr. Danang, materi pelatihan dibagi dalam beberapa blok, pertama medico etiko legal, kedua tentang penelitiannya karena mereka dokter umum sehingga perlu dilatih untuk melakukan penelitian. Kemudian, blok diagnosis, karena dalam Saintifikasi Jamu akan memberikan sentuhan yang berbeda dibandingkan dengan pengobatan konvensional. Jadi penilaiannya lebih mendalam. Kemudian blok terapi, dasarnya karena mereka dokter umum pendidikannya western medicine untuk memberikan jamu harus diberikan pengetahuan, filosofi jamu dan sebagainya. Pengajarnya adalah dewan dosen yang merupakan kumpulan dari pakar-pakar dari seluruh Indonesia, berbadasarkan blok. Untuk blok etiko medico legal meliputi masalah hukum, perijinan dan sebagainya dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). Blok penelitian, selain dari Badan Litbangkes, juga dari Universitas- universitas seperti FK UGM, IDI, FK- Unair, dan lain-lain. Untuk diagnosis menggunakan jamu, yang diukur dengan penggunaan jamu selain efikasi/ manfaat penyembuhan sakitnya, juga bagaimana meningkatkan kebugaran, sehingga ke depan akan terbentuk mengenai ilmu jamu. Contohnya, diagnosis masuk angin. Di kedokteran konvensional tidak ada, tetapi kalau ditanyakan kepada pasien yaitu sekumpulan gejala seperti kembung, diare, dan panas tenggorokan. Untuk itu BBTTOT sedang membentuk working grup untuk membangun bodi of knowledge mengenai jamu. Empat formula Pada tahun ini, Saintifikasi Jamu yang dijalankan meliputi 4 formula/ jamu yaitu jamu untuk hipertensi, Diabetes Melitus, asam urat dan hiperkolesterol. Sebelum dilakukan pemilihan 4 formula sudah dilakukan penelitian oleh Badan Litbangkes tahun lalu. Karena Saintifikasi Jamu dalam ranah penelitian, otomatis bahan yang digunakan harus terstandar. Semua bahan, semua perlakukan, pengukuran harus terstandar. Bahan- bahannya pun yang terstandar harus dan berasal dari satu tempat yaitu B2P2TOOT Tawagmangu. Jadi teknis pelaksanaannya, semua bahan sudah diracik/diramu di B2P2TOOT Tawangmangu, sudah dikemas, kemudian didistribusikan ke seluruh dokter-dokter Saintifikasi Jamu. Jadi dokter Saintifikasi Jamu dalam meberikan obat tidak meracik sendiri, karena sudah diramu oleh B2P2TOOT. Dokter tinggal menjaring pasiennya, kemudian melakukan penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan dalam protocol yaitu kriteria formula, kemudian kriteria inklusi, berisi subyek penelitian yang dijaring itu apa saja, misalkan untuk hipertensi yang djaring adalah yang tensinya ringan dulu Karyawan klinik melayani resep jamu
  • 30. MEDIA UTAMA 30 Mediakom No.32/oktober/2011 saja, yang berat dan sedang tidak dimasukkan . Kemudian dari segi usia, kriterianya agak ketat. Misal, orang hamil tidak dimasukkan dulu. Jadi mengambil sample yang risikonya rendah. Selama penelitian tidak boleh menggunakan obat-obat yang lain, agar tidak bias manfaatnya, mengetahui kesembuhan pasien karena jamu atau obat yang lain. Juga diatur bagaimana menjamin keamanan jamunya, melalui pengukuran fungsi hati dan , fungsi ginjal sebelum dan sesudah meminum jamu. Karena ini ranah penelitian, pasien tidak mengeluarkan biaya sedikit pun. Baik untuk jamunya, maupun untuk pemeriksaan penunjangnya serta biaya konsultasinya juga gratis. Bahkan pasien mendapat bahan kontak, artinya pasien mendapat uang transport Rp 50 ribu setiap kunjungan. Tim Pusat B2P2TOOT setiap dua minggu sekali melakukan monitor/ evaluasi dengan melakukan kunjungan ke dokter-dokter Saintifikasi Jamu. Kemudian pada pertengahan Agustus 2011 dilakukan pertemuan untuk melakukan monitoring untuk semua dokter Saintifikasi Jamu. Dari hasil evaluasi tersebut, dilaporkan hambatan utamanya adalah rasa jamu. Keluhan terutama untuk jamu DM karena rasanya pahit. Tetapi secara teknis pelaksanaan tidak ada kesulitan yang berarti. Justru yang menjadi penting adalah, bagaimana setelah penelitian ini selesai. Di satu sisi pasien masih ingin melanjutkan pengobatan jamu, di sisi lain masa penelitiannya hanya satu bulan. Karena setelah satu bulan, ternyata masih banyak pasien yang ingin melanjutkan pengobatan jamu. “ Hampir 80 persen ingin melanjutkan”, ujar dr. Danang. Hak Kekayaan Intelektual Saintifikasi Jamu tahap pertama sudah selesai dilakukan. Hasilnya berupa efektivitas jamu dalam mengobati 4 penyakit akan diumumkan pada akhir Oktober atau awal November 2011 bersamaan diselenggarakannya ASEAN Conference Internatioanl Traditional Medecine di Solo, Jawa Tengah. Tetapi dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Agustus 2011, animo masyarakat terhadap jamu tinggi, lebih dari 80 responden ingin melanjutkan pengobatan dengan jamu, karena badannya lebih segar, buang air besar lebih lancar dibandingkan sebelumnya dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa jamu memberikan manfaat baik dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan maupun untuk mengobati berbagai penyakit. Sebagai awal program ada kendala yang dihadapi, tetapi kendala-kendala tersebut relative dapat diatasi. Kendala-kendala yang belum terpecahkan, menjadi masukan berharga untuk dilakukan perbaikan guna penyempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya. Keberhasilan Saintifikasi Jamu adalah buah perjuangan panjang yang dirintis Kementerian Kesehatan bersama para mitranya. Karena itu Saintifikasi Jamu adalah keberhasilan masyarakat Indonesia dalam memajukan dan menyejahterakan rakyat Indonesia. Agar hasil kerja keras ini tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sudah saatnya semua proses Saintifikasi Jamu didokumentasikan dan bahan serta hasilnya didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual Indonesia. Jangan sampai di kemudian hari, bahan baku obat Asli Indonesia dan hasil penelitian Jamu dipatenkan oleh industri apalagi Negara lain.§ Smd Pelayanan resep jamu
  • 31. No.32/oktober/2011 Mediakom 31 Dr. Siti Mahfudzah Kepala Puskes Colomadu 1, alumnus FK UNS Tahun 2003 -------------------------------------------------- Ikut pelatihan dokter Saintifikasi Jamu angkatan ke-2, akhir September sampai awal Oktober 2010 selama 50 jam atau satu minggu. Dalam pelatihan dibekali dengan teori penelitian, dilanjutkan dengan ilmu tentang jamu di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu termasuk kunjungan ke kebun tanaman obat, etalase tanaman obat, sekaligus ke Klinik Saintifikasi Jamu B2P2TOOT di Tawangmangu. Ketika mengikuti pelatihan dr. Siti sedang mengandung. Sosialisasi Saintifikasi Jamu kepada responden dan penjaringan pasien baru dilakukan usai cuti melahirkan. Semua respondennya yang berjumlah 12 orang, responnya bagus. Respondennya terdiri dari PNS maupun pasien-pasien yang sudah kenal baik. Awalnya, Jamu yang akan digunakan untuk penelitian dipajang M enkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, pada tanggal 6 Januari 2010 di Kendal, Jawa Tengah mencanangkan Saintifikasi Jamu. Tujuannya memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara emperis melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam upaya preventif, promotif, rehabilitative dan paliatif melalui penggunaan jamu. Meningkatnya kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui bagaimana para dokter melakukan penelitian tentang khasiat jamu dan bagaimana respon responden dalam Saintifikasi Jamu, Mediakom berbincang-bincang dengan tiga peneliti Saintifikasi Jamu. Berikut petikannya. APA KATA DOKTER JAMU?
  • 32. MEDIA UTAMA 32 Mediakom No.32/oktober/2011 di Puskesmas, sehingga menarik perhatian beberapa pasien. “Bu niki nopo to bu, saya mau bu”, ujar dr. Siti menirukan pasiennya. Wah ini jamu dari Klinik Hortus Medicus Tawangmangu . Untuk penelitian terhadap 12 pasien. Nanti kalau ada penelitian lagi, saya usahakan, jawab dr. Siti. Sebelum dilakukan penelitian, para pasien dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Tetapi pasien yang menjadi sasaran penelitian menginfokan ke para tetangga secara “getok tular”. Sehingg banyak pasien yang meminta jamu. Kemudian saya informasikan bahwa di Klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” milik B2P2TOOT Tawangmangu sudah melayani pengobatan dengan jamu. Di tempat saya bertugas, Desa Siaga-nya berjalan baik, dan Bu Lurah sebagai Ketua PKK sangat aktif, bahkan pernah mengajak piknik kader PKK ke B2P2TOOT Tawangmangu. Pada kesempatan tersebut juga dimanfaatkan untuk berobat di klinik Saintifikasi Jamu. Mereka bangga, kendati harus merogoh kocek 20 ribu rupiah untuk biaya sekali berobat. Saya kebetulan juga konsumen jamu, setiap melahirkan saya pakai jamu, dan sekarang saya juga pakai jamu untuk pelancar ASI. Hasilnya, subhanalloh aman-aman saja dan saya pernah gunakan yang pelancar ASI ekstrak dari pabrikan ternnyata hasilnya sama dengan yang digunakan untuk penelitian, ujar dr. Siti. Dr. Siti menceritakan, dalam penelitian ada 1 pasien yang gagal bukan karena jamu tetapi karena tidak patuh dalam mengkumsi makanan. Pasien yang dimaksud menderita sakit gula, mestinya diet tetapi justru , minum es cendol, es degan, tahu bacem dan sebagainya. Akibatnya pernah sampai muntah-muntah. Ada satu lagi pasen PNS yang menderita Diabetes Melitus (DM). Selain minum jamu yang disediakan juga dikonsultasikan ke ahli gizi. Sebelum minum jamu, gula darahnya 348, setelah diobati dengan jamu selama satu bulan gula darahnya turun menjadi 156. Semua pasien menyatakan rasa enak di badan “seger”, meskipun kadang- kadang, gulanya turunnya sedikit. Ada satu pasien ibu-ibu, ketika ditanya “pripun Bu kok mboten kontrol malih”( bagaimana bu, kok tidak kontrol lagi?). Kulo pun sekeco e bu (saya udah enak bu), ujar dr. Siti menirukan pasiennya. Biasanya kalau sakit DM seluruh badannya sakit semua (neoropati), tetapi setelah minum satu minggu sudah merasa tidurnya enak, kesemutannya berkurang. Satu lagi pasien yang sudah sepuh, ketika ditanya “ pripun mbah “? Jawabannya, kulo mbucale (buang air besar) lancar, padahal sebelum minum jamu buang air besarnya tidak lancar, kata dr. Siti menceritakan pengalamannya. Dari semua formula, jamu untuk DM rasanya paling pahit karena merupakan campuran sambiloto dan brotowali, kata para responden. Untuk menghilangkan rasa pahit itu, kadang- kadang pasien prustasi, akhirnya ada yang ngemut gula,sehingga waktu diperiksa gula darahnya naik lagi. Tetapi jamu untuk kolesterol, asam urat dan hipertensi umumnya bagus. “Pasien saya sebelum pengobatan, gula darahnya 180 dan 160 tetapi karena kontrolnya baik, penurunnya signifikan”, ujar dr. Siti. Jadi setelah penelitian ini perlu tindak lanjut. Dari 12 pasien tingkat keberhasilnya sekitar 85 persen Dr. Siti menyarankan untuk ke depan, Saintifikasi Jamu membutuhkan dukungan semua pihak, tidak bisa hanya dilakukan Kementerian Kesehatan saja. Contoh, penyediaan bahan baku obat, kalau hanya dari B2P2TOOT Tawangmangu tidak mencukupi, juga distribusinya ke Puskesmas memerlukan dukungan.§ Dr. Supardi Alumnus FK UMY Yogyakarta., Tahun 2002, PTT 1,5 thn di Puskesmas Jatioso . Karanganyar. Sekarang Kepala Puskesmas Tawang Mangu, sejak 2006. -------------------------------------------------- Seperti rekannya dr. Siti, pelatihan Saintifikasi Jamu yang diikuti dr. Supardi. Setelah pelatihan, dengan motivasi, dukungan dan niat baik dari Badan Litbangkes, saya tergugah untuk ikut berperan dalam Saintifikasi Jamu menuju kemandirian bangsa. Indonesia mempunyai potensi tanaman obat yang luar biasa kalau digali dan ditekuni tetapi kelanjutannya perlu dukungan semua pihak. Saya sebagai dokter yang langsung berhubungan dengan masyarakat, mengharapkan para pengambil kebijakan meneruskan penelitian ini untuk kemandirian bangsa. Empat penyakit yang menjadi sasaran penelitian merata diderita masyarakat berpenghasilan rendah maupun yang ekonominya mapan. Dari keempat formula tersebut respon pasien cukup baik. Tetapi yang perlu diinformasikan kepada mereka bahwa minum jamu tidak seperti minum obat kimia, jamu efeknya baru kelihatan setelah rata-rata pengobatan minggu ke-3. Bahkan untuk hipertensi pada minggu ke-4. Pada minggu ke-3 tensinya masih fluktuatif, tetapi setelah minggu ke-4 tensinya sudah normal. “Dari pengalaman ini mungkin sebaiknya penelitian diperpanjng menjadi 3-4 bulan. Kalau pengobatan baru berjalan satu sampai dua minggu penurunannya baru
  • 33. No.32/oktober/2011 Mediakom 33 dr. ItaKusumawati, M.Kes Kepala Puskesmas Jenawi, Alumnus FK UNS tahun 2000 ---------------------------------------------------------------------------------- Awalnya para dokter Puskesmas di Kabupaten Karanganyar direkrut B2P2TOOT Tawangmangu untuk mengikuti program pelatihan Saintifikasi Jamu. Setelah dilatih, kemudian diberikan bekal untuk melakukan penelitian jamu berbasis pelayanan kesehatan. Menjadi dokter Saintifikasi Jamu sangat menarik, karena harus membandingkan sesuatu yang di bangku kuliah tidak diterimanya yaitu jamu, ujarnya memulai percakapan. Kebetulan, saya bertugas di daerah cukup terpencil yaitu , di Puskesmas Gunung Lawu. Pasien yang dijadikan obyek penelitian rata-rata 50-60 persen sudah pernah menggunakan jamu. Jadi sosialisasi pengobatan menggunakan jamu, tidak mengalami kesulitan. Baik jamu untuk sekedar menjaga stamina seperti jahe, beras kencur maupun jamu untuk terapi itu sendiri. Dalam proses penelitian, banyak sekali liku-likunya, dr. Ita menambahkan. Tetapi yang menarik, ada seorang pasien yang akhirnya gagal terapi dalam pengertian drop out. Hanya karena “ kendil yang digunakan untuk merebus jamu” pecah sampai ketiga kalinya. Akhirnya dia melapor “ sampun lah bu , kulo mboten usah melanjutkan saja”. Kejadian ini sudah disampaikan sebagai masukan kepada Tim, untuk kedepan selain jamu juga harus dipersiapkan kualinya. Pihak B2P2TOOT sudah menyediakan paket jamu dalam tas-tas, untuk satu minggu. Satu tas isinya 7 kantong, satu kantong untuk sehari. Secara pribadi, Saintifikasi Jamu itu positif . “Saya merasa ini suatu terobosan. Sebetulnya, kita lihat dari segi masyarakat mereka butuh juga. Kalau pun tidak diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan, mereka akan mencari sendiri”, ujar dr. Ita. Tetapi itu pengalaman emperis. Akan lebih bagus lagi, kalau jamu diberikan oleh tim medis, distandarisasi, dosisnya sudah diukur, juga sudah dicoba keamanannya dan sebagainya. Dari segi masyarakat itu senang sekali. Kalau dari kami (dokter), satu terobosan karena jamu itu memang untuk penyakit-penyakit generatif. Lebih kepada yang secara medis pun, contoh DM tidak ada obatnya. Jadi obat DM adalah untuk mempertahankan kadar gula dalam posisi terkontrol. Kalau menggunakan obat modern dalam jangka waktu lama akan berefek pada ginjal dan sebagainya. Tetapi dengan terapi jamu sangat efektif, karena tidak berdampak negative, dr. Ita menambahkan. Antusiasme pasien itu luar biasa. Kendati pasien- pasien yang menjadi obyek penelitian hanya mendapatkan jamu satu bulan. Tetapi mereka mengatakan, Bu saya merasa enak, gula saya terkontrol, badan saya jadi enteng. Saya minta lagi. Saudara saya juga minta. Ada juga yang adiknya minta, dr. Ita menirukan pasiennya. Menghadapi banyaknya permintaan jamu, dr. Ita awalnya bingung, iki piye carane yo, kita kan hanya dijatah satu bulan. Untuk mengatasi hal itu, dr. Ita berkoordinasi dengan B2P2TOOT dan mereka dapat menyediakan jamu. 90 persen mereka ingin melanjutkan pengobatan dengan jamu. Dari B2P2TOOT sudah menyatakan kesediaannya untuk menyediakan bahan bakunya, tetapi karena di luar penelitiana harus bayar. Mereka umumnya mau membayar. Bahkan berapa pun mereka mau membayar. Lalu ada kesepakatan dengan B2P2TOOT, karena di Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus sekali berobat pasien membayar 20 ribu rupiah, maka pasien lanjutan juga dikenakan hal yang sama. Di Karanganyar sudah ada 18 dokter menjadi peneliti Saintifikasi Jamu. Jadi seluruh kecamatan . Hasilnya sudah disampaikan, secara umum 85 persen mengalami perbaikan. Keluhan dari pasien, ada beberapa yang bersifat mual, tetapi bisa diatasi dengan memberikan obat anti mual. Ada pula pasien yang mual, tetapi setelah jamunya ditambah madu, tidak mual lagi. Ada juga yang memakai Antasit.§ Smd sedikit”, ujar dr. Supardi. Kendati penelitian sudah selesai, ada beberapa pasien yang minta jamu lagi karena kebugarannya meningkat, badan lebih enteng, lebih nyaman, makan lebih lahap dan sebagainya. Ini yang tidak terdapat pada obat konvensional, karena memang obat konvensional satu obat untuk penyakit itu tetapi untuk jamu ada beberapa zat untuk mengatasi penyakit lain, dr. Supardi menambahkan. Dr. Supardi mengarapankan ke depan kalau jamu dikembangkan dengan baik, yang jelas potensinya luar biasa dan sumber dayanya lumayan banyak, maka pengobatan jamu berbasis penelitian ini harus berlanjut. Lebih ditingkatkan dan lebih bersemangat terutama para pengambil kebijakan.§
  • 34. RAGAM 34 Mediakom No.32/oktober/2011 umah sakit Dr. Soeomo Surabaya, telah membuka poliklinik obat tradisional. Pasien yang berobat, di tawarkan menggunakan obat tradisional. Bila berkenan, pasien di rujuk ke poli pengobatan tradisional. Pasien di observasi dahulu oleh dokter, kemudian mendapat obat racikan tradisional sesuai dengan penyakit yang diderita. Selain itu, poli pengobatan tradisional juga menyediakan akupuntur, message (pijit) dengan harga yang terjangkau. Poliklinik obat R RS Dr.Soetomo Surabaya buka Poliklinik Obat Tradisional tradisional RS.Dr.Soetomo bukan hanya melayani resep obat tradisional, tapi juga mengunakan sentuhan kain batik sebagai ornament jendela, bad, bantal dan aroma terapi harum semerbak dalam ruangan. Kehadiran poliklinik ini sungguh menguntungkan. Masyarakat jadi mempunyai pilihan untuk berobat. Selain harga obat tradisional lebih murah, khasiatnya pun manjur. Kehadiran obat tradisional untuk melengkapi obat modern. Menurut dr. Arijanto Jonosewojo, SpPD, kepala poliklinik pengobatan tradisonal RS Dr. Soetomo, sejak dibuka poliklinik obat tradisional (POT), rumah sakit menggunakan istilah sistem dua pintu. Ketika pasien datang berobat, setelah dilakukan diagnosis serta diketahui penyakitnya, pasien akan ditawari, apakah akan memanfaatkan pengobatan tradisional atau pengobatan modern. Diharapkan dengan penggunaan obat tradisonal di rumah sakit, kelak akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta menjadi tamu terhormat di mancanegara. Awalnya, POT tidak berjalan dengan mulus, banyak yang meragukan pengobatan tradisional ini. Setelah beberapa tahun beroperasi dan didukung penelitian tentang manfaat obat tradisional, misal jahe, temulawak, daun sambiloto dan sebagainya. Kemudian para dokter mendukung obat tradisional ini, kata dr. Arijanto. Sekalipun demikian, diagnosis penyakit pasien tetap menggunakan sarana teknologi kedokteran modern, misalnya hasil laboratorium atau rontgen. Seperti menggunakan pengobatan modern.“Yang terpenting dalam pengobatan tradisional juga harus mengetahui secara jelas sakit pasien melalaui diagnosis awal” tambah dr. Arjianto. Obat tradisional, juga sama dengan obat modern bahwa ada jamu- jamu tertentu yang sifatnya hanya menghilangkan rasa sakit, tapi tidak bisa mengobati sumber sakitnya. Untuk itu, fungsi diagnosis sangat penting, sehingga pengobatan tepat sasaran. “kehadiran obat tradisional fungsi dan keberadaannya untuk saling melengkapi obat-obat modern. Banyak penyakit-penyakit tertentu yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya oleh teknik pengobatan modern, namun bisa disembuhkan dengan obat tradisional”, ujar dr. Arjianto.§ YN dr. Arijanto Jonosewojo, SpPD, kepala poliklinik pengobatan tradisonal RS Dr. Soetomo
  • 35. No.32oktober/2011 Mediakom 35 itbang, sulit berkembang. Begitu pesimisnya seseorang membuat joke dengan institusi penelitian dan pengembangan. Semestinya, Litbangkes memang menjadi lokomotif. Ia menjadi penggerak, pendorong dan penarik gerbong pembangunan kesehatan. Ia juga memberi arah dan landasan perencanaan pembangunan kesehatan. Nah, seperti apakah cita-cita mulia Badan Litbangkes yang bervisi lokomotif, legitimator dan pengawal pembangunan kesehatan ? Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan merupakan, unit yang punya tanggung jawab mengelola litbang bagi kebutuhan pembangunan kesehatan Indonesia melalui Kemenkes. Secara sederhana, Badan Litbangkes harus mengelola litbang yang dapat menjadi dasar perencanaan dan pengorganisasian pembangunan kesehatan (riset prasyarat), mengelola litbang yang menjadi dasar dalam pelaksanaan dan monev pembangunan kesehatan (riset evaluasi), dan mengelola pengembangan hasil riset. Dalam mengelola visi, perlu perencanaan yang baik, benar, efektif dan efisien. Perencanaan secara sederhana dimulai dari penetapan rencana stratejik dan kebijakan Kemenkes, sampai dengan implementasi di Badan Litbangkes. Mulai dari formulasi dan penetapan agenda litbangkes. Dilanjutkan formulasi protokol sampai dengan menyusun rencana diseminasi dan utilisasi hasil litbangkes. L PERANAN PERENCANAAN Secara umum peran perencanaan meliputi; Pertama, Penetapkan tujuan, sasaran dan prioritas. Penetapan sasaran dan prioritas untuk mencapai tujuan yang ditentukan dalam rencana. Dalam menyusun rencana, hal yang harus dilakukan lebih dahulu harus mendapat prioritas tertinggi. Pola prioritas tidak kaku artinya dapat diubah sesuai dengan dinamika atau kebutuhan. Kedua, mobilisasi sumber. Suatu rencana harus menetapkan pembiayaan yang akan menjadi dasar mobilisasi sumber-sumber yang perlu. Ada beraneka ragam sumber eksternal dan internal yang dapat di gunakan untuk membiayai suatu rencana. Selain itu, rencana harus menentukan kebijakan dan piranti untuk memobilisasi sumber yang dapat memenuhi pembiayaan rencana dengan sudah memperhitungkan segala kemungkinan. Ketiga, administrasi yang efisien dan tidak korup. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup adalah syarat mutlak keberhasilan perencanaan. Namun di sinilah sering ditemukan kekurangan pengelola sehingga dibutuhkan tenaga administrasi yang cakap dengan tugas utama untuk meyiapkan laporan kelayakan yang baik mengenai rencana yang diusulkan. Keempat, keseimbangan dalam rencana. Suatu rencana harus menjamin keseimbangan yang tepat dalam banyak hal, kalau tidak akan muncul kelangkaan atau surplus pada waktu rencana dilaksanakan. Harus ada keseimbangan antara dana yang dimiliki dan investasi atau pembelanjaan, antara ketersediaan dan permintaan, antara kebutuhan aset manusia dan penyebarluasannya, dll. Kelima, hemat struktur dan kaya fungsi. Setiap usaha harus dibuat berdampak positif dalam administrasi, khususnya dalam pengembangan unit-unit. Serta dukungan internal dan eksternal merupakan faktor penting bagi keberhasilan perencanaan. Perencanaan memerlukan dukungan luas dari lingkungan pembuat rencana dan penerima rencana. Perencanaan harus di atas kepentingan golongan/elemen tertentu tetapi pada saat yang sama harus mendapatkan persetujuan semua golongan/elemen. PERENCANAAN LITBANGKES Badan Litbangkes sebagai unit utama Kemenkes bertanggung jawab mengelola litbangkes, seyogyanya merencanakan litbangkes dengan penggunaan sumber atau aset yang dominan. Porsi kegiatan dan anggaran litbangkes ideal adalah lebih besar daripada kegiatan dan anggaran rutin penggajian, pemeliharaan dan operasional. Proses perencanaan litbangkes dalam implementasi dapat dibagi dua jenis, meliputi 1) perencanaan mikro, yaitu bagaimana litbangkes dapat dilaksanakan sesuai kaidah ilmiah dan etik, dan 2) perencanaan makro, yaitu bagaimana litbangkes dapat dimanfaatkan. Kedua jenis perencanaan litbangkes ini harus dilakukan secara pararel dan berkesinambungan. Proses ideal perencanaan litbangkes dimulai setelah ada agenda litbangkes. Agenda litbangkes bila dipahami akan memunculkan ide yang dilanjutkan dengan memformulasikan protokol Badan Litbangkes: SUATU CATATAN Nagiot Cansalony Tambunan, SKM, ME Kasubbag Program, Sekretariat Badan Litbangkes, Kemenkes
  • 36. RAGAM 36 Mediakom No.32/oktober/2011 litbangkes (rencana konkrit litbangkes), menyiapkan instrumen dan bahan pendukung, menyusun orientasi hasil, dan mengidentifikasi institusi sasaran manfaat, sampai dengan menyusun kebutuhan anggaran dan biaya. Kualitas dari proses tersebut harus dijaga, karena itu diperlukan mekanisme yang bisa menyempurnakan protokol dan menyusun rencana anggaran dan biaya yang mengakomodasi protokol. Mekanisme ini dikenal dengan seminar protokol. Seminar ini harus melibatkan pihak program teknis kesehatan dan ilmuwan. Dalam hal ilmuwan, adalah yang memiliki keahlian atau kepakaran sesuai substansi dan juga ilmuwan yang memiliki keahlian atau kepakaran yang terkait substansi (beyond health). Mekanisme di atas selalu ada di Badan Litbangkes, mulai dari seminar melibatkan Dewan Riset Nasional pada periode-periode awal Badan Litbangkes, seminar yang dikelola Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Badan Litbangkes dengan seleksi in dan out, seminar internal di satuan kerja dengan melibatkan universitas, juga seminar yang dikelola oleh Sekretariat dengan melibatkan Komisi Ilmiah, Pengelola Program Teknis Kesehatan, dan Universitas. Tujuan seminar adalah sama, untuk menyediakan rencana litbangkes yang sesuai kaidah ilmiah, etik dan bermanfaat. Dengan semua pengalaman dan kondisi mekanisme penjaminan kualitas proses perencanaan litbangkes, tentu perlu dinilai bagaimanakah kualitas perencanaan litbangkes yang sudah berjalan? Hal ini perlu karena litbangkes dikelola untuk memberikan bukti prasyarat dan evaluasi dalam pengelolaan program teknis Kemenkes. Berdasarkan peran perencanaan secara umum di atas, dapat dibuat daftar tilik untuk menilai hal tersebut, yaitu: Tujuan: Apakah tujuan sudah relevan dan bermanfaat bagi program teknis Kemenkes? Bagaimanakah prospek pencapaian tujuan dengan rencana tahapan implementasi? Penetapan Sasaran dan Prioritas, terkait tujuan litbangkes: Apakah sasaran yang ingin dicapai dalam tujuan sudah menyangkut hal umum dan khusus dan dinyatakan secara tegas? Bagaimanakah prospek untuk menentukan sasaran bisa dicapai? Apakah alat ukur atau indikator sudah tersedia? Mobilisasi Sumber: Apakah rencana sudah berhasil mengidentifikasi sumber-sumber internal dan eksternal (al. dana, keahlian/kepakaran, lab, referensi, dll)? Apakah rencana sudah mengakomodasi kerjasama dengan institusi lain terkait pengembangan jejaring atau kemitraan berdasarkan identifikasi sumber? Bagaimana rencana mobilisasi sumber (al. dana, keahlian/kepakaran, lab, dll) dalam hal profesionalisme dan akuntabilitas? Administrasi yang Efisien dan Tidak Korup: Apakah kelengkapan dokumen rencana sudah layak sebagai protokol? Apakah kebutuhan anggaran dan biaya sudah memenuhi prinsip-prinsip aturan keuangan yang berlaku? Bagaimana penerjemahan kebutuhan substansi dalam rencana anggaran dan biaya? Keseimbangan dalam Rencana: Apakah rencana sudah mendukung implementasi tugas dan fungsi? Apakah permintaan dana dinilai layak sesuai volume dan substansi? Apakah penggunaan aset manusia sudah sesuai dengan kebutuhan protokol? Bagaimana pengelolaan sumber daya yang dimiliki dengan rencana kebutuhan dalam protokol? Hemat Struktur dan Kaya Fungsi: Litbangkes harus memanfaatkan sumber yang dimiliki Badan Litbangkes dengan tidak menimbulkan ongkos tambahan, al. pembentukan tim yang melaksanakan tugas yang sudah menjadi tugas unit kerja tertentu, atau unit kerja yang melakukan tugas unit dari organisasi lain Kemitraan tidak membebani anggaran Badan Litbangkes karena prinsip win-win solution atau kesetaraan Dukungan: Apakah sudah relevan dengan agenda litbangkes? Apakah sudah mengakomodasi kebutuhan Kemenkes? Apakah sudah mendapat dukungan dari peer group di lingkungan litbang dan iptek? Apakah protokol sudah diproses di internal dan direkomendasikan oleh reviewer peer group? KEBIJAKAN PUBLIK Kebijakan publik yang dipahami dan bermanfaat, sebagai salah satu indikator yang menggambarkan keberhasilan dari proses diseminasi dan utilisasi hasil litbangkes, bisa tercapai melalui translasi hasil litbangkes ke dalam rencana aksi program atau kegiatan teknis Kemenkes. Seperti diketahui, output dari litbang Pertemuan jaringan Litbangkes.
  • 37. No.32oktober/2011 Mediakom 37 adalah berbentuk laporan hasil, set data, usulan HKI, HKI, publikasi dan opsi kebijakan. Namun dalam artikel ini lebih ditekankan pada opsi kebijakan, karena diharapkan ada manfaat hasil litbangkes terhadap masyarakat melalui implementasi kebijakan publik, yang sebenarnya merupakan bentuk kontribusi ideal litbang terhadap pembangunan sesuai alasan pembentukan pada awal Pelita II. Translasi dalam hal ini akan menghasilkan makalah dari hasil litbangkes untuk pengambil/pembuat/ perumus kebijakan di Kemenkes. Mengadopsi dari artikel Menjembatani Penelitian dan Kebijakan, berikut adalah beberapa upaya dalam menghasilkan makalah tersebut, yaitu: Menyediakan makalah kebijakan dan makalah pembekalan kebijakan. Makalah kebijakan ditujukan secara khusus untuk menampilkan bukti-bukti sebagai penyokong informasi bagi suatu kebijakan. Makalah pembekalan kebijakan ditulis dengan tujuan yang sama, hanya saja lebih pendek (sekitar 1-6 halaman) Menyediakan kriteria untuk menilai makalah kebijakan dan makalah pembekalan kebijakan. Tiga komponen inti yang menandakan kualitas makalah adalah: (i) menjelaskan inti persoalan ii) memberikan pilihan solusi, termasuk juga solusi yang dipilih oleh penulis makalah; dan (iii) memuat kebijakan yang direkomendasikan Evaluasi meliputi ketiga komponen inti tersebut, dijabarkan sebagai berikut: Apakah klaim atas sesuatu disertai oleh bukti yang mendukung? Apakah argumen disampaikan dengan saling berkaitan (koheren), contoh terkait: Kejelasan sub-judul dan nomor. Misalnya bagian awal jangan hanya diberi label ‘Pendahuluan’; tapi harus disertai penjelasan singkat tentang label tersebut Kalimat pembuka dari setiap bagian membawa pada argumen yang ingin disampaikan. Kalimat pertama atau terakhir dari setiap paragraf menunjukkan hal paling penting. Penyampaian secara efektif dan mudah dimengerti. Isi tulisan yang koheren. Hal-hal tersebut memiliki satu kesamaan tujuan, yaitu untuk memungkinkan seseorang membaca makalah secara sekilas namun masih dapat menyerap keseluruhan argumen yang disampaikan. Apakah opsi kebijakan dipaparkan dan dibandingkan sejelas mungkin? Apakah ada penekanan lebih lanjut terhadap opsi kebijakan yang direkomendasikan? Dalam elemen opsi kebijakan, penasehat kebijakan perlu menunjukkan keahlian yang dimiliki dan memberikan argumen yang mendukung opsi kebijakan yang dia rekomendasikan. Ilmu kebijakan berorientasi pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai, karena itu makalah kebijakan harus membuktikan bahwa rekomendasi yang diberikan merupakan suatu solusi praktis atas isu yang diangkat, dengan demikian memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembuatan kebijakan dan komunitas kebijakan. Bagaimana bagian penutup dan rekomendasi merangkum keseluruhan makalah secara jelas bagi para pembaca/ pengguna? Berikut daftar uji terkait: Apakah bagian ini menyimpulkan bagian utama dari studi yang dilakukan? Apakah rekomendasi diberikan secara logis dalam beberapa bagian serta dipaparkan dengan jelas? Apakah rekomendasi telah ditulis secara efektif? Apakah bagian penutup benar-benar telah membuat pembaca/pengguna merasa bahwa makalah tersebut telah komplit? Visi Lokomotif Pembangunan Kesehatan menuntut Badan Litbangkes mampu menyediakan arah dan acuan untuk digunakan dalam mengelola program atau kegiatan teknis Kemenkes. Visi Legitimator Pembangunan Kesehatan menuntut Badan Litbangkes mampu memberikan bukti untuk manajemen program atau kegiatan teknis Kemenkes. Visi Pengawal Pembangunan Kesehatan menuntut Badan Litbangkes mampu memberikan gambaran dinamika dan stratejik untuk mencapai tujuan program atau kegiatan teknis Kemenkes. Dalam mencapai visi, Badan Litbangkes harus mampu memberikan data dasar, data mengenai hambatan dan penerapan intervensi utama, data kelayakan (hasil riset prasyarat); data mengenai monitoring, evaluasi, dampak dan manfaat (hasil riset evaluasi); dan mengembangkan pendekatan baru, efektivitas, dan peningkatan layanan (hasil pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan invensi). Perencanaan litbangkes yang baik dan benar, efektif dan efisien berpengaruh pada pembuatan kebijakan pembangunan kesehatan oleh Kemenkes. Semoga dengan catatan ini, proses translasi hasil litbangkes menjadi rencana aksi program dan kegiatan teknis Kemenkes berjalan dengan mekanisme yang tepat, sehingga asupan kebijakan dari makalah kebijakan dan makalah pembekalan kebijakan dapat dipahami oleh pembuat, pembaca dan pengguna makalah.§ Pertemuan perencanaan penelitian.
  • 38. 38 Mediakom No.32/oktober/2011 untuk rakyat erokoklah, asal tak mengganggu orang lain. Karena orang lain juga punya hak untuk tidak terganggu asap rokok. Perokok dan bukan perokok terus berdebat, berargumen menurut cara pandangnya sendiri, sampai terasa tak berujung. Untuk itu perlu aturan yang mengatur keduanya, agar mendapat keadilan untuk menikmati hidup. Sayang, aturan itu belum terwujud. Jalan panjang masih harus terus ditempuh. Sebagian menanyakan seperti lagunya Ting ting, sampai dimana..dimana...dimana ? Sejarah rokok dimulai saat warga asli benua Amerika (Maya, Aztec dan Indian) mengisap tembakau pipa atau mengunyah tembakau sejak 1000 sebelum masehi. Tradisi membakar tembakau kemudian dimulai untuk menunjukkan persahabatan dan M SAMPAI DIMANA RPP TEMBAKAU? persaudaraan saat beberapa suku yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan. Kru Columbus membawa tembakau beserta tradisi mengunyah dan membakar lewat pipa ini ke “peradaban” di Inggris. Namun demikian, seorang diplomat dan petualang Perancis-lah yang justru paling berperan dalam menyebarkan popularitas rokok di seantero Eropa, orang ini adalah Jean Nicot, darimana istilah Nikotin (dari Nicot) berasal. Setelah permintaan tembakau meningkat di Eropa, budi daya tembakau mulai dipelajari dengan serius terutama tembakau Virginia yang ditanam di Amerika. John Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala besar, yang kemudian diikuti oleh perdagangan dan pengiriman tembakau dari AS ke Eropa. Secara ilmiah, buku petunjuk bertanam tembakau pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1855. Di Indonesia, Haji Jamahri dari Kudus adalah orang yang pertama kali meramu tembakau dengan cengkeh pada tahun 1880. Tujuan awal Jamahri adalah mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun pada akhirnya rokok racikan Jamahri menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah sebutan khas untuk menamai rokok asal Indonesia, istilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot yang diakibatkan oleh letupan cengkeh (kretek..kretek..). Dari anggapan sebagai obat penyembuh, lambang persahabatan dan persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi simbol kejantanan pria. Hal ini ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai ransum wajib setiap prajurit saat Perang Dunia Pertama. Simbol rokok sebagai kejantanan lelaki makin menguat sejak iklan Marlboro Man. Iklan ini juga menjadi simbol kebangkitan Philip Morris sebagai produsen rokok terbesar di dunia dengan bendera Marlboro. Dengan iklan ini, Marlboro mengubah image dari rokoknya perempuan menjadi rokok laki-laki sejati. Industri rokok mulai redup sejak 1964, sejak persatuan dokter bedah Amerika mengeluarkan pernyataan rokok mengakibatkan kanker paru- paru. Iklan rokok di televisi mulai dilarang sejak 1965 (Inggris) dan 1970 (Amerika). Peringatan kesehatan di kemasan rokok mulai muncul sejak 1970, dan makin diperkuat dengan peringatan melalui gambar. Merokok ditempat umum mulai dilarang pada tahun 1987 larangan merokok di penerbangan, tahun 1993 larangan merokok ditempat publik mulai dikenal di Amerika dan Inggris, berlanjut dengan tahun 2003 saat New York, London & Irlandia mulai memberlakukan larangan merokok di semua tempat tertutup. Tahun 1998 eksekutif perusahaan rokok terbesar di Amerika mengeluarkan pengakuan bahwa nikotin adalah candu, tuntutan legal terhadap perusahaan rokok mengakibatkan ganti rugi yang mencapai 250 Triliun Dollar Amerika. MASALAH AKIBAT ROKOK DI