Dokumen tersebut membahas tentang hikmah Idul Qurban dan pentingnya memperkuat nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dokumen ini juga menyinggung mengenai bahaya praktik dinasti politik dan pentingnya melawan godaan duniawi untuk menjaga keimanan dan moralitas.
1. Hikmah Idul Qurban
DIGITAL NE WS PA PER
Tingkatkan
Kebaikan
hal
2
Spirit Baru Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
| KAMIS, 17 OKTOBER 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Dinasti Politik atau Penyelamatan
SURYA Online - DPR
dan Pemerintah sepakat
memasukkan aturan
pembatasan praktek
dinasti politik dalam
Rancangan Undang-undang
Pemilihan Kepala Daerah
(RUU Pilkada).
Rancangan pasal itu
menyebutkan, keluarga
kepala daerah baru
dibolehkan mencalonkan
diri sebagai pemimpin
daerah setelah lima tahun
sejak kepala daerah itu
turun dari jabatannya.
“Argumennya, dinasti
politik itu ada kecenderungan menyalahgunakan
wewenang. Karena itu perlu ada jedah waktu bahwa
keluarga yang bersangkutan tidak boleh mencalonkan diri,” kata Agus
Purnomo, Anggota Komisi II
DPR kepada wartawan BBC
Indonesia, Heyder Affan,
melalui telepon, Jumat
(11/10/2013).
Sementara, peneliti
dan pengamat politik dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Siti Zuhroh
yang juga pernah dilibatkan dalam pembahasan
RUU Pilkada mengatakan,
praktek dinasti politik tidak
boleh dibiarkan karena
saat ini telah mewabah
dan menjalar di berbagai
daerah Indonesia.
“Jumlahnya juga meningkat
secara signifikan menjadi 58
kasus politik dinasti sehingga
harus direspon cepat oleh
Pemerintah dan DPR untuk
memberikan payung hukumnya,” kata Siti Zuhroh dihubungi BBC Indonesia, Jumat
(11/10/2013).
Mengapa baru sekarang,
pasca reformasi, dinasti politik
itu dipersoalkan? Padahal di
era Orde Baru pun dinasti
politik itu juga terjadi, tetapi
tidak masalah. Inilah yang
menarik perhatian saya. Menurut hemat saya, ada dua hal
yang membuat keresahan soal
dinasti politik ini. Pertama,
join facebook.com/suryaonline
karena menduduki kekuasaan
itu sangat enak, bisa melakukan apa saja, terutama era
otonomi daerah. Yang kedua,
karena dengan mengangkat
dinastinya ke lingkaran kekuasaan, para penguasa tersebut
dapat menutupi masalah yang
pernah dibuatnya.
Sebenarnya
situasi seperti itu
wajar-wajar saja
dalam sebuah
logika politik
atau pemikiran
pemerintahan,
bahkan di era kerajaan pun dulu
lebih parah lagi,
karena dinasti
raja berkuasa
absolut.
Lagi-lagi
pola-pola pemikiran ini
terjadi karena pendulum
yang meluncur pada era
yang berubah tanpa bentuk
dan tujuan jelas sekarang
ini, sangat mudah untuk
mengeruk kekayaan pribadi.
Hal ini menjadi pembuktian
pepatah yang mengatakan
manusia tidak akan pernah
puas, sehingga yang dari
yang tidak punya pun
ketika berkuasa juga menjadi
serakah untuk mendapatkan
dan mengalami yang tidak
pernah dialaminya. Tidak ada
lagi kesederhanaan seperti
ketika masih tidak punya
apa-apa. Karena ada kesempatan, peluang dan kekuasaan,
ditambah godaan setan.
Yang bisa mengerem
situasi ini adalah keimanan
dan moralitas seseorang.
Fatalnya, agama sekarang ini
justru banyak dipakai sebagai
alat untuk meraih kekuasaan
dan kenikmatan hidup dengan
cara apapun, bukan untuk
mendekatkan diri menghadapi
hari akhir yang menanti di
alam baka.
Yang kedua, masalah
dinasti kekuasaan, bagaimana penguasa menutupi
kesalahan-kesalahan yang
pernah dibuat agar tidak
diincar oleh lawan-lawan
politiknya atau oleh
penegak hukum. Karena
sistem pemerintahan kita
sekarang, dengan menjadi penguasa, boleh dibilang bisa mengendalikan
apapun, termasuk hukum
yang berlaku. Saya masih
ingat guyonan almarhum
Haji Susanto (Haji Santo),
politikus yang menurut
saya jenius itu, bahwa di
Indonesia ini hanya ada
dua hal yang tidak bisa
dilanggar, yakni masuk
masjid memakai sepatu
dan menyalakan korek
api di SPBU. Jika dinasti
penguasa tersebut berkuasa, tentu akan lebih
aman, paling tidak untuk
sementara waktu karena
mampu mengendalikan
dan mengatur semuanya.
Oleh sebab itu, kita semua
wajib mendukung KPK untuk
diperluas dapat menjamah
seluruh penjuru Tanah Air, dan
yang tidak kalah pentingnya
kita berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, agar petugaspetugas
KPK mampu
mempertahankan
imannya
karena
bagaimanapun
petugas
KPK juga
manusia,
yang
selalu bisa
tergoda
oleh setan.
Yang tidak kalah pentingnya
adalah kita semua perlu
selalu dan selalu berdoa agar
penguasa-penguasa Negeri ini
diberi hidayah, sadar bahwa
menjadi penguasa itu adalah
amanah dan harus dilaksanakan
untuk membangun Negeri dan
kemakmuran rakyat. Bukan untuk membangun rumah mewah,
mobil mewah dan tambah istri
simpanan. (wahjoe harjanto)
follow @portalsurya
2. 2
KAMIS, 17 OKTOBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
Hikmah Idul Qurban
TINGKATKAN KEBAIKKAN
SURYA Online - Kekuatan
suatu bangsa akan sangat tergantung dari visi keberagamaan yang mereka hayati, yaitu
bermula dari cinta kepada
Allah kemudian dikembangkan
cinta kepada bangsa dan cinta
kepada sesama makhluk.
Bisa saja suatu bangsa
berhasil menciptakan kemakmuran yang ditandai oleh
tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi sebagaimana yang
dialami masyarakat modern.
Akan tetapi, apabila kehidupan bangsa itu tidak dilandasi
nilai keberagamaan, kehidupan masyarakat menjadi tidak
tenteram.
Kalaupun kelihatan sepintas
mereka makmur dan serasi,
hanyalah bersifat sementara
karena titik temunya hanyalah
karena di antara mereka ada
persamaan kepentingan. Oleh
karena itu, perlu dorongan
bagi setiap umat Islam untuk
memiliki sikap asketisme
intelektual, yaitu kerelaan
menunda kenikmatan sementara untuk meraih kenikmatan
yang abadi.
Jadi, Islam memandang
hidup ini secara komprehensif mencakup rohani dan jasmani, kesatuan
akal dan wahyu, ilmu dan agama, serta
pribadi dan sosial. Musuh bagi seorang
mukmin maupun muslim tidak ditujukan
kepada seseorang atau pribadi. Akan
tetapi ditujukan kepada ide maupun
paham yang bertentangan dengan
prinsip keadilan terhadap diri maupun
lingkungannya.
Dengan menjadikan diri sebagai
bagian dari keislaman paripurna (Islam
kafah), seorang muslim akan terlepas
dari syirik dan dia kemudian muncul
sebagai orang yang adil dan terhindar
dari sikap memonopoli kebenaran.
Belakangan ini, berbagai istilah yang
berkembang di tengah masyarakat, seperti radikalisme dan fundamentalisme
yang sesungguhnya merupakan gambaran sikap keangkuhan karena hanya
memandang diri maupun kelompoknya
yang benar.
Adalah menjadi tugas semua pihak
untuk menyadarkan kelompok yang
memiliki pandangan pola keberagamaan
cenderung menonjolkan kelompoknya
dan memandang rendah kelompok
muslim lainnya.
Islam tidak
hanya menyuruh berbuat
baik kepada
sesama
muslim,
tetapi juga
kepada yang bukan
muslim. Oleh karena itu,
perlu upaya untuk mempertemukan persaudaraan seiman.
Dan itu hendaklah diawali
dengan saling memperluas
wawasan pemikiran guna
dapat menangkap pesan Islam
dengan penuh tenggang rasa
(tasamuh).
Ajaran Islam tidak akan
mampu mendekatkan
join facebook.com/suryaonline
hubungan sesama muslim
manakala sikap keberagamaan
masih terpaku pada penonjolan
pada egoisme pribadi atau
kelompok.
Hal ini sebagai gambaran
dalam kehidupan sehari-hari
selalu dihadapkan kepada dilema ini, yaitu antara konsisten
menegakkan kebenaran atau
kepada tarikan kehidupan
duniawi, apalagi ketika
seseorang sedang memegang
kendali kekuasaan.
Islam menyatakan bahwa
berbagai kelebihan yang
dimiliki seseorang tidak lebih
dari sekadar barang titipan
(amanah) yang harus dipertanggungjawabkan di kemudian
hari. Cinta kepada Allah harus
dijadikan sebagai yang paling
utama, sedang cinta kepada
makhluk haruslah memperkuat
cinta kepada Allah. Bisa saja
yang dicintai itu, istri, anak,
harta, jabatan, status sosial,
keahlian, profesi, dan lain
sebagainya. Namun semuanya
harus ditujukan sebagai wujud
cinta kepada Allah.
Bukankah kisah Nabi Ibrahim
dengan putranya Ismail menggambarkan umat bahwa pertarungan
batin yang dihadapi oleh dua generasi
yang berbeda, yaitu tokoh generasi tua
(Ibrahim) dan generasi muda (Ismail).
Namun keduanya dapat mempertemukan pola berpikirnya sekalipun
sebagai
dua pribadi
yang berbeda jauh usianya.
Bandingkan sekarang ini betapa
banyak para orang tua, pendidik,
pemimpin masyarakat, maupun pejabat
mengalami kesulitan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan terhadap
remaja karena generasi tua sibuk
bernostalgia terhadap masa lalu dan
tidak dapat mengikuti perkembangan
zaman. (antara)
follow @portalsurya