UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
Pedoman praktikum rujukan kasus gadar maternatal neonatal
1. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1
SIAGA BENCANA
MATERNAL NEONATAL
MODUL
Pedoman Praktikum Rujukan Kasus Gawat
Darurat Maternal Neonatal
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Suryaningsih
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 8
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi
Pendahuluan
6Kegiatan Belajar 1 Pedoman Praktikum Asuhan Pra Rujukan Maternal
Kegiatan Belajar 2 Pedoman Praktikum Upaya Stabilisasi Rujukan
Maternal
11
41Kegiatan Belajar 3 Pedoman Praktikum Asuhan Pra Rujukan Neonatal
Acuan Pustaka
Lampiran
61
62
45Kegiatan Belajar 4 Pedman Praktikum Upaya Stabilisasi Rujukan
Neonatal
Glosarium 1
Daftar Gambar 90
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Glosarium
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Asphyksia
keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
Icterus
perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning karena
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat
merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50% pada bayi yang
lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yangpatologis (tidak normal) misalnya
akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan
saluran empedu, dan lain-lain.
Anenchepal
adalah gangguan cephalic yang merupakan cacat tabung saraf yang terjadi ketika ujung
tabung saraf gagal menutup, biasanya antara 23 dan 26 hari setelah konsepsi.
Cyanosis
warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang
rendah dalam darah
Distosia
terdapat kesulitan dalam persalinan baik dari faktor power, passage, passanger.
Informed consent
persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelsan mengenai
tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien berikut.
Kanguru mother care
perawatan bayi melekat didada ibu atau ayahnya.
Resusitasi
tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-
sebab tertentu
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Selamat berjumpa para mahasiswa
Pendidikan Jarak Jauh D3 Kebidanan. Anda
telah menyelesaikan 2 modul teori pada Mata
kuliahSiagaGawatDaruratMaternalNeonatal
dan 1 pedoman praktikum Mata kuliah
Siaga Gawat Darurat Maternal Neonatal.
Saat ini anda sedang mempelajari Pedoman
Praktikum 2 Mata Kuliah siaga Gawat darurat
Materal Neonatal yang mempelajari tentang
pedoman praktikum rujukan kasus gawat
darurat maternal neonatal. Anda diharapkan
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan sikap dalam melakukan
rujukan kasus gawat darurat maternal
neonatal di puskesmas, rumahsakit, rumah
bersalin, maupun di masyarakat dengan
didahului kegiatan praktik di laboratorium.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan
merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yang akan memberikan dampak pada
penurunan Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Ibu akibat keterlambatan
dalam penanganan kegawatdaruratan.
AgarSaudaradapatmemberikanpelayanan
gawat darurat maternal neonatal dengan
baik, saudara harus melakukan praktikum.
MelaluipraktikuminiSaudaradapatberlatih
untuk mengembangkan dan memadukan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
diperlukan dalam kehidupan profesional
sehingga siap sepenuhnya dalam praktik
sebagai bidan yang kompeten dalam
kewenangannya.
Ibu dan Anak
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Tujuan dari praktik laboratorium ini adalah:
1. Melakukan rujukan kasus gawat darurat pada maternal
Praktik yang berkaitan dengan rujukan kasus gawat darurat maternal meliputi:
a. Asuhan pra rujukan maternal
b. Upaya Stabilisasi rujukan maternal
2. Melakukan rujukan kasus gawat darurat pada neonatal
Praktik yang berkaitan dengan rujukan kasus gawat darurat neonatal meliputi:
a. Asuhan pra rujukan neonatal
b. Upaya Stabilisasi rujukan neonatal
Tempat Praktik:
Laboratorium kebidanan, rumah bersalin, puskesmas, rumah sakit atau masyarakat.
Jumlah alokasi waktu:
Pada praktikum ini jumlah SKS yang ditempuh adalah 1 SKS, dimana 1 SKS setara dengan 2
jam perhari sehingga waktu yang dibutuhkan 32 jam persemester.
Jadwal pelaksanaan praktikum dapat dilakukan bersamaan dengan pembelajaran teori
siaga gawat darurat maternal neonatal, atau dibuat terpisah setelah anda menyelesaikan
kegiatan teori dalam mata kuliah ini. Dapat juga dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
praktikum mata kuliah Asuhan kehamilan, Asuhan persalinan dan BBL, asuhan ibu nifas
dan menyusui, serta asuhan neonates, anak, balita dan pra sekolah.
Pembimbing Praktik:
Saudara selama kegiatan praktikum akan dibimbing oleh pembimbing klinik (Clinical
Instruktur) dan pembimbing institusi saudara.
Pembimbing klinik ditunjuk dan ditetapkan oleh atasan tempat saudara melakukan praktik,
dengan latarbelakang pendidikan minimal DIII Kebidanan dan berpengalaman diklinik
minimal 2 tahun sedangkan pembimbing institusi adalah pembimbing yang mendapatkan
tugas dari pimpinan institusi tersebut.
Teknis Bimbingan:
Pada kegiatan praktik di laboratorium, yang saudara lakukan adalah menemui dosen
penanggung jawab mata kuliah untuk membuat kontrak belajar pembelajaran praktikum.
Selanjutnya saudara dapat menghubungi pembimbing praktik di laboratorium untuk
mendapatkan bimbingan di laboratorium sesuai dengan jadual yang telah disepakati.
Sedangkan pada kegiatan praktik di lahan praktik, pada awal praktik yang saudara lakukan
adalah menemui pembimbing klinik, dan menyepakati/ menyamakan persepsi tugas-tugas
yang akan saudara lakukan disitu. Saudara membuat kontrak belajar dengan pembimbing
lahan, selanjutnya pembimbing lahan akan melakukan preconference dengan saudara.
Saat melakukan asuhan ke klien , bila belum pernah melakukan sebelumnya silahkan
saudara melihat atau membantu dulu, baru pada klien yang lain saudara melakukan
asuhan dengan didampingi pembimbing klinik, bila merasa sudah bisa saudara dapat
melakukan secara mandiri. Setiap hari diakhir praktik, pembimbing lahan akan melakukan
post conference untuk mengetahui tugas-tugas pada hari tersebut yang sudah dilakukan.
Pembimbing institusi akan memantau pencapaian kompetensi saudara, melalui supervise
secara berkala ataupun saudara mengirimkan laporan portofolio dalam bentuk laporan
pencapaian target melalui media elektronik maupun dikirim melalui post surat, sehingga
pembimbing institusi dapat memonitor pencapaian target kompetensi praktikum yang
saudara buat.
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
Tata Tertib
Tata tertib yang harus saudara taati saat kegiatan praktikum di laboratorium adalah:
1. Setiap mahasiswa wajib mengikuti praktikum yang diadakan dilaboratorium
2. Setiap mahasiswa harus sudah siap sebelum kegiatan praktikum dimulai dan dengan
memakai pakaian/kelengkapan yang telah ditentukan
3. Bagi mahasiswa yang terlambat kurang lebih 30 menit dianggap tidak hadir, kecuali
sebelumnya telah memberitahukan baik lisan maupun tertulis kepada penanggung
jawab laboratorium/dosen pengampu
4. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum/laboratorium dengan kehadiran
100% dan mengisi buku kunjungan laboratorium
5. Mahasiswa harus bersikap sopan dan menghargai pembimbing maupun mahasiswa
lain
6. Mahasiswa dilarang makan, tidur dan mengotori ruangan praktek laboratorium
7. Bagi mahasiswa yang ingin keluar ruangan harus meminta ijin pembimbing terlebih
dahulu
8. Bagi mahasiswa yang berhalangan hadir karena alasan yang penting/sakit pada waktu
praktekum, yang mendapat ijin dosen pengampu, harus mengganti pada hari lain
sebanyak hari ijinnya
9. Setiap mahasiswa wajib memenuhi target jam praktek sesuai dengan jumlah kredit
mata kuliah
10. Setiap mahasiswa bertanggungjawab terhadap fasilitas di laboratorium. Dan dilarang
membawa peralatan keluar ruangan tanpa seijin petugas laboratorium
11. Bagi mahasiswa yang merusakkan peralatan laboratorium wajib menggantinya, kecuali
kerusakan tersebut di luar tanggung jawabnya (kecelakaan)
12. Bagi mahasiswa yang sudah selesai meminjam alat laboratorium wajib mengisi buku
pengembalian alat dan buku kunjungan laboratorium
13. Bagi mahasiswa yang ingin mengembalikan alat harus melapor dan sepengetahuan pj
laboratorium
Selama saudara menjalankan praktikum ini, wajib mentaati tata tertib yang ada, antara lain:
1. Saudara wajib mentaati peraturan yang berlaku di lahan praktik.
2. Kehadiran saudara harus sesuai jadwal yang ditetapkan pembimbing klinik
3. Kehadiran praktik 100%, bila tidak hadir wajib mengganti praktik pada kesempatan lain
selama periode praktik di tempat yang sama dengan persetujuan pembimbing prodi
dan lahan praktik. Penggantian praktik dibuktikan dengan Surat Pernyataan
4. Setiap saudara datang ke tempat praktik wajib menandatangani daftar hadir.
5. Bila saudara ada halangan tidak bisa hadir pada praktikum ini, maka saudara harus
meminta ijin kepada pembimbing klinik saudara. Bila sakit harus ada surat keterangan
dokter, bila ijin kepentingan lain harus melapor terlebih dulu pada penanggung jawab
praktik.
6. Saudara wajib mengganti waktu praktik sepanjang yang ditinggalkan, apabila
meninggalkan praktik tanpa keterangan maka harus mengganti dua kali lipat dari
waktu yangn ditinggalkan
Penilaian:
Penilaian mata kuliah Siaga Gawat Darurat maternal Neonatal meliputi penilaian porto folio
dalam bentuk laporan kasus 20%, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester 40%
dan penampilan klinik secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan dan
sikap secara berkesinambungan dengan menggunakan pendekatan langsung pada kasus
maupun di laboratorium 40%.
Penilaian penampilan klinik ini dilakukan oleh pembimbing klinik bersama dengan
pembimbing institusi. Pada penilaian ini saudara diminta melakukan tindakan
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
7. Bila saudara, ditengah-tengah praktik meninggalkan tempat tanpa ijin, maka dianggap
tidak hadir.
Panduan ini dibuat agar Saudara dapat melakukan praktikum dengan baik. Panduan ini
merupakan panduan kedua dari 2 buku panduan untuk mata kuliah Siaga Gawat Darurat
Maternal Neonatal.
Saudara diminta memberikan pelayanan kesehatan Kegawat daruratan maternal neonatal
di rumah bersalin, puskesmas, rumah sakit atau dimasyarakat mencakup deteksi kasus
gawat darurat dan rujukan kasus gawat darurat.
Panduan praktikum ini meliputi 4 kegiatan belajar yaitu :
Kegiatan belajar 1 : Asuhan Pra Rujukan kasus Gawat darurat Maternal
Kegiatan belajar 2 : Upaya Stabilisasi Rujukan Kasus gawat darurat Maternal
Kegiatan belajar 3 : Asuhan Pra Rujukan kasus Gawat darurat Neonatal
Kegiatan belajar 4 : Upaya Stabilisasi Rujukan Kasus gawat darurat Neonatal
Mata kuliah siaga gawat darurat ini merupakan pengetahuan dan ketrampilan dasar
sebelum anda mempelajari mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawat daruratan maternal
neonatal sebagai bekal saudara sebagai seorang calon bidan baik dimasyarakat, puskesmas
maupun di rumahsakit.
Adapun langkah-langkah yang harus saudara lakukan sebelum mepelajari pedoman
praktikum ini adalah :
1. Bacalah kembali modul matakuliah yang sudah saudara dapatkan sebelumnya yaitu
modul 1 dan 2 mata kuliah siaga gawat darurat maternal neonatal.
2. Buatlah kontrak belajar dengan persetujuan pembimbing klinik
3. Lakukan langkah kegiatan belajar secara berurutan dari kegiatan belajar 1 kemudian
kegiatan belajar 2 dan seterusnya.
4. Orientasi situasi dan tempat praktik
5. Lakukan latihan latihan sesuai dengan cek list
6. Keberhasilan proses pembelajaran praktikum ini tergantung dari kesungguhan saudara
dalam berlatih.
7. Bila saudara mengalami kesulitan segeralah menghubungi pembimbing lahan (clinical
instructur).
Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses
melaksanakan praktikum yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai
bidan di daerah dengan baik.
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum ini, saudara diharapkan mampu melakukan
asuhan pra rujukan pada kasus gawat darurat maternal.
2. Indikator
Setelah melakukan praktikum ini saudara diharapkan dapat:
a. Menentukan kriteria ibu yang membutuhkan rujukan
b. Memberikan asuhan pra rujukan kasus gawat darurat maternal
Kegiatan
Belajar 1
Asuhan Pra Rujukan Kasus Gawat Darurat
Maternal
Tujuan Pembelajaran
Pokok-pokok Materi
Sebelum melakukan asuhan pra rujukan saudara harus menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan :
• Form rujukan
• Form informed consent
• Register rujukan
• Kriteria ibu yang membutuhkan rujukan
• Asuhan pra rujukan kasus gawat darurat maternal
Alat dan Bahan
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus memberikan asuhan pra rujukan yaitu:
1. Tentukan apakah ibu memenuhi salah satu atau lebih kriteria yang memerlukan rujukan
sebagai berikut:
a. Perdarahan
b. Infeksi/ sepsis
c. Hipertensi dan preeklamsia/ eklamsia
d. Persalinan macet/ distosia
2. Setelah anda memastikan bahwa ibu mengalami salah satu atau lebih kriteria di atas,
persilahkan keluarga untuk duduk di kursi yang ada. Saudara silahkan memperkenalkan
diri dengan menyebutkan nama. Selanjutnya berikan penjelasan syarat syarat merujuk
Langkah
Kegiatan
Posisi Konseling
yaitu:
a. Ibu dalam keadaan stabil. Upayakan
agar :
1) Jalan napas bersih dan terbuka
2) Kulit dan bibir kemerahan
3) Frekuensi jantung 120 – 160 kali/
menit
4) Suhu aksiler 36,5 – 37,50C
5) Masalah spesifik penderita sudah
dilakukan manajemen awal
b. Pasien harus dalam keadaan
hangat, gunakan selimut jangan
menggunakan pemanas karena kulit
dapat terbakar
c. Didampingi oleh tenaga kesehatan yang terlatih,
d. Tersedia peralatan (termasuk Kit resusitasi) dan obat yang dibutuhkan
e. Melengkapi data :
1) Surat persetujuan tindakan
2) Surat rujukan
3) Ringkasan kasus disertakan yang mencakup riwayat penyakit, penilaian kondisi
pasien yang dibuat pada saat kasus diterima perujuk, tindakan atau pengobatan
yang telah diberikan dan keterangan lain yang perlu dan yang ditemukan berkaitan
dengan kondisi pasien pada saat pasien masih dalam penanganan perujuk
3. Menjelaskan kepada keluarga tatacara merujuk.
Tatacara merujuk:
1) Tentukan kasus perlu rujuk
2) Tentukan dan hubungi tempat tujuan rujukan
3) Sudah dilakukan asuhan awal terhadap kasus yang diderita
4) Sudah dilakukan manajemen awal terhadap masalah spesifik penderita
a. Penanganan pernafasan dan pembebasan jalan nafas
b. Kontrol perdarahan
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
c. Pemberian cairan infuse intravena
d. Kontrol nyeri (mengurangi datau menghilangkan nyeri)
5) Didampingi oleh tenaga yang terlatih, sehingga cairan infuse intravena dan oksigen
dapat terus diberikan
6) Dalam perjalanan ketempat rujukan pasien harus dijaga tetap dalam kondisi hangat
dan kakinya dalam posisi lebih tinggi khususnya pada kasus perdarahan
4. Minta keluarga untuk menandatangani lembar persetujuan tindakan medic (informed
consent), pada kondisi emergensi informed consent dapat dimintakan kemudian.
5. Catat dalam register rujukan
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Rangkuman
Selamat, saudara telah belajar memberikan asuhan pra rujukan pada kasus gawat
darurat maternal. Dengan demikian saudara sebagai seorang calon bidan telah
menguasai salah satu kompetensi saudara. Hal-hal penting yang sudah saudara
pelajari dalam panduan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Asuhan pra rujukan gawat darurat maternal meliputi:
a. Menentukan kriteria ibu yang membutuhkan rujukan
b. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang syarat – syarat merujuk
c. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang tata cara merujuk
d. Melakukan informed consent
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10
Tugas
Mandiri
Berpasanganlah dengan teman anda, lalu lakukan asuhan pra rujukan. Satu orang berper-
an sebagai bidan, dan satu orang berperan sebagai keluarga pasien. Lakukan berulang –
ulang sampai anda merasa benar benar mampu.
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum ini, saudara diharapkan mampu melakukan
Upaya Stabilisasi rujukan kasus gawat darurat Maternal.
2. Indikator
Setelah melakukan praktikum ini saudara diharapkan dapat:
a. Melakukan penanganan pernafasan atau pembebasan jalan nafas
b. Melakukan Kontrol perdarahan
c. Melakukan pemberian cairan infuse intravena
d. Melakukan Kontrol nyeri (mengurangi atau menghilangkan nyeri)
Kegiatan
Belajar 2
Upaya Stabilisasi Rujukan Kasus Gawat Darurat
Maternal
Tujuan Pembelajaran
Pokok-pokok Materi
• Penanganan pernafasan atau pembebasan jalan nafas
• Kontrol perdarahan
• Pemberian cairan infuse intravena
• Kontrol nyeri (mengurangi atau menghilangkan nyeri)
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
Ditempat pertolongan pertama, periksalah tanda tanda vital. Yakinkan bahwa jalan nafas
tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan melalui mulut karena pasien
sewaktu waktu dapat muntah, dan cairan muntahan dapat menyebabkan aspirasi kedalm
paru paru. Putarlah kepala pasien dan badannya kesamping bila ia muntah, sehingga tidak
terjadi aspirasi.
Penanganan pernafasan atau pembebasan jalan nafas dapat dilakukan dengan pengaturan
posisi dan pemberian oksigenasi. Pemberian oksigenasi dapat dilakukan melalui nasal
kanul, simple mask dan nasal kateter. Berikut akan dipelajari tentang teknik pemberian
oksigenasi menggunakan beberapa teknik tersebut.
Penanganan Pernafasan Atau Pembebasan Jalan Nafas
Pastikan bahwa jalan nafas bebas. Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi pasien
stabil dan kecil mempunyai risiko mengalami syok. Apabila kondisi pasien menjadi tidak
stabil dan oksigen tersedia, berikan oksigen 6 – 8 liter/ menit.
Oksigenasi Menggunakan Nasal Kanul
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam pemberian oksigenasi melalui nasal kanul
adalah:
Alat dan Bahan
Tabung Oksigen
Flow Meter
Humidifier (tabung pelembab) berisi airKanula Nasal
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)
2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler
Prosedur kerja :
1. Mencuci tangan.*)
2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan
4. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab.
5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa.
6. Memasang kanula pada hidung klien dan atur pengikat untuk kenyamanan klien.
7. Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik yaitu 6 – 8 Lt/mnt.
8. Mencuci tangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Observasi apakah:
a. Kanula tersumbat atau terlipat
b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air
c. Volume Oksigen mencukupi/tidak
2. Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
3. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran kecepa-
tan oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
Langkah
Kegiatan
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
Pastikan bahwa jalan nafas bebas. Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi pasien
stabil dan kecil mempunyai risiko mengalami syok. Apabila kondisi pasien menjadi tidak
stabil dan oksigen tersedia, berikan oksigen 6 – 8 liter/ menit.
Oksigenasi Melalui Simple Mask
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam pemberian oksigenasi melalui simple mask
adalah:
Alat dan Bahan
Tabung Oksigen SImple Mask Humidifier (tabung pelembab) berisi air
Flow Meter
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
a. Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)
2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler
Prosedur kerja
1. Mencuci tangan.*)
2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan
4. Menghubungkan selang dari simple mask ke tabung pelembab.
5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari simple mask
6. Memasang simple mask di atas mulut dan hidung klien dan atur pengikat untuk ken-
yamanan klien.
7. Menetapkan kadar oksigen sesuai program yaitu 6 – 8 Lt/mnt
8. Mencuci tangan
Hal hal yang perlu diperhatikan:
1. Observasi apakah:
a. Tube tidak tersumbat atau terlipat
b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air.
c. Volume Oksigen mencukupi/tidak
2. Mengkaji kondisi klien secara teratur
3. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran kecepa-
tan oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
4. Meletakkan tanda ”dilarang merokok” pada lokasi yang dapat terlihat jelas.
Langkah
Kegiatan
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
OKSIGENASI MELALUI NASAL KATETER
Pastikan bahwa jalan nafas bebas. Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi pasien
stabil dan kecil mempunyai risiko mengalami syok. Apabila kondisi pasien menjadi tidak
stabil dan oksigen tersedia, berikan oksigen 6 – 8 liter/ menit.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam pemberian oksigenasi melalui Nasal Kateter
adalah:
Tabung Oksigen Nasar Kateter Humidifier (tabung pelembab) berisi air
Flow Meter Vaselin/Jeli
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
1. Persiapan pasien :
• Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)
• Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi fowler
2. Prosedur kerja :
• Mencuci tangan.*)
• Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
• Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan
• Menghubungkan selang dari nasal kateter ke tabung pelembab.
• Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda
• Memeriksa apakah oksigen keluar dari nasal kateter.
• Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli)
• Masukkan dalam hidung sampai batas yang ditentukan.
• Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan li-
dah klien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belakang uvula.
• Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik yaitu 6 – 8 Lt/mnt
• Viksasi pada daerah hidung.
• Mencuci tangan.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan :
• Observasi apakah:
a. Tube tidak tersumbat atau terlipat
b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air.
c. Volume Oksigen mencukupi/tidak
• Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa keceatan aliran setiap 6-8 jam.
• Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran kecepa-
tan oksigen, rute pemberian, dan respons klien.
• Mencuci tangan
Langkah
Kegiatan
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
KONTROL PERDARAHAN
Penanganan/ Kontrol perdarahan dilakukan untuk mencegah kehilangan darah yang
berlebihan. Perdarahan dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan maupun masa nifas.
Pada masa kehamilan perdarahan dapat terjadi pada kehamilan muda akibat abortus, mola
hidatidosa, maupun kehamilan ektopik terganggu (KET). Perdarahan pada kehamilan lanjut
dpat terjadi akiat solusio placenta maupun placenta previa. Sedangkan perdarahan pada
masa persalinan maupun nifas dapat terjadi akibat 4 T yaitu tonus (atonia uteri), Tissue
(jaringan/ sisa placenta), Trauma (robekan jalan lahir) dan Thrombin (gangguan pembekuan
darah).
Padaperdarahanyangterjadipadakehamilanmudamaupuntua,penolongperlumelakukan
observasi ketat terhadap jumlah perdarahan yang terjadi serta melakukan upaya untuk
mengatasinya yaitu dengan curettage (aspirasi vacuum manual) pada abortus incompletes
dan mola hidatidosa, laparatomi pada kasus KET, dan sectio Cesaria pada kondisi solutio
placenta maupun placenta previa. Penolong yang berada didaerah tidak mempunyai
kewenangan untuk melakukan hal tersebut, sehingga hanya perlu melakukan observasi
dan rujukan segera. Sedangkan pada masa persalinan dan masa nifas, selain melakukan
observasi terhadap jumlah perdarahan yang terjadi, penolong mempunyai kewenangan
untuk mengatasi perdarahan segera setelah lahir terutama yang disebabkan atonia uteri,
retensio placenta maupun sisa placenta, dan trauma (robekan).
Berikut akan dipelajari beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh penolong persalinan
untuk mengatasi perdarahan sebagai berikut:
PERDARAHAN AKIBAT ATONIA UTERI
Perdarahan akibat atonia uteri dapat diatasi dengan melakukan massage uterus. Apabila
massage uterus tidak berhasil maka penolong bisa melakukan kompresi bimanual interna,
kompresi bimanual eksterna, kompresi aorta maupun pemasangan kondom kateter untuk
mengurangi jumlah perdarahan sebelum dilakukan rujukan. Penatalaksaan atonia uteri
adalah kompetensi yang harus dikuasai dengan mahir. Penatalaksaan atonia uteri sangat
penting digunakan dalam menghadapi kasus perdarahan post partum primer karena atonia
uteri. Prosedur penatalaksanaan atonia uteri meliputi langkah yang masing – masing harus
dilakukan dengan baik dan secara berurutan.
Tindakan penatalaksanaan atonia uteri didasarkan pada upaya penekanan arteria uterina
yang membuka setelah plasenta lahir karena tidak ada kontraksi dari otot – otot rahim.
Penatalaksanaan atonia uteri kegawatdaruratan namun pada saat pelaksanaan tindakan
harus tetap memperhatikan pasien, baik dari fisik maupun psikologisnya.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam penanganan atonia uteri adalah:
Peralatan:
1. Phantoom uterus
2. Tangan
3. Celemek dan perlengkapan perlindungan diri lainnya (sepatu boot, kaca mata pelindung,
celemek, masker dan lain – lain).
4. Handuk pribadi.
5. Baskom sedang
6. Tempat Sampah medis dan non medis
7. Bak instrument berisi : handscoon panjang 1 pasang, kateter folley 1, deppres, tampon
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
vagina, arteri klem
8. Cucing berisi larutan povidon iodine
9. Bengkok
10. Gelas ukur
11. Underpad
Bahan :
Persiapan
1. Persiapan pasien
mengosongkan kandung kencing yang penuh dan pastikan bahwa kandung kencing ibu
telah kosong.
2. Persiapan pemeriksa/Bidan
Karena atonia uteri merupakan komplikasi perdarahan pada kala IV, Bidan telah meng-
gunakan perlengkapan diri antara lain : sepatu boat, celemek, masker dan pelindung
mata.
LANGKAH KERJA ILUSTRASI / GAMBAR
1. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan
penyebab perdarahan.
Key point :
Lakukan dengan palpasi di fundus den-
gan cepat. Biasanya akan ditemukan
(uterus teraba lembek pada 15 detik
setelah placenta lahir).
2. Kosongkan kandung kencing
Key point:
pastikan kandung kemih kosong
3. Masage fundus uteri maksimal 15 detik
Key point
Lakukan secara cepat, pastikan uterus
teraba lembek
Langkah
Kegiatan
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
20
LANGKAH KERJA ILUSTRASI / GAMBAR
4. Ganti sarung tangan kanan dengan sa-
rung tangan panjang
Key point ;
Lakukan dengan cepat dan hati – hati,
jangan sampai menyentuh bagian lateral
sarung tangan. Sarung tangan yang di-
gunakan adalah sarung tangan panjang
steril / DTT.. masukkan sarung tangan
bekas pakai ke dalam larutan klorin.
5. Jika uterus tidak berkontraksi, evaluasi/
bersihkan bekuan darah dan selaput ke-
tuban
Key point ;
Penolong berdiri di depan vulva, basahi
tangan kanan dengan larutan antisep-
tic, dengan ibu jari tangan kiri sisihkan
kedua labia mayor ke lateral, masukkan
tangan kanan secara obstetric melalui
melalui introitus vagina sampai ke de-
pan porsio, tangan kiri pindah ke fundus,
tangan kanan masuk dalam cavum uteri
buka tangan obstetric menjadi seperti
memberi salam
Pastikan bekuan darah dan selaput ke-
tuban bersih.
6. Lakukan KBI
7. Keluarkan tangan kanan dari cavum uteri
sampai forniks anterior
8. Ubah tangan kanan menjadi kepalan dan
letakkan dataran punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada forniks anterior
dan dorong SBR uterus ke arah kranio
anterior
Key point :
Ubah tangan tersebut menjadi kepalan
tinju dan letakkan, pada forniks anterior
kemudian dorong segmen bawah uter-
us ke kranio anterior. Usahakan seluruh
dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking menyentuh fornik anterior
23. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
21
LANGKAH KERJA ILUSTRASI / GAMBAR
9. Letakkan tangan kiri di atas perut ibu un-
tuk menekan uterus dari luar
Key point:
meletakkan tangan luar tepat di atas fun-
dus uteri
10. Lakukan kompresi uterus dan pertah-
ankan posisi ini sampai uterus berkon-
traksi.
Key point :
lakukan dengan mendekatkan telapak
tangan luar dan kepalan tangan bawah
sekuat mungkin
11. Hentikan KBI
Key point :
lanjutkan sesuai prosedur jika sudah
melebihi 5 menit dan tidak ada kontrak-
si. Tetapi jika ada kontraksi teruskan
kompresi selama 1-2 menit.
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
22PERDARAHAN AKIBAT ROBEKAN PERINEUM
Penjahitan perineum tkt II adalah upaya pengembalian kembali jaringan yang rusak pada
mukosa vagina, kulit, dan otot superfisialis akibat laserasi atau episiotomi yang tidak
terencana maupun atas indikasi. Teknik jelujur adalah melakukan jahitan sejajar dengan
jahitan pertama, diawali 1 cm diatas mata luka tanpa melakukan simpul mati sampai akhir
jahitan. Adapun tujuan dari penjahitan jelujur adalah merapatkan/mendekatkan jaringan,
menghentikan perdarahan, dan mencegah hemotosis. Keuntungan dari teknik jelujur
adalah mudah dipelajari, dapat mengurangi rasa nyeri setelah dijahit, dan efisiensi dalam
penggunaan benang
Prinsip dalam melakukan penjahitan perineum dengan teknik jelujur adalah dapat
menentukan tingkat laserasi/episiotomi perineum dan melakukan tindakan penjahitan
perineum dengan teknik jelujur sesuai dengan standar dan sistematis
Ruptur Perineum dapat dibagi menjadi empat kategori :
1. Derajat pertama : Laserasi yang mengenai mukosa dan kulit perineum.
2. Derajat kedua : Laserasi yang mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum.
3. Derajat ketiga : Laserasi yang mengenai mukosa vagina, kulit, jarimgan perineum dan
sphincter ani.
4. Derajat ke-empat :Laserasiyangmengenaimukosavagina,kulit,jaringanperineum,
dan sphincter ani yang meluas sampai ke mukosa rektum.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam penanganan robekan perineum tk II adalah:
1. Peralatan:
• Bak instrumen Hecting set
• Nald foeder
• Jarum bulat/otot No. 10
• Pinset chirurgis
• Pinset anatomis
• Gunting benang
• Benang catcut chromic No. 2/0 atau 3/0
• Sarung tangan DTT
• Kom bethadin
• Semprit 10 ml
• Lidokain 2% (2 1/2 ampul)
• 5 ml Air distilasi steril
2. Bahan:
• Panthom perineum
• Kassa steril
• Kapas cebok
• Kain doek steril
• Spon
3. Perlengkapan:
• Meja ginekologi
• Lampu sorot
• Kursi duduk
• Apron dan alat pelindung diri (kaca mata, masker, dan alas kaki yang tertutup)
• Tempat sampah basah
• Tempat sampah kering
• Kom klorin 0,5%
25. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
23
LANGKAH KERJA ILUSTRASI / GAMBAR
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang
akan diguna untuk melakukan pen-
jahitan perineum dan susun secara
ergonomis
Key point
Pastikan alat-alat yang akan digu-
nakan tetap steril
2. Beritahu ibu tindakan yang akan
dilakukan
Key point
Gunakan bahasa dengan jelas dan
mudah dimengerti
3. Letakkan doek steril dibawah
bokong ibu dan atur posisi ibu
dengan posisi litotomi
Key point
Pastikan posisi ibu dalam keadaan
nyaman, penolong mudah melaku-
kan penjahitan
4. Gunakan apron dan alat pelindung
diri lainnya
Key point
Pastikan kelengkapan alat pelind-
ung dan sudah siap pakai
Langkah
Kegiatan
26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
24
5. Cuci tangan dan keringkan dengan
handuk
Key point
Gunakan teknik cuci tangan tujuh
langkah efektif
6. Kenakan sarung tangan DTT/ steril
Key point
Pastikan sarung tangan tidak bo-
cor dan tetap steril
7. Bersihkan vagina dan perineum
dengan kassa steril atau kapas
sublimat
Key point
Hindari menggunakan satu kapas
sublimat dengan tiga kali usapan,
perhatikan reaksi ibu saat melaku-
kan
tindakan
8. Lakukan Anastesi pada luka perine-
um
Key point
1. Masukkan jarum pada ujung po-
jok laserasi atau luka dan dorong
masuk sepanjang luka mengiku-
ti garis di mana jarum jahitnya
akan masuk atau keluar.
2. Aspirasi dan kemudian in-
jeksikan anestesis tersebut
sambil menarik jarum ke titik di
mana jarum masuk.
3. Hentikan penginjeksian aneste-
sis dan belokan kembali jarum
sepanjang garis lain dimana
anda merencanakan akan mem-
buat jahitan.
4. Ulangi proses pemasukan jarum,
lakukakan aspirasi sebelum
menyuntikkan anastesi.
5. Pastikan ibu tidak merasa sakit
pada saat di heacting
27. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
25
9. Buat jahitan pertama 1 cm diatas
puncak luka
Key point
1. Sentuhlah dengan dua jari
seluruh area luka dan lihat den-
gan jelas puncak lukanya
2. Pastikan laserasi/episiotomi
hanya derajat satu dan dua
3. Dekatkan tepi laserasi untuk
menentukan bagaimana cara
menjahit menjadi satu.
10. Tutup lapisan mukosa vagina den-
gan jahitan jelujur, jahit kebawah
kearah hymen
Key point
1. Hati-hati saat menjahit antara
mukosa, otot dan kulit
2. Perhatikan dekatnya jarum
kepuncak luka
3. Pastikan lapisan otot/mukosa
sudah terjahit semua
11. Jahit cicin hymen
Key point
1. Pastikan kedua ujung cincin
hymen bertemu
2. Masukan jarum kedalam mu-
kosa vagina dan keluarkan
dibawah cicin hymen sampai
jarum berada dibawah tepi
luka
3. Lanjutkan jahitan kearah
bawah dengan menggunakan
jahitan jelujur hingga menca-
pai bagian bawah laserasi
28. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
26
12. Jahit kulit perineum dengan jahi-
tan jelujur
Key point
1. Pastikan luka laserasi pada
kulit perineum dan memungk-
inkan untuk dijahit jelujur
2. Pastikan bahwa semua lapisan
laserasi sudah terjahit semua
13. Lakukan pemeriksaan ulang pada
jahitan perineum dan bersihkan
vagina ibu
Key point
1. Pastikan tidak ada sesuatu
yang tertinggal (tampon, kassa
dan alat) didalam vagina ibu
2. Vagina ibu bersihkan dengan
air DTT/air hangat
14. Bersihkan alat dan lingkungan
Key point
Lakukan dekontaminasi alat-alat
sesuai dengan standar pencega-
han infeksi
29. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
27
PERDARAHAN AKIBAT RETENSIO PLACENTA
Placenta manual adalah prosedur pelepasan placenta dari tempat implantasinya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari cavum uteri secara manual.
Plasenta manual dilakukan setelah dilaksanakan menejemen aktif kala III dimana setelah
30 menit terlampaui dan telah diberikan oksitosin 10 unit untuk kedua kalinya plasenta
tidak lahir, dengan catatan ada tanda-tanda perdarahan. Karena jika tidak ada tanda-tanda
perdarahan jangan mencoba untuk melepaskan plasenta dengan cara lain dan segera
lakukan rujukan.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam penanganan retensio placenta adalah:
Peralatan:
• Kocher /klem: 1
• Spuit 5 cc : 1
• Jarum suntik : 1
• Mangkok logam (Wadah Placenta): 1
• Cateter karet dan penampung air kemih:1
• Infus set :1
• Handscoen panjang steril :1pasang
• Handscoen steri pendek :1 pasang
• Tensimeter
Perlengkapan:
• Handuk bersih :1
• Com berisi cairan clorin 0,5% : 1
• Tempat sampah umum :1
• Tempat sampah medis : 1
• Bengkok :1
Bahan
• Phanthom panggul wanita dan placenta
• Kapas steril
• Medikamentosa:
• Analgetika (Petidin 1-2 mg/Kg BB), Ketamin HCl 0,5 mg/Kg BB,
• Sedativa ( Valium)
• Uterotonika: Ergometrin
• Cairan NaCl 0,9 %
• Larutan antiseptic (betadin)
• Sabun untuk cuci tangan
15. Cuci tangan dibawah air men-
galir
Key point
Lakukan pencucian tangan ses-
uai standar pencegahan infeksi
30. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
28
LANGKAH KERJA ILUSTRASI / GAMBAR
1. Siapkan alat dan bahan yang diper-
lukan untuk melakukan manual
plasenta
Key point :
Susunlah peralatan secara ergono-
mik
Menyiapkan alat-alat yang diperlu-
kan secara ergonomic
2. Jelaskan kepada ibu tindakan yang
akan dilakukan dan atur posisi ibu
dalam posisi lithotomi
Key point :
Jaga privasi pasien
Menjelaskan kepada ibu apa yang
akan dilakukan
(Dengarkan keluhan klien)
3. Berikan obat anastesi / penenang
(valium 10 mg) IV
Key point :
Perhatikan keadaan umum ibu saat
memberikan anastesi. Memberikan
anesthesi (Diazepam/Pethidin IV).
Memberikan profilaksis antibiotik do-
sis tunggal
• Ampicilin 2 gr IV + Metronidazole
500 mg
• Cefazolin 1 gr IV + Metronidazole
500 mg
Langkah
Kegiatan
PROSEDUR PELAKSANAAN
Persiapan pasien : Pasien sudah terpasang infuse RL cepat
31. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
29
4. Cuci tangan tangan dengan sabun
dibawah air mengalir, yang sebel-
umnya semua perhiasan dilepas
terlebih dahulu.
Mencuci tangan hingga siku den-
gan air dan sabun kemudian ker-
ingkan.
5. Pasang sarung tangan steril dan
lanjutkan dengan memasang sa-
rung tangan panjang pada tangan
kanan
Key point:
Pastikan sarung tangan tidak ber-
lobang dan steril
Menggunakan sarung tangan pan-
jang hingga mencapai siku.
(Jangan menyentuh bagian lateral
Hand Schoen)
6. Bersihkan daerah sekitar vagina
dan perineum dengan larutan
septik dan antiseptik dimana satu
sisi kapas untuk satu usapan, dan
kosongkan kandung kencing den-
gan kateter jika kandung kencing
penuh
Mengosongkan kandung kencing
dan masukan kateter bila perlu
7. Pegang tali pusat dengan menggu-
nakan klem dan tegangkan sejajar
lantai
Memegang tali pusat dengan
menggunakan klem dan tegang-
kan sejajar lantai.
32. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
30
8. Masukan tangan kanan ke da-
lam vagina secara obtetri dengan
menyatukan jari tangan ketika
masuk ke dalam vagina, sementa-
ra tangan kiri memegang tali pu-
sat, tangan kanan menyusur tali
pusat hingga kavum uteri.
Memasukkan tangan secara ob-
stetrik dengan menelusuri bagian
bawah tali pusat hingga lokasi
plasenta berada.
9. Lepaskan pegangan tali pusat
dan pindahkan tangan kiri untuk
memegang fundus uteri dari luar
untuk membantu uterus berkon-
traksi.
10. Dengan bagian lateral jari-jari tan-
gan di cari insersi pinggir plasenta,
buka tangan obtetri menjadi sep-
erti memberi salam, jari-jari dira-
patkan secara perlahan, gerakan
tangan menyisir dengan gerakan
yang sangat lembut kekakan kiri
sampai seluruh plasenta terpisah
dari dinding rahim,
Key point:
Jika plasenta sulit dilepaskan curi-
gai adanya plasenta akreta dan
persiapkan tindakan bedah
Tangan yang sebelah menyusuri
tali pusat masuk ke kavum uteri,
sementata itu tangan yang sebe-
lah lagi menahan fundus uteri
sekaligus untuk mencegah inver-
sio uteri.
Mencari insersi pinggir placenta
lateral jari-jari tangan.
33. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
31
11. Tarik plasenta secara hati-hati
dengan tangan kanan pada wak-
tu uterus berkontraksi, pindahkan
tangan kiri ke supra simpisis un-
tuk menahan uterus saat plasen-
ta dikeluarkan.Lakukan eksplorasi
jika masih ada sisa plasenta.
Key point : Pastikan tidak ada sisa
plasenta sebelum mengeluarkan
tangan
Saat placenta terlepas seluruhn-
ya, tarik tangan secara perlahan
dengan membawa placenta.
(Pindahkan tangan luar ke supra
simpisis untuk menahan uterus
saat placenta dikeluarkan)
12. Periksa plasenta setelah dilahir-
kan lengkap/ tidak
Memeriksa kelengkapan plasenta
34. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
32
13. Berikan 0,2 mg ergometrin IM un-
tuk membantu kontraksi uterus
Key point :
Perhatikan keadaan umum ibu
saat memberikan suntikan.
Jika masih berdarah banyak beri
ergometrin 0,2 mg IM atau pros-
tagladin.
14. Periksa ibu dan lakukan penjahi-
tan bila ada robekan cervix atau
vagina juga episiotomi
Memeriksa ibu dan lakukan pen-
jahitan bila ada robekan baik cer-
vix atau vagina juga episiotomi
15. Letakan semua peralatan dan ba-
han yang terkontaminasi pada
kom yang berisi larutan clorin
0,5% kemudian sarung tangan
dilepas dan dimasukan ke dalam
kom.
Memberiskan alat-alat termasuk
merendanya dalam larutan klor-
in 0,5%
16. Lepaskan sarung tangan secara
terbalik dan rendam dalam wa-
dah larutan klorin 0,5%
Melepaskan sarung tangan se-
cara terbalik dan rendam dalam
wadah larutan klorin 0,5%
17. Cuci tangan kembali sampai
bersih di bawah air mengalir.
Mencuci tangan dengan air dan
sabun kemudian keringkan
35. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
33
18. Berikan antibiotik profilaksis do-
sis tunggal:
Ampicillin 2 gr IV + Metronidazol
500 mg
Cefatazol 1 gr IV + Metronidazole
500 mg
19. Observasi perdarahan pervagi-
nam dan periksa vital signs :
Setiap 15 menit pada jam perta-
ma
Setiap 30 menit pada jam kedua
Memonitor perdarahan pervag-
inam dan memeriksa vital signs.
Setiap 15 menit pada jam per-
tama.Setiap 30 menit pada jam
kedua
20. Yakinkan uterus berkontraksi
dengan baik
Meyakinkan bahwa uterus tetap
berkontraksi.
36. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
34
PEMBERIAN CAIRAN INFUS INTRAVENA
Cairan intravena diberikan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, misalnya akibat
perdarahan. Pada umumnya dipilih cairan isotonic, misalnya Na Cl 0.9% atau ringer
laktat. Ditusukkan jarum infuse kedalam vena, sebaiknya nomor 16 – 18 agar cairan dapat
dimasukkan secara cepat. Setelah jarum masuk dengan tepat kedalam vena, diambil contoh
darah untuk pemeriksaan laboratorium dan untuk memilih jenis darah yang tepat untuk
ditransfusikan. Apabila contoh darah tidak segera diambil dan baru diambil beberapa saat
kemudian, kemungkinan akan dialami kesulitan oleh karena pembuluh darah vena yang
kolaps.
Pemberian cairan infuse secara cepat dapat menyelamatkan kehidupan pasien. Cairan
dapat diberikan sebanyak 0,5 – 1 liter dalam waktu 15 – 20 menit sementara kondisi pasien
dipantau terus menerus. Pada syok hipovolemik pada umumnya dibutuhkan darah cairan
sebanyak 1 – 3 liter cairan infuse untuk menstabilkan kondisi pasien. Setelah kehilangan
cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6 – 8
jam.
Pengukuran banyaknya cairan infuse yang diberikan sangat penting. Apabila kondisi pasien
membaik,berhatihatilahagartidakberlebihanmembercairan.Setiaptandapembengkakan,
nafas pendek, pipi bengkak, kemungkinana adalah tanda kelebihan pemberian cairan.
Apabila ini terjadi, pemberian cairan dihentikan. Diuretika mungkin harus diberikan bila
terjadi edema paru.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam pemberian cairan infus intravena adalah:
Peralatan
• Perlak dan alasnya
• Torniquet
• Kapas alkohol/alcohol swab
• Plester
• Gunting
• Kain kasa steril
• Set infuse
• Jarum infus (abbocath, wing needle/butterfly)
• Cairan infus
• Bengkok
• Bak Instrumen steril
• Sarung tangan bersih (handscoon)
• Standar Infus
37. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
35
PERSIAPAN PASIEN :
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien
LANGKAH-LANGKAH:
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Membuka daerah yang akan dipasang infus
4. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
5. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
6. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah bawah)
7. Menggantungkan selang infus pada standar infus
8. Buka abocath dari bungkusnya
9. Potong 3 lembar plester
10. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat : pembuluh darah be-
rukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah tidak di area persen-
dian
11. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan dipasang infus dengan
torniquet
12. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengan ibu jari pasien di dalam genggaman
13. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
14. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas. Pastikan
darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh
darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath
15. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
16. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah
17. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan masukkan ujung sela infus
set ke abocath
18. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah terpasang
19. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller. Bila tetesan lan-
car, jarum masuk di pembuluh darah yang benar
20. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik di bawah selang
infus, kemudian disilangkan
21. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan diplester
22. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
23. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi spalk
24. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
25. Merapikan alat dan pasien
26. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Mengamati kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tepat
Langkah
Kegiatan
38. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
36
2. Memperhatikan tempat pemasangan infuse, bila terjadi phleblitis distop dan dipin-
dahkan pemasangannya ke bagian lain
3. Mengamati reaksi pasien selama 15 menit pertama, bila pasien timbul alergi, misal :
menggigil, shock dll. Infus segera diperlambat tetesannya, kalau perlu di stop .
4. Catatan pemberian infus dibuat secara terperinci dan dicatat :
Tanggal, hari, jam
Macam Cairan, banyak dan Jumlah tetesan per menit
KU pasien, tensi, nadi dan lain-lain selama pemberian infus
Reaksi pasien terhadap cairan yang diberikan
5. Menyiapkan cairan untuk pemberian seelanjutnya agar botol tidak kosong dan berba-
haya .
PEMBERIAN OBAT
Dalam memutuskan kapan, apa dan bagaimana menggunakan obat untuk pasien, factor
yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah:
a. Keamanan pasien apabila mendapat obat itu
b. Kebutuhan, dan
c. Cara pemberian obat
Sebelum memberikan obat harus ditanyakan kepada pasien aoakah pasien pernah men-
galami alergi terhadp obat tersebut. Jangan sekali kali memberikan obat per oral kepada
pasien dalam kondisi syok, oleh karena pasien dapat muntah dan mungkin dapat terjadi
aspirasi kedalam paru – paru. Bagaimana obat itu akan diberikan – apakah intravena, in-
tra muskuler atau peroral harus sudah diputuskan terlebih dahulu sebelum memilih jenis
obat, sebab tidak semua jenis obat dapat diberikan melalui ketiga cara tersebut.
Pemberian secara intravena dipilih untuk kondisi syok, setiap kondisi gawat darurat yang
mungkin membutuhkan tindakan pembedahan segera, setiap infeksi yang serius, terma-
suk sepsis dan syok septic. Pemberian sevara intramuscular dipilih apabila pemberian
secara intra vena tidak mungkin dilakukan dan apabila obat yang dipilih dapat diberikan
menurut cara ini. Beberapa jenis obat tidak dapat diberikan secara intramuskuler. Perm-
berian secara per oral jangan diberikan pada kasus syok, pada kasus cedera intraabdom-
inal, perforasi/ rupture uterus, kehamilan ektopik terganggu atau kondisi serius lainnya
yang memerlukan tindakan pembedahan segera. Pemberian obat per oral hanya dapat
diberikan pad kasus yang stabil kondisinya dan mampu menelan obat peroral.
Pada beberapa kasus gawat darurat obstetric, penderita dapat mengalami rasa nyeri yang
membutuhkan pengobatan segera. Dalam memilih obat pengurang rasa nyeri yang tepat
harus dipertimbangkan kondisi pasien pada saat itu, saat dan cara pemberian obat dan
beberapa hal khusus yang harus diperhatikan untuk setiap jenis obat yang dipilih.
Kondisi pasien harus dinilai sebelum memilih dan memberika obat analgetika. Pemberian
obat sebelum pasien diperiksa akan menyembunyikan gejala seperti nyeri dan demam,
yang sangat penting untuk menentukan diagnosis. Hindarilah sedasi berlebihan, sebab
dapat menyebabkan pasien tidak mampu menjawab dengan baik dan dapat menyem-
bunyikan gejala penting untuk menyusun diagnosis. Hindari penggunaan narkotika pada
kasus yang dirujuk tanpa didampingi petugas kesehatan, terlebih lagi tanpa kemampuan
untuk mengatasi depresi pernafasaan. Obat analgetika yang direkomendasikan adalah
Parasetamol atau fenilbutazon, tramadol, morfin 10 mg IM atau pethidin 25 – 100 mg IM.
Pada kegiatan belajar ini, akan diberikan panduan praktikum pemberian obat secara IM
dan secara IVsebagi berikut:
39. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
37
PEMBERIAN OBAT INTRA VENA
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam pemberian obat intravena
adalah:
Peralatan:
• Daftar buku obat/ catatan
• Sarung tangan 1 pasang
• Obat dalam tempatnya
• Spuit sesuai dengan jenis ukuran
• Kapas alkohol dalam tempatnya
• Cairan pelarut
• Bak Injeksi
• Bengkok
• Perlak dan alasnya
• Karet pembendung (torniquet)
Persiapan pasien
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk dirawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian. Apabila tertutup,
pakaian dibuka atau di keataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit, sesuai dengan dosis yang akan diberikan.
Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut
(akuades steril)
5. Pasang perlak atau pengalas dibawah vena yang akan dilakukan penyuntikan
6. Kemudian tempatkan obat yang akan diambil pada bak injeksi
7. Desinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol
8. Pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat dapat dilakukan pengika-
tan dengan karet pembendung (torniquet), tegangkan dengan tangan atau minta ban-
tuan, atau membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9. Ambil spuit yang berisi obat
10. Lakukan penusukan ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas (sudut 45 o)
11. Lakukan aspirasi. Bila sudah ada darah, lepaskan karet pembendung dan langsung
semprotkan obat hingga habis.
12. Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penu-
Langkah
Kegiatan
40. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
38
sukan dengan kapas alkohol. Letakkan spuit yang telah digunakan kedalam bengkok
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14. Lepaskan sarung tangan dalam larutan chlorin 0,5 % dan rendam secara terbalik
15. Cuci tangan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan
1. Benar obat
2. Benar dosis
3. Benar waktu
4. Benar pasien
5. Benar rute
6. Benar jenis spuit dan jarum yang digunakan
PEMBERIAN OBAT INTRAMUSCULAR
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam pemberian obat Intramuscular
adalah:
Peralatan:
1. Sarung tangan (handscoon) 1 pasang
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan panjang 1
inci untuk anak-anak)
4. Bak spuit 1
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok 1
Persiapan pasien
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Memastikan apakah prosedur akan dilakukan pada pasien yang tepat
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien atau keluarga klien
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum prosedur dilakukan
Prosedur injeksi
1. Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan
2. Memasang perlak dan alasnya
3. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
4. Memakai sarung tangan
5. Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area injeksi terhadap adanya
edema, massa, nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi)
6. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar diameter
Langkah
Kegiatan
41. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
39
± 5cm)
7. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan kulit
8. Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3
9. Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
10. Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
11. Mencabut jarum dari tempat penusukan
12. Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan
13. Membuang spuit ke dalam bengkok
14. Melakukan evaluasi tindakan
15. Berpamitan dengan klien
16. Membereskan alat-alat
17. Lepaskan sarung tangan dalam larutan chlorin 0,5 % dan rendam secara terbalik
18. Mencuci tangan
19. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan medis
Rangkuman
Selamat, saudara telah belajar melakukan upaya stabilisasi pra rujukan pada maternal.
Dengan demikian saudara sebagai seorang calon bidan telah menguasai salah satu
kompetensi saudara. Hal-hal penting yang sudah saudara pelajari dalam panduan
praktikum ini adalah sebagai berikut :
Upaya stabilisasi pra rujukan pada kasus gawat darurat maternal terdiri atas:
a. Pembebasan jalan nafas dan oksigenasi
b. Kontrol perdarahan
c. Pemberian cairan infuse intravena dan tranfusi
d. Pemberian obat
42. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
40
Tugas
Mandiri
Berpasanganlah dengan teman anda, lalu lakukan upaya stabilisasi prarujukan maternal.
Satu orang berperan sebagai bidan, dan satu orang berperan sebagai pasien/ keluarga pa-
sien. Lakukan berulang – ulang sampai anda merasa benar benar mampu.
43. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
41
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum ini, saudara diharapkan mampu melakukan
asuhan pra rujukan pada kasus kegawatdaruratan neonatal.
2. Indikator
Setelah melakukan praktikum ini saudara diharapkan dapat:
a. Menentukan kriteria bayi yang membutuhkan rujukan
b. Memberikan asuhan pra rujukan pada kasus kegawatdaruratan neonatal.
Kegiatan
Belajar 3
ASUHAN PRA RUJUKAN KASUS
KEGAWATDARURATAN NEONATAL
Tujuan Pembelajaran
Pokok-pokok Materi
• Kriteria bayi yang membutuhkan rujukan
• Asuhan pra rujukan pada kasus kegawatdaruratan neonatal.
Sebelum melakukan asuhan pra rujukan saudara harus menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan :
• Form rujukan
• Form informed consent
• Register rujukan
Alat dan Bahan
44. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
42
Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus memberikan asuhan pra rujukan yaitu:
1. Tentukan apakah bayi memenuhi salah satu atau lebih kriteria bayi yang memerlukan
rujukan sebagai berikut:
a. Gangguan nafas
b. Asfksia
c. BBLR <2000 g
d. Gangguan pemberian minum
e. Bayi hipotermi berat
f. Ikterus non fisiologis
g. Kejang
h. Infeksi sistemik/sepsis
i. Gangguan saluran cerna
j. Kelainan bawaan
2. Setelah anda memastikan bahwa bayi mengalami salah satu atau lebih kriteria di
atas, persilahkan orang tua/ ibu pengganti untuk duduk di kursi yang ada. Saudara
silahkan memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama. Selanjutnya berikan pen-
jelasan syarat syarat merujuk bayi sakit yaitu:
a. Bayi dalam keadaan stabil. Upayakan agar :
1) Jalan napas bersih dan terbuka
2) Kulit dan bibir kemerahan
3) Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
4) Suhu aksiler 36,5 – 37,50C
5) Masalah spesifik penderita sudah dilakukan manajemen awal
b. Bayi harus dalam keadaan hangat
c. Didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil melakukan tindakan resusitasi,
minimal ventilasi
d. Tersedia peralatan (termasuk Kit resusitasi) dan obat yang dibutuhkan
e. Melengkapi data :
1) Surat persetujuan tindakan
2) Surat rujukan
3) Catatan medis yang berisi :
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan tindakan yang dilakukan
b) Obat yang dikonsumsi ibu, golongan darah ibu
c) Masa gestasi/kehamilan dan berat lahir
d) Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernapasan, warna kulit dan aktif/tinda-
kan bayi)
3. Menjelaskan kepada ibu/pengganti ibu tatacara merujuk bayi sakit.
Tatacara merujuk:
a. Umum
1) Tentukan kasus perlu rujuk
2) Tentukan dan hubungi tempat tujuan rujukan
3) Sudah dilakukan asuhan awal terhadap kasus yang diderita
Langkah
Kegiatan
45. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
43
4) Menjaga kehangatan bayi dan selama transportasi dengan cara :
a) Perawatan metode KANGURU/PMK
b) Membungkus kain kering hangat dan tebal
c) Membungkus kepala bayi dengan topi/tutup kepala
d) Jangan meletakkan bayi dekat jendela/pintu
e) AC mobil dimatikan
f) Bila memungkinkan tetap beri ASI
g) Sudah dilakukan manajemen awal terhadap masalah spesifik penderita
b. KHUSUS
1) Kejang :
- jangan diberi minum
- curiga tetanus neonatorum
2) Kelainan bawaan : yang tak dapat bertahan hidup : anencepali, dirujuk ataupun
tidak dirujuk bayi akan meninggal
3) Tindakan yang harus dilakukan : awasi tanda vital
4) Gangguan saluran cerna : jangan diberi minum apapun
Perhatian:
5) Rujuk segera ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
6) Ikuti pedoman rujukan
46. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
44
Rangkuman
Selamat, saudara telah belajar memberikan asuhan pra rujukan pada kasus
kegawatdaruratan neonatal. Dengan demikian saudara sebagai seorang calon bidan
telah menguasai salah satu kompetensi saudara. Hal-hal penting yang sudah saudara
pelajari dalam panduan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Asuhan pra rujukan meliputi:
a. Menentukan kriteria bayi yang membutuhkan rujukan
b. Memberikan penjelasan pada ibu/ ibu pengganti/keluarga tentang syarat – syarat
merujuk bayi sakit
c. Memberikan penjelasan pada ibu/ ibu pengganti/keluarga tentang tata cara merujuk
bayi sakit
Tugas
Mandiri
Berpasanganlah dengan teman anda, lalu lakukan asuhan pra rujukan. Satu orang berper-
an sebagai bidan, dan satu orang berperan sebagai keluarga pasien. Lakukan berulang –
ulang sampai anda merasa benar benar mampu.
47. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
45
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum ini, saudara diharapkan mampu melakukan
Upaya Stabilisasi rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal.
2. Indikator
Setelah melakukan praktikum ini saudara diharapkan dapat:
a. Melakukan upaya menjaga kehangatan bayi
b. Melakukan upaya resusitasi
c. Melakukan pemasangan pipa urogastrik
d. Melakukan pemasangan jalur infuse intravena
Kegiatan
Belajar 4
Upaya Stabilisasi Rujukan Kasus Kegawat
Daruratan Neonatal
Tujuan Pembelajaran
Pokok-pokok Materi
a. Upaya menjaga kehangatan bayi
b. Resusitasi
c. Pemasangan pipa urogastrik
d. Pemasangan jalur infuse intravena
48. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
46
UPAYA MENJAGA KEHANGATAN BAYI
Dalam proses rujukan, bayi harus diupayakan dalam kondisi stabil. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah menjaga kehangatan bayi. Mari kita pelajari bersama bagaimana
upaya yang dapat anda lakukan untuk menjaga kehangatan bayi.
ALAT DAN BAHAN
Untuk menjaga kehangatan bayi, siapkanlah peralatan dan bahan dibawah ini:
1. Alat pemancar panas yang siap pakai 2.Ruang/kotak dengan penghangat dibawah
3. Inkubator
4. Kain bersih, kering 2 buah 5. Penutup kepala, kaos tangan, kaos kaki
49. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
47
6. Alat pengukur suhu tubuh
7. Alat pengukur suhu ruangan
8. Alat pengukur berat badan
50. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
48Sebelum anda melakukan tindakan, lakukan persetujuan tindakan medik dengan langkah:
1. Siapa ayah/wali pasien, sebutkan bahwa anda petugas yang diberi wewenang untuk
menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi Hipotermi
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko
4. Pastikan ayah/wali pasien memahami berbagai aspek tersebut diatas
5. Buat persetujuan Tindakan Medik, simpan dalam catatan medik
Terdapat 5 Cara Menjaga kehangatan bayi yaitu:
1. Kontak kulit dengan kulit
a. Untuk mempertahankan suhu tubuh 36,5 – 37,50 C ( suhu aksiler )
b. Untuk semua bayi
c. Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi
( 32 – 36,40 C ) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan
2. “ Kangaroo Mother Care ’’ (KMC);
a. Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2500 g, terutama direkomendasikan
untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1800 g.
b. Dijalankan sampai bayi berat badan 2500 g atau mendekati 40 minggu, atau sampai
bayi kurang nyaman dengan KMC
c. Dilakukan secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif.
d. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan ayah, saudara atau petugas kesehatan.
e. Tidak untuk bayi yang sakit berat ( sepsis, gangguan napas berat ).
f. Tidak untuk Ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya.
3. Ruangan yang hangat.
a. Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostic
atau prosedur pengobatan,
b. Tidak untuk bayi sakit berat ( sepsis,gangguan napas berat )
4. Pemancar panas;
a. Untuk bayi sakit dengan berat 1500 g atau lebih
b. Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan
kembali bayi hipotermi
5. Inkubator;
a. Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih
b. Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan
kembali bayi hipotermi
PENGUKURAN SUHU TUBUH
Pengukuran suhu tubuh pada bayi sebaiknya dilakukan di ketiak, untuk mengurangi risiko
trauma. Cara untuk melakukan pengukuran suhu tubuh adalah sebagai berikut:
1. Termometer dicuci dengan air dingin dan sabun
2. Letakkan bayi terlentang atau miring
3. Termometer di kibas-kibaskan sampai suhu dibawah 350C
4. Letakkan ujung termometer di apeks axilla selama 5 menit
5. Baca suhu, bila kurang 350C gunakan cara rektal
Selanjutnyakitaakanmempelajaricaramenghangatkandanmempertahankansuhutubuh.
Sebagaimana yang telah kita pelajari diatas upaya menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh dapat dilakukan dengan lima cara yaitu:
1. RUANGAN HANGAT
51. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
49
a. Pastikan suhu ruangan paling rendah 260 C
b. Pastikan bayi dalam pakaian yang hangat
c. Letakkan bayi dalam boks, jauhkan dari dinding yang dingin atau aliran udara (jendela,
pintu )
d. Ukur suhu bayi dan ruangan 4 kali sehari.
e. Suhu ruangan yang dianjurkan menurut berat bayi :
Berat bayi 1.500 gram – 2.000 gram = 280C – 30 0C
Berat bayi lebih 2.000 gram = 260C – 28 0C
f. Pada waktu malam hari, tambahkan penghangat
g. Jangan digunakan untuk bayi dengan berat kurang 1,500 gram
2. KONTAK KULIT
a. Lekatkan kulit bayi pada kulit Ibu/orang lain, diusahakan bayi dalam keadaan telanjang
menempel kulit Ibu
b. Lihat KMC untuk cara pelaksanaannya
c. Suhu ruangan minimal 250C
d. Ukur suhu tubuh bayi 2 jam setelah dilakukan kontak kulit. Bila suhu < 36,50C, periksa
kembali bayi dan tentukan langkah selanjutnya
3. KANGAROO MOTHER CARE (KMC) ATAU PERAWATAN BAYI LEKAT (PBL)
a. Berilah bayi topi, popok, dan kaos kaki yang telah dihangatkan lebih dulu
b. Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu, dan lihat apakah
kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu.
c. Posisikan bayi dalam “Frog position” yaitu fleksi pada siku dan tungkai, kepala dan dada
bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak ekstensi.
d. Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah dihangatkan sebelumnya
e. Tidak perlu baju khusus bila baju yang dikenakan sudah cukup hangat dan nyaman
selama bayi kontak dengan kulit ibu;
f. Suhu ruangan minimal 250C.
g. Ajari Ibu cara menyusui dan pelekatan yang benar
h. Bila ibu cemas tentang pemberian minum pada bayi kecil, dorong ibu agar mampu
melakukannya
i. Bila ibu tidak dapat menyusui, berilah ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternative cara pemberian minum.
Pemantauan
a. Pantau dan nilai jumlah ASI yang diberikan setiap hari. Bila ibu menyusui, catat waktu ibu
menyusui bayinya
b. Timbang berat badan bayi setiap hari dan nilai peningkatannya
c. Jelaskan pada Ibu mengenai pola pernapasan dan warna kulit bayi normal serta
kemungkinan variasinya yang masih dianggap normal
d. Mintalah pada ibu waspada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui atau tidak
normal
e. Jelaskan pula bahwa KMC penting agar pernapasan bayi baik dan mengurangi risiko
terjadinya apnea, dibanding bila bayi diletakkan di dalam boks
f. Ajari ibu cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau punggung, atau menyentil kaki
bayi) bila bayi tampak biru di daerah lidah, bibir atau sekitar mulut atau napas berhenti
lama
g. Bila KMC tidak dapat dilakukan terus menerus, ukur suhu aksila tiap 6 jam
h. Bila suhu normal selama 3 hari berturut-turut, ukur suhu tiap 12 jam selama 2 hari
kemudian hentikan pengukuran
52. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
50
4. PEMANCAR PANAS
a. Hangatkan ruangan (minimal 220C) dimana alat pemancar panas diletakkan.
b. Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum bayi diletakkan di
bawah pemancar panas
c. Nyalakan alat dan atur suhu sesuai petunjuk (biasanya antara 36 – 370C). Bila alat bisa
disiapkan sebelum bayi datang, nyalakan alat untuk menghangatkan linen dan matras
terlebih dahulu
d. Sebelum bayi lahir/datang, sebaiknya selimut dihangatkan di bawah pemancar panas,
agar bayi tidah kedinginan karena diletakkan di alas yang dingin. Bayi hendaknya
dibungkus atau diberi pakaian kecuali bila akan dilakukan tindakan, bayi dibiarkan
telanjang atau setengah telanjang.
e. Bila bayi mendapat cairan IV, hitung jumlah cairan yang diberikan (misal beri tambahan
cairan sebanyak 10%) untuk mengganti cairan yang hilang.
f. Pindahkan bayi ke ibu sesegera mungkin bila tidak ada tindakan atau pengobatan yang
diberikan
5. INKUBATOR
a. Hangatkan incubator sebelum digunakan
b. Atur suhu sesuai dengan umur dan berat bayi (lihat table dibawah ini).
Tabel 1. Suhu incubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi
Berat bayi Suhu Inkubator (oC) menurut umura
35oC 34oC 33oC 32oC
<1500 gr 1 – 10 hari 11 hari – 3 minggu 3 - 5 minggu >5 minggu
1500 – 2000 gr 1 – 10 hari 11 hari – 4 minggu 4 minggu
2100 – 2500 gr 1 - 2 hari 3 hari – 3 minggu >3 minggu
>2500 gr irekomenda 1 – 2 hari >2 hari
a Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1 0C setiap perbedaan suhu
70C antara suhu ruang dan inkubator
c. Bila diperlukan melakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas
semua pakaian bayi dan segera diberi pakaian kembali setelah selesai
d. Tutup incubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar incubator tetap
hangat.
e. Gunakan satu incubator untuk satu bayi
f. Periksa suhu incubator dengan menggunakan thermometer ruang dan ukur suhu
aksila bayi tiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian setiap 3 jam
g. Bila suhu aksila < 36.50C atau > 37.50C, atur suhu incubator secepatnya
h. Bila suhu incubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, maka incubator
tidak berfungsi baik. Atur suhu incubator sampai tercapai suhu yang kita kehendaki
atau gunakan cara lain untuk menghangatkan bayi.
i. Bila bayi tetap dingin walaupun suhu incubator telah diatur, lihat manajemen Suhu
tubuh abnormal
j. Pindahkan bayi ke ibu secepat mungkin bila bayi sudah tidak menunjukkan tan-
da-tanda sakit
k. Di daerah perifer sering dipakai incubator local, yang dimodifikasi dari incubator
standard tapi cukup memadai untuk membuat bayi hangat. Yang penting ada ther-
mometer untuk mengetahui suhu dalam incubator
53. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
51
Perawatan alat incubator
1. Bersihkan incubator dengan disinfektan setiap hari, dan bersihkan secara keseluru-
han setiap minggu atau setiap akan dipergunakan.
2. Tutup matras dengan kain bersih. Kosongkan air reservoir; dapat tumbuh bakteria
yang berbahaya dalam air dan menyerang bayi
3. Membuat Catatan Rekam Medik/ Catatan Tindakan resusitasi
4. Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
RESUSITASI
Upaya resusitasi dilakukan pada bayi yang mengalami kesulitan bernafas, megap megap
atau tidak dapat menangis spontan.
ALAT DAN BAHAN
Sebelum melakukan resusitasi saudara harus menyiapkan alat dan bahan yang dibutuh-
kan :
1. Tempat resusitasi dengan alas datar, kering, dan hangat, alat Pemancar panas atau
boks dengan lampu penghangat disiapkan
2. Semua alat resusitasi dalam keadaan siap pakai
Alat penghisap
1. Penghisap lendir :
a. Penghisap lendir kaca atau penghisap lendir De Lee
b. Atau penghisap mekanis/elektrik
2. Kateter penghisap no. 5F atau 6F, 8F, 10F
3. Sonde minuman no 8F dan semprit 20 ml
4. Penghisap mekonium dan penyambung (onnector)
Alat balon dan sungkup resusitasi
1. Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan/premature (sungkup
mempunyai pinggir yang lunak seperti bantal)
2. Balon resusitasi neonates dengan katup penurunan tekanan. Balon harus mampu un-
tuk memberikan oksigen 90-100%
3. Pipa saluran pernapasan berukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan
4. Oksigen dilengkapi alat pengukur aliran oksigen dan pipa – pipanya.
54. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
52
Obat – obatan
1. Epinefrin 1 : 10.000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
2. Cairan penambang volume darah (volume expander), salah satu dari yang berikut ini :
a. Larutan NaCl 0,9%
b. Larutan Ringer laktat
3. Bikarbonas natrium 4,2% (5mEq/10ml) dalam ampul 10 ml
4. Larutan Dextrose 10%, 250 ml
5. Aquadest steril 30 ml
6. Larutan NaCl 0,9%, 30 ml.
Lain – lain
1. 3 lembar kain yang kering dan hangat
2. Stetoskop
3. Plester
4. Semprit ½ atau ¾ inci untuk 1,3,5,10,20,50 ml
5. Kapas alkohol
6. Baki untuk kateterisasi arteria umbilikalis
7. Kateter umbilikus berukuran 3,5F; 5F
8. Three-way stopcocks
9. Sonde lambung berukuran 5F
Langkah
Kegiatan
Sebelum anda melakukan tindakan, lakukan persetujuan tindakan medik dengan langkah:
1. Sapa ayah/wali pasien, sebutkan bahwa anda petugas yang diberi wewenang untuk
menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatus
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko
4. Pastikan ayah/wali pasien memahami berbagai aspek tersebut diatas
5. Buat persetujuan Tindakan Medik, simpan dalam catatan medik
6. Bila keadaan sangat emergensi, maka persetujuan tindakan medik dapat dimintakan
kemudian
1. PERSIAPAN PENOLONG
a. Paling sedikit satu orang siap di kamar bersalin yang terampil dalam melakukan
resusitasi bayi baru lahir dan satu orang lainnya untuk membantu
b. Penolong mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, dan memakai sarung
tangan steril atau DDT
55. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
53
2. PERSIAPAN PASIEN (BAYI)
a. Begitu bayi lahir segera tali pusat dipotong, dibungkus dengan kain yang kering dan
hangat dan diletakkan pada tempat resusitasi yang sudah disiapkan. Bayi diterima
dengan menggunakan kain bersih dan hangat
3. MENILAI DAN MENJAWAB 5 PERTANYAAN
a. Dalam beberapa detik secara cepat, nilai dan jawab 5 pertanyaan berikut!
1) Apakah bersih dari mekonium?
2) Apakah bayi bernapas atau menangis?
3) Apakah tonus otot baik?
4) Apakah warna kulit kemerahan?
5) Apakah bayi cukup bulan?
Bila semua pertanyaan dijawab “Ya”, bayi memerlukan perawatan rutin bayi normal Segera
di dekatkan ke ibu atau ditempelkan pada payudara ibu. Bila salah satu pertanyaan ada
yang dijawab “Tidak”, maka bayi memerlukan tindakan lebih lanjut, yaitu : Langkah awal
Resusitasi. Bila bayi bernapas/menangis tetapi sianosis, O2 aliran bebas diberikan sambil
melakukan Langkah Awal
4. LANGKAH AWAL
a. MEMBERIKAN KEHANGATAN
1) Alat pemancar panas telah diaktifkan atau boks yang sudah dihangatkan sehingga
tempat meletakkan bayi menjadi hangat.
2) Menyelimuti bayi dengan kain yang ada di dekat ibunya
3) Memindahkan bayi terselimuti ke tempat resisutasi yang disiapkan
b. MEMPOSISIKAN BAYI DAN MEMBUKA JALAN NAPAS
1) Segera setelah bayi diletakkan di bawah alat pemancar panas, atau boks yang han-
gat bayi diposisikan, dengan posisi setengah tengadah dan bahu diberi ganjalan
kain. Pastikan jalan napas terbuka
2) Gunakan alat pengisap lendir De Lee atau penghisap lainnya
3) Selalu lakukan pengisapan lendir di mulut dahulu baru kemudian hidung
Lakukan isapan selagi menarik keluar tabung pengisap, TIDAK pada waktu mema-
sukkannya. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam ke kerongkongan bayi, hal ini
mungkin berakibat denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhen-
ti bernafas (jangan memasukkan alat pengisap lebih dari 5 cm kedalam mulut atau
3cm kedalam hidung)
4) Bila ketuban bercampur mekonium: Penghisapan di mulai sejak awal yaitu, setelah
bayi dilahirkan, hisap mekonium dari mulut, farings, dan hidung. Penghisapan
dapat diteruskan dengan menggunakan pipa ET dan penghisap mekonium setelah
bayi lahir dan pada penilaian bayi tidak bugar
c. MENGERINGKAN BAYI, MERANGSANG & MEMPOSISIKAN KEMBALI
1) Keringkan seluruh tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat
2) Rangsang bayi dengan cara menggosok punggung atau rangsang taktil pada jari
atau telapak kaki.
3) Ganti kain yang basah dengan yang kering, bungkus tubuh bayi dengan kain terse-
but kecuali daerah dada dan kepala
4) Kemudian atur posisi kepala bayi dengan posisi setengah tengadah dan menggan-
jal bahu bayi dengan gulungan kain
56. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
54
d. MENILAI BAYI
1) MENILAI USAHA NAPAS
Lakukan penilaian, apakah bayi bernapas spontan,megap-megap atau merintih
a. Kalau bayi bernapas spontan, teratur, lakukan Asuhan Bayi normal, berikan
kepada ibu untuk :
1. Memperoleh kehangatan (lakukan Kontak Kulit dengan kulit)
2. Memperoleh ASI
3. Mendapat kasih sayang
b. Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap lakukan segera Ventilasi Tekanan
Positif
VENTILASI BAYI BARU LAHIR MENGGUNAKAN BALON RESUSITASI DAN SUNGKUP
1. MENYIAPKAN DAN MEMERIKSA PERALATAN
a. Balon resusitasi
Siapkan balon resusitasi (Balon mengembang sendiri) dengan ukuran volume minimal
240 ml dan maksimal 750 ml.
b. Sungkup
1) Pilih sungkup dengan ukuran yang tepat, yaitu dapat menutupi dagu, mulut dan
hidung bayi, tetapi tidak menutupi mata. Pilih sungkup yang mempunyai bantalan
udara, bila ada lebih dipilih yang bentuk anatomik, bila tidak ada dapat dipakai
sungkup bundar.
2) Jangan menggunakan sungkup pada kasus Hernia diafragmatika
c. Oksigen
1) Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa oksigen dan alat pengukurnya
2) VTP pada bayi baru lahir harus sesuai dengan konsentrasi oksigen 90-100%
2. PEMASANGAN ALAT
a. Balon dipasang dan dihubungkan dengan sumber oksigen
b. Sungkup dihubungkan dengan balon
c. Menguji balon mengembang sendiri :
1) Letakkan sungkup pada telapak tangan penolong
2) Tekan balon dan rasakan tekanan nya
3) Bila anda merasa tekanan cukup pada telapak tangananda dan katup pelepas
tekanan tidak membuka, berarti balon berfungsi baik
4) Apabila terdapat masalah pada balon, siapkah balon yang lain.
d. Menguji sungkup
Periksa sungkup dengan teliti apakah terdapat retak atau kerusakan pada pinggir
sungkup
3. VENTILASI BAYI
a. Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar
b. Posisi pelaksana ventilasi tekanan positif (VTP) berdiri di sebelah atau dekat kepala
bayi
c. Balon dipegang dengan tangan kanan dan sungkup dengan tangan kiri (bagi yang kidal
cara memegang sebaliknya)
d. Posisi balon sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi pandangan mata ke dada
bayi untuk melihat gerak turun naik dada bayi selama VTP
e. Posisi sungkup, membuat lekatan antara sungkup dengan mulut dengan cara :
57. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
55
1) Sungkup harus diletakkan di wajah bayi sedemikian rupa sehingga menutupi
hidung, mulut, dan tepi dagu tertutup tepat dengan pinggiran sungkup , tetapi tidak
menutupi mata.
2) Hal itu dilakukan dengan mulai mencakup dagu dulu baru kemudian menutup
hidung. Sungkup yang berbentuk lancip (anatomik), bagian lancip harus pada posisi
mencakup hidung.
3) Sungkup diletakkan dimuka dengan cara menggunakan ibu jari dan telunjuk
dan/ atau jaritengah melingkari hampir sebagian sungkup, sedangkan jari manis
menyangga agar dagu tetap dalam sungkup.
4) Letakkan sungkup dapat dilakukan dengan sedikit menekan tepinya ke muka bayi
sehingga posisinya tepat.
Yang harus diperhatikan !
a) Jangan menekan sungkup ke muka. Terlalu menekan akan mendatarkan belakang
kepada dan melukai muka.
b) Jangan menekan daerah trakea. Anda dapat menghambat arus udara.
c) Jangan sampai jari anda atau bagian dari tangan anda atau bagian apapun dari
alat mengenai mata bayi.
d) Memeriksa lekatan
5) Pada saat balon ditekan untuk pertama kali, lekatan diperiksa apakah tidak bocor
dengan cara melihat apakah dada bayi naik dan tidak ada kebocoran di tempat
lekatan.
f. Cara menekan balon
Tekan balon dengan cara meremas denngan jari dengan tekanan secukup nya, jangan
terlalu keras
g. Melakukan ventilasi percobaan pada bayi 2 kali :
- Melihat apakah dada bayi mengembang atau tidak
- Bila tidak mengembang :
• Periksa posisi kepala bayi
• Periksa posisi sungkup dan yakinkan udara tidak bocor
• Periksa lendir di mulut, bila ada isap lendirnya
h. Bila dada sudah mengembang, lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik :
• Pastikan dada mengembang
• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi
i. Setelah bayi menangis atau bernafas spontan, hentikan ventilasi dan kembalikan
resusitator pada tempatnya
1) jaga suhu tubuh bayi
2) berikan bayi pada ibunya (diselimuti berdua)
Perhatikan :
Bila ventilasi percobaan berjalan baik, lakukan ventilasi tekanan positif sebanyak 20 kali
dalam waktu 30 detik dan penilaian kebugaran bayi setiap menit
j. Bila bayi tidak bernafas spontan setelah 2 menit resusitasi beritahu keluarga untuk
menyiapkan rujukan
1) teruskan resusitasi
2) pastikan ibu dalam keadaan baik dan stabil
k. Bila bayi tetap tidak bernafas setelah 10 menit sejak awal resusitasi maka tindakan ini
dinyatakan gagal dan resusitasi dihentikan
58. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
56
l. Pemantauan dan perawatan suportif pasca tindakan
Lakukan pemantauan secara seksama. Perhatikan:
- tanda tanda kesulitan bernafas
• Retraksi intercostal (cekungan antar iga)
• megap – megap
• frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/mnt
- warna kulit kebiruan atau pucat
m. Lanjutkan rangsangan taktil untuk merangsang pernafasan bayi
n. jaga bayi tetap hangat. Tunda memandikan bayi selama 6 - 24 jam setelah lahir
0. Bila pernafasan dan warna kulit normal, berikan bayi pada ibunya;
- menjaga kehangatan / suhu tubuh bayi
- mendapat ASI
- kontak batin dan kasih sayang
p. Teruskan pemantauan, bila bayi menunjukkan tanda tanda dibawah ini, segera
lakukan rujukan
- frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/mnt
- retraksi intercostal (cekungan antar iga)
- merintih atau megap megap
- seluruh tubuh pucat atau berwarna kebiruan
- bayi menjadi lemah
TINDAKAN SESUDAH PROSEDUR RESUSITASI
a. Buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sekali pakai (disposible) kedalam
kantong plastik atau tempat yang tidak bocor
1) untuk kateter dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang
2) rendam didalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
3) lanjutkan ke proses cuci, bilas hingga DTT atau sterilisasi
b. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Membuat Catatan Rekam Medik/Catatan Tindakan resusitasi
a. Catat tanggal dan waktu bayi lahir
b. Catat kondisi bayi saat lahir
c. Catat waktu mulainya tindakan resusitasi
d. catat tindakan apa yang dilakukan selama resusitasi
e. Catat waktu bayi bernafas spontan atau resusitasi dihentikan
f. Catat hasil tindakan resusitasi
g. Catat perawatan suportif pasca tindakan
MENILAI FREKUENSI JANTUNG
Cara menilai.
Ada 2 cara untuk menilai frekuensi denyut jantung :
a. Menggunakan stetoskop, mendengarkan di apeks cordis
b. Meraba denyut arteri umbilikalis
Cara menghitung
Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara menghitung jumlah denyut jantung dalam
6 detik dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi jantung permenit.
Saat menilai
Frekunsi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai melakukan ventilasi 30 detik pertama
59. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
57
MEMASANG JALUR INFUS INTRAVENA
Pemasangan jalur infuse intravena digunakan untuk stabilisasi pasien terutama yang
mengalami dehidrasi.
ALAT DAN BAHAN
Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemasangan infus
intravena.
Alat dan bahan
a. Sarung tangan yang bersih;
b. Kain kasa atau bulatan kapas yang sudah direndam dalam larutan antiseptik (misalnya
klorheksidin atau iodine povidon 2.5%)
c. Set infus dan cairan IV (gunakan tetesan mikro bila tersedia);
d. Set jarum kupu-kupu atau kanula (jarum nomor 23/25, bila jalur IV diperlukan untuk
transfusi darah, pasang jarum nomor 22 agar darah tidak membeku di dalam jarum
selama infus);
e. Plester atau kertas perekat tipis;
f. Larutan bensin (bila ada)
Selanjutnya anda persiapkan cairan yang akan digunakan yaitu:
1. Siapkan jenis, jumlah cairan yang akan digunakan untuk infus dan isi set infusdengan
cairan sebelum jarum dipasang pada vena
2. Bila digunakan set jarum kupu-kupu, isi set jarum dengan cairan.
Langkah
Kegiatan
Sebelum melakukan tindakan medik, tentunya anda harus meminta persetujuan tindakan
medik kepada keluarga.
1. Sapa ayah/wali pasien, sebutkan bahwa anda petugas yang diberi wewenang untuk
menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang PERLU NYA prosedur atau langkah klinik ini untuk memberikan akses
intravena pada bayi baru lahir
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko
4. Pastikan ayah/wali pasien memahami berbagai aspek tersebut diatas
5. Buat persetujuan Tindakan Medik, simpan dalam catatan medik
PEMASANGAN JALUR INFUS INTRAVENA
1. Mencuci tangan dan mengenakan sarung
tangan
a. Cuci tangan larutan antiseptik yang
tersedia
b. Gosokkeduatelapak,punggungtangan
dan sela sela jari selama 3 menit
c. Biarkan kering
d. Kenakan sarung tangan steril
60. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
58
2. Memilih vena yang akan digunakan
a. Bila menggunakan vena ditangan, lengan, atau tungkai, fiksasi anggota gerak dengan
bidai untuk mengurangi gerakan
b. Bersihkan kulit di atas vena yang dipilih dengan menggunakan kain kasa atau bulatan
kapas yang sudah direndam di dalam larutan antiseptik dan biarkan kering
c. Harus ada asisten yang dapat membantu menekan kulit sekitar vena, yang berfungsi
sebagai torniket :
1) Bila menggunakan vena ditangan, kaki, lengan atau tungkai, harus ada asisten yang
menggerak-gerak anggota gerak diatas daerah insersi yang dipilih
2) Bila menggunakan vena kulit kepala, harus ada asisten yang menekan vena di
bawah daerah insersi yang dipilih atau dipasang karet pengikat disekitar kepala
bayi
3. Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah vena
Bersihkan kulit diatas vena yang dipilih dengan menggunakan kain kasa atau bulatan
kapas yang sudah direndam didalam larutan antiseptik dan biarkan kering.
4. Menusuk vena kanulaatau jarum kupu-kupu
a. Tusukkan jarum ke kulit dengan lubang jarum menghaadap ke atas
b. Bila menggunakan jarum kupu-kupu, sejumlah kecil darah akan masuk kembali ke
dalam pipa infus saat jarum menusuk vena. Jangan memasukkan jarum lebih dalam
lagi
c. Bila menggunakan kanula :
Saat darah sudah mengisi ujung kanula, tarik kembali sebagian jarum sambil
mendorong kanula ke dalam; bila pangkal kanula sudah mencapai kulit tempat
tusukan, tarik seluruh jarum;
d. Buang jarum sesuai dengan prosedur pencegahan infeksi yang sudah dijelaskan
sebelumnya
5. Menghubungkan set infus dengan kanula
a. Hubungkan set infus ke kanula ataujarum kupu-kupu:
b. Yakinkan bahwa tidak ada gelembung udara dalam pipa infus;
c. Masukkan cairan infus ke dalam vena beberapa detik untuk meyakinkan bahwa kanula
sudah berhasil masuk ke dalam vena.
d. Cairan harus mengalir dengan lancar dan tidak terjadi bengkak;
e. Bila terjadi pembengkakan di sekitar tempat infus, cabut jarum dan ulangi lagi prosedur
dengan menggunakan vena yang lain.
6. Melakukan fiksasi
Fiksasi kanula atau jarum kupu-kupu pada tempatnya dengan menggunakan plester atau
kertas perekat. Bila tersedia, usap kulit dengan larutan bensin sebelum menempelkan
plester
7. Membuat Catatan Rekam Medik/ Catatan Tindakan resusitasi
8. Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
61. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
59
Rangkuman
Selamat, saudara telah belajar melakukan upaya stabilisasi rujukan pada kasus
kegawatdaruratan neonatal. Dengan demikian saudara sebagai seorang calon bidan
telah menguasai salah satu kompetensi saudara. Hal-hal penting yang sudah saudara
pelajari dalam panduan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Upaya menjaga kehangatan bayi dapat dilakukan dengan 5 cara yaitu:
a. Kontak kulit dengan kulit
b. “ Kangaroo Mother Care ’’ (KMC);
c. Ruangan yang hangat.
d. Pemancar panas;
e. Inkubator;
Apabila dalam penilaian beberapa detik secara cepat, jawaban dari 5 pertanyaan
berikut ada yang tidak, maka bayi memerlukan resusitasi:
a. Apakah bersih dari mekonium?
b. Apakah bayi bernapas atau menangis?
c. Apakah tonus otot baik?
d. Apakah warna kulit kemerahan?
e. Apakah bayi cukup bulan?
Resusitasi diawali dengan langkah awal yang terdiri dari HAIKAP yaitu
Hangatkan
Atur posisi
Isap lendir
Keringkan
Atur posisi kembali
Penilaian
Dilanjutkan dengan ventilasi tekanan positif apabila dalam penilaian bayi masih tidak
bernafas, atau megap megap.
Bayi yang mendapatkan ventilasi lebih dari 2 menit membutuhkan pemasangan
pipa orogastrik. Sedangkan bayi yang memerlukan asupan cairan melalui parenteral
memerlukan pemasangan jalus infuse intravena
62. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
60
Tugas
Mandiri
Setiap peserta akan melakukan peragaan manajemen air ketuban bercampur mekonium.
Ikuti petunjuk ini.
1. Siapkan resusitasi. Berlatihlah untuk selalu melakukannya agar menjadi kebiasaan. In-
gatlah, SIAP setiap menlong persalinan.
2. Bergiliran dengan berpasangan peragakan pada model, satu orang pegangan “Bayi”
mulai kepala tampak perineum. Ketuban pecah dan air ketuban berwarna kehikauan
bercampur mekonium. TIDAK PERLU MELAKUKAN penghisapan lendir dari mulut dan
hidung bayi, saat kepala bayi keluar sebelum bahu keluar.
• Bila air ketuban bersih tidak bercampur mekonium :
a. Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan penghisap Dee Lee atau penghisap apa
saja, dengan kedalaman sekitar 5 cm
b. Kemudian dilanjutkan menghisap hidung dengan kedalaman sekitar 3 cm dengan
maksud : agar cairan tidak teraspirasi ( Isapan pada hidung menimbulkan pernapas-
an megap-megap / gasping )
• Bila air ketuban bercampur mekonium, setelah kepala lahir diteruskan dengan mela-
hirkan bahu dan badan bayi :
o Menilai bayi dalam keadaan bugar (menangis, tonus otot baik ) atau bayi tidak bugar
( Bayi tidak menangis, tonus otot jelek )
o Bila bayi bugar : Lakukan penghisapan lendir seperti diatas
o Bila bayi tidak bugar lakukan penghisapan lendir dengan cara :
• Posisi bayi dimiringkan
• Buka mulut bayi
• Isap lendir yang di dalam mulut dengan menggunakan kain kassa yang bersih
• Menghisap lendir dengan lebih dalam
3. Tugas kasus: setiap pasangan mendemontrasikan salah satu kasus secara bergiliran.
Ulangi demo di atas, lakukan penilaian sesudah seluruh tubuh bayi lahir. Apakah bayi
bernapas.
a. Kasus pertama pada penilaian didapatkan :
1. “bayi bernapas” jelaskan tindakannya, dan demontrasikan potongan tali pusat dilan-
jutkan awal. Kemudian lanjutkan dengan asuhan pasca resusitasi.”
b. Kasus kedua pada penilaian didapatkan :
1. Bayi tidak bernapas normal “ jelaskan dan demontrasikan : “buka mulut bayi lebar,
usap mulut ; dan lendir secara intensif.”lalu potong tali pusat dan lanjutkan Langkah
Awal.
2. Sesudah langkah awal dinilai, ternyata bayi bernapas.
3. Jelaskan dan demontrasikan asuhan pasca resusitasi.
c. Kasus ke III: sesudah Langkah Awal dinilai kembali:
Bayi tidak bernafas normal: jelaskan dan demontrasikan tindakannya yaitu ventilasi.
1. Ventilasi 2x.
2. Ventilasi 20x30 detik
3. Hentikan setelah 30 detik, nilai : bayi bernafas normal ?
Sesudah ventilasi dinilai, ternyata bayi bernapas. Jelaskan dan demontrasi asuhan pasca
resusitasi.
63. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
61
Akbar, Muhammad Ilham. Dachlan, Ery Gumilar. 2013. Deteksi preeklamsia dan eklamsia,
disampaikan dalam SOGU 5 Surabaya.
Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta.
Campbell S, Lee C. Obstetric emergencies. In: Campbell S, Lee C, editors.Obstetrics by Ten
Teachers. 17th edition. Arnold Publishers; 2000. pp. 303-317.
Depkes RI. 2007. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif.
JNPK-KR. Jakarta
Depkes RI. . Pedoman MTBM. Depkes RI. Jakarta
Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution in North-Western
Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian Medical Practitioner. 2006;49(3):54–55.
Maryunani, Anik. Yulianingsih. 2009. Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Trans
Info Media. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. YBSP: Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta.
Purwaka, Bangun T. 2011. Prosedur tetap penatalaksanaan Preeklamsia berat/ eklamsia di
tingkat pelayanan dasar. Disajikan dalam seminar sehari kebidanan, RSUD dr. Sutomo.
Surabaya
Taber, Benzion. 1994. Kapita selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta
Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal Esensial
Dasar.Jakarta : Depkes RI.
Daftar
Pustaka
64. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
62
Lampiran
CEK LIST PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL
ASPEK YANG DINILAI Kasus
1 2 3 4 5
1 Persiapan alat :
1. Tabung oksigen
2. Kanula nasal
3. Humidifier (tabung pelembab) berisi air
steril
4. Flow meter
2 Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan
tindakan *)
2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan
fowler/semi fowler
3 Prosedur kerja :
1. Mencuci tangan.*)
2. Menjelaskan prosedur pada klien dan kel-
uarga.
3. Memastikan volume air steril dalam
tabung pelembab sesuai ketentuan
4. Menghubungkan selang dari kanula nasal
ke tabung pelembab.
5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari
kanuIa.
6. Memasang kanula pada hidung klien dan
atur pengikat untuk kenyamanan klien.
7. Menetapkan kadar oksigen sesuai pro-
gram medik.
8. Mencuci tangan.
4 Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Observasi apakah:
a. Kanula tersumbat atau terlipat
b. Tabung pelembab/humidifier kurang cuk-
up terisi air
c. Volume Oksigen mencukupi/tidak
2. Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
3. Mendokumentasikan prosedur dalam
catatan klien: waktu pemberian, aliran
kecepatan oksigen, rute pemberian, dan
respons klien.
Keterangan :
Skor 0 : tidak dikerjakan
Skor 1 : Dikerjakan dengan tidak benar
Skor 2 : Dikerjakan sebagian dengan tidak benar
Skor 3 : Dikerjakan dengan benar
65. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
63
CEK LIST PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN MELALUI SIMPLE MASK
No ASPEK YANG DINILAI Kasus
1 2 3 4 5
1 Persiapan alat :
1. Tabung oksigen
2. Simple mask
3. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
4. Flow meter
2 Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
*)
2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/
semi fowler
3 Prosedur kerja :
1. Mencuci tangan.*)
2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3. Memastikan volume air steril dalam tabung
pelembab sesuai ketentuan
4. Menghubungkan selang dari simple mask ke
tabung pelembab.
5. Memeriksa apakah oksigen keluar dari simple
mask
6. Memasang simple mask di atas mulut dan hidung
klien dan atur engikat untuk kenyamanan klien.
7. Menetapkan kadar oksigen sesuai program me-
dik.*)
8. Mencuci tangan
4 Hal-hal yang perlu dierhatikan :
1. Observasi apakah:
a. Tube tidak tersumbat atau terlipat
b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup
terisi air.
c. Volume Oksigen mencukupi/tidak
2. Mengkaji kondisi klien secara teratur *)
3. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan
klien: waktu pemberian, aliran kecepatan oksi-
gen, rute pemberian, dan respons klien.
4. Meletakkan tanda “dilarang merokok” pada lokasi
yang dapat terlihat jelas.
Keterangan :
Skor 0 : tidak dikerjakan
Skor 1 : Dikerjakan dengan tidak benar
Skor 2 : Dikerjakan sebagian dengan tidak benar
Skor 3 : Dikerjakan dengan benar
66. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
64CEK LIST PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN MELALUI NASAL KATETER
No ASPEK YANG DINILAI Kasus
1 2 3 4 5
1 Persiapan alat :
1. Tabung oksigen
2. Nasal kateter
3. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
4. Flow meter
5. Vaselin/jeli
2 Persiapan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan *)
2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan fowler/semi
fowler
3 Prosedur kerja :
1. Mencuci tangan.*)
2. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga.
3. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab
sesuai ketentuan
4. Menghubungkan selang dari nasl kateter
5. ke tabung pelembab.
6. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai
ke hidung dan berikan tanda
7. Memeriksa apakah oksigen keluar dari nasal kateter.
8. Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli)
9. Masukkan dalam hidung sampai batas yang ditentu-
kan.
10. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk
atau belum dengan menekan lidah klien menggunakan
spatel (akan terlihat posisinya di belakang uvula.
11. Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*)
12. Viksasi pada daerah hidung.
13. Mencuci tangan.
4 Hal-hal yang harus dierhatikan :
1. Observasi apakah:
a. Tube tidak tersumbat atau terlipat
b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air.
c. Volume Oksigen mencukupi/tidak
2. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa
keceatan aliran setiap 6-8 jam.
3. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien:
waktu pemberian, aliran kecepatan oksigen, rute pem-
berian, dan respons klien.
4. Mencuci tangan
Keterangan :
Skor 0 : tidak dikerjakan
Skor 1 : Dikerjakan dengan tidak benar
Skor 2 : Dikerjakan sebagian dengan tidak benar
Skor 3 : Dikerjakan dengan benar
67. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
65
CHECK LIST KETRAMPILAN PENANGANAN ATONIA UTERI
PETUNJUK PENGISIAN :
Beri skor pada kolom nama mahasiswa sesuai butir kegiatan dengan criteria
Skor 3 jika langkah klinik dilakukan dengan baik, benar dan tepat
Skor 2 jika langkah klinik dilakukan dengan tidak efektif (kurang sempurna)
Skor 1 jika langkah klinik dilakukan tapi tidak tepat
Skor 0 jika langkah klinik tidak dilakukan
No Kegiatan Skor
0 1 2 3
A ASPEK KOGNITIF (PENGETAHUAN)
Kemampuan menganalisa kasus sesuai dengan teori
Kemampuan menjawab secara sistematis, jelas dan logis
B Aspek Psikomotor ( Ketrampilan )
Persiapan tindakan :
1. Persiapan petugas :
- Menggunakan apron, alas kaki, masker dan kacama-
ta
- Cuci Tangan
2. Persiapan pasien :
- Berikan dukungan emosional
- Lakukan konseling
- Informent consent dan informent coice
- Siapkan klien dalam posisi litotomi
- Pasang kain alas bokong
3. Persiapan Lingkungan
- Di ruang tertutup dengan penerangan cukup
4. Persiapan Aalat :
- Obat-obatan : cairan infuse RL, ergometrin, oksitosin
- infuse set, abocat dan standart infuse
- Celemek
- Kacamata
- Masker
- Penutup kepala
- Alas Kaki
- Bak instrument berisi : handscoon panjang 1 pasang,
kateter folley 1, deppres, tampon vagina, arteri klem
- Cucing berisi larutan povidon iodine
- Bengkok
- Gelas ukur
- Underpad
- Sampah medis dan non medis
68. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
66
No Kegiatan Skor
0 1 2 3
5. Langkah Kerja :
- Lakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebab
perdarahan (abdomen dan jalan lahir)
- Kosongkan kandung kemih
- Masase fundus uteri maksimal 15 detik
- Jika uterus tidak berkontraksi, evaluasi/ bersihkan
bekuan darah dan selaput ketuban
• Penolong berdiri di depan vulva
• Basahi tangan kanan dengan larutan antiseptic
• Dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri sisihkan
kedua labia mayor ke lateral
• Masukkan tangan kanan secara obstetric melalui in-
troitus ke dalam vagina sampai depan porsio, tangan
kiri pindah ke fundus uteri
• Tangan kanan masuk ke dalam cavum uteri, buka
tangan obstetric menjadi seperti memberi salam
• Lakukan evaluasi/ bersihkan bekuan darah dan sela-
put ketuban
- Lakukan KBI :
• Keluarkan tangan kanan dari cavum uteri sampai
fornik anterior
• Ubah tangan kanan menjadi kepalan dan letakkan
dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking
pada fornik anterior dan dorong SBR uterus ke arah
kranio anterior
• Letakkan tangan kiri di dinding perut dan upayakan
untuk mencakup bagian belakang korpus uteri selu-
as mungkin
• Lakukan kompresi uterus dengan jalan mendekat-
kan tangan luar dengan kepalan tangan dalam pada
fornik anterior maksimal selama 5 menit
• Bila perdarahan berhenti pertahankan KBI selama
1-2 menit
• Keluarkan tangan kanan secara hati – hati dengan
mengubah kepalan menjadi tangan obstetric
• Masukkan kedua tangan ke dalam wadah berisi laru-
tan klorin 0,5%, bersihkan dari darah atau cairan tu-
buh pasien, rendam 10 menit
• Lakukan pengawasan kala IV
- Bila perdarahan tidak berhenti, ajarkan keluarga
melakukan KBE
• Penolong berdiri menghadap sisi kanan ibu
69. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
67
No Kegiatan Skor
0 1 2 3
• Letakkan telapak tangan kiri sejauh mungkin di kor-
pus bagian belakang dan dorong uterus ke arah kor-
pus depan
• Geser perlahan – lahan ujung ketiga jari tangan kanan
ke
Arah fundus sehingga telapak tangan dapat me-
nekan korpus uteri bagian depan
• Lakukan kompresi korpus uteri dengan jalan me-
nekan dinding belakang dan dinding depan uterus
dengan telapak tangan kiri dan kanan
- Suntikkan Metyl Ergometrin 0,2 mg IM bila tidak ada
kontraindikasi
- Pasang infuse RL dan 20 iu Oksitosin, guyur
- Lakukan lagi KBI
- Rujuk ke RS
- Dampingi ibu ke tempat rujukan
- Lanjutkan pemberian infuse dan 20 iu oksitosin minimal
500 cc/jam sampai habis 1,5 L. Selanjutnya 125 cc/jam
hingga mencapai tempat rujukan. Berikan minum untuk
rehidrasi
- Selama perjalanan dapat dilakukan pemasangan kon-
dom kateter atau kompresi Aorta abdominalis (KAA)
KAA
• Baringkan ibu di atas ranjang, penolong menghadap sisi
kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien be-
rada pada ketinggian yang sama dengan pinggul peno-
long
•
• Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak menggu-
nakan penopang kaki) dengan sedikit fleksi pada artiku-
lasio koksae
• Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan
ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat
paha, yaitu pada perpotongan garis lipat paha dengan
garis horisontal yang melalui titik 1 sentimeter di atas
dan sejajar dengan tepi atas simfisis ossium pubis. Pas-
tikan pulsasi arteri tersebut teraba dengan baik
• Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung
jari ada titik pulsasi tersebut
• Kepalkan tangan kid dan tekankan bagian punggung jari
telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada umbilikus