Dokumen tersebut membahas pengelolaan obat pada anak dan lansia, mencakup pemberian obat yang tepat pada anak berdasarkan jenis dan dosis obat, serta penyakit dan pengelolaan obat yang umum ditemukan pada lansia seperti hipertensi, radang sendi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
2. Pengelolaan obat merupakan sebuah rangkaian
pengendalian obat mulai dari proses, pengadaan,
distribusi, hingga penggunaan.
Pengelolaan Obat
01
02
03
04
05
06
4. Penggunaan obat pada anak diberikan ketika anak sakit.
Sediaan obat tersedia untuk anak terdapat dalam berbagai
jenis bentuk sediaan. paling familiar adalah bentuk sirup dan
serbuk.
Agar perawat maupun orang tua tidak salah dalam pemberian
obat, maka harus mengetahui jenis-jenis obat nya dan
memberikan dengan dosis sesuai anjuran dokter.
Pemberian obat untuk anak harus di sesuaikan dengan berat
badan anak.
01
02
03
04
05
06
6. Semakin bertambah tua, fungsi tubuh juga akan mengalami
penurunan. Kondisi tubuh juga semakin memburuk jika gaya hidup
yang diterapkan tidak sehat, sehingga membuat risiko berbagai
penyakit semakin meningkat.
Penyakit atau masalah kesehatan yang umumnya lansia miliki,
dikenal dengan istilah penyakit degeneratif, yaitu Hipertensi,
radang sendi, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, dan
kanker.
8. 1. Persentase hipertensi pada lansia di Indonesia mencapai 63,5 persen.
Penyebab tingginya kasus hipertensi tersebut adalah berkurangnya
fleksibilitas pembuluh arteri seiring waktu dan menurunnya kemampuan
tubuh dalam mengatur kadar natrium (garam).
2. Kondisi ini membuat tubuh menahan cairan ekstra dan meningkatkan jumlah
darah yang harus jantung pompa sehingga tekanannya menjadi semakin
tinggi. Jika sedari muda, Anda suka mengonsumsi makanan tinggi garam
dan memiliki berat badan berlebihan, risiko hipertensi pada usia tua akan
semakin tinggi.
3. Agar tekanan darah selalu terkontrol, dokter akan meresepkan obat
sekaligus aturan penggunaan obat pada lansia. Obat tekanan darah tinggi
yang biasanya lansia minum, meliputi:
9. 1. Obat diuretik.
Pil air berguna untuk membantu ginjal menghilangkan natrium dan air
dari tubuh. Obat golongan ini yang biasanya lansia gunakan
adalah chlorthalidone atau hydrochlorothiazide (Microzide).
2. ACE inhibitor.
Obat untuk mengendurkan pembulouh darah dengan menghalangi
pembentukan bahan kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.
Obat hipertensi kelas ini yang biasanya lansia minum
adalah lisinopril (Prinivil, Zestril), benazepril (Lotensin), dan captopril.
3. Calcium channel blockers.
Obat ini membantu mengendurkan otot-otot pembuluh darah dan
memperlambat detak jantung. Obat yang umum digunakan
adalah amlodipine dan diltiazem.
11. 1. Peradangan pada sendi atau lutut, yakni rematik dan osteoarthritis
juga menjadi penyakit yang umum menyerang lansia. Penyebab
rematik pada lansia tidak diketahui secara pasti, tapi kondisi ini
melibatkan sistem imun yang menyerang selaput keras yang
membungkus lapisan sendi.
2. Sementara penyebab osteroarthritis adalah kerusakan pada tulang
rawan yang ada pada sendi, yang menimbulkan rasa nyeri akibat
gesekan langsung antar tulang. Penggunaan obat untuk mengatasi
masalah kesahatan pada lansia ini, meliputi:
12. 1. Obat Pereda Nyeri,
seperti acetaminophen atau ibuprofen, yang boleh
lansia minum ketika gejala muncul.
2. Obat kortikosteroid
untuk mengurangi peradangan dan menekan sistem
imun, seperti prednison (Prednisone Intensol, Rayos)
dan kortison (Cortef). Kortikosteroid bisa berbentuk pil
maupun cairan yang dokter berikan lewat suntikan.
14. Selain tekanan darah yang tinggi, lansia juga kerap kali
mengalami kadar gula darah tinggi. Diabetes karena kondisi
tubuh lansia yang sudah kesulitan dalam mengatur kadar gula
darah. Di Indonesia, lansia pengidap diabetes kasusnya
mencapai 5,7 persen. Biasanya kondisi ini terjadi akibat
keseringan mengonsumsi makanan tinggi gula.
Selain mengubah gaya hidup jadi lebih sehat, penggunaan obat
juga pada lansia juga diperlukan untuk mengelola gejala
diabetes. Beberapa obat yang dokter biasanya resepkan adalah
metformin atau suntik insulin.
01
02
03
04
05
06
16. 1. Hipertensi yang tidak terkendali bisa meningkatkan risiko penyakit
jantung pada lansia. Apalagi penerapan gaya hidup yang buruk
sedari muda, juga bisa membuat penumpukan plak pada pembuluh
darah sehingga mengganggu sirkulasi darah ke jantung.
2. Lansia dengan penyakit jantung perlu minum obat, agar kondisi
jantung dan pembuluh darah di sekitarnya tidak semakin
memburuk. Jika tidak, penyakit jantung bisa menimbulkan
komplikasi seperti serangan jantung.
3. Penggunaan obat pada lansia dengan penyakit jantung tidak
berbeda jauh dengan pasien hipertensi. Hanya saja, ada beberapa
obat penyakit jantung tambahan, seperti:
17. 1. Antikoagulan. Obat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah, contohnya obat heparin atau warfarin.
2. Antiplatelet. Obat ini bertugas untuk mencegah trombosit darah
saling menempel, contohnya clopidogrel, dipyridamole, dan
prasugrel.
3. Beta-blocker. Obat yang dapat mengatur ritme jantung kembali
normal, contoh bisoprolol atau acebutolol.
4. Obat penurun kolesterol. Kolesterol tinggi menyebabkan plak
pada jantung terus terbentuk, sehingga dokter akan meresepkan
obat ini pada pasien penyakit jantung. Contoh obatnya
adalah simvastatin atau fluvastatin.
19. 1. Hipertensi dan penyakit jantung yang terus bertambah buruk bisa
menyebabkan penyakit stroke. Kondisi ini menyebabkan sel-sel
otak tertentu mati, sehingga fungsi tubuh tertentu akan mengalami
gangguan.
2. Saat serangan stroke terjadi, pasien akan menerima perawatan
darurat dengan penyuntikkan obat ateplase dalam kurun waktu 4,5
jam setelah gejala pertama muncul. Pada beberapa kasus dokter
mungkin akan melakukan proses pengobatan lewat teknik
pembedahan lebih lanjut.
3. Setelahnya, lansia akan menjalani rawat jalan dan perlu meminum
obat yang sama dengan pasien pengidap hipertensi dan penyakit
jantung
20. Agar efektivitas obat dapat lansia dapatkan,
penggunaan obat harus berhati-hati.
Penting memerhatikan lansia tidak boleh melewatkan
atau mengonsumsi lebih dari dosis yang dokter
anjurkan.
Namun, aturannya tidak hanya itu saja. Agar lebih
jelas, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan
oleh perawat:
22. 1. Jangan biarkan lansia minum obat sendiri karena tindakan ini bisa sangat
berisiko. Sebagai contoh, lansia salah membaca dosis obat sehingga
takarannya tidak sesuai atau lupa minum obat karena sudah pikun.
2. Kelebihan atau kekurangan dosis dapat membuat obat tidak bekerja efektif,
bisa jadi menimbulkan efek samping yang membahayakan jiwa. Oleh karena
itu, keberadaan anggota keluarga dalam merawat lansia atau perawat lansia
sangat dibutuhkan.
3. Agar tidak lupa, bisa mengandalkan aplikasi ponsel untuk membuat jadwal
minum obat sekaligus pengingat. Selain itu, keberadaan keluarga sebagai
pengawas juga dapat mencegah lansia berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter atau membaginya dengan orang lain.
4. Jika menghadapi masalah, seperti lansia menolak untuk minum obat, jangan
ragu untuk konsultasi ke dokter. Jangan menuruti keinginannya ini, karena
bisa berdampak buruk bagi kesehatannya kelak.
24. Wadah plastik yang umum memiliki aturan pemakaiannya tertera pada
permukaan plastik. Nah, gesekan pada plastik bisa membuat label obat
menjadi pudar, sehingga nantinya akan menyulitkan untuk mengetahui
informasi dari obat tersebut.
Jadi, akan lebih baik jika obat tersebut dipindahkan dalam wadah
bersih. Kemudian, buat kembali informasi obat pada bagian depan
wadah dengan kertas label dan lapisi dengan selotip agar tidak hilang
terkena gesekan atau air. Simpan obat di tempat yang bersih dan jauh
dari jangkauan anak-anak.
Agar tidak lupa, buat catatan ulang mengenai informasi obat yang
dokter resepkan. Sewaktu-waktu catatan ini bisa membantu keluarga
ketika wadah obat rusak.
26. Penggunaan obat pada lansia tidak lepas dengan efek
samping, baik itu ringan atau parah. Untuk mengetahuinya,
keluarga bisa menanyakan langsung pada dokter. Lalu,
perhatikan juga bagaimana kondisi lansia setelah
mengonsumsi obat.
Jika menimbulkan efek samping yang mengkhawatirkan,
jangan ragu konsultasi ke dokter. Dokter mungkin akan
mempertimbangkan obat lain dengan khasiat sama tapi
efek samping lebih rendah pada lansia.
28. Soal Hitung dosis Obat
1. D : 0,5 gram
H : 250 mg/4mL
A : ?
2. D : 27 mg
H : 100 mg
A : ?
3. D : 10 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3
H : 250 mg/5mL
BB : 86 lb
4. D : 30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2
BB : 44 lb
A : ?
5. D : 250 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4
H : 500 mg/4mL
BB : 45kg
29. 1. D : 0,2 gram
H : 200 mg/4mL
A : ?
2. D : 20 mg dalam dosis terbagi 3
H : 250 mg/5 mL
BB : 50 kg
A : ?
3. D : 120 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3
H : 250 mg/5mL
BB : 143 lb
4. D : 0,5 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2
BB : 99 lb
A : ?
5. D : 200 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4
H : 500 mg/4mL
BB : 55kg