1. Nama : Asep Sopian
Semester : IV (Empat)
Jurusan/ Program Studi : Tarbiyyah/ PAI
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Entin Muthmainnah, S.Ag.
Manusia, Remaja Dan Kebobrokan Akhlaknya
Akhlak merupakan pengaplikasian dari pada hati, dan hati merupakan inti
dibandingkjan dengan yang lainnya. Apabila hati jernih maka cendrung akan melahirkan
ahlak yang baik, sebaliknya apabila hati sudah dipenuhi butiran-butiran kotor maka ia akan
cendrung melahirkan akhlak jelek.
Kita tahu, bahwa pada dasarnya manusia adalah baik. Namun, kita menyaksikan
banyak tindak kejahatan, emosi-emosi negatif, dan fikiran-fikiran yang menghancurkan yang
sering kali terlihat dilingkungan sekitar kita. Mengapa terjadi hal demikian? Kita kembalikan
lagi pada hati karena segala sesuatu yang kita lakukan adalah pengaplikasian daripada fikiran
dan hati tentunya, sejenak kita merenung apa hati kita sudah diberi asupan nilai-nilai positif
atau belum? Ini merupakan faktor pertama yang menyebabkan bobroknya akhlak remaja kita,
yaitu kurangnya asupan nilai-nilai agama.
Khrisna Wardana dalam bukunya “Jalan spiritual. Hal 2” ia menjelaskan factor-faktor
manusia menjadi jahat antara lain:
1. Manusia menjadi jahat karena ia mengidentikan dirinya dengan level bawah, dan
kemudian mencoba untuk menggunakan ssemua sarana yang ada untuk mempertahankan
keberlangsungan hidup atau kesenangan bagian itu saja.
2. Wajah lain dari kristalisasi dapat di definisikan sebagai ketidakmampuan untuk tumbuh
jika kita telaah terkristalisasi dalam prasangka kita sendiri, ilusi, glamour dan kebiasaan
kita sendiri kita tidak dapat tumbuh. Jika seseorang tidak dapat tumbuh secara spiritual di
bidang apapun, ia menjadi satu hambatan bagi kemajuan.
3. Manusia di identikkan dengan uang, karenanya ia masuk kedalam lubang kejahatan.
2. Masa remaja adalah masa pertumbuhan. Kebebasan adalah keinginannya. Tentu saja
itu akan membahayakan dirinya sendiri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, ia harus diberi
batasan. Husain Mazhahiri dalam bukunya “Mengendalikan Naluri hal. 67” menjelaskan
delapan factor yang menguasai naluri manusia.
1. Akal. Dikatakan bahwa bila mana kematangan seseorang dalam berfikir dapat
membedakan kebaikan dan keburukan. Maka akal dapat menguasainya dan memberikan
hidayah kepadanya.
2. Ilmu pengetahuan. Plato, ketika menjelaskan criteria utopianya, mengatakan “Kalau
manusia mengetahui sifat-sifat buruk dan sifat-sifat baik, kalau ia mengetahui bahaya
sifat-sifat tercela dan manfaat keutamaan kemanusiaan maka pengetahuan itu dapat
memberikan petunjuk kepadanya dan menguasainya”.
3. Nurani Al-Qur’an menamainya nafsu lawwamah, para ulama akhlak dan para ahli
psikologi sangat memperhatikannya. Perhatian Al-Qur’an terhadapnya sangat besar. Al-
Qur’an mengatakan bahwa kalau naluri pada manusia itu hidup (sadar) maka ia akan
mampu membimbingnya.
Ketiga kekuatan ini adalah kekuatan-kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia.
4. Pendidikan. Kalau seseorang pernah mengecap pendidikan kemanusiaan yang benar, hal
itu dapat memberikan petunjuk kepadanya dan masyarakatnya. Artinya, pendidikan yang
benar tersebut mampu membimbing manusia dan masyarakat.
5. Hokum. Masa lalu dan masa sekarang berjalan diatas asasnya. Para ulama mengatakan,
“Hukum, dapat mendominasi manusia dan mencegahnya dari perbuatan buruk.
Selanjutnya, hukum dapat mewujudkan utopia (pulau atau kota impian).
6. Kontrol sosial, yaitu amar ma’ruf nahi munkar yang disebutkan dalam islam. Dikatakan
bahwa kalau manusia saling melakukan pengawasan satu sama lainnya dalam ucapan dan
perbuatan mereka maka kontrol sosial ini dapat mendominasi manusia dan memberikan
bimbingan masyarakat.
7. Dan 8. Keimanan. Keimanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Pertama, keimanan yang berkaitan dengan akal, burhan dan argumentasi. Di dalam
filsafat, keimanan seperti ini dinamakan pengetahuan pengetahuan terhadap eksistensi
Allah, pengetahuan terhadap kenabian dan kepemimpinan, pengetahuan ini diperoleh
melalui burhan, kalau keimanan yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan ini telah
dicapai maka kekuatan ini dapat membimbing manusia dan memperbaiki dirinya
3. Kedua, keimanan emosional atau keimanan qolbi bukan keimanan yang bersumber
dari akal, didalam filsafat keimanan ini dinamakan ma’rifat, artinya keimanan yang
berkaitan dengan akal dapat mendidik manusia dan memperbaiki dirinya yang dapat
melakukan hal itu adalah keimanan yang terpatri didalam hati.
Dengan adanya batasan-batasan diatas, maka hidup manusia akan teratur. Kata
manusia adalah umum didalamnya terdapat banyak afrad (jenis). Nah, disini kita lebih
spesifikan kepada manusia remaja. Masa remaja adalah masa pubertasi, nalurinya
cendrung dinamis (berubah-ubah) disini tergantung faktor lingkungannya itu sendiri, bisa
menjadi remaja yang baik bisa juga sebaliknya yakni tidak baik, kita singgung beberapa
faktor yang dapat merusak akhlak pada remaja antara lain:
Faktor lingkungan yang buruk, hal ini sangat berpengaruh sekali bagi anak remaja
baik itu lingkungan internal seperti muncul dari ketidak harmonisan keluarga
seperti terjadinya perceraian orang tua yang hal ini tidak diingini anak remaja
sehingga melahirkan sebuah keinginan pada remaja untuk mencari kesenangan
sesaat. Dan bisa juga dari faktor eksternal seperti pergaulan bebas anak sekarang
dan hal ini tentu akan berpengaruh negatif bagi akhlaknya
Kekurangan nilai-nilai agama pada remaja, ini sangat berpengaruh sekali pada
akhlaknya sehingga apabila nilai-nilai agama ini kurang, maka tidak ada pondasi
bagi naluri kaum remaja, dan apabila ada pengaruh jelak kepadanya, ia tidak akan
mampu untuk menolaknya, secara logika segala sesuatu yang sifatnya kurang tentu
akan mudah rusak ini berlaku bagi apa saja.
Kurangnya pengawasan pada lingkungan yang akhirnya menjerumuskan para
remaja kedalam akhlak tercela, dan hal ini berlaku bagi segala sesuatu yang ada
pada lingkungan yang sifatnya jelek. Contoh kecil seperti orang tua yang
membiarkan anak perempuannya berpakaian yang tidak layak (seksi), ini
merupakan kesalahan yang sangat patal karena disamping akan berpengaruh bagi
remaja laki-laki juga besar kemungkinan akan mencelakakan anaknya sendiri secara
tidak disengaja. Maka tidak heran peda dewasa ini manusia banyak yang bobrok
akhlaknya.
Sungguh tidak terbayang bagai mana jadinya, bila remaja kita telah bobrok ahlaknya,
bagai mana kelangsungan hidup nanti? Sedangkan seperti yang telah dikatakan Nabi
Muhammad SAW “Remaja yang ada pada masa sekarang adalah remaja yang akan
menjadi generasi penerus dimasa yang akan datang“.
4. Tentunya ini menjadi pelajarang yang berharga bagi kita, khususnya untuk kaum yang
tua, berilah uswah (teladan) yang baik bagi remaja kita, dan bagi para orang tua
luruskanlah akhlak remaja kita dari segala bentuk kejelekan.