SlideShare a Scribd company logo
1 of 90
Natasya Yustika Putri
405140101
PBL 2 - IKM
LEARNING OBJECTIVE 1
METODELOGI PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN
• Rumusan masalah
• Perbedaan Prevalensi Malaria di Dua Kecamatan Kabupaten X , Provinsi
Y Pada musim hujan dan musim kemarau pada tahun 2012
Pertanyaan masalah
1. Berapa orang yang mengalamii penyakit malaria di kecamatan A dan B ?
2.Berapa orang yang tidak mengalami penyakit malaria di kecamatan A dan
B ?
3.Apakah ada kaitannya dengan pengaruh musim kemarau dan musim
hujan terhadap meningkatnya penyakit malaria ?
Tujuan Umum
• Menurunnya angka penyakit malaria dengan ditanam
kembali pohon bakau
Tujuan Khusus
• - Diketahuinya jumlah data masyarakat yang mengalami
penyakit malaria pada musim kemarau dan hujan dari
kecamatan A dan B
• -Diketahuinya jumlah penurunan angka malaria di dua
kecamatan setelah penanaman pohon bakau
• -Diketahuinya pengaruh musim kemarau dan musim hujan
pada peningkatan penyakit malaria
Bab II tinjauan pustaka
terjadinya infeksi oleh parasit plasmodium ke dalam
tubuh manusia dapat terjadi melalui dua cara yaitu :
• Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
mengandung parasit malaria
• Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke
dalam darah manusia, misalnya melalui transfusi darah,
suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu
yang terinfeksi (kongenital)
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan
hal-hal sebagai berikut :
– Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :
-pecahnya eritrosit yang mengandung parasite
-fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit.
Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan jaringan dan
hemolisis intravaskuler
– Pelepasan mediator endotoksin-makrofag
pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin,makrofag
melepaskan berbagai mediator endotoksin.
– Pelepasan TNF ( tumor necrosing faktor atau faktor nekrosis tumor)
merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria.
TNF ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikimia, ARDS
– Sekuetrasi eritrosit
eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya.
Knob ini mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi
dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel pada endotel
kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan
Bab III kerangka konsep
Penyebab
• Hutan gundul
• Genangan air
• Bekas galian pasir
• Bekas tambak ikan
• Persawahan
• Saluran irigasi
• Rumah tidak sehat
• Sampah
akibat
• malaria
Jenis jenis variabel
1.variabel menurut skala
• Skala nominalmengolongkan nilai menurut kriteria tertentu (di mana
golongan 1 dan lainnya tidak saling berkesinambungan);contoh :
golongan darah, jenis kelamin
• Skala ordinalmenurut tingkatan atau strata tertentu tanpa
memperhatikan jarak antara tingkat satu dan lain; contoh: tingkat
pendidikan, sosial ekonomi
• Skala intervalberupa angka tapi tidak punya angka 0 mutlak jadi tidak
bsa dikali dua; contoh: IQ(orang yang berIQ 100 tidak berarti dua kali
lebih pintar dari yang berIQ 50)
• Skala ratio berupa angka punya batas dan interval. Punya titik 0
mutlak; contoh: panjang badan,berat badan,usia,presentase
2.Variabel menurut sifat
Kategori
Skala yang digunakan nominal atau ordinal
karena bukan angka
Numerik
Skala yang digunakan interval atau ratio
Continue : hasil
pengukuran(ada
desimal)
Diskrit : hasil
penghitungan berupa
bilangan bulat
Bab IV metodologi penelitian
Penelitian
Observatif
Deskriptif Analitik
Kohort Case control
Crose
sectional
Eksperimental
Uji klinik Uji komonitas
• Tempat penelitian : kabupaten x,kecamatan a &
kecamatan b
Populasi dan sampel
• Populasi kumpulan individu
- populasi umum : semua penduduk kabupaten x
-kabupaten studi :kacamatan a dan kecamatan b
(a) populasi target yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan
demografis
(b) populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi oleh
tempat dan waktu
• Sampel
- Penduduk kecamatan a dan b yang terkena penyakit malaria dan yang
tidak terkena penyakit malaria
Menghitung populasi
N1=N2=(Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)
(P1-P2)2
Dimana
Zα =1,96 (pada α=0,05)
Zβ =0,84 (pada β=0,20)
P = ½ (p1+p2)
Q =(1-p)
P1 = efek pada standar (dari hasi penelitian)
P2 = efek pada yang diteliti(hasil penelitian)
Teknik pengambilan sampel
• Random sampling
- simple random sampling
- care lotre
- stratified random sampling
-pengelompokkan berdasrkansifat 1
kelompok homogen
- multistage random sampling
-pengelompokkan bertingkat
-systematic random sampling
-interval=N/n lotre
-cluster random sampling
- pengelompokan 1 kelompokheterogen
-probability proportionate to size (PPS)
-variasi dari stratified danmultistage
• Non random sampling
-consecutive sampling
- sample memenuhi kriteria dan jumlah
yang ditentukan
- convenient sampling
- sesuai keinginan peneliti
- purposive sampling (judgmental)
- sample memenuhi kriteria dan jumlah
tidak ditentukan
- accidental sampling
-sampel seadanya dan dipilih secara
subyektif oleh peneliti
-quota
-pengambilan sampel seadanya dengan
kontrol yang lebih baik  kriteria dan
jumlah sudah ditentukan
Pengumpulan data
– Wawancara
-komunikasi langsunganamnesa
– Angket
-pertanyaan tertulis jawaban sesuai yang tertulis
– Pengamatan
- untuk membuktikan kebenaran jawaban responden
– Pemeriksaan
-lab.fisik, radiologis,dllpemeriksaan fisik
– Alat ukur
- kuisioner dan stetoskop
Proses pengolahan data
• Editing = memriksa data
• Coding = memberi kode sesuai klasifikasi
• Processing entery data ke komputer menggunakan program
SPSS(statistical package for the social sciences)
• Cleaning: check hasil entry data
• Uji statistik
Pemahaman RR
• Bila RR=1 maka resiko antara yg terpapar dan tidak terpapar untuk
mendapat penyakit tidak berbeda
• Bila RR>1 maka yang terpapar mempunyai resiko yang lebih besar untuk
mendapatkan penyakit dari pada yang tidak terpapar
• Bila RR<1 maka keterpaparan memberikan efek perlindungan terhadap
penyakit (menguntngkan)
Bab IV pembahasan
Jenis bias
• Bias rancangan
• Bias seleksi  cara sampling,jumlah sample mewakili populasi atau
tidak
• Bias pengukur atau observasi
-peneliti
-subyektif penelitian
-alat ukur
• Bias pengolahan data
-edit
-coding
-process
-clean
-uji statistik
Salah memasukan data
Salah dalam perhitungan
1. Merumuskan Masalah
• Perbedaan prevalensi malaria di
2 kecamatan pada musim yang
berbeda
2. Merumuskan Tujuan dari Penelitian
• Tujuan Umum :
– diturunkannya prevalensi malaria di kec. A & kec. B
• Tujuan Khusus
– dilakukan intervensi berupa penanaman bakau didekat
pantai & pemberian Insektisida digenangan air, tambak,
sawah, di kec. A& kec. B
3. Merumuskan Faktor Resiko
- nyamuk  faktor lingkungan
- manusia :
- tidur tidak pakai kelambu
- pakaian tidak tertutup
- tidak pakai obat nyamuk
- kebiasaan di luar rumah pada
malam hari
4. Merumuskan Variabel Penelitian
• Variabel adl karakteristik subyek yang berubah
dari satu subyek ke subyek lain
• Variabel bebas adl variabel yang apabila ia
berubah akan mengakibatkan perubahan pada
variabel lain
– Nama lain : variabel independen, predictor, resiko
• Variabel tergantung adl Variabel yang berubah
akibat perubahan variabel bebas
– Nama lain : Variabel dependen, efek, hasil,
outcome
Variabel Pada Pemicu
• Variabel Bebas : Intervensi
• Variabel Terikat : Prevalensi Penderita di kec. A
dan kec. B
5. Merumuskan Definisi Operasional
•penanaman bakau di tepi pantai / muara sungai
•pemberian insektisida di tambak ikan,genangan
air & sawah
•prevalensi malaria dari pasien yang diobati di
puskesmas, klinik swasta sepanjang tahun
penelitian
6. Merumuskan Hipotesis Penelitian
• terdapat hubungan bermakna antar intervensi
& prevalensi malaria
7. Merumuskan Metodelogi Penelitian
Desain penelitian : Studi Kohort
• Studi Kohort adl jenis penelitian epidemiologis
non eksperimental yang digunakan untuk
mempelajari hubungan antara resiko dengan
efek atau penyakit
8. Merumuskan Hasil dan Kesimpulan
9. Memberikan Saran Terhadap
Pemecahan Masalah
• Penggunaan Kelambu pada kamar tidur
LEARNING OBJECTIVE 2
MERUMUSKAN UJI STATISTIK
Uji statistik
• Bertujuan menguji hipotesa nul
• Menguji hubungan antara dua variabel atau
lebih
Pilihan jenis uji statistik yang sesuai
• Jenis variabel yang akan dianalisis numerik atau
kategorik
a. jenis data : berpasangan atau tidak
berpasangan
b. distribusi data : normal / simetris atau tidak
Var Independent
Var Dependent
kategorike Numerik
Kategorik Chi-square T- test Anova
Numerik Regresi Logistik Korelasi-regresi
Regresi multipel
Dasar uji statistik
• Tetapkan Ho
tidak ada hubungan / perbedaan bermakna
• Pilih uji statistik sesuai skala variabel
• Tentukan batas kemaknaan (α)
• Hitung p-value
• Bandingkan p-value dengan α
• Jika : p-value < α maka Ho ditolak
p-value ≥ α maka Ho gagal ditolak
Kemaknaan statistik dan substansi
klinis
Perbedaan yang bermakna secara statistik belum
tentu bermakna juga secara klinis.
Karena perbedaan yang kecil/tidak berarti dapat jadi
bermakna bila jumlah sample besar, padahal secara
klinis itu tidak penting/bermanfaat.
Pearson Chi-square
intervensi
angka kematian malaria
totalsakit malaria tidak sakit malaria
penanaman bakau A B A+B
insektisida C D C+D
total A+C B+D N
LEARNING OBJECTIVE 3
MENJELASKAN MACAM-MACAM
VEKTOR DAN PENYAKIT YANG
DITIMBULKAN
Vektor
1. Filariasis
– Vektor : Culex
– Menggigit di lingkungan perumahan dan
perkotaan
– Berkembang biak dalam air setengah kotor
2. Demam Kuning
– Vektor : Nyamuk Aedes dan Haemagogus
– Berkembang biak diberbagai macam tempat
penampungan air sekitar rumah
3. DHF (Demam Berdarah)
– Vektor : Nyamuk Aedes Aegypti
4. Penyakit Sampar
– Vektor : Xenopsylla chaeopis
5. Tifus Endemik
– Vektor : Xenopsylla chaeopis dan Nosopsyllus
fasciatus
2 cara terjadinya penyakit
• Penyakit secara epidemiologis dibagi dlm 2
kelompok besar: menular & tidak menular
• Epidemiologic triangle  u/ menjelaskan ttg
pykt menular (kausa hanya 1)
• Web of causation  u/ menjelaskan pykt yg
sebabnya >1 & biasanya tidak menular
Epidemiology triangle
• Ketidakseimbangan
antara ke-3 faktor
utama dapat
menyebabkan
timbulnya penyakit
• Gordon & Le Richt
(1950)
• + vektor
Transmisi penyakit
• Proses penularan:
– Agent
– Reservoir
– Mode of escape
– Transmission
– Entry
– Host
• Langsung
– Orang ke orang
• Tidak langsung
– Udara (air-borne)
– Makanan & minuman
(food/water-borne)
– Benda (vehicle-borne)
– Vektor (vector-borne)
Vektor
• Serangga penyebar penyakit dan merusak:
nyamuk, lalat, kutu, pinjal, rodent/hewan
pengerat
• Memiliki masa inkubasi ekstrinsik (wkt u/ agen
pykt berkembang biak dlm vektor) & intrinsik
(wtk u/ agen pykt berkembang biak dlm
manusia)
Pengendalian vektor
• Diperlukan krn agen lebih sulit dikendalikan
• Lingkungan: membersihkan tempat hidup
vektor
• Kimiawi: insektisida, fogging
• Biologis: predator (mis: ikan pemakan jentik)
• Genetik: membuat vektor infertil/steril
Prinsip pencegahan
• Memutuskan rantai penularan (hubungan antara
Host – Agent – Environment) mis: menggunakan masker u/
menutup portal of exit jika digunakan oleh penderita atau portal of entry jika
digunakan oleh orang sehat
• Mengusahakan agar manusia (host) serta
lingkungan (environment) diuntungkan
sementara bibit penyakit (agent) dirugikan; mis:
3M
• Menurut Fox (1970), vaksinasi yg mencakup 80%
dr suatu komunitas cukup utk membuat
komunitas tsb kebal thd pykt (HERD IMMUNNITY)
Surveillance
• Suatu proses berkesinambungan dan
sistematis yang memantau penularan penyakit
• Bertujuan untuk: menilai kesehatan
masyarakat, menetapkan prioritas, evaluasi
program, penelitian
• Memiliki 3 kegiatan pokok:
– (1) Pengumpulan data (rutin & reguler)
– (2) Analisa data
– (3) Penyebarluasan hasil  utk pengambilan tindakan
Surveillance
• Kegunaan: memperkirakan masalah,
menggambarkan riwayat alamiah, mendeteksi
KLB/wabah, penelitian, uji hipotesis, evaluasi
program, memantau perubahan, deteksi
perubahan
• Angka yang dipantau: kejadian, prevalensi,
kematian, harapan hidup (usia)
Wabah & KLB
• Wabah: kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi keadaan lazim dan
dapat menimbulkan malapetaka
– Ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan
• KLB: timbulnya/meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu
– Ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Propinsi
Kriteria KLB
• Timbul penyakit menular yang sebelumnya
tidak dikenal dalam suatu daerah
• Peningkatan angka kesakitan/kematian ≥2x
dibanding kurun waktu sebelumnya  dapat
didata dengan hasil surveillance
• Peningkatan kejadian penyakit dalam 3 kurun
waktu berturut-turut
Wabah
• Kejadian penyakit yang menular dg cepat &
mengenai banyak orang dalam waktu yang
singkat pada:
– Epidemi: wilayah tertentu
– Pandemi: wilayah yg sangat luas (negara/benua)
– Sporadik: wilayah berbeda-beda dlm interval
waktu yang ireguler (epidemi yg muncul di tempat berbeda-beda)
– Endemi: wilayah tertentu tp angka penyakit tidak
meningkat dari kurun waktu sebelumnya (tidak pernah hilang
tp frekuensi tdk mencuat tinggi)
LEARNING OBJECTIVE 4
MENJELASKAN PENGARUH MUSIM
DAN LINGKUNGAN TERHADAP
PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK
• Kondisi iklim (temperatur, kelembaban, curah
hujan, cahaya dan pola tiupan angin)
mempunyai dampak langsung pada
reproduksi vektor, perkembangannya, lama
hidup dan perkembangan parasit dalam tubuh
vektor.
• Sedangkan dampak tidak langsung karena
pergantian vegetasi dan pola tanam pertanian
yang dapat memengaruhi kepadatan populasi
vektor (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh besar
terhadap ada tidaknya malaria di suatu
daerah. Adanya danau, air payau, genangan
air di hutan, pesawahan, tambak ikan,
pembukaan hutan, dan pertambangan di
suatu daerah akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya penyakit malaria
karena tempat-tempat tersebut merupakan
tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo,
2004).
LEARNING OBJECTIVE 5
MENJELASKAN CARA PENULARAN
PENYAKIT MALARIA
• Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh
faktor yang disebut Host, Agent dan
Environment.
• Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga
komponen tersebut di atas saling mendukung
(Harijanto 2000).
Host
• Manusia (Host Intermediate)
– Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin
berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena
variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk.
– Beberapa penelitian menunjukan bahwa perempuan
mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan
dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko
malaria. (Harijanto 2000).
– Faktor-faktor genetik pada manusia dapat mempengaruhi
terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit ke
dalam sel, mengubah respons imunologik atau mengurangi
keterpaparan terhadap vektor.
– keadaan gizi juga mempengaruhi terjadinya penyakit
malaria.
Agen
• Nyamuk Anopheles
– Efektifitas vektor untuk menularkan malaria
ditentukan hal-hal sebagai berikut (Harijanto,
2000):
• Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia
• Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia
• Frekuensi menghisap darah (tergantung dari suhu)
• Lamanya sporogoni (berkembangnya parasit dalam
nyamuk sehingga menjadi infektif)
Environtment
• Keadaan lingkungan berpengaruh besar
terhadap ada tidaknya malaria disuatu daerah.
• Adanya danau air payau, genangan air di
hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan
hutan, dan pertambangan di suatu daerah
akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
penyakit malaria karena tempat-tempat
tersebut merupakan tempat perindukan
nyamuk malaria (Prabowo, 2004).
Lingkungan Fisik
• Beberapa bagian dari lingkungan yang merupakan tempat
hidup atau perkembangbiakan nyamuk adalah (Harijanto,
2000):
1. Suhu
– Suhu yang optimum berkisar antara 20 dan 300c.
– makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik
(sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang
masa inkubasi ekstrinsik (Harijanto, 2000).
– Suhu optimum untuk perkembangan parasit malaria dalam
nyamuk adalah antara 200C dan 300C.
– Parasit berhenti berkembang jika suhu rata-rata di bawah
160C.
– Suhu yang lebih tinggi dibandingkan 300C yang mematikan
parasit.
2. Kelembapan
– Kelembaban yang rendah memperpendek umur
nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada
parasit.
– Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk
menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit,
sehingga meningkatkan penularan malaria
(Harijanto, 2000).
3. Hujan
– Deforestasi dan struktur seperti liang, lubang,
kolam, taman, saluran irigasi, sawah, dan lain-lain
mengakibatkan peningkatan di tempat
penangkaran yang menguntungkan (Jung, 2001).
– Hujan memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemi malaria.
– Hujan yang diselilingi panas akan memperbesar
kemungkinan berkembang biaknya nyamuk
Anopheles(Harijanto, 2000).
5. Sinar matahari
– Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan
larva nyamuk berbeda-beda.
– Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang
teduh.
– Anopheles hyrcanus spp dan Anopheles
pinctulatus spp lebih menyukai tempat yang
terbuka.
– Anopheles barbirostisdapat hidup baik di tempat
teduh maupun yang terang.
6. Arus air
– Anopheles barbirostis menyukai perindukan yang
airnya statis/mengalir lambat.
– Sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran
air yang deras dan Anophelesa letifermenyukai air
tergenang
Lingkungan Biologik
• Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai
tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva
karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau
melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya.
• Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan
kepala timah (panchax spp),gambusia, nila, mujair dan
lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu
daerah.
• Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia,
apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari
rumah (Harijanto, 2000)
Lingkungan Sosial-Budaya
• Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam,
dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memudahkan gigitan nyamuk.
• Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan
mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas
malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan,
menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah
dan menggunakan obat nyamuk.
• Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan,
pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan
pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan
perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan
malaria .
• Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi
faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya
pariwisata dan perjalan dari daerah endemik
mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang di impor
(Harijanto, 2000).
Cara Penularan Penyakit Malaria
• Diagram Cyclo-Propagative
Host
definitive
Anopheles
Perubahan
Siklus
Multiplikasi
Host
Intermediate
Manusia
LEARNING OBJECTIVE 6
MENJELASKAN KRITERIA RUMAH
SEHAT
Kriteria Rumah Sehat
• Menurut WHO (1974)
1. Harus dapat melindungi dari hujan,panas,dingin dan
berfungsi sebagai tempat istirahat
2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi,
mencuci,kakus, dan kamar mandi
3. Dapat melindungi dr bahaya kebisingan dan bebas
pencemaran
4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya
5. Terbuat dari bahan yang kokoh dan dapat
melindungi dari gempa, keruntuhan dan
penyakit menular
6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga
yang serasi
• Menurut Winslow
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis
2. Memenuhi kebutuhan psikologis
3. Menghindarkan dari terjadinya kecelakaan
4. Menghindarkan terjadinya penularan penyakit
Kebutuhan fisiologis
1. Suhu ruangan
– Tetap berkisar 18-20 ⁰C
– Dipengaruhi oleh : suhu luar, Pergerakan udara,
kelembapan udara, suhu benda disekitar
2. Penerangan : dengan bantuan listrik, pada pagi
hari diupayakan untuk mendapat sinar matahari
3. Ventilasi Udara : harus memiliki jendela untuk
pertukaran udara dengan luas jendela
keseluruhan ±15%
4. Jumlah ruangan
– Ukuran kamar yang baik ialah sekitar 5m² per orang
Penerangan
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
• Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya
baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai
jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya
(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah.
• Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
Ventilasi
Ventilasi :
– alamiah
– buatan ( dengan mempergunakan alat khusus
untuk mengalirkan udara )
Ventilasi yang buruk karena :
1. Kadar O2
2. Kadar CO2
3. Bau
4. Lembab
5. Pencemaran oleh bakteri ( mis : oleh penderita TBC)
Syarat – Syarat Ventilasi
1. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai. Luas lubang
ventilasi insidentil minimal 5 % luas lantai = 10% luas lantai
2. Udara yg masuk bersih / bebas polusi
3. Temperatur & kelembaban sedang ( t. optimum = 22 0 C :
kelembaban opt 60% )
( kelembaban < mulut kering, bibir pecah, dsb
kelembaban > badan selalu keringat )
4. Aliran udara jangan terlalu kencang
5. Udara yg masuk sesuai dg jumlah penghuni (untuk orang
dewasa perlu penggantian udara 33 m3 /jam)
Kamar
Kebutuhan Psikologis
1. Keadaan rumah harus memenuhi rasa
keindahan sehingga rumah menjadi pusat
kesenangan rumah tangga
2. Adanya jaminan kebebasan yang tinggi bagi
setiap anggota keluarga
3. Setiap anggota keluarga yang mendekati dewasa
diharuskan memiliki ruangan tersendiri untuk
privasinya
4. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat
seperti ruang tamu
Bahaya Kecelakaan
• Kriteria yang harus dipenuhi
1. Konstruksi dan bahan bangunan rumah harus
kuat agar tidak mudah runtuh
2. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan
3. Bahan bangunan diupayakan terbuat dari bahan
yang tidak mudah terbakar
4. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama
yang terbuat dari gas
5. Lantau tidak boleh licin atau tergenang air
Mencegah Menjalarnya Penyakit Menular
1. Persediaan air minum yg memenuhi syarat (kuantitas &
kualitas )
2. Kakus/tempat pembuangan kotoran yg memenuhi syarat
3. Ukuran ruangan tidur sesuai dg jumlah orang
4. Jarak tempat tidur satu dg lainnya minimal 90 cm
5. Makanan/minuman harus dilindungi dari pencemaran dan
pembusukan
6. Rumah bebas dari serangga/penyakit
Lingkungan
• Kriteria yang harus dipenuhi :
1. Memiliki sumber air bersih
2. Memiliki tempat pembuangan kotoran,sampah,dan
air limbah
3. Dapat mencegah terjadinya perkembang biakan
vektor penyakit seperti nyamuk, tikus, lalat
4. Letak permukiman jauh dari sumber pencemaran
dengan minimal jarak 5 km
Rumah Sehat Sederhana
1. Luas tanah 60-90 m²
2. Luas bangunan antara 21-36 m²
3. Memiliki kamar tidur,WC dan dapur
4. Berdinding batu bata dan diplester
5. Memiliki lantai ubin keramik dan langit-langit
dari triplek
6. Memiliki sumur atau air PAM
7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt
8. Memiliki tempat smapah dan saluran air kotor
Jamban sehat
• Pembuangan Kotoran Manusia
• Syarat pembuangan kotoran :
1. Tidak mengotori tanah permukaan.
2. Tidak mengotori air permukaan.
3. Tidak mengotori air tanah.
4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat
dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau
berkembang biak.
5. Kakus harus terlindung atau tertutup.
6. Pembuatannya mudah dan murah.
• Bangunan kakus yang memenuhi syarat
kesehatan terdiri dari:
1. Rumah kakus.
2. Lantai Kakus, sebaiknya semen.
3. Slab (tempat kaki atau pijakan).
4. Closet tempat feses masuk.
5. Pit-sumur penampungan feses (cubluk).
6. Bidang resapan.
Jenis Kakus
1. Pit privy (cubluk)
2. Leher angsa
3. Bored hole latrine
4. Overhung latrine
Pit privy (cubluk)
• Jamban yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dekat dibawah tempat injakan, dan
atau dibawah bangunan jamban
 Sumur tak berair (the earth pit privy) :
kaleng, tong, lubang tanah
 Sumur berair ( the bored-hole latrine) :
lubang bor yang berair
Kakus Leher Angsa
• Jamban yang leher lubang klosetnya berbentuk
lengkungan; dengan demikan akan terisi air yang
penting untuk mencegah bau dan masuknya
binatang-binatang kecil, di lengkapi dengan septic
tank.
Pembuangan Tinja Yang Baik & Sehat
TUJUAN
• Mengenal dan menerapkan pembuangan tinja
yang memenuhi syarat kesehatan
• Mengetahui pilihan-pilihan jamban sehat dan
cara pembuatannya
kesimpulan
• Malaria bisa timbul karena faktor kesehatan
lingkungan yang tidak sehat dan pengaruh iklim.
Saran
• Jangan membuang sampah sembarangan
• Menggunakan kembali area yang sudah tidak digunakan(tambak
ikan,persawaha,saluran irigasi)
• Reboisasi hutan bakau
• Membuat rumah yang sesuai dengan kriteria rumah sehat

More Related Content

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

2016 05-01 6e paaszondag
2016 05-01 6e paaszondag2016 05-01 6e paaszondag
2016 05-01 6e paaszondag
 
img937
img937img937
img937
 
TuPa月報。10月號
TuPa月報。10月號TuPa月報。10月號
TuPa月報。10月號
 
Resaerch paper 2
Resaerch paper 2Resaerch paper 2
Resaerch paper 2
 
Mapaluis garcia
Mapaluis garciaMapaluis garcia
Mapaluis garcia
 
AAA_presentation
AAA_presentationAAA_presentation
AAA_presentation
 
Provérbios outubro
Provérbios outubroProvérbios outubro
Provérbios outubro
 
Research Paper - Naushad Moti
Research Paper - Naushad MotiResearch Paper - Naushad Moti
Research Paper - Naushad Moti
 
The_production_of_Plaxx
The_production_of_PlaxxThe_production_of_Plaxx
The_production_of_Plaxx
 

Similar to Malaria Prevalensi

Populasi dan sampel
Populasi dan sampel Populasi dan sampel
Populasi dan sampel fikri asyura
 
200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksi
200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksi200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksi
200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksiBudi Sulistyo
 
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdffachrulshidiq3
 
PENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptx
PENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptxPENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptx
PENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptxAngelaLeyki
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansraysa hasdi
 
Sampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_samplingSampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_samplingRiswan
 
Perbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortPerbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortLisa Prihastari
 
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case ControlEpidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case ControlFachri Latif
 
Surveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiSurveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiraysa hasdi
 
Prinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologiPrinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologiGunk Arie'sti
 
Epidemiologi desktriptif-1
Epidemiologi desktriptif-1Epidemiologi desktriptif-1
Epidemiologi desktriptif-1Qarin Erni
 
TEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptx
TEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptxTEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptx
TEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptxdiah739734
 
RANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIANRANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIANfikri asyura
 

Similar to Malaria Prevalensi (20)

Epidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptxEpidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptx
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampel Populasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksi
200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksi200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksi
200427 pemodelan multi skenario covid19 koreksi
 
2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm
 
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
 
TM 1.pdf
TM 1.pdfTM 1.pdf
TM 1.pdf
 
PENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptx
PENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptxPENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptx
PENERAPAN METODE EPIDEMIOLOGI pertemuan 9.pptx
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilans
 
Sampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_samplingSampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_sampling
 
Perbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortPerbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohort
 
surveilans.ppt
surveilans.pptsurveilans.ppt
surveilans.ppt
 
surveilans.ppt
surveilans.pptsurveilans.ppt
surveilans.ppt
 
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case ControlEpidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
 
Surveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiSurveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologi
 
Mpi.3 pokok bahasan 3
Mpi.3 pokok bahasan 3Mpi.3 pokok bahasan 3
Mpi.3 pokok bahasan 3
 
Prinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologiPrinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologi
 
Epidemiologi desktriptif-1
Epidemiologi desktriptif-1Epidemiologi desktriptif-1
Epidemiologi desktriptif-1
 
TEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptx
TEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptxTEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptx
TEMU 06. POPULASI DAN SAMPEL.pptx
 
7. Screening .ppt
7. Screening .ppt7. Screening .ppt
7. Screening .ppt
 
RANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIANRANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIAN
 

Recently uploaded

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 

Recently uploaded (20)

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 

Malaria Prevalensi

  • 3. BAB I PENDAHULUAN • Rumusan masalah • Perbedaan Prevalensi Malaria di Dua Kecamatan Kabupaten X , Provinsi Y Pada musim hujan dan musim kemarau pada tahun 2012
  • 4. Pertanyaan masalah 1. Berapa orang yang mengalamii penyakit malaria di kecamatan A dan B ? 2.Berapa orang yang tidak mengalami penyakit malaria di kecamatan A dan B ? 3.Apakah ada kaitannya dengan pengaruh musim kemarau dan musim hujan terhadap meningkatnya penyakit malaria ?
  • 5. Tujuan Umum • Menurunnya angka penyakit malaria dengan ditanam kembali pohon bakau Tujuan Khusus • - Diketahuinya jumlah data masyarakat yang mengalami penyakit malaria pada musim kemarau dan hujan dari kecamatan A dan B • -Diketahuinya jumlah penurunan angka malaria di dua kecamatan setelah penanaman pohon bakau • -Diketahuinya pengaruh musim kemarau dan musim hujan pada peningkatan penyakit malaria
  • 6. Bab II tinjauan pustaka terjadinya infeksi oleh parasit plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui dua cara yaitu : • Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria • Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia, misalnya melalui transfusi darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital)
  • 7. Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut : – Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena : -pecahnya eritrosit yang mengandung parasite -fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit. Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan jaringan dan hemolisis intravaskuler – Pelepasan mediator endotoksin-makrofag pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin,makrofag melepaskan berbagai mediator endotoksin. – Pelepasan TNF ( tumor necrosing faktor atau faktor nekrosis tumor) merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikimia, ARDS – Sekuetrasi eritrosit eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan
  • 8. Bab III kerangka konsep Penyebab • Hutan gundul • Genangan air • Bekas galian pasir • Bekas tambak ikan • Persawahan • Saluran irigasi • Rumah tidak sehat • Sampah akibat • malaria
  • 9. Jenis jenis variabel 1.variabel menurut skala • Skala nominalmengolongkan nilai menurut kriteria tertentu (di mana golongan 1 dan lainnya tidak saling berkesinambungan);contoh : golongan darah, jenis kelamin • Skala ordinalmenurut tingkatan atau strata tertentu tanpa memperhatikan jarak antara tingkat satu dan lain; contoh: tingkat pendidikan, sosial ekonomi • Skala intervalberupa angka tapi tidak punya angka 0 mutlak jadi tidak bsa dikali dua; contoh: IQ(orang yang berIQ 100 tidak berarti dua kali lebih pintar dari yang berIQ 50) • Skala ratio berupa angka punya batas dan interval. Punya titik 0 mutlak; contoh: panjang badan,berat badan,usia,presentase
  • 10. 2.Variabel menurut sifat Kategori Skala yang digunakan nominal atau ordinal karena bukan angka Numerik Skala yang digunakan interval atau ratio Continue : hasil pengukuran(ada desimal) Diskrit : hasil penghitungan berupa bilangan bulat
  • 11. Bab IV metodologi penelitian Penelitian Observatif Deskriptif Analitik Kohort Case control Crose sectional Eksperimental Uji klinik Uji komonitas
  • 12. • Tempat penelitian : kabupaten x,kecamatan a & kecamatan b
  • 13. Populasi dan sampel • Populasi kumpulan individu - populasi umum : semua penduduk kabupaten x -kabupaten studi :kacamatan a dan kecamatan b (a) populasi target yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan demografis (b) populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu • Sampel - Penduduk kecamatan a dan b yang terkena penyakit malaria dan yang tidak terkena penyakit malaria
  • 14. Menghitung populasi N1=N2=(Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2) (P1-P2)2 Dimana Zα =1,96 (pada α=0,05) Zβ =0,84 (pada β=0,20) P = ½ (p1+p2) Q =(1-p) P1 = efek pada standar (dari hasi penelitian) P2 = efek pada yang diteliti(hasil penelitian)
  • 15. Teknik pengambilan sampel • Random sampling - simple random sampling - care lotre - stratified random sampling -pengelompokkan berdasrkansifat 1 kelompok homogen - multistage random sampling -pengelompokkan bertingkat -systematic random sampling -interval=N/n lotre -cluster random sampling - pengelompokan 1 kelompokheterogen -probability proportionate to size (PPS) -variasi dari stratified danmultistage
  • 16. • Non random sampling -consecutive sampling - sample memenuhi kriteria dan jumlah yang ditentukan - convenient sampling - sesuai keinginan peneliti - purposive sampling (judgmental) - sample memenuhi kriteria dan jumlah tidak ditentukan - accidental sampling -sampel seadanya dan dipilih secara subyektif oleh peneliti -quota -pengambilan sampel seadanya dengan kontrol yang lebih baik  kriteria dan jumlah sudah ditentukan
  • 17. Pengumpulan data – Wawancara -komunikasi langsunganamnesa – Angket -pertanyaan tertulis jawaban sesuai yang tertulis – Pengamatan - untuk membuktikan kebenaran jawaban responden – Pemeriksaan -lab.fisik, radiologis,dllpemeriksaan fisik – Alat ukur - kuisioner dan stetoskop
  • 18. Proses pengolahan data • Editing = memriksa data • Coding = memberi kode sesuai klasifikasi • Processing entery data ke komputer menggunakan program SPSS(statistical package for the social sciences) • Cleaning: check hasil entry data • Uji statistik
  • 19. Pemahaman RR • Bila RR=1 maka resiko antara yg terpapar dan tidak terpapar untuk mendapat penyakit tidak berbeda • Bila RR>1 maka yang terpapar mempunyai resiko yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit dari pada yang tidak terpapar • Bila RR<1 maka keterpaparan memberikan efek perlindungan terhadap penyakit (menguntngkan)
  • 20. Bab IV pembahasan Jenis bias • Bias rancangan • Bias seleksi  cara sampling,jumlah sample mewakili populasi atau tidak • Bias pengukur atau observasi -peneliti -subyektif penelitian -alat ukur
  • 21. • Bias pengolahan data -edit -coding -process -clean -uji statistik Salah memasukan data Salah dalam perhitungan
  • 22. 1. Merumuskan Masalah • Perbedaan prevalensi malaria di 2 kecamatan pada musim yang berbeda
  • 23. 2. Merumuskan Tujuan dari Penelitian • Tujuan Umum : – diturunkannya prevalensi malaria di kec. A & kec. B • Tujuan Khusus – dilakukan intervensi berupa penanaman bakau didekat pantai & pemberian Insektisida digenangan air, tambak, sawah, di kec. A& kec. B
  • 24. 3. Merumuskan Faktor Resiko - nyamuk  faktor lingkungan - manusia : - tidur tidak pakai kelambu - pakaian tidak tertutup - tidak pakai obat nyamuk - kebiasaan di luar rumah pada malam hari
  • 25. 4. Merumuskan Variabel Penelitian • Variabel adl karakteristik subyek yang berubah dari satu subyek ke subyek lain • Variabel bebas adl variabel yang apabila ia berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain – Nama lain : variabel independen, predictor, resiko • Variabel tergantung adl Variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas – Nama lain : Variabel dependen, efek, hasil, outcome
  • 26. Variabel Pada Pemicu • Variabel Bebas : Intervensi • Variabel Terikat : Prevalensi Penderita di kec. A dan kec. B
  • 27. 5. Merumuskan Definisi Operasional •penanaman bakau di tepi pantai / muara sungai •pemberian insektisida di tambak ikan,genangan air & sawah •prevalensi malaria dari pasien yang diobati di puskesmas, klinik swasta sepanjang tahun penelitian
  • 28. 6. Merumuskan Hipotesis Penelitian • terdapat hubungan bermakna antar intervensi & prevalensi malaria
  • 29. 7. Merumuskan Metodelogi Penelitian Desain penelitian : Studi Kohort • Studi Kohort adl jenis penelitian epidemiologis non eksperimental yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara resiko dengan efek atau penyakit
  • 30. 8. Merumuskan Hasil dan Kesimpulan
  • 31. 9. Memberikan Saran Terhadap Pemecahan Masalah • Penggunaan Kelambu pada kamar tidur
  • 33. Uji statistik • Bertujuan menguji hipotesa nul • Menguji hubungan antara dua variabel atau lebih
  • 34. Pilihan jenis uji statistik yang sesuai • Jenis variabel yang akan dianalisis numerik atau kategorik a. jenis data : berpasangan atau tidak berpasangan b. distribusi data : normal / simetris atau tidak
  • 35. Var Independent Var Dependent kategorike Numerik Kategorik Chi-square T- test Anova Numerik Regresi Logistik Korelasi-regresi Regresi multipel
  • 36. Dasar uji statistik • Tetapkan Ho tidak ada hubungan / perbedaan bermakna • Pilih uji statistik sesuai skala variabel • Tentukan batas kemaknaan (α) • Hitung p-value • Bandingkan p-value dengan α • Jika : p-value < α maka Ho ditolak p-value ≥ α maka Ho gagal ditolak
  • 37. Kemaknaan statistik dan substansi klinis Perbedaan yang bermakna secara statistik belum tentu bermakna juga secara klinis. Karena perbedaan yang kecil/tidak berarti dapat jadi bermakna bila jumlah sample besar, padahal secara klinis itu tidak penting/bermanfaat.
  • 38. Pearson Chi-square intervensi angka kematian malaria totalsakit malaria tidak sakit malaria penanaman bakau A B A+B insektisida C D C+D total A+C B+D N
  • 39. LEARNING OBJECTIVE 3 MENJELASKAN MACAM-MACAM VEKTOR DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
  • 40. Vektor 1. Filariasis – Vektor : Culex – Menggigit di lingkungan perumahan dan perkotaan – Berkembang biak dalam air setengah kotor 2. Demam Kuning – Vektor : Nyamuk Aedes dan Haemagogus – Berkembang biak diberbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah 3. DHF (Demam Berdarah) – Vektor : Nyamuk Aedes Aegypti
  • 41. 4. Penyakit Sampar – Vektor : Xenopsylla chaeopis 5. Tifus Endemik – Vektor : Xenopsylla chaeopis dan Nosopsyllus fasciatus
  • 42. 2 cara terjadinya penyakit • Penyakit secara epidemiologis dibagi dlm 2 kelompok besar: menular & tidak menular • Epidemiologic triangle  u/ menjelaskan ttg pykt menular (kausa hanya 1) • Web of causation  u/ menjelaskan pykt yg sebabnya >1 & biasanya tidak menular
  • 43. Epidemiology triangle • Ketidakseimbangan antara ke-3 faktor utama dapat menyebabkan timbulnya penyakit • Gordon & Le Richt (1950) • + vektor
  • 44. Transmisi penyakit • Proses penularan: – Agent – Reservoir – Mode of escape – Transmission – Entry – Host • Langsung – Orang ke orang • Tidak langsung – Udara (air-borne) – Makanan & minuman (food/water-borne) – Benda (vehicle-borne) – Vektor (vector-borne)
  • 45. Vektor • Serangga penyebar penyakit dan merusak: nyamuk, lalat, kutu, pinjal, rodent/hewan pengerat • Memiliki masa inkubasi ekstrinsik (wkt u/ agen pykt berkembang biak dlm vektor) & intrinsik (wtk u/ agen pykt berkembang biak dlm manusia)
  • 46. Pengendalian vektor • Diperlukan krn agen lebih sulit dikendalikan • Lingkungan: membersihkan tempat hidup vektor • Kimiawi: insektisida, fogging • Biologis: predator (mis: ikan pemakan jentik) • Genetik: membuat vektor infertil/steril
  • 47. Prinsip pencegahan • Memutuskan rantai penularan (hubungan antara Host – Agent – Environment) mis: menggunakan masker u/ menutup portal of exit jika digunakan oleh penderita atau portal of entry jika digunakan oleh orang sehat • Mengusahakan agar manusia (host) serta lingkungan (environment) diuntungkan sementara bibit penyakit (agent) dirugikan; mis: 3M • Menurut Fox (1970), vaksinasi yg mencakup 80% dr suatu komunitas cukup utk membuat komunitas tsb kebal thd pykt (HERD IMMUNNITY)
  • 48. Surveillance • Suatu proses berkesinambungan dan sistematis yang memantau penularan penyakit • Bertujuan untuk: menilai kesehatan masyarakat, menetapkan prioritas, evaluasi program, penelitian • Memiliki 3 kegiatan pokok: – (1) Pengumpulan data (rutin & reguler) – (2) Analisa data – (3) Penyebarluasan hasil  utk pengambilan tindakan
  • 49. Surveillance • Kegunaan: memperkirakan masalah, menggambarkan riwayat alamiah, mendeteksi KLB/wabah, penelitian, uji hipotesis, evaluasi program, memantau perubahan, deteksi perubahan • Angka yang dipantau: kejadian, prevalensi, kematian, harapan hidup (usia)
  • 50. Wabah & KLB • Wabah: kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan lazim dan dapat menimbulkan malapetaka – Ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan • KLB: timbulnya/meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu – Ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Propinsi
  • 51. Kriteria KLB • Timbul penyakit menular yang sebelumnya tidak dikenal dalam suatu daerah • Peningkatan angka kesakitan/kematian ≥2x dibanding kurun waktu sebelumnya  dapat didata dengan hasil surveillance • Peningkatan kejadian penyakit dalam 3 kurun waktu berturut-turut
  • 52. Wabah • Kejadian penyakit yang menular dg cepat & mengenai banyak orang dalam waktu yang singkat pada: – Epidemi: wilayah tertentu – Pandemi: wilayah yg sangat luas (negara/benua) – Sporadik: wilayah berbeda-beda dlm interval waktu yang ireguler (epidemi yg muncul di tempat berbeda-beda) – Endemi: wilayah tertentu tp angka penyakit tidak meningkat dari kurun waktu sebelumnya (tidak pernah hilang tp frekuensi tdk mencuat tinggi)
  • 53. LEARNING OBJECTIVE 4 MENJELASKAN PENGARUH MUSIM DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK
  • 54. • Kondisi iklim (temperatur, kelembaban, curah hujan, cahaya dan pola tiupan angin) mempunyai dampak langsung pada reproduksi vektor, perkembangannya, lama hidup dan perkembangan parasit dalam tubuh vektor. • Sedangkan dampak tidak langsung karena pergantian vegetasi dan pola tanam pertanian yang dapat memengaruhi kepadatan populasi vektor (Departemen Kesehatan RI, 2001).
  • 55. Lingkungan Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan, pesawahan, tambak ikan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo, 2004).
  • 56. LEARNING OBJECTIVE 5 MENJELASKAN CARA PENULARAN PENYAKIT MALARIA
  • 57. • Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh faktor yang disebut Host, Agent dan Environment. • Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut di atas saling mendukung (Harijanto 2000).
  • 58. Host • Manusia (Host Intermediate) – Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. – Beberapa penelitian menunjukan bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria. (Harijanto 2000). – Faktor-faktor genetik pada manusia dapat mempengaruhi terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons imunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. – keadaan gizi juga mempengaruhi terjadinya penyakit malaria.
  • 59. Agen • Nyamuk Anopheles – Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai berikut (Harijanto, 2000): • Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia • Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia • Frekuensi menghisap darah (tergantung dari suhu) • Lamanya sporogoni (berkembangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi infektif)
  • 60. Environtment • Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria disuatu daerah. • Adanya danau air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo, 2004).
  • 61. Lingkungan Fisik • Beberapa bagian dari lingkungan yang merupakan tempat hidup atau perkembangbiakan nyamuk adalah (Harijanto, 2000): 1. Suhu – Suhu yang optimum berkisar antara 20 dan 300c. – makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik (Harijanto, 2000). – Suhu optimum untuk perkembangan parasit malaria dalam nyamuk adalah antara 200C dan 300C. – Parasit berhenti berkembang jika suhu rata-rata di bawah 160C. – Suhu yang lebih tinggi dibandingkan 300C yang mematikan parasit.
  • 62. 2. Kelembapan – Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. – Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria (Harijanto, 2000).
  • 63. 3. Hujan – Deforestasi dan struktur seperti liang, lubang, kolam, taman, saluran irigasi, sawah, dan lain-lain mengakibatkan peningkatan di tempat penangkaran yang menguntungkan (Jung, 2001). – Hujan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. – Hujan yang diselilingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles(Harijanto, 2000).
  • 64. 5. Sinar matahari – Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. – Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh. – Anopheles hyrcanus spp dan Anopheles pinctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka. – Anopheles barbirostisdapat hidup baik di tempat teduh maupun yang terang.
  • 65. 6. Arus air – Anopheles barbirostis menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir lambat. – Sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras dan Anophelesa letifermenyukai air tergenang
  • 66. Lingkungan Biologik • Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. • Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax spp),gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. • Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah (Harijanto, 2000)
  • 67. Lingkungan Sosial-Budaya • Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. • Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk. • Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria . • Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan perjalan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang di impor (Harijanto, 2000).
  • 68. Cara Penularan Penyakit Malaria • Diagram Cyclo-Propagative Host definitive Anopheles Perubahan Siklus Multiplikasi Host Intermediate Manusia
  • 69. LEARNING OBJECTIVE 6 MENJELASKAN KRITERIA RUMAH SEHAT
  • 70. Kriteria Rumah Sehat • Menurut WHO (1974) 1. Harus dapat melindungi dari hujan,panas,dingin dan berfungsi sebagai tempat istirahat 2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci,kakus, dan kamar mandi 3. Dapat melindungi dr bahaya kebisingan dan bebas pencemaran
  • 71. 4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya 5. Terbuat dari bahan yang kokoh dan dapat melindungi dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular 6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi • Menurut Winslow 1. Memenuhi kebutuhan fisiologis 2. Memenuhi kebutuhan psikologis 3. Menghindarkan dari terjadinya kecelakaan 4. Menghindarkan terjadinya penularan penyakit
  • 72. Kebutuhan fisiologis 1. Suhu ruangan – Tetap berkisar 18-20 ⁰C – Dipengaruhi oleh : suhu luar, Pergerakan udara, kelembapan udara, suhu benda disekitar 2. Penerangan : dengan bantuan listrik, pada pagi hari diupayakan untuk mendapat sinar matahari 3. Ventilasi Udara : harus memiliki jendela untuk pertukaran udara dengan luas jendela keseluruhan ±15% 4. Jumlah ruangan – Ukuran kamar yang baik ialah sekitar 5m² per orang
  • 73. Penerangan Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni: • Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. • Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
  • 74. Ventilasi Ventilasi : – alamiah – buatan ( dengan mempergunakan alat khusus untuk mengalirkan udara ) Ventilasi yang buruk karena : 1. Kadar O2 2. Kadar CO2 3. Bau 4. Lembab 5. Pencemaran oleh bakteri ( mis : oleh penderita TBC)
  • 75. Syarat – Syarat Ventilasi 1. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai. Luas lubang ventilasi insidentil minimal 5 % luas lantai = 10% luas lantai 2. Udara yg masuk bersih / bebas polusi 3. Temperatur & kelembaban sedang ( t. optimum = 22 0 C : kelembaban opt 60% ) ( kelembaban < mulut kering, bibir pecah, dsb kelembaban > badan selalu keringat ) 4. Aliran udara jangan terlalu kencang 5. Udara yg masuk sesuai dg jumlah penghuni (untuk orang dewasa perlu penggantian udara 33 m3 /jam)
  • 76. Kamar
  • 77. Kebutuhan Psikologis 1. Keadaan rumah harus memenuhi rasa keindahan sehingga rumah menjadi pusat kesenangan rumah tangga 2. Adanya jaminan kebebasan yang tinggi bagi setiap anggota keluarga 3. Setiap anggota keluarga yang mendekati dewasa diharuskan memiliki ruangan tersendiri untuk privasinya 4. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat seperti ruang tamu
  • 78. Bahaya Kecelakaan • Kriteria yang harus dipenuhi 1. Konstruksi dan bahan bangunan rumah harus kuat agar tidak mudah runtuh 2. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan 3. Bahan bangunan diupayakan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar 4. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang terbuat dari gas 5. Lantau tidak boleh licin atau tergenang air
  • 79. Mencegah Menjalarnya Penyakit Menular 1. Persediaan air minum yg memenuhi syarat (kuantitas & kualitas ) 2. Kakus/tempat pembuangan kotoran yg memenuhi syarat 3. Ukuran ruangan tidur sesuai dg jumlah orang 4. Jarak tempat tidur satu dg lainnya minimal 90 cm 5. Makanan/minuman harus dilindungi dari pencemaran dan pembusukan 6. Rumah bebas dari serangga/penyakit
  • 80. Lingkungan • Kriteria yang harus dipenuhi : 1. Memiliki sumber air bersih 2. Memiliki tempat pembuangan kotoran,sampah,dan air limbah 3. Dapat mencegah terjadinya perkembang biakan vektor penyakit seperti nyamuk, tikus, lalat 4. Letak permukiman jauh dari sumber pencemaran dengan minimal jarak 5 km
  • 81. Rumah Sehat Sederhana 1. Luas tanah 60-90 m² 2. Luas bangunan antara 21-36 m² 3. Memiliki kamar tidur,WC dan dapur 4. Berdinding batu bata dan diplester 5. Memiliki lantai ubin keramik dan langit-langit dari triplek 6. Memiliki sumur atau air PAM 7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt 8. Memiliki tempat smapah dan saluran air kotor
  • 82. Jamban sehat • Pembuangan Kotoran Manusia • Syarat pembuangan kotoran : 1. Tidak mengotori tanah permukaan. 2. Tidak mengotori air permukaan. 3. Tidak mengotori air tanah. 4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang biak. 5. Kakus harus terlindung atau tertutup. 6. Pembuatannya mudah dan murah.
  • 83. • Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari: 1. Rumah kakus. 2. Lantai Kakus, sebaiknya semen. 3. Slab (tempat kaki atau pijakan). 4. Closet tempat feses masuk. 5. Pit-sumur penampungan feses (cubluk). 6. Bidang resapan.
  • 84. Jenis Kakus 1. Pit privy (cubluk) 2. Leher angsa 3. Bored hole latrine 4. Overhung latrine
  • 85. Pit privy (cubluk) • Jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dekat dibawah tempat injakan, dan atau dibawah bangunan jamban  Sumur tak berair (the earth pit privy) : kaleng, tong, lubang tanah  Sumur berair ( the bored-hole latrine) : lubang bor yang berair
  • 86.
  • 87. Kakus Leher Angsa • Jamban yang leher lubang klosetnya berbentuk lengkungan; dengan demikan akan terisi air yang penting untuk mencegah bau dan masuknya binatang-binatang kecil, di lengkapi dengan septic tank.
  • 88. Pembuangan Tinja Yang Baik & Sehat TUJUAN • Mengenal dan menerapkan pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan • Mengetahui pilihan-pilihan jamban sehat dan cara pembuatannya
  • 89. kesimpulan • Malaria bisa timbul karena faktor kesehatan lingkungan yang tidak sehat dan pengaruh iklim.
  • 90. Saran • Jangan membuang sampah sembarangan • Menggunakan kembali area yang sudah tidak digunakan(tambak ikan,persawaha,saluran irigasi) • Reboisasi hutan bakau • Membuat rumah yang sesuai dengan kriteria rumah sehat