2. Metode Epidemiologi
• Metode Epidemiologi merupakan cara
pendekatan ilmiah dalam mencari faktor
penyebab serta hubungan sebab akibat
terjadinya peristiwa tertentu (termasuk
penyakit infeksi) pada suatu populasi tertentu.
3. Metode Epidemiologi
• Epidemiologi Deskriptif
Mendeskripsikan distribusi penyakit pada
populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu,
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas
sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan
sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif
juga dapat digunakan untuk mempelajari
perjalanan alamiah penyakit.
• Epidemiologi Analitik
Menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi)
besarnya hubungan/ pengaruh paparan terhadap
penyakit.
4. Epidemiologi Deskripif
• Tujuan :
1. Memberikan informasi tentang distribusi penyakit,
besarnya beban penyakit (disease burden), dan
kecenderungan (trend) penyakit pada populasi,
yang berguna dalam perencanaan dan alokasi
sumber daya untuk intervensi kesehatan;
2. Memberikan pengetahuan tentang riwayat alamiah
penyakit;
3. Merumuskan hipotesis tentang paparan sebagai
faktor risiko/ kausa penyakit.
5. Epidemiologi Analitik
• Tujuan :
1. Menentukan faktor risiko/ faktor pencegah/
kausa/ determinan penyakit,
2. Menentukan faktor yang mempengaruhi
prognosis kasus;
3. Menentukan efektivitas intervensi untuk
mencegah dan mengendalikan penyakit
pada populasi.
6. Desain Studi Epidemiologi
Desain Studi Epidemiologi
Studi Deskriptif Studi Analitik
Cross
Sectional
Case
Series
Case
Report Observasional Eksperimental
Kuasi
Eksperimen
True
Eksperimen
Time
series
Studi
Ekologi
Case
Control
Cross
Sectional
Cohort
7. Deskriptif Case Series
• Studi epidemiologi deskriptif tentang
serangkaian kasus, yang berguna untuk
mendeskripsikan spektrum penyakit,
manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan
prognosis kasus.
• Case series banyak dijumpai dalam literatur
kedokteran klinik. Tetapi desain studi ini
lemah untuk memberikan bukti kausal, sebab
pada case series tidak dilakukan
perbandingan kasus dengan non-kasus.
8. Deskriptif Cross Sectional
• Untuk mendeskripsikan penyakit dan
paparan pada populasi pada satu titik waktu
tertentu.
• Data yang dihasilkan dari studi potong-lintang
(Cross Sectional) adalah data prevalensi
(deskriptif).
• Contoh :
Gambaran kejadian HIV/AIDS reaktif pada
darah donor di UTD PMI Kota Yogyakarta.
9. Analitik Cross Sectional
• Studi potong-lintang (Cross Sectional) dapat juga
digunakan untuk meneliti hubungan paparan-
penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan tidak
kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara
paparan dan penyakit, karena tidak dengan desain
studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan
mendahului penyakit.
• Contoh :
Hubungan Karakteristik Pekerjaan dengan
Kejadian Sifilis Pada Pemandu Lagu di Karaoke
XXX.
10. Case Control
• Studi analitik untuk melihat E (Eksposure)
menjadi D (Disease), dengan mengelompokkan
kasus dan kontrol kemudian Eksposure ditelusur
ke belakang.
• Contoh :
Pengaruh Faktor Risiko terhadap Kejadian
Hepatitis B pada Mahasiswa Stikes Guna Bangsa
Yogyakarta.
11. Cohort
• Studi analitik untuk melihat E (Eksposure)
menjadi D (Disease), dimana awal penelitian
dimulai saat sampel belum ada Eksposure
kemudian diikuti ke depan untuk
mendapatkan outcome.
• Contoh :
Pengaruh Gigitan Vektor terhadap Kejadian
Malaria
13. Eksperimental
• Peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan
berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan
membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu.
• Kelompok subjek yang mendapatkan intervensi disebut
kelompok eksperimental (kelompok intervensi).
• Kelompok subjek yang tidak mendapatkan intervensi atau
mendapatkan intervensi lain disebut kelompok kontrol.
• Peneliti mengontrol kondisi penelitian untuk meningkatkan
validitas internal, yaitu agar kesimpulan yang ditarik tentang
efek intervensi memang merupakan efek yang sesungguhnya
dari intervensi tersebut.
14. Kuasi Eksperimen
• Intervensi yang biasanya dilakukan di
Komunitas.
• Subjek penelitian dialokasikan ke dalam
kelompok eksperimen atau kelompok
kontrol tidak dengan prosedur
randomisasi, maka desain studi
eksperimental ini disebut eksperimen
kuasi (eksperimen non-randomisasi).
15. True Eksperimen (RCT)
• Peneliti menerapkan prosedur
randomisasi dalam mengalokasikan
(menempatkan) subjek penelitian ke
dalam kelompok eksperimental dan
kelompok kontrol.
• Intervensi yang dilakukan berbasis
laboratorium.