Dokumen tersebut merangkum kasus seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun yang datang dengan keluhan kulit gatal dan kemerahan di punggung akibat terkena cairan pestisida saat bekerja. Dokter mendiagnosis pasien mengalami dermatitis kontak iritan akibat kerja dan memberikan pengobatan non-medikamentosa serta resep obat oral dan salep untuk penanganannya."
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
DMS
1. Laporan Belajar Mandiri
Blok Dematomuskuloskeletal
Skenario 2
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2017
2. Skenario 2 (MULTILEVEL)
BAGIAN PERTAMA
Seorang pasien , Tn. P, 40 tahun datang ke Balai Pengobatan
dengan keluhan kulit gatal kemerahan dipunggung
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke Balai Pengobatan Centrl PT X dengan
keluhan kulit gatal kemerahan dipunggung. Keluhan disertai panas
dan perih. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya, pasien
mengakatakan kulit punggungnya berwarna kemerahan, disertai
rasa gatal dan panas diseluruh punggungnya. Pasien kemudian
menggaruk punggungnya, sehingga timbul lecet dibeberpa tempat.
Keluhan tersebut muncul setelah pasien pulang bekerja.
Pasien bekerja sebagai buruh spraying di PT. X divisi I. Tugasnya
adalah menyemprot tanaman dengan pestisida. Ia melakukan
pekerjaan sehari-hari dengan menggendong alat sprayingnya,
kemudian ada seorang pekerja yang akan menuangkan cairan
pestisida yang dituangkan kedalam tabung dipunggung pasien
tumpah mengenai punggungnya. Sehinggga kulit pasien menjadi
gatal kemerahan, dan terasa perih.
3. Setiap bekerja pasien menggunakan topi, baju panjang, celana
panjang, sepatu boot, penutup buka dari kaos dan sarung
tangan. Pekerja yang lain pun banyak yang berkontak
langsung dengan pestisida. Beberapa orang rekan kerja
pasien juga mengalami keluhan seperti yang dikeluhkan
pasien ini.
Karena keluhan dirasakan semakin parah, pasien
memutuskan untuk memeriksakan penyakitnya. Setelah
bertemu dengan dokter, pasien diberi salep dan dua macam
obat minum.
EKSTREMITAS
Superior : edeme (-)
Inferior : edeme (-)
STATUS DERMATOLOGIS
Pada regio punggung, tampak lesi berbentuk macula eritema
dan hiperpigmentasi, berbatas tidak tegas dan asimetris
disertai daerah eksoriasi
4. Learning Objective
1. Diagnosis penyakit okupasi
2. Penatalaksanaan secara keseluruhan
3. Apa benar DKI penyakit kulit akibat kerja
4. Resep obat
5. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah suatu penyakit
atau keadaan kesehatan yang diakibatkan oleh
rutinitas pekerjaan atau lingkungan kerja. PAK dapat
ditimbulkan dari berbagai faktor contohnya dari faktor
pekerjaan itu sendiri, proses kerja, alat kerja yang
dipakai, lingkungan kerja dan juga bahan yang
dipakai untuk bekerja.
6. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
Dalam mendiagnosa PAK harus dilakukan 7 langkah diagnosis yang
menjadi pedoman.
a. Menentukan diagnosis klinis
Anamnesis
Terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit saat
ini, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, dan
riwayat reproduksi wanita ditanyakan kepada pasien secara
lengkap dan mendetail.
Pemeriksaan fisik
Untuk menentukan kelainan suatu sistem atau organ tubuh
dengan menggunakan 4 cara yaitu inspeksi (melihat), palpasi
(meraba), perkusi (mengetuk) dan auskultasi ( mendengar
menggunakan alat stetoskop). Pemeriksaan fisik khusus juga
dilakukan pemeriksaan tanda vital seperti nadi, pernafasan,
tekanan darah, suhu tubuh, status gizi dan tingkat kesadaran
juga diperiksa secara detail
7. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk memperkuat diagnosis
yang dihasilkan dari pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
dapat berupa pemeriksaan laboratorium
(darah, urin, feses dll) spirometri,
audiometri, rontgen, USG, EKG dll.
b. Menentukan Pajanan
Merupakan faktor risiko atau bahaya yang ada di tempat
kerja. Bahaya potensial yang dapat menyebabkan PAK
dibagi menjadi :
Faktor Fisik
kebisingan , suhu panas, suhu dingin, dll
Faktor Kimia
Debu anorganik , debu organik , gandum, dll
8. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
Faktor Biologi
Bakteri / virus/ jamur/ parasit, darah, serangga, limbah dll
Faktor Ergonomi
Gerakan berulang dengan tangan
Angkat / angkut berat
Duduk lama > 4 jam terus menerus
Berdiri lama > 4 jam terus menerus
Posisi tubuh tidak ergonomis
Pencahayaan tidak sesuai
Bekerja dengan layar/ monitor 4 jam / lebih dalam sehari
9. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
Faktor Psikososial
Beban kerja yang tidak sesuai dengan waktu
dan jumlah pekerjaan
Pekerjaan tidak sesuai dengan penegtahuan
dan keterampilan
Ketidakjelasan tugas
Hambatan jenajang karir
Bekerja gilir (shift)
Konflik dengan teman sekerja
Konflik dalam keluarga
10. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
c. Menentukan hubungan antara pajanan
dengan penyakit
Menentukan hubungan antara pajanan dengan
penyakit dapat dilakukan berdasarkan evidence
based dan ditunjang dengan bukti yang ada.
d. Menentukan besarnya pajanan
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan
secara kuantitatif dengan melihat data
pengukuran lingkungan dan masa kerja atau
secara kualitatif dengan mengamati cara kerja
pekerja.
11. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
e. Menentukan faktor peranan individu
Peranan individu yang dimaksud adalah faktor
yang mempercepat terjadinya penyakit akibat
kerja atau juga menurunkan kemungkinan
penyakit akibat hubungan kerja yang seperti
genetik atau juga kurang tertib dalam
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
f. Menentukan faktor lain diluar pekerjaan
Faktor lain yang dimaksud adakah pajanan
selain di tempat kerja, faktor gaya hidup yang
dapat menunjang terjadinya penyakit dll.
12. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT
KERJA
g. Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
(PAK)
Melalui beberapa tahapan diatas dapat
dibuktikan bahwa minimal ada satu faktor
pekerjaan yang berperan sebagai penyebab
penyakit yang termasuk kategori PAK.
13. Sumber
Soemarko, DS. Pedoman Status Okupasi.
Universitas Indonesia.
Johnston, RT. Principles of diagnosing
occupational diseases- special considerations to
avoid “creating” an entity. Calif Med. 1958 Aug;
89(2): 117–120. Diakses melalui
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC151
2317/.
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Terkait Kerja. Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf
14. Penatalaksanaan secara
keseluruhan
Nonmedikamentosa :
Pajanan ulang dengan bahan kontak
alergen /Iritan dihindari
Menggunakan alat pelindung yang
dibutuhkan untuk pekerja
Medikamentosa
Pengobatan bergantung pada jenis iritan
jika asam kuat pencucian menggunakan air,
kemudian basa dan natrium biokarbonat.
Setelah itu berikan salep atau krim
kortikosteroid
Sistemik : berikan kortikosteroid 40-60
mg/hari
16. Apa benar DKI penyakit akibat
kerja
Benar, penyakit yang di alami pasien adalah
penyakit akibat kerja.
Definisi penyakit akibat kerja adalah penyakit
akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun ligkungan kerja.
Diagnosa penyakit pada pasien ini adalah DKI.
Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan. Pada anamnesis ditegakkan
berdasarkan gejala klinis pasien. Gejala klinis
dermatitis kontak iritan dapat berupa gatal, perih,
17. Apa benar DKI penyakit akibat
kerja
Pasien mengeluhkan keluhan serupa
berupa gatal, kemerahan dan perih pada
punggung. Pasien juga mengeluhkan
bahwa bagian punggung terkena cairan
pestisida. Dimana pestisida adalah cairan
yang merupakan faktor salah satu bahaya
atau hazard yaitu termasuk ke faktor
bahaya kimia yang dapat menimbulkan
cindera atau penyakit akibat kerja. Dan
pada pemeriksaan fisik didapatkan pada
punggung kulit eritematous atau
kemerahan. Erosi berbatas tegas.
19. Resep Dermatitis Kontak
Iritan
dr. Nadia Afifah
SIP. 123456789
Rumah Sakit Universitas Lampung
Bandar Lampung
Praktek Pukul 14.00-17.00
Bandar Lampung, 09 september 2017
R/ Prednison 5mg tab no.XX
ʃ 3 dd tab 2
R/Chlorpheniramine maleate 4mg tab No.X
ʃ 2 dd tab1
R/ hidrokortison 2,5% cream tube No.I
ʃ u.e
Pro :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat : Raja Basa
20. DAFTAR PUSTAKA
Soemarko, DS. Pedoman Status Okupasi. Universitas
Indonesia.
Johnston, RT. Principles of diagnosing occupational
diseases- special considerations to avoid “creating”
an entity. Calif Med. 1958 Aug; 89(2): 117–120.
Diakses melalui
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC151231
7/.
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit
Terkait Kerja. Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf
Soraya,Siti.2016.Jurnal Dermatitis Kontak Iritan
Akibat Kerja. Diakses tanggal 19 September 2017.
Siregar RS. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC