SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN




                      ERSIT
                   NIV     A
                  U




                            S
                   OLEH

        NAMA            : MIFTA NUR RAHMAT

        STAMBUK         : F1C1 08 001




FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

            UNIVERSITAS HALUOLEO

                  KENDARI

                    2011
PENENTUAN ALUMINIUM (III) SEBAGAI KOMPLEKS ALIZARIN
                 SECARA SPEKROFOTOMETRI UV – VISIBLE

A. Tujuan

         Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar aluminium (III) sebagai

kompleks alizarin dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible.

B. Landasan Teori

         Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam

pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan satu atau lebih pasangan

elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron bebas ligan

menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut

senyawa koordinasi (Jahro S. I., et al., 2005).

         Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-

tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan

yang berbeda-beda. Ligan memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron

sehingga dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat.

         Dalam kimia koordinasi, NO atau NO2 dapat berperan sebagai ligan sehingga

membentuk senyawa kompleks dengan beberapa logam transisi (Rilyanti, et al.,

2008).

         Alizarin kuning berperan sebagai indikator asam, yang akan merubah warna

larutan dari merah menjadi kuning apabila telah dalam suasana basa. Alizarin kuning

memiliki range interval pada pH = 10,2 – 12,0 (Takeuchi. 2006)
Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada

penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan

intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media dan

konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible umumnya

disebut kalori, olel1 karena itu pembentukan warna pada metoda ini sangat menentukan

ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan

pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah et al., 2005).

        Spektrofotometri serap    merupakan pengukuran        interaksi antara     radiasi

elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati monokromatik,

dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika frekuensi cahaya tersebut sama

dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut. Elektron yang terikat dan elektron yang

tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai dengan cahaya

ultraviolet dan cahaya tampak (UV-Vis) (Henry dkk., 2002).

        Pada spektrofotometri UV-Vis suatu senyawa dicacah dengan panjang

gelombang tertentu dan kemudian intensitas pada proses tadi dicatat dalam suatu kurva

serapan, sehingga eksperimen menggunakan UV-Vis diakatakan bersifat kontinyu (Tahir

et al., 2007).
C. Alat dan Bahan

   1. Alat

       Spekrofotometer UV-Vis

       Kuvet

       Labu takar 25 ml 10 buah

       Pipet ukur 5 mL, 10 mL, dan 25 mL

       Pipet tetes

       Tissue

       Botol semprot

 2. Bahan

       Larutan Al2O3 10 ppm

       Larutan Buffer asetat

       Hidroksilamin hidroklorida

       Larutan sampel (mengandung Al3+)

       Larutan alizarin sulfonat

       Akuades
D. Prosedur Kerja

   1. Pemilihan panjang gelombang maksimum


                          5 ml larutan Al2O3

                                       -     dimasukkan dalam labu takar 25 mL
                                       -     ditambahkan 5 mL buffer asetat dan 5 mL
                                             hidroksilamin hidroklorida
                                       -     ditambahkan 2,5 larutan alizarin sulfonat
                                       -     diencerkan dengan aquades sampai tanda
                                             tera
                    Larutan Al2O3 dalam labu takar

                                       -     diamati absorbansinya pada λ 400-600
                                             nm dengan interval 20
                                       -     dicatat λ maksimum larutan
                     λ maksimum larutan = 440 nm

   2. Pembuatan kurva standar dan penentuan [Al3+] pada larutan sampel

       Al2O3                                               Larutan sampel

           -   dipipet 1, 2, 3, 4, dan 5 mL ke dalam               -   dipipet 5 mL ke dalam
               masing-masing 5 labu takar 25 mL                        labu takar 25 mL
                             -   ditambahkan 5 mL buffer asetat dan 5 ml hidroksilamin
                                 hidroklorida pada masing-masing labu takar
                             -   ditambahkan 2,5 ml larutan alizarin sulfonat
                             -   diencerkan dengan aquades sampai tanda tera
                             -   diukur absorbansi masing-masing larutan pada λ mak
                                 440 nm

          Konsentrasi Al3+ dalam sampel :
          sampel air Selokan      = 0,418 M
          sampel air Ledeng       = 0,31 M
          sampel air Sumur        = 0,297 M
          sampel air mineral      = 0,312 M
          sampel air empang       = 0,405 M
E. Hasil Pengamatan

   a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

         Panjang gelombang (λ) (nm)          Absorbansi (A)
                      400                        0,108
                      420                        0,117
                      440                        0,118
                      460                        0,096
                      480                        0,067
                      500                        0,059
                      520                        0,046
                      540                        0,027
                      560                        0,022
                      580                        0,015
                      600                        0,015



   λ maksimum larutan = 440 nm
Grafik Penentuan λ Maksimum
        0,14
        0,12
         0,1
                                                 y = -0,0006x + 0,3627
        0,08
                                                  R² = 0,934
    λ



        0,06
        0,04
        0,02
            0
                380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620
                                     Absorbansi


b. Pembuatan kurva standar dan penentuan kadar [Al3+]


   Labu takar       V Al3+ (mL)    [Al3+] akhir (M)        Absorbansi (A)
        1                0                0                    0,586
        2               2,5              0,1                   0,135
        3                5               0,2                   0,150
        4               7,5              0,3                   0,140
        5               10               0,4                   0,123



   Grafik hubungan Absorbansi vs [Al3+]
Grafik Hubungan Konsentrasi Vs Absorbansi
                   0,7
                   0,6
                   0,5
      Absorbansi   0,4
                   0,3
                                                 y = -0,909x + 0,4062
                   0,2
                   0,1
                    0
                         0       0,1      0,2                0,3        0,4   0,5
                                                [Al3+]   M


           Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan y = -0,909x + 0,406

sehingga dengan memasukkan nilai absorbansi untuk sampel ke dalam

persamaan tersebut diperoleh :
-   Sampel Air selokan
    y             = -0,909x + 0,406
    0,026         = -0,909x + 0,406
    -0,909x       = - 0,38
              x   = 0,418
    Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air selokan yaitu 0,418 M
-   Sampel Air Ledeng
    y             = -0,909x + 0,406
    0,123         = -0,909x + 0,406
    -0,909x       = - 0,238
            x     = 0,31
    Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air ledeng yaitu 0,31 M
-   Sampel Air Sumur
    y             = -0,909x + 0,406
    0,136         = -0,909x + 0,406
    -0,909x       = - 0,27
              x   = 0,297
    Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air sumur yaitu 0,297 M
-   Sampel Air mineral kemasan
    y             = -0,909x + 0,406
    0,122         = -0,909x + 0,406
    -0,909x       = -0,284
            x     = 0,312
    Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air mineral kemasan yaitu 0,312 M
-   Sampel Air Empang
    y             = -0,909x + 0,406
    0,041         = -0,909x + 0,406
    -0,909x       = - 0,367
            x     = 0,405
Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air ledeng yaitu 0,405 M
F. Pembahasan

        Air memiliki sangat banyak peran dalam biodiverstas, air menjadi pelindung,

penetral dan sumber mineral bagi semua makhluk hidup di dunia ini. Berangkat dari

isu parahnya pencemaran air yang terjadi akhir-akhir ini, maka perlu dilakukannya

sebuah penelitian mengenai kandungan mineral tertentu yang terdapat pada air dan

perairan di sekitar kita.

        Mineral pada dasarnya merupakan kontaminan dalam air, dalam jumlah

sedikit mineral sangat diperlukan bagi tubuh sehingga keberadaannya mutlak adanya.

Namun, jika mineral dalam suatu perairan berlebih dapat mengganggu bahkan

mematikan biodiversitas yang ada pada perairan tersebut. Oleh karena itu kajian

mengenai kadar mineral di lingkungan kita mesti dilakukan agar diketahui tindakan

apa yang akan diambil sebagai upaya untuk menjaga kelestarian alam.

        Alumunium adalah salah satu mineral yang terdapat dalam air. Uji keberadaan

alumunium dalam air dapat dilakukan dengan mengomplekskan alumunium dengan

larutan alizarin tiosianat. Alizarin / 1,2-dihydroxyanthraquinone (C14H8O4) memiliki

penampakan struktur seperti berikut:
Senyawa ini belum dapat mengomplekskan alumunium dikarenakan ia belum

memiliki kation yang dapat ditukarkan dengan kation Al 3+. Sedangkan alizarin

sulfonat memiliki ion Na+ yang dapat ditukar dengan Al3+, adapun reaksi

pertukarannya dapat dilihat sebagai berikut:

                    O       OH

                                   OH
Al3+ + 3
                                  SO3Na

                    O

                                        O
                                                OH
                                                                   OH
                                                             OH             O
                                                     OH

                                                 SO3         SO3
                                    O
                                                       Al
                                                                                + 3 Na+
                                                       SO3              O
                                                              OH
                                            O

                                                             OH

                                                       O



       Kompleks Al(III)-alizarin memiliki penampakan warna merah sehingga ia

dapat diukur dengan instrument spektrometer UV-Vis. Pada dasarnya intensitas

warna merah pada larutan berbanding lurus dengan kompleks Al(III)-alizarin yang

terbentuk. Spektrometer UV-Vis akan membaca warna merah sebagai absorbansi

larutan tersebut. Dengan kata lain, absorbansi akan menggambarkan berapa kadar

Al3+ yang terdapat dalam larutan sampel, semakin tinggi absorbansi larutan maka

akan semakin tinggi pula kadar Al3+ yang ada dalam sampel tersebut.
Anda Merasa Terbantu dengan Artikel
ini???

Dukung kami dengan mengirimkan Pulsa
di No:

ADMIN        : 0852 417 82228

Radio Mu’adz : 0852 9933 1996
Dalam pembuatan kompleks Al(III)-alizarin, larutan Al2O3 harus ditambahkan

larutan buffer asetat pH 4 yang bertugas sebagai penstabil pH dikarenakan Al2O3

merupakan senyawa yang bersifat amfoter, yang akan bertambah sifat kebasaannya

jika direaksikan dengan alizarin sulfonat. Hal ini disebabkan karena gugus sulfonat

(SO3-) yang terbentuk merupakan basa konyugat, sehingga dengan adanya senyawa

penyangga akan menstabilkan pH larutan.

       Dalam penelitian ini sampel yang diteliti kadar Al3+ adalah air selokan, air

ledeng, air sumur, air empang dan air mineral kemasan. Penentuan kadar sampel

dapat dilakukan dengan memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan

garis yang ditampilkan kurva standar. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kadar

Al3+ dalam sampel air selokan, air ledeng, air sumur, air empang dan air mineral

kemasan berturut-turut adalah 0,418 M, 0,31 M, 0,297M, 0,405 M dan 0,312 M.
G. Kesimpulan

       Berdasarkan tujuan, hasil perhitungan dan grafik diperoleh absorbansi yang

terukur dari sampel air selokan, air ledeng, air sumur, air akua, dan air empamg.

Absorbansi yang terukur dari sampel-sampel tersebut adalah berturut-turut sebesar

0,017; 0,011; 0,010; 0,018; dan 0,040. Sehingga kandungan Fe 3+ dalam sampel

berturut-turut adalah -0,056 M, - 0,389 M, - 0,44 M, 0 M, dan - 1,22 M. Terjadi

kesalahan dalam percobaan ini sehingga dikatakan percobaan ini tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, S., Yanlinastuti., Yoskasih., 2005, “Kualifikasi Alat Spektrometer UV-Vis
      untuk Penentuan Uranium dan Besi dalam U3O8 ”, Hasil Penelitian EBN,
      ISSN 0854 – 5561.

Henry, A., Suryadi., Yanuar, A., 2002, “Analisis Spektrofotometri UV-Vis pada Obat
       Influenza dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier”, Program
       Spesialis Apoteker Jurusan Farmasi FMIPA UI, Auditorium Universitas
       Gunadarma, Jakarta.

Jahro S. I., Onggo D., Rahayu I. S., Ismunandar., 2005, „ Sintesis dan Karakterisasi
       Senyawa Kompleks Polimer {[MnIICrIII(C2O4)3][Fe(NH2-trz)3]Cl}.6H2O
       (NH2-trz = 4-amino-1,2,4-triazol)‟, Seminar Nasional MIPA, Departemen
       Kimia, FMIPA-ITB.

Rilyanti M., Sembiring Z., Handayani T., dan Subki E. M., 2008, “Sintesis senyawa
       kompleks Cis-[co(bipi)2(cn)2] dan uji interaksinya dengan gas NO2
       menggunakan metoda spektrofotometri UV-Vis dan IR”, Jurusan Kimia
       FMIPA Universitas Lampung.

Takeuchi, Yashito, 2006, Pengantar Kimia, Iwanami Shotten Publishers, Tokyo.
Lampiran

Data pengamatan

   1. Pemilihan panjang gelombang maksimum

        Panjang gel. (λ) (nm)       Absorbansi (A)
                 400                    0,108
                 420                    0,117
                 440                    0,118
                 460                    0,096
                 480                    0,067
                 500                    0,059
                 520                    0,046
                 540                    0,027
                 560                    0,022             2. Penentuan kurva
                 580                    0,015
                                                       standar dan penentuan [Fe3+]
                 600                    0,015
        Labu takar     Vol. Al3+ (mL)           (A)      Sampel        Absorbansi
             1                  0              0,587     Selokan          0,026
             2              2,5                0,135     Ledeng           0,123
             3                  5              0,150      Akua            0,122
             4              7,5                0,140     Empang           0,041
             5              10                 0,123      Sumur           0,136
3. Perhitungan

  Konsentrasi awal Al3+ (M1)          =1M

  Volume awal (V1)                    = 0 mL

  Volume akhir (V2)                   = 25 mL

  Dengan rumus pengenceran            = M1V1 = M2V2
M 1 V1
                                    M2 =
                                              V2

                                            1 M . 0mL
                                M2      =
                                              25 mL

                                        =0M

Dengan cara yang sama diperoleh nilai sebagai berikut :

     Labu takar        Vol. Al3+ (mL)       Konsentrasi Akhir Fe3+ (M)        Absorbansi (A)
         1                    0                          0                        0,587
         2                   2,5                        0,1                       0,135
         3                    5                         0,2                       0,150
         4                   7,5                        0,3                       0,140
         5                   10                         0,4                       0,123


4. Grafik

    a. Penentuan kurva standar


                           Grafik hubungan Absorbansi vs λ
                0,14
                0,12
                 0,1
                0,08
            λ




                0,06
                0,04                                 y = -0,0006x + 0,3627
                0,02
                   0
                       0      100       200          300      400       500    600     700
                                                      Absorbansi


    b. Grafik hubungan Absorbansi vs [Al3+]
Grafik Hubungan Konsentrasi Vs Absorbansi
                     0,7
                     0,6
                     0,5
        Absorbansi   0,4
                     0,3                                     y = -0,909x + 0,4062
                     0,2
                     0,1
                      0
                           0           0,1          0,2              0,3            0,4   0,5
                                                          [Al3+] M


             Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan y = -0,909x + 0,406

sehingga dengan memasukkan nilai absorbansi untuk sampel ke dalam

persamaan tersebut diperoleh :

     Sampel Air selokan

 y                              = -0,909x + 0,406

 0,026                          = -0,909x + 0,406

 -0,909x                        = - 0,38

                     x          = 0,418

 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air limbah yaitu 0,418 M

     Sampel Air Ledeng

 y                              = -0,909x + 0,406

 0,123                          = -0,909x + 0,406

 -0,909x                        = - 0,238
x      = 0,31

Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air sungai yaitu 0,31 M

    Sampel Air Sumur

y               = -0,909x + 0,406

0,136           = -0,909x + 0,406

-0,909x         = - 0,27

          x     = 0,297

Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air sumur yaitu 0,297 M

    Sampel Air akua

y               = -0,909x + 0,406

0,122           = -0,909x + 0,406

-0,909x         = -0,284

         x      = 0,312

Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air laut yaitu 0,312 M

    Sampel Air Empang

y               = -0,909x + 0,406

0,041           = -0,909x + 0,406

-0,909x         = - 0,367

         x      = 0,405

Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air ledeng yaitu 0,405

More Related Content

What's hot

laporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organiklaporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
wd_amaliah
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Fransiska Puteri
 
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganLaporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Muhammad Ridlo
 
Penetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK Bogor
DeviPurnama
 
Analisis protein
Analisis proteinAnalisis protein
Analisis protein
Ovi Ardiana
 
Laporan praktikum biologi sach
Laporan  praktikum biologi sachLaporan  praktikum biologi sach
Laporan praktikum biologi sach
Andrew Hutabarat
 

What's hot (20)

Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
Laporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiLaporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum Destilasi
 
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organiklaporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
 
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
 
Laporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoLaporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam amino
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Asam nukleat
Asam nukleatAsam nukleat
Asam nukleat
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
Uji Moore
Uji MooreUji Moore
Uji Moore
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
 
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganLaporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
 
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah1. laporan praktikum biologi tekanan darah
1. laporan praktikum biologi tekanan darah
 
Analisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif KarbohidratAnalisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif Karbohidrat
 
GC kolom
GC kolomGC kolom
GC kolom
 
Penetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Fe dalam Tawas Ferri Amonium Sulfat SMK-SMAK Bogor
 
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan DarahLaporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
 
Analisis protein
Analisis proteinAnalisis protein
Analisis protein
 
Laporan praktikum biologi sach
Laporan  praktikum biologi sachLaporan  praktikum biologi sach
Laporan praktikum biologi sach
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 

Similar to Laporan instrumen penentuan aluminium (iii) sebagai kompleks alizarin secara spekrofotometri uv – visible

Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1
Uda TrooPer
 
Bab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutanBab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutan
Imo Priyanto
 
Larutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan KonsentrasiLarutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan Konsentrasi
Iwan Setiawan
 

Similar to Laporan instrumen penentuan aluminium (iii) sebagai kompleks alizarin secara spekrofotometri uv – visible (20)

Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlich
 
2. adsorpsi aseton pada karbon aktif
2. adsorpsi aseton pada karbon aktif2. adsorpsi aseton pada karbon aktif
2. adsorpsi aseton pada karbon aktif
 
Kimia Lingkungan [ Optimalisasi potensi agrowisata Seloliman ] dan Analisis A...
Kimia Lingkungan [ Optimalisasi potensi agrowisata Seloliman ] dan Analisis A...Kimia Lingkungan [ Optimalisasi potensi agrowisata Seloliman ] dan Analisis A...
Kimia Lingkungan [ Optimalisasi potensi agrowisata Seloliman ] dan Analisis A...
 
Laporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetriLaporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetri
 
Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1Foto Metri Praktek AI 1
Foto Metri Praktek AI 1
 
6.AAS.ppt
6.AAS.ppt6.AAS.ppt
6.AAS.ppt
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorPenetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
 
Titrasi Pengendapan.pptx
Titrasi Pengendapan.pptxTitrasi Pengendapan.pptx
Titrasi Pengendapan.pptx
 
Bab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutanBab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutan
 
Analisa gravimetri1
Analisa gravimetri1Analisa gravimetri1
Analisa gravimetri1
 
Bkimfis2
Bkimfis2Bkimfis2
Bkimfis2
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
Gravitimetri Urai Rev :*
Gravitimetri Urai Rev :*Gravitimetri Urai Rev :*
Gravitimetri Urai Rev :*
 
Presentasi UP
Presentasi UPPresentasi UP
Presentasi UP
 
Sesi Diskusi (Konduktometri).pptx
Sesi Diskusi (Konduktometri).pptxSesi Diskusi (Konduktometri).pptx
Sesi Diskusi (Konduktometri).pptx
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Larutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan KonsentrasiLarutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan Konsentrasi
 
Makalah kiman
Makalah kimanMakalah kiman
Makalah kiman
 

More from Mifta Rahmat (12)

Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi   daya kerja antimikrobaLaporan mikrobiologi   daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
 
Laporan biokimia vitamin dan mineral
Laporan biokimia   vitamin dan mineralLaporan biokimia   vitamin dan mineral
Laporan biokimia vitamin dan mineral
 
Laporan biokimia hidrolisis protein
Laporan biokimia   hidrolisis proteinLaporan biokimia   hidrolisis protein
Laporan biokimia hidrolisis protein
 
Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia   hidrolisis karbohidratLaporan biokimia   hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
 
Laporan biokimia ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisi
Laporan biokimia   ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisiLaporan biokimia   ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisi
Laporan biokimia ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisi
 
Laporan biokimia asam amino protein
Laporan biokimia   asam amino proteinLaporan biokimia   asam amino protein
Laporan biokimia asam amino protein
 
Laporan mikrobiologi morfologi mikroba
Laporan mikrobiologi   morfologi mikrobaLaporan mikrobiologi   morfologi mikroba
Laporan mikrobiologi morfologi mikroba
 
Laporan mikrobiologi pengenalan alat lab
Laporan mikrobiologi   pengenalan alat labLaporan mikrobiologi   pengenalan alat lab
Laporan mikrobiologi pengenalan alat lab
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
 
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi   daya kerja antimikrobaLaporan mikrobiologi   daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
 
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikReaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
 
Reaksi reaksi sso
Reaksi reaksi ssoReaksi reaksi sso
Reaksi reaksi sso
 

Laporan instrumen penentuan aluminium (iii) sebagai kompleks alizarin secara spekrofotometri uv – visible

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN ERSIT NIV A U S OLEH NAMA : MIFTA NUR RAHMAT STAMBUK : F1C1 08 001 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011
  • 2. PENENTUAN ALUMINIUM (III) SEBAGAI KOMPLEKS ALIZARIN SECARA SPEKROFOTOMETRI UV – VISIBLE A. Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar aluminium (III) sebagai kompleks alizarin dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible. B. Landasan Teori Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan satu atau lebih pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron bebas ligan menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi (Jahro S. I., et al., 2005). Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan- tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda. Ligan memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron sehingga dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat. Dalam kimia koordinasi, NO atau NO2 dapat berperan sebagai ligan sehingga membentuk senyawa kompleks dengan beberapa logam transisi (Rilyanti, et al., 2008). Alizarin kuning berperan sebagai indikator asam, yang akan merubah warna larutan dari merah menjadi kuning apabila telah dalam suasana basa. Alizarin kuning memiliki range interval pada pH = 10,2 – 12,0 (Takeuchi. 2006)
  • 3. Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible umumnya disebut kalori, olel1 karena itu pembentukan warna pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah et al., 2005). Spektrofotometri serap merupakan pengukuran interaksi antara radiasi elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati monokromatik, dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika frekuensi cahaya tersebut sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut. Elektron yang terikat dan elektron yang tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak (UV-Vis) (Henry dkk., 2002). Pada spektrofotometri UV-Vis suatu senyawa dicacah dengan panjang gelombang tertentu dan kemudian intensitas pada proses tadi dicatat dalam suatu kurva serapan, sehingga eksperimen menggunakan UV-Vis diakatakan bersifat kontinyu (Tahir et al., 2007).
  • 4. C. Alat dan Bahan 1. Alat  Spekrofotometer UV-Vis  Kuvet  Labu takar 25 ml 10 buah  Pipet ukur 5 mL, 10 mL, dan 25 mL  Pipet tetes  Tissue  Botol semprot 2. Bahan  Larutan Al2O3 10 ppm  Larutan Buffer asetat  Hidroksilamin hidroklorida  Larutan sampel (mengandung Al3+)  Larutan alizarin sulfonat  Akuades
  • 5. D. Prosedur Kerja 1. Pemilihan panjang gelombang maksimum 5 ml larutan Al2O3 - dimasukkan dalam labu takar 25 mL - ditambahkan 5 mL buffer asetat dan 5 mL hidroksilamin hidroklorida - ditambahkan 2,5 larutan alizarin sulfonat - diencerkan dengan aquades sampai tanda tera Larutan Al2O3 dalam labu takar - diamati absorbansinya pada λ 400-600 nm dengan interval 20 - dicatat λ maksimum larutan λ maksimum larutan = 440 nm 2. Pembuatan kurva standar dan penentuan [Al3+] pada larutan sampel Al2O3 Larutan sampel - dipipet 1, 2, 3, 4, dan 5 mL ke dalam - dipipet 5 mL ke dalam masing-masing 5 labu takar 25 mL labu takar 25 mL - ditambahkan 5 mL buffer asetat dan 5 ml hidroksilamin hidroklorida pada masing-masing labu takar - ditambahkan 2,5 ml larutan alizarin sulfonat - diencerkan dengan aquades sampai tanda tera - diukur absorbansi masing-masing larutan pada λ mak 440 nm Konsentrasi Al3+ dalam sampel : sampel air Selokan = 0,418 M sampel air Ledeng = 0,31 M sampel air Sumur = 0,297 M sampel air mineral = 0,312 M sampel air empang = 0,405 M
  • 6.
  • 7. E. Hasil Pengamatan a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang gelombang (λ) (nm) Absorbansi (A) 400 0,108 420 0,117 440 0,118 460 0,096 480 0,067 500 0,059 520 0,046 540 0,027 560 0,022 580 0,015 600 0,015 λ maksimum larutan = 440 nm
  • 8. Grafik Penentuan λ Maksimum 0,14 0,12 0,1 y = -0,0006x + 0,3627 0,08 R² = 0,934 λ 0,06 0,04 0,02 0 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620 Absorbansi b. Pembuatan kurva standar dan penentuan kadar [Al3+] Labu takar V Al3+ (mL) [Al3+] akhir (M) Absorbansi (A) 1 0 0 0,586 2 2,5 0,1 0,135 3 5 0,2 0,150 4 7,5 0,3 0,140 5 10 0,4 0,123 Grafik hubungan Absorbansi vs [Al3+]
  • 9. Grafik Hubungan Konsentrasi Vs Absorbansi 0,7 0,6 0,5 Absorbansi 0,4 0,3 y = -0,909x + 0,4062 0,2 0,1 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 [Al3+] M Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan y = -0,909x + 0,406 sehingga dengan memasukkan nilai absorbansi untuk sampel ke dalam persamaan tersebut diperoleh :
  • 10. - Sampel Air selokan y = -0,909x + 0,406 0,026 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,38 x = 0,418 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air selokan yaitu 0,418 M - Sampel Air Ledeng y = -0,909x + 0,406 0,123 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,238 x = 0,31 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air ledeng yaitu 0,31 M - Sampel Air Sumur y = -0,909x + 0,406 0,136 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,27 x = 0,297 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air sumur yaitu 0,297 M - Sampel Air mineral kemasan y = -0,909x + 0,406 0,122 = -0,909x + 0,406 -0,909x = -0,284 x = 0,312 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air mineral kemasan yaitu 0,312 M - Sampel Air Empang y = -0,909x + 0,406 0,041 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,367 x = 0,405
  • 11. Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air ledeng yaitu 0,405 M F. Pembahasan Air memiliki sangat banyak peran dalam biodiverstas, air menjadi pelindung, penetral dan sumber mineral bagi semua makhluk hidup di dunia ini. Berangkat dari isu parahnya pencemaran air yang terjadi akhir-akhir ini, maka perlu dilakukannya sebuah penelitian mengenai kandungan mineral tertentu yang terdapat pada air dan perairan di sekitar kita. Mineral pada dasarnya merupakan kontaminan dalam air, dalam jumlah sedikit mineral sangat diperlukan bagi tubuh sehingga keberadaannya mutlak adanya. Namun, jika mineral dalam suatu perairan berlebih dapat mengganggu bahkan mematikan biodiversitas yang ada pada perairan tersebut. Oleh karena itu kajian mengenai kadar mineral di lingkungan kita mesti dilakukan agar diketahui tindakan apa yang akan diambil sebagai upaya untuk menjaga kelestarian alam. Alumunium adalah salah satu mineral yang terdapat dalam air. Uji keberadaan alumunium dalam air dapat dilakukan dengan mengomplekskan alumunium dengan larutan alizarin tiosianat. Alizarin / 1,2-dihydroxyanthraquinone (C14H8O4) memiliki penampakan struktur seperti berikut:
  • 12. Senyawa ini belum dapat mengomplekskan alumunium dikarenakan ia belum memiliki kation yang dapat ditukarkan dengan kation Al 3+. Sedangkan alizarin sulfonat memiliki ion Na+ yang dapat ditukar dengan Al3+, adapun reaksi pertukarannya dapat dilihat sebagai berikut: O OH OH Al3+ + 3 SO3Na O O OH OH OH O OH SO3 SO3 O Al + 3 Na+ SO3 O OH O OH O Kompleks Al(III)-alizarin memiliki penampakan warna merah sehingga ia dapat diukur dengan instrument spektrometer UV-Vis. Pada dasarnya intensitas warna merah pada larutan berbanding lurus dengan kompleks Al(III)-alizarin yang terbentuk. Spektrometer UV-Vis akan membaca warna merah sebagai absorbansi larutan tersebut. Dengan kata lain, absorbansi akan menggambarkan berapa kadar Al3+ yang terdapat dalam larutan sampel, semakin tinggi absorbansi larutan maka akan semakin tinggi pula kadar Al3+ yang ada dalam sampel tersebut.
  • 13. Anda Merasa Terbantu dengan Artikel ini??? Dukung kami dengan mengirimkan Pulsa di No: ADMIN : 0852 417 82228 Radio Mu’adz : 0852 9933 1996
  • 14. Dalam pembuatan kompleks Al(III)-alizarin, larutan Al2O3 harus ditambahkan larutan buffer asetat pH 4 yang bertugas sebagai penstabil pH dikarenakan Al2O3 merupakan senyawa yang bersifat amfoter, yang akan bertambah sifat kebasaannya jika direaksikan dengan alizarin sulfonat. Hal ini disebabkan karena gugus sulfonat (SO3-) yang terbentuk merupakan basa konyugat, sehingga dengan adanya senyawa penyangga akan menstabilkan pH larutan. Dalam penelitian ini sampel yang diteliti kadar Al3+ adalah air selokan, air ledeng, air sumur, air empang dan air mineral kemasan. Penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan garis yang ditampilkan kurva standar. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kadar Al3+ dalam sampel air selokan, air ledeng, air sumur, air empang dan air mineral kemasan berturut-turut adalah 0,418 M, 0,31 M, 0,297M, 0,405 M dan 0,312 M.
  • 15. G. Kesimpulan Berdasarkan tujuan, hasil perhitungan dan grafik diperoleh absorbansi yang terukur dari sampel air selokan, air ledeng, air sumur, air akua, dan air empamg. Absorbansi yang terukur dari sampel-sampel tersebut adalah berturut-turut sebesar 0,017; 0,011; 0,010; 0,018; dan 0,040. Sehingga kandungan Fe 3+ dalam sampel berturut-turut adalah -0,056 M, - 0,389 M, - 0,44 M, 0 M, dan - 1,22 M. Terjadi kesalahan dalam percobaan ini sehingga dikatakan percobaan ini tidak berhasil.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Fatimah, S., Yanlinastuti., Yoskasih., 2005, “Kualifikasi Alat Spektrometer UV-Vis untuk Penentuan Uranium dan Besi dalam U3O8 ”, Hasil Penelitian EBN, ISSN 0854 – 5561. Henry, A., Suryadi., Yanuar, A., 2002, “Analisis Spektrofotometri UV-Vis pada Obat Influenza dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linier”, Program Spesialis Apoteker Jurusan Farmasi FMIPA UI, Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta. Jahro S. I., Onggo D., Rahayu I. S., Ismunandar., 2005, „ Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Polimer {[MnIICrIII(C2O4)3][Fe(NH2-trz)3]Cl}.6H2O (NH2-trz = 4-amino-1,2,4-triazol)‟, Seminar Nasional MIPA, Departemen Kimia, FMIPA-ITB. Rilyanti M., Sembiring Z., Handayani T., dan Subki E. M., 2008, “Sintesis senyawa kompleks Cis-[co(bipi)2(cn)2] dan uji interaksinya dengan gas NO2 menggunakan metoda spektrofotometri UV-Vis dan IR”, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Takeuchi, Yashito, 2006, Pengantar Kimia, Iwanami Shotten Publishers, Tokyo.
  • 17.
  • 18. Lampiran Data pengamatan 1. Pemilihan panjang gelombang maksimum Panjang gel. (λ) (nm) Absorbansi (A) 400 0,108 420 0,117 440 0,118 460 0,096 480 0,067 500 0,059 520 0,046 540 0,027 560 0,022 2. Penentuan kurva 580 0,015 standar dan penentuan [Fe3+] 600 0,015 Labu takar Vol. Al3+ (mL) (A) Sampel Absorbansi 1 0 0,587 Selokan 0,026 2 2,5 0,135 Ledeng 0,123 3 5 0,150 Akua 0,122 4 7,5 0,140 Empang 0,041 5 10 0,123 Sumur 0,136 3. Perhitungan Konsentrasi awal Al3+ (M1) =1M Volume awal (V1) = 0 mL Volume akhir (V2) = 25 mL Dengan rumus pengenceran = M1V1 = M2V2
  • 19. M 1 V1 M2 = V2 1 M . 0mL M2 = 25 mL =0M Dengan cara yang sama diperoleh nilai sebagai berikut : Labu takar Vol. Al3+ (mL) Konsentrasi Akhir Fe3+ (M) Absorbansi (A) 1 0 0 0,587 2 2,5 0,1 0,135 3 5 0,2 0,150 4 7,5 0,3 0,140 5 10 0,4 0,123 4. Grafik a. Penentuan kurva standar Grafik hubungan Absorbansi vs λ 0,14 0,12 0,1 0,08 λ 0,06 0,04 y = -0,0006x + 0,3627 0,02 0 0 100 200 300 400 500 600 700 Absorbansi b. Grafik hubungan Absorbansi vs [Al3+]
  • 20. Grafik Hubungan Konsentrasi Vs Absorbansi 0,7 0,6 0,5 Absorbansi 0,4 0,3 y = -0,909x + 0,4062 0,2 0,1 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 [Al3+] M Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan y = -0,909x + 0,406 sehingga dengan memasukkan nilai absorbansi untuk sampel ke dalam persamaan tersebut diperoleh : Sampel Air selokan y = -0,909x + 0,406 0,026 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,38 x = 0,418 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air limbah yaitu 0,418 M Sampel Air Ledeng y = -0,909x + 0,406 0,123 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,238
  • 21. x = 0,31 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air sungai yaitu 0,31 M Sampel Air Sumur y = -0,909x + 0,406 0,136 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,27 x = 0,297 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air sumur yaitu 0,297 M Sampel Air akua y = -0,909x + 0,406 0,122 = -0,909x + 0,406 -0,909x = -0,284 x = 0,312 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air laut yaitu 0,312 M Sampel Air Empang y = -0,909x + 0,406 0,041 = -0,909x + 0,406 -0,909x = - 0,367 x = 0,405 Sehingga kadar Al3+ dalam sampel air ledeng yaitu 0,405