SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
RANGKAIAN TERINTEGRASI
TANGGAPAN FREKUENSI PENGUAT : JARINGAN MENDAHULUI DAN
KETINGGALAN
Oleh:
Kelompok V
FIRA YULINAR SIHITE (4173121019)
INTAN MAHARANI (4173121023)
J. ANGGI SITANGGANG (4173321023)
MARNETI NAZARA (4173321029)
MIRNAYANI HASIBUAN (4171121020)
RANMA SINULINGGA (4172121013)
KELAS FISIKA DIK B 2017
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan
hidayahnya sehingga, makalah ini dapat penulis selesaikan dengan judul materi “ Tanggapan
frekuensi penguat : jaringan mendahului dan ketinggalan“. Adapun makalah ini penulis
buat untuk memenuhi tugas kuliah, dan kiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, demikian kami
berharap semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat bagi penulis khususnya, serta
para pembaca umumnya. Selain itu juga kami berharap adanya kritik dan saran dari para
pembaca demi terwujudnya kesempurnaan tugas ini.
Medan, Agustus 2019
Kelompok
V
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu penguat tentunya mempunyai keterbatasan dalam hal kemampuan mele-
watkan frekuensi sumber sinyal. Secara umum penguat hanya mampu melewatkan daerah
frekuensi menengah. Hal ini berarti faktor penguatan dari penguat tersebut menurun baik
pada daerah frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Oleh karena itu penguat tersebut dika-
takan mempunyai tanggapan frekuensi (respon frekuensi) tertentu. Respon frekuensi dari
setiap penguat berbeda-beda, yakni tergantung dari penggunaan penguat tersebut. Ukuran
untuk menyatakan seberapa lebar tanggapan frekuensi suatu penguat biasanya disebut den-
gan lebar band (bandwidth).
Pada makalah ini akan dibahas pengaruh frekuensi sinyal terhadap karakteristik suatu
penguat. Hal yang menjadi perhatian adalah karena suatu penguat tersusun atas berbagai
komponen (kapasitor, induktor, transistor, dll) yang peka frekuensi, sehingga unjuk kerja
penguat secara keseluruhan akan dipengaruhi juga variasi frekuensi sinyal masukan. Secara
garis besar akan ada dua pembahasan yakni analisis penguat pada frekuensi rendah dan pada
frekuensi tinggi.
Frek rendah Frek menengah Frek
Karena CE,
CS dan CC
Frek (skala log)
Karena
kapasitansi liar
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tanggapan Frekuensi Penguat
Beberapa buku yang membahas penguat berasumsi bahwa frekuensi sinyal masukan
adalah frekuensi menengah. Istilah frekuensi menengah memang mempunyai makna yang
berbeda-beda tergantung dari bidang aplikasi. Akan tetapi kesepa- katan yang telah dibuat
adalah bahwa pada frekuensi menengah ini semua kapasitor diang- gap hubung singkat
(mempunyai reaktansi kapasitip sangat kecil) dan transistor serta kom- ponen-komponen lain
tidak terpengaruh oleh stray capacitance (kapasitansi liar).
Perilaku atau karakteristik suatu penguat pada frekuensi rendah akan berbeda apabila
diberi masukan frekuensi tinggi. Pada frekuensi rendah, kapasitor-kapasitor kopling dan by-
pass tidak lagi diganti dengan ekivalen hubung singkat (dengan reaktansi kapasitip = 0)
karena nilai reaktansinya menjadi menjadi semakin besar pada frekuensi rendah. Demikian
juga apabila bekerja pada frekuensi tinggi, kapasitor liar yang timbul pada kaki-kaki
transistor dan karena pengawatan PCB yang nilainya sangat kecil (da- lam orde pF) akan
mempunyai reaktansi kapasitip yang cukup berarti pada frekuensi tinggi, sehingga akan
mempengaruhi faktor penguatan.
Kurva respon frekuensi tipikal dari penguat CE dengan kopling C dapat dilihat pada
gambar 9. Kurva respon frekuensi ini dibuat dengan sumbu horisontal berupa besaran fre-
kuensi (masukan) dalam skala logaritmis dan sumbu vertikal berupa besaran penguatan (atau
keluaran) dalam skala linier. Kertas yang digunakan untuk menggambarkan kurva res- pon
frekuensi disebut kertas semi-log (artinya semi logaritmis). Dengan menggunakan skala
logaritmis yakni jarak antara satu titik dengan lainnya tidaklah linier melainkan secara loga-
ritmis, maka penggambaran besaran frekuensi akan efisien.
Av = Vo/Vi
A
vmi
d
0.70
7Av
mid
f1 atau fL f2 atau fH
Bandwidth = fH - fL
Gambar 9. Kurva respon frekuensi tipikal penguat kopling C
Terlihat pada kurva respon frekuensi (gambar 9) bahwa pada daerah frekuensi ren-
dah, semakin rendah frekuensi semakin kecil pula penguatannya (atau gain). Hal ini dis-
ebabkan karena pengaruh CE (C by-pass pada emitor), CS (C kopling pada masukan), dan
CC (C kopling pada keluaran). Ketiga kapasitor ini reaktansi kapasitipnya akan semakin
besar bi-
menjadi berku- rang. Sedangkan pada daerah frekuensi tinggi, semakin tinggi frekuensi
semakin kecil pen- guatan. Hal ini disebabkan karena reaktansi dari kapasitor liar menjadi
kecil dan ini akan membebani penguat sehingga penguatannya menjadi menurun.
Lebar bidang frekuensi yang menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon fre-
kuensi dibatasi oleh f1 (atau fL) untuk frekuensi rendah dan f2 (atau fH) untuk frekuensi
tinggi. Istilah f1 dan f2 ini biasanya disebut dengan frekuensi corner, cutoff, break, atau half
power (setengah daya). Nilai penguatan pada titik f1 dan f2 ini adalah sebesar 0.707 Avmid.
Faktor sebesar 0.707 ini dipilih karena pada titik ini daya keluaran menjadi setengah dari
daya keluaran pada frekuensi menengah.
Daya Output pada frek menengah, Pomid = [Vo2]/Ro
=[AvmidVi]2/Ro
Daya Output pada f1 atau f2, PoHPF = [0.707AvmidVi]2/Ro
= 0.5 [AvmidVi]2/Ro
= 0.5 Pomid
Bandwidth (BW) = f2 - f1, atau
= fH – Fl
Av/Avmid
1
0.707
Frek (skala log)
f1 atau fL f2 atau fH
Gambar 10. Kurva respon frekuensi yang dinormalisasi
Dalam sistem komunikasi baik audio maupun video, penggambaran kurva respon fre-
kuensi digunakan ukuran decibel untuk menunjukkan level penguatan (gain). Untuk meng-
gambarkan kurva dalam satuan decibel terlebih dahulu kurva pada gambar 9 perlu di norma-
lisasi, seperti gambar 10. Sumbu vertikal merupakan satuan Av/Avmid, sehingga pada saat
Avnya adalah Avmid, maka nilai pada titik tersebut adalah 1. Selanjutnya kurva dengan sa-
tuan decibel dapat dibuat dengan mengkonversi satuan penguatan ke decibel (dB).
Av/Avmid (dB) = 20logAv/Avmid
Kurva respon frekuensinya dapat dilihat pada gambar 11. Pada frekuensi menegah
nilai dBnya adalah 20log1 = 0 dB, sedangkan pada frekuensi cutoff nilainya adalah
20log1/√2 = -3 dB.
Av/Avmid (dB)
0
-
B
Frek (skala log)
f1 atau fL f2 atau fH
Gambar 11. Kurva respon frekuensi dalam decibel (dB)
2. Analisis Frekuensi Rendah
Jaringan R-C yang terbentuk atas kombinasi kapasitor-kapasitor kopling, by-
pass, dan resistor beban, dari suatu penguat akan menentukan frekuensi cutoff pada
frekuensi rendah (fL). Masing-masing kombinasi R - C yang terdapat pada bagian
masukan, keluaran, maupun kaki emitor bisa disederhanakan menjadi sebuah R dan
sebuah C seperti gambar 12.
Gambar 12. Jaringan R-C yang menentukan fL
Karakteristik jaringan R-C tersebut terhadap frekuensi dapat dibuat secara sederha-
na. Perlu diingat bahwa reaktansi kapasitip
sehingga semakin tinggi frekuensi semakin kecil reaktansi XC. Pada frekuensi tinggi sekali
maka XC mendekati nol, sehingga Vo hampir sama dengan Vi (Av =1). Pada frekuensi nol
(rendah sekali) maka XC menjadi sangat besar, sehingga C seperti rangkaian terbuka dan Vo
sama dengan nol (Av =0). Di antara kedua contoh ekstrem ini tentunya nilai Av akan berva-
riasi dari 0 sampai 1 untuk perubahan frekuensi dari 0 sampai tak terhingga. Lihat gambar
13.
Av
1
0.70
7
Frek (skala log)
f1 atau fL f2 atau fH
Rangkaian
Penguat
Gambar 13. Respon frekuensi rendah rangkaian R-C
2.1.Respon Frekuensi Rendah
Untuk sebuah penguat satu tingkat biasanya terdapat tiga kemungkinan jaringan RC
yaitu: Cs dan Zi; Ce dan Re; serta Cc dan Zo + beban. Masing-masing jaringan RC tersebut
tentunya mempunyai karakteristik tersendiri terhadap frekuensi (respon frekuensi) rendah.
Oleh karena itu masing-masing akan mempunyai frekuensi cutoff (fL) yang berbeda. Sebe-
narnya unjuk kerja respon frekuensi secara keseluruhan (fL) dari penguat tersebut ditentu-
kan oleh ketiga fL tersebut secara bersama-sama. Akan tetapi dengan asumsi bahwa jarak
masing-masing fL cukup jauh, maka untuk memudahkan analisis disepakati bahwa fL dari
penguat ditentukan oleh nilai fL tertinggi diantara ketiga fL tersebut. Dengan demikian pen-
garuh masing-masing kapasitor akan dianalisis secara terpisah, sehingga diperoleh fLs, fLc,
dan fLe. Perhatikan rangkaian penguat CE pada gambar 14.
Gambar 14. Penguat CE dengan kapasitor penentu respon frekuensi rendah
Pengaruh Cs:
Cs adalah kapasitor kopling yang menghubungkan sumber sinyal dengan rangkaian
penguat. Jaringan R-C yang dibentuk oleh Cs dan komponen R pada bagian masukan pen-
guat adalah seperti gambar 15.
Gambar 15. Jaringan R-C pada masukan penguat
Rangkaian
Penguat
Rangkaian ekivalen ac dengan menggunakan parameter-h selanjutnya dapat dibuat
seperti pada gambar 16. Oleh karena analisis masing-masing jaringan R-C dibuat secara
terpisah, maka pada saat menganalisis pengaruh Cs, pengaruh Cc dan Ce ditiadakan yang
berarti reak- tansi kapasitipnya adalah nol. Dengan demikian hanya pengaruh Cs saja yang
diamati. De- mikian juga nanti sebaliknya untuk Cc dan Ce.
Gambar 16. Rangkaian ekivalenac dengan pengaruh Cs (Ce dan Cc
diabaikan)
Dari rangkaian ekivalen ac gambar 16, maka besarnya frekuensi cutoff rendah karena
penga- ruh Cs (fLs) dapat ditentukan sebagai berikut:
fLs = 1/{2 (RB//hie)Cs}
Apabila sumber sinyal mempunyai tahanan dalam atau Rs, maka R total pada jaringan
R-C tersebut menjadi:
Rt = (RB//hie) + Rs dan fLs menjadi: fLs = 1/{2 (Rt)Cs} Pengaruh Cc:
Cc adalah kapasitor kopling yang menghubungkan rangkaian penguat dengan beban
(RL). Jaringan R-C yang dibentuk oleh Cc dan komponen R pada bagian keluaran penguat
adalah seperti gambar 17.
Gambar 17. Jaringan R-C pada keluaran penguat
Rangkaian ekivalen ac dengan parameter-h untuk menganalisis pengaruh Cc dari
penguat tersebut adalah seperti pada gambar 18. Pada rangkaian ekivalen ac tersebut
pengaruh Cs dan Ce ditiadakan atau dianggap hubung singkat (reaktansi kapasitip = 0).
Dengan demikian pada tahap ini hanya pengaruh Cc saja yang dianalisis.
Gambar 18. Rangkaian ekivalenac dengan pengaruh Cc (Cs dan Ce diabaikan)
Berdasarkan rangkaian ekivalen ac gambar 18 tersebut, maka besarnya frekuensi
cutoff ren- dah karena pengaruh Cc (fLc) dapat ditentukan sebagai berikut:
fLc = 1/{2 (Rc + RL)Cs}
Apabila pada rangkaian tersebut tidak dipasang RL (RL tidak ada), maka jaringan R-
C menjadi terbuka, sehingga frekuensi cutoff rendah tidak bisa ditentukan. Hal ini karena
komponen R dari jaringan R-C tersebut adalah tak terhingga, sehingga fLc-nya adalah nol.
Dengan kata lain fLc untuk kasus ini tidak mempengaruhi Fl penguat secara keseluruhan.
Pengaruh Ce:
Ce adalah kapasitor yang dipasang paralel dengan Re (R emitor) yang biasanya dis-
ebut dengan C by-pass. Fungsinya adalah melewatkan sinyal ac ke ground, agar tidak terjadi
rugi sinyal pada Re. Dengan adanya C by-pass maka faktor penguatan menjadi besar dengan
tetap diperoleh stabilitas bias yang baik karena adanya Re. Tidak semua rangkaian penguat
mempunyai C by-pass. Apabila C by-pass tidak ada maka tidak perlu dilakukan analisis atas
pengaruh Ce. Rangkaian ekivalen ac yang menunjukkan pengaruh Ce pada rangkaian pen-
guat adalah seperti gambar 19.
Gambar 19. Rangkaian ekivalenac dengan pengaruh Ce (Cs dan Cc diabaikan)
Berdasarkan rangkaian ekivalen ac gambar 19 tersebut, maka besarnya frekuensi
cutoff ren- dah karena pengaruh Ce (fLe) dapat ditentukan sebagai berikut:
fLc = 1/{2 (Re’)Cs}
dimana:
Re’ = (hie/(hfe+1))//Re
Persamaan ini diperoleh dengan asumsi bahwa penguat sumber sinyal ideal dengan
tahanan dalam = 0. Apabila tidak ideal (mempunyai nilai Rs tertentu), maka nilai Rs tersebut
perlu dimasukkan dalam analisis. Dengan demikian RB juga mempengaruhi analisis.
Setelah diperoleh ketiga nilai frekuensi cutoff, fLs, fLc, dan fLe, maka Fl secara
keselu- ruhan dari penguat ditentukan oleh frekuensi tertinggi di antara ketiga , fLs, fLc, dan
fLe ter- sebut. Hal ini berlaku dengan asumsi bahwa jarak antara ketiga Fl tersebut cukup
jauh. Bila jarak frekuensi-frekuensi tersebut dekat, maka akan terjadi saling interaksi,
sehingga Fl-nya sedikit bergeser lebih tinggi.
3. Respon Frekuensi Tinggi
Ada dua faktor yang mempengaruhi tanggapan penguat pada frekuensi tinggi (respon
Kapasi- tor liar merupakan efek kapasitansi yang muncul dari ujung-ujung terminal suatu
komponen atau pengawatan lainnya. Reaktansi kapasitor liar ini menjadi
juga sangat dipengaruhi oleh fre- tor akan menurun bila
dikerjakan pada daerah fre- kuensi tinggi.
Sebelum masuk pada pembahasan respon frekuensi tinggi, pembahasan tentang teori
Miller perlu dijelaskan terlebih dahulu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh ka-
pasitor liar pada kaki-kaki transistor. Oleh karena itu pembahasaan teori Miller di sini ber-
kenaan dengan adanya suatu kapasitor (liar) yang terhubung antara masukan dan keluaran
suatu sistem penguat. Tujuan pembahasan teori Miller ini adalah apabila terdapat suatu sis-
tem penguat dimana antara masukan dan keluarannya terhubung suatu komponen (dalam hal
ini adalah kapasitor), maka kapasitansinya akan terasa pada bagian masukan saja dan pada
bagian keluaran saja, sehingga akan memudahkan dalam analisis selanjutnya. Dengan kata
lain, dengan teori Miller, Cf (pada gambar 20) dapat diganti dengan ekivalen Cmi (C
pengaruh Miller pada input) dan Cmo (C pengaruh Miller pada output).
Gambar 20. Jaringan untuk penurunan kapasitansi Miller input
Dari gambar 20 dapat diturunkan persamaan dengan menggunakan hukum Krichhoff:
CM adalah kapasitor pengaruh Miller yang terdapat pada masukan penguat, sehingga sering
disebut Cmi. Dengan demikian rangkaian ekivalen bagian masukan dari penguat dapat di-
ganti (disederhanakan) menjadi gambar 21.
Gambar 21.
Ekivalen masukan
pen- guat dengan
pengaruh Cmi
Nilai Cmi merupakan efek kapasitansi yang dirasakan pada input penguat karena
adanya Cf. Pada persamaan di atas, nilai Cmi berlaku untuk penguat inverting (fasa keluaran
dan fasa masukan berbeda 180o). Hal ini karena apabila Av bernilai positip (bukan inverting),
maka nilai Cmi menjadi negatip. Bila penguat bukan inverting, maka persamaan untuk Cmi
perlu diturunkan kembali. Perlu diingat pula bahwa nilai Av dalam persamaan tersebut ada-
lah faktor penguatan tegangan penguat utama (Vo/Vi) pada frekuensi menengah. Dengan
I
2
I
i
I
1
Z
i
R
i
Av =
Vo/Vi
Zi
I2
I1 Io
Ro
Av = Vo/Vi
asumsi bahwa pada frekuensi menengah, faktor penguatan tegangan tidak dipengaruhi oleh
kapasitor liar (misalnya: Cf) maupun kapasitor kopling dan by pass.
Kapasitor Cf juga dirasakan pengaruhnya pada bagian keluaran penguat. Analisis un-
tuk menentukan besarnya pengaruh Miller pada keluaran penguat (Cmo) dibuat seperti ana-
lisis menentukan Cmi. Lihat gambar 22.
Gambar 22. Jaringan untuk penurunan kapasitansi Miller input
Dari gambar 22 dapat diturunkan persamaan dengan menggunakan hukum Krichhoff:
Io = I1 + I2
Dengan hukum Ohm:
I1 = Vo/Ro
I2 = (Vo-Vi)/XCf
Oleh karena Ro besar sekali, maka I1 dapat diabaikan bila dibanding
dengan I2. Sehingga:
Io = I2
Io = (Vo-Vi)/XCf
Io = (Vo –
Vo/Av)/XCf
Io = Vo(1 –
(1/Av))/XCf
Io/Vo = (1
(1/Av))/XCf
Vo/Io =XCf/(1
–(1/Av))
Dengan demikian
diperoleh:
XCMo =
XCf/(1(1/Av))
Cmo = Cf(1 –
(1/Av))
Sebagaimana pada Cmi, nilai Cmo ini juga berlaku untuk penguat inverting, karena
bila pen- guatan bernilai positip maka kapasitor menjadi negatip.
Setelah memahami pengaruh suatu kapasitor yang terhubung antara masukan dan
keluaran penguat, maka sekarang pembahasan tentang respon frekuensi tinggi bisa dimulai.
Rangkaian penguat dengan kapasitor liar yang dominan mempengaruhi respon frekuensi
tinggi dapat dilihat pada gambar 23. Pada gambar tersebut terdapat tiga macam kapasitor liar
yang muncul diantara kaki transistor, yakni: Cbe, Cbc, dan Cce. Nama-nama ketiga tran-
sistor tersebut disesuaikan dengan kaki-kaki transistor yang bersangkutan. Disamping itu
terdapat pula kapasitor liar yang muncul karena pengawatan (atau PCB) pada bagian
masukan dan keluaran, yakni: Cwi dan Cwo.
Gambar 23. Penguat CE dengan kapasitor liar penentu respon frekuensi tinggi
Rangkaian ekivalen dari penguat tersebut terlihat pada gambar 24. Dalam rangkaian
ekivalen ini kapasitor kopling dan by-pass tidak digambarkan, karena pada daerah frekuensi
tinggi kapasitor tersebut dianggap hubung singkat. Adapun Ci merupakan gabungan semua
kapasitor liar yang muncul pada bagian masukan penguat. Sedangkan Co adalah gabungan
semua kapasitor liar yang muncul pada bagian keluaran penguat.
Gambar 24. Rangkaian ekivalenuntuk analisis respon frekuensi tinggi
dimana:
Ci = Cbe +
Cwi + Cmi
Co = Cce +
Cwo + Cmo
RB = R1//R2
Rs = Tahanan dalam sumber sinyal
Pada rangkaian ekivalen tersebut terdapat dua buah jaringan R-C yang tentunya mas-
ing-masing mempunyai frekuensi cut-off tinggi. Sebagaimana pada analisis frekuensi ren-
dah, kedua jaringan tersebut akan dianalisis secara terpisah. Jaringan R-C pertama terdapat
pada bagian masukan penguat yang terdiri atas Ci dan resistor-resistor pada masukan
penguat dan sumber sinyal. Perhatikan ekivalen Thevenin dari bagian masukan penguat
tersebut.
Gambar 25. Ekivalen Thevenin untuk kutup masukan dan keluaran
Frekuensi cut-off tinggi (Fh) suatu penguat disamping ditentukan oleh Fh1 dan Fh2
igunakan pada frekuensi tinggi.
hf
e
hfe pada frek
menengah
3 db
hfe = 1
FT Frek
Gambar 26. Hubungan antara beta ( ) transistor dengan frekuensi
Pada kurva tersebut terlihat bahwa nilai hfe (atau beta suatu transistor akan ber-
kurang 3 Db (atau menjadi 0,707 nya) pada frekuensi f . Dengan demikian definisi f adalah
suatu frekuensi dimana hfe (atau beta, ) suatu transistor menjadi 0,707nya dari harga pada
frekuensi menengah. Harga hfe (atau beta, ) yang diperoleh dari buku data transistor me-
rupakan kondisi pada frekuensi menengah. Apabila frekuensi dinaikkan terus hingga suatu
frekuensi yang disebut Ft maka hfe (atau beta, ) akan turun menjadi satu (atau 0 Db). Har-
ga Ft ini sering terdapat dalam buku data transistor, karena Ft ini sering dipandang sebagai
batas frekuensi kerja transistor.
Nilai frekuensi f ini dapat ditentukan melalui rangkaian ekivalen hibrid-
model transistor yang bekerja pada frekuensi tinggi. Lihat gambar 27.
Gambar 27. Model 16ybrid- , ekivalentransistor pada frekuensi tinggi
Ketiga frekuensi cut-off yang diperoleh di atas, yakni: fHi, fHo, dan f ,
mempengaruhi respon frekuensi tinggi suatu penguat. Frekuensi cut-off tinggi (Fh) dari
penguat secara ke- seluruhan ditentukan oleh harga terendah (terkecil) dari ketiga frekuensi
tersebut. Hal ini akan tepat apabila jarak diantara ketiga frekuensi tersebut cukup jauh.
Apabila ada frekuen- si yang berdekatan, maka Fh merupakan interaksi dari frekuensi-
frekuensi tersebut.
Apabila pada suatu penguat sudah ditentukan frekuensi cut-off bawah (Fl) dan fre-
kuensi cut-off atas (Fh), maka selanjutnya bisa dihitung lebar bandnya. Lebar band (band-
width) suatu respon frekuensi adalah:
BW = Fh – Fl
4. Pengaruh – Pengaruh Frekuensi
Pita tengah penguat ac adalah daerah frekuensi yang tak dipengaruhi oleh kapasitor,
di mana hanya resistansi-resistansi saja yang muncul pada rangkaian ekivalen ac. Pada saat
ini kita akan membahas operasi penguat di luar pita tengah. Di bawah pita-tengah, bati
tegangan penguat ac turun karena adanya kapasitor penggandeng dan kapasitor pintas. Di atas
pita tengah, hati tegangan turun karena adanya kapasitas transistor dalam dan kapasitansi
perkawinan tercecer (stray).
Kita akan memulai dengan membahas mengenai jaringan mendahului, yaitu kunci
bagi pengaruh-pengaruh frekuensi rendah. Selanjutnya, kita akan mengambil jaringan
ketinggian karena dapat membantu menjelaskan pengaruh-pengaruh frekuensi tinggi.
4.1 JARINGAN MENDAHULUI
Jaringan mendahului pada gambar 14-1a adalah kunci untuk menganalisa pengaruh
frekuensi rendah pada penguat. Seperti yang anda ketahui, reaktansi kapasitif diberikan oleh.
fC
Xc
2
1

Pada frekuensi yang amat rendah, Xc mendekati tak terhingga. Pad frekuensi yang
amat tinggi, Xc mendekati nol . Sebuah kapasitor ekivalen dengan rangkaian terhubung-
singkat pada frekuensi yang amat tinggi. Sambil lalu, rangkaian ini disebut rangkaian
mendahului karena tegangan keluar mendekati tegangan masuk. Kita akan membahas sudut
fasa ini nanti pada pembahasan ini.
4.2TANGGAPAN FREKUENSI
Pada gambar 14-1a, tegangan Vin dan Vout menyatakan harga-harga rms-nya. Bila
kita mengubah frekuensi, tegangan keluar berubah karena reaktansi kapasitor. Ini berarti
bahwa bati tegangan Vout/Vin merupakan fungsi dari frekuensi
Gambar 14-1b memperlihatkan tanggapan frekuensi (grafik bati tegangan terhadap
frekuensi) dari rangakaian mendahului . Pada frekuensi nol, Xc tak terhingga. Jadi tegangan
ke luar nol dan bati tegangan juga nol. Bila frekuensi naik, Xc turun dan bati tegangan naik.
Bila frekuensi cukup tinggi, Xc jauh lebih daripada R, dan Vout hamper sama dengan Vin.
Dengan demikian, bati tegangan pada jaringan mendahului mendekati satu pada frekuensi
tinggi. Seperti ditujukan pada Gambar 14-1b.
5. JARINGAN KETINGGALAN
Jaringan ketinggalan adalah kunci menganalisa pengaruh frekuensi tinggi pada
penguat. Pada frekuensi yang amat rendag, Xc harganya besar dan tegangan keluar hamper
sama dengan tegangan masuk. Pada frekuensi yang amat tinggi, Xc berharga kecil dan
tegangan keluar mendekati nol. Rangkaian ini disebut jaringan ketinggalan karena tegangan
keluar ketingga;an dari tegangan masuk.
TANGGAPAN FREKUENSI
Gambar 14-6b memperlihatkan tanggapan frekuensi dari jaringan ketinggaln. Bati
tegangannya 1 pada frekuensi rendah. Pada frekuensi pancung bati tegangannya 0,707. Di
luar frekuensi pancung ini, bati tegangan terus menurun dan mendekati nol pada frekuensi tal
terhingga.
5.1 FREKUENSI PANCUNG
Bati tegangan jaringan ketinggalan adalah
Xc
XcR
Vin
Vout 22
 (14-10)
Dengan membuat grafik dari persamaan ini, anda dapat memperoleh harga-harga
yang tepat untuk tanggapan frekuensi pada gambar 14-6b. Frekuensi pancung ditentukan
sebagai frekuensi pada saat
Xc= R
Dan diberikan oleh
RC
fc
2
1

fc= frekuensi pancung pada jaringan ketinggalan
R= resistansi pada jaringan ketinggalan
C= kapasitansi pada jaringan ketinggalan
5.2 RESISTANSI BEBAB
Sebuah kapasitor sering dipasang paralel dengan tahanan beban, seperti ditunjukkan
pada gambar 14-7a. pada frekuensi rendah, dimana kapasitor tampak seperti terbuka,
rangkaian berlaku seperti tegangan dengan bati pita tengah sebesar
Atengah=
LS
L
RR
R

Tetapi, pada frekuensi yang lebih tinggi, hamper semua arus bolak-balik dilewatkan
melalui kapasitor sehingga hamper taka da arus yang mengalir melalui beban. Hal in
menyebabkan tegangan beban turun.
Cara yang paling sederhana untuk menemukan frekuensi pancung adalah dengan
mengganti rangkaian yang menggerakkan kapasitor dengan rangkaian Theveninnya.
Tegangan Theveninnya adalah
VTH =
LS
L
RR
R

Vin
Atau
VTH = Atengah Vin
Dan resistansi Theveninnya adalah
RTH = Rs ││RL
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Respon frekuensi suatu penguat merupakan tanggapan penguat tersebut terhadap
frekuensi sinyal masukan. Tanggapan suatu penguat terhadap berbagai frekuensi sinyal ma-
sukan, seperti frekuensi rendah, menengah, dan tinggi, tidaklah sama. Pada umumnya pen-
guatan akan menurun pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Lebar band (bandwidth)
suatu penguat merupakan jarak antara dua frekuensi (fL dan fH) dimana penguat tersebut
mempunyai penguatan yang signifikan (antara 1 hingga 0.707 kali penguatan maksimum).
Pada penguat kopling RC (atau C), besarnya frekuensi cut-off bawah (fL) ditentukan oleh
nilai kapasitor kopling input, output dan kapasitor by-pass. Sedangkan besarnya frekuensi
cut-off atas (fH) ditentukan oleh nilai kapasitor liar. Disamping itu respon frekuensi tinggi
pada frekuensi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Dorf, Richard.C.(Farid Ruskanda) (1980). Sistem KENDALI, Jakarta : Erlangga
Surjono, H.D. (2009) Elektronika Lanjut. Jember : Penerbit Cerdas Ulet Kreatif
Widodo, R.J, (1976). Sistem Kendai Dasar, Bandung : ITB

More Related Content

What's hot

Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)noussevarenna
 
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"Varilia Wardani
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonKira R. Yamato
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
 
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik   mikrajuddin abdullahDiktat fisika statistik   mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullahPetrus Bahy
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
Skenario Pembelajaran Kls Xi
Skenario Pembelajaran Kls XiSkenario Pembelajaran Kls Xi
Skenario Pembelajaran Kls Ximrwhy
 
Fisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologiFisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologijayamartha
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiSamantars17
 
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumPerbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumSmile Fiz
 
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Hendra Trisurya
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2sinta novita
 

What's hot (20)

Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)Resonansi listrik (rlc)
Resonansi listrik (rlc)
 
Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)
 
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamilton
 
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
 
BAB V GAYA LORENTZ
BAB V GAYA LORENTZBAB V GAYA LORENTZ
BAB V GAYA LORENTZ
 
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik   mikrajuddin abdullahDiktat fisika statistik   mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
 
Mekanika lagrangean
Mekanika lagrangeanMekanika lagrangean
Mekanika lagrangean
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Skenario Pembelajaran Kls Xi
Skenario Pembelajaran Kls XiSkenario Pembelajaran Kls Xi
Skenario Pembelajaran Kls Xi
 
Fisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologiFisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologi
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
 
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumPerbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
 
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptxKel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
9 semikonduktor
9 semikonduktor9 semikonduktor
9 semikonduktor
 

Similar to TANGGAPAN FREKUENSI

Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2Samantars17
 
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian FilterRangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian FilterToro Jr.
 
1. Rangkaian Resonator.ppt
1. Rangkaian Resonator.ppt1. Rangkaian Resonator.ppt
1. Rangkaian Resonator.pptAkhiarWistaArum
 
Ppt elka 2 nof putria tenti topik 2
Ppt elka  2 nof putria tenti topik 2Ppt elka  2 nof putria tenti topik 2
Ppt elka 2 nof putria tenti topik 2nofputriatenti
 
Rangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RCRangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RCWahyu Pratama
 
PPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptx
PPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptxPPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptx
PPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptxMagda519030
 
Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...
Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...
Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...Materi Kuliah Online
 
resonansi Listrik
resonansi Listrikresonansi Listrik
resonansi ListrikAlqharomi
 
2 resonansi listrik
2 resonansi listrik2 resonansi listrik
2 resonansi listrikAlqharomi
 
makalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCmakalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCSri Rahayu
 
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAdam Superman
 
Laporan 4 gelombang filter lc dan c
Laporan 4 gelombang filter lc dan cLaporan 4 gelombang filter lc dan c
Laporan 4 gelombang filter lc dan cRidwan Satria
 
Makalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas cMakalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas cSwary Ella
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)FEmi1710
 
Analisis sinyal kecil tanjung
Analisis sinyal kecil tanjungAnalisis sinyal kecil tanjung
Analisis sinyal kecil tanjungtanjungajip
 
Bab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaianBab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaianbayu dewangga
 

Similar to TANGGAPAN FREKUENSI (20)

Makalah eldas 2
Makalah eldas 2Makalah eldas 2
Makalah eldas 2
 
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
 
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
 
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian FilterRangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
 
1. Rangkaian Resonator.ppt
1. Rangkaian Resonator.ppt1. Rangkaian Resonator.ppt
1. Rangkaian Resonator.ppt
 
Ppt elka 2 nof putria tenti topik 2
Ppt elka  2 nof putria tenti topik 2Ppt elka  2 nof putria tenti topik 2
Ppt elka 2 nof putria tenti topik 2
 
Rangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RCRangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RC
 
PPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptx
PPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptxPPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptx
PPT LISMAG BAB 33_Magdalena Manus_211011040016.pptx
 
Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...
Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...
Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam ...
 
Rgl 2 ppt3
Rgl 2 ppt3Rgl 2 ppt3
Rgl 2 ppt3
 
resonansi Listrik
resonansi Listrikresonansi Listrik
resonansi Listrik
 
2 resonansi listrik
2 resonansi listrik2 resonansi listrik
2 resonansi listrik
 
makalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DCmakalah penguat gandengan DC
makalah penguat gandengan DC
 
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
 
Laporan 4 gelombang filter lc dan c
Laporan 4 gelombang filter lc dan cLaporan 4 gelombang filter lc dan c
Laporan 4 gelombang filter lc dan c
 
Makalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas cMakalah penguat daya kelas c
Makalah penguat daya kelas c
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
 
Analisis sinyal kecil tanjung
Analisis sinyal kecil tanjungAnalisis sinyal kecil tanjung
Analisis sinyal kecil tanjung
 
Percobaan Modulasi Frequensi
Percobaan Modulasi FrequensiPercobaan Modulasi Frequensi
Percobaan Modulasi Frequensi
 
Bab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaianBab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaian
 

TANGGAPAN FREKUENSI

  • 1. RANGKAIAN TERINTEGRASI TANGGAPAN FREKUENSI PENGUAT : JARINGAN MENDAHULUI DAN KETINGGALAN Oleh: Kelompok V FIRA YULINAR SIHITE (4173121019) INTAN MAHARANI (4173121023) J. ANGGI SITANGGANG (4173321023) MARNETI NAZARA (4173321029) MIRNAYANI HASIBUAN (4171121020) RANMA SINULINGGA (4172121013) KELAS FISIKA DIK B 2017 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya sehingga, makalah ini dapat penulis selesaikan dengan judul materi “ Tanggapan frekuensi penguat : jaringan mendahului dan ketinggalan“. Adapun makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas kuliah, dan kiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, demikian kami berharap semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca umumnya. Selain itu juga kami berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kesempurnaan tugas ini. Medan, Agustus 2019 Kelompok V
  • 3. BAB I PENDAHULUAN Suatu penguat tentunya mempunyai keterbatasan dalam hal kemampuan mele- watkan frekuensi sumber sinyal. Secara umum penguat hanya mampu melewatkan daerah frekuensi menengah. Hal ini berarti faktor penguatan dari penguat tersebut menurun baik pada daerah frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Oleh karena itu penguat tersebut dika- takan mempunyai tanggapan frekuensi (respon frekuensi) tertentu. Respon frekuensi dari setiap penguat berbeda-beda, yakni tergantung dari penggunaan penguat tersebut. Ukuran untuk menyatakan seberapa lebar tanggapan frekuensi suatu penguat biasanya disebut den- gan lebar band (bandwidth). Pada makalah ini akan dibahas pengaruh frekuensi sinyal terhadap karakteristik suatu penguat. Hal yang menjadi perhatian adalah karena suatu penguat tersusun atas berbagai komponen (kapasitor, induktor, transistor, dll) yang peka frekuensi, sehingga unjuk kerja penguat secara keseluruhan akan dipengaruhi juga variasi frekuensi sinyal masukan. Secara garis besar akan ada dua pembahasan yakni analisis penguat pada frekuensi rendah dan pada frekuensi tinggi.
  • 4. Frek rendah Frek menengah Frek Karena CE, CS dan CC Frek (skala log) Karena kapasitansi liar BAB II PEMBAHASAN 1. Tanggapan Frekuensi Penguat Beberapa buku yang membahas penguat berasumsi bahwa frekuensi sinyal masukan adalah frekuensi menengah. Istilah frekuensi menengah memang mempunyai makna yang berbeda-beda tergantung dari bidang aplikasi. Akan tetapi kesepa- katan yang telah dibuat adalah bahwa pada frekuensi menengah ini semua kapasitor diang- gap hubung singkat (mempunyai reaktansi kapasitip sangat kecil) dan transistor serta kom- ponen-komponen lain tidak terpengaruh oleh stray capacitance (kapasitansi liar). Perilaku atau karakteristik suatu penguat pada frekuensi rendah akan berbeda apabila diberi masukan frekuensi tinggi. Pada frekuensi rendah, kapasitor-kapasitor kopling dan by- pass tidak lagi diganti dengan ekivalen hubung singkat (dengan reaktansi kapasitip = 0) karena nilai reaktansinya menjadi menjadi semakin besar pada frekuensi rendah. Demikian juga apabila bekerja pada frekuensi tinggi, kapasitor liar yang timbul pada kaki-kaki transistor dan karena pengawatan PCB yang nilainya sangat kecil (da- lam orde pF) akan mempunyai reaktansi kapasitip yang cukup berarti pada frekuensi tinggi, sehingga akan mempengaruhi faktor penguatan. Kurva respon frekuensi tipikal dari penguat CE dengan kopling C dapat dilihat pada gambar 9. Kurva respon frekuensi ini dibuat dengan sumbu horisontal berupa besaran fre- kuensi (masukan) dalam skala logaritmis dan sumbu vertikal berupa besaran penguatan (atau keluaran) dalam skala linier. Kertas yang digunakan untuk menggambarkan kurva res- pon frekuensi disebut kertas semi-log (artinya semi logaritmis). Dengan menggunakan skala logaritmis yakni jarak antara satu titik dengan lainnya tidaklah linier melainkan secara loga- ritmis, maka penggambaran besaran frekuensi akan efisien. Av = Vo/Vi A vmi d 0.70
  • 5. 7Av mid f1 atau fL f2 atau fH Bandwidth = fH - fL Gambar 9. Kurva respon frekuensi tipikal penguat kopling C Terlihat pada kurva respon frekuensi (gambar 9) bahwa pada daerah frekuensi ren- dah, semakin rendah frekuensi semakin kecil pula penguatannya (atau gain). Hal ini dis- ebabkan karena pengaruh CE (C by-pass pada emitor), CS (C kopling pada masukan), dan CC (C kopling pada keluaran). Ketiga kapasitor ini reaktansi kapasitipnya akan semakin besar bi- menjadi berku- rang. Sedangkan pada daerah frekuensi tinggi, semakin tinggi frekuensi semakin kecil pen- guatan. Hal ini disebabkan karena reaktansi dari kapasitor liar menjadi kecil dan ini akan membebani penguat sehingga penguatannya menjadi menurun. Lebar bidang frekuensi yang menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon fre- kuensi dibatasi oleh f1 (atau fL) untuk frekuensi rendah dan f2 (atau fH) untuk frekuensi tinggi. Istilah f1 dan f2 ini biasanya disebut dengan frekuensi corner, cutoff, break, atau half power (setengah daya). Nilai penguatan pada titik f1 dan f2 ini adalah sebesar 0.707 Avmid. Faktor sebesar 0.707 ini dipilih karena pada titik ini daya keluaran menjadi setengah dari daya keluaran pada frekuensi menengah. Daya Output pada frek menengah, Pomid = [Vo2]/Ro =[AvmidVi]2/Ro Daya Output pada f1 atau f2, PoHPF = [0.707AvmidVi]2/Ro = 0.5 [AvmidVi]2/Ro = 0.5 Pomid Bandwidth (BW) = f2 - f1, atau = fH – Fl
  • 6. Av/Avmid 1 0.707 Frek (skala log) f1 atau fL f2 atau fH Gambar 10. Kurva respon frekuensi yang dinormalisasi Dalam sistem komunikasi baik audio maupun video, penggambaran kurva respon fre- kuensi digunakan ukuran decibel untuk menunjukkan level penguatan (gain). Untuk meng- gambarkan kurva dalam satuan decibel terlebih dahulu kurva pada gambar 9 perlu di norma- lisasi, seperti gambar 10. Sumbu vertikal merupakan satuan Av/Avmid, sehingga pada saat Avnya adalah Avmid, maka nilai pada titik tersebut adalah 1. Selanjutnya kurva dengan sa- tuan decibel dapat dibuat dengan mengkonversi satuan penguatan ke decibel (dB). Av/Avmid (dB) = 20logAv/Avmid Kurva respon frekuensinya dapat dilihat pada gambar 11. Pada frekuensi menegah nilai dBnya adalah 20log1 = 0 dB, sedangkan pada frekuensi cutoff nilainya adalah 20log1/√2 = -3 dB. Av/Avmid (dB) 0 - B Frek (skala log) f1 atau fL f2 atau fH Gambar 11. Kurva respon frekuensi dalam decibel (dB)
  • 7. 2. Analisis Frekuensi Rendah Jaringan R-C yang terbentuk atas kombinasi kapasitor-kapasitor kopling, by- pass, dan resistor beban, dari suatu penguat akan menentukan frekuensi cutoff pada frekuensi rendah (fL). Masing-masing kombinasi R - C yang terdapat pada bagian masukan, keluaran, maupun kaki emitor bisa disederhanakan menjadi sebuah R dan sebuah C seperti gambar 12. Gambar 12. Jaringan R-C yang menentukan fL Karakteristik jaringan R-C tersebut terhadap frekuensi dapat dibuat secara sederha- na. Perlu diingat bahwa reaktansi kapasitip sehingga semakin tinggi frekuensi semakin kecil reaktansi XC. Pada frekuensi tinggi sekali maka XC mendekati nol, sehingga Vo hampir sama dengan Vi (Av =1). Pada frekuensi nol (rendah sekali) maka XC menjadi sangat besar, sehingga C seperti rangkaian terbuka dan Vo sama dengan nol (Av =0). Di antara kedua contoh ekstrem ini tentunya nilai Av akan berva- riasi dari 0 sampai 1 untuk perubahan frekuensi dari 0 sampai tak terhingga. Lihat gambar 13. Av 1 0.70 7 Frek (skala log) f1 atau fL f2 atau fH
  • 8. Rangkaian Penguat Gambar 13. Respon frekuensi rendah rangkaian R-C 2.1.Respon Frekuensi Rendah Untuk sebuah penguat satu tingkat biasanya terdapat tiga kemungkinan jaringan RC yaitu: Cs dan Zi; Ce dan Re; serta Cc dan Zo + beban. Masing-masing jaringan RC tersebut tentunya mempunyai karakteristik tersendiri terhadap frekuensi (respon frekuensi) rendah. Oleh karena itu masing-masing akan mempunyai frekuensi cutoff (fL) yang berbeda. Sebe- narnya unjuk kerja respon frekuensi secara keseluruhan (fL) dari penguat tersebut ditentu- kan oleh ketiga fL tersebut secara bersama-sama. Akan tetapi dengan asumsi bahwa jarak masing-masing fL cukup jauh, maka untuk memudahkan analisis disepakati bahwa fL dari penguat ditentukan oleh nilai fL tertinggi diantara ketiga fL tersebut. Dengan demikian pen- garuh masing-masing kapasitor akan dianalisis secara terpisah, sehingga diperoleh fLs, fLc, dan fLe. Perhatikan rangkaian penguat CE pada gambar 14. Gambar 14. Penguat CE dengan kapasitor penentu respon frekuensi rendah Pengaruh Cs: Cs adalah kapasitor kopling yang menghubungkan sumber sinyal dengan rangkaian penguat. Jaringan R-C yang dibentuk oleh Cs dan komponen R pada bagian masukan pen- guat adalah seperti gambar 15. Gambar 15. Jaringan R-C pada masukan penguat
  • 9. Rangkaian Penguat Rangkaian ekivalen ac dengan menggunakan parameter-h selanjutnya dapat dibuat seperti pada gambar 16. Oleh karena analisis masing-masing jaringan R-C dibuat secara terpisah, maka pada saat menganalisis pengaruh Cs, pengaruh Cc dan Ce ditiadakan yang berarti reak- tansi kapasitipnya adalah nol. Dengan demikian hanya pengaruh Cs saja yang diamati. De- mikian juga nanti sebaliknya untuk Cc dan Ce. Gambar 16. Rangkaian ekivalenac dengan pengaruh Cs (Ce dan Cc diabaikan) Dari rangkaian ekivalen ac gambar 16, maka besarnya frekuensi cutoff rendah karena penga- ruh Cs (fLs) dapat ditentukan sebagai berikut: fLs = 1/{2 (RB//hie)Cs} Apabila sumber sinyal mempunyai tahanan dalam atau Rs, maka R total pada jaringan R-C tersebut menjadi: Rt = (RB//hie) + Rs dan fLs menjadi: fLs = 1/{2 (Rt)Cs} Pengaruh Cc: Cc adalah kapasitor kopling yang menghubungkan rangkaian penguat dengan beban (RL). Jaringan R-C yang dibentuk oleh Cc dan komponen R pada bagian keluaran penguat adalah seperti gambar 17. Gambar 17. Jaringan R-C pada keluaran penguat Rangkaian ekivalen ac dengan parameter-h untuk menganalisis pengaruh Cc dari penguat tersebut adalah seperti pada gambar 18. Pada rangkaian ekivalen ac tersebut pengaruh Cs dan Ce ditiadakan atau dianggap hubung singkat (reaktansi kapasitip = 0). Dengan demikian pada tahap ini hanya pengaruh Cc saja yang dianalisis.
  • 10. Gambar 18. Rangkaian ekivalenac dengan pengaruh Cc (Cs dan Ce diabaikan) Berdasarkan rangkaian ekivalen ac gambar 18 tersebut, maka besarnya frekuensi cutoff ren- dah karena pengaruh Cc (fLc) dapat ditentukan sebagai berikut: fLc = 1/{2 (Rc + RL)Cs} Apabila pada rangkaian tersebut tidak dipasang RL (RL tidak ada), maka jaringan R- C menjadi terbuka, sehingga frekuensi cutoff rendah tidak bisa ditentukan. Hal ini karena komponen R dari jaringan R-C tersebut adalah tak terhingga, sehingga fLc-nya adalah nol. Dengan kata lain fLc untuk kasus ini tidak mempengaruhi Fl penguat secara keseluruhan. Pengaruh Ce: Ce adalah kapasitor yang dipasang paralel dengan Re (R emitor) yang biasanya dis- ebut dengan C by-pass. Fungsinya adalah melewatkan sinyal ac ke ground, agar tidak terjadi rugi sinyal pada Re. Dengan adanya C by-pass maka faktor penguatan menjadi besar dengan tetap diperoleh stabilitas bias yang baik karena adanya Re. Tidak semua rangkaian penguat mempunyai C by-pass. Apabila C by-pass tidak ada maka tidak perlu dilakukan analisis atas pengaruh Ce. Rangkaian ekivalen ac yang menunjukkan pengaruh Ce pada rangkaian pen- guat adalah seperti gambar 19. Gambar 19. Rangkaian ekivalenac dengan pengaruh Ce (Cs dan Cc diabaikan) Berdasarkan rangkaian ekivalen ac gambar 19 tersebut, maka besarnya frekuensi cutoff ren- dah karena pengaruh Ce (fLe) dapat ditentukan sebagai berikut: fLc = 1/{2 (Re’)Cs}
  • 11. dimana: Re’ = (hie/(hfe+1))//Re Persamaan ini diperoleh dengan asumsi bahwa penguat sumber sinyal ideal dengan tahanan dalam = 0. Apabila tidak ideal (mempunyai nilai Rs tertentu), maka nilai Rs tersebut perlu dimasukkan dalam analisis. Dengan demikian RB juga mempengaruhi analisis. Setelah diperoleh ketiga nilai frekuensi cutoff, fLs, fLc, dan fLe, maka Fl secara keselu- ruhan dari penguat ditentukan oleh frekuensi tertinggi di antara ketiga , fLs, fLc, dan fLe ter- sebut. Hal ini berlaku dengan asumsi bahwa jarak antara ketiga Fl tersebut cukup jauh. Bila jarak frekuensi-frekuensi tersebut dekat, maka akan terjadi saling interaksi, sehingga Fl-nya sedikit bergeser lebih tinggi. 3. Respon Frekuensi Tinggi Ada dua faktor yang mempengaruhi tanggapan penguat pada frekuensi tinggi (respon Kapasi- tor liar merupakan efek kapasitansi yang muncul dari ujung-ujung terminal suatu komponen atau pengawatan lainnya. Reaktansi kapasitor liar ini menjadi juga sangat dipengaruhi oleh fre- tor akan menurun bila dikerjakan pada daerah fre- kuensi tinggi. Sebelum masuk pada pembahasan respon frekuensi tinggi, pembahasan tentang teori Miller perlu dijelaskan terlebih dahulu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh ka- pasitor liar pada kaki-kaki transistor. Oleh karena itu pembahasaan teori Miller di sini ber- kenaan dengan adanya suatu kapasitor (liar) yang terhubung antara masukan dan keluaran suatu sistem penguat. Tujuan pembahasan teori Miller ini adalah apabila terdapat suatu sis- tem penguat dimana antara masukan dan keluarannya terhubung suatu komponen (dalam hal ini adalah kapasitor), maka kapasitansinya akan terasa pada bagian masukan saja dan pada bagian keluaran saja, sehingga akan memudahkan dalam analisis selanjutnya. Dengan kata lain, dengan teori Miller, Cf (pada gambar 20) dapat diganti dengan ekivalen Cmi (C pengaruh Miller pada input) dan Cmo (C pengaruh Miller pada output).
  • 12. Gambar 20. Jaringan untuk penurunan kapasitansi Miller input Dari gambar 20 dapat diturunkan persamaan dengan menggunakan hukum Krichhoff: CM adalah kapasitor pengaruh Miller yang terdapat pada masukan penguat, sehingga sering disebut Cmi. Dengan demikian rangkaian ekivalen bagian masukan dari penguat dapat di- ganti (disederhanakan) menjadi gambar 21. Gambar 21. Ekivalen masukan pen- guat dengan pengaruh Cmi Nilai Cmi merupakan efek kapasitansi yang dirasakan pada input penguat karena adanya Cf. Pada persamaan di atas, nilai Cmi berlaku untuk penguat inverting (fasa keluaran dan fasa masukan berbeda 180o). Hal ini karena apabila Av bernilai positip (bukan inverting), maka nilai Cmi menjadi negatip. Bila penguat bukan inverting, maka persamaan untuk Cmi perlu diturunkan kembali. Perlu diingat pula bahwa nilai Av dalam persamaan tersebut ada- lah faktor penguatan tegangan penguat utama (Vo/Vi) pada frekuensi menengah. Dengan I 2 I i I 1 Z i R i Av = Vo/Vi Zi
  • 13. I2 I1 Io Ro Av = Vo/Vi asumsi bahwa pada frekuensi menengah, faktor penguatan tegangan tidak dipengaruhi oleh kapasitor liar (misalnya: Cf) maupun kapasitor kopling dan by pass. Kapasitor Cf juga dirasakan pengaruhnya pada bagian keluaran penguat. Analisis un- tuk menentukan besarnya pengaruh Miller pada keluaran penguat (Cmo) dibuat seperti ana- lisis menentukan Cmi. Lihat gambar 22. Gambar 22. Jaringan untuk penurunan kapasitansi Miller input Dari gambar 22 dapat diturunkan persamaan dengan menggunakan hukum Krichhoff: Io = I1 + I2 Dengan hukum Ohm: I1 = Vo/Ro I2 = (Vo-Vi)/XCf Oleh karena Ro besar sekali, maka I1 dapat diabaikan bila dibanding dengan I2. Sehingga: Io = I2 Io = (Vo-Vi)/XCf Io = (Vo – Vo/Av)/XCf Io = Vo(1 – (1/Av))/XCf
  • 14. Io/Vo = (1 (1/Av))/XCf Vo/Io =XCf/(1 –(1/Av)) Dengan demikian diperoleh: XCMo = XCf/(1(1/Av)) Cmo = Cf(1 – (1/Av)) Sebagaimana pada Cmi, nilai Cmo ini juga berlaku untuk penguat inverting, karena bila pen- guatan bernilai positip maka kapasitor menjadi negatip. Setelah memahami pengaruh suatu kapasitor yang terhubung antara masukan dan keluaran penguat, maka sekarang pembahasan tentang respon frekuensi tinggi bisa dimulai. Rangkaian penguat dengan kapasitor liar yang dominan mempengaruhi respon frekuensi tinggi dapat dilihat pada gambar 23. Pada gambar tersebut terdapat tiga macam kapasitor liar yang muncul diantara kaki transistor, yakni: Cbe, Cbc, dan Cce. Nama-nama ketiga tran- sistor tersebut disesuaikan dengan kaki-kaki transistor yang bersangkutan. Disamping itu terdapat pula kapasitor liar yang muncul karena pengawatan (atau PCB) pada bagian masukan dan keluaran, yakni: Cwi dan Cwo. Gambar 23. Penguat CE dengan kapasitor liar penentu respon frekuensi tinggi Rangkaian ekivalen dari penguat tersebut terlihat pada gambar 24. Dalam rangkaian ekivalen ini kapasitor kopling dan by-pass tidak digambarkan, karena pada daerah frekuensi tinggi kapasitor tersebut dianggap hubung singkat. Adapun Ci merupakan gabungan semua kapasitor liar yang muncul pada bagian masukan penguat. Sedangkan Co adalah gabungan semua kapasitor liar yang muncul pada bagian keluaran penguat.
  • 15. Gambar 24. Rangkaian ekivalenuntuk analisis respon frekuensi tinggi dimana: Ci = Cbe + Cwi + Cmi Co = Cce + Cwo + Cmo RB = R1//R2 Rs = Tahanan dalam sumber sinyal Pada rangkaian ekivalen tersebut terdapat dua buah jaringan R-C yang tentunya mas- ing-masing mempunyai frekuensi cut-off tinggi. Sebagaimana pada analisis frekuensi ren- dah, kedua jaringan tersebut akan dianalisis secara terpisah. Jaringan R-C pertama terdapat pada bagian masukan penguat yang terdiri atas Ci dan resistor-resistor pada masukan penguat dan sumber sinyal. Perhatikan ekivalen Thevenin dari bagian masukan penguat tersebut. Gambar 25. Ekivalen Thevenin untuk kutup masukan dan keluaran Frekuensi cut-off tinggi (Fh) suatu penguat disamping ditentukan oleh Fh1 dan Fh2 igunakan pada frekuensi tinggi.
  • 16. hf e hfe pada frek menengah 3 db hfe = 1 FT Frek Gambar 26. Hubungan antara beta ( ) transistor dengan frekuensi Pada kurva tersebut terlihat bahwa nilai hfe (atau beta suatu transistor akan ber- kurang 3 Db (atau menjadi 0,707 nya) pada frekuensi f . Dengan demikian definisi f adalah suatu frekuensi dimana hfe (atau beta, ) suatu transistor menjadi 0,707nya dari harga pada frekuensi menengah. Harga hfe (atau beta, ) yang diperoleh dari buku data transistor me- rupakan kondisi pada frekuensi menengah. Apabila frekuensi dinaikkan terus hingga suatu frekuensi yang disebut Ft maka hfe (atau beta, ) akan turun menjadi satu (atau 0 Db). Har- ga Ft ini sering terdapat dalam buku data transistor, karena Ft ini sering dipandang sebagai batas frekuensi kerja transistor. Nilai frekuensi f ini dapat ditentukan melalui rangkaian ekivalen hibrid- model transistor yang bekerja pada frekuensi tinggi. Lihat gambar 27. Gambar 27. Model 16ybrid- , ekivalentransistor pada frekuensi tinggi
  • 17. Ketiga frekuensi cut-off yang diperoleh di atas, yakni: fHi, fHo, dan f , mempengaruhi respon frekuensi tinggi suatu penguat. Frekuensi cut-off tinggi (Fh) dari penguat secara ke- seluruhan ditentukan oleh harga terendah (terkecil) dari ketiga frekuensi tersebut. Hal ini akan tepat apabila jarak diantara ketiga frekuensi tersebut cukup jauh. Apabila ada frekuen- si yang berdekatan, maka Fh merupakan interaksi dari frekuensi- frekuensi tersebut. Apabila pada suatu penguat sudah ditentukan frekuensi cut-off bawah (Fl) dan fre- kuensi cut-off atas (Fh), maka selanjutnya bisa dihitung lebar bandnya. Lebar band (band- width) suatu respon frekuensi adalah: BW = Fh – Fl 4. Pengaruh – Pengaruh Frekuensi Pita tengah penguat ac adalah daerah frekuensi yang tak dipengaruhi oleh kapasitor, di mana hanya resistansi-resistansi saja yang muncul pada rangkaian ekivalen ac. Pada saat ini kita akan membahas operasi penguat di luar pita tengah. Di bawah pita-tengah, bati tegangan penguat ac turun karena adanya kapasitor penggandeng dan kapasitor pintas. Di atas pita tengah, hati tegangan turun karena adanya kapasitas transistor dalam dan kapasitansi perkawinan tercecer (stray). Kita akan memulai dengan membahas mengenai jaringan mendahului, yaitu kunci bagi pengaruh-pengaruh frekuensi rendah. Selanjutnya, kita akan mengambil jaringan ketinggian karena dapat membantu menjelaskan pengaruh-pengaruh frekuensi tinggi. 4.1 JARINGAN MENDAHULUI Jaringan mendahului pada gambar 14-1a adalah kunci untuk menganalisa pengaruh frekuensi rendah pada penguat. Seperti yang anda ketahui, reaktansi kapasitif diberikan oleh. fC Xc 2 1  Pada frekuensi yang amat rendah, Xc mendekati tak terhingga. Pad frekuensi yang amat tinggi, Xc mendekati nol . Sebuah kapasitor ekivalen dengan rangkaian terhubung- singkat pada frekuensi yang amat tinggi. Sambil lalu, rangkaian ini disebut rangkaian mendahului karena tegangan keluar mendekati tegangan masuk. Kita akan membahas sudut fasa ini nanti pada pembahasan ini. 4.2TANGGAPAN FREKUENSI Pada gambar 14-1a, tegangan Vin dan Vout menyatakan harga-harga rms-nya. Bila kita mengubah frekuensi, tegangan keluar berubah karena reaktansi kapasitor. Ini berarti bahwa bati tegangan Vout/Vin merupakan fungsi dari frekuensi
  • 18. Gambar 14-1b memperlihatkan tanggapan frekuensi (grafik bati tegangan terhadap frekuensi) dari rangakaian mendahului . Pada frekuensi nol, Xc tak terhingga. Jadi tegangan ke luar nol dan bati tegangan juga nol. Bila frekuensi naik, Xc turun dan bati tegangan naik. Bila frekuensi cukup tinggi, Xc jauh lebih daripada R, dan Vout hamper sama dengan Vin. Dengan demikian, bati tegangan pada jaringan mendahului mendekati satu pada frekuensi tinggi. Seperti ditujukan pada Gambar 14-1b. 5. JARINGAN KETINGGALAN Jaringan ketinggalan adalah kunci menganalisa pengaruh frekuensi tinggi pada penguat. Pada frekuensi yang amat rendag, Xc harganya besar dan tegangan keluar hamper sama dengan tegangan masuk. Pada frekuensi yang amat tinggi, Xc berharga kecil dan tegangan keluar mendekati nol. Rangkaian ini disebut jaringan ketinggalan karena tegangan keluar ketingga;an dari tegangan masuk. TANGGAPAN FREKUENSI Gambar 14-6b memperlihatkan tanggapan frekuensi dari jaringan ketinggaln. Bati tegangannya 1 pada frekuensi rendah. Pada frekuensi pancung bati tegangannya 0,707. Di luar frekuensi pancung ini, bati tegangan terus menurun dan mendekati nol pada frekuensi tal terhingga. 5.1 FREKUENSI PANCUNG Bati tegangan jaringan ketinggalan adalah Xc XcR Vin Vout 22  (14-10)
  • 19. Dengan membuat grafik dari persamaan ini, anda dapat memperoleh harga-harga yang tepat untuk tanggapan frekuensi pada gambar 14-6b. Frekuensi pancung ditentukan sebagai frekuensi pada saat Xc= R Dan diberikan oleh RC fc 2 1  fc= frekuensi pancung pada jaringan ketinggalan R= resistansi pada jaringan ketinggalan C= kapasitansi pada jaringan ketinggalan 5.2 RESISTANSI BEBAB Sebuah kapasitor sering dipasang paralel dengan tahanan beban, seperti ditunjukkan pada gambar 14-7a. pada frekuensi rendah, dimana kapasitor tampak seperti terbuka, rangkaian berlaku seperti tegangan dengan bati pita tengah sebesar Atengah= LS L RR R  Tetapi, pada frekuensi yang lebih tinggi, hamper semua arus bolak-balik dilewatkan melalui kapasitor sehingga hamper taka da arus yang mengalir melalui beban. Hal in menyebabkan tegangan beban turun. Cara yang paling sederhana untuk menemukan frekuensi pancung adalah dengan mengganti rangkaian yang menggerakkan kapasitor dengan rangkaian Theveninnya. Tegangan Theveninnya adalah VTH = LS L RR R  Vin Atau VTH = Atengah Vin Dan resistansi Theveninnya adalah RTH = Rs ││RL
  • 20. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Respon frekuensi suatu penguat merupakan tanggapan penguat tersebut terhadap frekuensi sinyal masukan. Tanggapan suatu penguat terhadap berbagai frekuensi sinyal ma- sukan, seperti frekuensi rendah, menengah, dan tinggi, tidaklah sama. Pada umumnya pen- guatan akan menurun pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Lebar band (bandwidth) suatu penguat merupakan jarak antara dua frekuensi (fL dan fH) dimana penguat tersebut mempunyai penguatan yang signifikan (antara 1 hingga 0.707 kali penguatan maksimum). Pada penguat kopling RC (atau C), besarnya frekuensi cut-off bawah (fL) ditentukan oleh nilai kapasitor kopling input, output dan kapasitor by-pass. Sedangkan besarnya frekuensi cut-off atas (fH) ditentukan oleh nilai kapasitor liar. Disamping itu respon frekuensi tinggi pada frekuensi tinggi.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Dorf, Richard.C.(Farid Ruskanda) (1980). Sistem KENDALI, Jakarta : Erlangga Surjono, H.D. (2009) Elektronika Lanjut. Jember : Penerbit Cerdas Ulet Kreatif Widodo, R.J, (1976). Sistem Kendai Dasar, Bandung : ITB