SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
REAKSI INTI MODUL 6
PENDAHULUAN
Dalam modul ini anda akan mempelajari reaksi inti, jenis-jenis reaksi inti,
hamburan elastis, hamburan inelastik, hamburan photonuklir, tangkapan
radioaktif, reaksi inti spesial, inti gabungan, pembentukan radioisotop dalam
reaksi inti, kinematika reaksi energi rendah, energi ambang reaksi inti, fisi inti,
dan fusi inti. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan memiliki
kemampuan untuk dapat:
1. Menjelaskan reaksi inti
2. Menjelaskan jenis-jenis reaksi inti
3. Menjelaskan hamburan elastis
4. Menjelaskan hamburan inelastik
5. Menjelaskan hamburan photonuklir
6. Menjelaskan tangkapan radioaktif.
7. menjelaskan reaksi inti spesial
8. menjelaskan inti gabungan
9. Menjelaskan pembentukan radioisotop dalam reaksi inti
10. Menjelaskan kinematika reaksi energi rendah
11. Menjelaskan energi ambang reaksi inti
12. Menjelaskan fisi inti
13. Menjelaskan fusi inti
Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa atau sederajat karena materi
ini sangat dasar dalam pembelajaran fisika modern. Sebagai calon Guru dapat
mengembangkan materi ini sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan. Agar
anda lebih berhasil mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar berikut ini:
1. Baca dan pahami konsep dasar materi ini, lalu kaitkan dengan kehidupan
nyata.
2. Tulis peta konsep tentang materi tersebut, lalu coba jelaskan dengan kata-
kata sendiri.
3. Kerjakan soal-soal latihan dengan tuntas.
4. Jika ada soal yang belum bisa dikerjakan, coba perhatikan rumus dasar
tentang materi tersebut.
5. Mantapkan pemahaman anda, dengan cara berdiskusi dengan teman
sejawat.
Kegiatan Belajar 9
REAKSI INTI
Pendahuluan
Reaksi inti adalah transformasi inti, sebagai akibat ditembaki oleh suatu projektil,
yang dapat berupa inti-inti ringan, nukleon bebas, atau foton dengan energi yang
sesuai. Reaksi inti berlangsung sangat cepat, dalam waktu 10-12
detik atau kurang,
menghasilkan satu atau lebih inti baru dan mungkin juga partikel lain.
Reaksi inti dinyatakan dengan suatu persamaan, yang menyeimbangkan antara
pereaksi dengan hasil reaksi. Bertindak sebagai pereaksi adalah inti sasaran
(target) dan projektil, sedangkan hasil reaksi adalah inti baru yang terbentuk dan
partikel yang dibebaskan. Untuk menyederhanakan persamaan, nomor atom Z
dapat tidak dituliskan, karena Z bersifat khas bagi masing-masing unsur maupun
partikel. Dengan demikian secara umum bentuk persamaan reaksi inti adalah :
A1
X + A2
a A3
b + A4
Y
Target projektil partikel hasil inti baru (hasil)
Menurut Bethe, suatu persamaan reaksi inti secara sederhana dinyatakan dengan
notasi :
A1
X (a,b)A4
Y
Dimana X menyatakan inti sasaran, a adalah partikel penembak (projektil atau
misil), b adalah partikel yang dibebaskan dalam reaksi dan Y adalah inti hasil atau
recoil. Disini, inti sasaran dituliskan pertama dan inti hasil terakhir, sedangkan
projektil dan partikel yang dibebaskan diletakkan di dalam tanda kurung dan
dipisahkan dengan koma.
Contoh : 35
Cl (n,p) 35
S
23
Na (n, ) 24
Na
24
Mg (d,) 22
Na
63
Cu (p,p3n9) 24
Na.
Sebagai contoh, reaksi inti yang pertama kali diamati (oleh Rutherford pada
tahun1919) adalah
OHHeN 17
8
1
1
4
2
14
71  atau N14
7 (,p) O17
8
10.1 Jenis-jenis Reaksi Inti
Suatu cara untuk menyerdahanakan penamaan reaksi inti hanyalah dengan
menyebutkan (a,b) pada inti sasaran. Jadi, untuk reaksi 35
Cl (n,p) 35
S, disebut
reaksi (n,p) pada 35
Cl.
Berdasarkan sifat-sifat dari a dan b maka reaksi-reaksi inti dibedakan ke dalam
beberapa jenis seperti diuraikan berikut ini.
10.1.1 Hamburan Elastis
pada penembakan inti, dimana hasilnya a = b dan X = Y, disebut peristiwa
hamburan elasti. Partikel penembak menumbuk inti sasaran, ia kehilangan
sebagian energi kinetiknya, yang dialihkan paad inti sasaran. Tidak terjadi
perubahan energi potensial total, dan energi kinetiknya kekal.
Jumlah energi yang ditransfer ke inti sasaran dapat dihitung dengan rumus :
Em
M)(m
2
sinMm4
E 2
2
M



dimana Em adalah energi kinetik awal dari partikel penembak dengan massa m,
dan EM adalah energi kinetik yang diterima oleh inti sasaran dengan massa M.
Teta () adalah besar sudut penyimpangan dari arah datang semula dengan arah
setelah menumbuk inti sasaran.
Hamburan elastik digunakan dalam perlambatan neutron cepat oleh moderator di
dalam reaktor nuklir.
10.1.2 Hamburan Inelastik
Suatu proses penghamburan dianggap inelastik jika sebagian energi kinetik
partikel misil digunakan untuk menaikkan energi potensial inti asasaran,antara
lain berupa eksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi. Dalam kasus ini energi
kinetik sistem tidak kekal.
Contoh :
107
Ag (n,n)107m
Ag IT 107
Ag
44,3 detik
10.1.3 Reaksi Photonuklir
Reaksi-reaksi inti yang diinduksi oleh sinar-X atau photon  berenergi tinggi (>1
MeV) dipandang sebagai reaksi-reaksi photonuklir. Dalam reaksi ini a =  dan b
lebih sering adalah n atau p dan bila menggunakan photon dengan energi sangat
tinggi maka b kemungkinan besar adalah d, t atau  atau bahkan campuran
partikel-partikel.
10.1.4 Tangkapan Radiaktif
Bila partikel misil diserap oleh inti sasaran, inti sasaran tereksitasi yang kemudian
memancarkan radiasi satu atau lebih photon gamma (). Reaksi yang paling umum
adalah (n, ), dimana hasilnya adalah isotop dari inti sasaran yang massanya satu
satuan massa lebih besar.
Contoh : 23
Na (n, ) 24
Na, 31
P (n, ) 32
P, 179
Au (n, ) 180
Au
Selain reaksi (n, ) ada pula reaksi (p, ), tetapi disini inti hasilnya bukan isotop
dari inti sasaran.
Contoh : 19
F (p, ) 20
Ne, 27
Al (p, ) 28
Si
Reaksi inti jenis lain meliputi reaksi (n,p), (p,n), (n, ), (,n), d,p), (d,n), (,t).
10.1.5 Reaksi inti spesial
Dalam reaksi-reaksi yang telah disebutkan terdahulu, perbedaan massa inti
sasaran dengan inti hasil hanya satu atau beberapa unit massa. Ada sejumlah
reaksi inti yang mengakibatkan inti sasaran tersobek-sobek atau terpecah menjadi
dua bagian yang massanya lebih kurang sama. Masuk dalam kelompok reaksi
demikian adalah :
a. Penguapan (evaporation), yaitu bila berbagai nukleon dan atau gabungan
nukleon seperti partikel alpha meninggalkan inti sasaran. Contoh 27
Al
(d,p) 24
Na.
b. Spalasi, yaitu reaksi yang sedikit lebih hebat dari evaporasi. Sejumlah
besar nukleon dilemparkan keluar dan hasilnya jauh lebih ringan dari inti
sasaran. Contoh 63
Cu (p,p3n9) 24
Na.
c. Fisi, yaitu suatu proses dimana inti yang tereksitasi oleh neutron atau cara
lain, membelah menjadi dua bagian yang massanya seimbang. Contoh :
235
U + n 236
U* 137
Te + 97
Zr + 2n
Probabilitas reaksi reaksi dapat pula dinyatakan sebagai probabilitas untuk
menemukan partikel b pada partikel datang a atau
oI
I . Persamaan rumusnya
adalah
A
Nσ
oI
I

dimana  = luas efektif dan N = jumlah inti atom.
10.2 Inti Gabung
Neutron tidak bermuatan dan memiliki momen magnetik yang sangat kecil,
sehingga dalam perjalanannya neutron tidak berinteraksi dengan elektron atomik,
tetapi hanya berinteraksi dengan intinya. Neutron dapat berinteraksi dengan inti
secara elastis (energi kinetiknya kekal) atau secara tak elastis. Jika tumbukannya
tak elastis, inti ditinggalkan dalam keadaan tereksitasi, kemudian energi
eksitasinya dikeluarkan dalam peluruhan gamma.
Tidak setiap gabungan neutron dan proton menjadi sebuah inti mantap. Pada
umumnya, inti ringan (A<20) mengandung jumlah neutron dan proton yang
hampir sama, sedangkan pada inti , berat proporsi neutron bertambah besar.
Karena partikel alfa terdiri dari dua proton dan dua neutron, peluruhan alfa
mereduksi Z dan N inti induk, masing-masing dengan dua. Dalam peluruhan beta
negatif, neutron bertransformasi menjadi proton dan elektron :
no
p+
+ e-
elektronnya meninggalkan inti dan teramati sebagai “partikel beta”. Dalam
peluruhan beta positif, sebuah proton menjadi sebuah neutron dan sebuah positron
dipancarkan :
p+
no
+ e-
Jadi, peluruhan beta negatif mengurangi proporsi neutron, dan peluruhan beta
positif menambahnya. Elektron diabsorpsi oleh proton nuklir yang
bertransformasi menjadi neutron :
P+
+ e-
no
Salah satu contoh dari reaksi inti gabung adalah sebagai berikut :
nXHeX '
2
4
2N
A
Z 
Makin banyak energi yang diberikan pada inti, semakin banyak neutron yang kita
dapati melingkari inti.
p + 63
Cu 63
Zn + n
Zn 62
Cu + n + p
 + 60
Ni 62
Zn + 2n
10.3 Pembentukan Radioisotop dalam Reaksi Inti
Aktivitas sebuah sampel nuklide radioaktif ialah laju perubahan inti atom
pembentuknya jika N menyatakan banyaknya inti dalam sampel pada suatu saat,
aktivitasnya R ialah sebagai berikut :
dt
dN
R 
Tanda minus dipakai supaya R menjadi kuantitas positif karena dN/dt secara
intrinsik berharga negatif. Setiap radioisotop memiliki umur-paro karakteristik,
beberapa memiliki umur-paro sepersejuta detik. Hukum aktivitas :
R = Ro e-t
Dengan  disebut sebagai konstan peluruhan, mempunyai harga yang berbeda
untuk setiap radioisotop. Hubungan antara  dengan T1/2 adalah mudah untuk
menentukannya. Kemudian umur-paro akan berlalu, yaitu apabila t = T1/2,
aktivitas R telah menurun menjadi ½ Ro.
Jadi :
R = Ro e-t
½ Ro = Ro e-T1/2
eT1/2
= 2
T1/2 = ln 2
T1/2 =
λ
0,693
λ
ln2

Hukum aktivitas empiris didapatkan langsung dari anggapan peluang masing-
masing inti isotop tertentu untuk meluruh per satuan waktu ialah konstan .
Karena  adalah peluang per satuan waktu. dt adalah peluang setiap inti untuk
meluruh dalam selang waktu dt. Jika sampel itu mengandung N inti yang belum
meluruh, banyaknya inti dN yang meluruh dalam selang waktu dt ialah perkalian
antara banyaknya inti N dan peluang dt untuk masing-masing inti meluruh dalam
selang waktu dt. Ini berarti,
dN = - Ndt
tanda minus diperlukan, karena N berkurang ketika t bertambah. Persamaan diatas
dapat ditulis
λdt
N
dN

masing-masing ruas dapat diintegrasi :
 
N
No
t
0
dtλ
N
dN
ln N – ln No = -t
N = Noe-t
Rumus-rumus diatas dapat juga dituliskan :
dN = Rdt - Ndt
λNR
dt
dN

dimana R = laju tetap
 = tetapan peluruhan =
1/2t
0,693
N(t) = )e(1
λ
R λt

Sehingga aktivitasnya
a(t) = N = R (1 – e-t
)
untuk t yang harganya kecil maka
a(t)  Rt atau
R =  AN
M
m
dengan  = fluks neutron
10.4 Kinematika Reaksi Energi Rendah
Dalam reaksi inti, energi seringkali dilepaskan atau diserap. Suatu reaksi melepas
energi berarti energi kinetik partikel-partikel setelah reaski lebih besar dari energi
kinetik partikel-partikel sebelum reaski. Penambahan energi ini datang dari
pengubahan energi diam menjadi energi kinetik. Jumlah energi yang dilepas
diukur oleh nilai Q reaksi inti, yang didefinisikan sebagi selisih antara energi
kinetik akhir dan awal.
Dalam sistem laboratorium, energi kinetik total timbul dari partikel datang saja :
Klab = 2
A Vm
2
1
(energi kinetik dalam sistem lempengan)
Dalam sistem pusat massa, kedua partikel bergerak dan memberikan kontribusi
pada energi kinetik total.
Kcm = ½ mA (v-V)2
+ ½ mB V2
= ½ mAv2
- ½ (mA – mB) V2
= K - ½ (mA - mB) V2
= K
mm
m
BA
B







lab (energi kinetik dalam sistem pusat massa)
Energi kinetik total partikel relatif terhadap pusat massanya ialah energi kinetik
total dalam sistem laboratorium dikurangi energi kinetik ½ (mA + mB)V2
dari
pusat massa yang bergerak. Jadi dapat dianggap bahwa Kcm sebagai energi kinetik
gerak relatif partikel itu. Jika partikel bertumbukan, energi kinetik maksimum
yang dapat berubah menjadi energi eksitasi dari inti majemuk yang terjadi dengan
tetap mempertahankan kekekalan momentum ialah Kcm yanng lebih kecil dari
Klab.
Harga Q suatu reaksi nuklir :
Q = [(mA + mB) - (mC + mD)] c2
= [(mA + mB – mC – mD)]c2
Jika Q merupakan kuantitas positif, energi dilepaskan oleh reaksi itu. Jika Q
kuantitas negatif energi kinetik dalam sistem pusat massa cukup besar harus
diberikan oleh partikel-partikel yang bereaksi sehingga
Kcm + Q  0
10.5 Energi Ambang Reaksi Inti
Untuk reaksi-reaksi eksoergik, nampaknya tidak diperlukan nilai ambang, tetapi
sering di dalam praktek menghadapi energi penghalang tertentu terdapat energi
ambang minimum.
Dalam hal reaksi endoergik, energi ambang sekurang-kurangnya sama dengan –Q.
Ini harus dalam bentuk energi kinetik projektil. Fraksi Ea
Mm
m







, energi kinetik
projektil diperlukan untuk translasi inti senyawa.
Dengan demikian suatu reaksi hanya akan berlangsung apabila :
QEa
Mm
m







Atau energi ambang Eo  (1 +m/M)Q
Jadi, bila detron dipercepat dengan energi 8 MeV, menumbuk inti Mg, maka
energi yang tersedia untuk mempengaruhi reaksi inti 24
Mg (d,)22
Na, hanya ada
sebesar
MeV7,388
242
24







yang sama dengan energi kinetik pada CMS.
10.6. Fisi Inti
Salah satu reaksi inti yang paling praktis adalah pembentukan inti majemuk
apabila sebuah inti dengan A > 230 menyerap sebuah neutron. Kebanyakan inti
majemuk ini kemudian akan membelah diri ke dalam dua fragmen (fragment) inti
bermassa sedang (medium-mass) dan neutron tambahan. Jenis reaksi inti ini
disebut fisi inti (nuclear fission).
Dalam sebuah reaktor atom, jumlah fisi per satuan waktu dikendalikan oleh
penyeraan kelebihan neutron, sehingga secara rata-rata, satu neutron dari tiap-tiap
fisi
Menghasilkan suatu fisi baru. Panas yang dibebaskan oleh reaksi inti ini kemudian
digunakan untuk menghasilkan uap air guna membangkitkan turbin pembangkit
tenaga listrik. Jika reaksinya tak terkendali, sehingga tiap fisi menghasilkan lebih
dari satu neutron yang kemudian masing-masing memungkinkan terjadinya fisi-
fisi berikutnya, maka jumlah fisi yang terjadi akan meningkat sesuai dengan deret
ukur. Akibatnya, semua energi sumber akan terbebaskan dalam selang waktu yang
sangat singkat, sehinggga menimbulkan ledakan bom nuklir.
Salah satu reaksi fisi yang khas adalah :
  nεYX*UnU 1
0
A
Z
A
Z
236
92
1
0
235
92
2
2
1
1

Dengan Z1 + Z2 = 92, A1 + A2 +  = 236, dan  sebuah bilangan bulat.
Perbandingan masa antara fragmen-fragmen, M1/M2, secara eksperimen diperoleh
kurang lebih 3/2. Bilangan  yang menyatakan jumlah neutron yang dibebaskan
dalam fisi sebuah unsur atau inti tertentu bergantung pada fragmen-fragmen akhir
yang dihasilkan.
N
Inti majemuk semula
N = Z
Fragmen-fragmen
fisi
inti-inti stabil
Z
10.7 Fusi Inti
Reaksi fusi (fusion) adalah suatu reaksi iti ketika dua inti atau inti-inti yang relatif
ringan (A < 20) bergabung membentuk suatu inti yang lebih berat, dengan hasil
pembebasan energi. Salah satu contoh reaksi fusi adalah pembentukan sebuah
detron dari sebuah proton dan sebuah neutron :
HHH 2
1
1
0
1
1  Q = 2,23 MeV
Reaksi fusi yang lainnya adalah pembentukan sebuah partikel  oleh fusi dua
buah detron.
HeHH 4
2
2
1
2
1  s Q = 2,23 MeV
Meskipun energi-energi ini lebih kecil dari yang dibebaskan dalam suatu reaksi
fisi khas ( 200 MeV), tetapi energi per satuan massanya lebih besar sebab massa
partikel-partikel yang terlibat lebih kecil.
Pembebasan energi dalam fusi menunjukkan bahwa untuk inti-inti ringan, energi
ikat per nukleon (partikel inti) pada umumnya meningkat dengan bertambahnya
nomor massa A. Sebagai akibatnya, inti yang lebih berat yang dibentuk dari dua
inti yang lebih ringan memiliki energi ikat per nukleon yang lebih besar dari yang
dimiliki masing-masing inti semula. Tetapi energi ikat per nukleon yang lebih
besar dari yang dimiliki masing-masing inti semula. Tetapi energi ikat yang lebih
tinggi berarti massa diam yang bersangkutan lebih rendah.
Soal-soal
1. p + 56
Fe n + 56
Co
Sasaran (tebal lempeng) 1 m.  = 1,0 cm, I = 3 A. Jika berkasnya tersebar
merata pada seluruh permukaan bahan sasaran, dengan laju berapakah berkas
neutron dihasilkan? Diketahui  besi = 7,9 gram/cm3
v sasaran = 1 cm x 1,0 cm x 1 m = 1 x 10-4
cm3
Jawab :
v
m
ρ  sehingga m =  x v.
m = 7,9 x 10-4
gram (massa sasaran)
mol1,4x10
56
7,9x10
Mr
gram
n 5
4



N = n x NA
= 1,4 x 10-5
x 6,02 x 1023
= 8,428 x 1018
partikel
partikel/s10x1,9
c/partikel10x1,6
c/s10x3
Io 13
19
6
 

partikel/s10x9,7
A
IoNσ
I 7

2. Berapakah aktivitas 1gram Ra226
8 , yang waktu paruhnya adalah 1622 tahun?
Jawab :
Jumlah atom dalam 1 gram radium adalah
2123
10x2,666
g/mol
atom10x6,025
gram226
g/mol1
gram1N 











m Tetapan peluruhan berhubungan dengan waktu hidup melalui
111
4
1/2
s10x1,355
detik10x8,64
hari1
hari365
tahun1
tahun1622
0,693
T
0,693
λ 



















maka aktivitasnya diperoleh dari
aktivitas =  N
= (1,355 x 10-11
s-1
) ( 2,666 x 1021
)
= 3,612 x 1010
disintegrasi/s
3. Tunjukkan bahwa inti Pu236
94 adalah tak stabil dan akan mengalami peluruhan
.
Agar inti QHeUPu  4
2
232
92
236
94
Maka nilai Q-nya harus positif. Pemecahan untuk Q memberikan
Q = (MPu - MU – MHe ) c2
= (236,046071 u - 232,037168 u - 4,002603 u) (931,5 MeV/u)
= 5,87 MeV
Oleh karena itu, inti Pt236
94 dapat, dan memang pada kenyataannya, mengalami
peluruhan  secara spontan.
4. Dalam proses fisi sebuah inti U235
92 lewat penyerapan neutron membebaskan
energi
yang dapat dimanfaatkan sekitar 185 MeV. Jika U235
92 dalam sebuah reaktor
secara
terus-menerus membangkitkan daya sebesar 100 MW, berapakah waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan 1 Kg uranium?
Laju fisi yang berkaitan dengan keluaran daya yang diberikan ini adalah :
det
1038,3
185
1
106,1
10
det
10 18
19
6
8 fisi
x
MeV
Fisi
x
J
J
MeV




















Satu Kg 235
U mengandung
2426
1056,2
int
10023,6
/235
1
x
kmol
i
x
KmolKg
Kg












inti
Dengan demikian ia akan terpakai habis dalam waktu
t = 78,8det1058,7
det1038,3
1056,2 5
118
24

x
x
x
5. Berapakah energi maksimum elektron yang dipancarkan dalam peluruhan 
dari ?3
1 H
Reaksinya adalah :


 veHeH 3
2
3
1
Q = (MH – MHe)c2
= (3,016050 u – 3,016030 u) (931,5 MeV/u)
= 0,0186 MeV = KHe + Ke + Kv
Karena massa netrino nol dan MHe >> Me, maka energi kinetik inti He dapat
diabaikan, sehingga energi sebesar 0,0186 MeV dibagi antara elektron dan
netrino.
Apabila energi netrino adalah nol, maka energi kinetik elektron dan memiliki
nilai
maksimum, yaitu 0,0186 MeV.

More Related Content

What's hot

Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatAhmad Faisal Harish
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)kemenag
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika IntiFKIP UHO
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti FKIP UHO
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamAbdul Ghofur
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model IntiIPA 2014
 
Fisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physicsFisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physicsjayamartha
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaAyuShaleha
 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)Farikha Uly
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiSamantars17
 
Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Windha Herjinda
 

What's hot (20)

Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
9 semikonduktor
9 semikonduktor9 semikonduktor
9 semikonduktor
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti
 
Fisika inti dan radioaktif
Fisika inti dan radioaktifFisika inti dan radioaktif
Fisika inti dan radioaktif
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
 
Fisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physicsFisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physics
 
Peluruhan Radioaktif
Peluruhan RadioaktifPeluruhan Radioaktif
Peluruhan Radioaktif
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
 
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenSpektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom Hidrogen
 
Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)
 

Similar to REAKSIINTI

Inti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasInti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasDisty Ridha H
 
A3 Fisika Inti Malik
A3 Fisika Inti MalikA3 Fisika Inti Malik
A3 Fisika Inti Malikruy pudjo
 
Kimia inti dan radiokimia
Kimia inti dan radiokimiaKimia inti dan radiokimia
Kimia inti dan radiokimiafarid miftah
 
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptxFISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptxZaidan13
 
Kimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimiaKimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimiayunita97544748
 
microsoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdf
microsoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdfmicrosoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdf
microsoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdfRanycoTondang
 
Inti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasInti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasJulie Onsu
 
Fisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptxFisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptxRudyWinarno
 
Pp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitasPp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitasSri Wulan Hidayati
 
Attachments 2012 01_5
Attachments 2012 01_5Attachments 2012 01_5
Attachments 2012 01_5ianrizki
 
Fisika BAB 4 Semester 2 SMA
Fisika BAB 4 Semester 2 SMAFisika BAB 4 Semester 2 SMA
Fisika BAB 4 Semester 2 SMAAndrye Pangestu
 
92046781 fisika-inti
92046781 fisika-inti92046781 fisika-inti
92046781 fisika-intiIntan Nsp
 
Inti atom-radioaktivitas
Inti atom-radioaktivitasInti atom-radioaktivitas
Inti atom-radioaktivitasAzmy Chubbiezzt
 

Similar to REAKSIINTI (20)

9 reaksi-inti
9 reaksi-inti9 reaksi-inti
9 reaksi-inti
 
APN
APN APN
APN
 
Inti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasInti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitas
 
ラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktif
ラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktifラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktif
ラジオエクチフ | Radioactive | Radioaktif
 
A3 Fisika Inti Malik
A3 Fisika Inti MalikA3 Fisika Inti Malik
A3 Fisika Inti Malik
 
Kimia inti dan radiokimia
Kimia inti dan radiokimiaKimia inti dan radiokimia
Kimia inti dan radiokimia
 
Reaksi Inti (Makalah Fisika)
Reaksi Inti (Makalah Fisika)Reaksi Inti (Makalah Fisika)
Reaksi Inti (Makalah Fisika)
 
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptxFISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
FISIKA_INTI_KELAS_12_SMA.pptx
 
Kimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimiaKimia Inti dan RadioKimia
Kimia Inti dan RadioKimia
 
Unsur radioaktif1
Unsur radioaktif1Unsur radioaktif1
Unsur radioaktif1
 
13764113.ppt
13764113.ppt13764113.ppt
13764113.ppt
 
microsoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdf
microsoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdfmicrosoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdf
microsoft-powerpoint-radioaktif-compatibility-mode.pdf
 
Inti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasInti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitas
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Fisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptxFisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptx
 
Pp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitasPp inti atom dan radioaktivitas
Pp inti atom dan radioaktivitas
 
Attachments 2012 01_5
Attachments 2012 01_5Attachments 2012 01_5
Attachments 2012 01_5
 
Fisika BAB 4 Semester 2 SMA
Fisika BAB 4 Semester 2 SMAFisika BAB 4 Semester 2 SMA
Fisika BAB 4 Semester 2 SMA
 
92046781 fisika-inti
92046781 fisika-inti92046781 fisika-inti
92046781 fisika-inti
 
Inti atom-radioaktivitas
Inti atom-radioaktivitasInti atom-radioaktivitas
Inti atom-radioaktivitas
 

More from SMA Negeri 9 KERINCI (20)

Latihan osp fisika soal 93
Latihan osp fisika soal 93Latihan osp fisika soal 93
Latihan osp fisika soal 93
 
Latihan osp fisika soal 94
Latihan osp fisika soal 94Latihan osp fisika soal 94
Latihan osp fisika soal 94
 
Latihan osp fisika soal 95
Latihan osp fisika soal 95Latihan osp fisika soal 95
Latihan osp fisika soal 95
 
Latihan osp fisika soal 96
Latihan osp fisika soal 96Latihan osp fisika soal 96
Latihan osp fisika soal 96
 
Latihan osp fisika soal 97
Latihan osp fisika soal 97Latihan osp fisika soal 97
Latihan osp fisika soal 97
 
Latihan osp fisika soal 98
Latihan osp fisika soal 98Latihan osp fisika soal 98
Latihan osp fisika soal 98
 
Latihan osp fisika soal 99
Latihan osp fisika soal 99Latihan osp fisika soal 99
Latihan osp fisika soal 99
 
Latihan osp fisika soal 100
Latihan osp fisika soal 100Latihan osp fisika soal 100
Latihan osp fisika soal 100
 
2014 osnk fisika (tkunci)
2014 osnk fisika (tkunci)2014 osnk fisika (tkunci)
2014 osnk fisika (tkunci)
 
2014 osnk fisika (soal)
2014 osnk fisika (soal)2014 osnk fisika (soal)
2014 osnk fisika (soal)
 
2013 osnk fisika (tkunci)
2013 osnk fisika (tkunci)2013 osnk fisika (tkunci)
2013 osnk fisika (tkunci)
 
2013 osnk fisika (soal)
2013 osnk fisika (soal)2013 osnk fisika (soal)
2013 osnk fisika (soal)
 
2012 osnk fisika (tkunci)
2012 osnk fisika (tkunci)2012 osnk fisika (tkunci)
2012 osnk fisika (tkunci)
 
2012 osnk fisika (soal)
2012 osnk fisika (soal)2012 osnk fisika (soal)
2012 osnk fisika (soal)
 
2011 osnk fisika (tkunci)
2011 osnk fisika (tkunci)2011 osnk fisika (tkunci)
2011 osnk fisika (tkunci)
 
2011 osnk fisika (soal)
2011 osnk fisika (soal)2011 osnk fisika (soal)
2011 osnk fisika (soal)
 
2010 osnk fisika (soal)
2010 osnk fisika (soal)2010 osnk fisika (soal)
2010 osnk fisika (soal)
 
2009 osnk fisika (tkunci)
2009 osnk fisika (tkunci)2009 osnk fisika (tkunci)
2009 osnk fisika (tkunci)
 
2009 osnk fisika (soal)
2009 osnk fisika (soal)2009 osnk fisika (soal)
2009 osnk fisika (soal)
 
2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)
 

Recently uploaded

MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 

Recently uploaded (20)

MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 

REAKSIINTI

  • 1. REAKSI INTI MODUL 6 PENDAHULUAN Dalam modul ini anda akan mempelajari reaksi inti, jenis-jenis reaksi inti, hamburan elastis, hamburan inelastik, hamburan photonuklir, tangkapan radioaktif, reaksi inti spesial, inti gabungan, pembentukan radioisotop dalam reaksi inti, kinematika reaksi energi rendah, energi ambang reaksi inti, fisi inti, dan fusi inti. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat: 1. Menjelaskan reaksi inti 2. Menjelaskan jenis-jenis reaksi inti 3. Menjelaskan hamburan elastis 4. Menjelaskan hamburan inelastik 5. Menjelaskan hamburan photonuklir 6. Menjelaskan tangkapan radioaktif. 7. menjelaskan reaksi inti spesial 8. menjelaskan inti gabungan 9. Menjelaskan pembentukan radioisotop dalam reaksi inti 10. Menjelaskan kinematika reaksi energi rendah 11. Menjelaskan energi ambang reaksi inti 12. Menjelaskan fisi inti 13. Menjelaskan fusi inti Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa atau sederajat karena materi ini sangat dasar dalam pembelajaran fisika modern. Sebagai calon Guru dapat mengembangkan materi ini sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan. Agar anda lebih berhasil mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar berikut ini: 1. Baca dan pahami konsep dasar materi ini, lalu kaitkan dengan kehidupan nyata. 2. Tulis peta konsep tentang materi tersebut, lalu coba jelaskan dengan kata- kata sendiri. 3. Kerjakan soal-soal latihan dengan tuntas. 4. Jika ada soal yang belum bisa dikerjakan, coba perhatikan rumus dasar tentang materi tersebut. 5. Mantapkan pemahaman anda, dengan cara berdiskusi dengan teman sejawat.
  • 2. Kegiatan Belajar 9 REAKSI INTI Pendahuluan Reaksi inti adalah transformasi inti, sebagai akibat ditembaki oleh suatu projektil, yang dapat berupa inti-inti ringan, nukleon bebas, atau foton dengan energi yang sesuai. Reaksi inti berlangsung sangat cepat, dalam waktu 10-12 detik atau kurang, menghasilkan satu atau lebih inti baru dan mungkin juga partikel lain. Reaksi inti dinyatakan dengan suatu persamaan, yang menyeimbangkan antara pereaksi dengan hasil reaksi. Bertindak sebagai pereaksi adalah inti sasaran (target) dan projektil, sedangkan hasil reaksi adalah inti baru yang terbentuk dan partikel yang dibebaskan. Untuk menyederhanakan persamaan, nomor atom Z dapat tidak dituliskan, karena Z bersifat khas bagi masing-masing unsur maupun partikel. Dengan demikian secara umum bentuk persamaan reaksi inti adalah : A1 X + A2 a A3 b + A4 Y Target projektil partikel hasil inti baru (hasil) Menurut Bethe, suatu persamaan reaksi inti secara sederhana dinyatakan dengan notasi : A1 X (a,b)A4 Y Dimana X menyatakan inti sasaran, a adalah partikel penembak (projektil atau misil), b adalah partikel yang dibebaskan dalam reaksi dan Y adalah inti hasil atau recoil. Disini, inti sasaran dituliskan pertama dan inti hasil terakhir, sedangkan projektil dan partikel yang dibebaskan diletakkan di dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan koma. Contoh : 35 Cl (n,p) 35 S 23 Na (n, ) 24 Na 24 Mg (d,) 22 Na 63 Cu (p,p3n9) 24 Na. Sebagai contoh, reaksi inti yang pertama kali diamati (oleh Rutherford pada tahun1919) adalah OHHeN 17 8 1 1 4 2 14 71  atau N14 7 (,p) O17 8 10.1 Jenis-jenis Reaksi Inti Suatu cara untuk menyerdahanakan penamaan reaksi inti hanyalah dengan menyebutkan (a,b) pada inti sasaran. Jadi, untuk reaksi 35 Cl (n,p) 35 S, disebut reaksi (n,p) pada 35 Cl. Berdasarkan sifat-sifat dari a dan b maka reaksi-reaksi inti dibedakan ke dalam beberapa jenis seperti diuraikan berikut ini.
  • 3. 10.1.1 Hamburan Elastis pada penembakan inti, dimana hasilnya a = b dan X = Y, disebut peristiwa hamburan elasti. Partikel penembak menumbuk inti sasaran, ia kehilangan sebagian energi kinetiknya, yang dialihkan paad inti sasaran. Tidak terjadi perubahan energi potensial total, dan energi kinetiknya kekal. Jumlah energi yang ditransfer ke inti sasaran dapat dihitung dengan rumus : Em M)(m 2 sinMm4 E 2 2 M    dimana Em adalah energi kinetik awal dari partikel penembak dengan massa m, dan EM adalah energi kinetik yang diterima oleh inti sasaran dengan massa M. Teta () adalah besar sudut penyimpangan dari arah datang semula dengan arah setelah menumbuk inti sasaran. Hamburan elastik digunakan dalam perlambatan neutron cepat oleh moderator di dalam reaktor nuklir. 10.1.2 Hamburan Inelastik Suatu proses penghamburan dianggap inelastik jika sebagian energi kinetik partikel misil digunakan untuk menaikkan energi potensial inti asasaran,antara lain berupa eksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi. Dalam kasus ini energi kinetik sistem tidak kekal. Contoh : 107 Ag (n,n)107m Ag IT 107 Ag 44,3 detik 10.1.3 Reaksi Photonuklir Reaksi-reaksi inti yang diinduksi oleh sinar-X atau photon  berenergi tinggi (>1 MeV) dipandang sebagai reaksi-reaksi photonuklir. Dalam reaksi ini a =  dan b lebih sering adalah n atau p dan bila menggunakan photon dengan energi sangat tinggi maka b kemungkinan besar adalah d, t atau  atau bahkan campuran partikel-partikel. 10.1.4 Tangkapan Radiaktif Bila partikel misil diserap oleh inti sasaran, inti sasaran tereksitasi yang kemudian memancarkan radiasi satu atau lebih photon gamma (). Reaksi yang paling umum adalah (n, ), dimana hasilnya adalah isotop dari inti sasaran yang massanya satu satuan massa lebih besar. Contoh : 23 Na (n, ) 24 Na, 31 P (n, ) 32 P, 179 Au (n, ) 180 Au Selain reaksi (n, ) ada pula reaksi (p, ), tetapi disini inti hasilnya bukan isotop dari inti sasaran. Contoh : 19 F (p, ) 20 Ne, 27 Al (p, ) 28 Si Reaksi inti jenis lain meliputi reaksi (n,p), (p,n), (n, ), (,n), d,p), (d,n), (,t). 10.1.5 Reaksi inti spesial Dalam reaksi-reaksi yang telah disebutkan terdahulu, perbedaan massa inti sasaran dengan inti hasil hanya satu atau beberapa unit massa. Ada sejumlah reaksi inti yang mengakibatkan inti sasaran tersobek-sobek atau terpecah menjadi
  • 4. dua bagian yang massanya lebih kurang sama. Masuk dalam kelompok reaksi demikian adalah : a. Penguapan (evaporation), yaitu bila berbagai nukleon dan atau gabungan nukleon seperti partikel alpha meninggalkan inti sasaran. Contoh 27 Al (d,p) 24 Na. b. Spalasi, yaitu reaksi yang sedikit lebih hebat dari evaporasi. Sejumlah besar nukleon dilemparkan keluar dan hasilnya jauh lebih ringan dari inti sasaran. Contoh 63 Cu (p,p3n9) 24 Na. c. Fisi, yaitu suatu proses dimana inti yang tereksitasi oleh neutron atau cara lain, membelah menjadi dua bagian yang massanya seimbang. Contoh : 235 U + n 236 U* 137 Te + 97 Zr + 2n Probabilitas reaksi reaksi dapat pula dinyatakan sebagai probabilitas untuk menemukan partikel b pada partikel datang a atau oI I . Persamaan rumusnya adalah A Nσ oI I  dimana  = luas efektif dan N = jumlah inti atom. 10.2 Inti Gabung Neutron tidak bermuatan dan memiliki momen magnetik yang sangat kecil, sehingga dalam perjalanannya neutron tidak berinteraksi dengan elektron atomik, tetapi hanya berinteraksi dengan intinya. Neutron dapat berinteraksi dengan inti secara elastis (energi kinetiknya kekal) atau secara tak elastis. Jika tumbukannya tak elastis, inti ditinggalkan dalam keadaan tereksitasi, kemudian energi eksitasinya dikeluarkan dalam peluruhan gamma. Tidak setiap gabungan neutron dan proton menjadi sebuah inti mantap. Pada umumnya, inti ringan (A<20) mengandung jumlah neutron dan proton yang hampir sama, sedangkan pada inti , berat proporsi neutron bertambah besar. Karena partikel alfa terdiri dari dua proton dan dua neutron, peluruhan alfa mereduksi Z dan N inti induk, masing-masing dengan dua. Dalam peluruhan beta negatif, neutron bertransformasi menjadi proton dan elektron : no p+ + e- elektronnya meninggalkan inti dan teramati sebagai “partikel beta”. Dalam peluruhan beta positif, sebuah proton menjadi sebuah neutron dan sebuah positron dipancarkan : p+ no + e- Jadi, peluruhan beta negatif mengurangi proporsi neutron, dan peluruhan beta positif menambahnya. Elektron diabsorpsi oleh proton nuklir yang bertransformasi menjadi neutron : P+ + e- no Salah satu contoh dari reaksi inti gabung adalah sebagai berikut : nXHeX ' 2 4 2N A Z  Makin banyak energi yang diberikan pada inti, semakin banyak neutron yang kita dapati melingkari inti.
  • 5. p + 63 Cu 63 Zn + n Zn 62 Cu + n + p  + 60 Ni 62 Zn + 2n 10.3 Pembentukan Radioisotop dalam Reaksi Inti Aktivitas sebuah sampel nuklide radioaktif ialah laju perubahan inti atom pembentuknya jika N menyatakan banyaknya inti dalam sampel pada suatu saat, aktivitasnya R ialah sebagai berikut : dt dN R  Tanda minus dipakai supaya R menjadi kuantitas positif karena dN/dt secara intrinsik berharga negatif. Setiap radioisotop memiliki umur-paro karakteristik, beberapa memiliki umur-paro sepersejuta detik. Hukum aktivitas : R = Ro e-t Dengan  disebut sebagai konstan peluruhan, mempunyai harga yang berbeda untuk setiap radioisotop. Hubungan antara  dengan T1/2 adalah mudah untuk menentukannya. Kemudian umur-paro akan berlalu, yaitu apabila t = T1/2, aktivitas R telah menurun menjadi ½ Ro. Jadi : R = Ro e-t ½ Ro = Ro e-T1/2 eT1/2 = 2 T1/2 = ln 2 T1/2 = λ 0,693 λ ln2  Hukum aktivitas empiris didapatkan langsung dari anggapan peluang masing- masing inti isotop tertentu untuk meluruh per satuan waktu ialah konstan . Karena  adalah peluang per satuan waktu. dt adalah peluang setiap inti untuk meluruh dalam selang waktu dt. Jika sampel itu mengandung N inti yang belum meluruh, banyaknya inti dN yang meluruh dalam selang waktu dt ialah perkalian antara banyaknya inti N dan peluang dt untuk masing-masing inti meluruh dalam selang waktu dt. Ini berarti, dN = - Ndt tanda minus diperlukan, karena N berkurang ketika t bertambah. Persamaan diatas dapat ditulis λdt N dN  masing-masing ruas dapat diintegrasi :   N No t 0 dtλ N dN ln N – ln No = -t N = Noe-t Rumus-rumus diatas dapat juga dituliskan : dN = Rdt - Ndt
  • 6. λNR dt dN  dimana R = laju tetap  = tetapan peluruhan = 1/2t 0,693 N(t) = )e(1 λ R λt  Sehingga aktivitasnya a(t) = N = R (1 – e-t ) untuk t yang harganya kecil maka a(t)  Rt atau R =  AN M m dengan  = fluks neutron 10.4 Kinematika Reaksi Energi Rendah Dalam reaksi inti, energi seringkali dilepaskan atau diserap. Suatu reaksi melepas energi berarti energi kinetik partikel-partikel setelah reaski lebih besar dari energi kinetik partikel-partikel sebelum reaski. Penambahan energi ini datang dari pengubahan energi diam menjadi energi kinetik. Jumlah energi yang dilepas diukur oleh nilai Q reaksi inti, yang didefinisikan sebagi selisih antara energi kinetik akhir dan awal. Dalam sistem laboratorium, energi kinetik total timbul dari partikel datang saja : Klab = 2 A Vm 2 1 (energi kinetik dalam sistem lempengan) Dalam sistem pusat massa, kedua partikel bergerak dan memberikan kontribusi pada energi kinetik total. Kcm = ½ mA (v-V)2 + ½ mB V2 = ½ mAv2 - ½ (mA – mB) V2 = K - ½ (mA - mB) V2 = K mm m BA B        lab (energi kinetik dalam sistem pusat massa) Energi kinetik total partikel relatif terhadap pusat massanya ialah energi kinetik total dalam sistem laboratorium dikurangi energi kinetik ½ (mA + mB)V2 dari pusat massa yang bergerak. Jadi dapat dianggap bahwa Kcm sebagai energi kinetik gerak relatif partikel itu. Jika partikel bertumbukan, energi kinetik maksimum yang dapat berubah menjadi energi eksitasi dari inti majemuk yang terjadi dengan tetap mempertahankan kekekalan momentum ialah Kcm yanng lebih kecil dari Klab. Harga Q suatu reaksi nuklir : Q = [(mA + mB) - (mC + mD)] c2 = [(mA + mB – mC – mD)]c2 Jika Q merupakan kuantitas positif, energi dilepaskan oleh reaksi itu. Jika Q kuantitas negatif energi kinetik dalam sistem pusat massa cukup besar harus diberikan oleh partikel-partikel yang bereaksi sehingga
  • 7. Kcm + Q  0 10.5 Energi Ambang Reaksi Inti Untuk reaksi-reaksi eksoergik, nampaknya tidak diperlukan nilai ambang, tetapi sering di dalam praktek menghadapi energi penghalang tertentu terdapat energi ambang minimum. Dalam hal reaksi endoergik, energi ambang sekurang-kurangnya sama dengan –Q. Ini harus dalam bentuk energi kinetik projektil. Fraksi Ea Mm m        , energi kinetik projektil diperlukan untuk translasi inti senyawa. Dengan demikian suatu reaksi hanya akan berlangsung apabila : QEa Mm m        Atau energi ambang Eo  (1 +m/M)Q Jadi, bila detron dipercepat dengan energi 8 MeV, menumbuk inti Mg, maka energi yang tersedia untuk mempengaruhi reaksi inti 24 Mg (d,)22 Na, hanya ada sebesar MeV7,388 242 24        yang sama dengan energi kinetik pada CMS. 10.6. Fisi Inti Salah satu reaksi inti yang paling praktis adalah pembentukan inti majemuk apabila sebuah inti dengan A > 230 menyerap sebuah neutron. Kebanyakan inti majemuk ini kemudian akan membelah diri ke dalam dua fragmen (fragment) inti bermassa sedang (medium-mass) dan neutron tambahan. Jenis reaksi inti ini disebut fisi inti (nuclear fission). Dalam sebuah reaktor atom, jumlah fisi per satuan waktu dikendalikan oleh penyeraan kelebihan neutron, sehingga secara rata-rata, satu neutron dari tiap-tiap fisi Menghasilkan suatu fisi baru. Panas yang dibebaskan oleh reaksi inti ini kemudian digunakan untuk menghasilkan uap air guna membangkitkan turbin pembangkit tenaga listrik. Jika reaksinya tak terkendali, sehingga tiap fisi menghasilkan lebih dari satu neutron yang kemudian masing-masing memungkinkan terjadinya fisi- fisi berikutnya, maka jumlah fisi yang terjadi akan meningkat sesuai dengan deret ukur. Akibatnya, semua energi sumber akan terbebaskan dalam selang waktu yang sangat singkat, sehinggga menimbulkan ledakan bom nuklir. Salah satu reaksi fisi yang khas adalah :   nεYX*UnU 1 0 A Z A Z 236 92 1 0 235 92 2 2 1 1  Dengan Z1 + Z2 = 92, A1 + A2 +  = 236, dan  sebuah bilangan bulat. Perbandingan masa antara fragmen-fragmen, M1/M2, secara eksperimen diperoleh
  • 8. kurang lebih 3/2. Bilangan  yang menyatakan jumlah neutron yang dibebaskan dalam fisi sebuah unsur atau inti tertentu bergantung pada fragmen-fragmen akhir yang dihasilkan. N Inti majemuk semula N = Z Fragmen-fragmen fisi inti-inti stabil Z 10.7 Fusi Inti Reaksi fusi (fusion) adalah suatu reaksi iti ketika dua inti atau inti-inti yang relatif ringan (A < 20) bergabung membentuk suatu inti yang lebih berat, dengan hasil pembebasan energi. Salah satu contoh reaksi fusi adalah pembentukan sebuah detron dari sebuah proton dan sebuah neutron : HHH 2 1 1 0 1 1  Q = 2,23 MeV Reaksi fusi yang lainnya adalah pembentukan sebuah partikel  oleh fusi dua buah detron. HeHH 4 2 2 1 2 1  s Q = 2,23 MeV Meskipun energi-energi ini lebih kecil dari yang dibebaskan dalam suatu reaksi fisi khas ( 200 MeV), tetapi energi per satuan massanya lebih besar sebab massa partikel-partikel yang terlibat lebih kecil. Pembebasan energi dalam fusi menunjukkan bahwa untuk inti-inti ringan, energi ikat per nukleon (partikel inti) pada umumnya meningkat dengan bertambahnya nomor massa A. Sebagai akibatnya, inti yang lebih berat yang dibentuk dari dua inti yang lebih ringan memiliki energi ikat per nukleon yang lebih besar dari yang dimiliki masing-masing inti semula. Tetapi energi ikat per nukleon yang lebih besar dari yang dimiliki masing-masing inti semula. Tetapi energi ikat yang lebih tinggi berarti massa diam yang bersangkutan lebih rendah. Soal-soal 1. p + 56 Fe n + 56 Co Sasaran (tebal lempeng) 1 m.  = 1,0 cm, I = 3 A. Jika berkasnya tersebar merata pada seluruh permukaan bahan sasaran, dengan laju berapakah berkas neutron dihasilkan? Diketahui  besi = 7,9 gram/cm3 v sasaran = 1 cm x 1,0 cm x 1 m = 1 x 10-4 cm3
  • 9. Jawab : v m ρ  sehingga m =  x v. m = 7,9 x 10-4 gram (massa sasaran) mol1,4x10 56 7,9x10 Mr gram n 5 4    N = n x NA = 1,4 x 10-5 x 6,02 x 1023 = 8,428 x 1018 partikel partikel/s10x1,9 c/partikel10x1,6 c/s10x3 Io 13 19 6    partikel/s10x9,7 A IoNσ I 7  2. Berapakah aktivitas 1gram Ra226 8 , yang waktu paruhnya adalah 1622 tahun? Jawab : Jumlah atom dalam 1 gram radium adalah 2123 10x2,666 g/mol atom10x6,025 gram226 g/mol1 gram1N             m Tetapan peluruhan berhubungan dengan waktu hidup melalui 111 4 1/2 s10x1,355 detik10x8,64 hari1 hari365 tahun1 tahun1622 0,693 T 0,693 λ                     maka aktivitasnya diperoleh dari aktivitas =  N = (1,355 x 10-11 s-1 ) ( 2,666 x 1021 ) = 3,612 x 1010 disintegrasi/s 3. Tunjukkan bahwa inti Pu236 94 adalah tak stabil dan akan mengalami peluruhan . Agar inti QHeUPu  4 2 232 92 236 94 Maka nilai Q-nya harus positif. Pemecahan untuk Q memberikan Q = (MPu - MU – MHe ) c2 = (236,046071 u - 232,037168 u - 4,002603 u) (931,5 MeV/u) = 5,87 MeV Oleh karena itu, inti Pt236 94 dapat, dan memang pada kenyataannya, mengalami peluruhan  secara spontan. 4. Dalam proses fisi sebuah inti U235 92 lewat penyerapan neutron membebaskan energi yang dapat dimanfaatkan sekitar 185 MeV. Jika U235 92 dalam sebuah reaktor secara terus-menerus membangkitkan daya sebesar 100 MW, berapakah waktu yang diperlukan untuk menghabiskan 1 Kg uranium? Laju fisi yang berkaitan dengan keluaran daya yang diberikan ini adalah :
  • 10. det 1038,3 185 1 106,1 10 det 10 18 19 6 8 fisi x MeV Fisi x J J MeV                     Satu Kg 235 U mengandung 2426 1056,2 int 10023,6 /235 1 x kmol i x KmolKg Kg             inti Dengan demikian ia akan terpakai habis dalam waktu t = 78,8det1058,7 det1038,3 1056,2 5 118 24  x x x 5. Berapakah energi maksimum elektron yang dipancarkan dalam peluruhan  dari ?3 1 H Reaksinya adalah :    veHeH 3 2 3 1 Q = (MH – MHe)c2 = (3,016050 u – 3,016030 u) (931,5 MeV/u) = 0,0186 MeV = KHe + Ke + Kv Karena massa netrino nol dan MHe >> Me, maka energi kinetik inti He dapat diabaikan, sehingga energi sebesar 0,0186 MeV dibagi antara elektron dan netrino. Apabila energi netrino adalah nol, maka energi kinetik elektron dan memiliki nilai maksimum, yaitu 0,0186 MeV.