2. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 1
REFERENSI : LEGALITAS & MANAJEMEN MASJID
LEGALITAS MASJID JAMI’
Untuk mendirikan sebuah masjid yang baik dan benar dibutuhkan 3 hal utama yaitu BANGUNAN MASJID yang sesuai
TIPOLOGI MASJID, PENGURUS TA’MIR MASJID dan SISTIM INFORMASI MASJID. Sebagai organisasi maka
PENDIRIAN MASJID akan terikat oleh REGULASI yang dikeluarkan oleh PEMERINTAH baik mengenai pembangunan
masjid maupun dalam manajemen masjid.
LANDASAN HUKUM BANGUNAN MASJID
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
3. PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8
TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM
PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,
DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT
4. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 54 Tahun 2014 Tentang STATUS TANAH YANG DI ATASNYA ADA
BANGUNAN MASJID
5. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN
6. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
7. PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 103 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
LANDASAN HUKUM MANAJEMEN MASJID
1. UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
3. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA
4. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
5. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
TEKNIS PERATURAN DI DESA
6. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN
ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
7. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TAHUN TENTANG
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA
8. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG LEMBAGA
KEMASYARAKATAN DESA DAN LEMBAGA ADAT DESA
9. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
10. PERATURAN MENTERI DESA,PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN KEWENANGAN BERDASARKAN HAKASAL USUL DAN
KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA
3. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 2
11. PERATURAN MBNTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN
OIIGANISASI DAN TATAKERJA BADAN KESEJAHTERAAN MASJID
12. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN
TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA
13. Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor KEP/D/101/1978 tentangTuntunan Penggunaan
Pengeras Suara di Masjid, Langgar, danMushalla)
14. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR DJ.II/802 TAHUN 2014
TENTANG STANDAR PEMBINAAN MANAJEMEN MASJID
15. SURAT EDARAN INSTRUKSI DIRJEN BIMAS ISLAM NOMOR: KEP/D/101/1978 TENTANG TUNTUNAN
PENGGUNAAN PENGERAS SUARA DI MASJID, LANGAR DAN MUSHALLA.
IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN
Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada
pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai
dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk hukum untuk
mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian
hukum.
IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan Tata Ruang yang telah
ditentukan. Selain itu, adanya IMB menunjukkan bahwa rencana kostruksi bangunan tersebut juga dapat
dipertanggungjawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama.
Dasar Hukum IMB
Peraturan dan perundang-undangan yang memuat IMB adalah sebagai berikut:
1. UU no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
BAB IV.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG.
Bagian Pertama: Umum.
Pasal 7, ayat (1): "Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
dengan fungsi bangunan gedung."
Pasal 7, ayat (2): "Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan."
Bagian Kedua: Persyaratan Administratif Bangunan Gedung.
Pasal 8, ayat (1): "Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:
1. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
2. status kepemilikan bangunan gedung; dan
3. izin mendirikan bangunan gedung; sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku."
Pasal 8, ayat (4): "Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan
gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah."
2. UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
4. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 3
BAB IV. TUGAS DAN WEWENANG.
Bagian Kesatu: Tugas.
Pasal 7, ayat (1): "Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat."
Pasal 7, ayat (2): "Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah
daerah."
Pasal 7, ayat (3): "Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tetap
menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan."
BAB VI. PELAKSANAAN PENATAAN RUANG.
Bagian Ketiga: Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Pasal 35: "Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi."
Pasal 37, ayat (1): "Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan."
Pasal 37, ayat (2): "Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan."
Pasal 37, ayat (3): "Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang
benar, batal demi hukum." Pasal 37, ayat (4): "Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar
tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya."
Pasal 37, ayat (5): "Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin."
Pasal 37, ayat (6): "Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah
dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak."
Pasal 37, ayat (7): "Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang
menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang."
Pasal 37, ayat (8): "Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan peraturan pemerintah."
BAB VIII. HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT .
Pasal 60: "Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
1. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang kepada pejabat berwenang; dan
5. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 4
2. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian."
Pasal 61: "Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
1. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;
2. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;"
Pasal 63: "Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dapat berupa:
1. pencabutan izin;
2. pembatalan izin;
3. pembongkaran bangunan;"
4. PP RI no. 36 tahun 2005
BAB I. KETENTUAN UMUM.
Pasal 1: "Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
6. Izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada
pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
7. Permohonan izin mendirikan bangunan gedung adalah permohonan yang dilakukan pemilik bangunan gedung
kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan gedung."
BAB II. FUNGSI BANGUNAN GEDUNG.
Bagian Kedua: Penetapan Fungsi Bangunan Gedung.
Pasal 6, ayat (1): "Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur
dalam RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL."
Pasal 6, ayat (2): "Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung diusulkan oleh pemilik bangunan gedung dalam
pengajuan permohonan izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 6, ayat (3): "Pemerintah daerah menetapkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah, dalam izin mendirikan
bangunan gedung berdasarkan RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL."
Bagian Ketiga: Perubahan Fungsi Bangunan Gedung.
Pasal 7, ayat (1): "Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung dapat diubah melalui permohonan baru izin mendirikan
bangunan gedung."
Pasal 7, ayat (4): "Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam
izin mendirikan bangunan gedung, kecuali bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah."
BAB III. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG.
Bagian Pertama: Umum.
Pasal 8, ayat (2): "Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi:
1. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
2. status kepemilikan bangunan gedung; dan c. izin mendirikan bangunan gedung."
Bagian Kedua: Persyaratan Administratif Bangunan Gedung. Paragraf 3: Status Kepemilikan Bangunan Gedung.
Pasal 13, ayat (1): "Kegiatan pendataan untuk bangunan gedung-baru dilakukan bersamaan dengan proses izin
mendirikan bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung."
6. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 5
Paragraf 4: Izin Mendirikan Bangunan Gedung.
Pasal 14, ayat (1): "Setiap orang yang akan mendirikan bangunan gedung wajib memiliki izin mendirikan bangunan
gedung."
Pasal 14, ayat (2): "Izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah, melalui proses permohonan izin
mendirikan bangunan gedung."
Pasal 14, ayat (3): "Pemerintah daerah wajib memberikan surat keterangan rencana kabupaten/kota untuk lokasi
yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 14, ayat (4): "Surat keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan
ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi:
1. fungsi bangunan gedung yang dapat dibangunpada lokasi bersangkutan;
2. ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan;
3. jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah danKTB yang diizinkan;
4. garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan;
5. KDB maksimum yang diizinkan;
6. KLB maksimum yang diizinkan;
7. KDH minimum yang diwajibkan;
8. KTB maksimum yang diizinkan; dan i. jaringan utilitas kota."
Pasal 14, ayat (5): "Dalam surat keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
juga dicantumkan ketentuan- ketentuan khusus yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan."
Pasal 14, ayat (6): "Keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5),
digunakan sebagai dasar penyusunan rencana teknis bangunan gedung."
Pasal 15, ayat (1): "Setiap orang dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) wajib melengkapi dengan:
1. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; b. data pemilik bangunan gedung;
2. rencana teknis bangunan gedung; dan
3. hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan."
Pasal 15, ayat (2): "Untuk proses pemberian perizinan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, harus mendapat pertimbangan teknis dari tim
ahli bangunan gedung dan dengan mempertimbangkan pendapat publik."
Pasal 15, ayat (3)::Permohonan izin mendirikan bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan administratif
dan persyaratan teknis disetujui dan disahkan oleh bupati/wali kota, kecuali untuk Daerah Khusus Ibu kota Jakarta
oleh Gubernur, untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah dalam bentuk izin mendirikan bangunan
gedung."
Pasal 15, ayat (4): "Izin mendirikan bangunan gedung merupakan prasyarat untuk mendapatkan pelayanan utilitas
umum kabupaten/kota."
Bagian Ketiga: Persyaratan Tata Bangunan.
7. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 6
Paragraf 6: Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum.
Pasal 29: "Bangunan gedung yang dibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atau prasarana dan sarana
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) pengajuan permohonan izin mendirikan bangunan
gedungnya dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang."
Pasal 30, ayat (4): "Izin mendirikan bangunan gedung untuk pembangunan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) selain memperhatikan ketentuan dalam Pasal 14 dan Pasal 15,
wajib mendapat pertimbangan teknis tim ahli bangunan gedung dan dengan mempertimbangkan pendapat publik."
BAB IV. PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG.
Bagian Pertama: Pembangunan.
Paragraf 2. Perencanaan Teknis.
Pasal 63, ayat (5): "Dokumen rencana teknis bangunan gedung berupa rencana-rencana teknis arsitektur, struktur
dan konstruksi, mekanikal dan elektrikal, pertamanan, tata ruang-dalam, dalam bentuk gambar rencana, gambar
detail pelaksanaan, rencana kerja dan syarat-syarat administratif, syarat umum dan syarat teknis, rencana
anggaran biaya pembangunan, dan/atau laporan perencanaan."
Pasal 64, ayat (1): "Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5) diperiksa, dinilai,
disetujui, dan disahkan untuk memperoleh izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 64, ayat (3): "Penilaian dokumen rencana teknis dilaksanakan dengan melakukan evaluasi terhadap
pemenuhan persyaratan teknis dengan mempertimbangkan aspek lokasi, fungsi, dan klasifikasi bangunan
gedung." Pasal 64, ayat (7): "Persetujuan dokumen rencana teknis diberikan terhadap rencana yang telah
memenuhi persyaratan sesuai dengan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk persetujuan
tertulis oleh pejabat yang berwenang."
Pasal 65, ayat (1): "Dokumen rencana teknis yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (7)
dikenakan biaya izin mendirikan bangunan gedung yang nilainya ditetapkan berdasarkan klasifikasi bangunan
gedung."
Pasal 65, ayat (2): "Dokumen rencana teknis yang biaya izin mendirikan bangunan gedungnya telah dibayar,
diterbitkan izin mendirikan bangunan gedung oleh bupati/wali kota, kecuali untuk Daerah Khusus Ibu kota Jakarta
dilakukan oleh Gubernur, dan untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah setelah berkoordinasi
dengan pemerintah daerah."
Paragraf 4. Pelaksanaan Konstruksi.
Pasal 68, ayat (1): "Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dimulai setelah pemilik bangunan gedung
memperoleh izin mendirikan bangunan gedung."
Bagian Kedua. Pemanfaatan.
Paragraf 1. Umum.
Pasal 72, ayat (1): "Pemanfaatan bangunan gedung merupakan kegiatan memanfaatkan bangunan gedung sesuai
dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk kegiatan pemeliharaan,
perawatan, dan pemeriksaan secara berkala."
Paragraf 5: Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.
Pasal 81, ayat (1): "Perpanjangan sertifikat laik fungsi bangunan gedung pada masa pemanfaatan diterbitkan oleh
pemerintah daerah dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun untuk rumah tinggal tunggal dan rumah tinggal deret,
8. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 7
dan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun untuk bangunan gedung lainnya, berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan
fungsi bangunan gedung terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan fungsi bangunan gedung sesuai dengan
izin mendirikan bangunan gedung."
Bagian Keempat: Pembongkaran. Paragraf 2: Penetapan Pembongkaran.
Pasal 91, ayat (2): "Bangunan gedung yang dapat dibongkar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. bangunan gedung yang tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi;
2. bangunan gedung yang pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi pengguna, masyarakat, dan
lingkungannya; dan/atau
3. bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 91, ayat (6): "Untuk bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, pemerintah daerah menetapkan bangunan gedung tersebut untuk dibongkar
dengan surat penetapan pembongkaran."
BAB VI. PEMBINAAN.
Bagian Ketiga: Pembinaan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 112, ayat (1): "Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan
daerah di bidang bangunan gedung melalui mekanisme penerbitan izin mendirikan bangunan gedung dan
sertifikasi kelaikan fungsi bangunan gedung, serta surat persetujuan dan penetapan pembongkaran bangunan
gedung."
BAB VII: SANKSI ADMINISTRATIF.
Bagian Pertama: Umum
Pasal 113, ayat (1): "Pemilik dan/atau pengguna yang melanggar ketentuan
Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif, berupa:
1. peringatan tertulis;
2. pembatasan kegiatan pembangunan;
3. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
4. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;
5. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;
6. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;
7. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;
8. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau i. perintah pembongkaran bangunan gedung."
Bagian Kedua: Pada Tahap Pembangunan.
Pasal 114, ayat (2): "Pemilik bangunan gedung yang tidak mematuhi peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan
atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa pembatasan kegiatan
pembangunan."
Pasal 114, ayat (3): "Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa penghentian sementara pembangunan dan pembekuan izin
mendirikan bangunan gedung."
9. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 8
Pasal 114, ayat (4): "Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) selama 14 (empat belas) hari kelender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa penghentian tetap pembangunan, pencabutan izin mendirikan
bangunan gedung, dan perintah pembongkaran bangunan gedung."
Pasal 115, ayat (1): "Pemilik bangunan gedung yang melaksanakan pembangunan bangunan gedungnya
melanggar ketentuan Pasal 14 ayat (1) dikenakan sanksi penghentian sementara sampai dengan diperolehnya
izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 115, ayat (2): "Pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung dikenakan
sanksi perintah pembongkaran."
BAB VIII. KETENTUAN PERALIHAN.
Pasal 118: "Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini:
1. izin mendirikan bangunan gedung yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah dinyatakan tetap
berlaku; dan
2. bangunan gedung yang belum memperoleh izin mendirikan bangunan gedung dari pemerintah daerah,
dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sudah harus memiliki izin mendirikan bangunan
gedung."
Nilai Lebih Kepemilikan IMB
Bangunan yang telah ber-IMB memiliki kelebihan dibandingan dengan bangunan yang tidak ber- IMB, yakni:
1. Bangunan memiliki nilai jual yang tinggi
2. Jaminan Kredit Bank
3. Peningkatan Status Tanah
4. Informasi Peruntukan dan Rencana Jalan
Izin Mendirikan Bangunan Online
Izin Mendirikan Bangunan online (IMB online) adalah pelayanan pembuatan IMB dengan sistem online. Semua
pendaftaran akan dilakukan secara online melalui www.simbg.pu.go.id sehingga pemohon tidak perlu datang ke
kantor Dinas Pekerjaan Umum. Sistem ini menghubungkan Dinas dengan DPMPT. Pemohon tinggal memilih
menu IMB rumah tinggal atau non-rumah tinggal. Setelah itu, pemohon memasukkan lampiran data berupa
gambar bangunan yang dimaksud. Pengisian data harus lengkap. Jika tidak, permohonan akan tertolak.
Selanjutnya, pemohon membayar retribusi ke Bank yang telah ditunjuk. Setelah membayar, buktinya dipindai lalu
dikirim. Penerapan sistem ini akan mampu memangkas hingga 50 persen waktu yang biasa diperlukan
untuk mengurus IMB secara konvensional.
10. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 9
CARA MEMBERI NAMA MASJID
Memberi nama masjid dapat menisbatkan kepada :
1. BEBERAPA NAMA ASMA’UL HUSNA
2. BEBERAPA NAMA SURAT DALAM ALQUR’AN
3. NAMA PARA NABI
4. NAMA PARA SAHABAT
5. NAMA TOKOH MUSLIM
6. MUWAQIF (ORANG YANG WAKAF)
7. NAMA DAERAH
NAMA MASJID JAMI’ JUNWANGI diambil dari NAMA DAERAH dimana masjid didirikan.
Referensi Berikut adalah cara memberi nama Masjid secara benar dan beberapa contoh Nama-nama Masjid yang sudah
dipergunakan.
Cara Memberi Nama Masjid Dalam Islam – Memberikan nama pada masjid bukanlah perkara yang bisa dilakukan secara
sembarangan dan asal asalan. Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Pemberian nama kepada sebuah masjid ada
aturannya di dalam Islam.
Ada sejumlah ketentuan yang telah dijelaskan oleh para ulama. Lantas apa saja ketentuan pemberian nama masjid dalam
Islam?
Aturan Pemberian Nama Masjid Dalam Islam
Berdasarkan fatwa dari Lajnah Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta’ dan ulama lainnya ada ketentuan-ketentuan dan cara
memberi nama masjid dalam Islam.
Berikut ketentuan-ketentuan pemberian nama masjid adalah sebagai berikut:
Pertama: Model Pemberian Nama Masjid
1. Menisbatkan masjid kepada orang yang membangunnya.
Ini masuk ke dalam kategori penisbatan amal kebaikan kepada pelakunya. Ini merupakan penisbatan hakiki untuk
tujuan memberikan ciri khas untuk membedakan.
Pemberian nama seperti ini diperbolehkan. Misalnya, Masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada juga yang
menyebut dengan Masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Menisbatkan masjid kepada orang yang shalat di dalamnya atau kepada tempat.
Ini merupakan penisbatan hakiki untuk tujuan memberikan ciri khas untuk membedakan. Hal ini diperbolehkan.
Misalnya, Masjid Quba’, Masjid Bani Zuraiq sebagaimana terdapat di dalam Ash Shahihain dari hadits Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma dalam hadits perlombaan ke Masjid Bani Zuraiq dan masjid pasar.
3. Penisbatan masjid kepada ciri khas tertentu seperti Masjid Al Haram, Masjid Al Aqsha
Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
“ Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha..”[Al Isra’: 1]
Di dalam sunnah telah terdapat riwayat yang tetap dari Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam dari banyak jalur:
“Tidaklah hewan tunggangan dipersiapkan untuk perjalanan jauh kecuali menuju tiga masjid : Masjid al Haram, Masjid
al Aqsha dan masjidku ini (Masjid Nabawy)…” [Sunan An Nasa’I; Al Jum’ah (1430), Musnad Ahmad (6/7), Muwatha’
Imam Malik; Nida’ lish shalat (243).
11. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 10
Contoh lainnya Al Masjid Al Kabir atau Masjid Besar. Telah terdapat pemberian nama sebagian masjid di jalan antara
Makkah dan Madinah dengan nama Al Masjid Al Kabir atau Masjid Besar sebagaimana di dalam Shahih Al Bukhari
dan yang semisal dengannya disebut Al Jami’ Al Kabir.
Kedua: Pemberian nama masjid dengan nama yang tidak hakiki.
Ini untuk membedakan dan untuk memudahkan identifikasi. Hal ini telah nampak tersebar luas di masa kita sekarang karena
banyaknya pembangunan masjid dan tersebar luas di berbagai negeri kaum Muslimin -wal hamdulillah- baik di kota maupun
desa.
Bahkan pada satu kampung terdapat pemberian nama masjid dengan nama yang menjadi ciri khasnya dari yang lain.
Juga ada yang memilih penisbatannya kepada salah satu tokoh umat dan orang-orang pilihan dari kalangan shahabat
radhiyallahu ‘anhum serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Misalnya, Masjid Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Masjid Umar radhiyallahu ‘anhu, dan demikian seterusnya sebagai
gambaran. Pemberian nama semacam ini tidak ada masalah.
Apalagi telah diketahui dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam penamaannya pada senjatanya, perabotan rumah
tangganya, binatang tunggangannya, dan pakaiannya sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah Ta’ala
di awal kitab Zadul Ma’ad.
Ketiga: Pemberian nama masjid dengan nama Allah / Asmaul Husna
Misalnya, Masjid Ar Rahman, masjid Al Qudus, Masjid As Salam. Telah diketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman dengan tegas:
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah.” [Al Jin: 18]
Seluruh masjid itu untuk Allah Ta’ala tanpa ada perkecualian. Maka pemberian nama sebuah masjid dengan salah satu
nama Allah untuk mendapatkan keilmiyahan atas masjid tersebut merupakan perkara baru (dalam agama).
Orang-orang terdahulu tidak melakukannya. Maka yang lebih utama adalah meninggalkannya. Allah lah yang memberikan
petunjuk ke jalan yang lurus.
Taufik hanyalah datang dari Allah. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan
para sahabatnya.
Di sampaikan oleh: Lajnah Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta’
Untuk ketentuan terakhir tentang penggunaan asmaul husna / nama Allah Ta’ala sebagai nama masjid, perlu ada
keterangan tambahan. Tambahan ini untuk melengkapi ketentuan penggunaan nama Allah Ta’ala untuk nama masjid.
Nama – nama Allah Ta’ala itu ada yang khusus hanya bagi Allah, tidak dikaitkan kecuali dengan Allah saja bukan yang
lain seperti: Allah, Ar Rabb, Ar Rahman, Al Ahad, Ash Shamad, al Mutakabbir dan yang semacam itu.
Hal yang seperti ini tidak satu orang pun boleh menjadikannya sebagai nama diri berdasarkan kesepakatan ahli ilmu.
Namun ada nama-nama Allah Ta’ala yang tidak khusus untuk Allah Ta’ala dan bisa disebut secara umum untuk manusia
seperti nama Sami’, Bashir, Alim, Ali, Hakim, Rasyid.
Dahulu para sahabat yang terkenal telah memakai nama-nama ini seperti Ali bin Abi Thalib, dan Hakim bin Huzam
radhiyallahu ‘anhum.
Di dalam hasyiyah (semacam catatan pinggir) kitab Asna al-Mathalib Syarh Raudh at-Thalib: (4/243) dari kitab Syafiiyah
disebutkan:
12. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 11
“Diperbolehkan memberikan nama dengan nama-nama Allah Ta’ala yang tidak khusus untuk diri-Nya. Sementara nama
yang khusus untuk-Nya, hukumnya haram. Seperti ini yang ditegaskan an-Nawawi dalam Syarh Muslim.”
An Nawawi berkata di dalam Syarah Shahih Muslim:
“Ketahuilah bahwa penamaan dengan nama ini yaitu Malikul Amlak (Maha Raja) adalah haram. Demikian pula pemberian
nama dengan nama-nama Allah Ta’ala yang khusus untuk-Nya seperti Ar Rahman, Al Quddus, Al Muhaimin, Khaliqul Khalqi
dan yang semacam itu.”
Contoh Nama-nama Masjid Yang Baik dan Sering Digunakan
Berikut berbagai contoh nama masjid yang kami kumpulkan. Semoga menjadi inspirasi untuk nama masjid yang akan
digunakan. Kami mencoba selengkap mungkin untuk penulisan ini.
Nama Masjid Dengan Asmaul Husna
Sebagaimana penjelasan diatas, ada nama-nama yang diharamkan untuk digunakan, seperti Malikul Amlak, Ar Rahman,
Al Quddus, Al Muhaimin, Khaliqul Khalqi.
Meski begitu, ada juga yang masih menggunakan nama tersebut untuk masjid. Berikut ini berbagai nama masjid dengan
asmaul husna maupun turunannya. Kami sertai keterangan maknanya.
No Bahasa Indonesia Arti / Makna
1 Masjid Asmaul Husna Masjid Asmaul Husna
2 Masjid Ar Rahman
Masjid Ar Rahman (Yang Maha Penyayang)
Nama Khusus Allah, Sebaiknya dihindari
3 Masjid Nur Rahman Masjid dengan Cahaya Arrahman
4 Masjid Baiturrahman Masjid Rumah Ar Rahman
5 Masjid Ar Rahim Masjid Milik Ar Rahim (Maha Pengasih)
6 Masjid Nur Rahim Masjid dengan cahaya Ar Rahim
7 Masjid Baiturrahim Masjid Rumah Ar Rahim
8 Masjid As Salam Masjid milik As Salam
9 Masjid Nurrussalam Masjid dengan cahaya As Salam
10 Masjid Baitussalam Masjid rumah As Salam
11 Masjid Baitullah Masjid Rumah Allah
12 Masjid Al Mughni Masjid Milik Al Mughny
13 Masjid Al Quddus Masjid Al Quddus Nama Khusus Allah, Sebaiknya dihindari
14 Masjid Al Muhaimin Masjid Al Muhaimin Nama Khusus Allah, Sebaiknya dihindari
13. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 12
15 Masjid Al Aziz Masjid Milik Al Aziz
16 Masjid Baitul Aziz Masjid Rumah Al Aziz
17 Masjid Al Lathif Masjid milik Al Lathif
18 Masjid Asy Syakur Masjid milik Asy Syakur
19 Masjid Al Majid Masjid milik Al Majid
20 Masjid Baitul Majid Masjid rumah Al Majid
21 Masjid Asy Syahid Masjid milik Asy Syahid
22 Masjid Wahid Masjid milik Al Wahid
23 Masjid Ash Shamad Masjid milik Ash Shamad
24 Masjid An Nuur Masjid milik An Nuur
25 Masjid Ar Rasyid Masjid milik Ar Rasyid
Nama Masjid dengan Nama Malaikat
No Bahasa Indonesia Arti / Makna
1 Masjid Al Jibril
Penulisan Jibril seharusnya tanpa ‘Al’. Salah satu masjid yang menggunakan
nama ini berada di Kepahiang, Bengkulu
2 Masjid Ridwan Ini merupakan salah satu masjid di Saudi Arabia.
Nama Masjid dengan Nama Nabi
No Bahasa Indonesia Arti / Makna
1 Masjid Adam Contoh masjid yang menggunakan nama ini di Banten dan Gunung Kidul
2 Masjid Al Idris
Penggunaan Idris sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Ps. Kemis, Tangerang.
3 Masjid An Nuh
Penggunaan Nuh sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Cireunghas, Sukabumi.
14. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 13
4 Masjid As Sholeh
Penggunaan Sholeh bisa menggunakan As atau tanpa ‘As’. Contoh masjid
dengan nama As Sholeh di Kembangan Jakarta Barat dan Citeureup,
Bogor, serta beberapa tempat lain.
5 Masjid Al Ibrahim
Penggunaan Ibrahim sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Tangerang, Banten.
6 Masjid Al Ismail
Penggunaan Ismail sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Cibeureum, Sukabumi City.
7 Masjid Al Ishaq
Penggunaan Ishaq sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Jakarta Barat, Bekasi, Bogor, & Jakarta Selatan.
8 Masjid Ya’qub Contoh masjid dengan nama ini di kecamatan Bubutan Surabaya
9 Masjid Yusuf
Nama ini cukup banyak digunakan. Contoh masjid dengan nama ini di
Jakarta Selatan, Bogor, Depok dan berbagai daerah di Jawa tengah dan
Indonesia.
10 Masjid Ayyub
Contoh masjid dengan nama ini di di Kec. Mallusetasi, Kabupaten Barru,
Sulawesi Selatan
11 Masjid Al Musa
Penggunaan Musa sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Bandar Lampung
12 Masjid Al Harun
Penggunaan Harun sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Pasir Muncang, Bogor Timur
13 Masjid Al Dawud
Penggunaan Harun sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
14 Masjid Al Ilyas
Penggunaan Ilyas sebaiknya tidak menggunakan ‘Al’. Contoh masjid
dengan nama ini di Pulo Gadung – Jakarta Timur, Cempaka Putih – Jakarta
Pusat, Bojong Gede – Bogor
15 Masjid Zakaria
Beberapa nama masjid yang menggunakan nama ini di Banjarnegara,
Sragen, Surabaya
16 Masjid Muhammad
Nama masjid dengan Muhammad sangat banyak sekali. Tak hanya di
Indonesia, di luar negeri juga banyak yang menggunakan nama ini.
Nama Masjid Dengan Nama Surat Al Quran
No Bahasa Indonesia
1 Masjid Al Fatihah
2 Masjid Ali Imran
3 Masjid At Taubah
4 Masjid Al Hijri
15. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 14
5 Masjid An Nahl
6 Masjid Al Kahfi
7 Masjid Al Isra’
8 Masjid Thaha
9 Masjid Al Anbiya’
10 Masjid Al Hajj
11 Masjid An Nur
12 Masjid Al Furqon
13 Masjid As Sajdah
14 Masjid Yaseen / Al Yasin
15 Masjid Al Fath
16 Masjid Al Qomar
17 Masjid Ash Shaff
18 Masjid Al Mulk
19 Masjid Al Buruuj
20 Masjid At Thariq
21 Masjid Al A’la
22 Masjid Al Fajr
23 Masjid Adh Dhuha
24 Masjid At Tin
25 Masjid Al ‘Alaq
26 Masjid Al Qadr
27 Masjid Al Ashr
28 Masjid Al Kautsar
29 Masjid Al Ikhlas
30 Masjid Al Falaq
31 Masjid An Naas
Masjid Dengan Nama Shahabat / Shahabiyah Nabi
Berikut ini beberapa nama shahabat nabi, nama shahabiyah, maupun julukan shahabat nabi yang digunakan sebagai nama
masjid.
1 Masjid Abu Bakar Ash Shiddiq
2 Masjid Umar bin Khattab
3 Masjid Utsman bin Affan
4 Masjid Ali bin Abi Thalib
5 Masjid Abdurrahman bin Auf
6 Masjid Abdullah bin Mas’ud
7 Masjid Zaid bin Tsabit
8 Masjid Abdullah bin Abbas
9 Masjid Abdullah bin Zubair
10 Masjid Muawiyah
11 Masjid Abu Musa Al Asy’ary
12 Masjid Ibnu Umar
13 Masjid Bilal
14 Masjid Fathimah
15 Masjid Aisyah
16 Masjid Ash Shofiyah
17 Masjid Uwais Al Qarni
16. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 15
Nama Masjid dengan Nama Ulama
No Bahasa Indonesia Arti / Makna
1 Masjid Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah “Bapak Kedokteran Modern”. Bukunya menjadi rujukan
kedokteran barat.
2 Masjid Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran,
Turki. Menjadi rujukan manhaj salaf dalam aqiqah, tazkiyah, dan fikih.
Salah satu mujtahid muthlaq umat islam.
3 Masjid Ibnu Sirin
Ibnu Sirin adalah seorang tokoh ulama ahli fiqih dan perawi hadis dari
golongan tabi’in yang menetap di Bashrah. Terkenal juga dengan tafsir
mimpinya.
4 Masjid Ibnu Athailah
Ibnu Athailah adalah salah seorang toko tarekat sufi yang terkenal di
dunia dan di Indonesia.
5 Masjid Ibnu Katsir
Ibnu Katsir merupakan salah satu ulama’ tafsir terkenal. Kitab tafsirnya
menjadi salah satu rujukan umat islam.
6 Masjid Ibnul Qoyyim
Ibnul Qoyyim adalah salah satu ulama yang terkenal dengan berbagai
karangan. Mulai dari tafsir, tazkiyatun nafs, fikih, dan herbal, dan
berbagai cabang ilmu lainnya.
Nama Masjid dengan Pahlawan Muslim & Tokoh Muslim
No Bahasa Indonesia Arti / Makna
1 Masjid Fatahillah
Fatahillah adalah pahlawan Indonesia. Penakluk Sunda Kelapa dan
mengubahnya menjadi Jayakarta kemudian Jakarta.
2 Masjid Thariq bin Ziyad
Thariq bin Ziyad adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang
memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol)
3 Masjid Ibnu Tulun
Ibnu Thulun adalah penguasa Mesir pertama dari dinasti Ibnu Tulun
yang berkuasa di Mesir selama 135 tahun
4 Masjid Ibnu Batutah
Ibnu Batutah adalah seorang alim Maroko yang pernah berkelana ke
berbagai pelosok dunia pada Abad Pertengahan.
5 Masjid Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun adalah historiografi dan sejarawan Muslim. Dia juga
disebut sebagai bapak Sosiolog Dunia.
6 Masjid Al Fatih
Al Fatih merupakan sebutan untuk Muhammad Al Fatih. Pahlawan
Islam penakluk Konstantinopel.
17. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 16
7 Masjid Cheng Hoo
Cheng ho adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal. Dia
juga menyebarkan agama Islam. Namanya dipakai di beberapa masjid
di Indonesia. Ada yang hanya menggunakan nama Chengho, ada yang
ditambah Muhammad. Diantara masjid yang menggunakan Pasuruan
Jawa Timur
Nama Masjid Dengan Sebutan Orang-Orang Beriman
1 Masjid Al Mujahidin Mujahidin adalah yang berjihad di Jalan Allah
2 Masjid Al Muhajirin Muhajirin adalah orang yang berhijrah di jalan Allah
3 Masjid Al Mukhlisin Mukhlisin adalah orang-orang yang ikhlas
4 Masjid Ash Shobirin Shobirin adalah orang yang sabar
5 Masjid Al Mukminin Mukminin adalah orang yang beriman
6 Masjid Al Muslimin Muslimin adalah orang-orang yang Islam
7 Masjid Muhtadin Muhtadin adalah orang-orang yang diberi petunjuk/ hidayah
Nama Masjid Yang Sering Digunakan secara Umum
1 Masjid Istiqlal
2 Masjid Al Azhar
3 Masjid Al Atiq
4 Masjid Baitul Ma’mur
5 Masjid Al Falah
6 Masjid Darul Muttaqin
7 Masjid Darul Hijrah
8 Masjid Ridwanullah
9 Masjid Karim
10 Masjid Al Munawwarah
11 Masjid Amirul Mukminin
12 Masjid Al Ihsan
13 Masjid Barokah
14 Masjid Al Ikhlas
15 Masjid Faizin
16 Masjid Imaduddin
17 Masjid I’tishom
18 Masjid Mustaqim
19 Masjid Al Amin
20 Masjid Al Hikmah
21 Masjid Baitul Hikmah
22 Masjid Mubarokah
18. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 17
23 Masjid Al Habib
24 Masjid Al Huda
25 Masjid Riyadhusshalihin
26 Masjid Al Ittihad
27 Masjid At Taqwa
28 Masjid At Ta’awun
29 Masjid Al Istiqomah
Contoh Nama Masjid Dengan Nama Pewakaf (Muwakif)
1 Masjid Siti Aisyah
Masjid ini merupakan nama ibu muwakif (pewakaf). Masjid viral ini
disebut juga dengan masjid Kotak Solo. Berada di kota Surakarta/ Solo.
2 Masjid Musthofa Ramlie
Masjid inidi bangun oleh seorang muallaf. Namanya merupakan
gabungan antara nanma dirinya, anak, dan istrinya. Berada di Sunter
Jakarta Utara
Nama Masjid Dengan Nama Daerah
Masjid dengan nama daerah biasanya adalah nama masjid Agung. Biasanya berada di dekat alun-alun kota tersebut.
Sebagian besar masjid ini merupakan peninggalan kerajaan Islam yang masih tersisa di daerah tersebut.
1 Masjid Agung Demak
2 Masjid Agung Surakarta
3 Masjid Agung Semarang
4 Masjid Agung Banten
5 Masjid Agung Surabaya
6 Masjid Agung Palembang
7 Masjid Agung Cirebon
8 Masjid Agung Kudus
9 Masjid Agung Tegal
10 Masjid Agung Bandung
11 Masjid Agung Brebes
12 Masjid Agung Cianjur
13 Masjid Agung Ciamis
14 Masjid Agung Cilegon
19. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 18
PENGERTIAN MASJID
a. Secara etimologis, masjid diambil dari kata dasar sujud yang berarti ta’at, patuh, tunduk dengan penuh rasa
hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh
syariat.
b. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad
ke 5 sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".
c. Pengertian masjid secara umum adalah rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
d. Masjid dari asal kata kerja sajada dan berubah menjadi nama tempat (isim makan). Secara umum pengertian
masjid adalah suatu bangunan atau lingkungan bertembok atau lainnya yang digunakan sebagai tempat shalat,
serta ingat kepada Allah SWT.
Artinya: Sesungguhnya masjid itu untuk ingat kepada Allah dan untuk membaca Al-Qur’an. (Syahruddin, 1988:
347).
e. Menurut Songge (2001: 12), menyatakan masjid secara etimologis, bermakna sebagai tempat para hamba yang
beriman bersujud melakukan ibadah makhdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada
Allah SWT. Dimana para hamba melakukan segala aktifitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam
kerangka beribadah kepada allah SWT.
f. Abdullah Al-Qorni ( 2003: 44 ) “Masjid adalah tempat untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri di antara kaun
muslimin. Karena saat di dalam masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang absen atau
tidak hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau lainnya, dengan demikian maka akan timbul rasa tolong
menolong sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh ikatan kasih sayang antar jamaah
masjid dan kaum muslimin.
Dari pengertian diatas dapat menyimpulkan bahwa masjid adalah tempat untuk bersujud, merendahkan diri, dan
menyembah Allah. Serta masjid juga sebagai tempat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan
manusia dengan kata lain masjid adalah tempat melakukan aktivitas yang bersifat ukhrawi maupun bersifat duniawi
Masjid Dalam Perspektif Sejarah Dan Hukum Islam
Mesjid dengan ukuran kecil biasa disebut musholla, tajug, langgar atau surau. Sebutan lainnya untuk masjid yaitu
masjid raya, masjid agung, masjid ja’midan sebagainya. Keragaman istilah ini terkait dengan fungsi, ukuran,
kepemilikan dan keberadaannya. Masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan
perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajarAl Qur'an. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut
memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
Masjid Dalam Al Quran
Dalam AL-Qur’an, masjid diungkapkan dalam dua sebutan. Pertama, “masjid”, suatu sebutan langsung menunjuk
kepada pengertian tempat peribadatan umat Islam yang sepadan dengan sebutan tempat-tempat peribadatan
agama-agama lainnya(Q. S. 22 :40). Kedua, “bayt” yang juga menunjukan kepadadua pengertian, pertama tempat
tinggal sebagaimana rumah untuk manusia atau sarang untuk binatang1 dan kedua “bayt Allah”. Pada awalnya, masjid
tidak harus merupakan bangunan khusus atau karya arsitektur tertentu. Pada dasarnya, sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan, bahwa:
“Kepada Jabir Abdullaj Al-Ansary, Nabi menerangkan bahwa bumi ini bagiku suci bersih dan boleh dijadikan
tempat untuk sembahyang, makandimanapun seseorang berada bolehlah ia sembahyang apabila waktunyatiba”2
20. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 19
Demikian pula, hadist riwayat Bukhari menyatakan bahwa :
“Apabila Nabi Muhammad berkata: seluruh jagad telah dijadikan bagiku sebagai masjid(tempat sujud)”3
Kata “masjid” terulang sebanyak 28 (dua puluh delapan) kali di dalam Al-Quran. 15 kali di antaranya membicarakan
tentang “Masjid Al-Haram”4 . Dalam kaitannya dengan ibadah shalat yang dijalankan oleh seluruh umat Islam kapan
dan dimanapun, maka yang menjadi arah shalatnya (qiblat) adalah sama, yakni masjid Al-haram atau Ka’bah(Q. S.
Al-Baqarah, 2: 144, 149-150). Itulah sebabnya, maka seluruh bangunan masjid, harus selalu mengarah ke Masjid Al-
Haram. Banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist yang berbicara tentang masjid, menunjukkan bahwa masjid
menempati posisi penting dan strategis sebagai tempat dan pusat ibadah kaum Muslimin.
Masjid Pada Masa Rasulullah
Pada masa Rasulullah, masjid memiliki peran yang sangat strategis, baik sewaktu beliau berada di Makkah maupun
setelah beliau hijrah ke Madinah. Di Makkah, masjid Al-Haram dijadikan sebagai tempat mensosialisasikan (tabligh)
wahyu secara terbuka. Demikian pula, sewaktu Nabi singgah di Quba dalamperjalanan ke Yastrib, selama 4 hari beliau
mendirikan masjid yang kemudian dikenal dengan sebutan masjid Quba, masjid yang pertama kali dibangun oleh
Rasulullah pada tahun ke-13 dari kenabiannya atau tahun ke-1 Hijriyah (622 M). Masjid Quba inilah merupakan tempat
peribadatan umat Islam pertama yangkemudian menjadi model atau pola dasar bagi umat Islam dalam membangun
masjid- masjid di kemudian hari.
Masjid lain yang dibangun pada masa Rasulullah, adalah masjid yang dikenal dengan sebutan Qiblatain. Masjid yang
semula milik Bani Salaman dari suku Khajraj, salah satu suku yang menyarankan Rasulullah untuk berhijrah ke
Madinah. Masjid pada zaman Rasulullah SAW. telah menjabarkan fungsinyasehingga lahir peranan masjid yang
beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepulah peranan yang telah diembankan oleh Masjid pada
zaman Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut:
1. Tempat ibadah (sholat, zikir).
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial-budaya).
3. Tempat pendidikan.
4. Tempat santunan sosial.
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
6. Tempat pengobatan para korban perang.
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
8. Aula dan tempat menerima tamu.
9. Tempat menawan tahanan, dan
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama.5
Masjid Pada Masa Sahabat
Sejarah perkembangan masjid erat kaitannya dengan perluasan wilayah kekuasaan Islam pada pembangunan kota-
kota baru. Masjid menjadi ciri khas darisuatu negeri atau Kota Islam, disamping merupakan lambang dan cermin
kecintaan umat Islam kepada Tuhannya, juga sekaligus menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaannya. Pada
masa sahabat, perubahan dan perkembanganmasjid, terlihat pada wujud fisik (bentuk, corak, dan jumlah). Perubahan
danperkembangan itu terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jumlah penganut Islam yang terus
membesar dan meluas.
Perubahan dan perkembangan fisik bangunan masjid yang terjadi, pada masa sahabat antara lain, perluasan daerah
masjid dan sedikit penyempurnaan, yaitu berupa pembuatan benteng atau dinding rendah, serta pembangunan
masjid- masjid baru di beberapa daerah atau wilayah yang berhasil dikuasai.
Masjid Dalam Hukum Islam
Beberapa ketentuan hukum ta’mir al-masjid, antara lain:
21. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 20
1. Menetap di dalam masjid. Menurut jumhur ulama, haram menetap di dalam masjid bagi orang yang berhadas
baik bagi laki-laki maupun wanita.Namun mereka berbeda pendapat bila sekedar melewatinya. Pendapat mereka
itu didasarkan pada Hadits Riwayat Abu Daud. Sedangkan bagi orang yang berhadas kecil, ijma ulama
membolehkannya untuk menetap di dalam masjid untuk i’tikaf, mendengarkan pengajian dan Al-Qur’an atau tanpa
tujuan apa-apa.
2. Tidur di Masjid. Imam Malik tidak memperkenankannya bagi orang yang menetap, dan membolehkannya bagi
orang yang sedang musafir. Sedangkan Imam Ahmad Ibn Hanbal dan ulama madzhan Hanafi
memakhruhkannya kecuali bagi orang yang beri’tikaf.
3. Orang kafir memasuki masjid. Ulama Malikiyah melarang mereka memasukinya, kecuali darurat.
4. Makan dan minum serta mencuci tangan di dalam masjid di bolehkan.
5. Membersihkan mulut dari bau busuk dengan berkumur dan bersiwak ketika hendak memasuki masjid.
6. Mengeluarkan dahak dan meludah di masjid. Para ulama menghukumi makhruh berdasarkan pada hadits riwayat
Ahmad Ibn Hanbal.
7. Kencing, berbekam, bersetubuh, buang air besar hukumnya haram. Karenatermasuk dalam mengeluarkan najis
yang akan mengotori masjid.
8. Menanam tanaman dan menggali sumur guna kepentingan pribadidihukumi makruh.
9. Mengeraskan suaranya karena berdzikir, membaca Al-Qur’an dan bercakap yang bisa mengganggu orang yang
sedang shalat dihukumi haram dalam pandangan Hanafiah dan Hanabilah. Namun mereka,membolehkannya
bagi pembicaraan yang tidak mengganggu seseorangyang sedang shalat, dan pengajian.
10. Membaca sya’ir, jual beli, mencari barang hilang dan berkerumun pada sebelum shalat jum’ah di masjid dihukumi
haram.
11. Meminta- minta di masjid.
12. Memasukkan binatang, anak kecil dan orang gila ke masjid. Al-Nawawimemakhruhkannya karena dapat
mengotori masjid.
13. Berbaring menelantang di masjid di bolehkan, berdasarkan af’al rasulSAW dalam riwayat Bukhari dan Muslim.
14. Halaqah Ilmiyah di masjid. Aktivitas ini dianjurkan berdasarkan padaHadits riwayat Abu Daud, al-Darimi dan
ibn Majah dari Abdullah ibn Umar ibn al-ash bahwa Nabi SAW melebihkan aktivitas belajar mengajar daripada
berdoa’a, karena ia diutus sebagai pengajar dan rasul sendiri ikut bergabung dengan mereka yang sedang belaja
mengajar.
15. Bercakap-cakap di dalam masjid dibolehkan selama percakapan dalamjalur yang halal dan baik.
16. Membersihkan dan memberi wewangian di dalam masjid sangatdianjurkan.
17. Merawat orang sakit dibolehkan dalam masjid.
18. Membawa senjata ke dalam masjid dibolehkan dengan cara bagian yang tajamnya dipegang atau membawa
senjata untuk latihan ketika tidak banyak orang.
19. Bekerja di masjid. Menurut Imam al-Nawawi hukumnya adalah makhruh. Pendapat ini didasarkan pada hadits
riwayat Muslim bahwa masjid itu adalah tempat berdzikir dan membaca Al-Qur’an.
20. Menjatuhkan hukum qishas dan hudud dilarang.
21. Berlomba menghiasi masjid adalah perbuatan yang tidak disenangi. Haditsriwayat ibn Khuzaimah bahwa Nabi
SAW bersabda : “akan datang suatu masa, bahwa orang-orang hanya suka berlomba-lomba menghiasi masjid
tetapi tidak meramaikan (memakmurkan)nya, kecuali hanya sedikit” (H.R.Abu Daud dan ibn Hibban).
Masjid Di Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur hubungandagang yang sangat lama. Di Jawa, Islam
masuk dan berkembang secara perlahan tetapi terus menerus selama abad ke-13 hingga ke-16. Para penyebarnya
terkenal dengan toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang ada. Pada awal abad ke 15, Islam sudah menjadi
kekuatan sosio-politik di Nusantara, khususnya di pulau Jawa, sehingga berhasil mendesak pengaruh politik Majapahit.
Kenyataan ini memuncak dengan berdirinya Kesultanan Demak yang didukung oleh segenap ulama di Indonesia
(dikenal sebagai Wali Sanga). Berkaitan dengan penyebaran Islam secara damai ini pula, Islam terlihat mengadaptasi
budaya dan tradisi setempat ke dalam perwujudan tipo-morfologi arsitektur masjid yang baru. Atau juga sebaliknya terlihat
22. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 21
bahwa masyarakat asli setempat cenderung untuk menyerap ide-ide baru (Islam) dan kemudian mengasimilasikannya
dengan kepercayaan yang mereka anut. Keduanya saling mengisi dan jalin-menjalin dengan unik.
Masjid-masjid pertama yang dibangun di Indonesia dibuat dari kayu bukan bata atau batu. Para perancangnya
menggunakan berbagai pengalaman serta kebiasaan yang masih berlaku, sehingga pengaruh luar masih kurang bahkan
samasekali tidak ada. Masjid-masjid awal yang ada di Indonesia cukup besar diantaranya berhubungan dekat dengan
istana. Bentuknya yang besarmembutuhkan tiang untuk menopang atapnya yang bertingkat-tingkat.
Klasifikasi Masjid
Berdasarkan Dewan Masjid Indonesia, Strata masjid telah ditetapkan menjadi tujuh klasifikasi, strata masjid ini ditentukan
berdasarkan fungsi masjid, fasilitas dan juga lokasi. yaitu :
1. Masjid Negara disebut sebagai masjid Negara dan Istiqlal ditetapkansebagai satu-satunya masjid negara.
2. Masjid Akbar dengan status masjid Nasional.
3. Masjid Raya dengan status masjid Propinsi.
4. Masjid Agung dengan status masjid Kabupaten.
5. Masjid Besar dengan status masjid Kecamatan.
6. Masjid Jami’ dengan status sebagai masjid Kelurahan
7. Masjid / Surau, dengan status sebagai masjid RW.
Selain masjid dikenal juga musholla. Perbedaan antara masjid dan musholla adalah untuk masjid selalu dipergunakan
untuk melakukan sholat Jum’atsecara terus menerus dan tidak mengenal hari libur senantiasa ada pelaksanaan sholat
Jum’at. Sedangkan musholla bangunannya relatif kecil dan tidak diadakan sholat Jum’at kalaupun diadakan biasanya
hanya darurat dalam kegiatan sehari- hari dan tidak dalam hari libur sedangkan kalau libur tidak dilakukan sholatJum’at.
Strata Masjid di Indonesia berdasarkan buku Pedoman Manajemen Masjid ada 7 tingkatan yaitu :
Ditinjau dari segi arsitektural, ada berbagai jenis masjid di beberapaNegara, antara lain :
1. Masjid di Tanah Arab
2. Masjid di Afrika
23. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 22
3. Masjid di Turki
4. Masjid di Iran
5. Masjid di India
6. Masjid di Cina
7. Masjid di Asia Tenggara
24. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 23
Bangunan Masjid
Masjid sebagai tempat beribadah bagi umat Islam mempunyai ciri-cirisusunan ruang yang mutlak ada di
dalam bangunan masjid.
a. Orientasi
Orientasi masjid selalu menghadap ke kiblat, yaitu kearah Mekkah, sebagai kota kelahiran agama Islam dan
tempat berdirinya bait Allah SWT. Selainarah shalat, kiblat juga merupakan arah kepala hewan yang
disembelih, juga arah kepala jenazah yang dimakamkan. Di Indonesia, kiblat tersebut mengarah kearah barat
laut.
b. Liwan
Sebagai ruang utama untuk shalat berjamaah, sebuah masjid minimal dapat menampung 40 jamaah yang terdiri dari
satuan ukuran sajadah sebagai alas untuk shalat, yaitu 60 c 100 cm, yang bersifat open plan. Dalam hukum Islam,
laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, sehingga posisi saat shalat mengharuskan jamaah perempuan berada di
deretan belakang setelah jamaah laki-laki.
c. Mihrab
Mihrab merupakan tempat imam memimpin shalat berjamaah danbiasanya terdapat juga mimbar untuk Khotib yang
memberikan ceramah agama (seperti saat shalat Jum’at) Mihrab ini biasanya berada di posisi orientasi kbilat dari liwan.
d. Tempat Wudlu
Tempat wudlu sebagai tempat mensucikan diri sebelum melakukan shalat, biasanya disatukan dengan lokasi KM/WC.
Pemisahan ruang wudlu antara laki- laki dan perempuan harus jelas.
e. Teras
Teras merupakan ruang penghubung antara ruang luar dan ruangpenunjang yang biasanya merupakan batas
territorial untuk melepas alas kaki menuju ruang suci.
f. Menara
Menara sebagai tempat adzan berkumandang menandakan saat untuk shalat sekaligus menjadi vocal point.
g. Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan ruang untuk menunjang serta memakmurkan aktivitas dalam masjid antara lain seperti
perpustakaan, ruangTa’mir dan gallery .
25. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 24
PENGERTIAN MASJID JAMI’
Masjid Jami' (bahasa Arab: ﻊِاﻟﺟﺎﻣ د ِْﺟﺳَﻣ)اﻟ adalah masjid yang biasanya dibangun di tengah kota dan menjadi pusat ibadahو
khususnya salat Jumat dan menjadi tempat berbagai aktivitas politik, sosial dan pendidikan. Menurut riwayat, Masjid Jami'
lebih suci dan utama dibanding masjid biasa. Karenanya pahala salat dan ibadah yang dilakukan di Masjid Jami' pun lebih
besar. Sebagian ulama Syiah berfatwa, selain di empat masjid khusus (Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Kufah, dan
Masjid Bashrah), ibadah iktikaf hanya boleh dilakukan di Masjid Jami', mereka tidak membolehkannya dilakukan di masjid
biasa.
Alasan Penamaan
Jami' artinya mengumpulkan bagian-bagian (subjek: pengumpul). Pada naskah-nasah Arab istilah Masjid Jami' ditulis
dengan dua model susunan kata; washfi (deskriptif: اﻟﺟﺎﻣﻊ )اﻟﻣﺳﺟد dan idhafi (konstruktif:اﻟﺟﺎﻣﻊ )ﻣﺳﺟد. Menurut sebagian ahli
bahasa, misal al-Farahidi, istilah Masjid Jami' dengan bentuk اﻟﺟﺎﻣﻊ ﻣﺳﺟد itu tidak tepat. Berdasarkan susunan washfi,
"masjid jami'" adalah masjid yang mengumpulkan umat guna melakukan sebuah aktivitas, misal salat, khususnya salat
Jumat. Sedangkan berdasarkan susunan idhafi, disebut "masjid jami'" karena masjid ini mengumpulkan umat Islam pada
waktu tertentu, misal pada hari Jumat, atau untuk melakukan aktivitas tertentu.
Masjid Jami' oleh sebagian kalangan juga disebut dengan masjid jamaah, masjid a'zham, dan masjid Jumat. [4] Sebenarnya
Masjid Jami' beda dangan mushalla,[5] masjid kabir (masjid agung), dan masjid a'zham (masjid raya).
Sejarah
Sejarah pembangunan Masjid Jami' bermuara pada Masjid Nabawi yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw. Saat itu,
karena semakin luasnya kota Madinah serta permintaan kaum Muslimin, Nabi saw mengizinkan mereka membangun masjid
lain di pinggiran kota. Masjid demikian disebut masjid lokal. Namun pusat aktivitas ibadah, politik, dan sosial Nabi saw tetap
di Masjid Nabawi.
Istilah Masjid Jami' digunakan sejak masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Umar memerintahkan para pejabat daerah, di
setiap pusat daerah kekuasaannya hanya boleh ada satu masjid jamaah dan salat Jumat tidak boleh dilakukan di kampung-
kampung supaya persatuan umat Islam tetap terjaga. Sebagaimana yang diucapkan olehnya dan Imam Shadiq as, saat
itu istilah tersebut sudah digunakan. Di masa pemerintahan Imam Ali as, Masjid Kufah disebut dengan Masjid Jami'.
Masjid Jami' Pertama
Masjid Jami' Kufah-Iraq
Masjid pertama dengan sebutan Masjid Jami' dibangun di kota Bashrah dan Kufah. Pada tahun 14 H/635 Utbah bin Gazwan
membangun Masjid Kufah dengan bahan batang pohon. Kemudian di tahun 15 atau 18 H/639 Masjid Kufah juga dibangun.
Di awal abad pertama Hijriah, banyak daerah lain juga membangun Masjid Jami', misal Mosul (20 H/641), Tikrit, Damaskus,
Homs (sekitar 14 H/635), Mesir (21 H/642), Utara Afrika, dan Maroko (55 H/675). Di masa itu, atas perintah Utsman bin Abi
al-'Ash, gubernur Umar, di Iran juga dibangun beberapa masjid, di antaranya Masjid Jami' Tuj dekat kota Kazerun.
Tradisi pada abad pertama Hijriah adalah, di tiap kota hanya ada satu Masjid Jami'. Tujuannya supaya persatuan umat dan
dukungan mereka terhadap pemerintah menjadi nampak. Seiring bertambahnya masyarakat, sementara masjid tidak
mampu menampungnya, para penguasa pun memperluas bangunan masjid utama di berbagai kota. Hingga pertengahan
26. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 25
abad ke-2 H, di tiap kota seperti Madinah, Mekah, Kufah, Bagdad, Basrah, Fustat, dan Damaskus, salat Jumat hanya
dilakukan di satu tempat. Sejak abad ke-2 H dan setelahnya, di sebagian kota seperti Marw, Bagdad, Mesir, dan Kairo
mulai dibangun dua atau beberapa Masjid Jami'.
Keutamaan dan Hukum
Sebagian riwayat menyebutkan, pahala salat di Masjid Jami' lebih besar dibanding di masjid biasa. Menurut riwayat
Ahlusunah yang dinukil dari Umar bin Khattab, salat jamaah dan salat sunnah yang dilakukan di Masjid Jami' itu lebih baik
dibanding ibadah haji dan umrah sunnah. Setelah Arafah, Masjidil Haram, dan makam suci Ahlulbait as, tempat utama
untuk berdoa adalah Masjid Jami'.
Menurut fikih, antara Masjid Jami' dan masjid biasa memiliki perbedaan hukum. Misal, bersumpah di Masjid Jami' berefek
lebih besar. Atau jika seseorang berbuat dosa di Masjid Jami, hukumannya lebih berat dibanding di masjid biasa. Adapun
perbedaan hukum terpenting antara Masjid Jami' dan masjid biasa itu berkenaan dengan ibadah iktikaf. Sebagian ulama
Syiah berfatwa, selain di empat masjid khusus, ibadah iktikaf hanya boleh dilakukan di Masjid Jami', mereka tidak
membolehkannya dilakukan di masjid biasa. Ulama yang menfatwakan itu di antaranya adalah, Muhaqiq al-Karaki,
Muqaddas Ardabili, Muhaqiq Sabzwari, Sahibul Jawahir, dan Sayid Yazdi. Dalil mereka adalah riwayat-riwayat yang
menjelaskan bahwa iktikaf hanya boleh dilakukan di empat masjid khusus dan Masjid Jami'. Sedangkan menurut fatwa
Ayatullah Ali Khamenei, dengan niat raja' (berharap ridha Allah swt) iktikaf boleh dilakukan di masjid biasa. Penamaan
Masjid Jami'
Masjid Jami' Umawi di Damaskus-Suriah
Masjid Jami' biasanya dinamai dengan nama-nama khusus. Misal nama kota, orang yang membangun, ulama terkemuka,
kelompok, dan lainnya. Mayoritas Masjid Jami' disebut dengan nama kota tempatnya berada. Misal, Masjid Jami' Basrah,
Kufah, Isfahan, Ray, Damaskus, Fustat, Kairo, dan lainnya. Sementara di kota yang memiliki Masjid Jami' lebih dari satu
biasanya masing-masing memiliki sebutan tersendiri. Misal, di Bagdad Masjid Jami' Mansur al-Abbasi disebut dengan
Masjid Jami' Madinah, atau Masjid Jami' Mahdi al-Abbasi lebih dikenal dengan sebutan dengan Masjid Jami' al-Rusafah.
Contoh Masjid Jami' yang dinamai sesuai nama pembangunnya adalah, Masjid Jami' Ibnu Thulun, al-Hakim, al-Mashur,
dan al-Sultan di Bagdad. Itu adalah nama-nama amir dan pejabat di masa lalu.
Ada juga Masjid Jami' yang dinamai dengan nama rezim, keluarga atau kelompok tertentu. Misal, Masjid Jami' Umayyah di
Damaskus. Selain itu kadang nama Masjid Jami' diambil dari nama daerah, pasar, jembatan atau tempat tertentu yang
berlokasi dengan masjid tersebut.
Biaya dan Sumber Pendapatan
Pembangunan Masjid Jami' memakan biaya yang sangat besar yang tidak mampu ditanggung oleh warga biasa. Karena
itu biasanya pembangunan Masjid Jami' dibiayai oleh pemerintah.[38] Biaya perawatannya pun diambil dari Baitul Mal. Abu
Naim Isfahani menyebutkan, hingga masa kekhalifahan Mahdi al-Abbasi, biaya kebutuhan Masjid Jami' Yahudiah dan
Masjid Jami' Isfahan masuk dalam daftar belanja Baitul Mal. Itu mencakup biaya gaji pengurus masjid, muazin, karpet, dan
penerangan.
Dahulu, biaya Masjid Jami' ditanggung oleh para hartawan dan Baitul Mal. Hal itu sangat bergantung kepada kondisi pribadi
tertentu dan pemerintah. Bila terjadi pergeseran politik dan ekonomi tentu berdampak pada masjid. Lambat laun para
pembangun Masjid Jami' mewakafkan harta mereka untuk masjid supaya tidak lagi bergantung penuh kepada pribadi
tertentu dan pemerintah. Sehingga jika terjadi pergeseran politik dan ekonomi tidak akan berdampak langsung terhadap
masjid.
Kepengurusan Masjid Jami'
Mulanya, Masjid Jami' dikelola di bawah pengawasan khalifah atau wakilnya. Khalifah sendiri yang menyampaikan khutbah
dan memimpin salat Jumat di Masjid Jami'.]Namun kemudian tugas pengawasan dan pelaksanaan salat Jumat diserahkan
27. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 26
ke pihak lain. Dirinya hanya hadir pada momen tertentu seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Yang dipercaya khalifah
untuk mengelola masjid adalah ulama, hakim, atau menteri. Atas perintah imam dan khatib salat Jumat Masjid Jami'
kemudian dijadikan pusat kekhalifahan.
Di masa kekhalifahan Abbasiah para khatib dan imam salat Jumat di setiap daerah kekuasaan ditentukan oleh amir dan
pejabat setempat. Penguasa menerbitkan aturan khusus untuk para hakim dan ulama terkait pengelolaan harta wakaf
Masjid Jami'
Pasca kekhalifahan Abbasiah, para imam dan khatib salat Jumat di masjid-masjid penting diangkat oleh sultan atau
wakilnya. Di masa kekuasaan Muhammad Ali Pasya, pengawasan Masjid Jami' dipercayakan kepada para ulama.
Bangunan dan Fasilitas
Dahulu Masjid Jami' merupakan ciri khas negeri Islam. Biasanya dibangun di pusat kota berdekatan dengan Darul Imarah
dan pasar. Di sebagian kota seperti Damaskus, Fustat, Isfahan, dan Balkh, Masjid Jami' berdiri di antara pasar.[48]Sebagian
penulis menilai, bersandingnya Masjid Jami'dan pasar merupakan simbol keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat
dalam kehidupan umat Islam.
Masjid Jami' adalah model arsitektur Islam. Tempat azan, menara, serambi, lorong, mimbar, dan mihrab adalah bagian
yang kental dengan arsitektur tersebut. Pembangunan menara bermula sejak abad pertama HijriahSebagian Masjid Jami'
memiliki unit lain. Misal Masjid Jami' Ibnu Thulun memiliki apotek, Masjid Jami' Sana'a, Kairo, Damaskus, dan Marw memiliki
perpustakaan.
Fungsi
Dibanding masjid biasa, nilai lebih Masjid Jami' adalah memiliki berbagai fungsi penting. Di antaranya fungsi politik,
administrasi, sosial, dan pendidikan.
Fungsi Politik
Dahulu Masjid Jami' merupakan satu-satunya tempat berkumpulnya pemerintah dan masyarakat. Khalifah atau sultan yang
baru naik tahta biasanya menyampaikan pidato perdana resminya di Masjid Jami'. Dulu setelah menerima baiat dari umat,
Imam Hasan as menuju ke Masjid Kufah lalu menyampaikan khotbah. Imam Ali as, seusai Perang Jamal memerintahkan
rayatnya berkumpul di Masjid Jami' Basrah untuk salat berjamaah selama tiga hari.
Hal serupa juga dilakukan para pejabat daerah. Begitu datang di daerah kekuasaan yang dipimpinnya, mereka
menyampaikan pidato pertamanya di Masjid Jami' kota. Di masa-masa sulit, seperti ketika perang, untuk mengobarkan
semangat jihad dan merekrut dukungan rakyat, sang khalifah akan mendatangi Masjid Jami' untuk menyampaikan orasinya.
Penguasa masa itu juga menggunakan Masjid Jami' untuk menyampaikan informasi kepada rakyatnya. Di antaranya terkait
titah pengangkatan pejabat baru, kabar kemenangan, teks kesepakatan, kabar seputar pemerintahan, pengangkatan hakim
pengadilan,[59]dan titah resmi terkait langkah politik pemerintah di bidang mazhab dan agama. Termasuk sebagian acara
pelantikan khalifah atau sultan, seperti pemakaian jubah kebesaran juga dilakukan di Masjid Jami'.
Saat terjadi krisis politik dan perubahan sistem pemerintahan, biasanya reaksi pertama muncul dari Masjid Jami'. Banyak
sekali tuntutan masyarakat, protes, deklarasi, bahkan gerakan perlawanan terhadap pemerintah disampaikan di Masjid
Jami'.
Fungsi Administrasi
Masjid Nabawi, adalah pusat pemerintah Nabi Muhammad saw. Di tempat tersebut urusan administrasi, keuangan dan
kehakiman dijalankan sampai terbentuknya Darul Amarah, Darul Khilafah dan kantor-kantor pengadilan yang mengambil
alih urusan-urusan adminstrasi tersebut. Namun khusus urusan yudisial tetap dilakukan di masjid-masjid Jami'. Seperti
28. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 27
Imam Ali as melakukannya di Masjid Kufah, demikian pulan di masjid-masjid Jami' Cordoba, Amr bin Ash menjadikan
Basrah sebagai majelis kehakiman.
Selain tempat penyimpanan harta masjid, Masjid Jami'juga pernah menjadi tempat penitipan harta anak yatim. Masjid
Jami'Amr bin Ash beberapa waktu juga menjadi tempat penyimpanan baitul mal.
Fungsi Sosial
Masjid Jami'adalah tempat ibadah, perayaan, dan acara duka. Kadang, salat Idul Fitri dan Idul Adha, salat memohon hujan,
dan salat jenazah ulama terkemuka atau pejabat tinggi negara juga dilakukan di masjid jami'. Selain itu, warga
menggunakannya sebagai tempat acara peringatan hari besar agama seperti malam Qadar.
Di antara fungsi sosial Masjid Jami'adalah sebagai penyalur bantuan bagi kalangan miskin, korban bencana, dan lainnya.
Fungsi Pendidikan
Masjid Jami'adalah lembaga pendidikan Islam tertua. Acara belajar mengajar dan diskusi ilmiah yang dilakukan di Masjid
Jami'disebut Halakah dan Majelis Biasanya di masjid-masjid terkenal seperti Masjid Damaskus, pelajaran yang disampaikan
oleh ustad diselenggarakan di tempat khusus yang disebut Zawiah (corner). Di Masjid Jami'Umayyah pernah diadakan
halakah ilmiah empat mazhab Sunni. Masing-masing mazhab memiliki zawiah khusus. Selain itu di sana juga terdapat
halakah kajian Alquran. Menurut keterangan Ibnu Jauzi, Ibnu Thahir pernah mendikte hadis sebanyak hampir 1000 majelis
di Masjid Jami'Naisyabur. Sedangkan di Masjid Jami'Isfahan Abul Qasim Thalhi pernah mendikte pelajaran dalam 3000
majelis.
Pendiktean dan penerbitan syair juga sempat menjadi tradisi di masjid jami'. Da'bal al-Khuzai pernah membacakan kasidah
Taiah-nya di Masjid Jami'Qom. Di Masjid Jami'Amr Ash terdapat tempat yang’digunakan untuk acara sastra. Tempat itu
dikenal dengan nama Qubbah al-Syu’ara'atau Qubbah al-Syi’r.
Masjid Jami'juga mengadakan kegiatan pendidikan umum yang mengandung nilai-nilai tablig yang disertai dengan
wejangan dan arahan. Namun seiring dengan makin merebaknya sekolah di beragai negara Islam, lambat laun aktivitas
pendidikan di masjid mulai berkurang.
Aktivitas Pendidikan Imamiah
Masjid Jami' Hakim-Kairo Mesir
Menurut Fayyaz, banyak pemerintahan yang mengawasi aktivitas masjid jami'. Hal itu dapat menghambat banyak aktivitas
penting para ulama Imamiah di masjid jami’. Imam Ali as pernah mengadakan halakah pendidikan di Masjid Kufah.
Sedangkan Imam Ali Zainal Abidin as, Imam Baqir as dan Imam Shadiq as mengadakannya di Masjid Nabawi. Ulama Syiah
pun mengadakan halakah, kajian, dan menerbitkan fatwa di masjid jami'. Saat itu kebanyakan mereka melakukannya dalam
kodisi tauriah dan taqiyah. Di masa kekuasaan Bani Buwaih, atas perlindungan mereka, sebagian ulama besar Syiah
berhasil mengadakan kajian ilmiah di masjid-masjid jami'. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Uqdah di Masjid Jami'al-
Rusafa dan Masjid Jami'Buratsa, ia mengadakan majelis dikte hadis.
29. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 28
FUNGSI DAN PERANAN MASJID
Fungsi Masjid
Masjid di zaman Rasulullah bukan saja sebagai tempat ibadah semata-mata, tetapi juga sebagai pusat kegiatan umat Islam.
Di masjid inilah Rasulullah mengajarkan bermacam-macam ilmu, terutama ilmu agama dan ilmu Al-Qur‟an, peraturan-
peraturan kemasyarakatan, ekonomi dan budaya. Dari masjid pulalah Rasulullah membentuk dan membina umat Islam.
Masjid mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting bagi kemajuan Islam, kemajuan itu mempunyai makna yang
sangat positif baik bagi umat Islam khususnya maupun perkembangan agama Islam umumnya (Syahruddin, 1988: 339).
Sesuai dengan ajaran , Islam berpangkal dari masjid dan berujung pada masjid. Kehidupan Islam menyangkut segenap
aspek kehidupan yang dapat dibedakan ke dalam kehidupan. Kehidupan dunia yang beraspek kebudayaan dan kehidupan
agama berintikan kepada ubudiyah, peribadatan. Dengan demikian masjid yang menjadi pusat kehidupan Islam ini
mempunyai bermacam-macam fungsi sesuai dengan kebutuhan manusia. Fungsi utama masjid adalah tempat sujud
kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Selain itu ada pendapat lain tentang fungsi masjid
diantaranya:
1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,
2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran
dan mendapatkan pengalaman batin atau keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta
keutuhan kepribadian,
3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam
masyarakat,
4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan
pertolongan,
5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan
bersama,
6. Masjid adalah majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin,
7. Masjid adalah tempat tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat,
8. Masjid tempat mengumpulkan data, menyimpan, dan membagikannya,
9. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial (Ayub, 1996: 8).
10. Masjid tidak hanya difungsikan sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT saja. Akan tetapi masjid
juga dapat difungsikan sebagai tempat pengembangan kader, tempat bermusyawarah, tempat pembinaan dan tempat
bimbingan umat untuk meningkatkan pengetahuan.
Peranan Masjid
Selain memiliki beberapa fungsi penting masjid juga memiliki peran yang sangat penting bagi umat islam, diantaranya:
Masjid sebagai sumber aktivitas
Dalam sejarah perkembangan dakwah Rasulullah saw. Terutama dalam periode Madinah, eksistensi masjid tidak hanya
dimanfaatkan sebagai pusat ibadah yang bersifat mukhdhah atau khusus, seperti shalat, tetapi masjid juga memiliki peranan
sebagai berikut:
1. Dalam keadaan darurat, setelah mencapai tujuan hijrah di Madinah, beliau bukan mendirikan benteng pertahanan
untuk berjaga- jaga dari kemungkinan serangan musuh tetapi terlebih dahulu membangun masjid.
2. Kalender islam yaitu tahun Hijriyah dimulai dengan pembangunan masjid yang pertama, yaitu pada tanggal 12 Rabiul
Awal, permulaan tahun Hijriyah selanjutnya jatuh pada tanggal 1 Muharram.
3. Di Mekah agama Islam tumbuh dan di Madinah agama Islam berkembang. Pada kurun pertama atau periode makkiyah,
Nabi Muhammad SAW mengajarkan dasar-dasar agama. Memasuki kurun kedua atau periode Madaniyah, Rasulullah
SAW menandai tapal batas itu dengan mendirikan masjid.
4. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok orang Muhajirin dan Anshar dengan satu landasan keimanan
30. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 29
kepada Allah SWT.
5. Masjid didirikan oleh orang-orang takwa secara bergotong royong untuk kemaslahatan bersama.
Dalam masyarakat yang selalu berpacu pada perkembangan zaman, dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak yang
menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat,
tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah untuk umat Islam.
Sebab, masjid merupakan integritas dan indentitas umat Islam yang mencerminkan tata nilai keislamannya.
Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitikberatkan pada pola aktivitas yang bersifat akhirat, tetapi
memperpadukan antara aktiivitas ukhrawi dan duniawi.
Pada zaman Rasulullah SAW masjid secara garis besar mempunyai 3 aspek kegiatan, yaitu:
1. Aspek Hissiyah (Bangunan)
Belakangan ini bermunculan masjid yang menampakkan gaya dan bentuk arsitektur yang beraneka ragam. Terutama
di kota-kota besar, banyak masjid yang berdiri dengan kemewahan dan keindahan. Dalam masalah bangunan fisik
masjid, Islam tidak menentukan dan mengaturnya. Menyadari sepenuhnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan
pusat kegiatan umat, tujuan pendiriannya pun harus ditetapkan secara jelas dan benar-benar disadari sejak awal.
Karena itu, keberadaan sebuah masjid tidak mubazir. Kita harus benar-benar khawatir (jika sampai) tergolong ke dalam
kaum (zaman) yang disebut dalam peringatan
Nabi Muhammad SAW:
Artinya: Masjid-masjid dibangun megah, tetapi sepi dari pelaksanaan petunjuk Allah.(HR. Baihaqi).
2. Aspek Maknawiyah (Tujuan)
Pada masa Rasulullah SAW pembangunan masjid mempunyai dua tujuan, yaitu:
1. Masjid dibangun atas dasar takwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pembinaan
jamaah atau umat Islam,
2. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan di kalangan umat dan sengaja untuk
menghancurkan umat Islam.
3. Versi yang kedua ini khas motif orang- orang munafik, yakni mendirikan masjid untuk bermaksud memecah
belah umat Islam. Maka masjid tersebut dijuluki “masjid dhirar” yang artinya “masjid membawa mudharat atau
kerusakan”. Atas tujuan sesat dan menyesatkan semacam ini, Rasulullah SAW diperintahkan Allah SWT
untuk menghancurkan masjid tersebut. Jadi, disini ditegaskan kaitan antara pembangunan masjid dan
tujuannya (Ayub, 1996: 12).
3. Aspek Ijtimaiyah (Kegiatan)
Aspek kegiatan masjid sebenarnya dapat dilihat berdasarkan ruang lingkup kelembagaan masjid itu sendiri. Di antara
lembaga masjid yang mengejawantahkan aspek kegiatan masjid itu adalah Lembaga Dakwah dan Bakti Sosial,
Lembaga Manajemen, dan Dana, serta Lembaga Pengelola dan Jamaah. Diantaranya:
1. Lembaga Dakwah dan Bakti Sosial
Kegiatan dalam bidang dakwah dan bakti sosial dimiliki oleh hampir semua masjid. Kegiatan dakwah bisa dilihat
dalam bentuk pengajian, diskusi, silaturrahmi, dan lain-lain. Adapun kegiatan bakti sosial terwujud dalam bentuk
penyantunan anak yatim, khitanan massal, zakat fitrah, pemotongan hewan kurban, dan lain-lain. Biasanya,
kegiatan berdimensi sosial ini berjalan pada saat tertentu, misalnya pada bulan Ramadhan, bulan Haji, bulan
Maulid, tahun baru Hijriyah.
2. Lembaga Manajemen dan Dana
31. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 30
Pola manajemen yang sudah menjadi tradisi pada umumya tidak pernah menutup- nutupi. Hanya di beberapa
masjid tertentu manajemen masjid dapat dilaksanakan secara profesional. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas
sumber daya manusia pengelola atau pengurus khususnya visi, kreativitas, dan wawasan sosioreligius mereka
dalam menghidupkan potensi masjid.
3. Lembaga Pengelola dan Jamaah
Antara pengelola dan jamaah terjalin ikatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan masjid. Kedua komponen
ini merupakan pilar utama yang memungkinkan berlangsungannya beraneka kegiatan masjid. Bedanya hanya
pada bentuk keikutsertaan masing-masing pihak. Jika pengelola terjun dalam pelaksanaan tertib administrsi, maka
jamaah tidak terkecuali akan ikut serta dalam bidang pendanaan.
Kiranya jelas bahwa masjid dibangun atas dasar takwa dan iwan kepada Allah SWT, dengan peranan sebagai
pusat pembinaan jamaah dan umat Islam di segala bidang kehidupan, firman Allah SWT dalam surat Al- Jin ayat
18:
Artinya: Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah
seseorang didalamnya disamping (menyembah) Allah.
MASJID DI ERA MODERN
Islam sebagai agama universal (kaffah atau menyeluruh) ditakdirkan sesuai dengan tempat dan jaman, ia sempurna
sebagai sumber dari segala sumber nilai. Dewasa ini kita memasuki era globalisasi. Era yang ditandai dengan
gencarnya pembangunan menyeluruh dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dengan arus
informasi dengan acuan utamanya. Dampak negatif globalisasi sudah banyak kita rasakan contohnya mempermudah
penyusupan budaya asing praktik gaya hidup bebas yang mengakibatkan krisis moral, lenyapnya rasa gotong-royong
dan silaturrahmi dan lain-lain. Pada sisi lain juga ada dampak positif berupa kesanggupan melahirkan masyarakat yang
kreatif, baik itu kreatif dalam berfikir maupun dalam hal berkarya. Jelasnya manusia hanya bisa mengaktifkan potensi
insani dan alaminya. Bagi masjid dampak positif ini berarti kesanggupan meningkatkan wawasan yang luas dan jauh
ke depan. Dengan bekal tersebut setidaknya ada kesiapan dalam mengambil tindakan ataupun langkah yang cepat
dan tepat (Ayub, 1996: 13).
MANAJEMEN MASJID
Mengelola masjid adalah kewajiban kita sebagai umat islam, sehingga kita harus mampu mengaturnya agar masjid benar-
benar berfungsi sebagai mestinya. Sebagai seorang yang diamati dalam mengelola masjid, maka kita dituntut memiliki ilmu
manajemen kemasjidan agar kegiatan di masjid menjadi teratur dan tertib tidak sekedar sebagai lambang kemegahan saja.
Manajemen terdapat dalam setiap kegiatan manusia, baik di rumah, di kantor, di pabrik, di sekolah, tidak terkecuali di
masjid. Kaitannya dengan pembinaan masjid yang dapat difungsikan secara maksimal, setidaknya ada 3 bidang pembinaan
yang harus dilaksanakan :
I. Pembinaan bidang Idarah (manajemen)
Dengan luasnya fungsi masjid, maka pengelolaan masjid harus dilakukan dengan manajemen modern dan
professional, jika masjid hanya dikelola secara tradisional maka masjid tidak akan mengalami kemajuan dan pada
gilirannya akan tertinggal. Untuk itu perlu adanya manajemen masjid atau Idarah dengan meningkatkan kualitas dalam
pengorganisasian kepengurusan masjid dan pengadministrasian yang rapi, transparan, mendorong partisipasi jamaah
sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang di dalam kepengurusan masjid. Idarah masjid disebut juga
manajemen masjid, pada garis besarnya dibagi menjadi 2 bidang:
32. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 31
1. Idarah binail maadiy (physical management)
Idarah binail maadiy adalah manajemen secara fisik yang meliputi: kepengurusan, pengaturan pembangunan
masjid, penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban dan keindahanmasjid, pemeliharaan tata tertib dan
keamanan masjid, penataan keuangan masjid, dan sebagainya.
2. Idarah binail ruhiy (functional management)
Idarah binail ruhiy adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai
pusat pembangunan umat dan kebudayaan Islam seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW Idarah binail ruhiy
meliputi ini meliputi pengentasan bid`ah dan pendidikan aqidah Islamiyah, pembinaan akhlakul karimah,
penerangan ajaran Islam secara teratur menyangkut:
1) Pembinaan ukhuwah islamiyah dan persatuan umat;
2) Melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan Islam;
3) Mempertinggi mutu ke-Islaman dalam diri pribadi dan masyarakat.
Tujuan Idarah Binail Ruhiy adalah:
1. Pembinaan pribadi muslim menjadi umat yang benar-benar mukmin.
2. Pembinaan manusia mukmin yang cinta ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Pembinaan muslimah masjid menjadi mar’atun shalihatun.
4. Pembinaan remaja atau pemuda masjid menjadi mukmin yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT
5. Membina umat yang giat bekerja, tekun, rajin dan disiplin yang memiliki sifat sabar, syukur, jihaddan takwa
6. Membangun masyarakat yang memiliki sifat kasih sayang, masyarakat marhamah, masyarakat bertaqwa dan
masyarakat yang memupuk rasa persamaan.
7. Membangun masyarakat yang tahu dan melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya, masyarakat yang
bersedia mengorbankan tenaga dan pikiran untuk membangun kehidupan yang diridhai Allah SWT (Ayub, 1996:
33).
Untuk keberhasilan maksimal dari idarah binail maadiy dan idarah binai ruhiy tersebut, makaperlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1 Manajemen Kepengurusan
Guna menata lembaga kemasjidan harus diselenggarakan Musyawarah Jamaah yang dihadiri umat Islam anggota
jamaah Masjid. Musyawarah tersebut dilaksanakan terutama untuk merencanakan Program Kerja dan memilih
Pengurusan Ta‟mir Masjid.
Seluruh jamaah bertanggungjawab atas suksesnya acara ini. Program Kerja disusun berdasarkan keinginan dan
kebutuhan jamaah yang disesuaikan dengan kondisi aktual dan perkiraan masa akan datang. Bagan dan Struktur
Organisasi disesuaikan dengan pembidangan kerja dan Program Kerja yang telah disusun. Hal ini dimaksudkan agar
nantinya organisasi Ta‟mir Masjid dapat berjalan secara efektif dan efisisen dalam mencapai tujuan.
Dalam manajemen kepengurusan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Memilih dan menyusun Pengurus.
2) Penjabaran Program Kerja.
3) Rapat dan notulen.
4) Kepanitiaan.
5) Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) tahunan.
6) Laporan Pertanggungjawaban Pengurus.
7) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
8) Pedoman-pedoman organisasi dan implementasinya.
9) Yayasan Masjid.
33. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 32
2 Manajemen Kesekretariatan
Sekretariat adalah ruangan atau gedung dimana aktivitas Pengurus direncanakan dan dikendalikan. Tempat ini
merupakan kantor yang representatif bagi Pengurus. Sekretaris bertanggungjawab dalam menjaga kebersihan,
keindahan dan kerapian sekretariat serta memberikan laporan aktivitas kesekretariatan. Disamping itu Pengurus,
khususnya Sekretaris, juga berfungsi sebagai humas atau public relation bagi Masjid. Terkait dengan kesekretariatan,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1) Surat menyurat dan agendanya.
2) Administrasi jama‟ah.
3) Fasilitas pendukung, seperti: komputer desktop, notebook, LCD projector, screen, printer, scanner, wireless
sound system, megaphone, dan lain sebagainya.
1) Fasilitas furniture, seperti: meja dan kursi tamu, almari arsip, meja kerja dan lain sebaginya.
2) Lembar informasi, leaflet dan booklet.
3) Papan pengumuman.
4) Papan kepengurusan.
5) Papan aktivitas.
6) Papan keuangan.
7) Karyawan Masjid.
3 Manajemen Keuangan
Administrasi keuangan adalah sistim administrasi yang mengatur keuangan organisasi. Uang yang masuk dan
keluar harus tercatat dengan rapi dan dilaporkan secara periodik. Demikian pula prosedur pemasukan dan
pengeluaran dana harus ditata dan dilaksanakan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Penganggaran.
2) Pembayaran jasa.
3) Laporan keuangan.
4) Dana dan Bank.
4. Manajemen Dana Dan Usaha
Untuk menunjang aktivitas Ta‟mir Masjid, Bidang Dana dan Usaha berusaha mencari dana secara terencana, sistimatis
dan terus menerus (continue) dari beberapa sumber yang memungkinkan, di antaranya adalah:
1) Dana pemerintah.
2) Donatur tetap.
3) Donatur bebas
4) Kotak amal dan kaleng jum‟at.
5) Jasa,
6) Ekonomi.
5. Manajemen Pembinaan Jamaah
Salah satu kelemahan umat Islam adalah kurang terorganisir jamaah Masjidnya. Keadaan ini menyebabkan jamaah
kurang dapat memperoleh layanan yang semestinya dan sebaliknya dukungan merekapun menjadi kurang optimal.
Kondisi ini sangat mendesak (urgent) untuk diperbaiki. Setelah Administrasi Jamaah tertata dengan baik, maka
dilanjutkan dengan upaya-upaya pembinaan di antaranya adalah:
1) Shalat berjamaah.
2) Pengajian rutin dan pengajian akbar.
3) Majelis Ta‟lim Ibu-Ibu.
4) Pengajian remaja.
5) Tadarus dan bimbingan membaca Al Qur`an.
34. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 33
6) Lembar Informasi.
7) Ceramah, dialog dan seminar.
8) Kunjungan (ziarah).
9) Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi jamaah dapat dilakukan
melalui sarana formal dan non formal. Pendidikan formal TK, SD, SLTP dan SLTA dapat dikelola oleh yayasan
masjid.
Mengingat sekarang sudah banyak lembaga Islam yang menangani, maka keberadaan lembaga formal tersebut
tidaklah sangat mendesak. Kecuali bilamana di tempat tersebut tidak ada, barangkali keberadaannya perlu untuk
direalisasikan. Sebaiknya Pengurus Ta‟mir Masjid berkonsentrasi dahulu dalam pengadaan lembaga-lembaga
atau kegiatan pendidikan dan pelatihan non formal, antara lain:
1) Perpustakaan Masjid.
2) Taman Pendidikan Al Quraan (TPA).
3) Up Grading Kepengurusan.
4) Pelatihan Kepemimpinan.
5) Pelatihan Jurnalistik.
6) Pelatihan Mengurus Jenazah.
7) Kursus Kader Da‟wah.
8) Kursus bahasa.
9) Kursus pelajaran sekolah.
II. Pembinaan Bidang Imarah (Memakmurkan Masjid)
Memakmurkan masjid menjadi kewajibansetiap muslim yang mengharapkan untuk memperoleh bimbingan dan
petunjuk Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah surat At Taubah ayat 18:
Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid- masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah maka
merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Manakala idarah binail madiy dan idarah binail ruhiy berjalan secara maksimal, maka insya Allah masjid akan makmur
dengan sendirinya. Makmur dalam artian, bahwa ia dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu meliputi fungsi
sebagai sarana atau tempat beribadah, sarana atau tempat pembinaan dan pencerahan ummat baik bidang
pemahaman keberagamaan, pengetahuan umum, dan ekonomi ummat.
Di samping hal yang dikemukakan pada poin di atas, perlu juga diadakan hal-hal berikut :
a. Manajemen Kesejahteraan Umat
Apabila di suatu daerah belum ada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ), Ta‟mir Masjid
dapat menerima dan menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah dari para muzakki atau dermawan kepada para
mustahiq atau du‟afa. Dalam hal ini, Pengurus bertindak selaku
„amil zakat. Kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq dan shadaqah biasanya semarak di bulan
Ramadlan, namun tidak menutup kemungkinan di bulan-bulan lain, khususnya untuk infaq dan shadaqah.
Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara transparan dan dilaporkan kepada para muzakki atau
dermawan penyumbangnya serta diumumkan kepada jama‟ah. Hal ini untuk menghindari fitnah atau rumor
yang berkembang di masyarakat adanya penyelewengan dana zakat, infaq dan shadaqah oleh Pengurus.
Beberapa kegiatan lain yang dapat diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat adalah:
1) Sumbangan ekonomi.
2) Bimbingan dan penyuluhan.
3) Ukhuwah islamiyah.
35. PANITIA PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ JUNWANGI
http : //www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/
email : masjiddesajunwangi@gmail.com & masjiddesajunwangi@yahoo.com
Advertensi, Publikasi, Informasi & Komunikasi dengan Photo-Data-Fakta
Manajemen ART (Akuntabel-Responsibel-Transparans)
BAB II 34
4) Bakti sosial.
5) Rekreasi.
b. Manajemen Pembinaan Remaja Masjid
Remaja Masjid beranggotakan para remaja muslim, biasanya berumur sekitar 15-25 tahun. Kegiatannya
berorientasi keislaman, keremajaan, kemasjidan, keterampilan dan keorganisasian. Memiliki kepengurusan
sendiri yang lengkap menyerupai Ta‟mir Masjid dan berlangsung dengan periodisasi tertentu. Organisasi ini
harus dilengkapi konstitusi organisasi, seperti misalnya Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman
Kepengurusan, Pedoman Kesekretariatan, Pedoman Pengelolaan Keuangan dan lain sebagainya. Konstitusi
organisasi diperlukan sebagai aturan main berorganisasi dan untuk memberi arahan kegiatan.
Pengurus Ta‟mir Masjid Bidang Pembinaan Remaja Masjid berkewajiban untuk membina dan mengarahkan
mereka dalam berkegiatan. Namun pembinaan yang dilakukan tidak menghambat mereka untuk
mengekspresikan kemauan dan kemampuan mereka dalam berorganisasi secara wajar dan bebas
bertanggungjawab. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya-upaya pembinaan Remaja Masjid
antara lain:
1) Kepengurusan.
2) Musyawarah Anggota.
3) Kegiatan.
4) Bimbingan.
5) Kepanitiaan.
III. Pembinaan Bidang Riayah (Pemeliharaan Masjid)
Dengan adanya pembinaan bidang riayah, masjid akan tampak bersih, indah dan mulia sehingga dapat memberikan
daya tarik rasa nyaman dan menyenangkan bagi siapa saja yang memandang, memasuki dan beribadah didalamnya.
Sebagaimana yang diisyaratkan Allah dalam Al-Qur‟an surat Al Imran ayat 97:
“……barang siapa memasuki baitullah menjadi amanlah dia…”.
Bangunan, sarana pendukung dan perlengkapan Masjid harus dirawat agar dapat digunakan sebaik-baiknya serta
tahan lama. Seiring dengan bertambahnya usia bangunan maka kerusakan akan timbul bahkan bagian tertentu dapat
mengalami disfungsi atau kerusakan, seperti misalnya pintu, jendela, atap, dinding atau yang lainnya. Disamping itu
kebutuhan jamaah akan Masjid yang lebih luas agar dapat menampung jamaah shalat yang lebih banyak juga semakin
dirasakan. Tidak ketinggalanpula sarana-sarana pendukungnya seperti Perpustakaan, Sarana pendidikan formal, TPA,
sarana ekonomi ataupun poliklinik keberadaannya semakin terasa diperlukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Renovasi dan pengembangan bangunan Masjid.
2) Kebersihan dan kesehatan.
3) Pengaturan ruangan dan perlengkapan.
4) Inventarisasi.
KEGIATAN KEAGAMAAN
1. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan berasal dari dua kata dasar yaitu giat dan agama. Giat berarti rajin, bergairah dan bersemangat
tentang perbuatan atau usaha (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2005: 10). Agama berarti sistem,
prinsip kepercayaan kepada Tuhan (Dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2005: 317). Agamaadalah landasan
dari terbentuknya suatu komunitas kognitif. Artinya, agama merupakan awal terbentuknya suatu komunitas atau
kesatuan hidup yang diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama, yang memungkinkan berlakunya suatu