SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
PERATURAN PERUNDANGAN
TERKAIT KESEHATAN KERJA
dr Akhmad Rendy Firmansyah
dr Marwan Sofyan
dr Amelia Magdalena
2019
HIERARKI PERUNDANGAN DI INDONESIA
Undang-Undang No 12 Th 2011 Pasal 7 Ayat 1
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
• a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
• b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
• c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
• d. Peraturan Pemerintah;
• e. Peraturan Presiden;
• f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
• g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
PERATURAN MENTERI?
• Berdasarkan UU No. 12/2011 Peraturan Menteri (PerMen) tidak diatur dalam
ketentuan Pasa l1 ayat (1).
Keberadaan Permen diatur dalam Pasal 8 ayat(1) dan ayat (2).
Pasal 8 ayat (2) UU No. 12/2011 menegaskan:
• Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dibentuk berdasarkan kewenangan
KETENTUAN POKOK K3
• UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
• Penjelasan : setiap warga negara memiliki hak dan bebas untuk bekerja dan
menghidupi dirinya serta keluarganya tanpa ada pelarangan dari pihak lain
Memuat aturan tentang penyediaan, penyebaran dan penggunaan tenaga kerja,
pembinaan keahlian serta perlindungan tenaga kerja
UU No. 1 Tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja
Mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap
undang-undang ini dan juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Pasal 1
“Tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya
Pasal 8
- Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
- Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja secara berkala pada Dokter
Pasal 9
- Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pasal 10
- Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 11
- Kewajiban Melaporkan Kecelakaan Kerja.
Kewajiban dan Hak Kerja
Pasal 12
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja
serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
Tentang Kesehatan
Pasal 23
Wajibnya menyelenggarakan Kesehatan kerja untuk mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal, meliputi pelayanan kesehatan kerja dan pencegahan PAK, dan syarat
kesehatan kerja.
• UU 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan
Pasal 86
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 87
• Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
UU No. 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Pasal 13 : Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
Pasal 17 : Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan
membayarkan iuran tersebut kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara berkala.
Pasal 18
Jenis program jaminan sosial meliputi :
• a. jaminan kesehatan;
• b. jaminan kecelakaan kerja;
• c. jaminan hari tua;
• d. jaminan pensiun; dan
• e. jaminan kematian.
UU No 24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
No.Per.01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan bagi dokter perusahaan
Didalamnya memuat antara lain :
 Setiap perusahaan diwajibkan mengirimkan dokternya untuk dilatih dalam
bidang hiperkes dan keselamatan kerja
 Definisi dokter perusahaan adalah dokter yang ditunjuk dan bekerja
diperusahaan dan bertanggungjawab atas hiperkes dan keselamatan kerja
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No. Per.02/MEN/1980
TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM
PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA.
 Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang
diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak
mempunyai penyakit menular, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
 Pemeriksaan Kesehatan Berkala, sekurang-kurangnya 1 kali dalam setahun
 Pemeriksaan Kesehatan khusus
Dilakukan terhadap:
a. tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).
b. tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja
wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan
pekerjaan tertentu.
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PER.04/MEN/1987 TENTANG PANITIA PEMBINA KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA SERTA TATA CARA PENUNJUKAN AHLI
KESELAMATAN KERJA
 Pembentukan P2K3 wajib bagi perusahaan dengan tenaga kerja lebih 100
orang
 P2K3 juga wajib dibentuk oleh perusahaan dengan tenaga kerja dibawah
100 orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang beresiko
tinggi akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran
radio aktif
 Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang
susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota
 Tugas P2K3 memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan
dan kesehatan nkerja.
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Memuat Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan
Kerja (SMK3)
 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang
atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR :
PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PAK
 Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau ingkungan kerja.
 Bila dalam Px berkala dan khusus ditemukan PAK maka pengurus wajib
melapor secara tertulis kepada Disnaker setempat, paling lama 2x24 jam
- Pengurus wajib menyediakan APD (alat pelindung diri ) secara dan TK
harus memakai APD yang diwajibkan untuk pencegahan PAK
- TK berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan pada
tempaat kerja yang diragukan keadaan pencegahannya terhadap PAK
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
KEP.333/MEN/1989 TENTANG DIAGNOSIS DAN PELAPORAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA
 Format Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
 Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya
untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan
pekerjaannya
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR PER.25/MEN/XII/2008
TENTANG PEDOMAN DIAGNOSIS DAN PENILAIAN CACAT KARENA
KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.
Masalah kesehatan di bidang Kulit, Neurologi, Penyakit Dalam, Psikiatri,
Uraian kecacatan
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN
BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.
 Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
 Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi :
a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT
 Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) terdiri dari :
a. bahan beracun.
b. bahan sangat beracun.
c. cairan mudah terbakar.
d. cairan sangat mudah terbakar.
e. gas mudah terbakar.
f. bahan mudah meledak.
g. bahan reaktif.
h. bahan oksidator.
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN HIV/ AIDS DI TEMPAT KERJA
 Kewajiban pengusaha melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja.
 Memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh Dengan HIV/AIDS dari tindak
dan perlakuan diskriminatif;
 Menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk
pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS
 Pengusaha dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai prasyarat
suatu proses rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban
pemeriksaan kesehatan rutin.
 Tes HIV hanya dapat dilakukan terhadap pekerja/buruh atas dasar kesukarelaan
dengan persetujuan tertulis dari pekerja/ buruh yang bersangkutan,
- PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR
PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR
FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA
- Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE‐01/MEN/1997 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Kimia Di Udara Lingkungan Kerja
- PERATURAN MENTERI PERBURUHAN NO.7 TAHUN 1964 Tentang SYARAT
KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN DALAM TEMPAT KERJA
(SAAT INI PERATURAN DIATAS TERSEBUT SUDAH DICABUT)
PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5
TAHUN 2018 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA
 Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor
bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
 Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
 Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya.
 NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi iklim
kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan
magnet.
 NAB faktor kimia meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut,
aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.
Syarat-Syarat K3 Lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
 Pengendalian faktor fisiko dan faktor kimia agar berada di bawah NAB
 Pengendalian faktor bilogi, ergonomi dan psikologi agar memenuhi
standar
 Penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene di tempat kerja yang
bersih dan sehat
 Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan k3 di
bidang Lingkungan Kerja
Contoh Lampiran NAB
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN
2016 TENTANG STANDAR DAN PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KERJA INDUSTRI
Menetapkan NAB lingkungan kerja industri
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Tugas Materi UU.pptx

Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaPengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaAl Marson
 
Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...
Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...
Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...ImanFitroni_PTSB
 
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)Cuci Cahayanti
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPUTRA ADI IRAWAN
 
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja IndustriPMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja IndustriUFDK
 
peraturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdf
peraturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdfperaturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdf
peraturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdfmegahutriani1408
 
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docxMAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docxnazarudinsip1979
 
4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.ppt
4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.ppt4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.ppt
4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.pptssuser51b7d3
 
5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rsJoni Iswanto
 
Manual jkkp hcm
Manual jkkp hcmManual jkkp hcm
Manual jkkp hcmLee Oi Wah
 
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdfPermenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdfPUTRA ADI IRAWAN
 
1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).ppt
1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).ppt1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).ppt
1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).pptsikitisimisimi
 
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3Arfian Pratama
 
Pemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.pptPemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.pptKidsYamna
 
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdfRinaAgustina57
 

Similar to Tugas Materi UU.pptx (20)

Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaPengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan Kerja
 
Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...
Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...
Unit 2 menerangkan mengenai keperluan perlantikan pegawai keselmatan dan kesi...
 
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
 
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja IndustriPMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
 
peraturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdf
peraturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdfperaturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdf
peraturan menteri kesehatan Nomor 70 Tahun 2016.pdf
 
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docxMAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
 
Pp no 50_2012
Pp no 50_2012Pp no 50_2012
Pp no 50_2012
 
SMK3
 SMK3 SMK3
SMK3
 
4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.ppt
4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.ppt4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.ppt
4A_REVIEW Peraturan Pe-UU-an K3.ppt
 
5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs
 
Paparan Dirjen Binwasnaker
Paparan Dirjen BinwasnakerPaparan Dirjen Binwasnaker
Paparan Dirjen Binwasnaker
 
Pp no 50
Pp no 50Pp no 50
Pp no 50
 
Materi Sosialisasi Srening Pekerja.pptx
Materi Sosialisasi Srening Pekerja.pptxMateri Sosialisasi Srening Pekerja.pptx
Materi Sosialisasi Srening Pekerja.pptx
 
Manual jkkp hcm
Manual jkkp hcmManual jkkp hcm
Manual jkkp hcm
 
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdfPermenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
 
1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).ppt
1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).ppt1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).ppt
1. Terbaru Kebijakan Kemnaker RI pada masa Pandemi Covid 19 (1).ppt
 
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
PP no. 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
 
Pemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.pptPemeriksaan Kes TK.ppt
Pemeriksaan Kes TK.ppt
 
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
01. Presentasi Pelatihan Manajemen Risiko.pdf
 

Recently uploaded

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (18)

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

Tugas Materi UU.pptx

  • 1. PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT KESEHATAN KERJA dr Akhmad Rendy Firmansyah dr Marwan Sofyan dr Amelia Magdalena 2019
  • 2. HIERARKI PERUNDANGAN DI INDONESIA Undang-Undang No 12 Th 2011 Pasal 7 Ayat 1 Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: • a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; • b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; • c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; • d. Peraturan Pemerintah; • e. Peraturan Presiden; • f. Peraturan Daerah Provinsi; dan • g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
  • 3. PERATURAN MENTERI? • Berdasarkan UU No. 12/2011 Peraturan Menteri (PerMen) tidak diatur dalam ketentuan Pasa l1 ayat (1). Keberadaan Permen diatur dalam Pasal 8 ayat(1) dan ayat (2). Pasal 8 ayat (2) UU No. 12/2011 menegaskan: • Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan
  • 4. KETENTUAN POKOK K3 • UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. • Penjelasan : setiap warga negara memiliki hak dan bebas untuk bekerja dan menghidupi dirinya serta keluarganya tanpa ada pelarangan dari pihak lain
  • 5. Memuat aturan tentang penyediaan, penyebaran dan penggunaan tenaga kerja, pembinaan keahlian serta perlindungan tenaga kerja
  • 6. UU No. 1 Tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja Mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap undang-undang ini dan juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pasal 1 “Tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya Pasal 8 - Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya. - Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja secara berkala pada Dokter Pasal 9 - Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang : a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerjanya; b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat kerjanya; c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
  • 7. Pasal 10 - Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 11 - Kewajiban Melaporkan Kecelakaan Kerja. Kewajiban dan Hak Kerja Pasal 12 a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja; b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan; c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan; d. Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan; e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
  • 8. Tentang Kesehatan Pasal 23 Wajibnya menyelenggarakan Kesehatan kerja untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, meliputi pelayanan kesehatan kerja dan pencegahan PAK, dan syarat kesehatan kerja.
  • 9. • UU 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 87 • Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
  • 10. UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 13 : Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Pasal 17 : Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara berkala. Pasal 18 Jenis program jaminan sosial meliputi : • a. jaminan kesehatan; • b. jaminan kecelakaan kerja; • c. jaminan hari tua; • d. jaminan pensiun; dan • e. jaminan kematian. UU No 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
  • 11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.Per.01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan bagi dokter perusahaan Didalamnya memuat antara lain :  Setiap perusahaan diwajibkan mengirimkan dokternya untuk dilatih dalam bidang hiperkes dan keselamatan kerja  Definisi dokter perusahaan adalah dokter yang ditunjuk dan bekerja diperusahaan dan bertanggungjawab atas hiperkes dan keselamatan kerja
  • 12. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No. Per.02/MEN/1980 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA.  Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan  Pemeriksaan Kesehatan Berkala, sekurang-kurangnya 1 kali dalam setahun  Pemeriksaan Kesehatan khusus Dilakukan terhadap: a. tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu). b. tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
  • 13. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987 TENTANG PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA TATA CARA PENUNJUKAN AHLI KESELAMATAN KERJA  Pembentukan P2K3 wajib bagi perusahaan dengan tenaga kerja lebih 100 orang  P2K3 juga wajib dibentuk oleh perusahaan dengan tenaga kerja dibawah 100 orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang beresiko tinggi akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radio aktif
  • 14.  Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota  Tugas P2K3 memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan nkerja.
  • 15. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Memuat Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3)  Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
  • 16. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PAK  Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau ingkungan kerja.  Bila dalam Px berkala dan khusus ditemukan PAK maka pengurus wajib melapor secara tertulis kepada Disnaker setempat, paling lama 2x24 jam - Pengurus wajib menyediakan APD (alat pelindung diri ) secara dan TK harus memakai APD yang diwajibkan untuk pencegahan PAK - TK berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan pada tempaat kerja yang diragukan keadaan pencegahannya terhadap PAK
  • 17. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.333/MEN/1989 TENTANG DIAGNOSIS DAN PELAPORAN PENYAKIT AKIBAT KERJA  Format Pelaporan Penyakit Akibat Kerja  Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya
  • 18. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.25/MEN/XII/2008 TENTANG PEDOMAN DIAGNOSIS DAN PENILAIAN CACAT KARENA KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA. Masalah kesehatan di bidang Kulit, Neurologi, Penyakit Dalam, Psikiatri, Uraian kecacatan
  • 19. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.  Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.  Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi : a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label. b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT  Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) terdiri dari : a. bahan beracun. b. bahan sangat beracun. c. cairan mudah terbakar. d. cairan sangat mudah terbakar. e. gas mudah terbakar. f. bahan mudah meledak. g. bahan reaktif. h. bahan oksidator.
  • 20. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS DI TEMPAT KERJA  Kewajiban pengusaha melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.  Memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh Dengan HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan diskriminatif;  Menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS  Pengusaha dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai prasyarat suatu proses rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.  Tes HIV hanya dapat dilakukan terhadap pekerja/buruh atas dasar kesukarelaan dengan persetujuan tertulis dari pekerja/ buruh yang bersangkutan,
  • 21. - PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA - Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE‐01/MEN/1997 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia Di Udara Lingkungan Kerja - PERATURAN MENTERI PERBURUHAN NO.7 TAHUN 1964 Tentang SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN DALAM TEMPAT KERJA (SAAT INI PERATURAN DIATAS TERSEBUT SUDAH DICABUT)
  • 22. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN KERJA  Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
  • 23.  Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.  Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya.  NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.  NAB faktor kimia meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.
  • 24. Syarat-Syarat K3 Lingkungan kerja adalah sebagai berikut:  Pengendalian faktor fisiko dan faktor kimia agar berada di bawah NAB  Pengendalian faktor bilogi, ergonomi dan psikologi agar memenuhi standar  Penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene di tempat kerja yang bersih dan sehat  Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan k3 di bidang Lingkungan Kerja
  • 26. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR DAN PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI Menetapkan NAB lingkungan kerja industri