SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
5.1. Prinsip Penentuan Beda Tinggi Dengan Sipat Datar.
Pengukuran menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan
beda tinggi antara titik-titik pada permukaan bumi. Sebagai acuan
penentuan tinggi titik-titik tersebut di gunakan muka air laut rata-rata
(MSL) atau tinggi lokal. Bayangkan sebuah meja dan kursi di atas lantai
(Gambar 5.1). Semuanya dapat diukur ketinggiannya dengan sebuah
penggaris dari dasar lantai. Lantai dapat di sebut sebagai datum, dimana
ketinggian benda di atasnya dideferensikan. Dalam hubungan ini Levelling
dapat di definisikan sebagai suatu metoda untuk menggambarkan
ketinggian benda secara relatif terhadap lantai (datum) sebagai referensi.
Gambar. 5.1. Ilustrasi Datum dan Beda Tinggi
Dalam aplikasi praktis, levelling di lakukan dengan bantuan
instrumen (alat ukur sipat datar) dan suatu bak ukur sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 5.2. Tinggi titik A = 1.500 – 0.750 = 0.750 m
di atas datum
Tinggi titik B = 0.00 m (datum)
Tinggi titik C = 1.500 – 1.050 = 0.450 m di atas datum
POKOK BAHASAN :
TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)
Prinsip penentuan beda tinggi; Jenis Peralatan Sipat Datar: Dumpy Level, Tilting level,
Automatic Level; Bagian Alat; Mengatur Alat : garis arah niveau, garis visir Kesalahan
pengkuran : kesalahan perorangan dan Alat , kesalahan alam ; Ketelitian Levelling
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
Datum merupakan bidang mendatar yang melewati titik B. Dalam
istilah geodesi datum ketinggian yang digunakan adalah berupa tinggi
permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Berdasarkan datum tersebut
dapat dikembangkan jaringan levelling, sebagai titik kontrol ketinggian
yang biasanya di sebut Bench Mak (BM)Pengukuran menyipat datar
mempunyai maksud untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik pada
permukaan bumi. Sebagai acuan terhadap penentuan tinggi titik-titik
tersebut di gunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi lokal.
Gambar. 5.2. Prinsip Pengkuran Beda Tinggi dengan Sipat datar
5.2. Jenis Peralatan Sipat Datar
Berdasarkan Konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat di bagi dalam
empat macam utama:
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap di
tempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat di putar
dengan sumbu ke satu sebagai sumber putar.
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan di
tempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat di
putar dengan sumbu ke satu sebagai sumbu putar, dapat pula di putar
dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu
putar ini di namakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat di
angkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu
mekanis, tetapi nivo tidak di letakan pada teropong, melainkan di
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
tempatkan di bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat di angkat
dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari
bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat di letakan di bagaian
bawah dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo di
tempatkan di teropong.
Gambar. 5.3. Jenis Dumpy Level, Tilting Level dan Automatic Level
5.3. Bagian Alat.
Konstruksi mekanis alat sipat datar sebenarnya sama dengan
theodolite, perbedaannya hanya terletak pada gerakan vertikal tidak dapat
di lakukan pada alat sipat datar.
Gambar 5.4. Konstruksi Mekanis Jenis Automatic Level
5.4. Mengatur Alat
a. Syarat utama : garis visir //garis arah niveau.
Syarat ini dapat di pecahkan menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Garis arah niveau // sumbu mechanis
b. Garis visir // sumbu mechanis
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
(1). Mengatur garis arah niveau reversi // sumbu mechanis
Pada type tanpa skrup helling, mula-mula niveau berada di
atas teropong (n.a = niveau atas) di buat seimbang dengan
ketigaskrup penyetel. Kemudian teropong di putar terhadap sumbu
mechanismenya. Niveau kini di bawah (n.b = niveau bawah).
Penyimpangan gelembung adalah sama setengah penyimpangan ini
di betulkan dengan skrup koreksi niveau yang bekerja vertikal
(dalam gambar yaitu “a”).
Di samping itu mungkin juga terpenyilangan antara garis
niveau dengan sumbu mechanis. Untuk memeriksa ini serta
membetulkannya kita putar teropong 45 derajad dengan sumbu
mechanis sebagai sumbu perputarannya. Penyimpangannya di
buang seluruhnya dengan skrup koreksi tadi. Cara mengatur di atas
di lakukan silih berganti, sampai niveau tetap seimbang, jika
teropong di putar melalui sumbu mechanisnya.
(2). Mengatur garis visir // sumbu mechanis
Yang bekerja tegak lurus terhadap skrup koreksi niveau “a”
arahkan teropong pada baak dan baca a1. Putar teropong melalui
sumbu mechanisnya, dan berhubung sumbu ini tidak sejajar atau
berhimpitan dengan garis visir, maka terbaca pada baak a2. (k1 dan
k2 adalah kedudukan benang silang horizontal). Dengan skrup
koreksi benang silang yang bekerja vertikal(dalam gambar yaitu
“b”), buat pembacaan pada pada baak sebesar ½ (a1 + a2). Jika
keadaan ini telah benar, maka visir tetap terpusat pada satu titik
pada baak, jika teropong di putar melalui sumbu mechanisnya.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
5.5. Kesalahan Perorangan dan Alat
a. Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu dapat diatasi dengan
membaca ketiga benang diafragma
b. Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur
c. Karena kesalahan pemegang rambu waktu menempatkan rambu di atas
titik sasaran..
Sedangkan kesalahan dari alat meliputi :
a. Karena garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo.Hal ini dapat di
hindarkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah rambu belakang
dan rambu muka (dp = dm) atau usahakan jumlah jarak rambu
belakang = jumlah jarak muka.
b. Kesalahan karena Garis Nol Skala dan kemiringan Rambu.
Misalnya letak garis nol skala pada rambu A dan B tidak betul,maka
hasil pembacaan pada rambu A harus di koreksi Ka dan pada rambu B
sebesar Kb.Misalnya dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan
menunjukan angka a, sedangkan pembacaan pada waktu rambu miring
sebesar . Dari penelitian pengaruh miringnya rambu tidak dapat
dihilangkan sehingga agar mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih
baik haruslah di gunakan nivo rambu yang baik.
Gambar 5.5. Kesalahan Kemiringan Rambu
5.6. Kesalahan yang Bersumber Pada Alam.
a. Kesalahan Karena Melengkungnya Sinar (Refraksi)
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
Sinar cahaya yang datang dari rambu ke alat penyipat datar karena
melalui lapisan-lapisan udara yang berbeda baik kepadatan, tekanan
maupun suhunya maka sinar yang datang bukanlah lurus melainan
melengkung.
Gambar 5.6. Kesalahan krena refraksi atmosfir
Misalkan pembacaan rambu karena melengkungya sinar adalah b’
dan m’. Pembacaan seharusnya yang mendatar adalah b dan m. Agar
mendapatkan harga b dan m yang mendatar maka harus di beri koreksi
sebesar bb’ dan mm’ sehingga beda tinggi :
tab =b – a =(b’ + b’ b) -(m’ + m’ m) = (b’ – m’) + (b’ b + m’ m)
Bila (b’ b – mm’) = 0 atau b’ b = m’ m, maka tab = b’ – m’. b’ b akan
sama denagn m’ m bilajarak dari alat penyipat datar ke rambu belakang
sama denagn jarak ke rambu muka (db = dm)
Dengan demikian pengaruh refraksasi dapat di hilangkan bila jarak
belakang sama denagn jarak muka atau jumlah jarak belakang sama
dengan jumlah jarak muka.
b. Kesalahan Karena Melengkungnya Bumi.
Sesuai dengan prinsip dasar pengukuran beda tinggi, maka beda
tinggi antara titik A dan B sama denagn jarak antara bidang nivo melalui
titik A dan bidan nivo yang melalui b. Pengaruh kelengkngan bumi pada
rambu belakang adalah bb” sedangkan pada rambu muka adalah mm”.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
Gambar 5.7. Kelengkungan bumi
Dapat di lihat pada gambar bahwa pengaruh kelengkungan bumi dapat
di hilangkan jika bb” = mm” atau bila jarak ke rambu belakang sama
dengan jarak ke rambu muka (jumlah jarak belakang sama dengan
jumlah jarak muka).
c. Kesalahan Karena Masuknya Statip Alat Penyipat Datar ke Dalam
Tanah.
Alat penyipat datar selama pengukuran mungkin saja bergerak ke
samping ataupun ke bawah, sehingga gelembung nivo pada alat
penyipat datar tidak di tengah lagi, dengan demikian garis bidik tidak
mendatar lagi. Meskipun demikian alat penyipat datar dapat saja
bergerak ke dalam tanah tetapi gelembung nivo tetap di tengah.
Masuknya statip penyipat datar ke dalam tanah akan memberi
pengaruh pada hasil pengukuran. Pengaruh masuknya statip penyipat
datar ke dalam tanah dapat di hilangkan dengan cara pengukuran
sebagai berikut:
- Baca rambu belakang, kemudian rambu muka,
- Alat penyipat datar di pindah,
- Baca rambu muka, kemudian rambu belakang.
d. Kesalahan Karena Panasnya Sinar Matahari Dan Getaran Udara.
Alat penyipat datar apabila selalu kena sinar matahari maka akan
menimbulkan perubahan pada gelembung nivo sehingga akan
mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran.
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
Untuk menghindari hal tersebut pada waktu pengukuran alat
penyipat datar harus di lindungi dengan payung. Pengaruh getaran
udara ini dapat di hindari dengan melakukan pengukuran pada waktu
lapisan udara tenang yaitu waktu pagi dan sore.
5.7. Ketelitian dari Levelling
Ketelitian dari suatu waterpassing di tentukan oleh suatu bilangan, yang
menyatakan kesalahan menengah untuk tiap kilo meter waterpassing
tunggal. Kesalahan menengah ini dapat di hitung dari :
a. Selisih antara pengukuran pergi dan pulang per seksi
b. Selisih antara pengukuran pergi dan pulang pertrayek
c. Kesalahan penutup wp-keliling
Kedua cara yang terakhir ini hanya mempunyai arti untuk jaring-jaring
besar. Menurut theori ilmu hitung pengamatan kesalahan menengah (k.m)
per kilo meter waterpassing tunggal di peroleh rumus :
U = K.m per kilometer waterpassing tunggal di nyatakan dalam mm.
d = Selisih dalam mm antara pengukuran pergi dan pulang.
n = Jumah seksi di mana waterpassing tersebut di bagi.
D = Paanjang seksi dalam kilometer.
Kesalahan menengah dari hasil pengukuran yang di peroleh dari pukul rata
pengukuran pergi dan pulang adalah:
Untuk waterpassing teliti harga m hendaknya di bawah 1 mm, untuk
waterpassing lainnya m terletak antara 1 dan 3 mm. Kesalahan menengah
dari satu selisih antara 2 pengukutran tersebut adalah :
2
2
m
MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH
ILMU UKUR TANAH
mS = 2
2
Selisih antara waterpassing pergi dan pulang yang di perbolehkan
adalah 3 m S (3 kali kesalahan menengah adalah batas-batas toleransi.
Menurutilmu hitung kemungkinan, selisih di atas 3 m S terjadi satu kali di
antara 370 pengamatan. Karena kans ini begitu kecil, maka dalam praktek
di anggap selisih lebih besar dari 3 m S tidak terjadi).
Misalkan waterpassing primer (teliti)di kehendaki m = 0.6 mm
Maka menurut (2):
menurut (3): ms = 2 x 0,72 = 1,44 mm
= 1,2 L mm
Selisih yang di bolehkan S = 3 m s = 3,6 L mm.
72.0
2
6.0
2
2
x
x

More Related Content

What's hot

Navigasi Tutorial
Navigasi TutorialNavigasi Tutorial
Navigasi Tutorial
pindotutuko
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
yonolino
 
B pengukuran sipat-datar-memanjang
B pengukuran sipat-datar-memanjangB pengukuran sipat-datar-memanjang
B pengukuran sipat-datar-memanjang
Nick Nick
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
Edho Wiranata
 
Peta. latber impk 2013
Peta. latber impk 2013Peta. latber impk 2013
Peta. latber impk 2013
Resti Ws
 

What's hot (20)

Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Navigasi
NavigasiNavigasi
Navigasi
 
Navigasi Tutorial
Navigasi TutorialNavigasi Tutorial
Navigasi Tutorial
 
Iuw 6v beda tinggi
Iuw   6v beda tinggiIuw   6v beda tinggi
Iuw 6v beda tinggi
 
52 pengukuran-sudut-jarak
52 pengukuran-sudut-jarak52 pengukuran-sudut-jarak
52 pengukuran-sudut-jarak
 
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
 
Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1
 
Bahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur TanahBahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur Tanah
 
B pengukuran sipat-datar-memanjang
B pengukuran sipat-datar-memanjangB pengukuran sipat-datar-memanjang
B pengukuran sipat-datar-memanjang
 
Iuw 3 pengukuran jarak
Iuw   3 pengukuran jarakIuw   3 pengukuran jarak
Iuw 3 pengukuran jarak
 
Bab 6 menyipat datar
Bab 6 menyipat datarBab 6 menyipat datar
Bab 6 menyipat datar
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
 
Pengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutupPengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutup
 
Peta. latber impk 2013
Peta. latber impk 2013Peta. latber impk 2013
Peta. latber impk 2013
 
Macam navigasi
Macam navigasiMacam navigasi
Macam navigasi
 
Laporan edit
Laporan editLaporan edit
Laporan edit
 
NAVDAR
NAVDARNAVDAR
NAVDAR
 
Double stand
Double standDouble stand
Double stand
 
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAANTOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
 

Similar to 9 5-teorisipatdatar

Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
afadliansyah
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Gutit
 

Similar to 9 5-teorisipatdatar (20)

Ilmu ukur tanah
Ilmu ukur tanahIlmu ukur tanah
Ilmu ukur tanah
 
Pig
PigPig
Pig
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
 
ilmu ukur tambang
ilmu ukur tambangilmu ukur tambang
ilmu ukur tambang
 
Ilmu ukur tambang
Ilmu ukur tambangIlmu ukur tambang
Ilmu ukur tambang
 
2_bab-ii-teori-kesalahan.pdf
2_bab-ii-teori-kesalahan.pdf2_bab-ii-teori-kesalahan.pdf
2_bab-ii-teori-kesalahan.pdf
 
Skala peta
Skala petaSkala peta
Skala peta
 
Garis kontur
Garis konturGaris kontur
Garis kontur
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanah
 
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
 
Metode gravity
Metode gravityMetode gravity
Metode gravity
 
Acara1
Acara1Acara1
Acara1
 
Polygon tertutup
Polygon tertutupPolygon tertutup
Polygon tertutup
 
Piyuut tralala www
Piyuut  tralala wwwPiyuut  tralala www
Piyuut tralala www
 
Navigasi Darat TBMM Humerus FK UII
Navigasi Darat TBMM Humerus FK UIINavigasi Darat TBMM Humerus FK UII
Navigasi Darat TBMM Humerus FK UII
 
Koordinat Foto_Relief Displacement_Mosaik.ppt
Koordinat Foto_Relief Displacement_Mosaik.pptKoordinat Foto_Relief Displacement_Mosaik.ppt
Koordinat Foto_Relief Displacement_Mosaik.ppt
 
Kesalahan-kesalahan pada survei dan pemetaan.pptx
Kesalahan-kesalahan    pada survei dan pemetaan.pptxKesalahan-kesalahan    pada survei dan pemetaan.pptx
Kesalahan-kesalahan pada survei dan pemetaan.pptx
 
Laporan srtm oke
Laporan srtm okeLaporan srtm oke
Laporan srtm oke
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitian
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 

Recently uploaded (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

9 5-teorisipatdatar

  • 1. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH 5.1. Prinsip Penentuan Beda Tinggi Dengan Sipat Datar. Pengukuran menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik pada permukaan bumi. Sebagai acuan penentuan tinggi titik-titik tersebut di gunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi lokal. Bayangkan sebuah meja dan kursi di atas lantai (Gambar 5.1). Semuanya dapat diukur ketinggiannya dengan sebuah penggaris dari dasar lantai. Lantai dapat di sebut sebagai datum, dimana ketinggian benda di atasnya dideferensikan. Dalam hubungan ini Levelling dapat di definisikan sebagai suatu metoda untuk menggambarkan ketinggian benda secara relatif terhadap lantai (datum) sebagai referensi. Gambar. 5.1. Ilustrasi Datum dan Beda Tinggi Dalam aplikasi praktis, levelling di lakukan dengan bantuan instrumen (alat ukur sipat datar) dan suatu bak ukur sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.2. Tinggi titik A = 1.500 – 0.750 = 0.750 m di atas datum Tinggi titik B = 0.00 m (datum) Tinggi titik C = 1.500 – 1.050 = 0.450 m di atas datum POKOK BAHASAN : TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING) Prinsip penentuan beda tinggi; Jenis Peralatan Sipat Datar: Dumpy Level, Tilting level, Automatic Level; Bagian Alat; Mengatur Alat : garis arah niveau, garis visir Kesalahan pengkuran : kesalahan perorangan dan Alat , kesalahan alam ; Ketelitian Levelling
  • 2. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH Datum merupakan bidang mendatar yang melewati titik B. Dalam istilah geodesi datum ketinggian yang digunakan adalah berupa tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Berdasarkan datum tersebut dapat dikembangkan jaringan levelling, sebagai titik kontrol ketinggian yang biasanya di sebut Bench Mak (BM)Pengukuran menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik pada permukaan bumi. Sebagai acuan terhadap penentuan tinggi titik-titik tersebut di gunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi lokal. Gambar. 5.2. Prinsip Pengkuran Beda Tinggi dengan Sipat datar 5.2. Jenis Peralatan Sipat Datar Berdasarkan Konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat di bagi dalam empat macam utama: a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap di tempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat di putar dengan sumbu ke satu sebagai sumber putar. b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan di tempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat di putar dengan sumbu ke satu sebagai sumbu putar, dapat pula di putar dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini di namakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat di angkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar. c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis, tetapi nivo tidak di letakan pada teropong, melainkan di
  • 3. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH tempatkan di bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat di angkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar. d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat di letakan di bagaian bawah dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo di tempatkan di teropong. Gambar. 5.3. Jenis Dumpy Level, Tilting Level dan Automatic Level 5.3. Bagian Alat. Konstruksi mekanis alat sipat datar sebenarnya sama dengan theodolite, perbedaannya hanya terletak pada gerakan vertikal tidak dapat di lakukan pada alat sipat datar. Gambar 5.4. Konstruksi Mekanis Jenis Automatic Level 5.4. Mengatur Alat a. Syarat utama : garis visir //garis arah niveau. Syarat ini dapat di pecahkan menjadi 2 bagian, yaitu : a. Garis arah niveau // sumbu mechanis b. Garis visir // sumbu mechanis
  • 4. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH (1). Mengatur garis arah niveau reversi // sumbu mechanis Pada type tanpa skrup helling, mula-mula niveau berada di atas teropong (n.a = niveau atas) di buat seimbang dengan ketigaskrup penyetel. Kemudian teropong di putar terhadap sumbu mechanismenya. Niveau kini di bawah (n.b = niveau bawah). Penyimpangan gelembung adalah sama setengah penyimpangan ini di betulkan dengan skrup koreksi niveau yang bekerja vertikal (dalam gambar yaitu “a”). Di samping itu mungkin juga terpenyilangan antara garis niveau dengan sumbu mechanis. Untuk memeriksa ini serta membetulkannya kita putar teropong 45 derajad dengan sumbu mechanis sebagai sumbu perputarannya. Penyimpangannya di buang seluruhnya dengan skrup koreksi tadi. Cara mengatur di atas di lakukan silih berganti, sampai niveau tetap seimbang, jika teropong di putar melalui sumbu mechanisnya. (2). Mengatur garis visir // sumbu mechanis Yang bekerja tegak lurus terhadap skrup koreksi niveau “a” arahkan teropong pada baak dan baca a1. Putar teropong melalui sumbu mechanisnya, dan berhubung sumbu ini tidak sejajar atau berhimpitan dengan garis visir, maka terbaca pada baak a2. (k1 dan k2 adalah kedudukan benang silang horizontal). Dengan skrup koreksi benang silang yang bekerja vertikal(dalam gambar yaitu “b”), buat pembacaan pada pada baak sebesar ½ (a1 + a2). Jika keadaan ini telah benar, maka visir tetap terpusat pada satu titik pada baak, jika teropong di putar melalui sumbu mechanisnya.
  • 5. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH 5.5. Kesalahan Perorangan dan Alat a. Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu dapat diatasi dengan membaca ketiga benang diafragma b. Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur c. Karena kesalahan pemegang rambu waktu menempatkan rambu di atas titik sasaran.. Sedangkan kesalahan dari alat meliputi : a. Karena garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo.Hal ini dapat di hindarkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah rambu belakang dan rambu muka (dp = dm) atau usahakan jumlah jarak rambu belakang = jumlah jarak muka. b. Kesalahan karena Garis Nol Skala dan kemiringan Rambu. Misalnya letak garis nol skala pada rambu A dan B tidak betul,maka hasil pembacaan pada rambu A harus di koreksi Ka dan pada rambu B sebesar Kb.Misalnya dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan menunjukan angka a, sedangkan pembacaan pada waktu rambu miring sebesar . Dari penelitian pengaruh miringnya rambu tidak dapat dihilangkan sehingga agar mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik haruslah di gunakan nivo rambu yang baik. Gambar 5.5. Kesalahan Kemiringan Rambu 5.6. Kesalahan yang Bersumber Pada Alam. a. Kesalahan Karena Melengkungnya Sinar (Refraksi)
  • 6. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH Sinar cahaya yang datang dari rambu ke alat penyipat datar karena melalui lapisan-lapisan udara yang berbeda baik kepadatan, tekanan maupun suhunya maka sinar yang datang bukanlah lurus melainan melengkung. Gambar 5.6. Kesalahan krena refraksi atmosfir Misalkan pembacaan rambu karena melengkungya sinar adalah b’ dan m’. Pembacaan seharusnya yang mendatar adalah b dan m. Agar mendapatkan harga b dan m yang mendatar maka harus di beri koreksi sebesar bb’ dan mm’ sehingga beda tinggi : tab =b – a =(b’ + b’ b) -(m’ + m’ m) = (b’ – m’) + (b’ b + m’ m) Bila (b’ b – mm’) = 0 atau b’ b = m’ m, maka tab = b’ – m’. b’ b akan sama denagn m’ m bilajarak dari alat penyipat datar ke rambu belakang sama denagn jarak ke rambu muka (db = dm) Dengan demikian pengaruh refraksasi dapat di hilangkan bila jarak belakang sama denagn jarak muka atau jumlah jarak belakang sama dengan jumlah jarak muka. b. Kesalahan Karena Melengkungnya Bumi. Sesuai dengan prinsip dasar pengukuran beda tinggi, maka beda tinggi antara titik A dan B sama denagn jarak antara bidang nivo melalui titik A dan bidan nivo yang melalui b. Pengaruh kelengkngan bumi pada rambu belakang adalah bb” sedangkan pada rambu muka adalah mm”.
  • 7. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH Gambar 5.7. Kelengkungan bumi Dapat di lihat pada gambar bahwa pengaruh kelengkungan bumi dapat di hilangkan jika bb” = mm” atau bila jarak ke rambu belakang sama dengan jarak ke rambu muka (jumlah jarak belakang sama dengan jumlah jarak muka). c. Kesalahan Karena Masuknya Statip Alat Penyipat Datar ke Dalam Tanah. Alat penyipat datar selama pengukuran mungkin saja bergerak ke samping ataupun ke bawah, sehingga gelembung nivo pada alat penyipat datar tidak di tengah lagi, dengan demikian garis bidik tidak mendatar lagi. Meskipun demikian alat penyipat datar dapat saja bergerak ke dalam tanah tetapi gelembung nivo tetap di tengah. Masuknya statip penyipat datar ke dalam tanah akan memberi pengaruh pada hasil pengukuran. Pengaruh masuknya statip penyipat datar ke dalam tanah dapat di hilangkan dengan cara pengukuran sebagai berikut: - Baca rambu belakang, kemudian rambu muka, - Alat penyipat datar di pindah, - Baca rambu muka, kemudian rambu belakang. d. Kesalahan Karena Panasnya Sinar Matahari Dan Getaran Udara. Alat penyipat datar apabila selalu kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada gelembung nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran.
  • 8. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH Untuk menghindari hal tersebut pada waktu pengukuran alat penyipat datar harus di lindungi dengan payung. Pengaruh getaran udara ini dapat di hindari dengan melakukan pengukuran pada waktu lapisan udara tenang yaitu waktu pagi dan sore. 5.7. Ketelitian dari Levelling Ketelitian dari suatu waterpassing di tentukan oleh suatu bilangan, yang menyatakan kesalahan menengah untuk tiap kilo meter waterpassing tunggal. Kesalahan menengah ini dapat di hitung dari : a. Selisih antara pengukuran pergi dan pulang per seksi b. Selisih antara pengukuran pergi dan pulang pertrayek c. Kesalahan penutup wp-keliling Kedua cara yang terakhir ini hanya mempunyai arti untuk jaring-jaring besar. Menurut theori ilmu hitung pengamatan kesalahan menengah (k.m) per kilo meter waterpassing tunggal di peroleh rumus : U = K.m per kilometer waterpassing tunggal di nyatakan dalam mm. d = Selisih dalam mm antara pengukuran pergi dan pulang. n = Jumah seksi di mana waterpassing tersebut di bagi. D = Paanjang seksi dalam kilometer. Kesalahan menengah dari hasil pengukuran yang di peroleh dari pukul rata pengukuran pergi dan pulang adalah: Untuk waterpassing teliti harga m hendaknya di bawah 1 mm, untuk waterpassing lainnya m terletak antara 1 dan 3 mm. Kesalahan menengah dari satu selisih antara 2 pengukutran tersebut adalah : 2 2 m
  • 9. MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH mS = 2 2 Selisih antara waterpassing pergi dan pulang yang di perbolehkan adalah 3 m S (3 kali kesalahan menengah adalah batas-batas toleransi. Menurutilmu hitung kemungkinan, selisih di atas 3 m S terjadi satu kali di antara 370 pengamatan. Karena kans ini begitu kecil, maka dalam praktek di anggap selisih lebih besar dari 3 m S tidak terjadi). Misalkan waterpassing primer (teliti)di kehendaki m = 0.6 mm Maka menurut (2): menurut (3): ms = 2 x 0,72 = 1,44 mm = 1,2 L mm Selisih yang di bolehkan S = 3 m s = 3,6 L mm. 72.0 2 6.0 2 2 x x