Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut untuk menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam perjalanan gunung hutan. Secara praktis ilmu navigasi sungai telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan. Sebab sungai merupakan satu-satunya sarana angkutan bagi mereka. Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara dan lainnya.
1. MACAM-MACAM NAVIGASI
1. NAVIGASI SUNGAI
Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut
untuk menguasai
navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam perjalanan gunung hutan. Secara praktis
ilmu navigasi sungai
telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan. Sebab sungai merupakan
satu-satunya sarana
angkutan bagi mereka. Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka
menggunakan tanda-tanda alam
yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara dan lainnya.
2. Pengertian Navigasi Sungai
Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam perjalanan
penyusuran sungai.
Perbedaan yang mendasar antara navigasi sungai dan navigasi darat terletak pada acuan
dasar untuk menentukan
kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan
fisik bumi yang
digambarkan oleh garis kontur, sedang pada navigasi sungai acuan dasarnya adalah bentuk
dari tepi kiri dan
kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta.
3. Perlengkapan Navigasi sungai
a. Peta
Ada dua macam peta yang digunakan yaitu:
1. Peta situasi sungai, peta ini tidak mempunyai
garis kontur, yang tergambar adalah sungai dan
desa yang ada di sepanjang daerah aliran sungai.
Skala peta yang dipakai sebaiknya 1:50.000 atau
1:25.000, yang cukup jelas menggambarkan kondisi
fisik sungai. Peta ini umumnya dibuat oleh
perorangan yang pernah tinggal atau melakukan
survey dan pemetaan disepanjang sungai tersebut.
2. Peta topografi, mempunyai kelebihan jika
dibandingkan dengan peta situasi karena dapat
membantu membaca kondisi alam di sekitar sungai
seperti berupa rawa, tebing, bukit maupun
pegunungan.
b. Kompas
Digunakan untuk menentukan sudut belokan-belokan sungai, kompas bidik dan kompas
orienteering dengan
keakuratan yang baik dapat digunakan untuk keperluan ini.
c. Alat Tulis
Berupa kertas tulis, busur derajat, penggaris dan alat tulis. Dipakai untuk menentukan posisi,
setelah terlebih
dahulu membidik sudut kompas dari sungai dan melakukan penaksiran jarak.
d. Altimeter
2. Altimeter bukan merupakan peralatan yang paling utama untuk menentukan posisi, tetapi
lebih tepat untuk
mengetahui gradien sungai, yaitu beda tinggi antara dua titik di sungai dalam jarak 1 km
(contoh gradien sungai 9
m/km, yaitu beda tinggi 9 m antara dua titik yang berjarak 1 km). Karena perbedaan tinggi
pada penurunan sungai
relatif kecil untuk tiap km panjang sungai, maka sebaiknya digunakan altimeter yang cukup
teliti, misalnya
dengan kemampuan membaca perbedaan tinggi sampai 10 meter (sebagai gambaran, untuk
sungai yang berarus
deras dan banyak air terjunnya, perbedaan sungai rata-rata untuk tiap kilometer hanya
sekitar 40 meter).
4. Menentukan Kedudukan Pada Peta
Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri sungai sambil memperhatikan perubahan arah
belokan sungai,
dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat disepanjang sungai. Ada dua cara
yang dapat dipakai
untuk menentukan kedudukan:
a. Dengan Bantuan Tanda-Tanda alam
Misalnya kita sedang melakukan penyusuran sungai dari titik A ke titik B, kemudian pada
suatu tempat dijumpai
sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk menentukan kedudukan pada saat ini
adalah: Lakukan orientasi
peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth) dari lintasan
sungai pada belokan
di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang
terdapat di belakang (
misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan
(misalnya belokan sungai ke
arah kiri), kemudian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari padanannya
pada peta (perlu
diketahui bahwa delta yang terdapat pada sungai adalah delta yang cukup besar, tidak
tertutup pada saat banjir,
dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan
digambarkan pada peta.) apabila
masih kurang jelas, maka perlu dilakukan penyusuran sampai pada tanda alam berikutnya
yang dapat lebih
memperjelas kedudukan kita.
b. Membuat Peta Sendiri
Teknik pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut kompas
(azimuth). Sebelum
melakukan cara ini, sebaiknya mata kita di latih dahulu untuk menaksir jarak, misalnya
untuk jarak 50 meter atau
100 meter. Cara termudah adalah dengan berlatih di jalan raya dengan bantuan sepeda motor
atau mobil yang
penunjuk jaraknya masih berlaku dengan baik, dapat juga dengan bantuan tiang listrik
(setiap 50 meter), patok
kecil di sepanjang jalan raya (100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat dipraktekkan pada
jalan dalam kota yang
banyak belokannya. Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya,
maka di pakai patokan
jarak setiap 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter. Sedangkan untuk sungai
di daerah tengah dan
3. hilir yang relatifr lebih lebar dan lurus (kecuali pada daerah meander), atau jari-jari belokan
besar (sudut
belokannya relatif kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan
100 meter dengan
sisa ukuran terkecil 25 meter.
Jadi kita membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang dan
pendek, yang
berbelok-belok sesuai dengan sudutnya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
pembuatan sungai
adalah : sediakan peralatan yang diperlukan, buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua
kolom, kolom pertama
untuk derajat (azimuth)dan kolom kedua untuk jarak (meter). Jika ingin lebih teliti dapat
ditambahkan dua kolom
lagi, yaitu untuk lebar sungai dan keterangan yang diperlukan (misalnya jika ada
penyempitan, batu besar di
tengah sungai, tebing terjal di kiri dan kanan sungai dan lainnya), bidik kompas pada awal
pergerakan, dan taksir
jaraknya dengan mata yang sudah terlatih, isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2, jika
menggunakan perahu
sebaiknya dilakukan dari tengah sungai, hitung jaraknya sambil bergerak maju setiap 50 dan
100 meter. Setelah
sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan pembidikan dan taksirkan
jaraknya kembali,
ulangi sampai melampaui 3 belokan sungai, kemudian buat gambar sungai tersebut
berdasarkan hasil catatan yang
ada pada tabel, skala dapat di misalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi, kemudian
cari padanan atau
bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat dengan peta sungai yang kita bawa,
dengan demikian
kedudukan kita di peta dapat ditentukan yaitu pada titik terakhir yang kita buat, jika belum
di dapat juga ulangi
sampai beberapa belokan lagi.
NAVIGASI RAWA
Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa.
Navigasi rawa
merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun
pasir. Tidak ada tanda
ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar
dan kadang di penuhi
aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu
berubah-ubah akibat
tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling
penting sebelum
memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda
medan yang dapat
dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi
desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan
pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan
orientasi medan yang teliti.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
navigasi rawa adalah:
1) tentukan titik pemberangkatan kita di peta;
2) bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya;
4. 3) ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus
untuk setiap bagian
perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika
belum dijumpai,
lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak: a) Dengan
penaksiran jarak (jika sudah
mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung
hutan, pemegang
kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak
pengukuran untuk
satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika
medannya tertutp atau
sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif,
tergantung medan yang
dihadapi; b) Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi
didapat hasil yang lebih
teliti; c) Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu
pemegang kompas
berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat
ujung benang pada
titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat
pengukur tersebut. Putuskan
benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok; d) Dengan alat pengukur langkah
yang dipasang pada
pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil
patokan 10 langkah sama
dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10;
4. Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala
peta yang dimiliki,
jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.
5. Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai
catatan perjalanan
untuk kembali ke tempat semula.
6. Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan
kita. Lakukan perjalanan
dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak
memungkinkan untuk
dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.
Catatan: cara berjalan di rawa
a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk
membantu menarik
teman yang terbenam.
b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak
bekas tumbuhan
semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada kaarena tanahnya relatif lebih keras.
c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak,
gunanya untuk menahan
lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas
salju yang lunak
dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak, maka semakin
ringan beban yang
ditanggung oleh salju.
5. d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di
daerah rawa, umunya
mereka berbisa.
NAVIGASI PANTAI
Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah pantai.
Navigasi pantai jauh
lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa dan sungai, sebab sebuah garis posisi
sudah diketahui, yaitu
sebuah garis tepi pantai, jadi hanya dibutuhkan sebuah tanda lagi untuk melakukan
resection. Tanda-tanda medan
yang dapat dijadikan patokan adalah: – sudut arah dari garis pantai; – tanjung atau teluk; –
muara sungai;- pulau
atau karang yang terdapat disekitar pantai; – bukit yang terdapat didaerah pantai; – kampung
nelayan
Jika sudah terlatih navigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak menjadi
masalah, karena pada
navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompaspun sebenarnya
kita dapat berjalan di
tepi pantai, kompas dibutuhkan jika harus melakukan perjalanan potong kompas,
menghindari rintangan yang
berupa tebing terjal yang tidak mungkin untuk dilewati.
Langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai:
1) Plot posisi kita dengan cara resection.
2) Berjalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.
3) Catat waktu perjalanan untuk waktu yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang mudah
dikenal. Ini
dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di peta setiap
menjumpai tanda-
tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara sungai.
4) Jika menemui rintangan yang berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan
resection untuk
menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan perjalanan
melambung dengan
bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada tebing karang, umumnya perjalanan harus
melewati tanjakan
dan turunan yang terjal.
6. Navigasi Darat
I. Pengertian
Navigasi Darat ialah :
Ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang khususnya Pencinta Alam menentukan
kedudukan suatu tempat dan juga memberikan bayangan medan yang di tempuh,
dengan demikian kita dapat merencanakan suatu perjalanan dengan secermat mungkin,
menentukan hambatan seminimal mungkin dengan bantuan peta dan kompas.
II. Pembagian
A. Peta adalah :
Gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi yang diproyeksikan dalam bidang
datar dengan metode perbandingan tertentu. Maksudnya adalah agar kita dapat
mengetahui gambaran suatu tempat/medan.
B. Macam-macam peta
1. Peta teknis (skala besar) : peta yang dipergunakan untuk keperluan teknis seperti
perencanaan jalan, irigasi dll. Skalam dalam peta ini digunakan skala yang cukup besar
yaitu : 1:1000 atau 1:2000
2. Peta Topografi : Peta yang menjelaskan tentang keadaan bumi dan ketinggian suatu
daerah yang berupa garis kountur.
3. Peta Ikhtisar/geografi/wilayah : peta yang biasa kita pakai dalam pelajaran sekolah,
biasanya skala kecil :1:250000
4. Peta tematik/khusus : peta yang menyebutkan data-data Kwalitatif dan Kwantitatif
yang ada hubungannya dengan unsur-unsur topografi. Contoh peta Geologi, peta
pariwisata, peta tata guna lahan dll
Peta yang biasa digunakan dalam Navigasi Darat ialah peta Topografi. Peta tersebut
mempunyai skala tertentu, yaitu :
a. Skala kecil 1: 1.000.000
b. Skala Sedang 1 : 50.000
c. Skala besar 1 :1000
C. Skala
Perbandingan jarak diatas peta dengan jarak sebenernya diatas permukaan bumi
Macam-macam skala
- Skala Fraksi /Perbandingan contoh : 1:10.000
- Skala Grafis/Penggambaran
- Skala Verbal/Perkataan, contoh 1cm mewakili 1 Km, 1inchi mewakili 1Km
Macam-macam ukuran skalah
- Skala kecil : 1:100.000 ke bawah
- Skala sedang : 1:50.000- skala darat
- Skala besar : 1:10.000 ke atas
D. Garis kontur
Garis berbelok-belok yang merupakan kurva tertutup yang menghubungkan titik yang
mempunyai ketinggiannya yang sama dari permukaan laut
Sifat-sifat garis Kontur :
a. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian
b. Garis Kontur yang lebih rendah mengelilingi garis yang lebih tinggi
c. Garis kontur tidak mungkin saling berpotongan atau bercabang
d. Garis yang kelipatan 10 ditandai dengan garis yang tebal
7. e. Garis kontur yang rapat menandakan daerah itu curam dan yang renggang
menandkakan bahwa daerah itu landai.
f. Interval kontur/perbedaan antara 2 garis kontur mempunyai rumus 1/2.000 * skala,
kecuali jika tertulis pada peta.
Jadi garis kontur tidak tepat untuk mengukur jarak tetapi hanya ketinggian saja.
E. Titik Ketinggian
Ketinggian dibagi 2, yaitu :
a. Ketinggian sebenarnya : diukur dari permukaan laut, contoh: ketinggian gunung
2958mdpl
b. Ketinggian Nisbi : Ketinggian yang diukur dari dasar benda yang diukur contoh :
tinggi gedung 15m
F. Koordinat/Garis Pembantu
Lembaran peta terbagi atas garis-garis koordinat, yaitu garis bujur sangkar. Untuk
menjelaskan kedudukan kita di peta pada orang lain harus disebut kode posisi yang
dimana kita berada, berupa garis-garis koordinat peta, cara membacanya :
a. Sitim 4 anka, memperlihatkan daerah yang besar
b. Sistim 6 angka memperlihatkan daerah yang agak kecil dan sempit
G. Kompas
Pengertian dasar tentang kompas sebagai alat penunjuk arah merupakan langkah
pertama. 8 titik pada kompas merupakan suatu pokok penting untuk mengetahui arah
yang perlu kita ketahui. Dalam menggunakan kompas hindari benda-benda yang terbuat
dari logam/besi.
Dalam Navigasi Darat ada 3 buah utara yang dipakai, yaitu :
a. Utara sebenarnya (US)
Mengarah ke kutub & sesungguhnya menggambarkan gris lintang dunia
b. Utara peta (UP)
Biasanya digambarkan sebagai garis vertikal ke atas pada lembar peta. Arah utara ini
hasil proyeksi garis bujur dan garis lintang dunia pada bidang datar yang berbentuk
dalam pola koordinat (grid)
c. Utara Magnetis (UM)
Jarum kompas tidak tepat menunjuk ke arah utara sehingga perputaran bumi pada
sumbunya merupakan perubahan kutub magnetis yang disebut variasi magnetis (VM)
H.Azimut
Azimut ialah titik/besar sudut yang kita tuju, ada 3 macam Azimut.
a. Azimut sebenarnya, sudut yang dibentuk dari utara sebenarnya dengan titik sasaran.
b. Asimut magnetis, sudut yang didapat antara utara magnetis dengan titik sasaran.
c. Azimut Peta, sudut yang dibentuk dari utara peta dengan titik sasaran.
Semua azimut ini menuju ke arah U - T (jarum jam). Kebalikan dari azimut adalah back
azimut.
I. Perhitungan sudut peta ke Kompas dan Sudut Kompas ke Peta.
Sudut kompas dengan sudut peta mempunyai perbedaan. Kita tidak dapat menggunakan
langsung arah sudut peta pada kompas dan sebaliknya. untuk itu kita harus mengubah
terlebih dahulu :
- Deklinasi magnetis, perbandingan besar sudut antara arah US dengan arah UM
- Variasi magnetis, pertambahan deklinasi setiap tahun di suatu daerah. Dapat
bertambah (increase) atau berkurang (decrease)
J. Resecsion
Resecsion adalah menentukan posisi kita di peta dengan bantuan 2 buah titik atau lebih
8. yang terlihat dengan jelas oleh kita dan diketahui tepat posisinya dalam peta. Dalam
mempergunakan resection harus menggunakan back azimut (kebalikan Azimut).