SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
JTM Vol. XVII No. 3/2010 
171 
ESTIMASI TINGGI GELOMBANG MENGGUNAKAN 
KECEPATAN ARUS DENGAN PERSAMAAN STOKES ORDE 2 
Taufik Suprayogo1, Totok Suprijo1 
Sari 
Kemampuan teori gelombang Stokes order 2 dalam memprediksi tinggi dan periode gelombang di pantai telah diuji 
dalam penelitian ini. Hubungan parameter gelombang, yaitu tinggi gelombang dan kecepatan partikel air di bawah 
gelombang progresif telah dijelaskan dengan baik di dalam teori Stokes tersebut diatas, oleh karena itu kami 
menggunakan hasil pengukuran kecepatan partikel air untuk memprediksi tinggi dan periode gelombang.Data 
kecepatan partikel air diperoleh dari ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) yang telah dipasang di perairan 
Pulau Pramuka. Selanjutnya, kami diverifikasi hasil estimasi tinggi gelombang dengan data observasi. Hasil 
verifikasi terhadap data observasi menunjukkan bahwa estimasi tinggi gelombang menggunakan komponen vertikal 
dari kecepatan partikel air lebih mendekati hasil pengukuran jika dibandingkan dengan estimasi tinggi gelombang 
menggunakan komponen horisontal dari kecepatan partikel air. Perbedaan rata-rata tinggi gelombang yang 
diestimasi dari komponen kecepatan vertikal terhadap data pengamatan adalah 0,33 m, sedangkan perbedaan rata-rata 
estimasi menggunakan komponenkecepatan horizontal adalah 0,45 m. 
Kata kunci: stokes, estimasi, spektrum energi 
Abstract 
Applicability of the Stokes 2nd order wave theory to predict coastal wave have been examined in this study. 
Relationship of wave high and water particle velocity under progressive wave is explained in the Stokes theory, 
therefore we used measured water particle velocities to estimate wave high and period. Water particle velocities 
data was obtained from ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) equipment that had been deployed in the 
Pramuka Island waters. Further, we verified estimation result of wave high with observation data. The verification 
results show that wave high estimation using vertical component of water particle velocities is closer to observation 
than estimation using horizontal component of water particle velocities. Averaged discrepancy of wave high 
estimated from vertical velocity component to the observation data is 0.33 m, whereas the averaged discrepancy of 
estimation using horizontal velocity component is 0.45 m. 
Keywords : stokes, estimation, spectrum energy 
1) Program Studi Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB,Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, 
Telp.: +62 22-2500494,Fax.:+62 22-2534139 email: totok@fitb.itb.ac.id 
I. PENDAHULUAN 
Gelombang laut adalah pergerakan naik dan 
turunnya air dengan arah tegak lurus 
permukaan air laut yang membentuk 
sinusoidal.Gelombang laut biasanya 
disebabkan oleh angin (gelombang angin), 
daya tarikanbumi-bulan-matahari (gelombang 
pasang-surut) dan gelombang yang 
disebabkan oleh gempa di dasar laut 
(gelombang tsunami). Gelombang yang kita 
amati di lapangan mempunyai bentuk sangat 
kompleks dan tidak beraturan.Untuk 
mempelajarinya maka kita lakukan 
pendekatan bahwa satu gelombang yang tak 
beraturan merupakan superposisi dari tak 
berhingga gelombang yang sinusoidal. Maka 
untuk mendekati tinggi gelombang pada 
keadaan sebenarnya pada penelitian ini 
digunakan teori stokes orde kedua. Estimasi 
ini digunakan pada setiap frekuensi 
gelombang atau pada setiap gelombang. 
Walaupun terdapat galat pada penelitian ini, 
namun pendekatan dengan menggunakan 
persamaan stokes orde 2 cukup baik. 
II. PERSAMAAN PENGATUR 
Gaya gravitasi, tekanan, dan inersia 
mendominasi pergerakan gelombang kecuali 
di lapisan-lapisan batas yang tipis (= 1 cm) 
pada perbatasan (interface) udara-air dan 
dasar perairan. Teori-teori gelombang yang 
ditinjau mengacu pada asumsi dasar bahwa 
aliran adalah irrotational, yang 
mengimplementasikan bahwa tidak ada stress 
geser internal dan efek viscosity (kekentalan). 
Secara fundamental rotasi terjadi pada 
lapisan-lapisan batas tipis permukaan dan 
dasar, sehingga teori-teori gelombang yang 
digunakan tidak valid (sah) di lapisan-lapisan 
tersebut. 
Untuk mempermudah penyelesaian dalam 
gelombang digunakan asumsi-asumsi sebagai 
berikut: 
1. Fluida tidak termampatkan 
(incompressible) sehingga divergensi 
kecepatan: 
∇.푞 = 0 
dimana: 
푞 = kecepatan fluida 
(1)
Taufik Suprayogo, Totok Suprijo 
172 
Asumsi ini dipakai untuk menghindari 
gelombang gravitasi internal 
mempengaruhi aliran. 
2. Fluida tidak kental (inviscid), berarti gaya 
yang berkerja terhadap fluida hanyalah 
tekanan normal pada permukaan. Gaya 
lain yang bekerja hanyalah gaya badan 
yang ditimbulkan oleh kecepatan 
grafitasi. Dengan asumsi ini hukum II 
Newton menjadi: 
퐷푞 
퐷푡 
= − 
1 
휌 
∇푝 − 푔 (2) 
dimana: 
휌 = 푚푎푠푎 푗푒푛푖푠 
푝 = 푡푒푘푎푛푎푛 
푔 = 푔푟푎푣푖푡푎푠푖 
3. Aliran irotasional sehingga: 
X 푞 = 0 (3) 
4. Akibat asumsi 1 dan 3 maka untuk suatu 
fungsi skalar dapat ditulis: 
푞 = ∇∅ (4) 
dimana Ф adalah potensial kecapatan, dan 
dari persamaan (1) didapatkan: 
∇. ∇∅ = ∇2 ∅ = 0 (5) 
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan 
laplace. Karena ∅ memenuhi persamaan (4) 
maka ∅ disebut sebagai fungsi harmonik. 
Keempat asumsi di atas adalah asumsi pokok 
yang akan digunakan untuk menyusun 
persamaan pengatur dengan syarat batas. 
Persamaan pengatur adalah persamaan laplace 
yang dapat ditulis sebagai berikut: 
휕2∅ 
휕2푥 
+ 
휕2∅ 
휕2푦 
+ 
휕2∅ 
휕2푧 
= 0 (6) 
Agar persamaan ini dapat diselesaikan harus 
diberikan syarat batas yang sesuai. Ada dua 
syarat batas yang diperlukan untuk 
menyelesaikan persamaan laplacedi atas yakni 
syarat batas kinematik dan syarat batas 
dinamik. 
2.1 Syarat Batas Kinematik 
Syarat batas kinematik adalah syarat batas 
suatu permukaan S yang dibentuk oleh 
partikel yang sama, dan fluida yang semula 
berada di dalam permukaan S tersebut akan 
tetap ada di dalam permukaan S. Bila 
permukaan S kita nyatakan sebagai 푥 , 푡 = 
0 , maka untuk setiap partikel yang bergerak 
dalam arah dalam arah x,y,z dan pada t yang 
berubah akan tetap pada permukaan tersebut, 
atau: 
퐷푆 
퐷푡 
= 0 (7) 
Syarat batas kinematik dapat diambil pada 
pemukaan bebas dan pada dasar. Permukaan 
bebas dapat dinyatakan sebagai: 
Z = η (x,y,t) (8) 
dan pada permukaan S adalah 
S = η (x,y,t) – z = 0 (9) 
disini η tidak tergantung pada Z, dan Z tidak 
tergantung pada variabel lainnya. Dengan 
menggunakan persamaan (7) didapat: 
(10) 
dimana: 
휂 = 푒푙푒푣푎푠푖 
푢 = 푘푒푐푒푝푎푡푎푛 푡푒푟푕푎푑푎푝 푠푢푚푏푢 푥 
푣 = 푘푒푐푒푝푎푡푎푛 푡푒푟푕푎푑푎푝 푠푢푚푏푢 푦 
Cara yang sama akan digunakan untuk syarat 
batas pada dasar. Misalnya, batas dasar adalah 
tegar. 
Z= -h(x,y)(11) 
yang berarti dasar tidak berubah terhadap 
waktu. Dengan menggunakan (6) akan di 
peroleh : 
푢 
휕h 
휕푥 
+ 푣 
휕h 
휕푦 
+ 푤 = 0 푝푎푑푎 푧 = −h (12) 
Dengan menggunkan potensial kecepatan,(9) 
dan (11) menjadi: 
휕η 
휕∅ 
휕η 
휕∅ 
휕η 
휕∅ 
+ 
+ 
− 
= 0 푝푎푑푎 푧 = η 
휕푡 
휕푥 
휕푥 
휕푦 
휕푦 
휕푧 
휕∅ 
휕푥 
휕h 
휕푥 
+ 
휕∅ 
휕푦 
휕h 
휕푦 
− 
휕∅ 
휕푧 
(13) 
= 0 푝푎푑푎 푧 = h 
(14) 
2.2 Syarat Batas Dinamik 
Syarat batas dinamik diambil dari persamaan 
euler yang sudah diubah bentuknya jadi 
persamaan bernaulli seperti di bawah ini:
Estimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecepatan Arus dengan Persamaan Stokes Orde 2 
(21) 
(22) 
(23) 
(24) 
173 
휕∅ 
휕푡 
+ 
1 
2 
푞2 + 
푝 
휌 
+ 푔푧 = 푓(푡)(15) 
f(t) adalah fungsi sembarang yang bergantung 
terhadap waktu, karena alirannya dipenuhi 
garadien tekanan maka f(t) dapat diambil 
sama dengan nol atau konstan lainnya. Jarang 
sekali dipilih fungsi yang benar-benar 
bergantung terhadap waktu. 
Syarat batas di atas berbentuk non linier 
karena suku-sukunya mengandung turunan ∅ 
dan η. Untuk menyelesaikan persamaan 
laplace yang linier maka syarat batasnya 
haruslah dibuat linier untuk itu perlu diadakan 
pendekatan matematis yang sesuai.Untuk 
menyelesaikan persamaan laplace yang linier 
maka syarat batasnya haruslah di buat linier. 
Dalam teori gelombang linier syarat batas di 
permukaan dilinierkan denagn asumsi 
amplitudo gelombang lebih kecil 
dibandingkan panjang gelombangnya. Maka 
persamaan diatas menjadi: 
(16) 
yang berpengaruh terhadap h dapat ditulis: 
(17) 
휕∅ 
휕푡 
+ 푔휂 = 0(18) 
dengan mengeliminasi η dari kedua 
persamaan di atas, syarat batas berikut hanya 
dalam bentuk ∅menghasilkan: 
휕∅ 
휕푧 
= − 
1 
푔 
휕2∅ 
휕 푡 2 (푧 = 0)(19) 
sedangkan tekanan dapat diperoleh dengan 
melinierkan persamaan (16) menjadi: 
푝 = −휌 
휕∅ 
휕푡 
− 휌푔푧 = 0(20) 
III. TEORI GELOMBANG STOKES 
Pada tahun 1847,Stokes mengembangkan 
teori gelombang orde 2 untuk gelombang 
amplitudo berhingga.Keakuran dari teori ini 
berkurang seiring dengan bertambahnya 
kecuraman gelombang sampai terjadi 
gelombang pecah. Potensial kecepatan orde 
2Stokes: 
∅ = 
ɡ퐻 
2휍 
푐표푠 푕푘(푑+푧) 
푐표푠 푕푘푑 
sin 푘푥 − 휍푡 + 
3휋푐퐻 ² 
16퐿 
푐표푠 푕2푘(푑+푧) 
푠푖푛 푕4(푘푑 ) 
푠푖푛2(푘푥 − 휍푡) 
dimana suku pertama pertama pada ruas 
kanan adalah potensial kecepatan untuk teori 
gelombang amplitudo kecil. Magnitude dari 
suku orde 2 tergantung pada kecuraman 
gelombang dan frekuensinya dua kali dari 
suku orde pertama. Kecepatan fasanya sama 
dengan kecepatan untuk orde pertama. Profil 
permukaan air stokes orde kedua: 
ƞ휂 = 
퐻 
2 
cos 푘푥 − 휍푡 + 
휋퐻 
8 
퐻 
퐿 
푐표푠 푕푘푑 
푠푖푛 푕ᵌ푘푑 
2 + 
푐표푠푕2푘푑 푐표푠2(푘푥 − 휍푡) 
Dari persamaan 18 terlihat bahwa frekuensi 
orde kedua besarnya dua kali orde pertama 
dan akan menambah amplitudo pada puncak 
gelombang (sefasa dengan orde pertama), 
sedangkan pada lembah akan mengurangi 
amplitudo (beda fasa). Dengan demikian 
profil vertikalnya tidak simetris. 
Ketidaksimetrisan ini akan semakin 
bertambah dengan semakin besarnya 
kecuraman gelombang H/L. Dengan 
menggunakan persamaan hiperbolik di 
perairan dalam persamaan 18 akan menjadi: 
Partikel kecepatan air pada stokes orde ke 2: 
푢 
= 
퐻푔푘 
2휍 
cosh 푘 (푑 + 푧) 
cosh 푘푑 
cos 푘푥 − 휍푡 
+ 
3퐻2휍푘 
16 
cosh 2푘 푑 + 푧 
푠푖푛푕4(푘푑) 
푐표푠2(푘푥 
− 휍푡) 
푤 = 
퐻푔푘 
2휍 
sinh 푘 (푑+푧) 
cosh 푘푑 
sin 푘푥 − 휍푡 + 
3퐻2휍푘 
16 
sinh 2푘 푑+푧 
푠푖푛 푕4(푘푑 ) 
푠푖푛2(푘푥 − 휍푡) 
Rumusan inilah yang nantinya akan 
digunakan untuk mengestimasi tinggi 
gelombang. 
IV. ESTIMASI 
4.1 Mengestimasi Tinggi Gelombang 
Signifikan Menggunakan Kecepatan 
Arus Horizontal 
Data kecepatan arus ini diambil menggunakan 
ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) dan 
pengolahan pada data arus digunakan layer 
teratas yang mewakili pergerakan
Taufik Suprayogo, Totok Suprijo 
gelombang.Untuk estimasi tinggi gelombang 
dengan kecepatan horisontal ini, penulis 
menngunakan kecepatan arus residu, dengan 
asumsi bahwa kecepatan arus residu ini 
merupakan kecepatan arus yang diakibatkan 
oleh gelombang. 
Gambar1. Arus pasang surut, arus lapangan 
174 
dan arus residu 
Pada Gambar 1 kita dapat melihat arus pasut 
maksimum sebesar 0,77 m/s dan untuk data 
observasinya arus maksimum sebesar 0,78 m/s. 
Sedangkan arus residu (arus non pasut) lebih 
kecil dibandingkan arus pasutnya, arus residu 
ini lah yang akan di anggap sebagai arus yng di 
sebabkan oleh gelombang, walaupun 
sebenarnya arus residu tersebut sebenarnya 
bukan hanya disebabkan oleh gelombang saja 
tetapi oleh beberapa faktor. 
Gambar2. Tinggi gelombang signifikan 
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil 
estimasi tinggi signifikan menggunakan 
kecepatan arus horisontal belum cukup baik 
karena data arus yang digunakan untuk 
mendekati tinggi gelombang signifikan hanya 
satu data (untuk 1 jam) untuk satu tinggi 
gelombang signifikan, sedangkan gelombang 
signifikan sendiri merupakan rata-rata dari 1/3 
gelombang tertinggi. Dengan demikian, untuk 
mendekati tinggi gelombang signifikan 
menggunakan satu data arus hasilnya belum 
cukup baik. 
Gambar3. Spektrum densitas energi 
Gambar3 merupakan spektrum densitas energi 
gelombang dengan menggunakan Hs. Dari 
Gambar tersebut dapat dilihat bahwa spekturm 
densitas energi hasil perhitungan (estimasi) 
relatif lebih kecil dibandingkan dengan hasil 
lapangan, kecuali pada frekuensi 0,25-0,26 hasil 
perhitungan lebih besar. 
4.2 Mengestimasi Tinggi Gelombang 
Menggunakan Kecepatan Arus Vertikal 
Untuk estimasi tinggi gelombang dengan 
kecepatan vertikal ini, penulis menngunakan 
kecepatan arus vertikal lapangan, dengan asumsi 
bahwa kecepatan arus vertikal lapangan ini 
merupakan kecepatan arus akibat gelombang. 
Berbeda dari estimasi gelombang signifikan 
dengan menggunakan kecepatan arus horisontal, 
pada estimasi tinggi gelombang signifikan 
dengan kecepatan arus vertikal ini mengestimasi 
dahulu tinggi setiap gelombang setelah itu baru 
menghitung tinggi gelombang 
signifikan.Gambar 4 merupakan kecepatan arus 
vertikal pada burs 1, dalam penelitian ini 
banyaknya burs kecepatan arus vertikal 
sebanyak 30 burs dalam waktu 30 jam, setiap 
melakukan 1 burs selama 10 menit. Jadi setiap 1 
jam dilakukan pengambilan data kecepatan arus 
vertikal dan tinggi gelombang (data tekanan) 
selama 10 menit dalam selang waktu perdetik. 
Gambar 4. Kecepatan arus vertikal
Estimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecepatan Arus dengan Persamaan Stokes Orde 2 
175 
Dari Gambar 5 dan 6 dapat dilihat bahwa hasil 
perhitungan (estimasi) tinggi gelombang lebih 
besar dibandingkan hasil lapangannya. 
Pada Gambar7 terlihat bahwa Hs perhitungan 
relativ lebih besar dibandingkan Hs lapangan, 
hal ini sama dengan hasil perbandingan tinggi 
gelombangnya di mana perhitungan (estimasi) 
lebih besar dibandingkan dengan lapangannya. 
Estimasi dengan menggunakan kecepatan arus 
vertikal lebih baik dibandingkan dengan 
kecepatan arus horisontal yang dapat dilihat 
pada hasil Hs nya. 
Pada Gambar 8 dan 9 dapat dilihat bahwa 
spektrum densitas energi hasil perhitungan lebih 
besar dari pada hasil lapangan hal ini sama 
dengan hasil perhitungan (estimasi) tinggi 
gelombangnya. Spektrum densitas energi 
dengan menggunakan tinggi gelombang lebih 
mendekati spektrum densitas energi 
lapangannya dibandingkan spektrum densitas 
energi yang menggunakan Hs karena pada 
spektrum densitas energi dengan menggunakan 
tinggi gelombang mewakili semua tinggi 
gelombang sedangkan spektrum densitas energi 
yang menggunakan Hs tidak mewakili semua 
gelombang dilapangan.Nilai estimasi tinggi 
gelombang pada frekuensi tinggi lebih baik 
dibandingkan dengan estimasi tinggi gelombang 
pada frekuensi rendah, hal ini dapat terlihat pada 
Gambar 9. 
V. VERIFIKASI 
5.1 Verifikasi Tinggi Gelombang Signifikan 
Menggunakan Kecepatan Arus 
Horisontal 
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa Hs 
hitungan dengan menggunakan kecepatan arus 
horisontal belum cukup baik untuk mendekati 
nilai Hs lapangan, dimana data lapangan 
cenderung lebih besar dari pada data 
perhitungan.Kesalahan ini terjadi karena galat 
(error) pada perhitungan bilangan 
gelombang,serta kesalahan pada sudut 
gelombang dan data arus yang dipakai dalam 
menghitung Hs merupakan arus perjam.Galat 
RMS pada perhitungan ini sebesar 0,45 m dan 
variansnya sebesar 0,16 m. 
Gambar 5. Tinggi gelombang lapangan 
Gambar 6. Tinggi gelombang hitungan
Taufik Suprayogo, Totok Suprijo 
176 
Gambar 7. Tinggi gelombang signifikan 
Gambar 8. Spektrum densitas energi berdasarkan tinggi gelombang signifikan 
Gambar 9. Spektrum densitas energi berdasarkan tinggi gelombang
Estimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecepatan Arus dengan Persamaan Stokes Orde 2 
177 
Gambar 10. Verifikasi data Hs lapangan 
dengan data Hs perhitungan dengan 
menggunakan kecepatan arus horizontal 
5.2 Mengestimasi Tinggi Gelombang 
Menggunakan Kecapatan Arus Vertikal. 
Terlihat dari grafik tinggi gelombang pada 
Gambar 11bahwa tinggi gelombang hitungan 
cenderung lebih besar dari pada tinggi 
gelombang lapangan dengan nilai galat RMS 
sebesar 0,47m dan variansnya sebesar 0,22m, 
dengan nilai galat tersebut maka dapat 
dinyatakan bahwa perhitungan tinggi 
gelombang dengan menggunakan arus vertikal 
cukup baik. 
Gambar 11. Verifikasi data tinggi gelombang 
lapangan dengan tinggi gelombang hasil 
perhitungan dengan menggunakan kecepatan 
arus vertikal 
Dari Gambar12dapat dilihat bahwa nilai 
estimasi Hs dengan menggunakan perhitungan 
kecepatan arus vertikal lebih baik dibandingkan 
dengan nilai estimasi Hs dengan menggunakan 
arus horisontal, dengan nilai galat lebih kecil 
dibandingkan estimasi dengan perhitungan 
kecepatan arus horisontal.Nilai galat RMS 0,33 
m dan variansnya sebesar 0,04m. 
Gambar 12. Verifikasi data Hs lapangan dengan 
data Hs perhitungan dengan menggunakan 
kecepatan arus vertikal 
Hasil estimasi dengan menggunakan kecepatan 
arus vertikal lebih baik karena data yang 
digunakan untuk mengestimasi Hs adalah data 
kecepatan arus vertikal perdetik yang diambil 
selama selang waktu perdetik selama 512 detik, 
sehingga hasilnya lebih baik dari pada estimasi 
dengan menggunakan kecepatan arus horisontal 
yang menggunakan data perjam. Galat yang 
terjadi pada estimasi ini disebabkan karena 
perhitungan bilangan gelombang, serta 
kesalahan pada sudut gelombang dimana arah 
gelombang datang diasumsikan tegak lurus. 
VI. KESIMPULAN 
Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai 
berikut: 
1. Estimasi tinggi gelombang signifikan dengan 
menggunakan kecepatan arus horisontal 
memiliki galat RMS sebesar 0,45 m 
sedangkan dengan menggunakan kecepata 
arus vertikal memiliki galat RMS seberar 
0,33 m. 
2. Estimasi tinggi gelombang signifikan dengan 
menggunakan kecepatan vertikal lebih baik 
dari perhitungan dengan menggunakan 
kecepatan horisontal berdasarkan nilai galat 
RMSnya. 
3. Dalam estimasi tinggi gelombang dengan 
persamaan Stokes memiliki galat pada 
perhitungan nilai bilangan gelombang 
sebesar 0,05% dan pada penentuan sudut 
gelombang yang diasumsikan bahwa arah 
datang gelombang tegak lurus. 
4. Pada perhitungan spektrum energi dengan 
menggunakan H lebih baik dibandingkan 
dengan menggunakan Hs.
Taufik Suprayogo, Totok Suprijo 
5. Estimasi tinggi gelombang pada frekuensi 
tinggi lebih baik dari pada pada frekuensi 
rendah hal ini terlihat pada nilai spektrum 
densitas energinya. 
DAFTAR PUSTAKA 
1. Coastal Engineering Manual, 2002. Part 
2, Institut Teknologi Bandung (ITB). 
2. Dean and Dalrymple, 1984.Water Wave 
Mechanics for Engineers and Scientists. 
Prentice-Hall, New Jersey. 
178 
3. Halerow and Patners, 1969. Coastal 
Hydraulics, London. 
4. Holthuijsen, 2007. Waves In Oceanic And 
Coastal Waters, New York. 
5. www.antaranews.com 
6. www.kennisbank-waterbouw.nl 
7. www.uni-leipzig.com 
8. www.wavebrakefl.com

More Related Content

What's hot

Ppt fluida dan gelombang
Ppt fluida dan gelombangPpt fluida dan gelombang
Ppt fluida dan gelombangrikaomamih
 
Teori kinetik gas
Teori kinetik gasTeori kinetik gas
Teori kinetik gasjajakustija
 
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13bMeteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13bThomas Blegur
 
GERAK HARMONIS SEERHANA
GERAK HARMONIS SEERHANAGERAK HARMONIS SEERHANA
GERAK HARMONIS SEERHANAlichor ch
 
Fluida statis k 2
Fluida statis k 2Fluida statis k 2
Fluida statis k 2yunnicash
 
Ppt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonisPpt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonissyifa tunnisa
 
Gerak harmonik-sederhana
Gerak harmonik-sederhanaGerak harmonik-sederhana
Gerak harmonik-sederhanaRevi Celviyani
 
Animasi gerak harmonis
Animasi gerak harmonisAnimasi gerak harmonis
Animasi gerak harmonissyifa t
 
Gerak harmoni sederhana
Gerak harmoni sederhanaGerak harmoni sederhana
Gerak harmoni sederhanaaulia rodlia
 
Ppt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhyaPpt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhyaHusain Anker
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalSonitehe Waruwu
 
Ppt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaPpt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaAhmad Yansah
 
Gerak harmonik sederhana
Gerak harmonik sederhanaGerak harmonik sederhana
Gerak harmonik sederhanaNoviea Rienha
 
Gerak harmonik sedehana
Gerak harmonik sedehanaGerak harmonik sedehana
Gerak harmonik sedehanaPusiang
 
Pasang surut air laut
Pasang surut air lautPasang surut air laut
Pasang surut air lautRetno Pratiwi
 
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANAPPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANALouis W
 

What's hot (20)

Ppt fluida dan gelombang
Ppt fluida dan gelombangPpt fluida dan gelombang
Ppt fluida dan gelombang
 
Teori kinetik gas
Teori kinetik gasTeori kinetik gas
Teori kinetik gas
 
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13bMeteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13b
 
Rangkuman IPA SMP Materi UN
Rangkuman IPA SMP Materi UNRangkuman IPA SMP Materi UN
Rangkuman IPA SMP Materi UN
 
GERAK HARMONIS SEERHANA
GERAK HARMONIS SEERHANAGERAK HARMONIS SEERHANA
GERAK HARMONIS SEERHANA
 
Fluida statis k 2
Fluida statis k 2Fluida statis k 2
Fluida statis k 2
 
Ppt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonisPpt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonis
 
Gerak harmonik-sederhana
Gerak harmonik-sederhanaGerak harmonik-sederhana
Gerak harmonik-sederhana
 
Animasi gerak harmonis
Animasi gerak harmonisAnimasi gerak harmonis
Animasi gerak harmonis
 
Gerak harmoni sederhana
Gerak harmoni sederhanaGerak harmoni sederhana
Gerak harmoni sederhana
 
Ppt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhyaPpt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhya
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soal
 
Ppt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhanaPpt gerak harmonik sederhana
Ppt gerak harmonik sederhana
 
Gerak harmonik sederhana
Gerak harmonik sederhanaGerak harmonik sederhana
Gerak harmonik sederhana
 
Ringkasan Materi UN IPA SMP
Ringkasan Materi UN IPA SMPRingkasan Materi UN IPA SMP
Ringkasan Materi UN IPA SMP
 
Gerak harmonik sedehana
Gerak harmonik sedehanaGerak harmonik sedehana
Gerak harmonik sedehana
 
Pasang surut air laut
Pasang surut air lautPasang surut air laut
Pasang surut air laut
 
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANAPPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
 
Tugas mandiri fisika
Tugas mandiri fisikaTugas mandiri fisika
Tugas mandiri fisika
 
Mekanika fluida
Mekanika fluidaMekanika fluida
Mekanika fluida
 

Similar to STOKE GELombang

Model simuasi air laut
Model simuasi air lautModel simuasi air laut
Model simuasi air lautYohansli
 
Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1niwan21
 
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdfsoal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdfsurianaSMAN2MAJENE
 
Laporan praktikim alira dalam pipa
Laporan praktikim alira dalam pipaLaporan praktikim alira dalam pipa
Laporan praktikim alira dalam pipatyoabdi
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahinfosanitasi
 
20906401 gelombang-mekanik
20906401 gelombang-mekanik20906401 gelombang-mekanik
20906401 gelombang-mekanikbambang04
 
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sariGelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sariPaarief Udin
 
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sariGelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sariPaarief Udin
 
Gelombang Transversal
Gelombang TransversalGelombang Transversal
Gelombang TransversalAzmi14015
 
Gelombang mekanik
Gelombang mekanikGelombang mekanik
Gelombang mekanikRisha Putri
 
KELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptx
KELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptxKELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptx
KELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptxPramandaUns
 
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat PadatPembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat PadatAthallahIhsanulArta
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxruth568265
 
Mekanika fluida firman ahyuda
Mekanika fluida firman ahyudaMekanika fluida firman ahyuda
Mekanika fluida firman ahyudafirmanahyuda
 
MATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balik
MATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balikMATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balik
MATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balikAjeng Rizki Rahmawati
 

Similar to STOKE GELombang (20)

Model simuasi air laut
Model simuasi air lautModel simuasi air laut
Model simuasi air laut
 
Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1
 
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdfsoal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Laporan praktikim alira dalam pipa
Laporan praktikim alira dalam pipaLaporan praktikim alira dalam pipa
Laporan praktikim alira dalam pipa
 
Mekanika Fluida
Mekanika FluidaMekanika Fluida
Mekanika Fluida
 
Xi kinematika
Xi kinematikaXi kinematika
Xi kinematika
 
Gelombang
GelombangGelombang
Gelombang
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
 
gelombang stasioner ppt
gelombang stasioner pptgelombang stasioner ppt
gelombang stasioner ppt
 
20906401 gelombang-mekanik
20906401 gelombang-mekanik20906401 gelombang-mekanik
20906401 gelombang-mekanik
 
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sariGelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
 
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sariGelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
Gelombang oleh zahratunnisa dan dewi sartika sari
 
Gelombang Transversal
Gelombang TransversalGelombang Transversal
Gelombang Transversal
 
Gelombang mekanik
Gelombang mekanikGelombang mekanik
Gelombang mekanik
 
KELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptx
KELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptxKELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptx
KELOMPOK 2 PERTEMUAN 6 (VIBRASI KRISTAL MONOATOMIK).pptx
 
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat PadatPembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
Pembahasan Mengenai Getaran dalam Zat Padat
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Mekanika fluida firman ahyuda
Mekanika fluida firman ahyudaMekanika fluida firman ahyuda
Mekanika fluida firman ahyuda
 
MATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balik
MATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balikMATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balik
MATERI KELAS XII Rangkaian arus bolak balik
 

STOKE GELombang

  • 1. JTM Vol. XVII No. 3/2010 171 ESTIMASI TINGGI GELOMBANG MENGGUNAKAN KECEPATAN ARUS DENGAN PERSAMAAN STOKES ORDE 2 Taufik Suprayogo1, Totok Suprijo1 Sari Kemampuan teori gelombang Stokes order 2 dalam memprediksi tinggi dan periode gelombang di pantai telah diuji dalam penelitian ini. Hubungan parameter gelombang, yaitu tinggi gelombang dan kecepatan partikel air di bawah gelombang progresif telah dijelaskan dengan baik di dalam teori Stokes tersebut diatas, oleh karena itu kami menggunakan hasil pengukuran kecepatan partikel air untuk memprediksi tinggi dan periode gelombang.Data kecepatan partikel air diperoleh dari ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) yang telah dipasang di perairan Pulau Pramuka. Selanjutnya, kami diverifikasi hasil estimasi tinggi gelombang dengan data observasi. Hasil verifikasi terhadap data observasi menunjukkan bahwa estimasi tinggi gelombang menggunakan komponen vertikal dari kecepatan partikel air lebih mendekati hasil pengukuran jika dibandingkan dengan estimasi tinggi gelombang menggunakan komponen horisontal dari kecepatan partikel air. Perbedaan rata-rata tinggi gelombang yang diestimasi dari komponen kecepatan vertikal terhadap data pengamatan adalah 0,33 m, sedangkan perbedaan rata-rata estimasi menggunakan komponenkecepatan horizontal adalah 0,45 m. Kata kunci: stokes, estimasi, spektrum energi Abstract Applicability of the Stokes 2nd order wave theory to predict coastal wave have been examined in this study. Relationship of wave high and water particle velocity under progressive wave is explained in the Stokes theory, therefore we used measured water particle velocities to estimate wave high and period. Water particle velocities data was obtained from ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) equipment that had been deployed in the Pramuka Island waters. Further, we verified estimation result of wave high with observation data. The verification results show that wave high estimation using vertical component of water particle velocities is closer to observation than estimation using horizontal component of water particle velocities. Averaged discrepancy of wave high estimated from vertical velocity component to the observation data is 0.33 m, whereas the averaged discrepancy of estimation using horizontal velocity component is 0.45 m. Keywords : stokes, estimation, spectrum energy 1) Program Studi Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB,Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp.: +62 22-2500494,Fax.:+62 22-2534139 email: totok@fitb.itb.ac.id I. PENDAHULUAN Gelombang laut adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk sinusoidal.Gelombang laut biasanya disebabkan oleh angin (gelombang angin), daya tarikanbumi-bulan-matahari (gelombang pasang-surut) dan gelombang yang disebabkan oleh gempa di dasar laut (gelombang tsunami). Gelombang yang kita amati di lapangan mempunyai bentuk sangat kompleks dan tidak beraturan.Untuk mempelajarinya maka kita lakukan pendekatan bahwa satu gelombang yang tak beraturan merupakan superposisi dari tak berhingga gelombang yang sinusoidal. Maka untuk mendekati tinggi gelombang pada keadaan sebenarnya pada penelitian ini digunakan teori stokes orde kedua. Estimasi ini digunakan pada setiap frekuensi gelombang atau pada setiap gelombang. Walaupun terdapat galat pada penelitian ini, namun pendekatan dengan menggunakan persamaan stokes orde 2 cukup baik. II. PERSAMAAN PENGATUR Gaya gravitasi, tekanan, dan inersia mendominasi pergerakan gelombang kecuali di lapisan-lapisan batas yang tipis (= 1 cm) pada perbatasan (interface) udara-air dan dasar perairan. Teori-teori gelombang yang ditinjau mengacu pada asumsi dasar bahwa aliran adalah irrotational, yang mengimplementasikan bahwa tidak ada stress geser internal dan efek viscosity (kekentalan). Secara fundamental rotasi terjadi pada lapisan-lapisan batas tipis permukaan dan dasar, sehingga teori-teori gelombang yang digunakan tidak valid (sah) di lapisan-lapisan tersebut. Untuk mempermudah penyelesaian dalam gelombang digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Fluida tidak termampatkan (incompressible) sehingga divergensi kecepatan: ∇.푞 = 0 dimana: 푞 = kecepatan fluida (1)
  • 2. Taufik Suprayogo, Totok Suprijo 172 Asumsi ini dipakai untuk menghindari gelombang gravitasi internal mempengaruhi aliran. 2. Fluida tidak kental (inviscid), berarti gaya yang berkerja terhadap fluida hanyalah tekanan normal pada permukaan. Gaya lain yang bekerja hanyalah gaya badan yang ditimbulkan oleh kecepatan grafitasi. Dengan asumsi ini hukum II Newton menjadi: 퐷푞 퐷푡 = − 1 휌 ∇푝 − 푔 (2) dimana: 휌 = 푚푎푠푎 푗푒푛푖푠 푝 = 푡푒푘푎푛푎푛 푔 = 푔푟푎푣푖푡푎푠푖 3. Aliran irotasional sehingga: X 푞 = 0 (3) 4. Akibat asumsi 1 dan 3 maka untuk suatu fungsi skalar dapat ditulis: 푞 = ∇∅ (4) dimana Ф adalah potensial kecapatan, dan dari persamaan (1) didapatkan: ∇. ∇∅ = ∇2 ∅ = 0 (5) Persamaan ini dikenal sebagai persamaan laplace. Karena ∅ memenuhi persamaan (4) maka ∅ disebut sebagai fungsi harmonik. Keempat asumsi di atas adalah asumsi pokok yang akan digunakan untuk menyusun persamaan pengatur dengan syarat batas. Persamaan pengatur adalah persamaan laplace yang dapat ditulis sebagai berikut: 휕2∅ 휕2푥 + 휕2∅ 휕2푦 + 휕2∅ 휕2푧 = 0 (6) Agar persamaan ini dapat diselesaikan harus diberikan syarat batas yang sesuai. Ada dua syarat batas yang diperlukan untuk menyelesaikan persamaan laplacedi atas yakni syarat batas kinematik dan syarat batas dinamik. 2.1 Syarat Batas Kinematik Syarat batas kinematik adalah syarat batas suatu permukaan S yang dibentuk oleh partikel yang sama, dan fluida yang semula berada di dalam permukaan S tersebut akan tetap ada di dalam permukaan S. Bila permukaan S kita nyatakan sebagai 푥 , 푡 = 0 , maka untuk setiap partikel yang bergerak dalam arah dalam arah x,y,z dan pada t yang berubah akan tetap pada permukaan tersebut, atau: 퐷푆 퐷푡 = 0 (7) Syarat batas kinematik dapat diambil pada pemukaan bebas dan pada dasar. Permukaan bebas dapat dinyatakan sebagai: Z = η (x,y,t) (8) dan pada permukaan S adalah S = η (x,y,t) – z = 0 (9) disini η tidak tergantung pada Z, dan Z tidak tergantung pada variabel lainnya. Dengan menggunakan persamaan (7) didapat: (10) dimana: 휂 = 푒푙푒푣푎푠푖 푢 = 푘푒푐푒푝푎푡푎푛 푡푒푟푕푎푑푎푝 푠푢푚푏푢 푥 푣 = 푘푒푐푒푝푎푡푎푛 푡푒푟푕푎푑푎푝 푠푢푚푏푢 푦 Cara yang sama akan digunakan untuk syarat batas pada dasar. Misalnya, batas dasar adalah tegar. Z= -h(x,y)(11) yang berarti dasar tidak berubah terhadap waktu. Dengan menggunakan (6) akan di peroleh : 푢 휕h 휕푥 + 푣 휕h 휕푦 + 푤 = 0 푝푎푑푎 푧 = −h (12) Dengan menggunkan potensial kecepatan,(9) dan (11) menjadi: 휕η 휕∅ 휕η 휕∅ 휕η 휕∅ + + − = 0 푝푎푑푎 푧 = η 휕푡 휕푥 휕푥 휕푦 휕푦 휕푧 휕∅ 휕푥 휕h 휕푥 + 휕∅ 휕푦 휕h 휕푦 − 휕∅ 휕푧 (13) = 0 푝푎푑푎 푧 = h (14) 2.2 Syarat Batas Dinamik Syarat batas dinamik diambil dari persamaan euler yang sudah diubah bentuknya jadi persamaan bernaulli seperti di bawah ini:
  • 3. Estimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecepatan Arus dengan Persamaan Stokes Orde 2 (21) (22) (23) (24) 173 휕∅ 휕푡 + 1 2 푞2 + 푝 휌 + 푔푧 = 푓(푡)(15) f(t) adalah fungsi sembarang yang bergantung terhadap waktu, karena alirannya dipenuhi garadien tekanan maka f(t) dapat diambil sama dengan nol atau konstan lainnya. Jarang sekali dipilih fungsi yang benar-benar bergantung terhadap waktu. Syarat batas di atas berbentuk non linier karena suku-sukunya mengandung turunan ∅ dan η. Untuk menyelesaikan persamaan laplace yang linier maka syarat batasnya haruslah dibuat linier untuk itu perlu diadakan pendekatan matematis yang sesuai.Untuk menyelesaikan persamaan laplace yang linier maka syarat batasnya haruslah di buat linier. Dalam teori gelombang linier syarat batas di permukaan dilinierkan denagn asumsi amplitudo gelombang lebih kecil dibandingkan panjang gelombangnya. Maka persamaan diatas menjadi: (16) yang berpengaruh terhadap h dapat ditulis: (17) 휕∅ 휕푡 + 푔휂 = 0(18) dengan mengeliminasi η dari kedua persamaan di atas, syarat batas berikut hanya dalam bentuk ∅menghasilkan: 휕∅ 휕푧 = − 1 푔 휕2∅ 휕 푡 2 (푧 = 0)(19) sedangkan tekanan dapat diperoleh dengan melinierkan persamaan (16) menjadi: 푝 = −휌 휕∅ 휕푡 − 휌푔푧 = 0(20) III. TEORI GELOMBANG STOKES Pada tahun 1847,Stokes mengembangkan teori gelombang orde 2 untuk gelombang amplitudo berhingga.Keakuran dari teori ini berkurang seiring dengan bertambahnya kecuraman gelombang sampai terjadi gelombang pecah. Potensial kecepatan orde 2Stokes: ∅ = ɡ퐻 2휍 푐표푠 푕푘(푑+푧) 푐표푠 푕푘푑 sin 푘푥 − 휍푡 + 3휋푐퐻 ² 16퐿 푐표푠 푕2푘(푑+푧) 푠푖푛 푕4(푘푑 ) 푠푖푛2(푘푥 − 휍푡) dimana suku pertama pertama pada ruas kanan adalah potensial kecepatan untuk teori gelombang amplitudo kecil. Magnitude dari suku orde 2 tergantung pada kecuraman gelombang dan frekuensinya dua kali dari suku orde pertama. Kecepatan fasanya sama dengan kecepatan untuk orde pertama. Profil permukaan air stokes orde kedua: ƞ휂 = 퐻 2 cos 푘푥 − 휍푡 + 휋퐻 8 퐻 퐿 푐표푠 푕푘푑 푠푖푛 푕ᵌ푘푑 2 + 푐표푠푕2푘푑 푐표푠2(푘푥 − 휍푡) Dari persamaan 18 terlihat bahwa frekuensi orde kedua besarnya dua kali orde pertama dan akan menambah amplitudo pada puncak gelombang (sefasa dengan orde pertama), sedangkan pada lembah akan mengurangi amplitudo (beda fasa). Dengan demikian profil vertikalnya tidak simetris. Ketidaksimetrisan ini akan semakin bertambah dengan semakin besarnya kecuraman gelombang H/L. Dengan menggunakan persamaan hiperbolik di perairan dalam persamaan 18 akan menjadi: Partikel kecepatan air pada stokes orde ke 2: 푢 = 퐻푔푘 2휍 cosh 푘 (푑 + 푧) cosh 푘푑 cos 푘푥 − 휍푡 + 3퐻2휍푘 16 cosh 2푘 푑 + 푧 푠푖푛푕4(푘푑) 푐표푠2(푘푥 − 휍푡) 푤 = 퐻푔푘 2휍 sinh 푘 (푑+푧) cosh 푘푑 sin 푘푥 − 휍푡 + 3퐻2휍푘 16 sinh 2푘 푑+푧 푠푖푛 푕4(푘푑 ) 푠푖푛2(푘푥 − 휍푡) Rumusan inilah yang nantinya akan digunakan untuk mengestimasi tinggi gelombang. IV. ESTIMASI 4.1 Mengestimasi Tinggi Gelombang Signifikan Menggunakan Kecepatan Arus Horizontal Data kecepatan arus ini diambil menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) dan pengolahan pada data arus digunakan layer teratas yang mewakili pergerakan
  • 4. Taufik Suprayogo, Totok Suprijo gelombang.Untuk estimasi tinggi gelombang dengan kecepatan horisontal ini, penulis menngunakan kecepatan arus residu, dengan asumsi bahwa kecepatan arus residu ini merupakan kecepatan arus yang diakibatkan oleh gelombang. Gambar1. Arus pasang surut, arus lapangan 174 dan arus residu Pada Gambar 1 kita dapat melihat arus pasut maksimum sebesar 0,77 m/s dan untuk data observasinya arus maksimum sebesar 0,78 m/s. Sedangkan arus residu (arus non pasut) lebih kecil dibandingkan arus pasutnya, arus residu ini lah yang akan di anggap sebagai arus yng di sebabkan oleh gelombang, walaupun sebenarnya arus residu tersebut sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh gelombang saja tetapi oleh beberapa faktor. Gambar2. Tinggi gelombang signifikan Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil estimasi tinggi signifikan menggunakan kecepatan arus horisontal belum cukup baik karena data arus yang digunakan untuk mendekati tinggi gelombang signifikan hanya satu data (untuk 1 jam) untuk satu tinggi gelombang signifikan, sedangkan gelombang signifikan sendiri merupakan rata-rata dari 1/3 gelombang tertinggi. Dengan demikian, untuk mendekati tinggi gelombang signifikan menggunakan satu data arus hasilnya belum cukup baik. Gambar3. Spektrum densitas energi Gambar3 merupakan spektrum densitas energi gelombang dengan menggunakan Hs. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa spekturm densitas energi hasil perhitungan (estimasi) relatif lebih kecil dibandingkan dengan hasil lapangan, kecuali pada frekuensi 0,25-0,26 hasil perhitungan lebih besar. 4.2 Mengestimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecepatan Arus Vertikal Untuk estimasi tinggi gelombang dengan kecepatan vertikal ini, penulis menngunakan kecepatan arus vertikal lapangan, dengan asumsi bahwa kecepatan arus vertikal lapangan ini merupakan kecepatan arus akibat gelombang. Berbeda dari estimasi gelombang signifikan dengan menggunakan kecepatan arus horisontal, pada estimasi tinggi gelombang signifikan dengan kecepatan arus vertikal ini mengestimasi dahulu tinggi setiap gelombang setelah itu baru menghitung tinggi gelombang signifikan.Gambar 4 merupakan kecepatan arus vertikal pada burs 1, dalam penelitian ini banyaknya burs kecepatan arus vertikal sebanyak 30 burs dalam waktu 30 jam, setiap melakukan 1 burs selama 10 menit. Jadi setiap 1 jam dilakukan pengambilan data kecepatan arus vertikal dan tinggi gelombang (data tekanan) selama 10 menit dalam selang waktu perdetik. Gambar 4. Kecepatan arus vertikal
  • 5. Estimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecepatan Arus dengan Persamaan Stokes Orde 2 175 Dari Gambar 5 dan 6 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan (estimasi) tinggi gelombang lebih besar dibandingkan hasil lapangannya. Pada Gambar7 terlihat bahwa Hs perhitungan relativ lebih besar dibandingkan Hs lapangan, hal ini sama dengan hasil perbandingan tinggi gelombangnya di mana perhitungan (estimasi) lebih besar dibandingkan dengan lapangannya. Estimasi dengan menggunakan kecepatan arus vertikal lebih baik dibandingkan dengan kecepatan arus horisontal yang dapat dilihat pada hasil Hs nya. Pada Gambar 8 dan 9 dapat dilihat bahwa spektrum densitas energi hasil perhitungan lebih besar dari pada hasil lapangan hal ini sama dengan hasil perhitungan (estimasi) tinggi gelombangnya. Spektrum densitas energi dengan menggunakan tinggi gelombang lebih mendekati spektrum densitas energi lapangannya dibandingkan spektrum densitas energi yang menggunakan Hs karena pada spektrum densitas energi dengan menggunakan tinggi gelombang mewakili semua tinggi gelombang sedangkan spektrum densitas energi yang menggunakan Hs tidak mewakili semua gelombang dilapangan.Nilai estimasi tinggi gelombang pada frekuensi tinggi lebih baik dibandingkan dengan estimasi tinggi gelombang pada frekuensi rendah, hal ini dapat terlihat pada Gambar 9. V. VERIFIKASI 5.1 Verifikasi Tinggi Gelombang Signifikan Menggunakan Kecepatan Arus Horisontal Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa Hs hitungan dengan menggunakan kecepatan arus horisontal belum cukup baik untuk mendekati nilai Hs lapangan, dimana data lapangan cenderung lebih besar dari pada data perhitungan.Kesalahan ini terjadi karena galat (error) pada perhitungan bilangan gelombang,serta kesalahan pada sudut gelombang dan data arus yang dipakai dalam menghitung Hs merupakan arus perjam.Galat RMS pada perhitungan ini sebesar 0,45 m dan variansnya sebesar 0,16 m. Gambar 5. Tinggi gelombang lapangan Gambar 6. Tinggi gelombang hitungan
  • 6. Taufik Suprayogo, Totok Suprijo 176 Gambar 7. Tinggi gelombang signifikan Gambar 8. Spektrum densitas energi berdasarkan tinggi gelombang signifikan Gambar 9. Spektrum densitas energi berdasarkan tinggi gelombang
  • 7. Estimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecepatan Arus dengan Persamaan Stokes Orde 2 177 Gambar 10. Verifikasi data Hs lapangan dengan data Hs perhitungan dengan menggunakan kecepatan arus horizontal 5.2 Mengestimasi Tinggi Gelombang Menggunakan Kecapatan Arus Vertikal. Terlihat dari grafik tinggi gelombang pada Gambar 11bahwa tinggi gelombang hitungan cenderung lebih besar dari pada tinggi gelombang lapangan dengan nilai galat RMS sebesar 0,47m dan variansnya sebesar 0,22m, dengan nilai galat tersebut maka dapat dinyatakan bahwa perhitungan tinggi gelombang dengan menggunakan arus vertikal cukup baik. Gambar 11. Verifikasi data tinggi gelombang lapangan dengan tinggi gelombang hasil perhitungan dengan menggunakan kecepatan arus vertikal Dari Gambar12dapat dilihat bahwa nilai estimasi Hs dengan menggunakan perhitungan kecepatan arus vertikal lebih baik dibandingkan dengan nilai estimasi Hs dengan menggunakan arus horisontal, dengan nilai galat lebih kecil dibandingkan estimasi dengan perhitungan kecepatan arus horisontal.Nilai galat RMS 0,33 m dan variansnya sebesar 0,04m. Gambar 12. Verifikasi data Hs lapangan dengan data Hs perhitungan dengan menggunakan kecepatan arus vertikal Hasil estimasi dengan menggunakan kecepatan arus vertikal lebih baik karena data yang digunakan untuk mengestimasi Hs adalah data kecepatan arus vertikal perdetik yang diambil selama selang waktu perdetik selama 512 detik, sehingga hasilnya lebih baik dari pada estimasi dengan menggunakan kecepatan arus horisontal yang menggunakan data perjam. Galat yang terjadi pada estimasi ini disebabkan karena perhitungan bilangan gelombang, serta kesalahan pada sudut gelombang dimana arah gelombang datang diasumsikan tegak lurus. VI. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Estimasi tinggi gelombang signifikan dengan menggunakan kecepatan arus horisontal memiliki galat RMS sebesar 0,45 m sedangkan dengan menggunakan kecepata arus vertikal memiliki galat RMS seberar 0,33 m. 2. Estimasi tinggi gelombang signifikan dengan menggunakan kecepatan vertikal lebih baik dari perhitungan dengan menggunakan kecepatan horisontal berdasarkan nilai galat RMSnya. 3. Dalam estimasi tinggi gelombang dengan persamaan Stokes memiliki galat pada perhitungan nilai bilangan gelombang sebesar 0,05% dan pada penentuan sudut gelombang yang diasumsikan bahwa arah datang gelombang tegak lurus. 4. Pada perhitungan spektrum energi dengan menggunakan H lebih baik dibandingkan dengan menggunakan Hs.
  • 8. Taufik Suprayogo, Totok Suprijo 5. Estimasi tinggi gelombang pada frekuensi tinggi lebih baik dari pada pada frekuensi rendah hal ini terlihat pada nilai spektrum densitas energinya. DAFTAR PUSTAKA 1. Coastal Engineering Manual, 2002. Part 2, Institut Teknologi Bandung (ITB). 2. Dean and Dalrymple, 1984.Water Wave Mechanics for Engineers and Scientists. Prentice-Hall, New Jersey. 178 3. Halerow and Patners, 1969. Coastal Hydraulics, London. 4. Holthuijsen, 2007. Waves In Oceanic And Coastal Waters, New York. 5. www.antaranews.com 6. www.kennisbank-waterbouw.nl 7. www.uni-leipzig.com 8. www.wavebrakefl.com