SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 
Jurnal Kesehatan Masyarakat 
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas 
DAERAH POSITIVE DEVIANCE SEBAGAI REKOMENDASI MODEL PERBAIKAN 
GIZI 
Okti Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari* 
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia 
Info Artikel 
Sejarah Artikel: 
Diterima 19 September 2011 
Disetujui 21 Oktober 2011 
Dipublikasikan Januari 2012 
Keywords: 
Nutrition 
Positive deviance 
Environment 
Abstrak 
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi balita dengan penera-pan 
model daerah positive deviance atau daerah yang mempunyai kesenjangan 
antara keadaan status gizi dengan keadaan lingkungannya, dan mendapatkan 
pemetaan daerah positive deviance antara status gizi balita dan lingkungan-nya. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan 
teknik purposif dan snow ball sampling. Simpulan dari penelitian ini adalah: 
(1) peta daerah positive deviance antara status gizi dan lingkungan di Kabu-paten 
Boyolali adalah daerah yang mempunyai kesenjangan antara keadaan 
status gizinya dengan keadaan lingkungannya, terdapat di wilayah Puskesmas 
Karanggede dan Puskesmas Juwangi, (2) hasil penelitian model daerah positive 
deviance, yang direkomendasikan dalam jangka pendek adalah dengan mem-berdayakan 
potensi masyarakat terutama dalam bidang sosial budaya, yang 
meliputi aspek organisasi kemasyarakatan, pengetahuan dan bahasa, mata pen-caharian, 
serta teknologi dan peralatan. 
Abstract 
! is research aimed to improve nutritional status of toddler by applying positive 
deviance areas model and to establish a pilot model of positive deviance areas 
mapping between positive deviance good nutritional statuses of toddler and the 
vulnerable nutritional status of toddler in Boyolali District. ! is study used quan-titative 
and qualitative approaches, with purposive sampling and snow ball sam-pling 
technique. Conclusions of this study were (1) map of positive deviance region 
between nutritional status and environmental Boyolali district, which was in 2 
areas namely Karanggede and Juwangi health center, (2) the short-term recom-mended 
model were improving nutritional status by empowering the people who 
possess the potential, especially in social and culture, which include aspects of so-cial 
organization, knowledge and language, occupation, as well as technology and 
equipment. 
© 2012 Universitas Negeri Semarang 
* ISSN 1858-1196 Alamat korespondensi: 
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 
Email: oktia_woro@yahoo.co.id
96 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 
Pendahuluan 
Anak balita merupakan kelompok usia 
pertumbuhan badan yang pesat, dimana me-rupakan 
kelompok yang rentan gizi dan mudah 
menderita kelainan gizi (Djaeni, 1999). Hasil pe-nelitian 
menyatakan bahwa penyebab ketidaka-manan 
pangan dan status gizi buruk sering kali 
merupakan masalah yang kompleks dan sangat 
lokasi spesi! k, yang menyebabkan usaha-usaha 
perbaikan status gizi belum berhasil maksimal. 
Masalahnya dapat berbeda-beda pada daerah, 
lokasi, kelompok populasi yang berbeda walau-pun 
pada negara yang sama, yang berkaitan 
dengan perilaku dalam hal ini pola asuh gizi, 
dan dipengaruhi oleh lingkungannya (Oninla et 
al., 2006; Chung et al., 1997; Pryer et al., 2003). 
Lingkungan ini dapat menyangkut aspek alam, 
sosial maupun binaan, dan merupakan faktor 
tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. 
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan gizi 
menyatakan bahwa, status gizi dapat disebab-kan 
oleh kondisi medis, status sosial ekonomi 
keluarga yang meliputi pendidikan ibu, status 
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengeluar-an 
pangan rumah tangga, disamping ada faktor 
lingkungan lainnya seperti lingkungan sosial-budaya 
atau sosio-kultural (Soekirman, 2000; 
Suhardjo, 1992; Baliwati, 2004; Irwan, 2003; 
Sethi, 2007; Kanjilal et al., 2010). 
Penelitian Woro (2008) di daerah den-gan 
positive deviance antara status gizi balita 
dan lingkungannya di Kabupaten Kendal dan 
Demak mendapatkan suatu model kemampuan 
untuk bertahan atau adanya potensi didalam 
masyarakat yang dapat mendukung tercipta-nya 
status gizi yang baik (Woro, 2008). Daerah 
dengan positive deviance adalah daerah yang 
mempunyai lingkungan rentan gizi atau daerah 
dengan lingkungan yang dapat mengakibatkan 
terjadinya gizi buruk dalam keluarga maupun 
masyarakat atau merupakan lingkungan yang 
tidak mendukung terciptanya gizi baik. Tetapi 
pada kenyataannya mempunyai gambaran sta-tus 
gizi yang relatif baik (Iorungwa et al., 2009). 
Adanya kebijakan dari Departemen Kesehatan 
dalam menjalankan program-program yang 
berkaitan dengan peningkatan status keseha-tan 
termasuk juga status gizi di masyarakat de-ngan 
melibatkan peran serta masyarakat, dan 
kenyataan keterbatasan kemampuan Pemerin-tah 
dalam hal pendanaan dan SDM yang ada, 
mengharuskan suatu upaya berdasarkan ke-mampuan 
dan kondisi lingkungan masyarakat 
yang ada bersama-sama pemerintah dalam hal 
ini institusi terkait melakukan perbaikan, khu-susnya 
perbaikan status gizi balita. 
Tingginya angka kejadian gizi buruk di 
Indonesia, bahkan kejadian gizi buruk di Jawa 
Tengah dari tahun ke tahun mengalami pe-ningkatan 
atau sangat memprihatinkan (dari 
4.792 pada tahun 2003 kemudian menjadi 
15.622 pada tahun 2006). Di Provinsi Jawa Te-ngah, 
daerah rawan gizi terbanyak terdapat 
pada Kabupaten Boyolali, dari 19 Kecamatan 
yang dipunyai, 9 Kecamatan diantaranya meru-pakan 
daerah rawan gizi (Dinkes Prov. Jateng, 
2007). 
Berdasarkan latar belakang masalah 
tersebut, maka ingin dilakukan penelitian 
model perbaikan gizi berdasarkan perconto-han 
di daerah positive deviance di Kabupaten 
Boyolali. Sehingga tujuan pada penelitian ini 
adalah untuk mendapatkan pemetaan daerah 
yang positive deviance antara status gizi balita 
dan lingkungannya di Kabupaten Boyolali dan 
untuk menghasilkan model perbaikan gizi ber-dasarkan 
daerah positive deviance di Kabupaten 
Boyolali untuk direkomendasikan. 
Metode 
Penelitian ini menggunakan dua pen-dekatan, 
yaitu penelitian kuantitatif dan kuali-tatif. 
Tahap penelitian kuantitatif merupakan 
tahap awal yang harus dilakukan dalam rangka 
menyusun peta daerah dengan positive deviance 
antara status gizi dan lingkungannya. Subyek 
berupa Institusi terkait dengan data sekunder 
yang akan diambil dari BPS Kabupaten Boyo-lali, 
BKKBN Kabupaten Boyolali, DKK Kabu-paten 
Boyolali, Puskesmas Karanggede, dan 
Puskesmas Juwangi. Pemilihan Institusi dilaku-kan 
dengan teknik purposif, dimana pemili-han 
institusi berdasarkan syarat-syarat yang 
disesuaikan dengan tujuan penelitian pada ta-hap 
ini. sedangkan tahap penelitian kualitatif 
ini dilakukan setelah tersusunnya peta daerah 
dengan positive deviance dan penentuan daerah 
untuk model percontohan. Daerah yang diten-tukan 
sebagai unit analisis dalam penelitian ini
97 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 
berdasarkan peta daerah dengan positive devi-ance, 
veri! kasi data dan diskusi dengan DKK 
Kabupaten Boyolali, Puskesmas Karanggede, 
yang berkaitan dengan keterjangkauan trans-portasi, 
kemudahan komunikasi dan keter-sediaan 
data pendukung demi kelancaran 
penelitian. Sehingga unit analisis kemudian 
ditentukan yaitu Dukuh Karangkepoh dan 
Dukuh Gunungsari di wilayah kerja Puskesmas 
Karanggede, yang merupakan daerah dengan 
positive deviance kategori satu yaitu rentan 
pendapatan dan ketersediaan pangan. Sebagai 
subyek penelitian adalah: Kepala Puskesmas 
Karanggede, Bidan Desa Karangkepoh, Kader 
Posyandu Dusun Karangkepoh dan Dusun Gu-nungsari 
Kelurahan Karangkepoh, Key Person 
yang terdiri dari Pamong Desa, Ketua PKK, Pe-muka 
agama, Ketua RT, Ketua RW dan keluarga 
yang mempunyai balita di Dusun Karangkepoh 
dan Dusun Gunungsari, Kelurahan Karangke-poh. 
Untuk memilih subyek dalam penelitian 
kualitatif tersebut terdapat kriteria yang harus 
dipenuhi, yaitu subyek menyatu dengan medan 
aktivitas sasaran penelitian, subyek masih aktif, 
subyek memiliki waktu untuk dimintai infor-masi, 
subyek tidak memiliki hubungan spesial 
dengan peneliti. 
Sehubungan dengan kriteria tersebut dan 
disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pe-milihan 
sampel awal sebagai infor-man dilaku-kan 
dengan teknik purposif. Infor-man kunci 
selanjutnya dikembangkan dengan teknik bola 
salju. Penggunaan teknik bola salju berhenti 
setelah data yang diperoleh dirasa cukup leng-kap. 
Sehingga pada akhirnya didapat 67 orang 
responden yang sebagian juga berkedudukan 
sebagai informan. Sumber data dalam pe-nelitian 
ini dibedakan menjadi dua, yaitu data 
primer dan data sekunder. Data primer diper-oleh 
melalui observasi, wawancara, pengisian 
kuesioner dan FGD serta penilaian status gizi. 
Adapun data sekunder diperoleh melalui re-view 
dokumen yang terkait dengan fokus pe-nelitian. 
Analisis data penyusunan model percon-tohan, 
dilakukan secara deskriptif-kualitatif. 
Analisis induktif digunakan sebagai landasan 
utama untuk mengkaji berbagai data yang 
diperoleh. 
Hasil 
Peta daerah dengan positive deviance 
antara status gizi dan lingkungan di Kabupaten 
Boyolali adalah daerah yang mempunyai kesen-jangan 
antara keadaan status gizi dengan keada-an 
lingkungannya, yang terdapat di 2 wilayah 
Puskesmas yaitu Puskesmas Karanggede dan 
Juwangi yang dapat dilihat pada Gambar 1. 
Gambar 1. Peta Daerah dengan Positive Devi-ance 
antara Status Gizi dan Lingkungannya di 
Kabupaten 
Hasil data kuesioner yang didapat 
berkaitan dengan lingkungan sosial didapatkan 
hasil sebagai berikut: 
Aspek religi yang berkaitan dengan mitos 
tentang makanan yang mempengaruhi pem-berian 
makanan maupun mitos-mitos tentang 
penyembuhan penyakit yang diterapkan pada 
anak balita, sudah banyak ditinggalkan. Hal ini 
dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang berisi 
pernyataan sudah ditinggalkan dan sejak dulu 
tidak ada (lebih dari 77%). Hal tersebut juga 
diperjelas dengan pernyataan yang menyebut-kan 
bahwa pilihan pertama meminta pertolong-an 
untuk pengobatan jika anak balitanya sakit 
adalah pada Polindes 35,8%, dengan alasan 
utama pemilihan, terbanyak karena jarak dari 
tempat tinggal yang dekat (38,9%). 
Berkaitan dengan Institusi yang sering 
membantu dan berperan dalam masalah kese-
98 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 
hatan menurut penilaian masyarakat Dusun Ka-rangkepoh 
dan Gunungsari terdiri dari institusi 
pemerintah yaitu Puskesmas 43,3%, Polindes 
22,4% dan institusi masyarakat yaitu Posyandu 
32,9%. Aspek organisasi kemasyarakatan yang 
ada juga didukung oleh rasa gotongroyong, 
kerjasama, kebersamaan dan rasa kepedulian 
yang tinggi di masyarakat atau lebih dari 95% 
menyatakan cukup baik dan sangat baik. 
Sedangkan pengetahuan yang ber-hubungan 
dengan kesehatan terutama yang 
berhubungan dengan gizi dapat dinilai dari 
jawaban-jawaban yang ada, yaitu pengetahuan 
tentang menu makanan yang sehat untuk anak 
balitanya yang menyatakan tahu sebesar 95,6%, 
dengan perincian yang menyatakan tahu dan 
selalu berusaha untuk melaksanakannya sebe-sar 
55,4%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 
40,2% merasa tahu tetapi kesulitan dan jarang 
melaksanakannya. Pengetahuan tentang pen-tingnya 
usaha terhadap pencegahan penyakit 
atau upaya agar anak balitanya sehat antara 
lain dengan memberikan imunisasi dan pem-berian 
vitamin dapat dinilai sangat baik, hal ini 
tergambar pada jawaban kuesioner yang 95,6% 
menyatakan selalu melakukannya. Penge-tahuan 
tentang pentingnya pertumbuhan 
anak terutama anak balita dapat dinilai cukup 
baik, hal ini tergambar pada perhatian atau 
kepedulian yang tinggi pada balitanya, yaitu 
mengutamakan anak atau balitanya dalam pe-nyediaan 
makanan maupun penentuan lauk 
pauk dalam keluarga (70,3%), walaupun masih 
ada keluarga yang mengutamakan kebutuhan 
makan bagi Bapak (16,4%), serta tingginya pe-ran 
ibu dalam mengasuh/mengurus/merawat 
anak balita dalam keluarganya (85,2%) sedang-kan 
urutan kedua untuk peran pengasuhan ada 
ditangan neneknya (13,4%). 
Aspek yang berkaitan dengan mata pen-caharian/ 
pendapatan dalam keluarga, dida-patkan 
hasil bahwa pendapatan keluarga pada 
saat ini dinilai cukup (59,8%), orang yang ber-tanggung 
jawab terhadap ekonomi keluarga 
terbanyak dibebankan kepada Bapak (suami), 
yaitu sebanyak 67,2%. Sedangkan pemanfaatan 
halaman/pekarangan rumah untuk membantu 
pemenuhan kebutuhan pangan keluarga seba-nyak 
52,3%. 
Penilaian aspek teknologi dan peralatan 
yang berupa informasi kesehatan paling ba-nyak 
didapatkan dari Kader Posyandu (39%), 
dengan alat komunikasi yang paling sering dan 
senang digunakan pada saat ini adalah secara 
lisan atau getok tular (tanpa menggunakan alat) 
sebesar 74,7%. Jarak atau transportasi untuk 
periksa atau berobat ke tenaga kesehatan (ru-mah 
sakit, puskesmas, polindes) tidak merupa-kan 
kendala, oleh karena sebesar 53,7% menya-takan 
terjangkau dan 32,9% menyatakan dekat. 
Pembahasan 
Dalam penelitian ini untuk menentu-kan 
pemetaan daerah dengan positive devi-ance, 
maka lingkungan rentan gizi yang dinilai 
adalah tentang lingkungan pendidikan, pen-dapatan, 
ketersediaan pangan dan besarnya 
keluarga. Sehingga dari hasil pemetaan daerah 
dengan positive deviance antara status gizi ba-lita 
dan lingkungannya di Kabupaten Boyolali, 
di analisa lingkungan-lingkungan yang belum 
dinilai, yaitu berupa lingkungan sosial budaya 
yang memungkinkan masyarakat dapat survive 
menjaga status gizi balitanya 
Model percontohan yang direkomen-dasikan 
dari hasil penelitian ini adalah adanya 
potensi masyarakat yang berupa positive devi-ance 
yang dapat dimanfaatkan dalam kaitannya 
dengan usaha perbaikan status gizi masyarakat. 
Oleh karena dalam setiap daerah mempunyai 
lingkungan yang berbeda baik berupa lingku-ngan 
sosial, lingkungan alam dan lingkungan 
binaan, maka potensi masyarakat yang ber-dasarkan 
lingkungan tersebut juga akan ber-beda- 
beda pula. Hal ini juga mendukung hasil 
penelitian-penelitian sebelumnya yang me-ngatakan 
bahwa: dimensi dan penyebab ketidak 
amanan pangan serta malnutrisi sering kali 
merupakan masalah yang kompleks dan sangat 
lokasi spesi! k. Masalahnya dapat berbeda-beda 
pada tiap-tiap negara dan pada masing-masing 
lokasi atau kelompok populasi yang berbeda-beda, 
sekalipun pada satu negara yang sama 
(Chung et al., 1997). Penelitian sejenis juga 
mengatakan praktek pemberian nutrisi anak 
melalui makanan merupakan hal yang sangat 
penting (WHO, 2000; Deolalikar, 1995), tetapi 
masalahnya adalah karena si pemberi perawa-tan 
merespon dan mempraktekannya secara 
berbeda-beda pada masing-masing budaya
99 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 
(Engle and Lhotska, 1999). Selain itu penelitian 
lain mendapatkan hasil bahwa makanan, ke-sehatan 
dan perawatan, ketiga elemen ini harus 
terpenuhi demi anak bernutrisi baik. Sekali-pun 
kemiskinan menyebabkan ketidak amanan 
pangan dan keterbatasan perawatan kesehatan. 
Peningkatan perawatan dapat mengoptimal-kan 
penggunaan sumber daya yang ada untuk 
meningkatkan kesehatan dan nutrisi yang baik 
bagi wanita dan anak-anak (Engle and Lhotska, 
1999; Unicef, 1990; Frede, 1995; Patten, 1999). 
Hasil penelitian ini mendapatkan ada-nya 
potensi masyarakat yang berupa lingku-ngan 
sosial yang dipengaruhi aspek organisasi 
kemasyarakatan, aspek pengetahuan, aspek 
bahasa, aspek mata pencaharian, serta aspek 
teknologi dan peralatan yang mendukung sta-tus 
gizi masyarakat di daerah penelitian. As-pek- 
aspek tersebut akan mempengaruhi pola 
asuh gizi yang kemudian mempengaruhi asu-pan 
makanan dan status kesehatan serta pada 
akhirnya menentukan status gizi balita. Hal ini 
sejalan dengan penelitian yang menyimpulkan 
bahwa peningkatan perawatan dalam hal ini 
yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan 
pola asuh gizi dapat mengoptimalkan penggu-naan 
sumber daya yang ada untuk meningkat-kan 
kesehatan dan nutrisi yang baik bagi wa-nita 
dan anak-anak (Engle and Lhotska, 1999; 
Frede, 1995; Patten, 1999; Greiner and Latham, 
1981). 
Aspek organisasi dan kemasyarakatan 
yang mendukung kesehatan dan nutrisi yang 
baik yaitu adanya institusi terkait berupa insti-tusi 
pemerintah, seperti Polindes yang merupa-kan 
institusi bagian dari Puskesmas dan dapat 
dikatakan juga merupakan bagian dari DKK 
(Dinkes Kabupaten). Adanya seorang bidan 
yang bertugas penuh di Polindes menjadikan 
perhatian dan pelayanan kesehatan lebih baik. 
Keluarga balita merasakan adanya kedekatan 
hubungan dan perhatian dari Puskesmas mela-lui 
Bidan yang bertugas. Keluarga Balita mera-sa 
lebih mudah mengakses program-program 
yang berkaitan dengan pemenuhan pelayanan 
kesehatan khususnya bagi masyarakat tak 
mampu, seperti adanya program Jamkesmas 
bagi masyarakat miskin dalam mendapatkan 
pengobatan gratis dan pelayanan kesehatan 
lainnya, misalnya mondok di rumah sakit. In-stitusi 
non pemerintah yang sangat berperan 
dalam hal kesehatan dan masalah gizi balita 
adalah Posyandu, dimana menurut penilaian 
masyarakat Posyandu merupakan lembaga 
yang kedua setelah Puskesmas yang sering 
membantu dan berperan dalam masalah kese-hatan. 
Kegiatan Posyandu dapat berjalan de-ngan 
baik, dan semua balita setiap bulan dapat 
terpantau, hal ini dikarenakan bagi balita yang 
tak hadir maka kader akan melakukan kunju-ngan 
rumah sekaligus menimbang balitanya, 
dan kader akan melakukan pembagian tu-gas 
tanpa dipaksa. Jumlah kunjungan rumah 
rata-rata berkisar antara 2-3 orang setiap bu-lannya 
dan penyebabnya biasanya karena ibu 
tak berada di rumah dan balitanya dititipkan 
ke neneknya. Setiap kali menimbang balita, 
masyarakat dikenakan iuran sebesar Rp500,- , 
yang dilakukan dengan sukarela untuk kemu-dian 
mendapatkan PMT (pemberian makanan 
tambahan). Setiap Dusun mempunyai satu Po-syandu 
dengan 5 sampai 7 orang kader yang be-rasal 
dari masyarakat setempat yang ditunjuk. 
Aspek organisasi kemasyarakatan ini 
terlihat sangat menonjol, oleh karena adanya 
kepatuhan dan dukungan pada pimpinannya, 
dalam hal ini dukungan terhadap Kepala Desa 
atau Perangkat Desa yang bertempat tinggal 
di Dusun tersebut. Sehingga menimbulkan 
rasa gotongroyong, kerjasama, kebersamaan 
dan kepedulian yang tinggi di masyarakat. 
Masyarakatpun menjadi lebih mudah di ikut-kan 
dalam setiap program dusun yang ada, yang 
dapat dilihat pada berkembangnya perkumpu-lan 
Astaguna (kerajinan bambu), Sumber Re-jeki 
(lumbung beras paceklik), pengembangan 
apotik hidup dan pengembangan ternak lele 
serta kesadaran masyarakat yang tinggi dalam 
menyumbangkan tenaga secara bergantian 
dalam pembangunan jalan di Dusun dan se-tiap 
kepala keluarga bersedia iuran sebesar Rp 
100.000,- . 
Aspek organisasi kemasyarakatan juga 
didukung oleh rasa kebersamaan yang muncul 
karena masyarakat merasa sama-sama merupa-kan 
daerah yang miskin dan tertinggal diban-dingkan 
dengan Desa-desa lainnya di Ka-bupaten 
Boyolali, khususnya di Kecamatan 
Karanggede dan menginginkan perbaikan. Di 
lain pihak rasa kepedulian masyarakat yang 
tinggi juga merupakan pendukung aspek or-ganisasi 
kemasyarakatan, yang dapat dilihat
100 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 
antara lain pada saat ibu berhalangan ke Pos-yandu, 
maka anak dititipkan kader untuk di-timbang 
di posyandu, atau kadang dibawa oleh 
tetangganya. Hal ini sejalan dengan penelitian 
tentang pengaruh dari lingkungan  sik dan 
sosial disekitar tempat tinggal terhadap status 
gizi anak. Keakraban sosial telah terbukti mem-pengaruhi 
kesehatan pada tingkat lingkungan 
tempat tinggal. Peningkatan kontak sosial dan 
transaksi sosial antar masyarakat dapat mem-bantu 
penerapan perilaku yang lebih sehat 
(Luisa et al., 2009). Adanya norma-norma yang 
sehat yang terdapat pada jaringan dari orang-tua 
yang saling mengenal dan bersedia men-jaga 
anak-anak dilingkungannya yang mempe-ngaruhi 
status gizi anak. 
Pelayanan kesehatan merupakan pe-nyebab 
langsung terhadap status gizi dan kejadi-an 
penyakit, dimana gangguan gizi dan infeksi 
saling bekerja sama. Gangguan infeksi sering 
memperburuk taraf gizi, sedangkan gangguan 
gizi memperburuk kemampuan anak untuk 
mengatasi penyakit infeksi (Soegeng & Anne, 
1999). Gizi buruk akan menyebabkan tergang-gunya 
sistem pertahanan tubuh (kekebalan 
tubuh) sehingg memudahkan masuknya pe-nyakit 
kedalam tubuh (Moehji, 2003). Pela-yanan 
kesehatan terdekat dengan masyarakat 
di Kecamatan Karanggede dilakukan oleh 
Polindes melalui seorang Bidan yang ber-tempat 
tinggal di wilayah tersebut dan se-lalu 
siap bertugas dengan program-program 
pelayanan kesehatan dan komunikasi yang 
baik ke masyarakat. Pelayanan kesehatan juga 
dibantu oleh Posyandu, terutama pelayanan 
yang berkaitan dengan masalah gizi balita, 
dan didukung juga dengan kemudahan akses 
pelayanan kesehatan yang berupa transpor-tasi, 
jarak dan banyaknya tempat pelayanan 
kesehatan yang tersedia. Terbatasnya kesang-gupan 
melakukan perawatan dan pelayanan 
kesehatan kepada balitanya dipengaruhi oleh 
pendapatan keluarga. Hal tersebut dapat diatasi 
dengan adanya program Jamkesmas, kedekatan 
pelayanan kesehatan melalui Polindes, maupun 
keaktivan Posyandu. 
Tingginya tingkat urbanisasi juga meru-pakan 
faktor yang mempengaruhi status gizi 
balita. Dimana masyarakat melakukan perpin-dahan 
secara musiman atau adanya masyarakat 
pendatang, disatu sisi membawa dampak 
negatif, misalnya yang berkaitan dengan pen-dataan 
status gizi, jumlah balita yang dititipkan 
dalam pengasuhan neneknya maupun kasus-kasus 
penyakit yang muncul. Tetapi disisi lain 
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, 
mempegaruhi aspek teknologi dan peralatan, 
misal teknologi untuk komunikasi dan untuk 
mendapatkan informasi, serta dapat juga mem-pengaruhi 
pengetahuan. 
Aspek pengetahuan yang berkaitan de-ngan 
kesehatan, gizi dan pentingnya pertum-buhan 
anak balitanya sudah cukup tinggi. Hal 
ini dapat dinilai dari pengetahuan tentang 
menu makanan yang sehat untuk anak balita, 
upaya pencegahan penyakit yang berupa imu-nisasi 
dan pemberian vitamin dan kepedulian 
terhadap pengasuhan perawatan anak balita-nya. 
Pengetahuan tentang menu makanan 
yang sehat untuk balita hampir semua sudah 
mengetahuinya (95,6%), tetapi dalam pelaksa-naannya 
masih banyak kendala, seperti yang di 
dapatkan dari hasil observasi maupun wawan-cara 
serta FGD. Dalam pengetrapannya masih 
terdapat kesulitan oleh karena terbatasnya uang 
yang ada dan adanya penolakan dari anak oleh 
karena tidak sesuai dengan seleranya, sehingga 
terkesan lebih mementingkan kuantitas diban-dingkan 
kualitasnya. Seperti yang di dapat pada 
hasil observasi dimana makanan yang diberi-kan 
pada balita rata-rata hanya dengan sayur 
saja atau disesuaikan dengan kemauan si anak, 
dapat hanya dengan kecap dan krupuk saja. Se-hingga 
keadaan tersebut memungkinkan status 
gizi balita jika di ukur secara antropometri ke-mungkinan 
tidak menunjukan masalah, tetapi 
bila ditinjau lebih teliti dengan pemeriksaan 
secara biokimia kemungkinan akan didapat-kan 
ketidak normalan akibat kekurangan zat 
gizi mikro, misalnya kadar haemoglobin yang 
rendah. Pengetahuan tentang pentingnya per-tumbuhan 
anak terutama anak balitanya terli-hat 
cukup baik, yang dapat dilihat dari adanya 
kepedulian yang tinggi pada balitanya, yaitu 
mengutamakan anak atau balitanya dalam pe-nyediaan 
makanan maupun penentuan lauk 
pauk dalam keluarga (70,3%) serta tingginya 
peran ibu dalam mengasuh/mengurus/mera-wat 
anak balita dalam keluarganya (85,2%). Hal 
ini dapat dilihat saat observasi maupun dari 
hasil wawancara, dimana kebanyakan Ibu tidak 
bekerja atau mencari tambahan na! ah di ru-
101 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 
mah dengan cara warungan (jualan sayur, be-ras), 
membuat anyaman bambu sehingga dapat 
fokus pada merawat anak di rumah. Jika Ibu 
terpaksa keluar rumah misal untuk kulakan 
(belanja dagangan) maka Bapak akan menggan-tikan 
menjaga anaknya di rumah, atau bahkan 
Bapak atau Neneknya yang mengantar balita ke 
Posyandu, atau Bapak yang menyuapi anakn-ya 
dengan cara menggendongnya memakai 
selendang. Ibu baru akan bekerja kembali se-bagai 
buruh tani apabila anak sudah berumur 
lebih dari 5 tahun atau dianggap sudah lebih 
mandiri. Pengetahuan tentang kesehatan dan 
gizi ini mereka dapatkan terutama dari Pos-yandu 
(39%), Bidan (37,3%), dan TV (20,8%). 
Kedekatan masyarakat terhadap pelayanan ke-sehatan 
yang berupa Polindes, khususnya hubu-ngan 
yang baik dengan Bidan sebagai petugas 
polindes membuat komunikasi dan transfor-masi/ 
informasi pengetahuan yang berkaitan 
dengan kesehatan dan gizi menjadi lebih mu-dah. 
Begitu juga adanya hubungan yang baik 
antara Bidan dan kader posyandu, menyebab-kan 
kinerja kader posyandu termasuk dalam 
informasi pengetahuan juga lebih mudah. Hal 
tersebut juga didukung dengan bahasa komu-nikasi 
yang hampir semua dengan Bahasa Jawa 
(94,1%), sehingga bahasa bukan merupakan 
kendala. Pengetahuan tentang masalah keseha-tan 
dan gizi yang baik di masyarakat ini meru-pakan 
jalan keluar untuk mengatasi rendahnya 
pendidikan dan pendapatan yang dipunyai. Di-mana 
pengetahuan yang dipunyai masyarakat 
ini akan mempengaruhi pola asuh gizi yang ke-mudian 
mempengaruhi status gizi balita. 
Pada aspek mata pencaharian, hampir 
semua masyarakat bekerja sebagai buruh (tani, 
bangunan dan pemecah batu). Dimana ekono-mi 
keluarga sebagian besar menjadi tanggung 
jawab Bapak saja (67,2%) dan sekitar 32,8% 
menjadi tanggung jawab bersama antara Bapak 
dan Ibu. Tanggung jawab bersama antara Ba-pak 
dan Ibu ini merupakan salah satu cara un-tuk 
dapat meningkatkan pendapatan keluarga 
dan masyarakat. Walaupun demikian peran ibu 
dalam merawat balitanya tetap menjadi priori-tas, 
dimana Ibu mencari tambahan pendapatan 
hanya dirumah saja yang dapat sekaligus mera-wat 
balitanya. Ibu baru akan bekerja di luar ru-mah 
sebagai buruh tani apabila anaknya sudah 
lebih dari 5 tahun yang dianggap sudah lebih 
dapat mandiri. 
Usaha lain yang dilakukan dalam rang-ka 
meningkatkan pendapatan keluarga adalah 
dengan adanya beberapa program bantuan 
dari pemerintah yang dapat dimanfaatkan 
dengan baik oleh masyarakat, yaitu: (1) Asta-guna, 
merupakan perkumpulan pengrajin 
anyaman bambu yg membuat tumbu, caping, 
keranjang, kursi dll, (2) Sumber Rejeki (lum-bung 
paceklik), merupakan lumbung gabah 
yg dapat dipinjam dan dengan sistem pengem-balian 
juga berupa gabah yg dapat diangsur 
selama 2 tahun, dan dirasakan sangat mem-bantu 
masyarakat, (3) Kelompok wanita tani, 
yang berusaha menanam apotik hidup untuk 
dapat membantu ekonomi keluarga, dan (4) 
Adanya pengembangan ternak lele yg menda-pat 
bantuan dari Pemerintah melalui kerjasama 
dg instansi terkait. Sebagian produksi untuk 
dikonsumsi keluarga dan sebagian besar dijual 
ke tengkulak. Ternak ini dianggap berkembang 
oleh karena disukai masyarakat dan sudah 
dikembangkan kearah ketrampilan mengelola 
produksi lele (kripik, abon, krupuk), pengelo-laan 
lele dan pembibitan. 
Berkembangnya beberapa usaha atau 
program untuk meningkatkan pendapatan 
ini sangat didukung dengan kepatuhan pada 
pimpinan Dusun yang ada, rasa kebersamaan, 
kepedulian, gotong royong dan keinginan un-tuk 
lebih maju dan tidak ingin selalu menjadi 
daerah yang tertinggal, khusunya dilingkungan 
Kabupaten Boyolali. 
Pada aspek teknologi dan peralatan, 
adanya akses pelayanan kesehatan yang ban-yak 
dan mudah dijangkau, dimana 53,7% me-nyatakan 
terjangkau dan 32,9% menyatakan 
dekat, seperti puskesmas, rumah sakit swasta, 
polindes, posyandu, bidan dan dokter prak-tek 
swasta. Akses untuk mendapatkan bahan 
pangan yang dibutuhkan 95,6% menyatakan 
mudah didapat dan hampir semua (96,6%) 
menyatakan harga bahan pangan yang dijaja-kan 
ditempat tinggal terjangkau dan murah 
dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini 
disebabkan karena banyak penjual sayur keli-ling 
memakai motor setiap hari yang membawa 
daging, ayam, ikan ,sayur, tahu dan tempe, di-samping 
warungan rumah yang ada (yang ha-nya 
menjual tahu, tempe dan bahan makanan 
tahan lama seperti mie dan beras). Terjangkau
102 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 
disini dalam artian bahan pangan yang dibu-tuhkan 
disesuaikan dengan kemampuan dan 
kebutuhan menu makanan balitanya. Bagi ba-lita 
disediakan ikan sesuai dengan kesukaannya 
sedangkan untuk yang lebih besar memakan 
lauk seadanya saja. Aspek teknologi dan per-alatan 
terutama yang berkaitan dengan kemu-dahan 
akses pelayanan kesehatan, transportasi 
dan ketersediaan bahan pangan merupakan 
hal yang mempengaruhi pola asuh gizi pada 
masyarakat di daerah penelitian ini. 
Masyarakat daerah penelitian yang da-pat 
dikatakan merupakan masyarakat pede-saan, 
merupakan masyarakat yang tetap me-lestarikan 
kehidupan saling peduli, kerjasama, 
gotongroyong dan belum banyak terpengaruh 
dampak budaya masyarakat global. Hal ini 
merupakan modal yang efektif dalam menang-gulangi 
status gizi di daerah sekitarnya atau 
daerah dengan lingkungan yang relatif sama. 
Simpulan dan Saran 
Berdasarkan analisa data diperoleh peta 
daerah dengan positive deviance antara status 
gizi dan lingkungan di Kabupaten Boyolali ter-dapat 
di 2 wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas 
Karanggede dan Puskesmas Juwangi. Model 
yang direkomendasikan diantaranya usaha per-baikan 
status gizi dalam jangka pendek adalah 
dengan memberdayakan potensi masyarakat 
yang dimiliki terutama dalam bidang sosial-budaya, 
yang meliputi aspek organisasi ke-masyarakatan, 
pengetahuan dan bahasa, mata 
pencaharian, serta teknologi dan peralatan. 
Dapat pula dilaksanakan usaha perbaikan 
jangka menengah dan panjang difokuskan 
pada lingkungan rentan gizi lainnya, yaitu yang 
berkaitan dengan pendidikan, pendapatan, ke-tersediaan 
pangan dan jumlah anggota dalam 
keluarga. Model memungkinkan berjalan oleh 
karena adanya otonomi daerah, dimana Depar-temen 
Kesehatan di Tingkat Pusat menentukan 
tujuan pembangunan kesehatan nasional ter-masuk 
didalamnya bidang gizi. 
Kami menyarankan, perlu dipertimbang-kan 
untuk memfokuskan usaha perbaikan gizi 
dengan mengoptimalkan potensi masyarakat, 
dimana masing-masing daerah mempun-yai 
potensi berbeda-beda. Kebijakan di ting-kat 
provinsi hanya bersifat umum sedangkan 
teknisnya berada di daerah masing-masing. Hal 
ini dimungkinkan dengan berjalannya sistem 
otonomi daerah. Model dari hasil penelitian ini 
hanya berlaku di lokasi penelitian dan bahkan 
hanya berlakuk pada kurun waktu tertentu saja, 
tetapi model percontohan dalam rangka usaha 
perbaikan gizi yang didahului dengan mencari 
potensi masyarakat yang dipunyai memung-kinkan 
keberhasilan dalam jangka pendek dan 
dengan biaya yang terjangkau, sebelum dapat 
mengusahakan perbaikan di bidang ekonomi 
(pendapatan masyarakat), bidang pendidikan 
dan penyediaan pangan yang mencukupi serta 
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 
Da! ar Pustaka 
Baliwati, Y.F. 2004. Pengantar Pangan, dan Gizi. Ja-karta: 
Penebar Swadaya 
Chung, K., Haddad, L., Ramakrishna, J. and Riely, 
F. 1997. Identifying ! e Food Insecure. ! e 
Application of Mixed-Method Approaches in 
India. Washington DC: International Food 
Policy Research Institude 
Deolalikar, A.B. 2005. Deolalikar Child Nutritional 
Status, and Child Growth in Kenya: Socio-economic 
Determinants. Journal of Interna-tional 
Development. 8 (3) 
Dinas Kesehatan Prov. Jateng. 2007. Pro" l Kesehatan 
Provinsi Jawa tengah 2006. Semarang: Dinkes 
Prov. Jateng 
Djaeni, A. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat 
Engle, P.L. and Lhotska, L. 1999. ! e Role of Care 
in Programmatic Actions for Nutrition: De-signing 
Programmes Involving Care. Food 
Nutrition Bulletin. 20: 35-121 
Frede, E. 1995. ! e Role of Program Quality in Pro-ducing 
Early Child Hood Program Bene" ts. 
Future of Childre, 5 (3) 
Garces, I.C., Scarinci, I.C., Lynda, H. 2006. An Ax-amination 
of Sociocultural Factors Associ-ated 
With Health, and Health Care Seeking 
among Latina Immigrants. Journal Immi-grant 
Health, 8: 377-385 
Greiner, T., Latham, M.C.1981. Factors Associated 
with Nutritional Status Among Young Chil-dren 
in St. Vincent. Ecology of Food and Nu-trition, 
10: 135-141 
Iorungwa., Samuel, A. and Terhemba, L.T. 2009. Nu-tritional 
Sustainability Via Positive Deviance: 
Challenges for Teaching, Research, and Ex-tension. 
Pakistan Journal of Nutrition, 8 (10): 
1706-1710
103 
Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 
Irwan, Z.D. 2003. Ekosistem, Komunitas, dan Ling-kungan. 
Jakarta: Bumi Aksara 
Kanjilal, B., Mazumdar, P.G., Mukherjee, M. and 
Rahman, M.H. 2010. Nutritional Status of 
Children in India: Household Socio-Eco-nomic 
Condition as ! e Contextual Deter-minant. 
International Journal for Equity in 
Health, 9: 19 
Luisa, F., Elliott, M.N., Paula, C. 2009. In" uences of 
Physical, and Social Neighborhood Environ-ments 
on Childrens Physical Activity, and 
Obesity. American Journal of Public Health. 
99 (2) 
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi (Penanganan Gizi Buruk). 
Jakarta: PT Bratama Niaga Media 
Oninla, J.A., Owa, A.A., Onayade. and Taiwo, O. 
2006. Comparative Study of Nutritional Sta-tus 
of Urban, and Rural Nigeria School Chil-dren. 
Journal of Tropical Pediatrics, 53 (1) 
Patten, P. 1999. Childcare: Is it Good for Children. 
Parent News 
Pryer, J.A., Rogers, S. and Rahman, A. 2003. ! e 
Epidemiology of Good Nutritional Status 
among Children from A Population with 
A High Prevalence of Malnutrition. Public 
Health Nutrition, 7(2): 311–317 
Sethi, V et al. 2007. Positive Deviance Determinants 
in Young Infants in Rural Uttar Pradesh. In-dian 
Journal of Pediatrics, 74: 594-595 
Soegeng dan Anne. 1999. Kesehatan, dan Gizi, Ja-karta: 
PT Rieneke Cipta 
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi, dan Aplikasinya. Jakar-ta: 
Departemen Pendidikan Nasional. 
Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan Pada Bayi, dan 
Anak. Yogyakarta: Kanisius 
UNICEF. 1990. Strategy for Improved Nutrition of 
Children, and Women in Developing Coun-tries, 
UNICEF Policy Review Paper. New 
York: UNICEF 
WHO. 2007. Young Child Nutrition: Technical Con-sultation 
on Infant, and Young Child Feeding, 
Fi! hy-" ird World Health Assembly. A-53/ 
INF.Doc/2 May 
Woro, H.O. 2008. Peta Daerah Bergab antara Status 
Gizi Balita, dan Lingkungannya di Kabupaten 
Kendal, dan Demak. Semarang: Universitas 
Negeri Semarang

More Related Content

What's hot

No.7 nurmalis 07_07
No.7  nurmalis 07_07No.7  nurmalis 07_07
No.7 nurmalis 07_07
rincih
 

What's hot (7)

jurnal daya terima makanan
jurnal daya terima makananjurnal daya terima makanan
jurnal daya terima makanan
 
Konsep ncp 2018
Konsep ncp 2018Konsep ncp 2018
Konsep ncp 2018
 
6113
61136113
6113
 
PPT proses asuhan gizi tugas pelatihan LJJ
PPT proses asuhan gizi tugas pelatihan LJJPPT proses asuhan gizi tugas pelatihan LJJ
PPT proses asuhan gizi tugas pelatihan LJJ
 
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL LANSIA DI...
 
No.7 nurmalis 07_07
No.7  nurmalis 07_07No.7  nurmalis 07_07
No.7 nurmalis 07_07
 
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
02 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 

Similar to Daerah positive deviance sebagai rekomendasi model perbaikan

PPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptx
PPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptxPPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptx
PPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptx
yuni584943
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Sii AQyuu
 
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasarDeterminan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar
Fuadrizalfauzi
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Sii AQyuu
 
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
raycha26
 
6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan
6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan
6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan
Dhana Miongkampoeng
 
Tugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahTugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliah
Noor Azizah
 
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Noor Azizah
 

Similar to Daerah positive deviance sebagai rekomendasi model perbaikan (20)

PPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptx
PPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptxPPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptx
PPTproposalPMT@Z20042020@7IH@@&%$$!!.pptx
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
 
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
 
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasarDeterminan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
 
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
 
PPT PBL 2
PPT PBL 2PPT PBL 2
PPT PBL 2
 
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptxPPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
 
6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan
6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan
6 gaya-hidup-dan-status-gizi-pegawai-dinas-kesehatan-sulawesi-selatan
 
hardy
hardyhardy
hardy
 
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua  Anak Balita Gizi  Buruk di Kabupaten ...Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua  Anak Balita Gizi  Buruk di Kabupaten ...
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...
 
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
 
PPT_Kurang_Energi_dan_Protein.ppt
PPT_Kurang_Energi_dan_Protein.pptPPT_Kurang_Energi_dan_Protein.ppt
PPT_Kurang_Energi_dan_Protein.ppt
 
hasil penelitian terhadap gizi balita yang mampu membantu dalam mengurangi an...
hasil penelitian terhadap gizi balita yang mampu membantu dalam mengurangi an...hasil penelitian terhadap gizi balita yang mampu membantu dalam mengurangi an...
hasil penelitian terhadap gizi balita yang mampu membantu dalam mengurangi an...
 
Tugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahTugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliah
 
2573 4975-1-sm
2573 4975-1-sm2573 4975-1-sm
2573 4975-1-sm
 
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 

Recently uploaded

Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janinKimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandunganKimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.pptKEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
UmiIstiqomah4
 
Farmasi tersedia obat penggugur kandungan
Farmasi tersedia obat penggugur kandunganFarmasi tersedia obat penggugur kandungan
Farmasi tersedia obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandunganKimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
jualobat34
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
njwahidah
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janinKimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdfTEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
Jual Cytotec Asli Di RIAU 081399993834
 

Recently uploaded (20)

Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janinKimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
 
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptxmateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
 
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandunganKimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
 
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.pptKEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
 
Farmasi tersedia obat penggugur kandungan
Farmasi tersedia obat penggugur kandunganFarmasi tersedia obat penggugur kandungan
Farmasi tersedia obat penggugur kandungan
 
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
 
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
 
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docxBukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
Bukti Tindak Lanjut Mitigasi Risiko.docx
 
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandunganKimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
 
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janinKimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdfTEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
 

Daerah positive deviance sebagai rekomendasi model perbaikan

  • 1. KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas DAERAH POSITIVE DEVIANCE SEBAGAI REKOMENDASI MODEL PERBAIKAN GIZI Okti Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari* Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 19 September 2011 Disetujui 21 Oktober 2011 Dipublikasikan Januari 2012 Keywords: Nutrition Positive deviance Environment Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi balita dengan penera-pan model daerah positive deviance atau daerah yang mempunyai kesenjangan antara keadaan status gizi dengan keadaan lingkungannya, dan mendapatkan pemetaan daerah positive deviance antara status gizi balita dan lingkungan-nya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan teknik purposif dan snow ball sampling. Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) peta daerah positive deviance antara status gizi dan lingkungan di Kabu-paten Boyolali adalah daerah yang mempunyai kesenjangan antara keadaan status gizinya dengan keadaan lingkungannya, terdapat di wilayah Puskesmas Karanggede dan Puskesmas Juwangi, (2) hasil penelitian model daerah positive deviance, yang direkomendasikan dalam jangka pendek adalah dengan mem-berdayakan potensi masyarakat terutama dalam bidang sosial budaya, yang meliputi aspek organisasi kemasyarakatan, pengetahuan dan bahasa, mata pen-caharian, serta teknologi dan peralatan. Abstract ! is research aimed to improve nutritional status of toddler by applying positive deviance areas model and to establish a pilot model of positive deviance areas mapping between positive deviance good nutritional statuses of toddler and the vulnerable nutritional status of toddler in Boyolali District. ! is study used quan-titative and qualitative approaches, with purposive sampling and snow ball sam-pling technique. Conclusions of this study were (1) map of positive deviance region between nutritional status and environmental Boyolali district, which was in 2 areas namely Karanggede and Juwangi health center, (2) the short-term recom-mended model were improving nutritional status by empowering the people who possess the potential, especially in social and culture, which include aspects of so-cial organization, knowledge and language, occupation, as well as technology and equipment. © 2012 Universitas Negeri Semarang * ISSN 1858-1196 Alamat korespondensi: Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Email: oktia_woro@yahoo.co.id
  • 2. 96 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 Pendahuluan Anak balita merupakan kelompok usia pertumbuhan badan yang pesat, dimana me-rupakan kelompok yang rentan gizi dan mudah menderita kelainan gizi (Djaeni, 1999). Hasil pe-nelitian menyatakan bahwa penyebab ketidaka-manan pangan dan status gizi buruk sering kali merupakan masalah yang kompleks dan sangat lokasi spesi! k, yang menyebabkan usaha-usaha perbaikan status gizi belum berhasil maksimal. Masalahnya dapat berbeda-beda pada daerah, lokasi, kelompok populasi yang berbeda walau-pun pada negara yang sama, yang berkaitan dengan perilaku dalam hal ini pola asuh gizi, dan dipengaruhi oleh lingkungannya (Oninla et al., 2006; Chung et al., 1997; Pryer et al., 2003). Lingkungan ini dapat menyangkut aspek alam, sosial maupun binaan, dan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. Berbagai penelitian yang berkaitan dengan gizi menyatakan bahwa, status gizi dapat disebab-kan oleh kondisi medis, status sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengeluar-an pangan rumah tangga, disamping ada faktor lingkungan lainnya seperti lingkungan sosial-budaya atau sosio-kultural (Soekirman, 2000; Suhardjo, 1992; Baliwati, 2004; Irwan, 2003; Sethi, 2007; Kanjilal et al., 2010). Penelitian Woro (2008) di daerah den-gan positive deviance antara status gizi balita dan lingkungannya di Kabupaten Kendal dan Demak mendapatkan suatu model kemampuan untuk bertahan atau adanya potensi didalam masyarakat yang dapat mendukung tercipta-nya status gizi yang baik (Woro, 2008). Daerah dengan positive deviance adalah daerah yang mempunyai lingkungan rentan gizi atau daerah dengan lingkungan yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk dalam keluarga maupun masyarakat atau merupakan lingkungan yang tidak mendukung terciptanya gizi baik. Tetapi pada kenyataannya mempunyai gambaran sta-tus gizi yang relatif baik (Iorungwa et al., 2009). Adanya kebijakan dari Departemen Kesehatan dalam menjalankan program-program yang berkaitan dengan peningkatan status keseha-tan termasuk juga status gizi di masyarakat de-ngan melibatkan peran serta masyarakat, dan kenyataan keterbatasan kemampuan Pemerin-tah dalam hal pendanaan dan SDM yang ada, mengharuskan suatu upaya berdasarkan ke-mampuan dan kondisi lingkungan masyarakat yang ada bersama-sama pemerintah dalam hal ini institusi terkait melakukan perbaikan, khu-susnya perbaikan status gizi balita. Tingginya angka kejadian gizi buruk di Indonesia, bahkan kejadian gizi buruk di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami pe-ningkatan atau sangat memprihatinkan (dari 4.792 pada tahun 2003 kemudian menjadi 15.622 pada tahun 2006). Di Provinsi Jawa Te-ngah, daerah rawan gizi terbanyak terdapat pada Kabupaten Boyolali, dari 19 Kecamatan yang dipunyai, 9 Kecamatan diantaranya meru-pakan daerah rawan gizi (Dinkes Prov. Jateng, 2007). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka ingin dilakukan penelitian model perbaikan gizi berdasarkan perconto-han di daerah positive deviance di Kabupaten Boyolali. Sehingga tujuan pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemetaan daerah yang positive deviance antara status gizi balita dan lingkungannya di Kabupaten Boyolali dan untuk menghasilkan model perbaikan gizi ber-dasarkan daerah positive deviance di Kabupaten Boyolali untuk direkomendasikan. Metode Penelitian ini menggunakan dua pen-dekatan, yaitu penelitian kuantitatif dan kuali-tatif. Tahap penelitian kuantitatif merupakan tahap awal yang harus dilakukan dalam rangka menyusun peta daerah dengan positive deviance antara status gizi dan lingkungannya. Subyek berupa Institusi terkait dengan data sekunder yang akan diambil dari BPS Kabupaten Boyo-lali, BKKBN Kabupaten Boyolali, DKK Kabu-paten Boyolali, Puskesmas Karanggede, dan Puskesmas Juwangi. Pemilihan Institusi dilaku-kan dengan teknik purposif, dimana pemili-han institusi berdasarkan syarat-syarat yang disesuaikan dengan tujuan penelitian pada ta-hap ini. sedangkan tahap penelitian kualitatif ini dilakukan setelah tersusunnya peta daerah dengan positive deviance dan penentuan daerah untuk model percontohan. Daerah yang diten-tukan sebagai unit analisis dalam penelitian ini
  • 3. 97 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 berdasarkan peta daerah dengan positive devi-ance, veri! kasi data dan diskusi dengan DKK Kabupaten Boyolali, Puskesmas Karanggede, yang berkaitan dengan keterjangkauan trans-portasi, kemudahan komunikasi dan keter-sediaan data pendukung demi kelancaran penelitian. Sehingga unit analisis kemudian ditentukan yaitu Dukuh Karangkepoh dan Dukuh Gunungsari di wilayah kerja Puskesmas Karanggede, yang merupakan daerah dengan positive deviance kategori satu yaitu rentan pendapatan dan ketersediaan pangan. Sebagai subyek penelitian adalah: Kepala Puskesmas Karanggede, Bidan Desa Karangkepoh, Kader Posyandu Dusun Karangkepoh dan Dusun Gu-nungsari Kelurahan Karangkepoh, Key Person yang terdiri dari Pamong Desa, Ketua PKK, Pe-muka agama, Ketua RT, Ketua RW dan keluarga yang mempunyai balita di Dusun Karangkepoh dan Dusun Gunungsari, Kelurahan Karangke-poh. Untuk memilih subyek dalam penelitian kualitatif tersebut terdapat kriteria yang harus dipenuhi, yaitu subyek menyatu dengan medan aktivitas sasaran penelitian, subyek masih aktif, subyek memiliki waktu untuk dimintai infor-masi, subyek tidak memiliki hubungan spesial dengan peneliti. Sehubungan dengan kriteria tersebut dan disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pe-milihan sampel awal sebagai infor-man dilaku-kan dengan teknik purposif. Infor-man kunci selanjutnya dikembangkan dengan teknik bola salju. Penggunaan teknik bola salju berhenti setelah data yang diperoleh dirasa cukup leng-kap. Sehingga pada akhirnya didapat 67 orang responden yang sebagian juga berkedudukan sebagai informan. Sumber data dalam pe-nelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diper-oleh melalui observasi, wawancara, pengisian kuesioner dan FGD serta penilaian status gizi. Adapun data sekunder diperoleh melalui re-view dokumen yang terkait dengan fokus pe-nelitian. Analisis data penyusunan model percon-tohan, dilakukan secara deskriptif-kualitatif. Analisis induktif digunakan sebagai landasan utama untuk mengkaji berbagai data yang diperoleh. Hasil Peta daerah dengan positive deviance antara status gizi dan lingkungan di Kabupaten Boyolali adalah daerah yang mempunyai kesen-jangan antara keadaan status gizi dengan keada-an lingkungannya, yang terdapat di 2 wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Karanggede dan Juwangi yang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Daerah dengan Positive Devi-ance antara Status Gizi dan Lingkungannya di Kabupaten Hasil data kuesioner yang didapat berkaitan dengan lingkungan sosial didapatkan hasil sebagai berikut: Aspek religi yang berkaitan dengan mitos tentang makanan yang mempengaruhi pem-berian makanan maupun mitos-mitos tentang penyembuhan penyakit yang diterapkan pada anak balita, sudah banyak ditinggalkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang berisi pernyataan sudah ditinggalkan dan sejak dulu tidak ada (lebih dari 77%). Hal tersebut juga diperjelas dengan pernyataan yang menyebut-kan bahwa pilihan pertama meminta pertolong-an untuk pengobatan jika anak balitanya sakit adalah pada Polindes 35,8%, dengan alasan utama pemilihan, terbanyak karena jarak dari tempat tinggal yang dekat (38,9%). Berkaitan dengan Institusi yang sering membantu dan berperan dalam masalah kese-
  • 4. 98 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 hatan menurut penilaian masyarakat Dusun Ka-rangkepoh dan Gunungsari terdiri dari institusi pemerintah yaitu Puskesmas 43,3%, Polindes 22,4% dan institusi masyarakat yaitu Posyandu 32,9%. Aspek organisasi kemasyarakatan yang ada juga didukung oleh rasa gotongroyong, kerjasama, kebersamaan dan rasa kepedulian yang tinggi di masyarakat atau lebih dari 95% menyatakan cukup baik dan sangat baik. Sedangkan pengetahuan yang ber-hubungan dengan kesehatan terutama yang berhubungan dengan gizi dapat dinilai dari jawaban-jawaban yang ada, yaitu pengetahuan tentang menu makanan yang sehat untuk anak balitanya yang menyatakan tahu sebesar 95,6%, dengan perincian yang menyatakan tahu dan selalu berusaha untuk melaksanakannya sebe-sar 55,4%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 40,2% merasa tahu tetapi kesulitan dan jarang melaksanakannya. Pengetahuan tentang pen-tingnya usaha terhadap pencegahan penyakit atau upaya agar anak balitanya sehat antara lain dengan memberikan imunisasi dan pem-berian vitamin dapat dinilai sangat baik, hal ini tergambar pada jawaban kuesioner yang 95,6% menyatakan selalu melakukannya. Penge-tahuan tentang pentingnya pertumbuhan anak terutama anak balita dapat dinilai cukup baik, hal ini tergambar pada perhatian atau kepedulian yang tinggi pada balitanya, yaitu mengutamakan anak atau balitanya dalam pe-nyediaan makanan maupun penentuan lauk pauk dalam keluarga (70,3%), walaupun masih ada keluarga yang mengutamakan kebutuhan makan bagi Bapak (16,4%), serta tingginya pe-ran ibu dalam mengasuh/mengurus/merawat anak balita dalam keluarganya (85,2%) sedang-kan urutan kedua untuk peran pengasuhan ada ditangan neneknya (13,4%). Aspek yang berkaitan dengan mata pen-caharian/ pendapatan dalam keluarga, dida-patkan hasil bahwa pendapatan keluarga pada saat ini dinilai cukup (59,8%), orang yang ber-tanggung jawab terhadap ekonomi keluarga terbanyak dibebankan kepada Bapak (suami), yaitu sebanyak 67,2%. Sedangkan pemanfaatan halaman/pekarangan rumah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pangan keluarga seba-nyak 52,3%. Penilaian aspek teknologi dan peralatan yang berupa informasi kesehatan paling ba-nyak didapatkan dari Kader Posyandu (39%), dengan alat komunikasi yang paling sering dan senang digunakan pada saat ini adalah secara lisan atau getok tular (tanpa menggunakan alat) sebesar 74,7%. Jarak atau transportasi untuk periksa atau berobat ke tenaga kesehatan (ru-mah sakit, puskesmas, polindes) tidak merupa-kan kendala, oleh karena sebesar 53,7% menya-takan terjangkau dan 32,9% menyatakan dekat. Pembahasan Dalam penelitian ini untuk menentu-kan pemetaan daerah dengan positive devi-ance, maka lingkungan rentan gizi yang dinilai adalah tentang lingkungan pendidikan, pen-dapatan, ketersediaan pangan dan besarnya keluarga. Sehingga dari hasil pemetaan daerah dengan positive deviance antara status gizi ba-lita dan lingkungannya di Kabupaten Boyolali, di analisa lingkungan-lingkungan yang belum dinilai, yaitu berupa lingkungan sosial budaya yang memungkinkan masyarakat dapat survive menjaga status gizi balitanya Model percontohan yang direkomen-dasikan dari hasil penelitian ini adalah adanya potensi masyarakat yang berupa positive devi-ance yang dapat dimanfaatkan dalam kaitannya dengan usaha perbaikan status gizi masyarakat. Oleh karena dalam setiap daerah mempunyai lingkungan yang berbeda baik berupa lingku-ngan sosial, lingkungan alam dan lingkungan binaan, maka potensi masyarakat yang ber-dasarkan lingkungan tersebut juga akan ber-beda- beda pula. Hal ini juga mendukung hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang me-ngatakan bahwa: dimensi dan penyebab ketidak amanan pangan serta malnutrisi sering kali merupakan masalah yang kompleks dan sangat lokasi spesi! k. Masalahnya dapat berbeda-beda pada tiap-tiap negara dan pada masing-masing lokasi atau kelompok populasi yang berbeda-beda, sekalipun pada satu negara yang sama (Chung et al., 1997). Penelitian sejenis juga mengatakan praktek pemberian nutrisi anak melalui makanan merupakan hal yang sangat penting (WHO, 2000; Deolalikar, 1995), tetapi masalahnya adalah karena si pemberi perawa-tan merespon dan mempraktekannya secara berbeda-beda pada masing-masing budaya
  • 5. 99 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 (Engle and Lhotska, 1999). Selain itu penelitian lain mendapatkan hasil bahwa makanan, ke-sehatan dan perawatan, ketiga elemen ini harus terpenuhi demi anak bernutrisi baik. Sekali-pun kemiskinan menyebabkan ketidak amanan pangan dan keterbatasan perawatan kesehatan. Peningkatan perawatan dapat mengoptimal-kan penggunaan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesehatan dan nutrisi yang baik bagi wanita dan anak-anak (Engle and Lhotska, 1999; Unicef, 1990; Frede, 1995; Patten, 1999). Hasil penelitian ini mendapatkan ada-nya potensi masyarakat yang berupa lingku-ngan sosial yang dipengaruhi aspek organisasi kemasyarakatan, aspek pengetahuan, aspek bahasa, aspek mata pencaharian, serta aspek teknologi dan peralatan yang mendukung sta-tus gizi masyarakat di daerah penelitian. As-pek- aspek tersebut akan mempengaruhi pola asuh gizi yang kemudian mempengaruhi asu-pan makanan dan status kesehatan serta pada akhirnya menentukan status gizi balita. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa peningkatan perawatan dalam hal ini yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan pola asuh gizi dapat mengoptimalkan penggu-naan sumber daya yang ada untuk meningkat-kan kesehatan dan nutrisi yang baik bagi wa-nita dan anak-anak (Engle and Lhotska, 1999; Frede, 1995; Patten, 1999; Greiner and Latham, 1981). Aspek organisasi dan kemasyarakatan yang mendukung kesehatan dan nutrisi yang baik yaitu adanya institusi terkait berupa insti-tusi pemerintah, seperti Polindes yang merupa-kan institusi bagian dari Puskesmas dan dapat dikatakan juga merupakan bagian dari DKK (Dinkes Kabupaten). Adanya seorang bidan yang bertugas penuh di Polindes menjadikan perhatian dan pelayanan kesehatan lebih baik. Keluarga balita merasakan adanya kedekatan hubungan dan perhatian dari Puskesmas mela-lui Bidan yang bertugas. Keluarga Balita mera-sa lebih mudah mengakses program-program yang berkaitan dengan pemenuhan pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat tak mampu, seperti adanya program Jamkesmas bagi masyarakat miskin dalam mendapatkan pengobatan gratis dan pelayanan kesehatan lainnya, misalnya mondok di rumah sakit. In-stitusi non pemerintah yang sangat berperan dalam hal kesehatan dan masalah gizi balita adalah Posyandu, dimana menurut penilaian masyarakat Posyandu merupakan lembaga yang kedua setelah Puskesmas yang sering membantu dan berperan dalam masalah kese-hatan. Kegiatan Posyandu dapat berjalan de-ngan baik, dan semua balita setiap bulan dapat terpantau, hal ini dikarenakan bagi balita yang tak hadir maka kader akan melakukan kunju-ngan rumah sekaligus menimbang balitanya, dan kader akan melakukan pembagian tu-gas tanpa dipaksa. Jumlah kunjungan rumah rata-rata berkisar antara 2-3 orang setiap bu-lannya dan penyebabnya biasanya karena ibu tak berada di rumah dan balitanya dititipkan ke neneknya. Setiap kali menimbang balita, masyarakat dikenakan iuran sebesar Rp500,- , yang dilakukan dengan sukarela untuk kemu-dian mendapatkan PMT (pemberian makanan tambahan). Setiap Dusun mempunyai satu Po-syandu dengan 5 sampai 7 orang kader yang be-rasal dari masyarakat setempat yang ditunjuk. Aspek organisasi kemasyarakatan ini terlihat sangat menonjol, oleh karena adanya kepatuhan dan dukungan pada pimpinannya, dalam hal ini dukungan terhadap Kepala Desa atau Perangkat Desa yang bertempat tinggal di Dusun tersebut. Sehingga menimbulkan rasa gotongroyong, kerjasama, kebersamaan dan kepedulian yang tinggi di masyarakat. Masyarakatpun menjadi lebih mudah di ikut-kan dalam setiap program dusun yang ada, yang dapat dilihat pada berkembangnya perkumpu-lan Astaguna (kerajinan bambu), Sumber Re-jeki (lumbung beras paceklik), pengembangan apotik hidup dan pengembangan ternak lele serta kesadaran masyarakat yang tinggi dalam menyumbangkan tenaga secara bergantian dalam pembangunan jalan di Dusun dan se-tiap kepala keluarga bersedia iuran sebesar Rp 100.000,- . Aspek organisasi kemasyarakatan juga didukung oleh rasa kebersamaan yang muncul karena masyarakat merasa sama-sama merupa-kan daerah yang miskin dan tertinggal diban-dingkan dengan Desa-desa lainnya di Ka-bupaten Boyolali, khususnya di Kecamatan Karanggede dan menginginkan perbaikan. Di lain pihak rasa kepedulian masyarakat yang tinggi juga merupakan pendukung aspek or-ganisasi kemasyarakatan, yang dapat dilihat
  • 6. 100 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 antara lain pada saat ibu berhalangan ke Pos-yandu, maka anak dititipkan kader untuk di-timbang di posyandu, atau kadang dibawa oleh tetangganya. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang pengaruh dari lingkungan  sik dan sosial disekitar tempat tinggal terhadap status gizi anak. Keakraban sosial telah terbukti mem-pengaruhi kesehatan pada tingkat lingkungan tempat tinggal. Peningkatan kontak sosial dan transaksi sosial antar masyarakat dapat mem-bantu penerapan perilaku yang lebih sehat (Luisa et al., 2009). Adanya norma-norma yang sehat yang terdapat pada jaringan dari orang-tua yang saling mengenal dan bersedia men-jaga anak-anak dilingkungannya yang mempe-ngaruhi status gizi anak. Pelayanan kesehatan merupakan pe-nyebab langsung terhadap status gizi dan kejadi-an penyakit, dimana gangguan gizi dan infeksi saling bekerja sama. Gangguan infeksi sering memperburuk taraf gizi, sedangkan gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi (Soegeng & Anne, 1999). Gizi buruk akan menyebabkan tergang-gunya sistem pertahanan tubuh (kekebalan tubuh) sehingg memudahkan masuknya pe-nyakit kedalam tubuh (Moehji, 2003). Pela-yanan kesehatan terdekat dengan masyarakat di Kecamatan Karanggede dilakukan oleh Polindes melalui seorang Bidan yang ber-tempat tinggal di wilayah tersebut dan se-lalu siap bertugas dengan program-program pelayanan kesehatan dan komunikasi yang baik ke masyarakat. Pelayanan kesehatan juga dibantu oleh Posyandu, terutama pelayanan yang berkaitan dengan masalah gizi balita, dan didukung juga dengan kemudahan akses pelayanan kesehatan yang berupa transpor-tasi, jarak dan banyaknya tempat pelayanan kesehatan yang tersedia. Terbatasnya kesang-gupan melakukan perawatan dan pelayanan kesehatan kepada balitanya dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Hal tersebut dapat diatasi dengan adanya program Jamkesmas, kedekatan pelayanan kesehatan melalui Polindes, maupun keaktivan Posyandu. Tingginya tingkat urbanisasi juga meru-pakan faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Dimana masyarakat melakukan perpin-dahan secara musiman atau adanya masyarakat pendatang, disatu sisi membawa dampak negatif, misalnya yang berkaitan dengan pen-dataan status gizi, jumlah balita yang dititipkan dalam pengasuhan neneknya maupun kasus-kasus penyakit yang muncul. Tetapi disisi lain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, mempegaruhi aspek teknologi dan peralatan, misal teknologi untuk komunikasi dan untuk mendapatkan informasi, serta dapat juga mem-pengaruhi pengetahuan. Aspek pengetahuan yang berkaitan de-ngan kesehatan, gizi dan pentingnya pertum-buhan anak balitanya sudah cukup tinggi. Hal ini dapat dinilai dari pengetahuan tentang menu makanan yang sehat untuk anak balita, upaya pencegahan penyakit yang berupa imu-nisasi dan pemberian vitamin dan kepedulian terhadap pengasuhan perawatan anak balita-nya. Pengetahuan tentang menu makanan yang sehat untuk balita hampir semua sudah mengetahuinya (95,6%), tetapi dalam pelaksa-naannya masih banyak kendala, seperti yang di dapatkan dari hasil observasi maupun wawan-cara serta FGD. Dalam pengetrapannya masih terdapat kesulitan oleh karena terbatasnya uang yang ada dan adanya penolakan dari anak oleh karena tidak sesuai dengan seleranya, sehingga terkesan lebih mementingkan kuantitas diban-dingkan kualitasnya. Seperti yang di dapat pada hasil observasi dimana makanan yang diberi-kan pada balita rata-rata hanya dengan sayur saja atau disesuaikan dengan kemauan si anak, dapat hanya dengan kecap dan krupuk saja. Se-hingga keadaan tersebut memungkinkan status gizi balita jika di ukur secara antropometri ke-mungkinan tidak menunjukan masalah, tetapi bila ditinjau lebih teliti dengan pemeriksaan secara biokimia kemungkinan akan didapat-kan ketidak normalan akibat kekurangan zat gizi mikro, misalnya kadar haemoglobin yang rendah. Pengetahuan tentang pentingnya per-tumbuhan anak terutama anak balitanya terli-hat cukup baik, yang dapat dilihat dari adanya kepedulian yang tinggi pada balitanya, yaitu mengutamakan anak atau balitanya dalam pe-nyediaan makanan maupun penentuan lauk pauk dalam keluarga (70,3%) serta tingginya peran ibu dalam mengasuh/mengurus/mera-wat anak balita dalam keluarganya (85,2%). Hal ini dapat dilihat saat observasi maupun dari hasil wawancara, dimana kebanyakan Ibu tidak bekerja atau mencari tambahan na! ah di ru-
  • 7. 101 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 mah dengan cara warungan (jualan sayur, be-ras), membuat anyaman bambu sehingga dapat fokus pada merawat anak di rumah. Jika Ibu terpaksa keluar rumah misal untuk kulakan (belanja dagangan) maka Bapak akan menggan-tikan menjaga anaknya di rumah, atau bahkan Bapak atau Neneknya yang mengantar balita ke Posyandu, atau Bapak yang menyuapi anakn-ya dengan cara menggendongnya memakai selendang. Ibu baru akan bekerja kembali se-bagai buruh tani apabila anak sudah berumur lebih dari 5 tahun atau dianggap sudah lebih mandiri. Pengetahuan tentang kesehatan dan gizi ini mereka dapatkan terutama dari Pos-yandu (39%), Bidan (37,3%), dan TV (20,8%). Kedekatan masyarakat terhadap pelayanan ke-sehatan yang berupa Polindes, khususnya hubu-ngan yang baik dengan Bidan sebagai petugas polindes membuat komunikasi dan transfor-masi/ informasi pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi menjadi lebih mu-dah. Begitu juga adanya hubungan yang baik antara Bidan dan kader posyandu, menyebab-kan kinerja kader posyandu termasuk dalam informasi pengetahuan juga lebih mudah. Hal tersebut juga didukung dengan bahasa komu-nikasi yang hampir semua dengan Bahasa Jawa (94,1%), sehingga bahasa bukan merupakan kendala. Pengetahuan tentang masalah keseha-tan dan gizi yang baik di masyarakat ini meru-pakan jalan keluar untuk mengatasi rendahnya pendidikan dan pendapatan yang dipunyai. Di-mana pengetahuan yang dipunyai masyarakat ini akan mempengaruhi pola asuh gizi yang ke-mudian mempengaruhi status gizi balita. Pada aspek mata pencaharian, hampir semua masyarakat bekerja sebagai buruh (tani, bangunan dan pemecah batu). Dimana ekono-mi keluarga sebagian besar menjadi tanggung jawab Bapak saja (67,2%) dan sekitar 32,8% menjadi tanggung jawab bersama antara Bapak dan Ibu. Tanggung jawab bersama antara Ba-pak dan Ibu ini merupakan salah satu cara un-tuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat. Walaupun demikian peran ibu dalam merawat balitanya tetap menjadi priori-tas, dimana Ibu mencari tambahan pendapatan hanya dirumah saja yang dapat sekaligus mera-wat balitanya. Ibu baru akan bekerja di luar ru-mah sebagai buruh tani apabila anaknya sudah lebih dari 5 tahun yang dianggap sudah lebih dapat mandiri. Usaha lain yang dilakukan dalam rang-ka meningkatkan pendapatan keluarga adalah dengan adanya beberapa program bantuan dari pemerintah yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, yaitu: (1) Asta-guna, merupakan perkumpulan pengrajin anyaman bambu yg membuat tumbu, caping, keranjang, kursi dll, (2) Sumber Rejeki (lum-bung paceklik), merupakan lumbung gabah yg dapat dipinjam dan dengan sistem pengem-balian juga berupa gabah yg dapat diangsur selama 2 tahun, dan dirasakan sangat mem-bantu masyarakat, (3) Kelompok wanita tani, yang berusaha menanam apotik hidup untuk dapat membantu ekonomi keluarga, dan (4) Adanya pengembangan ternak lele yg menda-pat bantuan dari Pemerintah melalui kerjasama dg instansi terkait. Sebagian produksi untuk dikonsumsi keluarga dan sebagian besar dijual ke tengkulak. Ternak ini dianggap berkembang oleh karena disukai masyarakat dan sudah dikembangkan kearah ketrampilan mengelola produksi lele (kripik, abon, krupuk), pengelo-laan lele dan pembibitan. Berkembangnya beberapa usaha atau program untuk meningkatkan pendapatan ini sangat didukung dengan kepatuhan pada pimpinan Dusun yang ada, rasa kebersamaan, kepedulian, gotong royong dan keinginan un-tuk lebih maju dan tidak ingin selalu menjadi daerah yang tertinggal, khusunya dilingkungan Kabupaten Boyolali. Pada aspek teknologi dan peralatan, adanya akses pelayanan kesehatan yang ban-yak dan mudah dijangkau, dimana 53,7% me-nyatakan terjangkau dan 32,9% menyatakan dekat, seperti puskesmas, rumah sakit swasta, polindes, posyandu, bidan dan dokter prak-tek swasta. Akses untuk mendapatkan bahan pangan yang dibutuhkan 95,6% menyatakan mudah didapat dan hampir semua (96,6%) menyatakan harga bahan pangan yang dijaja-kan ditempat tinggal terjangkau dan murah dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena banyak penjual sayur keli-ling memakai motor setiap hari yang membawa daging, ayam, ikan ,sayur, tahu dan tempe, di-samping warungan rumah yang ada (yang ha-nya menjual tahu, tempe dan bahan makanan tahan lama seperti mie dan beras). Terjangkau
  • 8. 102 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (2) (2012) 95-103 disini dalam artian bahan pangan yang dibu-tuhkan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan menu makanan balitanya. Bagi ba-lita disediakan ikan sesuai dengan kesukaannya sedangkan untuk yang lebih besar memakan lauk seadanya saja. Aspek teknologi dan per-alatan terutama yang berkaitan dengan kemu-dahan akses pelayanan kesehatan, transportasi dan ketersediaan bahan pangan merupakan hal yang mempengaruhi pola asuh gizi pada masyarakat di daerah penelitian ini. Masyarakat daerah penelitian yang da-pat dikatakan merupakan masyarakat pede-saan, merupakan masyarakat yang tetap me-lestarikan kehidupan saling peduli, kerjasama, gotongroyong dan belum banyak terpengaruh dampak budaya masyarakat global. Hal ini merupakan modal yang efektif dalam menang-gulangi status gizi di daerah sekitarnya atau daerah dengan lingkungan yang relatif sama. Simpulan dan Saran Berdasarkan analisa data diperoleh peta daerah dengan positive deviance antara status gizi dan lingkungan di Kabupaten Boyolali ter-dapat di 2 wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Karanggede dan Puskesmas Juwangi. Model yang direkomendasikan diantaranya usaha per-baikan status gizi dalam jangka pendek adalah dengan memberdayakan potensi masyarakat yang dimiliki terutama dalam bidang sosial-budaya, yang meliputi aspek organisasi ke-masyarakatan, pengetahuan dan bahasa, mata pencaharian, serta teknologi dan peralatan. Dapat pula dilaksanakan usaha perbaikan jangka menengah dan panjang difokuskan pada lingkungan rentan gizi lainnya, yaitu yang berkaitan dengan pendidikan, pendapatan, ke-tersediaan pangan dan jumlah anggota dalam keluarga. Model memungkinkan berjalan oleh karena adanya otonomi daerah, dimana Depar-temen Kesehatan di Tingkat Pusat menentukan tujuan pembangunan kesehatan nasional ter-masuk didalamnya bidang gizi. Kami menyarankan, perlu dipertimbang-kan untuk memfokuskan usaha perbaikan gizi dengan mengoptimalkan potensi masyarakat, dimana masing-masing daerah mempun-yai potensi berbeda-beda. Kebijakan di ting-kat provinsi hanya bersifat umum sedangkan teknisnya berada di daerah masing-masing. Hal ini dimungkinkan dengan berjalannya sistem otonomi daerah. Model dari hasil penelitian ini hanya berlaku di lokasi penelitian dan bahkan hanya berlakuk pada kurun waktu tertentu saja, tetapi model percontohan dalam rangka usaha perbaikan gizi yang didahului dengan mencari potensi masyarakat yang dipunyai memung-kinkan keberhasilan dalam jangka pendek dan dengan biaya yang terjangkau, sebelum dapat mengusahakan perbaikan di bidang ekonomi (pendapatan masyarakat), bidang pendidikan dan penyediaan pangan yang mencukupi serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Da! ar Pustaka Baliwati, Y.F. 2004. Pengantar Pangan, dan Gizi. Ja-karta: Penebar Swadaya Chung, K., Haddad, L., Ramakrishna, J. and Riely, F. 1997. Identifying ! e Food Insecure. ! e Application of Mixed-Method Approaches in India. Washington DC: International Food Policy Research Institude Deolalikar, A.B. 2005. Deolalikar Child Nutritional Status, and Child Growth in Kenya: Socio-economic Determinants. Journal of Interna-tional Development. 8 (3) Dinas Kesehatan Prov. Jateng. 2007. Pro" l Kesehatan Provinsi Jawa tengah 2006. Semarang: Dinkes Prov. Jateng Djaeni, A. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat Engle, P.L. and Lhotska, L. 1999. ! e Role of Care in Programmatic Actions for Nutrition: De-signing Programmes Involving Care. Food Nutrition Bulletin. 20: 35-121 Frede, E. 1995. ! e Role of Program Quality in Pro-ducing Early Child Hood Program Bene" ts. Future of Childre, 5 (3) Garces, I.C., Scarinci, I.C., Lynda, H. 2006. An Ax-amination of Sociocultural Factors Associ-ated With Health, and Health Care Seeking among Latina Immigrants. Journal Immi-grant Health, 8: 377-385 Greiner, T., Latham, M.C.1981. Factors Associated with Nutritional Status Among Young Chil-dren in St. Vincent. Ecology of Food and Nu-trition, 10: 135-141 Iorungwa., Samuel, A. and Terhemba, L.T. 2009. Nu-tritional Sustainability Via Positive Deviance: Challenges for Teaching, Research, and Ex-tension. Pakistan Journal of Nutrition, 8 (10): 1706-1710
  • 9. 103 Oktia Woro Kasmini Handayani, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 7 (1) (2011) 95-103 Irwan, Z.D. 2003. Ekosistem, Komunitas, dan Ling-kungan. Jakarta: Bumi Aksara Kanjilal, B., Mazumdar, P.G., Mukherjee, M. and Rahman, M.H. 2010. Nutritional Status of Children in India: Household Socio-Eco-nomic Condition as ! e Contextual Deter-minant. International Journal for Equity in Health, 9: 19 Luisa, F., Elliott, M.N., Paula, C. 2009. In" uences of Physical, and Social Neighborhood Environ-ments on Childrens Physical Activity, and Obesity. American Journal of Public Health. 99 (2) Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi (Penanganan Gizi Buruk). Jakarta: PT Bratama Niaga Media Oninla, J.A., Owa, A.A., Onayade. and Taiwo, O. 2006. Comparative Study of Nutritional Sta-tus of Urban, and Rural Nigeria School Chil-dren. Journal of Tropical Pediatrics, 53 (1) Patten, P. 1999. Childcare: Is it Good for Children. Parent News Pryer, J.A., Rogers, S. and Rahman, A. 2003. ! e Epidemiology of Good Nutritional Status among Children from A Population with A High Prevalence of Malnutrition. Public Health Nutrition, 7(2): 311–317 Sethi, V et al. 2007. Positive Deviance Determinants in Young Infants in Rural Uttar Pradesh. In-dian Journal of Pediatrics, 74: 594-595 Soegeng dan Anne. 1999. Kesehatan, dan Gizi, Ja-karta: PT Rieneke Cipta Soekirman. 2000. Ilmu Gizi, dan Aplikasinya. Jakar-ta: Departemen Pendidikan Nasional. Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan Pada Bayi, dan Anak. Yogyakarta: Kanisius UNICEF. 1990. Strategy for Improved Nutrition of Children, and Women in Developing Coun-tries, UNICEF Policy Review Paper. New York: UNICEF WHO. 2007. Young Child Nutrition: Technical Con-sultation on Infant, and Young Child Feeding, Fi! hy-" ird World Health Assembly. A-53/ INF.Doc/2 May Woro, H.O. 2008. Peta Daerah Bergab antara Status Gizi Balita, dan Lingkungannya di Kabupaten Kendal, dan Demak. Semarang: Universitas Negeri Semarang