SlideShare a Scribd company logo
1 of 195
Download to read offline
i
Nurul Qomariah
Formulasi Teknologi
Sediaan Obat Tradisional
Formulasi Teknologi
Sediaan Obat Tradisional
Copyright © Nurul Qomariah, 2017
Hak cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
Layout: Saiful Mustofa
Desain cover: Diky M. F
vi+189 hlm: 14,8 x 21 cm
Cetakan 1, April 2017
ISBN:
Diterbitkan oleh:
Akademia Pustaka
Perum. BMW Madani Kavling 16, Tulungagung
Telp: 085649133515/081216178398
Email: redaksi.akademia.pustaka@gmail.com
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaima-
na dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipi-
dana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipi-
dana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling ban-
yak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
anugrah ilmu berkat rahmat dan hidayat-Nya, hingga akhirnya
penulisan buku ajar ini dapat d iselesaikan.
Adanya kecenderungan pola hidup kembali ke alam
(back to nature) menyebabkan masyarakat lebih memilih
mengggunakan obat alami yang diyakini tidak memiliki efek
samping seperti obat kimia, dan harga lebih terjangkau daripada
obat sintetik. Kondisi ini memacu peninkatan kebutuhan pasar
dan perkembangan industri obat tradisional di dalam negeri.
Penelitian dan pengembangan obat tradisional dapat diarahkan
untuk menghasilkan obat yang dapat diterima alam pelayanan
kesehatan formal, terutama kualitas, keamanan dan efikasinya.
Obat tradisional asal Indonesia (jamu) sudah banyak yang
mengandung komponen bioaktif fitokimia. Bahkan beberapa
pabrik jamu besar, secara khusus meakukan penelitian dan
menciptakan jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dengan
komponen bioaktif fitokimia dengan berbagai jenis produk dan
kemasan yang menarik.
	Produk obat tradisional mulai diminati oleh sebagian
besar masyarakat sehingga kalangan akademisi kesehatan mulai
mengembangkannya karena dinilai memiliki potensi yang sama
dengan obat kimiawi yang beredar di pasaran. Potensi tumbuhan
obat asli Indonesia dapat terlihat dari kontribusinya pada produk
obat dunia.
iv Nurul Qomariah
Berdasarkan fakta tersebut, Buku Ajar Formulasi
Teknologi Sediaan Obat Tradisional ini ditulis dengan
penekanan pada konsep pengembangan tanaman obat menjadi
produk jadi yang dapat diterapkan oleh mahasiswa Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, dan diharapkan
mahasiswa akan memiliki kemampuan nalar yang tinggi untuk
dapat mengembangkan obat tradisional Indonesia, khususny
obat tradisional khas Kalimantan.
Sebagaiedisipertama,bukuajariniakanterusditingkatkan
baikdarisegikualitasdandesainpenyajiansehingga akantampil
lebih menarik dan aktual. Oleh karena itu penulis harapkan
adanya input dari para pengguna dan pembaca; mahasiswa dan
kolega. Faktor ini akan menjadi bagian penting bagi pencerahan
paradigma penulis dalam menyajikan bahan ajar yang ideal.
Palangkaraya, 18 Juni 2015
	 Penulis
v
DAFTARISI
PRAKATA........................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................v
BAB I 	ObatTradisional..................................................................1
A.DefinisiObatTradisional............................................................2
B.KlasifikasiObatTradisional........................................................3
C.KelebihandanKelemahanObatTradisional..............................9
D.EfekSampingObatTradisional................................................19
E.PenelitianObatTradisional......................................................24
LATIHAN......................................................................................32
BAB II Bahan Baku Obat Tradisional............................................33
A.PengertianObatTradisionaldanObatBahanAlam.................34
B.PenyediaanBahanBakuObatTradisional................................35
C. Budidaya Tanaman Obat........................................................35
D.PengolahanRawMaterialMenjadiHerbalTerstandar............41
LATIHAN......................................................................................67
BAB III Pengolahan Herbal Menjadi Produk Jadi Kesehatan....69
A.PengolahanObatHerbaluntukBidangKedokteran..............69
B.PembuatanHerbalMenjadiProdukKosmetik........................98
LATIHAN....................................................................................109
BAB IV Industri Obat Tradisional................................................111
A.PengenalanIndustriObatTradisional.....................................112
B.PersyaratanPermohonanIzinIndustriObatTradisional......113
C.PencabutanIzinIndustriObatTradisional...............................121
vi Nurul Qomariah
D.PembinaanIndustriObatTradisional.....................................122
LATIHAN.....................................................................................131
BAB V Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik...............133
A.PengertianCPOTB.................................................................134
B.TujuanCPOTB.........................................................................134
C.LandasanUmumCPOTB.........................................................135
D.ManfaatCPOTBbagiIndustri,Konsumen..............................136
E.Unsur-UnsurCPOTB...............................................................136
LATIHAN.....................................................................................181
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................183
Indeks..........................................................................................187
Tentang Penulis...........................................................................189
1
BabI
ObatTradisional
Tujuan instruksional umum :
Memahami tentang obat tradisional
Tujuan Instruksional khusus:
1. Memahami definisi obat tradisional
2. Memahami klasifikasi obat tradisional yang beredar di
Indonesia
3. Menjelaskan kelebihan dan kelemanan dari obat
tradisional dibandingkan obat modern
4. Memahami efek samping obat tradisional
5. Memahami tahap-tahap penelitian pengembangan obat
tradisional
Pokok pembahasan :
1. Definisi Obat Tradisional
2. Klasifikasi Obat Tradisional
3. Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional
4. Efek Samping Obat Tradisional
5. Penelitian Obat Tradisional
Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak
digunakanolehmasyarakatdalamusahapengobatansendiri(self-
medication), profesi kesehatan/dokter umumnya masih enggan
untuk meresepkan ataupun menggunakannya. Haltersebut
2 Nurul Qomariah
berbeda dengan di beberapa negara tetangga seperti Cina,
Korea, dan India yang mengintegrasikan cara dan pengobatan
tradisional di dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Alasan
utama keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan atau
menggunakan obat tradisional karena bukti ilmiah mengenai
khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih
kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya
bangsa sehingga perlu digali, ditelitidan dikembangkan agar
dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat.
A. Definisi Obat Tradisional
Obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang
berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih
dikenal dengan nama jamu, umumnya campuran obat herbal,
yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang
digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin
juga seluruh bagian tanaman.
Penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja
berlangsung di desa yang tidak memiliki/jauh dari fasilitas
kesehatan dan obat modern sulit didapat, tetapi juga berlangsung
di kota besar meskipun banyak tersedia fasilitas kesehatan
dan obat modern mudah diperoleh. Obat tradisional mungkin
digunakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak
tersedianya obat modern/sintetis dan adanya kepercayaan bahwa
obat tradisional lebih aman. Selain untuk memelihara kesehatan
dan mengobati penyakit ringan, yang mengkhawatirkan ialah
obat tradisional juga digunakan masyarakat sebagai obat pilihan
3Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
untuk mengobati penyakit berat, penyakit yang belum memiliki
obat yang memuaskan seperti kanker dan AIDS, serta berbagai
penyakit menahun misalnya hipertensi dan diabetes melitus
tanpa pengawasan/sepengetahuan dokter.
B. Klasifikasi Obat Tradisional
Tanaman obat mempunyai berbagai ragam efek pada
sistem metabolisme tubuh, antara lain bersifat sebagai
sedatif, analgesik, antipiretik, proteksi jantung, anti inflamasi,
antioksidan dan fungsi imunomodulator. Herbalis cenderung
menggunakan ekstrak tanaman, seperti akar atau daun dan
tidak menggunakan senyawa fitokimia tertentu. Sebagian
besar pengobatan herbal digunakan untuk mengobati masalah
kesehatan umumnya, seperti demam, batuk, flu, sakit kepala,
sakit perut, pencernaan, insomnia, masalah kulit dan ketombe.
Beberapa herbalis melaporkan telah mengobati juga penyakit
kronis seperti peradangan usus, rematik, darah tinggi, dan
masalah pernafasan.
Khasiat dari herbal tidak saja berasal dari bahan aktif saja,
tetapi dari kandungan bahan pendukung lainnya seperti mineral,
vitamin, minyak atsiri, glikosida, alkaloids, bioflavonoid. Di
Indonesia obat tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam 3
kategori, yaitu jamu, herbal terstandar (telah lolos uji preklinik),
dan fitofarmaka (lolos uji klinik). Ketiga kelompok tersebut,
mempunyai logo yang berbeda dan sangat spesifik sesuai dengan
standar (gambar 1).
4 Nurul Qomariah
Gambar 1. Logo obat herbal, a) Jamu, b) Obat tradisional terstandar, c)
Fitofarmaka
1. Jamu
Jamu adalah ramuan atau bahan – bahan alami yang
digunakan dalam pengobatan ntuk menjaga kesehatan,
khasiatnya berdasarkan warisan turun temurun/empirik.
Sediaan dalam bentuk rebusan/cairan atau serbuk. Bahan
baku yang digunakan biasanya dalam bentuk yang sudah
dikeringkan atau biasanya disebut sebagai simplisia. Saat
ini produk jamu yang banyak beredar adalah dalam bentuk
serbuk ataupun kapsul. Pihak BPOM telah mengeluarkan
standar untuk produksi obat tradisional yang dikenal dengan
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
Tujuannya adalah untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan memenuhi syarat mutu yang telah ditentukan
sesuai dengan penggunaannya. mutu produk yang dihasilkan
sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang digunakan
seperti proses pengolahan dan lingkungan tumbuhnya.
Sebagai contoh, proses pengeringan akan berpengaruh
terhadap kadar flavonoid daun tempuyung yang merupakan
salah satu parameter mutu. Daun yang dikeringkan dengan
oven, menghasilkan produk berwarna lebih hijau dan kadar
flavonoid lebih tinggi dibandingkan dengan penjemuran
matahari. Demikian pula dengan lingkungan tumbuhnya,
daun tempuyung yang tumbuh di dataran rendah (<240 m
dpl) menghasilkan kadar flavonoid lebih tinggi (2,72%)
5Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
dibandingkan dataran tinggi (>500 m dpl) (2,27%).
Penerapan CPOTB merupakan nilai tambahan bagi produk
bat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk
sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun
pasar internasional. Contoh produk jamu yang banyak
beredar antara lain Tolak Angin, Pil Binari, Curmaxan, dan
Diacinn.
2. Obat tradisional Terstandar
Obat tradisional terstandar adalah sediaan obat
tradisional berbahan baku alami, bahan bakunya telah
distandarisasi dan telah ada pembuktian keamanan serta
khasiatnya dengan cara ilmiah dengan uju preklinik. Uji
keamanan yang dilakukan berupa uji toksisitas akut, uji
toksisitas subkronis dan uji toksisitas kronis. Uji khasiat
dilakukan terhadap hewan uji yang secara fisiologi dan
anatomi dianggap hampir sama dengan manusia. Dari hasil
uji praklinik dapat diketahui khasiat, dosis yang tepat untuk
terapi, keamanan bahkan efek samping yang mungkin
ditimbulkannya. Sebaga contoh ekstrak daun belimbung
wuluh, digunakan pada hewan kucing untuk ant hipertensi.
Hasil pengujian ekstrak daun belimbing dengan dosis 25
mg/kg bb dapat menurunkan tekanan darah sampai 41,25
mmHg. Untuk hewan uji yang berbeda (babi) ekstrak daun
belimbing dengan konsentrasi 0,01 mg/mL dan 1 mg/mL
dapat menurunkan tekanan darah masing-masing 23 dan 47
mmHg. Uji efek farmakologi dilakukan secara in vitro atau
model hewan, untuk keamanan dan efikasi yang dihasilkan
dari uji klinik, dan data preklinik digunakan sebagai dasar
untuk uji klinik. Jumah obat terstandar yang beredar saat ini
di Indonesia ada 19 jenis, diantaranya diapet, fitolac, kiranti
6 Nurul Qomariah
sehat.
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alami
yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses
pembuatannya yang telah terstandar serta telah ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia
dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah. Persyaratan
melakukan uji klinik, antara lain protokol uji telah disetujui,
pelaksana yag melakukan uji cukup kompeten, memenuhi
prinsip etika, tempat pelaksana uji memenuhi syarat. Dengan
dilakukannya uji klinik terhadap obat herbal, akan lebih
meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat
tradisional di saran pelayanan kesehatan. Masyarakat juga
bisa didorong untuk menggunakan obat tradisional karena
manfaatnya telah jelas dengan pembuktian secara ilmiah.
Uji klinik sangat diperlukan karena dapat mengetahui efek
farmakologi suatu tanaman obat sebelum digunakan untuk
praktek medikal konvensional. Selain itu, uji klinik sangat
membantu dalam menentukan efek terapi dari tanaman dalam
elusidasi efikasi atau aksi mekanisme termasuk interaksi sel,
interaksi lingkungan sel dan genetik. Keuntungan dari uji
klinik adalah memudahkan dalam membandingkan efikasi
dari tanaman yang berbeda dalam efektivitas biaya dan
design rasional kombinasi obat. Peneliti farmasi mengakui
konsep sinergisitas dari obat tetapi percobaan secara klinik
bisa digunakan untuk efikasi dari persiapan herbal tertentu
termasuk formulasi dari herbal yang konsisten golongan
fitofarmaka telah mampu disejajarkan dengan obat sintetik
dan dokter makin yakin untuk membuatkan resep karena
telah teruji secara klinik.
7Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
Dalam menyeleksi herbal, herbalis menggunakan
informasi yang tidak digunakan oleh farmasis, karena herbal
bisa diambil dari sayuran, teh ataupun rempah. Hingga kini,
baru6(enam)fitofarmakayangsudahterdaftardandiresepkan
oleh dokter antara lain Reumaneer (pengobatan nyeri sendi
ringan sampai sedang), Stimuno (immunomodulator dan
sebagai terapi ajuvan dalam pengobatan tuberkulosa), Xgra
(disfungsi ereksi dengan atau tanpa ejakulasi dini, Tensigard
agromed (menurunkan tekanan darah sislotik) dan livitens
(obat jantung). Beberapa obat sintetik yang bahan aktifnya
diisolasi dari bahan alam tertera pada tabel 1.
8 Nurul Qomariah
Tabel 1. Beberapa Senyawa Aktif yang Diisolasi Dari Alam
Senyawa Aktif/
Active compound
Sumber tanaman/
Plant sources
Kegunaan/ Usage Sumber/ Sources
Asam salisilat/
Salicilic acid
Atropin/ Atropine
Colchicin/
Cholcicine
Digoksin, Lanoksin/
Digoxin lanoxin
Ephedrin/ Ephedrine
Morphin dan
Kodein/ Morphine
and codeine
Paclitaxel (Taxol)/
Paclitaxel
Kuinin/ Quinine
Vinblastin
dan vincristin/
Vinblastine and
vincristine
Salbix Alba dan
Filipendula ulmaria
Atropa belladona
Cholcicum
autumnale
Digitalis purpurea
Ephedra Sinica
Papaver somniforum
L atau P.
Paeoniflorum
Taxus baccata
Chincona pubescens
Catharanthus roseus
Obat analgesik/
Analgesic medicine
Obat jantung
berdebar/ Palpitation
medicine
Obat penyakit gout
pada persendian/
Goutmedicine in join
Obat jantung/ Heart
Medications
Obat relax/ Medicine
relaxing
Narkotika/ Narcotics
Obat kanker
ovarium/ Ovarian
cancer medicine
Obat malaria/
Malarial medicine
Obat kanker/ Cancer
medicine
Katzung
Challem
Challem
Challem
Challem
Challem
Pezzuto
Challem
Roberts
Tanaman merupakan sumber utama untuk pembuatan
obat nodern (sintetik). Diperkirakan seperempat resep obat
mengandung ekstrak tanaman atau bahan aktif dari turunan
senyawapadatanaman.Ekstrakdariberbagaitanamantanaman
tingkat tinggi merupakan sumber yang baik obat antibiotik
untuk melawan bakteri dan jamur patogen. Sebagai contoh,
minyak pala dapat menghambat pertumbuhan Bacciluscereus
dan Staphylococcus epidermis pada konsentrasi 6,25%,
dan minyak kayumanis dapat menghambat Escheria coli
pada konsentrasi 1,25%. Campuran ekstrak bawang putih,
9Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
minyak kayumanis dan ekstrak jahe dengan perbandingan
80:10:10 dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen,
yaitu Listeria monocytogens, Salmonella typhium dan E.
Coli.
C. Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional
1. Kelebihan Obat Tradisional
Dibandingkan obat-obat modern, memang obat
tradisional memiliki beberapa kelebihan, antara lain : efek
sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan
komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada
satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi
serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif.
1). Efek sampingobat tradisional relatif kecil bila
digunakan secara benar dan tepat
Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika
digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara
penggunaan,pemilihanbahansertapenyesuaidenganindikasi
tertentu.
a. Ketepatan takaran/dosis
Daun sledri (Apium graviolens) telah diteliti dan
terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi pada
penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih
(over dosis) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis
sehingga jika penderita tidak tahan dapat menyebabkan syok.
Oleh karena itu dianjurkan agar jangan mengkonsumsi lebih
dari 1 gelas perasan sledri untuk sekali minum. Demikian
pula mentimun, takaran yang diperbolehkan tidak lebih dari 2
biji besar untuk sekali makan.
10 Nurul Qomariah
Untuk menghentikan diare memang bisa digunakan
gambir, tetapi penggunaan lebih dari 1 ibu jari, bukan sekedar
menghentikan diare bahkan akan menimbulkan kesulitan
buang air besar selama berhari-hari (kebebelen).
Sebaliknya penggunaan minyak jarak (Oleum recini)
untuk urus-urus yang tidak terukur akan menyebabkan iritasi
saluran pencernaan. Demikian juga dengan pemakaian keji
beling (Strobilantus crispus) untuk batu ginjal melebihi 2
gram serbuk (sekali minum) bisa menimbulkan iritasi saluran
kemih.
b. Ketepatan waktu penggunaan
Sekitar tahun 1980-an terdapat suatu kasus di salah
satu rumah sakit bersalin, beberapa pasien mengalami
kesulitan persalinan akibat mengkonsumsi jamu cabe puyang
sepanjang masa (termasuk selama masa kehamilan). Setelah
dilakukan penelitian, ternyata jamu cabe puyang mempunyai
efek menghambat kontraksi otot pada binatang percobaan.
Oleh karena itu kesulitan melahirkan pada ibu-ibu yang
mengkonsumsi cabe puyang mendekati masa persalinan
karena kontraksi otot uterus dihambat terus-menerus
sehingga memperkokoh otot tersebut dalam menjaga janin
didalamnya. Sebaliknya jamu kunir asem bersifat abortivum
sehingga mungkin dapat menyebabkan keguguran bila
dikonsumsi pada awal kehamilan. Sehubungan dengan hal
itu, seyogyanya bagi wanita hamil minum jamu cabe-puyang
di awal kehamilan (antara 1-5 bulan) untuk menghindari
resikokegugurandanminumjamukunir-asemsaatmenjelang
persalinan untuk mempermudah proses persalinan. Kasus
lain adalah penggunaan jamu sari rapet terus menerus sejak
gadis hingga berumah tangga dapat menyebabkan kesulitan
11Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
memperoleh keturunan bagi wanita yang kurang subur karena
ada kemungkinan dapat memperkecil peranakan.
c. Ketepatan cara penggunaan
Daun kecubung (Datura metel L.) telah diketahui
mengandung alkaloid turunan tropan yang bersifat
bronkodilator (dapat memperlebar saluran pernafasan)
sehingga digunakan untuk pengobatan penderita asma.
Penggunaannya dengan cara dikeringkan lalu digulung
dan dibuat rokok serta dihisap (seperti merokok). Akibat
kesalahan informasi yang diperoleh atau kesalahpahaman
bahwasanya secara umum penggunaan tanaman obat secara
tradisional adalah direbus lalu diminum air seduhannya;
maka jika hal itu diperlakukan terhadap daun kecubung, akan
terjadi keracunan karena tingginya kadar alkaloid dalam
darah.OrangJawamenyebutnya ‘mendemkecubung’ dengan
salah satu tandanya midriasis, yaitu mata membesar.
d. Ketepatan pemilihan bahan secara benar
Berdasarkan pustaka, tanaman lempuyang ada 3
jenis, yaitu lempuyang emprit (Zingiber amaricans L)
lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) dan lempuyang
wangi (Zingiber aromaticum L.). Lempuyang emprit dan
lempuyang gajah berwarna kuning berasa pahit dan secara
empiris digunakan untuk menambah nafsu makan; sedangkan
lempuyang wangi berwarna lebih putih (kuning pucat) rasa
tidak pahit dan berbau lebih harum, banyak digunakan
sebagai komponen jamu pelangsing. Kenyataannya banyak
penjual simplisia yang kurang memperhatikan hal tersebut,
sehingga saat ditanya jenisnya hanya mengatakan yang dijual
lempuyang tanpa mengetahui apakah lempuyang wangi atau
yang lain.
12 Nurul Qomariah
Kerancuan serupa juga sering terjadi antara tanaman
ngokilo yang di’anggap sama’ dengan keji beling, daun
sambung nyawa dengan daun dewa, bahkan akhir-akhir
ini terhadap tanaman kunir putih, dimana 3 jenis tanaman
yang berbeda (Curcumamangga, Curcuma zedoaria dan
Kaempferia rotunda) seringkali sama-sama disebutsebagai
‘kunir putih’ yang sempat mencuat kepermukaan karena
dinyatakan bisa digunakan untuk pengobatan penyakit
kanker.
e. Ketepatan pemilihan tanaman obat/ramuan untuk
indikasi tertentu
Kenyataan dilapangan ada beberapa tanaman obat
yang memiliki khasiat empiris serupa bahkan dinyatakan
sama (efek sinergis). Sebaliknya untuk indikasi tertentu
diperlukan beberapa jenis tanaman obat yang memiliki
efek farmakologis saling mendukung satu sama lain (efek
komplementer). Walaupun demikian karena sesuatu hal,
pada berbagai kasus ditemui penggunaan tanaman obat
tunggal untuk tujuan pengobatan tertentu. Misalnya seperti
yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak pasien di
salah satu rumah sakit di Jawa Tengah yang sebelumnya
mengkonsumsi daun keji beling. Pada pemeriksaan
laboratorium dalam urine-nya ditemukan adanya sel-sel
darah merah (dalam jumlah) melebihi normal. Hal ini sangat
dimungkinkan karena daun keji beling merupakan diuretik
kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih.
Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun kumis
kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya lebih
ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus
arvensis) yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi
13Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.
Penggunaan daun tapak dara (Vinca rosea) untuk
mengobati diabetes bukan merupakan pilihan yang tepat,
sebab daun tapak dara mengandung alkaloid vinkristin dan
vinblastin yang dapat menurunkan jumlah sel darah putih
(leukosit). Jika digunakan untuk penderita diabetes yang
mempunyai jumlah leukosit normal akan membuat penderita
rentan terhadap serangan penyakit karena terjadi penurunan
jumlahleukosityangbergunasebagaipertahanantubuh.
2) Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam
ramuan obat tradisional/komponen bioaktif tanaman
obat
Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri
dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas
pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat
setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontraindikasi,
bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang
terhadap suatu efek yang dikehendaki. Sebagai ilustrasi dapat
dicontohkan bahwa suatu formulasi terdiri dari komponen
utama sebagai unsur pokok dalam tujuan pengobatan, asisten
sebagai unsur pendukung atau penunjang, ajudan untuk
membantu menguatkanefek serta pesuruh sebagai pelengkap
atau penyeimbang dalam formulasi. Setiap unsur bisa terdiri
lebih dari 1 jenis tanaman obat sehingga komposisi obat
tradisional lazimnya cukup komplek.
Misalnya suatu formulasi yang ditujukan untuk
menurunkan tekanan darah, komponennya terdiri dari :
daun sledri (sebagai vasodilator), daun apokat atau akar teki
14 Nurul Qomariah
(sebagai diuretika), daun murbei atau besaren (sebagai Ca-
antagonis) serta biji pala (sebagai sedatif ringan) . Formulasi
laindimaksudkanuntukpelangsing,komponennyaterdiridari
: kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai pengkelat),
daun jungrahap (sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temu
lawak (sebagai stomakik sekaligus bersifat pencahar). Dari
formulasi ini walaupun nafsu makan ditingkatkan oleh temu
lawak dan kunyit, tetapi penyerapan sari makanan dapat
ditahan oleh kulit kayu rapet dan jati belanda. Pengaruh
kurangnya defakasi dinetralisir oleh temulawak dan kunyit
sebagai pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan
sedangkan proses defakasi dan diuresis tetap berjalan
sebagaimana biasa.
Terhadap ramuan tersebut seringkali masih diberi
bahan-bahan tambahan (untuk memperbaiki warna, aroma
dan rasa) dan bahan pengisi (untuk memenuhi jumlah/volume
tertentu). Bahan tambahan sering disebut sebagai Coringen,
yaitu c.saporis (sebagai penyedap rasa, misalnya menta
atau kayu legi), c.odoris (penyedaparoma/bau, misalnya
biji kedawung atau buah adas) dan c.coloris (memperbaiki
warna agar lebih menarik, misalnya kayu secang, kunyit atau
pandan). Untuk bahan pengisi bisa digunakan pulosari atau
adas, sekaligus ada ramuan yang disebut ‘adas-pulowaras’
atau ‘adas-pulosari’.
Untuk sediaan yang berbentuk cairan atau larutan,
seringkalimasih diperlukan zat-zatataubahan yang berfungsi
sebagai Stabilisator dan Solubilizer. Stabilisatoradalahbahan
yang berfungsi menstabilkan komponen aktif dalam unsur
utama, sedangkan solubilizer untuk menambah kelarutan
zat aktif. Sebagai contoh, kurkuminoid, yaitu zat aktif dalam
15Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
kunyit yang bersifat labil (tidak stabil) pada suasanaalkalis
atau netral, tetapi stabil dalam suasana asam, sehingga
muncul ramuan ‘kunir-asem’. Demikian juga dengan etil
metoksi sinamat, suatu zat aktif pada kencur yangagak sukar
larutdalamair;untukmenambahkelarutandiperlukanadanya
‘suspendingagent’ yang berperan sebagai solubilizer yaitu
beras, sehingga dibuat ramuan ‘beras-kencur’.
Selain itu beberapa contoh tanaman obat yang
memiliki efek sejenis (sinergis), misalnya untuk diuretik bisa
digunakan daun keji beling, daun kumis kucing, akar teki,
daun apokat, rambut jagung dan lain sebagainya. Sedangkan
efek komplementer (saling mendukung) beberapa zat aktif
dalam satu tanaman, contohnya seperti pada herba timi
(Tymus serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan
obat batuk. Herba timi diketahui mengandung minyak atsiri
(yang antara lain terdiri dari : tymol dan kalvakrol) serta
flavon polimetoksi. Tymol dalam timi berfungsi sebagai
ekspektoran (mencairkan dahak) dan kalvakrol sebagai
anti bakteri penyebab batuk; sedangkan flavon polimetoksi
sebagai penekan batuk non narkotik, sehingga pada tanaman
tersebut sekurang-kurangnya ada 3 komponen aktif yang
saling mendukung sebagai antitusif. Demikian pula efek
diuretik pada daun kumis kucing karena adanya senyawa
flavonoid, saponin dan kalium.
3) Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek
farmakologi
Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam
bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa
menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga
memungkinkantanamantersebutmemilikilebihdarisatuefek
16 Nurul Qomariah
farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung
(seperti pada herba timi dan daun kumis kucing), tetapi ada
juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi
(sperti pada akar kelembak). Sebagai contoh misalnya pada
rimpang temu lawak (Curcumaxanthoriza) yang disebutkan
memiliki beberapa efek farmakologi, antara lain : sebagaianti
inflamasi (anti radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida
darah),cholagogum(merangsangpengeluaranproduksicairan
empedu), hepatoprotektor (mencegah peradangan hati) dan
juga stomakikum (memacu nafsu makan). Jika diperhatikan
setidak-tidaknya ada 2 efek yang kontradiksi, yaitu antara
anti hiperlipidemia dan stomakikum. Bagaimana mungkin
bisa terjadi pada satu tanaman, terdapat zat aktif yangdapat
menurunkan kadar lemak/kolesterol darah sekaligus dapat
bersifat memacu nafsu makan. Hal serupa juga terdapat pada
tanaman kelembak (Rheum officinale) yang telah diketahui
mengandung senyawa antrakinon bersifat non polar dan
berfungsi sebagai laksansia (urus-urus/pencahar); tetapi juga
mengandung senyawa tanin yang bersifat polar dan berfungsi
sebagai astringent/pengelat dan bisa menyebabkan konstipasi
untuk menghentikan diare. Lain lagi dengan buah mengkudu
(Morinda citrifolia) yang pernah populer karena disebutkan
untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
Kenyataansepertiitudisatusisimerupakankeunggulan
produkobattradisional;tetapidisisilainmerupakanbumerang
karena alasan yang tidak rasional untuk bisa diterima dalam
pelayanan kesehatan formal. Terlepas dari itu semua,
sebenarnyamerupakan ‘lahan subur’ bagi para peneliti bahan
obat alam untuk berkiprah memunculkan fenomena ilmiah
yang bisa diterima dan dipertangungjawabkan kebenaran,
17Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
keamanan dan manfaatnya.
4) Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit
metabolik dan degenerative
Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di
Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari
penyakitinfeksi(yangterjadisekitartahun1970kebawah)ke
penyakit-penyakitmetabolikdegeneratif(sesudah tahun1970
hingga sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan
tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan
berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan
dan peningkatan kesejahteraan umat manusia.
Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit
penyakit infeksi yang memerlukan penanggulangan secara
cepat dengan mengunakan antibiotika (obat modern). Pada
saatitujikahanyamengunakanobattradisionalatauJamuyang
efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan pengobatannya
tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya hinga
sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika
baru yang potensinnya lebih tinggi sehingga mampu
membasmi berbagai penyebab penyakit infeksi.
Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan
disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh gangguan
metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan
yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan
dengan proses degenerasi. Penyakit ini dikenal dengan
sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang termasuk
penyakit metabolik antara lain : diabetes (kencing manis),
hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal
18 Nurul Qomariah
dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratif diantaranya :
rematik (radang persendian), asma(sesak nafas), ulser (tukak
lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of
memory). Untuk menanggulangipenyakit tersebut diperlukan
pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika mengunakan
obat modern dikawatirkan adanya efek samping yang
terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena
itu lebih sesuai bila menggunakan obat tradisional, walaupun
penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang
ditimbulkan relatifkecilsehingga dianggap lebih aman.
2. Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam
juga memiliki beberapakelemahan yang juga merupakan
kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk
dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan
formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain
: efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum
terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum
dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganisme. Menyadari akan hal ini maka pada
upaya pengembangan obat tradisional ditempuh berbagai
cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga
ditemukan bentuk obat tradisional yang telah teruji khasiat
dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat
fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju sampai
ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji
farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab
dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
19Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena
rendahnya kadar senyawa aktif dalam bahan obat alam serta
kompleknya zat balast/senyawa banar yang umum terdapat
pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak
terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya
menyari senyawa-senyawa yang berguna dan membatasi
sekecil mungkin zat balast yang ikut tersari. Sedangkan
standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis
komponen obat tradisional serta sebagian besar belum
diketahui zat aktif masing-masing komponen secara pasti,
jika memungkinkan digunakan produk ekstrak tunggal atau
dibatasijumlahkomponennyatidaklebihdari5jenistanaman
obat. Disamping itu juga perlu diketahui tentang asal-usul
bahan, termasuk kelengkapan data pendukung bahan yang
digunakan; sepertiumur tanamanyang dipanen, waktupanen,
kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis
tanah, curah hujan, ketinggian tempat dll.) yang dianggap
dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi tanaman
obat dan obat tradisional. Demikian juga dengan sifat bahan
baku yang higroskopis dan mudah terkontaminasi mikroba,
perlu penanganan pascapanen yang benar dan tepat (seperti
cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk,
pengepakan serta penyimpanan).
D. Efek Samping Obat Tradisional
Perlu disadari bahwa memang ada bahan ramuan obat
tradisional yang baru diketahui berbahaya, setelah melewati
beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahan-bahan
yang bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-
penyakit tertentu dengan cara-cara tertentu pula. Secara
toksikologi bahan yang berbahaya adalah suatu bahan (baik
20 Nurul Qomariah
alami atau sintesis, organik maupun anorganik) yang karena
komposisinya dalam keadaan, jumlah, dosis dan bentuk tertentu
dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan
sedemikian sehingga mengganggu kesehatan baik sementara,
tetap atau sampai menyebabkan kematian. Suatu bahan yang
dalam dosis kecil saja sudah menimbulkan gangguan, akan
lebih berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu
kesehatan dalam dosis besar. Akan tetapi bahan yang aman
pada dosis kecil kemungkinan dapat berbahaya atau toksik jika
digunakan dalam dosis besar dan atau waktu lama, demikian
juga bila tidak tepat cara dan waktu penggunaannya. Jadi tidak
benar, bila dikatakan obat tradisional itu tidak memiliki efek
samping, sekecil apapun efek samping tersebut tetap ada; namun
hal itu bisa diminimalkan jika diperoleh informasi yang cukup.
Ada beberapa contoh, antara lain merica (Piperis sp.) pada satu
sisi baik untuk diabetes, tetapi merica juga berefek menaikkan
tekanandarah;sehinggabagipenderitadiabetsekaligushipertensi
dianjurkan tidak memasukkan merica dalam ramuan jamu/ obat
tradisional yang dikonsumsi. Kencur (Kaempferia galanga)
memang bermanfaat menekan batuk, tetapi juga berdampak
meningkatkan tekanan darah; sehingga bagi penderita hipertensi
sebaik- nya tidak dianjurkan minum beras-kencur. Demikian
jugadenganbrotowali(Tinosporasp.)yangdinyatakanmemiliki
efek samping dapat mengganggu kehamilan dan menghambat
pertumbuhan plasenta.
Walaupun demikian efek samping obat tradisional tentu
tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern.
Pada tanaman obat terdapat suatu mekanisme yang disebut-
sebut sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping
tersebut, yang dikenal dengan SEES (Side Effect Eleminating
21Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
Subtanted). Sebagai contoh di dalam kunyit terdapat senyawa
yangmerugikantubuh,tetapididalamkunyititujugaadazatanti
untuk menekan dampak negatif tersebut. Pada perasan air tebu
terdapat senyawa Saccharant yang ternyata berfungsi sebagai
antidiabetes, maka untuk penderita diabet (kencing manis) bisa
mengkonsumsi air perasan tebu, tetapi dilarang minum gula
walaupun gula merupakan hasil pemurnian dari tebu.
Selain yang telah disebutkan diatas, ada beberapa tanaman
obat/ramuan yang memang berefek keras atau mempunyai
efek samping berbahaya terhadap salah satu organ tubuh.
Selengkapnya tanaman obat tersebut seperti tersaji pada tabel
berikut :
Tabel 2. Tanaman Obat/Ramuan OT yang Berefek Keras (mempunyai efek
samping berbahaya)
No Efek terhadap Contoh tanaman obat
1. Jantung Daun digitalis, daun oleander, daun senggunggu
2. Susunan syaraf otonom Umbi gadung, biji saga, daun dan buah kecubung,
daun gigil, biji jarak, daun tuba
3. Susunan Syaraf Pusat Daun koka
4. Sistem Pencernaan Biji ceguk, daun widuri
5. Saluran Pernafasan Kulit buah jambu monyet
6. Sistem Reproduksi Jungrahap, jarong, daun maja, akar kelor, buah
Wanita (Abortivum) nanas muda
7. Sistem Reproduksi Pria ~ penurun libido => biji kapas
~ melemahkan spermatozoa => biji pare
8. Saluran Kencing • Diuretik kuat => daun keji beling, meniran
• Memacu batu ginjal => bayam, kubis, nenas
9. Hati/Lever Konfrei, arak, daun imba
10.
Meningkatkan kadar
asam urat darah Mlinjo, kacang-kacangan
11.
Menurunkan Jumlah
Sel Ochrosia spp.
Darah Putih Vinca rosea (daun tapak dara)
22 Nurul Qomariah
Demikian juga dari suatu hasil percobaan toksisitas
dan kandungan senyawa kimia yang berbahaya yang pernah
dipublikasikan pada suatu artikel, antara lain menyebutkan
sebagai berikut :
a. Beberapa tanaman yg telah diketahui mengandung
bahan yang berbahaya
1. Dari suku Euphorbiaceae :
Phylanthus sp. : mengandung ester phorbol
yang dinyatakan dapat merangsangvirus
Epstein-Borr (dalam waktu lama menyebabkan
karsinoma)
Recinus comunis : bijinya mengandung protein
risin, yang apabila diabsorpsi dalambentuk asli,
akan meng-hambat sintesis protein, karena dapat
mengacaukan proses metabolisme)
Croton tiglium L. : bijinya mengandung crotin
(suatu protein fitotoksin),fraksi resinnya
menyebabkan radang kulitminyak croton
mengandung suatu zat karsinogenik yang dapat
merangsang karsinogen lemah, sehingga memacu
terjadinya kanker
2. Dari suku Rutaceae :
Ruta graveolens L. : mengandung glukosida
kumarin (rutarin/marmesin)
- mengiritasi kulit (bagi yang peka) menyebabkan
lepuh-lepuh dan demam
- jika infusa terminum kemungkinan bisa
menimbulkan peradangan usus
Tabel 3. 	Tanaman yang Dianggap Berbahaya (LD 50 : kecil, tetapi belum
23Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
diketahui kandungan mana yang mengakibatkan gejala negatif
No Bahan Baku dan Familia LD-50
Tanaman Asal
1. Majakan (proses reaksi daun Fagaceae 16,45 mg/kg. BB
Quercus lusitanica Roxb.)
2. Nagasari Guttiferae 20,93 mg/kg. BB
(bunga Mesua ferae L.)
3. Sukmadiluwih (buah Gunera Halorrhagidace 21,91 mg/Kg.BB
macrophyla Bl.) Ae
4.
Sidowayah (bunga Woodfor-
dia Litraceae 24,22 mg/kg.BB
floribunda)
5. Kulit buah delima (Punica 28,0 mg/kg.BB
granatum L.)
b. Tanaman yang bersifat oksitosik (merangsang uterus),
tetapi belum diketahui zat penyebabnya
1. Jungrahap (daun Beachea frutescen L. familia
Myrtaceae)
2. Majakan (eksudat daun Quercus lusitanica Lamk.
Familia Fagaceae)
3. Daun kaki kuda (Centela asiatica Urb.familia
Umbeliferaeae)
4. Meniran (Phyllathus niruri L.familia
Euphorbiaceae)
5. Umbi Angelica sinensis L. ~ ramuan yang
menyebabkan cacat
Kelima bahan tersebut disusun berdasarkan urutan
paling kuat sifat oksitosiknya. Walaupun baru merupakan
informasi percobaan pada hewan, tetapi telah memberikan
petunjuk paling tidak bahwa Jungrahap yang digunakan
bersamaan dengan daun sembung dan beluntas serta daun
kaki kuda, mengakibatkan kematian pada induk hewan
percobaan, pendarahan pada uterus dan usus, kematian janin,
24 Nurul Qomariah
pertumbuhan janin tidak normal (lambat); meskipun dosis
yang diberikan baru 10 kali lebih kecil dari dosis lazim pada
manusia. Memang tidak begitu jelas adanya adisi, potensiasi
atau inhibisi antara bahan-bahan diatas bila diberikan
bersama. Tetapi setidak-tidaknya dari informasi tersebut
kita perlu mewaspadai terutama bila digunakan untuk
sesuatu yang berkaitan dengan sistem reproduksi seperti
terlambat bulan/haid, jamu hamil, keputihan, sari rapet dan
semacamnya.
E. Penelitian Obat Tradisional/Obat Herbal
Dalam rangka pengembangan dan pelestarian obat herbal
yang merupakan warisan dari nenek moyang perlu adanya suata
metode yang tepat dalam memajukan herbal ini agar dapat
diterima di kalangan ilmiah dan bukan hanya merupakan bukti
empiris. Pemilihan bahan alam untuk penelitian dapat berasal
daribahanyangmempunyaiaktivitassecaratradisionaldantelah
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanggulangi penyakit
(etnofarmakologi). Pemilihan bahan ini lazim dilakukan karena
tanpa harus melalui skrining aktivitas terlebih dahulu, sehingga
penelitian langsung bisa diarahkan pada aktivitas tertentu.
Sistem penelitian ini kebanyakan hanya suatu pembuktian secara
ilmiah mengenai aktivitas seperti yang telah dilakukan oleh
masyarakat. Bahan penelitian yang dipilih berdasarkan skrining
aktivitas farmakologi tertentu, maka pembuktian selanjutnya
mengikuti prosedur yang ada pada literatur. Hal ini akan berbeda
dengan penanganan bahan penelitian hasil skrining aktivitas
farmakologi secara keseluruhan (hipokratik skrining). Skrining
bahan ini dimulai pada sampel yang belum diketahui khasiatnya
maka skrining aktivitas farmakologi perlu dilakukan untuk
memastikan khasiat bahan. Setelah bahan ditentukan dengan
25Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
cermat dan matang, maka tujuan penelitian segera ditentukan
untuk mengetahui arah tujuan penelitian yang jelas baik dari
aspek tujuan umum maupun tujuan khususnya.
Pengilmiahan herbal terdiri dari penelitian preklinis
berupa uji manfaat dan uji toksisitas secara in vitro dan in vivo
dan uji klinis. Uji klinis sendiri saat ini dikembangkan dengan
2 cara yaitu melalui penelitian yang berbasis pendidikan dan
penelitian yang berbasis pelayanan. Pada penelitian yang
berbasis pelayanan sekarang disebut sebagai saintifikasi jamu.
AlurpenelitianobatbahanalampadaGambar2merupakan
pola pikir penelitian obat bahan alam untuk sampai kepada
kesimpulan akan manfaat obat bahan alam untuk kesehatan
serta dapat diimplementasikan di dalam pengobatan maupun
industri farmasi. Secara umum penelitian obat bahan alam dari
segi penyelenggaranya saat ini memiliki 2 jalur penelitian dan
pengembangan yaitu :
1.PenelitianBerbasisKeilmuwan(kedokerandanfarmasi)
yang diselenggarakan oleh institusi perguruan tinggi,
lembaga penelitian, industri farmasi.
2. Penelitian Berbasis Pelayanan atau yang sekarang lebih
sering disebut sebagai “Saintifikasi Jamu”, dan dapat
diselenggarakan oleh praktek pribadi, klinik kesehatan
atau Pelayanan Kesehatan Lainnya.
26 Nurul Qomariah
Gambar 2. Alur Penelitian Obat Tradisional
Pada prinsipnya semua jenis penelitian obat bahan
alam berdasarkan pembagian di atas memiliki tahap-tahapan
yang sama. Agar obat tradisional dapat diterima di pelayanan
kesehatan formal/profesi dokter, maka hasil data empirik harus
didukung oleh bukti ilmiah adanya khasiat dan keamanan
penggunaannya pada manusia. Bukti tersebut hanya dapat
diperoleh dari penelitian yang dilakukan secara sistematik.
Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka
adalah sebagai berikut.
1. Seleksi
2. Uji preklinik, terdiri atas uji toksisitas dan uji farma-
kodinamik
3. Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pem-
27Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
buatan sediaan terstandar
4. Uji klinik
a. Tahap Seleksi
Sebelum memulai penelitian, perlu dilakukan
pemilihan jenis obat tradisional/obat herbal yang akan diteliti
dan dikembangkan. Jenis obat tradisional/obat herbal yang
diprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan adalah:
1. Diharapkan berkhasiat untuk penyakit yang
menduduki urutan atas dalam angka kejadiannya
(berdasarkan pola penyakit)
2. Berdasarkan pengalaman berkhasiat untuk penyakit
tertentu
3. Merupakan alternatif jarang untuk penyakit tertentu,
seperti AIDS dan kanker.
Akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk meneliti
tanamanobatyangmendadakpopulerdikalanganmasyarakat.
Sebagai contoh banyak penelitian belakangan ini dilakukan
terhadap tanaman Mahkota Dewa (Phaleriamacrocarpa)
yang diklaim antara lain bermanfaat untukpenderita diabetes
melitus dan buah merah (Pandanusconoideus Lamk.) yang
diklaim antara lain dapat me-nyembuhkan kanker dan
AIDS.
b. Tahap Uji Preklinik
Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi
jenis obat tradisional yang akan dikembangkan menjadi
fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan
invivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan
efekfarmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara pemberian
pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian
pada manusia. Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik
28 Nurul Qomariah
obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat Jenderal POM
Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan
untuk sementara satu spesies tikus atau mencit, sedangkan
WHO menganjurkan pada dua spesies. Uji farmakodinamik
pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada
manusia, sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat
keamanannya.
1. Uji Toksisitas
Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, sub-
kronik, kronik, dan uji toksisitas khusus yang meliputi
uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas.
Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD50
(lethaldose50
) yaitu dosis yang mematikan 50% hewan coba,
menilaiberbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada
organ, dan cara kematian. Uji LD50
perlu dilakukan untuk
semua jenis obat yang akan diberikan pada manusia. Untuk
pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut.
Pada uji toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau
tigabulan,sedangkanpadaujitoksisitaskronikobatdiberikan
selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik
dan kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat
tradisional pada pemberian jangka lama. Lama pemberian
sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama
pemberian obat pada manusia (Tabel 4)
Tabel 4. Hubungan Lama Pemberian Obat pada Manusia dan Lama
Pemberian Obat pada Hewan Coba pada Uji Toksisitas
Lama pemberian pada manusia Lama pemberian obat pada hewan
coba
Dosis tunggal atau <1 minggu 2 minggu – 1 bulan
Dosis berulang + 1-4 minggu 4 minggu – 3 bulan
29Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
Dosis berulang + 1-6 bulan 3-9 bulan
Dosis berulang >6 bulan 9-12 bulan
Uji toksisitas khusus tidak merupakan persyaratan
mutlak bagi setiap obat tradisional agar masuk ke tahap
uji klinik. Uji toksisitas khusus dilakukan secara selektif
bila:
1. Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang
potensial menimbulkan efek khusus seperti kanker,
cacat bawaan.
2. Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan
usia subur
3. Obat tradisional secara epidemiologik diduga terkait
dengan penyakit tertentu misalnya kanker.
4. Obat digunakan secara kronik
2. Uji Farmakodinamik
Penelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan
untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri
mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat
tradisional tersebut. Penelitian dilakukan secara in vitro dan
in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional
yang diuji dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara
pemberiannya pada manusia. Hasil positif secara in vitro dan
in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai untuk perkiraan
ke-mungkinan efek pada manusia
c. Uji klinik Obat tradisional
Agar obat tradisional dapat menjadi fitofarmaka, maka
obat tradisional/obat herbal harus dibuktikan khasiat dan
keamanannya melalui uji klinik. Seperti halnya dengan obat
moderen maka uji klinik berpembanding dengan alokasi acak
dan tersamar ganda (randomized double-blind controlled
30 Nurul Qomariah
clinical trial) merupakan desain uji klinik baku emas (gold
standard).
Uji klinik pada manusia hanya dapat dilakukan apabila
obat tradisional/obat herbal tersebut telah terbukti aman dan
berkhasiat pada uji preklinik. Pada uji klinik obat tradisional
seperti halnya dengan uji klinik obat moderen, maka prinsip
etik uji klinik harus dipenuhi. Sukarelawan harus mendapat
keterangan yang jelas mengenai penelitian dan memberikan
informed-consent sebelum penelitian dilakukan. Standar-
disasi sediaan merupakan hal yang penting untuk dapat
menimbulkan efek yang terulangkan (reproducible). Uji
klinik dibagi empat fase yaitu:
FaseI:dilakukanpadasukarelawansehat,untukme-nguji
keamanan dan tolerabilitas obat tradisional
Fase II awal : dilakukan pada pasien dalam jumlah
terbatas, tanpa pembanding
Fase II akhir : dilakukan pada pasien jumlah terbatas,
dengan pembanding
Fase III : uji klinik definitif
FaseIV:pascapemasaran,untukmengamatiefeksamping
yang jarang atau yang lambat timbulnya
Obat tradisional yang sudah lama beredar luas di
masyarakat dan tidak menunjukkan efek samping yang
merugikan, setelah mengalami uji preklinik dapat langsung
dilakukan uji klinik dengan pembanding. Untuk obat
tradisional yang belum digunakan secara luas harus melalui
uji klinik pendahuluan (fase I dan II) guna mengetahui
tolerabilitas pasien terhadap obat tradisional tersebut.
Berbeda dengan uji klinik obat modern, dosis yang
digunakan umumnya berdasarkan dosis empiris tidak
31Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
didasarkan dose-ranging study. Kesulitan yang dihadapi
adalah dalam melakukan pembandingan secara tersamar
dengan plasebo atau obat standar. Obat tradisional mungkin
mempunyai rasa atau bau khusus sehingga sulit untuk dibuat
tersamar.
Saat ini belum banyak uji klinik obat tradisional yang
dilakukan di Indonesia meskipun nampaknya cenderung
meningkat dalam lima tahun belakangan ini. Kurangnya uji
klinik yang dilakukan terhadap obat tradisional antara lain
karena:
1. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan uji
klinik
2. Uji klinik hanya dapat dilakukan bila obat
tradisional telah terbukti berkhasiat dan aman pada uji
preklinik
3. Perlunya standardisasi bahan yang diuji
4. Sulitnya menentukan dosis yang tepat karena
penentuan dosis berdasarkan dosis empiris, selain itu
kandungan kimia tanaman tergantung pada banyak
faktor.
5. Kekhawatiran produsen akan hasil yang negatif
terutamabagiprodukyangtelahlakudipasaran
Setelah melalui penilaian oleh Badan POM, dewasa
ini terdapat sejumlah obat bahan alam yang digolongkan
sebagai obat herbal terstandar dan dalam jumlah lebih sedikit
digolongkan sebagai fitofarmaka.
32 Nurul Qomariah
Latihan
Jawablah pertanyaan berikut secara mandiri!
1. Jelaskan menggunakan bahasa Anda mengenai definisi
obat tradisional!
2. Jelaskan bagaimana klasifikasi obat tradisional yang
beredar di Indonesia!
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari obat tradisional
dibandingkan obat modern? Jelaskan!
4. Bagaimana efek samping dari penggunaan obat
tradisional?
5. Jelaskan tahap-tahap penelitian pengembangan obat
tradisional di Indonesia!
Tugas Kelompok
1. Carilah minimal 5 ramuan obat tradisional khas
Kalimantan Tengah!
2. Carilah jurnal penelitian sebagai contoh dari tiap tahap
penelitian pengembangan obat tradisional di Indonesia,
kemudian aplikasikan metode yang digunakan sebagai
rancangan penelitian ramuan obat tradisional khas
Kalimantan Tengah yang telah kalian temukan!
33
BABII
BahanBakuObatTradisional
Tujuan instruksional umum :
Memahami tentang bahan baku obat tradisional berupa
simplisia dan ekstrak
Tujuan Instruksional khusus :
1.Memahamiprosesbudidayatanamanobatberdasarkan
GAP (Good Agricultural Practice)
2. Memahami penerapan GMP (Good Manufacturing
Practice) dalam proses pengolahan herbal
terstandar
Pokok pembahasan :
A. Pengertian Obat Tradisional dan Obat Bahan
Alam
B. Penyediaan Bahan Baku Obat Tradisional
C. Budidaya Tanaman Obat
D. Pengolahan Raw Material Menjadi Herbal
Terstandar
Obat tradisional merupakan salah satu warisan budaya
bangsa Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad
untukpemeliharaandanpeningkatankesehatansertapencegahan
dan pengobatan penyakit. Penggunaan obat dan pengobatan
tradisional menjadi salah satu upaya pembangunan kesehatan
yang dipilih masyarakat. Pemeliharaan dan peningkatan
34 Nurul Qomariah
kesehatan merupakan upaya lintas sector yang melibatkan
pemerintah, akademis, dunia usaha maupun masyarakat,
sehingga diperlukan kolaborasi yang dinamis untuk mendukung
kesejahteraan bersama (Departemen Kesehatan RI, 2008;
BPOM, 2006).
Obat asli adalah suatu obat bahan alam yang ramuannya,
cara pembuatannya, pembuktian khasiatnya dan keamanan
serta cara penggunaannya dilakukan berdasarkan pengetahuan
tradisional penduduk asli setempat. Obat bahan alam adalah
semua obat yang dibuat dari bahan alam yang dalam proses
pembuatannya belum sampai pada isolate murni maupun
hasil pengembangan dari isolate tersebut. Obat bahan alam
dapat merupakan hasil penemuan baru sama sekali, obat asli
dan obat tradisional serta hasil pengembangan dari obat asli
atau obat tradisional tersebut (BPOM, 2006). Obat tradisional
menurut WHO, harus memenuhi criteria telah digunakan secara
turun-temurun selama 3 generasi dan telah terbukti aman dan
bermanfaat.
A. Pengertian Obat Tradisional dan Obat Bahan Alam
Menurut Permenkes No 246/Menkes/Per/V/1990 yang
dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahanyangberupabahantumbuhan,bahanhewan,bahanmineral,
sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang
secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Sedangkan yang dimakasud dengan Obat Bahan
Alam adalah semua jenis sediaan bahan alam yang belum
sampai pada isolate murni. Menurut Keputusan Badan POM
Nomor : HK.00.05.4.2411 tahun 2006, yang termasuk ke dalam
obat bahan alam Indonesia ada 3 kategori yaitu Jamu, Obat
35Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, yang telah dibahas di bab
sebelumnya.
B. Penyediaan Bahan Baku Obat Tradisional
Bahan baku obat akan mempengaruhi kualitas simplisia
atau ekstrak yang dihasilkan. Pengelolaan bahan baku dimulai
sejak proses budidaya di lapangan, hingga proses pengelolaan
panen dan pasca panen. Budidaya tanaman harus berdasarkan
GAP (Good Agricultural Practices) (Tilaar M. et al, 2010).
GAP adalah suatu pedoman dalam “praktik pertanian yang
baik dan benar” untuk memperoleh hasil panen yang optimal,
bermututinggi,terjamin,aman,efisien,berwawasanlingkungan,
dan dapat dirunut kembali (treacealbe) asal-usul dan proses
yang dilalui sebelum diperdagangkan dan digunakan. Pedoman
tersebut merupakan seperangat prinsip dan prosedur yang digali
dari tradisi pertanian yang ada dan adopsi gagasan dan inovasi
teknologi untuk pembangunan yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan (Collega of Agriculture)
C. Budidaya Tanaman Obat
Tanaman obat dapat dibudidayakan untuk mendapatkan
hasil yang optimal, hingga tercapai kandungan zat aktif dalam
jumlah tertentu. Obat herbal biasanya memerlukan pemanenan
mekanis yang sederhana dengan penyimpanan yang baik. Sifat
lain yang diinginkan adalah perolehan yang tinggi, resisten
terhadap pathogen (serangga, kutu, jamur, bakteri dan virus), hal
yangbisaberulang,adaptasiyangbaikdenganlokasi,kandungan
air rendah (memudahkan proses pengeringan) dan stabilitas
organ tanaman (Heinrich et.al, 2010).
Tanaman budi daya diharapkan akan dapat meningkatkan
mutu simplisia dengan cara (Goeswin, 2007) :
36 Nurul Qomariah
1. Pemilihan bibit unggul sehingga simplisia yang
dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang
tinggi.
2. Pengolahan tanah, pemilihan, pemupukan, dan
perlindungan tanaman dapat dilakukan secara seksama
dengan menggunakan teknologi agroindustri yang
maju.
1. Pemilihan Bibit
Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan
budidaya tanaman. Budidaya tanaman sebenarnya telah
dimulai sejak memilih bibit tanaman yang baik, karena bibit
merupakan obyek utama yang akan dikembangkan dalam
proses budidaya selanjutnya. Selain itu, bibit juga merupakan
pembawa gen dari induknya yang menentukan sifat tanaman
setelah berproduksi. Oleh karena itu untuk memperoleh
tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat diperoleh dengan
memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat
tersebut.
Pemilihan bibit tanaman obat terdiri dari 2 aspek yaitu
pemilihan varietas unggul untuk tanaman obat yang memliki
bahan baku yang unggul dengan kandungan tertentu dan
identitas botani yang memiliki kandungan tertentu yang
memiliki efek farmakologi. Sebagai upaya menjaga kualitas
unggul dari tanaman obat maka dilakukanlah perbanyakan
dari bibit tanaman obat.
Perbanyakantanamandapatdilakukansecaragenerative
(dengan biji) dan secara vegetative (dengan stek, cangkok,
okulasi, runduk dan kultur jaringan). Bibit yang digunakan
untuk mendapatkan suatu jenis tanaman tertentu juga akan
37Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
menentukan kualitas simplisia atau ekstrak yang dihasilkan.
Bibit yang bagus akan mempengaruh dalam hal kandungan
senyawa aktif yang optimal (Departemen Kesehaan RI,
2000).
2. Pemanenan
Mengingat produk tanaman obat dapat berasal
dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka
penanganan atau penentuan saat panen secara tepat sangat
berarti. Tanaman obat haruslah dipanen sepanjang waktu-
waktu tertentu (musim yang optimal) untuk memastikan
hasil produksi hasil akhir tanaman obat tersebut memiliki
kwalitas yang terbaik. Waktu untuk pemanenan tergantung
dari tanaman dan bagian tanaman yang akan dipanen, dan
biasanya rincian cara pemenenan masing-masing tanaman
obat ada pada pharmacophe, standarisasi, monograf yang ada
di masing-masing negara. Secara umum yang sudah diketahui
bahwa konsentrasi dari kandungan aktif dari tanaman obat
berfariasi tergantung dari stadium dari pertumbuhan dan
perkembangannya. Waktu pemanenan haruslah ditentukan
berdasarkan waktu terbaik dimana kualitas dan jumlah dari
kandunganzataktifnyatinggipadasaatitu.Selamapemanenan
perhatian perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada
bahan lain, rumput-rumputan liar, atau tanaman lain yang
bercampur dengan tanaman obat pada saat pemanenan.
Tanaman obat haruslah dipanen pada kondisi yang
terbaik, harus menghindari embun hujan atau kelembaban
yang tinggi. Bila pemanenan memerlukan kondisi yang
kering, tanaman yang dipanen haruslah diangkut secepatnya
ke dalam fasilitas pengeringan di dalam ruangan untuk
38 Nurul Qomariah
mempercepat pengeringan untuk mencegah kemungkinan
efek yang merusak yang disebabkan oleh karena peningkatan
level kelembaban yang dapat meningkatkan fermentasi dari
jasad renik dan jamur.
Alat pemotong, pemanen dan mesin-mesin lainnya
haruslah dijaga tetap bersih untuk mengurangi kerusakan dan
kontaminasi dari tanah dan material lainnya. Mesin haruslah
disimpan ditempat yang tidak terkontaminasi dan kering
atau fasilitas yang bebas dari serangga, tikus, burung dan
hama lainnya, dan tidak dapat dilalui oleh ternak dan hewan
lainnya. Kontak dengan tanah haruslah dihindarkan untuk
menghindari perluasan kemungkinan adanya perkemangan
jasada renik pada material tanaman obat. Tanaman obat yang
dipanen haruslah diangkut dalam keadaan bersih dan kondisi
kering dan harus dimasukan ke dalam keranjang yang bersih,
kantong kering, trailer, gerobak atau container yang lain
dan dibawa ke titik penjemputan untuk dibawa ke fasilitas
pemrosesan berikutnya.
Semua kontainer yang digunakan pada pemanenan
haruslah dijaga tetap bersih dan bebas dari kontaminan yang
berasal dari tanaman yang dipanen sebelumnya atau material
asing lainya. Jika container sedang tidak digunakan maka
haruslah tetap dijaga dalam kondisi kering dalam area yang
terlindung dari serangga, tikus, burung dan hama lainnya, dan
juga tidak bisa dilalui oleh ternak atau hewan lainnya.
Pada dasarnya tujuan penanganan dan pengelolaan saat
panen adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh bahan baku yang memenuhi
standar mutu.
b.Menghindariterbuangnyahasilpanensecarapercuma
39Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
serta mengurangi kerusakan hasil panen.
c. Agar semua hasil panen dapat dimanfaatkan sesuai
harapan.
Pengambilan simplisia atau bagian tanaman yang
berkhasiat obat dari tanamannya hendaknya dilakukan
secara manual (dengan tangan), tidak perlu menggunakan
mesin, terutama agar persyaratan-persyaratan simplisia yang
dikehendaki dapat terpenuhi. (Kartasapoetra, 1996)
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan
kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam
tahapan itu adalah masa panen. Berdasarkan garis besar
pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan
sebagai berikut :
a. Biji: pengambilan biji dapat dilakukan pada saat
mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya
pecah.
b. Buah: pengambilan buah tergantung tujuan dan
pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa
dilakukan saat menjelang masak (misalnya Piper
nigrum), setelah benar-benar masak (misalnya adas),
atau dengan cara melihat perubahan warna/bentuk buah
yang bersangkutan (misalnya jeruk, papaya)
c. Bunga: pemanenan bunga dapat dilakukan pada saat
menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup
(sepertipadamelati),atausaatbungasudahmulaimekar
(misalnya mawar), tergantung dari tujuan pemanfaatan
kandungan aktifnya.
d. Daun atau herba: panen daun dilakukan pada saat
prosesfotosintesisberlangsungmaksimal,yangditandai
dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah
mulai masak. Pengambilan pucuk daun dianjurkan
40 Nurul Qomariah
pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun
tua.
e.Kulitbatang:pemanenankulitbatanghanyadilakukan
pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang
paling baik adalah awal musim kemarau.
f. Umbi lapis: panen umbi dilakukan pada saat akhir
pertumbuhan
g. Rimpang: panen rimpang dilakukan pada saat awal
musim kemarau.
h. Akar: panen akar dilakukan pada saat prses
pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur.
Panen yang dilakukan terhadap akar umumnya akan
mematikan tanaman yang bersangkutan.
3. Penanganan Pasca Panen
Adapun tujuan pengelolaan pascapanen tanaman obat
dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Mencegah kerugian karena perlakuan prapanen yang
tidak tepat.
b. Menghindari kerusakan akibat waktu dan cara panen
yang tidak tepat.
c. Mengurangi kerusakan pada saat pengumpulan,
pengemasan, dan pengangkutan saatpendistribusian
hasil panen.
d. Menghindari kerusakan karena teknologi pascapanen
yang kurang tepat.
e. Menekan penyusutan kuantitatif dan kualitatif
hasil.
f. Terjaminnya suplai bahan baku produksi tanaman
obat meskipun tidak pada musimnya.
g. Pengolahan limbah yang dapat memberikan nilai
tambah bagi produsen simplisia, contoh sisa-sisa
41Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
hasil pengolahan simplisia untuk pembuatan pupuk
kompos.
h. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya
alam dan menjamin kelestariannya.
Kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman obat
menunjukkan suatu sistem yang kompleks serta melibatkan
banyak faktor, baik teknis, sosial budaya, dan ekonomi.
Melihat hubungan yang saling berkait dan kompleks tersebut
maka diperlukan peran pemerintah danswasta secara aktif
dalam membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang pengelolaan tanaman obat.	
Penanganan pasca panen dapat dibagi menjadi berikut
(Gunawan & Mulyani, 2004:
a. Sortasi basah: pemilahan hasil panen ketika tanaman
masih segar.
b. Pencucian: untuk membersihkan kotoran yang
melekat, terutama untuk bahan-bahan yang berasal dari
dalamtanahdanbahanyangtercemarpestisida.
c. Pengubahan bentuk: untuk memperluas permukaan
bahan baku, meliputi beberapa perlakuan seperti
perajangan, pengupasan, pemiprilan (pada jagung),
pemotongan dan penyerutan.
d. Pengeringan
e. Sortasi kering: bahan dipilih setelah
dikeringkan
f. Pengepakan dan penyimpanan
D. Pengolahan Raw Material menjadi Herbal terstandar
(Penerapan GMP)
Penerapan Good Manufacturing Practice (GMP) dalam
proses pengolahan raw material menjadi bahan baku dasar
42 Nurul Qomariah
herbal merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga
kualitas produk jadi suatu herbal sehingga jumlah kandungan
zat aktif tidak terganggu dan khasiat dari herbal tersebut dapat
terjada. Jenis-jenis bahan dasar herbal dapat berupa simplisia,
ekstrak herbal, dan Minyak Atsiri.
1. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang belum mengalami
perubahanapapunkecualipengeringan.Penanganansimplisia
harus memenuhi persyaratan bahan dan cara penanganan atau
penyimpanan bahan, pengolahan dan cara pengemasan serta
penyimpanan simplisia.
Sumber simplisia tanaman obat dapat berupa tumbuhan
liar atau tanaman hasil budidaya (kultivasi). Tumbuhan
liar umumnya kurang baik dijadikan sumber simplisia
dibandingkan dengan tanaman budidaya karena (Goeswin,
2007):
a. Usia atau bagian tumbuhan yang diproses tidak tepat,
seringsangatberbeda,sehinggamempengaruhikandungan
senyawa aktif.
b. Jenis/spesies tumbuhan yang dipanen bila kurang
diperhatikan secara seksama maka simplisia yang
diperoleh tidak seragam. Apalagi jika yang memanen
orang awam, maka bentuk yang mirip kemungkinan akan
sulit dibedakan.
c. Tempat tumbuh yang berbeda (kualitas tanah, kadar
air, sinar matahari dan sebagainya) dapat mempengaruhi
kandungan senyawa aktifnya.
1.1 Penanganan Simplisia
Simplisia-simplisia yang telah diambil/dipetik/
43Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
dipungut pada umumnya harus segera dikeringkan sampai
derajat kering tertentu (90% sampai 95%), dengan demikian
akan mudah dihaluskan (kecuali bahan-bahan yang akan
disuling diambil minyaknya). Pengeringan dapat dilakukan
langsung dibawah teriknya sinar matahari, diangin-anginkan
atau dipanaskan pada suhu tertentu dalam ruang pengeringan
60o
C, buah panili sebelum dikeringkan harus mendapat
pengolahan terlebih dahulu dan sebagainya.
Simplisia yang sudah dikeringkan, lalu ditempatkan
dalam satu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur
satu sama lain. Faktor-faktor pada waktu pengepakan
dan penyimpanan simplisia seperti cahaya, oksigen atau
sirkulasi udara, reaksi kimia antara senyawa aktif dan wadah,
penyerapan air, proses dehidrasi serta pengotoran dan atau
pencemaran oleh serangga, kapan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi keadaan simplisia. Pada gudang-gudang
industry jamu, wadah simplisia yang umum dipakai adalah
karung goni, plastic,petikayu, karton, kalengdan aluminium.
Bahan cair disimpan dalam botol kaca dan atau guci porselen,
sementara untuk bahan beraroma digunakan peti kayu yang
dilapisi timah atau kertas timah.
Penangananpembuatansimplisiamulaidaripemanenan
sampai pasca panen sudah dijelaskan di atas. Di bawah ini
akan dijelaskan mengenai penanganan pengolahan tanaman
obat sesudah dipanen sampai dibentuk simplisia. Prosesnya
adalah sebagai berikut :
a. Penyortiran (Sortir Basah)
Penyortiran basah dilakukan setelah selesai panen
dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau
44 Nurul Qomariah
bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan
nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan
organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama
bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan
yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah
pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
b. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran
dan mengurangi mikriba-mikroba yang melekat pada bahan.
Pencucian harus segera dilakukan setelah panen karena dapat
mempengaruhi mutu bahan. Pencucian menggunakan air
bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan
air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak
akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian
perhatikan air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat
kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.
Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam
waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larutnya
atauterbuangnyazatyangtekandungdalambahan.Pencucian
bahandapatdilakukandenganbeberapacaraantaralain:
1) Perendaman Bertingkat
Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang
tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah
dan lain-lain. Proses perendaman dilakukan beberapa kali
pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama
air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat
prendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan
dapat dihilngkan langsung dengan tangan. Metode ini akan
menghematpenggunaanair,namunsangatmudahmelarutkan
zat-zat yang terkandung dalam bahan.
45Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
2) Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang
kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang,
akar, umbi, dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan
dengan menggunakan air yang bertekanan tinggi. Untuk lebih
meyakinkan kebersihannya, kotoran yang melekat kuat pada
bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini
biasanya menggunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang atau larutnya kandungan dalam
bahan.
3) Penyikatan (manual maupun otomatis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap
jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat
sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang
digunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini
perlu diperhatikan kerbersihan dari sikat yang digunakan.
Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan
teratur agar tidak merusak bahannya. Pembilasan dilakukan
pada bahan yang sudah disikat. Metode pencucian ini dapat
menghasilkan bahan yanga lebih bersih dibandingkan dengan
metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko
kerusakan bahan, sehingga merangsang pertumbuhan bakteri
atau mikroorganisme.
c. Penirisan/Pengeringan
Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-
rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang penjemuran
dilakukan selama 4 – 6 hari. Selesai pengeringan dilakuakn
kembali penyortiran apabila bahan langsung digunakan
dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan. Contohnya
untuk rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai
46 Nurul Qomariah
standar perdagangan, karena mutau bahan menentukan harga
jual. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe
segar dikategorikan sebagai berikut :
MutuI:Bobot250gr/rimpang,kulittidakterkelupas,tidak
mengandung benda asing dan tidak berjamur.
Mutu II: Bobot 150 – 249 gr/rimpang, kulit tidak
mengandung benda asing dan tidak berjamur.
Mutu III: Bobot sesuai hasil analisis, kulit yang
terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum
3%, kapang maksimum 10%.
d. Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah
proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan,
penyulingan minyak atsiri dan penyimpanannya. Perajangan
biasa hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak
besar dan tidak lunak sperti akar, rimpang, batang, buah dan
lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang
digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang
dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat
aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu
tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit
dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan
kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi jamur.
Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak
adalah sebesar 7 – 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 – 5 mm.
Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan
pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan
mesin pemotong/perajang. Bentuk irisan split atau slice
tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan
minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya membujur
47Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
(split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan
sebaiknya melintang (slice).
e. Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu cara pengawetan atau
pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air,
sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan
demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah
rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama. Dalam
proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan
akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan harus
diperhatikan. Suhu pengeringan tergantung dari bahan yang
akan dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan antara
40-60o
C dana hasil yang baik dari proses pengeringan adalah
simplisia dengan kadar air 10%. Demikian juga dengan
waktu pengeringan pada tiap bahan berbeda tergantung
dari bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu
atau bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses
pengeringan adalah kebersihan, (khususnya pengeringan
dengan menggunakan sinar matahari), kelembaban udara,
dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Pengeringan dapat
dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan sinar
matahari atau dengan cara modern dengan menggunakan alat
pengering seperti oven, rak pengering, blower, atau dengan
fresh dryer. Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan
dapat dilakukan dengan sinar matahari, oven, bolwer dan
fresh dryer pada suhu 30-50o
C. Pengeringan pada suhu terlalu
tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya
dapat menurun.
Pengeringandapatmenyebabkan perubahan-perubahan
hidrolisa enzimatis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi.
48 Nurul Qomariah
Ciri-ciri pengeringan sudah berakhir apabila daun ataupun
temu-temuan sudah dapat dipatahkan dengan mudah. Pada
umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki
kadarair8–10%.Denganjumlahkadarairtersebutkerusakan
bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan maupun waktu
penyimpanan,
f. Penyortiran (Sortir Kering)
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan
benda-bendaasingyangterdapatpadasimplisia,misalnyaakar-
akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses
penyrotiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia
kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan, atau
pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran, simplisia
ditimbang untuk mengetahui rendeman hasil dari proses
pasca panen yang dilakukan.
g. Pengemasan
Pengemasandapatdilakukanpadasimplisiayangsudah
dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa
plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan kemasan
yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah
dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi
isi pada saat pengankutan, tidak beracun dan tidak bereaksi
dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang
menarik.
Berikan label yang jelas pada setiap kemasan tersebut
yang isinya menuliskan nama bahan, bagian dari tanaman
bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomer kode
produksi, nama dan alamat penghasil, berat bersihm dan
metode penyimpanan.
49Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa
padasuhukamar,ataupundiruanganberAC(airconditioner).
Ruang penyimpanan haruslah bersih, udaranya cukup kering,
dan berventilasi udara. Ventilasi harus cukup baik karena
hama menyukai udara yang lembab dan panas. Sebelum
penyimpanan ada hal-hal utama yang harus diperthatikan
yaitu :
a. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan
bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara
dengan baik.
b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran
atau kemungkinan masuk air hujan.
d. Suhu gudang tidak melebih 30o
C.
e. Kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah
mungkin (65o
C) untuk mencegah terjadinya penyerapan
air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu
pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan
mutubahandalambentuksegarmaupunkering.
f. Masuknya sinar matahari langsung menyinari
simplisia harus dicegah.
g. Masuknya hewan, serangga maupun tikus yang
sering memakan simplisia yang disimpan harus
dicegah.
1.2 Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia :
1. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi
terakhir dari buku resmi yang dikeluarkan Departemen
Kesehatan RI seperti Farmakope Herbal Indonesia dan
Materia Medika Indonesia. Jika tidak tercantum, maka
50 Nurul Qomariah
harus memenuhi persyaratan sesuai monografinya.
2. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang
setiap periode tertentu harus diperbaharui.
3.Harusdilakukanpemeriksaanmutufisismeliputi:
a. Kurang kering atau mengandung air
b. Termakan serangga atau hewan lain
c. Ada tidaknya pertumbuhan kepang, dan
d. Perubahan warna atau perubahan bau
4. Dilakukan pemeriksaan lengkap berupa :
a. Pemeriksaan organoleptik: meliputi pemeriksaan
warna, bau, rasa
b. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik
c. Pemeriksaan fisika dan kimiawi
d.Uji biologi,penerapanangkakuman,pencemarandan
percobaan terhadap binatang
Untuk mendapatkan kualitas tanaman obat yang
terbaik, maka perlu dilakukan hal berikut :
a. Sumber bahan baku jelas dengan waktu dan cara panen
yang tepat.
b. Penyediaan dan pengerjaan bahan meliputi sortasi,
pembersihan, pengubahan bentuk, pengeringan,
pengepakan dan penyimpanan dilakukan sesuai dangan
standar prosedur baku.
c. Pengawetan dan penyimpanan dilakukan dengan tepat
agar tidak tercampur dengan bahan lainnya serta dijaga
dari pencemaran yang dapat terjadi.
2. Ekstrak
Berdasarkan buku Farmakope Indonesia Edisi 4,
dikatakanbahwaekstrakadalahsediaankentalyangdiperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati
51Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian
besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan
secara destilasi dengan cara pengurangan tekanan, agar bahan
sesedikit mungkin terkena panas (Departemen Kesehatan RI,
2000).
Ekstrak cair adalah sediaan cair simpllisia nabati yang
mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet
atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain
padamasing-masingmonografi,tiapmLekstrakmengandung
bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak
cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan
dan disaring atau bagian yang bening diendap-tuangkan
(dekantasi). Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan
Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai
(Departemen Kesehatan RI, 2000)
2.1. Ekstraksi
Ektrak tanaman obat yang dibuat dari simplisia nabati
dapat dipandang sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan
produkjadi.Ekstraksiadalahpenyarianzat-zatberkhasiatatau
zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa
jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam
sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan
pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik
52 Nurul Qomariah
komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi
ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen
zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.
2.1.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
Jenisekstraksibahanalamyangseringdilakukanadalah
ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan
uap air dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi,
perkolasi dan alat soxhlet.
a. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10
bagian simplisia dengan derajat yang cocok ke dalam bejana,
kemudian dituangi dengan penyari 75 bagian, ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk
sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi
kembali dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah
pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana
tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah
dua hari lalu endapan dipisahkan.
Keuntungan menggunakan ekstraksi dengan metode
ini adalah peralatannya sederhana. Kerugiannya waktu yang
diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, solvent
yang digunakan lebih banyak, dan metode ekstraksi ini tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras, contohnya adalah benzoin, tiraks dan lilin.
b. Perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian
simplisia dengan derajat halus yang cocok, menggunakan
53Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan
dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Massa
dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator,
ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan
selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan
1 ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat
dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2
hari pada tempat terlindung dari cahaya.
Keuntungan ekstraksi dengan menggunakan metode
perkolasi adalah tidak memerlukan langkah tambahan
karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Sedangkan
kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata
atau terbatas apabila dibandingkan dengan metode refluks,
dan pelarut akan menjadi dingin selama proses perkolasi
sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
c. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah
ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi
direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang
dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan
sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap
tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan
kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian
seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap
kali diekstraksi selama 4 jam.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah
membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
54 Nurul Qomariah
manipulasi dari operator.
d. Soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi
secara berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai
mendidih. Uap penyari akan naik melalui pipa samping,
kemudian diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan
penyari turun untuk menyari zat aktif dalam simplisia.
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka seluruh
cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses
sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat
dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya
cairan yang lewat pada tabung sifon.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur ang lunak dan
tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, hanya
menggunakan pelarut yang lebih sedikit, suhu pemanasan
dan waktu pemanasannya dapat diatur. Sedangkan
kerugiannya adalah ekstrak yang terkumpul di baian bawah
wadah dipanaskan terus menerus karena pelarut didaur
ulang. Proses ini dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas, jumlah senyawa yang diekstraksi akan melampaui
tingkat kelaruttannya dalam pelarut tertentu, sehingga dapat
megendap dalam wadah dan dibutuhkan volume pelarut yang
lebih banyak untuk melarutkannya, untuk skala besar, pelarut
yang digunakan adalah pelarut dengan titik didih yang tidak
terlalu tinggi, contohnya methanol dan air.
e. Penyulingan dengan Destilasi Uap
Ekstraksi dengan menggunakan metode penyulingan
uap ini digunakan untuk mendapatkan tanaman obat yang
55Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
mengandung minyak atsiri yang mudah menguap, seperti
minyak essesntial dari tanaman. Prinsipnya adalah Proses
pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau
lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-
masing komponen.
Prisnsip kerjanya adalah sebagai berikut :
a. Ketel uap dan penyulingan terpisah.
b. Ketel uap yang berisi air dipanaskan dan uapnya
dilairkan ke ketel penyulingan yang berisi bahan
baku
c. Partikel minyak terbawa uap dan dialirkan dalam
pendingin kemudian dipisahkan.
Keuntungan dari destilasi uap ini adalah kualitas
minyak yg dihasilkan paling baik. Kerugiannya adalah perlu
biaya besar karena setidaknya butuh dua ketel dan umumnya
dilakukan oleh pabrikan yang besar.
2.1.2 Proses Ekstraksi
Proses pembuatan ekstrak dimulai dari menghaluskan
simplisia kasar menjadi serbuk, kemudian dicampur dengan
pelarut.Setelahdipisahkan,kemudiandipekatkandanterakhir
dikeringkan.
a. Pembuatan Serbuk Simplisia
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan
pembuatan serbuk dari simplisia kering dengan peralatan
tertentusampaiderajatkehaluasntertentutanpamenyebabkan
kerusakan kandungan kimia (BPOM, 2006).
b. Cairan Pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah
pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang
56 Nurul Qomariah
berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut
dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan
lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar
senyawa kandungan yang diinginkan. Faktor utama untuk
pertimbangan pada pemilahan cairan penyari adalah
berdasarkan selektivitas cairan, kemudahan bekerja dan
proses dengan cairan, ekonomis dan ramah lingkungan serta
aman digunakan (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut
yang diperbolehkan adalah air dan alcohol (etanol) serta
campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanl (alcohol
turunanya), heksana (hidrokarbon, aliphatic), toluene
(hidrokarbon aromatic), kloroform (dan segolongannya),
aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap
separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi). Khususnya
methanol, dihindari penggunaannya karena sifatnya
yang toksik akut dan kronik (Departemen Kesehatan RI,
2000).
c. Separasi dan Pemurnian
Bertujuan untuk menghilangkan (memisahkan)
senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
mempengaruhi senyawa kandungan yang dikehendaki,
sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
d. Pemekatan/Penguapan (Vaporasi dan Evaporasi)
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute
(senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa sampai
menjadi kondisi kering, ekstrak hanya menjadi kental/pekat
(Departemen Kesehatan RI, 2000). Untuk meningkatan
57Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
kecepatan penguapan diaplikasikan system vakum tanpa
menyebabkan gangguan pada material sensitive panas
(Goeswin, 2007).
e. Pengeringan
Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari
bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh,
tergantung proses, tergantung proses dan peralatan yang
digunakan (Departemen Kesehatan RI, 2000). Ada beberapa
alat yang dapat digunakan (Goeswin, 2007):
a) Pengeringan baki (tray dryer)
Ini merupakan pengering yang paling sederhana
dan murah, berupa lemari yang didalamnya dapat disusun
seperangkat baki yang mengandung / menyimpan ekstrak
yang akan dikeringkan. Udara dipanaskan dengan uap /
pemanas elektrik pada temperature terkendali, dan ditiupkan
di atas permukaan baki. Setelah beberapa waktu, baki
dikeluarkan dari lemari. Bahan didinginkan dan dipisahkan,
lalu diserbukkan menjadi serbuk halus.
b) Pengeringan vakum (vacuum dryer)
Ekstrak dipanaskan dengan uap bersuhu rendah.
Ekstrak mengalami subjek vakum sehingga penguapan
efektif, sekalipun pada suhu rendah. Pada akhir proses,
material menjadi kering, lalu dikeluarkan dari alat, kemudian
diserbukkan menjadi serbuk halus.
c) Pengeringan semprot (spray dryer)
Peralatan ini paling sesuai untuk pengeringan ekstrak
yang secara esensial akan menghasilkan produk mengalir
bebas dan nonhigroskopis. Pengering jenis ini merupakan
systempengeringankontinu,efisientermel,danmenghasilkan
produk dalam lingkungan bersih tanpa ada penanganan
58 Nurul Qomariah
manusia secara manual.
f. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal (Departemen Kesehatan RI,
2000).
2.2. Standarisasi Simplisia dan Herbal
Produk herbal dan simplisia selain cara pengolahannya
yang terstandar produk akhir dari Simplisia atau herbal harus
jugamemenuhisstandarmutuyangsudahditetapkan.Dengan
standarisasi mutu ini maka produk herbal dan simplisia dapat
bersaing di perdagangan nasional maupun internasional dan
dapat menjadikan produk yang mempunyai khasiat yang
sesuai dengan tanaman yang sudah dibuat simplisia ataupun
herbal terstandar.
1. Standarisasi Simplisia
Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3
parameter mutu umum (nonspesifik) suatu bahan yaitu
kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan penstabilan
(wadah, penyimpanan, distribusi) Simplisia sebagai bahan
dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi Quality-Safety-
Efficacy Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia
yang berkontribusi terhadap respon biologis, harus memiliki
spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan (Depkes RI, 1985).
Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan
dalam proses standardisasi suatu simplisia. Parameter
standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan
spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor
lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter
59Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di
dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter
standardisasi simplisia sebagai berikut:
a. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara
organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan
organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan
menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian
dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri
luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan
mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-
ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian
simplisia.
b. Parameter non spesifik
Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan
pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin,
logam berat, penetapan kadar abu, kadar air, kadar minyak
atsiri, penetapan susut pengeringan.
c. Parameter spesifik
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas
kimiadarisimplisia.Ujikandungankimiasimplisiadigunakan
untukmenetapkankandungansenyawatertentudarisimplisia.
Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis
(Depkes RI, 1985).
2. Standarisasi Ektraks
Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan
senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat
dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan
kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat
60 Nurul Qomariah
mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis,
sementaradosisyangdiinginkanterpenuhi,sertaekstrakyang
diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan
sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti
sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
a. Parameter Non Spesifik
1) Susut Pengeringan
Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat
setelah pengeringan pada temperatur 105o
C selama 30 menit
atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam persen. Dalam
hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/
atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu
kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara
terbuka (Depkes RI, 2000).
2) Bobot Jenis
Parameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter
yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini
penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah
serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes
RI, 2000).
3) Kadar air
Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung
zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk
memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).
4) Kadar abu
Parameterkadarabumerupakanpernyataandarijumlah
abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur
organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari
61Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
sisa pemijaran (Depkes RI, 2000).
b. Parameter Spesifik
1) Identitas
Identitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Deskripsi tata nama:
Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)
Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun,
buah,)
Nama Indonesia tumbuhan
Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya
senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan
metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai
tujuantertentuuntukmemberikanidentitasobyektifdarinama
dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).
2) Organoleptik
Parameter oranoleptik digunakan untuk
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakan
panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana
dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).
3) Kadar sari
Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui
jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia.
Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan
baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa
kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan
reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik
simplisia tersebut (Depkes RI,1995).
62 Nurul Qomariah
4) Pola kromatogram
Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk
memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia
berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan
dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes
RI, 2000).
2.3 Parameter Uji Ekstrak
Parameter uji ekstrak dapat dibedakan atas parameter
spesifik dan parameter non spesifik. Disamping parameter uji
ekstrak, juga ada uji kandungan kimia ekstak. Uji kandungan
kimia ekstrak dapat menggunakan pola kromatogram, kadar
total golongan kandungan kimia, dan kadar kandungan kimia
tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Parameter spesifik adalah untuk melihat indentitas
ekstrak, organoleptik, senyawa terlarut dalam pelarut
tertentu. Parameter non spesifik terdiri atas parameter yang
mempunyai batasan berbeda pada setiap ekstrak seperti kadar
air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, ataupun sama
seperti sisa pelarut organic, residu pestisida untuk fosfor dan
klor organic, cemaran logam berat dan cemaran mikroba
(Departemen Kesehatan RI, 2000). Batasan pada parameter
non spesifik tersebut adalah (BPOM, 2006):
a. Sisa pelarut organic yaitu tidak boleh dari 1,0%.
b. Residu pestisida untuk fosfor dan klor organic harus
kurang dari 5 µg/kg.
c. Cemaran logam berat : Pb harus kurang dari 10 mg/kg,
Cd harus kurang dari 0,3 mg/kg, dan As harus kurang dari
5 µg/kg.
d. Cemaran mikroba : angka lempeng total harus kurang
63Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional
dari 104
kol/g, angka kapang/khamir harus kurang dari
103
kol/g, MPN koliform harus negative, dan mikroba
pathogen harus negatif.
2.4 Uji Keamanan
Keharusan adanya data uji farmakologi, uji toksisitas
dan uji klinis mulai diberlakukan dengan keluarnya UU No.
23 tahun 1992 tentang Kesehatan, agar obat tradisional lebih
mampu bersaing dengan obat modern dan secara medic lebih
dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.
Uji toksisitas diperlukan untuk menilai keamanan suatu
obat maupun bahan yang digunakan sebagai suplemen atau
makanan. Berdasarkan lama paparan dan dosis diketahui ada
3 tingkatan uji toksisitas, yaitu akut, sub kronik dan kronik.
Uji toksisitas akut digunakan untuk menilai sifat toksik suatu
bahanujidenganpemberiansuatubahansampeldosistunggal
dalam waktu singkat (akut), biasanya 24 jam. Uji toksisitas
sub-kronik dilakukan dengan pemberian suatu bahan sampel
dengan dosis berulang selama jangka waktu kurang dari 3
bulan. Uji toksisitas kronik dilakukkan seperti sub kronik
tetapi dengan waktu lebih dari 3 bulan. Uji toksisitas sub
kronik dan kronik tetap diperlukan walaupun diketahui bahan
uji memiliki kadar toksisitas rendah. Hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya efek toksik terhadap
organ tubuh jika digunakan dalam waktu lama.
2.5 Proses Pembuatan Sediaan
Pembuatan sediaan obat herbal memiliki tahapan
seperti halnya obat konvensional meliputi desain formula,
praformulasi, formulasi dan evaluasi. Industri herbal dan
industrykosmetikharusmemilikisertifikasiyangmenyatakan
bahwa mereka dapat menghasilkan sebuah produk yang
64 Nurul Qomariah
terjamin keamanan, khasiat dan kualitasnya.
Prosedur dan formula pembuatan, termasuk jumlah
eksipien yang digunakan harus diuraikan secara rinci.
Spesifikasi produk jadi harus dijelaskan. Metode identifikasi
dan jika memungkinkan penetapan konsentrasi secara
kuantitatifbahantanamandalamprodukjadiharusdipaparkan.
Jika identifikasi zat aktif utama tidak memungkinkan, cukup
dengan mengidentifikasi bahan atau campuran bahan yang
khas (misalnya karateristik fingerprint dengan kromatografi
inframerah) untuk memastikan keseragaman mutu produk.
Produk jadi harus memenuhi persyaratann umum untuk
bentuk sediaan tertentu (Hanif, 2007).
Desain formulasi obat herbal, sama seperti desain
formulasi obat konvensional, meliputi 3 (tiga) komponen
utama yang harus ada yaitu zat aktif, eksipien utama dan
eksipien pendukung serta komponen tambahan yaitu labeling
dan pengemasan. Zat aktif yang digunakan, dapat dalam
bentuk ekstrak kering, ekstrak kental, ekstrak cair, simplisia
kering dan simplisia basah. Eksipien utama mencakup
bahan pengisi, pengikat, penghancur, lubrikan (pelincir),
antiadherentdanglidan.Eksipienpendukungsepertipewarna,
pengawet, antioksidan, chelating agent.
Tahap preformulasi meliputi penyusunan formula,
persiapan produksi, persiapan evaluasi, persiapan pengemas
dan persiapan label. Pada tahap preformulasi dilakukan
pengkajian untuk mengumpulkan data-data dasar tentang
karakteristik fisika dan kimia obat yang dibuat menjadi
bentuk sediaan farmasi tersebut.
Bentuksediaanobatherbaldibagimenjadi3(tiga)yaitu
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad
Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad

More Related Content

What's hot (20)

DASAR-DASAR KEFARMASIAN
DASAR-DASAR KEFARMASIANDASAR-DASAR KEFARMASIAN
DASAR-DASAR KEFARMASIAN
 
Farmakognosi
FarmakognosiFarmakognosi
Farmakognosi
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsung
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 
Cara mengorbankan hewan percobaan
Cara mengorbankan hewan percobaanCara mengorbankan hewan percobaan
Cara mengorbankan hewan percobaan
 
Ppt mual muntah
Ppt mual muntahPpt mual muntah
Ppt mual muntah
 
CPOTB.ppt
CPOTB.pptCPOTB.ppt
CPOTB.ppt
 
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
 
Slide Presentasi Tablet
Slide Presentasi TabletSlide Presentasi Tablet
Slide Presentasi Tablet
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinik
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
1 2 sistem zat padat farmasi fisik
1 2 sistem zat padat farmasi fisik1 2 sistem zat padat farmasi fisik
1 2 sistem zat padat farmasi fisik
 
PP flavonoid
PP flavonoidPP flavonoid
PP flavonoid
 
Emulsi (7)
Emulsi (7)Emulsi (7)
Emulsi (7)
 

Similar to Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad

Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...
Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...
Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...conan70
 
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docxTugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx180213AlwanAkmalH
 
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docxTugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docx180213AlwanAkmalH
 
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)MOSES HADUN
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
5_6307353439194056037.pdf
5_6307353439194056037.pdf5_6307353439194056037.pdf
5_6307353439194056037.pdfEra Wibowo
 
Buku saku tanaman obat (rev red)
Buku saku tanaman obat (rev red)Buku saku tanaman obat (rev red)
Buku saku tanaman obat (rev red)Basuki Suhardiman
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Vina Widya Putri
 
Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012
Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012
Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012Hanifah Nisrina C
 
es krim jamu
es krim jamues krim jamu
es krim jamuHana Asri
 
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Nesha Mutiara
 
Acuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertama
Acuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertamaAcuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertama
Acuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertamasiswanto19
 
Fisiologi hewan 1.pdf
Fisiologi hewan 1.pdfFisiologi hewan 1.pdf
Fisiologi hewan 1.pdfRiyamaraAulia
 
Fisiologi hewan 1 (1).pdf
Fisiologi hewan 1 (1).pdfFisiologi hewan 1 (1).pdf
Fisiologi hewan 1 (1).pdfRiyamaraAulia
 
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetes
Pembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetesPembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetes
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetesLisdaDamayanti1
 
PENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANAN
PENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANANPENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANAN
PENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANANaldika wau, SH,MH ALDIKA
 

Similar to Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad (20)

Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...
Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...
Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (z-...
 
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docxTugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
 
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docxTugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (1).docx
 
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
daun sirih.pdf
daun sirih.pdfdaun sirih.pdf
daun sirih.pdf
 
SuaibSAhidin (1).pdf
SuaibSAhidin (1).pdfSuaibSAhidin (1).pdf
SuaibSAhidin (1).pdf
 
5_6307353439194056037.pdf
5_6307353439194056037.pdf5_6307353439194056037.pdf
5_6307353439194056037.pdf
 
Buku saku tanaman obat (rev red)
Buku saku tanaman obat (rev red)Buku saku tanaman obat (rev red)
Buku saku tanaman obat (rev red)
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
 
Apotek hidup(makalah)
Apotek hidup(makalah)Apotek hidup(makalah)
Apotek hidup(makalah)
 
Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012
Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012
Esai PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) 2012
 
TOGA.ppt
TOGA.pptTOGA.ppt
TOGA.ppt
 
es krim jamu
es krim jamues krim jamu
es krim jamu
 
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
 
Acuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertama
Acuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertamaAcuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertama
Acuan sediaan herbal-volume_6_edisi_pertama
 
Fisiologi hewan 1.pdf
Fisiologi hewan 1.pdfFisiologi hewan 1.pdf
Fisiologi hewan 1.pdf
 
Fisiologi hewan 1 (1).pdf
Fisiologi hewan 1 (1).pdfFisiologi hewan 1 (1).pdf
Fisiologi hewan 1 (1).pdf
 
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetes
Pembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetesPembuatan donat  dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk  penyakit diabetes
Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetes
 
PENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANAN
PENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANANPENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANAN
PENGATURAN TULISAN LABEL DALUARSA PRODUK OBAT DAN MAKANAN
 

Recently uploaded

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxchleotiltykeluanan
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 

Recently uploaded (9)

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 

Berikut klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia:1. Obat HerbalObat herbal adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman, baik seluruh bagian tanaman atau hanya bagian tertentu seperti akar, daun, bunga, buah, biji, kayu, dan lainnya. Contoh obat herbal di Indonesia antara lain: jahe, kunyit, temulawak, pegagan, dan lainnya. 2. Obat SarianObat sarian adalah obat trad

  • 2. Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional Copyright © Nurul Qomariah, 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Layout: Saiful Mustofa Desain cover: Diky M. F vi+189 hlm: 14,8 x 21 cm Cetakan 1, April 2017 ISBN: Diterbitkan oleh: Akademia Pustaka Perum. BMW Madani Kavling 16, Tulungagung Telp: 085649133515/081216178398 Email: redaksi.akademia.pustaka@gmail.com Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaima- na dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipi- dana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipi- dana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling ban- yak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
  • 3. iii PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas anugrah ilmu berkat rahmat dan hidayat-Nya, hingga akhirnya penulisan buku ajar ini dapat d iselesaikan. Adanya kecenderungan pola hidup kembali ke alam (back to nature) menyebabkan masyarakat lebih memilih mengggunakan obat alami yang diyakini tidak memiliki efek samping seperti obat kimia, dan harga lebih terjangkau daripada obat sintetik. Kondisi ini memacu peninkatan kebutuhan pasar dan perkembangan industri obat tradisional di dalam negeri. Penelitian dan pengembangan obat tradisional dapat diarahkan untuk menghasilkan obat yang dapat diterima alam pelayanan kesehatan formal, terutama kualitas, keamanan dan efikasinya. Obat tradisional asal Indonesia (jamu) sudah banyak yang mengandung komponen bioaktif fitokimia. Bahkan beberapa pabrik jamu besar, secara khusus meakukan penelitian dan menciptakan jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dengan komponen bioaktif fitokimia dengan berbagai jenis produk dan kemasan yang menarik. Produk obat tradisional mulai diminati oleh sebagian besar masyarakat sehingga kalangan akademisi kesehatan mulai mengembangkannya karena dinilai memiliki potensi yang sama dengan obat kimiawi yang beredar di pasaran. Potensi tumbuhan obat asli Indonesia dapat terlihat dari kontribusinya pada produk obat dunia.
  • 4. iv Nurul Qomariah Berdasarkan fakta tersebut, Buku Ajar Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional ini ditulis dengan penekanan pada konsep pengembangan tanaman obat menjadi produk jadi yang dapat diterapkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, dan diharapkan mahasiswa akan memiliki kemampuan nalar yang tinggi untuk dapat mengembangkan obat tradisional Indonesia, khususny obat tradisional khas Kalimantan. Sebagaiedisipertama,bukuajariniakanterusditingkatkan baikdarisegikualitasdandesainpenyajiansehingga akantampil lebih menarik dan aktual. Oleh karena itu penulis harapkan adanya input dari para pengguna dan pembaca; mahasiswa dan kolega. Faktor ini akan menjadi bagian penting bagi pencerahan paradigma penulis dalam menyajikan bahan ajar yang ideal. Palangkaraya, 18 Juni 2015 Penulis
  • 5. v DAFTARISI PRAKATA........................................................................................iii DAFTAR ISI......................................................................................v BAB I ObatTradisional..................................................................1 A.DefinisiObatTradisional............................................................2 B.KlasifikasiObatTradisional........................................................3 C.KelebihandanKelemahanObatTradisional..............................9 D.EfekSampingObatTradisional................................................19 E.PenelitianObatTradisional......................................................24 LATIHAN......................................................................................32 BAB II Bahan Baku Obat Tradisional............................................33 A.PengertianObatTradisionaldanObatBahanAlam.................34 B.PenyediaanBahanBakuObatTradisional................................35 C. Budidaya Tanaman Obat........................................................35 D.PengolahanRawMaterialMenjadiHerbalTerstandar............41 LATIHAN......................................................................................67 BAB III Pengolahan Herbal Menjadi Produk Jadi Kesehatan....69 A.PengolahanObatHerbaluntukBidangKedokteran..............69 B.PembuatanHerbalMenjadiProdukKosmetik........................98 LATIHAN....................................................................................109 BAB IV Industri Obat Tradisional................................................111 A.PengenalanIndustriObatTradisional.....................................112 B.PersyaratanPermohonanIzinIndustriObatTradisional......113 C.PencabutanIzinIndustriObatTradisional...............................121
  • 6. vi Nurul Qomariah D.PembinaanIndustriObatTradisional.....................................122 LATIHAN.....................................................................................131 BAB V Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik...............133 A.PengertianCPOTB.................................................................134 B.TujuanCPOTB.........................................................................134 C.LandasanUmumCPOTB.........................................................135 D.ManfaatCPOTBbagiIndustri,Konsumen..............................136 E.Unsur-UnsurCPOTB...............................................................136 LATIHAN.....................................................................................181 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................183 Indeks..........................................................................................187 Tentang Penulis...........................................................................189
  • 7. 1 BabI ObatTradisional Tujuan instruksional umum : Memahami tentang obat tradisional Tujuan Instruksional khusus: 1. Memahami definisi obat tradisional 2. Memahami klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia 3. Menjelaskan kelebihan dan kelemanan dari obat tradisional dibandingkan obat modern 4. Memahami efek samping obat tradisional 5. Memahami tahap-tahap penelitian pengembangan obat tradisional Pokok pembahasan : 1. Definisi Obat Tradisional 2. Klasifikasi Obat Tradisional 3. Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional 4. Efek Samping Obat Tradisional 5. Penelitian Obat Tradisional Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakanolehmasyarakatdalamusahapengobatansendiri(self- medication), profesi kesehatan/dokter umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun menggunakannya. Haltersebut
  • 8. 2 Nurul Qomariah berbeda dengan di beberapa negara tetangga seperti Cina, Korea, dan India yang mengintegrasikan cara dan pengobatan tradisional di dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Alasan utama keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan atau menggunakan obat tradisional karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu digali, ditelitidan dikembangkan agar dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat. A. Definisi Obat Tradisional Obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, umumnya campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga seluruh bagian tanaman. Penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja berlangsung di desa yang tidak memiliki/jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit didapat, tetapi juga berlangsung di kota besar meskipun banyak tersedia fasilitas kesehatan dan obat modern mudah diperoleh. Obat tradisional mungkin digunakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak tersedianya obat modern/sintetis dan adanya kepercayaan bahwa obat tradisional lebih aman. Selain untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit ringan, yang mengkhawatirkan ialah obat tradisional juga digunakan masyarakat sebagai obat pilihan
  • 9. 3Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional untuk mengobati penyakit berat, penyakit yang belum memiliki obat yang memuaskan seperti kanker dan AIDS, serta berbagai penyakit menahun misalnya hipertensi dan diabetes melitus tanpa pengawasan/sepengetahuan dokter. B. Klasifikasi Obat Tradisional Tanaman obat mempunyai berbagai ragam efek pada sistem metabolisme tubuh, antara lain bersifat sebagai sedatif, analgesik, antipiretik, proteksi jantung, anti inflamasi, antioksidan dan fungsi imunomodulator. Herbalis cenderung menggunakan ekstrak tanaman, seperti akar atau daun dan tidak menggunakan senyawa fitokimia tertentu. Sebagian besar pengobatan herbal digunakan untuk mengobati masalah kesehatan umumnya, seperti demam, batuk, flu, sakit kepala, sakit perut, pencernaan, insomnia, masalah kulit dan ketombe. Beberapa herbalis melaporkan telah mengobati juga penyakit kronis seperti peradangan usus, rematik, darah tinggi, dan masalah pernafasan. Khasiat dari herbal tidak saja berasal dari bahan aktif saja, tetapi dari kandungan bahan pendukung lainnya seperti mineral, vitamin, minyak atsiri, glikosida, alkaloids, bioflavonoid. Di Indonesia obat tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori, yaitu jamu, herbal terstandar (telah lolos uji preklinik), dan fitofarmaka (lolos uji klinik). Ketiga kelompok tersebut, mempunyai logo yang berbeda dan sangat spesifik sesuai dengan standar (gambar 1).
  • 10. 4 Nurul Qomariah Gambar 1. Logo obat herbal, a) Jamu, b) Obat tradisional terstandar, c) Fitofarmaka 1. Jamu Jamu adalah ramuan atau bahan – bahan alami yang digunakan dalam pengobatan ntuk menjaga kesehatan, khasiatnya berdasarkan warisan turun temurun/empirik. Sediaan dalam bentuk rebusan/cairan atau serbuk. Bahan baku yang digunakan biasanya dalam bentuk yang sudah dikeringkan atau biasanya disebut sebagai simplisia. Saat ini produk jamu yang banyak beredar adalah dalam bentuk serbuk ataupun kapsul. Pihak BPOM telah mengeluarkan standar untuk produksi obat tradisional yang dikenal dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Tujuannya adalah untuk menjamin agar produk yang dihasilkan memenuhi syarat mutu yang telah ditentukan sesuai dengan penggunaannya. mutu produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang digunakan seperti proses pengolahan dan lingkungan tumbuhnya. Sebagai contoh, proses pengeringan akan berpengaruh terhadap kadar flavonoid daun tempuyung yang merupakan salah satu parameter mutu. Daun yang dikeringkan dengan oven, menghasilkan produk berwarna lebih hijau dan kadar flavonoid lebih tinggi dibandingkan dengan penjemuran matahari. Demikian pula dengan lingkungan tumbuhnya, daun tempuyung yang tumbuh di dataran rendah (<240 m dpl) menghasilkan kadar flavonoid lebih tinggi (2,72%)
  • 11. 5Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional dibandingkan dataran tinggi (>500 m dpl) (2,27%). Penerapan CPOTB merupakan nilai tambahan bagi produk bat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Contoh produk jamu yang banyak beredar antara lain Tolak Angin, Pil Binari, Curmaxan, dan Diacinn. 2. Obat tradisional Terstandar Obat tradisional terstandar adalah sediaan obat tradisional berbahan baku alami, bahan bakunya telah distandarisasi dan telah ada pembuktian keamanan serta khasiatnya dengan cara ilmiah dengan uju preklinik. Uji keamanan yang dilakukan berupa uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis dan uji toksisitas kronis. Uji khasiat dilakukan terhadap hewan uji yang secara fisiologi dan anatomi dianggap hampir sama dengan manusia. Dari hasil uji praklinik dapat diketahui khasiat, dosis yang tepat untuk terapi, keamanan bahkan efek samping yang mungkin ditimbulkannya. Sebaga contoh ekstrak daun belimbung wuluh, digunakan pada hewan kucing untuk ant hipertensi. Hasil pengujian ekstrak daun belimbing dengan dosis 25 mg/kg bb dapat menurunkan tekanan darah sampai 41,25 mmHg. Untuk hewan uji yang berbeda (babi) ekstrak daun belimbing dengan konsentrasi 0,01 mg/mL dan 1 mg/mL dapat menurunkan tekanan darah masing-masing 23 dan 47 mmHg. Uji efek farmakologi dilakukan secara in vitro atau model hewan, untuk keamanan dan efikasi yang dihasilkan dari uji klinik, dan data preklinik digunakan sebagai dasar untuk uji klinik. Jumah obat terstandar yang beredar saat ini di Indonesia ada 19 jenis, diantaranya diapet, fitolac, kiranti
  • 12. 6 Nurul Qomariah sehat. 3. Fitofarmaka Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alami yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar serta telah ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah. Persyaratan melakukan uji klinik, antara lain protokol uji telah disetujui, pelaksana yag melakukan uji cukup kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksana uji memenuhi syarat. Dengan dilakukannya uji klinik terhadap obat herbal, akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat tradisional di saran pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat tradisional karena manfaatnya telah jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Uji klinik sangat diperlukan karena dapat mengetahui efek farmakologi suatu tanaman obat sebelum digunakan untuk praktek medikal konvensional. Selain itu, uji klinik sangat membantu dalam menentukan efek terapi dari tanaman dalam elusidasi efikasi atau aksi mekanisme termasuk interaksi sel, interaksi lingkungan sel dan genetik. Keuntungan dari uji klinik adalah memudahkan dalam membandingkan efikasi dari tanaman yang berbeda dalam efektivitas biaya dan design rasional kombinasi obat. Peneliti farmasi mengakui konsep sinergisitas dari obat tetapi percobaan secara klinik bisa digunakan untuk efikasi dari persiapan herbal tertentu termasuk formulasi dari herbal yang konsisten golongan fitofarmaka telah mampu disejajarkan dengan obat sintetik dan dokter makin yakin untuk membuatkan resep karena telah teruji secara klinik.
  • 13. 7Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional Dalam menyeleksi herbal, herbalis menggunakan informasi yang tidak digunakan oleh farmasis, karena herbal bisa diambil dari sayuran, teh ataupun rempah. Hingga kini, baru6(enam)fitofarmakayangsudahterdaftardandiresepkan oleh dokter antara lain Reumaneer (pengobatan nyeri sendi ringan sampai sedang), Stimuno (immunomodulator dan sebagai terapi ajuvan dalam pengobatan tuberkulosa), Xgra (disfungsi ereksi dengan atau tanpa ejakulasi dini, Tensigard agromed (menurunkan tekanan darah sislotik) dan livitens (obat jantung). Beberapa obat sintetik yang bahan aktifnya diisolasi dari bahan alam tertera pada tabel 1.
  • 14. 8 Nurul Qomariah Tabel 1. Beberapa Senyawa Aktif yang Diisolasi Dari Alam Senyawa Aktif/ Active compound Sumber tanaman/ Plant sources Kegunaan/ Usage Sumber/ Sources Asam salisilat/ Salicilic acid Atropin/ Atropine Colchicin/ Cholcicine Digoksin, Lanoksin/ Digoxin lanoxin Ephedrin/ Ephedrine Morphin dan Kodein/ Morphine and codeine Paclitaxel (Taxol)/ Paclitaxel Kuinin/ Quinine Vinblastin dan vincristin/ Vinblastine and vincristine Salbix Alba dan Filipendula ulmaria Atropa belladona Cholcicum autumnale Digitalis purpurea Ephedra Sinica Papaver somniforum L atau P. Paeoniflorum Taxus baccata Chincona pubescens Catharanthus roseus Obat analgesik/ Analgesic medicine Obat jantung berdebar/ Palpitation medicine Obat penyakit gout pada persendian/ Goutmedicine in join Obat jantung/ Heart Medications Obat relax/ Medicine relaxing Narkotika/ Narcotics Obat kanker ovarium/ Ovarian cancer medicine Obat malaria/ Malarial medicine Obat kanker/ Cancer medicine Katzung Challem Challem Challem Challem Challem Pezzuto Challem Roberts Tanaman merupakan sumber utama untuk pembuatan obat nodern (sintetik). Diperkirakan seperempat resep obat mengandung ekstrak tanaman atau bahan aktif dari turunan senyawapadatanaman.Ekstrakdariberbagaitanamantanaman tingkat tinggi merupakan sumber yang baik obat antibiotik untuk melawan bakteri dan jamur patogen. Sebagai contoh, minyak pala dapat menghambat pertumbuhan Bacciluscereus dan Staphylococcus epidermis pada konsentrasi 6,25%, dan minyak kayumanis dapat menghambat Escheria coli pada konsentrasi 1,25%. Campuran ekstrak bawang putih,
  • 15. 9Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional minyak kayumanis dan ekstrak jahe dengan perbandingan 80:10:10 dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen, yaitu Listeria monocytogens, Salmonella typhium dan E. Coli. C. Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional 1. Kelebihan Obat Tradisional Dibandingkan obat-obat modern, memang obat tradisional memiliki beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif. 1). Efek sampingobat tradisional relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan,pemilihanbahansertapenyesuaidenganindikasi tertentu. a. Ketepatan takaran/dosis Daun sledri (Apium graviolens) telah diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi pada penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih (over dosis) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita tidak tahan dapat menyebabkan syok. Oleh karena itu dianjurkan agar jangan mengkonsumsi lebih dari 1 gelas perasan sledri untuk sekali minum. Demikian pula mentimun, takaran yang diperbolehkan tidak lebih dari 2 biji besar untuk sekali makan.
  • 16. 10 Nurul Qomariah Untuk menghentikan diare memang bisa digunakan gambir, tetapi penggunaan lebih dari 1 ibu jari, bukan sekedar menghentikan diare bahkan akan menimbulkan kesulitan buang air besar selama berhari-hari (kebebelen). Sebaliknya penggunaan minyak jarak (Oleum recini) untuk urus-urus yang tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Demikian juga dengan pemakaian keji beling (Strobilantus crispus) untuk batu ginjal melebihi 2 gram serbuk (sekali minum) bisa menimbulkan iritasi saluran kemih. b. Ketepatan waktu penggunaan Sekitar tahun 1980-an terdapat suatu kasus di salah satu rumah sakit bersalin, beberapa pasien mengalami kesulitan persalinan akibat mengkonsumsi jamu cabe puyang sepanjang masa (termasuk selama masa kehamilan). Setelah dilakukan penelitian, ternyata jamu cabe puyang mempunyai efek menghambat kontraksi otot pada binatang percobaan. Oleh karena itu kesulitan melahirkan pada ibu-ibu yang mengkonsumsi cabe puyang mendekati masa persalinan karena kontraksi otot uterus dihambat terus-menerus sehingga memperkokoh otot tersebut dalam menjaga janin didalamnya. Sebaliknya jamu kunir asem bersifat abortivum sehingga mungkin dapat menyebabkan keguguran bila dikonsumsi pada awal kehamilan. Sehubungan dengan hal itu, seyogyanya bagi wanita hamil minum jamu cabe-puyang di awal kehamilan (antara 1-5 bulan) untuk menghindari resikokegugurandanminumjamukunir-asemsaatmenjelang persalinan untuk mempermudah proses persalinan. Kasus lain adalah penggunaan jamu sari rapet terus menerus sejak gadis hingga berumah tangga dapat menyebabkan kesulitan
  • 17. 11Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional memperoleh keturunan bagi wanita yang kurang subur karena ada kemungkinan dapat memperkecil peranakan. c. Ketepatan cara penggunaan Daun kecubung (Datura metel L.) telah diketahui mengandung alkaloid turunan tropan yang bersifat bronkodilator (dapat memperlebar saluran pernafasan) sehingga digunakan untuk pengobatan penderita asma. Penggunaannya dengan cara dikeringkan lalu digulung dan dibuat rokok serta dihisap (seperti merokok). Akibat kesalahan informasi yang diperoleh atau kesalahpahaman bahwasanya secara umum penggunaan tanaman obat secara tradisional adalah direbus lalu diminum air seduhannya; maka jika hal itu diperlakukan terhadap daun kecubung, akan terjadi keracunan karena tingginya kadar alkaloid dalam darah.OrangJawamenyebutnya ‘mendemkecubung’ dengan salah satu tandanya midriasis, yaitu mata membesar. d. Ketepatan pemilihan bahan secara benar Berdasarkan pustaka, tanaman lempuyang ada 3 jenis, yaitu lempuyang emprit (Zingiber amaricans L) lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) dan lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.). Lempuyang emprit dan lempuyang gajah berwarna kuning berasa pahit dan secara empiris digunakan untuk menambah nafsu makan; sedangkan lempuyang wangi berwarna lebih putih (kuning pucat) rasa tidak pahit dan berbau lebih harum, banyak digunakan sebagai komponen jamu pelangsing. Kenyataannya banyak penjual simplisia yang kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga saat ditanya jenisnya hanya mengatakan yang dijual lempuyang tanpa mengetahui apakah lempuyang wangi atau yang lain.
  • 18. 12 Nurul Qomariah Kerancuan serupa juga sering terjadi antara tanaman ngokilo yang di’anggap sama’ dengan keji beling, daun sambung nyawa dengan daun dewa, bahkan akhir-akhir ini terhadap tanaman kunir putih, dimana 3 jenis tanaman yang berbeda (Curcumamangga, Curcuma zedoaria dan Kaempferia rotunda) seringkali sama-sama disebutsebagai ‘kunir putih’ yang sempat mencuat kepermukaan karena dinyatakan bisa digunakan untuk pengobatan penyakit kanker. e. Ketepatan pemilihan tanaman obat/ramuan untuk indikasi tertentu Kenyataan dilapangan ada beberapa tanaman obat yang memiliki khasiat empiris serupa bahkan dinyatakan sama (efek sinergis). Sebaliknya untuk indikasi tertentu diperlukan beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek farmakologis saling mendukung satu sama lain (efek komplementer). Walaupun demikian karena sesuatu hal, pada berbagai kasus ditemui penggunaan tanaman obat tunggal untuk tujuan pengobatan tertentu. Misalnya seperti yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak pasien di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah yang sebelumnya mengkonsumsi daun keji beling. Pada pemeriksaan laboratorium dalam urine-nya ditemukan adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah) melebihi normal. Hal ini sangat dimungkinkan karena daun keji beling merupakan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya lebih ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi
  • 19. 13Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional dapat melarutkan batu ginjal berkalsium. Penggunaan daun tapak dara (Vinca rosea) untuk mengobati diabetes bukan merupakan pilihan yang tepat, sebab daun tapak dara mengandung alkaloid vinkristin dan vinblastin yang dapat menurunkan jumlah sel darah putih (leukosit). Jika digunakan untuk penderita diabetes yang mempunyai jumlah leukosit normal akan membuat penderita rentan terhadap serangan penyakit karena terjadi penurunan jumlahleukosityangbergunasebagaipertahanantubuh. 2) Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat tradisional/komponen bioaktif tanaman obat Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontraindikasi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki. Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan bahwa suatu formulasi terdiri dari komponen utama sebagai unsur pokok dalam tujuan pengobatan, asisten sebagai unsur pendukung atau penunjang, ajudan untuk membantu menguatkanefek serta pesuruh sebagai pelengkap atau penyeimbang dalam formulasi. Setiap unsur bisa terdiri lebih dari 1 jenis tanaman obat sehingga komposisi obat tradisional lazimnya cukup komplek. Misalnya suatu formulasi yang ditujukan untuk menurunkan tekanan darah, komponennya terdiri dari : daun sledri (sebagai vasodilator), daun apokat atau akar teki
  • 20. 14 Nurul Qomariah (sebagai diuretika), daun murbei atau besaren (sebagai Ca- antagonis) serta biji pala (sebagai sedatif ringan) . Formulasi laindimaksudkanuntukpelangsing,komponennyaterdiridari : kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai pengkelat), daun jungrahap (sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temu lawak (sebagai stomakik sekaligus bersifat pencahar). Dari formulasi ini walaupun nafsu makan ditingkatkan oleh temu lawak dan kunyit, tetapi penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan jati belanda. Pengaruh kurangnya defakasi dinetralisir oleh temulawak dan kunyit sebagai pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan sedangkan proses defakasi dan diuresis tetap berjalan sebagaimana biasa. Terhadap ramuan tersebut seringkali masih diberi bahan-bahan tambahan (untuk memperbaiki warna, aroma dan rasa) dan bahan pengisi (untuk memenuhi jumlah/volume tertentu). Bahan tambahan sering disebut sebagai Coringen, yaitu c.saporis (sebagai penyedap rasa, misalnya menta atau kayu legi), c.odoris (penyedaparoma/bau, misalnya biji kedawung atau buah adas) dan c.coloris (memperbaiki warna agar lebih menarik, misalnya kayu secang, kunyit atau pandan). Untuk bahan pengisi bisa digunakan pulosari atau adas, sekaligus ada ramuan yang disebut ‘adas-pulowaras’ atau ‘adas-pulosari’. Untuk sediaan yang berbentuk cairan atau larutan, seringkalimasih diperlukan zat-zatataubahan yang berfungsi sebagai Stabilisator dan Solubilizer. Stabilisatoradalahbahan yang berfungsi menstabilkan komponen aktif dalam unsur utama, sedangkan solubilizer untuk menambah kelarutan zat aktif. Sebagai contoh, kurkuminoid, yaitu zat aktif dalam
  • 21. 15Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional kunyit yang bersifat labil (tidak stabil) pada suasanaalkalis atau netral, tetapi stabil dalam suasana asam, sehingga muncul ramuan ‘kunir-asem’. Demikian juga dengan etil metoksi sinamat, suatu zat aktif pada kencur yangagak sukar larutdalamair;untukmenambahkelarutandiperlukanadanya ‘suspendingagent’ yang berperan sebagai solubilizer yaitu beras, sehingga dibuat ramuan ‘beras-kencur’. Selain itu beberapa contoh tanaman obat yang memiliki efek sejenis (sinergis), misalnya untuk diuretik bisa digunakan daun keji beling, daun kumis kucing, akar teki, daun apokat, rambut jagung dan lain sebagainya. Sedangkan efek komplementer (saling mendukung) beberapa zat aktif dalam satu tanaman, contohnya seperti pada herba timi (Tymus serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk. Herba timi diketahui mengandung minyak atsiri (yang antara lain terdiri dari : tymol dan kalvakrol) serta flavon polimetoksi. Tymol dalam timi berfungsi sebagai ekspektoran (mencairkan dahak) dan kalvakrol sebagai anti bakteri penyebab batuk; sedangkan flavon polimetoksi sebagai penekan batuk non narkotik, sehingga pada tanaman tersebut sekurang-kurangnya ada 3 komponen aktif yang saling mendukung sebagai antitusif. Demikian pula efek diuretik pada daun kumis kucing karena adanya senyawa flavonoid, saponin dan kalium. 3) Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga memungkinkantanamantersebutmemilikilebihdarisatuefek
  • 22. 16 Nurul Qomariah farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan daun kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (sperti pada akar kelembak). Sebagai contoh misalnya pada rimpang temu lawak (Curcumaxanthoriza) yang disebutkan memiliki beberapa efek farmakologi, antara lain : sebagaianti inflamasi (anti radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida darah),cholagogum(merangsangpengeluaranproduksicairan empedu), hepatoprotektor (mencegah peradangan hati) dan juga stomakikum (memacu nafsu makan). Jika diperhatikan setidak-tidaknya ada 2 efek yang kontradiksi, yaitu antara anti hiperlipidemia dan stomakikum. Bagaimana mungkin bisa terjadi pada satu tanaman, terdapat zat aktif yangdapat menurunkan kadar lemak/kolesterol darah sekaligus dapat bersifat memacu nafsu makan. Hal serupa juga terdapat pada tanaman kelembak (Rheum officinale) yang telah diketahui mengandung senyawa antrakinon bersifat non polar dan berfungsi sebagai laksansia (urus-urus/pencahar); tetapi juga mengandung senyawa tanin yang bersifat polar dan berfungsi sebagai astringent/pengelat dan bisa menyebabkan konstipasi untuk menghentikan diare. Lain lagi dengan buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang pernah populer karena disebutkan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Kenyataansepertiitudisatusisimerupakankeunggulan produkobattradisional;tetapidisisilainmerupakanbumerang karena alasan yang tidak rasional untuk bisa diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Terlepas dari itu semua, sebenarnyamerupakan ‘lahan subur’ bagi para peneliti bahan obat alam untuk berkiprah memunculkan fenomena ilmiah yang bisa diterima dan dipertangungjawabkan kebenaran,
  • 23. 17Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional keamanan dan manfaatnya. 4) Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degenerative Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari penyakitinfeksi(yangterjadisekitartahun1970kebawah)ke penyakit-penyakitmetabolikdegeneratif(sesudah tahun1970 hingga sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (obat modern). Pada saatitujikahanyamengunakanobattradisionalatauJamuyang efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyebab penyakit infeksi. Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes (kencing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal
  • 24. 18 Nurul Qomariah dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian), asma(sesak nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of memory). Untuk menanggulangipenyakit tersebut diperlukan pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika mengunakan obat modern dikawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat tradisional, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang ditimbulkan relatifkecilsehingga dianggap lebih aman. 2. Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapakelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme. Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangan obat tradisional ditempuh berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
  • 25. 19Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar senyawa aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar yang umum terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari senyawa-senyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut tersari. Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis komponen obat tradisional serta sebagian besar belum diketahui zat aktif masing-masing komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk ekstrak tunggal atau dibatasijumlahkomponennyatidaklebihdari5jenistanaman obat. Disamping itu juga perlu diketahui tentang asal-usul bahan, termasuk kelengkapan data pendukung bahan yang digunakan; sepertiumur tanamanyang dipanen, waktupanen, kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat dll.) yang dianggap dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi tanaman obat dan obat tradisional. Demikian juga dengan sifat bahan baku yang higroskopis dan mudah terkontaminasi mikroba, perlu penanganan pascapanen yang benar dan tepat (seperti cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan serta penyimpanan). D. Efek Samping Obat Tradisional Perlu disadari bahwa memang ada bahan ramuan obat tradisional yang baru diketahui berbahaya, setelah melewati beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahan-bahan yang bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit- penyakit tertentu dengan cara-cara tertentu pula. Secara toksikologi bahan yang berbahaya adalah suatu bahan (baik
  • 26. 20 Nurul Qomariah alami atau sintesis, organik maupun anorganik) yang karena komposisinya dalam keadaan, jumlah, dosis dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau sampai menyebabkan kematian. Suatu bahan yang dalam dosis kecil saja sudah menimbulkan gangguan, akan lebih berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu kesehatan dalam dosis besar. Akan tetapi bahan yang aman pada dosis kecil kemungkinan dapat berbahaya atau toksik jika digunakan dalam dosis besar dan atau waktu lama, demikian juga bila tidak tepat cara dan waktu penggunaannya. Jadi tidak benar, bila dikatakan obat tradisional itu tidak memiliki efek samping, sekecil apapun efek samping tersebut tetap ada; namun hal itu bisa diminimalkan jika diperoleh informasi yang cukup. Ada beberapa contoh, antara lain merica (Piperis sp.) pada satu sisi baik untuk diabetes, tetapi merica juga berefek menaikkan tekanandarah;sehinggabagipenderitadiabetsekaligushipertensi dianjurkan tidak memasukkan merica dalam ramuan jamu/ obat tradisional yang dikonsumsi. Kencur (Kaempferia galanga) memang bermanfaat menekan batuk, tetapi juga berdampak meningkatkan tekanan darah; sehingga bagi penderita hipertensi sebaik- nya tidak dianjurkan minum beras-kencur. Demikian jugadenganbrotowali(Tinosporasp.)yangdinyatakanmemiliki efek samping dapat mengganggu kehamilan dan menghambat pertumbuhan plasenta. Walaupun demikian efek samping obat tradisional tentu tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern. Pada tanaman obat terdapat suatu mekanisme yang disebut- sebut sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut, yang dikenal dengan SEES (Side Effect Eleminating
  • 27. 21Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional Subtanted). Sebagai contoh di dalam kunyit terdapat senyawa yangmerugikantubuh,tetapididalamkunyititujugaadazatanti untuk menekan dampak negatif tersebut. Pada perasan air tebu terdapat senyawa Saccharant yang ternyata berfungsi sebagai antidiabetes, maka untuk penderita diabet (kencing manis) bisa mengkonsumsi air perasan tebu, tetapi dilarang minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian dari tebu. Selain yang telah disebutkan diatas, ada beberapa tanaman obat/ramuan yang memang berefek keras atau mempunyai efek samping berbahaya terhadap salah satu organ tubuh. Selengkapnya tanaman obat tersebut seperti tersaji pada tabel berikut : Tabel 2. Tanaman Obat/Ramuan OT yang Berefek Keras (mempunyai efek samping berbahaya) No Efek terhadap Contoh tanaman obat 1. Jantung Daun digitalis, daun oleander, daun senggunggu 2. Susunan syaraf otonom Umbi gadung, biji saga, daun dan buah kecubung, daun gigil, biji jarak, daun tuba 3. Susunan Syaraf Pusat Daun koka 4. Sistem Pencernaan Biji ceguk, daun widuri 5. Saluran Pernafasan Kulit buah jambu monyet 6. Sistem Reproduksi Jungrahap, jarong, daun maja, akar kelor, buah Wanita (Abortivum) nanas muda 7. Sistem Reproduksi Pria ~ penurun libido => biji kapas ~ melemahkan spermatozoa => biji pare 8. Saluran Kencing • Diuretik kuat => daun keji beling, meniran • Memacu batu ginjal => bayam, kubis, nenas 9. Hati/Lever Konfrei, arak, daun imba 10. Meningkatkan kadar asam urat darah Mlinjo, kacang-kacangan 11. Menurunkan Jumlah Sel Ochrosia spp. Darah Putih Vinca rosea (daun tapak dara)
  • 28. 22 Nurul Qomariah Demikian juga dari suatu hasil percobaan toksisitas dan kandungan senyawa kimia yang berbahaya yang pernah dipublikasikan pada suatu artikel, antara lain menyebutkan sebagai berikut : a. Beberapa tanaman yg telah diketahui mengandung bahan yang berbahaya 1. Dari suku Euphorbiaceae : Phylanthus sp. : mengandung ester phorbol yang dinyatakan dapat merangsangvirus Epstein-Borr (dalam waktu lama menyebabkan karsinoma) Recinus comunis : bijinya mengandung protein risin, yang apabila diabsorpsi dalambentuk asli, akan meng-hambat sintesis protein, karena dapat mengacaukan proses metabolisme) Croton tiglium L. : bijinya mengandung crotin (suatu protein fitotoksin),fraksi resinnya menyebabkan radang kulitminyak croton mengandung suatu zat karsinogenik yang dapat merangsang karsinogen lemah, sehingga memacu terjadinya kanker 2. Dari suku Rutaceae : Ruta graveolens L. : mengandung glukosida kumarin (rutarin/marmesin) - mengiritasi kulit (bagi yang peka) menyebabkan lepuh-lepuh dan demam - jika infusa terminum kemungkinan bisa menimbulkan peradangan usus Tabel 3. Tanaman yang Dianggap Berbahaya (LD 50 : kecil, tetapi belum
  • 29. 23Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional diketahui kandungan mana yang mengakibatkan gejala negatif No Bahan Baku dan Familia LD-50 Tanaman Asal 1. Majakan (proses reaksi daun Fagaceae 16,45 mg/kg. BB Quercus lusitanica Roxb.) 2. Nagasari Guttiferae 20,93 mg/kg. BB (bunga Mesua ferae L.) 3. Sukmadiluwih (buah Gunera Halorrhagidace 21,91 mg/Kg.BB macrophyla Bl.) Ae 4. Sidowayah (bunga Woodfor- dia Litraceae 24,22 mg/kg.BB floribunda) 5. Kulit buah delima (Punica 28,0 mg/kg.BB granatum L.) b. Tanaman yang bersifat oksitosik (merangsang uterus), tetapi belum diketahui zat penyebabnya 1. Jungrahap (daun Beachea frutescen L. familia Myrtaceae) 2. Majakan (eksudat daun Quercus lusitanica Lamk. Familia Fagaceae) 3. Daun kaki kuda (Centela asiatica Urb.familia Umbeliferaeae) 4. Meniran (Phyllathus niruri L.familia Euphorbiaceae) 5. Umbi Angelica sinensis L. ~ ramuan yang menyebabkan cacat Kelima bahan tersebut disusun berdasarkan urutan paling kuat sifat oksitosiknya. Walaupun baru merupakan informasi percobaan pada hewan, tetapi telah memberikan petunjuk paling tidak bahwa Jungrahap yang digunakan bersamaan dengan daun sembung dan beluntas serta daun kaki kuda, mengakibatkan kematian pada induk hewan percobaan, pendarahan pada uterus dan usus, kematian janin,
  • 30. 24 Nurul Qomariah pertumbuhan janin tidak normal (lambat); meskipun dosis yang diberikan baru 10 kali lebih kecil dari dosis lazim pada manusia. Memang tidak begitu jelas adanya adisi, potensiasi atau inhibisi antara bahan-bahan diatas bila diberikan bersama. Tetapi setidak-tidaknya dari informasi tersebut kita perlu mewaspadai terutama bila digunakan untuk sesuatu yang berkaitan dengan sistem reproduksi seperti terlambat bulan/haid, jamu hamil, keputihan, sari rapet dan semacamnya. E. Penelitian Obat Tradisional/Obat Herbal Dalam rangka pengembangan dan pelestarian obat herbal yang merupakan warisan dari nenek moyang perlu adanya suata metode yang tepat dalam memajukan herbal ini agar dapat diterima di kalangan ilmiah dan bukan hanya merupakan bukti empiris. Pemilihan bahan alam untuk penelitian dapat berasal daribahanyangmempunyaiaktivitassecaratradisionaldantelah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanggulangi penyakit (etnofarmakologi). Pemilihan bahan ini lazim dilakukan karena tanpa harus melalui skrining aktivitas terlebih dahulu, sehingga penelitian langsung bisa diarahkan pada aktivitas tertentu. Sistem penelitian ini kebanyakan hanya suatu pembuktian secara ilmiah mengenai aktivitas seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat. Bahan penelitian yang dipilih berdasarkan skrining aktivitas farmakologi tertentu, maka pembuktian selanjutnya mengikuti prosedur yang ada pada literatur. Hal ini akan berbeda dengan penanganan bahan penelitian hasil skrining aktivitas farmakologi secara keseluruhan (hipokratik skrining). Skrining bahan ini dimulai pada sampel yang belum diketahui khasiatnya maka skrining aktivitas farmakologi perlu dilakukan untuk memastikan khasiat bahan. Setelah bahan ditentukan dengan
  • 31. 25Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional cermat dan matang, maka tujuan penelitian segera ditentukan untuk mengetahui arah tujuan penelitian yang jelas baik dari aspek tujuan umum maupun tujuan khususnya. Pengilmiahan herbal terdiri dari penelitian preklinis berupa uji manfaat dan uji toksisitas secara in vitro dan in vivo dan uji klinis. Uji klinis sendiri saat ini dikembangkan dengan 2 cara yaitu melalui penelitian yang berbasis pendidikan dan penelitian yang berbasis pelayanan. Pada penelitian yang berbasis pelayanan sekarang disebut sebagai saintifikasi jamu. AlurpenelitianobatbahanalampadaGambar2merupakan pola pikir penelitian obat bahan alam untuk sampai kepada kesimpulan akan manfaat obat bahan alam untuk kesehatan serta dapat diimplementasikan di dalam pengobatan maupun industri farmasi. Secara umum penelitian obat bahan alam dari segi penyelenggaranya saat ini memiliki 2 jalur penelitian dan pengembangan yaitu : 1.PenelitianBerbasisKeilmuwan(kedokerandanfarmasi) yang diselenggarakan oleh institusi perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri farmasi. 2. Penelitian Berbasis Pelayanan atau yang sekarang lebih sering disebut sebagai “Saintifikasi Jamu”, dan dapat diselenggarakan oleh praktek pribadi, klinik kesehatan atau Pelayanan Kesehatan Lainnya.
  • 32. 26 Nurul Qomariah Gambar 2. Alur Penelitian Obat Tradisional Pada prinsipnya semua jenis penelitian obat bahan alam berdasarkan pembagian di atas memiliki tahap-tahapan yang sama. Agar obat tradisional dapat diterima di pelayanan kesehatan formal/profesi dokter, maka hasil data empirik harus didukung oleh bukti ilmiah adanya khasiat dan keamanan penggunaannya pada manusia. Bukti tersebut hanya dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan secara sistematik. Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka adalah sebagai berikut. 1. Seleksi 2. Uji preklinik, terdiri atas uji toksisitas dan uji farma- kodinamik 3. Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pem-
  • 33. 27Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional buatan sediaan terstandar 4. Uji klinik a. Tahap Seleksi Sebelum memulai penelitian, perlu dilakukan pemilihan jenis obat tradisional/obat herbal yang akan diteliti dan dikembangkan. Jenis obat tradisional/obat herbal yang diprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan adalah: 1. Diharapkan berkhasiat untuk penyakit yang menduduki urutan atas dalam angka kejadiannya (berdasarkan pola penyakit) 2. Berdasarkan pengalaman berkhasiat untuk penyakit tertentu 3. Merupakan alternatif jarang untuk penyakit tertentu, seperti AIDS dan kanker. Akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk meneliti tanamanobatyangmendadakpopulerdikalanganmasyarakat. Sebagai contoh banyak penelitian belakangan ini dilakukan terhadap tanaman Mahkota Dewa (Phaleriamacrocarpa) yang diklaim antara lain bermanfaat untukpenderita diabetes melitus dan buah merah (Pandanusconoideus Lamk.) yang diklaim antara lain dapat me-nyembuhkan kanker dan AIDS. b. Tahap Uji Preklinik Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan invivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efekfarmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia. Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik
  • 34. 28 Nurul Qomariah obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk sementara satu spesies tikus atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua spesies. Uji farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada manusia, sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat keamanannya. 1. Uji Toksisitas Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, sub- kronik, kronik, dan uji toksisitas khusus yang meliputi uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD50 (lethaldose50 ) yaitu dosis yang mematikan 50% hewan coba, menilaiberbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ, dan cara kematian. Uji LD50 perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada manusia. Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut. Pada uji toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tigabulan,sedangkanpadaujitoksisitaskronikobatdiberikan selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik dan kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka lama. Lama pemberian sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama pemberian obat pada manusia (Tabel 4) Tabel 4. Hubungan Lama Pemberian Obat pada Manusia dan Lama Pemberian Obat pada Hewan Coba pada Uji Toksisitas Lama pemberian pada manusia Lama pemberian obat pada hewan coba Dosis tunggal atau <1 minggu 2 minggu – 1 bulan Dosis berulang + 1-4 minggu 4 minggu – 3 bulan
  • 35. 29Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional Dosis berulang + 1-6 bulan 3-9 bulan Dosis berulang >6 bulan 9-12 bulan Uji toksisitas khusus tidak merupakan persyaratan mutlak bagi setiap obat tradisional agar masuk ke tahap uji klinik. Uji toksisitas khusus dilakukan secara selektif bila: 1. Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang potensial menimbulkan efek khusus seperti kanker, cacat bawaan. 2. Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan usia subur 3. Obat tradisional secara epidemiologik diduga terkait dengan penyakit tertentu misalnya kanker. 4. Obat digunakan secara kronik 2. Uji Farmakodinamik Penelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut. Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional yang diuji dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada manusia. Hasil positif secara in vitro dan in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai untuk perkiraan ke-mungkinan efek pada manusia c. Uji klinik Obat tradisional Agar obat tradisional dapat menjadi fitofarmaka, maka obat tradisional/obat herbal harus dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji klinik. Seperti halnya dengan obat moderen maka uji klinik berpembanding dengan alokasi acak dan tersamar ganda (randomized double-blind controlled
  • 36. 30 Nurul Qomariah clinical trial) merupakan desain uji klinik baku emas (gold standard). Uji klinik pada manusia hanya dapat dilakukan apabila obat tradisional/obat herbal tersebut telah terbukti aman dan berkhasiat pada uji preklinik. Pada uji klinik obat tradisional seperti halnya dengan uji klinik obat moderen, maka prinsip etik uji klinik harus dipenuhi. Sukarelawan harus mendapat keterangan yang jelas mengenai penelitian dan memberikan informed-consent sebelum penelitian dilakukan. Standar- disasi sediaan merupakan hal yang penting untuk dapat menimbulkan efek yang terulangkan (reproducible). Uji klinik dibagi empat fase yaitu: FaseI:dilakukanpadasukarelawansehat,untukme-nguji keamanan dan tolerabilitas obat tradisional Fase II awal : dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas, tanpa pembanding Fase II akhir : dilakukan pada pasien jumlah terbatas, dengan pembanding Fase III : uji klinik definitif FaseIV:pascapemasaran,untukmengamatiefeksamping yang jarang atau yang lambat timbulnya Obat tradisional yang sudah lama beredar luas di masyarakat dan tidak menunjukkan efek samping yang merugikan, setelah mengalami uji preklinik dapat langsung dilakukan uji klinik dengan pembanding. Untuk obat tradisional yang belum digunakan secara luas harus melalui uji klinik pendahuluan (fase I dan II) guna mengetahui tolerabilitas pasien terhadap obat tradisional tersebut. Berbeda dengan uji klinik obat modern, dosis yang digunakan umumnya berdasarkan dosis empiris tidak
  • 37. 31Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional didasarkan dose-ranging study. Kesulitan yang dihadapi adalah dalam melakukan pembandingan secara tersamar dengan plasebo atau obat standar. Obat tradisional mungkin mempunyai rasa atau bau khusus sehingga sulit untuk dibuat tersamar. Saat ini belum banyak uji klinik obat tradisional yang dilakukan di Indonesia meskipun nampaknya cenderung meningkat dalam lima tahun belakangan ini. Kurangnya uji klinik yang dilakukan terhadap obat tradisional antara lain karena: 1. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan uji klinik 2. Uji klinik hanya dapat dilakukan bila obat tradisional telah terbukti berkhasiat dan aman pada uji preklinik 3. Perlunya standardisasi bahan yang diuji 4. Sulitnya menentukan dosis yang tepat karena penentuan dosis berdasarkan dosis empiris, selain itu kandungan kimia tanaman tergantung pada banyak faktor. 5. Kekhawatiran produsen akan hasil yang negatif terutamabagiprodukyangtelahlakudipasaran Setelah melalui penilaian oleh Badan POM, dewasa ini terdapat sejumlah obat bahan alam yang digolongkan sebagai obat herbal terstandar dan dalam jumlah lebih sedikit digolongkan sebagai fitofarmaka.
  • 38. 32 Nurul Qomariah Latihan Jawablah pertanyaan berikut secara mandiri! 1. Jelaskan menggunakan bahasa Anda mengenai definisi obat tradisional! 2. Jelaskan bagaimana klasifikasi obat tradisional yang beredar di Indonesia! 3. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari obat tradisional dibandingkan obat modern? Jelaskan! 4. Bagaimana efek samping dari penggunaan obat tradisional? 5. Jelaskan tahap-tahap penelitian pengembangan obat tradisional di Indonesia! Tugas Kelompok 1. Carilah minimal 5 ramuan obat tradisional khas Kalimantan Tengah! 2. Carilah jurnal penelitian sebagai contoh dari tiap tahap penelitian pengembangan obat tradisional di Indonesia, kemudian aplikasikan metode yang digunakan sebagai rancangan penelitian ramuan obat tradisional khas Kalimantan Tengah yang telah kalian temukan!
  • 39. 33 BABII BahanBakuObatTradisional Tujuan instruksional umum : Memahami tentang bahan baku obat tradisional berupa simplisia dan ekstrak Tujuan Instruksional khusus : 1.Memahamiprosesbudidayatanamanobatberdasarkan GAP (Good Agricultural Practice) 2. Memahami penerapan GMP (Good Manufacturing Practice) dalam proses pengolahan herbal terstandar Pokok pembahasan : A. Pengertian Obat Tradisional dan Obat Bahan Alam B. Penyediaan Bahan Baku Obat Tradisional C. Budidaya Tanaman Obat D. Pengolahan Raw Material Menjadi Herbal Terstandar Obat tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad untukpemeliharaandanpeningkatankesehatansertapencegahan dan pengobatan penyakit. Penggunaan obat dan pengobatan tradisional menjadi salah satu upaya pembangunan kesehatan yang dipilih masyarakat. Pemeliharaan dan peningkatan
  • 40. 34 Nurul Qomariah kesehatan merupakan upaya lintas sector yang melibatkan pemerintah, akademis, dunia usaha maupun masyarakat, sehingga diperlukan kolaborasi yang dinamis untuk mendukung kesejahteraan bersama (Departemen Kesehatan RI, 2008; BPOM, 2006). Obat asli adalah suatu obat bahan alam yang ramuannya, cara pembuatannya, pembuktian khasiatnya dan keamanan serta cara penggunaannya dilakukan berdasarkan pengetahuan tradisional penduduk asli setempat. Obat bahan alam adalah semua obat yang dibuat dari bahan alam yang dalam proses pembuatannya belum sampai pada isolate murni maupun hasil pengembangan dari isolate tersebut. Obat bahan alam dapat merupakan hasil penemuan baru sama sekali, obat asli dan obat tradisional serta hasil pengembangan dari obat asli atau obat tradisional tersebut (BPOM, 2006). Obat tradisional menurut WHO, harus memenuhi criteria telah digunakan secara turun-temurun selama 3 generasi dan telah terbukti aman dan bermanfaat. A. Pengertian Obat Tradisional dan Obat Bahan Alam Menurut Permenkes No 246/Menkes/Per/V/1990 yang dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahanyangberupabahantumbuhan,bahanhewan,bahanmineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sedangkan yang dimakasud dengan Obat Bahan Alam adalah semua jenis sediaan bahan alam yang belum sampai pada isolate murni. Menurut Keputusan Badan POM Nomor : HK.00.05.4.2411 tahun 2006, yang termasuk ke dalam obat bahan alam Indonesia ada 3 kategori yaitu Jamu, Obat
  • 41. 35Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, yang telah dibahas di bab sebelumnya. B. Penyediaan Bahan Baku Obat Tradisional Bahan baku obat akan mempengaruhi kualitas simplisia atau ekstrak yang dihasilkan. Pengelolaan bahan baku dimulai sejak proses budidaya di lapangan, hingga proses pengelolaan panen dan pasca panen. Budidaya tanaman harus berdasarkan GAP (Good Agricultural Practices) (Tilaar M. et al, 2010). GAP adalah suatu pedoman dalam “praktik pertanian yang baik dan benar” untuk memperoleh hasil panen yang optimal, bermututinggi,terjamin,aman,efisien,berwawasanlingkungan, dan dapat dirunut kembali (treacealbe) asal-usul dan proses yang dilalui sebelum diperdagangkan dan digunakan. Pedoman tersebut merupakan seperangat prinsip dan prosedur yang digali dari tradisi pertanian yang ada dan adopsi gagasan dan inovasi teknologi untuk pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Collega of Agriculture) C. Budidaya Tanaman Obat Tanaman obat dapat dibudidayakan untuk mendapatkan hasil yang optimal, hingga tercapai kandungan zat aktif dalam jumlah tertentu. Obat herbal biasanya memerlukan pemanenan mekanis yang sederhana dengan penyimpanan yang baik. Sifat lain yang diinginkan adalah perolehan yang tinggi, resisten terhadap pathogen (serangga, kutu, jamur, bakteri dan virus), hal yangbisaberulang,adaptasiyangbaikdenganlokasi,kandungan air rendah (memudahkan proses pengeringan) dan stabilitas organ tanaman (Heinrich et.al, 2010). Tanaman budi daya diharapkan akan dapat meningkatkan mutu simplisia dengan cara (Goeswin, 2007) :
  • 42. 36 Nurul Qomariah 1. Pemilihan bibit unggul sehingga simplisia yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang tinggi. 2. Pengolahan tanah, pemilihan, pemupukan, dan perlindungan tanaman dapat dilakukan secara seksama dengan menggunakan teknologi agroindustri yang maju. 1. Pemilihan Bibit Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya tanaman. Budidaya tanaman sebenarnya telah dimulai sejak memilih bibit tanaman yang baik, karena bibit merupakan obyek utama yang akan dikembangkan dalam proses budidaya selanjutnya. Selain itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari induknya yang menentukan sifat tanaman setelah berproduksi. Oleh karena itu untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat diperoleh dengan memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat tersebut. Pemilihan bibit tanaman obat terdiri dari 2 aspek yaitu pemilihan varietas unggul untuk tanaman obat yang memliki bahan baku yang unggul dengan kandungan tertentu dan identitas botani yang memiliki kandungan tertentu yang memiliki efek farmakologi. Sebagai upaya menjaga kualitas unggul dari tanaman obat maka dilakukanlah perbanyakan dari bibit tanaman obat. Perbanyakantanamandapatdilakukansecaragenerative (dengan biji) dan secara vegetative (dengan stek, cangkok, okulasi, runduk dan kultur jaringan). Bibit yang digunakan untuk mendapatkan suatu jenis tanaman tertentu juga akan
  • 43. 37Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional menentukan kualitas simplisia atau ekstrak yang dihasilkan. Bibit yang bagus akan mempengaruh dalam hal kandungan senyawa aktif yang optimal (Departemen Kesehaan RI, 2000). 2. Pemanenan Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan atau penentuan saat panen secara tepat sangat berarti. Tanaman obat haruslah dipanen sepanjang waktu- waktu tertentu (musim yang optimal) untuk memastikan hasil produksi hasil akhir tanaman obat tersebut memiliki kwalitas yang terbaik. Waktu untuk pemanenan tergantung dari tanaman dan bagian tanaman yang akan dipanen, dan biasanya rincian cara pemenenan masing-masing tanaman obat ada pada pharmacophe, standarisasi, monograf yang ada di masing-masing negara. Secara umum yang sudah diketahui bahwa konsentrasi dari kandungan aktif dari tanaman obat berfariasi tergantung dari stadium dari pertumbuhan dan perkembangannya. Waktu pemanenan haruslah ditentukan berdasarkan waktu terbaik dimana kualitas dan jumlah dari kandunganzataktifnyatinggipadasaatitu.Selamapemanenan perhatian perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada bahan lain, rumput-rumputan liar, atau tanaman lain yang bercampur dengan tanaman obat pada saat pemanenan. Tanaman obat haruslah dipanen pada kondisi yang terbaik, harus menghindari embun hujan atau kelembaban yang tinggi. Bila pemanenan memerlukan kondisi yang kering, tanaman yang dipanen haruslah diangkut secepatnya ke dalam fasilitas pengeringan di dalam ruangan untuk
  • 44. 38 Nurul Qomariah mempercepat pengeringan untuk mencegah kemungkinan efek yang merusak yang disebabkan oleh karena peningkatan level kelembaban yang dapat meningkatkan fermentasi dari jasad renik dan jamur. Alat pemotong, pemanen dan mesin-mesin lainnya haruslah dijaga tetap bersih untuk mengurangi kerusakan dan kontaminasi dari tanah dan material lainnya. Mesin haruslah disimpan ditempat yang tidak terkontaminasi dan kering atau fasilitas yang bebas dari serangga, tikus, burung dan hama lainnya, dan tidak dapat dilalui oleh ternak dan hewan lainnya. Kontak dengan tanah haruslah dihindarkan untuk menghindari perluasan kemungkinan adanya perkemangan jasada renik pada material tanaman obat. Tanaman obat yang dipanen haruslah diangkut dalam keadaan bersih dan kondisi kering dan harus dimasukan ke dalam keranjang yang bersih, kantong kering, trailer, gerobak atau container yang lain dan dibawa ke titik penjemputan untuk dibawa ke fasilitas pemrosesan berikutnya. Semua kontainer yang digunakan pada pemanenan haruslah dijaga tetap bersih dan bebas dari kontaminan yang berasal dari tanaman yang dipanen sebelumnya atau material asing lainya. Jika container sedang tidak digunakan maka haruslah tetap dijaga dalam kondisi kering dalam area yang terlindung dari serangga, tikus, burung dan hama lainnya, dan juga tidak bisa dilalui oleh ternak atau hewan lainnya. Pada dasarnya tujuan penanganan dan pengelolaan saat panen adalah sebagai berikut : a. Untuk memperoleh bahan baku yang memenuhi standar mutu. b.Menghindariterbuangnyahasilpanensecarapercuma
  • 45. 39Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional serta mengurangi kerusakan hasil panen. c. Agar semua hasil panen dapat dimanfaatkan sesuai harapan. Pengambilan simplisia atau bagian tanaman yang berkhasiat obat dari tanamannya hendaknya dilakukan secara manual (dengan tangan), tidak perlu menggunakan mesin, terutama agar persyaratan-persyaratan simplisia yang dikehendaki dapat terpenuhi. (Kartasapoetra, 1996) Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan itu adalah masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut : a. Biji: pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah. b. Buah: pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak (misalnya Piper nigrum), setelah benar-benar masak (misalnya adas), atau dengan cara melihat perubahan warna/bentuk buah yang bersangkutan (misalnya jeruk, papaya) c. Bunga: pemanenan bunga dapat dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup (sepertipadamelati),atausaatbungasudahmulaimekar (misalnya mawar), tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. d. Daun atau herba: panen daun dilakukan pada saat prosesfotosintesisberlangsungmaksimal,yangditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Pengambilan pucuk daun dianjurkan
  • 46. 40 Nurul Qomariah pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua. e.Kulitbatang:pemanenankulitbatanghanyadilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau. f. Umbi lapis: panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan g. Rimpang: panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau. h. Akar: panen akar dilakukan pada saat prses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan terhadap akar umumnya akan mematikan tanaman yang bersangkutan. 3. Penanganan Pasca Panen Adapun tujuan pengelolaan pascapanen tanaman obat dapat dirangkum sebagai berikut: a. Mencegah kerugian karena perlakuan prapanen yang tidak tepat. b. Menghindari kerusakan akibat waktu dan cara panen yang tidak tepat. c. Mengurangi kerusakan pada saat pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan saatpendistribusian hasil panen. d. Menghindari kerusakan karena teknologi pascapanen yang kurang tepat. e. Menekan penyusutan kuantitatif dan kualitatif hasil. f. Terjaminnya suplai bahan baku produksi tanaman obat meskipun tidak pada musimnya. g. Pengolahan limbah yang dapat memberikan nilai tambah bagi produsen simplisia, contoh sisa-sisa
  • 47. 41Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional hasil pengolahan simplisia untuk pembuatan pupuk kompos. h. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan menjamin kelestariannya. Kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman obat menunjukkan suatu sistem yang kompleks serta melibatkan banyak faktor, baik teknis, sosial budaya, dan ekonomi. Melihat hubungan yang saling berkait dan kompleks tersebut maka diperlukan peran pemerintah danswasta secara aktif dalam membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan tanaman obat. Penanganan pasca panen dapat dibagi menjadi berikut (Gunawan & Mulyani, 2004: a. Sortasi basah: pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. b. Pencucian: untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama untuk bahan-bahan yang berasal dari dalamtanahdanbahanyangtercemarpestisida. c. Pengubahan bentuk: untuk memperluas permukaan bahan baku, meliputi beberapa perlakuan seperti perajangan, pengupasan, pemiprilan (pada jagung), pemotongan dan penyerutan. d. Pengeringan e. Sortasi kering: bahan dipilih setelah dikeringkan f. Pengepakan dan penyimpanan D. Pengolahan Raw Material menjadi Herbal terstandar (Penerapan GMP) Penerapan Good Manufacturing Practice (GMP) dalam proses pengolahan raw material menjadi bahan baku dasar
  • 48. 42 Nurul Qomariah herbal merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kualitas produk jadi suatu herbal sehingga jumlah kandungan zat aktif tidak terganggu dan khasiat dari herbal tersebut dapat terjada. Jenis-jenis bahan dasar herbal dapat berupa simplisia, ekstrak herbal, dan Minyak Atsiri. 1. Simplisia Simplisia adalah bahan alam yang belum mengalami perubahanapapunkecualipengeringan.Penanganansimplisia harus memenuhi persyaratan bahan dan cara penanganan atau penyimpanan bahan, pengolahan dan cara pengemasan serta penyimpanan simplisia. Sumber simplisia tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau tanaman hasil budidaya (kultivasi). Tumbuhan liar umumnya kurang baik dijadikan sumber simplisia dibandingkan dengan tanaman budidaya karena (Goeswin, 2007): a. Usia atau bagian tumbuhan yang diproses tidak tepat, seringsangatberbeda,sehinggamempengaruhikandungan senyawa aktif. b. Jenis/spesies tumbuhan yang dipanen bila kurang diperhatikan secara seksama maka simplisia yang diperoleh tidak seragam. Apalagi jika yang memanen orang awam, maka bentuk yang mirip kemungkinan akan sulit dibedakan. c. Tempat tumbuh yang berbeda (kualitas tanah, kadar air, sinar matahari dan sebagainya) dapat mempengaruhi kandungan senyawa aktifnya. 1.1 Penanganan Simplisia Simplisia-simplisia yang telah diambil/dipetik/
  • 49. 43Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional dipungut pada umumnya harus segera dikeringkan sampai derajat kering tertentu (90% sampai 95%), dengan demikian akan mudah dihaluskan (kecuali bahan-bahan yang akan disuling diambil minyaknya). Pengeringan dapat dilakukan langsung dibawah teriknya sinar matahari, diangin-anginkan atau dipanaskan pada suhu tertentu dalam ruang pengeringan 60o C, buah panili sebelum dikeringkan harus mendapat pengolahan terlebih dahulu dan sebagainya. Simplisia yang sudah dikeringkan, lalu ditempatkan dalam satu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur satu sama lain. Faktor-faktor pada waktu pengepakan dan penyimpanan simplisia seperti cahaya, oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia antara senyawa aktif dan wadah, penyerapan air, proses dehidrasi serta pengotoran dan atau pencemaran oleh serangga, kapan, dan sebagainya dapat mempengaruhi keadaan simplisia. Pada gudang-gudang industry jamu, wadah simplisia yang umum dipakai adalah karung goni, plastic,petikayu, karton, kalengdan aluminium. Bahan cair disimpan dalam botol kaca dan atau guci porselen, sementara untuk bahan beraroma digunakan peti kayu yang dilapisi timah atau kertas timah. Penangananpembuatansimplisiamulaidaripemanenan sampai pasca panen sudah dijelaskan di atas. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai penanganan pengolahan tanaman obat sesudah dipanen sampai dibentuk simplisia. Prosesnya adalah sebagai berikut : a. Penyortiran (Sortir Basah) Penyortiran basah dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau
  • 50. 44 Nurul Qomariah bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan. b. Pencucian Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikriba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian perhatikan air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larutnya atauterbuangnyazatyangtekandungdalambahan.Pencucian bahandapatdilakukandenganbeberapacaraantaralain: 1) Perendaman Bertingkat Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dan lain-lain. Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat prendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilngkan langsung dengan tangan. Metode ini akan menghematpenggunaanair,namunsangatmudahmelarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
  • 51. 45Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional 2) Penyemprotan Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi, dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air yang bertekanan tinggi. Untuk lebih meyakinkan kebersihannya, kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya menggunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang atau larutnya kandungan dalam bahan. 3) Penyikatan (manual maupun otomatis) Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diperhatikan kerbersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pembilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat. Metode pencucian ini dapat menghasilkan bahan yanga lebih bersih dibandingkan dengan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusakan bahan, sehingga merangsang pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme. c. Penirisan/Pengeringan Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak- rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang penjemuran dilakukan selama 4 – 6 hari. Selesai pengeringan dilakuakn kembali penyortiran apabila bahan langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan. Contohnya untuk rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai
  • 52. 46 Nurul Qomariah standar perdagangan, karena mutau bahan menentukan harga jual. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut : MutuI:Bobot250gr/rimpang,kulittidakterkelupas,tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur. Mutu II: Bobot 150 – 249 gr/rimpang, kulit tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur. Mutu III: Bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%. d. Perajangan Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanannya. Perajangan biasa hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak sperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi jamur. Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 – 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 – 5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya membujur
  • 53. 47Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang (slice). e. Pengeringan Pengeringan merupakan suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama. Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan harus diperhatikan. Suhu pengeringan tergantung dari bahan yang akan dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan antara 40-60o C dana hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia dengan kadar air 10%. Demikian juga dengan waktu pengeringan pada tiap bahan berbeda tergantung dari bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu atau bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan, (khususnya pengeringan dengan menggunakan sinar matahari), kelembaban udara, dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Pengeringan dapat dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan sinar matahari atau dengan cara modern dengan menggunakan alat pengering seperti oven, rak pengering, blower, atau dengan fresh dryer. Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan sinar matahari, oven, bolwer dan fresh dryer pada suhu 30-50o C. Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Pengeringandapatmenyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzimatis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi.
  • 54. 48 Nurul Qomariah Ciri-ciri pengeringan sudah berakhir apabila daun ataupun temu-temuan sudah dapat dipatahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadarair8–10%.Denganjumlahkadarairtersebutkerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan maupun waktu penyimpanan, f. Penyortiran (Sortir Kering) Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-bendaasingyangterdapatpadasimplisia,misalnyaakar- akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyrotiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan, atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran, simplisia ditimbang untuk mengetahui rendeman hasil dari proses pasca panen yang dilakukan. g. Pengemasan Pengemasandapatdilakukanpadasimplisiayangsudah dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada saat pengankutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada setiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomer kode produksi, nama dan alamat penghasil, berat bersihm dan metode penyimpanan.
  • 55. 49Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional h. Penyimpanan Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa padasuhukamar,ataupundiruanganberAC(airconditioner). Ruang penyimpanan haruslah bersih, udaranya cukup kering, dan berventilasi udara. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Sebelum penyimpanan ada hal-hal utama yang harus diperthatikan yaitu : a. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik. b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuk air hujan. d. Suhu gudang tidak melebih 30o C. e. Kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65o C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutubahandalambentuksegarmaupunkering. f. Masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah. g. Masuknya hewan, serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan harus dicegah. 1.2 Pemeriksaan Mutu Pemeriksaan mutu simplisia : 1. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku resmi yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI seperti Farmakope Herbal Indonesia dan Materia Medika Indonesia. Jika tidak tercantum, maka
  • 56. 50 Nurul Qomariah harus memenuhi persyaratan sesuai monografinya. 2. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu harus diperbaharui. 3.Harusdilakukanpemeriksaanmutufisismeliputi: a. Kurang kering atau mengandung air b. Termakan serangga atau hewan lain c. Ada tidaknya pertumbuhan kepang, dan d. Perubahan warna atau perubahan bau 4. Dilakukan pemeriksaan lengkap berupa : a. Pemeriksaan organoleptik: meliputi pemeriksaan warna, bau, rasa b. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik c. Pemeriksaan fisika dan kimiawi d.Uji biologi,penerapanangkakuman,pencemarandan percobaan terhadap binatang Untuk mendapatkan kualitas tanaman obat yang terbaik, maka perlu dilakukan hal berikut : a. Sumber bahan baku jelas dengan waktu dan cara panen yang tepat. b. Penyediaan dan pengerjaan bahan meliputi sortasi, pembersihan, pengubahan bentuk, pengeringan, pengepakan dan penyimpanan dilakukan sesuai dangan standar prosedur baku. c. Pengawetan dan penyimpanan dilakukan dengan tepat agar tidak tercampur dengan bahan lainnya serta dijaga dari pencemaran yang dapat terjadi. 2. Ekstrak Berdasarkan buku Farmakope Indonesia Edisi 4, dikatakanbahwaekstrakadalahsediaankentalyangdiperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati
  • 57. 51Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan cara pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas (Departemen Kesehatan RI, 2000). Ekstrak cair adalah sediaan cair simpllisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain padamasing-masingmonografi,tiapmLekstrakmengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening diendap-tuangkan (dekantasi). Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai (Departemen Kesehatan RI, 2000) 2.1. Ekstraksi Ektrak tanaman obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produkjadi.Ekstraksiadalahpenyarianzat-zatberkhasiatatau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik
  • 58. 52 Nurul Qomariah komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. 2.1.1 Jenis-Jenis Ekstraksi Jenisekstraksibahanalamyangseringdilakukanadalah ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan alat soxhlet. a. Maserasi Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia dengan derajat yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi kembali dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan. Keuntungan menggunakan ekstraksi dengan metode ini adalah peralatannya sederhana. Kerugiannya waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, solvent yang digunakan lebih banyak, dan metode ekstraksi ini tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras, contohnya adalah benzoin, tiraks dan lilin. b. Perkolasi Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok, menggunakan
  • 59. 53Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya. Keuntungan ekstraksi dengan menggunakan metode perkolasi adalah tidak memerlukan langkah tambahan karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Sedangkan kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas apabila dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut akan menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien. c. Refluks Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
  • 60. 54 Nurul Qomariah manipulasi dari operator. d. Soxhletasi Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih. Uap penyari akan naik melalui pipa samping, kemudian diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon. Keuntungan menggunakan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur ang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, hanya menggunakan pelarut yang lebih sedikit, suhu pemanasan dan waktu pemanasannya dapat diatur. Sedangkan kerugiannya adalah ekstrak yang terkumpul di baian bawah wadah dipanaskan terus menerus karena pelarut didaur ulang. Proses ini dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, jumlah senyawa yang diekstraksi akan melampaui tingkat kelaruttannya dalam pelarut tertentu, sehingga dapat megendap dalam wadah dan dibutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya, untuk skala besar, pelarut yang digunakan adalah pelarut dengan titik didih yang tidak terlalu tinggi, contohnya methanol dan air. e. Penyulingan dengan Destilasi Uap Ekstraksi dengan menggunakan metode penyulingan uap ini digunakan untuk mendapatkan tanaman obat yang
  • 61. 55Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional mengandung minyak atsiri yang mudah menguap, seperti minyak essesntial dari tanaman. Prinsipnya adalah Proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masing- masing komponen. Prisnsip kerjanya adalah sebagai berikut : a. Ketel uap dan penyulingan terpisah. b. Ketel uap yang berisi air dipanaskan dan uapnya dilairkan ke ketel penyulingan yang berisi bahan baku c. Partikel minyak terbawa uap dan dialirkan dalam pendingin kemudian dipisahkan. Keuntungan dari destilasi uap ini adalah kualitas minyak yg dihasilkan paling baik. Kerugiannya adalah perlu biaya besar karena setidaknya butuh dua ketel dan umumnya dilakukan oleh pabrikan yang besar. 2.1.2 Proses Ekstraksi Proses pembuatan ekstrak dimulai dari menghaluskan simplisia kasar menjadi serbuk, kemudian dicampur dengan pelarut.Setelahdipisahkan,kemudiandipekatkandanterakhir dikeringkan. a. Pembuatan Serbuk Simplisia Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk dari simplisia kering dengan peralatan tertentusampaiderajatkehaluasntertentutanpamenyebabkan kerusakan kandungan kimia (BPOM, 2006). b. Cairan Pelarut Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang
  • 62. 56 Nurul Qomariah berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilahan cairan penyari adalah berdasarkan selektivitas cairan, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan, ekonomis dan ramah lingkungan serta aman digunakan (Departemen Kesehatan RI, 2000). Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alcohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanl (alcohol turunanya), heksana (hidrokarbon, aliphatic), toluene (hidrokarbon aromatic), kloroform (dan segolongannya), aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi). Khususnya methanol, dihindari penggunaannya karena sifatnya yang toksik akut dan kronik (Departemen Kesehatan RI, 2000). c. Separasi dan Pemurnian Bertujuan untuk menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa mempengaruhi senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni (Departemen Kesehatan RI, 2000). d. Pemekatan/Penguapan (Vaporasi dan Evaporasi) Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi kering, ekstrak hanya menjadi kental/pekat (Departemen Kesehatan RI, 2000). Untuk meningkatan
  • 63. 57Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional kecepatan penguapan diaplikasikan system vakum tanpa menyebabkan gangguan pada material sensitive panas (Goeswin, 2007). e. Pengeringan Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses, tergantung proses dan peralatan yang digunakan (Departemen Kesehatan RI, 2000). Ada beberapa alat yang dapat digunakan (Goeswin, 2007): a) Pengeringan baki (tray dryer) Ini merupakan pengering yang paling sederhana dan murah, berupa lemari yang didalamnya dapat disusun seperangkat baki yang mengandung / menyimpan ekstrak yang akan dikeringkan. Udara dipanaskan dengan uap / pemanas elektrik pada temperature terkendali, dan ditiupkan di atas permukaan baki. Setelah beberapa waktu, baki dikeluarkan dari lemari. Bahan didinginkan dan dipisahkan, lalu diserbukkan menjadi serbuk halus. b) Pengeringan vakum (vacuum dryer) Ekstrak dipanaskan dengan uap bersuhu rendah. Ekstrak mengalami subjek vakum sehingga penguapan efektif, sekalipun pada suhu rendah. Pada akhir proses, material menjadi kering, lalu dikeluarkan dari alat, kemudian diserbukkan menjadi serbuk halus. c) Pengeringan semprot (spray dryer) Peralatan ini paling sesuai untuk pengeringan ekstrak yang secara esensial akan menghasilkan produk mengalir bebas dan nonhigroskopis. Pengering jenis ini merupakan systempengeringankontinu,efisientermel,danmenghasilkan produk dalam lingkungan bersih tanpa ada penanganan
  • 64. 58 Nurul Qomariah manusia secara manual. f. Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal (Departemen Kesehatan RI, 2000). 2.2. Standarisasi Simplisia dan Herbal Produk herbal dan simplisia selain cara pengolahannya yang terstandar produk akhir dari Simplisia atau herbal harus jugamemenuhisstandarmutuyangsudahditetapkan.Dengan standarisasi mutu ini maka produk herbal dan simplisia dapat bersaing di perdagangan nasional maupun internasional dan dapat menjadikan produk yang mempunyai khasiat yang sesuai dengan tanaman yang sudah dibuat simplisia ataupun herbal terstandar. 1. Standarisasi Simplisia Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum (nonspesifik) suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, distribusi) Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi Quality-Safety- Efficacy Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap respon biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Depkes RI, 1985). Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standardisasi suatu simplisia. Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter
  • 65. 59Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut: a. Kebenaran simplisia Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri- ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia. b. Parameter non spesifik Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu, kadar air, kadar minyak atsiri, penetapan susut pengeringan. c. Parameter spesifik Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimiadarisimplisia.Ujikandungankimiasimplisiadigunakan untukmenetapkankandungansenyawatertentudarisimplisia. Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis (Depkes RI, 1985). 2. Standarisasi Ektraks Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat
  • 66. 60 Nurul Qomariah mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementaradosisyangdiinginkanterpenuhi,sertaekstrakyang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain. a. Parameter Non Spesifik 1) Susut Pengeringan Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105o C selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/ atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000). 2) Bobot Jenis Parameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000). 3) Kadar air Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000). 4) Kadar abu Parameterkadarabumerupakanpernyataandarijumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari
  • 67. 61Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional sisa pemijaran (Depkes RI, 2000). b. Parameter Spesifik 1) Identitas Identitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Deskripsi tata nama: Nama Ekstrak (generik, dagang, paten) Nama latin tumbuhan (sistematika botani) Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,) Nama Indonesia tumbuhan Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai tujuantertentuuntukmemberikanidentitasobyektifdarinama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000). 2) Organoleptik Parameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000). 3) Kadar sari Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995).
  • 68. 62 Nurul Qomariah 4) Pola kromatogram Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000). 2.3 Parameter Uji Ekstrak Parameter uji ekstrak dapat dibedakan atas parameter spesifik dan parameter non spesifik. Disamping parameter uji ekstrak, juga ada uji kandungan kimia ekstak. Uji kandungan kimia ekstrak dapat menggunakan pola kromatogram, kadar total golongan kandungan kimia, dan kadar kandungan kimia tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2000). Parameter spesifik adalah untuk melihat indentitas ekstrak, organoleptik, senyawa terlarut dalam pelarut tertentu. Parameter non spesifik terdiri atas parameter yang mempunyai batasan berbeda pada setiap ekstrak seperti kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, ataupun sama seperti sisa pelarut organic, residu pestisida untuk fosfor dan klor organic, cemaran logam berat dan cemaran mikroba (Departemen Kesehatan RI, 2000). Batasan pada parameter non spesifik tersebut adalah (BPOM, 2006): a. Sisa pelarut organic yaitu tidak boleh dari 1,0%. b. Residu pestisida untuk fosfor dan klor organic harus kurang dari 5 µg/kg. c. Cemaran logam berat : Pb harus kurang dari 10 mg/kg, Cd harus kurang dari 0,3 mg/kg, dan As harus kurang dari 5 µg/kg. d. Cemaran mikroba : angka lempeng total harus kurang
  • 69. 63Formulasi Teknologi Sediaan Obat Tradisional dari 104 kol/g, angka kapang/khamir harus kurang dari 103 kol/g, MPN koliform harus negative, dan mikroba pathogen harus negatif. 2.4 Uji Keamanan Keharusan adanya data uji farmakologi, uji toksisitas dan uji klinis mulai diberlakukan dengan keluarnya UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, agar obat tradisional lebih mampu bersaing dengan obat modern dan secara medic lebih dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya. Uji toksisitas diperlukan untuk menilai keamanan suatu obat maupun bahan yang digunakan sebagai suplemen atau makanan. Berdasarkan lama paparan dan dosis diketahui ada 3 tingkatan uji toksisitas, yaitu akut, sub kronik dan kronik. Uji toksisitas akut digunakan untuk menilai sifat toksik suatu bahanujidenganpemberiansuatubahansampeldosistunggal dalam waktu singkat (akut), biasanya 24 jam. Uji toksisitas sub-kronik dilakukan dengan pemberian suatu bahan sampel dengan dosis berulang selama jangka waktu kurang dari 3 bulan. Uji toksisitas kronik dilakukkan seperti sub kronik tetapi dengan waktu lebih dari 3 bulan. Uji toksisitas sub kronik dan kronik tetap diperlukan walaupun diketahui bahan uji memiliki kadar toksisitas rendah. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya efek toksik terhadap organ tubuh jika digunakan dalam waktu lama. 2.5 Proses Pembuatan Sediaan Pembuatan sediaan obat herbal memiliki tahapan seperti halnya obat konvensional meliputi desain formula, praformulasi, formulasi dan evaluasi. Industri herbal dan industrykosmetikharusmemilikisertifikasiyangmenyatakan bahwa mereka dapat menghasilkan sebuah produk yang
  • 70. 64 Nurul Qomariah terjamin keamanan, khasiat dan kualitasnya. Prosedur dan formula pembuatan, termasuk jumlah eksipien yang digunakan harus diuraikan secara rinci. Spesifikasi produk jadi harus dijelaskan. Metode identifikasi dan jika memungkinkan penetapan konsentrasi secara kuantitatifbahantanamandalamprodukjadiharusdipaparkan. Jika identifikasi zat aktif utama tidak memungkinkan, cukup dengan mengidentifikasi bahan atau campuran bahan yang khas (misalnya karateristik fingerprint dengan kromatografi inframerah) untuk memastikan keseragaman mutu produk. Produk jadi harus memenuhi persyaratann umum untuk bentuk sediaan tertentu (Hanif, 2007). Desain formulasi obat herbal, sama seperti desain formulasi obat konvensional, meliputi 3 (tiga) komponen utama yang harus ada yaitu zat aktif, eksipien utama dan eksipien pendukung serta komponen tambahan yaitu labeling dan pengemasan. Zat aktif yang digunakan, dapat dalam bentuk ekstrak kering, ekstrak kental, ekstrak cair, simplisia kering dan simplisia basah. Eksipien utama mencakup bahan pengisi, pengikat, penghancur, lubrikan (pelincir), antiadherentdanglidan.Eksipienpendukungsepertipewarna, pengawet, antioksidan, chelating agent. Tahap preformulasi meliputi penyusunan formula, persiapan produksi, persiapan evaluasi, persiapan pengemas dan persiapan label. Pada tahap preformulasi dilakukan pengkajian untuk mengumpulkan data-data dasar tentang karakteristik fisika dan kimia obat yang dibuat menjadi bentuk sediaan farmasi tersebut. Bentuksediaanobatherbaldibagimenjadi3(tiga)yaitu