SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
Download to read offline
FISIOLOGI
H E W A N
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Ketentuan Pidana
Pasal 113 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
PENERBIT PT KANISIUS
FISIOLOGI
H E W A N
Wiwi Isnaeni
EDISI
REVISI
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan (Edisi Revisi)
1019002099
©2019 PT Kanisius
PENERBIT PT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.co.id
Website: www.kanisiusmedia.co.id
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 23 22 21 20 19
Pengarang : Wiwi Isnaeni
Editor : Cicilia Heni
Desainer isi : Kartika
Desainer cover : Hermanus Yudi
ISBN 978-979-21-6271-4
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa
pun, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
5
Kusampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Ayah bundaku tercinta, Ayahanda Soedjono (alm) dan Ibunda
Mukninah atas cinta kasih yang tulus dan suci serta bimbingan yang
tiada akhir.
2. Suami tercinta (Mirwan alm.), para buah hatiku terkasih yang sholeh
dan sholehah: Angga, Ima dan Izza; yang selalu berbakti dengan
tulus dan sabar; serta semua cucuku tersayang: Alia, Rizqi, Arfa,
Rahma, Alma, dan Akmal yang telah memperindah hidup ini.
3. Para guruku di SD, SMP, dan SMA (SMPP) di Banyumas, serta pada
dosenku di Yogyakarta, atas limpahan ilmu dan bimbingannya.
Berkaryalah dengan penuh ISTIQOMAH.
Dengan istiqomah, seseorang menjadi kuat dan
penuh semangat dalam berjuang, rela berkorban,
serta berdoa tiada henti.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
7
Buku Fisiologi Hewan sangat diperlukan oleh siswa, mahasiswa,
maupun akademisi yang sedang mempelajari Fisiologi Hewan. Dalam
Fisiologi Hewan dikaji tentang fungsi tubuh hewan, baik pada tingkatan
sel, jaringan, maupun organ. Fisiologi Hewan merupakan salah satu mata
kuliah yang dipelajari oleh mahasiswa berbagai jurusan, antara lain jurusan
Biologi, Peternakan, dan Kedokteran Hewan.
Sama seperti pada buku yang terdahulu, pada buku Fisiologi Hewan
edisi revisi ini, kajian dibagi menjadi 12 bab. Bab 1 menjelaskan berbagai
konsep dasar dalam fisiologi, respons hewan terhadap lingkungan, dan
mekanisme homeostasis; Bab 2 menjelaskan struktur dan fungsi sel
serta proses transpor zat melintasi membran sel; Bab 3 sampai dengan
Bab 12 berturut-turut menguraikan fungsi sistem saraf, reseptor dan
efektor, endokrin, pencernaan, sirkulasi, respirasi, termoregulasi, ekskresi,
osmoregulasi, dan reproduksi. Dalam buku edisi revisi ini, setiap bab
dilengkapi dengan lebih banyak gambar dan uraian tentang berbagai hal
terkait sebagai contoh, yang bermanfaat bagi pembaca untuk memahami
isi bab tersebut secara lebih mudah.
Dibandingkan buku sebelumnya, dalam buku edisi revisi ini terdapat
beberapa perubahan, antara lain kajian yang lebih mendalam mengenai
struktur berbagai organ indra dan cara berfungsinya, baik pada vertebrata
Prakata
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
8
maupun invertebrata. Perubahan lain yang disajikan pada buku edisi revisi
ini ialah tentang respons tubuh hewan terhadap fotopriode (lama waktu
pencahayaan), khususnya pada perkembangan gonade hewan. Selain itu,
disajikan pula respons berbagai hewan terhadap kondisi stres, misalnya
respons hewan ternak terhadap kondisi stres. Buku Fisiologi Hewan edisi
revisi ini dilengkapi dengan lebih banyak gambar, dengan harapan dapat
membantu pembaca dalam usahanya memahami isi buku ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang, Ketua Jurusan Biologi, dan
rekan-rekan di Jurusan Biologi FMIPA UNNES, serta semua pihak yang
telah memotivasi penulis untuk merevisi buku Fisiologi Hewan yang terbit
pertama kali pada tahun 2006. Penulis juga sangat berterima kasih kepada
pembaca dan pengguna buku Fisiologi Hewan yang telah memberikan
kritik dan saran yang sangat bermanfaat. Ucapan terima kasih secara khusus
penulis sampaikan kepada Ummi, Dinda, Ferdiana, Diana, dan Jihan yang
telah membantu proses revisi buku ini. Semoga Allah Subhanahu Wata'ala
selalu merahmati dan meridhoi Anda semua. Aamiin ya rabbal'alamin.
Akhirnya, semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang maksimal
kepada para pembaca.
Penulis
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
9
Prakata ....................................................................................................................................... 5
Daftar Isi.................................................................................................................................... 7
Daftar Gambar.......................................................................................................................
Bab 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan
terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis................................. 11
Pengertian dan Ruang Lingkup Fisiologi.................................................. 13
Konsep Dasar dalam Fisiologi......................................................................... 14
Berbagai Macam Respons Hewan terhadap Lingkungan ............... 17
Adaptasi Hewan terhadap Lingkungan yang Memiliki 4 Musim 27
Mekanisme Homeostasis.................................................................................... 29
Rangkuman................................................................................................................ 37
Pelatihan ..................................................................................................................... 38
Bab 2 Struktur, Fungsi, dan Sifat Sel, serta
Transpor Zat Melalui Membran ............................................................................... 39
Struktur dan Fungsi Organela Sel ................................................................ 40
Sifat Fisika dan Kimia Protoplasma............................................................. 47
Metabolisme Sel....................................................................................................... 50
Membran Biologis dan Perannya dalam Transpor Zat...................... 53
Struktur Mosaik Cair Membran Sel............................................................. 54
Daftar Isi
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
10
Transpor Pasif dan Aktif..................................................................................... 57
Rangkuman................................................................................................................ 64
Pelatihan....................................................................................................................... 65
Bab 3 Neuron dan Sistem Saraf ................................................................................ 67
Neuron atau Sel Saraf .......................................................................................... 68
Komponen Penyusun Sistem Saraf .............................................................. 72
Fisiologi Saraf ........................................................................................................... 73
Perpindahan Impuls Melintasi Sinaps......................................................... 79
Organisasi Sistem Saraf....................................................................................... 86
Rangkuman................................................................................................................ 97
Pelatihan....................................................................................................................... 97
Bab 4 Reseptor dan Efektor.......................................................................................... 99
Pengelompokan dan Fisiologi Reseptor..................................................... 100
Penerimaan Rangsang oleh Reseptor........................................................... 104
Efektor dan Cara Kerjanya................................................................................ 124
Rangka dan Perannya dalam Pergerakan................................................... 135
Rangkuman................................................................................................................ 140
Pelatihan....................................................................................................................... 140
Bab 5 Sistem Endokrin.................................................................................................... 143
Fungsi Sistem Endokrin secara Umum...................................................... 144
Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon........................................................ 149
Mekanisme Aksi Hormon.................................................................................. 151
Sistem Endokrin pada Invertebrata.............................................................. 156
Sistem Endokrin pada Vertebrata.................................................................. 165
Pengaruh Berbagai Macam Stres
terhadap Proses Fisiologis Hewan ................................................................ 174
Hormon yang Berpengaruh terhadap Kebahagiaan
(Emosi dan Mood) ................................................................................................. 177
Sintesis Hormon...................................................................................................... 179
Rangkuman ............................................................................................................... 182
Pelatihan ..................................................................................................................... 182
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Daftar Isi 11
Bab 6 Sistem Pencernaan ............................................................................................... 185
Macam Organ dan Cara Memperoleh Makanan pada Hewan.... 186
Pencernaan Makanan .......................................................................................... 192
Karakter Lambung Ruminansia..................................................................... 198
Rangkuman ............................................................................................................... 214
Pelatihan ..................................................................................................................... 215
Bab 7 Sistem Sirkulasi ..................................................................................................... 217
Fungsi Sistem Sirkulasi ....................................................................................... 218
Macam Cairan Tubuh Hewan ....................................................................... 219
Sistem Sirkulasi Terbuka dan Tertutup ..................................................... 221
Komposisi Darah ................................................................................................... 224
Jantung Hewan dan Cara Kerjanya ............................................................ 227
Pembuluh Darah .................................................................................................... 233
Pertukaran Zat di Jaringan ............................................................................... 238
Rangkuman ............................................................................................................... 241
Pelatihan ..................................................................................................................... 242
Bab 8 Sistem Respirasi .................................................................................................... 245
Berbagai Organ Pernapasan pada Hewan ................................................ 246
Pertukaran Gas O2
dan CO2
........................................................................... 250
Transpor Oksigen .................................................................................................. 254
Transpor CO2
.......................................................................................................... 257
Pengaturan Respirasi (Pernapasan) .............................................................. 261
Rangkuman ............................................................................................................... 264
Pelatihan ..................................................................................................................... 264
Bab 9 Termoregulasi ......................................................................................................... 265
Pentingnya Suhu Tubuh yang Stabil bagi Hewan ............................... 266
Poikiloterm dan Homeoterm ......................................................................... 267
Interaksi Panas antara Hewan dan Lingkungannya ........................... 268
Termoregulasi pada Ektoterm ........................................................................ 273
Termoregulasi pada Endoterm ....................................................................... 278
Rangkuman ............................................................................................................... 292
Pelatihan ..................................................................................................................... 293
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
12
Bab 10 Sistem Pengeluaran .......................................................................................... 295
Berbagai Organ Pengeluaran dan Cara Kerjanya ................................ 295
Pengeluaran Senyawa Bernitrogen ............................................................... 304
Rangkuman ............................................................................................................... 309
Pelatihan ..................................................................................................................... 309
Bab 11 Osmoregulasi ....................................................................................................... 311
Pentingnya Osmoregulasi bagi Hewan ..................................................... 312
Organ yang Terlibat dalam Osmoregulasi ............................................... 316
Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Air Laut .............................. 317
Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Air Tawar ........................... 323
Osmoregulasi pada Invertebrata Air Tawar.............................................. 325
Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Payau .................................... 325
Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Darat .................................... 328
Osmoregulasi pada Invertebrata Darat ..................................................... 328
Osmoregulasi pada Vertebrata Darat ......................................................... 330
Rangkuman ............................................................................................................... 332
Pelatihan ..................................................................................................................... 333
Bab 12 Sistem Reproduksi ........................................................................................... 335
Mekanisme Reproduksi ..................................................................................... 336
Susunan Fungsional Organ Reproduksi pada Hewan ...................... 338
Spermatogenesis dan Oogenesis..................................................................... 340
Pembuahan, Kebuntingan, dan Kelahiran .............................................. 355
Rangkuman ............................................................................................................... 358
Pelatihan ..................................................................................................................... 359
Glosarium ................................................................................................................................ 361
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 375
Indeks ......................................................................................................................................... 381
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
13
BAB 1
Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan
terhadap Lingkungan, dan Mekanisme
Homeostasis
Setiap individu hewan memiliki dan membutuhkan suatu lingkungan
tertentu sebagai tempat hidupnya, dapat berupa lingkungan akuatik
maupun terestrial. Dalam rangka mempertahankan hidupnya, setiap
individu hewan dituntut untuk mampu menyelenggarakan berbagai fungsi
kehidupan, antara lain makan, bernapas, bergerak, dan berkembang biak.
Kondisi lingkungan hewan dapat berubah setiap saat. Perubahan
kondisi lingkungan tempat hidup hewan dapat menimbulkan perubahan
dalam tubuh hewan sehingga hewan perlu merespons dengan cara yang
tepat. Pada bab ini dijelaskan berbagai macam respons hewan terhadap
kondisi lingkungan mereka. Setiap jenis lingkungan memiliki berbagai
faktor yang dapat menjadi rangsang bagi hewan. Setiap jenis lingkungan
memberikan tantangan yang berbeda terhadap hewan dan setiap tantangan
dari lingkungan hewan akan ditanggapi oleh hewan dengan cara tertentu
yang spesifik. Tanggapan/respons hewan terhadap tantangan yang berasal
dari lingkungannya bertujuan untuk menjaga kondisi homeostasis pada
BAB 1
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
14
tubuh hewan itu. Kondisi homeostasis ialah kondisi lingkungan dalam
tubuh hewan yang tetap seimbang. Pada bab ini juga dijelaskan mekanisme
homeostasis pada tubuh hewan, serta sistem umpan balik positif dan
negatif.
Agar hewan dapat tetap hidup, setiap fungsi hidup pada hewan harus
diatur dan dikendalikan dengan cara tertentu. Mekanisme kerja dari fungsi
kehidupan dan segala hal yang dilakukan hewan dalam mempertahankan
kondisi homeostasis ini merupakan inti kajian dalam fisiologi hewan.
Dengan demikian, Fisiologi Hewan merupakan ilmu yang mempelajari
fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup,
serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut demi terciptanya
kondisi homeostasis.
Setiap individu hewan akan memilih tempat hidup yang sesuai dengan
kondisi fisiologis tubuhnya. Sekalipun demikian, kondisi lingkungan luar
yang sering mengalami perubahan dapat menyebabkan perubahan pada
lingkungan di dalam tubuh hewan. Selain itu, perubahan aktivitas hewan
tersebut juga dapat menyebabkan perubahan lingkungan dalam tubuhnya.
Apabila kondisi lingkungan di dalam tubuh hewan berubah, hewan
harus berupaya mencegah terjadinya perubahan lebih lanjut dengan cara
mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Untuk memudahkan cara belajar Anda, bab ini diawali dengan
uraian tentang pengertian dan ruang lingkup fisiologi hewan, respons
hewan terhadap lingkungan, dan beberapa konsep dasar yang diperlukan
untuk mengkaji fungsi tubuh hewan. Setelah mempelajari bab ini, Anda
diharapkan mampu menjelaskan pengertian tentang lingkungan internal,
cairan tubuh, mekanisme homeostasis, regulasi, dan adaptasi. Anda juga
diharapkan mampu menunjukkan contoh hewan yang termasuk golongan
hewan konformer dan regulator, serta respons hewan terhadap perubahan
kondisi lingkungan luar, mampu menjelaskan berbagai faktor lingkungan
terestrial dan akuatik yang berpengaruh positif dan negatif terhadap hewan,
serta memberikan contoh respons hewan terhadap faktor lingkungan.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 15
Selain itu, Anda juga diharapkan dapat menjelaskan mekanisme kerja
sistem umpan balik positif dan negatif dengan memilih contoh peristiwa
dalam tubuh yang bekerja melalui sistem umpan balik positif dan negatif.
Anda pun diharapkan dapat memperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada
hewan apabila sistem umpan balik positif atau negatif dalam tubuhnya
mengalami gangguan.
Pengertian dan Ruang Lingkup Fisiologi
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh
dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup, serta proses pengaturan
terhadap semua fungsi yang ada dalam sistem tersebut. Berbagai peristiwa
dan aktivitas yang terjadi pada sistem hidup, selanjutnya disebut fungsi
kehidupan atau fungsi hidup. Jadi, fungsi hidup ialah fungsi dari semua
sistem yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Sistem hidup merupakan
sesuatu yang kompleks dan bervariasi sehingga dalam bidang fisiologi
hewan, pengkajian fungsi hidup akan dibahas secara kompleks dan
bervariasi. Fisiologi hewan tidak hanya mengkaji fungsi setiap sistem yang
ada dalam tubuh, tetapi juga mengkaji alasan dan cara berfungsinya sistem
itu.
Dalam Fisiologi Hewan dibahas tentang cara-cara yang dilakukan
hewan untuk dapat bertahan hidup di suatu lingkungan, antara lain
sebagai berikut.
1. Cara yang dilakukan hewan untuk memperoleh air dalam jumlah
cukup atau dalam menghindari pemasukan air yang berlebihan ke
dalam tubuh.
2. Cara hewan mempertahankan diri dari keadaan yang membahayakan,
seperti suhu yang sangat dingin atau sangat panas.
3. Cara hewan berpindah tempat untuk menemukan lingkungan yang
sesuai agar dapat memperoleh makanan atau menemukan lingkungan
yang sesuai untuk kawin.
4. Cara hewan memperoleh informasi tentang keadaan di lingkungannya.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
16
Antara fungsi dan struktur tubuh hewan memiliki hubungan
yang sangat erat. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, untuk mempelajari fungsi jaringan atau
organ tertentu, terlebih dahulu kita harus memahami struktur organ atau
jaringan yang dimaksud. Seseorang tidak mungkin mempelajari fungsi
suatu sistem, tanpa mempelajari struktur yang bertanggung jawab atas
fungsi tersebut.
Kajian tentang struktur tubuh hewan dapat menjadi tiga tingkatan,
yaitu ana­
tomi, histologi, dan sitologi. Ketiga hal tersebut masing-masing
mengkaji struktur organ, jaringan, dan sel. Pada saat ini kita bahkan dapat
mem­
pe­
la­
jari struktur sel pada tingkat submikroskopis untuk memahami
organisasi sel pada tingkat subseluler dan pada tingkat molekuler.
Mempelajari struktur dan mempelajari fungsi pada dasarnya memiliki
perbedaan hakiki. Mempelajari struktur pada hakikatnya mengkaji sesuatu
yang bersifat statis menggunakan bahan yang telah mati, sedangkan
mem­
pelajari fungsi pada hakikatnya mengkaji sesuatu yang dinamis dan
menggunakan bahan hidup. Berbagai proses yang dipelajari dalam fisio­
logi meliputi proses yang terjadi pada tingkat organ, jaringan, sel, dan
juga pada tingkat molekul, bukan hanya proses-proses yang terkait dengan
fungsi tubuh hewan pada tingkat individu. Oleh karena itu, untuk dapat
mempelajari fisiologi hewan secara optimal Anda harus sudah memiliki
pengetahuan yang baik tentang anatomi hewan, histologi hewan, biologi
sel, dan biokimia.
Konsep Dasar dalam Fisiologi
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam kajian tentang fungsi tubuh,
mari kita kenali terlebih dahulu beberapa konsep penting yang sangat
kita perlukan sebagai dasar dalam mempelajari fisiologi hewan. Konsep
dasar yang dimaksud meliputi konsep tentang lingkungan internal, cairan
tubuh, homeostasis, regulasi, dan adaptasi. Mengapa konsep tersebut
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 17
dianggap sebagai konsep dasar dalam mempelajari fungsi tubuh hewan?
Mari kita ikuti uraian berikut!
Setiap sistem hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungannya, juga mengatur
dan mengontrol jenis reaksi yang ditimbulkannya. Pada tahun 1879,
Claude Bernard (ahli fisiologi asal Prancis) mengusulkan suatu syarat
pen­
ting bagi hewan agar dapat bertahan hidup di lingkungannya. Syarat
yang dimaksud ialah bahwa hewan harus mampu mempertahankan
stabilitas lingkungan internalnya (cairan tubuhnya). Selanjutnya, Bernard
menge­­
mukakan bahwa penyebab terjadinya berbagai reaksi yang mampu
menstabilkan lingkungan internal tubuh hewan ialah adanya senyawa
khusus yang disebut hormon. Hormon ialah senyawa/zat khusus yang
dihasilkan oleh suatu organ (organ endokrin) dan dikeluarkan ke cairan
jaringan. Pernyataan tersebut menjadi pelopor munculnya gagasan menge­
nai hormon dan regulasi kimiawi.
Pada tahun 1929 W.B. Cannon (ahli fisiologi asal Amerika) mengem­
bangkan gagasan Bernard dan memperkenalkannya dengan istilah home­
ostasis. Homeostasis ialah keadaan lingkungan internal hewan yang
konstan, juga mekanisme yang bertanggung jawab atas keadaan konstan
ter­
sebut. Lingkungan internal ialah cairan dalam tubuh hewan yang
merupakan tempat hidup bagi sel penyusun tubuh. Cairan tubuh hewan
meliputi darah, cairan interstisial, cairan selomik, dan cairan lain yang
terdapat dalam tubuh.
Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus mengatur kondisi ling­
kungan internalnya, antara lain keasaman atau pH, suhu tubuh, kadar
garam, kandungan air, dan kandungan nutrien atau zat gizi. Mamalia
(golongan hewan yang memiliki kelenjar susu) dan aves (golongan burung)
memiliki kemampuan mengatur berbagai faktor tersebut dengan sangat
tepat. Oleh karena itu, aves dan mamalia disebut sebagai regulator.
Sebagai mamalia, tubuh kita pun melakukan berbagai pengaturan
agar kondisi dalam tubuh tetap terjaga. Dapatkah kita menunjukkan
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
18
bukti bahwa tubuh kita juga melakukan berbagai pengaturan, misalnya
pengaturan suhu tubuh seperti yang dimaksud di atas? Coba pikirkan
hal yang kita alami ketika udara sangat panas atau sangat dingin! Apabila
tubuh kita sedang dalam keadaan sehat (normal), pada cuaca sangat panas
tubuh kita berkeringat. Sebaliknya, apabila udara sangat dingin tubuh kita
akan kedinginan dan bahkan mungkin menggigil. Nah, itulah salah satu
bukti bahwa tubuh kita sedang mengatur suhu. Dalam hal ini, manusia
dikatakan melakukan regulasi suhu tubuh atau termoregulasi.
Kebanyakan hewan (selain aves dan mamalia) tidak mampu memper­
tahankan keadaan lingkungan internal yang selalu seimbang. Hewan yang
lingkungan internalnya berubah seiring dengan perubahan lingkungan
eksternal, disebut aebagai golongan hewan konformer. Proses timbulnya
perubahan dalam tubuh hewan yang membuat hewan tersebut dapat
bertahan ketika lingkungan eksternalnya berubah, disebut proses adaptasi.
Lisang sungai (endoterm)
Ikan karnivor (Largemouth fish)
Suhu
tubuh
(°C)
Suhu lingkungan (°C)
Gambar 1.1 Grafik hubungan antara suhu tubuh dari lisang sungai (hewan endotermik) dan ikan karnivor
Micropterus salmoides (hewan ektotermik) dengan suhu lingkungannya (Campbell et al., 2008).
Pada Gambar 1.1 diperlihatkan grafik hubungan antara suhu tubuh
dari dua macam hewan akuatik dan suhu lingkungannya. Dua macam
hewan yang dimaksud ialah golongan hewan regulator (lisang sungai) dan
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 19
golongan hewan konformer (ikan karnivor: Largemouth fish/Micropterus
salmoides). Lisang sungai mampu mengatur/menjaga suhu tubuhnya agar
tetap stabil selama berlangsungnya perubahan suhu lingkungan dengan
kisaransuhuyangrelatiflebar.Sementaraituikankarnivor(Largemouthfish)
hanya mampu menyesuaikan antara suhu lingkungan internal tubuhnya
dengan suhu lingkungan akuatik di sekitarnya (dengan beradaptasi).
Adaptasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aklimasi dan aklimatisasi.
Aklimasi adalah perubahan adaptif yang terjadi pada hewan dalam kondisi
laboratorium yang terkendali. Dalam keadaan demikian, biasanya hanya
satu atau dua faktor lingkungan yang berubah. Hal demikian sangat
jarang terjadi dalam kondisi alamiah. Di lingkungan alamiah, perubahan
faktor lingkungan biasanya bersifat kompleks. Perubahan kompleks dalam
tubuh, yang terjadi pada kondisi alamiah dan berkaitan dengan adanya
perubahan banyak faktor lingkungan eksternal, dinamakan aklimatisasi.
Untuk memahami fungsi tubuh hewan secara utuh, diperlukan kajian
berbagai fungsi tubuh secara lengkap, baik pada kondisi alamiah maupun
pada kondisi laboratorium. Sayangnya, mempelajari fungsi tubuh hewan
pada kondisi alamiah sangat sulit dan hanya dapat dilakukan untuk hewan
tertentu saja. Dengan demikian, mempelajari fungsi tubuh hewan dalam
lingkup laboratorium sama pentingnya dengan mempelajari fungsi tubuh
hewan dalam lingkungan alami di habitat aslinya.
Berbagai Macam Respons Hewan terhadap Lingkungannya
Telah dikemukakan bahwa fisiologi mempelajari berbagai gejala pada
organisme dan usaha mereka untuk bertahan atau proses menanggapi
rangsang yang berasal dari lingkungan eksternal. Pengetahuan mengenai
fungsi muncul bersama dengan munculnya pengetahuan tentang hidup
dan kehidupan. Hidup merupakan suatu sistem dinamis yang melibatkan
interaksi terus-menerus antara organisme dan lingkungannya. Seorang
ahli fisiologi asal Rusia (K. Bycov) mendefinisikan fisiologi hewan dan
manusia sebagai studi tentang fungsi pada tubuh hewan dan manusia,
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
20
serta interaksinya dengan lingkungan mereka. Dengan demikian, jelas
bahwa penyelenggaraan berbagai fungsi tubuh hewan (dan manusia)
pada dasarnya tidak pernah lepas dari pengaruh berbagai faktor yang ada
di lingkungan tempat hidupnya. Lingkungan hewan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu lingkungan terestrial dan akuatik.
1. Respons Hewan terhadap Lingkungan Akuatik
Lingkungan akuatik adalah tempat hidup hewan yang berupa air,
baik air tawar, air laut, dan air payau. Sebagian besar permukaan bumi
(lebih dari 70%) tertutup oleh air. Sebagian terbesar dari perairan tersebut
berupa lautan atau marine (air asin). Air tawar yang terdapat pada danau
dan sungai hanya merupakan bagian kecil saja, yaitu 1% dari luas seluruh
permu­
kaan air, dan hanya 0,01% dari volume seluruh air laut. Kehidupan
dapat dijumpai di berbagai kedalaman air, baik di perairan dangkal maupun
di perairan dalam, hingga kedalamannya dapat mencapai 10.000 m
atau lebih.
Peningkatan kedalaman air berkaitan dengan peningkatan tekanan
air. Setiap peningkatan kedalaman air sebesar 10 m akan diikuti dengan
peningkatan tekanan air sebesar 1 atm. Tekanan yang ditimbulkan oleh air
tersebut dinamakan tekanan hidrostatik.
Pada lingkungan akuatik yang sangat dalam seperti Palung Challenger
di Pasifik Utara, kedalaman air mencapai 10.860 m dan tekanan hidrostatik
mencapai 1086 atm. Pada kedalaman tersebut tidak ditemukan adanya
kehidupan. Apa sebabnya? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus
mengingat kembali materi perkuliahan Biologi Sel, khususnya bagian yang
mengkaji pengaruh tekanan hidrostatik terhadap aktivitas enzim dan
struktur membran sel.
Tekanan hidrostatik yang tinggi dapat memengaruhi berbagai hal
pada sel, antara lain menghambat aktivitas enzim, memengaruhi struktur
membran sel, memengaruhi peralihan fase sitoplasma (dari fase sol ke fase
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 21
gel atau sebaliknya), bentuk dan pergerakan sel, serta aktivitas reproduksi
sel. Pada tingkat molekuler, peralihan fase sol-gel merupakan perwujudan
dari adanya perubahan bentuk protein monomer ke bentuk polimer.
Tekanan hidrostatik yang tinggi juga dapat meningkatkan pem­
ben­
tukan ikatan hidrogen, tetapi menghambat interaksi ionik dan hidrofobik.
Hal tersebut mengakibatkan adanya penghambatan proses pembentukan
mikrotubulus. Akibat selanjutnya, berbagai proses lain yang tergantung
pada pembentukan mikrotubulus juga terhambat.
Proses-proses yang tergantung pada pembentukan mikrotubulus
antara lain pembentukan kaki semu pada ameba dan pembelahan sel.
Penga­­
ruh hambatan pembentukan mikrotubulus terhadap pergerakan
ameba dapat terjadi karena pergerakan ameba menggunakan kaki semu
sepenuhnya bergantung pada adanya mikrotubulus dan interaksinya de­
ngan komponen membran, serta adanya perubahan bentuk sel yang diper­
lukan selama pergerakan sel. Dengan demikian, jelas bahwa hambatan
terhadap pembentukan mikrotubulus akan berpengaruh negatif terhadap
pergerakan ameba.
Cobalah buat penjelasan singkat untuk menjelaskan pengaruh
tekanan hidrostatik yang tinggi terhadap proses pembelahan sel, misalnya
pada zigot landak laut! Apabila merasa sulit memikirkannya seorang diri,
cobalah mendiskusikannya dalam tim kerja!
Peningkatan tekanan hidrostatik hingga batas tertentu dapat diadaptasi
oleh hewan barotoleran. Hewan barotoleran ialah hewan yang mampu
hidup, berkembang, dan bereproduksi pada tekanan hidrostatik relatif
tinggi. Suatu jenis hewan dapat memiliki kemampuan tersebut karena
memiliki enzim yang akan tetap aktif pada tekanan tinggi, serta memiliki
susunan membran dengan ikatan khusus yang mampu bertahan terhadap
pengaruh tekanan hidrostatik tinggi.
Setelah memperhatikan uraian tersebut, jelas bahwa tekanan hidro­
statik tinggi dapat menjadi faktor pembatas bagi penyebaran hewan di
perairan yang dalam. Jumlah dan jenis hewan yang hidup di perairan
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
22
dalam juga dibatasi oleh ketersediaan nutrien. Hewan yang mampu hidup
di perairan dalam hanya hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan
jenis nutrien terbatas, sekaligus bersifat barotoleran.
Di semua perairan terkandung berbagai zat terlarut seperti garam,
gas, sejumlah kecil senyawa organik, dan berbagai polutan. Air laut
mengandung kira-kira 3,5% garam. Ion utama yang terdapat dalam air
laut ialah natrium dan klor. Ion lain yang juga banyak terdapat dalam air
laut ialah magnesium, sulfat, dan kalsium. Konsentrasi keseluruhan garam
yang terkandung dalam air laut bervariasi, tergantung pada letak geografis
suatu perairan. Sebagai contoh, konsentrasi garam di Laut Mediterania
mencapai 4% karena adanya tingkat penguapan tinggi yang tidak
berimbang dengan aliran air tawar dari sungai yang masuk ke perairan
tersebut. Adanya aliran air dari sungai mengakibatkan kandungan garam
di daerah tersebut (terutama di daerah pantai) menurun, menjadi lebih
rendah daripada kandungan garam yang terdapat di laut terbuka (di laut
lepas), meskipun jumlah zat terlarut relatif hampir konstan. Perbandingan
jumlah zat-zat terlarut di laut terbuka disajikan pada Tabel 1.1.
Tantangan terhadap hewan yang timbul dari lingkungan laut ialah
salinitas yang tinggi dan ketersediaan air (water activity) yang relatif lebih
rendah daripada lingkungan air tawar. Air merupakan komponen terbesar
penyusun tubuh hewan sehingga kehidupan hewan sangat bergantung pada
ketersediaan air. Hewan harus dapat memperoleh air dalam jumlah yang
cukup untuk menyelenggarakan berbagai reaksi metabolik. Kekurangan air
pada hewan dapat menyebabkan tertekannya aktivitas metabolisme dalam
sel tubuh. Keadaan tersebut akan berpengaruh secara langsung terhadap
aktivitas hewan secara keseluruhan, termasuk aktivitas pertumbuhan dan
reproduksi.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 23
Tabel 1.1 Komposisi Air Laut
Jenis ion
Jumlah Ion / Liter Air Laut Jumlah Ion / Kilogram Air Laut
mmol g mmol gram
Natrium 470,20 10,813 475,4 10,933
Klor 548,30 19,440 554,4 19,658
Magnesium 53,57 1,303 54,17 1,317
Kalsium 10,23 0,410 10,34 0,414
Kalium 9,96 0,389 10,07 0,394
Sulfat 28,25 2,713 28,56 2,744
Bikarbonat 2,34 0,143 2,37 0,145
Sumber: Potts & Parry, 1964, cit. Schmidt-Nielsen, 1991.
Sebagian besar organisme (termasuk hewan) tumbuh optimal pada
tingkat ketersediaan air yang tinggi (lebih dari 0,95). Hewan yang demikian
disebut hewan osmofilik. Sebagian hewan bersifat bersifat osmofilik dan
sebagian lainnya bersifat osmotoleran. Osmotoleran adalah golongan
hewan yang mampu hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang
memiliki tingkat ketersediaan air relatif rendah.
Ketersediaanairberkaitaneratdengankandungangaram(salinitas)yang
terdapat dalam suatu lingkungan. Salinitas tinggi seperti yang ditemukan
pada lingkungan laut menyebabkan penurunan tingkat ketersediaan air
bagi hewan. Dalam lingkungan demikian, hewan harus mengeluarkan
energi lebih banyak untuk memperoleh air dari lingkungannya. Di antara
garam yang terlarut dalam air, kemungkinan terkandung berbagai ion
yang bersifat racun (toksik). Oleh karena itu, peningkatan salinitas juga
dapat meningkatkan kandungan zat toksik dalam suatu perairan. Sebagian
hewan bergantung pada lingkungan yang memiliki konsentrasi ion tinggi
seperti yang dijumpai pada lingkungan air bergaram (air laut).
Hewan yang tinggal di lingkungan air tawar dan lingkungan air laut
memiliki perbedaan pada proses osmoregulasinya. Hal ini membuktikan
bahwa lingkungan dapat berpengaruh terhadap proses fisiologis pada
hewan. Hewan tertentu, contohnya ikan salmon, memiliki kemam­
puan
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
24
adaptasi yang unik. Ikan salmon hidup di lingkungan air laut, namun ikan
ini bertelur di lingkungan air tawar.
Faktor lingkungan akuatik yang memiliki nilai fisiologis terpenting
untuk mendukung kehidupan hewan ialah suhu yang relatif stabil. Dari
waktu ke waktu, suhu air tidak banyak mengalami perubahan. Perbedaan
suhu air laut antara siang dan malam hari sangat kecil jika dibandingkan
dengan perbedaan suhu atmosfer antara siang dan malam hari. Kestabilan
suhu air sangat menguntungkan bagi hewan yang hidup di dalamnya,
yang sebagian besar merupakan golongan hewan poikiloterm. Hewan
poikilotem yaitu hewan yang suhu tubuhnya berubah-ubah akibat
perubahan suhu lingkungan.
Kestabilan suhu air ternyata berkaitan erat dengan sifat fisika dan
kimia air itu sendiri. Air memiliki kapasitas panas yang tinggi sehingga
memerlukan energi yang lebih tinggi untuk menaikkan suhunya,
dibandingkan dengan jumlah energi yang diperlukan untuk menaikkan
suhu udara. Kapasitas panas air akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 2.
Di daerah pantai kadang-kadang ditemukan lingkungan air payau,
yakni daerah pada mulut sungai besar. Di daerah tersebut, air tawar dari
sungai mengencerkan air laut hingga jarak tertentu. Oleh karena itu, kadar
garam di lingkungan payau sangat bervariasi. Bentangan air payau di
permukaan bumi kira-kira hanya 1% dari luas permukaan tanah. Apabila
air laut sedang pasang naik, bentangan daerah payau akan meluas hingga
ke sungai, dan pada saat demikian, kadar garam di daerah payau pun
turun. Penurunan kadar garam juga dapat terjadi pada saat masukan air
dari sungai meningkat.
Daerah perairan payau memiliki nilai fisiologis sangat penting karena
dapat berfungsi sebagai pembatas dalam penyebaran sejumlah hewan.
Dengan demikian, kita dapat membedakan antara hewan laut dan hewan
air tawar secara tegas. Daerah payau juga menjadi habitat yang sangat
menarik karena merupakan peralihan antara lingkungan air laut dan air
tawar dengan kadar garam yang berubah-ubah.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 25
Lingkungan air bergaram dapat ditemukan di perairan laut dan per­
airan payau, juga pada perairan tertentu di daratan. Sejumlah air tanah
memiliki kandungan garam yang sangat tinggi, misalnya air di danau The
Great Salt di Utah yang banyak mengandung NaCl, serta Laut Mati di
Israel yang banyak mengandung magnesium dan klor. Di danau The Great
Salt tidak ditemukan ikan, namun di perairan itu ditemukan udang jenis
artemia yang dapat tumbuh subur. Sementara itu, di Laut Mati hanya
ditemukan mikroorganisme.
Lingkungan air tawar memiliki kandungan zat terlarut yang sangat
bervariasi. Sebagian kecil garam yang terlarut dalam air tawar berasal
dari air hujan, yang sebenarnya berasal dari air laut juga. Jumlah garam
dalam air hujan pada mulanya sangat kecil, namun setelah melewati
permukaan tanah komposisinya dapat menjadi sangat berubah. Apabila
air hujan mengalir deras pada permukaan bebatuan yang tidak dapat atau
sukar larut, penambahan zat terlarut ke dalam air tersebut sangat sedikit.
Namun, apabila air hujan jatuh dan mengalir pada bebatuan yang porous
dan mudah larut seperti bebatuan kapur, berbagai garam kalsium dalam
jumlah besar akan larut dan meningkatkan kandungan garam dalam air
hujan tersebut. Air dengan kandungan garam kalsium tinggi semacam
itu dinamakan hard water, sedangkan air yang mengandung garam dalam
jumlah sangat kecil dinamakan soft water. Total kandungan garam dalam
air tawar berkisar antara kurang dari 0,1 mmol per liter hingga lebih dari
10 mmol per liter (lihat Tabel 1.2).
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
26
Tabel 1.2 Komposisi Ion dalam Hard Water, Soft Water, dan Air Jenis Lain
(mmol per kg Air)
Ion
Soft Water
(Danau)
Air Sungai
Hard Water
(Sungai)
Air
Bergaram
Perairan
Laut Mati
Natrium 0,17 0,39 6,13 640,0 1955,0
Magnesiun 0,15 0,21 0,66 6,0 2028,0
Kalsium 0,22 0,52 5,01 32,0 481,0
Kalium - 0,04 0,11 16,0 219,0
Klor 0,03 0,23 13,44 630,0 7112,0
Sulfat 0,09 0,21 1,40 54,0 5,3
Bikarbonat 0,43 1,11 1,39 3,0 3,7
Sumber: Schmidt-Nielsen, 1991
Air hujan secara alamiah bersifat sedikit asam karena adanya CO2
dariatmosferyang terlarut di dalamnya sehingga keasaman (pH) air dapat
mencapai 5,6. Akan tetapi, banyak juga air hujan yang pH-nya mencapai
4, misalnya hujan yang jatuh di sebelah timur laut Amerika. Keasaman
air hujan yang rendah tersebut diduga disebabkan oleh adanya SO2
dan
NO yang berasal dari proses pembakaran fosil yang menggunakan asam
kuat sebagai bahan bakar. Hujan semacam itu dinamakan hujan asam. Di
Amerika, hujan asam merupakan hal yang biasa terjadi.
Contoh lingkungan akuatik yang sangat asam (memiliki pH yang
sangat rendah) antara lain sungai Rio Tinto di Spanyol. Sungai Tinto
memiliki kandungan air yang asam karena merupakan bekas tambang
logam. Pada perairan sungai itu, organisme yang bertahan hidup hanya
mikrob tahan asam saja, yaitu mikrob Acidithiobacillus ferooxidans.
Hujan asam dapat memengaruhi kehidupan organisme di tempat
hujan tersebut turun. Keasaman yang berlebihan dapat menghambat
proses pengambilan/penyerapan natrium secara aktif oleh hewan. Hal
ini dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab musnahnya ikan dari
danau yang berkadar garam sangat rendah atau matinya ikan ketika salju
meleleh pada musim semi. Aliran salju cair saat musim semi menambahkan
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 27
sejumlah besar asam ke dalam air sehingga pH-nya benar-benar tidak dapat
dipertahankan. Hal itu menyebabkan lingkungan air menjadi sangat asam
sehingga ikan kekurangan natrium dan akhirnya mati.
2. Respons Hewan terhadap Lingkungan Terestrial
Keadaan lingkungan terestrial yang paling menguntungkan bagi
hewan ialah ketersediaan oksigen yang berlimpah sehingga hewan dapat
memperolehnya dengan mudah. Adapun faktor lingkungan yang menjadi
ancaman paling besar bagi kehidupan terestrial adalah bahaya radiasi dan
ancaman dehidrasi.
a. Pengaruh Radiasi terhadap Hewan
Radiasi ialah perpindahan panas yang terjadi antara dua benda tanpa
ada kontak langsung di antara keduanya. Suhu permukaan benda yang
beradiasi berpengaruh terhadap panjang gelombang dan intensitas radiasi
yang dipancarkan. Permukaan benda yang lebih panas akan memancarkan
radiasi dengan gelombang yang lebih pendek. Radiasi dengan panjang
gelombang yang berbeda dapat diperlihatkan dengan warna yang berbeda
pula. Matahari memancarkan radiasi dengan panjang gelombang yang
bervariasi dan hal tersebut tercermin dari warna pelangi yang timbul ketika
cahaya matahari dibiaskan.
Semua benda, termasuk hewan dan manusia, mampu menerima
radiasi dari lingkungannya. Kemampuan suatu benda untuk menerima
radiasi yang sampai padanya dinamakan absorptivitas. Absorptivitas suatu
benda bervariasi. Kulit manusia dan bulu binatang memiliki absorptivitas
yang tinggi untuk kisaran spektrum inframerah (panjang gelombang
sedang, yakni antara 5.000–10.000 nm). Jika dihadapkan pada sinar
matahari secara langsung, kulit dan bulu yang berwarna lebih gelap akan
menyerap energi yang lebih banyak daripada kulit dan bulu yang berwarna
lebih terang.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
28
Radiasi merupakan salah satu mekanisme penting untuk menjaga
panas pada tubuh hewan. Hal ini akan dikaji lebih lanjut pada bab tentang
termoregulasi. Radiasi ultraviolet dari matahari dapat menimbulkan efek
mensterilkan, khususnya pada protozoa yang ada di atmosfer/udara. Sinar
ultraviolet yang terserap secara selektif oleh asam nukleat dalam sel akan
mengubahnya menjadi timin dimer siklobutan. Pembentukan timin dimer
akan menghambat replikasi DNA. Proses seperti inilah yang menyebabkan
timbulnya efek letal (mematikan) dan efek mutagenik organisme. Hasil
penelitian Fauziyah, dkk. (2013) menunjukkan bahwa mencit yang
dipaparkan pada radiasi sinar X dapat mengalami gangguan pada sistem
resproduksinya. Dalam hal tersebut, gangguan sistem reproduksi mencit
akibat paparan radiasi sinar X dapat berupa penurunan konsentrasi dan
motilitas sperma mencit.
b. Ancaman Dehidrasi bagi Hewan
Dehidrasi berasal dari kata dehydration yang berarti pengeringan.
Dalam fisiologi, istilah dehidrasi sering digunakan untuk menunjukkan
kondisi tubuh yang kekurangan cairan. Dehidrasi dapat dialami hewan
apabila tubuhnya kehilangan air dalam jumlah besar sehingga jumlah air
dalam tubuh lebih sedikit dari jumlah yang seharusnya. Kehilangan air
dari tubuh secara berkepanjangan dapat menyebabkan pengeringan.
Ancaman dehidrasi dari lingkungan terestrial terhadap tubuh hewan
berkaitan erat dengan peluang terjadinya penguapan air secara besar-
besaran dari dalam tubuhnya. Tingkat penguapan yang tinggi sangat
dipe­
ngaruhi oleh suhu udara yang tinggi dan kelembapan yang rendah,
serta faktor fisika lain seperti kecepatan aliran udara (angin) dan luas per­
mukaan benda yang mengalami penguapan.
Ancaman dehidrasi merupakan faktor pembatas bagi penyebaran
hewan di daerah terestrial. Agar dapat hidup pada lingkungan terestrial,
hewan harus melakukan berbagai upaya untuk menghindarkan diri dari
ancaman dehidrasi. Pada bagian ini akan dikemukakan satu contoh upaya
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 29
yang dilakukan organisme bersel satu (yaitu protozoa), untuk meng­
hin­
darkan diri dari bahaya dehidrasi. Upaya ini dilakukan dengan cara
membentuk dinding protektif (kista) pada saat kondisi lingkungan sangat
panas dan kering. Apabila keadaan lingkungan sudah baik (sesuai dengan
kebutuhan hidup protozoa), dari dalam kista akan muncul sel baru (sel
vegetatif).
Adaptasi Hewan terhadap Lingkungan yang Memiliki 4 Musim
Hewan yang tinggal di negara/wilayah dengan 4 musim (contohnya
burung Calidris canutus) memiliki cara adaptasi khusus untuk bertahan
hidup. Hewan tersebut beradaptasi dengan cara migrasi sebanyak 2 kali
dalam satu tahun. Contoh lainnya ialah bajing tanah (Spermophilus
beldingi) yang beradaptasi dengan melakukan hibernasi. Hibernasi
merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya penurunan aktivitas
metabolisme pada hewan. Hewan yang melakukan hibernasi berusaha
menghemat penggunaan energi, terutama selama musim dingin, pada saat
terjadi kelangkaan makanan. Untuk mencapai kondisi hemat energi ini,
proses-proses endotermis akan menurunkan tingkat metabolisme, yang
berdampak pada penurunan suhu tubuh pada hewan tersebut. Bajing
tanah menghabiskan 150 kkal per hari untuk mempertahankan suhu
tubuh dalam cuaca dingin. Bajing yang berhibernasi hanya menghabiskan
rata-rata 5-8 kkal per hari (perhatikan Gambar 1.2). Dengan demikian,
menjadi jelas bahwa hibernasi sangat bermanfaat bagi hewan untuk
menghemat penggunaan energi selama masa langka makanan.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
30
Juni
Suhu
(°C)
Laju
metabolisme
Agustus Oktober Desember Februari April
Suhu liang
Suhu lingkungan
sekitar
Suhu tubuh bajing
Suhu tertinggi
Metabolisme normal
Peningkatan metabolisme yang penting untuk beraktivitas
pada musim semi (panas)
Gambar 1.2 Perbandingan antara tingkat metabolisme dalam tubuh hewan pada keadaan normal dan
dalam keadaan berhibernasi (Campbell et al., 2008).
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat memahami adanya berbagai
faktor lingkungan di tempat hidup hewan dapat memengaruhi kehidupan
hewan yang ada di dalamnya. Salah satu di antaranya yang belum dijelaskan
ialah tentang periode pencahayaan atau fotoperiodik. Hal ini berkaitan
dengan lama waktu pencahayaan yang terjadi pada suatu lingkungan yang
terjadi pada satu hari selama 24 jam. Lingkungan di daerah tropis seperti
di negara kita, Indonesia, memiliki hari-hari dengan waktu terang dan
waktu gelap yang relatif sama, masing-masing sekitar 12 jam. Namun, pada
wilayah yang memiliki 4 musim, dapat ditemukan adanya hari-hari yang
memiliki waktu pencahayaan (keadaan terang dan gelap) yang berbeda.
Di wilayah tersebut, pada suatu saat dapat terjadi hari-hari dengan masa/
waktu terang lebih panjang dari waktu gelap atau sebaliknya. Panjang
masa pencahayaan pada suatu lingkungan ternyata berpengaruh terhadap
kondisi fisiologis hewan di lingkungan tersebut, terutama terhadap sistem
reproduksinya. Hewan yang hidup di daerah dengan masa terang lebih
panjang akan memiliki kadar testosteron lebih tinggi daripada hewan yang
tinggal di lingkungan dengan masa gelap lebih panjang. Hal ini akan dikaji
secara lebih rinci pada kajian tentang sistem reproduksi hewan.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 31
Mekanisme Homeostasis
Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa menurut C. Bernard,
stabilitas lingkungan internal merupakan syarat yang harus dipenuhi
oleh organisme yang ingin bertahan hidup dalam lingkungannya. Oleh
W.B. Cannon, konsep tentang stabilitas lingkungan internal tersebut
selanjutnya diperkenalkan dengan istilah homeostasis. Suatu hal yang
penting untuk dicatat ialah bahwa sekalipun homeo berarti “serupa” (homo
= sama), namun baik Bernard maupun Cannon tidak mengartikan kata
homeostasis sebagai keadaan lingkungan internal yang konstan secara
mutlak. Keadaan konstan yang dimaksud ialah keadaan konstan relatif
yang bersifat dinamis. Apakah kondisi lingkungan internal hewan dapat
berubah? Mengapa kondisi lingkungan internal hewan berubah?
Perubahan lingkungan internal dapat timbul karena dua hal, yaitu
adanya perubahan aktivitas sel dan perubahan lingkungan eksternal yang
berlangsung terus-menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas sel
dalam tubuhnya, sel hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan
dari lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen, nutrien, dan
garam. Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam-macam
hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang dialirkan ke
lingkungan internal (biasa disebut sebagai cairan ekstraseluler, disingkat
CES). Apabila aktivitas sel berubah, hal itu dapat berakibat kepada
timbulnya perubahan terhadap proses pengambilan zat dari lingkungan
eksternal, dan proses pengeluaran berbagai zat dari sel ke lingkungan
internal. Perubahan aktivitas sel semacam itu akan mengubah keadaan
lingkunganinternal.Perubahanlingkunganinternalyangditimbulkanoleh
sebab mana pun (penyebab pertama atau kedua) harus selalu dikendalikan
agar kondisi homeostasis dapat selalu terjaga.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlang­
sung melalui sistem umpan balik. Ada dua macam sistem umpan balik,
yaitu umpan balik positif dan negatif. Sistem umpan balik yang berfungsi
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
32
dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah sistem
umpan balik negatif.
Sistemumpanbaliknegatifdapatdidefinisikansebagaiperubahansuatu
variabel yang dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan
perubahan tersebut ke keadaan semula. Sebagai contoh, peristiwa yang
terjadi pada burung dan mamalia pada waktu mempertahankan suhu
tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar 0,5 ºC
akan mendorong timbulnya tanggapan yang akan mengembalikan suhu
tubuh ke suhu awal, yaitu pada suhu yang seharusnya. Pada mamalia, suhu
tubuh yang seharusnya ialah 37 ºC. Dengan demikian, sistem umpan balik
negatif pada contoh di atas akan selalu membawa suatu sistem fisiologis
kepada suhu tubuh 37 ºC.
Peristiwa yang terjadi pada sistem umpan balik positif berlawanan
dengan peristiwa pada sistem umpan balik negatif. Pada sistem umpan
balik positif, perubahan awal suatu variabel akan menghasilkan perubahan
yang semakin besar, yang menyebabkan terselenggarakannya suatu fungsi
tertentu, misalnya proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah
pada prinsipnya bekerja melalui mekanisme umpan balik positif, yang
bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Namun, hasil dari proses
tersebut selanjutnya bermakna sangat penting untuk mempertahankan
volume darah yang bersirkulasi agar tetap konstan. Mekanisme pembekuan
darah dapat dilihat pada Gambar 1.3.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 33
Sel-sel yang rusak
melepaskan zat
kimia
Dimulai
pembekuan
darah
Terbentuk sumbat
pada pembuluh
darah yang pecah;
pendarahan berhenti
Pelepasan zat-
zat kimia makin
meningkat
Lengkung umpan
balik positif
Proses pembekuan
darah dipercepat
Pendarahan akibat
dari pecahnya
pembuluh darah
Gambar 1.3 Rangkaian proses pembekuan darah yang bermanfaat untuk menjaga homeostasis volume
darah melibatkan sistem umpan balik positif dan negatif.
(https://slideplayer.com/slide/7576483/)
Mekanisme umpan baik positif tidak terlibat dalam proses menjaga
kondisi homeostasis, tetapi terlibat dalam penyelenggaraan fungsi fisiologis
tertentu (antara lain proses pembekuan darah) dan fungsi sel saraf. Dalam
penyelenggaraan fungsi sel saraf, terjadi urutan peristiwa seperti berikut.
Pada awal proses pembentukan potensial aksi, sistem umpan balik
positif bekerja dengan meningkatkan pemasukan ion Na+
. Peningkatan
pemasukan ion Na+
tersebut akan berlangsung terus hingga membran sel
saraf benar-benar terdepolarisasi. Uraian tentang terjadinya depolarisasi
pada sel saraf akan dikaji secara lebih rinci pada Bab 3, yang menyajikan
uraian mengenai neuron dan sistem saraf.
1. Komponen Penyusun Sistem Umpan Balik
Sistem umpan balik tersusun atas tiga komponen utama, yaitu
reseptor, pusat integrasi, dan efektor. Antara reseptor dan pusat integrasi
dihubungkan oleh saraf sensorik, sedangkan antara pusat integrasi dan
efektor dihubungkan oleh saraf motorik. Reseptor berperan sebagai
pemantau perubahan yang terjadi di lingkungan, baik lingkungan luar
maupun dalam tubuh hewan. Dalam sistem hidup, reseptor berfungsi
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
34
sebagai transduser biologis, yaitu komponen struktural dalam tubuh
hewan yang memiliki kemampuan untuk mengubah suatu bentuk energi
menjadi bentuk energi yang lain. Dalam sistem umpan balik, reseptor
bekerja dengan cara mengubah suatu bentuk energi yang dideteksi dari
lingkungan (misalnya energi listrik atau energi kimia) menjadi potensial
aksi. Potensial aksi yang terbentuk akan menjalar melalui serabut saraf
aferen menuju pusat integrasi (pusat pengatur).
Pusat integrasi pada hewan biasanya berupa otak atau korda spinalis.
Peran pusat integrasi ialah membandingkan informasi yang diterimanya
dengan keadaan yang seharusnya (keadaan yang diharapkan). Sebagai
contoh, hipotalamus yang terletak di dasar otak mamalia berfungsi sebagai
pusat integrasi, antara lain dalam proses pengendalian suhu tubuh yang
terselenggaradengansistemumpanbaliknegatif.Dalammenyelenggarakan
fungsi tersebut, hipotalamus bekerja dengan menentukan jenis tanggapan
yang sesuai, yaitu tanggapan yang dapat membawa kepada suhu tubuh
yang seharusnya (suhu harapan atau suhu ideal, 37 ºC). Penentuan
jenis tanggapan dilakukan dengan membandingkan informasi suhu dari
termoreseptor dengan suhu harapan. Apabila informasi yang diterima
menggambarkan bahwa suhu tubuh lebih dari 37,5 ºC, pusat integrasi
akan memerintahkan efektor untuk memberikan tanggapan yang dapat
menurunkan suhu tubuh, misalnya dengan cara berkeringat, melebarkan
pembuluh darah di kulit, atau kedua-duanya. Efektor ialah struktur dalam
tubuh hewan yang berfungsi sebagai organ penghasil tanggapan biologis,
yang dapat berupa sel otot atau kelenjar, dan bekerja atas perintah dari
pusat integrasi.
Dari uraian di atas, kita dapat memahami bahwa pusat integrasi
pada sistem umpan balik negatif adalah organ yang memiliki ”catatan”
nilai/harga tertentu mengenai variabel yang dikendalikannya. Nilai/harga
tertentu tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai suatu nilai patokan. Nilai
patokan merupakan nilai harapan atau nilai ideal dari suatu variabel yang
harus selalu dipertahankan. Nilai patokan seperti diuraikan di atas hingga
saat ini masih merupakan konsep hipotetik. Namun demikian, kenyataan
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 35
menunjukkan bahwa tubuh hewan dapat beradaptasi terhadap suatu
variabel dengan kisaran nilai tertentu. Sebagai contoh, kisaran suhu tubuh
mamalia yang dapat diadaptasi ialah antara 36,5–37,5 ºC, derajat keasaman
(pH) plasma darah berkisar antara 7,35–7,45, sedangkan konsentrasi ion
K+
dalam plasma berkisar antara 3–5,5 mmol per liter.
2. Kerja Sistem Umpan Balik Negatif
Cara berfungsinya sistem umpan balik negatif dalam mengendalikan
kondisi homeostasis (khususnya dalam menjaga homeostasis suhu tubuh)
dapat dilihat pada Gambar 1.4. Dari Gambar 1.4 dapat diketahui bahwa
pengendalian homeostasis sesungguhnya merupakan keseimbangan antara
masukan (input) dan keluaran (output). Dalam mengatur suhu tubuh,
sistem termoregulasi bekerja untuk menyeimbangkan perolehan panas
dengan pelepasan panas. Pernahkah kita membayangkan apa yang akan
terjadi jika sistem termoregulasi bekerja dengan sistem umpan balik positif?
Tentu saja suhu tubuh akan menjadi kacau. Apabila sistem umpan balik
positif bekerja dalam termoregulasi, rangsang awal berupa peningkatan
suhutubuh/lingkunganakanmenimbulkantanggapanyangmeningkatkan
suhu tubuh menjadi lebih tinggi. Hal tersebut tidak akan memulihkan
suhu tubuh ke suhu harapan, tetapi akan memperbesar kenaikan suhu.
Peningkatan suhu tubuh yang berlebihan akan sangat membahayakan
tubuh. Pada Gambar 1.4 dicontohkan bahwa rangsang awal berupa
penurunan suhu lingkungan eksternal. Hal tersebut mendorong efektor
untuk menghasilkan respons yang dapat mengembalikan suhu tubuh ke
suhu yang diharapkan.
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
36
Gambar 1.4 Homeostasis suhu tubuh hewan (Campbell et al., 2008).
Termostat di hipotalamus
mengaktifkan mekanisme
pendinginan
Pembuluh darah
di kulit melebar:
pembuluh kapiler
berisi darah yang
hangat, panas
tubuh dipancarkan
(diradiasikan) dari
permukaan kulit
Homeostasis:
suhu tubuh internal
sekitar 36-38°C
Peningkatan suhu
tubuh (seperti saat
berolahraga atau
berada di lingkungan
yang panas)
Penurunan suhu tubuh
(misalnya ketika
berada di lingkungan
dingin)
Termostat di
hipotalamus
mengaktifkan
mekanisme pemanasan
Otot rangka dengan cepat berkontraksi, menyebab­
kan tubuh menggigil sehingga menghasilkan panas
Pembuluh darah di kulit menyempit,
memindakan darah dari kulit ke jaringan yang
lebih dalam dan mengurangi kehilangan
panas dari permukaan kulit
Suhu tubuh turun,
termostat mematikan/
menghentikan
mekanisme
pendinginan
Suhu tubuh meningkat,
termostat mematikan/
menghentikan
mekanisme
pemanasan
Kelenjar keringat mengeluarkan
keringat yang akan menguap,
dan mendinginkan tubuh
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 37
Mekanisme homeostasis suhu yang terjadi pada tubuh hewan ialah
mekanisme yang mengatur kesembangan suhu pada tubuh hewan, yang
prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Gambar 1.4). Apabila
terjadi peningkatan suhu tubuh, misalnya saat aktif melakukan latihan atau
suhu lingkungan sekitar menjadi panas, keadaan ini akan diinformasikan
melalui jalur sensorik ke hipotalamus. Selanjutnya, termostat pada hipo­
talamus akan memberikan perintah melalui jalur motorik kepada organ
efektor, yang menyebabkan penurunan suhu tubuh melalui dua cara.
1. Kelenjar keringat akan mengeluarkan keringat yang membasahi
kulit. Keringat akan diuapkan menggunakan kelebihan panas tubuh
sehingga panas tubuh berkurang (terjadi pendinginan).
2. Pembuluh darah di kulit akan melebar, kapiler terisi darah yang
hangat, sehingga panas tubuh dipancarkan dari permukaan kulit ke
lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya, apabila terjadi penurunan suhu tubuh, misalnya karena
suhulingkunganyangdingin,keadaaninijugaakandiinformasikanmelalui
jalur sensorik ke hipotalamus. Informasi ini menyebabkan termostat pada
hipotalamus akan menstimulasi proses peningkatan suhu tubuh dengan
cara-cara berikut.
1. Pembuluh darah di kulit menyempit sehingga darah dipertahankan
tetap berada di jaringan kulit yang lebih dalam. Dalam kondisi demi­
kian, pelepasan panas tubuh melalui permukaan kulit dapat dikurangi.
2. Otot rangka berkontraksi secara cepat sehingga tubuh menggigil.
Proses menggigil menyebabkan terjadinya produksi panas tubuh yang
akan menghangatkan tubuh.
Pada manusia, nilai patokan untuk suhu tubuh ialah 37 ºC. Akan
tetapi, sebenarnya suhu tubuh yang dapat diterima berada dalam kisaran
±1 ºC. Dalam tubuh hewan, berbagai variabel fisiologis yang berbeda
memiliki kisaran yang berbeda. Misalnya, derajat keasaman (pH) plasma
darah berkisar antara 7,35–7,45, sedangkan konsentrasi ion K+
dalam
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
38
plasma darah berkisar antara 3–5,5 mmol per liter. Tidak satu pun kondisi
dalam tubuh yang selalu ada pada tingkat yang benar-benar konstan.
Pada tubuh hewan ditemukan adanya tingkatan homeostasis. Suatu
variabel akan dikendalikan secara lebih ketat daripada variabel lainnya.
Biasanya, variabel yang dikendalikan secara lebih ketat merupakan
variabel yang lebih penting daripada variabel yang dikendalikan secara
kurang ketat. Mari kita perhatikan kisaran pH darah, yang dikendalikan
secara sangat ketat sehingga kisarannya hanya bergerak antara 7,35–7,45.
Perubahan pH, yang sangat kecil sekalipun, akan berpengaruh terhadap
struktur maupun fungsi/aktivitas enzim. Sementara, perubahan enzim
(baik struktur maupun fungsinya) akan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan reaksi dalam sel.
Setelah memperhatikan uraian di atas, menjadi jelas bahwa yang
dimaksud kondisi homeostasis dalam lingkungan internal hewan ialah
keadaan homeostasis yang dinamis. Keadaan demikian sering juga dinya­
takan sebagai keseimbangan dinamis atau dynamic equilibrium.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis seperti yang diuraikan
di atas merupakan mekanisme pengendalian secara fisiologis dengan
melibatkan sistem saraf, yang biasanya bekerja sama dengan sistem
endokrin. Kita juga dapat menjumpai mekanisme pengendalian kondisi
homeostasis secara fisiologis yang agak berbeda dari mekanisme yang sudah
kita pelajari. Mekanisme tersebut sering disebut feed forward. Feed forward
merupakan aktivitas antisipatori, yaitu perilaku hewan yang dimaksudkan
untuk memperkecil (meminimalkan) tingkat kerusakan/gangguan pada
sistem hidup, sebelum kerusakan itu terjadi. Contoh yang baik untuk
feed forward ialah peristiwa makan dan minum pada saat bersamaan.
Memasukkan makanan ke dalam tubuh akan meningkatkan osmolalitas
isi usus dan hal ini dapat mendorong pelepasan air dari jaringan tubuh ke
lumen usus untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Oleh karena
itu, makan tanpa diikuti minum berpotensi menyebabkan dehidrasi
sehingga homeostasis osmotik tubuh akan terganggu. Untuk memperkecil
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 39
gangguan tersebut, sejumlah hewan melakukan makan dan minum pada
saat yang bersamaan.
Proses pengendalian kondisi homeostasis juga dapat terjadi melalui
mekanisme nonfisiologis. Mekanisme semacam ini dapat dijumpai pada
beberapa spesies hewan akuatik, baik vertebrata maupun invertebrata.
Hewan-hewan tersebut pada umumnya merupakan golongan poikiloterm.
Air merupakan lingkungan yang sulit mengalami perubahan suhu. Oleh
karena itu, pemilihan air sebagai tempat hidup bagi hewan poikiloterm
sekaligus dapat menjadi cara untuk menjaga homeostasis suhu tubuh
mereka.
Rangkuman
Setiap individu hewan membutuhkan lingkungan tertentu untuk
hidup dan berkembang biak. Lingkungan hewan dapat dibedakan men­
jadi lingkungan akuatik, terestrial, dan udara. Lingkungan akuatik terdiri
atas lingkungan air tawar dan air bergaram (air asin/laut). Setiap jenis
lingkungan memberikan tantangan yang berbeda terhadap tubuh hewan.
Setiap faktor lingkungan akan menjadi rangsang bagi hewan, yang akan
ditanggapi dengan cara tertentu yang bersifat khusus. Kemampuan hewan
menanggapi rangsang dari lingkungannya merupakan kajian inti dalam
fisiologi hewan.
Fisiologi hewan merupakan ilmu yang mempelajari fungsi tubuh
hewan dalam menyelenggarakan kehidupan, yakni untuk menciptakan
kondisi homeostasis. Pengkajian fungsi tubuh dapat dilakukan pada
tingkat sel, jaringan, organ, atau individu. Homeostasis ialah kondisi ling­
kungan dalam tubuh hewan yang tetap seimbang. Homeostasis harus
selalu diupayakan oleh hewan karena tubuh hewan selalu dipengaruhi
oleh berbagai faktor lingkungan, baik lingkungan luar maupun dalam
tubuh. Kondisi homeostasis tubuh hewan dapat dicapai dengan cara
regulasi dan adaptasi. Pemeliharaan kondisi homeostasis berlangsung
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi Hewan
40
dengan mekanisme umpan balik negatif, baik secara fisiologis maupun
nonfisiologis. Selain mekanisme umpan balik negatif, dalam tubuh hewan
terdapat mekanisme umpan balik positif dan negatif yang cara kerjanya
sangat berbeda.
Pelatihan
1. Untuk mempelajari fisiologi hewan, seseorang perlu memiliki penge­
tahuan tentang biokimia, biologi sel, dan histologi (struktur jaringan
hewan). Mengapa demikian?
2. Berikan penjelasan tentang pengertian lingkungan ekstrasel atau
lingkungan luar sel bagi hewan unisel dan multisel!
3. Identifikasilah masing-masing dua contoh faktor lingkungan air tawar,
air laut, dan terestrial (darat) yang merupakan ancaman bagi hewan
yang hidup pada lingkungan tersebut! Bagaimana hewan-hewan
menanggapi setiap faktor tersebut? Berilah penjelasan secukupnya!
4. Salah satu faktor dalam tubuh hewan yang harus dijaga adalah suhu
tubuh. Jelaskan cara hewan homeotermik menjaga homeostasis suhu
tubuh!
5. Kemukakan masing-masing dua contoh fungsi dalam tubuh hewan
yang terselenggara dengan sistem umpan balik negatif dan positif!
6. Jelaskan perbedaan antara sistem umpan balik positif dan sistem
umpan balik negatif! Jelaskan pula persamaannya!
7. Apa yang dimaksud dengan adaptasi, regulasi, konformer, dan
regulator?
P
T
K
A
N
I
S
I
U
S
Fisiologi hewan 1.pdf

More Related Content

Similar to Fisiologi hewan 1.pdf

Pedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyu
Pedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyuPedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyu
Pedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyu
juraijbwz
 
Makalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari
Makalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hariMakalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari
Makalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari
FAJAR MENTARI
 
Kelas02 ipa heri-sulistyanto
Kelas02 ipa heri-sulistyantoKelas02 ipa heri-sulistyanto
Kelas02 ipa heri-sulistyanto
Widya Dewi
 
Edible Coating pada Buah Durian Terolah Minimal
Edible Coating pada Buah Durian Terolah MinimalEdible Coating pada Buah Durian Terolah Minimal
Edible Coating pada Buah Durian Terolah Minimal
Penerbit Manggu
 
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasiEkosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Willy Filcco
 

Similar to Fisiologi hewan 1.pdf (20)

Pedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyu
Pedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyuPedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyu
Pedoman teknis-pengelolaan-konservasi-penyu
 
Rpp kurtilas kelas VI tema 1 sub tema 3 pb 3
Rpp kurtilas kelas VI  tema 1 sub tema 3 pb 3Rpp kurtilas kelas VI  tema 1 sub tema 3 pb 3
Rpp kurtilas kelas VI tema 1 sub tema 3 pb 3
 
Mari belajar ipa untuk kelas 2 - sjaeful anwar
Mari belajar ipa untuk kelas 2  - sjaeful anwarMari belajar ipa untuk kelas 2  - sjaeful anwar
Mari belajar ipa untuk kelas 2 - sjaeful anwar
 
TUGAS EKOTOKSIKOLOGI RUMAH SAKIT TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS EKOTOKSIKOLOGI RUMAH SAKIT TEKNIK LINGKUNGANTUGAS EKOTOKSIKOLOGI RUMAH SAKIT TEKNIK LINGKUNGAN
TUGAS EKOTOKSIKOLOGI RUMAH SAKIT TEKNIK LINGKUNGAN
 
Makalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari
Makalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hariMakalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari
Makalah Manfaat Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari
 
Kelas02 ipa heri-sulistyanto
Kelas02 ipa heri-sulistyantoKelas02 ipa heri-sulistyanto
Kelas02 ipa heri-sulistyanto
 
IPA Modul 2 KB 2 Rev
IPA Modul 2 KB 2 RevIPA Modul 2 KB 2 Rev
IPA Modul 2 KB 2 Rev
 
Edible Coating pada Buah Durian Terolah Minimal
Edible Coating pada Buah Durian Terolah MinimalEdible Coating pada Buah Durian Terolah Minimal
Edible Coating pada Buah Durian Terolah Minimal
 
SILABUS P S.GENAP KLS8 mulai kd 3.8.docx
SILABUS  P S.GENAP KLS8 mulai kd 3.8.docxSILABUS  P S.GENAP KLS8 mulai kd 3.8.docx
SILABUS P S.GENAP KLS8 mulai kd 3.8.docx
 
Irwan-Buku-Etika-dan-Perilaku-Kesehatan.pdf
Irwan-Buku-Etika-dan-Perilaku-Kesehatan.pdfIrwan-Buku-Etika-dan-Perilaku-Kesehatan.pdf
Irwan-Buku-Etika-dan-Perilaku-Kesehatan.pdf
 
Tugas makalah Analisa Sumber Daya Alam (ASDAL) BAB1,BAB2,BAB3
Tugas makalah Analisa Sumber Daya Alam (ASDAL) BAB1,BAB2,BAB3Tugas makalah Analisa Sumber Daya Alam (ASDAL) BAB1,BAB2,BAB3
Tugas makalah Analisa Sumber Daya Alam (ASDAL) BAB1,BAB2,BAB3
 
Makalah Nemathelminthes
Makalah NemathelminthesMakalah Nemathelminthes
Makalah Nemathelminthes
 
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasiEkosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
Ekosistem dan-sumberdaya-alam-pesisir-penerapan-pendidikan-karakter-konservasi
 
Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)
Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)
Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)
 
Makalah Geografi
Makalah GeografiMakalah Geografi
Makalah Geografi
 
Laporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrataLaporan sistematika invertebrata
Laporan sistematika invertebrata
 
Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5
Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5
Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5
 
Ipa 1
Ipa 1Ipa 1
Ipa 1
 
Makalah dekor taman
Makalah dekor tamanMakalah dekor taman
Makalah dekor taman
 
Ilmu pengetahuan alam untuk kelas 1 - heri sulistyanto
Ilmu pengetahuan alam untuk kelas 1  - heri sulistyantoIlmu pengetahuan alam untuk kelas 1  - heri sulistyanto
Ilmu pengetahuan alam untuk kelas 1 - heri sulistyanto
 

More from RiyamaraAulia

Peralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdf
Peralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdfPeralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdf
Peralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdf
RiyamaraAulia
 
LEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdf
LEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdfLEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdf
LEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdf
RiyamaraAulia
 
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
RiyamaraAulia
 
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
RiyamaraAulia
 

More from RiyamaraAulia (9)

ppt kelompok 6 teori piaget (1).pdf
ppt kelompok 6 teori piaget (1).pdfppt kelompok 6 teori piaget (1).pdf
ppt kelompok 6 teori piaget (1).pdf
 
Peralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdf
Peralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdfPeralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdf
Peralatan Laboratorium IPA (1) (1).pdf
 
ppt kelompok 6 teori piaget.pdf
ppt kelompok 6 teori piaget.pdfppt kelompok 6 teori piaget.pdf
ppt kelompok 6 teori piaget.pdf
 
MAKALAH LAB IPA (11) (2).docx
MAKALAH LAB IPA (11) (2).docxMAKALAH LAB IPA (11) (2).docx
MAKALAH LAB IPA (11) (2).docx
 
LEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdf
LEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdfLEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdf
LEMBAR KERJA MAHASISWA _sejarah sains_copy (1).pdf
 
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
 
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
Natural Resources Conservation Major for College_ Natural Resources Managemen...
 
Makalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docxMakalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docx
 
Fisiologi hewan 1 (1).pdf
Fisiologi hewan 1 (1).pdfFisiologi hewan 1 (1).pdf
Fisiologi hewan 1 (1).pdf
 

Fisiologi hewan 1.pdf

  • 1.
  • 2. FISIOLOGI H E W A N P T K A N I S I U S
  • 3. Ketentuan Pidana Pasal 113 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). P T K A N I S I U S
  • 4. PENERBIT PT KANISIUS FISIOLOGI H E W A N Wiwi Isnaeni EDISI REVISI P T K A N I S I U S
  • 5. Fisiologi Hewan (Edisi Revisi) 1019002099 ©2019 PT Kanisius PENERBIT PT KANISIUS (Anggota IKAPI) Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, INDONESIA Telepon (0274) 588783, Fax (0274) 563349 E-mail : office@kanisiusmedia.co.id Website: www.kanisiusmedia.co.id Cetakan ke- 5 4 3 2 1 Tahun 23 22 21 20 19 Pengarang : Wiwi Isnaeni Editor : Cicilia Heni Desainer isi : Kartika Desainer cover : Hermanus Yudi ISBN 978-979-21-6271-4 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta P T K A N I S I U S
  • 6. 5 Kusampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Ayah bundaku tercinta, Ayahanda Soedjono (alm) dan Ibunda Mukninah atas cinta kasih yang tulus dan suci serta bimbingan yang tiada akhir. 2. Suami tercinta (Mirwan alm.), para buah hatiku terkasih yang sholeh dan sholehah: Angga, Ima dan Izza; yang selalu berbakti dengan tulus dan sabar; serta semua cucuku tersayang: Alia, Rizqi, Arfa, Rahma, Alma, dan Akmal yang telah memperindah hidup ini. 3. Para guruku di SD, SMP, dan SMA (SMPP) di Banyumas, serta pada dosenku di Yogyakarta, atas limpahan ilmu dan bimbingannya. Berkaryalah dengan penuh ISTIQOMAH. Dengan istiqomah, seseorang menjadi kuat dan penuh semangat dalam berjuang, rela berkorban, serta berdoa tiada henti. P T K A N I S I U S
  • 8. 7 Buku Fisiologi Hewan sangat diperlukan oleh siswa, mahasiswa, maupun akademisi yang sedang mempelajari Fisiologi Hewan. Dalam Fisiologi Hewan dikaji tentang fungsi tubuh hewan, baik pada tingkatan sel, jaringan, maupun organ. Fisiologi Hewan merupakan salah satu mata kuliah yang dipelajari oleh mahasiswa berbagai jurusan, antara lain jurusan Biologi, Peternakan, dan Kedokteran Hewan. Sama seperti pada buku yang terdahulu, pada buku Fisiologi Hewan edisi revisi ini, kajian dibagi menjadi 12 bab. Bab 1 menjelaskan berbagai konsep dasar dalam fisiologi, respons hewan terhadap lingkungan, dan mekanisme homeostasis; Bab 2 menjelaskan struktur dan fungsi sel serta proses transpor zat melintasi membran sel; Bab 3 sampai dengan Bab 12 berturut-turut menguraikan fungsi sistem saraf, reseptor dan efektor, endokrin, pencernaan, sirkulasi, respirasi, termoregulasi, ekskresi, osmoregulasi, dan reproduksi. Dalam buku edisi revisi ini, setiap bab dilengkapi dengan lebih banyak gambar dan uraian tentang berbagai hal terkait sebagai contoh, yang bermanfaat bagi pembaca untuk memahami isi bab tersebut secara lebih mudah. Dibandingkan buku sebelumnya, dalam buku edisi revisi ini terdapat beberapa perubahan, antara lain kajian yang lebih mendalam mengenai struktur berbagai organ indra dan cara berfungsinya, baik pada vertebrata Prakata P T K A N I S I U S
  • 9. Fisiologi Hewan 8 maupun invertebrata. Perubahan lain yang disajikan pada buku edisi revisi ini ialah tentang respons tubuh hewan terhadap fotopriode (lama waktu pencahayaan), khususnya pada perkembangan gonade hewan. Selain itu, disajikan pula respons berbagai hewan terhadap kondisi stres, misalnya respons hewan ternak terhadap kondisi stres. Buku Fisiologi Hewan edisi revisi ini dilengkapi dengan lebih banyak gambar, dengan harapan dapat membantu pembaca dalam usahanya memahami isi buku ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang, Ketua Jurusan Biologi, dan rekan-rekan di Jurusan Biologi FMIPA UNNES, serta semua pihak yang telah memotivasi penulis untuk merevisi buku Fisiologi Hewan yang terbit pertama kali pada tahun 2006. Penulis juga sangat berterima kasih kepada pembaca dan pengguna buku Fisiologi Hewan yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Ummi, Dinda, Ferdiana, Diana, dan Jihan yang telah membantu proses revisi buku ini. Semoga Allah Subhanahu Wata'ala selalu merahmati dan meridhoi Anda semua. Aamiin ya rabbal'alamin. Akhirnya, semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada para pembaca. Penulis P T K A N I S I U S
  • 10. 9 Prakata ....................................................................................................................................... 5 Daftar Isi.................................................................................................................................... 7 Daftar Gambar....................................................................................................................... Bab 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis................................. 11 Pengertian dan Ruang Lingkup Fisiologi.................................................. 13 Konsep Dasar dalam Fisiologi......................................................................... 14 Berbagai Macam Respons Hewan terhadap Lingkungan ............... 17 Adaptasi Hewan terhadap Lingkungan yang Memiliki 4 Musim 27 Mekanisme Homeostasis.................................................................................... 29 Rangkuman................................................................................................................ 37 Pelatihan ..................................................................................................................... 38 Bab 2 Struktur, Fungsi, dan Sifat Sel, serta Transpor Zat Melalui Membran ............................................................................... 39 Struktur dan Fungsi Organela Sel ................................................................ 40 Sifat Fisika dan Kimia Protoplasma............................................................. 47 Metabolisme Sel....................................................................................................... 50 Membran Biologis dan Perannya dalam Transpor Zat...................... 53 Struktur Mosaik Cair Membran Sel............................................................. 54 Daftar Isi P T K A N I S I U S
  • 11. Fisiologi Hewan 10 Transpor Pasif dan Aktif..................................................................................... 57 Rangkuman................................................................................................................ 64 Pelatihan....................................................................................................................... 65 Bab 3 Neuron dan Sistem Saraf ................................................................................ 67 Neuron atau Sel Saraf .......................................................................................... 68 Komponen Penyusun Sistem Saraf .............................................................. 72 Fisiologi Saraf ........................................................................................................... 73 Perpindahan Impuls Melintasi Sinaps......................................................... 79 Organisasi Sistem Saraf....................................................................................... 86 Rangkuman................................................................................................................ 97 Pelatihan....................................................................................................................... 97 Bab 4 Reseptor dan Efektor.......................................................................................... 99 Pengelompokan dan Fisiologi Reseptor..................................................... 100 Penerimaan Rangsang oleh Reseptor........................................................... 104 Efektor dan Cara Kerjanya................................................................................ 124 Rangka dan Perannya dalam Pergerakan................................................... 135 Rangkuman................................................................................................................ 140 Pelatihan....................................................................................................................... 140 Bab 5 Sistem Endokrin.................................................................................................... 143 Fungsi Sistem Endokrin secara Umum...................................................... 144 Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon........................................................ 149 Mekanisme Aksi Hormon.................................................................................. 151 Sistem Endokrin pada Invertebrata.............................................................. 156 Sistem Endokrin pada Vertebrata.................................................................. 165 Pengaruh Berbagai Macam Stres terhadap Proses Fisiologis Hewan ................................................................ 174 Hormon yang Berpengaruh terhadap Kebahagiaan (Emosi dan Mood) ................................................................................................. 177 Sintesis Hormon...................................................................................................... 179 Rangkuman ............................................................................................................... 182 Pelatihan ..................................................................................................................... 182 P T K A N I S I U S
  • 12. Daftar Isi 11 Bab 6 Sistem Pencernaan ............................................................................................... 185 Macam Organ dan Cara Memperoleh Makanan pada Hewan.... 186 Pencernaan Makanan .......................................................................................... 192 Karakter Lambung Ruminansia..................................................................... 198 Rangkuman ............................................................................................................... 214 Pelatihan ..................................................................................................................... 215 Bab 7 Sistem Sirkulasi ..................................................................................................... 217 Fungsi Sistem Sirkulasi ....................................................................................... 218 Macam Cairan Tubuh Hewan ....................................................................... 219 Sistem Sirkulasi Terbuka dan Tertutup ..................................................... 221 Komposisi Darah ................................................................................................... 224 Jantung Hewan dan Cara Kerjanya ............................................................ 227 Pembuluh Darah .................................................................................................... 233 Pertukaran Zat di Jaringan ............................................................................... 238 Rangkuman ............................................................................................................... 241 Pelatihan ..................................................................................................................... 242 Bab 8 Sistem Respirasi .................................................................................................... 245 Berbagai Organ Pernapasan pada Hewan ................................................ 246 Pertukaran Gas O2 dan CO2 ........................................................................... 250 Transpor Oksigen .................................................................................................. 254 Transpor CO2 .......................................................................................................... 257 Pengaturan Respirasi (Pernapasan) .............................................................. 261 Rangkuman ............................................................................................................... 264 Pelatihan ..................................................................................................................... 264 Bab 9 Termoregulasi ......................................................................................................... 265 Pentingnya Suhu Tubuh yang Stabil bagi Hewan ............................... 266 Poikiloterm dan Homeoterm ......................................................................... 267 Interaksi Panas antara Hewan dan Lingkungannya ........................... 268 Termoregulasi pada Ektoterm ........................................................................ 273 Termoregulasi pada Endoterm ....................................................................... 278 Rangkuman ............................................................................................................... 292 Pelatihan ..................................................................................................................... 293 P T K A N I S I U S
  • 13. Fisiologi Hewan 12 Bab 10 Sistem Pengeluaran .......................................................................................... 295 Berbagai Organ Pengeluaran dan Cara Kerjanya ................................ 295 Pengeluaran Senyawa Bernitrogen ............................................................... 304 Rangkuman ............................................................................................................... 309 Pelatihan ..................................................................................................................... 309 Bab 11 Osmoregulasi ....................................................................................................... 311 Pentingnya Osmoregulasi bagi Hewan ..................................................... 312 Organ yang Terlibat dalam Osmoregulasi ............................................... 316 Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Air Laut .............................. 317 Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Air Tawar ........................... 323 Osmoregulasi pada Invertebrata Air Tawar.............................................. 325 Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Payau .................................... 325 Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Darat .................................... 328 Osmoregulasi pada Invertebrata Darat ..................................................... 328 Osmoregulasi pada Vertebrata Darat ......................................................... 330 Rangkuman ............................................................................................................... 332 Pelatihan ..................................................................................................................... 333 Bab 12 Sistem Reproduksi ........................................................................................... 335 Mekanisme Reproduksi ..................................................................................... 336 Susunan Fungsional Organ Reproduksi pada Hewan ...................... 338 Spermatogenesis dan Oogenesis..................................................................... 340 Pembuahan, Kebuntingan, dan Kelahiran .............................................. 355 Rangkuman ............................................................................................................... 358 Pelatihan ..................................................................................................................... 359 Glosarium ................................................................................................................................ 361 Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 375 Indeks ......................................................................................................................................... 381 P T K A N I S I U S
  • 14. 13 BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis Setiap individu hewan memiliki dan membutuhkan suatu lingkungan tertentu sebagai tempat hidupnya, dapat berupa lingkungan akuatik maupun terestrial. Dalam rangka mempertahankan hidupnya, setiap individu hewan dituntut untuk mampu menyelenggarakan berbagai fungsi kehidupan, antara lain makan, bernapas, bergerak, dan berkembang biak. Kondisi lingkungan hewan dapat berubah setiap saat. Perubahan kondisi lingkungan tempat hidup hewan dapat menimbulkan perubahan dalam tubuh hewan sehingga hewan perlu merespons dengan cara yang tepat. Pada bab ini dijelaskan berbagai macam respons hewan terhadap kondisi lingkungan mereka. Setiap jenis lingkungan memiliki berbagai faktor yang dapat menjadi rangsang bagi hewan. Setiap jenis lingkungan memberikan tantangan yang berbeda terhadap hewan dan setiap tantangan dari lingkungan hewan akan ditanggapi oleh hewan dengan cara tertentu yang spesifik. Tanggapan/respons hewan terhadap tantangan yang berasal dari lingkungannya bertujuan untuk menjaga kondisi homeostasis pada BAB 1 P T K A N I S I U S
  • 15. Fisiologi Hewan 14 tubuh hewan itu. Kondisi homeostasis ialah kondisi lingkungan dalam tubuh hewan yang tetap seimbang. Pada bab ini juga dijelaskan mekanisme homeostasis pada tubuh hewan, serta sistem umpan balik positif dan negatif. Agar hewan dapat tetap hidup, setiap fungsi hidup pada hewan harus diatur dan dikendalikan dengan cara tertentu. Mekanisme kerja dari fungsi kehidupan dan segala hal yang dilakukan hewan dalam mempertahankan kondisi homeostasis ini merupakan inti kajian dalam fisiologi hewan. Dengan demikian, Fisiologi Hewan merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut demi terciptanya kondisi homeostasis. Setiap individu hewan akan memilih tempat hidup yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya. Sekalipun demikian, kondisi lingkungan luar yang sering mengalami perubahan dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan di dalam tubuh hewan. Selain itu, perubahan aktivitas hewan tersebut juga dapat menyebabkan perubahan lingkungan dalam tubuhnya. Apabila kondisi lingkungan di dalam tubuh hewan berubah, hewan harus berupaya mencegah terjadinya perubahan lebih lanjut dengan cara mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk memudahkan cara belajar Anda, bab ini diawali dengan uraian tentang pengertian dan ruang lingkup fisiologi hewan, respons hewan terhadap lingkungan, dan beberapa konsep dasar yang diperlukan untuk mengkaji fungsi tubuh hewan. Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan pengertian tentang lingkungan internal, cairan tubuh, mekanisme homeostasis, regulasi, dan adaptasi. Anda juga diharapkan mampu menunjukkan contoh hewan yang termasuk golongan hewan konformer dan regulator, serta respons hewan terhadap perubahan kondisi lingkungan luar, mampu menjelaskan berbagai faktor lingkungan terestrial dan akuatik yang berpengaruh positif dan negatif terhadap hewan, serta memberikan contoh respons hewan terhadap faktor lingkungan. P T K A N I S I U S
  • 16. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 15 Selain itu, Anda juga diharapkan dapat menjelaskan mekanisme kerja sistem umpan balik positif dan negatif dengan memilih contoh peristiwa dalam tubuh yang bekerja melalui sistem umpan balik positif dan negatif. Anda pun diharapkan dapat memperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada hewan apabila sistem umpan balik positif atau negatif dalam tubuhnya mengalami gangguan. Pengertian dan Ruang Lingkup Fisiologi Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup, serta proses pengaturan terhadap semua fungsi yang ada dalam sistem tersebut. Berbagai peristiwa dan aktivitas yang terjadi pada sistem hidup, selanjutnya disebut fungsi kehidupan atau fungsi hidup. Jadi, fungsi hidup ialah fungsi dari semua sistem yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Sistem hidup merupakan sesuatu yang kompleks dan bervariasi sehingga dalam bidang fisiologi hewan, pengkajian fungsi hidup akan dibahas secara kompleks dan bervariasi. Fisiologi hewan tidak hanya mengkaji fungsi setiap sistem yang ada dalam tubuh, tetapi juga mengkaji alasan dan cara berfungsinya sistem itu. Dalam Fisiologi Hewan dibahas tentang cara-cara yang dilakukan hewan untuk dapat bertahan hidup di suatu lingkungan, antara lain sebagai berikut. 1. Cara yang dilakukan hewan untuk memperoleh air dalam jumlah cukup atau dalam menghindari pemasukan air yang berlebihan ke dalam tubuh. 2. Cara hewan mempertahankan diri dari keadaan yang membahayakan, seperti suhu yang sangat dingin atau sangat panas. 3. Cara hewan berpindah tempat untuk menemukan lingkungan yang sesuai agar dapat memperoleh makanan atau menemukan lingkungan yang sesuai untuk kawin. 4. Cara hewan memperoleh informasi tentang keadaan di lingkungannya. P T K A N I S I U S
  • 17. Fisiologi Hewan 16 Antara fungsi dan struktur tubuh hewan memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, untuk mempelajari fungsi jaringan atau organ tertentu, terlebih dahulu kita harus memahami struktur organ atau jaringan yang dimaksud. Seseorang tidak mungkin mempelajari fungsi suatu sistem, tanpa mempelajari struktur yang bertanggung jawab atas fungsi tersebut. Kajian tentang struktur tubuh hewan dapat menjadi tiga tingkatan, yaitu ana­ tomi, histologi, dan sitologi. Ketiga hal tersebut masing-masing mengkaji struktur organ, jaringan, dan sel. Pada saat ini kita bahkan dapat mem­ pe­ la­ jari struktur sel pada tingkat submikroskopis untuk memahami organisasi sel pada tingkat subseluler dan pada tingkat molekuler. Mempelajari struktur dan mempelajari fungsi pada dasarnya memiliki perbedaan hakiki. Mempelajari struktur pada hakikatnya mengkaji sesuatu yang bersifat statis menggunakan bahan yang telah mati, sedangkan mem­ pelajari fungsi pada hakikatnya mengkaji sesuatu yang dinamis dan menggunakan bahan hidup. Berbagai proses yang dipelajari dalam fisio­ logi meliputi proses yang terjadi pada tingkat organ, jaringan, sel, dan juga pada tingkat molekul, bukan hanya proses-proses yang terkait dengan fungsi tubuh hewan pada tingkat individu. Oleh karena itu, untuk dapat mempelajari fisiologi hewan secara optimal Anda harus sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang anatomi hewan, histologi hewan, biologi sel, dan biokimia. Konsep Dasar dalam Fisiologi Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam kajian tentang fungsi tubuh, mari kita kenali terlebih dahulu beberapa konsep penting yang sangat kita perlukan sebagai dasar dalam mempelajari fisiologi hewan. Konsep dasar yang dimaksud meliputi konsep tentang lingkungan internal, cairan tubuh, homeostasis, regulasi, dan adaptasi. Mengapa konsep tersebut P T K A N I S I U S
  • 18. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 17 dianggap sebagai konsep dasar dalam mempelajari fungsi tubuh hewan? Mari kita ikuti uraian berikut! Setiap sistem hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungannya, juga mengatur dan mengontrol jenis reaksi yang ditimbulkannya. Pada tahun 1879, Claude Bernard (ahli fisiologi asal Prancis) mengusulkan suatu syarat pen­ ting bagi hewan agar dapat bertahan hidup di lingkungannya. Syarat yang dimaksud ialah bahwa hewan harus mampu mempertahankan stabilitas lingkungan internalnya (cairan tubuhnya). Selanjutnya, Bernard menge­­ mukakan bahwa penyebab terjadinya berbagai reaksi yang mampu menstabilkan lingkungan internal tubuh hewan ialah adanya senyawa khusus yang disebut hormon. Hormon ialah senyawa/zat khusus yang dihasilkan oleh suatu organ (organ endokrin) dan dikeluarkan ke cairan jaringan. Pernyataan tersebut menjadi pelopor munculnya gagasan menge­ nai hormon dan regulasi kimiawi. Pada tahun 1929 W.B. Cannon (ahli fisiologi asal Amerika) mengem­ bangkan gagasan Bernard dan memperkenalkannya dengan istilah home­ ostasis. Homeostasis ialah keadaan lingkungan internal hewan yang konstan, juga mekanisme yang bertanggung jawab atas keadaan konstan ter­ sebut. Lingkungan internal ialah cairan dalam tubuh hewan yang merupakan tempat hidup bagi sel penyusun tubuh. Cairan tubuh hewan meliputi darah, cairan interstisial, cairan selomik, dan cairan lain yang terdapat dalam tubuh. Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus mengatur kondisi ling­ kungan internalnya, antara lain keasaman atau pH, suhu tubuh, kadar garam, kandungan air, dan kandungan nutrien atau zat gizi. Mamalia (golongan hewan yang memiliki kelenjar susu) dan aves (golongan burung) memiliki kemampuan mengatur berbagai faktor tersebut dengan sangat tepat. Oleh karena itu, aves dan mamalia disebut sebagai regulator. Sebagai mamalia, tubuh kita pun melakukan berbagai pengaturan agar kondisi dalam tubuh tetap terjaga. Dapatkah kita menunjukkan P T K A N I S I U S
  • 19. Fisiologi Hewan 18 bukti bahwa tubuh kita juga melakukan berbagai pengaturan, misalnya pengaturan suhu tubuh seperti yang dimaksud di atas? Coba pikirkan hal yang kita alami ketika udara sangat panas atau sangat dingin! Apabila tubuh kita sedang dalam keadaan sehat (normal), pada cuaca sangat panas tubuh kita berkeringat. Sebaliknya, apabila udara sangat dingin tubuh kita akan kedinginan dan bahkan mungkin menggigil. Nah, itulah salah satu bukti bahwa tubuh kita sedang mengatur suhu. Dalam hal ini, manusia dikatakan melakukan regulasi suhu tubuh atau termoregulasi. Kebanyakan hewan (selain aves dan mamalia) tidak mampu memper­ tahankan keadaan lingkungan internal yang selalu seimbang. Hewan yang lingkungan internalnya berubah seiring dengan perubahan lingkungan eksternal, disebut aebagai golongan hewan konformer. Proses timbulnya perubahan dalam tubuh hewan yang membuat hewan tersebut dapat bertahan ketika lingkungan eksternalnya berubah, disebut proses adaptasi. Lisang sungai (endoterm) Ikan karnivor (Largemouth fish) Suhu tubuh (°C) Suhu lingkungan (°C) Gambar 1.1 Grafik hubungan antara suhu tubuh dari lisang sungai (hewan endotermik) dan ikan karnivor Micropterus salmoides (hewan ektotermik) dengan suhu lingkungannya (Campbell et al., 2008). Pada Gambar 1.1 diperlihatkan grafik hubungan antara suhu tubuh dari dua macam hewan akuatik dan suhu lingkungannya. Dua macam hewan yang dimaksud ialah golongan hewan regulator (lisang sungai) dan P T K A N I S I U S
  • 20. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 19 golongan hewan konformer (ikan karnivor: Largemouth fish/Micropterus salmoides). Lisang sungai mampu mengatur/menjaga suhu tubuhnya agar tetap stabil selama berlangsungnya perubahan suhu lingkungan dengan kisaransuhuyangrelatiflebar.Sementaraituikankarnivor(Largemouthfish) hanya mampu menyesuaikan antara suhu lingkungan internal tubuhnya dengan suhu lingkungan akuatik di sekitarnya (dengan beradaptasi). Adaptasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aklimasi dan aklimatisasi. Aklimasi adalah perubahan adaptif yang terjadi pada hewan dalam kondisi laboratorium yang terkendali. Dalam keadaan demikian, biasanya hanya satu atau dua faktor lingkungan yang berubah. Hal demikian sangat jarang terjadi dalam kondisi alamiah. Di lingkungan alamiah, perubahan faktor lingkungan biasanya bersifat kompleks. Perubahan kompleks dalam tubuh, yang terjadi pada kondisi alamiah dan berkaitan dengan adanya perubahan banyak faktor lingkungan eksternal, dinamakan aklimatisasi. Untuk memahami fungsi tubuh hewan secara utuh, diperlukan kajian berbagai fungsi tubuh secara lengkap, baik pada kondisi alamiah maupun pada kondisi laboratorium. Sayangnya, mempelajari fungsi tubuh hewan pada kondisi alamiah sangat sulit dan hanya dapat dilakukan untuk hewan tertentu saja. Dengan demikian, mempelajari fungsi tubuh hewan dalam lingkup laboratorium sama pentingnya dengan mempelajari fungsi tubuh hewan dalam lingkungan alami di habitat aslinya. Berbagai Macam Respons Hewan terhadap Lingkungannya Telah dikemukakan bahwa fisiologi mempelajari berbagai gejala pada organisme dan usaha mereka untuk bertahan atau proses menanggapi rangsang yang berasal dari lingkungan eksternal. Pengetahuan mengenai fungsi muncul bersama dengan munculnya pengetahuan tentang hidup dan kehidupan. Hidup merupakan suatu sistem dinamis yang melibatkan interaksi terus-menerus antara organisme dan lingkungannya. Seorang ahli fisiologi asal Rusia (K. Bycov) mendefinisikan fisiologi hewan dan manusia sebagai studi tentang fungsi pada tubuh hewan dan manusia, P T K A N I S I U S
  • 21. Fisiologi Hewan 20 serta interaksinya dengan lingkungan mereka. Dengan demikian, jelas bahwa penyelenggaraan berbagai fungsi tubuh hewan (dan manusia) pada dasarnya tidak pernah lepas dari pengaruh berbagai faktor yang ada di lingkungan tempat hidupnya. Lingkungan hewan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan terestrial dan akuatik. 1. Respons Hewan terhadap Lingkungan Akuatik Lingkungan akuatik adalah tempat hidup hewan yang berupa air, baik air tawar, air laut, dan air payau. Sebagian besar permukaan bumi (lebih dari 70%) tertutup oleh air. Sebagian terbesar dari perairan tersebut berupa lautan atau marine (air asin). Air tawar yang terdapat pada danau dan sungai hanya merupakan bagian kecil saja, yaitu 1% dari luas seluruh permu­ kaan air, dan hanya 0,01% dari volume seluruh air laut. Kehidupan dapat dijumpai di berbagai kedalaman air, baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam, hingga kedalamannya dapat mencapai 10.000 m atau lebih. Peningkatan kedalaman air berkaitan dengan peningkatan tekanan air. Setiap peningkatan kedalaman air sebesar 10 m akan diikuti dengan peningkatan tekanan air sebesar 1 atm. Tekanan yang ditimbulkan oleh air tersebut dinamakan tekanan hidrostatik. Pada lingkungan akuatik yang sangat dalam seperti Palung Challenger di Pasifik Utara, kedalaman air mencapai 10.860 m dan tekanan hidrostatik mencapai 1086 atm. Pada kedalaman tersebut tidak ditemukan adanya kehidupan. Apa sebabnya? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus mengingat kembali materi perkuliahan Biologi Sel, khususnya bagian yang mengkaji pengaruh tekanan hidrostatik terhadap aktivitas enzim dan struktur membran sel. Tekanan hidrostatik yang tinggi dapat memengaruhi berbagai hal pada sel, antara lain menghambat aktivitas enzim, memengaruhi struktur membran sel, memengaruhi peralihan fase sitoplasma (dari fase sol ke fase P T K A N I S I U S
  • 22. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 21 gel atau sebaliknya), bentuk dan pergerakan sel, serta aktivitas reproduksi sel. Pada tingkat molekuler, peralihan fase sol-gel merupakan perwujudan dari adanya perubahan bentuk protein monomer ke bentuk polimer. Tekanan hidrostatik yang tinggi juga dapat meningkatkan pem­ ben­ tukan ikatan hidrogen, tetapi menghambat interaksi ionik dan hidrofobik. Hal tersebut mengakibatkan adanya penghambatan proses pembentukan mikrotubulus. Akibat selanjutnya, berbagai proses lain yang tergantung pada pembentukan mikrotubulus juga terhambat. Proses-proses yang tergantung pada pembentukan mikrotubulus antara lain pembentukan kaki semu pada ameba dan pembelahan sel. Penga­­ ruh hambatan pembentukan mikrotubulus terhadap pergerakan ameba dapat terjadi karena pergerakan ameba menggunakan kaki semu sepenuhnya bergantung pada adanya mikrotubulus dan interaksinya de­ ngan komponen membran, serta adanya perubahan bentuk sel yang diper­ lukan selama pergerakan sel. Dengan demikian, jelas bahwa hambatan terhadap pembentukan mikrotubulus akan berpengaruh negatif terhadap pergerakan ameba. Cobalah buat penjelasan singkat untuk menjelaskan pengaruh tekanan hidrostatik yang tinggi terhadap proses pembelahan sel, misalnya pada zigot landak laut! Apabila merasa sulit memikirkannya seorang diri, cobalah mendiskusikannya dalam tim kerja! Peningkatan tekanan hidrostatik hingga batas tertentu dapat diadaptasi oleh hewan barotoleran. Hewan barotoleran ialah hewan yang mampu hidup, berkembang, dan bereproduksi pada tekanan hidrostatik relatif tinggi. Suatu jenis hewan dapat memiliki kemampuan tersebut karena memiliki enzim yang akan tetap aktif pada tekanan tinggi, serta memiliki susunan membran dengan ikatan khusus yang mampu bertahan terhadap pengaruh tekanan hidrostatik tinggi. Setelah memperhatikan uraian tersebut, jelas bahwa tekanan hidro­ statik tinggi dapat menjadi faktor pembatas bagi penyebaran hewan di perairan yang dalam. Jumlah dan jenis hewan yang hidup di perairan P T K A N I S I U S
  • 23. Fisiologi Hewan 22 dalam juga dibatasi oleh ketersediaan nutrien. Hewan yang mampu hidup di perairan dalam hanya hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien terbatas, sekaligus bersifat barotoleran. Di semua perairan terkandung berbagai zat terlarut seperti garam, gas, sejumlah kecil senyawa organik, dan berbagai polutan. Air laut mengandung kira-kira 3,5% garam. Ion utama yang terdapat dalam air laut ialah natrium dan klor. Ion lain yang juga banyak terdapat dalam air laut ialah magnesium, sulfat, dan kalsium. Konsentrasi keseluruhan garam yang terkandung dalam air laut bervariasi, tergantung pada letak geografis suatu perairan. Sebagai contoh, konsentrasi garam di Laut Mediterania mencapai 4% karena adanya tingkat penguapan tinggi yang tidak berimbang dengan aliran air tawar dari sungai yang masuk ke perairan tersebut. Adanya aliran air dari sungai mengakibatkan kandungan garam di daerah tersebut (terutama di daerah pantai) menurun, menjadi lebih rendah daripada kandungan garam yang terdapat di laut terbuka (di laut lepas), meskipun jumlah zat terlarut relatif hampir konstan. Perbandingan jumlah zat-zat terlarut di laut terbuka disajikan pada Tabel 1.1. Tantangan terhadap hewan yang timbul dari lingkungan laut ialah salinitas yang tinggi dan ketersediaan air (water activity) yang relatif lebih rendah daripada lingkungan air tawar. Air merupakan komponen terbesar penyusun tubuh hewan sehingga kehidupan hewan sangat bergantung pada ketersediaan air. Hewan harus dapat memperoleh air dalam jumlah yang cukup untuk menyelenggarakan berbagai reaksi metabolik. Kekurangan air pada hewan dapat menyebabkan tertekannya aktivitas metabolisme dalam sel tubuh. Keadaan tersebut akan berpengaruh secara langsung terhadap aktivitas hewan secara keseluruhan, termasuk aktivitas pertumbuhan dan reproduksi. P T K A N I S I U S
  • 24. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 23 Tabel 1.1 Komposisi Air Laut Jenis ion Jumlah Ion / Liter Air Laut Jumlah Ion / Kilogram Air Laut mmol g mmol gram Natrium 470,20 10,813 475,4 10,933 Klor 548,30 19,440 554,4 19,658 Magnesium 53,57 1,303 54,17 1,317 Kalsium 10,23 0,410 10,34 0,414 Kalium 9,96 0,389 10,07 0,394 Sulfat 28,25 2,713 28,56 2,744 Bikarbonat 2,34 0,143 2,37 0,145 Sumber: Potts & Parry, 1964, cit. Schmidt-Nielsen, 1991. Sebagian besar organisme (termasuk hewan) tumbuh optimal pada tingkat ketersediaan air yang tinggi (lebih dari 0,95). Hewan yang demikian disebut hewan osmofilik. Sebagian hewan bersifat bersifat osmofilik dan sebagian lainnya bersifat osmotoleran. Osmotoleran adalah golongan hewan yang mampu hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang memiliki tingkat ketersediaan air relatif rendah. Ketersediaanairberkaitaneratdengankandungangaram(salinitas)yang terdapat dalam suatu lingkungan. Salinitas tinggi seperti yang ditemukan pada lingkungan laut menyebabkan penurunan tingkat ketersediaan air bagi hewan. Dalam lingkungan demikian, hewan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk memperoleh air dari lingkungannya. Di antara garam yang terlarut dalam air, kemungkinan terkandung berbagai ion yang bersifat racun (toksik). Oleh karena itu, peningkatan salinitas juga dapat meningkatkan kandungan zat toksik dalam suatu perairan. Sebagian hewan bergantung pada lingkungan yang memiliki konsentrasi ion tinggi seperti yang dijumpai pada lingkungan air bergaram (air laut). Hewan yang tinggal di lingkungan air tawar dan lingkungan air laut memiliki perbedaan pada proses osmoregulasinya. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan dapat berpengaruh terhadap proses fisiologis pada hewan. Hewan tertentu, contohnya ikan salmon, memiliki kemam­ puan P T K A N I S I U S
  • 25. Fisiologi Hewan 24 adaptasi yang unik. Ikan salmon hidup di lingkungan air laut, namun ikan ini bertelur di lingkungan air tawar. Faktor lingkungan akuatik yang memiliki nilai fisiologis terpenting untuk mendukung kehidupan hewan ialah suhu yang relatif stabil. Dari waktu ke waktu, suhu air tidak banyak mengalami perubahan. Perbedaan suhu air laut antara siang dan malam hari sangat kecil jika dibandingkan dengan perbedaan suhu atmosfer antara siang dan malam hari. Kestabilan suhu air sangat menguntungkan bagi hewan yang hidup di dalamnya, yang sebagian besar merupakan golongan hewan poikiloterm. Hewan poikilotem yaitu hewan yang suhu tubuhnya berubah-ubah akibat perubahan suhu lingkungan. Kestabilan suhu air ternyata berkaitan erat dengan sifat fisika dan kimia air itu sendiri. Air memiliki kapasitas panas yang tinggi sehingga memerlukan energi yang lebih tinggi untuk menaikkan suhunya, dibandingkan dengan jumlah energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu udara. Kapasitas panas air akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 2. Di daerah pantai kadang-kadang ditemukan lingkungan air payau, yakni daerah pada mulut sungai besar. Di daerah tersebut, air tawar dari sungai mengencerkan air laut hingga jarak tertentu. Oleh karena itu, kadar garam di lingkungan payau sangat bervariasi. Bentangan air payau di permukaan bumi kira-kira hanya 1% dari luas permukaan tanah. Apabila air laut sedang pasang naik, bentangan daerah payau akan meluas hingga ke sungai, dan pada saat demikian, kadar garam di daerah payau pun turun. Penurunan kadar garam juga dapat terjadi pada saat masukan air dari sungai meningkat. Daerah perairan payau memiliki nilai fisiologis sangat penting karena dapat berfungsi sebagai pembatas dalam penyebaran sejumlah hewan. Dengan demikian, kita dapat membedakan antara hewan laut dan hewan air tawar secara tegas. Daerah payau juga menjadi habitat yang sangat menarik karena merupakan peralihan antara lingkungan air laut dan air tawar dengan kadar garam yang berubah-ubah. P T K A N I S I U S
  • 26. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 25 Lingkungan air bergaram dapat ditemukan di perairan laut dan per­ airan payau, juga pada perairan tertentu di daratan. Sejumlah air tanah memiliki kandungan garam yang sangat tinggi, misalnya air di danau The Great Salt di Utah yang banyak mengandung NaCl, serta Laut Mati di Israel yang banyak mengandung magnesium dan klor. Di danau The Great Salt tidak ditemukan ikan, namun di perairan itu ditemukan udang jenis artemia yang dapat tumbuh subur. Sementara itu, di Laut Mati hanya ditemukan mikroorganisme. Lingkungan air tawar memiliki kandungan zat terlarut yang sangat bervariasi. Sebagian kecil garam yang terlarut dalam air tawar berasal dari air hujan, yang sebenarnya berasal dari air laut juga. Jumlah garam dalam air hujan pada mulanya sangat kecil, namun setelah melewati permukaan tanah komposisinya dapat menjadi sangat berubah. Apabila air hujan mengalir deras pada permukaan bebatuan yang tidak dapat atau sukar larut, penambahan zat terlarut ke dalam air tersebut sangat sedikit. Namun, apabila air hujan jatuh dan mengalir pada bebatuan yang porous dan mudah larut seperti bebatuan kapur, berbagai garam kalsium dalam jumlah besar akan larut dan meningkatkan kandungan garam dalam air hujan tersebut. Air dengan kandungan garam kalsium tinggi semacam itu dinamakan hard water, sedangkan air yang mengandung garam dalam jumlah sangat kecil dinamakan soft water. Total kandungan garam dalam air tawar berkisar antara kurang dari 0,1 mmol per liter hingga lebih dari 10 mmol per liter (lihat Tabel 1.2). P T K A N I S I U S
  • 27. Fisiologi Hewan 26 Tabel 1.2 Komposisi Ion dalam Hard Water, Soft Water, dan Air Jenis Lain (mmol per kg Air) Ion Soft Water (Danau) Air Sungai Hard Water (Sungai) Air Bergaram Perairan Laut Mati Natrium 0,17 0,39 6,13 640,0 1955,0 Magnesiun 0,15 0,21 0,66 6,0 2028,0 Kalsium 0,22 0,52 5,01 32,0 481,0 Kalium - 0,04 0,11 16,0 219,0 Klor 0,03 0,23 13,44 630,0 7112,0 Sulfat 0,09 0,21 1,40 54,0 5,3 Bikarbonat 0,43 1,11 1,39 3,0 3,7 Sumber: Schmidt-Nielsen, 1991 Air hujan secara alamiah bersifat sedikit asam karena adanya CO2 dariatmosferyang terlarut di dalamnya sehingga keasaman (pH) air dapat mencapai 5,6. Akan tetapi, banyak juga air hujan yang pH-nya mencapai 4, misalnya hujan yang jatuh di sebelah timur laut Amerika. Keasaman air hujan yang rendah tersebut diduga disebabkan oleh adanya SO2 dan NO yang berasal dari proses pembakaran fosil yang menggunakan asam kuat sebagai bahan bakar. Hujan semacam itu dinamakan hujan asam. Di Amerika, hujan asam merupakan hal yang biasa terjadi. Contoh lingkungan akuatik yang sangat asam (memiliki pH yang sangat rendah) antara lain sungai Rio Tinto di Spanyol. Sungai Tinto memiliki kandungan air yang asam karena merupakan bekas tambang logam. Pada perairan sungai itu, organisme yang bertahan hidup hanya mikrob tahan asam saja, yaitu mikrob Acidithiobacillus ferooxidans. Hujan asam dapat memengaruhi kehidupan organisme di tempat hujan tersebut turun. Keasaman yang berlebihan dapat menghambat proses pengambilan/penyerapan natrium secara aktif oleh hewan. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab musnahnya ikan dari danau yang berkadar garam sangat rendah atau matinya ikan ketika salju meleleh pada musim semi. Aliran salju cair saat musim semi menambahkan P T K A N I S I U S
  • 28. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 27 sejumlah besar asam ke dalam air sehingga pH-nya benar-benar tidak dapat dipertahankan. Hal itu menyebabkan lingkungan air menjadi sangat asam sehingga ikan kekurangan natrium dan akhirnya mati. 2. Respons Hewan terhadap Lingkungan Terestrial Keadaan lingkungan terestrial yang paling menguntungkan bagi hewan ialah ketersediaan oksigen yang berlimpah sehingga hewan dapat memperolehnya dengan mudah. Adapun faktor lingkungan yang menjadi ancaman paling besar bagi kehidupan terestrial adalah bahaya radiasi dan ancaman dehidrasi. a. Pengaruh Radiasi terhadap Hewan Radiasi ialah perpindahan panas yang terjadi antara dua benda tanpa ada kontak langsung di antara keduanya. Suhu permukaan benda yang beradiasi berpengaruh terhadap panjang gelombang dan intensitas radiasi yang dipancarkan. Permukaan benda yang lebih panas akan memancarkan radiasi dengan gelombang yang lebih pendek. Radiasi dengan panjang gelombang yang berbeda dapat diperlihatkan dengan warna yang berbeda pula. Matahari memancarkan radiasi dengan panjang gelombang yang bervariasi dan hal tersebut tercermin dari warna pelangi yang timbul ketika cahaya matahari dibiaskan. Semua benda, termasuk hewan dan manusia, mampu menerima radiasi dari lingkungannya. Kemampuan suatu benda untuk menerima radiasi yang sampai padanya dinamakan absorptivitas. Absorptivitas suatu benda bervariasi. Kulit manusia dan bulu binatang memiliki absorptivitas yang tinggi untuk kisaran spektrum inframerah (panjang gelombang sedang, yakni antara 5.000–10.000 nm). Jika dihadapkan pada sinar matahari secara langsung, kulit dan bulu yang berwarna lebih gelap akan menyerap energi yang lebih banyak daripada kulit dan bulu yang berwarna lebih terang. P T K A N I S I U S
  • 29. Fisiologi Hewan 28 Radiasi merupakan salah satu mekanisme penting untuk menjaga panas pada tubuh hewan. Hal ini akan dikaji lebih lanjut pada bab tentang termoregulasi. Radiasi ultraviolet dari matahari dapat menimbulkan efek mensterilkan, khususnya pada protozoa yang ada di atmosfer/udara. Sinar ultraviolet yang terserap secara selektif oleh asam nukleat dalam sel akan mengubahnya menjadi timin dimer siklobutan. Pembentukan timin dimer akan menghambat replikasi DNA. Proses seperti inilah yang menyebabkan timbulnya efek letal (mematikan) dan efek mutagenik organisme. Hasil penelitian Fauziyah, dkk. (2013) menunjukkan bahwa mencit yang dipaparkan pada radiasi sinar X dapat mengalami gangguan pada sistem resproduksinya. Dalam hal tersebut, gangguan sistem reproduksi mencit akibat paparan radiasi sinar X dapat berupa penurunan konsentrasi dan motilitas sperma mencit. b. Ancaman Dehidrasi bagi Hewan Dehidrasi berasal dari kata dehydration yang berarti pengeringan. Dalam fisiologi, istilah dehidrasi sering digunakan untuk menunjukkan kondisi tubuh yang kekurangan cairan. Dehidrasi dapat dialami hewan apabila tubuhnya kehilangan air dalam jumlah besar sehingga jumlah air dalam tubuh lebih sedikit dari jumlah yang seharusnya. Kehilangan air dari tubuh secara berkepanjangan dapat menyebabkan pengeringan. Ancaman dehidrasi dari lingkungan terestrial terhadap tubuh hewan berkaitan erat dengan peluang terjadinya penguapan air secara besar- besaran dari dalam tubuhnya. Tingkat penguapan yang tinggi sangat dipe­ ngaruhi oleh suhu udara yang tinggi dan kelembapan yang rendah, serta faktor fisika lain seperti kecepatan aliran udara (angin) dan luas per­ mukaan benda yang mengalami penguapan. Ancaman dehidrasi merupakan faktor pembatas bagi penyebaran hewan di daerah terestrial. Agar dapat hidup pada lingkungan terestrial, hewan harus melakukan berbagai upaya untuk menghindarkan diri dari ancaman dehidrasi. Pada bagian ini akan dikemukakan satu contoh upaya P T K A N I S I U S
  • 30. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 29 yang dilakukan organisme bersel satu (yaitu protozoa), untuk meng­ hin­ darkan diri dari bahaya dehidrasi. Upaya ini dilakukan dengan cara membentuk dinding protektif (kista) pada saat kondisi lingkungan sangat panas dan kering. Apabila keadaan lingkungan sudah baik (sesuai dengan kebutuhan hidup protozoa), dari dalam kista akan muncul sel baru (sel vegetatif). Adaptasi Hewan terhadap Lingkungan yang Memiliki 4 Musim Hewan yang tinggal di negara/wilayah dengan 4 musim (contohnya burung Calidris canutus) memiliki cara adaptasi khusus untuk bertahan hidup. Hewan tersebut beradaptasi dengan cara migrasi sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Contoh lainnya ialah bajing tanah (Spermophilus beldingi) yang beradaptasi dengan melakukan hibernasi. Hibernasi merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya penurunan aktivitas metabolisme pada hewan. Hewan yang melakukan hibernasi berusaha menghemat penggunaan energi, terutama selama musim dingin, pada saat terjadi kelangkaan makanan. Untuk mencapai kondisi hemat energi ini, proses-proses endotermis akan menurunkan tingkat metabolisme, yang berdampak pada penurunan suhu tubuh pada hewan tersebut. Bajing tanah menghabiskan 150 kkal per hari untuk mempertahankan suhu tubuh dalam cuaca dingin. Bajing yang berhibernasi hanya menghabiskan rata-rata 5-8 kkal per hari (perhatikan Gambar 1.2). Dengan demikian, menjadi jelas bahwa hibernasi sangat bermanfaat bagi hewan untuk menghemat penggunaan energi selama masa langka makanan. P T K A N I S I U S
  • 31. Fisiologi Hewan 30 Juni Suhu (°C) Laju metabolisme Agustus Oktober Desember Februari April Suhu liang Suhu lingkungan sekitar Suhu tubuh bajing Suhu tertinggi Metabolisme normal Peningkatan metabolisme yang penting untuk beraktivitas pada musim semi (panas) Gambar 1.2 Perbandingan antara tingkat metabolisme dalam tubuh hewan pada keadaan normal dan dalam keadaan berhibernasi (Campbell et al., 2008). Berdasarkan uraian di atas, kita dapat memahami adanya berbagai faktor lingkungan di tempat hidup hewan dapat memengaruhi kehidupan hewan yang ada di dalamnya. Salah satu di antaranya yang belum dijelaskan ialah tentang periode pencahayaan atau fotoperiodik. Hal ini berkaitan dengan lama waktu pencahayaan yang terjadi pada suatu lingkungan yang terjadi pada satu hari selama 24 jam. Lingkungan di daerah tropis seperti di negara kita, Indonesia, memiliki hari-hari dengan waktu terang dan waktu gelap yang relatif sama, masing-masing sekitar 12 jam. Namun, pada wilayah yang memiliki 4 musim, dapat ditemukan adanya hari-hari yang memiliki waktu pencahayaan (keadaan terang dan gelap) yang berbeda. Di wilayah tersebut, pada suatu saat dapat terjadi hari-hari dengan masa/ waktu terang lebih panjang dari waktu gelap atau sebaliknya. Panjang masa pencahayaan pada suatu lingkungan ternyata berpengaruh terhadap kondisi fisiologis hewan di lingkungan tersebut, terutama terhadap sistem reproduksinya. Hewan yang hidup di daerah dengan masa terang lebih panjang akan memiliki kadar testosteron lebih tinggi daripada hewan yang tinggal di lingkungan dengan masa gelap lebih panjang. Hal ini akan dikaji secara lebih rinci pada kajian tentang sistem reproduksi hewan. P T K A N I S I U S
  • 32. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 31 Mekanisme Homeostasis Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa menurut C. Bernard, stabilitas lingkungan internal merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh organisme yang ingin bertahan hidup dalam lingkungannya. Oleh W.B. Cannon, konsep tentang stabilitas lingkungan internal tersebut selanjutnya diperkenalkan dengan istilah homeostasis. Suatu hal yang penting untuk dicatat ialah bahwa sekalipun homeo berarti “serupa” (homo = sama), namun baik Bernard maupun Cannon tidak mengartikan kata homeostasis sebagai keadaan lingkungan internal yang konstan secara mutlak. Keadaan konstan yang dimaksud ialah keadaan konstan relatif yang bersifat dinamis. Apakah kondisi lingkungan internal hewan dapat berubah? Mengapa kondisi lingkungan internal hewan berubah? Perubahan lingkungan internal dapat timbul karena dua hal, yaitu adanya perubahan aktivitas sel dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus-menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas sel dalam tubuhnya, sel hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen, nutrien, dan garam. Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam-macam hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang dialirkan ke lingkungan internal (biasa disebut sebagai cairan ekstraseluler, disingkat CES). Apabila aktivitas sel berubah, hal itu dapat berakibat kepada timbulnya perubahan terhadap proses pengambilan zat dari lingkungan eksternal, dan proses pengeluaran berbagai zat dari sel ke lingkungan internal. Perubahan aktivitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkunganinternal.Perubahanlingkunganinternalyangditimbulkanoleh sebab mana pun (penyebab pertama atau kedua) harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis dapat selalu terjaga. Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlang­ sung melalui sistem umpan balik. Ada dua macam sistem umpan balik, yaitu umpan balik positif dan negatif. Sistem umpan balik yang berfungsi P T K A N I S I U S
  • 33. Fisiologi Hewan 32 dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah sistem umpan balik negatif. Sistemumpanbaliknegatifdapatdidefinisikansebagaiperubahansuatu variabel yang dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan perubahan tersebut ke keadaan semula. Sebagai contoh, peristiwa yang terjadi pada burung dan mamalia pada waktu mempertahankan suhu tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar 0,5 ºC akan mendorong timbulnya tanggapan yang akan mengembalikan suhu tubuh ke suhu awal, yaitu pada suhu yang seharusnya. Pada mamalia, suhu tubuh yang seharusnya ialah 37 ºC. Dengan demikian, sistem umpan balik negatif pada contoh di atas akan selalu membawa suatu sistem fisiologis kepada suhu tubuh 37 ºC. Peristiwa yang terjadi pada sistem umpan balik positif berlawanan dengan peristiwa pada sistem umpan balik negatif. Pada sistem umpan balik positif, perubahan awal suatu variabel akan menghasilkan perubahan yang semakin besar, yang menyebabkan terselenggarakannya suatu fungsi tertentu, misalnya proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah pada prinsipnya bekerja melalui mekanisme umpan balik positif, yang bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Namun, hasil dari proses tersebut selanjutnya bermakna sangat penting untuk mempertahankan volume darah yang bersirkulasi agar tetap konstan. Mekanisme pembekuan darah dapat dilihat pada Gambar 1.3. P T K A N I S I U S
  • 34. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 33 Sel-sel yang rusak melepaskan zat kimia Dimulai pembekuan darah Terbentuk sumbat pada pembuluh darah yang pecah; pendarahan berhenti Pelepasan zat- zat kimia makin meningkat Lengkung umpan balik positif Proses pembekuan darah dipercepat Pendarahan akibat dari pecahnya pembuluh darah Gambar 1.3 Rangkaian proses pembekuan darah yang bermanfaat untuk menjaga homeostasis volume darah melibatkan sistem umpan balik positif dan negatif. (https://slideplayer.com/slide/7576483/) Mekanisme umpan baik positif tidak terlibat dalam proses menjaga kondisi homeostasis, tetapi terlibat dalam penyelenggaraan fungsi fisiologis tertentu (antara lain proses pembekuan darah) dan fungsi sel saraf. Dalam penyelenggaraan fungsi sel saraf, terjadi urutan peristiwa seperti berikut. Pada awal proses pembentukan potensial aksi, sistem umpan balik positif bekerja dengan meningkatkan pemasukan ion Na+ . Peningkatan pemasukan ion Na+ tersebut akan berlangsung terus hingga membran sel saraf benar-benar terdepolarisasi. Uraian tentang terjadinya depolarisasi pada sel saraf akan dikaji secara lebih rinci pada Bab 3, yang menyajikan uraian mengenai neuron dan sistem saraf. 1. Komponen Penyusun Sistem Umpan Balik Sistem umpan balik tersusun atas tiga komponen utama, yaitu reseptor, pusat integrasi, dan efektor. Antara reseptor dan pusat integrasi dihubungkan oleh saraf sensorik, sedangkan antara pusat integrasi dan efektor dihubungkan oleh saraf motorik. Reseptor berperan sebagai pemantau perubahan yang terjadi di lingkungan, baik lingkungan luar maupun dalam tubuh hewan. Dalam sistem hidup, reseptor berfungsi P T K A N I S I U S
  • 35. Fisiologi Hewan 34 sebagai transduser biologis, yaitu komponen struktural dalam tubuh hewan yang memiliki kemampuan untuk mengubah suatu bentuk energi menjadi bentuk energi yang lain. Dalam sistem umpan balik, reseptor bekerja dengan cara mengubah suatu bentuk energi yang dideteksi dari lingkungan (misalnya energi listrik atau energi kimia) menjadi potensial aksi. Potensial aksi yang terbentuk akan menjalar melalui serabut saraf aferen menuju pusat integrasi (pusat pengatur). Pusat integrasi pada hewan biasanya berupa otak atau korda spinalis. Peran pusat integrasi ialah membandingkan informasi yang diterimanya dengan keadaan yang seharusnya (keadaan yang diharapkan). Sebagai contoh, hipotalamus yang terletak di dasar otak mamalia berfungsi sebagai pusat integrasi, antara lain dalam proses pengendalian suhu tubuh yang terselenggaradengansistemumpanbaliknegatif.Dalammenyelenggarakan fungsi tersebut, hipotalamus bekerja dengan menentukan jenis tanggapan yang sesuai, yaitu tanggapan yang dapat membawa kepada suhu tubuh yang seharusnya (suhu harapan atau suhu ideal, 37 ºC). Penentuan jenis tanggapan dilakukan dengan membandingkan informasi suhu dari termoreseptor dengan suhu harapan. Apabila informasi yang diterima menggambarkan bahwa suhu tubuh lebih dari 37,5 ºC, pusat integrasi akan memerintahkan efektor untuk memberikan tanggapan yang dapat menurunkan suhu tubuh, misalnya dengan cara berkeringat, melebarkan pembuluh darah di kulit, atau kedua-duanya. Efektor ialah struktur dalam tubuh hewan yang berfungsi sebagai organ penghasil tanggapan biologis, yang dapat berupa sel otot atau kelenjar, dan bekerja atas perintah dari pusat integrasi. Dari uraian di atas, kita dapat memahami bahwa pusat integrasi pada sistem umpan balik negatif adalah organ yang memiliki ”catatan” nilai/harga tertentu mengenai variabel yang dikendalikannya. Nilai/harga tertentu tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai suatu nilai patokan. Nilai patokan merupakan nilai harapan atau nilai ideal dari suatu variabel yang harus selalu dipertahankan. Nilai patokan seperti diuraikan di atas hingga saat ini masih merupakan konsep hipotetik. Namun demikian, kenyataan P T K A N I S I U S
  • 36. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 35 menunjukkan bahwa tubuh hewan dapat beradaptasi terhadap suatu variabel dengan kisaran nilai tertentu. Sebagai contoh, kisaran suhu tubuh mamalia yang dapat diadaptasi ialah antara 36,5–37,5 ºC, derajat keasaman (pH) plasma darah berkisar antara 7,35–7,45, sedangkan konsentrasi ion K+ dalam plasma berkisar antara 3–5,5 mmol per liter. 2. Kerja Sistem Umpan Balik Negatif Cara berfungsinya sistem umpan balik negatif dalam mengendalikan kondisi homeostasis (khususnya dalam menjaga homeostasis suhu tubuh) dapat dilihat pada Gambar 1.4. Dari Gambar 1.4 dapat diketahui bahwa pengendalian homeostasis sesungguhnya merupakan keseimbangan antara masukan (input) dan keluaran (output). Dalam mengatur suhu tubuh, sistem termoregulasi bekerja untuk menyeimbangkan perolehan panas dengan pelepasan panas. Pernahkah kita membayangkan apa yang akan terjadi jika sistem termoregulasi bekerja dengan sistem umpan balik positif? Tentu saja suhu tubuh akan menjadi kacau. Apabila sistem umpan balik positif bekerja dalam termoregulasi, rangsang awal berupa peningkatan suhutubuh/lingkunganakanmenimbulkantanggapanyangmeningkatkan suhu tubuh menjadi lebih tinggi. Hal tersebut tidak akan memulihkan suhu tubuh ke suhu harapan, tetapi akan memperbesar kenaikan suhu. Peningkatan suhu tubuh yang berlebihan akan sangat membahayakan tubuh. Pada Gambar 1.4 dicontohkan bahwa rangsang awal berupa penurunan suhu lingkungan eksternal. Hal tersebut mendorong efektor untuk menghasilkan respons yang dapat mengembalikan suhu tubuh ke suhu yang diharapkan. P T K A N I S I U S
  • 37. Fisiologi Hewan 36 Gambar 1.4 Homeostasis suhu tubuh hewan (Campbell et al., 2008). Termostat di hipotalamus mengaktifkan mekanisme pendinginan Pembuluh darah di kulit melebar: pembuluh kapiler berisi darah yang hangat, panas tubuh dipancarkan (diradiasikan) dari permukaan kulit Homeostasis: suhu tubuh internal sekitar 36-38°C Peningkatan suhu tubuh (seperti saat berolahraga atau berada di lingkungan yang panas) Penurunan suhu tubuh (misalnya ketika berada di lingkungan dingin) Termostat di hipotalamus mengaktifkan mekanisme pemanasan Otot rangka dengan cepat berkontraksi, menyebab­ kan tubuh menggigil sehingga menghasilkan panas Pembuluh darah di kulit menyempit, memindakan darah dari kulit ke jaringan yang lebih dalam dan mengurangi kehilangan panas dari permukaan kulit Suhu tubuh turun, termostat mematikan/ menghentikan mekanisme pendinginan Suhu tubuh meningkat, termostat mematikan/ menghentikan mekanisme pemanasan Kelenjar keringat mengeluarkan keringat yang akan menguap, dan mendinginkan tubuh P T K A N I S I U S
  • 38. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 37 Mekanisme homeostasis suhu yang terjadi pada tubuh hewan ialah mekanisme yang mengatur kesembangan suhu pada tubuh hewan, yang prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Gambar 1.4). Apabila terjadi peningkatan suhu tubuh, misalnya saat aktif melakukan latihan atau suhu lingkungan sekitar menjadi panas, keadaan ini akan diinformasikan melalui jalur sensorik ke hipotalamus. Selanjutnya, termostat pada hipo­ talamus akan memberikan perintah melalui jalur motorik kepada organ efektor, yang menyebabkan penurunan suhu tubuh melalui dua cara. 1. Kelenjar keringat akan mengeluarkan keringat yang membasahi kulit. Keringat akan diuapkan menggunakan kelebihan panas tubuh sehingga panas tubuh berkurang (terjadi pendinginan). 2. Pembuluh darah di kulit akan melebar, kapiler terisi darah yang hangat, sehingga panas tubuh dipancarkan dari permukaan kulit ke lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan suhu tubuh, misalnya karena suhulingkunganyangdingin,keadaaninijugaakandiinformasikanmelalui jalur sensorik ke hipotalamus. Informasi ini menyebabkan termostat pada hipotalamus akan menstimulasi proses peningkatan suhu tubuh dengan cara-cara berikut. 1. Pembuluh darah di kulit menyempit sehingga darah dipertahankan tetap berada di jaringan kulit yang lebih dalam. Dalam kondisi demi­ kian, pelepasan panas tubuh melalui permukaan kulit dapat dikurangi. 2. Otot rangka berkontraksi secara cepat sehingga tubuh menggigil. Proses menggigil menyebabkan terjadinya produksi panas tubuh yang akan menghangatkan tubuh. Pada manusia, nilai patokan untuk suhu tubuh ialah 37 ºC. Akan tetapi, sebenarnya suhu tubuh yang dapat diterima berada dalam kisaran ±1 ºC. Dalam tubuh hewan, berbagai variabel fisiologis yang berbeda memiliki kisaran yang berbeda. Misalnya, derajat keasaman (pH) plasma darah berkisar antara 7,35–7,45, sedangkan konsentrasi ion K+ dalam P T K A N I S I U S
  • 39. Fisiologi Hewan 38 plasma darah berkisar antara 3–5,5 mmol per liter. Tidak satu pun kondisi dalam tubuh yang selalu ada pada tingkat yang benar-benar konstan. Pada tubuh hewan ditemukan adanya tingkatan homeostasis. Suatu variabel akan dikendalikan secara lebih ketat daripada variabel lainnya. Biasanya, variabel yang dikendalikan secara lebih ketat merupakan variabel yang lebih penting daripada variabel yang dikendalikan secara kurang ketat. Mari kita perhatikan kisaran pH darah, yang dikendalikan secara sangat ketat sehingga kisarannya hanya bergerak antara 7,35–7,45. Perubahan pH, yang sangat kecil sekalipun, akan berpengaruh terhadap struktur maupun fungsi/aktivitas enzim. Sementara, perubahan enzim (baik struktur maupun fungsinya) akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan reaksi dalam sel. Setelah memperhatikan uraian di atas, menjadi jelas bahwa yang dimaksud kondisi homeostasis dalam lingkungan internal hewan ialah keadaan homeostasis yang dinamis. Keadaan demikian sering juga dinya­ takan sebagai keseimbangan dinamis atau dynamic equilibrium. Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis seperti yang diuraikan di atas merupakan mekanisme pengendalian secara fisiologis dengan melibatkan sistem saraf, yang biasanya bekerja sama dengan sistem endokrin. Kita juga dapat menjumpai mekanisme pengendalian kondisi homeostasis secara fisiologis yang agak berbeda dari mekanisme yang sudah kita pelajari. Mekanisme tersebut sering disebut feed forward. Feed forward merupakan aktivitas antisipatori, yaitu perilaku hewan yang dimaksudkan untuk memperkecil (meminimalkan) tingkat kerusakan/gangguan pada sistem hidup, sebelum kerusakan itu terjadi. Contoh yang baik untuk feed forward ialah peristiwa makan dan minum pada saat bersamaan. Memasukkan makanan ke dalam tubuh akan meningkatkan osmolalitas isi usus dan hal ini dapat mendorong pelepasan air dari jaringan tubuh ke lumen usus untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Oleh karena itu, makan tanpa diikuti minum berpotensi menyebabkan dehidrasi sehingga homeostasis osmotik tubuh akan terganggu. Untuk memperkecil P T K A N I S I U S
  • 40. BAB 1 Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme Homeostasis 39 gangguan tersebut, sejumlah hewan melakukan makan dan minum pada saat yang bersamaan. Proses pengendalian kondisi homeostasis juga dapat terjadi melalui mekanisme nonfisiologis. Mekanisme semacam ini dapat dijumpai pada beberapa spesies hewan akuatik, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan-hewan tersebut pada umumnya merupakan golongan poikiloterm. Air merupakan lingkungan yang sulit mengalami perubahan suhu. Oleh karena itu, pemilihan air sebagai tempat hidup bagi hewan poikiloterm sekaligus dapat menjadi cara untuk menjaga homeostasis suhu tubuh mereka. Rangkuman Setiap individu hewan membutuhkan lingkungan tertentu untuk hidup dan berkembang biak. Lingkungan hewan dapat dibedakan men­ jadi lingkungan akuatik, terestrial, dan udara. Lingkungan akuatik terdiri atas lingkungan air tawar dan air bergaram (air asin/laut). Setiap jenis lingkungan memberikan tantangan yang berbeda terhadap tubuh hewan. Setiap faktor lingkungan akan menjadi rangsang bagi hewan, yang akan ditanggapi dengan cara tertentu yang bersifat khusus. Kemampuan hewan menanggapi rangsang dari lingkungannya merupakan kajian inti dalam fisiologi hewan. Fisiologi hewan merupakan ilmu yang mempelajari fungsi tubuh hewan dalam menyelenggarakan kehidupan, yakni untuk menciptakan kondisi homeostasis. Pengkajian fungsi tubuh dapat dilakukan pada tingkat sel, jaringan, organ, atau individu. Homeostasis ialah kondisi ling­ kungan dalam tubuh hewan yang tetap seimbang. Homeostasis harus selalu diupayakan oleh hewan karena tubuh hewan selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik lingkungan luar maupun dalam tubuh. Kondisi homeostasis tubuh hewan dapat dicapai dengan cara regulasi dan adaptasi. Pemeliharaan kondisi homeostasis berlangsung P T K A N I S I U S
  • 41. Fisiologi Hewan 40 dengan mekanisme umpan balik negatif, baik secara fisiologis maupun nonfisiologis. Selain mekanisme umpan balik negatif, dalam tubuh hewan terdapat mekanisme umpan balik positif dan negatif yang cara kerjanya sangat berbeda. Pelatihan 1. Untuk mempelajari fisiologi hewan, seseorang perlu memiliki penge­ tahuan tentang biokimia, biologi sel, dan histologi (struktur jaringan hewan). Mengapa demikian? 2. Berikan penjelasan tentang pengertian lingkungan ekstrasel atau lingkungan luar sel bagi hewan unisel dan multisel! 3. Identifikasilah masing-masing dua contoh faktor lingkungan air tawar, air laut, dan terestrial (darat) yang merupakan ancaman bagi hewan yang hidup pada lingkungan tersebut! Bagaimana hewan-hewan menanggapi setiap faktor tersebut? Berilah penjelasan secukupnya! 4. Salah satu faktor dalam tubuh hewan yang harus dijaga adalah suhu tubuh. Jelaskan cara hewan homeotermik menjaga homeostasis suhu tubuh! 5. Kemukakan masing-masing dua contoh fungsi dalam tubuh hewan yang terselenggara dengan sistem umpan balik negatif dan positif! 6. Jelaskan perbedaan antara sistem umpan balik positif dan sistem umpan balik negatif! Jelaskan pula persamaannya! 7. Apa yang dimaksud dengan adaptasi, regulasi, konformer, dan regulator? P T K A N I S I U S