SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
ASPEK KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA KEMATIAN NEONATAL
AKIBAT ASFIKSIA LAHIR SEBELUM DAN SETELAHINTERVENSI
MANAJEMEN ASFIKSIA DI KABUPATEN CIREBON
Pregnancy and Delivery Aspect Of Neonatal Death Caused By Birth Asphyxia
Before and After Asphyxia Management Intervention In Cirebon District
Dwi Hapsari Tjandrarini* dan Sarimawar Djaja*
Abstract. Birth asphyxia is one of the mayor causes of neonatal death in Indonesia. Management
resuscitation training for village midwives in Cirebon district has successfully decreased the neonatal
mortality rate caused by asphyxia. The purpose of this study is to get information about the relation
between neonatal death caused by asphyxia and post asphyxia management training intervention for village
midwives in Cirebon district.Total sample number was 215 death cases for baseline survey and 264 death
cases for evaluation survey. Verbal autopsy method has been applied with the same population that is
mothers who had neonatal death history before and after the training for the village midwives about the
asphyxia newborn baby management intervention. Villages were chosen by using stratified random
sampling. Data analysis using bivariate, to find out the relation between independent variable (newborn
death babies cause by asphyxia) and dependent variable (mother's characteristic, pregnant history, ANC,
delivery process, birth attendant, various preventions done by birth attendant to make the newborn babies
healthy). Bivariate analysis result showed that the factors related to the decrease of neonatal death caused
by asphyxia in relation with intervention of post asphyxia training management was preventive efforts by
birth attendant to make the newborn babies healthy. The effort made were make clearing the airway,
drying the baby, rubbing the baby's backbones, swaddling the baby, putting the baby on the mother breast,
warming the baby, except for the baby put into the incubator and given oxygen. Those prevention efforts
that had been done by professional birth attendant should be maintained to decrease the neonatal death
caused by asphyxia.
Keywords: Neonatal death, asphyxia management, pregnancy
PENDAHULUAN
Kondisi/penyakit pada bayi baru
lahir yang menyebabkan kematian di
Indonesia umumnya spesifik yaitu
prematuritas dan gangguan pertumbuhan,
gangguan pernapasan, infeksi, dan jaundice
(Sarimawar, 2003; Badan Litbangkes, 2007).
Kondisi/penyakit tersebut berhubungan erat
dengan faktor intrinsik selama bayi tersebut
dikandung (Milsom I., 2002; Chen ZL,
2009). Bayi yang mengalami asfiksia lahir
biasanya berkaitan dengan kondisi medis
pada bayi itu sendiri (direct medical causes
of death) seperti asfiksia dan cedera lahir,
infeksi, lahir cacat, dan lainnya. Selain
penyebab langsung, ada faktor penyebab
dasar kematian yang berkaitan dengan sistem
pelayanan kesehatan, yaitu perawatan yang
tidak adekuat selama kehamilan, persalinan,
dan perawatan postpartum dan bayi baru lahir
(Lawn, 2001).
Deklarasi Millenium Development
Goals menyepakati target penurunan
kematian ibu dan bayi, yaitu pada tahun 2015
angka kematian bayi (AKB) harus turun dua
per tiganya dari keadaan pada tahun 1990
(Dean T. Jamison, et al 2006). Kematian
neonatal mempunyai kontribusi terhadap
besaran AKB. Di Indonesia, angka kematian
neonatal 20 per 1000 KH (SDKI 2003),
berarti setiap jam terjadi 10 kematian
neonatal. Dari hasil survei kematian bayi
baru lahir di Kabupaten Cirebon
menunjukkan 88 persen kematian neonatal
adalah kematian neonatal dini (0-7 hari) dan
asfiksia lahir merupakan salah satu penyebab
kematian yang terbanyak (Sarimawar, 2005).
Departemen Kesehatan bersama-
sama Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon,
Program for Appropriate Technology in
Health (PATH), dan Save the Children telah
melaksanakan program intervensi untuk
meningkatkan kesehatan bayi baru lahir yang
dilakukan selama kurang lebih enam bulan di
tahun 2004. Intervensi tersebut berupa
pelatihan manajemen asfiksia untuk seluruh
bidan di desa (BDD) agar mereka mampu
menangani kasus asfiksia pada bayi baru
* Peneliti pada Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan
1057
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8No3,September 2009 : 1057- 1065
lahir. Untuk mendukung kegiatan tersebut,
telah dilakukan dua kali survei yaitu survei
data dasar untuk mendapatkan gambaran
status kesehatan bayi baru lahir (sebelum
pelatihan) dan survei evaluasi (setelah
pelatihan), untuk menilai apakah terjadi
penurunan kejadian kematian bayi baru lahir
yang merupakan indikator keberhasilan
penanganan asfiksia oleh bidan di desa.
Bidan di desa dipilih karena mereka
merupakan ujung tombak pelayanan
pertolongan persalinan ibu di perdesaan dan
kematian bayi baru lahir di Kabupaten
Cirebon cukup tinggi.
Hasil survei menunjukkan
manajemen resusitasi yang diajarkan kepada
bidan desa berhasil menurunkan angka
kematian neonatal karena asfiksia
(Sarimawar, 2009). Dari survei sebelum dan
setelah intervensi dilakukan analisis lebih
lanjut untuk mengetahui hubungan kejadian
kematian bayi karena birth asfiksia dengan
intervensi pasca pelatihan manajemen
asfiksia pada bidan di desa di Kabupaten
Cirebon, pada tahun 2005.
BAHAN DAN CARA
Survei bersifat crossectional
dilakukan pada ibu-ibu yang mempunyai
bayi neonatal yang telah meninggal. Setiap
ibu yang mempunyai neonatal yang
meninggal dilakukan autopsi verbal (AV)
sebelum dan setelah intervensi pelatihan
bidan di desa mengenai manajemen asfiksia
bayi baru lahir. Survei sebelum intervensi
dilakukan pada Februari 2004 dengan
periode wawancara riwayat kematian selama
1 tahun, sehingga diperoleh data penyebab
kematian neonatal dalam kurun waktu
Februari 2003 sampai dengan Januari 2004.
Survei setelah intervensi dilaksanakan pada
Oktober 2005 sehingga diperoleh data
penyebab kematian neonatal dalam kurun
waktu Oktober 2004 sampai dengan
September 2005. Pelatihan manajemen
asfiksia pada bayi baru lahir dilaksanakan
pada bulan Februari 2004 sampai dengan
September 2004.
Jumlah kasus kematian neonatal
yang diperoleh sebanyak 215 kasus dari
survei data dasar (Sarimawar, 2005) dan 264
dari survei evaluasi (Sarimawar, 2009).
Pemilihan desa dilakukan secara stratified
random sampling. Desa yang terpilih pada
survei data dasar berjumlah 105 desa dan
desa tersebut dipilih kembali pada survei
evaluasi, dengan penambahan 59 desa baru
pada survei evaluasi guna mencukupi jumlah
kasus kematian neonatal.
Analisis data univariat dilakukan
untuk mendapatkan distribusi masing-masing
variabel terhadap kematian neonatal karena
asfiksia sebelum dan sesudah intervensi, dan
analisis bivariat dengan uji regresi logistik
sederhana untuk mengetahui hubungan antar
variabel bebas dan terikat. Variabel yang
diikut sertakan dalam analisis bivariat adalah
variabel yang secara substansi diduga erat
hubungannya dengan variabel terikat.
Variabel terikat adalah bayi baru lahir yang
meninggal karena asfiksia setelah intervensi.
Variabel bebas adalah variabel karakteristik
ibu, riwayat dan pemeriksaan kehamilan
(ANC), proses persalinan, penolong
persalinan, jenis-jenis perlakuan penolong
persalinan terhadap bayi baru lahir,
kunjungan neonatal (KN).
Limitasi dalam penelitian ini adalah
jumlah desa yang diambil dari ke dua survei
tidak sama. Jadi kondisi kematian sebelum
intervensi pelatihan bidan pada desa yang
tidak diambil pada survei pertama tidak
diketahui. Seluruh variabel bersifat kategori
maka analisis ini hanya membandingkan
proporsi kejadian kematian bayi akibat birth
asfiksia sebelum dan sesudah intervensi
pelatihan bidan. Dalam hal ini, tidak dapat
melihat faktor-faktor yang berperan dalam
perubahan kejadian kematian akibat birth
asfiksia setelah intervensi pelatihan bidan.
HASIL
Analisis ini melihat dan
membandingkan kejadian sebelum dan
setelah intervensi. Faktor-faktornya dibagi
dalam lima kelompok yaitu: a. karakteristik
ibu dan riwayat kehamilan, b. proses
persalinan, c. penolong persalinan, d. jenis-
jenis perlakuan penolong persalinan terhadap
bayi, e. kunjungan neonatal.
Tabel 1 memperlihatkan faktor-
faktor karakteristik ibu dan pemeriksaan
kehamilan dengan kejadian asfiksia lahir.
Pada kelompok bayi yang dilahirkan tunggal
1058
Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar)
persentase kejadian asfiksia lahir lebih
banyak setelah intervensi. Berbeda dengan
jumlah bayi yang dilahirkan lebih dari satu.
Pada kelompok umur berisiko (< 20 tahun
dan > 34 tahun) untuk melahirkan, persentase
asfiksia lahir lebih banyak terjadi sebelum
intervensi.
Tabel 1. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Karakteristik Ibu dan Pemeriksaan
Kehamilan (ANC)
Tempat ANC
Jumlah bayi yang dilahirkan
1
2-3
4+
Umur ibu saat melahirkan
<20th
20-34 th
35+ th
Jumlah anak masih hidup
tidak ada
1-2
3+
Pemeriksaan kehamilan (ANC)
baik (>=4 kali & 5T)
kurang baik
tidak anc
ANC di Rumah sakit
Ya
Tidak
ANC di Puskesmas
Ya
Tidak
ANC di Praktek dokter
Ya
Tidak
ANC di Praktekbidan
Ya
Tidak
ANC di Polindes
Ya
Tidak
ANC di Dukun
Ya
Tidak
Asfiksia lahir
sblm
setelah intervensi
intervensi , ...
(n=40) (n=43)
%
40.0
35.0
25.0
15.0
72.5
12.5
42.5
40.0
17.5
5.0
92.5
2.5
7.7
92.3
51.3
48.7
20.5
79.5
28.2
71.8
69.2
30.8
30.8
69.2
%
58.1
25.6
16.3
9.3
79.1
11.6
65.1
16.3
18.6
20.9
72.1
7.0
5.0
95.0
70.0
30.0
17.5
82.5
37.5
62.5
60.0
40.0
27.5
72.5
Total (n=83)
%
49.4
30.1
20.5
12.0
75.9
12.0
54.2
27.7
18.1
13.3
81.9
4.8
6.3
93.7
60.8
39.2
19.0
81.0
32.9
67.1
64.6
35.4
29.1
70.9
n
41
25
17
10
63
10
45
23
15
11
68
4
5
74
48
31
15
64
26
53
51
28
23
56
Ibu dengan riwayat masih ada anak
yang hidup sejumlah 1-2 orang, kejadian
asfiksia lahir lebih banyak terjadi sebelum
intervensi daripada setelah intervensi. Ibu
yang melakukan ANC di Rumah Sakit dan
Praktek Dokter terjadi penurunan kejadian
kematian akibat asfiksia lahir.
1059
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8No 3, September 2009:1057 -1065
Tabel 2. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Proses Persalinan
Asfiksia lahir
sblm -_ i /-—OON
Proses Persalinan intervensi setelah intervensi(n=43)
(n=40)
% % % n
Cara melahirkan,dengan
operasi caesar
vakum ekstraktor
normal tanpa alat
bantu
Prosespersalinan
Normal
Sangat cepat
Lama/ sulit
Tindakan induksi
tidak
ya
Trauma kelahiran
tidak ada
ada
tidak tahu
Perut ibu diurut
tidak pernah
pernah
Tali pusat dipotong
dengan
gunting
silet/pisau/bambu
tidak tahu
Tali pusat dipotong, diberi
Alcohol/ betadine
ramuan daun/ tidak
tahu
tidak diberi apa-apa
2.5
5.0
92.5
45.0
22.5
32.5
72.5
27.5
85.0
12.5
2.5
47.5
52.5
92.5
5.0
2.5
45.0
32.5
22.5
7.0
7.0
86.0
30.2
32.6
37.2
76.7
23.3
83.7
14.0
2.3
46.5
53.5
95.3
0.0
4.7
23.3
23.3
53.5
4.8
6.0
89.2
37.3
27.7
34.9
74.7
25.3
84.3
13.3
2.4
47.0
53.0
94.0
2.4
3.6
33.7
27.7
38.6
4
5
74
31
23
29
62
21
70
11
2
39
44
78
2
3
28
23
32
Menurut variabel proses persalinan,
kejadian kematian karena asfiksia lahir
terlihat menurun setelah intervensi pada
kelompok yang melahirkan normal tanpa alat
bantu. Pada faktor pemberian obat pada tali
pusat setelah dipotong yang tidak diberi
ramuan apapun, persentase kematian akibat
asfiksia lahir terlihat menurun pada
kelompok yang anak yang tali pusatnya
dipotong dan diberi alkohol atau betadine
(Tabel 2).
1060
Aspek Kehamilan dan Persalinan...(Dwi Hapsari & Sarimawar)
label 3. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurutPenolong Persalinan
Asfiksia lahir
Penolong Persalinan
Dokter sbg penolong pertama
Dokter sbg penolong terakhir
Bidan/perawat sbg penolong pertama
Bidan/perawat sbg penolong terakhir
Dukun sbg penolong pertama
Dukun sbg penolong terakhir
Lainnya sbg penolong pertama
Lainnya sbg penolong terakhir
sblm
intervensi
(n=40)
%
5.0
17.5
60.0
62.5
45.0
27.5
5.0
5.0
setelah
intervensi
(n=43)
%
7.0
25.6
60.5
55.8
32.6
20.9
0.0
0.0
Total (n=83)
% n
6.0
21.7
60.2
59.0
38.6
24.1
2.4
2.4
5
18
50
49
32
20
2
2
Pada tabel 3 menunjukkan hasil
analisis dari faktor penolong persalinan.
Terjadi penurunan persentase kejadian
kematian akibat asfiksia lahir justru pada
penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan setelah intervensi.
Tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi
penurunan persentase kematian karena
asfiksia lahir yang dilakukan oleh penolong
persalinan terhadap bayi baru lahir yang
sesuai dengan prosedur pemeliharaan bayi
(pembersihan jalan nafas, bayi dimandikan,
bayi dikeringkan, bayi digosok, bayi
dibedong/dibungkus), kecuali bayi yang
dimasukkan ke inkubator dan atau diberi
oksigen.
Kunjungan neonatal (KN)
merupakan program pendampingan bidan di
desa terhadap ibu dan bayi yang baru lahir,
dimana mereka memeriksa kesehatan bayi
baru lahir, memberikan nasehat cara merawat
bayi, meningkatkan ASI, menjaga kesehatan
ibu setelah melahirkan. Tujuan dari
kunjungan neonatal ini juga memantau
kondisi bayi sampai dengan 15 hari. Pada
tabel 5 terlihat ada penurunan kejadian
asfiksia lahir pada kunjungan neonatal kedua
yang dilakukan pada hari ke 8-15.
PEMBAHASAN
Penanganan problem kematian bayi
baru lahir karena asfiksia lahir di Indonesia
memerlukan suatu penyelesaian yang
komprehensif. Apabila kita mengacu pada
konsep kerangka kerja Lawn (2001) maka
ada dua hal yang perlu dicermati yaitu
penyebab dasar kematian yang disebabkan
oleh keterlambatan akses untuk memperoleh
tindakan preventif dan perawatan yang
berkualitas, serta penyebab kematian
fundamental yaitu berapa besar status ibu
dan bayi baru lahir menurut sudut pandang
keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan,
pemerintah daerah dan sektor lain yang
terkait.
Departemen Kesehatan sendiri telah
menaruh perhatian secara global terhadap
masalah ibu dan bayi, sejak dicanangkannya
program safe motherhood pada tahun 1988,
dilanjutkan dengan mendidik dan
menempatkan bidan di desa pada tahun 1990-
1996. Peraturan Menteri Kesehatan yang
dikeluarkan pada tahun 1996 memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada bidan
untuk memberikan pertolongan pertama pada
kasus obstetri dan neonatus, sera peningkatan
prasarana Puskesmas untuk penanganan
risiko tinggi (PONED) dan rumah sakit untuk
PONEK (DepKes, WHO, 2000)
1061
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8No3, September 2009 : 1057 - 1065
Tabel 4. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Tindakan Penolong Persalinan
Asfiksia lahir
Yang dilakukanbidan/dokter setelah sblm intervensi
menolong persalinan (n=40) intervensi
(n—4Jj
Total
(n=83)
% % % n
Mencuci tangan
Ya
Tidak
Tidak tahu
Jalan nafas dibersihkan
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi dimandikan
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi dikeringkan
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi digosok
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi dibedong
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi diletakkan di dada
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi dihangatkan
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi dimasukkan dim inkubator
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi diberi oksigen
Ya
Tidak
Tidak tahu
Bayi diberi ASI
Ya
Tidak
Tidak tahu
55.0
15.0
30.0
60.0
27.5
12.5
22.5
62.5
15.0
72.5
10.0
17.5
45.0
37.5
17.5
80.0
12.5
7.5
22.5
67.5
10.0
40.0
52.5
7.5
10.0
72.5
17.5
15.0
70.0
15.0
2.5
90.0
7.5
53.5
2.3
44.2
51.2
4.7
44.2
7.0
58.1
34.9
65.1
0.0
34.9
27.9
18.6
53.5
67.4
2.3
30.2
18.6
51.2
30.2
34.9
37.2
27.9
37.2
32.6
30.2
39.5
30.2
30.2
0.0
76.7
23.3
54.2
8.4
37.3
55.4
15.7
28.9
14.5
60.2
25.3
68.7
4.8
26.5
36.1
27.7
36.1
73.5
7.2
19.3
20.5
59.0
20.5
37.3
44.6
18.1
24.1
51.8
24.1
27.7
49.4
22.9
1.2
83.1
15.7
45
7
31
46
13
24
12
50
21
57
4
22
30
23
30
61
6
16
17
49
17
31
37
15
20
43
20
23
41
19
1
69
13
1062
Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar)
Tabel 5. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Kunjungan Neonatal
Kunjungan Neonatal
kunjungan neonatal 1
1-2 hari
3-7 hari
Asfiksia lahir
sblm setelah
intervensi intervensi
(n=40) (n=43)
% %
88.9 89.5
11.1 10.5
Total (n=83)
% n
89.3 25
10.7 3
kunjungan neonatal 2
tdk kn2
1-7 hari
8-15 hari
88.9
0.0
11.1
78.9
21.1
0.0
82.1
14.3
3.6
23
4
1
Di kabupaten Cirebon, kematianbayi
karena asfiksia lahir sebesar 45 persen, dan
90 persen dari kasus tersebut dapat
diintervensi dengan melakukan resusitasi.
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
asfiksia menduduki urutan pertama sebagai
penyebab kematian (36 persen) pada bayi
baru lahir (0-6 hari). Hasil pelatihan
manajemen asfiksia pada bidan desa telah
berhasil menurunkan angka kematian
neonatal secara signifikan dari 12.6 menjadi
8.6 per 1000 KH. Hal ini membuktikan
bahwa bidan desa di kabupaten Cirebon
mampu melakukan pertolongan pertama pada
neonatus dengan asfiksia lahir (Sarimawar,
2009; Iwan Ariawan).
Bayi yang meninggal yangdilahirkan
di rumah di kabupaten Cirebon sebesar 58
persen. Keterlambatan penanganan bayi
dengan kasus asfiksia akan lebih mungkin
terjadi di rumah dibandingkan bayi yang lahir
di fasilitas kesehatan. Cara melakukan
diagnosis dini gawat janin dapat dilakukan
oleh bidan dengan melakukan pemeriksaan
auskultasi/dopler, dengan memperhatikan
timbulnya denyut takhikardia atau
bradikardia (Low JA, 1997). Ada beberapa
faktor penyebab asfiksia lahir yang timbul
secara akut (Wiknjosastro GH, 1997) yaitu
tidak terdeteksi pada waktu dilakukan
pemeriksaan kehamilan, seperti tali pusar
menumbung. Penyebab lainnya adalah
kompresi tali pusat yang biasanya sulit
dideteksi secara cepat oleh petugas
kesehatan. Pada setiap proses persalinan
pemeriksaan denyut jantung janin perlu
dipantau dengan seksama. Pada bayi yang
lahir, dua variabel nilai Apgar (pernapasan
dan denyut jantung bayi) dipakai sebagai
indikator terjadinya asfiksia/hipoksia
(Pusponegoro TS, 1997). Apabila bidan
mampu melakukan pendeteksian secara baik,
maka keterlambatan penanganan atau rujukan
dapat dihindari. Untuk kasus asfiksia yang
terjadi saat lahir, maka ketepatan dan
kecermatan melakukan manajemen asfiksia
sangat menentukankelangsungan hidup bayi
baru lahir.
Demikian pula gangguan nutrisi pada
ibu hamil serta anemi kronik memberi
kontribusi terhadap timbulnya gawat janin
dengan gejala asfiksia (Wiknjosastro GH,
1997). Dalam menghadapi masalah gawat
janin/asfiksia, tenaga kesehatan dalam hal ini
bidan di desa perlu memahami jenis asfiksia
dan mengenal faktor risiko pada setiap
kehamilan yang dapat mengakibatkan gawat
janin. Deteksi ini dapat dilakukan pada saat
melakukan pemeriksaan kehamilan. Pada
umumnya deteksi yang dilakukan dengan
cermat akan menurunkan kejadian asfiksia
lahir, walaupun hubungan tersebut tidak
bermakna. Bayi yang dilahirkan dengan
asfiksia lahir namun selamat, maka
kemungkinan menderita penyakit degeneratif
pada kehidupan selanjutnya (Osmond C,
1993), oleh sebab itu faktor-faktor risiko
yang menimbulkan kelahiran bayi dengan
asfiksia lahir harus dicegah.
Pada pelatihan manajemen asfiksia,
bidan desa juga diberikan pelatihan
penyegaran pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, perawatan post
partum dan nifas secara komprehensif.
Berdasarkan analisis bivariat dari penelitian
1063
Jurnal EkologiKesehatan Vol.8No 3. September2009:1057 -1065
ini menunjukkan bahwa faktor yang
berhubungan dengan penurunan kematian
neonatal karena asflksia lahir dengan adanya
intervensi pasca pelatihan manajemen
asflksia adalah peningkatan perlakuan
bidan/dokter kepada bayi segera setelah lahir
yaitu jalan nafas dibersihkan, bayi
dimandikan, bayi dikeringkan, bayi digosok,
bayi dibedong, bayi diletakkan di dada
ibunya, bayi dihangatkan. Cara perawatan
bayi yang kurang tepat dapat memicu
timbulnya hipothermi yang dapat
menyebabkan kematian. Cara perawatan
bayi baru lahir dianjurkan untuk tidak
memandikannya, tetapi dikeringkan dan
dibedong. Perawatan cara kanguru
merupakan teknologi sederhana yang cukup
efektif untuk membantu bayi dengan berat
badan lahir rendah dalam meningkatkan dan
mempertahankan suhu tubuh.
Sedangkan peningkatan kematian
bayi dengan asflksia lahir setelah tindakan
memasukkan dalam inkubator, dan memberi
oksigen merupakan kasus asflksia berat
bersama-sama dengan prematuritas dan
hipothermi yang ditangani oleh dokter di
rumah sakit sebagai kasus rujukan. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan tenaga
kesehatan merupakan suatu upaya preventif
yang berkualitas dan seyogyanya terus
dipertahankan untuk meminimalkan
penyebab dasar kematian yang diakibatkan
karena sistem pelayanan kesehatan yang
lemah. Menurut data sebelumnya, dari 58%
bayi neonatal ylng mengalami gangguan
pernapasan, 42% nya adalah bayi dengan
asflksia lahir yang dapat diintervensi dengan
melakukan resusitasi (Sarimawar, 2005). Hal
yang menjadi tantangan adalah menjaga agar
penatalaksanaan asflksia dapat dilanjutkan
dan diterapkan dengan baik, mengingat
sebagian besar dari persalinan bukan di
fasilitas kesehatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Faktor-faktor yang terlihat
mempunyai peran penurunan kematian
neonatal karena asflksia lahir dengan adanya
intervensi pasca pelatihan manajemen
asflksia adalah peningkatan perlakuan
bidan/dokter terhadap bayi segera setelah
lahir untuk memelihara kesehatan bayi yaitu
jalan nafas dibersihkan, bayi dikeringkan,
bayi digosok, bayi dibedong, bayi diletakkan
di dada ibunya, bayi dihangatkan.
Berdasarkan hasil penelitian ini,
disarankan untuk lebih meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelatihan. Pelatihan
tidak hanya ditujukan kepada bidan di desa,
tetapi juga kepada dukun. Hal ini disebabkan
karena dukun masih mempunyai peran yang
besar terhadap pertolongan persalinan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih ditujukan
kepada PATH yang telah mempercayakan
pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbangkes, DepK.es (2008). Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS^
Indonesia-Tahun 2007. Kematian menurut
kelompok umur; p.278-279.
Badan Pusat Statistik-Statistics Indonesia (BPS),
National Family Planning Coordinating
Board, Ministry of Health, ORC Macro
(2003). Indonesia Demographic and Health
Survey 2002-2003. Calverton, Maryland:
BPS and ORC Macro.
Chen ZL, He RZ, Peng Q, Guo KY, Zhang YQ, Yuan
HH, Liu JX., (2009). Prenatal risk factors for
neonatal asflksia: how risk for each?
Department of Neonatology, Women and
Children's Health Care Hospital of
Dongguang, Dongguang, Guangdong
523002, China. [Cited 2009 April 28].
Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gOV/pubmed/i92929-
47?ordinalpos=6&itool=Entrez.Svstem2.PEnt
rez.Pubmed.PubmedResultsPanel.Pubmed
DefaultReportPanel.Pubmcd RVDocSum:
Zhongguo Dang Dai Er Ke Za Zhi. [Article
in Chinese, czl350(a).vahoo.com.cn.]
Mar;ll(3):161-5. Links
Dean T. Jamison, et al (2006). Maternal and Neonatal
Health. Cost-Effective Strategies for the
Excess of Burden of Diseases in the
Developing Countries. Priorities in Health.
Diseases Control Priorities Project The
World Bank Group, [cited 2009 March 28].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?r
id=dcp2.section.3815
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, WHO
(2000). Kehamilan adalah Berkah. Pastikan
Aman dan Selamat!
Iwan Ariawan, Mardiana Agustini, Yancy Seamans,
Vivien Tsu, James T Litch, M. Sholeh
Kosim. Managing Birth Asflksia in Home
Based Deliveries: The Impact of Village
Midwives Training and Supervision on
Newborn Resuscitation in Cirebon. Indonesia
1064
Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar)
[Internet]. PATH [Cited 2009 April 28].
Available from:
http://www.esdnroi.org/site/DocServer/NlC8
Iwan Ariawan.pdf?docID= 1098
Lawn, J., Brian J. Me Carthy, Susan Rae Ross (2001).
The Healthy Newborn. Part 1. Care-CDC
Health Initiative, p.9-11.
Low JA. (1997). Intrapartum fetal asfiksia: definition.
diagnosis and classification. Am J Obstetric
Gynecology 1997; 176: 957-9.
Milsom I, Ladfors L, Thiringer K, Niklasson A,
Odeback A, Thornberg E (2002). Influence
of maternal, obstetric and fetal risk factors on
the prevalence of birth asfiksia at term in a
Swedish urban population [Internet]. Acta
Obstet Gynecol Scand.,
Oct;81(10):909-17. [Cited 2009 April
28]. Available from
http://wvw.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/l 23664
8()?ordinalpos=1 &itool=EntrezSvstem2.PEnt
rez.Pubmed.Pubmed^ResultsPanel.Pubmed
Discovery-Panel.Pubmed Discovery RA&lin
kpos= 1 &log$=relatedarticles&logdbrrom=pu
bmed
Murray CJ, Lopez AD (1997). Alternative projections
of mortality and disability by cause 1990-
2020: Global Burden of Disease Study
[Internet]. Harvard School of Public Health,
Boston, Massachusetts, USA. Lancet,
May 24;349(9064): 1498-504.
[Cited 2009 April 28]. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Diibmed/916745
8?ordinalpos=l&itool=EntrezSvstem2.PEntr
ez.Pubmed.Pubmed ResultsPanel.Pubmed P
iscovervPanel.Pubmed Discovery RA&link
pos=2&log$=relatedarticles&logdbfrom=pub
med
Osmond, C., Baker, D.J., Winter, P.O., Fall, C.H.,
Simmonds, C.J. Early Fetal Growth and
Death from Cardiovascular Disease in
Women. Brit Med J1993: 307: 1519-1524.
Pusponegoro, TS. Tatalaksana neonatus di luar rumah
sakit oleh bidan dan penggunaan algoritme
pada manaiemen neonatus sakit. The Use of
Appropriate Technology for Reduction of
Maternal and Perinatal Mortality and
Morbidity. Preceeding The VI National
Congress of the Perinasia and International
Symposium, Menado, 13-17 September,
1997. ed Hadi Pratomo, Imral Chair, dkk
1997; 34-56.
Sarimawar Djaja, Dwi Hapsari, Soewarta Kosen
(2006). Pengaruh Faktor Kesehatan Ibu
terhadap Kematian Bavi Baru Lahir di
Kabupaten Cirebon. 2004. Majalah
Kedokteran Damianus Vol. 5 (3): 201-210.
Sarimawar Djaja, Felly P. Senewe, Iwan Ariawan
(2009). Keberhasilan Pelatihan Manaiemen
Asfiksia Bavi bam Lahir untuk Bidan Desa di
Kabupaten Cirebon. 2005. Jurnal Ekologi
Kesehatan, Vol.8 (1): 874-885.
Sarimawar Djaja, Soeharsono Soemantri (2003).
Penvebab Kematian Bavi Baru Lahir
(Neonatal) dan Sistem Pelavanan Kesehatan
yang Berkaitan di Indonesia. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)2001.
Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol.31 (3):
155-165.
Sarimawar Djaja, Soewarta Kosen, Felly P. Senewe,
Iwan Ariawan (2005). Survei Kematian
Neonatal (Studi Autopsi Verbal) di
Kabupaten Cirebon. 2004. Bulletin
Penelitian Kesehatan, Vol.33 (1): 41-52.
WHO, 2003a (2003). Global Burden of Diseases.
2000. Version c Geneva: WHO.
Wiknjosastro, GH. Pencegahan dan Manajemen
Hipoksia Janin. The Use of Appropriate
Technology for Reduction of Maternal and
Perinatal Mortality and Morbidity.
Preceeding The VI National Congress of the
Perinasia and International Symposium,
Menado, 13-17 September, 1997. ed Hadi
Pratomo, Imral Chair, dkk 1997; 11-14.
1065

More Related Content

What's hot

Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017SittiNurIndah
 
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...Operator Warnet Vast Raha
 
Kespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas
Kespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, NifasKespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas
Kespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, NifasNuranisah D.
 
Analisis tentang paritas
Analisis tentang paritasAnalisis tentang paritas
Analisis tentang paritasirashahura
 
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukanBuku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukannunida11novpurnamasukma
 
Masalah Kesehatan ibu
Masalah Kesehatan ibuMasalah Kesehatan ibu
Masalah Kesehatan ibupjj_kemenkes
 
Kespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu
Kespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian IbuKespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu
Kespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian IbuNuranisah D.
 
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanUwes Chaeruman
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)
Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)
Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)SittiNurIndah
 
Sik makalah penyajian data informasi
Sik makalah penyajian data informasiSik makalah penyajian data informasi
Sik makalah penyajian data informasijuwitasyafaraaa0406
 
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...STIKes Bhakti Kencana Bandung
 
Pp skripsi demak
Pp skripsi demakPp skripsi demak
Pp skripsi demakakulupa
 
Kty benar.doc saja
Kty benar.doc sajaKty benar.doc saja
Kty benar.doc sajaWarnet Raha
 

What's hot (16)

Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY Tahun 2017
 
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan  me...
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan keputusan me...
 
6. bab i
6. bab i6. bab i
6. bab i
 
Kespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas
Kespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, NifasKespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas
Kespro KIA : Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas
 
Analisis tentang paritas
Analisis tentang paritasAnalisis tentang paritas
Analisis tentang paritas
 
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukanBuku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
 
Masalah Kesehatan ibu
Masalah Kesehatan ibuMasalah Kesehatan ibu
Masalah Kesehatan ibu
 
Kespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu
Kespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian IbuKespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu
Kespro KIA : Prinsip dan Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu
 
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
 
PPT AKI & AKB
PPT AKI & AKBPPT AKI & AKB
PPT AKI & AKB
 
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadianHubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)
Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)
Penyajian Data Informasi Kesehatan (Makalah)
 
Sik makalah penyajian data informasi
Sik makalah penyajian data informasiSik makalah penyajian data informasi
Sik makalah penyajian data informasi
 
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bid...
 
Pp skripsi demak
Pp skripsi demakPp skripsi demak
Pp skripsi demak
 
Kty benar.doc saja
Kty benar.doc sajaKty benar.doc saja
Kty benar.doc saja
 

Similar to 1682 1132-1-pb

power point LTA
power point LTApower point LTA
power point LTAstudent
 
Kesehatan Masyarakat
Kesehatan MasyarakatKesehatan Masyarakat
Kesehatan MasyarakatMega Tambunan
 
Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)Vina W
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...Operator Warnet Vast Raha
 
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IB...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE  TERHADAP PENGETAHUAN IB...PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE  TERHADAP PENGETAHUAN IB...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IB...UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...Warnet Raha
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaChiyapuri
 
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010ahmad_sanusi
 
abortion-infographics.pptx
abortion-infographics.pptxabortion-infographics.pptx
abortion-infographics.pptxPUPUTPUJIANTI
 
Gambaran penyebab kematian maternal di rumah sakit
Gambaran penyebab kematian maternal di rumah sakitGambaran penyebab kematian maternal di rumah sakit
Gambaran penyebab kematian maternal di rumah sakitOperator Warnet Vast Raha
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratMidwife Wahyuni
 
TOR (KAK) Prog. Anak.docx
TOR (KAK) Prog. Anak.docxTOR (KAK) Prog. Anak.docx
TOR (KAK) Prog. Anak.docxMemeymaesaroh
 

Similar to 1682 1132-1-pb (20)

power point LTA
power point LTApower point LTA
power point LTA
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kesehatan Masyarakat
Kesehatan MasyarakatKesehatan Masyarakat
Kesehatan Masyarakat
 
Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  letak...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod letak...
 
74 136-1-sm
74 136-1-sm74 136-1-sm
74 136-1-sm
 
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IB...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE  TERHADAP PENGETAHUAN IB...PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE  TERHADAP PENGETAHUAN IB...
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IB...
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
 
Askeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksiaAskeb bbl dg asfiksia
Askeb bbl dg asfiksia
 
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahirHubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
 
Dahlia
DahliaDahlia
Dahlia
 
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
abortion-infographics.pptx
abortion-infographics.pptxabortion-infographics.pptx
abortion-infographics.pptx
 
Gambaran penyebab kematian maternal di rumah sakit
Gambaran penyebab kematian maternal di rumah sakitGambaran penyebab kematian maternal di rumah sakit
Gambaran penyebab kematian maternal di rumah sakit
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia berat
 
EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.ppt
EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.pptEPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.ppt
EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN.ppt
 
TOR (KAK) Prog. Anak.docx
TOR (KAK) Prog. Anak.docxTOR (KAK) Prog. Anak.docx
TOR (KAK) Prog. Anak.docx
 
Askeb( kehamilan )
Askeb( kehamilan )Askeb( kehamilan )
Askeb( kehamilan )
 

More from Yabniel Lit Jingga (20)

Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Mantri ireng   manfaat besar ciplukanMantri ireng   manfaat besar ciplukan
Mantri ireng manfaat besar ciplukan
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Skoliosis shb
Skoliosis shbSkoliosis shb
Skoliosis shb
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Perawatan luka
Perawatan lukaPerawatan luka
Perawatan luka
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Osteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shbOsteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shb
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
Lordosis shb
Lordosis shbLordosis shb
Lordosis shb
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 
Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4
 
Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3
 
Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2
 
Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1
 

1682 1132-1-pb

  • 1. ASPEK KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA KEMATIAN NEONATAL AKIBAT ASFIKSIA LAHIR SEBELUM DAN SETELAHINTERVENSI MANAJEMEN ASFIKSIA DI KABUPATEN CIREBON Pregnancy and Delivery Aspect Of Neonatal Death Caused By Birth Asphyxia Before and After Asphyxia Management Intervention In Cirebon District Dwi Hapsari Tjandrarini* dan Sarimawar Djaja* Abstract. Birth asphyxia is one of the mayor causes of neonatal death in Indonesia. Management resuscitation training for village midwives in Cirebon district has successfully decreased the neonatal mortality rate caused by asphyxia. The purpose of this study is to get information about the relation between neonatal death caused by asphyxia and post asphyxia management training intervention for village midwives in Cirebon district.Total sample number was 215 death cases for baseline survey and 264 death cases for evaluation survey. Verbal autopsy method has been applied with the same population that is mothers who had neonatal death history before and after the training for the village midwives about the asphyxia newborn baby management intervention. Villages were chosen by using stratified random sampling. Data analysis using bivariate, to find out the relation between independent variable (newborn death babies cause by asphyxia) and dependent variable (mother's characteristic, pregnant history, ANC, delivery process, birth attendant, various preventions done by birth attendant to make the newborn babies healthy). Bivariate analysis result showed that the factors related to the decrease of neonatal death caused by asphyxia in relation with intervention of post asphyxia training management was preventive efforts by birth attendant to make the newborn babies healthy. The effort made were make clearing the airway, drying the baby, rubbing the baby's backbones, swaddling the baby, putting the baby on the mother breast, warming the baby, except for the baby put into the incubator and given oxygen. Those prevention efforts that had been done by professional birth attendant should be maintained to decrease the neonatal death caused by asphyxia. Keywords: Neonatal death, asphyxia management, pregnancy PENDAHULUAN Kondisi/penyakit pada bayi baru lahir yang menyebabkan kematian di Indonesia umumnya spesifik yaitu prematuritas dan gangguan pertumbuhan, gangguan pernapasan, infeksi, dan jaundice (Sarimawar, 2003; Badan Litbangkes, 2007). Kondisi/penyakit tersebut berhubungan erat dengan faktor intrinsik selama bayi tersebut dikandung (Milsom I., 2002; Chen ZL, 2009). Bayi yang mengalami asfiksia lahir biasanya berkaitan dengan kondisi medis pada bayi itu sendiri (direct medical causes of death) seperti asfiksia dan cedera lahir, infeksi, lahir cacat, dan lainnya. Selain penyebab langsung, ada faktor penyebab dasar kematian yang berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan, yaitu perawatan yang tidak adekuat selama kehamilan, persalinan, dan perawatan postpartum dan bayi baru lahir (Lawn, 2001). Deklarasi Millenium Development Goals menyepakati target penurunan kematian ibu dan bayi, yaitu pada tahun 2015 angka kematian bayi (AKB) harus turun dua per tiganya dari keadaan pada tahun 1990 (Dean T. Jamison, et al 2006). Kematian neonatal mempunyai kontribusi terhadap besaran AKB. Di Indonesia, angka kematian neonatal 20 per 1000 KH (SDKI 2003), berarti setiap jam terjadi 10 kematian neonatal. Dari hasil survei kematian bayi baru lahir di Kabupaten Cirebon menunjukkan 88 persen kematian neonatal adalah kematian neonatal dini (0-7 hari) dan asfiksia lahir merupakan salah satu penyebab kematian yang terbanyak (Sarimawar, 2005). Departemen Kesehatan bersama- sama Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Program for Appropriate Technology in Health (PATH), dan Save the Children telah melaksanakan program intervensi untuk meningkatkan kesehatan bayi baru lahir yang dilakukan selama kurang lebih enam bulan di tahun 2004. Intervensi tersebut berupa pelatihan manajemen asfiksia untuk seluruh bidan di desa (BDD) agar mereka mampu menangani kasus asfiksia pada bayi baru * Peneliti pada Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan 1057
  • 2. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8No3,September 2009 : 1057- 1065 lahir. Untuk mendukung kegiatan tersebut, telah dilakukan dua kali survei yaitu survei data dasar untuk mendapatkan gambaran status kesehatan bayi baru lahir (sebelum pelatihan) dan survei evaluasi (setelah pelatihan), untuk menilai apakah terjadi penurunan kejadian kematian bayi baru lahir yang merupakan indikator keberhasilan penanganan asfiksia oleh bidan di desa. Bidan di desa dipilih karena mereka merupakan ujung tombak pelayanan pertolongan persalinan ibu di perdesaan dan kematian bayi baru lahir di Kabupaten Cirebon cukup tinggi. Hasil survei menunjukkan manajemen resusitasi yang diajarkan kepada bidan desa berhasil menurunkan angka kematian neonatal karena asfiksia (Sarimawar, 2009). Dari survei sebelum dan setelah intervensi dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui hubungan kejadian kematian bayi karena birth asfiksia dengan intervensi pasca pelatihan manajemen asfiksia pada bidan di desa di Kabupaten Cirebon, pada tahun 2005. BAHAN DAN CARA Survei bersifat crossectional dilakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi neonatal yang telah meninggal. Setiap ibu yang mempunyai neonatal yang meninggal dilakukan autopsi verbal (AV) sebelum dan setelah intervensi pelatihan bidan di desa mengenai manajemen asfiksia bayi baru lahir. Survei sebelum intervensi dilakukan pada Februari 2004 dengan periode wawancara riwayat kematian selama 1 tahun, sehingga diperoleh data penyebab kematian neonatal dalam kurun waktu Februari 2003 sampai dengan Januari 2004. Survei setelah intervensi dilaksanakan pada Oktober 2005 sehingga diperoleh data penyebab kematian neonatal dalam kurun waktu Oktober 2004 sampai dengan September 2005. Pelatihan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir dilaksanakan pada bulan Februari 2004 sampai dengan September 2004. Jumlah kasus kematian neonatal yang diperoleh sebanyak 215 kasus dari survei data dasar (Sarimawar, 2005) dan 264 dari survei evaluasi (Sarimawar, 2009). Pemilihan desa dilakukan secara stratified random sampling. Desa yang terpilih pada survei data dasar berjumlah 105 desa dan desa tersebut dipilih kembali pada survei evaluasi, dengan penambahan 59 desa baru pada survei evaluasi guna mencukupi jumlah kasus kematian neonatal. Analisis data univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi masing-masing variabel terhadap kematian neonatal karena asfiksia sebelum dan sesudah intervensi, dan analisis bivariat dengan uji regresi logistik sederhana untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dan terikat. Variabel yang diikut sertakan dalam analisis bivariat adalah variabel yang secara substansi diduga erat hubungannya dengan variabel terikat. Variabel terikat adalah bayi baru lahir yang meninggal karena asfiksia setelah intervensi. Variabel bebas adalah variabel karakteristik ibu, riwayat dan pemeriksaan kehamilan (ANC), proses persalinan, penolong persalinan, jenis-jenis perlakuan penolong persalinan terhadap bayi baru lahir, kunjungan neonatal (KN). Limitasi dalam penelitian ini adalah jumlah desa yang diambil dari ke dua survei tidak sama. Jadi kondisi kematian sebelum intervensi pelatihan bidan pada desa yang tidak diambil pada survei pertama tidak diketahui. Seluruh variabel bersifat kategori maka analisis ini hanya membandingkan proporsi kejadian kematian bayi akibat birth asfiksia sebelum dan sesudah intervensi pelatihan bidan. Dalam hal ini, tidak dapat melihat faktor-faktor yang berperan dalam perubahan kejadian kematian akibat birth asfiksia setelah intervensi pelatihan bidan. HASIL Analisis ini melihat dan membandingkan kejadian sebelum dan setelah intervensi. Faktor-faktornya dibagi dalam lima kelompok yaitu: a. karakteristik ibu dan riwayat kehamilan, b. proses persalinan, c. penolong persalinan, d. jenis- jenis perlakuan penolong persalinan terhadap bayi, e. kunjungan neonatal. Tabel 1 memperlihatkan faktor- faktor karakteristik ibu dan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian asfiksia lahir. Pada kelompok bayi yang dilahirkan tunggal 1058
  • 3. Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar) persentase kejadian asfiksia lahir lebih banyak setelah intervensi. Berbeda dengan jumlah bayi yang dilahirkan lebih dari satu. Pada kelompok umur berisiko (< 20 tahun dan > 34 tahun) untuk melahirkan, persentase asfiksia lahir lebih banyak terjadi sebelum intervensi. Tabel 1. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Karakteristik Ibu dan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Tempat ANC Jumlah bayi yang dilahirkan 1 2-3 4+ Umur ibu saat melahirkan <20th 20-34 th 35+ th Jumlah anak masih hidup tidak ada 1-2 3+ Pemeriksaan kehamilan (ANC) baik (>=4 kali & 5T) kurang baik tidak anc ANC di Rumah sakit Ya Tidak ANC di Puskesmas Ya Tidak ANC di Praktek dokter Ya Tidak ANC di Praktekbidan Ya Tidak ANC di Polindes Ya Tidak ANC di Dukun Ya Tidak Asfiksia lahir sblm setelah intervensi intervensi , ... (n=40) (n=43) % 40.0 35.0 25.0 15.0 72.5 12.5 42.5 40.0 17.5 5.0 92.5 2.5 7.7 92.3 51.3 48.7 20.5 79.5 28.2 71.8 69.2 30.8 30.8 69.2 % 58.1 25.6 16.3 9.3 79.1 11.6 65.1 16.3 18.6 20.9 72.1 7.0 5.0 95.0 70.0 30.0 17.5 82.5 37.5 62.5 60.0 40.0 27.5 72.5 Total (n=83) % 49.4 30.1 20.5 12.0 75.9 12.0 54.2 27.7 18.1 13.3 81.9 4.8 6.3 93.7 60.8 39.2 19.0 81.0 32.9 67.1 64.6 35.4 29.1 70.9 n 41 25 17 10 63 10 45 23 15 11 68 4 5 74 48 31 15 64 26 53 51 28 23 56 Ibu dengan riwayat masih ada anak yang hidup sejumlah 1-2 orang, kejadian asfiksia lahir lebih banyak terjadi sebelum intervensi daripada setelah intervensi. Ibu yang melakukan ANC di Rumah Sakit dan Praktek Dokter terjadi penurunan kejadian kematian akibat asfiksia lahir. 1059
  • 4. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8No 3, September 2009:1057 -1065 Tabel 2. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Proses Persalinan Asfiksia lahir sblm -_ i /-—OON Proses Persalinan intervensi setelah intervensi(n=43) (n=40) % % % n Cara melahirkan,dengan operasi caesar vakum ekstraktor normal tanpa alat bantu Prosespersalinan Normal Sangat cepat Lama/ sulit Tindakan induksi tidak ya Trauma kelahiran tidak ada ada tidak tahu Perut ibu diurut tidak pernah pernah Tali pusat dipotong dengan gunting silet/pisau/bambu tidak tahu Tali pusat dipotong, diberi Alcohol/ betadine ramuan daun/ tidak tahu tidak diberi apa-apa 2.5 5.0 92.5 45.0 22.5 32.5 72.5 27.5 85.0 12.5 2.5 47.5 52.5 92.5 5.0 2.5 45.0 32.5 22.5 7.0 7.0 86.0 30.2 32.6 37.2 76.7 23.3 83.7 14.0 2.3 46.5 53.5 95.3 0.0 4.7 23.3 23.3 53.5 4.8 6.0 89.2 37.3 27.7 34.9 74.7 25.3 84.3 13.3 2.4 47.0 53.0 94.0 2.4 3.6 33.7 27.7 38.6 4 5 74 31 23 29 62 21 70 11 2 39 44 78 2 3 28 23 32 Menurut variabel proses persalinan, kejadian kematian karena asfiksia lahir terlihat menurun setelah intervensi pada kelompok yang melahirkan normal tanpa alat bantu. Pada faktor pemberian obat pada tali pusat setelah dipotong yang tidak diberi ramuan apapun, persentase kematian akibat asfiksia lahir terlihat menurun pada kelompok yang anak yang tali pusatnya dipotong dan diberi alkohol atau betadine (Tabel 2). 1060
  • 5. Aspek Kehamilan dan Persalinan...(Dwi Hapsari & Sarimawar) label 3. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurutPenolong Persalinan Asfiksia lahir Penolong Persalinan Dokter sbg penolong pertama Dokter sbg penolong terakhir Bidan/perawat sbg penolong pertama Bidan/perawat sbg penolong terakhir Dukun sbg penolong pertama Dukun sbg penolong terakhir Lainnya sbg penolong pertama Lainnya sbg penolong terakhir sblm intervensi (n=40) % 5.0 17.5 60.0 62.5 45.0 27.5 5.0 5.0 setelah intervensi (n=43) % 7.0 25.6 60.5 55.8 32.6 20.9 0.0 0.0 Total (n=83) % n 6.0 21.7 60.2 59.0 38.6 24.1 2.4 2.4 5 18 50 49 32 20 2 2 Pada tabel 3 menunjukkan hasil analisis dari faktor penolong persalinan. Terjadi penurunan persentase kejadian kematian akibat asfiksia lahir justru pada penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan setelah intervensi. Tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kematian karena asfiksia lahir yang dilakukan oleh penolong persalinan terhadap bayi baru lahir yang sesuai dengan prosedur pemeliharaan bayi (pembersihan jalan nafas, bayi dimandikan, bayi dikeringkan, bayi digosok, bayi dibedong/dibungkus), kecuali bayi yang dimasukkan ke inkubator dan atau diberi oksigen. Kunjungan neonatal (KN) merupakan program pendampingan bidan di desa terhadap ibu dan bayi yang baru lahir, dimana mereka memeriksa kesehatan bayi baru lahir, memberikan nasehat cara merawat bayi, meningkatkan ASI, menjaga kesehatan ibu setelah melahirkan. Tujuan dari kunjungan neonatal ini juga memantau kondisi bayi sampai dengan 15 hari. Pada tabel 5 terlihat ada penurunan kejadian asfiksia lahir pada kunjungan neonatal kedua yang dilakukan pada hari ke 8-15. PEMBAHASAN Penanganan problem kematian bayi baru lahir karena asfiksia lahir di Indonesia memerlukan suatu penyelesaian yang komprehensif. Apabila kita mengacu pada konsep kerangka kerja Lawn (2001) maka ada dua hal yang perlu dicermati yaitu penyebab dasar kematian yang disebabkan oleh keterlambatan akses untuk memperoleh tindakan preventif dan perawatan yang berkualitas, serta penyebab kematian fundamental yaitu berapa besar status ibu dan bayi baru lahir menurut sudut pandang keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan, pemerintah daerah dan sektor lain yang terkait. Departemen Kesehatan sendiri telah menaruh perhatian secara global terhadap masalah ibu dan bayi, sejak dicanangkannya program safe motherhood pada tahun 1988, dilanjutkan dengan mendidik dan menempatkan bidan di desa pada tahun 1990- 1996. Peraturan Menteri Kesehatan yang dikeluarkan pada tahun 1996 memberikan kewenangan yang lebih besar kepada bidan untuk memberikan pertolongan pertama pada kasus obstetri dan neonatus, sera peningkatan prasarana Puskesmas untuk penanganan risiko tinggi (PONED) dan rumah sakit untuk PONEK (DepKes, WHO, 2000) 1061
  • 6. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8No3, September 2009 : 1057 - 1065 Tabel 4. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Tindakan Penolong Persalinan Asfiksia lahir Yang dilakukanbidan/dokter setelah sblm intervensi menolong persalinan (n=40) intervensi (n—4Jj Total (n=83) % % % n Mencuci tangan Ya Tidak Tidak tahu Jalan nafas dibersihkan Ya Tidak Tidak tahu Bayi dimandikan Ya Tidak Tidak tahu Bayi dikeringkan Ya Tidak Tidak tahu Bayi digosok Ya Tidak Tidak tahu Bayi dibedong Ya Tidak Tidak tahu Bayi diletakkan di dada Ya Tidak Tidak tahu Bayi dihangatkan Ya Tidak Tidak tahu Bayi dimasukkan dim inkubator Ya Tidak Tidak tahu Bayi diberi oksigen Ya Tidak Tidak tahu Bayi diberi ASI Ya Tidak Tidak tahu 55.0 15.0 30.0 60.0 27.5 12.5 22.5 62.5 15.0 72.5 10.0 17.5 45.0 37.5 17.5 80.0 12.5 7.5 22.5 67.5 10.0 40.0 52.5 7.5 10.0 72.5 17.5 15.0 70.0 15.0 2.5 90.0 7.5 53.5 2.3 44.2 51.2 4.7 44.2 7.0 58.1 34.9 65.1 0.0 34.9 27.9 18.6 53.5 67.4 2.3 30.2 18.6 51.2 30.2 34.9 37.2 27.9 37.2 32.6 30.2 39.5 30.2 30.2 0.0 76.7 23.3 54.2 8.4 37.3 55.4 15.7 28.9 14.5 60.2 25.3 68.7 4.8 26.5 36.1 27.7 36.1 73.5 7.2 19.3 20.5 59.0 20.5 37.3 44.6 18.1 24.1 51.8 24.1 27.7 49.4 22.9 1.2 83.1 15.7 45 7 31 46 13 24 12 50 21 57 4 22 30 23 30 61 6 16 17 49 17 31 37 15 20 43 20 23 41 19 1 69 13 1062
  • 7. Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar) Tabel 5. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Kunjungan Neonatal Kunjungan Neonatal kunjungan neonatal 1 1-2 hari 3-7 hari Asfiksia lahir sblm setelah intervensi intervensi (n=40) (n=43) % % 88.9 89.5 11.1 10.5 Total (n=83) % n 89.3 25 10.7 3 kunjungan neonatal 2 tdk kn2 1-7 hari 8-15 hari 88.9 0.0 11.1 78.9 21.1 0.0 82.1 14.3 3.6 23 4 1 Di kabupaten Cirebon, kematianbayi karena asfiksia lahir sebesar 45 persen, dan 90 persen dari kasus tersebut dapat diintervensi dengan melakukan resusitasi. Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa asfiksia menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian (36 persen) pada bayi baru lahir (0-6 hari). Hasil pelatihan manajemen asfiksia pada bidan desa telah berhasil menurunkan angka kematian neonatal secara signifikan dari 12.6 menjadi 8.6 per 1000 KH. Hal ini membuktikan bahwa bidan desa di kabupaten Cirebon mampu melakukan pertolongan pertama pada neonatus dengan asfiksia lahir (Sarimawar, 2009; Iwan Ariawan). Bayi yang meninggal yangdilahirkan di rumah di kabupaten Cirebon sebesar 58 persen. Keterlambatan penanganan bayi dengan kasus asfiksia akan lebih mungkin terjadi di rumah dibandingkan bayi yang lahir di fasilitas kesehatan. Cara melakukan diagnosis dini gawat janin dapat dilakukan oleh bidan dengan melakukan pemeriksaan auskultasi/dopler, dengan memperhatikan timbulnya denyut takhikardia atau bradikardia (Low JA, 1997). Ada beberapa faktor penyebab asfiksia lahir yang timbul secara akut (Wiknjosastro GH, 1997) yaitu tidak terdeteksi pada waktu dilakukan pemeriksaan kehamilan, seperti tali pusar menumbung. Penyebab lainnya adalah kompresi tali pusat yang biasanya sulit dideteksi secara cepat oleh petugas kesehatan. Pada setiap proses persalinan pemeriksaan denyut jantung janin perlu dipantau dengan seksama. Pada bayi yang lahir, dua variabel nilai Apgar (pernapasan dan denyut jantung bayi) dipakai sebagai indikator terjadinya asfiksia/hipoksia (Pusponegoro TS, 1997). Apabila bidan mampu melakukan pendeteksian secara baik, maka keterlambatan penanganan atau rujukan dapat dihindari. Untuk kasus asfiksia yang terjadi saat lahir, maka ketepatan dan kecermatan melakukan manajemen asfiksia sangat menentukankelangsungan hidup bayi baru lahir. Demikian pula gangguan nutrisi pada ibu hamil serta anemi kronik memberi kontribusi terhadap timbulnya gawat janin dengan gejala asfiksia (Wiknjosastro GH, 1997). Dalam menghadapi masalah gawat janin/asfiksia, tenaga kesehatan dalam hal ini bidan di desa perlu memahami jenis asfiksia dan mengenal faktor risiko pada setiap kehamilan yang dapat mengakibatkan gawat janin. Deteksi ini dapat dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Pada umumnya deteksi yang dilakukan dengan cermat akan menurunkan kejadian asfiksia lahir, walaupun hubungan tersebut tidak bermakna. Bayi yang dilahirkan dengan asfiksia lahir namun selamat, maka kemungkinan menderita penyakit degeneratif pada kehidupan selanjutnya (Osmond C, 1993), oleh sebab itu faktor-faktor risiko yang menimbulkan kelahiran bayi dengan asfiksia lahir harus dicegah. Pada pelatihan manajemen asfiksia, bidan desa juga diberikan pelatihan penyegaran pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, perawatan post partum dan nifas secara komprehensif. Berdasarkan analisis bivariat dari penelitian 1063
  • 8. Jurnal EkologiKesehatan Vol.8No 3. September2009:1057 -1065 ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan penurunan kematian neonatal karena asflksia lahir dengan adanya intervensi pasca pelatihan manajemen asflksia adalah peningkatan perlakuan bidan/dokter kepada bayi segera setelah lahir yaitu jalan nafas dibersihkan, bayi dimandikan, bayi dikeringkan, bayi digosok, bayi dibedong, bayi diletakkan di dada ibunya, bayi dihangatkan. Cara perawatan bayi yang kurang tepat dapat memicu timbulnya hipothermi yang dapat menyebabkan kematian. Cara perawatan bayi baru lahir dianjurkan untuk tidak memandikannya, tetapi dikeringkan dan dibedong. Perawatan cara kanguru merupakan teknologi sederhana yang cukup efektif untuk membantu bayi dengan berat badan lahir rendah dalam meningkatkan dan mempertahankan suhu tubuh. Sedangkan peningkatan kematian bayi dengan asflksia lahir setelah tindakan memasukkan dalam inkubator, dan memberi oksigen merupakan kasus asflksia berat bersama-sama dengan prematuritas dan hipothermi yang ditangani oleh dokter di rumah sakit sebagai kasus rujukan. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan tenaga kesehatan merupakan suatu upaya preventif yang berkualitas dan seyogyanya terus dipertahankan untuk meminimalkan penyebab dasar kematian yang diakibatkan karena sistem pelayanan kesehatan yang lemah. Menurut data sebelumnya, dari 58% bayi neonatal ylng mengalami gangguan pernapasan, 42% nya adalah bayi dengan asflksia lahir yang dapat diintervensi dengan melakukan resusitasi (Sarimawar, 2005). Hal yang menjadi tantangan adalah menjaga agar penatalaksanaan asflksia dapat dilanjutkan dan diterapkan dengan baik, mengingat sebagian besar dari persalinan bukan di fasilitas kesehatan. KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang terlihat mempunyai peran penurunan kematian neonatal karena asflksia lahir dengan adanya intervensi pasca pelatihan manajemen asflksia adalah peningkatan perlakuan bidan/dokter terhadap bayi segera setelah lahir untuk memelihara kesehatan bayi yaitu jalan nafas dibersihkan, bayi dikeringkan, bayi digosok, bayi dibedong, bayi diletakkan di dada ibunya, bayi dihangatkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan. Pelatihan tidak hanya ditujukan kepada bidan di desa, tetapi juga kepada dukun. Hal ini disebabkan karena dukun masih mempunyai peran yang besar terhadap pertolongan persalinan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada PATH yang telah mempercayakan pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Badan Litbangkes, DepK.es (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS^ Indonesia-Tahun 2007. Kematian menurut kelompok umur; p.278-279. Badan Pusat Statistik-Statistics Indonesia (BPS), National Family Planning Coordinating Board, Ministry of Health, ORC Macro (2003). Indonesia Demographic and Health Survey 2002-2003. Calverton, Maryland: BPS and ORC Macro. Chen ZL, He RZ, Peng Q, Guo KY, Zhang YQ, Yuan HH, Liu JX., (2009). Prenatal risk factors for neonatal asflksia: how risk for each? Department of Neonatology, Women and Children's Health Care Hospital of Dongguang, Dongguang, Guangdong 523002, China. [Cited 2009 April 28]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gOV/pubmed/i92929- 47?ordinalpos=6&itool=Entrez.Svstem2.PEnt rez.Pubmed.PubmedResultsPanel.Pubmed DefaultReportPanel.Pubmcd RVDocSum: Zhongguo Dang Dai Er Ke Za Zhi. [Article in Chinese, czl350(a).vahoo.com.cn.] Mar;ll(3):161-5. Links Dean T. Jamison, et al (2006). Maternal and Neonatal Health. Cost-Effective Strategies for the Excess of Burden of Diseases in the Developing Countries. Priorities in Health. Diseases Control Priorities Project The World Bank Group, [cited 2009 March 28]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?r id=dcp2.section.3815 Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, WHO (2000). Kehamilan adalah Berkah. Pastikan Aman dan Selamat! Iwan Ariawan, Mardiana Agustini, Yancy Seamans, Vivien Tsu, James T Litch, M. Sholeh Kosim. Managing Birth Asflksia in Home Based Deliveries: The Impact of Village Midwives Training and Supervision on Newborn Resuscitation in Cirebon. Indonesia 1064
  • 9. Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar) [Internet]. PATH [Cited 2009 April 28]. Available from: http://www.esdnroi.org/site/DocServer/NlC8 Iwan Ariawan.pdf?docID= 1098 Lawn, J., Brian J. Me Carthy, Susan Rae Ross (2001). The Healthy Newborn. Part 1. Care-CDC Health Initiative, p.9-11. Low JA. (1997). Intrapartum fetal asfiksia: definition. diagnosis and classification. Am J Obstetric Gynecology 1997; 176: 957-9. Milsom I, Ladfors L, Thiringer K, Niklasson A, Odeback A, Thornberg E (2002). Influence of maternal, obstetric and fetal risk factors on the prevalence of birth asfiksia at term in a Swedish urban population [Internet]. Acta Obstet Gynecol Scand., Oct;81(10):909-17. [Cited 2009 April 28]. Available from http://wvw.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/l 23664 8()?ordinalpos=1 &itool=EntrezSvstem2.PEnt rez.Pubmed.Pubmed^ResultsPanel.Pubmed Discovery-Panel.Pubmed Discovery RA&lin kpos= 1 &log$=relatedarticles&logdbrrom=pu bmed Murray CJ, Lopez AD (1997). Alternative projections of mortality and disability by cause 1990- 2020: Global Burden of Disease Study [Internet]. Harvard School of Public Health, Boston, Massachusetts, USA. Lancet, May 24;349(9064): 1498-504. [Cited 2009 April 28]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Diibmed/916745 8?ordinalpos=l&itool=EntrezSvstem2.PEntr ez.Pubmed.Pubmed ResultsPanel.Pubmed P iscovervPanel.Pubmed Discovery RA&link pos=2&log$=relatedarticles&logdbfrom=pub med Osmond, C., Baker, D.J., Winter, P.O., Fall, C.H., Simmonds, C.J. Early Fetal Growth and Death from Cardiovascular Disease in Women. Brit Med J1993: 307: 1519-1524. Pusponegoro, TS. Tatalaksana neonatus di luar rumah sakit oleh bidan dan penggunaan algoritme pada manaiemen neonatus sakit. The Use of Appropriate Technology for Reduction of Maternal and Perinatal Mortality and Morbidity. Preceeding The VI National Congress of the Perinasia and International Symposium, Menado, 13-17 September, 1997. ed Hadi Pratomo, Imral Chair, dkk 1997; 34-56. Sarimawar Djaja, Dwi Hapsari, Soewarta Kosen (2006). Pengaruh Faktor Kesehatan Ibu terhadap Kematian Bavi Baru Lahir di Kabupaten Cirebon. 2004. Majalah Kedokteran Damianus Vol. 5 (3): 201-210. Sarimawar Djaja, Felly P. Senewe, Iwan Ariawan (2009). Keberhasilan Pelatihan Manaiemen Asfiksia Bavi bam Lahir untuk Bidan Desa di Kabupaten Cirebon. 2005. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.8 (1): 874-885. Sarimawar Djaja, Soeharsono Soemantri (2003). Penvebab Kematian Bavi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelavanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)2001. Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol.31 (3): 155-165. Sarimawar Djaja, Soewarta Kosen, Felly P. Senewe, Iwan Ariawan (2005). Survei Kematian Neonatal (Studi Autopsi Verbal) di Kabupaten Cirebon. 2004. Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol.33 (1): 41-52. WHO, 2003a (2003). Global Burden of Diseases. 2000. Version c Geneva: WHO. Wiknjosastro, GH. Pencegahan dan Manajemen Hipoksia Janin. The Use of Appropriate Technology for Reduction of Maternal and Perinatal Mortality and Morbidity. Preceeding The VI National Congress of the Perinasia and International Symposium, Menado, 13-17 September, 1997. ed Hadi Pratomo, Imral Chair, dkk 1997; 11-14. 1065