LATAR BELAKANG
Dewasa ini utang piutang merupakan hal yang terkadang tidak bisa dihindari. Sehingga orang yang terdesak rela memberikan jaminan berupa benda atau barang berharga untuk meminjam uang.
Banyak orang yang memilih untuk menggadaikan barangnya karna dirasa bunga dalam pegadaian lebih kecil dibandingkan bank. Selain itu persyaratan pegadaian lebih mudah dibandingkan meminjam uang di bank.
PENGERTIAN
Secara etimologi, ar-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan.
Rahn menurut para ulama adalah menjadikan barang yang berharga menurut tinjauan syariat sebagai jaminan utang, sekiranya pembayaran utang atau sebagian bisa di ambil dari benda yang di gadaikan tersebut.
Jadi Rahn berarti menahan salah satu harta milik peminjam atas pinjamannya.
3. WHY ?Dewasa ini utang piutang merupakan hal yang terkadang tidak bisa
dihindari. Sehingga orang yang terdesak rela memberikan
jaminan berupa benda atau barang berharga untuk meminjam
uang.
Banyak orang yang memilih untuk menggadaikan barangnya karna
dirasa bunga dalam pegadaian lebih kecil dibandingkan bank.
Selain itu persyaratan pegadaian lebih mudah dibandingkan
meminjam uang di bank.
5. AL-QURAN
QS. Al-Baqarah ayat 283 yang artinya “jika kamu dalam perjalanan sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).”
Menurut ayat diatas, Al-Qur’an memperbolehkan adanya hukum akad gadai,
kecuali ada unsur riba didalamnya.
HADITS
Dari Abu Hurairah ra. Nabi SAW bersabda :
Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan
menanggung resikonya. HR. Al-Hakim, al-Daraquthni dan
Ibnu Majah
6. Secara etimologi, ar-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan.
Rahn menurut para ulama adalah menjadikan barang yang
berharga menurut tinjauan syariat sebagai jaminan utang, sekiranya
pembayaran utang atau sebagian bisa di ambil dari benda yang di
gadaikan tersebut.
Jadi Rahn berarti
DefinisiRahn
8. SyaratRahn
BAGI PIHAK-
PIHAK YANG
BERAKAD
1. Para pihak
harus berakal.
2. Baligh.
3. Tidak dalam
paksaan.
BARANG
YANG
DIGADAI
1. Barang yang digadai
ada dan nyata.
2. Objek merupakan
barang yang
bernilai,halal, dapat
disimpan dan
dimanfaatkan.
3. Objek merupakan hak
milik yang sah
dengan kepemilikan
sempurna.
4. Objek harus dapat
diserahkan saat
transaksi.
5. Objek harus tahan
lama dan tidak
mudah rusak.
YANG
BERKAITAN
DENGAN
UTANG
1. Utang adalah
hak yang harus
dibayar.
2. Nilai barang
yang digadai
dapat
menutupi
jumlah utang.
3. Hak utang
harus jelas.
9. RukunRahn AR-RAHIN
orang yang menggadaikan
AL-MURTAHIN
orang yang menerima gadai
AL-MARHUN
Barang yg digunakan Rahin untuk dijadikan
jaminan dalam mendapatkan utang.
10. RukunRahn
AL-MARHUN BIH
sejumlah dana yang diberikan Murtahin
kepada Rahin atas dasar besarnya tafsiran
marhun.
SIGHAT, IJAB & QABUL
Sighat adalah kesepakatan antara rahin
dan Murtahin dalam melakukan transaksi
gadai.
13. 1. Rahn ‘Iqar/Rasmi (rahn Takmini/Rahn Tasjily)
Merupakan bentuk gadai, dimana barang yang
digadaikan hanya dipindahkan kepemilikannya,
namun barangnya sendiri masih tetap dikuasai dan
dipergunakan oleh pemberi gadai.
14. 2. Rahn Hiyazi
Berbeda dengan Rahn ‘Iqar yang hanya
menyerahkan hak kepemilikan atas barang, maka pada
Rahn Hiyazi tersebut, barangnya pun dikuasai oleh
Kreditur.
Dalam hal yang digadaikan berupa benda yang
dapat diambil manfaatnya, maka penerima gadai
dapat mengambil manfaat tersebut dengan
menanggung biaya perawatan dan pemeliharaannya.
17. ● Kepemilikan atas barang yang digadaikan tidak
beralih selama masa gadai
● Kepemilikan baru beralih pada saat terjadinya
wanprestasi pengembalian dana yang diterima
oleh pemilik barang. Pada saat itu, penerima gadai
berhak untuk menjual barang yang digadaikan
berdasarkan kuasa yang sebelumnya pernah
diberikan oleh pemilik barang.
● Penerima gadai tidak boleh mengambil manfaat
dari barang yang digadaikan, kecuali atas seijin dari
pemilik barang. Dalam hal demikian, maka
penerima gadai berkewajiban menanggung biaya
penitipan/penyimpanan dan biaya pemeliharaan
atas barang yang digadaikan tersebut.
PRINSIPPOKOKRAHN
19. Pada dasarnya, biaya pemeliharaan dan manfaat
barang yang digadaikan adalah milik orang yang
menggadaikan (Rahin). Adapun orang yang
menerima gadai (Murtahin), ia tidak boleh mengambil
manfaat barang gadaian tersebut, kecuali bila barang
tersebut berupa kendaraan atau hewan yang diambil
air susunya, maka boleh menggunakan dan diambil
air susunya apabila ia memberi nafkah (dalam arti
pemeliharaan barang tersebut). Pemanfaatan barang
gadai tesebut, tentunya harus sesuai dengan
besarnya nafkah yang dikeluarkan dan
memperhatikan keadilan.
20. PERTANYAANDANJAWABAN
1. Dini Jamilah: Apakah penggadaian itu bisa dalam bentuk hewan ternak? Kemudian jika bisa
bagaimana jika ternyata hewan tersebut mati sebelum jangka waktu gadainya selesai atau
tertebus.Menjadi risiko siapa kemudian hukumnya bagaimana?
Jawaban : Bisa, benda karena gadai dibedakan menjadi 2 yaitu benda bergerak dan benda tidak
bergerak, sedangkan binatang ternak termasuk benda bergerak. Kemudian apabila hewan itu mati
sebelum jangka waktu gadainya selesai, maka tidak ada lagi benda yang dijadikan jaminan gadai,
akan tetapi meskipun begitu utang penggadai kepada yang menggadaikan tetap ada dan tidak
hangus bersama hilangnya jaminan gadaI.
2. Yogi Al Rasyid: Perbandingan gadai konvensional dengan gadai menurut islam yang dapat
meyakinkan bahwa gadai menurut islam adalah yg paling benar menurut akal?
Jawaban : Gadai kovensional bertindak sebagai pelaku usaha dimana dalam pegadaian berlaku
sistem bunga atau membayar kelebihan dari utangnya untuk orang yang menggadaikan sedangkan
menurut islam, gadai merupakan akad tabarru dimana bertujuan untuk tolong menolong dan tidak
boleh ada keuntungan serta jika seseorang menggadaikan barang berarti dia sedang membutuhkan
uang dengan asumsi dia sedang kesusahan jika kita membebani lagi dengan bunga/keuntungan dari
utangnya maka itu termasuk riba dan menzolimi orang yang menggadaikan sehingga sudah jelas
bahwa gadai menurut pandangan islam adalah yang paling benar
21. 3. Tiara Rinandi: Kalau meminjam uang dengan jaminan, kemudian peminjamnya meninggal,
bagaimana hukum dengan barang jaminan itu?
Jawab :Tanggung jawab peminjam akan dilimpahkan kepada ahli warisnya (anak/istri) dan
murtahin boleh memanfaatkan barang gadai tersebut.
4. Shofina: Al-murtahin kan boleh memanfaatkan barang yang digadaikan asalkan
menafkahi/mengurus/merawat barang yg digadaikan tersebut. Bagaimana perhitungan seberapa
banyak kita boleh memanfaatkan barang tersebut?
Jawab : Murtahin boleh memanfaatkan sepenuhnya barang gadai, karena yang digadaikan adalah
barangnya bukan manfaatnya sebagai contoh seseorang menggadaikan rumahnya bukan berarti
orang tersebut tidak boleh menempati rumahnya. Orang yang menggadaikan boleh menerima
manfaat dari rumah tersebut tetapi rumah itu tetap digadaikan. Jadi gadai hanya berlaku untuk
barangnya saja bukan dengan manfaatnya.
PERTANYAANDANJAWABAN
22. CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
THANKS!
Do you have any questions?
Jangan lupa cuci tangan
Jangan keluar rumah dlu ya
Jaga kesehatan pokoknya
hehe
Please keep this slide for attribution.