SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Kampanye Earth Hour dan 
Ramah Lingkungan 
(studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada 
program kampanye di twitter terhadap opini tentang 
gaya hidup yang lebih ramah lingkungan) 
Dimyati (dalam Khasanah, 2007) menyatakan 
bahwa teori kognitif merupakan proses untuk 
mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang 
sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu, 
dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa 
belajar juga dilihat sebagai proses dimana 
pengetahuan diciptakan melalui transformas i 
pengalaman (Kolb 1984, h. 41). Pengertian lain 
menyebutkan bahwa teori kognitif merupakan 
cara mempersepsikan dan menyusun informas i 
yang berasal dari lingkungan sekitar yang 
dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. 
Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari 
pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, 
mencari informasi, mencermati lingkungan, 
mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna 
mencapai tujuan. Kesimpulannya tingkat kognitif 
setiap orang berbeda-beda tergantung dari apa 
yang mereka pelajari dan memandang belajar 
sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, 
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan 
memahami stimulus atau informasi yang datang 
dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia 
ditekankan pada proses internal berfikir, yakni 
proses penyampaian dan pengolahan informas i 
(Rifai dan Catharina, 2009, h.106). 
Proses pengolahan dan penyampa ia n 
sebuah informasi setiap orang yang berbeda-beda 
yang menyebabkan opini setiap individu terhadap 
informasi dan media yang digunakan untuk 
penyampaian informasi pun berbeda. Menurut 
jurnal The American Behavioral Scientist (Potter, 
2004, h. 266) tingkat kognisi mempunyai dua 
prinsip, prinsip yang pertama yaitu individu itu 
sendiri sedangkan prinsip yang kedua adalah 
pikiran individu tersebut. Oleh karena itu tingkat 
kognisi sangatlah penting dalam memahami 
informasi termasuk dalam memahami informas i 
yang ada di media karena hal ini dapat merubah 
perilaku seseorang dan cara menanggapinya, 
tergantung bagaimana cara individu tersebut 
memahami informasi tersebut. 
Media yang digunakan untuk 
menyampaikan informasi bukan hanya melalui 
koran ataupun televisi tetapi juga melalui media 
yang lebih modern, yaitu melalui media sosial 
atau yang biasa disebut new media. Menurut Flew 
(2005, h. 3) “The Idea of New Media Captures 
Both the Development of Unique Forms of Digital 
Media, and the Remakings of More Traditional 
Media forms to Adopt and Adapt to the Media 
Technology”. Dalam hal ini beberapa pakar 
sepakat bahwa istilah new media digunakan untuk 
membedakan dari media lama atau media 
tradisional yang lebih dahulu ada (Simotorang, 
2012). Hal tersebutlah yang mendasari kenapa 
banyak sekali informasi yang dilakukan di media 
sosial, karena tergolong mudah dan efektif. 
Menurut Potter (The American Behavioral 
Scientist, 2004) membuat masyarakat melek 
media sangatlah susah terutama media sosial, 
karena selain membuat mereka sadar akan media, 
mereka juga perlu membangun pemahaman yang 
mendalam tentang bagaimana menggunaka n 
media dalam kehidupan sehari-hari serta cara 
penggunaan media agar mencapai tujuan mereka, 
dan efek yang tidak diinginkan terakumulas i 
sebagai produk sampingan dari paparan sehari-hari. 
Dari informasi tersebut tidak dapat 
dipungkiri bahwa di era modern seperti sekarang 
ini media sosial lebih banyak memberika n 
informasi dari pada media lainnya. Perubahan ini 
dalam model komunikasi merupakan pergeseran 
industri dari paradigma broadcast ke paradigma 
yang lebih dialogis (Baumgarten, 2011). Penelit ia n 
lebih lanjut telah menyelidiki kualitas utama yang 
membedakan komunikasi dialogis ke mode media 
tradisional, dimana menurut Kanter Fine dan 
Zuckerberg (2010), ciri utama komunikas i 
dialogis adalah umpan balik segera, berbeda 
dengan media tradisional yang tidak bisa 
mewujudkannya karena kekurangan saluran yang 
memungkinkan untuk melakukan hal tersebut 
(Baumgarten, 2011). 
2.1. Tingkat Kognitif dalam Memahami 
Program Kampanye “Earth Hour Malang” 
Program kampanye “Earth Hour” 
merupakan kegiatan peduli lingkungan yang 
dipelopori oleh organisasi WWF (World Wide 
Fund for Nature) Australia, dimulai sejak 2007 
dan diadakan pada hari Sabtu terakhir di bulan 
Maret setiap tahunnya (Rachmatunisa, 2010) 
. Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat 
untuk melakukan gaya hidup hemat energi 
dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik 
yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. 
Kampanye ini dilakukan melalui media sosial 
yaitu “Twitter”, namun masih banyak masyarakat 
yang belum memahami benar kampanye ini. Hal
ini dipengaruhi oleh tingkat kognitif akan 
informasi kampanye ini yang berbeda-beda. 
Kognitif adalah proses mental dari persepsi, 
ingatan, dan pengolahan informasi yang 
memungkinkan seseorang memperole h 
pengetahuan, memecahkan persoalan, dan 
merencanakan masa depan. 
Kognisi merupakan proses internal yang 
tidak nampak. Pengetahuan (teori-teori atau 
model-model) yang dikembangkan untuk 
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut 
dibangun atas dasar asumsi-asumsi tertentu. 
Teori kognitif yang dikemukakan oleh 
Greenwald (1968) dan Petty, Ostrom & Brack 
(1981) dalam Baron & Byme (1991) memusatka n 
perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu 
suatu usaha untuk memahami apa yang difikirka n 
orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus 
persuasive, dan bagaimana fikiran serta proses 
kognitif menetukan apakah mereka mengalami 
perubahan sikap & sejauh mana perubahan itu 
terjadi” (Azwar 1997, h. 18). Kampanye yang 
dilakukan oleh Earth Hour Malang ini ditujuka n 
untuk para responden yang telah mengetahui 
kampanye ini agar ikut mendukung program 
kampanye yang dibuat oleh Earth Hour Malang. 
Menurut Ruslan (2005, h. 80) untuk 
mencapai keberhasilan dalam melaksanaka n 
kampanye ada beberapa aspek yaitu tujuan, 
sasaran, ruang lingkup, jangka waktu, tema, efek, 
sarana yang digunakan, serta visi dan misi dari 
kegiatan kampanye tersebut. Dari hal tersebutla h 
peneliti mengadopsi aspek-aspek tersebut yang 
kemudian diaplikasikan pada program kampanye 
earth hour Malang yang kemudian dapat 
dijadikan indikator-indikator yaitu: 
a. Tujuan: tujuan dari program 
kampanye “Earth Hour Malang ” 
yaitu mengajak masyarakat untuk 
mempunyai gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. 
b. Sasaran: program kampanye 
“Earth Hour Malang” ini 
mempunyai sasaran kampanye 
yaitu masyarakat yang mempunyai 
akun twitter. 
c. Ruang lingkup: program kampanye 
“Earth Hour Malang” meliputi 
seluruh warga Malang. 
d. Jangka waktu: program kampanye 
“Earth Hour Malang” adalah 60 
hari, yaitu 30 hari sebelum dan 30 
hari sesudah dan ditutup pada hari 
bumi 22 April. 
e. Tema: tema dalam program 
kampanye “Earth Hour Malang ” 
yaitu tentang gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. 
f. Efek: warga Malang diharapka n 
setelah mendapatkan terpaa n 
kampanye “Earth Hour Malang ” 
dapat merubah gaya hidup mereka 
menjadi gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. 
g. Sarana dan cara penyampaiannya: 
sarana yang digunakan dalam 
penyampaian kampanye “Eart h 
Hour Malang” adalah melalui 
media sosial berupa twitter. 
h. Visi Misi program kampanye 
“Earth Hour”: Pengetahua n 
responden tentang Visi dan Misi 
dalam program kampanye yang 
dilakukan oleh “Earth Hour” dari 
hasil wawancara peneliti dengan 
saudari Hendita Khairina selaku 
koordinator earth hour Malang 
dapat diketahui visi dan misi dari 
earth hour malang yaitu 
Visi utama kampanye Earth Hour 
Malang 
1. Untuk melanjutkan target efisie nsi 
energi dan perubahan gaya hidup di 
Malang dengan konsumsi listr ik 
tinggi, 
2. Berusaha mengaitkannya dengan 
potensi sumber energi baru 
terbarukan yang lebih bersih dan 
berdampak minimal pada 
lingkungan 
3. Mengangkat dan memancing 
semangat kepemimpina n 
pemerintahan dan korporasi untuk 
secara signifikan melakuka n 
efisiensi energi dan penggunaa n 
sumber energi baru terbarukan 
sebagai bagian dari kebijakan 
mereka. 
Misi kampanye Earth Hour Malang 
1. Menjaring sebanyak-banyaknya 
individu, rumah tangga, dan 
pemerintahan Malang untuk ikut 
mematikan lampu sebagai simbol 
kontribusi mereka terhadap 
perubahan iklim
2. Mengajak dan mengedukas i 
masyarakat mengenai pemanasan 
global dan apa yang bisa dilakuka n 
setiap individu untuk menjadi 
bagian dari perubahan untuk 
mengurangi penggunaan emisi 
mereka 
3. Menjaring partisipasi korporasi 
untuk mengomunikasikan EARTH 
HOUR, baik staf mau pun jejaring 
eksternal untuk berkomitme n 
mematikan lampunya dan 
melakukan perubahan kebijakan 
dalam pengunaan energi 
4. Terbentuknya kegiatan komunita s 
hijau masyarakat di Malang. 
Dukungan dari makin banyak 
pemimpin Daerah dan Kota di 
seluruh wilayah Indonesia, 
Presiden, Menteri Lingkunga n 
Hidup berupa perubahan 
kebijakannya terkait penghemata n 
energi. "Bergaya hidup hemat energi 
tidak cukup hanya dengan 
berpartisipasi di EARTH HOUR 
saja, tetapi harus terus dibuktika n 
setiap hari, dan diikuti dengan 
mengubah gaya hidup ramah 
lingkungan lainnya, seperti: 
mengendalikan penggunaan listr ik, 
hemat penggunaan kertas/tisu, 
aktivasi transportasi publik, 
mengurangi potensi sampah/ 
melakukan pemilahan sampah, dan 
lain-lain." 
Teori kognitif meliputi kegiatan-kegia ta n 
mental yang sadar seperti berfikir, mengetahui, 
memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti: 
sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang 
kemudian itu merupakan faktor yang menentuka n 
di dalam perilaku. Di dalam teori kognitif ini 
terdapat suatu interes yang kuat dalam jawaban 
(response) atas akibat dari perilaku yang tertutup. 
Sebab di dalam hal ini sulit mengamati secara 
langsung proses berfikir dan pemahaman , dan 
juga sulit menyentuh dan melihat sikap, nilai, dan 
kepercayaan (Marlena. 2013) 
Berdasarkan pendapat dari para ahli yang 
telah dijelaskan di atas, peneliti mengambil 
kesimpulan bahwa tingkat kognitif atau tingkat 
pemahaman seseorang berbeda-beda karena 
tingkat kognitif merupakan kemampuan manusia 
dalam menerima stimulus dari luar, kemampuan 
ini berhubungan dengan pengenalan dan 
pengetahuan. Kognitif merupakan peristiwa yang 
terjadi di luar diri kemudian direduksi dan diubah 
dari dalam diri. Peristiwa yang terjadi diluar diri 
kemudian diterima melalui alat indra untuk di 
proses di dalam diri. Proses perubahan dan 
mereduksi input yang diterima dari alat indra 
berdasarkan pengalaman masa lalu yang dimiliki 
seseorang selain itu berdasarkan nilai-nilai yang 
dianut oleh seseorang. 
Seseorang yang menerima stimulus dari 
luar kemudian memberikan respon terhadap 
stimulus yang diterima. Kegiatan atau proses 
tersebut merupakan aktifitas kognitif. Menurut 
Woodwotrh dan Marquis (dalam Walgito, 2002) 
ada beberapa aktifitas kognitif, diantaranya 
adalah persepsi, ingatan dan berpikir. 
a. Persepsi adalah proses penerimaa n 
stimulus dari luar individu melalui 
alat indra kemudian 
diorganisasikan dan dapat 
diinterpratsikan dari stimulus yang 
diterima. 
b. Ingatan merupakan kemampuan 
yang berkaitan dengan 
kemampuan individu untuk 
menerima atau memasuka n, 
menyimpan dan menimbulka n 
kembali hal-hal yang telah 
lampau. 
c. Berpikir adalah proses mengola h 
dan memanipulasi informasi dari 
lingkungan dengan simbol-simbol 
atau materi-materi yang disimpa n 
dalam ingatannya. 
Ada tiga hal yang umum terdapat di dalam 
pembicaraan teori kognitif, antara lain: 
1) Elemen kognitif 
Teori kognitif percaya bahwa perilaku 
seseorang itu disebabkan adanya satu rangsangan 
(stimulus), yakni suatu objek fisik yang 
mempengaruhi seseorang dalam banyak cara. 
Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi 
diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap 
rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain, 
bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam 
diri seseorang. 
Menurut teori kognitif, semua perilaku itu 
tersusun secara teratur. Individu mengatur 
pengalamannya ke dalam aktivitas untuk 
mengetahui (cognition) yang kemudian 
mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya 
(cognitive structure). Susunan ini menentuka n 
jawaban (response) seseorang. Cognition
menurut Neisser adalah: “Aktivitas untuk 
mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai 
yang dikehendaki pengaturannya, dan 
penggunaan pengetahuan. Hal ini adalah sesuatu 
kegiatan yang dilakukan baik oleh organisme atau 
pun oleh orang perorang” (Bagus, 2011). 
Keisla (dalam perilaku individu dan 
organisasi, 2013) Kognisi adalah dasar dari unit 
teori kognitif ia merupakan representasi internal 
yang terjadi antara suatu jawaban (response), dan 
yang bisa menyebabkan terjadinya jawaban. 
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut: 
Gambar 2.1 Hubungan Kognisi 
Responden mengetahui adanya stimulus, 
stimulus disini yaitu berupa program kampanye 
“Earth Hour” kemudian memprosesnya kedalam 
tingkat pemahaman atau tingkat kognitif yang 
pada akhirnya tingkat pemahaman ini 
menghasilkan atau menyebabkan jawabannya 
(respon) yaitu berupa opini tentang gaya hidup 
yang ramah lingkungan. 
2) Struktur Kognitif 
Menurut teori kognitif, aktivita s 
mengetahui dan memahami sesuatu (cognition) 
itu tidaklah berdiri sendiri. Aktivitas ini selalu 
dihubungkan dengan rencana yang 
disempurnakan oleh kognisi yang lain. Proses 
penjalinan dan tata hubungan diantara kognisi-kognisi 
ini membangun suatu struktur dan sistem. 
Struktur dan sistem ini dinamakan struktur 
kognitif. Sifat yang pasti dari sistem kognitif ini 
tergantung akan karakteristik dari stimuli yang 
diproses kedalam kognisi dan pengalaman dari 
masing-masing individu. 
3) Fungsi Kognitif 
Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi. 
Diantara fungsi- fungsi, antara lain: 
a. Memberikan pengertian 
Pada kognitif baru menurut teori kognitif, 
pengertian terjadi jika suatu kognitif baru 
dihubungkan dengan system kognitif yang telah 
ada. Kognisi membentuk atribut-atribut tertentu, 
tergantung pada bagaimana ia berinteraksi dengan 
satu atau lebih system kognitif. 
b. Menghasilkan emosi 
Interaksi antara kognisi dan sistem 
kognitif tidak hanya memberikan pengertian pada 
kognisi saja, tetapi dapat pula memberika n 
pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula 
memberikan konsekuensi-konsekuensi yang 
berupa perasaan, misalnya perasaan senang dan 
tidak senang, baik atau buruk, dan lain 
sebagainya. 
c. Membentuk sikap 
Menurut teori kognitif jika suatu sistem 
kognitif dari sesuatu memerlukan komponen-komponen 
yang mengandung efektif emosi, maka 
sikap untuk mencapai suatu tujuan atau objek itu 
telah terbentuk. Bersatunya sistem kognitif dan 
komponen afektif menghasilkan tendensi perilaku 
untuk mencapai suatu objek sikap seseorang itu 
mempunyai kognitif (pengetahuan), afektif 
(emosi), dan tindakan (tendensi perilaku). 
d. Memberikan motivasi terhadap 
konsekuensi perilaku 
Relevansi teori kognitif untuk 
menganalisa dan memahami perilaku manusia 
yang mudah diamati adalah terletak pada motivas i 
dari perilaku seseorang. Hal ini disebabkan 
karena perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan 
yang terbuka saja, melainkan juga 
termasuk faktor-faktor internal, seperti: berfikir, 
emosi, persepsi, dan kebutuhan. Perilaku itu 
dihasilkan oleh ketidakselarasan yang timbul 
dalam struktur kognitif. 
2.1.1 Peran PR dalam Kampanye “Earth 
Hour” 
Istilah Public Relations sering diartikan 
menjadi “hubungan masyarakat (humas)”. Arti 
kata “public” dalam Public Relations berbeda 
dengan kata “masyarakat” dalam hubunga n 
masyarakat. Istilah masyarakat terlalu luas, 
sedangkan public (publik) hanyalah bagian dari 
masyarakat yang luas itu. Public merupakan 
sekumpulan orang atau kelompok dalam 
masyarakat yang memiliki kepentingan atau 
perhatian yang sama terhadap semua hal. Jadi, 
public bercirikan: 
a. Mempunyai kepentingan atau 
perhatian yang sama terhadap 
suatu isu atau objek tertentu. 
b. Tidak harus berada dalam satu 
wilayah geografis. 
Banyak ahli di bidang Public Relations 
yang mengemukakan definisi mereka tentang 
Public Relations. Menurut Kotler & Keller (2009, 
h. 563) Public Relations merupakan berbagai 
program yang dirancang untuk mempromosika n 
atau menjaga citra perusahaan atau produknya. 
Menurut Cutlip, Center dan Broom (Yulia nti 
2007, h. 34) Publik Relations adalah fungsi 
manajemen yang menyertakan, membentuk dan 
Stimulu Respon 
s 
Kognitif
memelihara hubungan yang saling 
menguntungkan antara organisasi dengan 
berbagai macam publik, dimana hal tersebut dapat 
menentukan sukses atau gagalnya organisas i. 
Sementara menurut British Institute of Public 
Relations (Jefkins 1992, h. 8) Public Relations 
adalah keseluruhan upaya yang dilangsungka n 
secara terencana dan berkesinambungan dalam 
rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan 
saling pengertian antara suatu organisai dengan 
segenap khalayak. 
Public Relations juga merupakan fungsi 
manajemen dalam melaksanakan kegiatan 
komunikasi, maka pada dasarnya tujuan Public 
Relations adalah tujuan-tujuan komunikasi Public 
Relations dalam praktik realitas diperusahaa n, 
tujuan Public Relations antara lain: 
a. Menciptakan pemahaman (Mutual 
Understanding) antara perusahaan dan 
publiknya. 
b. Membangun Citra Korporat 
(Corporate Image). 
c. Citra Korporat Melalui Program CSR. 
d. Membentuk Opini Publik yang 
Favorable. 
e. Membentuk Good Will dan Kerja 
Sama. 
Tujuan Public Relationss di atas 
diapresiasikan WWF dalam melakuka n 
kampanye “Earth Hour” yaitu untuk membent uk 
opini publik yang favorable, yaitu opini pubik 
yang merupakan ekspresi public yang baik 
mengenai persepsi dan sikap terhadap 
perusahaan. Ada tiga jenis opini, yaitu opini 
positif (mendukung atau favorable), negative 
(menentang), dan netral. Dalam kaitan ini Earth 
Hour Malang melakukan kampanye melalui 
media sosial ini untuk menciptakan opini publik 
yang positif. 
2.1.2 Teori S-M-C-R-E 
Menurut Ruslan dalam bukunya kiat dan 
strategi Kampanye Public Relations (Ruslan 
2008, h. 68) bahwa Floyd Shoemaker dalam 
bukunya yang berjudul Communication of 
Innovations, dengan menampilkan a common 
model of communications process is that of. 
Gambar 2.2 A Common Model of 
Communications Process 
Dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa 
Earth Hour Malang (source) memberikan pesan 
atau gagasan atau isu (message) kepada para 
khalayak (receiver) melalui media sosial 
(channel) yang diharapkan dapat memberika n 
dampak (effect) yaitu berupa perubahan gaya 
hidup yang lebih ramah lingkungan. 
Model komunikasi SMCRE di atas dapat 
dijabarkan sebagai berikut: 
a. Source, yaitu individu atau pejabat humas 
yang berinisiatif sebagai sumber atau 
komunikator untuk menyampaikan pesan-pesannya. 
b. Message, adalah suatu gagasan, ide berupa 
pesan, informasi, pengetahuan, ajakan, 
bujukan atau ungkapan yang akan 
disampaikan komunikator kepada 
komunikan. 
c. Receiver, merupakan pihak yang menerima 
pesan dari komunikator. Receiver seringkali 
disebut sebagai komunikan. 
d. Channel, berupa media, sarana, atau saluran 
yang dipergunakan oleh komunikator dalam 
mekanisme penyampaian pesan-pesan 
kepada khalayaknya. 
e. Effect, suatu dampak yang terjadi dalam 
proses penyampaian pesanpesan tersebut, 
yang dapat berakibat positif maupun negatif 
menyangkut tanggapan, persepsi, dan opini 
dari hasil komunikasi tersebut. 
Peneliti menggunakan model S-M-C-R-E 
(Short-Message-Chanel-Receiver -Effect) 
karena kredibilitas sumber, isi pesan, dan media 
dijadikan sebagai indikator dari pengertian opini 
yang peneliti angkat. Karena diperlukannya 
sumber atau responden yang memang sudah 
paham dalam permasalahan ini. Karena jika 
sumbernya tidak paham akan permasalahan ini 
dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa 
diterima dengan baik oleh penerimanya. 
Disamping sumber yang telah paham mengenai 
masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi 
pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor 
penunjang dari keberhasilan komunikasi yang 
efektif. Isi pesan akan diterima baik jika 
didukung oleh media pendukungnya, karena jika 
isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak 
adanya alat pembantu dalam penyampa ia n 
informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi 
sumber maupun penerima. 
2.1.3 Twitter sebagai alat berkampanye 
“Earth Hour” Malang 
Penggunaan media sosial saat ini 
berkembang dengan sangat pesat, dimana 
penggunaan media sosial saat ini banyak tidak 
S C R 
E 
M 
E 
E 
F
hanya sebagai alat untuk menjalin pertemanan, 
bersosialisasi dan mempromosikan suatu produk 
(Jonie Bonnes, 2010), sekarang media sosial juga 
digunakan sebagai alat untuk berkampanye. 
Berkembangnya media sosial di kalangan 
pebisnis ini menunjukan bahwa media sosial bisa 
digunakan sebagai alat promosi yang real time 
dengan demikian para praktisi PR 
mengasumsikan bahwa media sosial mempunyai 
peranan penting dalam mempromosikan sebuah 
informasi yang penting (How can social media 
monitoring assist in the planning of PR 
campaigns?, 2009) 
Para praktisi PR semakin memanfaa tka n 
media sosial seperti blog, twitter dan youtube 
untuk menyebarkan informasi lebih cepat serta 
memberikan pengaruh dengan jangkauan yang 
luas, dan membangun sebuah rumor atau opini 
(Johna Burke, VP, BurrellesLuce, 2009). Hal ini 
lah yang membuat Earth Hour Malang 
menggunaka media sosial twitter sebagai alat 
untuk berkampanye. 
Twitter digunakan Earth Hour Malang 
untuk berkampanye karena menurut penelit ia n 
yang dilakukan CNW pada tahun 2009, dampak 
twitter di kancah media sosial dalam dua tahun 
terakhir yaitu pada tahun 2009, hanya 39% dari 
para profesional komunikasi dilaporkan 
menggunakan twitter dalam kehidupan 
profesional mereka. Pada tahun 2011, 
penggunaan twitter telah melonjak menjadi 76% 
di antara kelompok ini. Penonton mereka, 
bagaimanapun, adalah hanya menggunaka n 
twitter 32% dari waktu ke waktu. Sementara ini 
masih kurang signifikan, menyoroti pertumbuhan 
300% dalam dua tahun terakhir, naik dari 8% 
pada tahun 2009". Media sosial terus menjadi 
salah satu daerah yang paling cepat berkembang 
dari profesi Public Relations, belum lagi topik 
hangat diskusi baik online dan off, " kata Laurie 
Smith, Wakil Presiden, Kebudayaan dan 
Komunikasi di CNW. " Dua tahun adalah waktu 
yang lama di dunia online dan banyak yang telah 
berubah. Kami sangat gembira untuk bermitra 
lagi dengan Leger Pemasaran untuk memeriksa 
kembali hasil 2009 Media Social Reality Check 
dan melihat apa yang baru”. Dari hasil itula h 
Earth Hour Malang berharap agar kampanye yang 
dilakukan di twitter ini mampu membuat 
responden untuk merubah gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. 
2.1.4 Kampanye dan Opini Gaya Hidup yang 
Lebih Ramah Lingkungan 
Opini publik tidak terbentuk begitu saja 
melainkan melalui proses tertentu. Proses ini 
sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku 
manusi baik secara individu maupun sebagai 
anggota kelompok terhadap suatu fenomena. 
Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru 
dan lebih mudah terukur dibandingka n 
dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup 
menurut (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995) 
didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup 
dan menggunakan uang dan waktunya (pattern in 
which people live and spend time and money), 
menurut Kotler (2009) gaya hidup adalah pola 
hidup seseorng di dunia diekspreskan dalam 
aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup 
menggambarkan keseluruhan diri seseorang 
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Assael 
(1984) menuturkan gaya hidup adalah 
“A mode of living that is identified by how 
people spend their time (activities), ehat they 
consider important in their environtment 
(interest) and what they think of themeselves and 
the world arround them (opinions)” 
Haryanto (2005) dalam penelitiannya 
bahwa di dalam kajian literatur mengindikas ika n 
tiga pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya 
hidup yaitu Pendekatan analitis dan sintesis, 
Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan 
Pendekatan Activities, Interests, and Opinions 
(AIO) (listyorini, 2012). 
Pada dasarnya opini publik terbentuk dari 
hasil interaksi antara sikap-sikap individu dengan 
keyakinanya masing-masing mengenai suatu 
persoalan yang ada di dalamnya terdapat 
kontroversi. Selain itu opini publik tidak berasal 
dari satu pendapat perorangan saja, melainka n 
dari hasil diskusi suatu kelompok individu. Dalam 
praktik kehumasan ada 3 cara untuk menciptaka n 
opini publik yaitu: 
1. Tekanan (presure) 
2. Membeli (buying) 
3. Bujukan atau persuasi (Persuasive) 
Untuk memperoleh opini publik melalui 
tekanan (pressure) biasanya lebih banyak 
menggunakan pengaruh, baik secara individu 
yang memunyai kewajiban atau kharisma pribadi 
maupun berdasarkan kekuasann jabatan atau 
kekuatan tertentu. Sedangkan melalui buying atau 
sama saja dengan membeli suara alias menyogok 
dengan sejumlah uang (money politic) agar bisa 
memperoleh dukungan, dan cara yang terakhir
adalah melalui teknik persuasi yaitu dengan cara 
membujuk. Teknik persuasi ini digunakan untuk 
mengubah opini publik yang bermusuhan dengan 
cara minimal adalah menetralisasi bahkan perlu 
direkayasa menjadi opini piblik yang 
menguntungkan melalui PR Campaign atau the 
PR transfer percess. 
Menurut Cutlip (Ruslan 2005, h. 51) ada 
pola atau tahapan dalam proses terjadinya opini 
publik yaitu: 
a) Mengangkat kepermukaan suatu isu melalui 
agenda setting bekerja sama dengan pihak 
pers, dan public relations bertindak sebagai 
power maker atau news maker dan bertindak 
sebagai sumber berita (source) serta makes 
a publicity. 
b) Melemparkan isu atau topik tersebut 
kemudian di perdebatkandan diupayakan 
mencari jalan keluar atau pemecahannya. 
c) Mengarahkan atau menggiring isu atau 
topik tersebut ke arah pemecahan yang 
dapat diterima oleh umum 
Semua hal yang di atas bertujuan untuk 
membentuk opini publik sesuai dengan keinginan 
komunikator. Kemudian opini tersebuat yang 
sesuai dengan isu diangkat ke permukaan akan 
mempunyai akibat, yaitu bisa positif (bila 
diterima oleh masyarakat) atau menghadapi 
resiko negatif yaitu di tolak oleh masyarakat. 
George Carslake Thompson dalam “The 
Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro 1990, h. 
106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik 
yang menghadapi issue dapat timbul berbagai 
kondisi yang berbeda-beda, yaitu : 
a. Mereka dapat setuju terhadap fakta 
yang ada atau mereka pun boleh tidak 
setuju. 
b. Mereka dapat berbeda dalam 
perkiraan atau estimation, tetapi juga 
boleh tidak berbeda pandangan. 
c. Perbedaan yang lain ialah bahwa 
mungkin mereka mempunyai sumber 
data yang berbeda-beda. 
Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro 
1990, h. 41), opini adalah suatu ekspresi tentang 
sikap mengenai suatu masalah yang bersifat 
kontroversial. Opini timbul sebagai hasil 
pembicaraan tentang masalah yang kontroversia l, 
yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. 
Menurut Dan Nimmo (2001, h. 10) opini 
adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, 
tanggapan yang disusun melalui interpretas i 
personal yang diturunkan dan turut membentuk 
citra. Merril dan Lowestein berpendapat bahwa 
tindakan mengungkapkan apa yang di percayai, 
dinilai, dan di harapkan seseorang dari objek-objek 
dan situasi tertentu (Nimmo 2004, h. 12). 
Tindakan itu bisa merupakan pemberian suara, 
pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau behkan 
diam, singkatnya tindakan apa pun yang 
bermakna adalah ungkapan opini 
Sementara William Albing 
mengemukakan bahwa opini itu dinyataka n 
kepada sesuatu hal yang kontroversial atau 
sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang 
berlainan mengenai masalah tersebut. Opini 
timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap 
suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini 
biasanya adalah masalah baru. Opini berupa 
reaksi pertama dimana orang yang mempunyai 
perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari 
kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan 
penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang 
untuk saling mempertentangkannya (Sunarjo 
1984, h. 31). 
Sedangkan pengertian publik menurut 
Emory. S. Bagardus, adalah sejumlah orang yang 
dengan suatu acara mempunyai pandangan yang 
sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya 
mempunyai kepentingan yang bersama 
dalam sesuatu hal (Sunarjo 1984, h. 20). John 
Dewey dalam The Publik and its Problem 
mendefenisikan publik sebagai kelompok 
individual yang sama-sama terpengaruh oleh 
suatu tindakan atau gagasan tertentu. Jadi, setiap 
persoalan, problem, atau kepentingan 
menciptakan publiknya sendiri (Djamaluddi n 
1994, h. 105). 
Menurut Bernard Berelson dalam 
tulisannya berjudul “Communication and Public 
Opinion” mengemukakan bahwa dengan 
pendapat publik diartikan people’s response atau 
jawaban rakyat (persetujuan, 
ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak 
acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat 
politis dan sosial yang memerlukan perhatian 
umum, seperti hubungan internasional, 
kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) 
untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok 
etnik (Sastropoetro 1990, h. 55). Menurut Cutlip 
dan Center dalam bukunya “Effective Public 
Relations”, opini publik adalah suatu hasil 
penyatuan dari pendapat individu- individu 
tentang masalah umum (Sastropoetro 1990, h 52). 
Hennessy menegaskan bahwa, pada setiap 
persoalan yang muncul, opini publik merupakan 
kumpulan pandangan yang terukur atau 
tersimpulkan, yang dipegang oleh orang-orang
yang menaruh kepentingan terhadap kepentingan 
tersebut (Djamaluddin 1994, h. 105). 
Opini dapat dinyatakan secara aktif 
maupun secara pasif. Opini dapat dinyataka n 
secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang 
dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui 
pilihan-pilihan kata-kata yang sangat halus dan 
tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). 
Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, 
bahasa tubuh, raut-muka, simbol-simbol tertulis, 
pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda 
lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui 
refrensi, nilai- nilai, pandangan, sikap, dan 
kesetiaan (Moore, H. Frazier 2005, h. 51). 
2.2 Kerangka Pemikiran 
Kerangka pemikiran merupakan kajian 
tentang bagaimana hubungan teori dengan 
berbagai konsep yang ada dalam perumusa n 
masalah (Kriyantono 2010, h. 81). Dalam 
penelitian ini subjek penelitiannya adalah 
kampanye yang dilakukan oleh bagian humas 
Earth Hour Malang dengan menggunakan teori-teori 
yang dianggap relevan dengan penelit ian 
ini serta konsep-konsep yang berhubungan 
dengan teori tersebut, teori-teori tersebut adalah 
teori S-M-C-R-E (Source-Message-Receiv er- 
Chanel-Effect), teori kognitif dan opini 
responden terhadap gaya hidup yang ramah 
lingkungan. 
Humas atau PR berdasarkan tujuan 
kegiatannya, yang dirumuskan oleh seorang 
praktisi Public Relationss, Dr. Carter McNamara 
(Iriantara 2005, h. 9) yaitu humas sebagai aktivitas 
berkelanjutan untuk menjamin perusahaan 
memiliki citra yang kuat di mata publik. Definis i 
tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya PR 
merupakan proses komunikasi kepada publik 
untuk menjalin relasi yang baik sehingga tercapai 
tujuan untuk membangun, membina, dan menjaga 
citra yang positif atau reputasi baik. 
Masalah yang sedang dihadapi oleh Earth 
Hour Malang yaitu kampanye yang dilakukan 
oleh Earth Hour Malang tentang gaya hidup yang 
ramah lingkungan telah digalakkan oleh Earth 
Hour Malang namun kenyataannya masih banyak 
respondeng yang tidak menerapkan pada 
kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena 
setiap masyarakat mempunyai tingkat kognitif 
yang berbeda-beda, selain itu informasi yang 
diberitakan belum banyak diketahui oleh 
masyarakat secara luas serta masih banyak 
informasi yang tidak tepat, hanya beberapa pihak 
yang mengetahui hal tersebut, oleh karena itu 
Earth Hour Malang selaku pelaksana kampanye 
Earth Hour melakukan pemberitahuan kepada 
publik melalui bagian Public Relations agar 
publik mengetahui informasi yang lebih akurat. 
Public Relations melalui media sosial 
melakukan kampanye untuk mencari dukungan 
dalam menyuarakan gaya hidup yang ramah 
lingkungan, kampanye yang dilakukan oleh Earth 
Hour Malang adalah “Kampanye Earth Hour” 
kampanye ini bertujuan untuk memberitahuka n 
bahwa kampanye earth hour bukan hanya 
kampanye hemat energi yaitu dengan mematika n 
lampu dan alat elektronik yang sedang tidak 
dipakai selama 1 jam, pukul 20.30 – 21.30 waktu 
setempat. Namun Earth Hour mengajak semua 
pihak melakukan gaya hidup hemat energi yang 
tidak hanya sekedar mematikan lampu. 
Melalui penjelasan di atas penelit i 
mengaplikasikan masalah di atas dengan 
menggunakan teori S-M-C-R-E. Peneliti akan 
mengukur kredibilitas sumber, isi pesan, dan 
media yang dijadikan sebagai indikator dari 
keefektivitas kampanye yang peneliti angkat. 
Sumber atau responden yang dibutuhkan harus 
sudah paham dalam permasalahan ini. Karena jika 
sumbernya tidak paham akan permasalahan ini 
dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa 
diterima dengan baik oleh penerimanya. 
Disamping sumber yang telah paham mengenai 
masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi 
pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor 
penunjang dari keberhasilan komunikasi yang 
efektif. Isi pesan akan diterima baik jika 
didukung oleh media pendukungnya, karena jika 
isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak 
adanya alat pembantu dalam penyampa ia n 
informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi 
sumber maupun penerima selain itu peneliti juga 
menggunakan teori kognitif sebagai teori 
pendukung untuk melakukan penelitian ini 
mengingat dasar dari teori ini adalah mencoba 
melihat apa yang terjadi diantara stimulus dan 
jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. 
Atau dengan kata lain, bagaimana rangsangan 
tersebut diproses dalam diri seseorang. 
Menurut teori kognitif, semua perilaku itu 
tersusun secara teratur. Individu mengatur 
pengalamannya ke dalam aktivitas untuk 
mengetahui (cognition) yang kemudian 
mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya 
(cognitive structure). Susunan ini menentuka n 
jawaban (response) seseorang. Kognisi adalah 
dasar dari unit teori kognitif ia merupakan 
representasi internal yang terjadi antara suatu 
jawaban (response), dan yang bisa menyebabkan
terjadinya jawaban. Seseorang mengetahui 
adanya stimulus kemudian memprosesnya ke 
dalam kognisi, yang pada akhirnya kognisi ini 
menghasilkan dan menyebabkan jawabannya 
(respon). 
Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa 
opini yang nanti dihasilkan tergantung tingkata n 
pemahaman seseorang dalam memahami 
permasalahan tersebut, selain itu media sosial 
(twitter) yang di gunakan oleh Earth Hour 
Malang dalam melakukan kampanye juga 
mempengaruhi opini responden. 
3.1 Metode dan Tipe Penelitian 
Penelitian ini menggunakan pendekata n 
atau metodologi kuantitatif. Metodologi 
penelitian kuantitatif digunakan dalam menelit i 
status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu 
sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu 
tertentu. Sehingga melalui metode ini diperoleh 
data dan informasi tentang gambaran suatu 
fenomena, fakta, sifat serta hubungan fenomena 
tertentu secara komperehensif dan integra l. 
Dengan demikian pengulangan dalam penelit ia n 
kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan 
konsistensi atau reliabilitas data penelitian yang 
ada (Sugiono 2003, h. 19). 
Metodologi penelitian kuantitatif adalah 
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian 
dan fenomena serta hubungan-hubungannya. 
Tujuan penelitian kuantitat if 
adalah mengembangkan dan menggunaka n 
model-model matematis, teori-teori dan hipotesis 
yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses 
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam 
penelitian kuantitatif karena hal ini memberika n 
hubungan yang fundamental antara pengamata n 
empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan 
kuantitatif. 
Metodologi riset kuantitatif berdasarka n 
pendekatan positivisme (klasik/objektif) 
(Kriyantono 2006,h. 51). Pendekatan objektif 
menganggap perilaku manusia disebabkan oleh 
kekuatan-kekuatan di luar kemauan mereka 
sendiri (Kriyantono 2006, h. 54). Riset kuantiatif 
adalah riset yang menggambarkan atau 
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat 
digeneralisasikan (Kriyantono 2006, h. 55). 
Metode Penelitian 
Metode penelitian ini adalah survei dan 
tipe penelitiannya eksplanatif. Metode survei 
adalah metode riset dengan menggunaka n 
kuesioner sebagai instrumen pengumpula n 
datanya (Kriyantono 2006, h. 59). Jenis survei ini 
digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi 
tertentu terjadi atau apa yang menyebabkan 
terjadinya sesuatu. Dengan kata lain, penelit i 
ingin menjelaskan hubungan antara dua atau lebih 
variabel. 
Jenis penelitian eksplanatif adalah jenis 
penelitian yang bertujuan untuk mendapatka n 
penjelasan apakah ada hubungan yang signifika n 
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono 2008, h. 
11). Dalam penelitian eksplanatif, periset 
menghubungkan atau mencari sebab akibat antara 
dua atau lebih konsep (variabel yang akan diteliti) 
(Kriyantono 2006, h. 69). Hal ini sesuai dengan 
tujuan dalam penelitian ini yang ingin mengetahui 
bagaimana pengaruh tingkat kognitif responden 
pada program kampanye “Earth Hour” melalui 
“Twitter” terhadap opini responden terhadap gaya 
hidup yang lebih ramah lingkungan. 
3.3 Definisi Operasional 
Penelitian ini terdiri dari dua variabe l, 
yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) 
yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 
1. Variabel bebas atau variabel pengaruh (X) 
adalah variabel yang diduga sebagai 
penyebab atau pendahulu dari variabel 
lainnya (Kriyantono 2006, h. 21). Variabel 
bebas dalam penelitian ini adalah 
pengaruh tingkat kognitif responden yaitu 
cara berfikir, mengetahui, memahami, dan 
kegiatan konsepsi mental seperti: sikap, 
kepercayaan, dan pengharapan, yang 
kemudian itu merupakan faktor yang 
menentukan di dalam perilaku dalam 
memahami program kampanye Earth 
Hour. Dari pengertian diatas terdapat 
empat aspek yang kemudian menjadi 
variabel-variabel yang terdiri dari 
indikator yang siap diukur, yaitu program 
kampanye, tujuan dari program kampanye 
tersebut, visi dan misi dari kampenye 
tersebut dan cara penyampaian pesan 
kampanye. 
2. Variabel terikat atau variabel tergantung 
(Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh 
variabel bebas. Variabel ini disebut juga 
kejadian, luaran, manfaat, efek atau 
dampak. Pada penelitian ini variabel 
terikatnya adalah opini responde n 
terhadap gaya hidup yang rama h 
lingkungan. Berdasarkan pendapat 
Suratno dan Rusmiati (2001) opini gaya 
hidup terhadap gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan dapat dioperasionalka n 
menjadi skor setuju atau tidaknya
responden terhadap program kampanye 
tersebut adalah skor pengakuan verbal 
tentang penerapan atau tidaknya gaya 
hidup yang lebih ramah lingkungan. Opini 
responden terhadap gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan ini kemudia n 
dijabarkan menjadi indikator-indikator 
yang diadopsi peneliti dari engel, et al 
(kriyantono 2007, h. 338) 
mengklasifikasikan gaya hidup menjadi 
tiga indikator yaitu aktifitas, interes, dan 
opini. Pengakuan verbal. Berdasarka n 
tulisan ruslan yang ada di bab 2 maka 
variabel X dioperasionalkan skor sebagai 
pernyataan responden tentang hal-hal 
berikut Selanjutnya, untuk memudahka n 
pengukuran masing-masing konse p 
dioperasionalkan sebagai berikut: 
1. Pengaruh tingkat kognitif responden 
terhadap kampanye Earth Hour (variabel X) 
i. Tujuan (Indikator) 
Pengetahuan responden tentang 
tujuan dari program kampanye 
“Earth Hour” (deskriptor) yait u 
mengajak masyarakat untuk 
mempunyai gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. 
j. Sasaran (Indikator) 
Program kampanye “Earth Hour” 
ini mempunyai sasaran kampanye 
yaitu masyarakat yang mempunyai 
akun twitter (deskriptor). 
k. Ruang lingkup (Indikator) 
Program kampanye “Earth Hour” 
meliputi seluruh Negara di belaha n 
dunia hal ini dibuat oleh WWF agar 
seluruh penduduk dunia 
mempunyai gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. Namun di sini 
peneliti hanya memfokuskan pada 
wilayah Malang (deskriptor). 
l. Jangka waktu (Indikator) 
Pengetahuan responden tentang 
jangka waktu Program kampanye 
“Earth Hour” (deskriptor) adala h 
60 hari, yaitu 30 hari sebelum dan 
30 hari sesudah dan ditutup pada 
hari bumi 22 April. 
m. Tema (Indikator) 
Pengetahuan responden tentang 
topic-topik yang dibahas di dalam 
Program kampanye “Earth Hour” 
(deskriptor) yaitu tentang gaya 
hidup yang lebih rama h 
lingkungan.. 
n. Efek (Indikator) 
Pengetahuan responden tentang 
apa yang dilakukan setela h 
mendapatkan terpaan dari program 
kampanye “Earth Hour” 
(deskriptor) agar masyarakat 
mempunyai gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. 
o. Sarana dan cara penyampaiannya 
(Indikator) 
Pengetahuan responden tentang 
Program kampanye “Earth Hour” 
yang dilakukan melalui media 
sosial khususnya twitter 
(deskriptor). 
p. Visi Misi program kampanye 
“Earth Hour” (Indikator) 
Pengetahuan responden tentang 
Visi dan Misi dalam program 
kampanye yang dilakukan oleh 
“Earth Hour” (deskriptor). Dan 
berikut adalah visi dan misi Earth 
Hour Malang yang di dapat dari 
hasil wawancara dengan saudari 
Hendita Khairina selaku 
coordinator earth hour malang pada 
tanggal 7 juli 2014. 
Visi utama kampanye Earth Hour 
Malang, yaitu : 
4. Untuk melanjutkan target efisie nsi 
energi dan perubahan gaya hidup di 
Malang dengan konsumsi listr ik 
tinggi, 
5. Berusaha mengaitkannya dengan 
potensi sumber energi baru 
terbarukan yang lebih bersih dan 
berdampak minimal pada 
lingkungan 
6. Mengangkat dan memancing 
semangat kepemimpina n 
pemerintahan dan korporasi untuk 
secara signifikan melakuka n 
efisiensi energi dan penggunaa n 
sumber energi baru terbarukan 
sebagai bagian dari kebijakan 
mereka. 
Misi kampanye Earth Hour Malang, 
yaitu :
5. Menjaring sebanyak-banyaknya 
individu, rumah tangga, dan 
pemerintahan Malang untuk ikut 
mematikan lampu sebagai simbol 
kontribusi mereka terhadap 
perubahan iklim 
6. Mengajak dan mengedukas i 
masyarakat mengenai pemanasan 
global dan apa yang bisa dilakuka n 
setiap individu untuk menjadi 
bagian dari perubahan untuk 
mengurangi penggunaan emisi 
mereka 
7. Menjaring partisipasi korporasi 
untuk mengomunikasikan EARTH 
HOUR, baik staf mau pun jejaring 
eksternal untuk berkomitme n 
mematikan lampunya dan 
melakukan perubahan kebijakan 
dalam pengunaan energi 
8. Terbentuknya kegiatan komunita s 
hijau masyarakat di Malang. 
9. Dukungan dari makin banyak 
pemimpin Daerah dan Kota di 
seluruh wilayah Indonesia, 
Presiden, Menteri Lingkunga n 
Hidup berupa perubahan 
kebijakannya terkait penghemata n 
energi. "Bergaya hidup hemat energi 
tidak cukup hanya dengan 
berpartisipasi di EARTH HOUR 
saja, tetapi harus terus dibuktika n 
setiap hari, dan diikuti dengan 
mengubah gaya hidup ramah 
lingkungan lainnya, seperti: 
mengendalikan penggunaan listr ik, 
hemat penggunaan kertas/tisu, 
aktivasi transportasi publik, 
mengurangi potensi sampah/ 
melakukan pemilahan sampah, dan 
lain-lain." 
Skor tingkat kognitif responden terhada p 
kampanye “Earth Hour” akan diukur 
menggunakan kuesioner yang menggunaka n 
skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3), 
Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). 
Langkah selanjutnya adalah melakuka n 
pengkategorian jawaban responden mengenai 
tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yait u 
tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus mencari 
interval sebagai berikut: 
(nilai tertinggi) − (nilai terendah) 
jumlah interval 
2. Opini tentang gaya hidup yang lebih ramah 
lingkungan (variabel Y). 
Berdasarkan tulisan kriyantono yang ada 
di bab 2 maka variabel Y 
dioperasionalkan skor sebagai 
pernyataan responden tentang hal-hal 
berikut Selanjutnya, untuk memudahkan 
pengukuran masing-masing konsep 
dioperasionalkan sebagai berikut 
a. Aktivitas (Indikator) 
Sebuah kegiatan atau tindakan nyata 
untuk menghabiskan waktu (deskriptor). 
Kegiatan tersebut meliputi mematika n 
barang elektronik yang tidak terpakai, 
menggunakan kain lap daripada tisu, dan 
membawa tas belanja daripada memakai 
kantong kresek. 
b. Interest (Indikator) 
Minat responden untuk menngubah 
gaya hidup yang dulu menjadi gaya 
hidup yang lebih ramah lingkungan 
(deskriptor). 
c. Opini responden (Indikator) 
Pendapat responden tentang gaya hidup 
yang ramah lingkungan (deskriptor). 
Skor pengakuan verbal akan diukur 
menggunakan kuesioner yang menggunaka n 
Skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3), 
Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). 
Langkah selanjutnya adalah melakuka n 
pengkategorian jawaban responden mengenai 
tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yait u 
tinggi, sedang, dan rendah 
3.4.1. Populasi 
Populasi adalah wilayah generalisasi yang 
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai 
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka n 
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia n 
ditarik kesimpulan (Sugiyono 2007, h. 61). 
Populasi dari penelitian ini adalah follower dari 
twitter @EHMalang yang mendapatkan terpaan 
atau yang pernah mengikuti kampanye “Eart h 
Hour” di Twitter. 
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti 
dari Earth Hour Malang diketahui bahwa 
populasi dalam penelitian ini pada tanggal 20 
April 2014 2.628 orang yang kemudian diambil 
1500 follower, hal ini dilakukan peneliti karena 
peneliti melihat bahwa adanya akun twitter yang 
tidak berhubungan dengan penelitian ini, karena 
hal ini lah peneliti kemudian membuat karateristi k 
- karateristik yang dibuat untuk memudahka n
penelitian ini, karateristik penelitian adala h 
sebagai berikut. 
a. Mempunyai akun twitter. 
b. Merupakan followers aktif (membuka 
twitter lebih dari 3x dalam sehari) dari 
akun twitter @EHMalang. 
c. Berdomisili di Malang karena target 
sasaran dari EH Malang adala h 
masyarakat Malang. 
3.4.2. Sampel 
Sampel adalah bagian dari jumlah dan 
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono 
2007, h. 62). Maka peneliti akan mengambil 
sebagian dari 1.500 follower dari twitter 
@EHMalang untuk dijadikan sampel penelitian. 
1) Metode Penentuan Jumlah Sampel 
Dalam penelitian ini, peneliti menentuka n 
jumlah sampel dengan menggunakan rumus 
Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk 
menentukan ukuran sampel dari populasi yang 
diketahui jumlahnya (Kriyanto, 2007, h. 164). 
Rumusnya adalah: 
풏 = 푵 
ퟏ +푵풆ퟐ 
Keterangan: 
n = ukuran sampel 
N = ukuran popuplasi 
e = kelonggaran ketidaktelitian karena 
kesalahan pengambilan sampel yang dapat 
ditolerir, misalnya 2%, kemudian e ini 
dikuadratkan. 
Batas kesalahan yang ditolerir ini bagi setia p 
populasi tidak sama. Ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 
5% atau 10% (Kriyantono, 2007:164) 
Maka, jumlah sampel yang akan digunakan dalam 
penelitian ini dengan presisi 5% adalah: 푛 = 
1500 
1+ (1500 .5% )2 = 300 
2) Teknik Pengambilan Sampel 
Pengambilan sampel dilakukan dengan 
metode purposive sampling, yaitu mencakup 
orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria 
tertentu yang dibuat periset berdasarka n 
tujuan riset (Kriyantono 2006, h. 158). Kriteria 
responden dalam penelitian ini adalah follower 
aktif twitter @EHMalang yang berdomisili di 
Malang. 
3.4 Jenis Data 
3.5.1. Data Primer 
Data Primer adalah data yang diperole h 
dari sumber data pertama atau tangan pertama di 
lapangan (Kriyantono 2006, h. 41). Data primer 
dalam penelitian ini adalah data-data atau 
jawaban responden yang dihimpun dari 
penyebaran kuesioner. Kuesioner adalah daftar 
pernyataan yang harus diisi oleh responde n 
(Kriyantono 2006, h. 97). 
3.5.2. Data Sekunder 
Data sekunder adalah data yang diperole h 
dari sumber kedua atau sumber sekunder 
(Kriyantono 2006, h. 42). Data sekunder dalam 
penelitian ini ada dua, yaitu data follower dari 
twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang 
yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini. 
Serta hasil wawancara dengan saudari Hendita 
Khairina selaku koordinator dari Earth Hour kota 
Malang yang memberikan informasi mengenai 
program kampanye Earth Hour Malang. 
3.6 Teknik Pengumpulan Data 
Data yang digunakan dalam penelitian ini 
merupakan data primer dan data sekunder. Data 
primer didapat langsung dari objek dan dalam 
penelitian ini didapat melalui kuesioner yang 
disebarkan pada tanggal 7 Juni 2014 di Balai Kota 
Malang ketika “Earth Hour Malang ” 
mengadakan acara pemilihan Putra Putri Hemat 
Energi (PPHE). Selanjutnya kuesioner disebarka n 
melalui internet dengan alamat link 
https://docs.google.com/forms/d/1_7_lLDWkqm 
CNG327fhnhRbcX4yulBa1_-gJ-kDsQXVU/ 
viewform?usp=send_form. 
Kemudian langkah terakhir, kuesioner disebar 
pada tanggal 8 juni 2014 di acara “Car Free Day.” 
Sedangkan data sekunder merupakan data yang 
berkaitan dengan penelitian ini seperti catatan 
mengenai follower dari twitter @EHMalang yang 
berdomisili di Malang. 
Pengumpulan data dilakukan dengan 
menggunakan alat pengumpul data berupa 
kuesioner dalam bentuk skala untuk mengukur 
sikap yang lebih dikenal dengan skala Likert. 
Metode ini merupakan alat pengumpul data yang 
berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang 
digunakan untuk memperoleh informasi yang 
dibutuhkan dari objek penelitian sebagai bentuk 
respon (Nazir, 2005). Alasan penelit i 
menggunakan kuesioner, sebagaimana 
diungkapkan oleh Hadi (1996), yaitu: 
1. Objek adalah orang yang tahu tentang 
dirinya sendiri, 
2. Pernyataan-pernyataan objek kepada 
peneliti adalah benar dan dapat 
dipercaya,
3. Interpretasi objek terhadap 
pernyataan-pernyataan yang diajukan 
kepadanya adalah sama dengan 
peneliti. 
Cara kuesioner disebarkan yaitu dengan 
bekerja sama dengan EH Malang dalam berbagai 
acara yang dilakukan oleh pihak EH Malang, 
selain itu peneliti juga menyebarkan di CFD (Car 
Free Day) dimana EH Malang juga melakuka n 
kampanye di CFD. 
3.5 Uji Instrumen (Kuesioner) 
3.5.1 Uji Validitas 
Validitas dimaksudkan untuk menyataka n 
sejauh mana instrumen (misalnya kuesioner) akan 
mengukur apa yang ingin diukur (Kriyantono, 
2006, h. 143). Suatu kuesioner dikatakan valid 
apabila pertanyaan pada kuesioner mampu 
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh 
kuesioner tersebut. Uji coba skala tingkat kognitif 
pada program kampanye “Earth Hour Malang” 
dilaksanakan pada tanggal 1-2 Juni 2014 dan 
diberikan kepada 30 anggota komunitas “Earth 
Hour Malang” dengan karakteristik sama dengan 
subjek yang sesungguhnya. 
Dalam penelitian ini, uji validitas akan 
dilakukan dengan menggunakan koefisie n 
korelasi Pearson Product Moment. Instrume n 
bisa dikatakan valid jika item pertanyaan 
memiliki koefisien korelasi yang positif, lebih 
besar dari 0.30, dan p-value hasil analisis kurang 
dari α = 0,05. Atau dengan kata lain terdapat 
korelasi yang signifikan antara item pertanyaan 
dengan nilai totalnya. Sebaliknya, jika hasil 
analisis didapatkan nilai korelasi kurang dari 0,30 
dan signifikansi lebih besar daripada α = 0.05, 
bisa dipastikan bahwa item pertanyaan tersebut 
tidak valid dan tidak diikutkan dalam analisis 
berikutnya (Azwar, 2009, h. 25). Berikut hasil 
pengujian validitas instrumen dengan 
menggunakan bantuan software SPSS 16 for 
windows dengan taraf signifikansi 5%. 
3.5.2. Uji Reliabilitas 
3.6 Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat 
dipercaya. Dengan kata lain, suatu alat ukur 
memiliki reliabilitas bila hasil pengukurannya 
relatif konsisten apabila alat ukur tersebut 
digunakan berulang kali oleh peneliti yang sama 
atau oleh peneliti lainnya (Kriyantono, 2006, h. 
144). Dalam penjian reliabilitas dalam penelit ia n 
ini rnenggunakan koefisien-흰 (Cronbach Alpha). 
Nilai Cronbach Alpha selanjutnya dievaluas i, 
apabila r-Alpha > 0.60, maka alat ukur dinyataka n 
reliabel, atau dapat dikatakan bahwa hasil 
pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan 
pengukuran ulang pada waktu berlainan. 
Sebaliknya, apabila r-Alpha < 0.60, maka alat 
ukur dinyatakan tidak reliabel (Santoso, 2002, h. 
270). Teknik Analisis dan Interpretasi Data 
Analisis data dalam penelitian kuantitat if 
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh 
responden terkumpul (Sugiyono, 2008, h. 206). 
Kegiatan dalam analisis data adalah: 
1. Mengelompokkan data 
berdasarkan variabel. 
2. Mentabulasi data berdasarkan 
variabel dari seluruh responden, 
kemudian dihitung mean skor-nya 
3. Mean skor masing-ma s ing 
variabel dimasukan ke rumus 
statistik untuk dihitung agar dapat 
mengetahui apakah hipotesis 
terbukti atau tidak 
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif 
Analisis statistik deskriptif ini 
dimaksudkan untuk mengetahui distribusi 
frekuensi jawaban responden dari hasil kuesioner 
yang telah disampaikan ke responden. Kegunaan 
dari distribusi frekuensi adalah membantu penelit i 
untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi 
dari data penelitian (Kriyantono, 2006, h. 169). 
3.6.2 Analisis Regresi 
Analisis regresi dilakukan jika korelasi 
antara dua variabel mempunyai hubungan kausal 
(sebab-akibat) atau hubungan fungsional. 
Menurut Mustikoweni (2002, h. 1) regresi 
ditujukan untuk mencari bentuk hubungan dua 
variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau 
persamaan sedangkan analisis korelasi berrtujuan 
untuk mencari derajat keeratan hubungan dua 
variabel atau lebih. 
Teknik regresi yang digunakan dalam 
penelitian ini adalah regresi linear sederhana. 
Teknik ini digunakan jika terdapat data dari dua 
variabel riset yang sudah diketahui yang maa 
variabel bebas X dan yang mana varibel terikat Y 
sedangkan nilai-nilai Y lainnya dapat dihitung 
atau diprediksi berdasarkan suatu nilai X tertentu 
(Kriyantono, 2007:184). Rumusnya adalah 
sebagai berikut (Kriyantono 2007, h. 184): 
풀 = 풂 + 풃풙 
Di mana: 
Y = Variabel terikat 
X = Variabel Bebas 
a = nilai intercept (konstan) 
b = koefisien regresi, yaitu angka 
peningkatan atau penurunan variabel
dipenden yang didasarkan pda 
variabel independen. 
Sedangkan untuk melakukan perhitungan 
tersebut, penulis menggunakan program SPSS 
16.00 for windows. Sebelum data dapat dianalis is 
dengan menggunakan teknik analisis tersebut, 
dipersyaratkan adanya 4 asumsi yang harus 
terpenuhi, yaitu asumsi normalitas, linierita s, 
autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Ghozali, 
2011, h. 56). 
a) Uji Normalitas 
Uji normalitas digunakan untuk 
mengetahui apakah kedua variabel berdistribusi 
normal atau tidak. Jika p > 0,05 maka sebarannya 
dinyatakan normal. Sedangkan jika p < 0,05 maka 
sebarannya dinyatakan tidak normal. Uji 
normalitas menggunakan 1-Sample K-S 
(Kolmogorov Smirnov) dengan bantuan program 
SPSS 16 for Windows. 
b) Uji Linearitas 
Uji linieritas dilakukan untuk menguji 
linieritas sebagai salah satu syarat yang baik 
sebagai sebuah data penelitian yang akan diuji 
dan agar makna kesimpulan yang ditarik tidak 
menyimpang dari kebenaran. Pedoman yang 
digunakan dengan nilai signifikansi F, jika nilai F 
kurang dari 0,05 (sig<0,05) maka hubungan antar 
kedua variabel tersebut linier (membentuk garis 
lurus), namun jika F lebih dari 0,05 (sig>0,05) 
maka hubungan antar kedua variabel tersebut 
tidak linier (tidak membentuk garis lurus). 
c) Uji Autokorelasi 
Uji autokorelasi bertujuan untuk 
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel 
pengganggu atau residual pada periode tertentu 
dengan variabel pengganggu atau residual periode 
sebelumnya. Pada penelitian ini uji autokorelas i 
menggunakan statistik Durbin-Watson. 
d) Uji Heterokedastisitas 
Uji heterokedastisitas digunakan untuk 
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan 
asumsi klasik. Heterokedastisitas yaitu adanya 
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua 
pengamatan pada model regresi. Pada penelit ia n 
ini uji asumsi heterokedastisitas dilakukan dengan 
menggunakan scatter plot antara nilai prediksi 
variabel Y dengan Studentized Residual 
4.6.Hasil Analisis Deskriptif 
Analisis deskripsi variabel betujuan 
untuk melihat distibutif frekuensi dari tiap-tiap 
jawaban responden terhadap skala yang 
disebarkan untuk mengetahui gambaran 
tingkat kognitif responden pada program 
kampanye “Earth Hour Malang” melalui 
“Twitter” dan gambaran opini responden 
tentang gaya hidup yang lebih ramah 
lingkungan. Berikut uraian mengenai 
deskripsi variabel penelitian baik variabel 
bebas dan variabel terikat. Dengan 
menggunakan bantuan software SPSS 16.0 
for windows, diperoleh gambaran umum 
mengenai tingkat kognitif responden pada 
program kampanye “Earth Hour Malang” 
melalui “twitter” dan variabel opini responden 
tentang gaya hidup yang lebih ramah 
lingkungan sebagai berikut : 
Tabel 4.6.1 Gambaran Umum Mengenai 
Variabel tingkat kognitif responden pada 
program kampanye “Earth Hour Malang” 
melalui “twitter” dan variabel opini 
responden tentang gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan 
Variabel Deskriptif Empirik 
X 
Minimum 23 
Maksimum 92 
Mean 71,373 
Std. 
9,425 
Deviasi 
Y 
Minimum 11 
Maksimum 44 
Mean 35,79 
Std. 
4,038 
Deviasi 
Skor hipotetik diperoleh dengan 
cara penghitugan secara manual. Variabel 
tingkat kognitif responden pada program 
kampanye “Earth Hour Malang” melalui 
“twitter” tersusun atas 23 item pertanyaan 
dengan skor terendah untuk pilihan jawaban 
adalah 1 dan skor tertinggi untuk jawaban 
adalah 4. Sehingga, diperoleh nilai terendah 
dari variabel opini responden tentang gaya 
hidup yang lebih ramah lingkungan 1 × 23 = 
23 dan nilai tertinggi sebesar 4 × 23 = 92. 
Rentang jarak hipotetik atau luas jarak 
sebarannya adalah 92-23=69. Dengan 
demikian, setiap satuan deviasi standarnya 
bernilai SD = 69 / 299 = 0,231 dan rata-rata 
(mean) hipotetiknya sebesar μ = 69-0,231= 
68,769 
Dari skor empirik dan hipotetik 
tersebut, maka diperoleh gambaran mengenai 
Variabel tingkat kognitif responden pada 
program kampanye “Earth Hour Malang” 
melalui “twitter” dan variabel opini responden 
tentang gaya hidup yang lebih ramah
lingkungan. Objek penelitian (responden) 
digolongkan dalam tiga kategori pada masing-masing 
variabel. Kriteria pengkategor ia n 
mengacu pada norma oleh Azwar yang 
dijelaskan dalam tabel berikut : 
Tabel 4.6.2. Norma Pengkategorian 
Responden 
Kategori Daerah Keputusan 
Rendah X < (μ – 1SD) 
Sedang (μ – 1SD) ≤ X < (μ + 1SD) 
Tinggi (μ + 1SD) ≤ X 
Berdasarkan norma tersebut, untuk 
setiap variabel penelitian yakni Variabel 
tingkat kognitif responden pada program 
kampanye “Earth Hour Malang” melalui 
“twitter” dan variabel opini responden tentang 
gaya hidup yang lebih ramah lingkungan 
dengan jumlah objek penelitian sebanyak 300 
orang, diperoleh hasil pengkategorian sebagai 
berikut : 
. Pembahasan 
Berdasarkan hasil analisis dengan 
menggunakan analisis regresi linier sederhana, 
dapat dijelaskan bahwa tingkat kognitif 
responden pada program kampanye “Earth Hour 
Malang” melalui “Twitter” (X) memilik i 
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap 
opini responden tentang gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan (Y). Model regresi yang 
didapatkan berdasarkan hasil analisis adalah 
sebagai berikut : 
Y = 17,065 + 0,262 X + e 
dimana : 
Y : opini responden tentang gaya 
hidup yang lebih ramah lingkungan 
X : tingkat kognitif responden pada 
program kampanye “Earth Hour Malang” 
melalui “Twitter” 
e : error 
Berdasarkan pada model regresi di atas, 
dapat dijelaskan bahwa Variabel tingkat kognitif 
responden pada program kampanye “Earth Hour 
Malang” melalui “Twitter” (X) memiliki 
koefisien regresi sebesar 0,262. Koefisien yang 
positif mengindikasikan bahwa variabel tingkat 
kognitif responden pada program kampanye 
“Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) 
memiliki pengaruh yang positif terhadap opini 
responden tentang gaya hidup yang lebih ramah 
lingkungan (Y). Semakin tinggi tingkat kognitif 
responden pada program kampanye “Earth Hour 
Malang” melalui “Twitter” , maka opini 
responden tentang gaya hidup yang lebih ramah 
lingkungan akan semakin baik. Sebaliknya, 
semakin rendah tingkat kognitif responden pada 
program kampanye “Earth Hour Malang” melalui 
“Twitter”, akan berdampak pada menurunnya 
opini responden tentang gaya hidup yang lebih 
ramah lingkungan. 
Opini reponden tentang gaya hidup yang 
ramah lingkungan sangat dipengaruhi beberapa 
faktor yaitu sumber (source) yang memberika n 
informasi dimana earth hour Malang menjadi 
sumber dari pesan (message) yang disampaika n 
hendita selaku koordinator earth hour Malang 
mengatakan bahwa sudah saatnya kita sebagai 
warga malang mulai hidup dengan gaya yang 
lebih ramah lingkungan, dengan cara mematika n 
energi yang tidak terpakai salah satunya lampu, 
yang dipublikasikan melalui media (channel) 
twitter dengan jumlah followers sebanyak 1500 
responden dimana mereka berharap bahwa 
followers earth hour malang yang sekaligus 
menjadi penerima (receiver) isi pesan tersebut 
dapat mengakibatkan (effect) opini mereka 
tentang opini gaya hidup yang lebih ramah 
lingungan menjadi nyata atau bisa terwujud 
seperti yang diharapkan oleh earth hour Malang. 
Selain itu opini yang terbentuk juga 
dipengaruhi oleh tingkat kognitif seseorang. 
Dimana hal ini di dukung oleh teori kognitif yang 
di kemukakan oleh Greenwald (1968) dan Petty, 
Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme 
(1991) yang memusatkan perhatiannya pada 
analisis respons kognitif, yaitu suatu usaha untuk 
memahami apa yang difikirkan orang sewaktu 
mereka dihadapkan pada stimulus persuasive, dan 
bagaimana fikiran serta proses kognitif 
menetukan apakah mereka mengalami perubahan 
sikap & sejauh mana perubahan itu terjadi” 
(Azwar 1997, h. 18). Oleh karna itu earth hour 
Malang memberikan stimulus berupa program 
kampanye yang dilakukan di twitter agar para 
follower-nya mau mengikuti isi program 
kampanye tersebut yaitu mengikuti gaya hidup 
yang lebih ramah lingkungan. Opini merupakan 
tujuan dari diadakannya program kampanye ini. 
Namun dalam menentukan tingkat 
pengetahuan mereka tentang Earth Hour ada 
beberapa aspek yang ditentukan agar pengetahuan 
mereka tentang earth hour bisa bertambah yaitu: 
Tujuan, Sasaran, Ruang lingkup, Jangka waktu, 
Tema, Efek, Sarana, Visi dan Misi sehingga dari 
beberapa aspek tersebut dapat diukur tingkat 
pengetahuan mereka tentang program kampanye 
tersebut.
Simpulan 
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 
dilakukan oleh peneliti kepada follower akun 
twitter @EHMalang yang bertempat tinggal di 
Kota Malang, maka dapat ditarik kesimpula n 
bahwa ada pengaruh yang positif sebesar 0,262 
antara tingkat kognitif responden pada program 
kampanye “Earth Hour Malang” melalui 
“Twitter” terhadap opini responden tentang gaya 
hidup yang lebih ramah lingkungan, dimana 
dalam hal tersebut tingkat kognitif responden 
pada program kampanye “Earth Hour” melalui 
Twitter para responden berada pada katori tinggi 
yaitu sebesar 69,33% atau sebanyak 208 
responden dari 300 responden, sedangkan untuk 
opini tentang gaya hidup yang lebih ramah 
lingkungan para responden juga berada pada 
katori tinggi yaitu sebesar 78,67% atau sebanyak 
236 responden dari 300 responden. 
Dari deskriptif objek penelitian, diketahui 
responden di malang mempunyai tingkat kognitif 
yang tinggi dalam memahami kampanye earth 
hour yang diadakan oleh earth hour malang 
melalui twitter. Serta responden di Malang juga 
mempunyai opini responden yang tinggi terhadap 
gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 
5.2 Saran 
5.2.1 Saran untuk Penelitian Selanjutnya 
1. Menggali lebih dalam mengenai objek 
penelitian sehingga hasil penelitian bisa 
lebih mendalam dan valid. 
2. Menggunakan alat ukur yang bervariasi 
sehingga bisa diketahui alat ukur mana 
yang lebih valid dan reliabel. 
3. Waktu penelitian yang panjang sehingga 
bisa mempersiapkan penelitian dengan 
lengkap dan detil. 
5.2.2 Saran untuk Earth Hour Malang 
Berdasar pada hasil penelitian ini, diketahui 
bahwa tingkat kognitif berpengaruh dalam 
mempengaruhi responden dalam kampanye yang 
dilakukan earth hour Malang selain itu Penelit i 
memberi saran untuk Earth Hour Malang yaitu 
agar pihak Earth Hour Malang lebih memperluas 
jangkauan kampanye, hingga diharapkan seluruh 
lapisan masyarakat di Kota Malang khususnya 
dapat mendapatkan terpaan kampanye Earth Hour 
Malang. 
DAFTAR PUSTAKA 
A. JURNAL 
Baumgarten, C. (2011). nonprofit organizations 
use twitter for dialogic 
communication. The elon journal of 
undergraduate research in 
communications, 2 (2), 5. 
Engel, J. F., R.D. Blackwell and P.W. Miniard. 
(1995). consumer behaviour. The 
Dryden Press, 8, 449 – 455. 
James, D.N. (2007). Framing Public Opinion in 
Competitive Democracies. The 
American Political Science Review, 
101 (4), 637-655. 
Jones, J. (2010). human resource consultant 
Sample social media policy, legal 
consultant. Social media as a tool For 
tennessee Municipalities Bonnie jones. 
Listyorini, Sari. (2012). Jurnal Administrasi 
Bisnis 1(I),14 
Marlena, Hj (2013). Strategi komunikasi 
persuasif perkumpulan keluarga 
berencana indonesia (pkbi) dalam 
penanggulangan bahaya hiv aids 
dikalangan remaja samarinda. e-Jurnal 
ilmu Komunikasi Fisip Unmul 
Potter, J. (2004). argument for the need for a 
cognitive theory of media 
literacy. The american behavioral 
scientist 48 (2) , 266-272. 
Situmorang, J. (2012). Jurnal administrasi bisnis 
8 (1), 73-87 
Mustikoweni, (2002). Regresi dan Korelasi, 
Makalah Penataran Penelitian dan 
Statistik, Kopertis VII
B. BUKU 
Allen, J. H & Denton, Robert. E. Jr. (2010). 
Communicator in chief; how barack 
obama used new media technology to 
win the white house. Estover road, 
United Kingdom:lexington books 
Antar Venus, drs, m.a. (2009). Manajemen 
kampanye. Bandung:simbiosa 
rekatama media 
Assael, Henry. (1984). Consumer Behavior and 
Marketing Action. Secon Edition. 
California: Kent Publishing co. 
Azwar, Dr. Saifuddin. (1997). Sikap manusia 
teori dan pengukurannya. 
Yogyakarta:pustaka belajar. 
Azwar, Dr. Saifuddin. (2009). Sikap Manusia; 
Teori dan Pengukurannya. 
Yogyakarta: Pustaka Belajar. 
Djamaluddin, Dedi Malik dan Yosal. (1994). 
Komunikasi Persuasif. Bandung: 
remaja rosdakarya. 
Dra. Djoenaesih S. Sunarjo. (1984). Opini 
publik. Yogyakarta: Liberty 
Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu 
Komunikasi: Teori dan praktek. 
Bandung: remaja rosda karya. 
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis 
Multivariate Dengan Program SPSS. 
Semarang:BP Universitas Diponegoro 
Ghozzali, I, Prof, Dr, M. Com, MPM, Akt, 
(2011). Ekonomitrika, (3nd ed.) 
Canada:john Wiley & Sons Inc. 
Gregory, A. (2004). Perencanaan dan 
manejemen kampanye public 
relations, 120 pentonville road, 
London: Erlangga 
Helena Olii (2007). Opini Publik. Jakarta: Indeks 
Iriantara, Yosal. (2005) Media relations konsep 
pendekatan, dan praktik. 
Bandung: simbiosa rekatama media. 
Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. (2003). Public 
relations, (5 th ed.) Jakarta: Erlangga 
Jefkins, Frank. (1992). Public relations (4th ed). 
Jakarta:Erlangga. 
Jefkins, Frank. (1998). Public Relations (4th ed.) 
Jakarta: Erlangga. 
Kanter, B., Fine, A., & Zuckerberg, R. (2010). 
The networked nonprofit: Connecting 
with social media to drive change. San 
Francisco, CA: Jossey-Bass 
Kotler, P and Keller, KL. (2009). Marketing 
management. (13th Edition). Upper 
Saddle River, New Jersey: Prentice 
Hall. 
Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran 
(2nd ed Milinium). Jakarta: . 
Prenhallindo 
Kriyantono, Rachmat. (2006) Teknik praktik 
riset dan komunikasi. Jakarta:kencana 
prenada media group. 
Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik praktis riset 
komunikasi. Jakarta:Kencana Prenada 
Media Group. 
Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi serba ada 
serba makna. Jakarta:Kencana. 
Moore, Frazier.(2005). Humas:membangun citra 
dengan komunikasi. Bandung: 
Remaja Rosdakarya 
Nazir. 2005. ”Metode Penelitian”. Bogor: Ghalia 
Indonesia 
Nimmo, Dan. (2001). Komunikasi politik. 
Bandung:Remaja Rosdakarya
Nimmo, Dan. (2004). Komunikasi politik 
khalayak dan efek,. Bandung: . 
Remaja Rosdakarya, 
Rachmadi, F. (1992). Public Relations dalam 
Teori dan Praktek. Jakarta: . Gramedia 
Pustaka Utama. 
Rifai,A, dan Catharina, A,T. (2009). Psikologi 
pendidikan. Semarang:unnes press. 
Ruslan, Rosadi. (1999). Manajemen Humas dan 
Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, 
Jakarta: . Raja Grafindo Persada 
Ruslan, Rosady. (2001). Etika Kehumasan, 
Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : Raja 
Grafindo Persada. 
Ruslan, Rosady. (2005). Kiat & Strategi 
Kampanye Public Relations (4th). 
Jakarta: raja grafindo persada. 
Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen public 
relations & media 
komunikasi:konsepsi dan aplikasi. 
Jakarta:rajawali pers. 
Ruslan, Rosady. (2006) Metode penelitian public 
relations dan komunikasi. 
Jakarta: Raja GrafindoPersada. 
Santoso, Singgih. (2002). Buku Latihan SPPSS 
Statistik Multivariat. Jakarta: Elex 
Media Komputindo. 
Sastropoetro, Santoso, (1990). Komunikasi 
sosial. Bandung: .remaja rosdakarya. 
Smith, E. E. Atkinson, R. L. Hilgard, E. R. 
(2003). Introduction to psychology, 
Universitas Michigan:wadworth 
thomson learning 
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, 
Kualitatif dan R & D. Bandung: 
Alfabeta 
Sugiyono. (2003). Statistik untuk 
Penelitian.Bandung:alfabeta. 
Sugiyono. (2007). “Metode Penelitian Kuantitatif 
Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta 
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif 
Kualitatif dan RAD. 
Bandung:Alfabeta. 
Sunarjo, Djoenaesih S. (1984). Opini Publik. 
Yogyakarta: Liberty. 
Sutrisno Hadi. (1996). Metodologi Research I. 
Yogyakarta: Andi Offset. 
Walgito bimo. (2004). Pengantar psikologi 
umum. Yogyakarta: andi 
Yulianita, Neni. (2007). Dasar dasar public 
relations. Bandung:pusat penerbitan 
universitas 
C. INTERNET 
Alamendah. (2012). Mengenal earth hour. 
Diakses pada tanggal 23 Mei 2014, 
dari 
http://alamendah.org/2012/03/12/meng 
enal-earth-hour/ 
Bagus, Sihnu. (2011, 10 November ). Psikologi 
kognitif. Pesan ditulis di http://all-about-theory. 
blogspot.com. 
Cerita mengenai earth hour di dunia. (2010). 
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, 
dari 
http://lifestyle.kompasiana.com/catata 
n/2014/04/10/12-cerita-mengenai-earth- 
hour-di-dunia-646096.html 
Earth hour kampanye green capitalism. (2013). 
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, 
dari http://anarkis.org/earth-hour-kampanye- 
green-capitalism/
Frequently Asked Questions. (2013) . Diakses 
pada tanggal 25 Mei 2014 dari 
http://earthhour.wwf.or.id/ 
Gairah kampanye earth hour 2014 di kota 
Malang. (2014). Diakses pada tanggal 
25 Mei 2014 dari 
http://display.ub.ac.id/ . 
Keisla, Ayma. (2013).Perilaku individu dalam 
organisasi. Diakses pada tanggal 3 
februari 2014, dari 
http://aymakeislaaa.blogspot.com/201 
3/09/perilaku- individu-dalam-organisasi. 
html?m=1 
Khazanah, U. (2013). Teori kognitif (part I). 
Diakses pada tanggal 29 Januari 2014, 
dari http://psikologi.or.id/psikologi-kognitif/ 
teori-kognitif-part-i.htm 
Psikologi pendidikan. (n.d). Diakses tanggal 30 
Januari 2014, dari 
http://moshimoshi.netne.net/materi/psi 
kologi_pendidikan/bab_8.htm 
Rachmatunisa. (2010). Asal ususl earth hour. 
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari 
http://techno.okezone.com/read/2010/ 
03/26/56/316378/asal-usul-earth-hour 
Teori belajar kognitif (n.d). Diakses tanggal 30 
Januari 2014, dari http://bappeda 
Annonymous. 
Yesicha, chelsy, S,Sos, M.I.Kom. (2012). 
Diakses pada tanggal 3 februari 2014, 
dari 
http://chelsyyesicha.staff.unri.ac.id/file 
s/2012/03/OP1.pdf.

More Related Content

What's hot

Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutanPeran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutanSudirman Sultan
 
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...lala firdaus
 
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSudirman Sultan
 
ANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONE
ANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONEANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONE
ANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONERatih Aini
 
Ht dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonHt dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonYayasan CAPPA
 
3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]
3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]
3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]Andrew Hutabarat
 
Membangun Profesionalisme Penyuluh Pertanian
Membangun Profesionalisme Penyuluh PertanianMembangun Profesionalisme Penyuluh Pertanian
Membangun Profesionalisme Penyuluh PertanianMuliadin Forester
 
Devolusi pengelolaan hutan di indonesia
Devolusi pengelolaan hutan di indonesiaDevolusi pengelolaan hutan di indonesia
Devolusi pengelolaan hutan di indonesiaKEHATI
 
Pengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsa
Pengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsaPengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsa
Pengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsasuciwijayanti18
 
Danu dean asmoro pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...
Danu dean asmoro   pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...Danu dean asmoro   pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...
Danu dean asmoro pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...Danu Dean Asmoro
 

What's hot (16)

Proposal Persma Fest 2013
Proposal Persma Fest 2013Proposal Persma Fest 2013
Proposal Persma Fest 2013
 
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutanPeran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
Peran serta masyarakat mitra polhut dalam pengamanan hutan
 
Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16
 
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
Analysis of Perception and People’s Participation in Ujungnegoro KKLD Managem...
 
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
 
ANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONE
ANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONEANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONE
ANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONE
 
Presentasi
PresentasiPresentasi
Presentasi
 
Ht dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskonHt dan inisiatif reskon
Ht dan inisiatif reskon
 
Buku saku-kph-e-file-version
Buku saku-kph-e-file-versionBuku saku-kph-e-file-version
Buku saku-kph-e-file-version
 
3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]
3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]
3.metode penyuluhan inovasi-pertanian[1]
 
Pengertian penyuluhan
Pengertian penyuluhanPengertian penyuluhan
Pengertian penyuluhan
 
Membangun Profesionalisme Penyuluh Pertanian
Membangun Profesionalisme Penyuluh PertanianMembangun Profesionalisme Penyuluh Pertanian
Membangun Profesionalisme Penyuluh Pertanian
 
Devolusi pengelolaan hutan di indonesia
Devolusi pengelolaan hutan di indonesiaDevolusi pengelolaan hutan di indonesia
Devolusi pengelolaan hutan di indonesia
 
Makalah Dampak kom massa
Makalah Dampak kom massaMakalah Dampak kom massa
Makalah Dampak kom massa
 
Pengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsa
Pengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsaPengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsa
Pengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsa
 
Danu dean asmoro pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...
Danu dean asmoro   pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...Danu dean asmoro   pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...
Danu dean asmoro pendekatan dalam pendidikan lingkungan dan pembangunan ber...
 

Similar to Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

Fungsi dan tujuan komunikasi
Fungsi dan tujuan komunikasiFungsi dan tujuan komunikasi
Fungsi dan tujuan komunikasiRaz Lan
 
Modul kecamatan Perubahan Perilaku
Modul kecamatan Perubahan PerilakuModul kecamatan Perubahan Perilaku
Modul kecamatan Perubahan PerilakuHetty Tambunan
 
Materi 5 Efek Komunikasi Massa.ppt
Materi 5 Efek Komunikasi Massa.pptMateri 5 Efek Komunikasi Massa.ppt
Materi 5 Efek Komunikasi Massa.pptAdePutraTunggali
 
Perencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plpPerencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plppycnat
 
Hubungan antara adopsi
Hubungan antara adopsiHubungan antara adopsi
Hubungan antara adopsiFazry Ibrahim
 
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptxGaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptxIndahHandayani22
 
P5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptx
P5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptxP5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptx
P5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptxSriHikmiyaningsihSpd
 
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.pptMateri 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.pptAdePutraTunggali
 
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptxGaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptxssuserd6a846
 
Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...
Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...
Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...Bintang Maulana
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatAlexandrya Hening
 

Similar to Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan) (20)

Fungsi dan tujuan komunikasi
Fungsi dan tujuan komunikasiFungsi dan tujuan komunikasi
Fungsi dan tujuan komunikasi
 
Modul kecamatan Perubahan Perilaku
Modul kecamatan Perubahan PerilakuModul kecamatan Perubahan Perilaku
Modul kecamatan Perubahan Perilaku
 
Materi 5 Efek Komunikasi Massa.ppt
Materi 5 Efek Komunikasi Massa.pptMateri 5 Efek Komunikasi Massa.ppt
Materi 5 Efek Komunikasi Massa.ppt
 
Presentasi seminar
Presentasi seminarPresentasi seminar
Presentasi seminar
 
Digital etno 3
Digital etno 3Digital etno 3
Digital etno 3
 
Perencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plpPerencanaan komunikasi warga dalam program plp
Perencanaan komunikasi warga dalam program plp
 
Hubungan antara adopsi
Hubungan antara adopsiHubungan antara adopsi
Hubungan antara adopsi
 
document.pdf
document.pdfdocument.pdf
document.pdf
 
Digital Ethnografi Kelompok 1
Digital Ethnografi Kelompok 1Digital Ethnografi Kelompok 1
Digital Ethnografi Kelompok 1
 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1
 
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptxGaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_.pptx
 
P5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptx
P5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptxP5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptx
P5 kls 5 Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C.pptx
 
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.pptMateri 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
 
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptxGaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptx
Gaya Hidup Berkelanjutan_Fase C_lilislisna.pptx
 
Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatanKomunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan
 
Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...
Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...
Terbentuknya Networked Individualism: Studi Kasus Cancel Culture terhadap Pub...
 
Digital Etno diskusi 3
Digital Etno diskusi 3Digital Etno diskusi 3
Digital Etno diskusi 3
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
 
W hat is public policy
W hat is public policyW hat is public policy
W hat is public policy
 
Digital Etnografi SAP 4
Digital Etnografi SAP 4Digital Etnografi SAP 4
Digital Etnografi SAP 4
 

Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan)

  • 1. Kampanye Earth Hour dan Ramah Lingkungan (studi eksplanatif pengaruh tingkat kognitif pada program kampanye di twitter terhadap opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan) Dimyati (dalam Khasanah, 2007) menyatakan bahwa teori kognitif merupakan proses untuk mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu, dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa belajar juga dilihat sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformas i pengalaman (Kolb 1984, h. 41). Pengertian lain menyebutkan bahwa teori kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informas i yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna mencapai tujuan. Kesimpulannya tingkat kognitif setiap orang berbeda-beda tergantung dari apa yang mereka pelajari dan memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus atau informasi yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses penyampaian dan pengolahan informas i (Rifai dan Catharina, 2009, h.106). Proses pengolahan dan penyampa ia n sebuah informasi setiap orang yang berbeda-beda yang menyebabkan opini setiap individu terhadap informasi dan media yang digunakan untuk penyampaian informasi pun berbeda. Menurut jurnal The American Behavioral Scientist (Potter, 2004, h. 266) tingkat kognisi mempunyai dua prinsip, prinsip yang pertama yaitu individu itu sendiri sedangkan prinsip yang kedua adalah pikiran individu tersebut. Oleh karena itu tingkat kognisi sangatlah penting dalam memahami informasi termasuk dalam memahami informas i yang ada di media karena hal ini dapat merubah perilaku seseorang dan cara menanggapinya, tergantung bagaimana cara individu tersebut memahami informasi tersebut. Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi bukan hanya melalui koran ataupun televisi tetapi juga melalui media yang lebih modern, yaitu melalui media sosial atau yang biasa disebut new media. Menurut Flew (2005, h. 3) “The Idea of New Media Captures Both the Development of Unique Forms of Digital Media, and the Remakings of More Traditional Media forms to Adopt and Adapt to the Media Technology”. Dalam hal ini beberapa pakar sepakat bahwa istilah new media digunakan untuk membedakan dari media lama atau media tradisional yang lebih dahulu ada (Simotorang, 2012). Hal tersebutlah yang mendasari kenapa banyak sekali informasi yang dilakukan di media sosial, karena tergolong mudah dan efektif. Menurut Potter (The American Behavioral Scientist, 2004) membuat masyarakat melek media sangatlah susah terutama media sosial, karena selain membuat mereka sadar akan media, mereka juga perlu membangun pemahaman yang mendalam tentang bagaimana menggunaka n media dalam kehidupan sehari-hari serta cara penggunaan media agar mencapai tujuan mereka, dan efek yang tidak diinginkan terakumulas i sebagai produk sampingan dari paparan sehari-hari. Dari informasi tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern seperti sekarang ini media sosial lebih banyak memberika n informasi dari pada media lainnya. Perubahan ini dalam model komunikasi merupakan pergeseran industri dari paradigma broadcast ke paradigma yang lebih dialogis (Baumgarten, 2011). Penelit ia n lebih lanjut telah menyelidiki kualitas utama yang membedakan komunikasi dialogis ke mode media tradisional, dimana menurut Kanter Fine dan Zuckerberg (2010), ciri utama komunikas i dialogis adalah umpan balik segera, berbeda dengan media tradisional yang tidak bisa mewujudkannya karena kekurangan saluran yang memungkinkan untuk melakukan hal tersebut (Baumgarten, 2011). 2.1. Tingkat Kognitif dalam Memahami Program Kampanye “Earth Hour Malang” Program kampanye “Earth Hour” merupakan kegiatan peduli lingkungan yang dipelopori oleh organisasi WWF (World Wide Fund for Nature) Australia, dimulai sejak 2007 dan diadakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya (Rachmatunisa, 2010) . Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat untuk melakukan gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Kampanye ini dilakukan melalui media sosial yaitu “Twitter”, namun masih banyak masyarakat yang belum memahami benar kampanye ini. Hal
  • 2. ini dipengaruhi oleh tingkat kognitif akan informasi kampanye ini yang berbeda-beda. Kognitif adalah proses mental dari persepsi, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperole h pengetahuan, memecahkan persoalan, dan merencanakan masa depan. Kognisi merupakan proses internal yang tidak nampak. Pengetahuan (teori-teori atau model-model) yang dikembangkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dibangun atas dasar asumsi-asumsi tertentu. Teori kognitif yang dikemukakan oleh Greenwald (1968) dan Petty, Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme (1991) memusatka n perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu suatu usaha untuk memahami apa yang difikirka n orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasive, dan bagaimana fikiran serta proses kognitif menetukan apakah mereka mengalami perubahan sikap & sejauh mana perubahan itu terjadi” (Azwar 1997, h. 18). Kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Malang ini ditujuka n untuk para responden yang telah mengetahui kampanye ini agar ikut mendukung program kampanye yang dibuat oleh Earth Hour Malang. Menurut Ruslan (2005, h. 80) untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanaka n kampanye ada beberapa aspek yaitu tujuan, sasaran, ruang lingkup, jangka waktu, tema, efek, sarana yang digunakan, serta visi dan misi dari kegiatan kampanye tersebut. Dari hal tersebutla h peneliti mengadopsi aspek-aspek tersebut yang kemudian diaplikasikan pada program kampanye earth hour Malang yang kemudian dapat dijadikan indikator-indikator yaitu: a. Tujuan: tujuan dari program kampanye “Earth Hour Malang ” yaitu mengajak masyarakat untuk mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. b. Sasaran: program kampanye “Earth Hour Malang” ini mempunyai sasaran kampanye yaitu masyarakat yang mempunyai akun twitter. c. Ruang lingkup: program kampanye “Earth Hour Malang” meliputi seluruh warga Malang. d. Jangka waktu: program kampanye “Earth Hour Malang” adalah 60 hari, yaitu 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah dan ditutup pada hari bumi 22 April. e. Tema: tema dalam program kampanye “Earth Hour Malang ” yaitu tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. f. Efek: warga Malang diharapka n setelah mendapatkan terpaa n kampanye “Earth Hour Malang ” dapat merubah gaya hidup mereka menjadi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. g. Sarana dan cara penyampaiannya: sarana yang digunakan dalam penyampaian kampanye “Eart h Hour Malang” adalah melalui media sosial berupa twitter. h. Visi Misi program kampanye “Earth Hour”: Pengetahua n responden tentang Visi dan Misi dalam program kampanye yang dilakukan oleh “Earth Hour” dari hasil wawancara peneliti dengan saudari Hendita Khairina selaku koordinator earth hour Malang dapat diketahui visi dan misi dari earth hour malang yaitu Visi utama kampanye Earth Hour Malang 1. Untuk melanjutkan target efisie nsi energi dan perubahan gaya hidup di Malang dengan konsumsi listr ik tinggi, 2. Berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan 3. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpina n pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakuka n efisiensi energi dan penggunaa n sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka. Misi kampanye Earth Hour Malang 1. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan pemerintahan Malang untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim
  • 3. 2. Mengajak dan mengedukas i masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakuka n setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi mereka 3. Menjaring partisipasi korporasi untuk mengomunikasikan EARTH HOUR, baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitme n mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi 4. Terbentuknya kegiatan komunita s hijau masyarakat di Malang. Dukungan dari makin banyak pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia, Presiden, Menteri Lingkunga n Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghemata n energi. "Bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di EARTH HOUR saja, tetapi harus terus dibuktika n setiap hari, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup ramah lingkungan lainnya, seperti: mengendalikan penggunaan listr ik, hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi transportasi publik, mengurangi potensi sampah/ melakukan pemilahan sampah, dan lain-lain." Teori kognitif meliputi kegiatan-kegia ta n mental yang sadar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti: sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor yang menentuka n di dalam perilaku. Di dalam teori kognitif ini terdapat suatu interes yang kuat dalam jawaban (response) atas akibat dari perilaku yang tertutup. Sebab di dalam hal ini sulit mengamati secara langsung proses berfikir dan pemahaman , dan juga sulit menyentuh dan melihat sikap, nilai, dan kepercayaan (Marlena. 2013) Berdasarkan pendapat dari para ahli yang telah dijelaskan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat kognitif atau tingkat pemahaman seseorang berbeda-beda karena tingkat kognitif merupakan kemampuan manusia dalam menerima stimulus dari luar, kemampuan ini berhubungan dengan pengenalan dan pengetahuan. Kognitif merupakan peristiwa yang terjadi di luar diri kemudian direduksi dan diubah dari dalam diri. Peristiwa yang terjadi diluar diri kemudian diterima melalui alat indra untuk di proses di dalam diri. Proses perubahan dan mereduksi input yang diterima dari alat indra berdasarkan pengalaman masa lalu yang dimiliki seseorang selain itu berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Seseorang yang menerima stimulus dari luar kemudian memberikan respon terhadap stimulus yang diterima. Kegiatan atau proses tersebut merupakan aktifitas kognitif. Menurut Woodwotrh dan Marquis (dalam Walgito, 2002) ada beberapa aktifitas kognitif, diantaranya adalah persepsi, ingatan dan berpikir. a. Persepsi adalah proses penerimaa n stimulus dari luar individu melalui alat indra kemudian diorganisasikan dan dapat diinterpratsikan dari stimulus yang diterima. b. Ingatan merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan individu untuk menerima atau memasuka n, menyimpan dan menimbulka n kembali hal-hal yang telah lampau. c. Berpikir adalah proses mengola h dan memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau materi-materi yang disimpa n dalam ingatannya. Ada tiga hal yang umum terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif, antara lain: 1) Elemen kognitif Teori kognitif percaya bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya satu rangsangan (stimulus), yakni suatu objek fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak cara. Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain, bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri seseorang. Menurut teori kognitif, semua perilaku itu tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentuka n jawaban (response) seseorang. Cognition
  • 4. menurut Neisser adalah: “Aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai yang dikehendaki pengaturannya, dan penggunaan pengetahuan. Hal ini adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan baik oleh organisme atau pun oleh orang perorang” (Bagus, 2011). Keisla (dalam perilaku individu dan organisasi, 2013) Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif ia merupakan representasi internal yang terjadi antara suatu jawaban (response), dan yang bisa menyebabkan terjadinya jawaban. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Hubungan Kognisi Responden mengetahui adanya stimulus, stimulus disini yaitu berupa program kampanye “Earth Hour” kemudian memprosesnya kedalam tingkat pemahaman atau tingkat kognitif yang pada akhirnya tingkat pemahaman ini menghasilkan atau menyebabkan jawabannya (respon) yaitu berupa opini tentang gaya hidup yang ramah lingkungan. 2) Struktur Kognitif Menurut teori kognitif, aktivita s mengetahui dan memahami sesuatu (cognition) itu tidaklah berdiri sendiri. Aktivitas ini selalu dihubungkan dengan rencana yang disempurnakan oleh kognisi yang lain. Proses penjalinan dan tata hubungan diantara kognisi-kognisi ini membangun suatu struktur dan sistem. Struktur dan sistem ini dinamakan struktur kognitif. Sifat yang pasti dari sistem kognitif ini tergantung akan karakteristik dari stimuli yang diproses kedalam kognisi dan pengalaman dari masing-masing individu. 3) Fungsi Kognitif Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi. Diantara fungsi- fungsi, antara lain: a. Memberikan pengertian Pada kognitif baru menurut teori kognitif, pengertian terjadi jika suatu kognitif baru dihubungkan dengan system kognitif yang telah ada. Kognisi membentuk atribut-atribut tertentu, tergantung pada bagaimana ia berinteraksi dengan satu atau lebih system kognitif. b. Menghasilkan emosi Interaksi antara kognisi dan sistem kognitif tidak hanya memberikan pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula memberika n pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula memberikan konsekuensi-konsekuensi yang berupa perasaan, misalnya perasaan senang dan tidak senang, baik atau buruk, dan lain sebagainya. c. Membentuk sikap Menurut teori kognitif jika suatu sistem kognitif dari sesuatu memerlukan komponen-komponen yang mengandung efektif emosi, maka sikap untuk mencapai suatu tujuan atau objek itu telah terbentuk. Bersatunya sistem kognitif dan komponen afektif menghasilkan tendensi perilaku untuk mencapai suatu objek sikap seseorang itu mempunyai kognitif (pengetahuan), afektif (emosi), dan tindakan (tendensi perilaku). d. Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku Relevansi teori kognitif untuk menganalisa dan memahami perilaku manusia yang mudah diamati adalah terletak pada motivas i dari perilaku seseorang. Hal ini disebabkan karena perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan yang terbuka saja, melainkan juga termasuk faktor-faktor internal, seperti: berfikir, emosi, persepsi, dan kebutuhan. Perilaku itu dihasilkan oleh ketidakselarasan yang timbul dalam struktur kognitif. 2.1.1 Peran PR dalam Kampanye “Earth Hour” Istilah Public Relations sering diartikan menjadi “hubungan masyarakat (humas)”. Arti kata “public” dalam Public Relations berbeda dengan kata “masyarakat” dalam hubunga n masyarakat. Istilah masyarakat terlalu luas, sedangkan public (publik) hanyalah bagian dari masyarakat yang luas itu. Public merupakan sekumpulan orang atau kelompok dalam masyarakat yang memiliki kepentingan atau perhatian yang sama terhadap semua hal. Jadi, public bercirikan: a. Mempunyai kepentingan atau perhatian yang sama terhadap suatu isu atau objek tertentu. b. Tidak harus berada dalam satu wilayah geografis. Banyak ahli di bidang Public Relations yang mengemukakan definisi mereka tentang Public Relations. Menurut Kotler & Keller (2009, h. 563) Public Relations merupakan berbagai program yang dirancang untuk mempromosika n atau menjaga citra perusahaan atau produknya. Menurut Cutlip, Center dan Broom (Yulia nti 2007, h. 34) Publik Relations adalah fungsi manajemen yang menyertakan, membentuk dan Stimulu Respon s Kognitif
  • 5. memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan berbagai macam publik, dimana hal tersebut dapat menentukan sukses atau gagalnya organisas i. Sementara menurut British Institute of Public Relations (Jefkins 1992, h. 8) Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungka n secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisai dengan segenap khalayak. Public Relations juga merupakan fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan komunikasi, maka pada dasarnya tujuan Public Relations adalah tujuan-tujuan komunikasi Public Relations dalam praktik realitas diperusahaa n, tujuan Public Relations antara lain: a. Menciptakan pemahaman (Mutual Understanding) antara perusahaan dan publiknya. b. Membangun Citra Korporat (Corporate Image). c. Citra Korporat Melalui Program CSR. d. Membentuk Opini Publik yang Favorable. e. Membentuk Good Will dan Kerja Sama. Tujuan Public Relationss di atas diapresiasikan WWF dalam melakuka n kampanye “Earth Hour” yaitu untuk membent uk opini publik yang favorable, yaitu opini pubik yang merupakan ekspresi public yang baik mengenai persepsi dan sikap terhadap perusahaan. Ada tiga jenis opini, yaitu opini positif (mendukung atau favorable), negative (menentang), dan netral. Dalam kaitan ini Earth Hour Malang melakukan kampanye melalui media sosial ini untuk menciptakan opini publik yang positif. 2.1.2 Teori S-M-C-R-E Menurut Ruslan dalam bukunya kiat dan strategi Kampanye Public Relations (Ruslan 2008, h. 68) bahwa Floyd Shoemaker dalam bukunya yang berjudul Communication of Innovations, dengan menampilkan a common model of communications process is that of. Gambar 2.2 A Common Model of Communications Process Dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa Earth Hour Malang (source) memberikan pesan atau gagasan atau isu (message) kepada para khalayak (receiver) melalui media sosial (channel) yang diharapkan dapat memberika n dampak (effect) yaitu berupa perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Model komunikasi SMCRE di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Source, yaitu individu atau pejabat humas yang berinisiatif sebagai sumber atau komunikator untuk menyampaikan pesan-pesannya. b. Message, adalah suatu gagasan, ide berupa pesan, informasi, pengetahuan, ajakan, bujukan atau ungkapan yang akan disampaikan komunikator kepada komunikan. c. Receiver, merupakan pihak yang menerima pesan dari komunikator. Receiver seringkali disebut sebagai komunikan. d. Channel, berupa media, sarana, atau saluran yang dipergunakan oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian pesan-pesan kepada khalayaknya. e. Effect, suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian pesanpesan tersebut, yang dapat berakibat positif maupun negatif menyangkut tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi tersebut. Peneliti menggunakan model S-M-C-R-E (Short-Message-Chanel-Receiver -Effect) karena kredibilitas sumber, isi pesan, dan media dijadikan sebagai indikator dari pengertian opini yang peneliti angkat. Karena diperlukannya sumber atau responden yang memang sudah paham dalam permasalahan ini. Karena jika sumbernya tidak paham akan permasalahan ini dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa diterima dengan baik oleh penerimanya. Disamping sumber yang telah paham mengenai masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor penunjang dari keberhasilan komunikasi yang efektif. Isi pesan akan diterima baik jika didukung oleh media pendukungnya, karena jika isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak adanya alat pembantu dalam penyampa ia n informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi sumber maupun penerima. 2.1.3 Twitter sebagai alat berkampanye “Earth Hour” Malang Penggunaan media sosial saat ini berkembang dengan sangat pesat, dimana penggunaan media sosial saat ini banyak tidak S C R E M E E F
  • 6. hanya sebagai alat untuk menjalin pertemanan, bersosialisasi dan mempromosikan suatu produk (Jonie Bonnes, 2010), sekarang media sosial juga digunakan sebagai alat untuk berkampanye. Berkembangnya media sosial di kalangan pebisnis ini menunjukan bahwa media sosial bisa digunakan sebagai alat promosi yang real time dengan demikian para praktisi PR mengasumsikan bahwa media sosial mempunyai peranan penting dalam mempromosikan sebuah informasi yang penting (How can social media monitoring assist in the planning of PR campaigns?, 2009) Para praktisi PR semakin memanfaa tka n media sosial seperti blog, twitter dan youtube untuk menyebarkan informasi lebih cepat serta memberikan pengaruh dengan jangkauan yang luas, dan membangun sebuah rumor atau opini (Johna Burke, VP, BurrellesLuce, 2009). Hal ini lah yang membuat Earth Hour Malang menggunaka media sosial twitter sebagai alat untuk berkampanye. Twitter digunakan Earth Hour Malang untuk berkampanye karena menurut penelit ia n yang dilakukan CNW pada tahun 2009, dampak twitter di kancah media sosial dalam dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, hanya 39% dari para profesional komunikasi dilaporkan menggunakan twitter dalam kehidupan profesional mereka. Pada tahun 2011, penggunaan twitter telah melonjak menjadi 76% di antara kelompok ini. Penonton mereka, bagaimanapun, adalah hanya menggunaka n twitter 32% dari waktu ke waktu. Sementara ini masih kurang signifikan, menyoroti pertumbuhan 300% dalam dua tahun terakhir, naik dari 8% pada tahun 2009". Media sosial terus menjadi salah satu daerah yang paling cepat berkembang dari profesi Public Relations, belum lagi topik hangat diskusi baik online dan off, " kata Laurie Smith, Wakil Presiden, Kebudayaan dan Komunikasi di CNW. " Dua tahun adalah waktu yang lama di dunia online dan banyak yang telah berubah. Kami sangat gembira untuk bermitra lagi dengan Leger Pemasaran untuk memeriksa kembali hasil 2009 Media Social Reality Check dan melihat apa yang baru”. Dari hasil itula h Earth Hour Malang berharap agar kampanye yang dilakukan di twitter ini mampu membuat responden untuk merubah gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 2.1.4 Kampanye dan Opini Gaya Hidup yang Lebih Ramah Lingkungan Opini publik tidak terbentuk begitu saja melainkan melalui proses tertentu. Proses ini sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusi baik secara individu maupun sebagai anggota kelompok terhadap suatu fenomena. Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur dibandingka n dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time and money), menurut Kotler (2009) gaya hidup adalah pola hidup seseorng di dunia diekspreskan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Assael (1984) menuturkan gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), ehat they consider important in their environtment (interest) and what they think of themeselves and the world arround them (opinions)” Haryanto (2005) dalam penelitiannya bahwa di dalam kajian literatur mengindikas ika n tiga pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya hidup yaitu Pendekatan analitis dan sintesis, Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan Pendekatan Activities, Interests, and Opinions (AIO) (listyorini, 2012). Pada dasarnya opini publik terbentuk dari hasil interaksi antara sikap-sikap individu dengan keyakinanya masing-masing mengenai suatu persoalan yang ada di dalamnya terdapat kontroversi. Selain itu opini publik tidak berasal dari satu pendapat perorangan saja, melainka n dari hasil diskusi suatu kelompok individu. Dalam praktik kehumasan ada 3 cara untuk menciptaka n opini publik yaitu: 1. Tekanan (presure) 2. Membeli (buying) 3. Bujukan atau persuasi (Persuasive) Untuk memperoleh opini publik melalui tekanan (pressure) biasanya lebih banyak menggunakan pengaruh, baik secara individu yang memunyai kewajiban atau kharisma pribadi maupun berdasarkan kekuasann jabatan atau kekuatan tertentu. Sedangkan melalui buying atau sama saja dengan membeli suara alias menyogok dengan sejumlah uang (money politic) agar bisa memperoleh dukungan, dan cara yang terakhir
  • 7. adalah melalui teknik persuasi yaitu dengan cara membujuk. Teknik persuasi ini digunakan untuk mengubah opini publik yang bermusuhan dengan cara minimal adalah menetralisasi bahkan perlu direkayasa menjadi opini piblik yang menguntungkan melalui PR Campaign atau the PR transfer percess. Menurut Cutlip (Ruslan 2005, h. 51) ada pola atau tahapan dalam proses terjadinya opini publik yaitu: a) Mengangkat kepermukaan suatu isu melalui agenda setting bekerja sama dengan pihak pers, dan public relations bertindak sebagai power maker atau news maker dan bertindak sebagai sumber berita (source) serta makes a publicity. b) Melemparkan isu atau topik tersebut kemudian di perdebatkandan diupayakan mencari jalan keluar atau pemecahannya. c) Mengarahkan atau menggiring isu atau topik tersebut ke arah pemecahan yang dapat diterima oleh umum Semua hal yang di atas bertujuan untuk membentuk opini publik sesuai dengan keinginan komunikator. Kemudian opini tersebuat yang sesuai dengan isu diangkat ke permukaan akan mempunyai akibat, yaitu bisa positif (bila diterima oleh masyarakat) atau menghadapi resiko negatif yaitu di tolak oleh masyarakat. George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro 1990, h. 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu : a. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak setuju. b. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan. c. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda. Menurut Cutlip dan Center (Sastropoetro 1990, h. 41), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversia l, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Menurut Dan Nimmo (2001, h. 10) opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretas i personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Merril dan Lowestein berpendapat bahwa tindakan mengungkapkan apa yang di percayai, dinilai, dan di harapkan seseorang dari objek-objek dan situasi tertentu (Nimmo 2004, h. 12). Tindakan itu bisa merupakan pemberian suara, pernyataan verbal, dokumen tertulis, atau behkan diam, singkatnya tindakan apa pun yang bermakna adalah ungkapan opini Sementara William Albing mengemukakan bahwa opini itu dinyataka n kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertentangkannya (Sunarjo 1984, h. 31). Sedangkan pengertian publik menurut Emory. S. Bagardus, adalah sejumlah orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo 1984, h. 20). John Dewey dalam The Publik and its Problem mendefenisikan publik sebagai kelompok individual yang sama-sama terpengaruh oleh suatu tindakan atau gagasan tertentu. Jadi, setiap persoalan, problem, atau kepentingan menciptakan publiknya sendiri (Djamaluddi n 1994, h. 105). Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication and Public Opinion” mengemukakan bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik (Sastropoetro 1990, h. 55). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya “Effective Public Relations”, opini publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu- individu tentang masalah umum (Sastropoetro 1990, h 52). Hennessy menegaskan bahwa, pada setiap persoalan yang muncul, opini publik merupakan kumpulan pandangan yang terukur atau tersimpulkan, yang dipegang oleh orang-orang
  • 8. yang menaruh kepentingan terhadap kepentingan tersebut (Djamaluddin 1994, h. 105). Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini dapat dinyataka n secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata-kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut-muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui refrensi, nilai- nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan (Moore, H. Frazier 2005, h. 51). 2.2 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai konsep yang ada dalam perumusa n masalah (Kriyantono 2010, h. 81). Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah kampanye yang dilakukan oleh bagian humas Earth Hour Malang dengan menggunakan teori-teori yang dianggap relevan dengan penelit ian ini serta konsep-konsep yang berhubungan dengan teori tersebut, teori-teori tersebut adalah teori S-M-C-R-E (Source-Message-Receiv er- Chanel-Effect), teori kognitif dan opini responden terhadap gaya hidup yang ramah lingkungan. Humas atau PR berdasarkan tujuan kegiatannya, yang dirumuskan oleh seorang praktisi Public Relationss, Dr. Carter McNamara (Iriantara 2005, h. 9) yaitu humas sebagai aktivitas berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat di mata publik. Definis i tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya PR merupakan proses komunikasi kepada publik untuk menjalin relasi yang baik sehingga tercapai tujuan untuk membangun, membina, dan menjaga citra yang positif atau reputasi baik. Masalah yang sedang dihadapi oleh Earth Hour Malang yaitu kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Malang tentang gaya hidup yang ramah lingkungan telah digalakkan oleh Earth Hour Malang namun kenyataannya masih banyak respondeng yang tidak menerapkan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena setiap masyarakat mempunyai tingkat kognitif yang berbeda-beda, selain itu informasi yang diberitakan belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas serta masih banyak informasi yang tidak tepat, hanya beberapa pihak yang mengetahui hal tersebut, oleh karena itu Earth Hour Malang selaku pelaksana kampanye Earth Hour melakukan pemberitahuan kepada publik melalui bagian Public Relations agar publik mengetahui informasi yang lebih akurat. Public Relations melalui media sosial melakukan kampanye untuk mencari dukungan dalam menyuarakan gaya hidup yang ramah lingkungan, kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Malang adalah “Kampanye Earth Hour” kampanye ini bertujuan untuk memberitahuka n bahwa kampanye earth hour bukan hanya kampanye hemat energi yaitu dengan mematika n lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat. Namun Earth Hour mengajak semua pihak melakukan gaya hidup hemat energi yang tidak hanya sekedar mematikan lampu. Melalui penjelasan di atas penelit i mengaplikasikan masalah di atas dengan menggunakan teori S-M-C-R-E. Peneliti akan mengukur kredibilitas sumber, isi pesan, dan media yang dijadikan sebagai indikator dari keefektivitas kampanye yang peneliti angkat. Sumber atau responden yang dibutuhkan harus sudah paham dalam permasalahan ini. Karena jika sumbernya tidak paham akan permasalahan ini dikhawatirkan berita yang ditampilkan tidak bisa diterima dengan baik oleh penerimanya. Disamping sumber yang telah paham mengenai masalah ini adapun tahapan berikutnya yaitu isi pesan yang diberitakan menjadi salah satu faktor penunjang dari keberhasilan komunikasi yang efektif. Isi pesan akan diterima baik jika didukung oleh media pendukungnya, karena jika isi pesan yang disampaikan baik tetapi tidak adanya alat pembantu dalam penyampa ia n informasi maka dirasa tidak akan efektif baik bagi sumber maupun penerima selain itu peneliti juga menggunakan teori kognitif sebagai teori pendukung untuk melakukan penelitian ini mengingat dasar dari teori ini adalah mencoba melihat apa yang terjadi diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain, bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri seseorang. Menurut teori kognitif, semua perilaku itu tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian mamacaknya ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentuka n jawaban (response) seseorang. Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif ia merupakan representasi internal yang terjadi antara suatu jawaban (response), dan yang bisa menyebabkan
  • 9. terjadinya jawaban. Seseorang mengetahui adanya stimulus kemudian memprosesnya ke dalam kognisi, yang pada akhirnya kognisi ini menghasilkan dan menyebabkan jawabannya (respon). Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa opini yang nanti dihasilkan tergantung tingkata n pemahaman seseorang dalam memahami permasalahan tersebut, selain itu media sosial (twitter) yang di gunakan oleh Earth Hour Malang dalam melakukan kampanye juga mempengaruhi opini responden. 3.1 Metode dan Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekata n atau metodologi kuantitatif. Metodologi penelitian kuantitatif digunakan dalam menelit i status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu tertentu. Sehingga melalui metode ini diperoleh data dan informasi tentang gambaran suatu fenomena, fakta, sifat serta hubungan fenomena tertentu secara komperehensif dan integra l. Dengan demikian pengulangan dalam penelit ia n kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi atau reliabilitas data penelitian yang ada (Sugiono 2003, h. 19). Metodologi penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitat if adalah mengembangkan dan menggunaka n model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberika n hubungan yang fundamental antara pengamata n empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Metodologi riset kuantitatif berdasarka n pendekatan positivisme (klasik/objektif) (Kriyantono 2006,h. 51). Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan di luar kemauan mereka sendiri (Kriyantono 2006, h. 54). Riset kuantiatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono 2006, h. 55). Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah survei dan tipe penelitiannya eksplanatif. Metode survei adalah metode riset dengan menggunaka n kuesioner sebagai instrumen pengumpula n datanya (Kriyantono 2006, h. 59). Jenis survei ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi tertentu terjadi atau apa yang menyebabkan terjadinya sesuatu. Dengan kata lain, penelit i ingin menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Jenis penelitian eksplanatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mendapatka n penjelasan apakah ada hubungan yang signifika n antara dua variabel atau lebih (Sugiyono 2008, h. 11). Dalam penelitian eksplanatif, periset menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel yang akan diteliti) (Kriyantono 2006, h. 69). Hal ini sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yang ingin mengetahui bagaimana pengaruh tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour” melalui “Twitter” terhadap opini responden terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 3.3 Definisi Operasional Penelitian ini terdiri dari dua variabe l, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Variabel bebas atau variabel pengaruh (X) adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya (Kriyantono 2006, h. 21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat kognitif responden yaitu cara berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti: sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku dalam memahami program kampanye Earth Hour. Dari pengertian diatas terdapat empat aspek yang kemudian menjadi variabel-variabel yang terdiri dari indikator yang siap diukur, yaitu program kampanye, tujuan dari program kampanye tersebut, visi dan misi dari kampenye tersebut dan cara penyampaian pesan kampanye. 2. Variabel terikat atau variabel tergantung (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel ini disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek atau dampak. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah opini responde n terhadap gaya hidup yang rama h lingkungan. Berdasarkan pendapat Suratno dan Rusmiati (2001) opini gaya hidup terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dapat dioperasionalka n menjadi skor setuju atau tidaknya
  • 10. responden terhadap program kampanye tersebut adalah skor pengakuan verbal tentang penerapan atau tidaknya gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Opini responden terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan ini kemudia n dijabarkan menjadi indikator-indikator yang diadopsi peneliti dari engel, et al (kriyantono 2007, h. 338) mengklasifikasikan gaya hidup menjadi tiga indikator yaitu aktifitas, interes, dan opini. Pengakuan verbal. Berdasarka n tulisan ruslan yang ada di bab 2 maka variabel X dioperasionalkan skor sebagai pernyataan responden tentang hal-hal berikut Selanjutnya, untuk memudahka n pengukuran masing-masing konse p dioperasionalkan sebagai berikut: 1. Pengaruh tingkat kognitif responden terhadap kampanye Earth Hour (variabel X) i. Tujuan (Indikator) Pengetahuan responden tentang tujuan dari program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) yait u mengajak masyarakat untuk mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. j. Sasaran (Indikator) Program kampanye “Earth Hour” ini mempunyai sasaran kampanye yaitu masyarakat yang mempunyai akun twitter (deskriptor). k. Ruang lingkup (Indikator) Program kampanye “Earth Hour” meliputi seluruh Negara di belaha n dunia hal ini dibuat oleh WWF agar seluruh penduduk dunia mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Namun di sini peneliti hanya memfokuskan pada wilayah Malang (deskriptor). l. Jangka waktu (Indikator) Pengetahuan responden tentang jangka waktu Program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) adala h 60 hari, yaitu 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah dan ditutup pada hari bumi 22 April. m. Tema (Indikator) Pengetahuan responden tentang topic-topik yang dibahas di dalam Program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) yaitu tentang gaya hidup yang lebih rama h lingkungan.. n. Efek (Indikator) Pengetahuan responden tentang apa yang dilakukan setela h mendapatkan terpaan dari program kampanye “Earth Hour” (deskriptor) agar masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. o. Sarana dan cara penyampaiannya (Indikator) Pengetahuan responden tentang Program kampanye “Earth Hour” yang dilakukan melalui media sosial khususnya twitter (deskriptor). p. Visi Misi program kampanye “Earth Hour” (Indikator) Pengetahuan responden tentang Visi dan Misi dalam program kampanye yang dilakukan oleh “Earth Hour” (deskriptor). Dan berikut adalah visi dan misi Earth Hour Malang yang di dapat dari hasil wawancara dengan saudari Hendita Khairina selaku coordinator earth hour malang pada tanggal 7 juli 2014. Visi utama kampanye Earth Hour Malang, yaitu : 4. Untuk melanjutkan target efisie nsi energi dan perubahan gaya hidup di Malang dengan konsumsi listr ik tinggi, 5. Berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan 6. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpina n pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakuka n efisiensi energi dan penggunaa n sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka. Misi kampanye Earth Hour Malang, yaitu :
  • 11. 5. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan pemerintahan Malang untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim 6. Mengajak dan mengedukas i masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakuka n setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi mereka 7. Menjaring partisipasi korporasi untuk mengomunikasikan EARTH HOUR, baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitme n mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi 8. Terbentuknya kegiatan komunita s hijau masyarakat di Malang. 9. Dukungan dari makin banyak pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia, Presiden, Menteri Lingkunga n Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghemata n energi. "Bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di EARTH HOUR saja, tetapi harus terus dibuktika n setiap hari, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup ramah lingkungan lainnya, seperti: mengendalikan penggunaan listr ik, hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi transportasi publik, mengurangi potensi sampah/ melakukan pemilahan sampah, dan lain-lain." Skor tingkat kognitif responden terhada p kampanye “Earth Hour” akan diukur menggunakan kuesioner yang menggunaka n skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Langkah selanjutnya adalah melakuka n pengkategorian jawaban responden mengenai tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yait u tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus mencari interval sebagai berikut: (nilai tertinggi) − (nilai terendah) jumlah interval 2. Opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (variabel Y). Berdasarkan tulisan kriyantono yang ada di bab 2 maka variabel Y dioperasionalkan skor sebagai pernyataan responden tentang hal-hal berikut Selanjutnya, untuk memudahkan pengukuran masing-masing konsep dioperasionalkan sebagai berikut a. Aktivitas (Indikator) Sebuah kegiatan atau tindakan nyata untuk menghabiskan waktu (deskriptor). Kegiatan tersebut meliputi mematika n barang elektronik yang tidak terpakai, menggunakan kain lap daripada tisu, dan membawa tas belanja daripada memakai kantong kresek. b. Interest (Indikator) Minat responden untuk menngubah gaya hidup yang dulu menjadi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (deskriptor). c. Opini responden (Indikator) Pendapat responden tentang gaya hidup yang ramah lingkungan (deskriptor). Skor pengakuan verbal akan diukur menggunakan kuesioner yang menggunaka n Skala Likert, yaitu Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Langkah selanjutnya adalah melakuka n pengkategorian jawaban responden mengenai tingkat koginitif ke dalam tiga kategori, yait u tinggi, sedang, dan rendah 3.4.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka n oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia n ditarik kesimpulan (Sugiyono 2007, h. 61). Populasi dari penelitian ini adalah follower dari twitter @EHMalang yang mendapatkan terpaan atau yang pernah mengikuti kampanye “Eart h Hour” di Twitter. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Earth Hour Malang diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini pada tanggal 20 April 2014 2.628 orang yang kemudian diambil 1500 follower, hal ini dilakukan peneliti karena peneliti melihat bahwa adanya akun twitter yang tidak berhubungan dengan penelitian ini, karena hal ini lah peneliti kemudian membuat karateristi k - karateristik yang dibuat untuk memudahka n
  • 12. penelitian ini, karateristik penelitian adala h sebagai berikut. a. Mempunyai akun twitter. b. Merupakan followers aktif (membuka twitter lebih dari 3x dalam sehari) dari akun twitter @EHMalang. c. Berdomisili di Malang karena target sasaran dari EH Malang adala h masyarakat Malang. 3.4.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono 2007, h. 62). Maka peneliti akan mengambil sebagian dari 1.500 follower dari twitter @EHMalang untuk dijadikan sampel penelitian. 1) Metode Penentuan Jumlah Sampel Dalam penelitian ini, peneliti menentuka n jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya (Kriyanto, 2007, h. 164). Rumusnya adalah: 풏 = 푵 ퟏ +푵풆ퟐ Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran popuplasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 2%, kemudian e ini dikuadratkan. Batas kesalahan yang ditolerir ini bagi setia p populasi tidak sama. Ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5% atau 10% (Kriyantono, 2007:164) Maka, jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan presisi 5% adalah: 푛 = 1500 1+ (1500 .5% )2 = 300 2) Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarka n tujuan riset (Kriyantono 2006, h. 158). Kriteria responden dalam penelitian ini adalah follower aktif twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang. 3.4 Jenis Data 3.5.1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperole h dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan (Kriyantono 2006, h. 41). Data primer dalam penelitian ini adalah data-data atau jawaban responden yang dihimpun dari penyebaran kuesioner. Kuesioner adalah daftar pernyataan yang harus diisi oleh responde n (Kriyantono 2006, h. 97). 3.5.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperole h dari sumber kedua atau sumber sekunder (Kriyantono 2006, h. 42). Data sekunder dalam penelitian ini ada dua, yaitu data follower dari twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini. Serta hasil wawancara dengan saudari Hendita Khairina selaku koordinator dari Earth Hour kota Malang yang memberikan informasi mengenai program kampanye Earth Hour Malang. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat langsung dari objek dan dalam penelitian ini didapat melalui kuesioner yang disebarkan pada tanggal 7 Juni 2014 di Balai Kota Malang ketika “Earth Hour Malang ” mengadakan acara pemilihan Putra Putri Hemat Energi (PPHE). Selanjutnya kuesioner disebarka n melalui internet dengan alamat link https://docs.google.com/forms/d/1_7_lLDWkqm CNG327fhnhRbcX4yulBa1_-gJ-kDsQXVU/ viewform?usp=send_form. Kemudian langkah terakhir, kuesioner disebar pada tanggal 8 juni 2014 di acara “Car Free Day.” Sedangkan data sekunder merupakan data yang berkaitan dengan penelitian ini seperti catatan mengenai follower dari twitter @EHMalang yang berdomisili di Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dalam bentuk skala untuk mengukur sikap yang lebih dikenal dengan skala Likert. Metode ini merupakan alat pengumpul data yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dari objek penelitian sebagai bentuk respon (Nazir, 2005). Alasan penelit i menggunakan kuesioner, sebagaimana diungkapkan oleh Hadi (1996), yaitu: 1. Objek adalah orang yang tahu tentang dirinya sendiri, 2. Pernyataan-pernyataan objek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya,
  • 13. 3. Interpretasi objek terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan peneliti. Cara kuesioner disebarkan yaitu dengan bekerja sama dengan EH Malang dalam berbagai acara yang dilakukan oleh pihak EH Malang, selain itu peneliti juga menyebarkan di CFD (Car Free Day) dimana EH Malang juga melakuka n kampanye di CFD. 3.5 Uji Instrumen (Kuesioner) 3.5.1 Uji Validitas Validitas dimaksudkan untuk menyataka n sejauh mana instrumen (misalnya kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur (Kriyantono, 2006, h. 143). Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji coba skala tingkat kognitif pada program kampanye “Earth Hour Malang” dilaksanakan pada tanggal 1-2 Juni 2014 dan diberikan kepada 30 anggota komunitas “Earth Hour Malang” dengan karakteristik sama dengan subjek yang sesungguhnya. Dalam penelitian ini, uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan koefisie n korelasi Pearson Product Moment. Instrume n bisa dikatakan valid jika item pertanyaan memiliki koefisien korelasi yang positif, lebih besar dari 0.30, dan p-value hasil analisis kurang dari α = 0,05. Atau dengan kata lain terdapat korelasi yang signifikan antara item pertanyaan dengan nilai totalnya. Sebaliknya, jika hasil analisis didapatkan nilai korelasi kurang dari 0,30 dan signifikansi lebih besar daripada α = 0.05, bisa dipastikan bahwa item pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak diikutkan dalam analisis berikutnya (Azwar, 2009, h. 25). Berikut hasil pengujian validitas instrumen dengan menggunakan bantuan software SPSS 16 for windows dengan taraf signifikansi 5%. 3.5.2. Uji Reliabilitas 3.6 Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Dengan kata lain, suatu alat ukur memiliki reliabilitas bila hasil pengukurannya relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti lainnya (Kriyantono, 2006, h. 144). Dalam penjian reliabilitas dalam penelit ia n ini rnenggunakan koefisien-흰 (Cronbach Alpha). Nilai Cronbach Alpha selanjutnya dievaluas i, apabila r-Alpha > 0.60, maka alat ukur dinyataka n reliabel, atau dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada waktu berlainan. Sebaliknya, apabila r-Alpha < 0.60, maka alat ukur dinyatakan tidak reliabel (Santoso, 2002, h. 270). Teknik Analisis dan Interpretasi Data Analisis data dalam penelitian kuantitat if merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul (Sugiyono, 2008, h. 206). Kegiatan dalam analisis data adalah: 1. Mengelompokkan data berdasarkan variabel. 2. Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, kemudian dihitung mean skor-nya 3. Mean skor masing-ma s ing variabel dimasukan ke rumus statistik untuk dihitung agar dapat mengetahui apakah hipotesis terbukti atau tidak 3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi jawaban responden dari hasil kuesioner yang telah disampaikan ke responden. Kegunaan dari distribusi frekuensi adalah membantu penelit i untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian (Kriyantono, 2006, h. 169). 3.6.2 Analisis Regresi Analisis regresi dilakukan jika korelasi antara dua variabel mempunyai hubungan kausal (sebab-akibat) atau hubungan fungsional. Menurut Mustikoweni (2002, h. 1) regresi ditujukan untuk mencari bentuk hubungan dua variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau persamaan sedangkan analisis korelasi berrtujuan untuk mencari derajat keeratan hubungan dua variabel atau lebih. Teknik regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana. Teknik ini digunakan jika terdapat data dari dua variabel riset yang sudah diketahui yang maa variabel bebas X dan yang mana varibel terikat Y sedangkan nilai-nilai Y lainnya dapat dihitung atau diprediksi berdasarkan suatu nilai X tertentu (Kriyantono, 2007:184). Rumusnya adalah sebagai berikut (Kriyantono 2007, h. 184): 풀 = 풂 + 풃풙 Di mana: Y = Variabel terikat X = Variabel Bebas a = nilai intercept (konstan) b = koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel
  • 14. dipenden yang didasarkan pda variabel independen. Sedangkan untuk melakukan perhitungan tersebut, penulis menggunakan program SPSS 16.00 for windows. Sebelum data dapat dianalis is dengan menggunakan teknik analisis tersebut, dipersyaratkan adanya 4 asumsi yang harus terpenuhi, yaitu asumsi normalitas, linierita s, autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Ghozali, 2011, h. 56). a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel berdistribusi normal atau tidak. Jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal. Sedangkan jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal. Uji normalitas menggunakan 1-Sample K-S (Kolmogorov Smirnov) dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. b) Uji Linearitas Uji linieritas dilakukan untuk menguji linieritas sebagai salah satu syarat yang baik sebagai sebuah data penelitian yang akan diuji dan agar makna kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran. Pedoman yang digunakan dengan nilai signifikansi F, jika nilai F kurang dari 0,05 (sig<0,05) maka hubungan antar kedua variabel tersebut linier (membentuk garis lurus), namun jika F lebih dari 0,05 (sig>0,05) maka hubungan antar kedua variabel tersebut tidak linier (tidak membentuk garis lurus). c) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu atau residual pada periode tertentu dengan variabel pengganggu atau residual periode sebelumnya. Pada penelitian ini uji autokorelas i menggunakan statistik Durbin-Watson. d) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik. Heterokedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Pada penelit ia n ini uji asumsi heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatter plot antara nilai prediksi variabel Y dengan Studentized Residual 4.6.Hasil Analisis Deskriptif Analisis deskripsi variabel betujuan untuk melihat distibutif frekuensi dari tiap-tiap jawaban responden terhadap skala yang disebarkan untuk mengetahui gambaran tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” dan gambaran opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Berikut uraian mengenai deskripsi variabel penelitian baik variabel bebas dan variabel terikat. Dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows, diperoleh gambaran umum mengenai tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan sebagai berikut : Tabel 4.6.1 Gambaran Umum Mengenai Variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan Variabel Deskriptif Empirik X Minimum 23 Maksimum 92 Mean 71,373 Std. 9,425 Deviasi Y Minimum 11 Maksimum 44 Mean 35,79 Std. 4,038 Deviasi Skor hipotetik diperoleh dengan cara penghitugan secara manual. Variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” tersusun atas 23 item pertanyaan dengan skor terendah untuk pilihan jawaban adalah 1 dan skor tertinggi untuk jawaban adalah 4. Sehingga, diperoleh nilai terendah dari variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan 1 × 23 = 23 dan nilai tertinggi sebesar 4 × 23 = 92. Rentang jarak hipotetik atau luas jarak sebarannya adalah 92-23=69. Dengan demikian, setiap satuan deviasi standarnya bernilai SD = 69 / 299 = 0,231 dan rata-rata (mean) hipotetiknya sebesar μ = 69-0,231= 68,769 Dari skor empirik dan hipotetik tersebut, maka diperoleh gambaran mengenai Variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah
  • 15. lingkungan. Objek penelitian (responden) digolongkan dalam tiga kategori pada masing-masing variabel. Kriteria pengkategor ia n mengacu pada norma oleh Azwar yang dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 4.6.2. Norma Pengkategorian Responden Kategori Daerah Keputusan Rendah X < (μ – 1SD) Sedang (μ – 1SD) ≤ X < (μ + 1SD) Tinggi (μ + 1SD) ≤ X Berdasarkan norma tersebut, untuk setiap variabel penelitian yakni Variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “twitter” dan variabel opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dengan jumlah objek penelitian sebanyak 300 orang, diperoleh hasil pengkategorian sebagai berikut : . Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, dapat dijelaskan bahwa tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memilik i pengaruh yang signifikan dan positif terhadap opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (Y). Model regresi yang didapatkan berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut : Y = 17,065 + 0,262 X + e dimana : Y : opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan X : tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” e : error Berdasarkan pada model regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa Variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memiliki koefisien regresi sebesar 0,262. Koefisien yang positif mengindikasikan bahwa variabel tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” (X) memiliki pengaruh yang positif terhadap opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan (Y). Semakin tinggi tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” , maka opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan akan semakin baik. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter”, akan berdampak pada menurunnya opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Opini reponden tentang gaya hidup yang ramah lingkungan sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu sumber (source) yang memberika n informasi dimana earth hour Malang menjadi sumber dari pesan (message) yang disampaika n hendita selaku koordinator earth hour Malang mengatakan bahwa sudah saatnya kita sebagai warga malang mulai hidup dengan gaya yang lebih ramah lingkungan, dengan cara mematika n energi yang tidak terpakai salah satunya lampu, yang dipublikasikan melalui media (channel) twitter dengan jumlah followers sebanyak 1500 responden dimana mereka berharap bahwa followers earth hour malang yang sekaligus menjadi penerima (receiver) isi pesan tersebut dapat mengakibatkan (effect) opini mereka tentang opini gaya hidup yang lebih ramah lingungan menjadi nyata atau bisa terwujud seperti yang diharapkan oleh earth hour Malang. Selain itu opini yang terbentuk juga dipengaruhi oleh tingkat kognitif seseorang. Dimana hal ini di dukung oleh teori kognitif yang di kemukakan oleh Greenwald (1968) dan Petty, Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme (1991) yang memusatkan perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu suatu usaha untuk memahami apa yang difikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasive, dan bagaimana fikiran serta proses kognitif menetukan apakah mereka mengalami perubahan sikap & sejauh mana perubahan itu terjadi” (Azwar 1997, h. 18). Oleh karna itu earth hour Malang memberikan stimulus berupa program kampanye yang dilakukan di twitter agar para follower-nya mau mengikuti isi program kampanye tersebut yaitu mengikuti gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Opini merupakan tujuan dari diadakannya program kampanye ini. Namun dalam menentukan tingkat pengetahuan mereka tentang Earth Hour ada beberapa aspek yang ditentukan agar pengetahuan mereka tentang earth hour bisa bertambah yaitu: Tujuan, Sasaran, Ruang lingkup, Jangka waktu, Tema, Efek, Sarana, Visi dan Misi sehingga dari beberapa aspek tersebut dapat diukur tingkat pengetahuan mereka tentang program kampanye tersebut.
  • 16. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti kepada follower akun twitter @EHMalang yang bertempat tinggal di Kota Malang, maka dapat ditarik kesimpula n bahwa ada pengaruh yang positif sebesar 0,262 antara tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour Malang” melalui “Twitter” terhadap opini responden tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, dimana dalam hal tersebut tingkat kognitif responden pada program kampanye “Earth Hour” melalui Twitter para responden berada pada katori tinggi yaitu sebesar 69,33% atau sebanyak 208 responden dari 300 responden, sedangkan untuk opini tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan para responden juga berada pada katori tinggi yaitu sebesar 78,67% atau sebanyak 236 responden dari 300 responden. Dari deskriptif objek penelitian, diketahui responden di malang mempunyai tingkat kognitif yang tinggi dalam memahami kampanye earth hour yang diadakan oleh earth hour malang melalui twitter. Serta responden di Malang juga mempunyai opini responden yang tinggi terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk Penelitian Selanjutnya 1. Menggali lebih dalam mengenai objek penelitian sehingga hasil penelitian bisa lebih mendalam dan valid. 2. Menggunakan alat ukur yang bervariasi sehingga bisa diketahui alat ukur mana yang lebih valid dan reliabel. 3. Waktu penelitian yang panjang sehingga bisa mempersiapkan penelitian dengan lengkap dan detil. 5.2.2 Saran untuk Earth Hour Malang Berdasar pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa tingkat kognitif berpengaruh dalam mempengaruhi responden dalam kampanye yang dilakukan earth hour Malang selain itu Penelit i memberi saran untuk Earth Hour Malang yaitu agar pihak Earth Hour Malang lebih memperluas jangkauan kampanye, hingga diharapkan seluruh lapisan masyarakat di Kota Malang khususnya dapat mendapatkan terpaan kampanye Earth Hour Malang. DAFTAR PUSTAKA A. JURNAL Baumgarten, C. (2011). nonprofit organizations use twitter for dialogic communication. The elon journal of undergraduate research in communications, 2 (2), 5. Engel, J. F., R.D. Blackwell and P.W. Miniard. (1995). consumer behaviour. The Dryden Press, 8, 449 – 455. James, D.N. (2007). Framing Public Opinion in Competitive Democracies. The American Political Science Review, 101 (4), 637-655. Jones, J. (2010). human resource consultant Sample social media policy, legal consultant. Social media as a tool For tennessee Municipalities Bonnie jones. Listyorini, Sari. (2012). Jurnal Administrasi Bisnis 1(I),14 Marlena, Hj (2013). Strategi komunikasi persuasif perkumpulan keluarga berencana indonesia (pkbi) dalam penanggulangan bahaya hiv aids dikalangan remaja samarinda. e-Jurnal ilmu Komunikasi Fisip Unmul Potter, J. (2004). argument for the need for a cognitive theory of media literacy. The american behavioral scientist 48 (2) , 266-272. Situmorang, J. (2012). Jurnal administrasi bisnis 8 (1), 73-87 Mustikoweni, (2002). Regresi dan Korelasi, Makalah Penataran Penelitian dan Statistik, Kopertis VII
  • 17. B. BUKU Allen, J. H & Denton, Robert. E. Jr. (2010). Communicator in chief; how barack obama used new media technology to win the white house. Estover road, United Kingdom:lexington books Antar Venus, drs, m.a. (2009). Manajemen kampanye. Bandung:simbiosa rekatama media Assael, Henry. (1984). Consumer Behavior and Marketing Action. Secon Edition. California: Kent Publishing co. Azwar, Dr. Saifuddin. (1997). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta:pustaka belajar. Azwar, Dr. Saifuddin. (2009). Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Djamaluddin, Dedi Malik dan Yosal. (1994). Komunikasi Persuasif. Bandung: remaja rosdakarya. Dra. Djoenaesih S. Sunarjo. (1984). Opini publik. Yogyakarta: Liberty Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan praktek. Bandung: remaja rosda karya. Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:BP Universitas Diponegoro Ghozzali, I, Prof, Dr, M. Com, MPM, Akt, (2011). Ekonomitrika, (3nd ed.) Canada:john Wiley & Sons Inc. Gregory, A. (2004). Perencanaan dan manejemen kampanye public relations, 120 pentonville road, London: Erlangga Helena Olii (2007). Opini Publik. Jakarta: Indeks Iriantara, Yosal. (2005) Media relations konsep pendekatan, dan praktik. Bandung: simbiosa rekatama media. Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. (2003). Public relations, (5 th ed.) Jakarta: Erlangga Jefkins, Frank. (1992). Public relations (4th ed). Jakarta:Erlangga. Jefkins, Frank. (1998). Public Relations (4th ed.) Jakarta: Erlangga. Kanter, B., Fine, A., & Zuckerberg, R. (2010). The networked nonprofit: Connecting with social media to drive change. San Francisco, CA: Jossey-Bass Kotler, P and Keller, KL. (2009). Marketing management. (13th Edition). Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran (2nd ed Milinium). Jakarta: . Prenhallindo Kriyantono, Rachmat. (2006) Teknik praktik riset dan komunikasi. Jakarta:kencana prenada media group. Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group. Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi serba ada serba makna. Jakarta:Kencana. Moore, Frazier.(2005). Humas:membangun citra dengan komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Nazir. 2005. ”Metode Penelitian”. Bogor: Ghalia Indonesia Nimmo, Dan. (2001). Komunikasi politik. Bandung:Remaja Rosdakarya
  • 18. Nimmo, Dan. (2004). Komunikasi politik khalayak dan efek,. Bandung: . Remaja Rosdakarya, Rachmadi, F. (1992). Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: . Gramedia Pustaka Utama. Rifai,A, dan Catharina, A,T. (2009). Psikologi pendidikan. Semarang:unnes press. Ruslan, Rosadi. (1999). Manajemen Humas dan Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: . Raja Grafindo Persada Ruslan, Rosady. (2001). Etika Kehumasan, Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Ruslan, Rosady. (2005). Kiat & Strategi Kampanye Public Relations (4th). Jakarta: raja grafindo persada. Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen public relations & media komunikasi:konsepsi dan aplikasi. Jakarta:rajawali pers. Ruslan, Rosady. (2006) Metode penelitian public relations dan komunikasi. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Santoso, Singgih. (2002). Buku Latihan SPPSS Statistik Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sastropoetro, Santoso, (1990). Komunikasi sosial. Bandung: .remaja rosdakarya. Smith, E. E. Atkinson, R. L. Hilgard, E. R. (2003). Introduction to psychology, Universitas Michigan:wadworth thomson learning Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2003). Statistik untuk Penelitian.Bandung:alfabeta. Sugiyono. (2007). “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RAD. Bandung:Alfabeta. Sunarjo, Djoenaesih S. (1984). Opini Publik. Yogyakarta: Liberty. Sutrisno Hadi. (1996). Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. Walgito bimo. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: andi Yulianita, Neni. (2007). Dasar dasar public relations. Bandung:pusat penerbitan universitas C. INTERNET Alamendah. (2012). Mengenal earth hour. Diakses pada tanggal 23 Mei 2014, dari http://alamendah.org/2012/03/12/meng enal-earth-hour/ Bagus, Sihnu. (2011, 10 November ). Psikologi kognitif. Pesan ditulis di http://all-about-theory. blogspot.com. Cerita mengenai earth hour di dunia. (2010). Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari http://lifestyle.kompasiana.com/catata n/2014/04/10/12-cerita-mengenai-earth- hour-di-dunia-646096.html Earth hour kampanye green capitalism. (2013). Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari http://anarkis.org/earth-hour-kampanye- green-capitalism/
  • 19. Frequently Asked Questions. (2013) . Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 dari http://earthhour.wwf.or.id/ Gairah kampanye earth hour 2014 di kota Malang. (2014). Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 dari http://display.ub.ac.id/ . Keisla, Ayma. (2013).Perilaku individu dalam organisasi. Diakses pada tanggal 3 februari 2014, dari http://aymakeislaaa.blogspot.com/201 3/09/perilaku- individu-dalam-organisasi. html?m=1 Khazanah, U. (2013). Teori kognitif (part I). Diakses pada tanggal 29 Januari 2014, dari http://psikologi.or.id/psikologi-kognitif/ teori-kognitif-part-i.htm Psikologi pendidikan. (n.d). Diakses tanggal 30 Januari 2014, dari http://moshimoshi.netne.net/materi/psi kologi_pendidikan/bab_8.htm Rachmatunisa. (2010). Asal ususl earth hour. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014, dari http://techno.okezone.com/read/2010/ 03/26/56/316378/asal-usul-earth-hour Teori belajar kognitif (n.d). Diakses tanggal 30 Januari 2014, dari http://bappeda Annonymous. Yesicha, chelsy, S,Sos, M.I.Kom. (2012). Diakses pada tanggal 3 februari 2014, dari http://chelsyyesicha.staff.unri.ac.id/file s/2012/03/OP1.pdf.